• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Akurasi Antara Foto Panoramik Dengan Color Doppler Dalam Mendeteksi Kalsifikasi Arteri Karotid

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan Akurasi Antara Foto Panoramik Dengan Color Doppler Dalam Mendeteksi Kalsifikasi Arteri Karotid"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN AKURASI ANTARA FOTO PANORAMK

DENGAN COLOR DOPPLER DALAM MENDETEKSI

KALSIFIKASI ARTERI KAROTID

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh : DEFI MARIZAL NIM : 070600118

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Bagian Radiologi Dental Tahun 2010

Defi Marizal

Perbandingan akurasi antara foto panoramik dengan color doppler dalam

mendeteksi kalsifikasi arteri karotid x + 28 halaman

Kalsifikasi arteri karotid merupakan penyakit kardiovaskular, yang biasanya terjadi pada pasien yang mempunyai faktor-faktor resiko seperti merokok, hipertensi, dan periodontitis. Melalui foto panoramik tanpa sengaja dokter gigi dapat mengetahui

seseorang terkena aterosklerosis.

Gambaran aterosklerosis berupa radiopak dekat tulang hioid pada level C3

dan C4 pada ruang intervetebra. Kalsifikasi arteri karotid juga dapat muncul sebagai massa radiopak atau garis vertikal inferior atau posterior pada sudut mandibula. Kalsifikasi arteri karotid dapat dideteksi melalui foto panoramik, walaupun biasanya

penyakit ini dideteksi dengan color doppler oleh dokter ahli.

Dokter gigi dalam menginterpretasi foto panoramik diharapkan menganalisa

daerah sekitar C3 dan C4 untuk mengidentifikasi apabila terdapat kalsifikasi arteri karotid , sehingga pasien dapat dirujuk ke dokter ahli.

(3)

PERBANDINGAN AKURASI ANTARA FOTO PANORAMK

DENGAN COLOR DOPPLER DALAM MENDETEKSI

KALSIFIKASI ARTERI KAROTID

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh : DEFI MARIZAL NIM : 070600118

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 22Desember 2010

Pembimbing Tanda Tangan

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji Pada tanggal 22 Desember 2010

TIM PENGUJI

KETUA : Hj. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG

ANGGOTA : 1. H. Amrin Tharir, drg 2. Lidya Irani, drg

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karuniaNYA yang sangat berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dimana skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Rasa terima kasih yang tak terhingga khususnya penulis tujukan kepada orang tua, Ayahanda Syamsurizal dan Ibunda Maiyufrida atas curahan kasih sayang dan perhatian yang tiada tara. Teristimewa juga kepada kakanda Yulia Sari, S.pd, Adinda

Deli Maiza dan Suci Fitri karena kasih sayang, bimbingan dan doa yang tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi USU.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg, Ph.D., Sp.Ort, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

(7)

3. Rusfian, drg., M.Kes sebagai dosen penasehat akademik yang telah

memberi saran dan bimbingan selama penulis menjalani studi akademik di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh staf pengajar di Radiologi Dental (Amrin Thahir, drg, Lidya Irani Nainggolan, drg) beserta staf pengajar lainnya di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama

menuntut ilmu di masa pendidikan.

5. Kepada drg.I. Andrias, drg.Armia, drg.Hubban Nasution, drg.Aida Fadilla

D, Eko Suryanto SKG, Fania SKG, Wilna SKG, Adi Praja SKG, Ulfa F SKG terima kasih perhatian dan dukungan yang diberikan.

6. Kepada sahabat – sahabat penulis Fauzan, Yogi, Yusuf, Desi, Lini, Lia,

Dewi, Momon, Puput, teman- teman satu bagian skripsi di Radiologi Dental dan semua teman – teman satu stambuk 07 serta senior dan junior yang tidak dapat

disebut satu persatu yang ikut membantu penulis baik bantuan moril maupun sprituil. Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan

masyarakat.

Medan, 22 Desember 2010 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

BAB 2 KALSIFIKASI ARTERI KAROTID 2.1 Definisi ... 4

2.2 Klasifikasi ... 5

2.3 Patogenesis ... 8

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID 3.1 Anatomi Normal Rongga Mulut ... 13

3.2 Gambaran Kalsifikasi Arteri Karotid pada Foto Panoramik.. 15

3.3 Gambaran Kalsifikasi Arteri Karotid pada Color Doppler ... 19

3.4 Keakuratan Antara Foto Panoramik Dengan Color Doppler Dalam Mendeteksi Kalsifikasi Artei Karotid ... 23

BAB 4 KESIMPULAN ... 25

DAFTAR RUJUKAN ... 26

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Faktor-faktor resiko aterosklerosis ... 10

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gambaran anatomi normal Arteri Karotid ... 3

