SKRIPSI
TINGKAT EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS SISTEM PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH DAN BELANJA DAERAH DI PEMERINTAHAN
PROVINSI SUMATERA UTARA
OLEH
EKA CHANDRA SIANIPAR 070503183
PROGRAM STUDI STRATA-1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini yang berjudul :
“Tingkat Efisiensi dan Efektivitas Sistem Pengelolaan Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah di Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara”
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat,
dipublikasi atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program S1 Reguler Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa
adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.
Medan, 6 Juli 2011
Yang membuat pernyataan,
Eka Chandra Sianipar
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk segala berkat dan tuntunanNya yang tiada berkesudahan, terlebih-lebih pada setiap pergumulan, hambatan, tantangan dan juga kemalasan yang telah dilalui, Tuhan tetap memberikan kekuatan kepada saya
untuk menaklukkannya untuk mengerjakan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Penulis memahami sepenuhnya bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan dan keterbatasan dalam segala hal sehingga mungkin masih ada beberapa kelemahan dalam penyusunannya. Oleh sebab itu penulis menerima segala masukan yang kontruktif dari para
pembaca guna penyempurnaan isi maupun teknik penulisan yang benar.
Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberi dukungan
moral bagi penulis demi terwujudnya skripsi ini, terutama kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi dan kepada Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak., selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Syamsul Bahri, TRB, MM, Ak., selaku Dosen Penguji I dan Bapak Sambas A. Kesuma, SE, M.Si, Ak., selaku Dosen Penguji II yang juga telah membantu penulis dalam
memberikan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi, khususnya para Dosen Akuntansi yang telah
membimbing dan mengajarkan ilmu pengetahuan selama penulis menimba ilmu di Fakultas Ekonomi.
6. Kedua Orangtua penulis, Drs. Pangeran Sianipar, M.Sc dan Frida L br. Sinambela, yang
telah mendidik, mengasihi dan membimbing serta mendukung di dalam doa dan membiayai penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini, juga kepada abang-kakak saya Esron T P
Sianipar, Erick W Sianipar, Erna R Sianipar, Edward F H Sianipar, Elon O Sianipar, Eliakim A Sianipar, Elisabeth K J Sianipar dan Dian Lestari yang merupakan sumber motivasi dan inspirasi dalam hidup Saya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, baik dari segi isi maupun penyajiannya. Hal ini disebabkan keterbatasan dan kemampuan penulis.
Oleh karena itu penulis selalu berusaha memperbaiki diri lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan
membantu semua pihak yang memerlukannya.
Eka Chandra Sianipar NIM : 070503183
ABSTRAK
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan hal yang sangat penting bagi setiap daerah yang memiliki otonomi. APBD adalah sebagai indikator layak tidaknya suatu daerah dalam mengurus pemerintahan daerahnya sendiri serta sebagai indikator tingkat kesejahteraan masyarakat di daerah itu sendiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran pendapatan dan belanja daerah di pemerintrahan provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak pemerintah provinsi Sumatera Utara dalam meningkatkan pengelolaan keuangan daerah dan juga sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.
Jenis penelitian ini berbentuk deskriptif dengan teknik analisis data menggunakan pendekatan lapangan dan penelitian kepustakaan. Teknik analisis tersebut digunakan untuk mengetahui bagaimana tingkat efisiensi dan efektivitas sistem pengelolaan keuangan daerah di provinsi Sumatera Utara.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pengelolaan pendapatan dan belanja daerah di provinsi Sumatera Utara sangat efisien dan efektif.
ABSTRACT
BudgetRevenueand Expenditure (APBD) is veryimportant foreveryregion that has autonomy.APBDisaviableindicator ofwhether or notan areain thecare ofits own
governmentas wellas anindicator ofthe level ofwelfare inthe region itself. The purposeof this studywas todetermine the level ofefficiencyandeffectiveness ofbudgetrevenue and expenditureareas inNorthSumatraprovincepemerintrahan. The studyis expected to contributeideasfortheNorthSumatraprovincialgovernmentin improvingfinancial managementandalsoas areference forfurtherresearch.
Descriptivetype of researchis shapedbydata analysis techniquesusing afieldapproachand the researchliterature. Analysistechniqueswere usedto determinehow the level ofefficiency andeffectiveness offinancial managementsystemsinNorthSumatraprovince.
The resultsof this study indicatethat therevenueandexpendituremanagementsystemsin the regionof NorthSumatraprovinceis veryefficientandeffective.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ...iv
ABSTRACT... v
DAFTAR ISI ...vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ...ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 5
1. Tujuan Penelitian ... 5
2. Manfaat Penelitian……….………5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 7
A. Tinjauan Teoritis ... 7
1. Prinsip-prinsip Pengelolaan Keuangan Daerah………..7
2. Dasar Hukum Keuangan Daerah... 8
5. Pengertian Efisiensi, Efektivitas………..13
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... .14
C. Kerangka Konseptual ... 16
1. Kerangka Konseptual ... 16
BAB III METODE PENELITIAN ... 18
A. Desain Penelitian ... 18
B. Jenis dan Sumber Data ... 18
C. Teknik Pengumpulan Data ... 18
D. Analisis Data ... 19
E. Metode Analisis Data ... 23
F. Jadwa Penelitian.……….23
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN ... 24
A. Data Penelitian ... 24
B. Analisis Data ... 30
1. Analisis Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah dari Sisi Pendapatan ... 30
2. Analisis Tingkat Pertumbuhan Pendapatan dan Belanja Operasional…....32
3. Efisiensi Pengelolaan dilihat dari Sisi Belanja ... 34
4. Efektivitas Pengelolaan dilihat dari Sisi Pendapatan………..…....34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 36
A. Kesimpulan ... 36
B. Saran ... 37
DAFTAR TABEL
TABEL 3.1 Kriteria Efisiensi ... 21
TABEL 3.2 Kriteria Efektivitas ... 22
TABEL 3.3 Jadwal Penelitian ... .23
TABEL 4.1 Realisasi Pendapatan Provinsi Sumatera Utara……...………26
TABEL 4.2 Perbandingan Realisasi Operasional Terhadap Total Belanja……...………..29
TABEL 4.3 Struktur Hubungan Keuangan Pusat dan Pemprovsu ... 31
TABEL 4.4 Pertumbuhan Realisasi Pendapatan dan Belanja Operasional ... 33
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Target APBD Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2009
LAMPIRAN 2 Realisasi APBD Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2009
LAMPIRAN 3 Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2009
LAMPIRAN 4 Pertumbuhan Realisasi Pendapatan dan Belanja Operasional Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2009
LAMPIRAN 5 Daftar Realisasi Pendapatan dan Belanja Operasional Provinsi Sumatera
Utara Tahu n 2005-2009
Eka Chandra Sianipar NIM : 070503183
ABSTRAK
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan hal yang sangat penting bagi setiap daerah yang memiliki otonomi. APBD adalah sebagai indikator layak tidaknya suatu daerah dalam mengurus pemerintahan daerahnya sendiri serta sebagai indikator tingkat kesejahteraan masyarakat di daerah itu sendiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran pendapatan dan belanja daerah di pemerintrahan provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak pemerintah provinsi Sumatera Utara dalam meningkatkan pengelolaan keuangan daerah dan juga sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.
