• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Media Tumbuh Aklimatisasi dan Jenis Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan Anggrek Dendrobium (Dendrobium sp) Hasil Persilangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Media Tumbuh Aklimatisasi dan Jenis Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan Anggrek Dendrobium (Dendrobium sp) Hasil Persilangan"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MEDIA TUMBUH AKLIMATISASI DAN JENIS PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN ANGGREK DENDROBIUM

(Dendrobium sp) HASIL PERSILANGAN

SKRIPSI

OLEH: SRI WARDANI 050307009/BDP-PET

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Judul Skripsi : Pengaruh Media Tumbuh Aklimatisasi dan Jenis Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan Anggrek Dendrobium (Dendrobiumsp) Hasil Persilangan

Nama : Sri Wardani

NIM : 050307009

Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Pemuliaan Tanaman

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Mengetahui :

(Ir. Edison Purba, MSc, Ph.D) Ketua Departemen Budidaya Pertanian

NIP. 131 570 441 (Ir. Hot Setiado, MS. Ph.D)

Ketua Pembimbing NIP : 131 570 477

(Ir.Syafrudin Ilyas ) Anggota Pembimbing

(3)

ABSTRACT

The objective of the reserch was to know the effect of the acclimatization medium and the tipe foliar fertilizer on the growth of the crossed a Dendrobium sp

orchid. The research was conducted at the Research and Tecnology Laboratory and the Plant Breeding Laboratory Faculaty of Agriculture, North Sumatera University, Medan from January 2009 to March 2009. The completely randomized design was used with two factors. The first factor was the acclimatization medium (rice hull charcoal, cocopeat and the mixture of rice hull charcoal and cocopeat). The second factor was the tipe foliar fertilizer (control, Bayfolan, Seprint). Parameter observed were : the persentage of plantlet life, the increased of the plantlet height, the increased of the plantlet diameter, the increased of the number of leaves planltlet, the increased of total weight of plantlet, the time of shooted plantlet, the number of shoot of plantlet, the root weight of plantlet, the root volume of plantlet and the number of the chlorophylls of the platlet. The research showed that the interaction between the acclimatization medium with the tipe foliar fertilizer significanthy affected the time of shoot forme and the number of shoots.

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media tumbuh aklimatisasi dan jenis pupuk daun terhadap pertumbuhan anggrek Dendrobium sp hasil persilangan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset dan Teknologi dan Laboratorium Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan yang dimulai dari bulan Januari 2009 sampai Maret 2009. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah media tumbuh aklimatisasi (arang sekam, cocopeat dan campuran antara arang sekam dan cocopaet). Faktor yang kedua adalah jenis pupuk daun (kontrol, Bayfolan, Seprint). Parameter yang diamati adalah persentase kehidupan planlet, pertambahan tinggi planlet, pertambahan diameter batang planlet, pertambahan jumlah daun planlet, pertambahan berat total planlet, minggu bertunas planlet, jumlah tunas planlet, berat akar planlet, volume akar planlet dan jumlah klorofil daun planlet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi media tumbuh aklimatisasi dengan jenis pupuk daun berpengaruh nyata terhadap parameter minggu bertunas dan jumlah tunas.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 3 Maret 1987 sebagai anak ke dua dari tiga bersaudara dari Ayahanda Purwadi dan Ibunda Mariati.

Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMK Negeri 8 Medan dan pada tahun 2005 telah terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru

(SPMB) di Jurusan Budidaya Pertanian Program Studi Pemuliaan Tanaman. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten Biologi Umum pada tahun 2006-2008 dan asisten Klasifikasi Tumbuhan pada tahun 2009. Selama mengikuti perkuliahan penulis juga pernah mengikuti kegiatan intra kampus seperti HIMADITA Nursery (HN), BKM Al-Mukhlisin dan juga Tim Mentoring Agama Islam pada tahun 2007-2008.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Juni 2007 sampai bulan Juli 2007 di Balai Penelitian Karet Sungei Putih

Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Medan, Mei 2009

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH Yang Maha Kuasa karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Pengaruh Media Tumbuh Aklimatisasi dan Jenis Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan Anggrek Dendrobium (Dendrobium sp) Hasil Persilangan”. Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

bapak Ir. Hot Setiado, MS. Ph.D., sebagai ketua komisi pembimbing dan bapak Ir. Syafrudin Ilyas, sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberikan

(7)

Saran dan kritik yang bersifat membangun diperlukan demi perbaikan skripsi ini. Semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat menjadi bahan informasi yang dibutuhkan. Amin Ya Robbal ‘Alamin.

Medan, Mei 2009

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

  DAFTAR LAMPIRAN ... x

  PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Hipotesa Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 4

Syarat Tumbuh ... 5

Iklim ... 5

Tempat Tumbuh ... 7

Aklimatisasi ... 7

Media Tumbuh Aklimatisasi ... 9

Jenis Pupuk Daun ... 11

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

Bahan dan Alat Penelitian ... 14

Metode Penelitian ... 14

PELAKSANAAN PENELITIAN Sterilisasi Media Tumbuh ... 17

Sterilisasi Planlet ... 17

Penanaman Planlet ... 18

Penyungkupan Planlet ... 18

Pemeliharaan Planlet ... 18

Penyiraman ... 18

(9)

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 19

Parameter ... 19

Persentase Hidup (%) ... 19

Pertambahan Tinggi Planlet (mm) ... 19

Pertambahan Diameter Batang (mm) ... 19

Pertambahan Jumlah Daun (helai) ... 20

Pertambahan Bobot Total (g) ... 20

Minggu Bertunas (MST) ... 20

Jumlah Tunas (buah) ... 20

Bobot Akar (gram) ... 21

  Volume Akar (ml) ... 21

Jumlah Klorofil Daun (butir) ... 21

  HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Persentase hidup (%) ... 23

Pertambahan Tinggi Planlet (mm) ... 24

Pertambahan Diameter Batang (mm) ... 25

Pertambahan Jumlah Daun Planlet (helai) ... 26

Pertambahan Bobot Total (gram) ... 28

Minggu Bertunas (MST) ... 29

Jumlah Tunas (buah) ... 31

Bobot Akar (gram) ... 32

Volume Akar (ml) ... 33

Jumlah Klorofil Daun (butir) ... 34

Pembahasan Pengaruh media aklimatisasi terhadap pertumbuhan anggrek Dendrobium sp ... 36

Pengaruh jenis pupuk daun terhadap pertumbuhan anggrek Dendrobium sp. ... 37

Pengaruh interaksi antara media tumbuh aklimatisasi dan jenis pupuk daun terhadap pertumbuhan anggrek Dendrobium sp. ... 39

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 41

Saran ... 42 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Rataan Persentase Hidup pada Beberapa Media Aklimatisasi dan Jenis Pupuk Daun ... 23 2. Rataan Pertambahan Tinggi Planlet pada Beberapa Media Aklimatisasi

dan Jenis Pupuk Daun ... 24 3. Rataan Pertambahan Diameter Batang pada Beberapa Media

Aklimatisasi dan Jenis Pupuk Daun ... 26 4. Rataan Pertambahan Jumlah Daun pada Beberapa Media Aklimatisasi

dan Jenis Pupuk Daun ... 27 5. Rataan Pertambahan Bobot Total pada Beberapa Media Aklimatisasi

dan Jenis Pupuk Daun ... 28 6. Rataan Minggu Bertunas pada Beberapa Media Aklimatisasi dan Jenis

Pupuk Daun ... 30 7. Rataan Jumlah Tunas Pada Beberapa Media Aklimatisasi dan Jenis

Pupuk Daun ... 31 8. Rataan Bobot Akar pada Beberapa Media Aklimatisasi dan Jenis Pupuk

Daun ... 32 9. Rataan Volume Akar pada Beberapa Media Aklimatisasi dan Jenis

Pupuk Daun ... 33 10. Rataan Jumlah Klorofil Daun pada Beberapa Media Aklimatisasi dan

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

1. Histogram Pertambahan Tinggi Planlet pada Perlakuan Jenis Pupuk Daun. ... 25 2. Histogram Pertambahan Diameter Batang pada Perlakuan Jenis Pupuk

Daun ... 26 3. Histogram Pertambahan Jumlah Daun pada Perlakuan Jenis Pupuk Daun 28 4. Histogram Pertambahan Bobot Total pada Perlakuan Jenis Pupuk Daun .. 29 5. Histogram Minggu Bertunas pada Interaksi Antara Perlakuan Media

Tumbuh Aklimatisasi dengan Perlakuan Jenis Pupuk Daun... 30 6. Histogram Jumlah Tunas pada Interaksi Antara Perlakuan Media

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hal

1. Data Persentase Hidup (%) ... 45

2. Data Persentase Hidup (%) Setelah Transformasi (x+0,5)0.5 ... 45

3. Daftar Sidik Ragam Persentase Hidup (%) ... 45

4. Data Pertambahan Tinggi Planlet (mm) ... 46

5. Data Pertambahan Tinggi Planlet (mm) Setelah Transformasi (x+0,5)0.5 ... 46

6. Daftar Sidik Ragam Pertambahan Tinggi Planlet (mm) ... 46

7. Data Pertambahan Diameter Batang (mm) ... 47

8. Data Pertambahan Diameter Batang (mm) Setelah Transformasi (X+0,5)0.5 ... 47

9. Daftar Sidik Ragam Pertambahan Diameter Batang (mm) ... 47

10. Data Pertambahan Jumlah Daun (helai) ... 48

11. Data Pertambahan Jumlah Daun (Helai) Setelah Transformasi (X+0,5)0.5 . 48 12. Daftar Sidik Ragam Pertambahan Jumlah Daun (helai) ... 48