2. Gambaran anatomi normal Arteri Karotid ... 4

3. Gambaran histologi plak aterosklerosis ... 5

4. A. Arteri karotid. a= adventia, L= lumen, m= media, p= periadvential fat. Potongan melintang dari arteri karotid, tipe 0, berdasarkan Klasifikasi dari MR ... ... 6

5. B. Arteri karotid. a= adventia, L= lumen, m= media, p= periadvential Potongan melintang photomicrograph memperlihatkan lingkaran konsentrasi tipe II ketebalan intima ( i = ujung panah) (tipe I-II plak, klasifikasiAHA)... ... 6

6. A. F= fibrous cap Photomicrograph menegaskan kekadiran inti lipid granular yang luas (panah) ketebalan diskitar, kepadatan fbrous cap tidak sama dengan lemak (tipe IV-Va plk, klasifikasi AHA ) ... 7

7. B. Potongan melintang photomicrograph yang mmperlihatkan plak ateroma. (1) (tipe Vb, klasifikasi AHA) tetapi juga ada juga trombosis pada lapisan media (M) (2) . trombus (T) menirukan lipidics core yang luas, sedangkan lapisan media menirukan fibrotic cap yang tipis. C= kalsifikasi... ... 7

8. A.L = lumen dan O = daerah plak. B.Perbesaran gambar A, dikelilingi oleh kolagen tipis tipe Vc, klasifikasi MR imaging ... ... 7

9. Patogénesis aterosklerosis ... 10

10. Potongan melintang arteri yang mengalami aterosklerosis ... 11

11. Proses aterosklerosis potongan melintang arteri ... 12

12. Gambaran foto panoramik ... 14

(11)

14. Foto panoramik memperlihatkan gambaran kalsifikasi pada daerah

servikal pada bagian kanan ... ... 16

15. Gambar epiglotis dan tiroid cartilage. Panah putih menunjukkan aspek superior dari tulang tiroid yang dianggap keliru sebagai kalsifikasi

pembuluh darah. Panah hitam menunjukk an epiglotis ... 17 16. Gambar triceal cartilage. Potongan foto panoramik pada sudut sebelah

kiri mandibula (MA) memperlihatkan hubungan antara kalsifikasi triticeous cartilage (CTC) dengan tulang hioid (GCHB) dan tulang kedua vertebra (C2) ...

17.Gambar kalsifikasi nodus limfe. Radiografi pada foto panoramik memperlihatkan massa radiopaque pada Bagian inferior dari angulus mandibula, diantara prosessus styloideus dan ramus ascendens, yang superimpose di atas ramus ascendens, vertebra dan tulang hyoid (panah). Gambaran ghost image kontralateral dari kalsifikasi nodus limfe (ujung panah) dan carotid atheroma (panah pendek) juga

terlihat... ... 18 18. Alat color doppler... ... 20

19. Transducer... ... 21 20. Gelombang elektronik yang dibaca oleh komputer dan diterjemahkan

dalam bentuk gambar... ... 21 21. Gambaran carotid stenosis pada bagian kiri arteri karotid dengan color

doppler... ... 22 22. Lapisan plak antara kursor sonografi ... 23

(12)

Fakultas Kedokteran Gigi

Bagian Radiologi Dental Tahun 2010

Defi Marizal

Perbandingan akurasi antara foto panoramik dengan color doppler dalam

mendeteksi kalsifikasi arteri karotid x + 28 halaman

Kalsifikasi arteri karotid merupakan penyakit kardiovaskular, yang biasanya terjadi pada pasien yang mempunyai faktor-faktor resiko seperti merokok, hipertensi, dan periodontitis. Melalui foto panoramik tanpa sengaja dokter gigi dapat mengetahui

seseorang terkena aterosklerosis.

Gambaran aterosklerosis berupa radiopak dekat tulang hioid pada level C3

dan C4 pada ruang intervetebra. Kalsifikasi arteri karotid juga dapat muncul sebagai massa radiopak atau garis vertikal inferior atau posterior pada sudut mandibula. Kalsifikasi arteri karotid dapat dideteksi melalui foto panoramik, walaupun biasanya

penyakit ini dideteksi dengan color doppler oleh dokter ahli.

Dokter gigi dalam menginterpretasi foto panoramik diharapkan menganalisa

daerah sekitar C3 dan C4 untuk mengidentifikasi apabila terdapat kalsifikasi arteri karotid , sehingga pasien dapat dirujuk ke dokter ahli.

