• Tidak ada hasil yang ditemukan

Status Gizi Balita Berdasarkan Indikator Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Di Kelurahan Labuhan Deli Medan Marelan Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Status Gizi Balita Berdasarkan Indikator Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Di Kelurahan Labuhan Deli Medan Marelan Tahun 2009"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDIKATOR KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI)

DI KELURAHAN LABUHAN DELI MEDAN MARELAN

TAHUN 2009

TESIS

Oleh

SUGIMAH 077033035/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTERA MEDAN

(2)

STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDIKATOR KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI)

DI KELURAHAN LABUHAN DELI MEDAN MARELAN

TAHUN 2009

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

SUGIMAH 077033035/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTERA MEDAN

(3)

Judul : STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDIKATOR KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DI KELURAHAN LABUHAN DELI MEDAN MARELAN TAHUN 2009

Nama Mahasiswa : Sugimah Nomor Induk Mahasiswa : 077033035

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing:

(Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes) (Dra. Sri Emiyati, M.Si) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S) (dr. Ria Masniari Lubis, M.Si)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal: 9 September 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes

Anggota : 1. Dra. Sri Emiyati, M.Si

2. Dra. Syarifah, M.S.

(5)

PERNYATAAN

STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDIKATOR KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI)

DI KELURAHAN LABUHAN DELI MEDAN MARELAN

TAHUN 2009

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di suatu perguruan tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacukan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 9 September 2009

(6)

ABSTRAK

Masalah gizi berdampak terhadap kualitas sumber daya manusia yang sangat diperlukan dalam pembangunan. Untuk mengatasi masalah gizi salah satunya adalah melalui program keluarga sadar gizi (Kadarzi). Program Kadarzi telah berjalan sejak tahun 2007 di Kelurahan Labuhan Deli. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) dengan status gizi balita di Kelurahan Labuhan Deli Medan Marelan.

Penelitian ini adalah survei dengan metode cross sectional, repondennya adalah Keluarga yang mempunyai balita berumur 6 – 59 bulan di Kelurahan Labuhan Deli Medan Marelan, dengan sampel sebanyak 91 keluarga dipilih dengan metode random sampling. Data untuk penelitian ini diperoleh dari data primer (yaitu data yang diambil dari wawancara langsung dan observasi yang meliputi indikator Keluarga Sadar Gizi (memantau berat badan balita, makan makanan beraneka ragam, menggunakan garam beryodium, memberikan ASI eksklusif dan memberikan kapsul Vitamin A) dan mengukur status gizi balita) dan juga dari data sekunder yang berupa data Demografi dari Puskesmas di wilayah Medan Marelan (Puskesmas Terjun).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara tingkat Keluarga Sadar Gizi dengan status gizi balita dengan nilai p=0,008. Dari indikator Keluarga Sadar Gizi memantau berat badan secara teratur, makan beraneka ragam, memberikan ASI eksklusif dengan estimasi odd ratio 7,970 (artinya balita yang diberi ASI eksklusif berhubungan signifikan dengan status gizi balita, masing-masing ibanding balita yang tidak diberi ASI eksklusif). dan diikuti vmempunyai masing mempunyai p=0,011, p=0,001 dan p=0,000. Sedangkan menggunakan garam beryodium dan memberikan kapsul vitamin A pada balita tidak berhubungan signifikan dengan status gizi balita, masing-masing mempunyai nilai p=0,519 dan p=0,107

Dinas Kesehatan Kota dan Puskesmas supaya meningkatkan sosialisasi dan promosi program Kadarzi untuk meningkatkan cakupan tingkat Keluarga Sadar Gizi yang baik.

(7)

ABSTRACT

Nutrition problem has an impact to the quality of human resources which is need very much in the progress of development. One of way to overcome the nutritional problem is through the nutritional-awareness family of (Kadarzi) program which has lasted since 2007 in the Kelurahan (urban village) Labuhan Deli.

The purpose of this survey study with cross-sectional to know the relationship between the indicators of nutritional awareness family and the nutritional status of children under five year old in Kelurahan Labuhan Deli, Medan Marelan Sub-district

The population of this study was the families with children of 6 – 59 months old living in Kelurahan Labuhan Deli, Medan Marelan Sub-district and 91 families were selected to be the sample for this study through random sampling technique. The primary data for this study were obtained through direct interview and observation to know the nutritional awareness family indicator (monitoring the body weight of children under five year old, consuming various kinds of food, consuming iodine containing salt, administering exclusive breastfeeding and administering Vitamin-A capsule) and nutritional status of children under five year old, while the secondary data obtained from Terjun Puskesmas located in the working area of Medan Marelan Sub-district.

The result of this study shows that there was a relationship between the level of nutritional awareness family and nutritional status of children under five-year old with p value = 0,008. From the nutritional awareness family indicator monitoring the body weight of children under five year old, consuming various kinds of food and administering exlusive breastfeeding have a relationship between the level of nutritional awareness family and nutritional status of children under five-year old with each p value =0,011, 0,001 and 0,000. Consuming iodine containing salt and administering vitamin A capsule don’t have a relationship between the level of nutritional awareness family and nutritional status of children under five-year old with each p value =0.519 and p=0.107.

It is suggested that Medan Health Service and the Puskesmas need to improve the socialization and promotion of program, in order to increase the coverage of the satisfying of Kadarzi.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis

sehingga penulis dapat meyusun dan menyelesaikan tesis dengan judul:

Status Gizi Balita Berdasarkan Indikator Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)

Di Kelurahan Labuhan Delimedan Marelan Tahun 2009.

Dalam proses penelitian dan penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bantuan,

dukungan, bimbingan dan do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes

dan Dra. Sri Emiyati, M.Kes yang telah membimbing penulis dari awal sampai selesainya

penulisan tesis ini. Selanjutnya penulis juga mengucapkan terim kasih dan penghargaan

yang tidak terhingga kepada:

1. Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K) selaku rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M selaku sekretaris Minat Studi Promosi

Kesehatan dan Ilmu Perilaku Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

5. Dra. Syarifah, M.S selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan

(9)

6. Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes selaku dosen pembanding, yang telah

memberikan kritikan dan saran demi meningkatkan kualitas dan esensi penelitian ini

7. Drs. Abdul Karim Nasution selaku Kepala Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan

Medan Marelan yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di

wilayah kerjanya.

8. Suami tercinta Dr. Sumardi Syarief, MSc serta ananda Agung Wahyudi, yang selalu

mendo’akan, memberikan perhatian dan semangat selama penulis mengikuti

perkuliahan hingga selesainya pendidikan

9. Ayahanda tercinta Sarji dan Ibunda tersayang Darsih yang selalu mendo’akan dan

memberikan dorongan kepada penulis untuk senantiasa berusaha menyelesaikan

studi.

10.Teman-teman mahasiswa-mahasiswi Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

minat studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara angkatan 2007 yang telah memberikan dukungan

(10)

Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan tesis ini masih banyak

kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bertujuan

menyempurnakan tesis ini. Kiranya tesis ini memberikan manfaat yang sebesar-besarnya

pada berbagai pihak yang berkepentingan. Terima kasih

Medan, September 2009

Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Sugimah, lahir di Sukorejo pada tanggal 12 Oktober 1979, anak ke dua dari

empat bersaudara dari pasangan Ayahanda Sarji dan Ibunda Darsih. Beragama Islam dan

beralamat di Perumahan Pola Mas Blok M No. 13 Padang.

