• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implikatur Tindak Tutur Humor Abang Jampang di Harian SIB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Implikatur Tindak Tutur Humor Abang Jampang di Harian SIB"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLIKATUR TINDAK TUTUR HUMOR

ABANG

JAMPANG

DI HARIAN SIB

SKRIPSI

OLEH:

Ida Vandayani Manurung

(080701019)

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang perna ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar sarjana yang saya peroleh.

Medan , Agustus 2012

(3)

IMPLIKATUR TINDAK TUTUR HUMOR ABANG JAMPANG DI

HARIAN SIB

Oleh:

Ida Vandayani Manurung

ABSTRAK

(4)

PRAKATA

Puji da syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan serta keselamatan sehinhha penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Implikatur Tindak Tutur Humor Abang Jampang di Harian SIB” tepat pada waktunya. Penyusunan skripsi ini merupakan persyaratan akademis dalam mencapai gelar sarjana sastra di Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimah kasih kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara

2. Bapak prof.Dr.Ikhwanuddin Nasution, M.Si., selaku ketua departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs.Haris Sutan Lubis, M.S.P., selaku sekretaris departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Asrul Siregar, M.Hum., selaku pembimbing I yang telah sabar dan banyak memberikan bimbingan, dorongan, dan dukungan selama penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Drs. Aiyub Sulaiman sebagai pembimbing II yang telah sabar dan banyak memberikan bimbingan dan dukungan selama penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Drs.Namsyah Hot Hasibuan, M.Ling. selaku dosen wali yang memberikan banyak arahan dan dukungan selama penulisan skripsi ini.

(5)

8. kak Tika, yang membantu penulis dalam hal administrasi di Departemen Sastra Indonesia USU.

9. Kedua orang tua yang sangat penulis sayangi Ayah Alm. J. Manurung dan ibu E. Siahaan yang selalu memberikan semangat dan dukungan dan telah sabar memenuhi segala kebutuhan penulis, baik moril maupun materil.

10.Wali penulis L.Sihombing dan R.Siahaan yan selalu mendukung dan membimbing penulis selama masa perkuliahan dan penulisan skripsi ini. 11.Adekku Hendra Manurung yang selalu memberikan semangat dan dukungan

kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini.

12.Sepupuku bg Hendra, Mikhael, Joel, kak Pina, kak Lisbet, Ade, kak Yoan yang selalu memberikan semangat kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini.

13.Terima kasih buat boneng-bonengku Ota situmorang dan Eva panjaitan yang selalu tak pernah berhenti mengingatkan penulis untuk tetap semangat dan jangan pernah malas mengerjakan skripsi ini.

14.Buat sahabat-sahabat kampus ku tersayang babe (pebri), Tina cibu, ceribel, Ayoe Chen, Faidun Heboo, Irwan De Javu, dan Charlie Siahaan, terimakasih atas semangat dan selalu ada buat penulis baik dalam suka maupun duka. Kalian sahabat-sahabat terbaik ku.

15.Senior stambuk 2005 kak Vina, kak Rapi, kak Intan, kak Eni dan kak Lilis yang selalu setia mengingatkan untuk serius kuliah.

(6)

17.Kepada senior stambuk 2007 bang cardo,bang Naek, bang Reza, , dan kak Nova terimakasih atas dukungan dan motivasinya.

Walaupun telah berusaha memberikan yang terbaik, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga berkat Tuhan melimpah bagi kita semua.

Akhirnya, penulis berharap agar skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca.

Medan, Juli 2012 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN...i

ABSTRAK...ii

PRAKATA...iii

DAFTAR ISI………..iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ...1

1.2Rumusan Masalah………..4

1.3Pembatasan Masalah………..4

1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian………..5

1.4.1 Tujuan Penelitian………5

1.4.2 Manfaat Penelitian………..5

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI,DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep……….…..6

2.1.1 Implikatur ...6

2.1.1 Tindak Tutur ...………..…...7

2.1.2 Humor ...8

2.1.3 Abang Jampang ...8

2.2 Landasan Teori………...8

2.2.1 Konsep Pragmatik ...8

2.2.2 Implikatur .... ...8

2.2.3 Tindak tutur ...10

2.3 Tinjauan Pustaka………..….12

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Penelitinan ...13

3.2 Populasi dan Sampel ...13

3.2.1 Populasi ...13

3.2.2 Sampel ...13

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data………...13

3.4 Metode Analisis Data………..………….…...14

BAB IV IMPLIKATUR TINDAK TUTUR HUMOR ABANG JAMPANG 4.1 Menentukan implikatur tindak tutur humor abang jampang ...18

(8)

5.1 Simpulan ...81 5.2 Saran ...81

(9)

IMPLIKATUR TINDAK TUTUR HUMOR ABANG JAMPANG DI

HARIAN SIB

Oleh:

Ida Vandayani Manurung

ABSTRAK

(10)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan pikiran manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif bagi manusia. Tanpa bahasa, sulit bagi manusia untuk berkembang secara normal karena setiap orang dalam setiap aspek kehidupannya senantiasa berhubungan dengan bahasa. Salah satu kegunaan bahasa bagi manusia yaitu sebagai alat komunikasi dengan lingkungannya.

Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media massa baik lisan maupun tulisan. Dalam media lisan, pihak yang melakukan tindak tutur adalah penutur (pembicara) dan mitra tuturnya (penyimak) sedangkan dalam media tulis tuturan disampaikan oleh penulis (penutur) kepada mitra tuturnya yaitu pembaca. Sementara untuk tuturan melalui media penutur dapat mengekspresikan dengan tulisan maupun lisan dengan memanfaatkan media massa.

Media massa yang dapat dimanfaatkan untuk tuturan lisan adalah media elektronik seperti televisi dan radio Sedangkan untuk media cetak seperti tabloid, majalah, dan surat kabar. Surat kabar merupakan sarana cetak yang dapat dimanfaatkan oleh penulis untuk disampaikan kepada pembaca dengan tujuan agar apa yang disampaikannya melalui media tulis mendapat respon dari pembacanya.

(11)

tentang politik, pendidikan, olah raga, hiburan, dan bahkan humor yang berisikan sindiran atau ejekan.

Salah satu bentuk humor yang berisikan sindiran atau ejekan adalah humor Abang Jampang yang terdapat dalam Harian SIB. Penulis memilih humor ini sebagai judul, karena humor Abang Jampang tersebut mampu membangkitkan kesan homor yang berisikan sindiran atau ejekan yang terdapat dalam percakapan (dialog). Ketertarikan ini diperkuat lagi oleh pengamatan sementara bahwa sebagian besar percakapan (dialog)nya memang berisi sindiran.

Humor adalah cara melahirkan suatu pikiran baik dengan kata-kata atau dengan jalan lain yang dapat menimbulkan simpati dan hiburan. Humor merupakan aktivitas kehidupan yang sangat digemari, humor menjadi bagian hidup sehari-hari. Humor tidak mengenal kelas sosial dan dapat bersumber dari berbagai aspek kehidupan. Humor bukan hanya berwujud hiburan tetapi humor juga suatu ajakan berfikir untuk mangartikan maksud humor itu. Dalam masyarakat banyak humor yang beredar ada yang secara lisan dan ada yang tertulis. Humor yang berbentuk tulisan biasanya disampaikan dalam bentuk cerita, teka-teki yang berisi hiburan, ejekan atau sindiran yang lucu(http://wikipedia.org).

(12)

Implikatur adalah satu hal yang sangat penting diperhatikan agar percakapan dapat berlangsung dengan lancar (Siregar , 1997). Percakapan dapat berlangsung berkat adanya kesepakatan.

H.Paul Grice (dalam Soemarno, 1988:170) mengemukakan bahwa untuk dapat menggunakan bahasa secara efektif dan efisien perlu kaidah penggunaan bahasa. Kaidah ini terdiri dari dua pokok, yaitu: (1) prinsip kooperatif yang menyatakan ”katakan apa yang perlu pada saat terjadi percakapan dengan memegang tujuan dari percakapan itu”. (2) empat maksim yang terdiri dari maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevan, dan maksim pelaksanaan.

Grice mengatakan apabila salah satu dari empat maksim tersebut tidak dipatuhi, maka berarti si pembicara bermaksud meyatakan sesuatu dibalik yang diucapkannya. Dengan demikian, ucapan atau ujaran tersebut mempunyai implikatur, karena mempunyai arti di balik ucapan itu (Lubis, 1993:74).

Bentuk bahasa pada humor Abang Jampang tidak terlepas dari tindak tutur. Dalam menelaah implikatur harus benar-benar disadari betapa pentingnya konteks ucapan/ tuturan,begitu juga dengan tindak tutur. Teori implikatur dan tindak tutur adalah bagian dari pragmatik.

(13)

ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan kalimat itu (Nababan, dalam Lubis 1993:9).

