• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Metanol Dan NaOH Terhadap Rendemen Dan Mutu Minyak Jarak Sebagai Substitusi Bahan Bakar Solar (Jatropha curcas L)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Metanol Dan NaOH Terhadap Rendemen Dan Mutu Minyak Jarak Sebagai Substitusi Bahan Bakar Solar (Jatropha curcas L)"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH METANOL DAN NaOH TERHADAP

RENDEMEN DAN MUTU MINYAK JARAK SEBAGAI

SUBSTITUSI BAHAN BAKAR SOLAR

(Jatropha curcas L.)

SKRIPSI

OLEH:

GANDA PUTRA TURNIP

030305013/THP

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PENGARUH METANOL DAN NaOH TERHADAP

RENDEMEN DAN MUTU MINYAK JARAK SEBAGAI

SUBSTITUSI BAHAN BAKAR SOLAR

(Jatropha curcas L.)

SKRIPSI OLEH:

GANDA PUTRA TURNIP 030305013/THP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Teknologi Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul Skripsi : Pengaruh Metanol dan NaOH Terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Jarak Sebagai Substitusi Bahan Bakar Solar (Jatropha curcas L.)

Nama : Ganda Putra Turnip Nim : 030305013 Departemen : Teknologi Pertanian Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ir. Satya R. Siahaan Ir. A. Halim Sulaiman, M.Sc Ketua Anggota

Mengetahui

Ir. Saipul Bahri Daulay, M. Si Ketua Departemen

(4)

ABSTRAK

THE EFFECT OF METHANOL AND NaOH ON THE RENDEMENT AND QUALITY JATROPHA OIL AS THE SUBSTITUTION OF THE DIESEL FUEL

This research was aimed to know the effect of methanol and NaOH on the rendement and quality jatropha oil as the substitution of the diesel fuel . The research had been performed using factorial completely randomized design (CDR) with two factors, i.e. methanol (L) : (10, 15, 20, 25 %) and NaOH (S): (0.5, 0.1, 1.5, 2.0 %). Parameters analyzed were rendement, moisture content, free fatty acid content, peroxide number, and viskosity.

The result showed that the methanol had highly signficant effect on the rendement that resulted, free fatty acid content, peroxide number, and viscosity, but did not showed a significant effect on moisture content. NaOH had highly significant effect on the rendement, moisture content, free fatty acid content, peroxide number, and viskosity. The combination of the methanol and NaOH had highly signficant effect on the rendement, but did not showed a significant effect on moisture content, free fatty acid content, peroxide number, and viscosity. Methanol 25 % and NaOH 2 % a give the best and acceptable quality biodiesel as the substitution of the diesel fuel.

GANDA PUTRA TURNIP

NAMA

JULI, 2008

DATE

(5)

ABSTRAK

PENGARUH METANOL DAN NaOH TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU MINYAK JARAK SEBAGAI SUBSTITUSI BAHAN BAKAR SOLAR

Penelitian dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh metanol dan NaOH terhadap rendemen dan mutu minyak jarak sebagai substitusi bahan bakar solar. Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan dua faktor, yaitu metanol (L) : (10, 15, 20, 25 %) dan NaOH (S) : (0,5, 1,0, 1,5, 2 %). Parameter yang dianalisa adalah rendemen, kadar air, kadar asam lemak bebas, bilangan peroksida, dan viskositas.

Hasil penelitian menunjukan bahwa metanol memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap rendemen, kadar asam lemak bebas, bilangan peroksida, viskositas, tetapi memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap kadar air. NaOH memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap rendemen, kadar air, asam lemak bebas, bilangan peroksida, dan viskositas. Interaksi metanol dan NaOH memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap rendemen, tetapi memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap kadar air, asam lemak bebas, bilangan peroksida, dan viskositas. Pada metanol 25 % dan NaOH 2 % diperoleh biodiesel sebagai bahan substitusi bahan bakar solar yang terbaik.

GANDA PUTRA TURNIP

NAMA

JULI, 2008

TANGGAL

Kata kunci : Minyak Jarak, Metanol, NaOH, Rendemen, Mutu, Bahan Bakar Solar

(6)

RINGKASAN

Ganda Putra Turnip, “ Pengaruh metanol Dan NaOH Terhadap Rendemen Dan Mutu Minyak Jarak Sebagai Substitusi Bahan Bakar Solar

(Jatropha curcas L.)” di bimbing oleh Ir. Satya R. Siahaan sebagai Ketua Komisi

Pembimbing dan Ir. A. Halim Sulaiman, M.Sc selaku anggota pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metanol dan NaOH terhadap

rendemen dan mutu minyak jarak jarak sebagai substitusi baha bakar solar.

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 2 faktor, yaitu faktor

L : konsentrasi metanol terdiri dari 4 taraf yaitu L1 = 10%, L2 = 15%, L3 = 20%

dan L4 = 25% dan faktor II : konsentrasi NaOH terdiri dari 4 taraf yaitu S1 = 0,5

% , S2 = 1,0 %, S3 = 1,5 % dan S4 = 2 %.

Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Rendemen (%)

Konsentrasi metanol memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata

(P<0.01) terhadap rendemen. Rendemen tertinggi diperoleh pada perlakuan L4

yaitu 25,02 % dan terendah pada perlakuan L1 yaitu 21,65 %.

Konsentrasi NaOH memberi pengaruh berbeda sangat nyata (p>0.01)

terhadap rendemen. Rendemen tertinggi diperoleh pada perlakuan S4 yaitu 23,64

% dan terendah pada perlakuan S1 yaitu 22,82 %.

Interaksi konsentrasi metanol dan konsentrasi NaOH memberikan

pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0.01) terhadap rendemen. Rendemen

(7)

Konsentrasi metanol memberi pengaruh berbeda tidak nyata (P>0.05)

terhadap kadar air sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

Konsentrasi NaOH memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0.01)

terhadap kadar air. Kadar air tertinggi diperoleh pada perlakuan S1 yaitu sebesar

1,06 % dan terendah pada perlakuan S4 yaitu sebesar 0,99 %.

Konsentrasi metanol dan konsentrasi NaOH memberikan pengaruh yang

berbeda tidak nyata (P>0.05) terhadap kadar air, sehingga uji LSR tidak

dilanjutkan.

3. Kadar Asam Lemak Bebas (%)

Konsentrasi metanol memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0.01)

terhadap kadar asam lemak bebas. Kadar asam lemak bebas tertinggi diperoleh

pada perlakuan L1 yaitu sebesar 0,26 % dan terendah pada perlakuan L4 yaitu

sebesar 0,11 %.

Konsentrasi NaOH memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0.01)

terhadap kadar asam lemak bebas. Kadar asam lemak bebas tertinggi diperoleh

pada perlakuan S1 yaitu sebesar 0,26 % dan terendah pada perlakuan S4 yaitu

sebesar 0,11 %.

Konsentrasi metanol dan konsentrasi NaOH memberikan pengaruh yang

berbeda tidak nyata (P>0.05) terhadap kadar asam lemak bebas, sehingga uji LSR

tidak dilanjutkan.

4. Bilangan Peroksida (meq/ 100 gram bahan)

Konsentrasi metanol memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0.01)

(8)

perlakuan L1 yaitu sebesar 2,73 meq/100 gram bahan dan terendah pada perlakuan

L4 yaitu sebesar 2,25 meq/ 100 gram bahan.

Konsentrasi NaOH memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0.01)

terhadap bilangan peroksida. Bilangan peroksida tertinggi diperoleh pada

perlakuan S1 yaitu sebesar 2,60 meq/100 gram bahan dan terendah pada perlakuan

S4 yaitu sebesar 2,45 meq/100 gram bahan.

Konsentrasi metanol dan konsentrasi NaOH memberikan pengaruh yang

berbeda tidak nyata (P>0.05) terhadap bilangan peroksida, sehingga uji LSR tidak

dilanjutkan.

5. Viskositas (N.m-2.s)

Konsentrasi metanol memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0.01)

terhadap viskositas. Viskositas tertinggi diperoleh pada perlakuan L1 yaitu sebesar

5,41 N.m-2.s dan terendah pada perlakuan L4 yaitu sebesar 3,61 N.m-2.s.

Konsentrasi NaOH memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0.01)

terhadap viskositas. Viskositas tertinggi diperoleh pada perlakuan S1 yaitu sebesar

4,74 N.m-2.s dan terendah pada perlakuan S4 yaitu sebesar 4,25 N.m-2.s.

Konsentrasi metanol dan konsentrasi NaOH memberikan pengaruh yang

berbeda tidak nyata (P>0.05) terhadap viskositas, sehingga uji LSR tidak

(9)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Ganda Putra Turnip, dilahirkan di Bah, Gunung pada tanggal 31 Juli

1985. Anak kedua dari 3 (tiga) bersaudara dari ayahanda L. Turnip dan Ibunda

N. Br Sihaloho beragama Kristen Khatolik.

Pada tahun 1991, penulis memasuki SD Negeri Xaverius di Curup

(Bengkulu) dan lulus pada tahun 1997. Pada tahun 1997 memasuki SLTP

Xaverius di Curup (Bengkulu) dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun 2000

penulis memasuki SMU Negeri 2 Curup (Bengkulu) dan lulus pada tahun 2003.