Jenis penelitian ini berbentuk deskriptif dengan teknik analisis data menggunakan pendekatan lapangan dan penelitian kepustakaan. Teknik analisis tersebut digunakan untuk mengetahui bagaimana tingkat efisiensi dan efektivitas sistem pengelolaan keuangan daerah di provinsi Sumatera Utara.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pengelolaan pendapatan dan belanja daerah di provinsi Sumatera Utara sangat efisien dan efektif.
ABSTRACT
BudgetRevenueand Expenditure (APBD) is veryimportant foreveryregion that has autonomy.APBDisaviableindicator ofwhether or notan areain thecare ofits own
governmentas wellas anindicator ofthe level ofwelfare inthe region itself. The purposeof this studywas todetermine the level ofefficiencyandeffectiveness ofbudgetrevenue and expenditureareas inNorthSumatraprovincepemerintrahan. The studyis expected to contributeideasfortheNorthSumatraprovincialgovernmentin improvingfinancial managementandalsoas areference forfurtherresearch.
Descriptivetype of researchis shapedbydata analysis techniquesusing afieldapproachand the researchliterature. Analysistechniqueswere usedto determinehow the level ofefficiency andeffectiveness offinancial managementsystemsinNorthSumatraprovince.
The resultsof this study indicatethat therevenueandexpendituremanagementsystemsin the regionof NorthSumatraprovinceis veryefficientandeffective.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di dalam suatu negara dengan wilayah yang luas membutuhkan suatu sistem pemerintahan (governance) yang baik. Sistem ini sangat diperlukan setidaknya oleh dua hal: pertama sebagai alat untuk melaksanakan berbagai pelayanan publik di berbagai daerah, kedua sebagai alat bagi
masyarakat setempat untuk berperan serta aktif dalam menetukan arah dan cara mengembangkan taraf hidupnya sendiri selaras dengan peluang dan tantangan yang dihadapi dalam
koridor-koridor kepentingan nasional.
Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, pelayanan masyarakat dan pembangunan, maka pemerintahan negara pada hakekatnya mengemban 3 (tiga) fungsi utama yaitu :
1. fungsi alokasi, meliputi sumber-sumber ekonomi dalam bentuk barang dan jasa pelayanan masyarakat;
2. fungsi distribusi pembangunan;
3. fungsi stabilisasi yang meliputi, pertahanan keamanan dan ekonomi moneter.
Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 25 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah,
tuntutan terhadap penciptaan kondisi perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah yang rasional dan proporsional.
Konsekuensi dari kedua Undang-undang tersebut bahwa daerah harus mampu mengembangkan
otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab dalam rangka pemberdayaan masyarakat,
lembaga ekonomi, lembaga politik, lembaga hukum, lembaga, keuangan, lembaga adat dan lembaga
swadaya masyarakat serta seluruh potensi masyarakat dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pelaksanaan otonomi daerah merupakan proses yang memerlukan keterlibatan segenap
unsur dan lapisan masyarakat, serta memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah dalam
melakukan pengelolaan keuangan daerah sehingga peran pemerintah adalah sebagai katalisator dan
fasilitatator, karena pihak pemerintahlah yang lebih mengetahui sasaran dan tujuan pembangunan yang
akan dicapai. Sebagai katalisator dan fasilitator tentunya membutuhkan sarana dan fasilitas pendukung
dalam rangka terlaksananya pembangunan secara berkesinambungan.
Salah satu aspek penting pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi yang harus diatur secara hati-hati adalah masalah pengelolaan keuangan daerah dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Dimana APBD merupakan kebijaksanaan keuangan tahunan pemerintah daerah
yang disusun berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, serta berbagai pertimbangan lainnya dengan maksud agar penyusunan, pemantauan, pengendalian dan evaluasi
anggaran pendapatan belanja daerah mudah dilakukan. Pada sisi yang lain anggaran pendapatan belanja daerah dapat pula menjadi sarana bagi pihak tertentu untuk melihat atau mengetahui kemampuan daerah baik dari sisi pendapatan dan sisi belanja, sedangkan dari sisi anggaran
disepakati bersama. Oleh sebab itu, kegiatan rutin yang akan dilaksanakan merupakan salah satu aspek yang menentukan keberhasilan pembangunan.
Perkembangan APBD terutama di sisi pendapatan daerah dapat menjadi dasar perencanaan jangka pendek (satu tahun) dengan asumsi bahwa perkembangan yang akan terjadi pada satu
tahun ke depan relatif sama. Pendapatan Asli Daerah merupakan pencerminan dari potensi ekonomi daerah, untuk itu tidak berlebihan apabila pemerintah pusat menjadikan PAD sebagai kriteria utama dalam pemberian otonomi daerah.
Untuk mewujudkan otonomi daerah dan desentralisasi yang luas, nyata dan bertanggung jawab
diperlukan manajemen keuangan daerah secara ekonomis, efisien, efektif, transparan dan akuntability.
Menurut Mardiasmo (2002), Elemen manajemen keuangan daerah diperlukan untuk mengontrol
kebijakan keuangan daerah tersebut meliputi:
1. akuntabilitas;
2. value for money;
3. kejujuran dalam mengelola keuangan publik;
4. transparansi;
5. pengendalian.
Dalam rangka pertanggungjawaban publik, pemerintah daerah melakukan optimalisasi
anggaran yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Keterangan
Tahun Penelitian
Tingkat Penduduk Miskin di Sumatera Utara 14,68% 15,66% 13,90% 12,55% 11,51%
Laju Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Utara 5,48% 6,20% 6,90% 6,39% 5,70%
Jumlah Keluarga Pra Sejahtera di Sumatera
Utara
645.788 1.070.037 1.043.158 1.032.337 1.049.325
Jumlah Pencari Kerja Terdaftar di Sumatera
Utara
174.664 179.606 386.754 146.294 165.280
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara
Pengalaman yang terjadi selama ini menunjukan bahwa manajemen keuangan daerah
masih memprihatinkan, ini terlihat dari banyaknya keluarga pra sejahtera dan jumlah pencari kerja yang masi belum menunjukkan peningkatan yang berarti, serta tingkat penduduk miskin dan laju pertumbuhan ekonomi yang belum menjajikan sebagai indikator bahwa manejemen
keuangan Provinsi Sumatera Utara tergolong baik . Anggaran daerah khususnya pengeluaran daerah belum mampu berperan sebagai insentif dalam mendorong laju pembangunan di daerah.
Di samping itu, banyak ditemukan keluhan masyarakat yang berkaitan dengan pengalokasian anggaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan skala prioritas serta kurang mencerminkan aspek ekonomi, efisiensi dan efektivitas.
Dilihat dari aspek masyarakat dengan adanya peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik maka dapat meningkatnya tuntutan masyarakat akan pemerintah
Berdasarkan latar belakang masalah, dimana pengawasan pemerintah daerah dalam rangka
mempertanggungjawabkan terhadap publik berkaitan langsung dengan kebijakan keuangan. Oleh
karena itu pemerintah daerah harus mengoptimalisasi anggaran secara efisien dan efektif, dan yang
menjadi permasalahan adalah bagaimana tingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan daerah
di Provinsi Sumatera Utara.