13. Data Pertambahan Bobot Total (gram) ... 49

14. Data Pertambahan Bobot Total (gram) Setelah Transformasi (X+0,5)0.5 .... 49

15. Daftar Sidik Ragam Pertambahan Pertambahan Bobot Total (gram) ... 49

16. Data Bobot Akar (gram)... 50

17. Data Bobot Akar (gram) Setelah Transformasi (X+0,5)0.5 ... 50

18. Daftar Sidik Ragam Bobot Akar (gram) ... 50

19. Data Minggu Bertunas (MST) ... 51

20. Data Minggu Bertunas (MST) Setelah Transformasi (X+0,5)0.5 ... 51

(13)

22. Data Jumlah Tunas (buah) ... 52

23. Data Jumlah Tunas (buah) Setelah Transformasi (X+0,5)0.5 ... 52

24. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tunas (buah) ... 52

25. Data Volume Akar (ml) ... 53

26. Data Volume Akar (ml) Setelah Transformasi (X+0,5)0.5 ... 53

27. Daftar Sidik Ragam Volume Akar (ml) ... 53

28. Data Jumlah Klorofil Daun (butir) ... 54

29. Data Jumlah Klorofil Daun (butir) Setelah Transformasi (X+0,5)0.5 ... 54

30. Daftar Sidik Ragam Jumlah Klorofil Daun (butir) ... 54

31. Bagan Penelitian ... 55

32. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 56

33. Foto Penelitian di Laboratorium Riset dan Teknologi ... 57

34. Foto Penelitian di Laboratorium Pemuliaan Tanaman... 57

35. Foto per Perlakuan ... 58

 

(14)

ABSTRACT

The objective of the reserch was to know the effect of the acclimatization medium and the tipe foliar fertilizer on the growth of the crossed a Dendrobium sp

orchid. The research was conducted at the Research and Tecnology Laboratory and the Plant Breeding Laboratory Faculaty of Agriculture, North Sumatera University, Medan from January 2009 to March 2009. The completely randomized design was used with two factors. The first factor was the acclimatization medium (rice hull charcoal, cocopeat and the mixture of rice hull charcoal and cocopeat). The second factor was the tipe foliar fertilizer (control, Bayfolan, Seprint). Parameter observed were : the persentage of plantlet life, the increased of the plantlet height, the increased of the plantlet diameter, the increased of the number of leaves planltlet, the increased of total weight of plantlet, the time of shooted plantlet, the number of shoot of plantlet, the root weight of plantlet, the root volume of plantlet and the number of the chlorophylls of the platlet. The research showed that the interaction between the acclimatization medium with the tipe foliar fertilizer significanthy affected the time of shoot forme and the number of shoots.

(15)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media tumbuh aklimatisasi dan jenis pupuk daun terhadap pertumbuhan anggrek Dendrobium sp hasil persilangan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset dan Teknologi dan Laboratorium Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan yang dimulai dari bulan Januari 2009 sampai Maret 2009. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah media tumbuh aklimatisasi (arang sekam, cocopeat dan campuran antara arang sekam dan cocopaet). Faktor yang kedua adalah jenis pupuk daun (kontrol, Bayfolan, Seprint). Parameter yang diamati adalah persentase kehidupan planlet, pertambahan tinggi planlet, pertambahan diameter batang planlet, pertambahan jumlah daun planlet, pertambahan berat total planlet, minggu bertunas planlet, jumlah tunas planlet, berat akar planlet, volume akar planlet dan jumlah klorofil daun planlet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi media tumbuh aklimatisasi dengan jenis pupuk daun berpengaruh nyata terhadap parameter minggu bertunas dan jumlah tunas.

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa, salah satunya adalah anggrek, diperkirakan sekitar 5000 jenis spesies anggrek tersebar di hutan wilayah Indonesia. Potensi ini sangat berharga bagi pengembang dan pecinta anggrek di Indonesia, khususnya potensi genetis untuk menghasilkan anggrek silangan yang memiliki nilai komersial tinggi. Tidak dipungkiri bahwa metode yang terbaik hingga saat ini dalam pelestarian dan perbanyakan anggrek adalah dengan kultur jaringan (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 2008).

Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangkan secara generatif. Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan adalah pembuatan media, inisiasi, sterilisasi, multiplikasi, pengakaran, aklimatisasi (http://www.dephit.go.id, 2008).

Planlet yang dipelihara dalam keadaan steril dengan lingkungan (suhu dan kelembaban) optimal, sangat rentan terhadap lingkungan eksternal. Planlet yang tumbuh dalam kultur jaringan di laboratorium memiliki karakteristik stomata daun yang lebih terbuka dan sering tidak memiliki lapisan lilin pada permukaan daun. Dengan demikian planlet sangat rentan terhadap kelembaban

(17)

(terutama kelembaban) berangsur-angsur disesuaikan dengan kondisi lapangan (Mariska dan Sukmadjaja, 2003).

Media tumbuh bagi bibit merupakan lingkungan baru dalam proses aklimatisasi. Media tumbuh yang baik bagi anggrek (famili Orchidaceae) harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain tidak cepat melapuk dan terdekomposisi, tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman, mempunyai aerasi dan draenase yang baik serta lancar, mampu mengikat air dan zat-zat hara secara optimal, dapat mempertahankan kelembaban di sekitar akar, untuk pertumbuhan anggrek dibutuhkan pH media 5-6, ramah lingkungan serta mudah didapat dan relatif murah harganya. (Ginting, 2008)

Secara garis besarnya pemupukan pada tanaman anggrek dapat dilakukan

melalui dua cara, yaitu pupuk tidak langsung merupakan pupuk yang diberikan ke dalam tanah atau media. Pemupukan langsung merupakan pemupukan melalui

seluruh bagian tanaman di atas permukaan tanah terutama daun. Pupuk yang diberikan biasanya berupa larutan dengan konsentrasi rendah (Ginting, 1990).

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian “Pengaruh Media Tumbuh Aklimatisasi dan Jenis Pupuk Daun Terhadap Anggrek (Dendrobium sp) Hasil Persilangan”.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh media tumbuh aklimatisasi dan jenis pupuk daun terhadap pertumbuhan anggrek dendrobium (Dendrobium sp) hasil

persilangan.

(18)

Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh media tanam aklimatisasi terhadap pertumbuhan anggrek

Dendrobiumsp.

2. Ada pengaruh jenis pupuk daun terhadap pertumbuhan anggrek

Dendrobiumsp.

3. Ada pengaruh interaksi media tumbuh aklimatisasi dan jenis pupuk daun terhadap pertumbuhan anggrek Dendrobium sp.

Kegunaan Percobaan

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Sebagai bahan informasi bagi para pembaca.

   

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Dendrobium adalah salah satu kelompok terbesar kedua di antara genus dalam keluarga anggrek (Orchidaceae), kurang lebih 1600 spesies tersebar mulai

dari Jepang, Korea, Malaysia, Indonesia, New Guinea dan Australia (Teo, 1979 dalam Jenimar, 1990).

Anggrek dendrobium termasuk anggrek epifit memiliki sifat hidup menumpang tetapi tidak merugikan tanaman yang ditumpangi. Akar tanaman anggrek berfungsi sebagai tempat menempelkan tubuh tanaman pada media tumbuh. Akar anggrek epifit mempunyai lapisan velamen yang berongga. Lapisan ini berfungsi untuk memudahkan akar dalam menyerap air hujan yang jatuh di kulit pohon media tumbuh anggrek. Di bawah lapisan velamen terdapat lapisan yang mengandung klorofil. Akar anggrek epifit yang berambut pendek atau nyaris tak berambut. Pada anggrek terestrial (jenis anggrek tanah), akar mempunyai rambut yang cukup rapat dan cukup panjang. Fungsi rambut akar ini adalah untuk menyerap air dan zat organik yang ada di tanah (Iswanto, 2002).

Anggrek dendrobium berbatang ganda yang tumbuh ke samping dari rhizome yang menjalar ke medium tempat tumbuh. Pada ruas-ruas rhizome atau pangkal batang terdapat tunas tidur yang dapat tumbuh menjadi tanaman baru dan batangnya di sebut “bulb” atau pseudobulb (Ginting, 1990).

(20)

bervariasi. Selain itu, daun juga mempunyai ketebalan berbeda tergantung jenisnya (Ashari, 1995).

Anggrek dendrobium yang tumbuh secara simpodial berbunga saat batang semunya telah dewasa dan dengan cadangan makanan yang memadai sehingga pembungaannya terpacu. Begitu selesai mengalami proses pembungaan, segera tumbuh tunas vegetatif baru yang akan berubah menjadi bunga setelah tunas serabut dewasa. Proses pembungaan dapat terpacu lebih cepat jika jumlah batang semu dan daun dendrobium dewasa sudah cukup banyak (Sandra, 2001).

Setelah bunga diserbuki dan dibuahi, sekitar 3-9 bulan kemudian muncul buah yang sudah tua. Kematangan buah sangat tergantung pada jenis anggreknya. Misalnya, pada dendrobium akan matang dalam 3-4 bulan. Pada anggrek vanda,

umumnya buah matang setelah 6-7 bulan. Sementara itu, pada anggrek cattleya, buah baru matang setelah 9 bulan. Buah anggrek merupakan buah lentera, artinya buah akan pecah ketika matang. Bagian yang membuka adalah bagian tengahnya, bukan di ujung atau pangkal buah. Bentuk buah anggrek berbeda-beda, tergantung jenisnya (Iswanto, 2002).

Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman anggrek dapat tumbuh pada berbagai ketinggian tempat. Di India, tanaman ini dapat tumbuh mulai dari 0-5000 m di atas permukaan laut.