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

Kalsifikasi arteri merupakan suatu penyakit yang dapat terjadi pada arteri berukuran besar atau sedang, ditandai dengan adanya gangguan fungsi endotelial, peradangan pembuluh darah, dan akumulasi lipid, kolesterol, kalsium serta debris

selular dalam lapisan intima pada dinding pembuluh darah. Akumulasi lipid, kolesterol, kalsium dan debris selular dalam lapisan intima pada dinding pembuluh

darah akan menyebabkan terbentuk plak, perubahan bentuk pembuluh darah, kelainan aliran darah, dan mengurangi persediaan oksigen ke organ target.1-3

Peningkatan tekanan darah, tingginya kadar kolesterol atau karbohidrat dan

faktor-faktor lainnya dengan mudah akan menimbulkan kerusakan pada endotel dan sebagai akibatnya dapat terjadi kalsifikasi arteri. Adanya kalsifikasi pada arteri

berkaitan dengan keparahan dari penyakit arteri koronari dan kejadian cerebrovaskular atau cerebral infarction.1

Foto panoramik digunakan sebagai pemeriksaan tambahan oleh dokter gigi,

yang bisa menunjukkan adanya ateroma pada arteri carotid. Kalsifikasi banyak terjadi pada tulang vertebra antara 2, 3, dan 4 yang terlihat pada foto panoramik dan

penetapan selanjutnya dengan color doppler. 1

Metode lain untuk mendiagnosa kalsifikasi arteri adalah dengan menggunakan angiography. Tetapi metode ini bersifat invasive dan dapat menimbulkan komplikasi.

(14)

Tanpa disadari dengan meningginya jumlah penderita kalsifikasi arteri yang

berobat ke dokter gigi, 2 tidak menutup kemungkinan dokter gigi dapat mendeteksi seseorang menderita kalsifikasi arteri dengan bantuan foto panoramik. Oleh sebab itu,

dalam tulisan ini akan dijelaskan secara singkat mengenai kalsifikasi arteri karotid, Anatomi normal rongga mulut, gambaran kalsifikasi arteri karotid pada foto panoramik, gambaran kalsifikasi arteri karotid pada color doppler, dan perbandingan

akurasi antara foto panoramik dengan color doppler dalam mendeteksi kalsifikasi arteri karotid.

Pada akhirnya, tulisan ini diharapkan akan dapat membantu menjelaskan bagaimana membedakan gambaran normal rongga mulut dengan gambaran kalsifikasi arteri karotid melalui foto panoramik dan menjelaskan keakuratan foto panoramik

dibanding dengan color doppler dalam mendeteksi kalsifikasi arteri carotid, sehingga dokter gigi juga dapat mendeteksi apakah gambaran yang ditemui merupakan

(15)

BAB 2

KALSIFIKASI ARTERI KAROTID

Arteri karotid merupakan bagian dari sistem sirkulasi darah yang terdapat pada ke dua sisi leher yaitu sisi kiri yang disebut arteri karotid kiri dan sisi kanan yang disebut arteri karotid kanan. Arteri karotid kanan merupakan cabang dari

truncus brakiocephalicus (innominate), sedangkan arteri karotid kiri merupakan cabang langsung dari lengkung aorta. Arteri karotid berfungsi untuk menyalurkan

darah dari aorta ke wajah dan otak. Gangguan pada arteri karotid dapat menyebabkan gangguan suplai darah pada otak yang dapat menyebabkan stroke. 4,5

(16)

Gambar 2. Gambaran anatomi normal Arteri Karotid4

2.1 Definisi

Kalsifikasi arteri karotid lebih dikenal dengan Aterosklerosis arteri karotid.

Lesi aterosklerosis juga disebut plak aterosklerosis, ateromas, plak fibrous, atau lesi fibrofatty. Aterosklerosis adalah suatu penyakit pada arteri berukuran besar dan

menengah yang mana fatty lessions disebut plak ateroma berkembang didalam dinding arteri.5,6

Aterosklerosis adalah mengerasnya dinding pembuluh darah yang disebabkan

oleh penimbunan lemak didalamnya yang berasal dari darah yang menyerap ke dalam dinding pembuluh darah melalui lapisan endotel. Lesi aterosklerosis dapat terjdi pada

(17)

penghambatan dan jumlah darah yang mengalir ke jaringan yang terletak di luar lesi

berkurang.7-10

Gambar 3. Gambaran histologi plak aterosklerosis8

2.2 Klasifikasi Aterosklerosis

Berdasarkan klasifikasi AHA (American Heart Asosiation) ada 7 tipe aterosklerosis yaitu : 12

1. Tipe 0

Tidak ada penebalan lapisan intima (Gambar 4).12

2 Tipe I-II

(18)

A B

Gambar 4. A. Arteri karotid. a= adventia, L= lumen, m= media, p= periadvential fat. Potongan melintang dari arteri karotid, tipe 0, berdasarkan klasifikasi dari MR12

Gambar 5. B. Arteri karotid. a= adventia, L= lumen, m= media, p= periadvential Potongan melintang photomicrograph memperlihatkan lingkaran konsentrasi tipe II ketebalan intima (i = ujung panah) (tipe I-II plak , klasifikasi AHA)12