Penelitian ini adalah penelitian replikasi dari penelitian yang pernah dilakukan oleh Supratman
(2001) yang berjudul “Efisiensi dan Efektivitas Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah di Provinsi DKI
Jakarta”. Perbedaan penelitian ini dengan peneliti terdahulu adalah penelitian ini menggunakan
data-data yang diambil dari data-data anggaran APBD dan realisasi APBD Provinsi Sumatera Utara pada periode
2005-2009, sedangkan penelitian terdahulu menggunakan data-data yang diambil dari data anggaran
APBD dan realisasi APBD Provinsi DKI Jakarta periode 1996/1997-2000.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Tingkat
Efisiensi dan Efektivitas Sistem Pengelolaan Pandapatan Daerah dan Belanja Daerah di Pemerintahan
Provinsi Sumatera Utara”
B. Batasan Masalah dan Perumusan Masalah
Karena sangat luasnya cakupan sistem pengelolaan keuangan daerah, penulis membatasi
penelitian hanya pada sistem pengelolaan pendapatan daerah dan belanja daerah.
Dari latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah yaitu “Apakah tingkat Efisiensi dan
Efektivitas pengelolaan pendapatan daerah dan belanja daerah di Pemerintahan Provinsi Sumatera
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat efektifitas dan efisiensi pengelolaan keuangan daerah Provinsi Sumatera Utara;
2. Untuk mengetahui pertumbuhan penerimaan dan belanja daerah;
3. Untuk mengetahui hubungan antara realisasi pendapatan daerah dan realisasi belanja
daerah dari tahun anggaran 2005 sampai dengan tahun anggaran 2009.
2.Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Bagi penulis, menambah khasanah ilmu dalam bidang keuangan daerah khususnya dalam pengelolaan keuangan daerah.
2. Bagi pemerintah, memberikan kotribusi pemikiran kepada Pemerintah Provinsi
3. Bagi masyarakat, memberikan informasi yang jelas tentang pengelolaan keuangan di Provinsi Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
4. Prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah
Pengelolaan keuangan daerah berarti mengurus dan mengatur keuangan daerah itu sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1989) sebagai berikut.
1. Tanggung jawab (accountability)
Pemerintah daerah harus mempertanggungjawabkan keuangannya kepada lembaga
atau orang yang berkepentingan sah, lembaga atau orang itu adalah Pemerintah
Pusat, DPRD, Kepala Daerah dan masyarakat umum.
2. Mampu memenuhi kewajiban keuangan
Keuangan daerah harus ditata dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu
melunasi semua kewajiban atau ikatan keuangan baik jangka pendek, jangka panjang
maupun pinjaman jangka panjang pada waktu yang telah ditentukan.
Hal-hal yang menyangkut pengelolaan keuangan daerah pada prinsipnya harus
diserahkan kepada pegawai yang benar-benar jujur dan dapat dipercaya.
4. Hasil guna (effectiveness) dan daya guna (efficiency)
Merupakan tata cara mengurus keuangan daerah harus sedemikian rupa sehingga
memungkinkan program dapat direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan
pemerintah daerah dengan biaya yang serendah-rendahnya dan dalam waktu yang
secepat-cepatnya.
5. Pengendalian
Aparat pengelola keuangan daerah, DPRD dan petugas pengawasan harus melakukan
pengendalian agar semua tujuan tersebut dapat tercapai
5. Dasar hukum keuangan daerah
Dasar hukum yang digunakan dalam pengelolaan keuangan daerah di mana merupakan
perwujudan dari rencana kerja keuangan tahunan pemerintah daerah, selain berdasarkan
ketentuan-ketentuan umum yang berlaku juga berdasarkan pada :
a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah;
b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah;
e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan dalam Pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas
Perbantuan;
f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2000 tentang Informasi Keuangan
Daerah.
6. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Anggaran daerah merupakan rencana kerja pemerintah daerah yang diwujudkan dalam
bentuk uang selama periode tertentu (satu tahun) (Jones & Pendlebury, 1996). Anggaran ini digunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya pengeluaran, membantu pengambilan
keputusan dan perencanaan pembangunan, otorisasi pengeluaran di masa-masa yang akan datang, sumber pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja dan sebagai alat untuk memotivasi para pegawai dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dari berbagai unit kerja.
Menteri Negara Otonomi Daerah Republik Indonesia menyebutkan bahwa Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada hakekatnya merupakan instrumen kebijakan yang dipakai,
sebagai alat untuk meningkatkan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Oleh
karena itu, DPRD dan pemerintah daerah harus berupaya secara nyata dan terstruktur guna
menghasilkan APBD yang dapat mencerminkan kebutuhan riil masyarakat sesuai dengan potensi
pada kepentingan dan akuntabilitas publik. Dengan demikian APBD harus benar-benar dapat
mencerminkan kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.
4. Sistem Pengelolaan Pendapatan daerah dan Belanja Daerah
Menurut artikel yang dilansir oleh egovetime.com sistem pengelolaan pendapatan daerah
adalah sistem yang membantu Pemerintah Daerah dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan
pemungutan pendapatan daerah dan koordinasi dengan instansi lain dalam perencanaan, pelaksanaan
serta pengendalian pemungutan pendapatan daerah. Berbeda dari Sistem Keuangan, sistem ini
membantu Eksekutif Daerah untuk secara cepat mengetahui potensi pendapatan Pemda dari semua
sumber pendapatan yang ada guna penyusunan kebijakan Pemerintah Daerah yang lebih baik lagi. Dan
sesuai dengan Surat Edaran No 903/2429/SJ tentang Penyusunan APBD, maka pendapatan daerah
terdiri dari :
a. Pendapatan Asli Daerah
1) Penetapan peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah agar
berpedoman pada ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 34 Tahun
2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan juga Peraturan Pemerintah Nomor 65
Tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun
2001 tentang Retribusi Daerah;
2) Hasil penggunausahaan atau penjualan kekayaan milik daerah yang tidak
akibat dari penjualan dan atau pengadaan barang dan atau jasa, serta sumbangan
pihak ketiga dianggarkan dalam kelompok Lain-lain PAD yang sah;
3) Setiap rincian objek pendapatan asli daerah yang dianggarkan harus
mencantumkan dasar hukum pemungutan/penerimaan dan target dari potensi
pungutan yang direncanakan.
b.Dana Perimbangan
1) Penerimaan dana perimbangan dianggarkan pada pos belanja sekretariat daerah
atau satuan kerja pengelola keuangan daerah.
2) Sambil menunggu penetapan dana perimbangan tahun anggaran yang berkenaan,
pemerintah daerah dapat menggunakan pagu dana perimbangan yang ditetapkan
dalam tahun anggaran sebelumnya. Penyesuaian angka Dana Alokasi Umum
Tahun yang berkenaan yang sesungguhnya dapat dilakukan dalam Perubahan
APBD tahun anggaran berkenaan.
c. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Pendapatan daerah yang tidak dapat dikelompokan dalam jenis pendapatan asli
daerah dan dana perimbangan dianggarkan pada lain-lain pendapatan daerah
yang sah seperti dana otonomi khusus, dana penyesuaian, hibah dan dana
darurat.
Sistem pengelolaan belanja daerah adalah sistem yang membantu Pemerintah Daerah dalam
melaksanakan tugas penyelenggaraan pengeluaran belanja daerah dan koordinasi dengan instansi lain
dalam perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian pengeluaran belanja daerah. Menurut Pasal 20 PP
mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah. Belanja daerah diklasifikasikan menurut
organisasi, fungsi, program dan kegiatan, serta jenis belanja. Klasifikasi belanja menurut organisasi
disesuaikan dengan susunan organisasi pemerintahan daerah. Klasifikasi belanja menurut fungsi terdiri
dari:
a. Klasifikasi berdasarkan urusan pemerintahan.
