PENINGKATAN NILAI TAMBAH MINYAK JARAK
PAGAR (Jatropha curcas Linn) UNTUK PEMBUATAN
SABUN TRANSPARAN
MUHAMAD MALIK GUNAWAN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Peningkatan Nilai Tambah Minyak Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn) untuk Pembuatan Sabun Transparan” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2011
M. Malik Gunawan
MALIK GUNAWAN. Added value of Jatropha curcas Linn oil by using it as a material of transparent soap. Supervised by Erliza Hambali and Ani Suryani.
Jatropha curcas Linn has been known as a plant that has medicinal properties include in its oil. This paper attempt to describe how to increase added value of
Jatropha curcas Linn oil in form of transparent soap. This research used Jatropha curcas Linn oil in transparent soap formula has been conducted. The treatment in this reasearh was only concentration level of Jatropha curcas oil in the transparent soap formula. The effect of oil concentration level in transparent soap formula was identified by water content, free fatty acid content, free alkaline, unsaponiviable fraction, mineral oil content, and foam stability. Transparent soap that was produced then tested to the consummer. Organoleptic test (hedonic test) was performed to know the consummer preference through scent effect, appearance, effect on the skin, hardness, transparency level. Overall test then ranked and the best soap that contain Jatropha curcas Linn oil was 5 %. Added value also was counted in transfoming of Jatropha curcas Linn oil into transparent soap.
curcas Linn) Untuk Pembuatan Sabun Transparan. Dibimbing oleh Erliza Hambali and Ani Suryani.
Pohon jarak pagar telah banyak dikenal sebagai pohon yang memiliki fungsi medis, termasuk dengan khasiat minyaknya. Tulisan ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana meningkatkan nilai tambah minyak jarak pagar menjadi produk sabun transparan. Penelitian ini menggunakan minyak jarak pagar pada formulasi pembuatan sabun. Perlakuan pada penelitian ini hanya menggunakan satu faktor yaitu faktor konsentrasi minyak jarak pagar dalam formulasi sabun transparan. Pengaruh faktor konsentrasi minyak jarak pagar dalam sabun transparan diidentifikasi melalui kadar air dan zat menguap, asam lemak bebas, alkali bebas, bilangan tak tersabunkan, dan kandungan minyak mineral. Sabun transparan yang dihasilkan kemudian diuji dengan menggunakan uji organoleptik kepada 31 orang semi terlatih, yang diuji adalah, efek bau, penampakan sabun, efek dikulit, kekerasan sabun, dan tingkat transparansi sabun. Hasil test dari keseluruhan diketahui bahwa sabun dengan konsentrasi minyak jarak pagar 5% adalah yang terbaik. Kemudian dihitung nilai tambah minyak jarak pagar pada pembuatan produk sabun transparan.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
PENINGKATAN NILAI TAMBAH MINYAK JARAK
PAGAR (Jatropha curcas Linn) UNTUK PEMBUATAN
SABUN TRANSPARAN
M. MALIK GUNAWAN
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Teknologi Industri Pertanian
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
NIM : F351074041
Program Studi : Teknologi Industri Pertanian
Disetujui Komisi Pembimbing
Ketua
Prof. Dr. Erliza Hambali
Anggota
Prof. Dr. Ir. Ani Suryani, DEA
Diketahui
Ketua Program Studi Teknologi Industri Pertanian
Dr. Ir. Machfud,MS
Tanggal Ujian: 15 Juli 2011
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah “Peningkatan Nilai Tambah Minyak Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn) Untuk Pembuatan Sabun Transparan”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof. Dr. Erliza Hambali dan Ibu Prof. Dr. Ir. Ani Suryani, DEA selaku komisi pembimbing atas inspirasi, bimbingan, dorongan semangat, dan ilmu yang diberikan kepada peneliti selama penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini. Terima kasih kepada Dr. Ono Suparno STP, MT atas segala masukannya. Terima kasih tak terhingga juga disampaikan kepada kedua orang tua tercinta Wan Muhammad Sirin, SH (alm) dan mamahku Ruhaeti, istriku tercinta Melawati, anak-anakku Nandindra Dianah dan Alya Yasmin Habibah, serta seluruh keluarga besar PT. Adev Natural Indonesia yang memberikan dorongan semangat, bantuan materi, kesabaran, dan lain sebagainya kepada penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2011
Muhammad Sirin, SH (alm) dan ibu Ruhaeti Penulis merupakan putra tunggal. Tahun 1999 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Ciawi dan pada tahun 1999 yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian (FATETA). Selama mengikuti perkuliahan di S-1 Teknologi Industri Pertanian IPB, penulis menjadi asisten dosen mata kuliah ilmu komputer pada tahun ajaran 2002/2003
Tahun 2005 penulis memperoleh kelulusan dari S-1 Departemen Teknologi Industri Pertanian, FATETA, IPB dengan predikat memuaskan. Pada tahun 2008 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan ke program magister (pasca sarjana) pada Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB dengan bantuan beasiswa. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC-LPPM-IPB) , Bogor.
DAFTAR ISI
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jarak Pagar ... 5
3.5. Pembuatan Sabun Transparan Berdasarkan Formula yang Ditetapkan 19
3.6. Analisis Sifat Fisiko-Kimia Sabun Transparan... 20
3.7. Uji Organoleptik ... 20
3.8. Penentuan Sabun Terbaik ... 21
3.9. Rancangan Percobaan ... 21
3.10. Analisis Nilai Tambah ... 22
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Minyak Jarak pagar ... 23
4.2. Pembuatan Sabun Transparan ... 24
4.3. Analisis Sifat Fisiko Kimia Sabun Transparan ... 25
4.3.2. Jumlah Asam Lemak ... ... 28
4.3.3. Alkali Bebas (Dihitung sebagai NaOH) ... ... 30
4.3.4. Fraksi Tak Tersabunkan ... ... 32
4.3.5. Kejernihan Sabun ... ... 35
4.3.6. Stabilitas Busa ... ... 37
4.3.7. Minyak Mineral ... ... 39
4.4. Hasil Uji Organoleptik ... 39
4.4.1. Kesan Aroma atau Bau ... 40
4.4.2. Penampakan ... 41
4.4.3. Kesan di Kulit ... 43
4.4.4. Pembusaan ... 44
4.4.5. Tingkat Kekerasan (Tekstur) ... 46
4.4.6. Kejernihan/Transparansi ... 47
4.4.7. Peringkat Sabun Terbaik ... 48
4.4.8. Analisis Nilai Tambah Produk ... 49
5. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 53
5.2. Saran ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 55
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Komposisi Asam Lemak Minyak Jarak ... 7
2 Hubungan Antara Asam Lemak dan Karakteristik Sabun ... 8
3 Model Perhitungan Metode Hayami ... 16
4 Tabulasi Hitungan Kebutuhan Naoh ... 18
5 Standar Mutu Sabun Mandi (SNI 06-3532-1994) ... 20
6 Hasil Analisis Sifat Fisiko Kimia Minyak Jarak Pagar ... 23
7 Rekapitulasi Hasil Analisis Kadar Air Sabun Transparan ... 26
8 Rekapitulasi Hasil Analisis Jumlah Asam Lemak Sabun Transparan . 28
9 Rekapitulasi Hasil Analisis Alkali Bebas Sabun Transparan ... 30
10 Rekapitulasi Hasil Analisis Fraksi Tak Tersabunkan Sabun Transparan ... 33
11 Rekapitulasi Hasil Analisis Nilai Absorbansi Sabun Transparan ... 35
12 Rekapitulasi Hasil Analisis Stabilitas Busa Sabun Transparan ... 37
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Reaksi Saponifikasi dan Netralisasi ... 10
2 Minyak Jarak Pagar ... 23
3 Sabun Transparan Dengan Kandungan Minyak Jarak 0,2,5 Dan 8% .. 25
4 Diagram Kotak Garis yang Menggambarkan Hubungan Antara Konsentrasi Minyak Jarak dan Kadar Air Dalam Sabun Transparan ... 27
5 Diagram Kotak Garis yang Menggambarkan Hubungan Antara Konsentrasi Minyak Jarak dan Jumlah Asam Lemak Dalam Sabun Transparan ... 30
6 Diagram Kotak Garis yang Menggambarkan Hubungan Antara Konsentrasi Minyak Jarak dan Alkali Bebas Dalam Sabun Transparan ... 32
7 Diagram Kotak Garis yang Menggambarkan Hubungan Antara Konsentrasi Minyak Jarak dan Fraksi Tak Tersabunkan Dalam Sabun Transparan ... 34
8 Diagram Kotak Garis yang Menggambarkan Hubungan Antara Konsentrasi Minyak Jarak dan Nilai Absorbansi Dalam Sabun Transparan ... 36
9 Diagram Kotak Garis yang Menggambarkan Hubungan Antara Konsentrasi Minyak Jarak dan Stabilitas Busa Dalam Sabun Transparan ... 38
10 Hasil Uji Hedonik Terhadap Kesan Bau Sabun Transparan ... 40
11 Hasil Uji Hedonik Terhadap Penampakan Sabun Transparan ... 42
12 Hasil Uji Hedonik Terhadap Kesan Di Kulit Sabun Transparan... 43
13 Hasil Uji Hedonik Terhadap Pembusaan Sabun Transparan ... 45
14 Hasil Uji Hedonik Terhadap Tekstur Sabun Transparan... 46
15 Hasil Uji Hedonik Terhadap Transparansi Sabun Transparan ... 47
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Diagram Alir Tahap Penelitian ... 60
2 Prosedur Analisis Sifat Fisikokimia Minyak Jarak Pagar ... 61
3 Diagram Alir Pembuatan Sabun Transparan... 65
4 Prosedur Analisis Fisiko Kimia Sabun Transparan ... 66
5 Data Hasil Analisis Minyak Jarak Pagar ... 68
6 Hasil Analisis Kadar Air dan Zat Menguap ... 69
7 Hasil Analisis Ragam Terhadap Kadar Air dan Zat Menguap ... 70
8 Hasil Uji Beda Dengan Uji Tukey Untuk Kadar Air dan Zat Menguap ... 71
9 Hasil Analisis Jumlah Asam Lemak ... 72
10 Hasil Analisis Ragam Terhadap Jumlah Asam Lemak ... 72
11 Hasil Analisis Jumlah Alkali Bebas ... 73
12 Hasil Analisis Ragam Terhadap Jumlah Alkali Bebas ... 73
13 Hasil Analisis Fraksi Tak Tersabunkan ... 74
14 Hasil Analisis Ragam Terhadap Fraksi Tak Tersabunkan ... 75
15 Hasil Uji Beda Dengan Uji Tukey untuk Fraksi Tak Tersabunkan ... 76
16 Hasil Analisis Kejernihan ... 77
17 Hasil Analisis Ragam Terhadap Kejernihan ... 78
18 Hasil Uji Beda dengan Uji Tukey Untuk Kejernihan ... 79
19 Hasil Analisis Stabilitas Busa ... 80
20 Hasil Analisis Ragam Terhadap Stabilitas Busa ... 81
21 Hasil Analisis Minyak Mineral ... 81
22 Lembar Penilaian Uji Organoleptik ... 82
23 Hasil Uji Organoleptik Terhadap Kesan Bau ... 83
24 Hasil Uji Friedman untuk Kesan Bau ... 84
25 Hasil Uji Organoleptik Terhadap Penampakan ... 85
26 Hasil Uji Friedman untuk Penampakan ... 86
27 Hasil Organoleptik Terhadap Kesan di Kulit ... 87
28 Hasil Uji Friedman untuk Kesan di Kulit ... 88
29 Hasil Uji Organoleptik Terhadap Kesan Busa (Pembusaan) ... 89
31 Hasil Uji Organoleptik Terhadap Kekerasan Sabun ... 91
32 Hasil Uji Friedman untuk Kekerasan Sabun ... 92
33 Hasil Uji Organoleptik terhadap Kejernihan Sabun (Transparansi) ... 93
34 Hasil Uji Friedman untuk Kejernihan Sabun (Transparansi) ... 94
35 Hasil Rangking Sabun Transparan ... 95
1.1.
