STRATEGI ADAPTASI RUMAH TANGGA KORBAN PHK
DI KELURAHAN KOTA BANGUN KECAMATAN MEDAN
DELI DALAM MEMPERTAHANKAN
SOSIAL EKONOMI KELUARGA
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Universitas Sumatera Utara
Oleh:
JULI DARTO PURBA
050902015
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
ABSTRAK
Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial. Dengan judul “STRATEGI ADAPTASI RUMAH
TANGGA KORBAN PHK DI KELURAHAN KOTA BANGUN KECAMATAN MEDAN DELI DALAM MEMPERTAHANKAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA” masalah yang dibahas dalam skiripsi ini adalah
bagaimana kondisi sosial ekonomi rumah tangga korban PHK di Kelurahan Kota Bangun dalam mempertahankan sosial ekonomi keluarga. kondisi sosial ekonomi dilihat dari indikator kondisi pendapatan, pangan, perumahan, kesehatan pendidikan anak serta bagaimana strategi adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat korban PHK.
Penelitian ini tidak menggunakan populasi tetapi menggunakan subjek penelitian karena data mengenai jumlah korban PHK di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli tidak tersedia. Jadi jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 3 keluarga dengan menggunakan tehnik penarikan sampel secara Snow
ball. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskripstif dengan. Instrumen penyaringan data yang digunakan adalah dengan mengumpulkan, mengelola, menyajikan dan menggambarkan yang disimpulkan secara life story dan dianalisis kemudian.
Dari penelitian yang telah dilakukan maka penulis dapat menyimpulkan pendapatan para korban PHK sangat kecil karena pekerjaan yang mereka kerjakan bergaji sangat kecil sehingga mereka melakukan strategi seperti mencari pekerjan sampingan. Kondisi pangan sebagian para korban PHK masih bisa dikatakan 4 sehat dan sebagian lagi hanya seadanya yang kurang memenuhi standart gizi. Keluarga korban PHK yang dapat mengkonsumsi makanan 4 sehat tidak menabung hasil dari pekerjanya. Status kepemilikan rumah umumnya bagi keluarga tua adalah hak milik tetapi bagi keluarga muda umumnya masih menyewa dengan kondisi fisik semi permanen. Apabila mengalami sakit umumnya mereka berobat ke Puskesmas atau membeli obat di warung karena lebih murah. Sedangkan anak dalam keluarga jarang yang melanjutkan ke perguruan tinggi, tamat SMA biasanya mereka menjadi buruh. Karena pendapatan yang minim maka korban PHK memerlukan strategi untuk mempertahankan sosial ekonomi keluarga sehingga kondisi pangan mereka dapat tercukupI strateginya adalah mencari pekerjaan sampingan yang biasanya 1 tulang punggung keluarga menjadi 2 atau dibantu oleh anak-anaknya, menjadi harian lepas, menggunting sandal, mengubah pola konsumsi yang dulunya membeli beras per sak sekarang perkilo
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas Berkat dan Kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “ STRATEGI ADAPTASI RUMAH TANGGA KORBAN PHK DI KELURAHAN KOTA BANGUN KECAMATAN MEDAN DELI DALAM MEMPERTAHANKAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA” Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah
satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara Medan.
Selama penyusunan skripsi ini Penulis menyadari akan sejumlah
kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis membuka diri untuk saran dan kritik
yang dapat membangun guna perbaikan di masa akan datang.
Skripsi ini Saya persembahkan terkhusus buat Ayahanda tersayang N.
Purba dan ibunda K. Br Sinaga yang sudah menjadi spirit buat saya serta semua
saudara-saudara yang telah mendukung Penulis selama penulisan skripsi ini.
Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang membantu Penulis dalam penyelesaian skripsi ini, dan secara
khusus Penulis menghanturkan Banyak Terima Kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan. Bapak Drs.
Matias Siagian, Msi., selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial
2. Bapak Drs. Bengkel Ginting, Msi., selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia membimbing dan memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi
ini. Terima kasih Pak berkat bapak kami semakin pintar.
3. Kepada Ibu Erni, Pak Ayuf, Ibu Lundu yang telah bersedia menjadi
informan penulis yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi
ini kepada Kepala lingkungan I Pak Arifin dan juga kepada tukang ojek
yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
4. Kepada Pimpinan Yayasan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia
(YAKMI) Ibu Ester beserta semua staff, Kak siska, Kak Indah, Kak Ritar,
Kak Rotua, dan yang tidak tersebutkan namanya yang sudah membantu
penulis dalam hal pengumpulan data.
5. Buat kedua orang tua yang penulis cintai dan kasihi Ayahanda N. Purba
dan Ibunda K. Br Sinaga terima kasih atas semua kasih sayang dan
dukungan yang telah kalian berikan selama ini.
6. Buat saudara-saudaraku Kak Very, kak Vera, my little sister semangat yah,
my little bro jangan bandal I luv U all.
7. Buat seseorang yang tersayang dan terkasih, yang saya cintai yang selalu
setia dan sabar mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini M.
Siahaan thank you so much.
8. Buat teman-teman Kezouz ’05 (KOMA)……. Hidup adalah perjuangan,
berjuanglah untuk lebih hidup. hehehe. Buat Kariz, Poote, anti, Ninot
S.sos, Chiek, Nuva, Hanie, Nida, Samri (taomingse), Ico (lebay), Jolli ,
aneh), Tio, Etty, Maxwel (irwansah), Morris ( S jamil ) Dicky & Dico
Erni, Nurhayati, Mexxi, S.Sos, Theo, S.Sos, Watiek, S.Sos, Eva, S.Sos,
Ocyk, S.Sos dan yang lainya. Semua senior dan juniorku di Kezouz….dan
semua yang tidak bisa aku sebutkan namanya satu persatu….thanx buat
semuanya….
9. Buat teman seperjuangan Timo...Teman-temanku 1 kost berdikari Toman,
apparaku Very Trgn alias Kuda, Peapa, the natale, dicky, dico.
10.Buat keluarga besar IMIKS doakan saya.
11.Buat orang-orang yang gak tersebutkan namanya yang sudah mendukung
dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, aku ucapin terima kasih
dan sukses buat kalian semua.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat
kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik guna
menyempurnakannya agar kedepannya penulis dapat lebih baik lagi. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan Terima
Kasih.
Medan, Agustus 2009
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 9
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian ... 10
1.3.2 Manfaat Penelitian... 10
1.4 Sistematika Penulisan ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Strategi Adaptasi ... 12
2.2 Sebab-sebab kemiskinan……….. 16
2.3 Pemutusan Hubungan Kerja 2.3.1 Hak – hak Tenaga Kerja ... 20
2.6 Defenisi Kesejahteraan Sosial ... 32
2.7 Kerangka Pemikiran... . 33
2.8 Bagan kerangka penelitian ... 35
BAB III METODE PENELITIAN
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Kelurahan Kota Bangun ... 41
4.2 Komposisi Penduduk 4.2.1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 43
4.2.2 Komposisi Penduduk Menurut Usia ... 43
4.2.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agam... 45
4.2.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Penduduk... 46
4.2.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Angkatan kerja... 47
4.2.6 Komposisi Jumlah Penganguran... 48
4.2.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian.... 48
5.2 Kasus Informan II
5.2.1 Identitas Informan II ... 69
5.2.2 Kondisi Sosial ekonomi Informan II ... 69
5.3 Kasus Informan III 5.3.1 Identitas Informan III ... 78
5.3.2 Kondisi Sosial ekonomi Informan I .. ... 78
5.4 Analisa Kasus ... 84
5.5 Kesimpulan Life Story Informan I,II,III... 90
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan dan Saran 6.1.1 Kesimpulan ... . 92
6.2.2 Saran... . 96
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Luas Kota Bangun... 42
Tabel 2 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 43
Tabel 3 Komposisi Penduduk Menurut Usia... 43
Tabel 4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama... 45
Tabel 5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Penduduk... 46
Tabel 6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Angkatan kerja... 47
Tabel 7 Komposisi Jumlah Penganguran... 48
Tabel 8 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian... 48
Tabel 9 Sarana Jalan... 50
Tabel 10 Sarana Kesehatan... 51
Tabel 11 Sarana Peribadatan... 53
Tabel 12 Sarana Pendidikan... 53
Tabel 13 Prasarana Hiburan dan Rekreasi... 55
DAFTAR BAGAN
1. Bagan Kerangka Penelitian………... 35
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner (Angket)
2. Pengajuan dan Persetujuan Judul Skripsi
3. Surat Keputusan Komisi Pembimbing Penulisan Proposal/Penelitian
Skripsi
4. Lembar Kegiatan Bimbingan Penulisan Proposal Penelitian
5. Lembar Kegiatan Bimbingan Penelitian/ Penulisan Skripsi
6. Surat Pengantar Penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara Medan
7. Surat Keterangan telah mengadakan penelitian dari Kelurahan Kota
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
ABSTRAK
Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial. Dengan judul “STRATEGI ADAPTASI RUMAH
TANGGA KORBAN PHK DI KELURAHAN KOTA BANGUN KECAMATAN MEDAN DELI DALAM MEMPERTAHANKAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA” masalah yang dibahas dalam skiripsi ini adalah
bagaimana kondisi sosial ekonomi rumah tangga korban PHK di Kelurahan Kota Bangun dalam mempertahankan sosial ekonomi keluarga. kondisi sosial ekonomi dilihat dari indikator kondisi pendapatan, pangan, perumahan, kesehatan pendidikan anak serta bagaimana strategi adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat korban PHK.