Klasifikasi belanja berdasarkan urusan pemerintahan diklasifikasikan menurut
kewenangan pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota.
b. Klasifikasi fungsi pengelolaan keuangan negara.
Klasifikasi belanja menurut fungsi yang digunakan untuk tujuan keselarasan dan
keterpaduan pengelolaan keuangan negara terdiri dari:
1) pelayanan umum;
2) ketertiban dan keamanan;
3) ekonomi;
4) lingkungan hidup;
5) perumahan dan fasilitas umum;
6) kesehatan;
9) pendidikan; serta
10) perlindungan sosial.
Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan disesuaikan dengan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah. Klasifikasi belanja menurut jenis belanja terdiri dari:
a. belanja pegawai;
b. belanja barang dan jasa;
c. belanja modal;
d. bunga;
e. subsidi;
f. hibah;
g. bantuan sosial;
h. belanja bagi hasil dan bantuan keuangan; dan
i. belanja tidak terduga.
5. Pengertian efisiensi, efektivitas
Efisiensi adalah hubungan antara input dan output. Efisiensi merupakan ukuran
a. efisiensi pada sektor usaha swasta ( private sector efficiency), dijelaskan dengan konsep input output yaitu rasio output dan input;
b. efisiensi pada sektor pelayanan masyarakat ( public sector efficiency) adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan baik dengan pengorbanan seminimal mungkin;
c. suatu kegiatan dikatakan telah dikerjakan secara efisien jika pelaksanaan pekerjaan tersebut telah mencapai sasaran (output) dengan biaya (input) yang terendah atau dengan biaya (input) minimal diperoleh hasil (output) yang
diinginkan.
Beberapa cara untuk meningkatkan efisiensi adalah dengan meningkatkan output
dengan input yang sama, atau dengan menaikan output dengan proporsi yang besar dengan kenaikan ouput yang proporsional, atau juga dengan menurunkan input dengan proporsi yang besar dan menurunkan ouput secara proporsional.
Pengertian efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan atau dapat juga dikatakan merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan prosedur dari
organisasi. Efektivitas juga berhubungan dengan derajat keberhasilan suatu operasi pada sektor publik sehingga suatu kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat yang merupakan sasaran yang
telah ditentukan.Efektivitas adalah hasil guna kegiatan pemerintah dalam mengurus keuangan daerah harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan program dapat direncanakan dan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan pemerintah dengan biaya serendah-rendahnya dan dalam waktu secepat-sepatnya (Devas, dkk, 1989).
a. Faktor sumber daya manusia seperti tenaga kerja, kemampuan kerja, maupun sumber daya fisik seperti peralatan kerja, tempat bekerja serta dana keuangan.
b. Faktor struktur organisasi yaitu susunan yang stabil dari jabatan-jabatan baik itu struktural maupun fungsional.
c. Faktor tehnologi pelaksanaan pekerjaan.
d. Faktor dukungan kepada aparatur dan pelaksanaanya baik pimpinan maupun masyarakat. e. Faktor pimpinan dalam arti kemampuan untuk mengkombinasikan keempat faktor
tersebut kedalam suatu usaha yang berdaya guna dan berhasil guna untuk mencapai sasaran yang dimaksud.
B. Tinjauan Peneliti Terdahulu
Penelitian yang berkaitan dengan efisiensi dan efektivitas ditinjau dari aspek sistem
pengelolaan keuangan daerah memang telah banyak dilakukan. berdasarkan hasil penelitian (Hakim,1995) menyatakan bahwa meningkatnya kemandirian daerah dalam kaitannya dengan pelaksanaan otonomi daerah diperlukan kinerja komponen-komponen terkait secara mantap
dengan efisiensi dan efektivitas yang tinggi. Hal ini akan menyebabkan semua aspek yang ada dapat memberikan hasil yang optimal dengan demikian nantinya pemerintah daerah akan dapat
membiayai dan mengurus rumah tangganya sendiri. (Khan, 1994) mengemukakan bahwa penelitian terhadap Value For Money (VFM) juga dapat melihat lebih jauh keefektivan dari sistem dan prosedur pengawasan internal. Di Indonesia ketergantungan pemerintah daerah
terhadap subsidi atau bantuan pemerintah pusat telah menjadi topik penelitian yang cukup menarik untuk daerah tingkat I tercatat satu penelitian yang cukup baik yaitu penelitian
ketergantungan keuangan pemerintah daerah yang tinggi terhadap pemerintah pusat. Untuk mengurangi beban subsidi pemerintah pusat dianjurkan diberikannya otonomi keuangan daerah
yang cukup luas, sehingga daerah mampu menggali sumber-sumber keuangannya sendiri dan memanfaatkannya secara optimal.
(Insukindro, dkk, 1994) melakukan penelitian di beberapa daerah kabupaten/kota yaitu: Padang, Lampung Tengah, Banyumas, Semarang, Yogyakarta, Kediri, Sumenep, Bandung, Barito Kuala dan Sidrap, untuk mengkaji peranan dan pengelolaan keuangan daerah dan usaha
peningkatan PAD. (Miller, dan. Russek, 1997) menganalisis struktur fiskal dan pertumbuhan ekonomi pada tingkat negara bagian dan pemerintah lokal dengan mengembangkan dan
membandingkan hasil-hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya. Penelitian lain yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan oleh (Medi, 1996) bahwa untuk mencapai efektifitas perlu menggali sumber-sumber pendapatan baru sedangkan untuk mencapai efisiensi
pengelolaan keuangan agar pengeluaran-pengeluaran yang tidak bermanfaat sedapat mungkin dikurangi.
(Mardiasmo, 1999) membahas pengelolaan keuangan daerah yang berorientasi pada kepentingan publik menyimpulkan bahwa line-item dan incrementalis sebaiknya diganti dengan model yang lebih baik, agar anggaran daerah lebih dekat dengan gerak dinamis kebutuhan dan
prioritas masyarakat. Aspek manajemen keuangan daerah, memberdayakan internal auditor (inspektorat) dan pengembangan mekanisme horizontal accountability merupakan prasyarat
untuk meningkatkan akuntabilitas anggaran daerah.
Dari berbagai penelitian tersebut di atas diharapkan dapat memberikan masukan dalam
mengembangkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Supratman (2001) tentang “Efisiensi dan
Efektivitas Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah di Provinsi DKI Jakarta” dalam hal ini perbedaan
penelitian ini dengan peneliti sebelumnya adalah lokasi penelitian dan periode penelitian.
C. KERANGKA KONSEPTUAL
(Mardiasmo, 2000) Perubahan yang fundamental dalam sistem tata pemerintahan dan system
keuangan pemerintah pusat dan daerah dengan berlakunya Undang-undang Nomor 22 dan 25 Tahun
1999 adalah pada sistem pemerintahan, perubahan yang terjadi adalah berupa pelaksanaan otonomi
daerah dan desentralisasi yang luas dan nyata dan bertanggungjawab kepada pemerintah daerah. Di
mana pemerintah daerah dituntut untuk kesiapannya menyiapkan diri secara kelembagaan , sumber PENGELOLAAN APBD PEMPROVSU
PENDAPATAN DAERAH
BELANJA DAERAH
daya manusia dan tehnologi dalam mewujudkan otonomi dan desentralisasi secara nyata,
bertanggungjawab dan dinamis.