3. Tipe III

Plak dengan lipid core kecil dan tidak ada pengerasan pembuluh darah.12

4. Tipe IV-Va

Plak dengan lipid core yang luas, ditutupi oleh fibrous cap. Kemungkinan sedikit pengerasan pembuluh darah (Gambar 6).12

5. Tipe Vb

(19)

A B

Gambar 6. A. F= fibrous cap Photomicrograph menegaskan kehadiran inti lipid granular yang luas (panah) ketebalan disekitar, kepadatan fibrous cap tidak sama dengan lemak (tipe IV-Va plak, klasifikasi AHA )12

Gambar 7. B. Potongan melintang photomicrograph yang memperlihatkan plak ateroma . (1) (tipe Vb, klasifikasi AHA) tetapi juga ada juga trombosis pada lapisan media (M) (2).trombus (T) menirukan lipid core yang luas, sedangkan lapisan media menirukan fibrotic cap yang tipis. C= kalsifikasi12

6. Tipe Vc

Plak dengan jaringan fibrous, tidak ada lipid core, kemungkinan pengerasan pembuluh darah kecil (Gambar 8).

A B

Gambar 8. A. L = lumen dan O = daerah plak. B. Perbesaran gambar A, dikelilingi oleh kolagen tipis tipe Vc , klasifikasi MR imaging12

7. Tipe VIb-VIc

(20)

2.3 Patogenesis

Penyakit periodontal merupakan penyakit inflamasi yang disebabkan oleh bakteri, inflamasi periodontal dapat berkembang menjadi penyakit yang destruktif

yang menyebabkan kerusakan jaringan periodontal.Mikroorganisme subgingival pada keadaan periodontitis didominasi oleh bakteri gram negative (Phorphyromonas gingivalis), bakteri dan produk-produknya seperti lipopolisakarida (LPS) dapat masuk

ke jaringan periodontal dan sirkulasi darah melalui epitel sulkus. Bakteri dan produknya ini menyebabkan perubahan respon inflamasi dan perubahan sistemik

yang menginduksi respon vaskular. Respon tubuh ini yang dapat menjelaskan bagaimana mekanisme hubungan antara infeksi periodontal dengan berbagai kelainan sistemik, seperti penyakit jantung koroner.13,14

Penelitian tentang hubungan antara penyakit periodontal dengan penyakit kardiovaskuler terus dilakukan, penyakit periodontal berhubungan dengan gaya

hidup ,dan sejumlah faktor resiko seperti merokok, diabetes dan keadaan sosioekonomi. Infeksi bakteri mempunyai pengaruh pada sel endotel, koagulasi darah, metabolisme lemak dan monosit atau makrofag.13

Aktifitas rutin sehari-hari seperti pengunyahan dan prosedur oral hygiene dapat menyebabkan bakteriemi dari mikroorganisme mulut. Penyakit periodontal

menjadi penyebab meningkatnya terjadinya bakteriemi termasuk keberadaan bakteri gram negatif yang merupakan bakteri dominan pada periodontitis. Kira-kira 8% semua kasus endokarditis berhubungan dengan penyakit periodontal dan penyakit

(21)

sirkulasi sistemik selama fungsi pengunyahan, menimbulkan dampak negatif pada

jantung. Pada seseorang periodontitis ditemukan konsentrasi endotoksin yang lebih besar dibandingkan dengan yang tanpa periodontitis.13,14

Infeksi periodontal mempengaruhi terjadinya aterosklerosis dan penyakit kardiovaskuler, periodontitis dan aterosklerosis keduanya mempunyai faktor etiologi

yang komplek. Aterosklerosis adalah penebalan pembuluh darah arteri, terjadi

pada lapisan dalam pembuluh darah, penebalan dibawah lapisan intima yang terdiri dari otot polos, kolagen dan serat elastik. 13,14

Lesi pada lapisan endotel karena faktor-faktor resiko mengakibatkan meningkatnya permeabilitas. Pembentukan aterosklerosis diawali dengan LDL (low density lipoprotein) menembus dinding pembuluh darah melalui lapisan endotel

kemudian memasuki pembuluh darah yang lebih dalam (intima). LDL pada lapisan intima mengalami oksidasi yang menghasilkan toksin sehingga menimbulkan

peradangan. Peradangan yang terjadi direspon oleh monosit. Monosit menempel pada endotel, penempelan endotel ini diperantarai oleh beberapa molekul adhesi pada permukaan sel endotel, yaitu intercellular adhesion molecule -1 (ICAM-1),

endotelial leucocyte adhesion molecule (ECAM-1) dan vaskular cell adhesion molecule-1 (VCAM-1).Molekul adhesi ini diatur oleh sejumlah faktor yaitu produk

bakteri lipopolisakarida, prostaglandin dan sitokin. Setelah berikatan dengan endotel kemudian monosit berpenetrasi kelapisan lebih dalam, LDL yang telah teroksidasi merobah monosit yang masuk kedalam intima menjadi makrofag. LDL yang telah