Latar BelakangTanaman jarak pagar (Jatropha curcas Linn) telah dikenal luas oleh
masyarakat Indonesia sebagai pembatas sekeliling rumah atau pagar, dan pohon
ini merupakan tanaman yang umum yang dapat ditemui dipekarangan rumah.
Hampir seluruh bagian tanaman jarak pagar mengandung zat yang dapat
diambil manfaatnya. Daun, getah dan minyak jarak pagar adalah bagian tanaman
yang sering diambil manfaatnya. Minyak jarak sangat baik digunakan untuk
minyak urut atau minyak pijat untuk bagian tubuh yang terkilir, mengurangi
pembengkakan, obat gatal kulit termasuk koreng, jamur, bisul dan luka berdarah.
Daun jarak digunakan untuk meredakan demam tinggi pada anak, sakit perut,
diare, dan sebagai obat pencahar untuk mengatasi sembelit. Getah jarak bersifat
antimikroba dan dapat digunakan untuk mengatasi sakit gigi karena gigi
berlubang
Minyak jarak pagar yang dimanfaatkan dalam bentuk mentah (tanpa olahan)
terlihat kurang menarik dan nilai tambahnya masih kecil. Salah satu usaha yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah minyak jarak pagar adalah
mengkonversi minyak menjadi sabun, terutama sabun transparan. Sabun
transparan memiliki keunggulan penampilan yang lebih menarik bila
dibandingkan dengan sabun opaque ataupun sabun translucent dengan kualitas
lain yang sebanding.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kagagalan pertanian buah jarak di
Subang, Jawa Barat dikarenakan biaya tanam lebih mahal bila dibandingkan
dengan harga jualnya. Hal ini menyebabkan harga minyak jarak pagar relatif lebih
mahal untuk dimanfaatkan menjadi bahan bakar, untuk itu diperlukan solusi
alternatif pemanfaatan lainnya yang memiliki nilai tambah yang lebih besar.
Alternatif yang mungkin dilakukan adalah dengan membuat sabun transparan dari
minyak jarak pagar, hanya saja belum diketahui berapa kadar minyak jarak pagar
dalam sabun transparan untuk mendapatkan karekteristik yang baik. Minyak jarak
digunakan adalah minyak jarak yang masih kasar. Hal ini dikarenakan teknologi
pemurnian minyak sulit dilakukan di tingkat petani.
Penelitian tentang sabun transparan telah banyak dilakukan. Kajian tentang
pengaruh konsentrasi sukrosa dan asam sitrat terhadap mutu sabun transparan
telah dilakukan oleh Purnamawati (2006). Dari hasil kajiannya diperoleh
informasi bahwa konsentrasi sukrosa 13% dan asam sitrat 5% merupakan
konsentrasi terbaik untuk menghasilkan sabun transparan. Fitriati (2007)
menambahkan ekstrak lengkuas pada formula sabun transparan. Sabun yang
dihasilkan memiliki daya anti jamur terhadap jamur penyebab penyakit kulit yaitu
Microsporum canis dan Tricophyton mentagrophytes. Lebih lanjut, dia
menyatakan bahwa sabun dengan ekstrak lengkuas 1% mampu menghambat
pertumbuhan kedua jamur ini pada tingkat pengenceran 3000 ppm. Untuk
meningkatkan kualitas sabun transparan Sinatrya (2009) melakukan kajian sifat
organoleptik dan cemaran mikroba sabun transparan dengan penambahan madu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan madu tidak mempengaruhi
jumlah mikroba yang terdapat dalam sabun transparan selama 45 hari
penyimpanan
Pase (2008) melaporkan bahwa minyak jarak memiliki karakteristik
aktivitas antimikroba yang lebih baik bila dibandingkan dengan minyak kelapa
dan campuran minyak jarak- minyak kelapa. Mikroba uji yang digunakan adalah
Streptococcus aureus dan Echeria coli. Pase (2008), menyatakan bahwa
penambahan khitosan dalam formula sabun dari minyak jarak dapat memperbaiki
struktur sabun yang dihasilkan. Kemudian Masri (2009) melakukan pembuatan
sabun opaq dari minyak jarak dengan penambahan tepung tapioka sebagai bahan
pengisi. Penambahan tapioka dapat meningkatkan kekerasan sabun transparan dan
strukstur sabun secara keseluruhan.
Sabun umumnya dibuat melalui reaksi saponifikasi antara asam lemak
dengan basa kuat. Perbedaan jenis asam lemak sebagai penyusun minyak atau
lemak (trigliserida) akan memberikan perbedaan pada karakteristik produk sabun
yang dihasilkan dari proses saponifikasi. Minyak dengan kandungan asam lemak
rantai pendek dan ikatan tak jenuh akan cenderung menghasilkan sabun cair,
akan cenderung menghasilkan sabun yang tidak larut pada suhu kamar (padat).
Yui (1996) menyatakan bahwa secara umum minyak dengan asam lemak rantai
karbon kurang dari 12 tidak diinginkan karena akan menghasilkan sabun yang
dapat menyebabkan iritasi terhadap kulit. Minyak dengan asam lemak rantai atom
karbon yang panjang akan membentuk sabun yang tidak mudah larut. Demikian
pula semakin besar proporsi asam-asam lemak tidak jenuh akan menghasilkan
sabun yang mudah berubah karena proses oksidasi dengan udara di atmosfir.
Salah satu minyak yang dapat digunakan untuk membuat sabun adalah minyak
jarak pagar. Menurut Gubitz et al., (1999), minyak jarak pagar memiliki
kandungan asam lemak dominan berupa asam lemak oleat (34,3 – 45,8 persen) dan asam lemak linoleat (29,0 – 44,2 persen).
Pemanfaatan minyak jarak pagar menjadi sabun transparan akan
meningkatkan nilai tambah minyak jarak pagar. Dengan demikian, diharapkan
secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan petani. Selain itu,
pembuatan sabun dari minyak jarak pagar juga dapat dipandang sebagai solusi
alternatif untuk mengatasi kendala pelaksanaan program pemerintah dalam
pengembangan biodiesel dari jarak pagar.
1.2. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui pengaruh konsentrasi minyak jarak dalam formula terhadap
perubahan sifat fisikokimia sabun transparan yang dihasilkan seperti kadar air
dan zat menguap, kadar alkali bebas, kadar asam lemak bebas, jumlah asam
lemak.
b. Mendapatkan informasi mengenai preferensi konsumen terhadap sabun
transparan dengan parameter bau, warna, kesan di kulit, busa, kekerasan dan
kejernihan sabun transparan.
c. Meningkatkan nilai tambah minyak jarak pagar dengan cara membuat sabun
1.3.Hipotesis
a. Konsentrasi minyak jarak dalam formula sabun memberikan pengaruh terhadap
perubahan sifat fisiko kimia sabun transparan yang dihasilkan seperti kadar air,
kadar alkali bebas,dan kadar asam lemak bebas.
b. Konsentrasi minyak jarak pagar berpengaruh terhadap penerimaan konsumen
terhadap produk sabun transparan.
c. Pembuatan sabun transparan diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah
minyak jarak pagar.