Pada sistem keuangan perubahan yang terjadi adalah dengan dilakukannya reformasi anggaran,
sistem pembiayaan, sistem akuntansi, sistem pemeriksaan laporan keuangan pemerintah daerah serta
sistem manajemen keuangan daerah. Dalam sistem keuangan tuntutan pembaharuan yang dilakukan
adalah dikelolanya uang rakyat secara transparan dengan didasarkan pada value for money (VFM) agar
terciptanya akuntabilitas publik. Value for money merupakan tiga elemen dasar yaitu: ekonomis, efisien
dan Efektifitas, untuk itu maka pengelolaan keuangan daerah merupakan issue utama dalam pencapaian
tujuan pemerintahan yang bersih, dan manajemen pengelolaan keuangan yang baik adalah yang mampu
mengontrol kebijakan keuangan daerah secara ekonomis, efisien, efektif, transparan dan akuntabel.
Menurut Kepmendagri No. 690.900.327 tahun 1996 tentang pedoman penilaian dan kinerja keuangan
dimana secara kuantitatif tingkat efisiensi dapat diukur dengan rasio antara output/keluaran dan
input/masukan sekunder, dalam pengelolaan keuangan daerah yaitu membandingkan antara realisasi
anggaran belanja daerah dengan penerimaan daerah dikalikan dengan seratus dalam persentase.
Penilaian dikatakan sangat efisien apabila hasil perhitungan di bawah 60 (enam puluh) persen. Demikian
juga untuk pengukuran tingkat efektifitas adalah ukuran berhasil tidaknya pencapaian tujuan suatu
organisasi yaitu dengan membandingkan realisasi penerimaan dengan target dikalikan dengan seratus
dalam persentase. Penilaian dikatakan sangat efektif apabila hasil perhitungan diatas 100 (seratus)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian Deskriptif. Penelitian deskriptif adalah
memaparkan masalah sedemikian rupa tentang peristiwa dan tingkah laku dari objek yang diteliti,
mengumpulkan data, menyusun, menganalisa, dan kemudian menginterpretasikannya (Nazir, 1983).
B. Jenis dan Sumber Data
Untuk mengadakan penganalisaan terhadap tingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan
keuangan daerah dan untuk pembahasan permasalahan, maka dibutuhkan data-data dari berbagai sumber yang mendukung pengalisaan dan pembahasan masalah ini. Data yang dibutuhkan adalah data sekunder yang berupa dari pendapatan daerah yaitu terdiri dari: pendapatan asli daerah, bagi
hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak, dana sumbangan/bantuan bersumber pada APBD,dan Belanja Daerah yang terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Perjalanan Dinas,
Belanja Pemeliharaan, dan Belanja Operasi serta Pemeliharaan sarana dan Prasarana Umum
C.Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan dua pendekatan yaitu penelitian kepustakaan dan penelitian
diteliti, sehingga diperoleh landasan teori yang dapat mendukung analisis yang dilakukan nantinya.
Penelitian lapangan dimaksudkan untuk menghimpun data dan informasi tersebut diperoleh dari Biro
Keuangan di provinsi Sumatera Utara.
Penelitian Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtut waktu (time
series) meliputi data target dan realisasi penerimaan, belanja daerah dan target yang telah ditetapkan
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Dalam penelitian ini dilakukan pada instansi yang berwenang
yaitu Biro Keuangan Provinsi Sumatera Utara.
D. Analisis Data
Analisis data yang digunakan untuk menganalisis hasil penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui efektivitas, efisiensi, pertumbuhan dan
hubungan keeratan antara realisasi penerimaan dan belanja daerah dalam proses pengelolaan keuangan
daerah provinsi Sumatera Utara dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009.
1.Analisis struktur hubungan keuangan pusat dan daerah
Dari sisi penerimaan struktur hubungan keuangan pusat dan daerah dapat diketahui dengan
menggunakan Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF). Di mana DDF antara pemerintah pusat dan daerah
dapat diukur dengan menghitung persentase rasio antara Pendapatan Asli Daerah terhadap Total
Penerimaan Daerah (TPD). Sebagai perbandingan akan dianalisis Derajat Desentralisasi Perpajakan
Daerah (DDP) yaitu dengan menghitung persentase Bagi Hasil Pajak Pusat dan Bukan Pajak (BHP)
terhadap Total Penerimaan Daerah. Kemudian menghitung persentase Sumbangan dan Bantuan
terhadap Total Penerimaan daerah. Untuk menghitung Derajat Desentralisasi Fiskal digunakan Formula
DDF : Derajat Desentralisasi Fiskal,
PAD : Pendapatan Asli Daerah,
TPD : Total Penerimaan Daerah,
DDP : Derajat Desentralisasi Perpajakan Daerah,
BHP : Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak,
DB : Derajat Bantuan dan Sumbangan,
B : Sumbangan dan Bantuan Pemerintah Pusat,
2. Analisis tingkat pertumbuhan
Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan realisasi penerimaan dan belanja daerah dapat
digunakan formula (Widodo, 1990 : 36 ) :
di mana :
∆ X = Rasio pertumbuhan realisasi penerimaan atau belanja daerah
Xt = Jumlah penerimaan atau belanja daerah
X(t-i) = Jumlah penerimaan atau belanja daerah tahun sebelumnya.
3. Analisis Efisiensi
Efisiensi dapat diukur dengan rasio antara output/keluaran dan input/masukan sekunder,
sedangkan analisis yang dilakukan terhadap pengelolaan keuangan daerah dengan belanja daerah
menggunakan ukuran tingkat efisiensi yaitu perbandingan antara realisasi pengeluaran anggaran rutin
dengan pendapatan/penerimaan daerah dikalikan dengan seratus dalam bentuk persentase.
Belanja daerah
Efisiensi = x 100 % ………..( 2-3 )
Penerimaan
Dengan mengetahui hasil perbandingan antara realisasi belanja daerah dan realisasi penerimaan dengan menggunakan ukuran efisiensi tersebut dapat dilakukan terhadap sistem
pengelolaan keuangan pemerintah daerah, dengan kriteria penilaian berdasarkan pada Kepmendagri No.690.900.327 tahun 1994 tentang Pedoman Penilaian dan Kinerja Keuangan yang disusun dalam tabel berikut ini :
Tabel.3.1
PERSENTASE KINERJA KEUANGAN KRITERIA
100% keatas
90 % - 100 %
80 % - 90 %
60 % - 80 %
dibawah dari 60 %
Tidak efisien
Kurang efisien
Cukup efisien
Efisien
Sangat efisien
Sumber : Kepmendagri No.690.900.327 tahun 1994.