Jenis anggrek yang tumbuh pada dataran rendah (0-300 m dpl) antara lain

(21)

Bulbophyillum retusiusculum, Habenaria cummisiana, Herminium longilobatum

(Ashari, 1995).

Secara umum dapat dikatakan bahwa anggrek dendrobium memerlukan sinar sebanyak 50-60 %; ini berarti bahwa jenis anggrek tersebut menyukai tipe sinar yang agak teduh. Anggrek dendrobium merupakan jenis anggrek epifit, sehingga keteduhan yang diperlukannya diperoleh dengan selalu berada di bawah dedaunan pohon yang ditumpanginya tersebut (Gunadi, 1985).

Suhu maksimum untuk anggrek ialah 40 0 C dan minimum 10 0C. Suhu berhubungan erat dengan intensitas cahaya dan mempengaruhi proses asimilasi. Intensitas cahaya yang tinggi akan lebih cepat meningkatkan suhu. Proses asimilasi pada anggrek akan meningkat melampaui titik optimumnya. Pembungaan jenis anggrek tertentu dipengaruhi oleh suhu malam hari kira-kira 210 C. Anggrek Cymbidium sp yang berbunga besar membutuhkan suhu malam 15-170 C. Pada dendrobium, suhu malam yang tinggi menyebabkan terbentuknya anakan pada ujung batang (Ginting, 1990).

Tanaman anggrek pada umumnya membutuhkan kelembaban cukup tinggi yang disertai dengan kelancaran sirkulasi udara. Kelembaban nisbi (RH) yang dibutuhkan tanaman anggrek berkisar antara 60-80 %. Fungsi kelembaban yang tinggi ini antara lain untuk menghindari proses respirasi atau penguapan yang berlebihan (Iswanto, 2002).

(22)

Tempat Tumbuh

Berdasarkan habitatnya, anggrek dibedakan menjadi lima jenis, yaitu :

1. Anggrek epifit, yakni anggrek yang tumbuh menumpang pada tanaman lain tanpa merugikan tanaman yang ditumpangi (tanaman inang). Anggrek

epifit membutuhkan naungan dari cahaya matahari. Contohnya, anggrek dendrobium, cattleya, oncidium, dan phalaenopsis.

2. Anggrek semi-epifit. Anggrek ini tumbuh menumpang pada tanaman lain, namun akarnya menggantung sebagai akar udara. Contohnya, anggrek brassavola, epidendrum, laelia.

3. Anggrek terrestrial, yakni anggrek yang tumbuh di atas tanah. Anggrek jenis ini membutuhkan cahaya matahari penuh dan cahaya matahari langsung. 4. Anggrek litofit, yakni anggrek yang tumbuh pada batu-batuan. Contohnya,

anggrek dendrobium dan phalaenopsis.

5. Anggrek saprofit, yakni anggrek yang tumbuh pada media yang mengandung humus atau daun-daun kering. Contohnya, Goodyera sp.

(Iswanto, 2002).

Aklimatisasi

Tahapan akhir dari perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan

adalah aklimatisasi planlet. Aklimatisasi dilakukan dengan memindahkan planlet

ke media aklimatisasi dengan intensitas cahaya rendah dan kelembapan nisbi

tinggi, kemudian secara berangsur-angsur kelembabannya diturunkan dan

intensitas cahayanya dinaikkan (Yusnita, 2003). Tahap ini merupakan tahap

yang kritis karena kondisi iklim di rumah kaca atau rumah plastik dan

(23)

di lapangan sangat berbeda dengan kondisi di dalam botol kultur

(Marlina dan Rusnandi, 2007).

Pengeluaran seedling dari dalam botol untuk kemudian dipindahtanamkan

dalam pot sering menyebabkan kegagalan perbanyakan. Sewaktu masih di dalam

botol, seedling sudah terbiasa manja dengan makanan yang sudah tersedia. Pada

saat dikeluarkan, seedling-seedling harus berjuang sendiri membuat makanan.

Perubahan inilah yang membuat tanaman anggrek yang baru beranjak dewasa

menjadi stres (Sarwono, 2002).

Masalah yang ada dalam memindahkan planlet yang telah berakar

ke dalam pot dan pemeliharaanya. Biasanya planlet yang ditumbuhkan secara

in vitro tersebut lebih peka terhadap cahaya yang kuat, intensitas cahaya perlu

dinaikkan dan kelembaban diturunkan, keduanya dilakukan secara bertahap

dan tahap ini lazim disebut dengan aklimatisasi. Tahap aklimatisasi harus

dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari kerugian akibat kematian tanaman

(Wetherell, 1988 dalam Setiawan, 2002).

Masa aklimatisasi merupakan masa yang sangat krisis, karena pucuk atau

planlet in vitro menunjukkan beberapa sifat yang tidak menguntungkan, seperti

lapisan kutikula tidak berkembang dengan baik, lignifikasi batang kurang, sel-sel

palisade daun sedikit, jaringan pembuluh dari akar ke pucuk kurang berkembang,

selain itu biasanya stomata pada daun sering kali tidak berfungsi (tidak menutup

pada penguapan tinggi) (Gunawan, 1997).

Intensitas cahaya tinggi merupakan istilah relatif. Tanaman-tanaman yang

ternaungi mengalami kerusakan reversibel bila ditumbuhkan pada intensitas

(24)

cahaya harian normal. Pada tanaman Solidago virgaurea yang telah teradaptasi

dengan keadaan ternaungi, tumbuh seminggu pada intensitas cahaya tinggi,

mempunyai respon yang tidak baik terhadap cahaya dari pada tanaman

pembanding, tetapi seminggu pada intensitas rendah kerusakan ini telah dapat

teratasi. Penyebab kerusakan adalah terdapat bentuk menyimpang dari struktur

kloroplas (Fitter dan Hay, 1991).

Media Tumbuh Aklimatisasi

Pertumbuhan tanaman anggrek baik vegetatif maupun generatif tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti cahaya, suhu, kelembaban, kadar O2 dan media tumbuh. Media

tumbuh merupakan salah satu syarat penting yang perlu diperhatikan dalam budidaya anggrek, karena media berfungsi sebagai tempat berpijaknya tanaman, mempertahankan kelembaban dan tempat penyimpanan hara serta air yang diperlukan (Batchelor, 1981, dalam Wuryan, 2008).

Dalam usaha pengembangan budidaya, salah satu syarat penting yang perlu diperhatikan adalah penggunaan media tumbuh. Media tumbuh yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu : tidak cepat melapuk, tidak menjadi sumber penyakit, mampu mengikat air dan zat-zat hara secara baik, mudah didapat dalam jumlah yang diinginkan dan murah, ramah lingkungan. Beberapa jenis media yang dapat digunakan untuk anggrek dendrobium antara lain : arang sekam, sekam padi, sabut kelapa, pakis, atau mos. Adapun keutamaan dari arang sekam yaitu : tidak lekas melapuk, tidak mudah ditumbuhi cendawan dan bakteri, sukar mengikat air dan miskin zat hara, hanya mengandung unsur karbon (C)

(25)

saja sehingga penggunaannya harus diimbangi dengan pemberian unsur hara lain, daya tahan ± 2 tahun. Sedangkan pada sabut kelapa yaitu, mudah melapuk, mempunyai daya menyimpan air sangat baik sehingga perlu diatur penyiramannya, merupakan sumber kalium (K)

(http://jakarta.litbang.deptan.go.id, 2008)

Sekam bakar dikenal sebagai campuran media yang cukup baik untuk mengalirkan air, sehingga media tetap terjaga kelembabannya. Arang

sekam atau sekam bakar adalah sekam yang sudah melewati proses pembakaran

yang tak sempurna. Komposisi kimiawi dari arang sekam terdiri dari SiO2

dengan kadar 52% dan C sebanyak 31%. Sementara kandungan lainnya terdiri dari Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO, dan Cu dengan jumlah yang kecil.

Karakteristik fisik dari sekam bakar yaitu : berat yang sangat ringan dan kasar,

membuat sirkulasi udara dan air dalam media tanam jadi lebih tinggi (http://tabloidgallery.wordpress.com, 2008).

Yang dimaksud dengan media tunggal yakni penggunaan satu jenis bahan baku, diantaranya : humus andam, sekam mentah, atau serbuk sabut kelapa (cocopeat). Di tanah air, Dr. Benny Tjia, praktisi tanaman hias di Bogor, menggunakan media serbuk sabut kelapa. Serbuk sabut kelapa itu sanggup menahan air dalam jumlah banyak dan waktu lama. Struktur pori-porinya berkemampuan tinggi menangkap dan menahan air. Apalagi coir dus (nama lainnya) mudah didapat dan harganya relatif murah. Umumnya derajat keasaman

coir dust mendekati 6. Pada kondisi hampir netral itu, unsur hara yang bisa diserap tanaman banyak tersedia, seperti nitrogen, kalsium, fosfor, dan sulfur (www.duniaflora.com, 2006).

(26)

Penggunaan media campuran cenderung mendorong pertumbuhan anggrek menjadi lebih baik dibanding dengan media tunggal. Karena masing-masing media dapat saling mendukung. Campuran dua macam bahan dapat memperbaiki kekurangan sifat masing-masing bahan antara lain : kecepatan pelapukan, tingkat pelapukan, tingkat tersedianya hara dan kondisi kelembaban dalam media tanam (Ginting, 2008).