(22)

Sel busa yang terbentuk saling berikatan membentuk gumpalan yang makin lama

makin besar yang akan membentuk benjolan yang mengakibatkan penyempitan pembuluh darah.6,13,14,16,17

Gambar 9 . Patogénesis aterosklerosis13

1. Monosit/makrofag menempel pada endotel

2. Monosit/makrofag berpenetrasi ke dalam arteri, menghasilkan sitokin dan faktor pertumbuhan 3. Pembesaran monosit

4. Proliferasi otot dan penebalan dinding pembuluh darah`

Tabel 1. Faktor-faktor resiko aterosklerosis 2,15,1

Faktor-faktor resiko

Dapat dikontrol Tidak dapat dikontrol

Hiperlipidemia Umur

Hipertensi Jenis kelamin

Merokok Kelainan genetik

Diabetes

(23)

Keadaan ini akan semakin memburuk karena LDL yang teroksidasi sempurna

akan merangsang sel-sel otot pada lapisan pembuluh darah yang lebih dalam (media) untuk masuk kedalam lapisan intima dan kemudian akan membelah diri maka

jumlahnya akan semakin banyak. Timbunan lemak dalam lapisan pembuluh darah (plak kolesterol) mengakibatkan saluran pembuluh darah menjadi sempit akibatnya aliran darah kurang. 6,16

Gambar 10. Potongan melintang arteri yang mengalami aterosklerosis16

Plak kolesterol pada dinding pembuluh darah bersifat rapuh dan mudah pecah, meninggalkan luka pada dinding pembuluh darah yang dapat mengaktifkan pembekuan darah. Bekuan darah yang terjadi bisa menyumbat pembuluh darah

(24)

Tabel 2. Komponen-komponen penting dalam plak aterosklerosis6

Komponen-komponen plak aterosklerosis

Sel-sel Matrik

Sel-sel endotelial Kolagen

Sel-sel busa Elastin

Sel-sel giant Glikoprotein

Limposit Proteoglikan

Sel mas Faktor-faktor pertmbuhan

Makropak Antioksidan

Lemak dan lipoprotein Enzim proteolitik Protein serum Faktor-faktor prokoagulan Platelet dan produk leukosit

Debris nekrose

Kristal hidroksiapatit

(25)

BAB 3

GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID

Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan seorang dokter gigi untuk mengenali anatomi normal rongga mulut, sehingga jika ditemuka n suatu perbedaan dapat diidentifikasi kelainan pada rongga mulut

seseorang.18

3.1 Anatomi Normal Rongga Mulut

Keaadan normal pada foto panoramik tidak boleh disalah-artikan sebagai suatu kondisi patologis, atau sebaliknya suatu keadaan patologis disalah-artikan sebagai keadaan normal karena hal ini akan menggangu dalam membuat diagnosis.

Oleh karena itu penting bagi dokter gigi untuk mengenali tiap-tiap bagian foto panoramik yang merupakan keadaan yang normal.18

Mengetahui keadaan anatomi normal rongga mulut bukan hanya sebatas mengenali jaringan dan organ saja, akan tetapi dalam menginterpretasi foto rontgen juga harus dapat mengetahui gambaran radiopak dan radiolusen dari jaringan dan

(26)

Keterangan gambar :

6. Dinding posterior dari sinus maksilaris 7. Prosesus zigomatikus dari maksila 8. Bayangan palsu dari palatum durum

kontralateral

9. Palatum durum sebenarnya 10. Dasar sinus maksilaris

11. Dinding anterior sinus maksilaris 12. Septum nasalis

13. Fosa nasalis 14. Sinus maksilaris 15. Orbita

16. Garis panoramik anonim

17. Prosesus koronoideus dari mandibula 18. Insisura sigmoidea

19. Batas posterior dari ramus 20. Sudut gonial

21. Batas anterior dari batang pengatur pasien pansentrik

22. Bayangan penanda palsu “R” 23. Badan tulang hioid

24. Foramen mentale 25. Kanalis mandibula

26. Bayangan palsu penanda “L” 27. Jaringan lunak lobus telinga 28. Palatum molle

(27)