4. Analisis Efektivitas
Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya pencapaian tujuan suatu organisasi. Apabila suatu
organisasi mencapai tujuan maka organisasi tersebut telah berjalan dengan efektif. Analisis efektivitas
pengelolaan keuangan pemerintah daerah dapat dirumuskan dengan menggunakan rasio perbandingan
antara realisasi penerimaan dengan target yang ditetapkan dikalikan dengan seratus dalam bentuk
persentase
Realisasi penerimaan
Efektivitas = x 100 %……….( 2 – 4)
Nilai efektivitas diperoleh dari perbandingan sebagai mana tersebut diatas diukur berdasarkan pada Kepmendagri No.690.900.327 tahun 1994 tentang Pedoman Penilaian dan
Kinerja Keuangan yang disusun dalam tabel berikut ini :
Tabel.3.2
Kriteria Kinerja Keuangan
PRESENTASE KINERJA KEUANGAN KRITERIA
100% keatas
90 % - 100 %
80 % - 90 %
60 % - 80 %
dibawah dari 60 %
Sangat Efektif
Efektif
Cukup Efektif
Kurang Efektif
Tidak Efektif
Sumber : Kepmendagri No.690.900.327 tahun 1994.
E. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan adalah metode Deskriptif. Metode analisa ini memaparkan masalah sedemikian
rupa tentang peristiwa dan tingkah laku dari objek yang sedang diteliti, mengumpulkan data, menysun,
F. Jadwal Penelitian
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian
BAB IV
Tahapan Penelitian
2011
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli
Minggu ke 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan Judul
Penyelesaian Proposal
Seminar Proposal
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Bimbingan &
Penyelesaian
ANALISIS DATA
A. Data Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan dua pendekatan yaitu penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca berbagai buku literatur dan referensi lainnya, termasuk hasil-hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang diteliti, sehingga diperoleh landasan teori yang dapat mendukung analisis yang dilakukan nantinya. Penelitian lapangan dimaksudkan untuk menghimpun data dan informasi tersebut diperoleh dari Biro Keuangan, Instansi dan Unit Kerja terkait lainnya yang ada di Provinsi Sumatera Utara.
Pengelompokan dan pengumpulan data didasarkan atas jenis dan asal data, yang terdiri dari data sekunder yang berasal dari pendapatan daerah, belanja daerah, pendapatan asli daerah, bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak, dana sumbangan/bantuan bersumber pada APBD yang berasal dari data Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang berasal dari Biro Keuangan Provinsi Sumatera Utara. Penelitian Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtut waktu (time series) meliputi data target dan realisasi pendapatan, belanja operasional dan target yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Dalam penelitian ini dilakukan pada instansi yang berwenang yaitu Biro Keuangan Provinsi Sumatera Utara.
1. Objek penelitian
(BHBP) serta pendapatan yang bersumber dari pemerintah pusat seperti dana transfer pemerintah pusat dan bantuan pembangunan serta pinjaman daerah.
Berdasarkan paradigma baru yaitu Undang-undang nomor 22 dan 25 tahun 1999 disebutkan bahwa sumber-sumber pendapatan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri dari :
1. Pendapatan Asli Daerah yang terdiri hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan serta lain-lain pendapatan asli daerah yang sah;
2. Pendapatan Transfer yaitu terdiri atas transfer pemerintah pusat-dana perimbangan yaitu bagian daerah dari pendapatan pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan dan pendapatan dari sumber daya alam, dana alokasi umum, dana alokasi khusus;dan transfer pemerintah-lainnya
3. Lain-Lain Pendapatan yang Sah.
Belanja Operasional adalah belanja yang manfaatnya hanya untuk satu tahun anggaran dan tidak menambah asset atau kekayaan bagi daerah, yaitu,: belanja administrasi umum terdiri dari : belanja pegawai, belanja barang, belanja perjalanan dinas, belanja pemeliharaan dan belanja operasi serta pemeliharaan sarana dan prasarana umum.
2. Data yang Diamati
a. Perkembangan pendapatan daerah
(a) pendapatan asli daerah, retribusi daerah, laba badan usaha milik daerah, pendapatan dinas-dinas dan pendapatan lain-lain,
(b) pendapatan transfer yang terdiri dari dana perimbangan dan transfer pemerintah pusat lainnya (c) lain-lain pendapatan yang sah,
Untuk mengetahui perkembangan pendapatan daerah Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat dalam tabel 4.1. dibawah ini.
Tabel 4.1
Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara 2005 – 2009
(dalam ribuan rupiah)
2005 2006 2007 2008 2009
Pendapatan Asli Daerah
Pajak Daerah 1301137842 1366445083 1542508890 2002004664 1834682281
Retribusi Daerah 18852328 11714728 13611812 29409174 29456736
Laba BUMD 8523503 90291200 74138551 89673273 90518048
Lain-lain Pandapatan Daerah 33304361 34157225 63587053 60224541 61416259
Total Pendapatan Asli Daerah 1361818034 1502608236 1693846306 2181311652 2016073324
Pendaptan Transfer
Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan
Bagi Hasil Pajak/bukan pajak 204646297 243124712 293724298 311139303 360207676
DAU 313745000 539718000 657357000 727910822 761054820
DAK 0 0 0 0 46303000
Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya 0 0 18000000 285398 2535789
Total Pendapatan Transfer 518391297 782842712 969081298 1039335523 1170101285
Total Pendapatan daerah 1906372005 2299465426 2685787992 3225853374 3212558704
Sumber : Laporan Realisasi APDB Sumatera Utara, Tahun 2005-2009(data diolah)
Melihat struktur pendapatan daerah Provinsi Sumatera Utara, yang paling besar berasal
dari Pendapatan Asli Daerah, di mana pada tahun 2005 sebesar Rp 1,3 trilyun meningkat menjadi Rp 2,01 trilyun pada tahun 2009, kemudian diikuti Sumbangan dan Bantuan yang
mengalami perubahan dari tahun 2005 yang awalnya tidak ada sampai dengan 2006 mengalami perubahan di tahun 2007 yaitu sebesar 18 triliun dan menurun di tahun 2009 yaitu sebesar 263 miliar , sementara Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak pada tahun 2005 melampaui pendapatan
yang berasal dari sumbangan dan bantuan yaitu sebesar Rp 581 milyar tetapi pada tahun 2006 mengalami penurunan yaitu sebesar 412 miliar. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah selama
tahun pengamatan mengalami penurunan pada tahun 2007, hal ini disebabkan masih dianutnya Undang-undang Nomor 18 tahun 1997 di mana seluruh pungutan pajak dan retribusi yang bertentangan dengan undang-undang tersebut tidak dipungut lagi. Sebagai konsekuensinya
adalah beberapa ayat pendapatan dari pajak daerah dan retribusi daerah yang potensial dan menjadi andalan dalam pendapatan PAD menjadi hilang.
b. Perkembangan pajak daerah.
Dari tabel 4.1 diatas dapat dilihat perkembangan pajak daerah dimana pada tahun awal penelitian sebesar Rp 1,30 triliun namun mengalami peningkatan pada 3 tahun berikutnya yaitu
c. Perkembangan retribusi daerah.
Apabila dilihat dari tahun awal penelitian yaitu tahun 2005, pendapatan retribusi sebesar Rp 18 milyar dan mengalami penurunan secara drastis pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp 11 milyar, dan pada akhir tahun penelitian meningkat lagi menjadi sebesar Rp 29,4 milyar.
d. Perkembangan belanja daerah
Dari sisi belanja daerah terdiri dari belanja operasional dan belanja modal, di mana belanja operasional tersebut digunakan untuk pembiayaan aparat pemerintah daerah dan tidak
menambah asset atau kekayaan daerah terdiri dari : (a) sisa kurang perhitungan anggaran tahun lalu,
(b) urusan umum pemerintahan
(c) pekerjaan umum, (d) lalu lintas darat/sungai,
(e) kesehatan umum
(f) pendidikan dan kebudayaan,
(g) sosial, perumahan dan tenaga kerja,
(h) pertanian, perumahan, perkebunan peternakan, perikanan, koperasi dan pertanahan, (i) perindustrian dan pertambangan,
(j) angsuran pinjaman/utang dan bunga, (k) pensiunan dan bantuan,
(l) ganjaran subsidi dan sumbangan,
(n) belanja tidak tersangka.