Penelitian ini tidak menggunakan populasi tetapi menggunakan subjek penelitian karena data mengenai jumlah korban PHK di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli tidak tersedia. Jadi jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 3 keluarga dengan menggunakan tehnik penarikan sampel secara Snow
ball. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskripstif dengan. Instrumen penyaringan data yang digunakan adalah dengan mengumpulkan, mengelola, menyajikan dan menggambarkan yang disimpulkan secara life story dan dianalisis kemudian.
Dari penelitian yang telah dilakukan maka penulis dapat menyimpulkan pendapatan para korban PHK sangat kecil karena pekerjaan yang mereka kerjakan bergaji sangat kecil sehingga mereka melakukan strategi seperti mencari pekerjan sampingan. Kondisi pangan sebagian para korban PHK masih bisa dikatakan 4 sehat dan sebagian lagi hanya seadanya yang kurang memenuhi standart gizi. Keluarga korban PHK yang dapat mengkonsumsi makanan 4 sehat tidak menabung hasil dari pekerjanya. Status kepemilikan rumah umumnya bagi keluarga tua adalah hak milik tetapi bagi keluarga muda umumnya masih menyewa dengan kondisi fisik semi permanen. Apabila mengalami sakit umumnya mereka berobat ke Puskesmas atau membeli obat di warung karena lebih murah. Sedangkan anak dalam keluarga jarang yang melanjutkan ke perguruan tinggi, tamat SMA biasanya mereka menjadi buruh. Karena pendapatan yang minim maka korban PHK memerlukan strategi untuk mempertahankan sosial ekonomi keluarga sehingga kondisi pangan mereka dapat tercukupI strateginya adalah mencari pekerjaan sampingan yang biasanya 1 tulang punggung keluarga menjadi 2 atau dibantu oleh anak-anaknya, menjadi harian lepas, menggunting sandal, mengubah pola konsumsi yang dulunya membeli beras per sak sekarang perkilo
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat lebih dikenal dengan
Krisis Global 2008 telah menyebabkan PHK besar-besaran hampir di seluruh
belahan dunia. Data pemerintah Amerika Serikat yang dirilis pada bulan oktober
2008 menunjukkan jumlah pekerja yang di-PHK di Amerika serikat berjumlah
478 ribu orang. Pada perkembangan selanjutnya bulan Desember Walstreet
kembali mengumumkan jumlah PHK mencapai 152.000 orang. Hal itu merupakan
jumlah PHK terbesar yang melebihi estimasi yaitu 85.000 orang. Akibat lain dari
Krisis tersebut adalah ditariknya bursa saham pada berbagi sektor investasi yang
turut mempengaruhi rontoknya bursa saham dunia. (Modjo, 2008.
WIB ).
Indonesia pun menjadi salah satu negara yang terkena dampak dari krisis
ekonomi global tersebut. Hal ini disebabkan karena Indonesia adalah negara
dengan perekonomian terbuka, berperan aktif dalam perdagangan internasional.
Produk-produk andalan ekspor Indonesia ke Amerika Serikat dan Eropa seperti
tekstil, kopi, teh, menghadapi tantangan berat karena menurunnya permintaan
yang sangat besar dari para pengusaha di Amerika Serikat dan Eropa.
Permasalahannya adalah produk-produk tersebut di dalam negeri menyerap tenaga
kerja (PHK) bukan merupakan sebuah ancaman tetapi telah menjadi kenyataan
(Piningit, 2009.
18:53 WIB)
Merujuk pada angka angkatan kerja pada tahun 2008, akan terdapat
peningkatan angka pengangguran antara 1–2% pada tahun 2009. Data-data awal
juga mengindikasikan keseriusan persoalan yang ada. Badan Litbang
Depnakertrans, misalnya, menunjukkan sudah terdapat sekitar 90.000 orang yang
akan atau sudah terkena PHK hingga akhir Januari 2009 pada sektor formal.
Ledakan pengangguran pada sektor formal dipastikan akan berdampak pada
sektor informal serta mengikis pendapatan riil pekerja.
Mereka yang diberhentikan pada sektor formal akan beralih profesi ke-
sektor informal yang mengakibatkan penurunan produktivitas dan menekan
tingkat upah. Kondisi ini akan merusak pasar kerja yang sudah dibangun selama
5 tahun terakhir. Pada saat ini, sekitar dua pertiga dari pekerja bekerja di sektor
informal umumnya minim perlindungan dan memiliki produktivitas rendah.
Melemahnya permintaan akibat krisis global akan meningkatkan rasio pekerja
informal. Penurunan pasar kerja juga akan menghambat distribusi pendapatan
domestik. Angka ketimpangan yang diukur oleh koefisien Gini sesungguhnya
sudah memprihatinkan karena tertinggi selama hampir 30 tahun terakhir.
Peningkatan kesempatan kerja akan sangat banyak terjadi di tengah arus
PHK yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar dan berskala internasional
bahwa pertumbuhan ekonomi dunia 2009 akan berasal dari tiga negara besar Asia
yang memiliki pasar yang cukup besar yakni Cina, India, dan Indonesia. Pangsa
pasar domestik Indonesia masih cukup besar jika dibandingkan dengan negara
tetangga Indonesia dan dapat menopang pertumbuhan ekonomi dunia. Pasar di
Indonesia masih jauh dari sempurna, masih membanjirnya produk impor baik
yang legal maupun ilegal inilah yang membuat pasar menjadi tak sempurna
walaupun dalam data BPS bulan Januari 2009, ekspor kita turun 9 %, bukan
berarti ini sinyal untuk menjadi sebuah negara proteksionis.
Indonesia tentu tidak ingin sikap proteksionis yang dilakukan diikuti
negara lain dan tentu saja akhirnya akan merugikan Indonesia sendiri. Sedangkan
di Sumatera Utara Sebanyak 30 perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja
(PHK) terhadap 5.627 pekerja hingga akhir tahun lalu. Alasannya, selain
kesalahan yang dibuat pekerja, larangan berserikat, juga akibat krisis ekonomi.
Data yang diperoleh dari Kelompok Pelita Sejahtera (KPS) menunjukkan,
perusahaan yang melakukan PHK beralasan melakukan efisien, rata-rata
perusahaanya bergerak di bidang industri. Misalnya saja mebel dan perusahaan
sarung tangan. . Selain itu, dari catatan KPS, penyelesaian yang dilakukan selama
ini tidak jelas. Di antaranya, 15 kasus yang terjadi tidak mendapatkan
penyelesaian akhir. “Seperti PT Central Windu Sejati” yang melakukan PHK
terhadap 2.000 pekerjanya. Perusahaan yang bergerak di sektor makanan itu
Data yang dihimpun Disnaker Kota Medan, periode Januari-Desember
2008, dari 256 perusahaan jumlah pekerja yang di-PHK mencapai 3.942 orang.
Jumlah ini mengalami peningkatan karena pada periode yang sama, pada 2007,
jumlah yang di-PHK mencapai 2.000-an orang. Sementara periode Januari 2009,
tercatat jumlah pekerja yang di PHK sebanyak 34 orang (Harja, 2009.
15:30 ).
Data yang dipaparkan diatas hanya sebagian saja karena masih banyak
korban PHK yang belum terdata karena para korban PHK masih banyak yang
tidak melaporkan diri meraka kepada Disnaker. Kota Medan merupakan kota
terpadat ke-3 setelah DKI Jakarta dan Surabaya yang tentu saja mempunyai
banyak tenaga kerja. Kota Medan mempunyai kawasan industri yang disebut
Kawasan Industri Medan (KIM) yang berada di Kelurahan Kota Bangun
Kecamatan Medan Deli. Kawasan industrilah yang paling banyak melakukan
PHK karena dampak dari krisis global yang paling banyak adalah disektor
industri.