3.2 Gambaran Kalsifikasi Arteri Karotid pada Foto Panoramik

Gambaran anatomi normal dengan gambaran patologis pada foto panoramik harus dapat dibedakan untuk mendukung dalam membuat diagnosis. Jika ditemukan

suatu perbedaan yang normalnya tidak terdapat dalam foto panoramik, dapat diperkirakan bahwa ada kelainan pada gambar tersebut, baik dikarenakan kesalahan dalam membuat foto atau memang terdapat keadaan yang abnormal pada pasien

tersebut. Kelainan inilah yang perlu diperiksa untuk memastikan kelainan apakah yang dimaksud, sehingga diagnosis yang dibuat tepat dan perawatan yang diberikan

sesuai dengan keadaan pasien tersebut.9,10,18

Keadaan gambaran foto panoramik dari penderita aterosklerosis yang berupa radiopak dekat tulang hioid pada level C3 dan C4 pada ruang intervetebra. Lokasi

kalsifikasi arteri karotid dalam jaringan lunak pada leher, 1,5-2,5 cm inferior dan posterior pada sudut mandibula. Kalsifikasi arteri karotid juga dapat muncul sebagai

(28)

Gambar 13 . Identifikasi foto panoramik pasien laki-laki berumur 64 th. Adanya garis radiopak vertikal pada jaringan lunak bagian kiri leher (tanda panah)18

(29)

Kalsifikasi pada arteri karotid hanya salah satu dari berbagai kalsifikasi yang

dapat ditemukan pada foto panoramik. Diagnosa banding dari kalsifikasi pada foto panoramik harus dipertimbangkan pada saat dokter gigi hendak melakukan diagnosa.

Diagnosa banding tersebut antara lain :1,9,18 1. Epiglotis

2. Thyroid cartilage

Gambar 15. Gambar Epiglotis dan tiroid cartilage. Panah putih menunjukkan aspek superior dari tulang tiroid yang dianggap keliru sebagai kalsifikasi pembuluh darah. Panah hitam menunjukkan epiglotis18

(30)

3. Triticeal cartilage

Gambar 16. Gambar triceal cartilage. Potongan foto panoramik pada sudut sebelah kiri mandibula (MA) memperlihatkan hubungan antara kalsifikasi triticeous cartilage (CTC) dengan tulang hioid (GCHB) dan tulang kedua vertebra (C2)20

4. Kalsifikasi nodus limfe

Gambar 17. Gambar kalsifikasi nodus limfe. Radiografi pada foto panoramik memperlihatkan massa radiopak pada bagian inferior dari angulus mandibula, diantara prosessus styloideus dan ramus ascendens, yang superimpose di atas ramus ascendens, vertebra dan tulang hyoid (panah). Gambaran ghost image kontralateral dari kalsifikasi nodus limfe (ujung panah) dan carotid atheroma (panah pendek) juga terlihat21

(31)

5. Sialoliths

6. Phleboliths

7. Kalsifikasi stylomandibular

8. Ligament stylohyoid

9. Tulang hyoid

Sebagai dokter gigi, kita hanya membuat diagnosis sementara dari gambaran foto rongten yang dijumpai, untuk selanjutnya dapat dirujuk ke dokter ahli agar dilakukan pemeriksaan spesifik dengan color doppler untuk dapat lebih memastikan

hasil diagnosa sementara yang telah dibuat sebelumnya apakah sudah benar sehingga diperoleh diagnosis yang tepat.1

3.3 Gambaran Kalsifikasi Arteri Karotid pada Color Doppler

Color Doppler adalah pencitraan doppler aliran warna yang menggunakan prinsip gelombang ultrasonik. Ultrasonogograpy merupakan menggambarkan

struktur dalam tubuh dengan merekam pantulan (gema) dengan denyutan gelombang ultrasonik yang diarahkan ke jaringan tersebut.5,22

Gelombang ultrasonik adalah suara atau getaran dengan frekuensi yang terlalu tinggi untuk bias didengar oleh manusia, yaitu kira-kira diatas 20 kilohertz. Dalam hal in gelombang ultrasonik merupakan gelombang diatas frekuensi suara.

Gelombang ultrasonik dapat merambat dalam medium padat, cair dan gas. Reflektifitas dari gelombang ultrasonik ini dipermukaan cairan hampir sama dengan

(32)

mudah difokuskan. Kelebihan gelombang ultrsonik yang tidak dapat didengar,

bersifat langsung dan mudah difokuskan.22

Gambar 18. Alat color doppler 23

Cara kerja dari color doppler yang memanfaatkan gelombang ultrasonik

adalah sebagai berikut:23 1. Transduser

Transduser adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh

yang akan diperiksa. Di dalam transduser terdapat kristal untuk menangkap pantulan gelombang yang disalurkan oleh transduser. Gelombang yang diterima masih dalam

(33)

untuk mengubah gelombang tersebut menjadi gelombang elektronik yang dapat

dibaca oleh komputer dan diterjemahkan dalam bentuk gambar.23

Gambar 19. Transduser22

2. Monitor

Monitor digunakan untuk menampilkan gambar.23 Pada gambar 20 gelombang elektronik yang dibaca oleh komputer dan diterjemahkan dalam bentuk gambar.23