Memulai pendidikan pada tahun 1985-1991 di SD Inpres No. 6/80 Desa Baru

dan pada tahun 1991-1994 melanjutkan pendidikan di MTs Swasta Silayang. Setelah

menamatkan SMU di SMU N 1 Sei Beremas (1997) melanjutkan pendidikan di Akper

Ranah Minang Padang pada tahun 1997-2000. Merasa pentingnya melanjutkan pendidikan,

maka Penulis memilih berkuliah di D4 Perawat Pendidik Fakultas Kedokteran USU pada

tahun 2004-2005. Pada tahun 2007-2009 Penulis mendapat izin belajar untuk melanjutkan

pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Penulis mempunyai pengalaman pekerjaan menjadi staf perawat di Rumah Sakit

BMC Padang pada tahun 2000-2004 dan Rumah Sakit ASRI Padang sebagai Penanggung

(12)

DAFTAR ISI

2.5. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan... 24

2.6. Landasan Teori ... 26

4.3 Karakteristik Keluarga berdasarkan Indikator Keluarga Sadar Gizi (Bivariat) ... 40

(13)

Keluarga Sadar Gizi... 45

BAB 5. PEMBAHASAN ... 51

5.1 Status Gizi Balita berdasarkan Indikator Keluarga Sadar Gizi... 51

5.2 Status Gizi Balita berdasarkanTingkat Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) ... 59

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

6.1 Kesimpulan ... 62

6.2 Saran... 63

(14)

DAFTAR

Nomor Judul Halaman

3.1. Sebaran Sampel Penelitian... 30

4.1. Distribusi Balita Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur di Kelurahan

Labuhan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan pada Tahun 2009 40

4.2. Distribusi Keluarga Berdasarkan Pemantauan Berat Badan Balita Secara Reguler di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan pada Tahun 2009... 41

4.3. Distribusi Keluarga Berdasarkan Makan Makanan Beraneka Ragam di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan pada Tahun 2009 41

4.4. Distribusi Keluarga Berdasarkan Penggunaan Garam Beryodium di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan pada Tahun 2009 42

4.5. Distribusi Keluarga Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan pada Tahun 2009 ...

...42

4.6. Distribusi Keluarga Berdasarkan Pemberian Kapsul Vitamin A di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan pada Tahun 2009 ... 43

4.7. Distribusi Keluarga Berdasarkan Tingkat Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan pada Tahun 2009 43

4.8. Distribusi Balita Berdasarkan Status Gizi Balita di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan pada Tahun 2009 ...

...44

4.9. Tabulasi Silang Status Gizi Balita berdasarkan Pemantauan Berat Badan Balita dengan di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan pada Tahun 2009 ... 45

4.10. Tabulasi Silang Status Gizi Balita berdasarkan Makan Makanan Beraneka Ragam di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan pada Tahun 2009...

(15)

4.11. Tabulasi Silang Status Gizi Balita berdasarkan Penggunaan Garam Beryodium di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan pada Tahun 2009 ...

...47

4.12. Tabulasi Silang Status Gizi Balita berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan pada Tahun 2009 48

4.13. Tabulasi Silang Status Gizi Balita berdasarkan Pemberian Kapsul Vitamin

A di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan pada Tahun 2009 49

4.14. Tabulasi Silang Status Gizi Balita berdasarkan Tingkat Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan pada Tahun 2009 ...

(16)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Formulir Kuesioner Tingkat Keluarga Sadar Gizi... 69

2. Formulir Observasi Tingkat Keluarga Sadar Gizi... 70

3. Baku Rujukan Penilaian Status Gizi Balita Menurut Berat Badan dan Umur (BB/U)... 73

4. Master Data Penelitian ... 77

5. Output pengolahan SPSS... 79

(18)

ABSTRAK

Masalah gizi berdampak terhadap kualitas sumber daya manusia yang sangat diperlukan dalam pembangunan. Untuk mengatasi masalah gizi salah satunya adalah melalui program keluarga sadar gizi (Kadarzi). Program Kadarzi telah berjalan sejak tahun 2007 di Kelurahan Labuhan Deli. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) dengan status gizi balita di Kelurahan Labuhan Deli Medan Marelan.

Penelitian ini adalah survei dengan metode cross sectional, repondennya adalah Keluarga yang mempunyai balita berumur 6 – 59 bulan di Kelurahan Labuhan Deli Medan Marelan, dengan sampel sebanyak 91 keluarga dipilih dengan metode random sampling. Data untuk penelitian ini diperoleh dari data primer (yaitu data yang diambil dari wawancara langsung dan observasi yang meliputi indikator Keluarga Sadar Gizi (memantau berat badan balita, makan makanan beraneka ragam, menggunakan garam beryodium, memberikan ASI eksklusif dan memberikan kapsul Vitamin A) dan mengukur status gizi balita) dan juga dari data sekunder yang berupa data Demografi dari Puskesmas di wilayah Medan Marelan (Puskesmas Terjun).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara tingkat Keluarga Sadar Gizi dengan status gizi balita dengan nilai p=0,008. Dari indikator Keluarga Sadar Gizi memantau berat badan secara teratur, makan beraneka ragam, memberikan ASI eksklusif dengan estimasi odd ratio 7,970 (artinya balita yang diberi ASI eksklusif berhubungan signifikan dengan status gizi balita, masing-masing ibanding balita yang tidak diberi ASI eksklusif). dan diikuti vmempunyai masing mempunyai p=0,011, p=0,001 dan p=0,000. Sedangkan menggunakan garam beryodium dan memberikan kapsul vitamin A pada balita tidak berhubungan signifikan dengan status gizi balita, masing-masing mempunyai nilai p=0,519 dan p=0,107

Dinas Kesehatan Kota dan Puskesmas supaya meningkatkan sosialisasi dan promosi program Kadarzi untuk meningkatkan cakupan tingkat Keluarga Sadar Gizi yang baik.

(19)

ABSTRACT

Nutrition problem has an impact to the quality of human resources which is need very much in the progress of development. One of way to overcome the nutritional problem is through the nutritional-awareness family of (Kadarzi) program which has lasted since 2007 in the Kelurahan (urban village) Labuhan Deli.

The purpose of this survey study with cross-sectional to know the relationship between the indicators of nutritional awareness family and the nutritional status of children under five year old in Kelurahan Labuhan Deli, Medan Marelan Sub-district

The population of this study was the families with children of 6 – 59 months old living in Kelurahan Labuhan Deli, Medan Marelan Sub-district and 91 families were selected to be the sample for this study through random sampling technique. The primary data for this study were obtained through direct interview and observation to know the nutritional awareness family indicator (monitoring the body weight of children under five year old, consuming various kinds of food, consuming iodine containing salt, administering exclusive breastfeeding and administering Vitamin-A capsule) and nutritional status of children under five year old, while the secondary data obtained from Terjun Puskesmas located in the working area of Medan Marelan Sub-district.

The result of this study shows that there was a relationship between the level of nutritional awareness family and nutritional status of children under five-year old with p value = 0,008. From the nutritional awareness family indicator monitoring the body weight of children under five year old, consuming various kinds of food and administering exlusive breastfeeding have a relationship between the level of nutritional awareness family and nutritional status of children under five-year old with each p value =0,011, 0,001 and 0,000. Consuming iodine containing salt and administering vitamin A capsule don’t have a relationship between the level of nutritional awareness family and nutritional status of children under five-year old with each p value =0.519 and p=0.107.

It is suggested that Medan Health Service and the Puskesmas need to improve the socialization and promotion of program, in order to increase the coverage of the satisfying of Kadarzi.

(20)

BAB 1

1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Memiliki anak yang sehat dan cerdas adalah dambaan setiap orang tua. Untuk

mewujudkannya tentu saja orangtua harus selalu memperhatikan, mengawasi, dan merawat

anak secara seksama, khususnya memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya.

Meskipun proses tumbuh kembang anak berlangsung secara alamiah, proses tersebut sangat

bergantung kepada orang dewasa atau orangtua. Masa lima tahun pertama (masa balita)

adalah periode penting dalam tumbuh kembang anak dan merupakan masa yang akan

menentukan pertumbuhan fisik, psikis maupun intelengensinya (Sulistijadi dkk, 2001).

Menurut Depkes (2005) dapat disimpulkan bahwa balita merupakan kelompok yang

paling rawan terhadap terjadinya kekurangan gizi. Kurang gizi pada masa balita dapat

menimbulkan gangguan tumbuh kembang secara fisik, mental, sosial, dan intelektual yang

sifatnya menetap dan terus dibawa sampai anak menjadi dewasa. Kekurangan gizi juga

menyebabkan keterlambatan pertumbuhan badan, keterlambatan perkembangan otak, dan

dapat pula terjadinya penurunan atau rendahnya daya tahan terhadap penyakit infeksi.

Berdasarkan pendapat Berg A (1986) dapat disimpulkan gizi kurang dapat

mengakibatkan terpengaruhnya perkembangan mental, perkembangan jasmani,

produktivitas. Anak-anak yang gizi buruk memiliki otak yang lebih kecil dari ukuran

rata-rata otak. Jumlah sel-sel otak anak-anak yang gizi buruk 15-20 persen lebih kecil

(21)

gizi kurang, akan kurang berkemampuan dalam tes mental dibelakang hari dibandingkan

dengan anak yang gizi baik, dan anak yang gizi kurang menjadi terbelakang, sampai ia

tidak sanggup lagi menyesuaikan diri dengan situasi sekolah.

Menurut laporan United Nations International Children’s Emergency Fund

(UNICEF) tahun 2006 jumlah balita gizi buruk di Indonesia berjumlah 2,3 juta jiwa, kasus

gizi buruk meningkat sekitar 500.000 jiwa dibandingkan dengan data tahun 2004/2005

sejumlah 1,8 juta jiwa. Tahun 2004 Indonesia menempati urutan ke 111 untuk Indeks

Pembangunan Manusia (Human Development Index/HDI) dari 177 negara yang dinilai.

Angka ini jauh lebih rendah dari pada Malaysia (59), Thailand (76), atau Filipina (73).

Rendahnya HDI mencerminkan bahwa tingkat pendidikan, kesehatan, dan pendapatan per

Kapita penduduk Indonesia masih rendah, Masalah ini sangat erat kaitannya dengan

keadaan gizi penduduk.

Menurut pendapat ( Panji; 2004, UNICEF;2006 dan Ikayana;2008) dapat

disimpulkan pada tahun 2000 diperkirakan ada 25% anak Indonesia mengalami gizi kurang,

7% diantaranya gizi buruk, sekitar 50% ibu hamil menderita anemia gizi, sementara itu

masih terdapat kecamatan endemik berat meskipun prevalensinya sudah dapat diturunkan

menjadi 9,8%. Pada tahun 2003 lima juta balita (27,5%) kurang gizi dimana 3,5 juta

(19,2%) diantaranya berada pada tingkat gizi kurang dan 1,5 juta (8,3%) sisanya

mengalami gizi buruk. Pada tahun 2004 dari 17.983.244 balita di Indonesia 5.119.935

(28,47%) balita termasuk gizi kurang dan buruk. Pada tahun 2006 kasus gizi kurang

menjadi 4,2 juta (944.246 diantaranya kasus gizi buruk) dan pada tahun 2007 kasus gizi

(22)

Kasus gizi buruk di Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2000 gizi kurang terdapat

17,3% dan gizi buruk 9,16%. Tahun 2003 terjadi peningkatan menjadi gizi kurang 18,59%

dan gizi buruk 12,3%, tahun 2005 terjadi penurunan gizi kurang menjadi 15,78% dan gizi

buruk menjadi 8,82%, pada tahun 2006 terjadi penurunan persentase balita dengan gizi

buruk sebesar 1,02% menjadi 7,8%, tetapi balita dengan gizi kurang meningkat menjadi

20,5%. Pada tahun 2006 balita yang tergolong gizi buruk yang mendapat perawatan di

Sumatera Utara hanya mencapai 43,9%, tahun 2007 prevalensi gizi buruk 4,4 % dan

prevalensi gizi kurang 18,8 %, bila dibandingkan dengan target 2010 yaitu 100% masih

sangat rendah (Dinkes Propinsi Sumut, 2006).

Status gizi balita berdasarkan berat badan menurut umur (BB/U) di Kota Medan

tahun 2008 dari 81. 125 balita yang ditimbang di 39 puskesmas yang ada di Kota Medan

terdapat kasus gizi kurang sebesar 8.331 balita dan kasus gizi buruk sebesar 1.527 balita.

Dan dari 39 puskesmas tersebut Puskesmas Terjun termasuk urutan ke tiga yang banyak

terdapat kasus gizi yaitu dari 4.956 balita yang ditimbang terdapat 142 balita gizi buruk dan

499 balita gizi kurang (Dinkes Kota Medan, 2008).

Wilayah kerja Puskesmas Terjun meliputi lima kelurahan yaitu: kelurahan Labuhan

Deli, kelurahan Paya Pasir, kelurahan Rengas Pulau, kelurahan Terjun dan kelurahan

Tanah Enam Ratus. Berdasarkan data yang diperoleh dari operasi timbang Puskesmas

(Desember 2008) diketahui Kelurahan Labuhan Deli merupakan kelurahan yang banyak

terdapat kasus gizi buruk yaitu dari 1.742 balita yang ditimbang terdapat 36 balita gizi

buruk dan 187 balita gizi kurang, di kelurahan Paya Pasir dari 708 balita di timbang

terdapat 56 balita gizi kurang dan 11 balita gizi buruk, di kelurahan Rengas Pulau dari

(23)

kelurahanTerjun dari 738 balita yang ditimbang terdapat 54 balita gizi kurang dan 6 balita

gizi buruk, di kelurahan Tanah Enam Ratus dari 812 balita yang ditimbang terdapat 22

balita gizi kurang dan 5 balita gizi buruk (Puskesmas Terjun, 2008)

Masalah gizi berdampak terhadap kualitas sumber daya manusia yang sangat

diperlukan dalam pembangunan, maka tujuan jangka panjang program perbaikan gizi

diarahkan untuk tercapainya keadaan gizi yang optimal bagi seluruh penduduk yang

dicerminkan dengan semakin meningkatnya jumlah keluarga yang berperilaku gizi

seimbang. Keluarga sadar gizi (Kadarzi) adalah cerminan keluarga gizi yang mendukung

terciptanya keadaan gizi yang optimal anggota keluarganya (Panji, 2004)

Tahun 1998 telah dicanangkan Program Kadarzi yang dimotori oleh Depkes.

Kadarzi merupakan sasaran program perbaikan gizi dalam rangka pencegahan dan

penanggulangan masalah gizi. Dengan adanya program keluarga sadar gizi diharapkan

dapat menurunkan prevalensi gizi kurang setinggi-tingginya 20% (Dinkes, 2005)

Menurut Depkes (2007) untuk mengatasi masalah gizi salah satunya adalah melalui

keluarga sadar gizi (Kadarzi). Keluarga sadar gizi merupakan keluarga yang mampu

mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi di tingkat kelurahan atau rumah tangga

melalui: Memantau berat badan secara teratur, makan beraneka ragam, mengkonsumsi

garam beryodium dalam masakan, hanya memberikan ASI saja sampai bayi berusia enam

bulan dan memberikan kapsul vitamin A kepada balita.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Bidang Kesehatan

2005-2009 menetapkan 4 (empat) sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya adalah

menurunkan prevalensi gizi kurang menjadi setinggi-tingginya 20%. Guna mempercepat

(24)

telah ditetapkan 4 strategi utama, yaitu Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat

untuk hidup sehat, meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang

berkualitas, meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan, dan

meningkatkan pembiayaan kesehatan. Selanjutnya dari empat strategi utama tersebut telah

ditetapkan 17 sasaran prioritas, satu diantaranya adalah seluruh keluarga menjadi Keluarga

Sadar Gizi (Kadarzi) (Depkes, 2007)

Program Kadarzi bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan ibu rumah

tangga dalam memenuhi kebutuhan gizi anggota keluarga dan di dalam Undang-undang

nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) dan di dalam

visi Indonesia Sehat 2010, ditetapkan bahwa 80% keluarga menjadi Keluarga Mandiri

Sadar Gizi (Kadarzi), karena keluarga mempunyai nilai yang amat strategis dan menjadi

inti dalam pembangunan seluruh masyarakat, serta menjadi tumpuan dalam pembangunan

manusia seutuhnya (Panji, 2004).

Kelurahan Labuhan Deli merupakan salah satu dari lima kelurahan yang termasuk

dalam wilayah kerja puskesmas Terjun Medan Marelan. Berdasarkan survei awal yang di

lakukan pada tahun 2007 telah berjalan program Kadarzi. Kegiatan pelaksanaan program

Kadarzi ini meliputi pemetaan Kadarzi dan konseling Kadarzi yang di lakukan setiap enam

bulan sekali. Meskipun program Kadarzi sudah berjalan selama satu tahun namun

berdasarkan hasil penimbangan balita (BB/U) bulan Desember 2008 di kelurahan Labuhan

Deli masih banyak terdapat kasus gizi buruk yaitu dari 1.742 balita yang ditimbang terdapat

(25)

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merasa perlu mengetahui hubungan

tingkat Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) dengan status gizi balita di kelurahan Labuhan Deli

Medan Marelan, sehingga di peroleh suatu strategi penanggulangan gizi buruk yang tepat

berdasarkan keadaan yang sesungguhnya dilapangan dan diharapkan dapat menjadi

masukan untuk membuat prioritas program yang tepat dan efektif sesuai kemampuan

daerah.

1.2.Permasalahan

Apakah tingkat Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) berhubungan dengan status gizi

balita di Kelurahan Labuhan Deli Medan Marelan.

1.3.Tujuan penelitian

Mengetahui status gizi balita berdasarkan indikator keluarga sadar gizi (

Kadarzi) di Kelurahan Labuhan Deli Medan Marelan.

1.4.Hipotesis

Ada hubungan signifikan status gizi balita dengan indikator keluarga sadar gizi (

memantau berat badan, makan makanan beraneka ragam, menggunakan garam beryodium,

memberikan ASI eksklusif, memberikan kapsul vitamin A pada balita)

1.5.Manfaat Penelitian

1. Memberi masukan kepada Dinas Kesehatan dalam membuat suatu rencana strategi

(26)

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak

Puskesmas untuk membuat prioritas dan lebih intensif dalam pembinaan keluarga

(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)

Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) adalah keluarga yang seluruh anggota keluarganya

melakukan perilaku gizi seimbang, mampu mengenali masalah kesehatan dan gizi bagi

setiap anggota keluarganya, dan mampu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi

masalah gizi yang dijumpai oleh anggota keluarganya (Depkes, 2007).

Secara umum tujuan Keluarga Sadar Gizi adalah tercapainya keadaan gizi yang

optimal untuk seluruh anggota keluarga. Dengan penilaian secara khusus yaitu:

meningkatnya pengetahuan dan perilaku anggota keluarga untuk mengatasi masalah gizi,

meningkatnya kepedulian masyarakat dalam menanggulangi masalah gizi keluarga,

meningkatnya kemampuan dan ketrampilan petugas dalam memberdayakan

masyarakat/keluarga dalam mencegah dan mengatasi masalah gizi (Hesti, 2008).

Adapun sasaran dari program Kadarzi ini adalah : seluruh anggota keluarga karena

pengambilan keputusan dalam bidang pangan, gizi dan kesehatan dilaksanakan terutama di

tingkat keluarga, sumber daya dimiliki dan dimanfaatkan di tingkat keluarga, masalah gizi

yang terjadi di tingkat keluarga, erat kaitannya dengan perilaku keluarga, tidak semata-mata

disebabkan oleh kemiskinan dan ketidaktersediaan pangan, kebersamaan antar keluarga

dapat memobilisasi masyarakat untuk memperbaiki keadaan gizi dan kesehatan, masyarakat

(28)

masyarakat, swasta/dunia usaha, petugas teknis dari lintas sektor terkait di berbagai tingkat

administrasi.

Menurut Depkes (2007) untuk mengatasi masalah gizi salah satunya adalah

Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Keluarga Sadar Gizi merupakan keluarga yang mampu

mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi ditingkat keluarga/rumah tangga melalui

Memantau berat badan balita secara teratur, makan beraneka ragam, mengkonsumsi garam

beryodium dalam masakan, pemberian ASI eksklusif, dan mendapatkan dan memberikan

vitamin A bagi anggota keluarga.

Menurut Misbakhudin (2007) Keluarga mandiri sadar gizi (Kadarzi) juga dapat

diwujudkan melalui upaya pemberdayaan keluarga dengan cara meningkatkan pengetahuan

dan sikap terhadap perilaku Kadarzi. Selain pemberdayaan keluarga secara umum untuk

melaksanakan Kadarzi perlu seorang motivatordalam keluarga yaitu suami sebagai kepala

keluarga. Tingkat sadar gizi keluarga ternyata tidak berhubungan secara signifikan terhadap

status gizi balita melainkan banyak faktor lain yang bermakna seperti jumlah anggota

keluarga serta penyakit infeksi (Nurhayati dkk, 2007)

Menurut Iswandi (2007) dapat disimpulkan tingkat pendidikan ibu berpengaruh

terhadap tercapainya keluarga sadar gizi. Memberikan pembinaan keluarga sadar gizi oleh

kader gizi, berdampak positif berupa perubahan pada kemampuan kognitif, efektif, dan

psikomotor ibu rumah tangga pada keluarga pra sejahtera sebagai peserta pembinaan

Kadarzi dalam mengenali kelainan gizi yang disebabkan oleh kekurangan gizi dan

penyelenggaraan makanan sehat untuk mengatasi masalah gizi dalam keluarga (Asri, 2006).

(29)

a. Pemetaan Kadarzi

Pemetaan Kadarzi dilakukan untuk menganalisa situasi Kadarzi di suatu wilayah

kerja puskesmas yang dilakukan pertama kali oleh TPG kemudian untuk berikutnya

dilakukan oleh ketua kelompok posyandu. Pemetaan dilakukan setiap 6 bulan sekali yaitu

setiap bulan Februari dan Agustus.

Tujuan pemetaan Kadarzi yaitu :

1. Mendapatkan informasi situasi Kadarzi dalam suatu wilayah atau dasawisma

berdasarkan indikator yang di tentukan,

2. Mendapatkan gambaran masalah gizi dan prilaku gizi yang baik dan benar yang

belum dapat dilaksanakan oleh keluarga,

3. Sebagai bahan acuan pemantauan dan evaluasi situasi Kadarzi dari waktu kewaktu.

b. Konseling Kadarzi

Konseling Kadarzi adalah dialog atau konsultasi antara kader dasawisma, tenaga

penggerak masyarakat (TPM) memecahkan masalah prilaku gizi yang belum dapat

dilakukan oleh keluarga.

Tujuan konseling Kadarzi untuk memantapkan kemauan dan kemampuan keluarga

untuk melaksanakan prilaku gizi yang baik dan benar dengan memanfaatkan yang dimiliki

keluarga atau yang ada di lingkungannya.

Pelaksana konseling Kadarzi, untuk pertama kali konseling dilakukan oleh Tenaga

Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas bersama Tenaga Penggerak Masyarakat (TPM) dan

kader dasawisma. Untuk selanjutnya konseling Kadarzi dilakukan oleh kader dasawisma

(30)

2.1.2 Indikator Keluarga Sadar Gizi

Indikator keluarga sadar gizi digunakan untuk mengukur tingkat sadar gizi keluarga.

Menurut Manjilala (2007) ada 5 indikator Keluarga Sadar Gizi meliputi: Memantau berat

badan secara teratur, makan beraneka ragam, mengkonsumsi garam beryodium,

memberikan hanya ASI saja kepada bayi sampai usia 6 bulan, mendapatkan dan

memberikan kapsul vitamin A bagi anggota keluarga yang membutuhkan.

1. Memantau Berat Badan Secara Teratur

Cara Memantau berat badan anak :

a. Anak dapat ditimbang di rumah atau di posyandu atau di tempat lain sekurangnya 2

bulan sekali

b. Berat badan anak dimasukkan ke dalam KMS

c. Bila grafik berat badan pada KMS Naik (sesuai garis pertumbuhannya), berarti anak

sehat, bila tidak naik berarti ada penurunan konsumsi makanan atau gangguan

kesehatan dan perlu ditindaklanjuti oleh keluarga atau meminta bantuan petugas

kesehatan

Dengan memantau berat badan akan diketahui perubahan berat badan dengan

menggambarkan perubahan konsumsi makanan atau gangguan kesehatan. Menimbang

berat badan dapat dilakukan oleh keluarga dimana saja diharapkan dengan menimbang

berat badan keluarga dapat mengenali masalah kesehatan dan gizi anggota keluarganya dan

keluarga mampu mengatasi masalahnya baik oleh sendiri atau dengan bantuan petugas.

(31)

Makanan beraneka ragam adalah mengkonsumsi makanan 2-3 kali sehari yang

terdiri dari 4 macam kelompok bahan makanan yaitu makanan pokok, lauk pauk, sayuran

dan buah-buahan. Akan lebih baik jika aneka ragam makanan tersebut dikonsumsi setiap

kali makan. Ketidaksukaan seseorang terhadap makanan tertentu akan berdampak negatif

terhadap pencapaian keseimbangan gizi. Untuk menghindari hal tersebut maka

perkenalkanlah dan berikan aneka ragam makanan sejak usia dini (Depkes, 2000).

Makan beraneka ragam sangat perlu karena tubuh manusia memerlukan semua zat

gizi (energi, lemak, protein, vitamin dan mineral) sesuai kebutuhan. Tidak ada satu jenis

bahan makanan pun yang lengkap kandungan zat gizinya, Mengkonsumsi makanan

beraneka ragam yang mengandung sumber energi, lemak, protein, vitamin dan mineral

untuk menjamin pemenuhan kebutuhan gizi dan apabila tersedia pilihlah makanan yang

telah diperkaya dengan zat gizi tertentu.

Menurut Malekafzali (2000) pengadaan makanan beraneka ragam dapat diperoleh

dari pemanfaatan lahan pekarangan dan bahan makanan lokal yang dihasilkan didaerah

setempat.

3. Mengkonsumsi Garam Beryodium Dalam Makanan Sehari-Hari

Garam beryodium yang baik adalah garam yang mempunyai kandungan yodium

dengan kadar yang cukup (>30 ppm kalium yodat). Yodium adalah salah satu mineral yang

sangat penting peranannya bagi tubuh manusia. Garam beryodium sangat perlu selalu

dikonsumsi oleh keluarga karena zat yodium diperlukan tubuh setiap hari. Gangguan akibat

kekurangan yodium (GAKY)

(32)

gondok, Kandungan zat yodium dalam air dan tanah di beberapa daerah belum mencukupi

kebutuhan (Depkes, 2000).

4. Memberikan ASI Saja Kepada Bayi Sampai Usia 6 Bulan

Menurut Burns (2005) memberi ASI penting pada bayi karena :

a. ASI merupakan satu-satunya makanan yang sempurna untuk bayi.

b. Dengan memberi ASI segera sesudah melahirkan perdarahan rahim akan berhenti.

c. ASI melindungi bayi dari penyakit dan infeksi.

d. Dengan menyusui, ibu akan terhindar dari penyakit kanker dan osteoporosis.

e. ASI mudah diberikan dimana saja dan kapan saja, selalu bersih.

f. Terjalinnya ikatan emosi antara ibu dan bayi.

g. Bagi sebagian perempuan, bila bayi hanya diberi ASI tanpa makanan dan minuman

lain, mereka bisa terlindungi dari kehamilan yang terlalu cepat.

h. ASI diperoleh tanpa biaya sama sekali .

ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna, bersih dan sehat, ASI dapat

mencukupi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh kembang dengan normal sampai berusia 6

bulan (ASI eksklusif) dan juga praktis karena lebih mudah diberikan setiap saat serta dapat

meningkatkan kekebalan tubuh bayi Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi.

Cara menyusui secara eksklusif :

a. Mulai memberikan ASI segera setelah lahir

b. Jangan diberikan makanan lain sampai bayi berumur 6 bulan.

c. Berikan ASI melalui payudara kiri dan kanan bergantian setiap kali menyusui

(33)

Menurut penelitian Victoria (1997) di Brazil Selatan bayi- bayi yang tidak diberi

ASI mempuyai kemungkinan meninggal karena mencret 14,2 kali lebih banyak daripada

bayi yang mendapat ASI eksklusif. ASI juga akan menurunkan kemungkin bayi terkena

infeksi telinga, batuk, pilek dan penyakit alergi. Penelitian Cohen, dkk (1995) di Amerika

menujukkan ibu yang memberi ASI eksklusif lebih jarang bolos (25%) dibanding dengan

ibu yang memberi susu formula. Hal tersebut manunjukkan bahwa ASI ekslusif dapat

mengurangi morbiditas pada anak (Nurhayati dkk, 2007).

5. Memberikan Kapsul Vitamin A pada balita

Vitamin A merupakan zat gizi yang penting (essensial) bagi manusia, karena zat

gizi ini tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar. Tubuh dapat

memperoleh vitamin A melalui :

- Bahan makanan seperti : bayam, daun singkong, pepaya matang, hati,kuning telur

dan juga ASI

- Kapsul vitamin A dosis tinggi

Vitamin A penting untuk kesehatan mata dan mencegah kebutaan, dan lebih penting

lagi, vitamin A meningkatkan daya tahan tubuh. Anak-anak yang cukup mendapat vitamin

A, bila terkena diare, campak atau penyakit infeksi lain, maka penyakit-penyakit tersebut

tidak mudah menjadi parah, sehingga tidak membahayakan jiwa anak.

Dengan adanya bukti-bukti yang menunjukkan peranan vitamin A dalam

menurunkan angka kematian yaitu sekitar 30%-54%, maka selain untuk mencegah

kebutaan, pentingnya vitamin A saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup anak,

(34)

Cara pemberian vitamin A :

a. Pada balita umur 6- 11 bulan vitamin A (warna biru) dosis 100.000 SI tiap 6

bulan (bulan februari dan Agustus)

b. Pada balita umur 12-59 bulan vitamin A (warna Merah) dosis 200.000 SI

tiap 6 bulan (bulan februari dan Agustus)

2.1.3. Penilaian Kadarzi

Cara menilai apakah suatu keluarga sudah Sadar Gizi adalah dengan melihat :

1. Status gizi seluruh anggota keluarga khususnya ibu dan anak baik

2. Tidak ada lagi bayi berat badan lahir rendah

3. Semua anggota keluarga mengkonsumsi garam beryodium

4. Semua ibu memberikan hanya Asi saja pada bayi sampai umur 6 bulan

5. Semua balita dalam keluarga yang ditimbangkan naik berat badannya sesuai

umur

6. Tidak ada masalah gizi lebih dalam keluarga

2.2. Balita

Menurut Juniati (2007) Balita adalah kelompok anak yang berumur di bawah lima

tahun. Kelompok anak ini menjadi istimewa karena menuntut curahan perhatian yang

intensif untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangannya. Lima tahun pertama

dari kehidupan seorang manusia adalah fondasi bagi seluruh kehidupan di dunia. Sumber

daya manusia yang berkualitas baik fisik, psikis, maupun intelegensianya berawal dari

balita yang sehat. Balita adalah anak usia dibawah lima tahun yang berumur 0-4 tahun 11

(35)

Dampak jangka pendek gizi buruk pada anak ialah anak menjadi apatis, mengalami

gangguan bicara dan gangguan perkembangan yang lain, Sedangkan dampak jangka

panjang ialah penurunan IQ, penurunan perkembangan kognitif, penurunan integrasi

sensori, ganguan pemusatan perhatian, gangguan penurunan rasa percaya diri dan tentu saja

merosotnya prestasi akademik di sekolah. Kurang gizi berpotensi menjadi penyebab

kemiskinan melalui rendahnya kualitas sumber daya dan produktivitas. Tidak heran jika gizi

buruk yang tidak dikelola dengan baik, pada fase akut akan mengancam jiwa dan pada jangka

panjang akan menjadi ancaman hilangnya sebuah generasi penerus bangsa (Nency dan

Arifin, 2005).

Masalah gizi berdampak terhadap kualitas sumber daya masyarakat yang sangat

diperlukan dalam pembanguan, maka tujuan jangka panjang perbaikan gizi diarahkan untuk

tercapainya keadaan gizi yang optimal bagi seluruh penduduk yang dicerminkan dengan

semakin meningkatnya jumlah keluarga yang berprilaku gizi seimbang. Keluarga Sadar

Gizi (Kadarzi) adalah cerminan keluarga sadar gizi yang mendukung terciptanya keadaan

gizi yang optimal anggota keluarganya (Panji,2004)

2.3. Status Gizi Balita

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang

diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai

status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan

nutrient. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data

antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck, 2008). Status gizi balita erat

(36)

mengetahui adanya kekurangan gizi dini, monitoring penyembuhan kurang gizi dan

efektifitas suatu program pencegahan. Sejak tahun 1980 an pemantauan berat badan anak

balita telah dilakukan dihampir semua desa di Indonesia melalui posyandu. Dengan

meningkatkan mutu penimbangan dan pencatatannya, maka melalui posyandu di

mungkinkan untuk memantau status gizi setiap anak diwilayahnya (Soekirman, 2000).

Menurut Soekirman (2005) pertumbuhan anak adalah indikator dinamik yang

mengukur pertambahan berat dan tinggi/panjang anak. Dari indikator ini dapat diikuti dari

waktu ke waktu kapan terjadinya penyimpangan (penurunan) pertambahan berat atau tinggi

badan. Status gizi merupakan indeks yang statis dan agregatif sifatnya kurang peka untuk

melihat terjadinya perubahan dalam waktu pendek misalnya bulanan (Juniati, 2007).

Menurut pendapat Lubis (2007) yang mengutip pendapat Idris dan Kuntoro (1990)

mengungkapkan beberapa istilah yang berhubungan dengan status gizi yaitu :

a. Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, trsnsportasi,

penyimpangan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan

untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari

organ serta menghasilkan energi

b. Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan

penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan

fisiologi akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh

c. Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk

(37)

gondok endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan

pengeluaran yodium dalam tubuh

d. Gizi salah adalah keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara

relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi

Gizi buruk dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor langsung dan faktor tidak

langsung. Faktor langsung disebabkan oleh asupan konsumsi makanan dan penyakit

infeksi. Asupan konsumsi makanan dipengaruhi oleh kemiskinan, rendahnya pendidikan

keluarga dan adat/kepercayaan yang terkait dengan tabu makanan. Sedangkan faktor tidak

langsung penyebab terjadinya kurang gizi adalah tidak cukup persediaan pangan akibat

krisis ekonomi dan rendahnya daya beli masyarakat, pola asupan anak yang tidak memadai

akibat dari rendahnya pengetahuan, dan pendidikan orangtua serta buruknya sanitasi

lingkungan dan akses ke pelayanan dasar yang sulit sehingga berdampak terhadap pola

konsumsi dan terjadinya penyakit infeksi yang secara langsung menyebabkan kurang gizi

(38)

2.3.1. Penilaian Status Gizi

Penilaian Status Gizi (PSG) adalah sebuah metode mendeskripsikan kondisi tubuh

sebagai akibat keseimbangan makanan yang dikonsumsi dengan penggunaannya oleh

tubuh, yang biasanya dibandingkan dengan suatu nilai normatif yang ditetapkan (WHO,

2005).

Status gizi balita diukur dengan Indeks antropometri BB/U, TB/U, dan BB/TB.

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa

tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena

terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan

yang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam

keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan

kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.

Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat

badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan

karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai

salah satu cara pengukuran statu gizi. Meningat karakteristik berat badan yang labil, maka

indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Soekirman, 2000).

Menurut Soekirman (2000) untuk menilai status gizi balita dengan menggunakan

indeks BB/U yang dikonversikan dengan baku rujukan WHO-NCHS, status gizi dapat

dibagi menjadi empat kategori:

1. Status gizi lebih, bila nilai Z-Score >+2 SD

2. Status gizi baik, bila nilai Z-Score terletak antara -2 s/d +2 SD

(39)

4. Status gizi buruk, bila nilai Z-Score <-3 SD

Di Indonesia baku rujukan yang telah banyak dipakai adalah baku rujukan

WHO-NCHS. Direktorat bina gizi masyarakat, Depkes dalam pemantauan status gizi (PSG) anak

balita tahun 1999 menggunakan baku rujukan World Health OrganizationNational

Centre For Health Statistic (WHO-NCHS). Pada lokakarya antropometri tahun 1975 telah

diperkenalkan baku Harvard. Berdasarkan semi lokakarya Antropometri, Ciloto, 1991 telah

direkomendasikan penggunaan baku rujukan WHO-NCHS (Gizi Indonesia, Vol. XV No 2

tahun 1990).

2.4. Strategi Promosi Kadarzi

Srategi dasar Kadarzi adalah pemberdayaan keluarga dan masyarakat, bina

suasana dan advokasi yang didukung oleh kemitraan. Berikut adalah penjelasan

masing-masing strategi yaitu:

2.4.1 Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan

berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar

sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari

tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku

yang diperkenalkan (aspek practice). Sasaran Utama Pemberdayaan adalah individu,

keluarga, kelompok masyarakat.

2.4.2 Bina Suasana

Bina Suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang

(40)

diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan

sosial di mana pun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi

panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat

umum) memiliki opini yang positif terhadap perilaku tersebut.

Untuk melakukan bina suasana maka pelu dilakukan 3 pendekatan, yaitu:

a) Bina Suasana Individu

Bina Suasana Individu ditujukan kepada individu-individu tokoh masyarakat.

Dengan pendekatan ini diharapkan :

- dapat menyebarluaskan opini yang positif terhadap perilaku yang sedang

diperkenalkan.

- dapat menjadi individu-individu panutan dalam hal perilaku yang sedang

diperkenalkan. Yaitu dengan bersedia atau mau mempraktikkan perilaku yang

sedang diperkenalkan tersebut.

- dapat diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan turut menyebarluaskan

informasi guna menciptakan suasana yang kondusif bagi perubahan perilaku

individu.

b) Bina Suasana Kelompok

Bina Suasana Kelompok ditujukan kepada kelompok-kelompok dalam

masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun Warga (RW), Majelis

Pengajian, Perkumpulan Seni, Organisasi Profesi, Orga-nisasi Wanita, Organisasi

(41)

dan atau bersama-sama dengan pemuka/tokoh masyarakat yang telah peduli dengan tujuan

yang telah ditetapkan.

Dengan pendekatan ini diharapkan kelompok-kelompok tersebut menjadi peduli

terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan dan menyetujui atau mendukungnya. Bentuk

dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut bersedia juga mempraktikkan perilaku yang

sedang diperkenalkan, mengadvokasi pihak-pihak yang terkait, dan atau melakukan kontrol

sosial terhadap individu-individu anggotanya.

c) Bina Suasana Masyarakat Umum

Bina Suasana Masyarakat Umum dilakukan terhadap masyarakat umum dengan

membina dan memanfaatkan media-media komunikasi, seperti radio, televisi, koran,

majalah, situs internet, dan lain-lain, sehingga dapat tercipta pendapat umum yang positif

tentang perilaku tersebut. Dengan pendekatan ini diharapkan media-media massa tersebut

menjadi peduli dan mendukung perilaku yang sedang diperkenalkan.

2.4.3 Advokasi

Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk

mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders).

Advokasi diarahkan untuk menghasilkan dukungan yang berupa kebijakan (misalnya dalam

bentuk peraturan perundang-undangan), dana, sarana, dan lain-lain.

Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan, yaitu (1)

(42)

peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif

pemecahan masalah, (4) sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu

alternatif pemecahan masalah, dan (5) memutuskan tindak lanjut kesepakatan. Dengan

demikian, maka advokasi harus dilakukan secara terencana, cermat, dan tepat.

2.5. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan

Perilaku pada hakekatnya adalah suatu aktivitas pada manusia, baik yang dapat

diamati secara langsung atau pun dapat diamati secara tidak langsng. (Notoatmojo, 1993).

Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang

terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subyek tersebut. Bentuk dari respon tersebut

adalah : 1) bentuk pasif atau respon internal, yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak

secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, berupa pikiran, tanggapan atau sikap batin

dan pengetahuan, dan 2) bemtuk aktif, yakni apabila perilaku tersebut jelas dapat

diobservasi secara langsung dalam bentuk tindakan nyata atau overt behavior (Notoatmojo,

1993).

2.5.1. Pengetahuan

Menurut Sjamsuri (1989) yang dimaksud dengan pengetahuan adalah apa yang

diketahui tentang alam lingkungan. Sedangkan Sumantri (1987) mengatakan pengetahuan

adalah segenap apa yang diketahui tentang suatu obyek, termasuk di dalamnya ilmu.

Secara umum seseorang memiliki dua jenis pengetahuan yaitu : 1) pengetahuan

umum tentang lingkungan dan perilaku, yang mengacu pada interpretasi seseorang terhadap

informasi yang relevan di lingkungannya, 2) pengetahuan prosedural tentang bagaimana

(43)

pengetahuan tersebut, baik pengetahuan umum maupun pengetahuan prosedural memiliki

pengaruh terhadap perilaku (Peter dan Olson, 2000).

2.5.2. Sikap

Menurut Notoatmodjo (1993) sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup

dari seseorang terhadap suatu stimulasi atau obyek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung

dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap

belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi indakan

suatu perilaku. Newstrom dan Davis (1997) mengatakan bahwa sikap adalah perasaan dan

kepercayaan yang ditentukan bagaimana seseorang akan merasa di lingkungannya,

melakukan tindakan yang diharapkan dan akhirnya berperilaku.

2.5.3.Tindakan

Notoatmodjo (1993) mengatakan bahwa suatu sikap belum otomatis terwujud dalam

suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu tindakan

nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, yakni fasilitas

dan faktor pendukung (support) dari pihak lain. Menurut Peter dan Olson (2000) perilaku

(behaviors) adalah tindakan khusus yang ditujukan pada beberapa objek target.

2.6. Landasan Teori

Menurut Depkes (2007) untuk mengatasi masalah gizi salah satunya adalah

Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Keluarga Sadar Gizi merupakan keluarga yang mampu

mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi ditingkat keluarga/rumah tangga melalui

(44)

Indikator Keluarga Sadar Gizi 1. Memantau berat badan balita 2. Makan beraneka ragam

3. Menggunakan garam beryodium 4. Memberikan ASI eksklusif

5. Memberikan kapsul vitamin A pada balita

beryodium dalam masakan, pemberian ASI eksklusif, dan mendapatkan dan memberikan

vitamin A bagi anggota keluarga.

2.7. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan landasan teori, maka peneliti merumuskan kerangka konsep penelitian

sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

(45)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah survei dengan metode cross sectional merupakan penelitian

dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan pada data variabel

independen dan dependen, dimana data yang menyangkut variabel independen yaitu

indikator keluarga sadar gizi (Memantau berat badan balita secara teratur, makan beraneka

ragam, mengkonsumsi makanan beryodium, pemberian ASI eksklusif, dan mendapatkan

dan memberikan kapsul vitamin A pada balita) dan variabel dependen yaitu status gizi

balita yang terjadi pada subyek penelitian diukur atau dikumpulkan pada saat bersamaan.

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Labuhan Deli Medan Marelan dengan

pertimbangan di kelurahan tersebut masih banyak terdapat balita gizi buruk dan gizi kurang

berdasarkan hasil penimbangan BB/U bulan Desember 2008 pada 1742 Balita terdapat 36

orang balita gizi buruk dan 187 gizi kurang. Waktu penelitian dimulai bulan Nopember

2008 sampai bulan Juni tahun 2009.

3.3. Populasi dan Sampel

(46)

Populasi dalam penelitian ini adalah Keluarga yang mempunyai balita berumur > 6

bulan di Kelurahan Labuhan Deli Medan Marelan tahun 2009 yaitu sebanyak 1715

keluarga

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian keluarga yang mempunyai balita

berumur > 6 bulan dan memiliki KMS di Kelurahan Labuhan Deli.

Besar sampel ditentukan dengan rumus (Gasperz, 1991).

n =

N = Jumlah populasi (keluarga di Kelurahan Labuhan Deli=1715)

ZC = Nilai derajat kepercayaan 95 % adalah 1,96

P = Proporsi dari populasi ditetapkan (P=0,5)

G = penyimpangan sampel dari populasi (5%=0,05)

n =

Dari rumus di atas diperoleh sampel sebanyak 91 keluarga yang mempunyai anak

(47)

dilakukan secara proposional tersebar di 11 (sebelas) Lingkungan di Kelurahan Labuhan

Deli, dengan terlebih dahulu diketahui sample Fration dengan rumus:

Populasi Lingkungan

Sampel = x Total sample Total Populasi

Maka sample pada masing-masing Lingkungan di Kelurahan Labuhan Deli

yaitu dapat di lihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Sebaran Sampel Penelitian

No Lingkungan Perhitungan Jumlah Sampel

1 Lingkungan 1 165/1715X91 9

2 Lingkungan 2 149/1715X91 8

3 Lingkungan 3 195/1715X91 10

4 Lingkungan 4 102/1715X91 5

5 Lingkungan 5 145/1715X91 8

6 Lingkungan 6 99/1715X91 5

7 Lingkungan 7 127/1715X91 7

8 Lingkungan 8 223/1715X91 12

9 Lingkungan 9 168/1715X91 9

10 Lingkungan 10 154/1715X91 8

11 Lingkungan 11 188/1715X91 10

Total Sampel 91

Pengambilan jumlah sampel tiap-tiap Lingkungan tersebut dari jumlah populasi

yang ada, dilakukan dengan metode simple random sampling, yaitu mengambil sampel

dengan metode acak dengan cara undian sampai memenuhi jumlah sampel yang diinginkan.

Bila dalam pengambilan samplel dalam satu keluarga ada dua balita maka yang diambil

(48)

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diambil dari wawancara langsung menggunakan

kuesioner dengan keluarga meliputi data yang terdiri dari indikator keluarga sadar gizi

meliputi: memantau berat badan balita, makan beraneka ragam (mengkonsumsi makanan

pokok, lauk pauk, sayur-sayuran dan buah), menggunakan garam beryodium, memberikan

ASI saja kepada bayi sampai umur 6 bulan (ASI eksklusif), memberikan kapsul vitamin A

pada balita. Menilai status gizi balita dengan menggunakan indeks berat badan menurut

umur (BB/U) yang dikonversikan pada baku rujukan disesuaikan dengan pedoman pada

daftar baku rujukan penilaian status gizi balita SK No.347/Menkes/IV/2008.

3.4.2. Data Sekunder

Data demografi meliputi data jumlah keluarga yang mempunyai anak balita yang

(49)

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.

Pada Penelitian ini terdapat dua variabel yang diukur yaitu Keluarga Sadar Gizi (X)

sebagai variabel bebas dan status gizi (Y) sebagai variabel terikat

3.5.1. Variabel Bebas (Independen)

1. Keluarga sadar gizi adalah keluarga yang telah melaksanakan 5 indikator keluarga

sadar gizi yaitu; memantau berat badan balita, makan beraneka ragam,

menggunakan garam beryodium, memberikan ASI eksklusif, memberikan kapsul

vitamin A pada balita.

2. Memantau berat badan balita adalah mengamati berat badan balita melalui kegiatan

penimbangan berat badan balita dengan menggunakan alat pengukur berat badan

(timbangan) dilakukan setiap bulan berturut-turut selama 4 sampai 6 bulan terakhir.

3. Makan beraneka ragam adalah: makan 2-3 kali sehari yang terdiri dari makanan

pokok, lauk pauk, sayur dan buah. Akan lebih baik jika aneka ragam makanan

dikonsumai setiap kali makan.

4. Memberikan ASI eksklusif adalah tindakan ibu dalam memberikan ASI saja kepada

bayi mulai sejak lahir hingga berumur 6 bulan, tanpa cairan lain seperti susu

formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti

pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim.

5. Menggunakan garam beryodium adalah menggunakan garam yang apabila diuji

dengan menggunakan test yodina berwarna ungu dan digunakan setelah makanan

(50)

6. Memberikan kapsul vitamin A adalah tindakan ibu dalam pemberian kapsul vitamin

A dosis tinggi 100.000 SI (kapsul biru) untuk balita umur 6-11 bulan dan vitamin A

dosis tinggi 200.000 SI (kapsul merah) untuk balita umur 12-59 bulan yang

diperoleh dari posyandu maupun sarana kesehatan lainnya.

3.5.2. Variable Terikat (Dependen)

Status gizi balita adalah suatu keadaan gizi balita yang di ukur dengan indeks

antropometri indikator BB/U berpedoman pada baku rujukan penilaian status gizi balita

SK No.347/ Menkes / IV/ 2008.

3.6Metode Pengukuran

a. Variabel Dependen

Pengukuran variabel dependen (status gizi balita) dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan skala ukur ordinal. Hasil penimbangan balita yang dilakukan dengan

timbangan dacin di bandingkan dengan umur Balita (BB/U), selanjutnya disesuaikan

dengan pedoman pada daftar baku rujukan penilaian status gizi balita SK

No.347/Menkes/IV/2008 yang terdiri dari satus gizi buruk, status gizi kurang, status gizi

baik dan stutus gizi lebih sebagaimana terlampir.

b. Variabel Independen

Pengukuran variabel independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memantau berat badan didasarkan pada skala ukur nominal dari satu pertanyaan yang

diajukan, dengan alternatif jawaban “ Ya ” dan “ Tidak” masing-masing alternatif

(51)

responden menjawab “ Tidak” diberi nilai 1 dan untuk observasi dapat dilihat pada

catatan KMS kemudian dikategorikan menjadi:

- Baik, jika balita ditimbang setiap bulan berturut-turut salama 4 – 6 bulan terakhir

ini (2)

- Tidak baik, jika balita tidak ditimbang setiap bulan berturut-turut selama 4 – 6 bulan

terakhir ini (1)

2. Makan beraneka ragam didasarkan pada skala ukur nominal dari satu pertanyaan yang

diajukan, dengan alternatif jawaban “ Ya ” dan “ Tidak” masing-masing alternatif

jawaban diberi bobot nilai, jika responden menjawab “Ya” diberi nilai 2 dan jika

responden menjawab “ Tidak” diberi nilai 1 dan untuk observasi dengan menanyakan

apa yang dikonsumsi keluarga setiap hari kemudian dikategorikan menjadi:

- Baik, jika mengkonsumsi makanan yang terdiri dari: makanan pokok, lauk pauk,

sayuran dan buah setiap hari (2)

- Tidak baik, jika tidak mengkonsumsi makanan yang terdiri dari: makanan pokok,

lauk pauk, sayur dan buah setiap hari (1)

3. Menggunakan garam beryodium didasarkan pada skala nominal dari satu pertanyaan

yang diajuakan, dengan alternatif jawaban “ Ya ” dan “ Tidak” masing-masing

alternatif jawaban diberi bobot nilai, jika responden menjawab “Ya” diberi nilai 2 dan

jika responden menjawab “ Tidak” diberi nilai 1 dan untuk observasi dilakukan dengan

mentest garam yang digunakan responden dan melihat tempat penyimpanannya,

(52)

- Baik, Jika ditest dengan yodina berwarna ungu digunakan setelah masakan matang,

dan disimpan pada wadah yang kering (tertutup) ditempatkan ditempat yang sejuk (2)

- Tidak baik, Jika ditest dengan yodina warna tidak berubah dan disimpan pada wadah

yang terbuka dan ditempatkan didekat kompor (1)

4. Memberikan ASI eksklusif didasarkan pada skala nominal dari satu pertanyaan yang

diajuakan dengan alternatif jawaban “ Ya ” dan “ Tidak” masing-masing alternatif

jawaban diberi bobot nilai, jika responden menjawab “Ya” diberi nilai 2 dan jika

responden menjawab “ Tidak” diberi nilai 1, dan dikategorikan menjadi:

- Baik, jika hanya diberikan ASI saja (ASI eksklusif) sesaat setelah bayi lahir

sampai berumur 6 bulan tanpa cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh,

air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu,

biskuit, bubur nasi, dan tim (2)

- Tidak Baik, jika memberikan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air

putih, dan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi,

dan tim selain ASI sebelum umur 6 bulan (1)

5. Memberikan vitamin A pada balita didasarkan pada skala ukur nominal dari satu

pertanyaan yang diajukan, dengan alternatif jawaban “ Ya ” dan “ Tidak”

masing-masing alternatif jawaban diberi bobot nilai, jika responden menjawab “Ya” diberi

nilai 2 dan jika responden menjawab “ Tidak” diberi nilai 1 dan untuk observasi dilihat

pada catatan KMS kemudian dikategorikan menjadi:

- Baik jika, - Balita umur 6-11 bulan mendapatkan kapsul vitamin A

(53)

- Balita umur 12- 59 bulan mendapatkan kapsul vitamin A

berwarna merah setiap bulan Februari dan Agustus (2)

- Tidak baik, - Balita umur 6-11 bulan tidak mendapatkan kapsul vitamin A

berwarna biru pada bulan Februari atau Agustus

- Balita umur 12- 59 bulan tidak mendapatakan kapsul vit A berwarna

merah setiap bulan Februari dan Agustus (1)

6. Tingkat Keluarga Sadar Gizi diukur dengan mentotalkan skor kelima indikator Kadarzi

yaitu; memantau berat badan balita, makan beraneka ragam, menggunakan garam

beryodium, memberikan ASI eksklusif, memberikan kapsul vitamin A pada balita.

- Kadarzi dikatakan baik jika responden mendapat skor 10

- Tidak baik jika responden mendapat skor < 10

3.7. Metode Analisis Data

1. Analisis Univariat yaitu analisa dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang

masing-masing variabel independen dan dependen dalam bentuk distribusi

frekwensi.

2. Analisis Bivariat yaitu analisis lanjutan untuk melihat hubungan variabel independen

dan dependen dengan menggunakan uji statistik chi-square dengan menggunakan

(54)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.3. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Labuhan Deli berada di Kecamatan Medan Marelan Kota Medan

Provinsi Sumatera Utara dengan, batas wilayah:

- Sebalah utara dengan Kecamatan Medan Belawan

- Sebelah selatan dengan Kelurahan Rengas Pulau

- Sebelah barat dengan Kelurahan Paya Pasir

- Sebelah timur dengan Kecamatan Medan Labuhan

Jumlah penduduk Kelurahan Labuhan Deli berdasarkan profil 2008 adalah 14. 225

jiwa, terdiri dari 7.984 kepala keluarga. Kelurahan Deli merupakan daerah pinggiran pantai

dengan pekerjaan kepala keluarga terbanyak adalah petani/nelayan yaitu 1.679 orang dan

pekerjaan lainnya: buruh sebanyak 505 orang, pegawai swasta sebanyak 377 orang, dan

guru sebanyak 32 orang.

Mayoritas suku penduduk Labuhan Deli adalah suku melayu, juga ada suku lain

misalnya Batak, Jawa dan Cina. Mayoritas penduduknya menganut agama Islam sebanyak

13.435 jiwa, Kristen Protestan 498 jiwa, Kristen Katolik sebanyak 75 jiwa dan Budha

sebanyak 214 jiwa.

Kelurahan Labuhan Deli memiliki 2 Puskesmas pembantu dan terdiridari 11

lingkungan, dimana setiap lingkungan dilakukan Posyandu satu kali dalam satu bulan yang

dilakukan kader dan tim penggerak PKK Kelurahan, serta petugas kesehatan dari

(55)

Pelaksanaan program Kadarzi di Kelurahan Labuhan Deli telah dimulai sejek

bulan November 2007. Kadarzi ini meliputi pemetaan Kadarzi dan konseling Kadarzi yang

di lakukan setiap enam bulan sekali. Pelaksana konseling Kadarzi, untuk pertama kali

konseling dilakukan oleh Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas bersama Tenaga

Penggerak Masyarakat (TPM) dan kader. Untuk selanjutnya konseling Kadarzi dilakukan

oleh kader dan TPM.

4.2 Karakteristik Balita

Dari hasil wawancara melalui kuesioner terhadap orang tua Balita di Kelurahan

Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan pada bulan Mei 2009, maka diketahui distribusi

karakteristik balita yang berupa jenis kelamin dan umur Balita, sebagai berikut pada Tabel

(56)

Tabel 4.1. Distribusi Balita Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan pada Tahun 2009

No Karakteristik Jumlah Persentase

Jenis Kelamin

1. Laki-laki 40 43,96

2. Perempuan 51 56,04

Total 91 100,00

Umur (bulan)

1. < 12 31 34,07

2. 12 – 23 27 29,67

3. 24 – 35 16 17,58

4. 36 – 47 13 14,29

5. > 48 4 4,40

Total 91 100,0

Balita yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 51 orang (56,04%) sedangkan

yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 40 orang (43,96%). Sebagian besar Balita (31

orang, 34,07%) berada pada kelompok umur kecil dari 12 bulan, sedangkan kelompok

umur Balita paling sedikit pada kelompok umur lebih dari 48 bulan yaitu sebanyak 4

orang ( 4,40%).

4.3Karakteristik Keluarga Berdasarkan Indikator Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap keluarga di Kelurahan

Labuhan Deli diperoleh gambaran Indikator Keluarga Sadar Gizi antara lain; memantau

berat badan balita, makan makanan beraneka ragam, menggunakan garam beryodium,

memberikan ASI eksklusif dan memberikan kapsul vitamin A, yang dapat dilihat pada tabel

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1 Sebaran Sampel Penelitian
Tabel 4.1. Distribusi Balita Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan pada Tahun 2009
Tabel 4.2.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis berdasarkan indikator keluarga sadar gizi pada keluarga yang memiliki balita gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Desa

HUBUNGAN PERILAKU KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN KLATEN.. Pendahuluan: Keluarga yang

Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Ibu Buruh Pabrik tentang Kadarzi (Keluarga Sadar Gizi) dengan Status Gizi Anak Balita (Studi di Kelurahan Pagersari,

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, meliputi data karakteristik sosial keluarga (pendidikan ibu, umur ibu dan jumlah anggota

perilaku sadar gizi pada keluarga balita usia 6-59 bulan di Desa Buran. Kecamatan Tasikmadu

HUBUNGAN ANTARA KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DENGAN TUMBUH KEMBANG BALITA DI POSYANDU BALITA DESA RAWALO KECAMATAN2. RAWALO

Dari hasil analisis berdasarkan indikator keluarga sadar gizi pada keluarga yang memiliki balita gizi kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang

Tulisan ini bertujuan untuk menyajikan informasi mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) keluarga tentang makanan beraneka ragam sebagai salah satu indikator keluarga