Masyarakat yang bekerja di Kawasan Industri Medan ( KIM ) umumnya
adalah buruh. Pendidikan para buruh umumnya paling tinggi adalah Sekolah
Menengah Atas ( SMA ) sehingga ketika terjadi pemutusan hubungan kerja
(PHK) para buruh hanya akan mendapat pekerjaan yang sama bahkan lebih parah
lagi mereka hanya menjadi buruh harian lepas dengan gaji yang sedikit dan resiko
Kawasan Industri Medan awalnya adalah kawasan industri yang
berkembang pesat dimana menyerap banyak tenaga kerja kondisi inilah yang
menyebabkan orang dari desa bermigrasi dan melamar pekerjaan ke Kawasan
Industri Medan (KIM). Saat itu untuk mendapatkan pekerjaan sangatlah mudah
menyebabkan daerah pinggiran kawasan ini dihuni oleh banyak buruh salah
satunya adalah Kelurahan Kota Bangun yang warganya kebanyakan adalah para
buruh. Kondisi ini membawa dampak positif bagi masyarakat Kelurahan Kota
Bangun dengan kehadiran buruh masyarakat dapat menambah pendapatan
keluarga dengan membuka usaha kecil seperti warung kopi, kios, membuat
kos-kosan atau rumah kontrakan.
Interaksi yang terjadi dilingkungan para buruh, menyebabkan terjadinya
peningkatan populasi penduduk di Kelurahan Kota Bangun karena banyak
diantara buruh yang sudah menikah dan bermukim di Kelurahan Kota Bangun
mempunyai VIII Lingkungan. Penuturan Bapak Arifin Sebagai tokoh masyarakat
dan Kepala lingkungan I, Bapak Arifin melihat adanya pengaruh cukup besar
dengan ditutupnya pabrik –pabrik misalnya PT. Glofindo sebuah pabrik sarung
tangan, PT Growt Asia, PT Udang Mas dll, terhadap kondisi sosial ekonomi
masyarakat di sekitar pabrik. Hampir setiap keluarga di kawasan tersebut bekerja
sebagai buruh dan warga mendapat penghasilan dari menyewakan kamar-kamar
pada buruh. Satu kamar rata-rata menghasilkan Rp. 100.000,- – Rp.
200.000,-/bulan. Dengan banyaknya pekerja industri yang di PHK otomatis banyak kamar
yang kosong. Salah satu warga yang menyewakan kos-kosan adalah Bapak Jarmin
kamar yang tersewa. Akibat krisis ini, penghasilan dari sewa kamarnya telah
berkurang antara Rp. 300.000,- hingga Rp. Rp. 400.000,- per bulan.
Menurut Jarmin, penutupan pabrik di wilayah ini juga berpengaruh
terhadap pemilik angkot dan para pedagang kecil. Sebagai contoh, sebelum krisis
ekonomi melanda kawasan industri, dari pukul 05.00 - 10.00 WIB pemilik angkot
dapat menghasilkan Rp. 30.000,- Tetapi setelah pabrik tutup, mereka tidak dapat
menghasilkan uang sebesar itu dipagi hari. Akibatnya penghasilan para supir
angkot menurun dan para supir angkot kembali kepada jalur lama yaitu
Belawan-Medan.
Bapak Jarmin mulai risau mengenai kelangsungan pendidikan ketiga
anaknya, meskipun anak tertua yang sudah lulus dari STM dan yang SMA sudah
bisa membantu dengan bekerja sebagai buruh. Tetapi dengan bantuan anaknya
tidak dapat menjamin kelangsungan keluarganya karena gaji yang mereka peroleh
hanya sedikit yang bisa ditabung, sewaktu-waktu juga mereka dapat di PHK.
Suatu saat Pak Jarmin menggadaikan rumahnya karena keinginan anak
pertamanya ingin melamar menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia(TNI)
tetapi kecelakaan di pabrik membuatnya menjadi cacat. Akibatnya uang yang
sudah disediakan dipakai untuk berobat karena perusahaan tempat anaknya
bekerja tidak mau memberikan tunjangan kesehatan. Kini harapan anak Pak
Jarmin pupus sudah untuk menjadi anggotan TNI. Sisa uang dari penggadaian
rumah dipakai istrinya untuk membuat usaha kecil-kecilan dengan mendirikan
sebuah warung kecil dengan berjualan es dewer, goreng-gorengan dan mie. Dari
berjualan tidaklah cukup untuk keperluan dapur karena sudah cukup banyak
saingan. lebih parah lagi kos-kosan mereka sebagian telah dijual.
Tingkat pendidikan anak Pak Jarmin hanya sampai pada tingkatan SMA
hal ini disebabkankan karena biaya yang dibutuhkan sangat besar untuk melanjut
keperguruan tinggi dan anaknya pun harus membantu perekonomian keluarga
dengan bekerja sebagai buruh dipabrik-pabrik agar adiknya tetap dapat
menamatkan sekolah ke Sekolah Menengah Atas karena dengan mempunyai
ijazah SMA sudah mudah untuk melamar pekerjaan ke pabrik.
Seorang warga lainnya yang berada di lingkungan I yaitu Bapak Jumirin
yang juga terkena PHK menuturkan sebelum di PHK ia bekerja di PT. Glofindo
salah satu pabrik besar di Kawasan Industri Medan waktu itu ia berpenghasilan
cukup besar sehingga ia dapat membangun rumah sendiri. Dari pengamatan
penulis rumah Pak Jumirin sudah permanen untuk ukuran buruh di Kelurahan
Kota bangun misalnya lantainya sudah dikeramik, dindingnya sudah beton. Tetapi
setelah pabrik ditutup, kondisi kehidupan Pak Jumirin sangat jauh berubah karena
istri Pak Jumirin juga korban PHK dari perusahan yang sama, mereka sulit untuk
mendapat pekerjaan yang baik karena alasan latar belakang pendidikan mereka
dan umur yang sudah tua, jadi walaupun mereka memperoleh pekerjaan tidak
lebih baik dari pekerjaan mereka sebelumnya. Beruntung anak-anaknya masih
Pak Jumirin bercerita dulu kehidupan mereka sangat teratur misalnya,
berangkat kerja jam 8 pagi dan pulang jam 5 sore.Setelah di PHK
kehidupannyapun mulai terkatung – katung, dimana untuk mendapatkan pekerjaan
baru sangatlah sulit. Hal ini disebabkan karena sistem dari perusahaan
menggunakan sistim kontrak, apalagi latar belakang pendidikan Pak Jumirin
yang rendah. Kondisi keluarga sangat memprihatinkan contohnya mereka yang
biasanya membeli beras perkarung tetapi sekarang hanya membeli beras perkilo.
Dari kasus ini tergambar penurunan pendapatan yang luar biasa dibanding dengan
ketika pabrik-pabrik masih beroperasi. Salain cerita korban buruh diatas masih
banyak kasus – kasus yang lain seperti buruh yang belum berkeluarga memilih
untuk pulang kampung atau mencari pekerjaan lain kedaerah lain ataupun kota
lain. Sedangkan kebanyakan yang berkeluarga memilih menetap dengan
pertimbangan biaya untuk pindah dan modal yang dibutuhkan. Dari kasus diatas
sungguh sangat memprihatinkan kondisi sosial ekonomi masyarakat korban PHK.
Dari kasus diatas pemerintahpun sepertinya tidak dapat malakukan
perbaikan yang signifikan, program yang dilakukan pemerintah seperti BLT
(bantuan langsung tunai) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
atau Kredit Usaha Rakyat (KUR) belum mampu mengatasi masalah yang dihadapi
masyarakat korban PHK. Untuk itu dibutuhkan suatu cara untuk tetap dapat
bertahan hidup.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan diatas
maka penulis merasa tertarik untuk melihat bagaimana kondisi kehidupan sosial
masyarakat korban PHK untuk itu penulis mengangkat judul sebagai berikut : “
Strategi Adaptasi Rumah Tangga Korban PHK Di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Dalam Mempertahankan Sosial Ekonomi Keluarga “.