.
1.4.Ruang lingkup Penelitian
Kegiatan penelitian yang telah dilakukan meliputi:
1. Analisis sifat fisikokimia minyak jarak pagar
2. Formulasi sabun transparan dengan menggunakan minyak jarak pagar sebagai
bahan baku.
3. Analisis sifat fisikokimia sabun transparan yang dihasilkan.
4. Pengujian preferensi konsumen (uji hedonik) menggunakan uji organoleptik
5. Analisis nilai tambah produk.
1.5.Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan mulai dari bulan Agustus 2010 sampai dengan bulan
Januari 2011 di Laboratorium Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi
2.1. Jarak Pagar
Jarak pagar (Jatropha curcas Linn) telah lama dikenal masyarakat luas di
Indonesia sejak dikenalkan oleh bangsa Jepang pada tahun 1942. Tanaman ini
merupakan tanaman tahunan yang mempunyai potensi untuk menghasilkan
minyak nabati. Tanaman jarak pagar dapat tumbuh hampir di semua wilayah
Indonesia, termasuk daerah marjinal. Jarak pagar tumbuh di dataran rendah
sampai ketinggian sekitar 1000 m dpl (Waluyo, 2007). Menurut Syah (2006),
tanaman ini tahan kekeringan dan dapat tumbuh di tempat dengan curah hujan
200-1500 mm/tahun. Suhu optimum yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman
jarak adalah 20-26 o
Secara taksonomi, tanaman jarak pagar termasuk famili Euphorbiaccae,
genus Jatropha, spesies curcas L. Tanaman jarak pagar termasuk tanaman semak
besar, berbentuk pohon kecil atau belukar dengan tinggi mencapai 5 m, dapat
hidup sampai dengan 50 tahun, berbatang kayu berbentuk silindris, cabang tidak
teratur dan bergetah, bentuk daun menjari yang tersusun berselang-seling.
Menurut Faradisa et al., (2006) tanaman jarak pagar satu famili dengan karet dan
ubi kayu dengan tinggi tanaman mencapai 1-7 m, termasuk jenis perdu yang
memiliki percabangan yang tidak teratur.
C. Tanaman jarak memiliki sistem perakaran yang mampu
menahan air sehingga tahan terhadap kekeringan. Tanaman ini dapat tumbuh di
atas tanah berpasir, tanah berbatu, tanah lempung, atau tanah liat.
Tanaman jarak pagar mulai berbuah dan dapat dipanen sejak berumur 5
bulan sampai umur 50 tahun dengan produktivitas optimum dicapai ketika
tanaman telah berumur 5 tahun. Menurut Hambali et al., (2006), tanaman jarak
pagar menghasilkan biji yang memiliki kandungan minyak cukup tinggi, yaitu
sekitar 30-50 %.
Jarak pagar memiliki buah yang terdiri dari daging buah, cangkang biji dan
inti biji. Buah berupa buah kotak berbentuk bulat, diameter 2 – 4 cm, berwarna
hijau ketika masih muda dan kuning jika masak. Buah jarak terbagi tiga ruang
yang masing-masing ruang diisi tiga biji. Biji berbentuk bulat lonjong dan warna
dengan proses awal ekstraksi. Kandungan minyak yang terdapat dalam biji, baik
cangkang maupun buah berkisar 25-35% berat kering biji. Jarak pagar mampu
menghasilkan 7,5-10 ton/ha/tahun tergantung dari mutu benih, agroklimat, tingkat
kesuburan tanah dan pemeliharaan (Hambali et al., 2006). Sebagai perhitungan
kasar produksi minyak jarak mentah, Crude Jatropha Oil (CJO), dari 1 ton biji
kering maka dapat diperoleh minyak hasil ekstraksi sebesar 250-270 kg minyak
jarak. Minyak jarak pagar berwujud cairan bening berwarna kuning dan tidak
menjadi keruh sekalipun disimpan dalam jangka waktu lama (Hambali et al.,
2006).
2.2.Minyak Jarak Pagar
Ekstraksi minyak jarak dari biji jarak dapat dilakukan dengan metode
pengepresan (pressing) dan ekstraksi pelarut (solvent extraction). Pada umumya
metode pengepresan dilakukan dengan menggunakan pengepres hidrolik atau
pengepres berulir. Walaupun relatif lebih sederhana, metode pengepresan
menghasilkan ampas yang masih mengandung minyak sebesar 7-10 %, sedangkan
metode ekstraksi pelarut mampu memisahkan minyak secara optimal, hingga
kandungan minyak pada ampas kurang dari 0,1 % berat keringnya (Syah, 2006).
Walaupun demikian, metode pengepresan merupakan metode yang umum
digunakan dalam ekstraksi minyak jarak. Metode pengepresan merupakan metode
terbaik untuk biji-bijian yang mengandung minyak sebesar 30-70 %.
Alat pengepres yang umum digunakan ada dua tipe, yaitu tipe batch dan tipe
kontinyu. Alat pengepres yang umum dijumpai pada umumnya bekerja dengan
mekanisme press hidrolik untuk tipe batch, dan screw press (alat pengepres
berulir) untuk tipe kontinyu. Teknik pengepresan biji jarak dengan menggunakan
ulir (screw) merupakan teknologi yang lebih maju dan banyak digunakan di
industri pengolahan minyak jarak saat ini. Dengan cara ini, biji jarak dipress
menggunakan pengepresan berulir (screw) yang berjalan secara kontinyu. Teknik
ekstraksi ini tidak memerlukan perlakuan pendahuluan bagi biji jarak yang akan
diekstraksi. Biji jarak kering yang akan diekstraksi dapat langsung dimasukkan
ke dalam screw press. Tipe alat pengepres berulir yang digunakan dapat berupa
screw press). Rendemen minyak jarak yang dihasilkan dengan teknik pengepres
berulir tunggal (single screw press) sekitar 25 - 27 persen, sedangkan dengan
teknik pengepres berulir ganda (twin screw press) dihasilkan rendemen minyak
sekitar 27 - 30 persen (Hambali et al., 2006).
Umumnya, minyak hasil pengepresan masih memiliki nilai asam lemak
bebas (FFA) yang tinggi. Untuk menurunkan kadar asam lemak bebas tersebut,
maka dilakukan proses degumming, kandungan fosfolipid dalam minyak
dihilangkan serta dilakukan pencucian dengan air panas dan penambahan asam
fosfat atau asam sitrat. Dari hasil penelitian yang dilakukan Qazuini dan Saloko
(2008) diketahui bahwa pencucian dengan air panas yang selanjutnya dikocok
selama 30 detik dapat menurunkan kadar asam lemak bebas dari 17,49% menjadi
0,71%.
Dari seluruh bagian tanaman jarak pagar, biji jarak pagar memiliki
kandungan minyak tertinggi. Senyawa kimia yang terkandung dalam biji jarak
pagar antara lain: alkaloida, saponin, tripsin dan sejenis protein beracun (kursin).
Menurut Gubitz et al., (1999) biji jarak mengandung 35-45 % minyak yang
terdiri dari berbagai trigliserida asam oleat, linoleat, dan linolenat. Komposisi
asam lemak minyak jarak pagar dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi asam lemak minyak jarak
Asam lemak Komposisi (% berat)
Asam miristat (14:0) 0 – 0,1
Asam palmitat (16:0) 14,1 – 15,3
Asam palmitoleat (16:1) 0 – 1,3
Asam stearat (18:0) 3,7 – 9,8
Asam oleat (18:1) 34,3 – 45,8
Asam linoleat (18:2) 29,0 – 44,2
Asam linolenat (18:3) 0 – 0,3
Asam arakhidat (20:0) 0 – 0,3
Asam behenat (22:0) 0 – 0,2
Karakteristik suatu sabun sangat dipengaruhi oleh karakteristik minyak yang
dipakai. Tiap-tiap minyak juga memiliki jenis asam lemak yang dominan.
Asam-asam lemak inilah yang nantinya akan menentukan karakteristik dari sabun yang
dihasilkan. Asam laurat dan palmitat banyak ditemukan pada minyak kelapa dan
minyak kelapa sawit, yang merupakan bahan baku yang biasa digunakan dalam
pembuatan sabun. Asam oleat dan stearat ditemukan secara dominan pada minyak
atau lemak hewan dan memberikan efek melembutkan. Asam palmitat dan stearat
memberikan sifat mengeraskan/memadatkan sabun dan menghasilkan busa yang
stabil dan lembut. Hubungan antara asam lemak dan karakteristik sabun yang
dihasilkan diperlihatkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Hubungan antara asam lemak dan karakteristik sabun
Jenis asam
Sumber : Cavitch (2001)
2.3.Sabun
Cavitch (2001) menjelaskan bahwa sabun adalah produk yang dihasilkan
dari reaksi antara asam lemak dengan basa kuat. Sementara itu, sabun yang
didalam SNI (1994) disebut sebagai sabun mandi didefinisikan sebagai sabun
natrium yang pada umumnya ditambahkan zat pewangi atau antiseptik dan
digunakan untuk membersihkan tubuh dan tidak membahayakan kesehatan. Yui
(1996) mengatakan bahwa sabun adalah senyawa garam dari asam
monokarboksilat rantai panjang (C12-C18) dengan logam alkali yang umumnya
kulit mati, mikroorganisme dan bau badan. Sabun dapat mengangkat kotoran dari
kulit karena sabun memiliki dua gugus yang berbeda kepolarannya dalam satu
molekulnya, yaitu gugus polar dan gugus non polar. Gugus non polar adalah
gugus yang bersifat hidrofobik yang mengikat kotoran berupa lemak pada kulit,
sedangkan gugus polar adalah gugus yang bersifat hidrofilik sehingga jika dibilas
dengan air maka kotoran yang terikat gugus nonpolar akan terbawa air bilasan.
(Wiliam et al., 1998).
Secara umum, panjang rantai atom karbon dalam trigliserida (minyak) yang
kurang dari 12 adalah tidak diinginkan, karena reaksi penyabunan minyak tersebut
akan menghasilkan sabun yang dapat menyebabkan iritasi kulit. Panjang rantai
atom karbon yang lebih dari 20 dalam minyak akan membentuk sabun yang tidak
mudah larut dalam air. Selain itu, semakin besar proporsi asam-asam lemak tidak
jenuh dalam minyak akan menghasilkan sabun yang tidak stabil karena proses
sifat asam lemak tidak jenuh yang mudah teroksidasi. Minyak atau lemak yang
dapat digunakan sebagai bahan sabun adalah lemak sapi, grease, lemak babi,
minyak kelapa sawit, minyak kelapa, minyak inti sawit, minyak ikan, minyak
zaitun, minyak kacang, minyak jagung dan lain sebagainya (Yui, 1996).
Berdasarkan jenisnya, sabun dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sabun
opaque, sabun transparan dan sabun translusen. Ketiga jenis sabun tersebut
dapat dibedakan dengan mudah dari penampakannya. Sabun opaque adalah jenis
sabun yang biasa digunakan sehari-hari yang berbentuk kompak dan tidak
tembus cahaya; sabun transparan merupakan sabun yang paling banyak
meneruskan cahaya jika pada batang sabun dilewatkan cahaya; sedangkan sabun
translucent merupakan sabun yang sifatnya berada di antara sabun transparan dan
sabun opaque. Sabun transparan mempunyai harga yang relatif lebih mahal dan
umumnya digunakan oleh kalangan menengah atas (Jungermann, 1990).
2.4. Sabun Transparan
Sabun transparan adalah sabun yang memiliki tingkat transparansi paling
tinggi. Ia memancarkan cahaya yang menyebar dalam partikel-partikel kecil,
sehingga obyek yang berada dibelakang sabun akan terlihat jelas. Obyek dapat
Sabun transparan dapat dihasilkan dengan sejumlah cara yang berbeda.
Salah satu metode yang tertua adalah dengan cara melarutkan sabun dalam
alkohol dengan pemanasan untuk membentuk larutan jernih, yang kemudian
diberi pewarna dan pewangi. Warna sabun tergantung pada pemilihan bahan awal
dan bila tidak digunakan bahan yang bermutu baik, kemungkinan sabun yang
dihasilkan akan berwarna sangat kuning (Butler, 2001).
2.5.Proses Pembuatan Sabun
Sabun dapat dibuat melalui reaksi saponifikasi (penyabunan) dan reaksi
netralisasi. Pada reaksi saponifikasi, sabun dihasilkan dari proses hidrolisis
minyak/lemak oleh alkali dengan sedikit hasil samping berupa gliserin. Pada
reaksi netralisasi, sabun dihasilkan oleh reaksi asam lemak secara langsung
dengan alkali (Mitsui, 1997). Pada Gambar 1 berikut diperlihatkan persamaan
reaksi saponifikasi minyak/lemak dan netralisasi asam lemak.
(C17H35COO)3C3H5) + 3NaOH 3C17H35COONa +
C3H5(OH)3
Minyak/lemak Basa Sabun Gliserin
...(1)
RCOOH + NaOH RCOONa + H2
Asam lemak Basa Sabun Air
O……….(2)
Gambar 1. Reaksi saponifikasi dan netralisasi (Mitsui, 1997)
Mula-mula reaksi penyabunan berjalan lambat, karena minyak dan larutan
alkali merupakan larutan yang tidak saling larut (immiscible). Setelah terbentuk
sabun, maka kecepatan reaksi akan meningkat, sehingga reaksi penyabunan
bersifat sebagai reaksi autokatalitik, dan pada akhirnya kecepatan reaksi akan
menurun lagi karena jumlah minyak yang sudah berkurang.
Reaksi penyabunan merupakan reaksi eksotermis sehingga harus
diperhatikan pada saat penambahan minyak dan alkali agar tidak terjadi panas
yang berlebihan. Pada proses penyabunan, penambahan larutan alkali (KOH atau
menghasilkan sabun cair. Untuk membuat proses yang lebih sempurna dan
merata, maka pengadukan harus lebih baik. Sabun cair yang diperoleh kemudian
diasamkan untuk melepaskan asam lemaknya (Levenspiel, 1999). Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi reaksi penyabunan, antara lain:
1. Konsentrasi larutan KOH/NaOH
Konsentrasi basa yang digunakan dihitung berdasarkan
kesetimbangan reaksinya, dan penambahan basa harus sedikit
berlebih dari minyak agar tersabunnya sempurna. Jika basa yang
digunakan terlalu pekat akan menyebabkan terpecahnya emulsi pada
larutan, sehingga fasenya tidak homogen, sedangkan jika basa yang
digunakan terlalu encer, maka reaksi akan membutuhkan waktu yang
lebih lama.
2. Suhu (T)
Ditinjau dari segi termodinamikanya, kenaikan suhu akan menurunkan
hasil, hal ini dapat dilihat dari persamaan Van`t Hoff :
Karena reaksi penyabunan merupakan reaksi eksotermis (∆H negatif),
maka dengan kenaikan suhu akan dapat memperkecil harga K
(konstanta keseimbangan), tetapi jika ditinjau dari segi kinetika,
kenaikan suhu akan menaikan kecepatan reaksi. Hal ini dapat dilihat
dari persamaan Arhenius berikut ini (Smith, 2001):
Dalam hubungan ini, k adalah konstanta kecepatan reaksi, A adalah
faktor tumbukan, E adalah energi aktivasi (cal/g.mol), T adalah suhu
(ºK), dan R adalah tetapan gas ideal (cal/g.mol.K). Berdasarkan
persamaan tersebut, maka dengan adanya kenaikan suhu berarti harga
k (konstanta kecepatan reaksi) bertambah besar. Jadi pada kisaran
suhu tertentu, kenaikan suhu akan mempercepat reaksi, yang artinya
menaikan hasil dalam waktu yang lebih cepat. Tetapi jika kenaikan
pengurangan hasil karena harga konstanta keseimbangan reaksi K
akan turun yang berarti reaksi bergeser ke arah pereaksi atau dengan
kata lain hasilnya akan menurun. Turunnya harga konstanta
keseimbangan reaksi oleh naiknya suhu merupakan akibat dari reaksi
penyabunan yang bersifat eksotermis (Levenspiel, 1999).
3. Pengadukan
Pengadukan dilakukan untuk memperbesar probabilitas tumbukan
molekul-molekul reaktan yang bereaksi. Jika tumbukan antar molekul
reaktan semakin besar, maka kemungkinan terjadinya reaksi semakin
besar pula. Hal ini sesuai dengan persamaan Arhenius dimana
konstanta kecepatan reaksi k akan semakin besar dengan semakin
sering terjadinya tumbukan yang disimbolkan dengan konstanta A
(Levenspiel, 1999).
4. Waktu
Semakin lama waktu reaksi menyebabkan semakin banyak pula
minyak yang dapat tersabunkan, berarti hasil yang didapat juga
semakin tinggi, tetapi jika reaksi telah mencapai kondisi
setimbangnya, penambahan waktu tidak akan meningkatkan jumlah
minyak yang tersabunkan.
Menurut Srivastava (1980) untuk keperluan pembuatan sabun transparan
dibutuhkan bahan berupa minyak kelapa, lemak sapi murni, asam stearat dan
minyak cair. Berdasarkan hasil penelitian sabun transparan yang dibuat minyak
jarak memiliki mutu tinggi, namun memiliki kekurangan yaitu sabun terkesan
lengket/lembab dan wangi sabun yang lekas hilang.
2.6.Bahan Tambahan Sabun
Mitsui (1997) menyebutkan bahwa sabun transparan biasanya terdiri atas
soda garam, yaitu garam kalium dan garam TEA. Untuk pembuatan sabun mandi,
bahan baku yang umum digunakan adalah lemak sapi, minyak kelapa dan minyak
zaitun. Pereaksi yang umum digunakan adalah alkali yang bersifat basa yaitu
NaOH atau KOH. Selain digunakan bahan baku, juga digunakan bahan tambahan
meningkatkan mutu sabun transparan. Bahan baku sabun adalah bahan yang
memiliki sifat utama sabun yaitu membersihkan dan menurunkan tegangan
antarmuka minyak-air. Bahan tambahan berfungsi untuk memberi efek-efek
tertentu yang umumnya diinginkan konsumen seperti efek melembutkan kulit,
melembabkan kulit (humektan), antiseptik, harum/wangi dan sebagainya serta
meningkatkan mutu sabun secara umum.
Natrium hidroksida yang dihasilkan melalui elektrolisis larutan NaCl
digunakan dalam pembersihan minyak tanah dan dalam pembuatan sabun, tekstil,
plastik dan bahan kimia lainnya (Petrucci, 1985). Natrium hidoksida sering
disebut sebagai kaustik atau soda api. NaOH dapat berbentuk batang, gumpalan
dan bubuk dan dengan cepat menyerap kelembaban kulit (Poucher, 2001).
Cavitch (2001) menjelaskan bahwa NaOH sangatlah reaktif baik pada
kondisi padatan kering maupun larutan. Serpihan kecil saja dapat membuat kulit
perih. Percikan larutan NaOH dapat membuat kulit perih dan mengalami
kebutaan. NaOH haruslah disimpan pada tempat yang aman dan dibungkus rapat,
jika dibiarkan pada keadaan terbuka, maka NaOH akan menyerap air dan
mengeras menjadi seperti batu. NaOH dalam bentuk cair akan lebih mudah
bercampur dengan minyak yang akan digunakan sebagai bahan dasar sabun
dibandingkan dengan NaOH dalam bentuk padatan. Cavitch (2001) menjelaskan
bahwa pembuatan larutan NaOH ialah dengan memasukkan NaOH padat ke
dalam air destilasi dan bukan sebaliknya. NaOH padat yang dimasukkan ke dalam
air akan memisah menjadi ion-ion natrium (Na+) dan ion-ion hidroksida (OH-) yang prosesnya disebut dengan ionisasi dan akan melepaskan panas. Hasilnya
ialah ion-ion (Na+) dan (OH
-Propilen glikol adalah senyawa yang dikenal juga dengan nama
propana-1,2-diol dan merupakan senyawa organik. Propilen glikol memiliki rumus
C
) yang siap untuk bereaksi.
3H8O2.
Humektan seperti gliserin membantu mencegah kulit dari kekeringan
berlebihan setelah penggunaan sabun. Pengeringan kulit secara berlebihan dapat Sifat fisik propilen glikol adalah tidak berbau manis. Propilen glikol
dalam dunia kosmetik digunakan sebagai pelarut yang mengandung pelembut dan
pelembab. Pada komposisi yang tepat, penggunaan propilen glikol tidak
menyebabkan kulit menjadi kasar, kemerahan, pecah-pecah, iritasi dan gatal-gatal,
khusus nya pada kulit yang sensitif (Rahul et al., 2001). Gliserin telah lama
digunakan sebagai humektan dan sampai sekarang masih digunakan secara luas.
Gliserin dapat dihasilkan dari proses pembuatan biodiesel.
Natrium klorida (NaCl) merupakan garam yang digunakan dalam
pembuatan sabun harus bebas dari unsur besi, kalsium, dan magnesium. Garam
dapat digunakan dalam bentuk butiran halus atau larutan (Srivastava, 1980).
Natrium klorida merupakan elektrolit yang digunakan sebagai peningkat
kekentalan pada konsentrasi yang tepat (William et al., 1996).
2.7.Formulasi Sabun
Pembuatan sabun transparan memerlukan bahan baku murni dengan warna
yang minimum agar menjamin sabun tampak transparan pada produk akhirnya.
Lemak sapi, minyak sawit yang telah dimurnikan, minyak kelapa dan minyak
jarak umumnya digunakan sebagai bahan baku sabun. Poliglikol seperti gula,
gliserin dan alkohol sering digunakan untuk membantu meningkatkan transparansi
sabun (Yui, 1996). Proporsi bahan yang seimbang akan menghasilkan sabun
transparan yang bermutu tinggi (Srivastava, 1980; Corredoira et al., 1996).
Menurut Badenberg et al., (1999), sabun transparan dapat dibuat
menggunakan formula 15-25% (bobot) minyak kelapa atau minyak inti sawit,
0,6-2% NaCl dan 7-20% alkohol. Proses pencampuran pada pembuatan sabun
transparan membutuhkan proses mekanis dan perlakuan yang intensif, sehingga
efek transparansi sabun lebih permanen.
Menurut Willcox (1998) sabun mandi umumnya mengandung emolien
(emolien, bahan pelembut). Emolien digunakan agar sabun tidak hanya memberi
efek membersihkan saja, tetapi juga memiliki efek melembutkan kulit. Dengan
demikian, emolien dapat mengurangi kemungkinan terjadinya iritasi kulit.
2.8.Uji Organoleptik
Penilaian dengan indra disebut penilaian organoleptik atau penilaian
sensorik merupakan suatu cara penilaian yang paling primitif, Stone dan Sidel
menginterpretasikan penilaian melalui indra, yaitu indra penglihatan, indra
penciuman, indra pendengaran, indra perasa, dan indra pengecap
Penilaian dengan indra banyak digunakan untuk meneliti mutu komoditi
hasil pertanian dan makanan. Penilaian cara ini banyak disenangi karena dapat
dilaksanakan dengan cepat dan langsung. Kadang-kadang penilaian ini dapat
memberikan hasil penelitian yang teliti. Dalam beberapa hal penilaian dengan
indra bahkan melebihi ketelitian alat yang paling sensitif.
Cara-cara pengujian organoleptik dapat digolongkan dalam beberapa
kelompok antara lain: kelompok pengujian pembedaan (different test), kelompok
pengujian pemilihan/penerimaan (preference test/acceptance test), kelompok
pengujian skalar, dan kelompok pengujian diskripsi. Kelompok uji pembedaan
dan uji pemilihan banyak digunakan dalam penelitian analisis proses dan
penilaian hasil akhir. Kelompok uji skalar dan uji deskripsi banyak digunakan
dalam pengawasan mutu (Quality Control).
Hal penting dalam uji pemilihan dan uji skala adalah diperlukannya
sampel pembanding. Yang perlu diperhatikan bahwa yang terutama dijadikan
faktor pembanding adalah satu atau lebih sifat sensorik dari bahan pembanding
itu. Jadi sifat lain yang tidak dijadikan faktor pembanding harus diusahakan sama
dengan contoh yang diujikan. Biasanya yang digunakan sebagai sampel
pembanding adalah komoditi baku, komoditi yang sudah dipasarkan, atau bahan
yang telah diketahui sifatnya.
2.9. Analisis Nilai Tambah
Menurut Gaspersz (1999), aktifitas produksi bukan hanya merubah satuan
input menjadi output, tetapi ada aktifitas penambahan nilai tambah yang dilakukan
oleh para pelaku industri dan komponennya. Proses pembuatan sabun transparan
dari minyak jarak pagar adalah salah satu proses peningkatan nilai tambah minyak
jarak pagar menjadi sabun transparan, proses penambahan nilai tambah tersebut
diharapkan ada kenaikan nilai dari minyak jarak menjadi produk sabun transparan.
Analisis nilai tambah produk dapat dihitung dengan menggunakan metode
Hayami (1987), dalam metode tersebut disebutkan bahwa untuk menambah nilai
yang menunjukan output persatuan input, faktor tenaga kerja dan faktor nilai
produk. Menurut Clara (2008), metode hayami ini cocok sekali untuk
produk-produk pertanian.
Tabel 3. Model perhitungan metode Hayami (1987)
1. Output, input, harga Kode
1 Output (Kg) A
2 Input Bahan Baku (Kg) B
3 Input Tenaga kerja (jam/hari) C
4 Faktor konversi D= A/B
5 Koefisien Tenaga Kerja E=C/B
6 Harga Produk (Rp/Kg) F
7 Upah Rata-rata tenaga kerja (Rp/jam) G
2. Pendapatan dan Keuntungan
8 Harga Input bahan baku (Rp/Kg) H 9 Sumbangan Input lain (Rp/Kg bahan baku) I
10 Produk J= D x F
11 a. Nilai tambah (Rp/Kg) K=J-H-I
b. Rasio nilai tambah (%) L%=(K/J).100% 12 a. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/Kg) M=E x G
b. Bagian Tenaga Kerja (%) N%=(M/K).100%
13 a. Keuntungan (Rp/Kg) O=K-M
Penelitian yang telah dilakukan menitikberatkan pada proses pembuatan
sabun transparan menggunakan bahan baku minyak jarak pagar. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi minyak jarak pagar terhadap
kualitas sabun yang dihasilkan. Uji hedonik dilakukan untuk mengetahui
preferensi konsumen terhadap sabun transparan. Analisis nilai tambah dilakukan
untuk mengetahui nilai tambah minyak jarak ketika ditambahkan pada sabun
trasnparan. Berikut dijelaskan alat, bahan dan tahapan penelitian yang digunakan
3.1Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini untuk membuat sabun
transparan adalah minyak jarak pagar, NaOH, asam stearat, BHT, minyak kelapa,
gula, propilen glikol, gliserol, dan asam sitrat. Bahan-bahan untuk analisis adalah
KI, Na2SO3
Alat-alat yang digunakan untuk membuat sabun antara lain gelas piala 500
ml, pengaduk, pipet, sudip, gelas ukur berbagai ukuran, timbangan digital,
cetakan, pisau, termometer, magnetic stirrer, hot plate with stirrer. Alat-alat yang
digunakan untuk analisis sabun antara lain cawan keramik, tabung reaksi, gelas
piala, gelas ukur, pipet, penangas air, penangas uap, timbangan digital, labu
cassia, termometer, erlenmeyer, krus gooch, oven, hot plate with stirrer,
desikator, dan pH meter.
, Iodium, indicator PP, alkohol 95 %, KOH 0.1 N, HCl 0.5 N.
3.2Tahapan Penelitian
Penelitian ini terdiri atas lima tahap. Tahap pertama adalah analisis sifat
fisiko kimia minyak jarak pagar yang digunakan. Tahap kedua adalah pembuatan
sabun transparan dari minyak jarak pagar. Tahap ketiga adalah analisis sifat fisiko
kimia sabun transparan. Tahap keempat adalah uji organoleptik berupa uji
preferensi konsumen terhadap produk (uji hedonik). Tahap kelima menghitung
nilai tambah produk. Diagram alir yang menggambarkan tahap penelitian
3.3Penelitian Pendahuluan
Penambahan minyak jarak pada sabun transparan, sangat mempengaruhi
karekter produk sabun transparan, untuk menentukan berapa persen tambahan
minyak jarak pada sabun agar optimal, maka perlu percobaan pendahuluan untuk
mengetahui tingkat kesetabilan sabun transparan.
Hal pertama dilakukan adalah dengan menentukan jumlah persentasi minyak
jarak dalam sabun yaitu 5%, 10%, dan 15%, kemudian pada formulasi disesuaikan
untuk kondisi minyak jarak yang ditambahkan, seperti jumlah NaOH yang
ditambahkan pada dasar sabun. Untuk mereaksikan minyak jarak pagar diperlukan
perhitung jumlah NaOH yang dibutuhkan maka perlu dilakukan analisis
kandungan asam-asam lemak dalam minyak, perhitungan untuk kebutuhan NaOH
dalam minyak jarak pagar dapat dihitung dengan menggunakan kesetimbangan
reaksi pada penyabunan, dengan demikian dapat dihitung berapa jumlah NaOH
yang dibutuhkan untuk menyabunkan 100 gram minyak jarak, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Tabulasi hitungan kebutuhan NaOH untuk menyabunkan 100 gram
minyak jarak pagar.
Percobaan pembuatan sabun transparan pertama dengan merubah
konsentrasi minyak jarak 5%, 10% dan 15% dari total. Dari hasil percobaan
warna sabun yang kuning kecoklatan dan agak gelap, tampilan sabun tidak
transparan dan cenderung translucent, tekstur sabun agak lembek, dan berbau
tengik yang menyengat. Sedangkan untuk sabun dengan konsentrasi 10%
memiliki karakteristik agak bening walaupun masih banyak berkabut didalam
sabunnya, tekstur sabun agak lembek, dan warna coklat kuning yang dominan,
dengan bau tengik yang kurang enak. Sabun dengan konsentrasi minyak jarak 5%
memiliki karekteristik lebih baik, tampilan agak kekuningan dan berwarna terang,
sabun tidak lembek, sabun cenderung transparan, bau tidak terlalu tengik.
Dari kesimpulan penelitian pendahuluan ini, konsentrasi 5% menjadi tolok
ukur dalam penetapan konsentrasi minyak jarak yang akan di uji yaitu kontrol 0%
minyak jarak, 2% kandungan minyak jarak, 5% kandungan minyak jarak dan 8%
kandungan minyak jarak dalam sabun.
3.4Analisis Sifat Fisiko Kimia Minyak Jarak Pagar
Tujuan dilakukannya tahap ini ialah untuk mengetahui sifat fisiko kimia
minyak jarak pagar yang digunakan dalam membuat sabun transparan. Sifat fisiko
kimia minyak jarak yang diuji meliputi kadar air, bilangan iod, kadar asam
lemak bebas, bilangan asam, bilangan penyabunan, dan bilangan peroksida.
Prosedur analisis sifat fisiko kimia minyak jarak pagar disajikan pada Lampiran 2.
3.5Pembuatan sabun transparan berdasarkan formula yang ditetapkan
Formula untuk membuat sabun di sini berdasarkan bilangan penyabunan
minyak dan asam lemak yang digunakan dalam formula. Minyak jarak pagar
merupakan faktor perlakuan dalam penelitian dengan taraf perlakuan adalah 0%,
2%, 5% dan 8% bobot sabun transparan.
Proses pembuatan sabun dimulai dengan memanaskan campuran minyak
jarak pagar, minyak kelapa dan asam stearat hingga mencapai suhu 70°C,
kemudian ditambahkan larutan NaOH ke dalam campuran tersebut sambil diaduk.
Pengadukan dilakukan hingga seluruh campuran merata dan homogen. Setelah itu
ditambahkan Propilene Glikol, Gliserol, Larutan Gula, NaCl, hingga homogen
dan tercampur sempurna. Selama proses tersebut, lebih kurang selama 15 menit,
mengentalnya campuran minyak-NaOH menjadi seperti pasta. Kondisi ini disebut
trace. Setelah larutan sabun dituang ke dalam cetakan, selanjutnya sabun
didiamkan selama 24 jam (Hambali, 2006). Diagram alir proses pembuatan sabun
transparan disajikan pada Lampiran 3.
3.6Analisis sifat fisiko kimia sabun transparan
Analisis yang dilakukan pada sabun yang dihasilkan mengacu pada SNI
(1994) yang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5. Prosedur pengujian sabun
transparan yang meliputi kadar air, asam lemak, alkali bebas, fraksi tak
tersabunkan dan lemak mineral disajikan pada Lampiran 4.
Tabel 5. Standar mutu sabun mandi Opaque (SNI 06-3532-1994)
No Jenis Uji Satuan Tipe I Tipe II Superfat
3.7Uji organoleptik
Uji organoleptik yang digunakan adalah uji penerimaan (hedonik) dan
merupakan bidang ilmu untuk menganalisis dan menginterpretasikan respon
terhadap produk yang diuji dengan menggunakan indra penglihatan, perasa,
sentuhan, dan pendengaran (Stone dan Sidel, 1993). Uji ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat penerimaan atau kesukaan produk dari formulasi
yang dibuat. Skala yang digunakan adalah skala 1 (sangat tidak suka) sampai
skala 5 (sangat suka) dengan nilai 3 sebagai skala yang menunjukkan netral. Uji
organoleptik di sini meliputi uji penerimaan panelis terhadap tekstur,
penampakan, kekerasan sabun, warna, aroma dan pembusaan sabun, serta kesan
semi terlatih dan kesemuanya merupakan anggota masyarakat yang sudah terbiasa
menggunakan sabun mandi.
Pengujian ini dilakukan oleh 31 panelis semi terlatih. Panelis menilai secara
subjektif dan spontan tanpa membandingkannya satu sama lain.
3.8Penentuan Sabun Terbaik
Sabun mandi terbaik dengan kandungan minyak jarak pagar ditentukan pada
hasil analisis sifat fisiko kimia dan uji organoneptik.
3.9Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini ialah rancangan
acak lengkap faktor tunggal yaitu konsentrasi minyak jarak pagar dengan empat
taraf yaitu 0%, 2%, 5% dan 8% dengan dua kali ulangan. Pengaruh konsentrasi
minyak jarak pagar dalam formula terhadap kualitas sabun yang dihasilkan
dideteksi secara statistik. Model yang digunakan untuk uji statistik diperlihatkan
pada persamaan berikut. Untuk mengetahui perbedaan antar taraf perlakuan
dilakukan uji beda dengan uji beda nyata jujur (Tukey’s test) (Montgomery, 2001).
Model rancangan tersebut adalah
Yij = μ + Ai+ εij
Keterangan:
Yij = nilai variabel respon pada konsentrasi minyak jarak pagar ke-i, ulangan ke-j, dengan i = 1, 2, 3, 4 j = 1, 2 .
µ = rataan umum
Ai = pengaruh konsentrasi minyak jarak pagar ke-i
εij = pengaruh acak (galat) dari konsentrasi jarak pagar ke-i, ulangan ke-j.
Hipotesis yang diuji
Pengaruh konsentrasi minyak jarak pagar Ho = A1 = A2 = A3 = 0
(konsentrasi minyak jarak pagar memberikan pengaruh yang sama pada variabel
respon) atau konsentrasi minyak jarak tidak berpengaruh nyata terhadap variabel
respon H1
Variabel respon yang menjadi pengamatan adalah
= setidaknya ada satu taraf perlakuan (Ai) ≠ 0, i = 1, 2, 3, 4 atau
konsentrasi minyak jarak berpengaruh nyata terhadap variabel respon
Kadar air dan zat menguap
Kadar alkali bebas
Fraksi tak tersabunkan
Minyak mineral
Penambahan minyak jarak pagar diharapkan dapat menambah nilai tambah
Minyak jarak menjadi lebih besar bila dibandingkan tidak diproses sama sekali.
3.10 Analisis Nilai Tambah
Analisis nilai tambah minyak jarak dilakukan untuk mengetahui nilai tambah
minyak jarak pagar ketika diaplikasikan untuk pembuatan sabun. Perhitungan
nilai tambah dilakukan dengan metode Hayami (1987). Menurut Hayami,
perhitungan nilai tambah dapat dilakukan dengan cara menghitung jumlah
kebutuhan bahan baku, kemudian menghitung jumlah produk yang dihasilkan.
Setelah itu dihitung antara hasil dengan bahan yang dipakai,dan disebut faktor
konversi, dari hasil perhitungan tersebut diperoleh nilai tambah produk dengan
cara menghitung harga produk dikali dengan faktor konversinya kemudian
4.1.
Minyak Jarak PagarMinyak jarak pagar yang digunakan pada penelitian ini didapatkan dari
pengumpul biji jarak di daerah Subang, Jawa Barat. Untuk mengetahui sifat
fisikokimia minyak jarak pagar yang menjadi obyek penelitian seperti yang
disajikan pada Gambar 2, maka dilakukan pengujian kadar asam lemak bebas,
bilangan penyabunan, bilangan iod dan bilangan peroksida. Pengujian tersebut
dilakukan untuk mengetahui perubahan dan mekanisme yang mungkin terjadi dari
reaksi penyabunan dalam pembuatan sabun transparan. Dari hasil pengujian
diketahui bahwa minyak jarak pagar yang digunakan memiliki kadar asam lemak
bebas (FFA) 4,15%; bilangan penyabunan 211,09 mg KOH/g minyak; bilangan
iod 94,72 mg I2/g minyak; dan bilangan peroksida 8,55 meq/g minyak, densitas
56,59 cP, viskositas 0,94 g/cm3. Rangkuman untuk analisis sifat fisikokimia
minyak jarak pagar dapat dilihat di Tabel 6.. Data lengkap hasil pengujian minyak
jarak pagar disajikan pada Lampiran 5.
Gambar 2. Minyak jarak pagar
Tabel 6. Hasil analisis sifat fisiko kimia minyak jarak pagar
No Parameter uji Nilai hasil uji
1 Kadar asam lemak bebas (FFA),% 4,15
2 Bilangan penyabunan, mg KOH/g minyak 211,09
3 Bilangan iod, mg I2/g minyak 94,72
4 Bilangan peroksida meq/g minyak 8,55
5 Densitas (cP) 56,59
Tingginya kadar asam lemak bebas mengindikasikan telah terjadi kerusakan
pada minyak tersebut. Asam lemak bebas merupakan asam lemak yang tidak
terikat pada rantai gliserol dalam struktur triasil-gliserol atau trigliserida. Dalam
pembuatan sabun, seluruh asam lemak baik yang berupa asam lemak bebas
maupun asam lemak dalam bentuk digliserida dan trigliserida dikonversi menjadi
garam sabun.
Parameter mutu lainnya yang menunjukkan mutu minyak jarak adalah
bilangan penyabunan, bilangan iod dan bilangan peroksida. Bilangan penyabunan
berguna untuk menentukan jumlah basa kuat (NaOH) yang digunakan untuk
menyabunkan asam lemak dalam minyak jarak. Berdasarkan hasil uji, minyak
jarak yang digunakan memiliki bilangan penyabunan yang lebih tinggi dari SNI
minyak jarak castor, dengan demikian, diperlukan basa kuat yang lebih banyak
untuk menyabunkan asam lemak dalam minyak, bila dibandingkan dengan SNI
minyak jarak castor. Bilangan iod menggambarkan jumlah ikatan rangkap dalam
rantai karbon trigliserida minyak jarak. Semakin tinggi nilai bilangan iod, maka
semakin banyak jumlah ikatan rangkap yang terkandung dalam minyak.
Tingginya nilai bilangan iod dalam minyak jarak diduga berasal dari kandungan
asam lemak yang berupa asam lemak oleat dan linoleat. Gubitz (1999)
menyebutkan bahwa minyak jarak mengandung asam oleat (18:1) sejumlah 34,3 –
45,8% dan asam linoleat (18:2) sejumlah 29,0 – 44,2%.
4.2.Pembuatan Sabun Transparan
Formula untuk membuat sabun di sini berdasarkan bilangan penyabunan
minyak dan asam lemak yang digunakan dalam formula. Bilangan penyabunan
menyatakan jumlah alkali yang dibutuhkan untuk melakukan saponifikasi secara
penuh. Pada proses ini tiap molekul minyak bereaksi dengan molekul alkali, tidak
menyisakan minyak atau alkali pada sabun akhir. Bilangan penyabunan biasa
disajikan dalam satuan mg KOH/g minyak, untuk mengubahnya menjadi mg
NaOH/g dilakukan dengan cara konversi. Bilangan penyabunan minyak jarak
pagar berkisar antara 211 mg KOH/g minyak, setelah dikonversi maka menjadi
Minyak jarak pagar merupakan faktor yang dikaji dalam penelitian dengan
taraf perlakuan adalah 0%, 2%, 5% dan 8%. Pada Gambar 3 berikut diperlihatkan
sabun transparan yang telah dihasilkan.
Konsentrasi CJO 2% Konsentrasi CJO 5% Konsentrasi CJO 8%
Gambar 3. Sabun transparan dengan kandungan minyak jarak 2%,5% dan 8%
4.3. Analisis Sifat Fisiko Kimia Sabun Transparan
Sabun mandi yang dibuat dari minyak jarak memiliki asam lemak oleat
(C18H34O2) yang dominan. Asam lemak ini mempunyai sifat melembabkan.
Untuk mengetahui karakteristik sabun transparan yang dibuat dari minyak jarak
pagar, maka dilakukan pengujian pada sabun transparan yang meliputi kadar air,
jumlah asam lemak, asam lemak bebas/alkali bebas, fraksi tak tersabunkan dan uji
lemak mineral. Berikut adalah penjelasan dari hasil pengujian setiap parameter uji
pada sabun transparan.
4.3.1. Kadar air dan zat menguap sabun transparan
Keberadaaan air dalam suatu produk sangat menentukan mutu produk
tersebut tak terkecuali sabun transparan. Spitz (1996) berpendapat kuantitas air
yang terlalu banyak dalam sabun akan membuat sabun tersebut mudah menyusut
dan tidak nyaman saat akan digunakan.
Keberadaan air dan udara dapat memicu terjadinya reaksi oksidasi. Ketaren
(1986) menjelaskan bahwa proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak
antara sejumlah oksigen dan minyak atau lemak. Oksidasi biasanya dimulai
dengan pembentukan peroksida dan hidroperoksida. Tingkat selanjutnya ialah
terurainya asam-asam lemak disertai dengan konversi hidroperoksida menjadi
dihasilkan dari lanjutan reaksi oksidasi ini memiliki sifat mudah menguap seperti
alkohol. Pada Tabel 7 diperlihatkan rekapitulasi hasil analisis kadar air sabun
transparan.
Tabel 7. Rekapitulasi hasil analisis kadar air sabun transparan (%)
Konsentrasi
Dari hasil analisis ragam pada tingkat kepercayaan 95% diketahui bahwa
nilai kadar air dalam sabun transparan dipengaruhi secara nyata oleh konsentrasi
minyak jarak pagar. Hasil analisis ragam selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 7. Hasil uji lanjut terhadap taraf perlakuan konsentrasi minyak jarak
dengan uji banding Tukey (Beda Nyata Jujur, BNJ) menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan antara kontrol dan sabun yang mengandung minyak jarak. Penelusuran
lebih lanjut mendapatkan hasil bahwa diantara sabun yang mengandung minyak
jarak 2%, 5% dan 8% tidak terdapat perbedaan secara nyata berdasarkan
parameter kadar air dan zat menguap pada sabun transparan. Dengan kata lain
konsentrasi minyak 2%, 5%, dan 8% memberikan pengaruh yang sama terhadap
variable respon kadar air dalam sabun transparan. Hasil uji beda dengan uji Tukey
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8. Analisis ragam dilakukan atas dasar
asumsi pola sebaran nilai sisaan normal dan ragam nilai sisaan yang homogen.
Dari Tabel 7 terlihat bahwa nilai kadar air terkecil pada sabun yang
mengandung minyak jarak adalah 31,04% yang terdapat pada sabun dengan
kandungan minyak 0%, sedangkan kadar air terbesar sejumlah 36,91% terdapat
pada sabun dengan kandungan minyak 5%. Secara deskriptif, sekilas terlihat
bahwa rata-rata kadar air relatif sama dengan pengaruh konsentrasi minyak jarak
sejumlah 2% dan 5%, dan keduanya relatif berbeda dengan kadar air pada sabun
yang mengandung minyak jarak sejumlah 8%. Pada konsentrasi minyak jarak 2%,
rata-rata kadar air adalah 36,41 % dan pada konsentrasi minyak jarak 5% adalah
36,42%, sedangkan pada konsentrasi minyak jarak 8%, kadar airnya adalah
memperlihatkan adanya perbedaan dengan kontrol (sabun tanpa minyak jarak)
dimana nilai kadar air pada kontrol lebih rendah bila dibandingkan dengan nilai
kadar air pada sabun yang mengandung minyak jarak. Hasil analisis kadar air dan
zat menguap selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.
Hasil analisis kadar air dan zat menguap ini terlihat lebih besar bila
dibadingkan dengan SNI dari sabun opaque yaitu hanya 15%. Hal ini diduga oleh
banyaknya pelarut yang mudah menguap seperti alkohol dan air, dan juga keadaan
minyak jarak pagar kasar yang rusak, terdapat asam lemak yang menyebabkan
reaksi saponifikasi menghasilkan air. Lebih jauh, hubungan antara konsentrasi
minyak jarak pagar dan kadar air dalam sabun transparan diperlihatkan melalui
diagram kotak garis pada Gambar 4.
8
Gambar 4. Diagram kotak garis yang menggambarkan hubungan antara konsentrasi minyak jarak pagar dan kadar air dalam sabun transparan
Dari Gambar 4 di atas secara sepintas terlihat bahwa kadar air antara sabun
transparan kontrol berbeda dengan sabun transparan yang mengandung minyak
jarak. Adanya pencilan kadar air dalam sabun transparan juga tidak terlihat pada
Gambar 4. Informasi lebih lanjut yang dapat diperoleh dari Gambar 4 adalah pada
tinggi atau dengan kata lain peningkatan konsentrasi minyak jarak cenderung
menurunkan kadar air dalam sabun transparan. Hal tersebut diperlihatkan oleh
garis yang menghubungkan nilai rataan (mean) pada setiap kotak (taraf
perlakuan). Tingkat keragaman kadar air terlihat semakin menurun dengan
meningkatnya konsentrasi minyak jarak dalam sabun transparan.
4.3.2. Jumlah Asam Lemak
Cavitch (2001) menjelaskan bahwa penggunaan jumlah NaOH yang kurang
dari bilangan penyabunan dalam reaksi saponifikasi dapat menyebabkan
terbentuknya residu/sisa asam lemak (minyak) setelah reaksi. Hal ini akan
membuat sabun akan terkesan licin, lebih lembut dan lembab. Pada Tabel 8
diperlihatkan rekapitulasi hasil analisis jumlah asam lemak dalam sabun
transparan.
Tabel 8. Rekapitulasi hasil analisis jumlah asam lemak sabun transparan (%)
Konsentrasi-Dari hasil analisis ragam pada tingkat kepercayaan 95% diketahui bahwa
jumlah asam lemak dalam sabun transparan tidak dipengaruhi secara nyata oleh
konsentrasi minyak jarak pagar. Hasil analisis ragam selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 10. Analisis ragam dilakukan atas dasar asumsi pola sebaran nilai
sisaan normal dan ragam nilai sisaan yang homogen.
Dari Tabel 8 terlihat bahwa nilai jumlah asam lemak terkecil pada sampel
adalah 28,09% yang terdapat pada sabun dengan kandungan minyak 8%,
sedangkan jumlah asam lemak terbesar sejumlah 31,21% terdapat pada sabun
dengan kandungan minyak 0%. Secara deskriptif, sekilas terlihat bahwa rata-rata
jumlah asam lemak karena pengaruh konsentrasi minyak jarak sejumlah 2% dan
5% relatif sama, dan keduanya relatif berbeda dengan jumlah asam lemak karena
2%, rata-rata jumlah asam lemak adalah 29,13% dan pada konsentrasi minyak
jarak 5% adalah 29,03%, sedangkan pada sampel dengan konsentrasi minyak
jarak 8%, jumlah asam lemaknya adalah 28,93%. Ketiga taraf perlakuan
konsentrasi minyak jarak tersebut sekilas memperlihatkan adanya perbedaan
dengan kontrol (sabun tanpa minyak jarak) dimana jumlah asam lemak pada
kontrol lebih rendah bila dibandingkan dengan jumlah asam lemak pada sabun
yang mengandung minyak jarak walaupun jika dianalisis tidak berpengaruh nyata.
Hasil analisis jumlah asam lemak selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.
Bila dibandingkan dengan standar SNI sabun opaque, maka sabun
transparan yang dihasilkan memiliki karakteristik yang berbeda bila dibandingkan
dengan standar SNI tersebut. SNI menetapkan jumlah asam lemak pada sabun
adalah maksimal 70%. Pada sabun transparan kandungan terbanyak dalam sabun
adalah pelarut yaitu antara 60-70% adalah pelarut, bahkan menurut Badenberg et
al., 1999, kandungan bobot minyak antara 15% sampai 25%. Lebih jauh,
hubungan antara konsentrasi minyak jarak pagar dan jumlah asam lemak dalam
sabun transparan diperlihatkan melalui diagram kotak garis pada Gambar 5.
8
Secara umum dari Gambar 5 dapat diperoleh informasi bahwa jumlah asam
lemak pada kontrol terlihat relatif berbeda dengan jumlah asam lemak pada sabun
yang mengandung minyak jarak (sampel uji). Pada sampel terlihat bahwa
peningkatan konsentrasi minyak jarak cenderung menurunkan jumlah asam lemak
pada sabun transparan. Hal tersebut diperlihatkan oleh garis yang menghubungkan
nilai rataan pada setiap kotak (taraf perlakuan).
Kecenderungan menurun ini diakibatkan karena mengandung minyak jarak,
garam sabun bersumber dari minyak jarak lebih sulit dilarutkan, sehingga
memerlukan jumlah pelarut yang lebih banyak dibandingkan dengan porsi asam
lemak totalnya.
4.3.3. Alkali Bebas (Dihitung sebagai NaOH)
Sabun dihasilkan melalui reaksi saponifikasi antara asam lemak dalam
minyak/lemak dengan alkali/basa. Sabun yang baik adalah sabun yang dihasilkan
dari reaksi yang sempurna antara asam lemak dan alkali dan diharapkan tidak
terdapat sisa/residu setelah reaksi. Namun tidak selamanya reaksi yang diharapkan
dapat berlangsung sempurna. Untuk itu diperlukan pengujian kadar alkali setelah
reaksi. Karena dalam pembuatan sabun transparan ini digunakan alkali berupa
NaOH, maka kadar alkali bebas dihitung sebagai kadar NaOH.
Di dalam buku SNI (1994) dijelaskan bahwa alkali bebas ialah alkali dalam
sabun yang tidak terikat sebagai senyawa. Kelebihan alkali dalam sabun mandi
tidak boleh melebihi 0,1 %. Kelebihan alkali pada sabun mandi dapat disebabkan
jumlah alkali yang melebihi jumlah alkali yang digunakan untuk melakukan
saponifikasi keseluruhan minyak menjadi sabun. Keberadaan alkali bebas yang
berlebihan dapat membahayakan kulit pemakai, karena alkali merupakan bahan
yang bersifat iritan, menyebabkan iritasi kulit. Pada Tabel 9 diperlihatkan
Tabel 9. Rekapitulasi hasil analisis alkali bebas sabun transparan (%)
Dari hasil analisis ragam pada tingkat kepercayaan 95% diketahui bahwa
kadar alkali bebas dalam sabun transparan tidak dipengaruhi secara nyata oleh
konsentrasi minyak jarak pagar. Hasil analisis ragam selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 12. Analisis ragam dilakukan atas dasar asumsi pola sebaran nilai
sisaan normal dan ragam nilai sisaan yang homogen.
Dari Tabel 9 terlihat bahwa nilai rataan kadar alkali bebas antara kontrol dan
sampel terlihat berbeda. Nilai rataan kadar alkali pada sampel terlihat lebih tinggi
daripada kadar alkali bebas pada kontrol. Kadar alkali bebas terkecil adalah 0,01%
yang terdapat pada sabun dengan kandungan minyak 8% tidak terlihat karena dua
digit dibelakang koma, sedangkan alkali bebas terbesar sejumlah 0,02 % terdapat
pada sabun dengan kandungan minyak 2%. Secara deskriptif, sekilas terlihat
bahwa rata-rata jumlah alkali bebas karena pengaruh konsentrasi minyak jarak
sejumlah 2% dan 8% relatif sama, dan keduanya relatif berbeda dengan jumlah
alkali bebas karena pengaruh konsentrasi minyak jarak sejumlah 5%. Pada
konsentrasi minyak jarak 2%, rata-rata jumlah alkali bebas adalah 0,01597% dan
pada konsentrasi minyak jarak 8% adalah 0,01%, sedangkan pada konsentrasi
minyak jarak 5%, jumlah alkali bebas adalah 0,01%. Hasil analisis jumlah alkali
bebas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12.
Bila dibandingkan dengan standar SNI sabun, maka sabun transparan yang
dihasilkan memiliki karakteristik yang telah memenuhi standar. SNI menetapkan
alkali bebas pada sabun adalah maksimal 0,1%. Lebih jauh, hubungan antara
konsentrasi minyak jarak pagar dan alkali bebas dalam sabun transparan
8
Gambar 6. Diagram kotak garis yang menggambarkan hubungan antara konsentrasi minyak jarak dan alkali bebas dalam sabun transparan
Dari Gambar 6 di atas terlihat bahwa kadar alkali bebas pada kontrol terlihat
berbeda dengan kadar alkali bebas pada sampel. Kadar alkali pada kontrol terlihat
lebih rendah, bila dibandingkan dengan kadar alkali bebas pada sampel. Hal
tersebut selaras dengan hasil analisis statistik deskriptif sebelumnya yang
menyebutkan nilai rataan alkali bebas pada kontrol terlihat berbeda dengan kadar
alkali bebas pada sampel. Pada sampel dengan konsentrasi minyak jarak 2%
memiliki rentang alkali bebas yang paling lebar, sedangkan pada konsentrasi
minyak jarak 5% memiliki rentang alkali bebas yang paling sempit.
Hal lain yang dapat diperoleh dari Gambar 6 adalah peningkatan konsentrasi
minyak jarak cenderung menurunkan kadar alkali bebas pada sabun transparan
walaupun tidak signifikan, hal ini disebabkan NaOH habis bereaksi pada
konsentrasi minyak yang lebih banyak. Hal tersebut diperlihatkan oleh garis yang
menghubungkan nilai rataan (mean) pada setiap kotak (taraf perlakuan).
4.3.4. Fraksi tak tersabunkan
Di dalam minyak terdapat senyawa-senyawa seperti getah, sterol dan