Untuk mengetahui perbandingan realisasi belanja operasional terhadap realisasi belanja
daerah Provinsi Sumatera Utara, dimana dalam tabel tersebut dapat dilihat proporsi alokasi belanja operasional dibandingkan belanja pembangunan seperti terlihat di tabel 4.2 sebagai
berikut :
Tabel 4.2
Perbandingan Realisasi Belanja Operasional Terhadap Total Belanja Provinsi Sumatera Utara dari tahun anggaran 2005 – 2009
(dalam ribuan rupiah)
TAHUN TOTAL BELANJA BELANJA OPERASIONAL PERSENTASE
1 2 2:: 1 ( %)
2005 1338476660 1030880056 77
2006 1651845779 1123446346 68
2007 2026383013 1340249248 66
2008 2284013871 1704273207 74,6
2009 2788510535 2084173484 74,7
Sumber : Nota Perhitungan APBD Sumatera Utara, Tahun 2005-2009 (data diolah)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa belanja operasional menerima alokasi yang lebih besar
dibandingkan dengan belanja pembangunan, dimana terendah pada tahun anggaran 2007 yaitu sebesar
66 persen dan tertinggi pada tahun anggaran 2005 yaitu sebesar 77 persen, pada tahun ini dipengaruhi
oleh adanya proyek-proyek pembangunan yang ditunda karena krisis moneter. Kemudian proporsinya
kembali menurun pada 2 tahun berikutnya dan kembali meningkat pada 2 tahun akhir penelitian yaitu
B. Analisis Data
1. Analisis Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah dari Sisi Pendapatan
Untuk mengetahui tingkat kemampuan finansial Pemda Provinsi Sumatera Utara dalam
membiayai kebutuhan anggaran belanja daerahnya serta perbandingannya dengan peranan
sumbangan dan bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, dapat
dianalisis dengan membandingkan rasio Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Total
Pendapatan Daerah (TPD). Sebagai perbandingannya diukur pula rasio Sumbangan dan Bantuan
(B) pemerintah pusat terhadap Total Pendapatan Daerah serta rasio Bagi Hasil Pajak dan Bukan
Pajak (BHP) terhadap Total Pendapatan Daerah.
Berdasarkan data realisasi pendapatan pendapatan daerah Provinsi Sumatera Utara tahun
2005 – 2009 sebagaimana tertera dalam tabel 4.1 Maka dapat dihitung rasio masing-masing
komponen diatas dan hasil perhitungan rasio dimaksud adalah sebagaimana tertera pada tabel 4.3
berikut ini.
Tabel 4.3
Struktur Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemprov Sumatera Utara 2005 – 2009
(dalam ribuan rupiah)
URAIAN TAHUN ANGGARAN
2005 2006 2007 2008 2009 TPD 1906371999 2299465406 2685787991 3225853317 3212558700 Sumber : Lampiran 3
PAD = Pendapatan Asli Daerah TPD = Total Pendapatan Daerah
DDP = Derajat Desentralisasi Perpajakan Daerah BHP = Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak
DB = Derajat Bantuan dan Sumbangan
B = Sumbangan dan Bantuan Pemerintah Pusat
Dengan melihat tabel 4.3 dapat diketahui bahwa rasio PAD terhadap TPD Provinsi Sumatera Utara cukup yaitu berkisar antara 62 – 71 persen. Kalau melihat perkembangannya
pada 5 tahun penelitian berfluktuatif dimana pada tahun pertama berada pada 71 persen kemudian menurun pada tahun tahun kedua dan ketiga yaitu pada 65,3 dan 63 persen dan pada tahun keempat meningkat menjadi 67,6 persen dan pada akhir tahun penelitian menurun menjadi
62,7 persen. Sedangkan untuk Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak dari tahun 2005 sampai tahun 2009 menurun dari 10,7 persen menjadi 10,5 persen, kemudian meningkat menjadi 11 persen,
pada tahun 2009 menjadi 11,2 persen. Demikian pula pada Sumbangan di mana peningkatan terjadi pada tahun ketiga dari 0 persen menjadi 0,67 persen kemudian turun menjadi 0,07 persen pada akhir tahun penelitian, itu membuktikan bahwasanya provinsi Sumatera Utara tidak lah
tergantung pada sumbangan dari pemerintah pusat
Apabila dilihat dari kontribusi PAD terhadap TPD rata-rata dari tahun 2005 sampai
dengan tahun 2009 yaitu sebesar 66 persen dimana sesuai dengan tolok ukur kemampuan daerah
yang dilakukan oleh Tim Peneliti Fisipol UGM dengan Litbang Depdagri Provinsi Sumatera
Utara tergolong baik untuk membiayai penyelenggaran pemerintahan dan kebutuhan
terus menggali potensi sumber-sumber PAD agar dapat meningkatkan hasil pendapatan daerah
khususnya PAD.
2. Analisis tingkat pertumbuhan pendapatan dan belanja operasional
Dalam menganalisis pertumbuhan pendapatan daerah dan belanja operasional dengan menggunaakan formula sebagai berikut :
∆ X =
∆ X = Rasio pertumbuhan realisasi pendapatan atau belanja operasional
Xt = Jumlah pendapatan atau belanja operasional
X(t-i) = Jumlah pendapatan atau belanja operasional tahun sebelumnya
Dengan menggunakan formula diatas dihasilkan pertumbuhan pendapatan daerah dan
belanja operasional dapat dilihat dalam tabel 3.4 sebagai berikut :
Tabel 4.4
Pertumbuhan Realisasi Pendapatan dan Belanja Operasional Provinsi Sumatera Utara
2005 – 2009
Tahun Anggaran Pertumbuhan
(%)
Pendapatan Belanja Operasional 2005
2008 2009
20,10 (0,41)
27,16 22,29 Sumber : Lampiran 4
Dari tabel 4.4 di atas dapat dianalisis tingkat pertumbuhan penerimaaan di mana pada
tiga tahun awal penelitian mengalami peningkatan sebesar 20,62 dan 16,8 serta 20,10 kemudian mengalami penurunan yang sangat drastis pada akhir penelitian yaitu 0,41 persen. Tingkat pertumbuhan belanja operasional, di mana pada 3 tahun penelitian mengalami kenaikan sebesar
8,97 persen kemudian meningkat lagi sebesar 19,28 persen dan kemudian meningkat lagi sebesar 27,16 persen, dan pada akhir tahun penelitian turun kembali sebesar 22,29 persen.
3. Efisiensi pengelolaan dilihat dari sisi belanja
Untuk menganalisis tingkat efisiensi formula hitungannya adalah rasio pendapatan daerah dengan belanja operasional, di mana semakin kecil rasionya maka semakin efisien pengelolaan
keuangan tersebut.