Intinya, media harus bersifat menyimpan air dan tidak mudah memadat. Media padat menyebabkan air tergenang sehingga aerasi udara rendah. Gejala yang tampak, daun dan batang menjadi layu. Akar sehat biasanya

berwarna putih dan memiliki rambut-rambut halus. Jika aerasi rendah, akar yang

putih berubah jadi coklat lalu menghitam. Jumlah rambut akar berkurang bahkan tak ada. Padahal akar berfungsi untuk menyerap hara. Selain masalah

aerasi, media padat juga mengundang bakteri dan cendawan penyebab busuk (www.duniaflora, 2006)

Jenis Pupuk Daun

  Untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangannya, tanaman memerlukan nutrisi berupa pupuk. Sumber pupuk dapat diperoleh dari bahan organik dan non organik. Di dalam setiap tanaman terdapat potensi genetik untuk dapat memberikan hasil yang maksimal, dimana potensi hasil yang maksimal dapat diberikan dengan dukungan nutrisi yang terukur (misal 1 gram per liter atau 1 ml per liter). Nutrisi tanaman dalam bentuk pupuk organik pada dasarnya sudah memberikan hasil yang baik namun belum maksimal, misal pupuk kandang mempunyai kandungan N yang berfluktuasi (naik-turun), hal ini tergantung dari

(27)

makanan yang dimakan oleh hewan tersebut. Untuk itu diperlukan tambahan pupuk non organik yang terukur antara lain : pupuk Urea, Gandasil Hijau, Bayfolan, dan lain-lain untuk memberikan hasil yang maksimal (Yudhie, 2008).

Cara yang sering dilakukan dalam memupuk anggrek adalah pemupukan melalui daun. Pemberian pupuk akan lebih efektif melalui daun dari pada melalui

media tanam. Hal ini disebabkan daun mampu menyerap pupuk sekitar 90 %, sedangkan akar hanya mampu menyerap sekitar 10 %. Air dan unsur hara

tersebut masuk ke dalam daun melalui lapisan kutikula. Pemberian pupuk pada daun sebaiknya dilakukan saat penyinaran cahaya cukup. Pada kondisi seperti ini penyerapan unsur hara akan lebih baik dibandingkan saat penyinaran berlebihan. Penyinaran berlebihan menyebabkan kandungan air dalam jaringan tanaman akan menguap, garam-garam pun mengendap di permukaan jaringan tanaman anggrek. Akibatnya, penyerapan unsur hara menjadi terlambat dan pertumbuhan tanaman menjadi tidak sehat (Iswanto, 2002).

Ada satu hal kelebihan yang paling mencolok dari pupuk daun, yaitu penyerapan haranya berjalan lebih cepat dibandingkan pupuk yang diberikan lewat akar. Akibatnya, tanaman akan cepat menumbuhkan tunas dan tanah tidak rusak. Oleh karena itu, pemupukan lewat daun dipandang lebih berhasil dibandingkan lewat akar (Lingga dan Marsono, 2004).

Jenis media tanam yang digunakan juga sangat berpengaruh. Umumnya semakin porous sebuah media tanam, maka akan semakin membutuhkan dosis pemupukan yang lebih sering, terutama pemupukan lewat akar. Hal ini dikarenakan sifat media yang sangat porous, menyebabkan aliran air (yang umumnya juga menghanyutkan pupuk) menjadi lebih besar, sehingga

(28)

kertersediaan pupuk dalam mediapun akan sering berkurang. Demikian juga iklim dan ukuran tanaman akan sangat berpengaruh dalam aplikasi dan dosis pemupukan (http://emirgarden.com, 2008).

Sebenarnya fungsi media tanam bagi anggrek hanya sebatas mengatur tegaknya tanaman. Tidak seperti anggapan yang ada selama ini bahwa media tanam juga menyuplai bahan makanan untuk anggrek. Untuk menyuplai tanaman perlu pupuk dengan kandungan lengkap. Pupuk tersebut diberikan lewat penyemprotan atau penaburan pada media tanam (Sandra, 2001).

Pupuk berbentuk cair yang lengkap sebagai bahan makanan secara foliar dan akar, cocok untuk semua tanaman agrikultural dan holtikultural serta tanaman hias dan rumah. Disamping kandungan makronutrisi, Bayfolan juga mengandung besi, magnesium, boron, copper, zinc, cobalt dan molybdenum. Bayfolan masuk ke dalam tanaman melalui daun dan akar. Pemakaian regular pupuk foliar menghindari tanaman dari defisiensi (http://www.bayer.co.id, 2008).

Hasil analisis terhadap beberapa merk pupuk di NTB menunjukkan bahwa

pupuk Bayfolan berdasarkan analisa laboratorium memiliki kandungan hara N (6,12 %), P2O5 (5,4 %), K2O (6,83 %), sedangkan berdasarkan label kemasan

memiliki kandungan N (11%), P2O5 (8 %), K2O (6%). Pada pupuk Seprint

berdasarkan analisa laboratorium memiliki kandungan hara N (6,53%), P2O5 (0,13

%), K2O (2,88 %), sedangkan berdasarkan label kemasan memiliki kandungan N

(9,6 %), P2O5 (0,67 %), K2O (2,11 %) (Hipi, dkk, 2002).

(29)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset dan Teknologi dan Laboratorium Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan Januari 2009 sampai dengan bulan Maret 2009.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah planlet botolan anggrek

Dendrobium sp hasil persilangan antara D. Milroy x D. Jacquelyn thomas, media arang sekam, serbuk sabut kelapa (cocopeat), fungisida Dithane M-45, pupuk Bayfolan, pupuk Seprint dan bahan-bahan yang mendukung lainnya.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah aqua cup, handsprayer, autoklaf, timbangan analitik, pisau, kertas label, kertas millimeter, sungkup, pinset, Chlorophyll Meter, termometer dan alat-alat yang mendukung lainnya.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari dua faktor, yaitu :

Faktor I : Media Tumbuh Aklimatisasi (M), yaitu : M1 : arang sekam

(30)

M3 : arang sekam + cocopeat 1 : 1 Faktor II : Jenis Pupuk Daun (P), yaitu :

P0 : Tanpa Pupuk P1 : Pupuk Bayfolan P2 : Pupuk Seprint

Sehingga diperoleh 6 kombinasi perlakuan, yaitu : M1P0 M2P0 M3P0

M1P1 M2P1 M3P1

M1P2 M2P2 M3P2

Jumlah Perlakuan : 9

Jumlah Ulangan : 3

Jumlah Planlet Tiap Plot : 4 Jumlah Sampel Tiap Plot : 2 Jumlah Sampel Seluruhnya : 54

Jumlah Plot : 27

Jumlah Seluruh Planlet : 108

Adapun model linier yang digunakan untuk RAL Faktorial adalah sebagai berikut :

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk i=1,2,3 j=1,2,3 k=1,2,3

dimana :

Yijk = Hasil Pengamatan dari faktor media tumbuh aklimatisasi ke-i dan faktor

pupuk daun ke-j dan pengaruh ulangan ke-k. µ = Nilai tengah

(31)

αi = Pengaruh media tumbuh aklimatisasi ke-i βj = Pengaruh pemberian pupuk daun ke-j

(αβ)ij = Pengaruh kombinasi perlakuan media tumbuh aklimatisasi ke-i dan

pemberian pupuk daun ke-j

εijk = Efek dari faktor media tumbuh aklimatisasi ke-i dan pemberian pupuk

daun ke-j dan pengaruh ulangan ke-k.

Bila perlakuan berpengaruh nyata pada Analisis Sidik Ragam terhadap

parameter yang diamati maka dilanjutkan dengan BNJ pada taraf 5 % (Steel dan Torrie, 1993).

(32)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Sterilisasi Media Tumbuh

Media tumbuh aklimatisasi yang digunakan adalah arang sekam yang sudah siap digunakan, cocopeat yang merupakan serbuk sabut kelapa yang telah diuraikan, arang sekam dan cocopeat yang semuanya telah digabungkan menjadi rata dengan perbandingan 1 :1.

Masing-masing media tersebut dibungkus rapi dengan plastik lalu disterilkan di dalam autoklaf pada tekanan 15 psi dengan suhu 1210 C selama 60 menit.

Tahap selanjutnya adalah masing-masing media tersebut dimasukkan ke dalam ⅔ bagian aqua cup sebagai tempat media tumbuhnya.

Sterilisasi Planlet

Planlet yang digunakan berasal dari bibit botolan hasil kultur jaringan. Setelah dikeluarkan dari botol, planlet dicuci dengan aquades steril dengan maksud menghilangkan agar-agar dari bekas media in vitro karena agar-agar yang masih menempel dapat menyebabkan tumbuhnya jamur yang merugikan anggrek.

(33)

Penanaman Planlet

Tahap ini merupkan tahap pemidahan planlet dari lingkungan in vitro ke lingkungan aklimatisasi dengan aqua cup sesuai perlakuan masing-masing.

Penanaman dapat dilakukan dengan melubangi media tumbuh dengan sekup kecil ataupun jari tangan, kemudian planlet dimasukkan ke dalam lubang tersebut hingga leher batang dan akhirnya lubang ditutup kembali.

Penyungkupan Planlet

Setelah planlet ditanam, planlet disungkup untuk menjaga kelembabannya. Sungkup yang digunakan adalah plastik transparan. Setiap dua hari sekali sungkup dibuka selama 20 menit untuk membiasakan planlet beradaptasi dengan kondisi autrotop.

Penyungkupan planlet dilakukan selama 5 minggu. Setelah 5 minggu berikutnya sungkup tersebut dapat dibuka.

Pemeliharaan Planlet

Penyiraman

Penyiraman dilakukan dengan menggunakan handsprayer setiap pagi atau sore hari. Kegiatan ini dilakukan bertujuan untuk menjaga kelembaban dari planlet. Penyiraman juga sangat tergantung pada kondisi lingkungan.