Searle ( dalam Leech, 1993: 164) mengklasifikasikan tindak ilokusi berdasarkan maksud ke dalam lima kategori. Dalam setiap tindak tutur haruslah ada pihak pembicara (penulis) dan ada penyimak (pembaca). Keterangan itu mengandung implikasi bahwa pragmatik tidak hanya terbatas pada bahasa lisan tetapi juga mencakup bahasa tulis. Setiap situasi tindak tutur tentu mengandung maksud dan tujuan tertentu pula. Dengan kata lain, kedua belah pihak baik pembicara maupun penyimak terlibat dalam suatu kegiatan yang berorientasi pada tujuan tertentu.

Penelitian tentang tindak tutur sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Siregar (2003) dan Hasibuan (2005).Dalam penelitiannya, Siregar mengkaji secara teoritis prinsip-prinsip yang berkaitan dengan tindak tutur,pemerolehan tindak tutur dan siasat kesantunan.Hasibuan (2005) mengkaji perangkat tindak tutur dan siasat kesantunan berbahasa dalam bahasa Mandailing.

Selain melihat dari sudut pandang tindak tuturnya, suatu percakapan dapat diketahui kejelasannya atau dapat dimengerti apabila pembaca mengerti konteks dari suatu pemnicaraan tersebut. Karena makna suatu kalimat berhubungan dengan konteksnya. Untuk itu penelitian ini mengkaji tentang implikatur tindak tutur pada humor Abang Jampang di Harian SIB.

1.2 Masalah

Adapun masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

(14)

1.3 Batasan Masalah

Suatu penelitian harus dibatasi supaya penelitian terarah dan tujuan penelitian

tercapai. Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada tindak tutur dan implikatur yang terdapat pada humor Abang Jampang. Pada penelitian ini penulis akan membatasi tindak tutur seperti yang dikemukakan oleh Searle, dan menentukan implikatur yang dikemukakan oleh Grice. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah humor Abangjampang pada Harian SIB. .

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Menemukan implikatur tindak tutur yang terdapat pada humor Abang Jampang.

2. Menganalisis implikatur tindak tutur yang terdapat pada humor Abang Jampang.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah:

1. Hasil penelitian ini dapat memberikan penjelasan tentang makna pragmatik pada percakapan humor Abang Jampang khususnya tindak tutur.

(15)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal lain(KBBI, 2003:58).

2.1.1Implikatur

Implikatur adalah satu hal yang sangat diperhatikan agar percakapan dapat berlangsung dengan lancar. Percakapan dapat berlangsung berkat adanya kesepakatan bersama.

Menurut Gunpers (dalam Lubis, 1991:68), inferensi (implikatur) adalah proses interpretasi yang ditentukan oleh situasi dan konteks. Selalu benar apa yang dimaksud oleh si pembicara tidak sama dengan apa yang ditanggap oleh si pendengar, sehingga terkadang jawaban si pendengar tidak dapat atau sering juga terjadi si pembicara mengulangi kembali ucapannya mungkin dengan cara atau kalimat yang lain agar dapat ditanggapi oleh si pendengar.

(16)

2.1.2 Tindak Tutur

Tindak tutur merupakan analisis pragmatik, yaitu cabang ilmu bahasa yang mengkaji bahasa dari aspek pemakaian aktualnya.Leech (1983:5) menyatakan bahwa pragmatik mempelajari maksud ujaran. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik lain dibidang ini seperti praanggapan, implikatur, percakapan, prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan.

J.L.Austin mengatakan bahwa tindak tutur ada 3 jenis, yaitu (1) tindak lokusi, (2) tindak ilokusi, dan (3) tindak perlokusi. Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak ilokusi adalah tindak tutur untuk menginformasikan sesuatu dan juga melakukan sesuatu sejauh situasi tuturnya dipertimbangkan secara seksama. Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang dimaksud untuk mempengaruhi lawan tutur.

Searle mengklasifikasikan tindak ilokusi berdasarkan maksud ke dalam lima kategori, yakni:

1. Representatif atau Assertif yaitu ilokusi yang bertujuan menyatakan, mengusulkan membual,mengeluh,mengemukakan pendapat,melaporkan.

2. Direktif yaitu ilokusi yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur, misalnya memesan, memerintahkan, memohon, menuntut, memberi nasehat.

3. Komisif yaitu ilokusi yang terikat pada suatu tindakan di masa depan, misalnya menjanjikan, penawaran.

(17)

5. Deklarasi yaitu menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan hubungan, misalnya mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan atau membuang,mengangkat dan sebagainya.

Tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu dan yang dikaji adalah makna atau arti tindakan dalam tuturnya.

2.1.3 Humor

Humor adalah cara melahirkan suatu pikiran baik dengan kata-kata atau dengan jalan lain yang dapat menimbulkan simpati dan hiburan. Humor merupakan aktivitas kehidupan yang sangat digemari, humor menjadi bagian hidup sehari-hari. Humor tidak mengenal kelas sosial dan dapat bersumber dari berbagai aspek kehidupan. Humor bukan hanya berwujud hiburan,humor juga suatu ajakan berfikir untuk mangartikan maksud humor itu.

2.1.4 Abang Jampang

Abang Jampang adalah salah satu humor yang terdapat pada hasian SIB. Yang terbit sejak 9 Mei 1970, pendirinya adalah Dr.GM.Panggabean.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Konsep Pragmatik

(18)

2.2.2 Implikatur

Menurut Gunpers (dalam Lubis, 1991:68), inferensi (implikatur) adalah proses interpretasi yang ditentukan oleh situasi dan konteks. Selalu benar apa yang dimaksud oleh si pembicara tidak sama dengan apa yang ditanggap oleh si pendengar, sehingga terkadang jawaban si pendengar tidak dapat atau sering juga terjadi si pembicara mengulangi kembali ucapannya mungkin dengan cara atau kalimat yang lain agar dapat ditanggapi oleh si pendengar.

Hal yang memungkinkan berlangsungnya situasi percakapan seperti di atas dikuasai oleh satu hukum atau kaidah pragmatik umum yang menurut H.Paul Grice (dalam Soemarno, 1988:170) disebut kaidah penggunaan bahasa. Kaidah ini mencakup peraturan tentang bagaimana percakapan dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Kaidah ini terdiri dari dua pokok kaidah yaitu (1) prinsip kooperatif yang menyatakan di dalam percakapan, sumbangkanlah apa yang diperlukan pada saat terejadi percakapan itu, dengan memegang tujuan dari percakapan itu, (2) empat maksim percakapan yang meliputi maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan.

Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta percakapan mengatakan yang sebenarnya. Kontribusi peserta percakapan harus disertai bukti atau fakta yang memadai.

Maksim kuantitas menetapkan bahwa setiap peserta percakapan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sesuai dengan yang diperlukan.

Maksim relevansi mengharuskan bahwa setiap peserta pembicaraan harus memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan.

(19)

Salah satu pegangan atau kaidah percakapan ialah bahwa pembicaranya mengikuti dasar-dasar atau maksim di atas. Apabila terdapat tanda-tanda bahwa salah satu dasar atau maksim tersebut tidak diikuti, maka ucapan itu mempunyai impliktur (Siregar, 1997:30).

2.2.3 Tindak Tutur

Dalam komunikasi bahasa terdapat tindak tutur. Tindak tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi bahasa.Sebagaimana komunikasi bahasa yang dapat berwujud pernyataan, petanyaan, dan perintah. Tindak tutur dapat pula berwujud pertanyaan, pernyataan, dan perintah (dalam Rani, 2004 :158).

Tindak tutur dalam ujaran suatu kalimat merupakan penentu makna kalimat itu, maka suatu kalimat tidak ditentukan oleh satu-satunya tindak tutur seperti yang berlaku pada kalimat yang diujarkan itu, tetapi selalu dalam prinsip adanya kemungkinan untuk manyatakan secara tepat apa yang dimaksud oleh penuturnya.Dengan demikian, teori tindak tutur adalah teori yang lebih cenderung meneliti tentang makna kalimat dan bukan teori yang lebih cenderung berusaha menganalisis struktur kalimat.

Teori tindak tutur seperti yang disebutkan di atas berkembang dan dimajukan oleh J.L.Austin (Lubis, 1991 9-10). Ia mengatakan bahwa secara analitis dapat kita pisahkan 3 macam tindak bahasa yang terjadi secara serentak.

1. Tindak ”lokusi” yang mengaitkan suatu topik dengan suatu keterangan dalam suatu ungkapan .

(20)

3. Tindak ”perlokusi”, yaitu hasil atau efek yang ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan kalimat itu. Dalam ilmu bahasa dapat kita samakan tindak lokusi itu dengan ”prediksi”, tindak ilokusi dengan ”maksud kalimat”, dan tindak perlokusi dengan ”akibat suatu ungkapan”. Atau dengan kata lain dapat kita katakan bahwa lokusi adalah makna dasar atau referensi kalimat itu. Ilokusi adalah sebagai daya yang ditimbulkan oleh pemakainya sebagai perintah, ejekan, keluhan,pujian,dan lain-lain. Perlokusi adalah hasil dari ucapan tersebut terhadap pendengarnya.

Searle mengklasifikasikan tindak ilokusi berdasarkan maksud ke dalam lima kategori, yakni:

1. Representatif atau Assertif yaitu ilokusi yang bertujuan menyatakan, mengusulkan membual,mengeluh,mengemukakan pendapat,melaporkan.

2. Direktif yaitu ilokusi yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur, misalnya memesan, memerintahkan, memohon, menuntut, memberi nasehat.

3. Komisif yaitu ilokusi yang terikat pada suatu tindakan di masa depan, misalnya menjanjikan, penawaran.

4. Ekspresif yaitu ilokusi yang bertujuan mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi ,misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, mengucapakan bela sungkawa, memuji, menuduh,memberi maaf dan sebagainya.

(21)

2.3 Tinjauan Pustaka

Hasibuan (2005) pernah mengkaji perangkat tindak tutur dan siasat kesantunan berbahasa dalam bahasa mandailing. Ia mengemukakan jenis-jenis tindak tutur versi Searly, seperti representative, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif, namun tindak tutur langsung dan tidak langsung juga termasuk dalam pembahasan tindak tutur.

Maharani (2007), dalam skripsinya Tindak Tutur Percakapan pada Komik Arterix menganalisis tentang percakapan yang terdapat dalam komik Asterix dari segi tindak tutur percakapannya yang terbagi atas tiga jenis tindak tutur yaitu tindak lokasi, ilokusi dan perlokusi. Maharani menyimpulkan bahwa setiap tuturan merupakan tindak lokusi karena tidak ini mengacu pada makna denotasinya, sedangkan tindak ilokusi dan perlokusi tidak semua tuturan memiliki kedua tindak tersebut.

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Waktu Penelitian

Adapun waktu yang diperlukan penulis dalam melakukan penelitian adalah selama 4 minggu.

3.2Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah sekelompok orang, benda, atau hal yang menjadi sumber pengambilan sampel,suatu kumpulan yang memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian (KBBI:889).

Berdasarkan dari pengertian populasi diatas,maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Humor Abang Jampang yang terdapat dalam Harian SIB.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari pemakai bahasa yang mewakili dari satu populasi (sudaryanto 1990:157). Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel sebanyak sepuluh edisi harian SIB pada bulan Agustus yang di ambil secara acak. Yang mana dalam setiap edisi memiliki dua topik pembicaraan.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Data dalam analisis wacana selalu berupa teks,baik lisan maupun tulisan.Sumber data dalam penelitian ini adalah data tulis yang terdapat dalam humor

Abang Jampang pada Harian SIB.

(23)

dengan menggunakan teknik catat.Teknik catat ini digunakan untuk mencatat data- data yang dinutuhkan.

3.2 Metode dan Teknik Anlisis Data

Setelah semua data dikumpulkan, kemudian diadakan analisis terhadap data untuk menyelesaikan permasalahan penelitian yang telah ditetapkan. Kemudian data diolah dengan menggunakan metode padan yang menggunakan alat penentunya di luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik dasar yaitu dengan memilah unsur-unsur penentu dan daya pilah yang sesuai denga penelitian ini adalah daya pilah pembeda reaksi.Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data dalam bentuk tulisan, maka akan dapat diketahui apakah mitra wicaranya akan (a) bertindak menuruti atau menentang apa yang dituturkan mitra wicaranya, (b) berkata dengan isi yang informatif (c) tergerak emosinya, atau (d) diam namun menyimak dan berusaha memahami apa yang dituturkan mitra wicaranya (Sudaryanto, 1993: 13-52).

Contoh:data

A: ”HP mu baru ya? Mengapa tidak membeli N70 aja?” B : ”Ah, harganya terlalu mahal.”

Contoh 1:.

Contoh data (A) dan data (B) dianalisis dengan menggunakan teori tindak tutur dan implikatur. Tuturan pada data (A) data (B) akan dianalisis sebagai berikut.

Tuturan pada data (A) adalah “HP mu baru ya? Mengapa tidak beli N70 aja?” Tuturan pada data (B) adalah “Ah, harganya terlalu mahal”.

(24)

untuk dapat menentukan implikatur tuturan pada data (A) dan (B) , terlebih dahulu harus diketahui apakah tuturan data (A) dan tuturan (B) mematuhi empat maksim percakapan yang dikemukakan Grice atau tidak. Nanti akan dapat diputuskan apabila tuturan (A) dan (B) terbukti telah melanggar salah satu dari empat maksim Grice, maka tuturan pada data (A) dan tuturan data (B) memiliki implikatur.

Empat maksim percakapan tersebut adalah:

1. Maksim kuantitas mewajibkan setiap peserta tuturan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya.tuturan pada data (A) dan data (B) bersifat kooperatif karena telah meberikan kontribusi yang secara kuantitas memadai dan mencukupi.

2. Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta pertuturan mengatakan hal yang sebenarnya dan berdasarkan bukti-bukti yang memadai. Tuturan pada data (A) dan data (B) tidak bersifat kooperatif karena tidak menuturkan hal yang sebenarnya.

3. Maksim relevansi mewajibkan setiap peserta tuturan memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan. Tuturan pada data (A) dan data (B) memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah.

4. Maksim pelaksana mewajibkan setiap peserta pertuturan berbicara secara langsung, tidak tabu, tidak taksa atau ambigu, dan tidak berlebih-lebihan serta runtut. Pada tuturan (A) dan (B) diungkapkan secara langsung.

Berdasarkan empat maksim percakapan di atas, maka dapat diputuskan bahwa tuturan pada data (A) dan data (B) memiliki implikatur karena terbukti telah melanggar 1 dari empat maksim percakapan tersebut,yaitu maksim kualitas.

(25)

kooperatifnya. Dalam membeli suatu barang kita harus tahu sampai dimana kemempuan kita untuk membeli barabg tersebut. data (A) dan data (B) manganut prinsip kooperatif.

Langkah berikutnya adalah menentukan nilai evaluatifnya. Untuk menentukan nilai evaluatif tuturan pada data (A) dan data (B), dibutuhkan pengetahuan mengenai konteks dan nilai kultural.

Pada percakapan di atas dapat kita lihat bahwa pada data (A) menanyakan, apakah data (A) HP baru? Dan kenapa tidak beli N70? Yang kemudian mendapat jawaban pada data (B) harganya terlalu mahal .

Pertimbangan nilai evaluatifnya adalah percakapan diatas mengatakan bahwa seseorang memiliki HP baru tidak membeli HP N70 karena harganya terlalu mahal,jadi dapat diambil kesimpulan bahwa belilah suatu barang dengan kemampuan kita.

(26)

diri, membabtis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan atau membuang,mengangkat dan sebagainya.

(27)

BAB IV

PEMBAHASAN

IMPLIKATUR TINDAK TUTUR HUMOR

ABANG JAMPANG

DI

HARIAN SIB

4.1 Menentukan implikatur dan tindak tutur yang Terdapat pada

Homor

Abang Jampang

Setelah data terkumpul maka akan dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Data 1:

Contoh 1:

1) soal pemanfaaatan koruptor, Marzuki Alie mempertanyakan apakah dalam demokrasi tak boleh ada beda pendapat?

2) Presepsinya pun sudah berbeda.

Contoh data (1) dan dat (2) dianalisis dengan menggunakan teori tindak tutur dan implikatur. Tuturan pada data (1) data (2) akan dianalisis sebagai berikut.

(28)

Tuturan pada data (2) adalah “presepsinya pun sudah berbeda”.

Langkah pertama untuk menganalisis implikaturnya adalah menentukan makna dasarnya. Mankna dasar tuturan (1) adalah Marjuki Alie menayakan apakah dalam demokrasi tak boleh ada beda pendapat. Makna dasar tuturan (2) menyatakan persepsi yang berbeda.

Langkah berikutnya adalah menentukan implikaturnya. Dan untuk dapat menentukan implikatur tuturan pada data (1) dan (2) , terlebih dahulu harus diketahui apakah tuturan data (1) dan tuturan (2) mematuhi empat maksim percakapan yang dikemukakan Grice atau tidak. Nanti akan dapat diputuskan apabila tuturan (1) dan (2) terbukti telah melanggar salah satu dari empat maksim Grice, maka tuturan pada data (1) dan tuturan data (2) memiliki implikatur.

Empat maksim percakapan tersebut adalah:

1. Maksim kuantitas mewajibkan setiap peserta tuturan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya.tuturan pada data (1) dan data (2) bersifat kooperatif karena telah meberikan kontribusi yang secara kuantitas memadai dan mencukupi.

2. Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta pertuturan mengatakan hal yang sebenarnya dan berdasarkan bukti-bukti yang memadai. Tuturan pada data (1) dan data (2) tidak bersifat kooperatif karena tidak menuturkan hal yang sebenarnya.

(29)

4. Maksim pelaksana mewajibkan setiap peserta pertuturan berbicara secara langsung, tidak tabu, tidak taksa atau ambigu, dan tidak berlebih-lebihan serta runtut. Pada tuturan (1) dan (2) diungkapkan secara langsung.

Berdasarkan empat maksim percakapan di atas, maka dapat diputuskan bahwa tuturan pada data (1) dan data (2) memiliki implikatur karena terbukti telah melanggar satu dari empat maksim percakapan tersebut,yaitu maksim kualitas.

Selanjutnya, setelah diketahui bahwa tuturan pada data (1) dan data (2) memiliki implikatur dapat dilanjutkan dengan melihat penganut prinsip kooperatifnya. Bahwa dalam demokrasi tak boleh ada beda pendapat karena memiliki presepsi yang berbeda. Dengan demikian, tuturan pada data (1) dan data (2) menganut prinsip kooperatif.

Langkah berikutnya adalah menentukan nilai evaluatifnya. Untuk menentukan nilai evaluatif tuturan pada data (1) dan data (2), dibutuhkan pengetahuan mengenai konteks dan nilai kultural.

Pada percakapan di atas dapat kita lihat bahwa pada data (1) Marjuki Alie menanyakan, apakah dalam demokrasi tidak boleh ada beda pendapat? Yang kemudian mendapat jawaban pada data (2) presepsinya pun sudah beda.

Pertimbangan nilai evaluatifnya adalah bahwa percakapan diatas mengatakan bahwa dalam demokrasi tidak boleh ada pendapat,karena memiliki persepsi yang berbada itu sangat tidak layak, jadi dapat diambil kesimpulan bahwa percakapan di atas secara tidak langsung ingin mengatakan bahwa setiap orang bebas untuk mengeluarkan pendapat diamana pun dia berada.

(30)

mengemukakan pendapat, melaporkan . (2) Direktif yaitu ilokusi yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur, misalnya memesan, memerintahkan, memohon, menuntut, memberi nasehat. (3) Komisif yaitu ilokusi yang terikat pada suatu tindakan di masa depan, misalnya menjanjikan, penawaran. (4) Ekspresif yaitu ilokusi yang bertujuan mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi ,misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, mengucapakan bela sungkawa, memuji, menuduh,memberi maaf dan sebagainya. (5) Deklareasi yaitu menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan hubungan, misalnya mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan atau membuang,mengangkat dan sebagainya.

Berdasarkan lima kategori yang dikemukakan searle, dapat dikatakan bahwa tindak tutur yang terdapat pada data (1) dan (2) termasuk ke dalam kategori ilokusi representatif,yaitu ilokusi yang berfungsi menanyakan, manyatakan, membual, memgemukakan pendapat, mengusulkan, memgeluh.

Contoh 2:

- semangat persatuan dan kesatuan keindonesiaan sudah menurun + semangat perlu ditingkatkan dengan ”Dalihan Na Tolu”

Contoh data (-) dan dat (+) dianalisis dengan menggunakan teori tindak tutur dan implikatur. Tuturan pada data (-) data (+) akan dianalisis sebagai berikut.

(31)

Langkah berikutnya adalah menentukan implikaturnya. Dan untuk dapat menentukan implikatur tuturan pada data (-) dan (+) , terlebih dahulu harus diketahui apakah tuturan data (-) dan tuturan (+) mematuhi empat maksim percakapan yang dikemukakan Grice atau tidak. Nanti akan dapat diputuskan apabila tuturan (-) dan (+) terbukti telah melanggar salah satu dari empat maksim Grice, maka tuturan pada data (-) dan tuturan data (+) memiliki implikatur.

Empat maksim percakapan tersebut adalah:

1. Maksim kuantitas mewajibkan setiap peserta tuturan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya.tuturan pada data (-) dan data (+) bersifat kooperatif karena telah meberikan kontribusi yang secara kuantitas memadai dan mencukupi.

2. Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta pertuturan mengatakan hal yang sebenarnya dan berdasarkan bukti-bukti yang memadai. Tuturan pada data (-) dan data (+) tidak bersifat kooperatif karena tidak menuturkan hal yang sebenarnya.

3. Maksim relevansi mewajibkan setiap peserta tuturan memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan. Tuturan pada data (1) dan data (2) memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah.

4. Maksim pelaksana mewajibkan setiap peserta pertuturan berbicara secara langsung, tidak tabu, tidak taksa atau ambigu, dan tidak berlebih-lebihan serta runtut. Pada tuturan (-) dan (+) diungkapkan secara langsung.

(32)

Selanjutnya, setelah diketahui bahwa tuturan pada data (-) dan data (+) memiliki implikatur dapat dilanjutkan dengan melihat penganut prinsip kooperatifnya. Bahwa semangat kesatuan dan persatuan indonesia dapat ditingkatkan dengan dalihan natolu. Dengan demikian, tuturan pada data (-) dan data (+) menganut prinsip kooperatif.

Langkah berikutnya adalah menentukan nilai evaluatifnya. Untuk menentukan nilai evaluatif tuturan pada data (-) dan data (+), dibutuhkan pengetahuan mengenai konteks dan nilai kultural.

Pada percakapan di atas dapat kita lihat bahwa pada data (-) menyatakan menurunnya persatuan dan kesatuan indonesia.tang kemudian mendapat tanggapan dari data (+) perlu ditingkatkan dengan dalihan natolu.

Pertimbangan nilai evaluatifnya adalah bahwa percakapan diatas mengatakan bahwa persatuan dan kesatuan Indonesia dapat ditingkatkan dengan memegang prinsif dalihan natolu.

(33)

menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan hubungan, misalnya mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan atau membuang,mengangkat dan sebagainya.

(34)

Data 2:

Contoh 3:

1) Anggota dewan pers ,Agus Sudibyo: pers, dengan fungsinya ,jadi harapan satu-satunya mengungkapkan kasus Nazar.

2) Harapan kita terletak pada pembaca/pemirsa (rakyat).

Contoh (1) dan (2) dianalisis dengan menggunakan teori tindak tutur dan implikatur. Tuturan pada (1) dan (2) dapat dianalisis sebagai berikut:

Langkah pertama untuk menganalisis implikaturnya adalah menentukan makna dasarnya. Makna dasar tuturan (1) adalah Agus Sudibyo mengatakan pers dengan fungsinya, jadi harapan satu-satunya mengungkap kasus Nazar. Makna dasar tuturan (2) menyatakan harapan kita terletak pada pembaca/pemirsa (rakyat).

Langkah berikutnya adalah menentukan implikaturnya. Dan untuk dapat menentukan implikatur tuturan (1) dan (2), terlebih dahulu harus diketahui apakah tuturan (1) dan (2) mematuhi empat maksim percakapan yang dikemukakan Grice atau tidak. Nanti akan diputuskan apabila tuturan (1) dan (2) terbukti telah melanggar salah satu dari empat maksim Grice ,maka tuturan (1) dan (2) memiliki implikatur.

(35)

1. Maksim kuantitas mewajibkan setiap peserta tuturan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya.tuturan (1) dan (2) bersifat kooperatif karena telah meberikan kontribusi yang secara kuantitas memadai dan mencukupi.

2. Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta pertuturan mengatakan hal yang sebenarnya dan berdasarkan bukti-bukti yang memadai. Tuturan (1) dan (2) tidak bersifat kooperatif karena tidak menuturkan hal yang sebenarnya.

3. Maksim relevansi mewajibkan setiap peserta tuturan memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan. Tuturan (1) dan (2) memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah.

4. Maksim pelaksana mewajibkan setiap peserta pertuturan berbicara secara langsung, tidak tabu, tidak taksa atau ambigu, dan tidak berlebih-lebihan serta runtut. Pada tuturan (1) dan (2) diungkapkan secara langsung.

Berdasarkan empat maksim percakapan di atas, maka dapat diputuskan bahwa tuturan (1) dan (2) memiliki implikatur karena terbukti telah melanggar 1 dari empat maksim percakapan tersebut,yaitu maksim kualitas.

Selanjutnya, setelah diketahui bahwa tuturan (1) dan (2) memiliki implikatur dapat dilanjutkan dengan melihat penganut prinsip kooperatifnya. Bahwa kenyataan masyarakat mengharapkan agar kasus Nazar segera diselesaikan. Tuturan (1) dan (2) manganut prinsip kooperatif.

Langkah berikutnya adalah menentukan nilai evaluatifnya. Untuk menentukan nilai evaluatif tuturan (1) dan (2), dibutuhkan pengetahuan mengenai konteks dan nilai kultural.

(36)

mengungkap kasus Nazar. Yang kemudian mendapat tanggapan pada tuturan (2) yang menyatakan harapan kita terletak pada pembaca/pemirsa (rakyat)

Pertimbangan nilai evaluatifnya adalah percakapan diatas mengatakan bahwa pers merupakan harapan satu satunya untuk mengungkapkan kasus Nazar dan harapan kita terletak pada pembaca/pemirsa (rakyat). Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa tuturan diatas mengatakan bahwa pers dan masyarakat dapat mengungkapkan kasus Nazar.

Searle mengklasifikasikan tindak ilokusi berdasarkan maksud ke dalam lima kategori, yakni :(1) Representatif atau Assertif yaitu ilokusi yang bertujuan menanyakan, mengusulkan, menyatakan,mengusulkan, membual,mengeluh, mengemukakan pendapat, melaporkan . (2) Direktif yaitu ilokusi yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur, misalnya memesan, memerintahkan, memohon, menuntut, memberi nasehat. (3) Komisif yaitu ilokusi yang terikat pada suatu tindakan di masa depan, misalnya menjanjikan, penawaran. (4) Ekspresif yaitu ilokusi yang bertujuan mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi ,misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, mengucapakan bela sungkawa, memuji, menuduh,memberi maaf dan sebagainya. (5) Deklarasi yaitu menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan hubungan, misalnya mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan atau membuang,mengangkat dan sebagainya.

(37)

Contoh 4:

1) Papua Merdeka menggalang referendum. Pola hubungan pemerintah dan masyarakat perlu diperbaiki.

2) Hubungan antar aparatur pemerintahan sendiri sudah perlu ’’turun mesin” .kalau tidak pemerintah akan mandek.

Contoh (1) dan (2) dianalisis dengan menggunakan teori tindak tutur dan implikatur. Tuturan pada (1) dan (2) dapat dianalisis sebagai berikut:

Langkah pertama untuk menganalisis implikaturnya adalah menentukan makna dasarnya. Makna dasar tuturan (1) adalah papua merdeka menggalang referendum untuk memperbaiki pola hubungan pemerintahan dan masyarakat. Makna dasar tuturan (2) adalah agar aparatur mulai memperbaiki pemerintahannya sendiri agar tidak mandek.

Langkah berikutnya adalah menentukan implikaturnya. Dan untuk dapat menentukan implikatur tuturan (1) dan (2), terlebih dahulu harus diketahui apakah tuturan (1) dan (2) mematuhi empat maksim percakapan yang dikemukakan Grice atau tidak. Nanti akan diputuskan apabila tuturan (1) dan (2) terbukti telah melanggar salah satu dari empat maksim Grice ,maka tuturan (1) dan (2) memiliki implikatur.

Empat maksim percakapan tersebut adalah sebagai berikut:

(38)

2. Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta pertuturan mengatakan hal yang sebenarnya dan berdasarkan bukti-bukti yang memadai. Tuturan (1) dan (2) tidak bersifat kooperatif karena tidak menuturkan hal yang sebenarnya.

3. Maksim relevansi mewajibkan setiap peserta tuturan memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan. Tuturan (1) dan (2) memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah.

4. Maksim pelaksana mewajibkan setiap peserta pertuturan berbicara secara langsung, tidak tabu, tidak taksa atau ambigu, dan tidak berlebih-lebihan serta runtut. Pada tuturan (1) dan (2) diungkapkan secara langsung.

Berdasarkan empat maksim percakapan di atas, maka dapat diputuskan bahwa tuturan (1) dan (2) memiliki implikatur karena terbukti telah melanggar 2 dari empat maksim percakapan tersebut,yaitu maksim kualitas dan maksim pelaksana.

Selanjutnya, setelah diketahui bahwa tuturan (1) dan (2) memiliki implikatur dapat dilanjutkan dengan melihat penganut prinsip kooperatifnya. Bahwa Papua merdeka ingin hubungan pemerintahan,aparatur pemerintahan dan masyarakat dapat diperbaiki.

Langkah berikutnya adalah menentukan nilai evaluatifnya. Untuk menentukan nilai evaluatif tuturan (1) dan (2), dibutuhkan pengetahuan mengenai konteks dan nilai kultural.

Pada percakapan di atas dapat kita lihat bahwa tuturan (1) papua merdeka mengiginkan pola hubungan pemerintah dan masyarakat membaik. Pada tuturan (2) agar hubungan antar aparatur pemerintahan sudah perlu diperbaiki.

(39)

Searle mengklasifikasikan tindak ilokusi berdasarkan maksud ke dalam lima kategori, yakni :(1) Representatif atau Assertif yaitu ilokusi yang bertujuan menanyakan, mengusulkan, menyatakan,mengusulkan, membual,mengeluh, mengemukakan pendapat, melaporkan . (2) Direktif yaitu ilokusi yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur, misalnya memesan, memerintahkan, memohon, menuntut, memberi nasehat. (3) Komisif yaitu ilokusi yang terikat pada suatu tindakan di masa depan, misalnya menjanjikan, penawaran. (4) Ekspresif yaitu ilokusi yang bertujuan mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi ,misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, mengucapakan bela sungkawa, memuji, menuduh,memberi maaf dan sebagainya. (5) Deklarasi yaitu menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan hubungan, misalnya mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan atau membuang,mengangkat dan sebagainya.

(40)

Data 3:

Contoh 5:

a) Buruknya moral mayoritas pejabat negara dituding sebagai penyebab keterpurukan bangsa.

b) Presiden mau turunkan pejabat dimaksud?

Langkah pertama untuk menentukan implikaturnya adalah menentukan makna dasarnya. Makna dasar tuturan (a) dan (b) dapat dianalisis sebagai berikut:

(41)

Empat maksim percakapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Maksim kuantitas mewajibkan setiap peserta tuturan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya.tuturan (a) dan (b) bersifat kooperatif karena telah meberikan kontribusi yang secara kuantitas memadai dan mencukupi.

2. Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta pertuturan mengatakan hal yang sebenarnya dan berdasarkan bukti-bukti yang memadai. Tuturan (a) dan (b) tidak bersifat kooperatif karena tidak menuturkan hal yang sebenarnya.

3. Maksim relevansi mewajibkan setiap peserta tuturan memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan. Tuturan (a) dan (b) memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah.

4. Maksim pelaksana mewajibkan setiap peserta pertuturan berbicara secara langsung, tidak tabu, tidak taksa atau ambigu, dan tidak berlebih-lebihan serta runtut. Pada tuturan (a) dan (b) tidak diungkapkan secara langsung.

Berdasarkan empat maksim percakapan di atas, maka dapat diputuskan bahwa tuturan (1) dan (2) memiliki implikatur karena terbukti telah melanggar satu dari empat maksim percakapan tersebut,yaitu maksim kualitas.

Selanjutnya, setelah diketahui bahwa tuturan (1) dan (2) memiliki implikatur dapat dilanjutkan dengan melihat penganut prinsip kooperatifnya. Adalah kenyataan bahwa pemerintah memberikan Bintang tanda jasa kepada 30 Tokoh Nasional. Dengan demikian, tuturan (1) dan (2) menganut prinsip kooperatif.

(42)

Pada percakapan di atas dapat kita lihat bahwa tuturan (1) mengatakan bahwa pemerintah memberikan bintang tanda jasa 2011 kepada 30 Tokoh Nasional. Tuturan (2) mengucapkan selamat. Pertimbangan nilai evaluatifnya adalah pemberian Bintang tanda jasa kepada 30 tokoh nasional itu layak. Jadi secara tidak langsung pertuturan mengatakan bahwa kita harus menghormati dan mengingat para tokoh nasional.

Searle mengklasifikasikan tindak ilokusi berdasarkan maksud ke dalam lima kategori, yakni :(1) Representatif atau Assertif yaitu ilokusi yang bertujuan menanyakan, mengusulkan, menyatakan,mengusulkan, membual,mengeluh, mengemukakan pendapat, melaporkan . (2) Direktif yaitu ilokusi yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur, misalnya memesan, memerintahkan, memohon, menuntut, memberi nasehat. (3) Komisif yaitu ilokusi yang terikat pada suatu tindakan di masa depan, misalnya menjanjikan, penawaran. (4) Ekspresif yaitu ilokusi yang bertujuan mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi ,misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, mengucapakan bela sungkawa, memuji, menuduh,memberi maaf dan sebagainya. (5) Deklarasi yaitu menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan hubungan, misalnya mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan atau membuang,mengangkat dan sebagainya.

(43)

,misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, mengucapakan bela sungkawa, memuji, menuduh,memberi maaf dan sebagainya.

Contoh 6:

1) Pemerintah berikan Bintang tanda Jasa 2011 kepada 30 Tokoh Nasional.

2) Selamat.

Langkah pertama untuk menentukan implikaturnya adalah menentukan makna dasarnya. Makna dasar tuturan (1) dan (2) dapat dianalisis sebagai berikut:

Makna dasar tuturan (1) adalah pemerintah memberikan bintang tanda jasa kepada 30 tokoh nasional. Makna dasar tuturan (2) mengucapkan selamat.

Langkah berikutnya adalah menentukan implikaturnya. Dan untuk dapat menentukan implikatur tuturan (1) dan (2), terlebih dahulu harus diketahui apakah tuturan (1) dan (2) mematuhi empat maksim percakapan yang dikemukakan Grice atau tidak. Nanti akan diputuskan apabila tuturan (1) dan (2) terbukti telah melanggar salah satu dari empat maksim Grice ,maka tuturan (1) dan (2) memiliki implikatur.

Empat maksim percakapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Maksim kuantitas mewajibkan setiap peserta tuturan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya.tuturan (1) dan (2) bersifat kooperatif karena telah meberikan kontribusi yang secara kuantitas memadai dan mencukupi.

(44)

3. Maksim relevansi mewajibkan setiap peserta tuturan memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan. Tuturan (1) dan (2) memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah.

4. Maksim pelaksana mewajibkan setiap peserta pertuturan berbicara secara langsung, tidak tabu, tidak taksa atau ambigu, dan tidak berlebih-lebihan serta runtut. Pada tuturan (1) dan (2) diungkapkan secara langsung.

Berdasarkan empat maksim percakapan di atas, maka dapat diputuskan bahwa tuturan (1) dan (2) memiliki implikatur karena terbukti telah melanggar 3 dari empat maksim percakapan tersebut,yaitu maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksana.

Selanjutnya, setelah diketahui bahwa tuturan (1) dan (2) memiliki implikatur dapat dilanjutkan dengan melihat penganut prinsip kooperatifnya. Adalah kenyataan bahwa banyak pejabat yang bermoral buruk yang dianggap sebgai perusak bangsa. Denga demikian, tuturan (1) dan (2) menganut prinsip kooperatif.

Langkah berikutnya adalah menentukan nilai evaluatifnya. Untuk menentukan nilai evaluatif tuturan (1) dan (2), dibutuhkan pengetahuan mengenai konteks dan nilai kultural.

Pada percakapan diatas dapat kita lihat bahwa tuturan (1) Buruknya moral mayoritas pejabat negara dituding sebagai penyebab keterpurukan bangsa. Tuturan (2) Presiden mau turunkan pejabat dimaksud?. Pertimbangan nilai evaluatifnya percakapan diatas adalah bahwa moral pejabat yang buruk merusak bangsa dan presiden harus memperhatikannya..

(45)

mengemukakan pendapat, melaporkan . (2) Direktif yaitu ilokusi yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur, misalnya memesan, memerintahkan, memohon, menuntut, memberi nasehat. (3) Komisif yaitu ilokusi yang terikat pada suatu tindakan di masa depan, misalnya menjanjikan, penawaran. (4) Ekspresif yaitu ilokusi yang bertujuan mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi ,misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, mengucapakan bela sungkawa, memuji, menuduh,memberi maaf dan sebagainya. (5) Deklarasi yaitu menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan hubungan, misalnya mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan atau membuang,mengangkat dan sebagainya.

(46)

Data 4:

Contoh 7:

(A) Di mata AS ,DPRRI koruptif.

(B)Nenek –nenek rabun juga bisa lihat itu.

Langkah pertama untuk menentukan implikaturnya adalah terlebih dahulu mengetahui makna dasarnya. Makna dasar tuturan (A) adalah di mata AS, DPRRI koruptif. Makna dasar tuturan (b) semua orang tahu bahkan nenek-nenek rabun juga tahu.

langkah berikutnya adalah menetukan implikaturnya, dan untuk dapat mengetahui implikatur tuturan (A) dan (B) terlebih dahulu kita ketahui apakah tuturan (Adan B) mematuhi empat maksim percakapan yang dikemukakan Grice atau tidak. Maka apabila tuturan (A dan B) terbukti melanggar salah satu dari empat maksim percakapan yang dikemukakan Grice tersebut maka tuturan(A dan B) mengandung implikatur.

Empat maksim percakapan tersebut adalah sebagai berikut:

(47)

(A) dan (B) bersifat kooperatif karena telah meberikan kontribusi yang secara kuantitas memadai dan mencukupi.

2. Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta pertuturan mengatakan hal yang sebenarnya dan berdasarkan bukti-bukti yang memadai. Tuturan (A) dan (B) tidak bersifat kooperatif karena tidak menuturkan hal yang sebenarnya.

3. Maksim relevansi mewajibkan setiap peserta tuturan memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan. Tuturan (A) dan (B) memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah.

4. Maksim pelaksana mewajibkan setiap peserta pertuturan berbicara secara langsung, tidak tabu, tidak taksa atau ambigu, dan tidak berlebih-lebihan serta runtut. Pada tuturan (A) dan (B) diungkapkan secara langsung.

Berdasarkan empat maksim percakapan di atas, maka dapat diputuskan bahwa tuturan (A) dan (B) memiliki implikatur karena terbukti telah melanggar satu dari empat maksim percakapan tersebut,yaitu maksim kualitas.

Selanjutnya, setelah diketahui bahwa tuturan (A) dan (B) memiliki implikatur dapat dilanjutkan dengan melihat penganut prinsip kooperatifnya. Adalah kenyataan bahwa di mata negara AS atau bahkan negara lain DPRRI itu adalah koruptif . Denga demikian, tuturan (B) dan (A) menganut prinsip kooperatif.

Langkah berikutnya adalah menentukan nilai evaluatifnya. Untuk menentukan nilai evaluatif tuturan (A) dan (B), dibutuhkan pengetahuan mengenai konteks dan nilai kultural.

(48)

Searle mengklasifikasikan tindak ilokusi berdasarkan maksud ke dalam lima kategori, yakni :(1) Representatif atau Assertif yaitu ilokusi yang bertujuan menanyakan, mengusulkan, menyatakan,mengusulkan, membual,mengeluh, mengemukakan pendapat, melaporkan . (2) Direktif yaitu ilokusi yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur, misalnya memesan, memerintahkan, memohon, menuntut, memberi nasehat. (3) Komisif yaitu ilokusi yang terikat pada suatu tindakan di masa depan, misalnya menjanjikan, penawaran. (4) Ekspresif yaitu ilokusi yang bertujuan mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi ,misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, mengucapakan bela sungkawa, memuji, menuduh,memberi maaf dan sebagainya. (5) Deklarasi yaitu menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan hubungan, misalnya mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan atau membuang,mengangkat dan sebagainya.

Berdasarkan lima kategori yang dikemukakan searle, dapat dikatakan bahwa tindak tutur yang terdapat pada data (A) dan (B) termasuk ke dalam kategori ilokusi Representatif atau Assertif yaitu ilokusi yang bertujuan menanyakan, mengusulkan, menyatakan,mengusulkan, membual,mengeluh, mengemukakan pendapat.

Contoh 8:

1) Ternyata khadafi memendam cinta terhadap mantan menlu AS Condoleezza Rice.

2) O tahe... fatal attraction.

(49)

Langkah pertama untuk menganalisis implikaturnya adalah menentukan makna dasarnya. Makna dasar tuturan (1) adalah bahwa Khadafi memendam cinta terhadap mantan manlu AS Condoleezza Rice. Makna dasar tuturan (2) adalah tindakan yang fatal.

Langkah berikutnya adalah menentukan implikaturnya. Dan untuk dapat menentukan implikatur tuturan (1) dan (2), terlebih dahulu harus diketahui apakah tuturan (1) dan (2) mematuhi empat maksim percakapan yang dikemukakan Grice atau tidak. Nanti akan diputuskan apabila tuturan (1) dan (2) terbukti telah melanggar salah satu dari empat maksim Grice ,maka tuturan (1) dan (2) memiliki implikatur.

Empat maksim percakapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Maksim kuantitas mewajibkan setiap peserta tuturan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya.tuturan (1) dan (2) bersifat kooperatif karena telah meberikan kontribusi yang secara kuantitas memadai dan mencukupi.

2. Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta pertuturan mengatakan hal yang sebenarnya dan berdasarkan bukti-bukti yang memadai. Tuturan (1) dan (2) tidak bersifat kooperatif karena tidak menuturkan hal yang sebenarnya.

3. Maksim relevansi mewajibkan setiap peserta tuturan memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan. Tuturan (1) dan (2) memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah.

(50)

Berdasarkan empat maksim percakapan di atas, maka dapat diputuskan bahwa tuturan (1) dan (2) memiliki implikatur karena terbukti telah melanggar dua dari empat maksim percakapan tersebut,yaitu maksim kualitas dan maksim pelaksana.

Selanjutnya, setelah diketahui bahwa tuturan (1) dan (2) memiliki implikatur dapat dilanjutkan dengan melihat penganut prinsip kooperatifnya. Bahwa Kdafi melakukan tindakan yang fatal yaitu dengan mendam cinta terhadap mantan menlu AS.

Langkah berikutnya adalah menentukan nilai evaluatifnya. Untuk menentukan nilai evaluatif tuturan (1) dan (2), dibutuhkan pengetahuan mengenai konteks dan nilai kultural.

Pada percakapan diatas dapat kita lihat bahwa tuturan (1) ternyata Khadafi memendam cinta terhadap mantan menlu AS Condoleezza Rice. Pada tuturan (2) mendapat jawaban O tahe... fatal attraction.

Pertimbangan nilai evaluatifnya percakapan diatas adalah tidak laya, karena secara tidak langsung ingin mengatakan bahwa khadafi tidak bisa memendam cinta terhadap mantab menlu AS .

(51)

,misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, mengucapakan bela sungkawa, memuji, menuduh,memberi maaf dan sebagainya. (5) Deklarasi yaitu menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan hubungan, misalnya mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan atau membuang,mengangkat dan sebagainya.

Berdasarkan lima kategori yang dikemukakan searle, dapat dikatakan bahwa tindak tutur yang terdapat pada data (1) dan data (2) termasuk ke dalam kategori ilokusi Representatif atau Assertif yaitu ilokusi yang bertujuan menanyakan, mengusulkan, menyatakan,mengusulkan, membual,mengeluh, mengemukakan pendapat, melaporkan .

Contoh 9:

a) Satu tahun kepemimpinan walikota sibolga Drs.HM Syarfi Hutauruk dinilaim gagal,mahasiswa demo

b) Ada apa di sibolga?

Langkah pertama untuk menentukan implikaturnya adalah menentukan makna dasarnya. Makna dasar tuturan (a) dan (b) dapat dianalisis sebagai berikut:

Makna dasar tututran (a) adalah mahasiswa di sibolga demo karena kepemimpinan walikota sibolga dinilai gagal. Makna dasat tuturan (b) menayakan ada apa dengan sibolga.

(52)

Empat maksim percakapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Maksim kuantitas mewajibkan setiap peserta tuturan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya.tuturan (a) dan (b) bersifat kooperatif karena telah meberikan kontribusi yang secara kuantitas memadai dan mencukupi.

2. Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta pertuturan mengatakan hal yang sebenarnya dan berdasarkan bukti-bukti yang memadai. Tuturan (a) dan (b) tidak bersifat kooperatif karena tidak menuturkan hal yang sebenarnya.

3. Maksim relevansi mewajibkan setiap peserta tuturan memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan. Tuturan (a) dan (b) memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah.

4. Maksim pelaksana mewajibkan setiap peserta pertuturan berbicara secara langsung, tidak tabu, tidak taksa atau ambigu, dan tidak berlebih-lebihan serta runtut. Pada tuturan (a) dan (b) tidak diungkapkan secara langsung.

Berdasarkan empat maksim percakapan di atas, maka dapat diputuskan bahwa tuturan (a) dan (b) memiliki implikatur karena terbukti telah melanggar satu dari empat maksim percakapan tersebut,yaitu maksim kualitas.

Selanjutnya, setelah diketahui bahwa tuturan (a) dan (b) memiliki implikatur dapat dilanjutkan dengan melihat penganut prinsip kooperatifnya. Adalah kenyataan bahwa di sibolga tejadi demo mahasiswa karena walikota dinilai gagal, tuturan (a) dan (b) menganut prinsip kooperatif.

(53)

Pada percakapan diatas dapat kita lihat bahwa tuturan (a) menyatakan bahwa satu tahun kepemimpinan walikota sibolga dinilai gagal,mahasiswa demo. Tuturan (b) menanyakan ada apa di sibolga. Pertimbangan nilai evaluatifnya adalah demo mahasiswa karena walikota sibolga yang di nilai gagal dianggap kurang layak, karena demo bukanlah cara yang baik untuk menyelesaikan suatu masalah atau unruk memperbaiki suatu keadaan.

Searle mengklasifikasikan tindak ilokusi berdasarkan maksud ke dalam lima kategori, yakni :(1) Representatif atau Assertif yaitu ilokusi yang bertujuan menanyakan, mengusulkan, menyatakan,mengusulkan, membual,mengeluh, mengemukakan pendapat, melaporkan . (2) Direktif yaitu ilokusi yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur, misalnya memesan, memerintahkan, memohon, menuntut, memberi nasehat. (3) Komisif yaitu ilokusi yang terikat pada suatu tindakan di masa depan, misalnya menjanjikan, penawaran. (4) Ekspresif yaitu ilokusi yang bertujuan mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi ,misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, mengucapakan bela sungkawa, memuji, menuduh,memberi maaf dan sebagainya. (5) Deklarasi yaitu menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan hubungan, misalnya mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan atau membuang,mengangkat dan sebagainya.

(54)

berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur, misalnya memesan, memerintahkan, memohon, menuntut, memberi nasehat.

Data 5

Contoh 10:

1) Setelah sebelumnya Plt Gubsu dianggap bermasalah, sekarang keberadaan pejabat eselon II dan III yang baru dilantik Plt Gubsu dianggap illegal.

2) Perlu “tanggap darurat”?

Langkah pertama untuk menentukan implikaturnya adalah menentukan makna dasarnya. Makna dasar tuturan (1) dan (2) dapat dianalisis sebagai berikut:

Makna dasar tuturan (1) adalah pejabat eselon II dan III yang baru dilantik Plt Gubsu dianggap ilegal. Makna dasar tuturan (2) menayakan perlu tanggapan darurat?

(55)

Empat maksim percakapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Maksim kuantitas mewajibkan setiap peserta tuturan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya.tuturan (1) dan (2) bersifat kooperatif karena telah meberikan kontribusi yang secara kuantitas memadai dan mencukupi.

2. Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta pertuturan mengatakan hal yang sebenarnya dan berdasarkan bukti-bukti yang memadai. Tuturan (1) dan (2) tidak bersifat kooperatif karena tidak menuturkan hal yang sebenarnya.

3. Maksim relevansi mewajibkan setiap peserta tuturan memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan. Tuturan (1) dan (2) memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah.

4. Maksim pelaksana mewajibkan setiap peserta pertuturan berbicara secara langsung, tidak tabu, tidak taksa atau ambigu, dan tidak berlebih-lebihan serta runtut. Pada tuturan (1) dan (2) tidak diungkapkan secara langsung.

Berdasarkan empat maksim percakapan di atas, maka dapat diputuskan bahwa tuturan (1) dan (2) memiliki implikatur karena terbukti telah melanggar dua dari empat maksim percakapan tersebut,yaitu maksim kualitas dan maksim pelaksana.

Selanjutnya, setelah diketahui bahwa tuturan (1) dan (2) memiliki implikatur dapat dilanjutkan dengan melihat penganut prinsip kooperatifnya. Bahwa perlunya tanggap darurat untuk keberadaan eselon II dan III yang baru dilantik Plt Gubsu yang dianggap ilegal. tuturan (1) dan (2) menganut prinsip kooperatif.

(56)

Pada percakapan diatas dapat kita lihat bahwa tuturan (1) menyatakan bahwa Plt Gubsu yang dianggap bermasalah, melantik pejabat eselon yang juga dianggap ilegal. Tuturan (2) menanyakan perlu tanggap darurat. Pertimbangan nilai evaluatifnya adalah pelantikan ilegal. jadi,dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pemerintahan di negara kita ini sangat tdak baik.

Searle mengklasifikasikan tindak ilokusi berdasarkan maksud ke dalam lima kategori, yakni :(1) Representatif atau Assertif yaitu ilokusi yang bertujuan menanyakan, mengusulkan, menyatakan,mengusulkan, membual,mengeluh, mengemukakan pendapat, melaporkan . (2) Direktif yaitu ilokusi yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur, misalnya memesan, memerintahkan, memohon, menuntut, memberi nasehat. (3) Komisif yaitu ilokusi yang terikat pada suatu tindakan di masa depan, misalnya menjanjikan, penawaran. (4) Ekspresif yaitu ilokusi yang bertujuan mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi ,misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, mengucapakan bela sungkawa, memuji, menuduh,memberi maaf dan sebagainya. (5) Deklarasi yaitu menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan hubungan, misalnya mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan atau membuang,mengangkat dan sebagainya.

(57)

berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur, misalnya memesan, memerintahkan, memohon, menuntut, memberi nasehat.

Contoh 11:

a) Mendagri: sudah sejak awal KPK diminta awasi proses tender e-KTP.

b) Apakah itu artinya KPK kecolongan???

Langkah pertama untuk menganalisis implikaturnya adalah menentukan makna dasarnya. Makna dasar tuturan (a) adalah KPK diminta untuk awasi tender e-KTP. Makna dasar tuturan (b) menayakan apa itu artinya KPK kecolongan?

Langkah berikunya menentukan implikaturnya. Dan untuk dapat menentukan implikaturnya tuturan (a dan b), terlebih dahulu harus diketahui apakah tuturan (a dan b) mematuhi empat maksim percakapan yang dikemukakan Grice atau tidak. Nanti akan dapat diputuskan apabila tuturan (a dan b) terbukti telah melanggar salah satu dari empat maksim Grice, maka tuturan pada data (a dan b) memiliki implikatur. Empat maksim percakapan tersebut adalah:

1. Maksim kuantitas mewajibkan setiap peserta tuturan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya.tuturan (a) dan (b) bersifat kooperatif karena telah meberikan kontribusi yang secara kuantitas memadai dan mencukupi.

2. Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta pertuturan mengatakan hal yang sebenarnya dan berdasarkan bukti-bukti yang memadai. Tuturan (a) dan (b) tidak bersifat kooperatif karena tidak menuturkan hal yang sebenarnya.

(58)

4. Maksim pelaksana mewajibkan setiap peserta pertuturan berbicara secara langsung, tidak tabu, tidak taksa atau ambigu, dan tidak berlebih-lebihan serta runtut. Pada tuturan (a) dan (b) tidak diungkapkan secara langsung.

Berdasarkan empat maksim percakapan di atas, maka dapat diputuskan bahwa tuturan (a) dan (b) memiliki implikatur karena terbukti telah melanggar satu dari empat maksim percakapan tersebut,yaitu maksim kualitas.

Selanjutnya, setelah diketahui bahwa tuturan (a) dan (b) memiliki implikatur dapat dilanjutkan dengan melihat penganut prinsip kooperatifnya. Adalah kenyataan KPK kurang lihai dalam mengawasi e-KTP sehingga terjadi kecolongan pada proses tender e-KTP, tuturan (a) dan (b) menganut prinsip kooperatif.

Langkah berikutnya adalah menentukan nilai evaluatifnya. Untuk menentukan nilai evaluatif tuturan (a) dan (b), dibutuhkan pengetahuan mengenai konteks dan nilai kultural.

Pada percakapan diatas dapat kita lihat bahwa tuturan (a) Mendagri manyatakan sejak awal KPK diminta awasi proses tender e-KTP. Tuturan (b) menanyakan apakah itu artinya KPK kecolongan?. Pertimbangan nilai evaluatifnya adalah KPK kecolongan. Jadi ,dapat diambil kesimpulan bahwa KPK tidak serius dalam mengawasi proses tender e- KTP.

(59)

penawaran. (4) Ekspresif yaitu ilokusi yang bertujuan mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi ,misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, mengucapakan bela sungkawa, memuji, menuduh,memberi maaf dan sebagainya. (5) Deklarasi yaitu menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan hubungan, misalnya mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan atau membuang,mengangkat dan sebagainya.

(60)

Data 6:

Data 12:

i) Pemerintah dinilai tidak tegas sehingga memicu disintegrasi bangsa.

ii) Tegas perlu tega.

Langkah pertama untuk menganalisis implikaturnya adalah menentukan makna dasarnya. Makna dasar tuturan (i) adalah pemerintah dinilai tidak tegas sehingga

memicu disintegrasi bangsa. Makna dasar tuturan (ii) menyatakan tegas perlu tega. Langkah berikunya menentukan implikaturnya. Dan untuk dapat menentukan

implikaturnya tuturan (i dan ii), terlebih dahulu harus diketahui apakah tuturan (i dan ii) mematuhi empat maksim percakapan yang dikemukakan Grice atau tidak. Nanti akan dapat diputuskan apabila tuturan (i dan ii) terbukti telah melanggar salah satu dari empat maksim Grice, maka tuturan pada data (i dan ii) memiliki implikatur. Empat maksim percakapan tersebut adalah:

(61)

2. Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta pertuturan mengatakan hal yang sebenarnya dan berdasarkan bukti-bukti yang memadai. Tuturan (i) dan (ii) tidak bersifat kooperatif karena tidak menuturkan hal yang sebenarnya.

3. Maksim relevansi mewajibkan setiap peserta tuturan memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan. Tuturan (i) dan (ii) memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah.

4. Maksim pelaksana mewajibkan setiap peserta pertuturan berbicara secara langsung, tidak tabu, tidak taksa atau ambigu, dan tidak berlebih-lebihan serta runtut. Pada tuturan (i) dan (ii) tidak diungkapkan secara langsung.

Berdasarkan empat maksim percakapan di atas, maka dapat diputuskan bahwa tuturan (i) dan (ii) memiliki implikatur karena terbukti telah melanggar dua dari empat maksim percakapan tersebut,yaitu maksim kualitas dan maksim pelaksana.

Selanjutnya, setelah diketahui bahwa tuturan (i) dan (ii) memiliki implikatur dapat dilanjutkan dengan melihat penganut prinsip kooperatifnya. Adalah bahwa pemerintah harus tegas dalam memimpin, agar tidak terjadi disintegrasi bangsa. Dengan demikian, tuturan

(i dan ii) menganut prinsip kooperatif.

Langkah berikutnya adalah menentukan nilai evaluatifnya. Untuk menentukan nilai evaluatif tuturan (i) dan (ii), dibutuhkan pengetahuan mengenai konteks dan nilai kultural.

(62)

dalam menyelesaukan atau dalam memutuskan sesuatu sehingga memicu disintegrasi bangsa.

Searle mengklasifikasikan tindak ilokusi berdasarkan maksud ke dalam lima kategori, yakni :(1) Representatif atau Assertif yaitu ilokusi yang bertujuan menanyakan, mengusulkan, menyatakan,mengusulkan, membual,mengeluh, mengemukakan pendapat, melaporkan . (2) Direktif yaitu ilokusi yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur, misalnya memesan, memerintahkan, memohon, menuntut, memberi nasehat. (3) Komisif yaitu ilokusi yang terikat pada suatu tindakan di masa depan, misalnya menjanjikan, penawaran. (4) Ekspresif yaitu ilokusi yang bertujuan mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi ,misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, mengucapakan bela sungkawa, memuji, menuduh,memberi maaf dan sebagainya. (5) Deklarasi yaitu menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan hubungan, misalnya mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan atau membuang,mengangkat dan sebagainya.

(63)

Contoh 13

X) 66 tahun merdeka, masih ada tinggal di rumah berlantai tanah di kota. Y) Alamaaak... masih alami.

Langkah pertama untuk menganalisis implikaturnya adalah menentukan makna dasarnya. Makna dasar tuturan (X) adalah sudah 66 tahun merdeka, tetapi masih ada masyarakat yang tinggal di rumah berlantai tanah di kota. Makna dasar tuturan (Y) menyindir dengan mengatakan masih alami.

Langkah berikunya menentukan implikaturnya. Dan untuk dapat menentukan implikaturnya tuturan (X dan Y), terlebih dahulu harus diketahui apakah tuturan (X dan Y) mematuhi empat maksim percakapan yang dikemukakan Grice atau tidak. Nanti akan dapat diputuskan apabila tuturan (X dan Y) terbukti telah melanggar salah satu dari empat maksim Grice, maka tuturan pada data (X dan Y) memiliki implikatur.

Empat maksim percakapan tersebut adalah:

1. Maksim kuantitas mewajibkan setiap peserta tuturan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya.tuturan (X) dan (Y) bersifat kooperatif karena telah meberikan kontribusi yang secara kuantitas memadai dan mencukupi.

2. Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta pertuturan mengatakan hal yang sebenarnya dan berdasarkan bukti-bukti yang memadai. Tuturan (X) dan (Y) bersifat kooperatif karena menuturkan hal yang sebenarnya.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam skenario film Titanic ditemukan seluruh kategori tindak tutur ilokusi yang meliputi: 47 tuturan representatif, 85 tuturan direktif,

Berdasarkan lima kategori yang dikemukakan Searle tersebut, dapat dikatakan bahwa makna asosiasi pornografis yang terkandung dalam tuturan data (1) mencakup kelima tindak ilokusi

tutur ilokusi pada wacana iklan produk di Trans TV. Jenis tindak tutur ilokusi yang ditemukan terdiri atas lima jenis tindak tutur yaitu: a) tindak tutur

Searle (1969) membagi lagi tindak tutur ilokusi menjadi lima Daya Ilokusi yaitu Asertif (Assertive), Direktif (Directive), Komisif (Comissive), Ekspresif (Expressive),

Hasil dari penelitian ini adalah ditemukan lima jenis tindak tutur ilokusi yang muncul dalam tuturan wacana novel grafis, yaitu tindak ilokusi representatif, direktif,

Tindak tutur ilokusi dibatasi dan dikategorikan oleh Searle (dalam Saifudin, 2019) menjadi lima tipe, yaitu asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif.

Setelah dilakukan penelitian pada wacana spanduk di wilayah Kota dan Kabupaten Magelang hasil analisis menemukan lima jenis tindak tutur ilokusi, yaitu: (1) tindak tutur

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan lima jenis tindak tutur dalam wacana khotbah Jumat di Masjid Istiqlal Jakarta yaitu tindak tutur representatif, tindak tutur direktif,