1.2 Perumusan Masalah
Menurut M. Nazir ( 1983 : 111) perumusan masalah merupakan langkah
yang penting karena langkah ini akan menentukan kemana suatu penelitian
diarahkan. Perumusan masalah perlu jelas dan tegas sehingga proses penelitian
benar-benar terarah dan terfokus ke permasalahan yang jelas. Adapun
permasalahan yang dirumuskan adalah sebagai berikut
1. Bagaimana kondisi kehidupan sosial ekonomi rumah tangga korban PHK
dikelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli.
2. Bagaimana strategi adaptasi rumah tangga korban PHK dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
1.3 Pembatasan Masalah
1. Strategi apa yang dilakukan oleh masyarakat korban PHK dalam
mempertahankan sosial ekonomi keluarga.
2. Objek penelitian adalah para korban PHK yaitu Buruh yang berasal dari
Kawasan Industri Medan.
3. Penelitian terbatas pada kondisi kehidupan korban PHK yaitu, kondisi pangan
sehari–hari, pendidikan anak, kesehatan, jumlah pendapatan, kondisi
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana masyarakat
Korban PHK di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli dalam
mempertahankan Sosial Ekonomi Keluarga dan Strategi apa yang mereka lakukan
untuk mempertahankan kelangsungan hidup mereka.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi dalam rangka
memperhatikan kondisi sosial ekonomi keluarga para masyarakat korban PHK di
Kelurahan kota Bangun Kecamatan Medan Deli. Hasil penelitian ini juga
diharapkan dapat menjadi masukan bagi instansi terkait dalam mengambil
kebijakan dan perhatian terhadap masalah perburuhan bagi para Pemerintah
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan Penelitian ini disajikan dalam enam (6) bab dengan sistematika sebagai
berikut :
BAB I : PENDAHULIAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah,
pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta
sitematika penulisan
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan
masalah yang akan diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep
dan defenisi operasional.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian,subjek
penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang gambaran umum mengenai lokasi dimana
peneliti melakukan penelitian.
BAB V : ANALISA DATA
Bab ini berisikan tentang uraian data dari hasil peneliti dan
analisanya.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat dari hasil
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Strategi Adaptasi
Adaptasi merupakan proses perubahan yang dilakukan oleh para korban
PHK dengan situasi krisis global dunia. Strategi adaptasi yaitu cara – cara atau
tindakan yang dilakukan oleh korban PHK untuk mempertahankan sosial ekonomi
keluarganya. Edi Suhartono seorang pengamat masalah kemiskinan dari IPB,
menyatakan bahwa defenisi dari strategi bertahan hidup (coping strategi ) adalah
kemampuan seorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi
berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya. Dalam konteks keluarga
miskin, strategi penangan masalah ini pada dasarnya merupakan segenap asset
yang dimilikinya bisa juga dinamakan dengan kapabilitas keluarga miskin dalam
menanggapi goncangan dan tekanan (Shock and Stress) (Suhartono. 2007.
htpp://www.policy.hu. Diakses tanggal 22 Februari 2009 Pukul 16:00 )
Selanjutnya Edi Suhartono menyatakan strategi bertahan hidup (coping
strategis) Dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan
dengan berbagai cara yang dapat dikelompokkan dengan 3 cara yaitu :
a. Strategi Aktif yaitu strategi yang mengoptimalakan segala potensi keluarga (
misalnya melakukan aktifitas sendiri, memperpanjang jam kerja,
memanfaatkan sumber atau tanaman liar dilingkungan sekitarnya dan
b. Strategi Pasif yaitu mengurangi pengeluaran keluarga (misalnya pengeluaran
sandang, pangan, pendidikan, dan sebagainya ).
c. Strategi Jaringan misalnya menjalin relasi, baik secara informal maupun
secara formal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan
(misalnya meminjam uang tetangga, mengutang diwarung, memanfaatkan
program kemiskinan, meminjam uang ke renteinir atau bank dan sebagainya)
(Suhartono. 2007. htpp://www.policy.hu. Diakses tanggal 22 Februari 2009
Pukul 16:00)
Sebagian besar peneliti mengenai coping strategis menggunakan keluarga
atau rumah tangga sebagai unit analisis. Meskipun istilah keluarga dan rumah
tangga sering dipertukarkan, keduanya memiliki sedikit perbedaan. Keluarga
menunjuk pada hubungan normatif antara orang – orang yang memiliki ikatan
biologis, sedangkan rumah tangga menunjukkan pada sekumpulan orang yang
hidup satu atap namun tidak selalu memiliki hubungan darah baik anggota
keluarga maupun rumah tangga umumnya memiliki kesempatan untuk
menggunakan sumber-sumber yang dimilikinya secara bersam-sama.
Konsep mata pencaharian (livelihood) sangat penting dalam memahami
coping strategis karena merupakan bagian dari atau kadang – kadang dianggap
sama dengan strategi mata pencaharian (livelihood strategies). Satu mata
pencaharian meliputi pendapatan (baik yang bersifat tunai ataupun barang),
lembag-lembag sosial, relas gender, hak-hak kepemilikan yang diperlukan guna
mendukung dan menjamin kehidupan. Seperti kasus kehidupan nelayan yang
tidak dapat dilepaskan dari jebakan kemiskinan. Sejak enam bulan terakhir, dari
bulan Februari hingga Juli sekarang masyarakat nelayan dihadapkan pada musim
paceklik yang tak kunjung akhir. Untuk mengatasi masalah di musim paceklik ini,
berbagai upaya telah dilakukan nelayan, contohnya adalah beberapa nelayan
Pangandaran menjual perhiasan istri demi menyambung hidup keluarganya.
Musim paceklik adalah permasalahan klasik, dikarenakan musim paceklik
akan senantiasa datang setiap tahun. Sampai saat ini nelayan tidak mendapatkan
dana asuransi dan tabungan untuk jaminan keselamatan atau masa depan
keluarganya dalam menghadapi musim paceklik itu. Namun yang menjadi
pertanyaan selanjutnya adalah, mengapa mereka tetap bertahan menjadi nelayan
meskipun selalu terjebak dalam kubangan kemiskinan dan bagaimana caranya
mereka keluar dari jebakan kemiskinan di musim paceklik.
Selain itu, kompleksnya permasalahan kemiskinan masyarakat nelayan
terjadi disebabkan masyarakat nelayan hidup dalam suasana alam yang keras yang
selalu diliputi ketidakpastian (uncertainty) dalam menjalankan usahanya. Kondisi
inilah yang mengakibatkan nelayan dijauhi oleh institusi-institusi perbankan dan
perusahaan asuransi, seperti sulitnya masyarakat nelayan mendapatkan akses
pinjaman modal, baik untuk modal kerja maupun untuk memenuhi kebutuhan
Berbagai strategi adaptasi dilakukan masyarakat nelayan untuk bertahan
hidup. Strategi adaptasi yang biasanya dilakukan adalah memobilisasi peran
perempuan (kaum istri) dan anak-anaknya untuk mencari nafkah. Keterlibatan
perempuan dalam mencari nafkah untuk keluarga di wilayah pesisir atau
desa-desa nelayan tidak terlepas dari sistem pembagian kerja secara seksual (the
division of labour by sex) yang berlaku pada masyarakat setempat.
Kaum perempuan biasanya terlibat penuh dalam kegiatan pranata-pranata
sosial ekonomi yang mereka bentuk, seperti arisan, kegiatan pengajian berdimensi
kepentingan ekonomi, simpan pinjam, dan jaringan sosial yang bisa mereka
manfaatkan untuk menunjang kelangsungan hidup keluarga. Hadirnya
pranata-pranata tersebut merupakan strategi adaptasi masyarakat nelayan dalam
menghadapi kesulitan hidup yang dihadapinya. Strategi adaptasi diartikan sebagai
pilihan tindakan yang bersifat rasional dan efektif sesuai dengan konteks
lingkungan sosial, politik, ekonomi dan ekologi, dimana penduduk miskin itu
hidup.
Sedangkan strategi adaptasi yang dilakukan para nelayan (kaum suami)
adalah diversifikasi pekerjaan untuk memperoleh sumber penghasilan baru.
Bahkan, strategi adaptasi tersebut diselingi dengan menjual barang-barang
berharga yang ada dan berhutang. Namun, kedua strategi ini pun tidak mudah
didapat karena berbagai faktor telah membatasi akses mereka.