Belanja operasional
Efisiensi = x 100 % ………( 3-2 )
Pendapatan
Dengan menggunakan rumus di atas dapat diketahui tingkat efisiensi sebagaimana pada tabel
berikut 4.5
Dalam menganalisis tingkat efektivitas maka formula hitungannya adalah rasio perbandingan antara realisasi pendapatan dengan target pendapatan. Di mana semakin besar rasio
yang didapat semakin efektif.
Realisasi pendapatan
Efektivitas = x 100 % Target Pendapatan
Dengan menggunakan rumus di atas dapat diketahui tingkat efektivitas sebagaimana pada table 4.5
Tabel 4.5
Kinerja Pengelolaan Keuangan Provinsi Sumatera Utara
2005-2009
Sumber: Lampiran 5 dan lampiran 6
Dari tabel diatas dapat kita lihat tingkat efisiensi dan efektivitas dari pengelolaan
Dan kita juga dapat melihat tingkat efektivitas dari pengelolaan keuangan pemerintahan daerah berkisar antara 96,8 persen 105 persen. Dengan rata-rata selama tahun penelitian 102,46
persen hal ini menunjukkan bahwa hamper selalu melampaui target. Maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan keuangan di Pemerintahan Daerah Provinsi Sumatera Utara sangat efektif.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dari hubungan keuangan pemerintah pusat dan daerah dapat diketahui bahwa rasio PAD terhadap TPD Provinsi Sumatera Utara cukup yaitu berkisar antara 62 – 71 persen. Apabila
dilihat rata-rata dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 tergolong baik yaitu sebesar 66 persen, sedangkan untuk Bagi hasil Pajak dan Bukan Pajak berkisar antara 9,6 – 11,2 persen. dan pada Sumbangan dan Bantuan berkisar 0 – 0,67 persen.
2. Tingkat pertumbuhan pendapatan pada tahun awal penelitian mengalami peningkatan
sebesar 20,62 dan menurun 18,8 persen pada tahun kedua serta meningkat menjadi 20,10
pada tahun ketiga, kemudian mengalami penurunan yang sangat drastis pada akhir
penelitian terjadi kenaikan menjadi 0,41 persen, sedangkan Tingkat pertumbuhan belanja
kemudian meningkat lagi sebesar 19,28 persen dan kemudian meningkat lagi sebesar
27,16 persen, dan pada akhir tahun penelitian turun kembali sebesar 22,29 persen.
3. Kinerja pengelolaan keuangan daerah oleh Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara menunjukan tingkat efisiensi dari pengelolaan keuangan daerah oleh pemerintah daerah Provinsi Sumatera Utara, dimana tingkat efisiensi berkisar antara 48,8 persen sampai
dengan 64,8 persen dan rata-rata selama. Penelitian sebesar 58,06 persen. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa pengelolaan keuangan di Pemda Provinsi Sumatera Utara tergolong sangat efisien., sedangkan tingkat efektivitas dari pengelolaan keuangan
pemerintah daerah berkisar antara 96,8 persen sampai dengan 105 persen. Dengan rata-rata selama tahun penelitian sebesar 102,46 persen hal ini menunjukan bahwa hampir
selalu melampaui target. Maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan keuangan di Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara sangat efektif.
B. Saran
1. Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara tetap terus meningkatkan pendapatan
khususnya pendapatan asli daerah, meskipun hasil yang telah dicapai tergolong cukup baik, dengan menggali potensi-potensi sumber pendapatan yang belum menjadi sumber pendapatan
dipertahankan dan ditingkatkan menjadi sangat efisien dengan meneliti kembali kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam pengeluaran operasional.
3. Dalam rangka menghadapi otonomi daerah khususnya mempersiapkan sumber daya
manusia, disarankan agar terus meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan jalan pendidikan lanjutan dan latihan-latihan. Dan menempatkannya sesuai dengan kualitas dan
kemampuannya, sehingga istilah orang yang tepat ditempat yang tepat dapat tidak hanya menjadi slogan saja dan dapat diterapkan di dalam Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rachim.AF., 2005, Pengaruh Struktur Pendapatan dan Belanja Pemerintah Kota terhadap Kemandirian wilayah dan Perkembangan Kegiatan Sosial Ekonomi Masyarakat Kota Samarinda, Skripsi Mahasiswa, Universitas Airlangga, Surabaya.
Ardi Hamzah, 2005, Pengaruh Belanja dan Pendapatan terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan dan Pengangguran, Konferensi Penelitian, Jatim.
Bastian, Indra, (2006). Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar, Jakarta: Erlangga.
Barizwan, Z, 1998, Sistem Akuntansi, Edisi ke-5 BPFE Yogyakarta.
Benyamin, H, 1995, Peranan Administrator Pemerintah Daerah. LP3ES Indonesia, Jakarta.
Depdagri, 1997, Kepmendagri No. 690.900.327.1996. Pedoman Penilaian dan Kinerja Keuangan.
Devas, Nick, Brian Binder, Anne Booth, Kenneth Davey and Roy Kelly, 1989, Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia, (Terjemahan oleh Masri Maris), UI-Press, Jakarta.
Hakim, Abdul. 2004. Akuntansi Keuangan Daerah, Salemba Empat, Jakarta.
Insukindro, Mardiasmo, Widayati W, Jaya. W.K, Puwanto. B.M, Halim. A, Suprihanto. J, Purnomo. A.B., 1994, Peran dan Pengelolaan Keuangan Deaerah dalam usaha Peningkatan PAD, Laporan Penelitian. KKD, FE-UGM, Yogyakarta.
Khan, Joseph Riwu, 1997. Prospek Otonomi Daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Kuncoro, M, 1995, Desentralisasi Fiskal di Indonesia : Dilema Otonomi dan Keterangan, Prisma, No.4,3-17
Mamesah. D. J. 1995, Sistem Administrasi Keuangan Daerah : PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Mardiasmo dan Kirana-Jaya, W., 1999, Pengelolaan Keuangan Daerah Yang Berorientasi Pada Kepentingan Publik, KOMPAK No 21, Hal : 385-402.
Mardiasmo, 2002, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Miller, Stephen M. Dan Frank S. Russek, 1997, Fiskal Stuctures and Economic Growth at The State and Local Level. Public Finance Review, Vol 25, No. 2,213-237.
Medi, Setianus, 1996, Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tesis S2 Program Pasca Sarjana UGM: Yogyakarta. (Tidak dipublikasikan).
Moh Bana, Yahya. 2001. Analisis Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur. Thesis. Universitas Gajah Mada : Yogyakarta
Nazir, Mohammad, Ph.D, 1983, Metode Penelitian, Jakarta : Ghalian Indonesia
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah
Pusat kajian dan Pengembangan Akuntansi (PKPA) Fakultas Ekonomi Unversitas Mataram. 2005. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Sosialisasin PP. 24 Tahun 2005 dan Pelatihan Akuntansi Keuangan Daerah
Supratman. 2001. Efisiensi Dan Efektivitas Sistem Pengelolaan Keuangan Di Provinsi DKI Jakarta. Thesis. Universitas Gajah Mada : Yogyakarta
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No 903/2429/SJ tentang Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah Dirjen PUOD. Jakarta
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah Dirjen PUOD Jakarta.
Widodo, Hg. Triyanto, 1990, Indikator Ekonomi, Cetakan Kesembilan, Kanisius, Yogyakarta.