Pada tahun 2003 diterima di Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan, melalui jalur PMP.

Selama mengikuti perkuliahan penulis merupakan anggota dari HMJ

(Himpunan Mahasiswa Jurusan) Departemen Teknologi Hasil Pertanian pada

tahun 2003 – 2008. Penulis telah mengikuti praktek kerja lapangan di

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

kasih dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada

waktunya.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Metanol dan NaOH Terhadap

Redemen dan Mutu Minyak Jarak Sebagai Substitusi Bahan Bakar Solar”

yang merupakan salah satu syarat untuk dapat melakukan penelitian di

Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi

pembimbing Ir. Satya R. Siahaan selaku ketua komisi pembimbing dan

Ir. A. Halim Sulaiman, M.Sc selaku anggota komisi pembimbing atas arahan dan

bimbingan yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Oktober, 2007

(11)

DAFTAR ISI

Manfaat Dan KeunggulanTanaman Jarak ... 7

Lemak dan Minyak ... 9

Komposisi Kimia Biji dan Minyak Jarak ... 14

Sifat Fisik dan Kimia Minyak Jarak ... 14

Proses Pengolahan Minyak Biji Jarak ... 16

Bahan Tambahan Untuk Proses Produksi Biodiesel ... 17

Alkohol atau metanol ... 17

Katalis ... ... 18

Proses Pembuatan Biodiesel ... 19

(12)

Pemurnian Minyak ... 21

Proses pemisahan gum (deguming)... 22

Proses pemisahan asam lemak bebas (netralisasi) ... 23

Proses pemucatan (bleaching)... 23

Proses penghilangan bau (deodorisasi)... 24

Esterifikasi Dan Transesterifikasi ... 24

Esterifikasi asam ... 24

Pelaksanaan Penelitian ... 35

Ekstraksi Minyak Jarak ... 35

Prosedur Pembuatan Biodiesel ... 36

Pengamatan dan Pengukuran Data... 36

Penentuan Rendemen ... 37

Penentuan Kadar Air ... 37

Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas ... 37

Penentuan Bilangan Peroksida ... 37

Penentuan Viskositas ... 38

SKEMA PEMBUATAN BIODIESEL DARI TANAMAN JARAK Tahap I Minyak Jarak ... 39

Tahap II Minyak Jarak Menjadi Biodiesel ... 40

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... ... 41

Pengaruh Konsentrasi Metanol terhadap parameter yang diamati... 41

Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Parameter yang diamati ... 42

Rendemen (%) ... 43

Pengaruh Konsentrasi Metanol terhadap Rendemen ... 43

Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Rendemen ... 44

Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Metanol dan Konsentrasi NaOH terhadap Rendemen ... 46

Kadar Air (%) ... 48

Pengaruh Konsentrasi Metanol terhadap Kadar Air ... 48

(13)

Pengaruh Konsentrasi Metanol terhadap Kadar

Asam Lemak Bebas ... 50

Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Kadar Asam Lemak Bebas ... 52

Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Metanol dan Konsentrasi NaOH terhadap Kadar Asam Lemak Bebas ... 53

Bilangan Peroksida (meq/100 gram bahan)... 53

Pengaruh Konsentrasi Metanol terhadap Bilangan Peroksida ... 53

Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Bilangan Peroksida ... 55

Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Metanol dan Konsentrasi NaOH terhadap Bilangan Peroksida ... 57

Viskositas (N.m-2.s) ... 57

Pengaruh Konsentrasi Metanol terhadap Viskositas ... 57

Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Viskositas ... 58

Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Metanol dan Konsentrasi NaOH terhadap Viskositas ... 60

KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

Kesimpulan .... ... 61

Saran ... ... 61

(14)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1. Komposisi Kimia Biji Jarak ... 14

2. Kandungan Asam Lemak Minyak Biji Jarak... 14

3. Sifat fisik dan Kimia Minyak Jarak... 15

4. Perbandingan Karakteristik SJO dan Biodiesel Jarak Pagar Dengan Beberapa Standar Mutu ... 31

5. Pengaruh Kandungan FFA Terhadap Rendemen ... 31

6. Standar Mutu Biodiesel ... 32

7. Pengaruh Metanol terhadap parameter yang diamati ... 41

8. Pengaruh NaOH terhadap Parameter yang Diamati ... 42

9. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Metanol terhadap Rendemen (%) ... 43

10.Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Rendemen (%) ... 45

11.Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Konsenterasi Metanol dan NaOH terhadap Rendemen (%) ... 47

12. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Kadar Air (%) ... 49

13. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Metanol terhadap Asam Lemak Bebas (%) ... 50

14. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Asam Lemak Bebas (%) ... 52

15. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Metanol terhadap Bilangan Peroksida (meq/100 gram bahan) ... 54

(15)

17. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Metanol terhadap

Viskositas (N.m-2.s) ... 57

18. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap

(16)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jarak Pagar Menjadi Biodiesel... 29

2. Skema Reaksi Proses Transesterifikasi Dari Trigliserida Dengan Metanol... ... 30

3. Skema Ekstraksi Minyak Biji Jarak... 39

4. Skema Minyak Jarak Menjadi Biodiesel... 40

5. GrafikPengaruh Konsentrasi Metanol terhadap Rendemen ... 44

6. GrafikPengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Rendemen ... 46

7. Grafik Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Metanol dan Konsentrasi NaOH terhadap Rendemen ... 48

8. GrafikPengaruh Konsentrasi Metanol terhadap Kadar Air ... 49

9. GrafikPengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Kadar Air ... 46

10. GrafikPengaruh Konsentrasi Metanol terhadap Asam Lemak Bebas ... 50

11. GrafikPengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Asam Lemak Bebas ... 53

12. GrafikPengaruh Konsentrasi Metanol terhadap Bilangan Peroksida ... 55

13. GrafikPengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Bilangan Peroksida ... 56

14. GrafikPengaruh Konsentrasi Metanol terhadap Viskositas ... 57

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari kebutuhan energi. Selama ini

masyarakat Indonesia hanya menggantung kebutuhan energi BBM

(Bahan Bakar Minyak) untuk pembangkit tenaga motor pada sumber energi

minyak yang terbuat dari fosil padahal cadangan bahan pembuat minyak ini

semakin menipis dan akan segera habis dalam beberapa tahun mendatang.

Penurunan jumlah cadangan minyak disertai pula dengan penurunan produksi

minyak mencapai 10 % per tahun. Kondisi ini perlu penanganan yang serius,

mengingat kebutuhan bahan bakar terus mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun.

Pertambahan jumlah penduduk yang disertai dengan peningkatan

kesejahteraan masyarakat berdampak pada makin meningkatnya kebutuhan akan

sarana transportasi dan aktivasi industri. Hal ini tentu saja menyebabkan

kebutuhan akan bahan bakar cair juga semakin meningkat. Menurut data

Automotive Diesel Oil, konsumsi bahan bakar minyak di Indonesia sejak tahun

1995 telah melebihi produksi dalam negeri.

Peningkatan kebutuhan bahan bakar minyak merupakan suatu hal yang

tidak dapat dihindari dan akan terus terjadi akibat semakin banyaknya populasi

jumlah penduduk, munculnya industri-industri baru dan teknologi automotif yang

akan terus berkembang.

Di Indonesia biodiesel belum dikembangkan untuk skala komersial namun

masih terbatas dalam skala penelitian, padahal Indonesia memiliki potensi yang

(18)

(Bahan Bakar Minyak) dengan harga pasar BBM dunia memacu percepatan

pengembangan dan penggunaan biodisel sebagai bahan bakar alternatif pengganti

minyak solar.

Beberapa faktor yang menyebabkan mengapa bangsa kita belum terpacu

untuk memanfaatkan biodisel untuk skala komersial diantaranya adalah karena:

a. Harga bahan bakar minyak yang sangat murah karena subsidi yang besar dari

pemerintah (sebelum Oktober 2005), sehingga masyarakat tidak ikut peduli

untuk memikir bahan bakar alternatif. Subsidi yang besar ini menjadi harga

atau biaya produksi bahan bakar alternatif lebih tinggi dibanding harga pasar

minyak mineral.

b. Ketidakpedulian dan tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah

mengenai kelestarian lingkungan dan kesehatan. Banyak masyarakat

Indonesia yang belum memahami benar, bahwa bahan bakar minyak yang

selama ini digunakan membawa dampak yang negatif luar biasa bagi

lingkungan dan kesehatan. Minyak dapat mencemari tanah, air dan udara serta

gas buang yang dihasilkan berbahaya bagi kesehatan.

Jarak pagar (Jatropha curcas L) merupakan tanaman yang sejak 50 tahun

lalu sudah dimanfaatkan sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah untuk

lampu petromak. Saat ini di tengah kondisi ketersediaan bahan bakar minyak yang

berasal dari minyak bumi semakin menipis, serta harganya yang semakin

meningkat, maka penggunaan jarak pagar sebagai sumber bahan bakar alternatif

pengganti minyak tanah maupun solar (biodiesel) akan sangat membantu

(19)

Minyak jarak bisa menggantikan minyak diesel untuk menggerakkan

generator pembangkit listrik. Karena pohon jarak bisa ditanam dihampir semua

wilayah Indonesia, maka minyak jarak juga dapat diproduksi sendiri oleh

masyarakat yang membutuhkan listrik untuk membantu membangkitkan energi

listrik misalnya di daerah terpencil.

Tanaman jarak sudah dikenal oleh masyarakat tetapi sebatas tanaman

pagar atau pembatas bagi petani, karena dianggap tidak ekonomis sedangkan daun

dan buahnya hanya digunakan untuk pakan ternak. Tanaman jarak adalah salah

satu tanaman yang berpotensi sebagai bahan baku biodiesel. Biji jarak dapat

menghasilkan minyak yang dapat digunakan sebagi bahan bakar pengganti

minyak diesel (solar) dan minyak tanah.

Untuk dapat meningkatkan rendemen minyak jarak maka dapat dilakukan

dengan menggunakan alat pengepres yang lebih baik misalnya screw press

(alat pengepres bentuk ulir), sedangkan untuk menurunkan viskositas dan titik

nyala dari minyak jarak sehingga dapat digunakan sebagai biodiesel, dapat

dilakukan proses esterifikasi dan transesterifikasi pada minyak jarak.

NaOH merupakan bersifat katalis yang digunakan untuk memulai reaksi

dengan bahan lain, dapat mengkatalis reaksi dengan cara mendonorkan elektron

ke grup alkoksi, sehingga membuat gugus ini lebih reaktif. Metanol digunakan

pada proses transesterifikasi yang mempengaruhi reaksi kesetimbangan.

Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang tanaman

jarak dimana penulis mengambil judul “Pengaruh Metanol dan NaOH Terhadap

(20)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metanol dan NaOH

terhadap rendemen dan mutu minyak jarak sebagai substitusi bahan bakar solar.

Kegunaan Penelitian

- Sebagai sumber informasi pada pengolahan minyak jarak

- Sebagai sumber data dalam penyusunan skripsi di Departemen Teknologi

Pertanian, Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Hipotesis Penelitian

- Diduga ada pengaruh kuantitas metanol terhadap rendemen dan mutu minyak jarak sebagai substitusi bahan bakar solar.

- Diduga ada pengaruh konsentrasi NaOH terhadap rendemen dan mutu minyak jarak sebagai substitusi bahan bakar solar.

- Diduga adanya interaksi kuantitas metanol dengan konsentrasi NaOH terhadap rendemen dan mutu minyak jarak sebagai substitusi bahan bakar

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Jarak

Tanaman jarak pagar termasuk famili Euphorbiaceae, satu famili dengan

karet dan ubi kayu. Klasifikasi tanaman jarak pagar adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiosspermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Euphorbiaceae

Genus : Jatropha

Spesies : Jatropha curcas Linn.

(Hambali, et al., 2006).

Tanaman jarak (Jatropha curcas L.) masih satu keluarga dengan pohon

karet dan ubi kayu sehingga karakter biologinya tidak terlalu jauh berbeda.

Tanaman ini dapat tumbuh dengan cepat di tempat yang subur, bahkan tinggi

pohonnya dapat mencapai 7 meter. Keistimewaan tanaman ini adalah tahan

terhadap kekeringan. Jadi, tetap hidup meskipun ditanam di lahan tandus

( Priyanto, 2007).

Tanaman jarak dikenal sebagai jarak pagar dan merupakan tanaman semak

yang tumbuh dengan cepat. Tanaman ini tahan kekeringan dan dapat tumbuh di

tempat-tempat dengan curah hujan 200 mm hingga 1500 mm per tahun

(Umm, 2006).

Daun tanaman jarak pagar adalah daun tunggal berlekuk dan bersudut 3

atau 5 daun tersebar di sepanjang batang. Permukaan atas dan bawah daun

(22)

Daunnya lebar dan berbentuk jantung atau bulat telur melebar dengan panjang

5 – 15 cm. Helai daunnya bertoreh, berlekuk, dan ujungnya meruncing. Tulang

daun menjari dengan jumlah 5 – 7 tulang daun utama. Daunnya dihubungkan

dengan tangkai daun. Panjang tangkai daun antara 4–15 cm

(Hambali., et al, 2006).

Bunga tanaman jarak adalah bunga majemuk berbentuk malai, berwarna

kuning kehijauan, berkelamin tunggal, dan berumah satu (putik dan benang sari

dalam satu tanaman). Bunga betina 4 – 5 kali lebih banyak dari bunga jantan.

Bunga jantan maupun bunga betina tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan

yang tumbuh di ujung batang atau ketiak daun. Bunganya mempunyai 5 kelopak

berbentuk bulat telur dengan panjang kurang lebih 4 mm. Benang sari

mengumpul pada pangkal berwarna kuning. Tangkai putik pendek berwarna hijau

dan kepala putik melengkung keluar berwarna kuning. Bunganya mempunyai 5

mahkota berwarna keunguan. Setiap tandan terdapat lebih dari 15 bunga. Jarak

pagar termasuk tanaman monoecious dan bunganya uniseksual. Kadang kala

muncul bunga hermaprodit yang berbentuk cawan berwarna hijau kekuningan

(Hambali, et al., 2006).

Buah tanaman jarak pagar berupa buah kotak berbentuk bulat telur dengan

diameter 2 – 4 cm. Panjang buah 2 cm dengan ketebalan sekitar 1 cm. Buah

berwarna hijau ketika muda serta abu –abu kecoklatan atau kehitaman ketika

masak. Buah jarak terbagi menjadi 3 ruang, masing–masing ruang berisi satu biji

sehingga dalam setiap buah terdapat 3 biji. Biji berbentuk bulat lonjong dan

(23)

rendemen sekitar 30 % - 50 % dan mengandung toksin sehingga tidak dapat

dimakan (Hambali, et al., 2006).

Panen buah jarak dapat dilakukan pada saat buah jarak sudah mulai tua

yang ditandai dengan 75 % buah pada sebuah malai sudah mengering. Ciri-ciri

buah yang sudah dapat dipanen adalah batas antar ruang biji sudah tampak jelas

bergaris. Pada satu buah terdapat 3 biji. Waktu panen harus tepat sebab

keterlambatan akan mengakibatkan pecahnya kulit biji dan biji akan terlempar

keluar (Trubus, 2005).

Panen dilakukan dengan cara memotong malai menggunakan pisau yang

tajam. Buah yang masih berkulit kemudian dijemur selama 3 hari dan kulit buah

akan pecah dengan sendirinya. Biji-biji yang diperoleh dijemur kembali kemudian

disimpan (Ketaren, 1986).

Manfaat Dan Keunggulan Tanaman Jarak

Keuntungan dari tanaman jarak sangat bervariasi. Hampir seluruh dari

bagian tanaman jarak dapat difungsikan. Daun tanaman jarak dapat digunakan

sebagai makanan ulat sutra, antiseptik dan antiradang, getahnya bisa

menyembuhkan luka dan untuk pengobatan lainnya, daging buahnya bisa untuk

pupuk hijau dan produksi gas, bijinya untuk pakan ternak, serta dapat dijadikan

bahan bakar pengganti minyak diesel dan minyak tanah (Wikipedia, 2006).

Bagian tanaman jarak yang dapat dimanfaatkan adalah biji, akar, daun dan

minyak dari bijinya. Bagian daun digunakan sebagai obat untuk penyakit koreng,

gatal, batuk sesak dan hernia. Bagian akar digunakan untuk rematik sendi, tetanus,

epilepsi, luka terpukul, TBC kelenjar dan gangguan jiwa. Bagian biji digunakan

(24)

(carcinoms of cervis and skin), visceroptosis/gastroptosis, kesulitan melahirkan

dan retensi plasenta/ari-ari, kelumpuhan otot muka, TBC kelenjar, bisul, koreng,

scabies, infeksi jamur dan bengkak (Umm, 2005).

Semua bagian tanaman ini berguna. Daunnya untuk makanan ulat sutra,

anti septik, dan anti radang, sedangkan getahnya untuk penyembuh luka dan

pengobatan lain. Yang paling tinggi manfaatnya adalah buahnya. Daging buahnya

bisa untuk pupuk hijau dan produksi gas, sementara bijinya untuk pakan ternak

(dari varietas tak beracun) dan yang dalam pengujian sudah terbukti adalah untuk

bahan bakar pengganti minyak diesel (solar) dan minyak tanah

(Suara Pembaruan, 2006).

Minyak jarak dan turunannya digunakan dalam industri cat, pelumas, tinta

cetak dan sebagai bahan baku dalam industri-industri plastik dan nilon. Dalam

jumlah kecil minyak jarak dan turunannya juga digunakan untuk pembuatan

kosmetik, semir dan lilin. Tempurung jarak juga masih dapat dimanfaatkan

melalui teknologi pirolisa dan dapat digunakan sebagai bahan bakar kompor

(Trubus, 2005).

Sebelum digunakan untuk berbagai keperluan, minyak jarak perlu diolah

lebih dahulu. Pengolahan ini meliputi dehidrasi, oksidasi, hidrogenasi, sulfitasi,

penyabunan dan sebagainya. Pengolahan tersebut mengakibatkan perubahan sifat

fisika-kimia minyak jarak (Ketaren, 1986).

Keunggulan jarak pagar adalah :

1. Jarak pagar tahan terhadap kekeringan dan dapat ditanam di iklim padang

(25)

beradaptasi di manapun (tanah berpasir, tanah berkerikil maupun tanah yang

mengandung garam).

2. Jarak pagar tidak terlalu memerlukan perawatan.

3. Dapat beradaptasi terhadap berbagai cuaca.

4. Tidak diserang hama dan tidak dikonsumsi oleh ternak (lembu atau domba /

kambing).

5. Jarak pagar dapat bertahan dalam waktu yang lama pada kondisi kering.

6. Mudah berkembang biak.

7. Pertumbuhannya cepat, dan dapat dipanen pada usia 6 – 8 bulan.

8. Mulai menghasilkan setelah tahun kedua dan dapat berproduksi sampai umur

40 – 50 tahun.

9. Ampas setelah proses ekstraksi merupakan bahan organik yang sangat bagus

untuk pupuk (38% protein rasio N : P : K = 2,7 : 1,2 : 1 ).

10.Jarak pagar dapat berproduksi sepanjang tahun jika diairi.

11.Dapat digunakan sebagai tanaman penghijauan dan reboisasi.

(Susilo, 2006).

Lemak dan Minyak

Lemak dan minyak adalah bahan-bahan yang tidak larut dalam air yang

berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Lemak dan minyak yang digunakan

dalam makanan sebagian besar adalah trigliserida yang merupakan ester dari

gliserol dan berbagai asam lemak (Buckle, et al., 1987).

Lemak dan minyak terdiri dari trigliserida campuran, yang merupakan

ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Minyak nabati terdapat dalam

(26)

Dalam jaringan hewan lemak terdapat di seluruh badan tetapi jumlah terbanyak

terdapat dalam jaringan adiposa dan tulang sumsum (Ketaren, 1986).

Lemak hewani mengandung banyak sterol yang disebut kolesterol,

sedangkan lemak nabati mengandung fitosterol dan lebih banyak asam lemak tak

jenuh sehingga umumnya berbentuk cair (Winarno, 1992).

Berdasarkan sifat titik cair, dikenal dua macam istilah dalam gliserida

yaitu minyak dan lemak. Minyak adalah gliserida yang berbentuk cair sedangkan

lemak berbentuk padat pada suhu kamar. Oleh karena ketidakjenuhan gliserida

mengakibatkan perbedaan titik cair gliserida (Winarno, et al., 1980).

Jenis minyak mengering (drying oil) adalah minyak yang mempunyai sifat

dapat mengering jika kena oksidasi, dan akan berubah menjadi lapisan tebal,

bersifat kental dan membentuk sejenis selaput jika dibiarkan di udara terbuka.

Istilah minyak “setengah mengering,” berupa minyak yang mempunyai daya

mengering yang lambat (Ketaren, 1986).

Ektraksi Lemak dan Minyak

Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari

bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini

bermacam-macam, yaitu rendering (dry rendering dan wet rendering),

mechanichal expression dan solvent extraction (Ketaren, 1986).

-Rendering

Lemak-lemak hewani dikeluarkan dari sel-sel tenunan dengan cara

(27)

Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air

selama berlangsungnya proses tersebut. Dry rendering adalah cara rendering

tanpa penambahan air selama proses berlangsung (Ketaren, 1986).

-Pengepresan Mekanis (Mechanical Expression)

Ada beberapa jenis alat pemisah dan pengepres mekanik yang digunakan

untuk memisahkan minyak dari biji-bijian. Biji-bijian terlebih dahulu dipanaskan

sebentar hingga sebagian dari dinding sel hancur dan untuk mencairkan lemak

agar lebih mudah dibebaskan. Suhu dari pemanasan tidak boleh melebihi batas

atau akan mengakibatkan warna minyak menjadi gelap (Potter, 1986).

Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak,

terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk

memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30 – 70 %). Pada

pengepressan mekanis ini perlu dilakukan perlakuan pendahuluan sebelum

minyak atau lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut

mencakup pembuatan serpih, perajangan dan penggilingan serta tempering atau

pemasakan (Ketaren, 1986).

Dua cara yang umum dalaam pengepresan mekanis, yaitu :

1) Pengepresan hidraulik (hydraulic pressing)

Pada cara hydraulic pressing, bahan dipres dengan tekanan sekitar 2000

pound/inch2 (140,6 kg/cm2 = 136 atm). Banyaknya minyak atau lemak yang

dapat diekstraksi tergantung dari lamanya pengepresan, tekanan yang

(28)

banyaknya minyak yang tersisa pada bungkil bervariasi sekitar 4 sampai 6

persen, tergantung lamanya bungkil ditekan di bawah tekanan hidraulik.

2) Pengepressan berulir (expeller pressing)

Cara expeller pressing memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri dari

proses pemasakan atau tempering. Proses pemasakan berlangsung pada

temperatur 240 0F (115,5 ºC) dengan tekanan sekitar 15 – 20 ton/inch2. Kadar

air minyak atau lemak yang dihasilkan berkisar sekitar 2,5 – 3,5 persen,

sedangkan bungkil yang dihasilkan masih mengandung minyak sekitar

4 – 5 persen.

(Ketaren, 1986).

-Ekstraksi pelarut (solvent extraction)

Cara ekstraksi ini dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut dan

digunakan untuk bahan yang kandungan minyaknya rendah. Lemak dalam bahan

dilarutkan dengan pelarut. Tetapi cara ini kurang efektif, karena pelarut mahal dan

lemak yang diperoleh harus dipisahkan dari pelarutnya dengan cara diuapkan

(Winarno, 1992).

Pelarut yang digunankan antara lain hidrokarbon, alkohol, aseton,

karbondisulfida, pelarut yang berhalogen. Ekstraksi pelarut terutama penting jika

diharapkan sisa yang berkandung lemak rendah misalnya tepung kedele untuk

pembuatan tekstur nabati (Buckle, et al., 1987).

Minyak Jarak

(29)

sangat tinggi karena ampas masih menyerap minyak yang telah keluar melewati

dinding sel pada saat pada tekanan kembali ke tekanan atmosfer sehingga

diperlukan pengepresan tahap kedua. Ampas hasil pengepresan tahap dua juga

masih mengandung minyak oleh karena itu juga diperlukan ampas hasil ekstraksi

mekanik tahap dua. Pengepresan ini diulang hingga empat sampai enam kali agar

tingkat ekstraksinya (extraction grade) bisa tinggi. Dengan pengepresan

4 – 6 tahap tingkat ekstraksi bisa mencapai 95 %, artinya bila kandungan biji jarak

35% maka bisa terekstraksi sekitar 33,25% (Susilo, 2006).

Minyak jarak dihasilkan dari biji buah jarak dengan proses ekstraksi

menggunakan mesin pengepres atau menggunakan pelarut. Crude bio oil

dihasilkan dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut dan kemudian dilanjutkan

dengan proses pirolisis dan untuk menghasilkan modified bio oil dilanjutkan

dengan proses partial cracking. Modified bio oil dapat digunakan sebagai bahan

substitusi minyak tanah. Bahan bakar biji jarak ini dapat digunakan sebagai

alternatif sumber energi yaitu sebagai pengganti bahan bakar solar, sehingga bisa

digunakan untuk mobil dengan mesin diesel, mesin penggilingan beras dan

kapal-kapal nelayan (Suara Pembaruan, 2005).

Minyak jarak (Jatropha Oil) akhir-akhir ini mulai banyak diperkenalkan

sebagai energi alternatif biodiesel. Biodiesel tersebut dihasilkan dari minyak yang

diperoleh dari biji tanaman jarak yang banyak tumbuh di daerah tropis seperti

Indonesia. Dan dalam berbagai penelitian tentang minyak yang dihasilkan oleh

tanaman ini, tampaknya dapat menjadi substitusi bahan bakar diesel

(30)

Komposisi Kimia Biji dan Minyak Jarak

Biji jarak terdiri dari 75 % kernel (daging biji) dan 25 % kulit dengan

komposisi kimia seperti pada Tabel 1. Minyak jarak mempunyai kandungan asam

lemak seperti pada Tabel 2.

Tabel 1. Komposisi Kimia Biji Jarak

Komponen Jumlah (%)

Minyak 54

Karbohidrat 13

Serat 12,5

Abu 2,5

Protein 18

Sumber : Ketaren, (1986).

Tabel 2. Kandungan Asam Lemak Minyak Biji Jarak

Asam Lemak Jumlah (%)

Asam Risinoleat 86

Asam Oleat 8,5

Asam Linoleat 3,5

Asam Stearat 0,5-2,0

Asam Dihidroksi Stearat 1-2

Sumber : Ketaren, (1986).

Sifat Fisik dan Kimia Minyak Jarak

Minyak jarak mempunyai rasa asam dan dapat dibedakan dengan

trigliserida lainnya karena bobot jenis. Kekentalan (viskositas) dan bilangan asetil

serta kelarutannya dalam alkohol nilainya relatif tinggi. Minyak jarak larut dalam

etil alkohol 95 % pada suhu kamar serta pelarut organik yang polar dan sedikit

(31)

trigliserida lainnya. Kandungan tokoferol relatif kecil (0,05%) serta kandungan

asam lemak essensial yang sangat rendah menyebabkan minyak jarak tersebut

berbeda dengan minyak nabati lainnya (Ketaren, 1986).

Sebagai alternatif bahan bakar minyak, maka minyak biji jarak sudah

memenuhi syarat ideal sebuah bahan bakar, yaitu nilai kalorinya 35,58 MJ/kg,

bilangan asam 3,08 mg KOH/g, titik nyala 290 0C, viskositas 50,80 cSt dan

densitas 0,0181 g/cm3. Minyak jarak berwarna kuning bening, memiliki bilangan

iodin tinggi yaitu 105,2 mg yang berarti kandungan minyak tak jenuhnya sangat

tinggi, terutama terdiri atas asam oleat dan linoleat yang mencapai 90 %

(Trubus,2005).

Sifat fisik dan kimia minyak jarak dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Sifat Fisik dan Kimia Minyak Jarak

Karakteristik Nilai

(32)

Minyak jarak pagar mempunyai ikatan rangkap sehingga viskositasnya

rendah (encer) sedangkan minyak jarak ricinus (Ricinus communis), tidak

memiliki ikatan rangkap dan mempunyai gugus OH sehingga minyaknya lebih

kental. Pada suhu 25 0C viskositas minyak jarak ricinus mencapai 600-800 cP dan

pada suhu 100 0C mencapai 15-20 cP sehingga minyak jarak ricinus sesuai untuk

digunakan sebagai pelumas (Trubus, 2005).

Minyak jarak ricinus mengandung asam risinoleat yang sangat tinggi yaitu

89,5 %, juga mengandung asam lemak linoleat 4,2 %, asam oleat 3,0 %, asam

stearat 1,0 %. Asam risinoleat mempunyai nilai saponifikasi 186, nilai wijs iodin

89 dan titik leleh 5,5 0C (Trubus, 2005).

Pada minyak jarak, terdapat banyak oksigen sehingga pembakaran

sempurna. Akibatnya, buangannya tidak berbahaya dan bersih. Namun nilai

kalorinya lebih rendah dari solar. Sementara solar tidak memiliki oksigen

sehingga hanya proses pembakarannya yang tidak sempurna (Kompas, 2006).

Proses Pengolahan Minyak Biji Jarak

Proses pengolahan minyak biji jarak dari buah jarak meliputi :

pengeringan buah jarak yang bertujuan untuk mengeluarkan biji dari buah jarak,

pengeringan biji jarak hingga diperoleh kadar air biji 6 %, pemisahan kulit biji

(cangkang) dengan daging biji yang dapat dilakukan secara manual atau

menggunakan mesin pemisah biji jarak, proses pemanasan daging biji (steam)

pada suhu 170 0C selama 30 menit, penghancuran daging biji, pengepresan

minyak dengan menggunakan mesin pengepres dan penyaringan minyak

(33)

Beberapa metoda yang dapat digunakan untuk mendapatkan minyak atau

lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak adalah Rendering,

teknik pengepresan mekanis (mechanical expression), dan menggunakan pelarut

(solvent extraction). Pengepresan mekanis merupakan cara pemisahan minyak

dari bahan yang berupa biji – bijian. Cara ini paling sesuai untuk memisahkan

minyak dari bahan yang kadar minyaknya tinggi, yaitu sekitar 30 – 50 %. Dengan

demikian, metode ekstraksi yang paling sesuai untuk biji jarak yaitu teknik

pengepresan mekanis (Hambali, et al., 2006).

Bungkil biji jarak dari hasil pengepresan minyak jarak dapat digunakan

sebagai pakan ternak setelah terlebih dahulu membuang racun ricin dan

kurkinnya. Kadar racun jarak yang ditanam di Indonesia belum diketahui,

sedangkan jarak Riccinus communis yang dibudidayakan di Negara-negara lain

seperti Afrika selatan, Israel dan Turki berkadar ricin 3,3 – 3,9 mg/g. Setelah

proses pemanasan racun kurkin akan kehilangan daya toksinnya sedangkan racun

ricin dapat dihilangkan dengan perlakuan kimiawi yaitu dengan menambahkan

etanol dan NaOH (Trubus, 2005).

Bahan Tambahan Untuk Proses Produksi Biodiesel

a. Alkohol atau metanol

Untuk membuat biodiesel, ester dalam minyak nabati perlu dipisahkan dari

gliserol. Ester tersebut merupakan bahan dasar penyusun biodiesel. Selama proses

transesterifikasi, komponen gliserol dari minyak nabati digantikan oleh alkohol,

baik etanol maupun alkohol metanol. Etanol merupakan alkohol yang terbuat dari

padi-padian. Metanol adalah alkohol yang dapat dibuat dari batu bara, gas alam,

(34)

reaksi biodiesel yang lebih stabil. Namun, metanol merupakan alkohol yang

agresif sehingga bisa berakibat fatal bila terminum dan memerlukan kewaspadaan

yang tinggi dalam penanganannya ( Syah, 2006).

Alkohol yang paling umum digunakan untuk transesterifikasi adalah metanol,

karena harganya lebih murah dan daya reaksinya lebih tinggi dibandingkan

dengan alkohol yang berantai panjang. Proses metanolisis berkatalisis alkali dapat

dilakukan pada suhu ruangan dan akan menghasilkan ester lebih dari 80 %

beberapa saat setelah reaksi dilangsungkan (sekitar 5 menit). Pemisahan fase ester

dan gliserol berlangsung cepat sempurna. berbeda dengan etanol, metanol tersedia

dalam bentuk absolute yang mudah diperoleh, sehingga hidrolisa dan

pembentukan sabun akibat air yang terdapat dalam alkohol dapat diminimalkan

(Syah,2006).

Alkohol yang digunakan bisa berupa metanol atau etanol. Pada proses

pembuatan biodiesel, disarankan metanol karena lebih mudah penggunaannya.

Metanol juga merupakan jenis alkohol dengan berat molekul paling ringan

sehingga jumlah yang diperlukan lebih sedikit yaitu sekitar 15 – 20 % dari berat

minyak sedangkan dengan etanol dibutuhkan 30 % dari berat minyak

(Susilo, 2006).

2. Katalis

Katalis adalah suatu bahan yang digunakan untuk memulai reaksi dengan

bahan lain. Katalis yang mungkin untuk reaksi biodiesel adalah natrium

hidroksida (NaOH) dan kalium hidroksida (KOH). Natrium hidroksida biasanya

(35)

Natrium dan kalium hidroksida dapat merusak kulit, mata, sumsum, dan

berakibatkan fatal jika tertelan (Syah, 2006).

Natrium hidroksida (NaOH) atau Kalium hidroksida (KOH) merupakan

katalis basa yang dapat digunakan. Dalam proses pembuatan biodiesel, KOH lebih

mudah digunakan dan waktu yang diperlukan 1,4 kali lebih cepat dibandingkan

dengan penggunaan NaOH serta memberikan hasil samping pupuk potash. NaOH

lebih mudah didapatkan dan harganya lebih murah. Bahan–bahan ini dapat dibeli

di toko–toko kimia (Susilo, 2006).

Proses Pembuatan Biodisel

Pembuatan biodiesel diawali dengann memasukan SJO (Straight Jathropa

Oil) ke tangki penampungan, lalu sementara itu, reaksikan (campurkan) metanol

20 % dengan NaOH 1 % dari berat minyak jarak kasar yang diolah. Selanjutnya,

masukan campuran ini ke dalam tangki penampung yang berisi SJO. Aduk selama

60 – 90 menit pada temperatur stabil 60 0C (Priyanto, 2007).

Setelah proses tersebut berlangsung akan terjadi dua lapisan, cairan di

bagian atas berupa biodiesel dan cairan di bawahnya berupa gliserol. Dua lapisan

akan terbentuk secara sempurna setelah dibiarkan selamah 10 jam. Untuk

mendapatkan biodiesel, lapisan bagian atas tersebut diambil, lalu dibersihkan dari

sisa katalisator menggunakan air panas. Pencucian dengan air panas ini bisa

dilakukan hingga 2 – 3 kali. Setelah lakukan pemisahan biodiesel dengan air

kemudian keringkan menggunakan pemanas, biodiesel baru baru bisa digunakan.

Pengolahan SJO menjadi biodiesel seperti ini sudah memenuhi syarat untuk

(36)

Biodiesel diproses berdasarkan reaksi kimia yang disebut Transesterifikasi.

Proses ini pada dasarnya adalah mereaksikan minyak nabati dengan metanol atau

etanol yang di bantu dengan katalisator soda api (NaOH) atau KOH (Syah, 2006).

Pada dasarnya, pabrik biodiesel adalah tempat untuk mengkonversi

tersebut sesungguhnya tidak lebih dari suatu tindakan mencampur minyak nabati

dengan alkohol, mengaduk, dan merebusnya. Maka dapat dibayangkan, bahwa

suatu pabrik biodiesel sebenarnya hanyalah bejana–bejana atau tangki perebus

dengan alat pengaduk minyak nabati dan alkohol. Tangki–tangki tersebut bisa

berkapasitas kecil, juga bisa berkapasitas besar (Syah, 2006).

Metil ester (biodiesel) dari minyak jarak pagar dapat dihasilkan melalui

proses Transesterifikasi trigliserida dari minyak jarak. Transesterifikasi adalah

penggantian gugus alkohol dari aster dengan alkohol lain dalam suatu proses

yang menyerupai hidrolisis. Namun berbeda dengan hidrolisis, pada proses

Transesterifikasi bahan yang digunakan bukan air melainkan alkohol. Umumnya,

katalis yang digunakan adalah NaOH dan KOH (Hambali, et al., 2006).

Refined fatty oil yang memiliki kadar asam lemak bebas (free fatty oil)

rendah, sekitar 2 % bisa langsung diproses dengan metode transesterifikasi

menggunakan katalis alkalin untuk menghasilkan metil ester dan gliserol. Namun

bila kadar asam minyak tersebut masih tinggi, maka sebelumnya perlu dilakukan

proses praesterifikasi terhadap minyak tersebut. Kandungan air dalam minyak

tumbuhan juga harus diperiksa sebelum dilakukan proses transesterifikasi

(37)

Keunggulan Biodiesel

1. Angka setana tinggi (>50), yakni angka yang menunjukan ukuran baik

tidaknya kualitas solar berdasarkan sifaf kecepatan bakar dalm ruang bakar

mesin. Semakin tinggi bilangan setana, semakin cepat pembakaran

semakin baik efisiensi termodinamisnya.

2. Titik kilat tinggi, yakni temperatur terendah yang dapat menyebabkan uap

biodiesel menyala, sehingga biodiesel lebih aman dari bahaya kebakaran

pada saat disimpan maupun pada saat didistribusikan dari pada solar

3. Tidak mengandung sulfur dan benzena yang mempunyai sifat karsinogen,

serta dapat diuraikan secara alami

4. Menambah pelumasan mesin yang lebih baik daripada solar sehingga akan

memperpanjang umur pemakaian mesin

5. Dapat dengan mudah dicampur dengan solar biasa dalam berbagai

komposisi dan tidak memerlukan modifikasi mesin apapun

6. Mengurangi asap hitam dari gas asap buang mesin diesel secara signifikan

walaupun penambahan hanya 5 % - 10 % volume biodiesel kedalam solar

(Efendi, 2006).

Pemurnian Minyak

Senyawa pengotor yang biasa terkandung di dalam minyak jarak

diantaranya adalah gum (getah atau lendir yang terdiri dari fosfatida, protein,

residu, karbohidrat, air dan resin), asam lemak bebas, dan senyawa pengotor

lainnya. Sebagai contoh, asam lemak bebas yang masih terkandung di dalam

(38)

menimbulkan jelaga (kerak) di permukaan injektor mesin diesel. Gum pada

minyak jarak akan meningkat viskositas biodisel yang dihasilkan. Proses

pemurnian minyak yang perlu dilakukan untuk pembuatan biodisel adalah proses

pemisahan gum (degumming) dan proses pemisahan asam lemak bebas

(netralisasi). Sementara proses pemucatan (bleaching) dan proses penghilangan

bau (deodorisasi) tidak diperlukan (Hambali, et al., 2006).

1. Proses pemisahan gum (deguming)

Pemisahan gum merupakan suatu proses pemisahan getah atau lendir yang

terdiri dari fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air dan resin, tanpa mengurangi

jumlah asam lemak bebas dalam minyak. Biasanya proses ini dilakukan dengan

cara penambahan asam fosfat ke dalam minyak, lalu dipanaskan sehingga akan

membentuk senyawa fosfolipid yang lebih mudah terpisah dari minyak.

Kemudian disusul dengan proses pemusingan (sentrifusi) (Hambali, et al., 2006).

Sebelum proses ditransesterifikasi, minyak biasanya mengalami sejumlah

tahap pemurnian. Tahap ini dilakukan untuk menghilangkan berbagai bahan yang

tidak diinginkan seperti fosfatida, asam lemak bebas, lilin tokoferol, atau zat

warna, yang dapat memperlambat reaksi. Tahap pemurnian pertama adalah

pembuangan fosfatida, yang dikenal sebagai proses degumming. Fosfatida

membuat minyak menjadi gelap (turbid) selama penyimpanan dan mengakibatkan

berkumpulnya air dalam produk ester. Fosfatida yang terlarut dapat dibuang

dengan penambahan air ke dalam minyak pada suhu 60 – 90 0C dan diikuti

pemisahan sentrifugasi dari fase air dan minyak yang dimurnikan

(39)

atau fosforik). Tahap ini diperlukan untuk mendekomposisi bahan tersebut

(degumming asam). Dalam tahap ini penambahan sejumlah kecil metanol juga

memberi manfaat, karena membuat fosfatida mengembang dan menguap.

Pengembangan terbaru dalam pemurnian minyak adalah penerapan hidrolisa

enzimatis untuk membuang fosfatida yang terlarut dan yang tidak terlarut secara

lebih efektif (Syah, 2006).

2. Proses pemisahan asam lemak bebas (netralisasi)

Netralisasi adalah suatu proses pemisahan asam lemak bebas dari minyak atau

lemak dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi

lainnya sehingga membentuk sabun. Pemisahan asam lemak bebas dapat juga

dilakukan dengan cara penyulingan yang dikenal dengan istilah deasidifikasi

(Hambali, et al., 2006).

Deasidifikasi merupakan tahap pemurnian penting untuk minyak makan guna

mencegah bau tengik dari produk. Deasidifikasi biasanya dicapai melalui

netralisasi sederhana dengan alkali. Alternatif metode deasidifikasi yang lebih

banyak mengkonsumsi energi adalah pembuangan asam lemak bebas melalui

distilasi (pemurnian). Keunggulan distilasi adalah asam lemak bebas yang

diperoleh dapat langsung diambil untuk penggunaan selanjutnya. Proses distilasi

juga mampu menghilangkan bahan berbau (Syah, 2006).

3. Proses pemucatan (bleaching)

Pemucatan adalah suatu tahap proses pemurnian minyak untuk menghasilkan

zat – zat warna yang tidak disukai dalam minyak. pemucatan dapat dilakukan

(40)

(fuller earth), lempung aktif (activeted clay), dan arang aktif, atau dapat juga

menggunakan bahan kimia. Adsorben akan menyerap zat – zat warna pengotor

sehingga minyak akan menjadi lebih jernih. Namun untuk tujuan pembuatan

biodiesel, proses ini tidak diperlukan (Hambali, et al., 2006).

4. Proses penghilangan bau (deodorisasi)

Deodorisasi adalah suatu proses pemurnian minyak yang bertujuan untuk

menghilangkan bau yang tidak enak dalam minyak. Prinsip proses deodorisasi,

yaitu penyulingan minyak dengan uap panas dalam tekanan atmosfer atau keadaan

vakum. Hanya saja untuk biodiesel, proses ini tidak diperlukan

(Hambali, et al., 2006).

Esterifikasi dan Transesterifikasi

Transesterifikasi merupakan metode yang saat ini paling umum digunakan

untuk memproduksi biodiesel dari refined fatty oil. Metode ini bisa menghasilkan

biodiesel (FAME) hingga 98 % dari bahan baku minyak tumbuhan

(Bouaid dkk., 2005). Bila bahan baku yang digunakan adalah minyak mentah

yang mengandung kadar asam lemak bebas (free fatty acid - FFA) tinggi (yakni

lebih dari 2 % - Ramadhas dkk. (2005)), maka perlu dilakukan proses

praesterifikasi untuk menurunkan kadar asam lemak bebas hingga sekitar 2 %.

Ramadhas dkk. (2005) melakukan dua tahap esterifikasi untuk memproses minyak

biji karet mentah (unrefined rubber seed oil) menjadi biodiesel. Kedua proses

(41)

sulfat (sulphuric acid) 0.5 wt % dan alkohol (umumnya metanol) dengan

molar rasio antara alkohol dan bahan baku minyak sebesar 6:1 terbukti

memberikan hasil konversi yang baik.

2. Esterifikasi alkalin: Selanjutnya dilakukan proses transesterifikasi terhadap produk tahap pertama di atas menggunakan katalis alkalin. Sodium hidroksida

0.5 wt % dan alkohol (umumnya metanol) dengan rasio molar antara alkohol

dan produk tahap pertama sebesar 9:1 digunakan dalam proses

transesterifikasi ini.

(Berita iptek, 2007).

Kedua proses esterifikasi di atas dilakukan pada temperatur 40 – 50 0C.

Esterifikasi dilakukan di dalam wadah berpengaduk magnetik dengan kecepatan

konstan. Keberadaan pengaduk ini penting untuk memastikan terjadinya reaksi di

seluruh bagian reaktor. Produk esterifikasi alkalin akan berupa metil ester di

bagian atas dan gliserol di bagian bawah (akibat perbedaan densitas). Setelah

dipisahkan dari gliserol, metil ester tersebut selanjutnya dicuci dengan air distilat

panas (10 vol %). Karena memiliki densitas yang lebih tinggi dibandingkan metil

ester, air pencuci ini juga akan terpisahkan dari metil ester dan menempati bagian

bawah reaktor. Metil ester yang telah dimurnikan ini selanjutnya bisa digunakan

sebagai bahan bakar mesin diesel (Berita iptek, 2007).

Selain untuk menurunkan kadar asam, pada proses praesterifikasi juga perlu

dilakukan pengurangan kadar air. Pada prinsipnya, pengurangan kadar air bisa

(42)

gravitasi mengandalkan perbedaan densitas antara minyak dengan air, air yang

lebih berat akan berposisi di bagian bawah untuk selanjutnya dapat dipisahkan.

Sedangkan separasi distilasi mengandalkan titik didih air sekitar 100 0C dan pada

beberapa kasus digunakan pula tekanan rendah untuk memaksa air keluar dan

terpisah dari minyak (Berita iptek, 2007).

Menggunakan proses katalis-asam dua tahap untuk menghasilkan biodiesel

dari minyak dedak/bekatul beras (rice bran oil) yang memiliki kadar asam tinggi.

Proses tahap pertama dilakukan pada temperatur 60 0C dan tekanan atmosfer.

Rasio molar antara methanol dan asam lemak bebas (FFA) diset pada 5:1.

Temperatur di dalam wadah/reaktor dijaga dengan cara mencelupkannya ke dalam

fluida (oil) dengan temperatur tertentu (oil bath with temperature controller).

Pengaduk magnetik digunakan untuk memastikan terjadinya reaksi kimia di

seluruh bagian wadah. Asam sulfat (sulphuric acid) 2 wt % dicampurkan terlebih

dahulu dengan methanol untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam wadah/reaktor.

Setelah 2 jam, proses dihentikan dan campuran di dalam reaktor didinginkan

hingga mencapai temperatur ruang. Produk dipisahkan dan dibersihkan

menggunakan air. Fasa organik kemudian dipisahkan dari air dan dikeringkan

dengan teknik tekanan rendah (vakum). Produk akhir tahap pertama ini kemudian

diproses lagi menggunakan katalis asam yang sama, asam sulfat, dengan

konsentrasi asam sulfat 2 wt% dan rasio molar antara metanol dan minyak sebesar

9:1. Reaksi dilakukan dalam wadah tertutup pada temperatur 100 0C dan

kecepatan pengaduk sebesar 300 rpm (putaran per menit). Sekitar 96 % metil ester

(43)

menggunakan minyak dedak/bekatul beras yang semula memiliki kadar asam

lemak bebas (FFA) sebesar 76 % (Berita iptek, 2007).

Bila bahan baku minyak yang digunakan merupakan minyak yang telah

diproses (refined fatty oil) dengan kadar air dan asam lemak bebas yang rendah,

maka proses esterifikasi dengan katalis alkalin bisa langsung dilakukan terhadap

minyak tersebut. Transesterifikasi pada dasarnya terdiri atas 4 tahapan, yakni:

1. Pencampuran katalis alkalin (umumnya sodium hidroksida atau potassium

hidroksida) dengan alkohol (umumnya metanol). Konsentrasi alkalin yang

digunakan bervariasi antara 0.5 - 1 wt % terhadap massa minyak. Sedangkan

alkohol diset pada rasio molar antara alkohol terhadap minyak sebesar 9:1.

2. Pencampuran alkohol + alkalin dengan minyak di dalam wadah yang dijaga

pada temperatur tertentu (sekitar 40 – 60 0C) dan dilengkapi dengan pengaduk

(baik magnetik ataupun motor elektrik) dengan kecepatan konstan (umumnya

pada 600 rpm - putaran per-menit). Keberadaan pengaduk sangat penting untuk

memastikan terjadinya reaksi metanolisis secara menyeluruh di dalam campuran.

Reaksi metanolisis ini dilakukan sekitar 1 - 2 jam.

3. Setelah reaksi metanolisis berhenti, campuran didiamkan dan perbedaan

densitas senyawa di dalam campuran akan mengakibatkan separasi antara metil

ester dan gliserol. Metil ester dipisahkan dari gliserol dengan teknik separasi

gravitasi.

4. Metil ester yang notabene biodiesel tersebut kemudian dibersihkan

(44)

katalis alkalin, gliserol dan sabun-sabun (soaps). Lebih tingginya densitas air

dibandingkan dengan metil ester menyebabkan prinsip separasi gravitasi berlaku:

air berposisi di bagian bawah sedangkan metil ester di bagian atas

(Berita iptek, 2007).

Transesterifikasi didefenisikan sebagai penukaran grup alkoksi dari ester

dengan alkohol lain. Reaksi ini sering melibatkan katalis dengan cara

menambahkan asam atau basa. Asam dapat mengkatalis reaksi dengan cara

mendonorkan elektron ke grup alkoksi, sehingga bisa membuat gugus ini lebih

reaktif. Sebaliknya basa bisa berfungsi sebagai katalis dalam reaksi dengan cara

menarik elektron dari alkohol sehingga gugus ini menjadi reaktif (Susilo, 2006).

Faktor utama yang mempengaruhi rendemen ester yang dihasilkan pada

reaksi transesterifikasi adalah rasio molar antara trigliserida dan alkohol, jenis

katalis yang digunakan, suhu reaksi, waktu reaksi, kandungan air dan kandungan

asam lemak bebas pada bahan baku yang dapat menghambat reaksi. Faktor lain

yang mempengaruhi kandungan ester pada biodiesel, diantaranya kandungan

gliserol, jenis alkohol yang digunakan pada reaksi transesterifikasi, jumlah katalis

sisa dan kandungan sabun (Hambali, et al., 2006).

Proses pembuatan biodiesel dari minyak nabati disebut transesterifikasi.

Transesterifikasi merupakan perubahan bentuk dari satu jenis ester menjadi

bentuk ester yang lain. Suatu ester merupakan suatu rantai hidrokarbon yang akan

(45)

Reaksi Transesterifikasi minyak jarak pagar menjadi biodiesel

O

H2C – OCR H2C - OH

O O

HC – OCR + 3CH2OH 3RCOH + HC - OH Metanol

Metil Ester

H2C – OCR H2C – OH Trigliserida Gliserol

Gambar 1. Reaksi transesterifikasi minyak jarak pagar menjadi biodiesel

(46)

Skema reaksi proses transesterifikasi dari trigliserida dengan metanol,

CH2 – O – COR1 CH2 – O – COR1

CH – O – COR2 + CH3OH CH – O – COR 2 + R3 – COOCH3 (1)

CH2 – O – COR3 CH2 – OH

CH2 – O – COR1 CH2 – O – COR1

CH – O – COR2 + CH3OH CH – O – COR 2 + R2 – COOCH3 (2)

CH2 – OH CH2 – OH

CH2 – O – COR1 CH2 – O – OH

CH – OH + CH3OH CH – O – OH + R1 – COOCH3 (3)

CH2 – OH CH2 – OH

CH2 – O – COR CH2 – OH

CH – O – COR + 3CH3OH CH – OH + 3 R – COOCH3 (4)

CH2 – O – COR CH2 – OH

Lower phase Upper phase

Gambar 2. Skema Reaksi Proses Transesterifikasi Dari Trigliserida Dengan Metanol

(47)

Tabel 4. Perbandingan Karakteristik SJO dan Biodiesel Jarak Pagar

Sumber: Bahan-Bahan BPPT di dalam Priyanto (2007).

Tabel 4. Pengaruh Kandungan FFA Terhadap Rendemen

Kandungan FFA Rendemen Proses Kandungan FFA

(48)

Tabel 5. Standar Mutu Biodiesel

Sifat Bahan Bakar Satuan DIN 51606 US ASTM

Standart Jerman Standart USA

Titik bakar 0C 100 min 100 min

Kandungan air Vol % - 0,05

Residu karbon Wt% 0,39 max 0,05 max Abu sulfat Wt% - 0,020 max

Viskositas CSt 3,5-5,0 1,96-6,5

Kadar belerang Wt% 0,01 max 0,05 max Bilangan setana - 49 min 40 min

Titik embun 0C - 3 0C

Karat tembaga - 1 max 3 max

Jumlah asam mg/g 0,50 max 0,80 max

(49)

BAHAN DAN METODA

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji jarak yang

diperoleh dari Perkebunan Jarak Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2007 di Laboratorium Unit

Produksi Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bahan

- Minyak jarak (SJO)

Reagensia

- 1 botol isopropil alkohol 95 %

- Metanol (CH3OH)

- NaOH

- Air distilasi.

Alat Penelitian

- Beakerglass - Dongkrak

- Corong - Erlenmeyer

- Hot Plate - Hidraulik Pres

- Gelas Ukur - Aluminium Foil

(50)

- Desikator - Blender - Timbangan

- Oven - Labu ukur 20ml - Labu 500 ml

- Loyang - Pompa kecil - Pipet dengan ukuran 1ml

- Gelas bejana 1500ml

Metoda Penelitian

Penelitian ini menggunakan Metoda Rancangan Acak Lengkap ( RAL ).

Faktorial yang terdiri dari 2 faktor, yaitu :

Faktor I : Kuantitas atau jumlah Metanol (L)

L1 = 10 %

L2 = 15 %

L3 = 20 %

L4 = 25 %

Faktor II : Konsentrasi NaOH (S)

S1 = 0,5 %

S2 = 1,0 %

S3 = 1,5 %

S4 = 2,0 %

Banyaknya kombinasi perlakuan ( Tc ) adalah 4 x 4 = 16, maka jumlah

ulangan ( n ) adalah sebagai berikut :

Tc ( n – 1 ) ≥ 15

16 ( n – 1 ) ≥ 15

16n – 16 ≥ 15

(51)

Model Rancangan

Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap ( RAL )

hedonik dengan model :

ijk = µ + i + j + ( )ij + ijk

ijk : Hasil Pengamatan dari Faktor L dari taraf ke- I dan Faktor L pada taraf

ke – j dengan ulangan k

µ : Efek nilai tengah

i : Efek dari Faktor L pada taraf ke – I

j : Efek dari Faktor S pada Taraf ke – j

( )ij : Efek interaksi faktor L pada taraf ke – I dan faktor S pada taraf ke – j

ijk : Efek galat dari faktor L pada taraf ke – I dan faktor S pada taraf ke – j

dalam ulangan k.

Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka

dilanjutkan uji LSR ( Hanafiah, 2005 ).

Pelaksanaan Penelitian

Ekstraksi minyak jarak

Proses ekstraksi minyak jarak dilakukan sebagai berikut :

Buah jarak hasil panen dikupas, dipisahkan dari kulit pembungkus buah.

Dipisahkan daging buah dari cangkang (tempurung) untuk memperoleh kernel

(daging buah). Daging buah dikeringkan didalam oven sesuai perlakuan. Di press

dengan menggunakan alat pengepres hidraulik. Minyak yang dihasilkan

(52)

Prosedur pembuatan biodiesel

Ditentukan jumlah katalis yang dibutuhkan untuk setiap tahapan minyak

nabati yang digunakan Diukuran kuantitas metanol, soda api dan minyak nabati.

Dilarutkan soda api ke dalam metanol dengan pencampuran selama 5 menit.

Dicampurkan natrium metoksida atau campuran soda api NaOH + metanol

dengan minyak nabati selama 60 menit dalam sebuah blender. Dibiarkan gliserol

mencapai bagian bawah blender. Pencampuran Metanol dan alkohol

Ditambahkan ke dalam minyak jarak selama 90 menit untuk pengadukan dengan

suhu 60 0C. Terjadi proses transesterifikasi. Dilakukan pengendapan, didiamkan

wadah selama 8 – 24 jam pengendapan akan menghasilkan Gliserol dan metil

ester. Dilakukan pencucian, pencucian gelembung dengan menggunakan air, dapat

dilakukan tiga kali ulangan (sampai pH air 7). Dilakukan pengeringan untuk

mengurangi jumlah air pada biodiesel.

Pengamatan dan Pengukuran Data

Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisis terhadap

parameter :

1. Rendemen

2. Kadar air

3. Kadar asam lemak bebas

4. Bilangan peroksida

(53)

Penentuan rendemen (Sudarmaji, et al., 1989)

Rendemen ditentukan sebagai persentase perbandingan berat volume

minyak jarak yang digunakan dengan berat volume metil ester yang diperoleh. .

%

Penentuan kadar air ( Sudarmaji, et al., 1989 )

Ditimbang 5 gr minyak kedalam petridish yang telah diketahui beratnya.

Kemudian dimasukkan dalam oven pada suhu 105 0C selama 3 jam. Lalu contoh

dari oven didinginkan kedalam desikator selama ± 15 menit. Kemudian contoh

ditimbang untuk mengetahui berat akhirnya dan dihitung kadar air dengan rumus:

%

Penentuan kadar asam lemak bebas ( Sudarmaji, et al., 1989 )

Minyak atau lemak sebanyak 10 – 20 gram ditambah 50 ml alkohol netral

95 % kemudian dipanaskan 10 menit dalam pemanas air sambil diaduk dan

ditutup dengan pendingin balik. Alkohol berfungsi untuk melarutkan asam lemak.

Setelah didinginkan kemudian dititrasi dengan NaOH 0, 1 N menggunakan

indikator phenolptalein sampai tepat warna merah jambu.

%

Penentuan bilangan peroksida ( Sudarmaji, et al., 1989 )

Minyak atau lemak sebanyak 5 gram dilarutkan dalam campuran asetat

(54)

iod ( I2 ). Iod yang bebas dititrasi dengan natrium thiosulfat menggunakan

indikator amilum sampai warna biru hilang.

%

Pengukuran viskositas dengan menggunakan viskosimeter bola jatuh yang

telah dimodifikasi. Diukur diameter bola, ditimbang massa contoh di dalam gelas

ukur. Diambil bola dengan menggunakan pinset dan dilepaskan berlahan – lahan

dari jarak1 cm di atas contoh, diukur waktu jatuhnya bola. Ditentukan koefisien

kekentalan dengan menggunakan rumus :

(55)

SKEMA PEMBUATAN BIODIESEL

Tahap I Ekstraksi minyak jarak

Biji Jarak

Pengupasan Biji dari Kulit Pembungkus

Pemisahan Daging Buah dari Cangkang

Pengeringan

Pengepresan

Penyaringan

Minyak Jarak Kasar ( Crude Jatropha Oil )

(56)
(57)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Secara umum melalui penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa

metanol memberikan pengaruh terhadap rendemen, kadar air, kadar asam lemak

bebas, bilangan peroksida dan viskositas dapat dijelaskan di bawah ini.

Pengaruh Metanol terhadap Parameter yang Diamati

Dari hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, secara umum

menunjukan bahwa konsentrasi metanol memberikan pengaruh terhadap

rendemen, kadar air, kadar asam lemak bebas, bilangan peroksida dan viskositas.

Dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Pengaruh Metanol terhadap parameter yang diamati

Konsentrasi Rendemen Kadar Kadar asam Bilangan Viskositas

Metanol Air Lemak Bebas Peroksida

(%) (%) (%) (%) (meq/100 gr Bahan) (N.m-2.s)

L1 = 10 21,65 1,06 0,26 2,73 5,41

L2 = 15 22,64 1,05 0,21 2,66 4,89

L3 = 20 23,94 1,03 0,17 2,52 4,24

L4 = 25 25,02 0,99 0,11 2,25 3,61

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa semakin besar konsentrasimetanol maka,

rendemen semakin meningkat sedangkan kadar air, kadar asam lemak bebas,

bilangan peroksida dan viskositas semakin menurun dengan bertambahnya

konsentrasi metanol. Rendemen tertinggi diperoleh pada perlakuan L4 (25 %)

yaitu sebesar 25,02 % dan terendah diperoleh pada perlakuan L1 (10 %) yaitu

sebesar 21,65 %. Kadar air tertinggi diperoleh pada perlakuan L1 (10 %) yaitu

Gambar

Tabel 1. Komposisi Kimia Biji Jarak
Tabel 3. Sifat Fisik dan Kimia Minyak Jarak
Gambar 1. Reaksi transesterifikasi minyak jarak pagar menjadi biodiesel
Gambar 2.  Skema Reaksi Proses Transesterifikasi Dari                             Trigliserida Dengan Metanol
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan karuniaNya sehingga kami selaku kelompok 1 dapat

Flight automation tools implemented on most NASA Airborne Science platforms include standard payload interfaces, payload controllers, on-board internet and time server equipment,

[r]

Karena hasil pemilu adalah hal yang sangat penting, harus ada lembaga yang menyelesaikan sengketa hasil pemilu.. Jika Pilkada adalah pemilu maka

MODEL PENGEMBANGAN PRODUK - PRODUK BERBASIS KEARIFAN LOKAL YANG BERDAYA SAING MEMASUKI MEA 2015 ( STUDI PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM DI SULAWESI SELATAN ). 79 Universitas Kristen

PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DESA

Pendampingan Kegiatan DAK Infrastruktur Irigasi Pekerjaan Paket 1 Rehabilitasi Jaringan Irigasi DI.. Pruso I Desa Barukan,