(34)

3. Mesin USG

Mesin USG merupakan bagian dari USG berfungsi mengolah data yang diterima dalam bentuk gelombang.23

Pada foto panoramik ditemukan kalsifikasi pada daerah leher kemudian dibandingkan dengan hasil color doppler ultrasonography (gambar 22).1 Setelah dianalisa gambaran foto panoramik dibuktikan apakah diagnosa positif atau negatif

kalsifikasi arteri karotid yang dibandingkan dengan gambaran color doppler.1

Gambar 21. Gambaran carotid stenosis pada bagian kiri arteri karotid dengan color doppler1

Gambar 22 terlihat adanya penyempitan pembuluh darah (stenosis) yang

terjadi sekitar 50% atau kurang yang terjadi karena adanya plak , terapi kesehatan dianjurkan untuk pasien yang simtomatik. Color doppler mempunyai kemampuan

(35)

.

Gambar 22. Lapisan plak antara kursor sonografi.24

3.4 Keakuratan Antara Foto Panoramik Dengan Color Doppler Dalam Mendeteksi Kalsifikasi Arteri Karotid

Gambar 23 memperlihatkan perbandingan antara diagnosa unilateral dan atau bilateral dari kalsifikasi arteri karotid setelah analisa dengan foto panoramik dan

gambaran color doppler.Hasil dibagi atas dua kelompok yaitu: 1. Kelompok yang setuju diantara diagnosa, yang mana termasuk semua kasus mirip dengan diagnosa setelah pemeriksaan dengan foto panoramik dan gambaran color doppler ;2.

Kelompok yang tidak setuju diantara diagnosa setelah pemeriksaan dengan foto panoramik dan color doppler.1

(36)

Gambar 23. Diagnosis Positif, negatif, positif palsu, dan negatif palsu1

Kalsifikasi yang terlihat pada foto panoramik dan gambaran color doppler pada 19 regio (59.4%) yang disebut dengan diagnosa positif. Tidak ditemukan

ateroma baik pada foto panoramik maupun color doppler pada 9 regio (28,1%) yang disebut dengan diagnosis negatif. Kalsifikasi yang terlihat pada foto panoramik tapi

tidak pada color doppler sebanyak 3 regio (9,4%) yang disebut dengan kesalahan diagnosa positif. Hal ini terjadi mungkin berhubungan karena struktur normal anatomi atau patologi dari kalsifikasi jaringan lunak pada daerah kepala dan leher. 1

(37)

BAB 4

KESIMPULAN

Kalsifikasi arteri karotid merupakan penyakit kardiovaskular. Dengan Faktor-faktor resiko aterosklerosis seperti merokok, hipertensi, dan periodontitis yang dapat mempercepat proses aterosklerosis.

Penyakit aterosklerosis dapat dideteksi tanpa sengaja oleh dokter gigi. Gambaran foto panoramik dari penderita aterosklerosis berupa radiopak dekat tulang

hioid pada level C3 dan C4 pada ruang intervetebra. Lokasi kalsifikasi arteri karotid dalam jaringan lunak pada leher, 1,5-2,5 cm inferior dan posterior pada sudut mandibula. Kalsifikasi arteri karotid juga dapat muncul sebagai masa nodular

radiopak atau garis vertikal inferior atau posterior pada sudut mandibula. Selain itu, dokter gigi juga harus dapat membedakannya dari kondisi-kondisi lain yang dapat

menyerupai keadaan penderita aterosklerosis seperti kalsifikasi nodus limfe, triceal cartilage, thyroid cartilage. Dengan demikian, kelainan yang ditemukan akan dapat dideteksi dan didiagnosa secara tepat, untuk pemeriksaan selanjutnya dilakukan

menggunakan color doppler yang akan mengevaluasi kelainan morfologi arteri. Walaupun tingkat sensitivitas foto panoramik tidak setinggi sensitivitas color

(38)

DAFTAR RUJUKAN

1. Romano-Sausa CM, Krejci L, Meideros FMM, Graciosa-filho RG, Martins MFF, Guedes VN, et al. Diagnostic agreement between panoramic

radiographs and color doppler images of carotid atheroma. J Appl Oral Sci 2009;17(1): 45-8.

2. Boudi FB. Atherosclerosis. 25 Juni 2010. <http://as.medscape.com/html.ng/>

(17 Agut 2010).

3. Mohler ER. Carotid artery calcification. In : SVMB’s annual meeting, ed.

Proceeding in Boston, 2002: 1-2.

4. Fehrenbach MJ, Herring SW. Anatomy of the head and neck. 3th ed. Canada : Evolve, 2007 : 143-5.

5. Dorland N. Kamus kedokteran dorland. Alih Bahasa. Huriawati Hartanto. Jakarta : EGC, 2002 : 161.

6. Rubin R, Strayer DS, eds. Rubin’s pathology clinicopathologic foundations of medicine. China : Lippincott Williams and Wilkins, 2008: 396-405.