Bagi masyarakat nelayan, jaringan sosial merupakan salah satu potensi
ekonomi. Kendati pun demikian, harus diakui bahwa pemanfaatan fungsi jaringan
sosial masih bersifat karitatif, bukan merupakan solusi substansial untuk
mengatasi berbagai kesulitan sosial-ekonomi rumah tangga nelayan secara
mendasar. Hal ini dikarenakan, faktor-faktor penyebab kesulitan memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari atau kemiskinan di kalangan masyarakat nelayan
sangat kompleks. (Solihin. 2004.
september 2009)
2.2 Sebab – sebab kemiskinan
Kemiskinan adalah sebuah kondisi kekurangan yang dialami oleh
seseorang atau keluarga. Batas garis kemiskinan itu ditentukan antara lain
kebutuhan pokok minimum untuk hidup. Dibidang perburuhan, terdapat ketentuan
kebutuhan fisik minimum (KFM) yang dinilai dengan uang untuk seorang saja
atau seseorang dengan beberapa keluarga. (Raharja, 1955: 145)
Orang miskin adalah mereka yang tingkat pedapatannya dibaawah garis
kemiskinan, yang dalam Susenas ditentuka sebesar Rp 20.614,- per kapita per
bulan (daerah perkotaan) dan Rp 13.295,- per kapita per bulan (daerah pedesaan)
untuk tahun1990. Sebenarnya ukuran ini juga berbeda dari satu propinsi
kepropinsi lainnya. Batas miskin tertinggi untuk propinsi adalah untuk
Kalimantan Selatan sebesar Rp 26.208,-, sedangkan yang terendah adalah
Lampung sebesar Rp 17.664,-
Kondisi kemiskinan disebabkan oleh beberapa faktor yang berbeda antara
lain :
Seseorang miskin karena mengangur, sehingga tidak memperoleh penghasilan
atau kalau bekerja tidak penuh, baik dalam ukuran hari, minggu, bulan
ataupun tahun. Hal yang kedua itu sering disebut gejala setengah menganggur
(disguised unemployment). Apabila orang bersangkutan memperoleh
pekerjaan dengan upah atau gaji yang memadai, maka orang tersebut terlepas
dari kemiskinan.
2. Upah gaji dibawah standart minimum.
Seseorang bisa memiliki pekerjaan tertentu tetapi jika upahnya dibawah
standart, sementara itu pengeluarannya cukup tinggi, maka orang tersebut
tergolong miskin.
3. Produktivitas kerja yang rendah.
Produktivitas kerja yang rendah. Lebih dari 60,0% insiden kemiskinan
terdapat disektor pertanian. Pada umumnya kemiskinan disektor ini
disebabkan produktivitas yang sudah rendah.
4. Ketiadaan aset.
Dibidang pertanian, kemiskinan terjadi karena petani tidak memiliki lahan
atau kesempatan untuk mengolah lahan. Disini terjadi perbedaan antara
pemilikan lahan dan penguasaan lahan. Petani yang memiliki lahan atau hanya
memiliki lahan sempit belum tentu miskin asalkan mempunyai lahan garapan.
Hanya saja, dengan menyewa atau menyakap, pendapatan yan diterima tentu
5. Diskriminasi.
Kemiskinan juga terjadi karena diskriminasi seks. Dari data upah diketahui
bahwa penghasilan perempuan perbulan itu rata-rata 56, 0% saja dari
penghasilan laki-laki. Jika itu merupakan tambahan bagi penghasilan keluarga,
maka penghasilan perempuan ikut mengangkat keluarga dari kemiskinan.
Tetapi bagi wanita yang belum kawin atau menjanda, maka hal itu berarti
kemiskinan.
6. Tekanan harga.
Pendapatan yang rendah bukan hanya disebabkan karena rendahnya
produktivitas, melainkan juga karena tekanan harga. Hal ini terutama berlaku
pada petani kecil pengrajin dalam industri rumah tangga. Tekanan harga juga
bukan hanya disebabkan oleh mekanisme permintaan dan penawaran bebas,
tetapi juga disebabkan oleh pembili, penimbunan aturan tata niaga dan
berbagai bentuk manipulasi.
7. Penjualan tanah.
Penjualan tanah baik tanah pertanian, pertambakan atau perumahan bisa
menimbulkan kejatuhan dan akhirnya kemiskinan. Banyaka terdengar
informasi masyarakat tradisional menjual tanah untuk naik haji. Uang yang
didapatkan cukup banyak tetapi karena dipakai untuk membayar ONH dan
bekal naik haji lainnya, orang trsebut bisa miskin. Penjualan tanah bisa
disebabkan karena penjulan tanah yang cukup baik dengan tanah lain yang
ditukarkan dipinggiran, tetapi bisa juga terjadi akibat kompensasi
1.6 Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Masalah terpenting atau yang sangat terpenting dalam masalah
ketenagakerjaan adalah soal pemutusan hubungan kerja bagi tenaga kerja berarti
kehilangan mata pencaharian yang berarti pula permulaan penganguran dengan
segala akibatnya sehingga untuk menjamin kepastian dan ketentraman hidup
kaum tenaga kerja sehaharunya tidak ada PHK (Manulang, 1988 : 106)
Ada 4 istilah dalam PHK:
1. Termination, yaitu putusnya hubungan kerja karena selesainya berakhirnya
kontrak kerja.
2. Dismissal, yaitu putusnya hubungan kerja karena tindakan indispliner.
Misalnya tenga kerja melakukan kesalahan-kesalahan seperti pemabok,
madat serta melakukan tindakan kejahatan.
3. Redundancy, yaitu pemutusan hubungan kerja yang dikaitkan dengan
perkembangan teknologi.
4. Retrenchment, yaitu pemutusan hubungan kerja yang dikaitkan dengan
masalah-masalah ekonomi, seperti resesi ekonomi, masalah pemasaran dan
lain sebagainya, sehingga perusahaan tidak dapat/tidak mampu untuk
memberikan upah kepada tenaga kerja/karyawannya.
Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 1696 Tenaga Kerja adalah tiap
orang yang mampu melaksanakan pekerjaan, baik didalam maupun diluar
hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya (pasal 1). Jadi penegertian tenaga kerja menurut ketentuan ini meliput i
utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri, baik tenaga fisik
maupun pikiran ciri khas dari hubungan kerja tersebut diatas ialah bekerja
dibawah perintah orang lain dengan menerima upah (Manulang, 1988 : 3)
Menurut DR. Payman Simanjuntak (dalam Manulang 1988 : 3) Tenaga
Kerja adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari
pekerjaan dan yang melaksanakan kegiatan lainnya seperti bersekolah dan
mengurus rumah tangga.
2.1.1 Hak-Hak Tenaga Kerja
1. Tiap tenaga kerja berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi
kemanusiaan.
2. Tiap tenaga kerja berhak memilih atau pindah pekerjaan sesuai dengan bakat
dan kemampuannya.
3. Tiap tenaga kerja berhak atas pembinaan dan keahlian dan kejujuran untuk
memperoleh serta menambah keahlian dan ketrampilan kerja, sehingga
potensi dan daya kerjanya dapat dikembangkan dalam rangka mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan kerja sebagai bagian yang tidak dapat
dipasahkan dari pembinaan bangsa.
4. Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan,
kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai denagan
amartabat manusia dan moral agama.
5. Tiap tenaga kerja berhak mendirikan dan menjadi anggota perserikatan tenaga
2.1.2 Keselamatan Kerja
Berbicara mengenai keselamatan kerja maka yang dimaksudkan disini adalah
bertalian dengan kecelakaan kerja, yaitu kecelakaan yang terjadi ditempat kerja
atau dikenal dengan istilah kecelakaan industri. Sesuatu kejadian yang tidak
diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur
dari suatu aktivitas.
Suatu kejadian atau peristiwa tertentu adalah sebab-musababnya demikian
pula kecelakaan industri/ kecelakaan kerja ini dimana ada 4 faktor penyebabnya:
1. Faktor manusianya
Misalnya karena kurangnya keterampilan atau pengetahuan salah penempatan
misalnya tenaga kerja tamatan STM tetapi ditempatkan sebagai tata usaha.
2. Faktor materilnya/ bahan/peralatannya
Misalnya bahan seharusnya terbuat dari besi akan tetapi, supaya lebih mudah
dibuat dari bahan lainnya sehinnga nudah menimbulkan kecelakaan.
3. Faktor bahaya/sumber bahaya, ada dua sebab:
a. Perbuatan berbahaya
Misalnya karena metode kerja yang salah, keletihan/kelesuan, sikap kerja
yang tidak sempurna dan sebagainya.
b. Kondisi/keadaan berbahaya
Yaitu keadaan yang tidak aman dari mesin/peralatan-peralatan, lingkungan,
proses, sifat pekerjaan.
Misalnya kurangnya pemeliharaan/perawatan mesin-mesin peralatan
sehingga tidak bisa bekerja dengan sempurna.
2.1.3 Prosedur Pemutusan Hubungan Kerja
Prosedur pemutusan hubungan kerja menurut Undang-undang No. 12
Tahun 1964 adalah sebagai berikut.
a. Pertama–tama pengusaha harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan
hubungan kerja.
b. Apabila setelah diadakan segala usaha dimana pemutusan hubunga kerja tidak
dapat dihindarkan, maka pengusaha harus merundingkan maksudnya untuk
memutuskan hubungan kerja dengan organisasi pekerja yang
bersangkutan/yang ada diperusahaan tersebut atau dengan karyawan/tenaga
kerja.
c. Bila perundingan tersebut nyata-nyata tidak menghasilkan persesuaian paham,
pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan kerja dengan tenaga kerja
setelah memperoleh izin dari P4D (Panitia Penyelesaian Perburuhan Daerah),
bagi pemutusan hubungan kerja perseorangan dan P4P ( Panitia Penyelesaian
Peselisihan Perburuhan Pusat ) bagi pemutusan hubungan kerja secara
besar-besaran.
d. P4 Daerah dan P4 Pusat menyelesaikan permohonan izin pemutusan
hubungan kerja dalam waktu sesingkat singkatnya, menurut tata cara yang
e. Dalam hal P4 daerah atau P4 Pusat memberikan izin, maka dapat ditetapkan
pula kewajiban pengusaha untuk memberikan kepada tenaga kerja/ karyawan
yang bersangkutan uang pesangon. Uang jasa dan ganti rugi.
f. Terhadap penolakan pemberian izin oleh P4 daerah atau pemberian izin
dengan syarat dalam waktu 14 hari setelah putusan diterima oleh pihak-pihak
yang bersangkutan, baik tenaga kerja maupun pengusaha atau organisasi
tenaga kerja dan organisasi pengusaha yang bersangkutan dapat minta
banding kepada P4 Pusat.
g. P4 pusat menyelesaikan permohonan banding menurut tata cara yang berlaku
untuk penyelesaian perselisihan hubungan industrial dalam tingkat banding.
Pemutusan hubungan kerja secara besar-besaran dianggap terjadi jika
suatu perusahaan dalam satu bulan pengusaha memutuskan hubungan kerja lebih
dari 10 orang tega kerja atau lebih, atau mengadakan retetan pemutusan–
pemutusan hungan kerja yang dapat menggambarkan suatu itikad untuk
mengadakan suatu pemutusan hubungan kerja secara besar-besaran.
2.2 Sosial Ekonomi
Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan pengertian
sosial dan pengertian ekonomi sering dibahas secara sendiri – sendiri pengertian
sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat. Sedangkan
pada departemen sosial menunjuk pada objeknya sedangkan pada departemen
dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteran yang ruang lingkupnya
pekerjaan dan kesejahteraan sosial.
Sosial dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya segala sesuatu yang
berkenaan dengan masyarakat, sedangkan dalam konsep sosiologis manusia sering
disebut mahluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa adanya
bantuan orang lain disekitarnya. Ekonom secara etimologi berasal dari bahasa
yunani yakni oikos yang artinya rumah tangga dan nomos yang artinya yang
artinya mengatur. Ekonomi sering diartikan sebagaia cara manusia memenuhi
segala kebutuhannya sehari-hari.
Sementara dalam kamus besar bahasa Indonesia ekonomi adalah segala
sesuatu tentang azas-azas produksi distribusi dan pemakaian barang-barang serta
kekayaan seperti perdagangan, keuangan, perindustrian jadi dapat dikatakan
bahwa ekonomi berkaitan dengan proses pemenuhan keperluan hidupnya sehari –
hari.
Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur
secara sosial dan merupakan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial
masyarakat pemberian posisi ini disertai pula dengan posisi tertentu dalam
struktur sosial masyarakat pemberian posisi ini disertai pula dengan seperangkat
hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh pembawa status (Koentjaraningrat,
1977: 35)
Pengertian sosial ekonomi yaitu sesuatu yang berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan masyarakat atau sosial ekonomi adalah kemampuan
menentukan keberadaan dirinya berdasarkan atas apa yang dimilikinya yaitu
mengenai pendapatan bagaimana pendapatan dari masyarakat itu sama halnya
dengan perumahan, kesehatan, pendidikan, kondisi pangan apakah masyarakat
sudah mampu untuk mencukupi kehidupan masyarakat itu.
2.3 Keluarga
2.5.1 Pengertian keluarga
Keluarga adalah merupakan kelompok primer yang paling penting dalam
masyarakat. Keluarga merupakan salah satu group yang terbentuk dari
perhubungan laki-laki dan perempuan yang mana sedikit banyak berlangsung
lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam
bentuk murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri dan
anak-anak. (Ahmadi, 2000: 239)
Secara Historis, keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang
merupakan organisasi terbatas, dan mempunyai ukuran minimum, terutam
pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan. Keluarga sebagai organisasi
mempunyai perbedaan dengan organisasi-organisasi lainnya salah satu perbedaan
yang cukup penting terlihat dari bentuk hubungan anggota-anggotanya yang lebih
bersifat mendalam dan merupakan
Ciri-ciri kelompok primer antara lain:
1. Mempunyai hubungan yang lebih intim
2. Kooperatif
4. masing-masing anggota memerlukan anggota lainnya sebagai tujuan bukannya
alat untuk mencapai suatu tujuan
Ciri-ciri lain juga dikemukakan oleh Paul H. Landis, adalah:
1. Intimate 2. Face to face
3. Warm hearted relationship
Dengan demikian keluarga mempunyai system jaringan interaksi yang
lebih bersifat hubungan interpersonal, dimana masing-masing anggota dalam
keluarga mempunyai intensitas hubungan satu sama lain antara ayah dan ibu dan
anak, maupun antara anak-anak. Keluarga pada dasarnya merupakan suatu
kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap, untuk
menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan keorangtuaan dan
pemeliharaan anak.
2.5.2 ciri-ciri keluarga
Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari
suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal–hal yang berkenaan
dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak.
a. ciri – ciri umum
Menurut Mac iver and Page, ciri – ciri umum keluaga antara lain
2. bentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan
dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan
dipelihara
3. suatu system tata nama, termasuk bentuk perhitungan garis
keturunan
4. ketentuan – ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota –
anggota kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap
kebutuhan– kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan
kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
5. merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang
walau bagaimana pun tidak mungkin menjadi terpisah dari
kelompok keluarga.
b. ciri – ciri khusus
1. Kebersamaan : keluarga merupakan bentuk yang hampir paling
universal dari antara bentuk organisasi sosial lainnya.
2. Dasar–dasar emosional : hal ini didasarkan pada suatu kompleks
dorongan–dorongan yang sangat mendalam dan ikatan kelompok
yang erat tentang emosi–emosi sekunder, dari cinta romantik, rasa
kasih saying sampai pada kebanggan akan ras.
3. Pengaruh perkembangan : bahwa keluarga merupakan lingkungan
sosial yang pertama–pertama bagi seluruh bentuk hidup yang
tertinggi, termasuk manusia. Pada khusunya membentuk karakter
4. Ukuran yang terbatas : keluarga merupakan kelompok yang
terbatas ukurannnya dan merupakan skala yang paling kecil dari
semua organisasi formal yang merupakan struktur sosial
5. Posisi inti dalam struktur sosial : keluarga merupakan inti dari
organisasi-organisassi sosial lainnya kerap kali didalam masyarakat
yang sederhana maupun didalam masyarakat yang lebih maju,
struktur sosial secara keseluruhan dibentuk dari satuan – satuan
keluarga.
6. Tanggung jawab para anggota : keluarga memiliki tuntutan –
tuntutannya dan dilaksanakan sesuai dengan kondisi – kondisi
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang mampu dilakukan oleh
keluarga.
7. Aturan kemasyarakatan (aturan – aturan sosial) : aturan-aturan
kemasyarakatan pada khusunya terjaga dengan adanya hal-hal yang
tabu dan aturan-aturan sah yang menetukan kondisi-kondisi
masyarakatnya (Khairuddin, 1997: 5-10)
2.5.3 Fungsi-Fungsi Pokok Keluarga
Pada dasarnya keluarga mempunyai fungsi-fungsi pokok yakni fungsi
yang sulit dirubah dan digantikan oleh orang lain. Sedangkan fungsi-fungsi lain
atau fungsi-fungsi sosial, relatif lebih mudah berubah atau mengalami perubahan.
Fungsi-fungsi pokok tersebut antara lain :
Keluarga merupakan tempat lahirnya anak – anak, fungsi ini merupakan dasar
kelangsungan hidup masyarakat. Namun, fungsi ini juga mengalami perubahan
karena keluarga sekarang cenderung pada jumlah anak yang sedikit.
b. Fungsi Afeksi
Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi.
Hubungan afeksi ini tumbuh sebagai akibat hubungan cinta kasih yang menjadi
dasar perkawinan. Melalui hubungan cinta kasih yang menjadi dasar perkawinan,
dari cinta kasih ini lahirlah hubungan hubungan persaudaraan, persahabatan,
kebiasaaan, indentifikasi, persamaan pandangan mengenai nilai-nilai cinta kasih.
Hubungan afeksi ini merupakan faktor penting bagi perkembangan pribadi anak.
Dalam masyarakat yang makin impersonal, sekuler dan asing, pribadi sangat
membutuhkan hubungan afeksi seperti yang terdapat pada keluarga, suasana
afeksi itu tidak terdapat dalam institusi sosial lainnya.
c. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi menunjukkan peranan keluarga dalam kepribadian anak.
Melalui interak sosial dalam keluarga, anak mempelajari pola – pola tingkah laku,
sikap dan keyakinan, cita-cita dan nilai–nilai dalam mayarakat dalam rangka
perkembangan kepribadiaannya.
2.5.4 Peranan Keluarga Terhadap Perkembangan Individu
Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan
manusia, tempat dimana dia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial
interaksi kelompok berlaku pula dalam interaksi kelompok keluarga yang
merupakan kelompok primer termasuk pembentukan norma-norma sosial,
internalisasi norma-norma, terbentunya tingkah laku individu dan lain-lain. Di
dalam keluarga interaksi sosial individu berdasarkan simpati, ia pertama-tama
belajar memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar bekerjasama,
bantu membantu.
Dalam interaksi sosial individu, seseorang pertama-tama memegang
peranan sebagai mahluk sosial yang memiliki norma-norma dan kecakapan dalam
pergaulannya dengan orang lain. Pengalaman-pengalaman dalam interaksi sosial
dalam keluarga turut menentukan pula cara-cara tingkah lakunya terhadap orang
lain dalam pergaulan sosial diluar keluarganya, didalam masyarakat pada
umumnya berlangsung tidak wajar.
Selain peranan umum keompok keluarga sebagai kerangka sosial yang
pertama, tempat manusia berkembang sebagi mahluk sosial terdapat pula
peranan-peranan tertentu di dalam keadaan-keadaan keluarga yang dapat mempenagaruhi
perkembangan individu sebagai mahluk sosial, antara lain:
a. Status sosial ekonomi
Keadaan sosial ekonomi keluarga tentulah berpengaruh terhadap perkembangan
individu, apabila kita perhatikan bahwa adanya perekonomian yang cukup, maka
lingkungan material yang dihadapi individu didalam keluarga itu lebih luas untuk
mengembangkan bermacam – macam kecakapan yang tidak dapat ia kembangkan
apabila tidak ada peranannya. Hubunagn orang tua dalam status sosial ekonomi
memperoleh nafkah hidupnya yang memadai. Orang tua dapat mencurahkan
perhatian yang lebih mendalam pada pendidikan anaknya apabila ia tidak dibebani
dengan masalah kebutuhan primer.
b. Kebutuhan keluarga
Salah satu faktor utama lain yang mempengaruhi perkembangan sosial individu
adalah faktor keutuhan keluarga. Keutuhan keluarga adalah keutuhan dalam
struktur keluarga terdiri atas ayah, ibu, dan anak-anak. Apabila tidak ada ayah
atau ibu atau bahkan keduanya, maka struktur keluarga sudah tidak utuh lagi.
Selain keutuhan dalam struktur keluarga dimaksudkan pula keutuhan dalam
interaksi keluarga, bahwa dalam keluarga berlangsung interaksi sosial yang wajar
(harmonis). Apabila orang tua berselisih disertai dengan tindakan agresif;
keluarga tidak dapat tidak dpat dikategorikan sebagai keluarga yang utuh.
c. Sikap dan kebiasaan orang tua
Peranan keluarga terhadap perkembangan sosial individu tidak hanya terbatas
pada status sosial ekonominya atau pada keutuhan struktur dan interaksinya saja.
Demikin juga cara-cara dan sikap-sikap dalam pergaulannya memegang peranan
cukup penting didalamnya. Keluarga itu merupakan kelompok sosial dengan
tujuan, struktur norma, dinamika kelompok, termasuk cara–cara kepemimpinanya
yang sangat mempengaruhi kehidupan individu yang menjaddi anggota keluarga
tersebut. Begitu pula cara-cara bertingkah laku orang tua yang dalam hal ini
menjadi pemimpin kelompok sangat mempengaruhi suasana interaksi keluarga
dan dapat merangsang perkembangan ciri-ciri tertentu pribadi anaknya.
Status anak berperan sebagai suatu faktor yang dapat mempeenagaruhi
perkembangan sosial dalam keluarganya. Status anak misalnya, status anak sebagi
anak tunggal, anak sulung atau anak bungsu diantara saudaranya. Hasil dari
beberapa penelitian menyimpulkan bahwa anak tunggal dibandingkan dengan
anak–nak yang bersaudara biasanya sangat egois, terdapat hal – hal mengenai
‘peranan aku’ didalam dirinya.
2.6 Defenisi Konsep Kesejahteraan Sosial
Konsep kesejahteran sosial sebagai suatu program yang teroganisir dan
sistematis yang dilengkapi dengan segala macam ketrampilan ilmiah merupakan
suatu konsep yang baru berkembang terutama di negara berkembang.
Masalah-masalah kemiskinan, penyakit dan disorganisasi sosial merupakan Masalah-masalah yang
sudah lama. Akan tetapi di negara-negara maju baru kira-kira seratus tahun
masalah itu dirasakan sangat berat dan menggangu perkembangan masyarakat
sehingga diperlukan sistem yang lebih teratur. Menurut Walteral Friedlander
(Nurdin, 1992: 1)
Kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisir dari
pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membantu individu
dan kelompok untuk mencapai standart hidup dan kesehatan yang memuaskan dan
relasi-relasi pribadi dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan
kemampuannya sepenuh mungkin dan meningkatkan kesejahteraannya selaras
Sedangkan kesejahteraan menurut UU No. 6 Tahun 1974 tentang
ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial, pasal 2 ayat 1 adalah sebagai
berikut: Kesejahteraan Sosial ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial,
material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan
ketentraman lahir dan batin yang memungkinkan bagi setianp warga negara untuk
mengadakan pemuasan kebutuhan jasmaniah dan rohaniah dan sosial yang
sebaik-baiknya bagi diri sendiri, keluarga serta masyarakat dengan menjungjung tinggi
hak-hak azasi serta kewajiban manusia sesuai dengan falsafah negara kita yaitu
Pancasila.
2.7 Kerangka Pemikiran
Krisis ekonomi global yang melanda dunia sangat berpengaruh terhadap
perekonomian Indonesia, krisis ekonomi telah membuat kondisi kehidupan rumah
tangga korban PHK sangat mengkhawatirkan. Buruh yang belum berkeluarga
memilih untuk pulang kampung atau pindah kota untuk mencari pekerjaan lain
sedangkan para buruh yang sudah berkeluarga memilih menetap karena untuk
pindah mereka membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Di tengah Pemutusan
Hubungan Kerja rumah tangga buruh harus tetap berusaha untuk memenuhi
kebutuhan hidup misalnya sandang, pangan, uang sekolah anaknya, biaya sewa
rumah dengan lapangan pekerjaan sangat sedikit dengan banyak persaingan.
Pemutusan hubungan kerja ini disebabkan oleh banyak perusahaan yang
biaya produksi perusahaan mengurangi kerugian dengan mengambil inisiatif yaitu
mengurangi jumlah tenaga kerja.
Rumah tangga yang terkena PHK tidak boleh pasrah dalam menghadapi
kondisi seperti ini harus ada suatu upaya untuk mengatasi berbagai permasalahan
yang melingkupi permasalahan kehidupan dilakukan oleh rumah tangga untuk
tetap dapat bertahan dalam menghadapi krisis global ini. Perlu adanya strategi
adaptasi yang mengoptimalkan segala potensi yang dilakukan oleh rumah tangga
korban PHK agar dapat mempertahankan sosial ekonomi keluarga. Maka untuk
memperjelas bahasan ini peneliti menggambarkan kerangka pemikiran strategi
adaptasi masarakat korban PHK dalam mempertahankan sosial ekonomi keluarga
Gambar I
Bagan Kerangka Penelitian
Pemutusan Hubungan Kerja
1. Pengontrolan konsumsi keluarga
2. Penggantian makanan yang dikonsumsi dengan yang lebih murah atau terjangkau misalnya mengganti ikan dengan telur.
3. Penjualan simpanan benda-benda berharga seperti emas, perabotan rumah tangga untuk memperoleh tambahan uang.
4. Peminjaman kredit dari Bank, anggota keluarga, pedagang atau lintah darat.
5. Produksi dan perdagangan skala kecil membuka warungan atau kedai sampah.
6. Menanam tanaman yang bisa yang bisa di konsumsi di pekarangan rumah
7. Migrasi ke desa atau ke kota lain.
8. Menitipkan anak ke kerabat atau keluarga lain baik secara temporer maupun permanen.
9. Penjualan asset produksi seperti tanah, binatang ternak untuk memperoleh tambahan uang
10. Menjadi Buruh Harian Lepas untuk menambah uang tambahan. 11. Mencari pekerjaan lain.
2.8 Defenisi Konsep
Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas
dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik, kejadian, keadaan kelompok atau
individu tertentu (Singarimbun, 1981:32) dalam hal ini konsep penelitian
bertujuan untuk merumuskan dan mendefinisikan istilah-istilah yang digunakan
secara mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi dan menghindari salah
pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian ini.
a. Starategi adaptasi diartikan sebagai suatu rencana yang cermat mengenai
kegiatan untuk mencapai sasaran atau tujuan khusus. Strategi adaptasi disini
adalah suatu cara atau teknik dari suatu gambaran tentang reaksi manusia
dalam menanggapi suatu keadaan yang ditempuh oleh keluarga korban PHK
dalam memenuhi kebutuhan keluarga
b. Keluarga adalah kelompok orang yang ada hubungan darah atau
perkawinan. Orang-orang yang termasuk keluarga adalah ibu, bapak dan
anak-anaknya
c. Rumah tangga adalah menunjuk pada sekumpulan orang yang hidup satu
atap namun tidak selalu memiliki hubungan darah.
d. PHK adalah kehilangan mata pencaharian bagi tenaga kerja. Dan
berakhirnya kontrak/perjanjian kerja dengan pengusaha.
e. Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga sesuatu yang berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan Keluarga akan Pendapatan, Perumahan, Pendidikan,
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan
keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan
lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta–fakta yang tampak atau sebagaimana
adanya ( Nawawi, 1998: 63 ).
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli.
Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena Kelurahan Kota Bangun berada di
Kawasan Industri Medan, kawasan industri sangat rentan dengan PHK dari hasil
observasi peneliti sudah banyak tenaga kerja/buruh yang di PHK. Hal ini yang
menyebabkan peneliti tertarik melakukan penelitian di Kelurahan Kota Bangun.
Peneliti ingin mengetahui kondisi sosial ekonomi rumah tangga korban PHK dan
bagaimana strategi adaptasi rumah tangga korban PHK dalam mempertahankan
sosial ekonomi keluarga.
3.3 Subjek Penelitian
Pada penelitian ini yang perlu di jelaskan bukan ”Populasi dan Sampel”
individu atau kelompok yang disajikan unit atau satuan (kasus) yang diselidiki
yang menjadi informan utama adalah informan itu sendiri yang merupakan
sumber keterangan yang penting.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam penentuan informan
adalah menggunakan teknik Bola Salju atau SnowBal. Teknik pengambilan
sampel dengan bantuan Key-informan, dan dari informan inilah akan berkembang
sesuai dengan petunjuknya. Penelitian ini meningkatkan diri secara intensif
terhadap suatu objek tertentu dengan mempelajari sebagai suatu kasus.
Sumber data tidak dipersoalkan dari sudut populasi dan sampel yang
berarti juga tidak mempersoalkan sifat repesentatif. Bahkan tidak perlu
menghiraukan berapa ukuran/jumlah yang diperlukan, untuk itu semua pihak yang
dinilai dapat memberikan informasi dapat disajikan sebagai sumber data.
Berdasarkan uraian diatas dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 keluarga
sebagai informan dengan tambahan sumber data dari Kantor Lurah, Kepala
Lingkungan I, tokoh agama, tokoh adat, dan juga korban PHK lainnya.
3.4 Studi Lapangan
Yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian dengan turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti, yaitu dengan cara:
1. Observasi (Direct observation) yaitu pengamatan langsung terhadap rumah
tangga korban PHK. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan
seperti telinga, mulut, penciuman, kulit. Observasi merupakan kemampuan
seseorang melakukan pengamatan melalui panca indra mata serta dibantu
oleh panca indra lainnya. Dalam penelitian ini metode observasi adalah
metode pengumpulan data dan pengamatan langsung. Mengamati perilaku,
kegiatan mereka, interaksi dalam rumah tangga mengumpulkan data tentang
gejala tertentu yang dilakukan dengan mengamati, mendengar dan mencatat
kejadian yang menjadi sasaran penelitian terhadap kondisi sosial rumah
tangga korban PHK dan strategi adaptasi apa yang dilakukan rumah tangga
korban PHK dalam meningkatkan sosial ekonomi keluarga.
2. Wawancara mendalam. Wawancara mendalam secara umum adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab
sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang
diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (Guide).
Wawancara dimana pewawancara dengan informan terlibat dalam
kehidupan sosial. Metode wawancara mendalam (in-depth interview) adalah
sama seperti metode wawancara lainnya, hanya peran pewawancara, tujuan
wawancara, peran informan, dan cara melakukan wawancara yang berbeda
dengan metode wawancara lainnya, adalah bahwa wawancara mendalam
dilakukan berkali-kali dengan membutuhkan waktu yang intensif
wawancara dilakukan kepada rumah tangga korban PHK di kelurahan Kota
3.5 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik analisis data yang dipakai adalah teknik
analisa data deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan, mengelola, menyajikan dan
menjabarkan hasil penelitian yang didapatkan peneliti dari lapangan dan akan
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1Letak Kelurahan Kota Bangun
Kelurahan Kota Bangun berada di Kecamatan Medan Deli dan merupakan
salah satu kecamatan yang ada di Kota Medan. Kelurahan Kota Bangun berada
pada ketinggian sekitar 1200 m di atas permukaan laut dan merupakan daerah
dataran rendah. Sementara itu curah hujan mencapai rata-rata 2510-3000 MM per
tahun dengan temperatur udara sekitar 30ºC-33ºC. Sedangkan PH tanah adalah
5,5-7. Udara di Kota Bangun sangat bau dan berdebu kondisi udara di kelurahan
ini sangat tercemar berat tiap hari kita akan melihat awan yang tertutup oleh awan
jarang sekali langit terlihat biru dan jernih. Apalagi dengan situasi wilayah
industri ini sudah yang biasa dan masyarakatpun tidak memperdulikannya.
Kota Bangun atau pada umumnya lebih dikenal dengan dengan Kawasan Industri
Medan ( KIM ).
Kelurahan Kota Bangun mempunyai batas-batas wilayah yaitu:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Titi Papan
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Mabar
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Manunggal Kab Deli Serdang
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Mabar
Kelurahan Kota Bangun ini terdiri dari 8 lingkungan yang masing-masing
dipimpin oleh seorang kepala lingkungan. Sementara itu wilayah Kelurahan Kota
adalah Luas industri dan Luas pertanian. Untuk lebih jelasnya luas Kelurahan
Kota Bangun lihat pada tabel berikut:
TABEL 1
LUAS KELURAHAN KOTA BANGUN
No Pemanfaatan tanah Luas (km) Persentase
1
Luas prasarana umum lainnya
1,76 km
Sumber: Kantor Kelurahan Kota Bangun ;2007
4.2 Keadaan Demografis
Kelurahan Kota Bangun mempunyai jumlah penduduk sebanyak 12.355
jiwa yang terdiri dari 1899 Kepala Keluarga (KK). Jadi terdapat jumlah rata-rata
per KK adalah 6,50 jiwa. Jumlah penduduk dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan, hal ini disebabkan oleh adanya angka kelahiran dan adanya
penduduk perantau yang datang ke daerah ini. Penduduk kelurahan ini terdiri dari
berbagai suku bangsa namun mayoritas penduduknya adalah suku Melayu sebagai
suku asli yang mendiami daerah ini. Selain itu terdapat juga penduduk dari suku