(34)

Aplikasi Pupuk Daun

Pemupukan diaplikasikan pada minggu ke-5 yang menggunakan pupuk daun Bayfolan dan Seprint 0,5 cc/L air. Penyemprotan dilakukan dengan handsprayer agar diperoleh semprotan yang merata.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menyemprotkan Decis dan Dithane M-45 yang dilakukan apabila ada planlet yang terserang hama dan penyakit.

Parameter

Persentase Hidup (%)

Persentase hidup diamati setiap saat dengan menghitung jumlah planlet yang hidup.

Persentase hidup dapat dihitung dengan rumus :

Persentase hidup = Jumlah planlet yang hidup per plot x 100 % Jumlah planlet per plot

Pertambahan Tinggi Planlet (mm)

Pertambahan tinggi planlet diukur dengan menggunakan kertas millimeter yang dilakukan pada akhir penelitian dengan menghitung selisih dari tinggi awal.

Pertambahan Diameter Batang (mm)

Pertambahan diameter batang diukur dengan menggunakan jangka sorong yang diukur pada bagian terlebar dari batang planlet. Pertambahan diameter

(35)

batang dihitung dengan menghitung selisih dari diameter batang akhir dengan diameter awal.

Pertambahan Jumlah Daun (helai)

Pertambahan jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah terbuka sempurna, dihitung dengan menghitung selisih jumlah daun akhir dengan jumlah daun awal.

Pertambahan Bobot Total (gram)

Pertambahan bobot total ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik diakhir penelitian. Bobot total dihitung dari selisih bobot akhir dan bobot awal.

Minggu Bertunas (MST)

Minggu bertunas dilakukan dengan mengamati tunas yang muncul setiap minggu.

Jumlah Tunas (buah)

Jumlah tunas dihitung pada akhir penelitian yang dilakukan dengan menghitung jumlah tunas yang keluar dari planlet.

Bobot Akar (gram)

Bobot akar ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik. Akar yang ditimbang merupakan akar yang dipotong mulai pangkal batang.

(36)

Volume Akar (ml)

Volume akar diambil dengan cara memotong akar yang telah dibersihkan terlebih dahulu. Kemudian dimasukkan pada gelas ukur yang telah berisi air. Volume akar diukur berdasarkan pertambahan volume air.

Jumlah Klorofil Daun (butir)

Jumlah klorofil daun diamati dengan menggunakan alat Chlorophyll Meter. Daun yang akan diamati klorofilnya diambil pada bagian ujung, tengah dan pangkal daun kemudian diambil rata-ratanya.

(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa perlakuan media tumbuh aklimatisasi berpengaruh nyata terhadap parameter pengamatan minggu bertunas dan jumlah tunas, tetapi perlakuan media tumbuh aklimatisasi tidak berpengaruh nyata terhadap parameter persentase hidup, pertambahan tinggi planlet, pertambahan diameter batang, pertambahan jumlah daun, pertambahan bobot total, bobot akar, volume akar dan jumlah klorofil daun.

Pada perlakuan jenis pupuk daun yang diberikan berpengaruh nyata terhadap parameter pertambahan tinggi planlet, pertambahan diameter batang, pertambahan jumlah daun, pertambahan bobot total, minggu bertunas, jumlah tunas, bobot akar, volume akar dan jumlah klorofil daun, tetapi perlakuan jenis pupuk daun tidak berpengaruh nyata terhadap parameter persentase hidup.

(38)

Persentase Hidup (%)

Hasil pengamatan persentase hidup dapat dilihat pada Lampiran 1 dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 3. Dari sidik ragam diperoleh bahwa pada perlakuan media tumbuh aklimatisasi, perlakuan jenis pupuk daun serta interaksi antara perlakuan media tumbuh aklimatisasi dengan perlakuan jenis pupuk daun tidak berpengaruh nyata terhadap persentase hidup planlet.

[image:38.595.106.514.362.471.2]

Rataan persentase hidup pada beberapa perlakuan media tumbuh aklimatisasi dan perlakuan jenis pupuk daun dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan Persentase Hidup Planlet Anggrek pada Beberapa Perlakuan Media Tumbuh Aklimatisasi dan Perlakuan Jenis Pupuk Daun.

Pupuk Media Rataan

M1 (%) M2 (%) M3 (%)

P0 100,000 91,667 100,000 97,222

P1 100,000 100,000 100,000 100,000

P2 91,667 91,667 91,667 91,667 Rataan 97,222 94,444 97,222 96,296

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa rataan persentase hidup mencapai 96,296% (104 planlet) dari 100% (108 planlet). Dari Tabel 1 tersebut diperoleh bahwa rataan dari ketiga perlakuan media tumbuh aklimatisasi yang tertinggi adalah sebesar 97,222 % yaitu pada perlakuan M1 dan M3. Sedangkan perlakuan

jenis pupuk daun yang tertinggi pada P1 (100%) dan yang terendah pada P2 (91,667%). Interaksi antara perlakuan media tumbuh aklimatisasi dengan

perlakuan jenis pupuk daun yang tertinggi adalah pada M1P0, M3P0, M1P1, M2P1 dan M3P1 (100%), sedangkan yang terendah pada M1P2, M2P0, M2P2, M3P2 (91,667%).

(39)

Pertambahan Tinggi Planlet (mm)

Data hasil pengamatan parameter pertambahan tinggi planlet dapat dilihat pada Lampiran 4 dan sidik ragam parameter pertambahan tinggi planlet dapat dilihat pada Lampiran 6. Dari sidik ragam diperoleh bahwa perlakuan jenis pupuk daun berpengaruh nyata terhadap parameter pertambahan tinggi planlet sedangkan perlakuan media tumbuh aklimatisasi dan interaksi antara perlakuan media tumbuh aklimatisasi dengan perlakuan jenis pupuk daun tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi planlet.

[image:39.595.111.510.410.512.2]

Rataan pertambahan tinggi planlet pada beberapa perlakuan media tumbuh aklimatisasi dan perlakuan jenis pupuk daun dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rataan Pertambahan Tinggi Planlet Anggrek pada Beberapa Perlakuan

Media Tumbuh Aklimatisasi dan Jenis Perlakuan Pupuk Daun.

Pupuk Media Rataan

M1 (mm) M2 (mm) M3 (mm)

P0 0,000 0,000 0,000 0,000b

P1 0,133 0,300 0,400 0,278a

P2 0,233 0,400 0,383 0,339a

Rataan 0,122 0,233 0,261 0,206

BNJ Pupuk= 0,156

Keteterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%.

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa rataan pertambahan tinggi planlet

tertinggi pada perlakuan media tumbuh aklimatisasi terdapat pada M3 (0,261 mm) dan yang terendah pada M1 (0,122 mm) sedangkan pada

perlakuan jenis pupuk daun yang tertinggi terdapat pada perlakuan P2 (0,339 mm)

dan yang terendah pada perlakuan P0 (0,000 mm). Pada interaksi antara perlakuan media tumbuh aklimatisasi dengan perlakuan jenis pupuk daun menunjukkan

(40)

bahwa pertambahan tinggi planlet yang tertinggi terlihat pada M3P1 dan M2P2 (0,400 mm) dan yang terendah pada M1P0, M2P0 dan M3P0 (0,000 mm)

[image:40.595.151.476.196.308.2]

Histogram pertambahan tinggi planlet dari perlakuan jenis pupuk daun dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Histogram Pertambahan Tinggi Planlet pada Perlakuan Jenis Pupuk Daun

Pertambahan Diameter Batang (mm)

Data hasil pengamatan parameter pertambahan diameter batang dapat dilihat pada Lampiran 7 dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 9. Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jenis pupuk daun menunjukkan pengaruh nyata terhadap pertambahan diameter batang planlet. Perlakuan media tumbuh aklimatisasi dan interaksi antara perlakuan media tumbuh aklimatisasi dengan perlakuan jenis pupuk daun tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter batang.

Rataan pertambahan diameter batang pada beberapa perlakuan media aklimatisasi dan perlakuan jenis pupuk daun dapat dilihat pada Tabel 3.

25   0, 000 0, 050 0, 100 0, 150 0, 200 0, 250 0, 300 0, 350 P er ta m b a h a n T in g g P la n le t (m m )

P 0 P 1 P 2

(41)
[image:41.595.115.515.119.232.2]

Tabel 3. Rataan Pertambahan Diameter Batang pada Beberapa Perlakuan Media Tumbuh Aklimatisasi dan Perlakuan Jenis Pupuk Daun.

Pupuk Media Rataan M1 (mm) M2 (mm) M3 (mm)

P0 0,000 0,000 0,000 0,000c

P1 0,209 0,165 0,143 0,172b

P2 0,468 0,233 0,243 0,314a

Rataan 0,226 0,132 0,129 0,162

BNJ Pupuk 0,132

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%.

Dari Tabel 3 diperoleh bahwa pada perlakuan media tumbuh aklimatisasi,

rataan pertambahan diameter batang tertinggi terdapat pada perlakuan M1 (0,226 mm) dan terendah terdapat pada perlakuan M3 (0,129 mm). Pada

perlakuan jenis pupuk daun, rataan pertambahan diameter tertinggi terdapat pada P2 (0,314 mm) yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya dan yang terendah

terdapat pada P0 (0,000 mm). Pada interaksi antara perlakuan media tumbuh aklimatisasi dengan perlakuan jenis pupuk daun menunjukkan pertambahan diameter batang yang tertinggi pada M1P2 (0,468 mm) dan yang terendah pada M1P0, M2P0 dan M3P0 (0,000 mm).

Histogram pertambahan diameter batang pada perlakuan jenis pupuk daun dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Histogram Pertambahan Diameter Batang pada Perlakuan Jenis Pupuk Daun 26   0, 000 0, 050 0, 100 0, 150 0, 200 0, 250 0, 300 0, 350 D iam et er B a ta n g P la n le t (m m )

P 0 P 1 P 2

[image:41.595.137.478.584.690.2]
(42)

Pertambahan Jumlah Daun (helai)

Data pengamatan pertambahan jumlah daun dapat dilihat pada Lampiran 10 dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 12. Dari hasil sidik ragam diperoleh bahwa perlakuan jenis pupuk daun berpengaruh nyata terhadap parameter pertambahan jumlah daun. Perlakuan media tumbuh aklimatisasi serta interaksi antara perlakuan media tumbuh aklimtisasi dengan perlakuan jenis pupuk daun tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun.

Hasil rataan pertambahan jumlah daun pada beberapa perlakuan media tumbuh aklimatisasi dan perlakuan jenis pupuk daun dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Pertambahan Jumlah Daun Planlet Anggrek pada Beberapa

Perlakuan Media Tumbuh Aklimatisasi dan Perlakuan Jenis Pupuk Daun.

Pupuk Media Rataan

M1 (helai) M2 (helai) M3 (helai)

P0 0,000 0,000 0,000 0,000b

P1 0,667 1,833 1,333 1,278a

P2 1,167 1,667 1,667 1,500a

Rataan 0,611 1,167 1,000 0,926

BNJ Pupuk 0,465

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%.

Dari Tabel 4. diperoleh bahwa bahwa pengaruh media tumbuh aklimatisasi

yang tertinggi terdapat pada M2 (1,167 helai) sedangkan yang terendah pada M1 (0,611 helai). Sedangkan pada perlakuan jenis pupuk daun yang digunakan,

pertambahan jumlah daun yang tertinggi terdapat pada P2 (1,500 helai) dan yang terendah pada perlakuan P0 (0,000 helai). Dan interaksi antara perlakuan

media aklimatisasi dengan perlakuan jenis pupuk daun yang tertinggi pada M2P1 (1,833 helai) dan yang terendah terdapat pada perlakuan M1P0, M2P0 dan

M3P0 (0,000 helai).

(43)
[image:43.595.147.425.126.263.2]

Histogram pertambahan jumlah daun planlet pada perlakuan jenis pupuk daun dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Histogram Pertambahan Jumlah Daun pada Perlakuan Pupuk Daun.

Pertambahan Bobot Total (gram)

Data pengamatan pertambahan bobot total dapat dilihat pada Lampiran 13 dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 15. Dari hasil sidik ragam diperoleh bahwa perlakuan jenis pupuk daun berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot total, sedangkan perlakuan media tumbuh aklimatisasi serta interaksi perlakuan media tumbuh aklimatisasi dengan perlakuan jenis pupuk daun tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot total.

Rataan pertambahan bobot total pada beberapa perlakuan media tumbuh aklimatisasi dan perlakuan jenis pupuk daun dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan Pertambahan Bobot Total pada Beberapa Perlakuan Media Tumbuh Aklimatisasi dan Perlakuan Jenis Pupuk Daun.

Pupuk Media Rataan

M1 (gram) M2 (gram) M3 (gram)

P0 0,000 0,000 0,000 0,000b

P1 0,256 0,096 0,217 0,189a

P2 0,131 0,150 0,166 0,149a

Rataan 0,129 0,082 0,127 0,113

BNJ Pupuk 0,108

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%. 28 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 P er ta m b a h a n Ju m lah D au n ( h el a i)

P 0 P 1 P 2

[image:43.595.109.516.613.716.2]
(44)

Dari Tabel 5 diperoleh bahwa pada perlakuan media tumbuh aklimatisasi, pertambahan bobot total tertinggi terdapat pada perlakuan M1 (0,129 gram) dan

yang terendah terdapat pada perlakuan M2 (0,082 gram). Pada perlakuan

jenis pupuk daun, pertambahan bobot total yang tertinggi pada perlakuan P1 (0,189 gram) dan yang terendah pada perlakuan P0 (0,000 gram). Pada

interaksi antara perlakuan media tumbuh aklimatisasi dengan perlakuan jenis pupuk daun menunjukkan interaksi yang tertinggi pada M1P1 (0,256 gram) dan yang terendah pada M1P0, M2P0 dan M3P0 (0,000 gram).

[image:44.595.168.475.358.474.2]

Histogram pertambahan bobot total pada perlakuan jenis pupuk daun dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Histogram Pertambahan Berat Total pada Perlakuan Jenis Pupuk Daun Minggu Bertunas (MST)

Data hasil pengamatan minggu bertunas dapat dilihat pada Lampiran 16 dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran18. Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan media tumbuh aklimatisasi, perlakuan jenis pupuk daun serta interaksi antara perlakuan media tumbuh aklimtisasi dengan perlakuan jenis pupuk daun berpengaruh nyata terhadap minggu bertunas.

29 0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 0,16 0,18 0,2 P er tam b ah a n Bo b o t To ta l ( g ra m)

P 0 P 1 P 2

(45)
[image:45.595.114.513.171.279.2]

Hasil rataan minggu bertunas pada beberapa perlakuan media tumbuh aklimatisasi dan perlakuan jenis pupuk daun dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan Minggu Bertunas pada Beberapa Perlakuan Media Tumbuh Aklimatisasi dan Perlakuan Jenis Pupuk Daun.

Pupuk Media Rataan

M1 (MST) M2 (MST) M3 (MST)

P0 0,000c 0,000c 0,000c 0,000

P1 0,000c 3,167a 0,000c 1,056

P2 0,000c 0,000c 0,667b 0,222

Rataan 0,000 1,056 0,222 0,426

BNJ Interaksi 0,575

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom atau lajur yang sama tidak berbeda nyata menurut uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5 %.

Dari Tabel 6 diperoleh bahwa pada perlakuan media tumbuh aklimatisasi, minggu bertunas tertinggi terdapat pada perlakuan M2 (1,056 MST) dan yang terendah terdapat pada perlakuan M1 (0,000 MST). Sedangkan pada perlakuan jenis pupuk daun, minggu bertunas yang tertinggi pada P1 (1,056 MST) dan yang terendah pada P0 (0,000 MST). Pada interaksi antara perlakuan media tumbuh aklimatisasi dengan perlakuan jenis pupuk daun menunjukkan minggu bertunas planlet yang tertinggi pada perlakuan M2P2 (3,167 MST) dan yang terendah pada M1P0, M2P0, M3P0, M1P1, M3P1, M1P2, M2P2 (0.000 MST).

Histogram minggu bertunas pada interaksi antara perlakuan media tumbuh aklimatisasi dan perlakuan jenis pupuk daun dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Histogram Minggu Bertunas pada Interaksi Perlakuan Media Tumbuh 30 0 0, 5 1 1, 5 2 2, 5 3 3, 5 M in g u B er tu n a s ( M S T )

M1P 0 M1P 1 M1P 2 M2P 0 M2P 1 M2P 2 M3P 0 M3P 1 M3P 2

[image:45.595.128.469.586.696.2]
(46)

Jumlah Tunas (Buah)

Data hasil pengamatan jumlah tunas dapat dilihat pada Lampiran 19 dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 21. Dari hasil sidik ragam diperoleh bahwa perlakuan media tumbuh aklimatisasi, perlakuan jenis pupuk serta interaksi antara perlakuan media tumbuh aklimatisasi dengan perlakuan jenis pupuk daun menujukkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah tunas.

[image:46.595.109.514.340.444.2]

Rataan jumlah tunas dari beberapa perlakuan media tumbuh aklimatisasi dan perlakuan jenis pupuk daun dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Jumlah Tunas pada Beberapa Perlakuan Media Tumbuh Aklimatisasi dan Perlakuan Jenis Pupuk Daun.

Pupuk Media Rataan

M1(buah) M2 (buah) M3 (buah)

P0 0,000c 0,000c 0,000c 0,000

P1 0,000c 0,500a 0,000c 0,167

P2 0,000c 0,000c 0,167b 0,056

Rataan 0,000 0,167 0,056 0,074

BNJ Interaksi= 0,160

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom atau lajur yang sama tidak berbeda nyata menurut uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5 %.

Dari Tabel 7 diperoleh bahwa pada perlakuan media tumbuh aklimatisasi, jumlah tunas tertinggi terdapat pada perlakuan M2 (0,167 buah) dan yang terendah terdapat pada perlakuan M1 (0,000 buah). Sedangkan pada perlakuan jenis pupuk daun, jumlah tunas yang tertinggi pada P1 (0,167 buah) dan yang terendah pada P2 (0,000 buah). Pada interaksi antara perlakuan media tumbuh aklimatisasi dengan perlakuan jenis pupuk daun menunjukkan interaksi yang tertinggi pada M2P1 (0,500 buah) dan yang terendah pada M1P0, M2P0, M3P0, M1P1, M3P1, M1P2, M2P2 (0.000 buah).

(47)
[image:47.595.142.468.127.251.2]

Histogram jumlah tunas pada interaksi antara perlakuan media tumbuh aklimatisasi dengan perlakuan jenis pupuk dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Histogram Jumlah Tunas pada Interaksi Perlakuan Media Tumbuh Aklimatisasi dengan Perlakuan Jenis Pupuk Daun.

Bobot Akar (gram)

Data hasil pengamatan bobot akar dapat dilihat pada Lampiran 22 dan data sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 24. Dari hasil sidik ragam diperoleh bahwa bobot akar tidak berpangaruh nyata terhadap perlakuan media tumbuh aklimatisasi, perlakuan jenis pupuk daun dan interaksi antara perlakuan media tumbuh aklimatisasi dengan perlakuan jenis pupuk daun.

Rataan bobot akar dari beberapa perlakuan media tumbuh aklimatisasi dan perlakuan jenis pupuk daun dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Bobot Akar pada Beberapa Perlakuan Media Tumbuh Aklimatisasi dan Perlakuan Jenis Pupuk Daun.

Pupuk Media Rataan

M1 (gram) M2 (gram) M3 (gram)

P0 0,035 0,031 0,048 0,038

P1 0,068 0,048 0,053 0,056

P2 0,042 0,043 0,049 0,045

Rataan 0,048 0,041 0,050 0,046 Dari Tabel 8 diperoleh bahwa pada perlakuan media tumbuh aklimatisasi, bobot akar tertinggi terdapat pada perlakuan M3 (0,050 gram) dan yang terendah

32 0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45 0,5 J u m lah T u n a s ( b u a h

M1P 0 M1P 1 M1P 2 M2P 0 M2P 1 M2P 2 M3P 0 M3P 1 M3P 2

[image:47.595.113.514.588.692.2]
(48)

terdapat pada perlakuan M2 (0,041 gram). Sedangkan pada perlakuan jenis pupuk daun, bobot akar yang tertinggi pada P1 (0,056 gram) dan yang

terendah pada P0 (0,038 gram). Pada interaksi antara perlakuan media tumbuh aklimatisasi dengan perlakuan jenis pupuk daun menunjukkan bobot akar tertinggi pada M1P1 (0,068 gram) dan yang terendah pada M2P0 (0,031 gram).

Volume Akar (ml)

Data hasil pengamatan volume akar dapat dilihat pada Lampiran 25 dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 27. Dari sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jenis pupuk daun berpengaruh nyata terhadap volume akar. Perlakuan media tumbuh aklimatisasi serta interaksi antara perlakuan media tumbuh aklimatisasi dengan perlakuan jenis pupuk daun menunjukkan tidak berpengaruh terhadap volume akar.

Rataan volume akar pada beberapa perlakuan media tumbuh aklimatisasi dan perlakuan jenis pupuk daun dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan Volume Akar pada Beberapa Perlakuan Media Tumbuh Aklimatisasi dan Perlakuan Jenis Pupuk Daun.

Pupuk Media Rataan

M1 (ml) M2 (ml) M3 (ml)

P0 0,650 0,747 0,737 0,711b

P1 0,778 0,778 0,783 0,780a

P2 0,785 0,772 0,806 0,788a

Rataan 0,738 0,766 0,775 0,760

BNJ Pupuk= 0,029

Keteterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%.

Dari Tabel 9. diperoleh bahwa perlakuan media tumbuh aklimatisasi, volume akar tertinggi terdapat pada perlakuan M3 (0,775 ml) dan yang terendah M1 (0,738 ml). Sedangkan pada perlakuan jenis pupuk daun, volume akar yang

(49)

tertinggi pada P2 (0,788 ml) dan yang terendah pada P0 (0,711 ml). Pada interaksi antara perlakuan media tumbuh aklimatisasi dengan perlakuan jenis pupuk daun menunjukkan interaksi yang tertinggi pada M3P2 (0,806 ml) dan yang terendah pada M1P0 (0,650 ml).

[image:49.595.142.468.246.361.2]

Histogram volume akar pada perlakuan pupuk dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Histogram Volume Akar pada Perlakuan Jenis Pupuk Daun.

Jumlah Klorofil Daun (butir)

Data pengamatan klorofil daun dapat dilihat pada Lampiran 28 dan sidik ragam pada Lampiran 30. Dari sidik ragam diperoleh bahwa perlakuan jenis pupuk daun berpengaruh nyata terhadap jumlah klorofil daun, sedangkan perlakuan media tumbuh aklimatisasi serta interaksi antara perlakuan media tumbuh aklimatisasi dengan perlakuan jenis pupuk daun tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah klorofil daun.

Rataan jumlah klorofil daun pada beberapa perlakuan media tumbuh aklimatisasi dan perlakuan jenis pupuk daun dapat dilihat pada Tabel 10.

34

0, 66 0, 68 0, 7 0, 72 0, 74 0, 76 0, 78 0, 8

V

o

lu

m

e A

k

a

r (

m

l)

P 0 P 1 P 2

(50)
[image:50.595.113.513.121.236.2]

Tabel 10. Rataan Klorofil Daun pada Beberapa Perlakuan Media Tumbuh Aklimatisasi dan Perlakuan Jenis Pupuk Daun.

Pupuk Media Rataan

M1 (butir) M2 (butir) M3 (butir)

P0 14,960 16,407 17,333 16,233c

P1 23,196 18,148 20,827 20,724a

P2 16,877 21,497 20,953 19,776b

Rataan 18,344 18,684 19,704 18,911

BNJ Pupuk 0,900

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%.

Dari Tabel 10 diperoleh bahwa pada perlakuan media tumbuh aklimatisasi, rataan jumlah klorofil daun tertinggi terdapat pada perlakuan M3 (19,704 butir) sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan M1 (18,344 butir). Sedangkan pada perlakuan jenis pupuk daun, jumlah klorofil daun yang tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (20,724 butir) dan yang terendah pada P0 (16,233 butir). Pada interaksi antara perlakuan media tumbuh aklimatisasi dengan perlakuan jenis pupuk daun, jumlah klorofil yang tertinggi pada perlakuan M1P1 (23,196) dan yang terendah pada perlakuan M1P0 (14,960).

Histogram jumlah klorofil daun pada perlakuan jenis pupuk dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Histogram Jumlah Klorofil Daun Planlet pada Perlakuan Pupuk Daun. 35 0 5 10 15 20 25 J u m lah K lor o fi l d a u n ( b u ti r)

P 0 P 1 P 2

[image:50.595.145.475.562.682.2]
(51)

Pembahasan

Pengaruh media tumbuh aklimatisasi terhadap pertumbuhan anggrek

Dendrobium sp.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa media tumbuh aklimatisasi berpengaruh nyata terhadap parameter pengamatan minggu bertunas dan jumlah tunas, tetapi media tumbuh aklimatisasi tidak berpengaruh nyata terhadap parameter persentase hidup, pertambahan tinggi planlet, pertambahan diameter batang, pertambahan jumlah daun, pertambahan bobot total, bobot akar, volume akar dan jumlah klorofil daun. Perbedaan nyata yang disebabkan media diduga karena pada proses aklimatisasi, media tumbuh aklimatisasi memiliki pengaruh penting dalam proses pertumbuhan anggrek. Dalam hal ini media tumbuh aklimatisasi berfungsi untuk tempat tumbuhnya tanaman, mempertahankan kelembaban, dan tempat menyimpannya hara serta air yang diperlukan, peranan lingkungan juga mempengaruhi fungsi media tumbuh aklimatisasi itu sendiri. Sesuai dengan fungsi dari media tumbuh aklimatisasi yang paling penting adalah untuk mempertahankan kelembaban karena planlet anggrek yang akan dipindahkan ke lingkungan eksternal membutuhkan kelembaban yang cukup tinggi karena proses tranpirasi berlangsung secara berlebihan yang disebabkan fungsi stomata pada planlet yang baru diaklimatisasi belum berfungsi secara sempurna yang dapat mengakibatkan planlet tersebut mengalami kematian. Hal ini sesuai dengan pendapat Batchelor (1981) dalam Wuryan (2008) yang menyatakan pertumbuhan anggrek baik vegetatif maupun generatif tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik, tetapi sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan

(52)

anggrek, karena media tumbuh berfungsi sebagai tempat tumbuhnya tanaman, mempertahankan kelembaban dan tempat menyimpan hara serta air yang diperlukan.

Dari hasil uji beda rataan diperoleh bahwa minggu bertunas yang tertinggi adalah M2 (1.056 MST) dan yang terendah M1 (0,000 MST). Media serbuk sabut kelapa (cocopeat) memiliki keunggulan dalam penyerapan dan menyimpan air yang dibutuhkan oleh planlet anggrek dalam proses aklimatisasi. Sedangkan media arang sekam merupakan media yang sukar mengikat air dan miskin zat hara, sehingga media arang sekam kurang berfungsi dalam proses aklimatisasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikutip dan www.duniaflora (2006) bahwa media cocopeat sanggup menahan air dalam jumlah banyak dan dalam waktu lama. Struktur pori-porinya berkemampuan tinggi menangkap dan menahan air. Pada kondisi normal unsur hara yang bisa diserap tanaman banyak tersedia, seperti nitrogen, kalsium, fosfor dan sulfur sedangkan media arang sekam sukar mengikat air dan miskin zat hara tetapi media ini sukar untuk melapuk. Hal ini juga didukung dengan pernyataan bahwa keutamaan dari arang sekam yaitu tidak cepat melapuk, tidak mudah ditumbuhi cendawan dan bakteri, sukar mengikat air dan miskin zat hara (http://jakarta.litbang.deptan.go.id., 2008).

Pengaruh perlakuan jenis pupuk daun terhadap pertumbuhan anggrek

Dendrobium sp.

Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian jenis pupuk daun menunjukkan pengaruh nyata terhadap parameter pertambahan tinggi planlet, pertambahan diameter batang, pertambahan jumlah daun, pertambahan bobot total, pengamatan minggu bertunas, jumlah tunas, bobot akar, volume akar dan

(53)

jumlah klorofil daun, tetapi jenis pupuk daun tidak berpengaruh nyata terhadap parameter persentase hidup. Hal ini diduga karena tanaman anggrek merupakan tanaman yang tidak mampu menyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan dalam pertumbuhan di habitatnya. Oleh karena itu, peranan pupuk sangat dibutuhkan terutama dalam mempercepat munculnya tunas yang juga dipengaruhi oleh kondisi planlet dengan kondisi stomata yang kurang berfungsi dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yudhie (2008) yang menyatakan bahwa untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangannya, tanaman memerlukan nutrisi berupa pupuk. Sumber pupuk dapat diperoleh dari bahan organik dan anorganik.