7. Fishbein GA, Fishbein MC. Arteriosclerosis. Arch Pathol Lab Med 2009;

133: 1309-16.

8. Insull W. The pathology of atherosclerosis: plaque development and plaque

(39)

9. Yoon SJ, Yoon W, Kim OS, Lee JS, et al. Diagnostic accuracy of panoramic

radiography in the detection of calcified carotid artery. Dentomaxillofacial Radiology 2008; 37: 104-8.

10.Kan su ö, Őzbek M, Avcu N, et al. The prevalence of carotid artery calcification on the panoramic radiographs of patient with renal disease. Dentomaxillofacial Radiology 2005; 34: 16-9.

11.Guyton, Hall. Text book of medical physiology. 11th ed. India : Elsevier, 2006 : 848-51.

12.Serfaty JM, Chaabane L, Tabib A, et al. Atherosclerotic plaques: classification and characterization with T2-weighted high-spatia-resolution MR Imaging-An in vitro study. Radiology 2001; 219: 403-10.

13.Mealey BL, Klokkevold PR. Periodontal medicine in Carranza’s clinical periodontology. 9th ed. Philadelphia: W.B Saunder Company, 2002: 232-6.

14.Meurman JH, Sanz M, Janket S. Oral health, atherosclerosis, and cardiovascular disease. Crit Rev Oral Biol Med 2004; 15: 403-13.

15.Connor WE, Bristow JD, eds. Coronary Heart disease prevention,

complications, and treatment. Philadelphia: J. B. Lippincott, 1985; 11: 193-200.

(40)

17.Friedlander AH, Freymiller EG. Detection of radiation-accelerated

atherosclerosis of the carotid artery by panoramic radiography : a new opportunity for dentists. J Am Dent Assoc 2003; 134:1361-5.

18.White SC, Pharoah MJ. Oral radiology principles and interpretation. 5th ed. China: Mosby, 2009: 208, 602-3.

19.Langlais, Kasle. Foto rongga mulut. Alih bahasa. Agus Djaya. Jakarta: Hipokrates, 1996: 14, 202.

20.Scarfe WC, Farman AG. Soft Tissue Calcifications in the Neck:

Maxillofacial CBCT Presentation and Significance. American association of dental maxillofacial radiographic technicians 2010; 1-4.

21. Aydin U. Tuberculous lymph node calcification detected on routine

panoramic radiography: a case report. British Institute of Radiology J 2003 ; 32: 252-4.

22.Anonymous. Medical ultrasonography. 2010.

23.Radiological Society of North America. Ultrasound-vascular. 2010.

<http://RadiologyInfo.org>

24.Soudack M, Gaitini D. Diagnosing carotid stenosis by doppler sonography. J

Ultrasound Med 2005; 24: 1127-36.

(41)

LAMPIRAN

Angiography : Visualisasi radiografik pembuluh darah setelah diberi bahan kontras, dan bersifat invasive

Invasive : Bersifat merusak jaringan, memasukkan alat asing

ke dalam tubuh.

Cerebral Infarction : Kematian otak karena mengalami nekrosis.

Photomicrograph : Foto suatu objek yang sangat kecil seperti yang terlihat di bawah mikroskop cahaya.

Reseervoir : Tampat atau rongga penyimpanan.

Gambar

Gambar 1. Gambaran anatomi normal Arteri Karotid4
Gambar 2. Gambaran anatomi normal Arteri Karotid4
Gambar 3.  Gambaran histologi plak aterosklerosis 8
Gambar 4. A. Arteri karotid.  a=  adventia, L= lumen,  m= media,  p= periadvential fat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam penyelidikan ini, salutan komposit matriks nikel (Ni) yang diperkuat dengan partikel silikon karbida (Sic) telah diendapkan ke atas substrat keluli

Tidak hanya kritik terhadap masalah bidang ekonomi dan sosial masyarakat saja yang diungkapkan oleh pengarang, kritik dalam bidang politikpun diungkapkan pengarang

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala rahmat, bimbingan dan perlindungan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir berjudul

Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini maka kesimpulan penelitian ini sebagai berikut : a) Pelatihan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap

Perhitungan hidrolika pipa akan menentukan dimensi pipa yang akan digunakan, yang meliputi diameter dalam pipa, panjang maksimum pipa, maksimurn jumlah penetes pada tiap

lih mewakili letak utara, selatan, barat, timur dan tengah dari kota. Berdasar- kan hasil penentuan, di Semarang dida- pat kecamatan yang mewakili wilayah tengah dan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengkaji kesetimbangan homogen dalam pelarut air dan menunjukkan validitas hukum aksi

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini