• Tidak ada hasil yang ditemukan

Determinan Tindakan Masyarakat dalam pemberantasan Malaria Di Kecamatan Tanjung Balai kabupaten Asahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Determinan Tindakan Masyarakat dalam pemberantasan Malaria Di Kecamatan Tanjung Balai kabupaten Asahan"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

DETERMINAN TINDAKAN MASYARAKAT DALAM

PEMBERANTASAN MALARIA DI KECAMATAN TANJUNG BALAI

KABUPATEN ASAHAN

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

RUMANTI SIAHAAN 057023015/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERNYATAAN

DETERMINAN TINDAKAN MASYARAKAT DALAM

PEMBERANTASAN MALARIA DI KECAMATAN TANJUNG BALAI

KABUPATEN ASAHAN

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 01 Februari 2008

(3)

Judul Tesis : DETERMINAN TINDAKAN MASYARAKAT DALAM PEMBERANTASAN MALARIA DI KECAMATAN TANJUNG BALAI KABUPATEN ASAHAN

Nama Mahasiswa : Rumanti Siahaan Nomor Induk Mahasiswa : 057023015

Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof.dr. Azhar Tanjung, SpPD-KP-KAI,SpMK) (Ir. Indra Chahaya S, MSi)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur SPs USU,

(Dr. Drs. Surya Utama, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)

(4)

Telah Diuji

Pada tanggal : 03 Maret 2008

Panitia Penguji Tesis

Ketua : Prof.dr. Azhar Tanjung, SpPD-KP-KAI,SpMK Anggota : Ir. Indra Chahaya S, MSi

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur bagi Tuhan Yesus, untuk semua kasih, berkat dan karyaNya dalam kehidupan penulis, begitu juga selama mengikuti perkuliahan di Pascasarjana USU sampai penulis menyelesaikan Tesis ini dengan judul : „Determinan Tindakan Masyarakat Dalam Pemberantasan Malaria Di Kecamatan Tanjung Balai

Kabupaten Asahan“. Penulisan tesis ini juga dapat terlaksana sampai selesai berkat peranan, dukungan, dan bantuan banyak pihak, mulai dari pengumpulan materi kepustakaan, penyusunan proposal, kolokium, penelitian di Kecamatan Tanjung Balai, seminar hasil penelitian sampai dengan ujian tesis. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang saya hormati :

1. Ibu Prof.Dr.Ir. T.Chairun Nisa B., MSc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana USU Medan.

2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS dan ibu Dr.Dra. Ida Yustina, MS selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana USU Medan.

3. Bapak Prof.dr.Azhar Tanjung,SpPD-KP-KAI,SpMK, sebagai Ketua Komisi Pembimbing dalam penulisan tesis ini, dan Ibu Ir.Indra Chahaya S.,MSi sebagai Anggota Komisi Pembimbing, yang telah meluangkan waktu dan memberikan banyak masukan sehingga tesis ini dapat selesai.

(6)

5. Para dosen pengajar di lingkungan Sekolah Pascasarjana USU, khususnya pada Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi.

6. Bapak dr. H.Armansyah selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan yang telah memberikan izin bagi peneliti melakukan penelitian di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan.

7. Bapak dr.H.Azhardi Nasution selaku Kepala Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan yang telah memberikan banyak dukungan dalam pelaksanaan penelitian ini.

8. Para teman sejawat di BTKL-PPM Kelas I Medan dan rekan-rekan mahasiswa di lingkungan Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan khususnya Konsentrasi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi.

9. Dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang juga berperan dalam proses penyelesaian tesis ini.

Melalui kesempatan ini, dengan kerendahan hati penulis khusus menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga dan hormat kepada Ayahanda Marisi Siahaan (Alm) dan Ibunda Tumiar Sibarani yang telah membimbing dan mendidik penulis sejak kecil dan senantiasa memberikan dukungan doa dan perhatian sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.

(7)

Siregar, harapan mama tesis ini menjadi pendorong bagi kalian untuk menjadi anak yang lebih baik, lebih bijak dan lebih sukses di masa depan. Penulis percaya ini semua karena Kasih dan Kemurahan Tuhan Yesus dan biarlah ini menjadi Kemuliaan bagiNya, Tuhan Yesus memberkati kita semua.

Penulis menyadari bahwa dalam tesis ini banyak kekurangan dan kelemahan, karena itu penulis mohon maaf dan harapan penulis tesis ini dapat menjadi acuan yang mendukung bagi peneliti-peneliti berikutnya dan semoga bermanfaat bagi banyak pihak, terima kasih.

Medan, 06 Maret 2008

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman PERNYATAAN

PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR... iv

RIWAYAT HIDUP... vii

ABSTRAK... viii

DAFTAR ISI.………. x

DAFTAR TABEL.………... xiii

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB1. PENDAHULUAN…...…………... 1

1.1. Latar Belakang…………... 1

2.1.2 Faktor-faktor Yang Berperan Dalam Penyebaran Malaria... 10

2.1.2.1. Agent Penyebab Infeksi... 10

2.1.2.2. Vektor Malaria... 13

2.1.2.3. Faktor Manusia... 15

2.1.2.4. Faktor Lingkungan... 17

2.1.3. Pencegahan Malaria………... 21

2.2. Program Pemberantasan Penyakit Malaria……….……... 23

2.3. Perilaku Masyarakat... 26

2.3.1. Determinan Perilaku Masyarakat... 27

2.3.2. Perilaku Kesehatan... 31

2.3.3. Perilaku Masyarakat dalam Pemberantasan Malaria... 32

2.3.4. Pendidikan Kesehatan untuk Mencegah Malaria... 35

2.4. Landasan Teori………... 36

2.5. Kerangka Konsep Penelitian... 38

BAB 3. METODE PENELITIAN... 39

(9)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 39

3.2.1. Lokasi Penelitian... 39

3.2.2. Waktu Penelitian... 39

3.3. Populasi dan Sampel………... 39

3.4. Metode Pengumpulan Data... 41

3.5. Variabel dan Definisi Operasional………...……. 42

3.6. Metode Pengukuran... 45

3.6.1. Tingkat Penghasilan..……….….. 45

3.6.2. Tingkat Pengetahuan... 45

3.6.3. Sikap... 46

3.6.4. Dukungan Sarana Pelayanan Kesehatan... 47

3.6.5. Upaya Petugas Kesehatan... 47

3.6.6. Tindakan Masyarakat... 48

3.7. Pengolahan dan Analisa Data... 48

BAB 4. HASIL PENELITIAN... 49

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian……….... 49

4.1.1. Kondisi Geografi………... 49

4.1.2. Demografi………..………... 49

4.1.2.1. Umur dan Jenis Kelamin…… ………... 49

4.1.2.2. Jenis Pekerjaan………... 50

4.1.2.3. Tingkat pendidikan……….... 51

4.2. Deskripsi Sarana Kesehatan, Tenaga Kesehatan dan Penyakit Malaria 52 4.2.1. Sarana Pelayanan Kesehatan………... 52

4.2.2. Tenaga Pelayanan Kesehatan……… 52

4.2.3. Kondisi Penyakit Malaria…...………... 53

4.3. Deskripsi Karakteristik Responden Penelitian... 54

4.4. Hasil Analisis... 56

4.4.1. Deskripsi Hasil Penelitian... ... 56

4.4.2. Hubungan Variabel Independen dengan Variabel Dependen... 58

4.4.3. Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen. 64 BAB 5. PEMBAHASAN... 66

5.1. Determinan Tindakan Masyarakat Dalam Pemberantasan Malaria….. 66

5.1.1. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tindakan Pemberantasan Malaria... 66

5.1.2. Hubungan Tingkat Penghasilan dengan Tindakan Pemberantasan Malaria... 67

5.1.3. Hubungan Status penduduk dengan Tindakan Pemberantasan Malaria... 68

5.1.4. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tindakan Pemberantasan Malaria... 69

(10)

5.1.6.Hubungan Dukungan Sarana Pelayanan Kesehatan dengan

Tindakan Pemberantasan Malaria... 71

5.1.7. Hubungan Upaya Petugas Kesehatan dengan Tindakan Pemberantasan Malaria... 72

5.2. Faktor Yang Paling Berpengaruh Terhadap Tindakan Masyarakat Dalam Pemberantasan Malaria di Kecamatan Tanjung Balai... 73

5.3. Keterbatasan Penelitian... 76

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN... 77

6.1. Kesimpulan... 77

6.2. Saran... 77

DAFTAR PUSTAKA... 81

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Jumlah Unit Sampel pada Setiap Desa Berdasarkan Proporsi... 41 3.2. Hasil Analisa Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian... 42 3.3. Variabel Dependen, Variabel Independen dan Definisi Operasional

Penelitian... 43 4.1. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

di Kecamatan Tanjung Balai Tahun 2007... 50 4.2. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan

di Kecamatan Tanjung Balai Tahun 2007... 51 4.3. Distribusi Penduduk Usia Sepuluh Tahun Keatas Menurut

Tingkat Pendidikan di Kecamatan Tanjung Balai Tahun 2007... 51 4.5. Jenis dan Jumlah Tenaga Pelayanan Kesehatan

di Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Tahun 2007... 52 4.6. Distribusi Penderita Malaria di Kecamatan Tanjung Balai

Menurut Waktu Penemuan Kasus Tahun 2006... 53 4.7. Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur, Jenis Pekerjaan

dan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Tanjung Balai Tahun 2007... 55 4.8. Distribusi Responden Menurut Tingkat Penghasilan, Tingkat

Pendidikan, Status Penduduk, Pengetahuan, Sikap di Kecamatan

Tanjung Balai Tahun 2007...………... 56 4.8. Distribusi Responden Menurut Dukungan Sarana Pelayanan

Kesehatan, Upaya Petugas Kesehatan, Tindakan Pemberantasan

Malaria di Kecamatan Tanjung Balai Tahun 2007...………... 57 4.9. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan

Tindakan Pemberantasan Malaria di Kecamatan Tanjung Balai... 59 4.10. Distribusi Responden Menurut Tingkat Penghasilan dan

(12)

4.11. Distribusi Responden Menurut Status Penduduk dan Tindakan

Pemberantasan Malaria di Kecamatan Tanjung Balai... 60 4.12. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan dan Tindakan

Pemberantasan Malaria di Kecamatan Tanjung Balai... 61 4.13. Distribusi Responden Menurut Sikap dan Tindakan

Pemberantasan Malaria di Kecamatan Tanjung Balai... 62 4.14. Distribusi Responden Menurut Pendapat Tentang Dukungan Sarana

Pelayanan Kesehatan dan Tindakan Pemberantasan Malaria

di Kecamatan Tanjung Balai... 63 4.15. Distribusi Responden Menurut Pendapat Tentang Upaya

Petugas Kesehatan dan Tindakan Pemberantasan Malaria

di Kecamatan Tanjung Balai... 63 4.16. Hasil Uji Regresi Logistik untuk Identifikasi Variabel

Independen Paling Berpengaruh Terhadap

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Hubungan Status Kesehatan dan Perilaku Kesehatan... 37 2. Kerangka Konsep Determinan Tindakan Masyarakat

dalam Pemberantasan Malaria di Kecamatan Tanjung Balai

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian... 85

2. Output Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian... 91

3. Surat Permohonan Melaksanakan Penelitian... 94

4. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian di Kecamatan Tanjung Balai... 95

5. Output Hasil Analisa Univariat... 96

6. Output Hasil Analisa Bivariat Chi Square Test ………. 98

(15)

ABSTRAK

Berbagai upaya pemberantasan malaria sudah dilakukan sejak awal kemerdekaan, namun hingga saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia. Kecamatan Tanjung Balai merupakan salah satu kecamatan endemis malaria, dari tahun 2000-2006 telah terjadi dua kali kejadian luar biasa (KLB) malaria. Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang determinan tindakan masyarakat dalam pemberantasan malaria di Kecamatan Tanjung Balai.

Dengan rancangan penelitian analitik observasional metode cross sectional, peneliti menganalisis determinan tindakan masyarakat dalam pemberantasan malaria di Kecamatan Tanjung Balai. Jumlah sampel adalah 178 orang dengan teknik pengambilan sampel adalah simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dengan menggunakan kuesioner. Metode analisa data yang digunakan adalah Chi Square Test dan regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Kecamatan Tanjung Balai mayoritas bekerja sebagai nelayan yaitu 76,26%, proporsi masyarakat yang melakukan tindakan kurang baik dalam pemberantasan malaria sebesar 67,4%. Ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, pengetahuan, sikap dan upaya petugas kesehatan dengan tindakan pemberantasan malaria (p value<0,05). Faktor yang dominan mempengaruhi tindakan masyarakat dalam pemberantasan malaria adalah tingkat pendidikan, tingkat penghasilan dan pengetahuan.

Tingkat pendidikan yang rendah memperkecil peluang masyarakat untuk mempunyai pekerjaan yang memberikan penghasilan yang cukup. Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan kurangnya pengetahuan sehingga pemahaman tentang pemberantasan malaria juga kurang. Kondisi ini menyebabkan buruknya tindakan masyarakat dalam pemberantasan malaria.

Disarankan pada pemerintah daerah/dinas kesehatan agar mengupayakan kegiatan surveilance epidemiologi berjalan dengan baik, memasukkan materi pelajaran kesehatan tentang perilaku hidup bersih dan sehat, pencegahan penyakit malaria serta pengelolaan lingkungan hidup melalui sarana pendidikan formal yang ada sebagai materi pelajaran lokal untuk menanamkan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan khususnya malaria sejak usia dini. Mengupayakan dana dan beasiswa bagi anak sekolah dari keluarga miskin. Pengembangan industri rumahan berbahan dasar ikan dan hasil laut lainnya. Penyebarluasan informasi melalui radio lokal, poster dan penyuluhan.

(16)

ABSTRACT

Various kinds of malaria controls have been done since beginning of freedom but malaria is still the main problem of community health in Indonesia. Tanjung Balai sub-district in Asahan district is one of the sub-district with malaria endemics. Two extraordinary incidents of malaria occured from 2000 to 2006. Based on this condition, it is imperative to do a research on the determinant of community practice for malaria control in Tanjung Balai sub-district.

This observational analitycal study with cross-sectional design was conducted to analyze the determinant of community practice for malaria control in Tanjung Balai sub-district. Total sample are 178 inhabitants of Tanjung Balai sub-district and the sampling technique is simple random sampling. The data needed for this study were obtained through distributing questionnaires and interviews. The data obtained were analyzed through Chi square Test and Logistic regression methods.

The result of this study shows that majority (76,26%) of the community of Tanjung Balai sub-district are fisherman, the proportion of community who poorlyacted in malaria control is 67,4%. There is significant relationship between the level of education, level of income, knowledge, attitude and the attempt of the health personnel with community practice (p > 0,05). The dominant factors which influence community practice are level of education, level of income and knowledge.

Low education level minimizes the opportunity of community to get an occupation with adequate salary. Low education level may result in less knowledge that the community does not understand much about malaria control. This condition makes the community poorly act in malaria control.

It is suggested that the local government and the health department district , to efforts the activity of epidemiology surveillance can be done good really, including the teaching material about clean and health behaviour, malaria prevention and management of environment as the material of local subject in formal education to increase the health concept and malaria kognitif as early as possible. Strove for donation and scholarship for students in the poor family. Developing fish and marine resources-based home industries and coastal fish ponds. Dissemination of information by local radio, poster and illumination.

(17)

R I W A Y A T H I D U P

Rumanti Siahaan dilahirkan di Dolok Tomuan Simalungun pada tanggal 12 Mei 1971 anak ke lima dari enam bersaudara dari pasangan Ayahanda Marisi Siahaan dengan Ibunda Tumiar Sibarani. Telah menikah dengan Ir. Lindon Siregar dan dikaruniai dua putera yang bernama Aldio Jeremi Siregar dan Calvin Timotius Siregar. Sekarang menetap di Jl. Lada Raya V N0. 18 Perumnas Simalingkar Medan.

Memulai pendidikan di SD Negeri 091479 Simalungun dari tahun 1977 – 1983, melanjutkan sekolah di SMP Negeri Tiga Balata Simalungun dari tahun 1983 – 1986, kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Swasta Sultan Agung Pematang Siantar dari tahun 1986 – 1989, melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU) Medan dari tahun 1989 – 1993.

(18)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai Visi ”Indonesia Sehat 2010” yaitu masa depan dimana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat, penduduknya berperilaku hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata, sehingga memiliki derajat kesehatan yang optimal (Depkes,2005a).

Untuk mempercepat tercapainya Indonesia Sehat 2010, pemberdayaan masyarakat dilaksanakan dalam bentuk berbagai gerakan, seperti Koalisi Indonesia Sehat, Gerakan Pemberantasan Kembali (Gebrak) Malaria, Gardunas TB, Gerakan Sayang Ibu, Gerakan Anti Madat serta Gerakan Pita Putih (Kesehatan Ibu) dan Gerakan Pita Merah (HIV/AIDS). Gebrak Malaria bertujuan untuk intensifikasi pemberantasan malaria dengan melibatkan berbagai sektor dan elemen masyarakat sehingga terjadi sinergisme antar berbagai program dan sektor pembangunan serta kegiatan masyarakat yang berpengaruh terhadap kinerja pemberantasan malaria (Depkes,2003a).

Berdasarkan data WHO(2004) diketahui bahwa penyakit malaria menduduki ranking 5 dari 10 penyakit utama penyebab kecacatan dan kematian di negara-negara paling miskin di dunia. Malaria dapat menyebabkan kesakitan dan kematian terhadap anak di bawah umur 5 tahun dan wanita hamil, Murphy (2005).

(19)

kemiskinan dan keterbelakangan. Sedangkan di Indonesia, malaria juga mempengaruhi Indeks Perkembangan Manusia (IPM) atau Human Development Index, merupakan penyebab meningkatnya angka kesakitan dan kematian, gangguan kesehatan ibu dan anak, intelegensia, produktivitas angkatan kerja, serta merugikan kegiatan pariwisata (Achmadi,2005).

Berbagai upaya pemberantasan malaria sudah dilakukan sejak awal kemerdekaan, namun hingga saat ini malaria masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat. Insidensinya semakin meningkat dan daerah yang terserang semakin luas. Kini malaria merupakan penyakit ”re emerging diseases atau new emerging diseases”(Achmadi, 2003). Dalam Depkes (2005b), untuk wilayah Jawa dan Bali peningkatan kasus dapat dilihat dari angka Annual Parasite Incidence (API) dari 0,12‰ tahun 1997 menjadi 0,81‰ tahun 2000, sedangkan untuk wilayah luar Jawa Bali terjadi peningkatan Annual clinical Malaria Incidence (AMI) dari 16,06‰ tahun 1997 menjadi 31,09‰ tahun 2000 dan meningkat menjadi 46,5‰ tahun 2003 .

(20)

Perilaku masyarakat dan sikapnya terhadap pengobatan juga sangat terkait dengan penularan malaria. Kebiasaan masyarakat dalam berpakaian, tidur diluar rumah, penggunaan obat anti nyamuk dan penggunaan kawat kasa untuk ventilasi/lubang dalam rumah sangat berpengaruh terhadap terjadinya penularan penyakit malaria (Achmadi, 2003).

Penyakit malaria menempati urutan ke tujuh dalam daftar 10 penyakit terbesar di propinsi Sumatera Utara. Selama tahun 2000 – 2005, rata-rata terjadi 51.000 kasus malaria klinis per tahun dengan jumlah kematian 9 – 10 orang per tahun. Terdapat beberapa kabupaten/kota yang mempunyai daerah endemis malaria di propinsi Sumatera Utara antara lain Nias, Nias Selatan, Mandailing Natal, Labuhan Batu, Asahan dan Tapanuli Selatan. Dari data Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, cakupan penderita malaria yang diobati sebesar 11%, angka ini sangat rendah dibandingkan dengan angka standar pelayanan minimal kabupaten/kota penderita malaria yang diobati yaitu sebesar 100% (Depkes, 2003d).

(21)

Angka Annual clinical Malaria Incidence (AMI) berdasarkan data laporan tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan selama lima tahun terakhir untuk kecamatan-kecamatan endemis adalah sebesar 14,98‰ (2002), tahun 2003 sebesar 9,33‰, tahun 2004 sebesar 7,27‰ dan tahun 2005 sebesar 6,75‰, sedangkan tahun 2006 meningkat kembali sebesar 16,1‰, angka tersebut cukup tinggi jika dibandingkan dengan Angka Indikator Indonesia Sehat 2010 yaitu 5‰, Depkes (2003b).

Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan lima tahun terakhir, di Kecamatan Tanjung Balai angka Annual clinical Malaria Incidence (AMI) tahun 2002 sebesar 14,02‰, tahun 2003 sebesar 10,44‰, tahun 2004 sebesar 7,30‰ dan tahun 2005 sebesar 9‰, sedangkan tahun 2006 meningkat sangat tajam sebesar 67‰. Sejak tahun 2003, angka tersebut diatas angka rata-rata kecamatan endemis, hal ini menunjukkan bahwa kecamatan Tanjung Balai merupakan salah satu penyumbang terbesar kasus malaria klinis di Kabupaten Asahan.

(22)

lingkungan dan kebiasaan masyarakat tidak menggunakan pelindung dari gigitan nyamuk saat keluar rumah pada malam hari.

Faktor-faktor yang mempengaruhi atau menentukan perilaku individu atau masyarakat, baik dari luar maupun dari dalam subjek disebut determinan perilaku (Notoatmodjo,2005a). Menurut Green dalam Sarwono (2004) dan Notoatmodjo (2005a), determinan perilaku mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu/masyarakat. Disamping faktor-faktor tersebut, ada faktor lingkungan fisik, ketersediaan sarana dan prasarana/fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan serta sikap dan perilaku petugas kesehatan dan tokoh masyarakat.

Teori ini didukung oleh penelitian Benthem et.al (2002) tentang pengetahuan dan tindakan dalam pencegahan dan pemberantasan malaria di desa endemis dan non endemis di Thailand Utara. Hasil penelitian Benthem et.al mengatakan bahwa penduduk yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang malaria, melakukan tindakan pencegahan dan pemberantasan yang lebih baik dibandingkan masyarakat dengan pengetahuan kurang.

(23)

baik 1,75 kali dibandingkan penduduk berpengetahuan buruk. Penduduk yang menyatakan upaya pemberantasan malaria sulit, mempunyai perilaku 1,63 kali lebih baik dari penduduk yang menyatakan mudah dalam upaya pemberantasan malaria. Begitu juga dengan hasil penelitian Ali Imran (2003) di Sabang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap masyarakat serta sikap tokoh masyarakat mempunyai hubungan dengan perilaku masyarakat dalam pemberantasan penyakit malaria.

Memperhatikan kondisi di Kecamatan Tanjung Balai tersebut dan hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan di berbagai tempat diatas , maka perlu dilakukan penelitian dan diharapkan mampu menjelaskan tentang determinan tindakan masyarakat dalam pemberantasan malaria, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar intervensi program pemberantasan penyakit malaria di Kabupaten Asahan, khususnya di Kecamatan Tanjung Balai.

1.2.Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tindakan masyarakat dalam pemberantasan malaria di Kecamatan Tanjung Balai.

1.3. Tujuan Penelitian

(24)

1.4. Hipotesis

1. Ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap tindakan masyarakat dalam pemberantasan malaria di kecamatan Tanjung Balai.

2. Ada pengaruh tingkat penghasilan terhadap tindakan masyarakat dalam pemberantasan malaria di kecamatan Tanjung Balai.

3. Ada pengaruh status penduduk terhadap tindakan masyarakat dalam pemberantasan malaria di kecamatan Tanjung Balai.

4. Ada pengaruh tingkat pengetahuan terhadap tindakan masyarakat dalam pemberantasan malaria di kecamatan Tanjung Balai.

5. Ada pengaruh sikap terhadap tindakan masyarakat dalam pemberantasan malaria di kecamatan Tanjung Balai.

6. Ada pengaruh dukungan sarana pelayanan kesehatan terhadap tindakan masyarakat dalam pemberantasan malaria di kecamatan Tanjung Balai.

7. Ada pengaruh upaya petugas kesehatan terhadap tindakan masyarakat dalam pemberantasan malaria di kecamatan Tanjung Balai.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi petugas kesehatan dalam memahami determinan tindakan masyarakat dalam pemberantasan malaria.

(25)

dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi masyarakat sehingga kasus prevalen/insiden malaria dapat diturunkan .

3. Bermanfaat sebagai informasi dasar dalam pengembangan ilmu pengetahuan tentang kesehatan komunitas/epidemiologi, khususnya manajemen penyakit malaria. 4. Bermanfaat sebagai dasar untuk penelitian lanjutan bagi peneliti - peneliti yang

(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina (Depkes, 2005b). Malaria diambil dari dua kata bahasa Italia, yaitu mal (buruk) dan area (udara) atau udara buruk, karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai beberapa nama lain, seperti demam roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kura dan paludisme (Prabowo,2004).

2.1.1. Gejala malaria

Menurut Achmadi (2005), gejala malaria secara umum adalah demam, pening, lemas, pucat (karena kurang darah), nyeri otot, chest pain, menggigil, suhu bisa mencapai 40°C terutama pada infeksi Plasmodium falciparum dan gejala-gejalanya terjadi secara bertahap yaitu :

1. Tahap demam menggigil atau stadium dingin (cold stage)

(27)

2. Tahap puncak demam (hot stage)

Berlangsung 2-6 jam, wajah memerah, kulit kering, nyeri kepala, denyut nadi keras, haus yang amat sangat terus menerus, mual hingga muntah. Pada tahap ini merupakan saat pecahnya schizon matang menjadi merozoit-merozoit yang beramai-ramai memasuki aliran darah untuk menyerbu sel-sel darah merah.

3. Stadium berkeringat

Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali.Hal ini bisa berlangsung 2 sampai 4 jam. Meskipun demikian, pada dasarnya gejala tersebut tidak dapat dijadikan rujukan mutlak, karena dalam kenyataannya gejala sangat bervariasi antar manusia dan antar Plasmodium.

Gejala malaria dalam kaitannya dengan pemberantasan malaria adalah demam, menggigil, berkeringat, dapat disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah. Malaria dengan komplikasi, gejalanya seperti gejala malaria ringan , disertai dengan salah satu gejala seperti, kejang, panas tinggi diikuti gangguan kesadaran (lebih dari 30 menit), mata kuning dan tubuh kuning, perdarahan di hidung, gusi atau saluran pencernaan, jumlah kencing kurang (oliguri), warna air kencing (urine) seperti air teh, kelemahan umum dan nafas sesak (Anies,2006).

2.1.2. Faktor-faktor yang berperan dalam penyebaran penyakit malaria

2.1.2.1 Agent penyebab infeksi

(28)

Genus Plasmodium yang menginfeksi manusia adalah P.vivax, P.ovale, P.malariae dan P.falciparum (Zein, 2005).

Dalam Anies (2006) dan Achmadi (2005) dikatakan bahwa ada 4 spesies plasmodium penyebab malaria pada manusia, yaitu:

1. Plasmodium vivax

Menyebabkan malaria tertiana, memiliki distribusi geografis terluas, termasuk wilayah beriklim dingin, subtropik sampai daerah tropik. Demam terjadi setiap 48 jam atau setiap hari ketiga pada waktu siang atau sore. Masa inkubasi P.vivax antara 12 hingga 17 hari dan salah satu gejala adalah pembengkakan limpa atau splenomegali. 2. Plasmodium falciparum

Menyebabkan malaria tropika atau disebut juga demam rimba (jungle fever), merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Masa inkubasi malaria tropika ini sekitar 12 hari, dengan gejala nyeri kepala, pegal linu, demam tidak begitu nyata serta kadang dapat menimbulkan gagal ginjal. Menurut Chin (2000), Plasmodium falciparum memberikan gambaran klinis yang sangat bervariasi seperti : demam, menggigil, berkeringat, batuk, diare, gangguan pernafasan, sakit kepala, dapat berlanjut menjadi ikterik, gangguan koagulasi, syok, gagal ginjal/hati, ensefalopati akut, edema paru dan otak, koma dan berakhir dengan kematian.

3. Plasmodium ovale

(29)

ringan dan sembuh sendiri. Dijumpai di Benua Afrika dan daerah Pasifik Barat, sedangkan di Indonesia dijumpai di Nusa Tenggara dan Irian Jaya.

4. Plasmodium malariae

Merupakan penyebab malaria quartana dengan gejala demam setiap 72 jam. Malaria jenis ini umumnya terdapat pada daerah gunung, dataran rendah pada daerah tropik. Biasanya berlangsung tanpa gejala dan malaria jenis ini sering mengalami kekambuhan.

Dalam kenyataannya, seringkali terjadi infeksi campuran, umumnya terjadi campuran antara Plasmodium falciparum dengan Plasmodium jenis lainnya. Pada masa inkubasi malaria, protozoa tumbuh di dalam sel hati. Beberapa hari sebelum gejala pertama terjadi, organisme tersebut menyerang dan menghancurkan sel darah merah, parasit tersebut terus berkembang sehingga menyebabkan timbulnya demam.

Ciri utama genus Plasmodium menurut Anies (2006) adalah adanya dua siklus hidup, yaitu :

1) Fase aseksual

Dimulai ketika nyamuk anopheles betina infektif menghisap darah manusia, sporozoit yang ada di kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran darah selama lebih kurang 30 menit. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit hati. Siklus ini disebut siklus eksoeritrositer yang berlangsung selama lebih kurang 2 minggu.

(30)

berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30 merozoit, tergantung spesiesnya). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus ini disebut siklus eritrositer.

2) Fase seksual

Saat nyamuk anopheles betina menghisap darah yang mengandung gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan betina melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit ini bersifat infektif dan siap di tularkan ke manusia.

2.1.2.2. Vektor Malaria

Penyakit malaria ditransmisikan oleh nyamuk hanya dari genus Anopheles. Saat ini telah berhasil diidentifikasi 422 spesies nyamuk Anopheles di seluruh dunia dan ada sekitar 70 spesies diantaranya dikonfirmasi memiliki kemampuan menularkan penyakit malaria (Myrna, 2003). Di Indonesia sendiri telah diidentifikasi ada 90 spesies dan 24 spesies diantaranya telah dikonfirmasi sebagai nyamuk penular malaria. Di setiap daerah dimana terjadi transmisi malaria biasanya hanya ada 1 atau paling banyak 3 spesies Anopheles yang menjadi vektor penting. Vektor-vektor tersebut memiliki habitat, mulai dari rawa-rawa, pegunungan, sawah, pantai dan lain-lain (Achmadi, 2005).

(31)

ketinggian lebih dari 2000-2500m. Menurut Myrna (2003), nyamuk anopheles betina membutuhkan minimal 1 kali memangsa darah agar telurnya dapat berkembang baik. Anopheles mulai menggigit sejak matahari terbenam (jam 18.00) hingga subuh dan puncaknya pukul 19.00-21.00. Menurut Prabowo (2004), jarak terbang anopheles tidak lebih dari 0,5-3 km dari tempat perindukannya. Jika ada tiupan angin yang kencang, bisa terbawa sejauh 20-30 km. Waktu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan (sejak telur sampai menjadi nyamuk dewasa) bervariasi antara 2-5 minggu, tergantung spesies, makanan yang tersedia dan suhu udara.

Menurut Achmadi (2005), secara umum nyamuk yang telah diidentifikasi sebagai penular malaria mempunyai kebiasaan makan dan istirahat yang bervariasi yaitu:

a) Zoofilik : nyamuk yang menyukai darah binatang. b) Anthropofilik : nyamuk yang menyukai darah manusia.

c) Zooanthropofilik : nyamuk yang menyukai darah binatang dan juga manusia. d) Endofilik : nyamuk yang suka tinggal di dalam rumah/bangunan. e) Eksofilik : nyamuk yang suka tinggal di luar rumah.

f) Endofagik : nyamuk yang suka menggigit di dalam rumah / bangunan. g) Eksofagik : nyamuk yang suka menggigit di luar rumah.

(32)

An.balabacensis. Hasil survey vektor yang dilakukan di Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan tahun 2006, jenis nyamuk Anopheles yang ditemukan adalah An.sundaicus. Nyamuk An.sundaicus ini adalah bersifat anthropofilik, memilih tempat istirahat di gantungan baju, di rumah-rumah, meski kadang-kadang dijumpai pula di luar rumah. Spesies ini memiliki daya jelajah terbang cukup jauh, yakni 3 km. Nyamuk ini memiliki habitat air payau, ekosistem pantai, jentik berkumpul di tempat yang tertutup oleh tanaman dan pada lumut yang mendapat sinar matahari langsung. Bekas galian pasir, muara sungai kecil yang tertutup pasir, tambak yang tidak dikelola merupakan tempat yang sangat ideal untuk perkembangbiakan An.sundaicus. An.sundaicus aktif menggigit antara pukul 22.00 hingga 01.00 dan lebih banyak menggigit orang di luar rumah daripada di dalam rumah. Namun demikian banyak pula yang masuk ke dalam rumah, menggigit dan beristirahat di dalam rumah. Perilaku istirahat nyamuk bervariasi antara wilayah di Indonesia, sehingga diperlukan data dasar berupa pengamatan bionomik nyamuk untuk setiap wilayah (Achmadi,2005).

2.1.2.3. Faktor Manusia

(33)

bahwa perempuan mempunyai respons imun yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki, namun kehamilan menambah risiko malaria. Malaria pada wanita hamil mempunyai dampak yang buruk terhadap kesehatan ibu dan anak, antara lain dapat mengakibatkan berat badan lahir rendah, abortus, partus prematur dan kematian janin intrauterin.

Faktor-faktor genetik pada manusia dapat mempengaruhi terjadinya malaria, dengan pencegahan invasi parasit ke dalam sel, mengubah respons immunologik atau mengurangi keterpaparan terhadap vektor. Beberapa faktor genetik yang bersifat protektif terhadap malaria ialah (Harijanto, 2000):

a. Golongan darah Duffy negatif

b. Hemaglobin S yang menyebabkan sickle cell anemia c. Thalasemia (alfa dan beta)

d. Hemoglobinopati lainnya (HbF dan HbE)

e. Defisiensi G-6-PD (glucose-6-phosphate dehydrogenase)

f. Ovalositosis (di Papua New Guinea dan mungkin juga di Irian Jaya)

Keadaan gizi agaknya tidak menambah kerentanan terhadap malaria. Ada beberapa studi yang menunjukkan bahwa anak yang bergizi baik justru lebih sering mendapat kejang dan malaria serebral dibandingkan dengan anak yang bergizi buruk. Akan tetapi anak yang bergizi baik dapat mengatasi malaria berat dengan lebih cepat dibandingkan anak bergizi buruk (Harijanto, 2000).

(34)

dan mengakibatkan 1,5-2,7 juta kematian, terutama di negara-negara di benua Afrika, Prabowo (2004).

2.1.2.4. Faktor lingkungan

Dalam Prabowo (2004) dikatakan bahwa malaria ditemukan di dunia tersebar pada wilayah 64° Lintang Utara (Rusia) sampai 32° Lintang Selatan (Argentina). Ketinggian yang memungkinkan parasit malaria hidup adalah 400 m dibawah permukaan laut (Laut Mati) dan 2500 m diatas permukaan laut (Bolivia). Malaria ditemukan hampir di seluruh bagian dunia, yang meliputi lebih dari 100 negara, terutama yang beriklim tropis dan sub tropis. Lingkungan berperan dalam pertumbuhan vektor penular malaria, menurut Harijanto (2000) ada beberapa faktor lingkungan yang sangat berperan yaitu :

1. Lingkungan fisik

Faktor geografi dan meteorologi di Indonesia sangat menguntungkan transmisi malaria di Indonesia. Pengaruh suhu ini berbeda pada setiap spesies. Pada suhu 26,7°C masa inkubasi ekstrinsik adalah 10-12 hari untuk P.falciparum dan 8-11 hari untuk P.vivax, 14-15 hari untuk P.malariae dan P.ovale.

a) Suhu

(35)

b) Kelembaban

Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk. Pada kelembaban yang lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria.

c) Hujan

Pada umumnya hujan akan memudahkan perkembangan nyamuk dan terjadinya epidemi malaria. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis dan deras hujan, jenis vektor dan jenis tempat perindukan. Hujan yang diselingi panas akan memperbesar kemungkinan berkembangbiaknya nyamuk anopheles.

d) Ketinggian

Ketinggian yang semakin naik maka secara umum malaria berkurang, hal ini berhubungan dengan menurunnya suhu rata-rata. Mulai ketinggian diatas 2000 m jarang ada transmisi malaria, hal ini dapat mengalami perubahan bila terjadi pemanasan bumi dan pengaruh El-Nino. Di pegunungan Irian Jaya yang dulu jarang ditemukan malaria kini lebih sering ditemukan malaria. Ketinggian maksimal yang masih memungkinkan transmisi malaria ialah 2500 m diatas permukaan laut (di Bolivia).

e) Angin

(36)

f) Sinar matahari

Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda. An.sundaicus lebih suka tempat yang teduh . An.hyrcanus spp dan An.pinctulatus spp lebih menyukai tempat yang terbuka. An.barbirostris dapat hidup baik di tempat yang teduh maupun yang terang.

g) Arus air

An.barbirostris menyukai perindukan yang airnya statis/mengalir lambat, sedangkan An.minimus menyukai aliran air yang deras dan An.letifer menyukai air tergenang. Hasil survey vektor di Kecamatan Tanjung Balai, tempat perindukan yang paling banyak ditemukan adalah parit dan perahu-perahu yang terbengkalai.

2. Lingkungan biologik

Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva karena ia dapat menghalangi sinar matahari atau melindungi dari serangan mahluk hidup lainnya. Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah, gambusia, nila, mujair dan lain-lain akan mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah.

3. Lingkungan kimiawi

(37)

4. Lingkungan sosial budaya

Kebiasaan masyarakat berada diluar rumah sampai larut malam, dimana vektor yang bersifat eksofilik dan eksofagik akan memudahkan gigitan nyamuk. Tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria akan mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk memberantas malaria antara lain dengan menyehatkan lingkungan, menggunakan kelambu, memasang kawat kasa pada rumah dan menggunakan anti nyamuk.

Aktivitas mandi berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lain, begitu juga dengan waktu pengambilan air bersih, ada pagi buta dan ada pada sore hari. Di beberapa daerah pegunungan, penduduk harus menuruni tebing untuk menuju sumber air, sedangkan penduduk pantai harus menyiapkan perahu pagi buta untuk mencari lobster. Di Sumatera menyadap karet sering dilakukan pada pagi hari, kebiasaan nonton televisi di rumah dan memelihara ternak di rumah. Hal tersebut memberi peluang penularan malaria (Achmadi, 2005). Di Kecamatan Tanjung Balai masih ada kebiasaan masyarakat berkumpul di luar rumah pada malam hari tanpa menggunakan pelindung dari gigitan nyamuk dan mayoritas masyarakatnya adalah nelayan yang mempunyai kebiasaan berangkat melaut pada malam hari.

(38)

tertular malaria 4 kali dibandingkan masyarakat yang tidak memiliki kebiasaan bekerja di luar rumah malam hari.

2.1.3. Pencegahan Malaria

Usaha pembasmian penyakit malaria di Indonesia belum mencapai hasil yang optimal karena beberapa hambatan, yaitu tempat perindukan nyamuk malaria yang tersebar luas, jumlah penderita yang sangat banyak, serta keterbatasan sumber daya manusia, infrastruktur, dan biaya. Oleh karena itu, usaha yang paling mungkin dilakukan menurut Prabowo (2004) adalah usaha-usaha pencegahan dan pemberantasan terhadap penularan malaria yaitu :

1. Mencegah gigitan nyamuk malaria

(39)

2. Memberantas jentik dan nyamuk malaria dewasa

Untuk memberantas jentik dan nyamuk malaria dewasa, dapat dilakukan beberapa upaya.

a. Penyemprotan rumah

Untuk daerah endemis malaria, penyemprotan rumah-rumah sebaiknya dilakukan dua kali dalam setahun dengan interval waktu 6 bulan.

b. Larvaciding

Merupakan kegiatan penyemprotan rawa-rawa yang potensial sebagai tempat perindukan nyamuk malaria.

c. Biological control

Merupakan kegiatan penebaran ikan kepala timah (Panchax-panchax) dan ikan guppy/wader cetul (Lebistus reticulatus) pada genangan-genangan air yang mengalir dan daerah persawahan. Ikan-ikan tersebut berfungsi sebagai pemangsa jentik-jentik nyamuk malaria.

3. Mengurangi tempat perindukan nyamuk malaria

(40)

4. Pemberian obat anti malaria

Obat anti malaria adalah untuk mencegah (profilaksis) terjadinya infeksi dan timbulnya gejala-gejala penyakit malaria.

2.2. Program Pemberantasan Penyakit Malaria

Kegiatan program pemberantasan penyakit malaria sesuai petunjuk pelaksanaan pemberantasan penyakit malaria dalam Depkes (1999) yaitu :

1. Penemuan penderita

(a) PCD (Passive Case Detection)

Penemuan penderita secara pasif dilakukan oleh semua Puskesmas atau Unit Pelayanan Kesehatan lainnya. Semua yang memiliki sarana pemeriksaan sediaan darah malaria diharuskan mengambil sediaan darah dari setiap penderita malaria klinis, tujuannya menemukan penderita secara dini untuk diberikan pengobatan klinis, memantau fluktuasi malaria serta sebagai alat bantu untuk menentukan musim penularan dan peringatan dini terhadap kejadian luar biasa (KLB).

(b) MS (Malariometrik Survei).

1) Malariometrik Survei Dasar (MSD).

(41)

2) Malariometrik Survei Evaluasi (MSE).

Dilaksanakan di lokasi desa sampel yang mewakili satu kabupaten yang terdapat kegiatan pemberantasan vektor. Tujuannya adalah untuk mengukur dampak kegiatan pemberantasan vektor, khususnya penyemprotan rumah di daerah prioritas.diluar Jawa-Bali. Waktu: pada saat puncak tertinggi fluktuasi kasus di wilayah tersebut.

2. Pengobatan penderita

Tujuan pengobatan secara umum adalah untuk mengurangi kesakitan, mencegah kematian, bila mungkin menyembuhkan penderita, dan mengurangi kerugian karena sakit malaria.

(a). Pengobatan malaria klinis adalah pengobatan penderita berdasarkan diagnosa klinis tanpa pemeriksaan laboratorium (SD).

(b). Pengobatan radikal adalah pengobatan penderita malaria berdasarkan diagnosa secara klinis dan pemeriksaan laboratorium sediaan darah.

(c). Pengobatan MDA (Mass Drug Administration) adalah pengobatan massal pada saat KLB, mencakup lebih dari 80% jumlah penduduk di daerah tersebut yang diobati. (d). Penatalaksanaan malaria berat, dilakukan di semua unit pelayanan kesehatan sesuai dengan kemampuan dan fasilitas yang ada.

(e). Profilaksis, adalah pengobatan pencegahan dengan sasaran warga transmigrasi, ibu hamil di daerah endemis malaria.

(42)

(a) Penyemprotan rumah, diprioritaskan pada desa potensi/rawan KLB, bertujuan untuk memutuskan penularan dengan cara memperpendek umur nyamuk sehingga tidak menghasilkan sporozoit di dalam kelenjar ludahnya.

(b) Pencelupan kelambu dengan insektisida, bertujuan untuk memutuskan penularan dengan cara mencegah gigitan dan membunuh nyamuk dewasa.

2) Terhadap larva (jentik)

(a) Biological control, penebaran ikan pemakan jentik dilakukan di desa daerah malaria yang terdapat tempat perindukan vektor potensial, airnya permanen dan cocok untuk perkembang biakan ikan pemakan jentik.

(b) Larvaciding bertujuan untuk menekan populasi vektor (jentik) untuk memutuskan/menekan penularan. Daerah sasaran: desa di daerah malaria yang menjadi daerah prioritas penanggulangan dan mempunyai vektor pantai (An.sundaicus, An. Subpictus) atau daerah-daerah lain yang lingkungannya memiliki banyak tempat perindukan yang potensial. Tempat perindukan nyamuk anopheles yang potensial yang ada di sekitar desa (jarak < 2 km dari desa).

(c) Pengelolaan lingkungan, pada desa di daerah malaria yaitu pembersihan lumut di kolam air tawar atau genangan air payau, pembersihan semak-semak di tebing sungai dan membuat saluran penghubung dari lagun ke laut atau penimbunan tempat perindukan.

(43)

petugas malaria propinsi, kabupaten dan puskesmas sedangkan pembangunan fisiknya (kontruksi) diusulkan pada Dinas PU setempat.

3) Survei pengetahuan sikap dan perilaku (PSP) masyarakat

Dilaksanakan di lokasi desa sampai yang mewakili satu wilayah (Puskesmas/Kabupaten) dengan penduduk yang perilakunya sama (homogen). Tujuannya, untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam kaitannya dengan efektifitas kegiatan pemberantasan vektor (penyemprotan rumah atau pemolesan kelambu) yang akan dilakukan di wilayah tersebut.

4) Pemetaan rumah

Kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengumpulkan data dasar yang diperlukan untuk penyemprotan rumah di lokasi yang akan disemprot, antara lain: luas rata-rata permukaan rumah yang akan disemprot, letak rumah dan kandang ternak .

2.3. Perilaku Masyarakat

Menurut Gillin dan Gillin yang dikutip Notoatmodjo (2005a), masyarakat merupakan kelompok manusia yang besar yang mempunyai kebiasaan, sikap, tradisi dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu memiliki pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil .

(44)

tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi objek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia.

Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan (Sarwono, 2004).

2.3.1. Determinan perilaku masyarakat

Teori Blum yang dikutip Notoatmodjo (2005a) mengatakan ada empat faktor yang mempengaruhi status kesehatan individu, kelompok dan masyarakat yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.

Determinan perilaku merupakan faktor-faktor yang menentukan atau mempengaruhi perilaku (individu, kelompok atau masyarakat) itu sendiri. Menurut Green dalam Notoatmodjo (2003b), perilaku ini ditentukan oleh tiga faktor utama, yakni :

a. Faktor predisposisi (predisposing factors)

(45)

b. Faktor pendukung/pemungkin (enabling factors)

Faktor pemungkin atau pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas, sarana atau prasarana yang mendukung atau memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Dalam Notoatmodjo (1993), dikatakan bahwa faktor pendukung ini termasuk juga aspek lingkungan fisik. Misalnya, keluarga yang tinggal dalam rumah dengan konstruksi yang tidak baik, dinding tepas dengan atap tanpa langit-langit, hal ini akan mempengaruhi keluarga tersebut dalam melakukan tindakan pemberantasan malaria, karena mereka akan beranggapan bahwa pemasangan kawat kasa pada ventilasi rumah tidak bisa mencegah masuknya nyamuk ke dalam rumah.

c. Faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku, untuk berperilaku sehat diperlukan contoh dari para tokoh masyarakat seperti, lurah, dokter (tenaga kesehatan), camat dan lain-lain. Disamping itu, juga perlu peraturan dan undang-undang.

Respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Meskipun stimulus sama pada beberapa orang, namun respons tiap-tiap orang berbeda. Determinan perilaku, menurut Notoatmodjo (2003b) dapat juga dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Faktor internal

(46)

tersebut menunjukkan bahwa penduduk usia muda mempunyai pengetahuan tentang malaria 3,9 kali dibandingkan penduduk usia tua. Sedangkan tingkat pengetahuan penduduk wanita tentang malaria 2 kali dibandingkan penduduk laki-laki.

b. Faktor eksternal

Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan lain sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

Perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom dalam Notoatmodjo (2003a), membagi perilaku manusia itu ke dalam 3 domain yakni : a) kognitif, b) afektif, c) psikomotor.

a) Kognitif (Pengetahuan)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah proses penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Perilaku baru atau adopsi perilaku yang didasari pengetahuan, kesadaran dan sikap positif akan bersifat langgeng (long lasting). Sedangkan perilaku yang tidak didasari pengetahuan dan kesadaran tidak akan berlangsung lama.

b) Attitude (Sikap)

(47)

komponen pokok yaitu : 1) kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek. 2) kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3) kecenderungan untuk bertindak. Dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Menurut Berkowitz dalam Azwar (2007), sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) .

c) Practice (tindakan)

Sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Agar sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor-faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas, dukungan (support) pihak lain dan lain-lain.

Praktek atau tindakan mempunyai beberapa tingkatan, yakni: 1) Persepsi, mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. 2) Respons terpimpin, dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah indikator praktek tingkat dua. 3) Mekanisme, dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis dan sudah berupa kebiasaan adalah praktek tingkat tiga. 4) Adopsi tindakan yang sudah berkembang dengan baik, sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan (Notoatmodjo ,2003b).

(48)

malaria, sedangkan ibu dengan pengetahuan tinggi hanya 9%. Ibu dengan pengetahuan rendah mempunyai risiko 6,47 kali mengalami kejadian malaria pada anaknya dibandingkan ibu yang mempunyai pengetahuan tinggi. Ibu dengan sikap kurang mempunyai risiko 2,42 kali mengalami kejadian malaria pada anaknya dibandingkan ibu dengan sikap yang baik. Sedangkan ibu yang mempunyai tindakan kurang mempunyai risiko 3,05 kali mengalami kejadian malaria pada anaknya dibandingkan ibu dengan tindakan baik. Sedangkan ibu keluarga dengan penghasilan rendah berisiko 3,52 kali mengalami kejadian malaria pada anaknya dibandingkan ibu dari keluarga dengan penghasilan tinggi.

2.3.2. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2005a).

Perilaku kesehatan dalam Notoatmodjo (2003b) dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu:

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance)

(49)

a) Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

b) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat sehingga dapat mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

c) Perilaku gizi, makanan dan minuman dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan tetapi dapat juga menjadi penyebab menurunnya kesehatan bahkan dapat mendatangkan penyakit.

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan (perilaku pencarian pengobatan)

Menyangkut upaya/tindakan seseorang saat sakit/kecelakaan, mulai dari mengobati sendiri, dukun, mantri, dokter bahkan pencarian pengobatan sampai ke luar negeri.

3. Perilaku kesehatan lingkungan

Cara seseorang merespons lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi/mengganggu kesehatannya, keluarga dan masyarakat.

2.3.3. Perilaku masyarakat dalam pemberantasan malaria

(50)

Indonesia Sehat 2010, maka pemberdayaan masyarakat merupakan cara yang paling tepat untuk menumbuhkan dan mengembangkan norma yang membuat masyarakat mampu untuk berperilaku hidup bersih dan sehat dalam penanggulangan penyakit malaria (Depkes, 2003c).

Berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat, menurut Depkes (2003c) perlu diidentifikasi perilaku kelompok-kelompok sasaran yaitu :

1. Sasaran primer adalah kelompok sasaran di daerah bermasalah malaria yang diharapkan mampu berperilaku sehat dalam upaya penanggulangan malaria. Contoh: balita, ibu hamil, usia produktif, pekerja (petani/nelayan di daerah pertanian/perikanan).

2. Sasaran sekunder adalah kelompok sasaran yang mempengaruhi perilaku kelompok sasaran primer (melatih, mendukung , memotivasi). Contoh: penyelenggara kesehatan, kepala keluarga, tokoh masyarakat, tokoh agama, kader, selebritis)

3. Sasaran tersier adalah para pembuat dan pengambil keputusan, penyandang dana, yang memungkinkan terlaksananya kegiatan promosi Gebrak malaria. Contoh : Bupati/Walikota, Bappeda, Pejabat lintas sektor, Badan Usaha, Lembaga-lembaga keagamaan .

(51)

Bentuk perilaku berkaitan dengan kejadian malaria sebagaimana disebutkan oleh Mantra adalah:

Perilaku ideal berkaitan dengan pencegahan malaria adalah:

a. Malam hari berada di dalam rumah, bila keluar rumah selalu menggunakan obat anti nyamuk oles (repellent) dan atau mengenakan pakaian yang tertutup.

b. Menggunakan obat anti nyamuk terutama di malam hari. c. Menggunakan kelambu waktu tidur terutama di malam hari.

d. Memasukkan pakaian bersih ke dalam lemari (tempat tertutup), tidak menggantungkan pakaian bekas di dalam kamar/rumah.

e. Mengupayakan keadaan dalam rumah tidak gelap dan lembab dengan memasang genting kaca dan membuka jendela pada siang hari.

f. Memasang kawat kasa di semua lobang/ventilasi dan jendela untuk mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah.

g. Membuang air limbah di saluran air limbah agar tidak menyebabkan genangan air yang menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk.

h. Membersihkan rumput di tepi saluran pembuangan limbah dan di sekitar rumah. i. Menjauhkan kandang ternak dari rumah/tempat tinggal.

j. Menanam padi secara serempak, tidak terus menerus, diselingi dengan palawija. k. Merawat tambak-tambak ikan dan membersihkan lumut yang ada di permukaan

(52)

l. Membunuh jentik nyamuk dengan menebarkan ikan pemakan jentik (kepala timah, gupi, mujair) pada mata air, saluran irigasi tersier, daun sawah, anak sungai yang dangkal, sawah bertingkat, rawa-rawa pantai, tambak ikan yang tidak terpelihara. m. Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obat anti larva pada genangan

air.

n. Melestarikan hutan bakau di rawa-rawa sepanjang pantai.

Sedangkan perilaku ideal berkaitan dengan pengobatan malaria adalah: a. Bersedia diperiksa sediaan darah.

b. Minum obat sesuai anjuran petugas kesehatan.

Perilaku sekarang adalah perilaku yang dilakukan saat ini yang dapat diidentifikasi melalui observasi langsung atau wawancara baik langsung atau tidak langsung. Perilaku ini bisa sesuai atau bertentangan dengan perilaku ideal atau perilaku yang diharapkan.

2.3.4. Pendidikan kesehatan untuk mencegah malaria

Pendidikan kesehatan untuk mencegah malaria, menurut Achmadi (2003), perlu dikembangkan sejak usia dini dengan pengetahuan dan keterampilan tentang pengelolaan lingkungan hidup, perilaku hidup bersih dan sehat dengan mengembangkan hal-hal sebagai berikut :

1. Penyuluhan yang berbasis sumber daya/budaya lokal

(53)

sama dalam menanggulangi penyebaran malaria di wilayahnya dan tidak hanya tergantung pada petugas kesehatan.

2. Perilaku hidup bersih dan sehat

Upaya pencegahan penyebaran malaria yang efektif harus dimulai dengan memberikan kesadaran dan pemahaman terhadap masyarakat tentang malaria, pencegahan, pengobatan dan perawatan penderita yang baik dan benar. Malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk, maka perilaku penggunaan kelambu, obat nyamuk dan kebersihan lingkungan harus ditanamkan bagi masyarakat.

2.4. Landasan Teori

(54)

Bagan 1 : Hubungan Status Kesehatan dan Perilaku Kesehatan

Status Kesehatan Lingkungan Pelayanan

Kesehatan

H e r e d i t e r

Faktor Penguat : -Sikap petugas -Perilaku petugas Faktor Predisposisi:

-Pengetahuan -Sikap -Kepercayaan -Tradisi -Nilai dll

P e r i l a k u

Faktor Pemungkin: -Kondisi lingkungan

(55)

2.5. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan beberapa kajian teori , maka kerangka konsep penelitian yang disusun adalah sebagai berikut :

Bagan 2. Kerangka Konsep Determinan Tindakan Masyarakat Dalam Pemberantasan Malaria di Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan.

Faktor Pemungkin: - Dukungan sarana

pelayanan kesehatan Faktor Predisposisi : - Tingkat Pendidikan - Tingkat Penghasilan - Status penduduk - Tingkat Pengetahuan - Sikap

Tindakan

Masyarakat Dalam Pemberantasan Malaria

Faktor Penguat : - Upaya petugas

kesehatan

(56)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.8. Jenis Penelitian

Rancangan penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional menggunakan metode cross sectional. Observasi atau pengukuran variabel dilakukan hanya satu kali dan dalam waktu yang bersamaan. Menurut Sastroasmoro (1995), rancangan penelitian cross sectional dapat menggunakan masyarakat umum sebagai populasi.

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1.Lokasi penelitian

Lokasi penelitian adalah Kecamatan Tanjung Balai. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah Kecamatan Tanjung Balai merupakan daerah endemis malaria di Kabupaten Asahan , dengan angka Annual clinical Malaria Incidence (AMI) tahun 2006 sangat tinggi yaitu 67‰ dan di kecamatan ini telah terjadi kejadian luar biasa (KLB) malaria yang berulang.

3.2.2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Maret sampai dengan bulan Desember tahun 2007.

3.3.Populasi dan Sampel

(57)

Rangka pengambilan sampel adalah daftar keluarga yang ada di Kecamatan Tanjung Balai dan unit pengambilan sampel adalah setiap keluarga. Besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus untuk uji hipotesis satu sampel (Lameshow, 1997).

{Z

1

-

Po (1- Po) + Z

1

-

ß

Pa (1-Pa) }

2

n =

(Pa – Po)

2

ß = Kekuatan uji yang diinginkan adalah sebesar 90%, maka ß = 0,1. = Tingkat kepercayaan yang diinginkan adalah 95% atau = 0,05.

Po = Proporsi penderita malaria klinis yang ada yaitu diperoleh dari angka AMI kecamatan Tanjung Balai sebesar 67‰.

Pa = Proporsi penderita malaria klinis yang diharapkan di kecamatan Tanjung Balai yaitu 22‰.

n = Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian.

{Z1- √ Po (1- Po) + Z1- ß√ Pa (1-Pa) }2

n =

(Pa – Po)2

{1,645 √ 0,067 (1- 0,067) + 1,282 √ 0,022 (1-0,022) }2 n =

(0,022 – 0,067)2

(58)

sampel, digunakan teknik simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana (Notoatmodjo, 2005b).

Tabel 3.1

Jumlah Unit Sampel Pada Setiap Desa Berdasarkan Proporsi

No. Desa Jumlah KK Proporsi (%) Jumlah Unit Sample

1. Bagan Asahan Induk 1515 19,1 34

2. Bagan Asahan Pekan 1150 14,5 26

3. Bagan Asahan Baru 1209 15,3 27

4. Asahan Mati 493 6,2 11

5. Sei Apung 915 11,5 21

6. Sei Apung Jaya 1044 13,2 23

7. Kapias Batu VIII 725 9,1 16

8. Pematang Sei Baru 874 11,1 20

Jumlah 7925 100 178

Responden dalam penelitian ini adalah bapak atau ibu rumah tangga dengan pertimbangan bahwa bapak/ibu merupakan pengambil keputusan dan yang mengetahui setiap aktifitas yang terjadi dalam rumah tangga.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Pengumpulan data primer adalah dengan melakukan wawancara langsung terhadap responden dengan berpedoman pada kuesioner terstruktur yang telah dipersiapkan. Sebelum kuesioner tersebut digunakan pada penelitian ini, telah dilakukan uji coba di lapangan (uji validitas dan reliabilitas) untuk melihat ketepatan dan konsistensi kuesioner tersebut dalam mengukur variabel-variabel penelitian (Notoatmodjo, 2005b).

(59)

orang yang berasal dari populasi penelitian yaitu masyarakat Kecamatan Tanjung Balai. Data yang diperoleh dari uji coba kuesioner diolah dengan menggunakan program komputer, hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2

Hasil Analisa Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Nilai r Nilai Alpha

No. Instrumen

min max min max total

r tabel =5% df=N-2 1. Tingkat Pengetahuan 0,460 0,882 0,909 0,930 0,925

2. Sikap 0,814 0,925 0,973 0,976 0,977

3. Dukungan Sarana Pelayanan Kesehatan

0,800 0,958 0,928 0,955 0,954

4. Upaya Petugas

Kesehatan

0,754 0,920 0,944 0,958 0,957 5. Tindakan Masyarakat 0,744 0,897 0,955 0,961 0,962

0,444

Pada tabel 3.2 digambarkan nilai r dan nilai Alpha hasil uji validitas dan reliabilitas. Pengolahan data uji coba kuesioner tersebut menghasilkan nilai r hasil dan nilai Alpha lebih besar dari nilai r tabel. Berdasarkan tabel r dengan taraf signifikan 5% dengan menggunakan rumus df = N-2, maka nilai r tabel adalah 0,444. Hal ini bermakna bahwa pertanyaan-pertanyaan dalam instrumen penelitian valid dan reliabel.

3.5.Variabel dan Definisi Operasional

(60)

Tabel 3.3

Variabel Dependen, Variabel Independen dan Definisi Operasional Penelitian

No Variabel Defenisi Operasional Cara dan Alat Ukur

Tindakan nyata yang dilakukan responden dalam pemberantasan

malaria, yaitu penggunaan kasa nyamuk, obat anti nyamuk, kelambu, pakaian tertutup saat keluar malam hari, pembersihan rumah dan lingkungan dari tempat

perindukan & formal yang pernah dilalui responden sampai memperoleh tanda tamat sekolah

Wawancara (kuesioner)

1.Rendah (dibawah/ tamat SLTP) 2.Sedang (tamat

SLTA dari hasil pekerjaan utama maupun tentang sudah berapa lama tinggal di kecamatan Tanjung Balai. Jika > 2 tahun adalah penduduk lama,

(61)

Tabel 3.3

Variabel Dependen, Variabel Independen dan Definisi Operasional Penelitian ( L a n j u t a n )

No Variabel Defenisi Operasional Cara dan Alat Ukur pengertian responden tentang penyakit malaria, gejala, cara

penularan, tempat perindukan & peristirahatan

nyamuk, pencegahan dan penanganan penderita

5. Sikap Respon dari responden

terhadap pernyataan yang

diajukan tentang pemberantasan malaria yang

meliputi penyuluhan, penyemprotan rumah, penggunaan kawat kasa & kelambu, kebersihan rumah & lingkungan, penanganan anggota keluarga yang sakit malaria. Sikap dilihat dari sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju atau sangat tidak setuju terhadap pernyataan tersebut.

Pendapat responden tentang keadaan sarana pelayanan kesehatan, mencakup jarak,

alat transportasi, keterjangkauan, informasi

yang ada tentang malaria.

Wawancara

Pendapat responden tentang upaya yang telah dilakukan oleh petugas kesehatan untuk pemberantasan malaria

yaitu penyuluhan, penyemprotan, pembagian

kelambu, himbauan gotong royong, pembersihan rumah

(62)

3.6.Metode Pengukuran

Untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap, upaya petugas kesehatan, kondisi lingkungan tempat tinggal, dukungan sarana pelayanan kesehatan dan tindakan masyarakat adalah dengan sistem skoring dan pembobotan :

3.6.1. Tingkat penghasilan

Pengukuran tingkat penghasilan keluarga adalah berdasarkan upah minimum kabupaten/propinsi (UMK/UMP) Sumatera Utara yaitu sebesar Rp.765.000,-. Diatas nilai upah minimum kabupaten (UMK), maka penghasilan responden atau keluarga dikategorikan tinggi, sedangkan kategori rendah apabila penghasilan keluarga dibawah nilai upah minimum kabupaten (UMK).

3.6.2.Tingkat pengetahuan

Untuk mengukur tingkat pengetahuan digunakan skala ordinal dengan dua kategori yaitu baik dan kurang. Untuk memperoleh kategori baik dan kurang yaitu dengan menggunakan sistem pembobotan (skoring).

Jumlah pertanyaan untuk mengukur tingkat pengetahuan ada 10 pertanyaan dengan total skor sebesar 20, dengan kriteria sebagai berikut :

Setiap pertanyaan memiliki 3 pilihan jawaban yaitu sebagai berikut : a. Jawaban a diberikan skor 2 (dua)

b. Jawaban b diberikan skor 1 (satu) c. Jawaban c diberikan skor 0 (nol)

(63)

1. Baik, apabila jawaban responden memiliki total skor ≥75% dari 10 pertanyaan yang diajukan.

2. Kurang, apabila jawaban responden memiliki total skor < 75% dari 10 pertanyaan yang diajukan.

3.6.3. Sikap

Pengukuran sikap dilakukan dengan mengajukan 11 pernyataan dan masing-masing pernyataan diberikan 5 pilihan jawaban sikap, dengan total skor sebesar 55. Kriteria pilihan jawaban sikap adalah sebagai berikut :

Setiap pernyataan diberikan skor untuk masing-masing pilihan jawaban sikap yaitu :

a.Sangat Setuju diberikan skor 5 (lima) b.Setuju diberikan skor 4 (empat) c.Netral diberikan skor 3 (tiga)

d.Tidak Setuju diberikan skor 2 (dua).

e.Sangat Tidak Setuju diberikan skor 1 (satu).

Berdasarkan total skor jawaban sikap dari 11 pernyataan yang diajukan, maka sikap responden digolongkan dalam 2 kategori yaitu :

1. Positif, apabila jawaban responden memiliki total skor ≥75% dari 11 pernyataan yang diajukan.

(64)

3.6.4. Dukungan sarana pelayanan kesehatan

Dukungan sarana pelayanan kesehatan diukur dengan menggunakan pertanyaan yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan yang diajukan sebanyak 5 dan masing-masing pertanyaan diberikan 2 pilihan jawaban dengan total skor adalah 5. Kriteria pilihan jawaban adalah sebagai berikut :

1. Jawaban a diberikan skor 1 (satu) 2. Jawaban b diberikan skor 0 (nol)

Berdasarkan total skor dari 5 pertanyaan yang diajukan, dukungan sarana pelayanan kesehatan diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu :

1. Baik, bila skor total ≥75% dari 5 pertanyaan yang diajukan. 2 Kurang, bila skor total <75% dari 5 pertanyaan yang diajukan.

3.6.5. Upaya petugas kesehatan

Variabel upaya petugas kesehatan diukur berdasarkan 7 pertanyaan, dengan total skor adalah 7. Masing-masing pertanyaan mempunyai 2 pilihan jawaban dengan kriteria sebagai berikut :

1. Jawaban a diberikan skor 1 (satu) 2. Jawaban b diberikan skor 0 (nol)

Berdasarkan total skor dari 7 pertanyaan yang diajukan, upaya petugas kesehatan diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu :

(65)

3.6.6. Tindakan masyarakat

Tindakan responden diukur dengan mengajukan 10 pertanyaan yang telah diberi skor. Masing-masing diberikan 2 pilihan jawaban dengan total skor sama dengan 10. Kriteria pilihan jawaban tindakan adalah sebagai berikut :

1. Jawaban a diberikan skor 1 (satu) 2. Jawaban b diberikan skor 0 (nol)

Berdasarkan total skor dari 10 pertanyaan tersebut, maka tindakan responden diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu :

1. Baik, bila responden memiliki total skor ≥ 75% dari 10 pertanyaan yang diajukan. 2. Kurang, bila responden memiliki total skor < 75% dari 10 pertanyaan yang

diajukan.

3.7. Pengolahan dan Metode Analisa Data

(66)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

4.1.1. Kondisi Geografi

Secara administratif Kecamatan Tanjung Balai merupakan salah satu dari 20 kecamatan yang ada di Kabupaten Asahan Propinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayahnya sebesar 6.020 Ha dan merupakan wilayah kerja Puskesmas Sei Apung, dimana terdiri dari 8 desa dan 63 dusun.

Secara geografis letak Kecamatan Tanjung Balai, disebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka dan Kecamatan Sei Kepayang, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sei Kepayang dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Air Joman dan Kota Tanjung Balai. Perjalanan dari ibukota Kabupaten Asahan yaitu Kisaran ke Kecamatan Tanjung Balai harus melalui Kota Tanjung Balai dengan waktu tempuh menggunakan angkutan umum sekitar 1 jam.

4.1.2. Demografi

4.1.2.1. Umur dan Jenis kelamin

Gambar

Tabel 3.1  Jumlah Unit Sampel Pada Setiap Desa Berdasarkan Proporsi
Tabel 3.2  Hasil Analisa Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Tabel 3.3 Variabel Dependen, Variabel Independen dan Definisi Operasional Penelitian
Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi petambak dalam memilih pola

dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Evaluasi Sistem Pelaksanaan Program Pengendalian Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei

Penelitian ini merupakan survey analitik dengan pendekatan cross sectional dengan pemeriksaan kuesioner untuk mengukur tindakan pencegahan malaria dan lembar

Penelitian ini dilakukan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik yaitu untuk mengetahui pengaruh determinan (pengetahuan, sikap, dukungan kelurga,

Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan (sesuai dengan metode yang digunakan).. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air

Dari hasil penilitian yang dilakukan penulis bahwa realita dilapangan tentang peran Dinas sosial dalam penanganan kemiskinan dikecamatan Tanjung Balai Asahan masih kurang

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi petambak dalam memilih pola

Selain itu, PSM dalam program pem- berantasan malaria juga dipengaruhi oleh variabel pengetahuan, juga diduga di- pengaruhi oleh variabel sikap ke- percayaan dan keyakinan