Selain itu pupuk juga diberikan untuk dapat menyediakan unsur hara bagi planlet itu sendiri, karena media tumbuh yang digunakan bukan berfungsi sebagai penyuplai unsur hara yang dibutuhkan planlet anggrek. Hal ini sesuai dengan pendapat Sandra (2001) yang menyatakan bahwa fungsi media tanam bagi anggrek hanya sebatas mengatur tegaknya tanaman. Tidak seperti anggapan yang ada selama ini bahwa media tanam juga menyuplai bahan makanan untuk anggrek. Untuk menyuplai makanan perlu pupuk dengan kandungan lengkap. Pupuk tersebut diberikan penyemprotan atau penaburan pada media tanam.

Dari hasil uji beda rataan, diketahui bahwa penggunaan jenis pupuk Bayfolan mempercepat pemunculan tunas baru dari planlet pada proses aklimatisasi. Hal ini terjadi karena pupuk Bayfolan mengandung unsur nitogen yang tinggi dibandingkan dengan pupuk Seprint. Dalam pertumbuhan sangat diperlukan unsur nitrogen, agar dapat membantu media tumbuh aklimatisasi dalam penyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh planlet anggrek dalam proses aklimatisasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikutip dari Hipi, dkk (2002)

(54)

yang menyatakan bahwa hasil dari analisis terhadap beberapa merk pupuk di NTB menunjukkan bahwa pupuk Bayfolan berdasarkan analisa laboratorium memiliki kandungan hara N (6,12 %), P2O5 (5,4 %), K2O (6,83 %), sedangkan berdasarkan

label kemasan memiliki kandungan N (11%), P2O5 (8 %), K2O (6%). Pada pupuk

Seprint berdasarkan analisa laboratorium memiliki kandungan hara N (6,53%), P2O5 (0,13 %), K2O (2,88 %), sedangkan berdasarkan label kemasan memiliki

kandungan N (9,6 %), P2O5 (0,67 %), K2O (2,11 %).

Pengaruh interaksi antara perlakuan media tumbuh aklimatisasi dengan perlakuan jenis pupuk daun terhadap pertumbuhan anggrek Dendrobium sp.

Dari hasil sidik ragam, diketahui bahwa interaksi antara perlakuan media tumbuh aklimatisasi dengan perlakuan jenis pupuk daun berpengaruh nyata terhadap parameter minggu bertunas dan jumlah tunas, tetapi tidak pengaruh nyata terhadap persentase hidup, pertambahan tinggi planlet, pertambahan diameter batang, pertambahan jumlah daun, pertambahan bobot total, bobot akar, volume akar dan jumlah klorofil daun. Hal ini disebabkan karena dalam proses aklimatisasi selain faktor genetik, faktor lingkungan dan media tumbuh mempengaruhi pertumbuhan planlet anggrek. Media tumbuh yang baik beserta dengan pengaplikasian pupuk daun yang mengandung unsur pupuk yang diperlukan cukup merupakan syarat agar planlet tetap mampu tumbuh dalam proses aklimatisasi dengan kondisi yang kritis, yang dari semuanya faktor lingkungan juga mempengaruhinya. Hal ini dikarenakan sifat media tumbuh yang sangat porous, menyebabkan aliran air (yang umumnya juga menghanyutkan pupuk) menjadi lebih besar, sehingga ketersediaan pupuk dalam mediapun akan sering berkurang. Demikian juga iklim dan ukuran tanaman akan sangat

(55)
(56)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Media tumbuh aklimatisasi berpengaruh nyata terhadap minggu bertunas dan jumlah tunas, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap persentase hidup, pertambahan tinggi planlet, pertambahan diameter batang, pertambahan jumlah daun, pertambahan bobot total, bobot akar, volume akar dan jumlah

klorofil daun. Perlakuan media tumbuh aklimatisasi terbaik adalah cocopeat (M2).

2. Pada perlakuan jenis pupuk daun yang diberikan berpengaruh nyata terhadap parameter pertambahan tinggi planlet, pertambahan diameter batang, pertambahan jumlah daun, pertambahan bobot total, pengamatan minggu bertunas, jumlah tunas, bobot akar, volume akar dan jumlah klorofil daun, tetapi perlakuan jenis pupuk daun tidak berpengaruh nyata terhadap parameter persentase hidup. Perlakuan jenis pupuk daun yang terbaik adalah pupuk daun Bayfolan (P1).

(57)

Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan media tumbuh aklimatisasi jenis yang lain dengan waktu lebih lama.

42

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S., 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI-Press, Jakarta.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 2008. Jurnal Sains dan Teknologi. Diakses pada bulan November 2008.

Fitter, A. H., dan R. K. M. Hay, 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman, Terjemahan S. Andani dan E. D. Purbayanti. UGM-Press, Yogyakarta. Ginting, R., 1990. Tanaman Budidaya Anggrek (Orchidaceae sp). Gloria Medan,

Medan.

Ginting, B., 2008. Membuat media Tumbuh Anggrek. KP Penelitaian Tanaman Hias, Deptan.

Gunadi, T., 1985. Kenal Anggrek. Penerbit Angkasa. Bandung.

Gunawan, L. W., 1997. Teknik Kultur Jaringan. Laboratorium Kultur Jaringan Bioteknologi, PAU IPB, Bogor.

Hipi, A., A. Suriadi, M. S. Souri, Sudjudi, Mashur, D. Ardi, 2002. Kajian Peredaran dan Kualitas Pupuk Di NTB. BPTP-NTB dan Puslitbagtanak Bogor.

Diakses http://ntb.litbang.deptan.go.id/2002/SP/kajianperedaran.doc, pada bulan November 2008.

http://emirgarden.com, 2008. Pupuk. Diakses pada bulan November 2008. http://www.bayer.co.id, 2008. Bayfolan. Diakses pada bulan November 2008. http://www.depthit.go.id, 2008. Kultur Jaringan. Diakses pada bulan November

2008.

http://jakarta.litbang.deptan.go.id, 2008. Media Tumbuh Anggrek Dendrobium. Diakses pada bulan November 2008.

http://tabloidgallery.wordpress.com. 2008. Sekam Bakar bagi Adenium. Diakses pada bulan Juli 2009.

Iswanto, H., 2002. Petunjuk Perawatan Anggrek. AgroMedia Pustaka, Jakarta. Jenimar, 1990. Laporan Penelitian “Perbanyakan Anggrek Dendrobium sp Secara

(59)

Lingga, P dan Marsono, 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk . Penebar Swadaya, Jakarta.

Mariska, I., dan Sukmadjaja, D., 2003. Perbanyakan Bibit Abaka Melalui Kultur Jaringan. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Bogor.

Marlina, N., dan D. Rusnandi, 2007. Teknik Aklimatisasi Planlet Anthorium Pada Beberapa Media Tanam. Boletin Teknik Pertanian Vol 12(1).

Sandra, E., 2001. Membuat Anggrek Rajin Berbunga. AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Sarwono, B., 2002. Mengenal dan Membuat Anggrek Hibrida. AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Setiawan, 2002. Laporan Penelitian “Evaluasi Pertumbuhan beberapa Genotip Anggrek Dendrobium (Dendrobium sp.) Pada Berbagai Media Tumbuh Aklimatisasi. Skripsi Sarjana Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan : Halaman 12-13, 2002.

Steel, R. G. D., dan J. H. Torrie, 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pende

Gambar

Tabel 1. Rataan Persentase Hidup Planlet Anggrek pada Beberapa Perlakuan Media  Tumbuh Aklimatisasi dan Perlakuan Jenis Pupuk Daun
Tabel 2. Rataan Pertambahan Tinggi Planlet Anggrek pada Beberapa Perlakuan Media Tumbuh Aklimatisasi dan Jenis Perlakuan Pupuk Daun
Gambar 1. Histogram Pertambahan Tinggi Planlet pada Perlakuan Jenis Pupuk Daun
Tabel 3. Rataan Pertambahan Diameter Batang pada Beberapa Perlakuan Media Tumbuh Aklimatisasi dan Perlakuan Jenis Pupuk Daun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah menguraikan beberapa ayat mengenai ketenangan hati dalam Alquran yang diwakilkan dengan menggunakan lafadz saki>nah dan ithma‟innah karena dalam beberapa referensi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan bioetanol dengan proses fermentasi kultur padat ( Solid State Fermentation) dari limbah kulit nanas dan

2014 Variabel Independen : Audit tenure, ukuran KAP dan spesialisasi auditor Variabel Dependen : Kualitas Audit Penelitian ini meneliti pengaruh tenure, ukuran KAP, dan

في كلذل 8 برمفون 1991 نم ةثرولا فلتأ : جح( ،)سيبول ةميلح جح( نويتوسن نيلايم جح( ،)نويتوسن ميكلحا نييارفأ( ،)نويتوسن سيناح قفاو) ليكشت ىلع قيثوتلا دقع ةطساوب ةسسؤم

pengaruh budaya organisasi secara parsial terhadap keinginan berpindah kerja ( turnover intention ) pada PT. Alas Watu Emas. 4) Untuk.. mengetahui dan

Berdasarkan uji hipotesis, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penguasaan konsep fisika siswa antara kelas eksperimen yang diberikan perlakuan berupa

Setelah dilakukan percobaan untuk menyelipkan perlombaan olah raga pada Muktamar ke II, dengan bertujuan untuk lebih memeriahkan pegelaran Muktamar, maka dalam rangkaian

dengan menggunakan tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosis.