UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN
LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR
INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH:
NAMA : IRFAN AULIA SYARIEF
NIM : 050503196
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Rasio Keuangan
Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Makanan dan
Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya saya
sendiri dan judul belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa
lain dalam konteks penulisan skripsi program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar,
dan apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia
menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, 2010
Yang Membuat Pernyataan,
Irfan Aulia Syarief
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan Karunia-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan,
kemampuan dan kekuatan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Industri Makanan dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia”.
Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa
pengarahan, bimbingan, bantuan, dan kerja sama semua pihak yang telah turut
membantu dalam proses menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak.
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi
dan Ibu Mutia Ismail, MM, Ak. selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Narumondang B. Siregar, MM, Ak. selaku Dosen Pembimbing, saya
ucapkan terima kasih atas bimbingan dan arahan Ibu dalam proses penyelesaian
skripsi ini.
4. Bapak Drs. M. Zainal Bahri Torong, M.Si, Ak. selaku Dosen Penguji I, Bapak
Drs. Arifin Lubis, MM, Ak. selaku Dosen Penguji II, terima kasih atas segala
5. Secara khusus peneliti persembahkan kepada orang tua yang sangat peneliti
sayangi, Ayahanda Nasir Syarief dan Ibunda Wirda Nasir. Terima Kasih untuk
semua kasih sayang, do’a, dukung, didikan, dan semangat yang sangat berarti.
Semoga peneliti dapat menjadi anak yang dibanggakan. Terima kasih kepada
kakak dan adik penulis Erlita Wienanda Syarief, Ermelia Devrita Syarief, dan
Irwin Faisal Naviri Syarief atas semua do’a dan semangat yang telah menemani
hari-hari peneliti.
Penulis menyadari banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini
dapat bermamfaat bagi banyak pihak.
Medan, 2010
Peneliti
Irfan Aulia Syarief
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh rasio keuangan terhadap perubahan laba. Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linear sederhana, koefisien korelasi, dan uji t. Teknik Pengumpulan data dilakukan dengan metode kepustakaan dan media internet. Variabel dalam penelitian ini adalah current
ratio (CR), debt ratio (DR), total assets turnover (TATO), inventory turnover (ITO), return on assets (ROA), return on equity (ROE), dan gross profit margin (GPM)
sebagai variabel X dan perubahan laba sebagai variabel Y dengan jumlah sampel 17 perusahaan dari tahun 2007 sampai 2009.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio keuangan secara simultan (current
ratio, debt ratio, total assets turnover, inventory turnover, return on assets, return on equity, dan gross profit margin) berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.
Sedangkan secara parsial tidak ada variabel bebas yang berpengaruh terhadap perubahan laba pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
ABSTRACT
The purpose of this research is to know how financial ratio influence the change of income. This research is conducted at Food and Beverage Industries which is listed on Indonesia Stock Exchange.
The analysis method that is used in this research is quantitive method with classic assumption and statistic analysis such as linier regression, correlation coefficient, and t test. Data is obtained from literatures and internet. The object of this research are current ratio (CR), debt ratio (DR), total assets turnover (TATO), inventory turnover (ITO), return on assets (ROA), return on equity (ROE), and gross profit margin (GPM) as X variables and GFKF as Y variable with 17 sample of companies from the year 2007 to 2009.
The result of this research shows that collectively, the financial ratios (current ratio, debt ratio, total assets turnover, inventory turnover, return on assets, return on equity, and gross profit margin) have significant impact on change of income. On the other hand, there are no independent variables that have impact on change of income at Food and Beverage Industries which is listed on Indonesia Stock Exchange.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
... KATA PENGANTAR ... ii
... ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
... B. Perumusan Masalah ... 4
... C. Batasan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
A. Tinjauan Teoritis ... 7
1. Pengertian Rasio Keuangan ... 7
2. Jenis-jenis Rasio Keuangan ... 8
a. Rasio Likuiditas ... 9
b. Rasio Leverage ... 10
c. Rasio Aktivitas ... 12
1) Total Asstes Turnover ... 12
2) Inventory Turnover ... 13
d. Rasio Profitabilitas ... 13
1) Return On Assets (ROA) ... 15
2) Return On Equity (ROE) ... 16
3) Gross Profit Margin ... 18
3. Analisis Rasio Keuangan ... 18
a. Pengertian Analisis Rasio Keuangan ... 18
b. Kegunaan Analisis Rasio Keuangan ... 19
c. Keunggulan dan Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan ... 20
4. Pengertian Laba ... 21
5. Pengertian Perubahan Laba ... 22
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 23
C. Kerangka Konseptual ... 25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ... 28
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 28
C. Jenis dan Sumber Data ... 30
D. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 30
E. Metode Analisis Data ... 34
1. Pengujian Asumsi Klasik ... 34
a. Uji Normalitas ... 34
b. Uji Multikolinearitas ... 35
c. Uji Heteroskedastisitas ... 35
d. Uji Autokorelasi ... 36
2. Pengujian Hipotesis ... 36
a. Uji signifikansi simultan ... 37
b. Uji signifikansi parsial ... 38
F. Jadwal Penelitian ... 38
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ... 39
B. Statistik Deskriptif ... 44
C. Pengujian Asumsi Klasik ... 46
1. Uji Normalitas ... 46
3. Uji Heteroskedastisitas ... 51
4. Uji Autokorelasi ... 53
D. Analisis Regresi ... 54
1. Persamaan Regresi ... 54
2. Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi ... 58
3. Pengujian Hipotesis ... 59
a. Uji Signifikansi Simultan ... 59
b. Uji Signifikansi Parsial ... 61
E. Implikasi Hasil Penelitian ... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 71
B. Keterbatasan Penelitian ... 72
C. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 74
DAFTAR GAMBAR
Nama Halaman
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 24
... ... Tabel 3.1 Daftar Perusahaan Yang Memenuhi Kriteria ... 29
Tabel 3.2 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 33
Tabel 3.3 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Durbin Watson ... 36
Tabel 3.4 Jadwal Penelitian ... 38
Tabel 4.1 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Makanan dan Minuman ... 39
Tabel 4.2 Data Variabel Penelitian Tahun 2007 ... 40
Tabel 4.3 Data Variabel Penelitian Tahun 2008 ... 41
Tabel 4.4 Data Variabel Penelitian Tahun 2009 ... 42
Tabel 4.5 Statistik Deskriptif ... 44
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas ... 47
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Pada Data Setelah Transformasi Logaritma Natural 48 Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinearitas ... 51
Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi ... 54
Tabel 4.11 Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi ... 58
Tabel 4.12 Hasil Uji F ... 60
DAFTAR GAMBAR
Nama Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 27
...
...
Gambar 4.1 Grafik Histogram ... 49
Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot ... 50
DAFTAR LAMPIRAN
Nama Halaman
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Makanan dan
Minuman ... 76
Lampiran 2 Current Ratio (CR) ... 77
Lampiran 3 Debt Ratio (DR) ... 78
Lampiran 4 Total Assets Turnover (TATO) ... 79
Lampiran 5 Inventory Turnover (ITO) ... 80
Lampiran 6 Return On Assets (ROA) ... 81
Lampiran 7 Return On Equity (ROE) ... 82
Lampiran 8 Gross Profit Margin (GPM) ... 83
Lampiran 9 Perubahan Laba ... 84
Lampiran 10 Data Variabel Penelitian (Sebelum Ditransformasi) ... 85
Lampiran 11 Data Variabel Penelitian (Setelah Transformasi) ... 87
Lampiran 12 Statistik Deskriptif Sebelum Transformasi Statistik ... 89
Lampiran 12 Deskriptif Setelah Transformasi ... 89
Lampiran 13 Hasil Uji Normalitas Sebelum Transformasi ... 90
Lampiran 13 Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi ... 90
Lampiran 13 Histogram ... 91
Lampiran 13 Grafik Normal P-Plot ... 92
Nama Halaman
Lampiran 15 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 94
Lampiran 16 Hasil Uji Autokorelasi ... 95
Lampiran 17 Hasil Uji F ... 96
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh rasio keuangan terhadap perubahan laba. Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linear sederhana, koefisien korelasi, dan uji t. Teknik Pengumpulan data dilakukan dengan metode kepustakaan dan media internet. Variabel dalam penelitian ini adalah current
ratio (CR), debt ratio (DR), total assets turnover (TATO), inventory turnover (ITO), return on assets (ROA), return on equity (ROE), dan gross profit margin (GPM)
sebagai variabel X dan perubahan laba sebagai variabel Y dengan jumlah sampel 17 perusahaan dari tahun 2007 sampai 2009.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio keuangan secara simultan (current
ratio, debt ratio, total assets turnover, inventory turnover, return on assets, return on equity, dan gross profit margin) berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.
Sedangkan secara parsial tidak ada variabel bebas yang berpengaruh terhadap perubahan laba pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
ABSTRACT
The purpose of this research is to know how financial ratio influence the change of income. This research is conducted at Food and Beverage Industries which is listed on Indonesia Stock Exchange.
The analysis method that is used in this research is quantitive method with classic assumption and statistic analysis such as linier regression, correlation coefficient, and t test. Data is obtained from literatures and internet. The object of this research are current ratio (CR), debt ratio (DR), total assets turnover (TATO), inventory turnover (ITO), return on assets (ROA), return on equity (ROE), and gross profit margin (GPM) as X variables and GFKF as Y variable with 17 sample of companies from the year 2007 to 2009.
The result of this research shows that collectively, the financial ratios (current ratio, debt ratio, total assets turnover, inventory turnover, return on assets, return on equity, and gross profit margin) have significant impact on change of income. On the other hand, there are no independent variables that have impact on change of income at Food and Beverage Industries which is listed on Indonesia Stock Exchange.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan memberikan banyak informasi kepada pemegang saham dan masyarakat umum tentang usaha suatu perusahaan. Laporan Keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan harus memuat informasi keuangan yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan tentang perusahaan tersebut. Pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap informasi keuangan suatu entitas secara umum dapat diklasifikasikan menjadi
dua kelompok. Pertama adalah pihak internal perusahaan dan kedua adalah pihak
eksternal seperti kreditor, investor, pemasok, pemerintah, dan lain-lain.
Untuk memperoleh informasi keuangan yang relevan dengan tujuan dan
kepentingan pemakai, maka informasi keuangan yang disajikan harus terlebih dahulu
dianalisis sehingga dihasilkan keputusan bisnis yang tepat. Analisis yang biasanya
dilakukan adalah analisis keuangan. Analisis keuangan mencoba menghubungkan
perkiraan-perkiraan yang terdapat dalam laporan untuk mengetahui bagaimana kinerja
perusahaan.
Dalam melakukan analisis keuangan diperlukan suatu alat analisis. Alat yang sering
digunakan dalam melakukan analisis keuangan adalah rasio keuangan. Rasio keuangan
merupakan perbandingan angka-angka dari perkiraan-perkiraan yang terdapat di neraca
dan laporan laba rugi. Perbandingan antara satu perkiraan dengan perkiraan yang lain
harus saling berhubungan sehingga hasilnya dapat diinterpretasikan untuk mengetahui
dan kinerja perusahaan baik, maka hasil perhitungan rasio keuangan harus
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya atau dengan rata-rata industri.
Laba adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam
bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.
Dalam Statement of Financial Accounting Concept No. 1 (2002) informasi laba
berfungsi untuk menilai kinerja manajemen, membantu memperkirakan kemampuan
laba dalam jangka panjang, memprediksi laba perusahaan untuk tahun yang akan
datang dan menaksir resiko dalam meminjam atau dalam melakukan investasi.
Keberhasilan perusahaan dapat diukur berdasarkan kemampuan perusahaan yang
tercermin dalam kinerja manajemennya. Salah satu parameter kinerja perusahaan yang
sering digunakan adalah laba. PSAK No. 25 tahun 2002 menyatakan bahwa laba dapat
dilihat pada laporan laba rugi yang merupakan salah satu laporan keuangan utama
perusahaan yang melaporkan hasil kegiatan dalam meraih keuntungan untuk periode
tertentu.
Hasil perhitungan rasio keuangan akan lebih bermanfaat apabila digunakan untuk
memprediksi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan di masa depan. Sebagai alat
analisis keuangan, rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi perubahan laba
yang diperoleh perusahaan sehingga rasio keuangan yang lebih baik dibandingkan
rata-rata industri atau tahun sebelumnya diharapkan dapat menunjukkan adanya peningkatan
laba.
Penelitian mengenai rasio-rasio keuangan telah banyak dilakukan. Penelitian
pertumbuhan laba. Purnawati (2005) meneliti kemampuan current ratio, gross profit
margin, operating profit margin, net income to sales, return on equity, inventory
turnover, total assets turnover, dan sales to current liabilities dalam memprediksi
perubahan laba. Penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel independen yang
diteliti memiiki pengaruh terhadap perubahan laba. Secara parsial hanya inventory
turnover, total assets turnover, net income to sales, dan sales to current liablities yang
berpengaruh signifikan terhadap laba.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Efendi (2006) yang menganalisis pengaruh
current ratio, debt ratio, total assets turnover, return on assets, return on equity, dan
gross profit margin terhadap perubahan laba pada perusahaan otomotif dan industri
terkait yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini menunjukkan bahwa semua
variabel independen yang diteliti memiiki pengaruh terhadap perubahan laba. Secara
parsial hanya return on assets, return on equity, dan gross profit margin yang
berpengaruh signifikan terhadap laba.
Dua tahun kemudian Meilina (2008) meneliti pengaruh current ratio, debt ratio,
total assets turnover, return on assets, return on equity, gross profit margin terhadap
perubahan laba pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumen yang
terdaftar di bursa efek indonesia. Penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel
independen yang diteliti memiiki pengaruh terhadap perubahan laba. Secara parsial
hanya debt ratio yang berpengaruh signifikan terhadap laba
Berdasarkan uraian di atas, terdapat ketidak konsistenan hasil-hasil penelitian terdahulu
mengenai rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba sehingga peneliti tertarik untuk
yang sama ditambah rasio inventory turnover dan menggunakan data dari tahun
2006-2009 dengan jenis perusahaan yang berbeda yaitu perusahaan manufaktur sektor
industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Peneliti
menuangkannya dalam sebuah karya tulis ilmiah berbentuk skripsi dengan judul
“Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur
Sektor Industri Makanan dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut apakah rasio keuangan (current ratio, debt ratio, total asset turnover, inventory
turnover, return on assets, return on equity, dan gross profit margin) berpengaruh
terhadap perubahan laba baik secara simultan maupun parsial pada perusahaan
manufaktur sektor industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
C. Batasan Masalah
Batasan-batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini adalah perusahaan yang secara
konsisten masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama kurun waktu
2006-2009.
2. Data yang digunakan dalam penelitian ini hanya periode singkat secara relatif,
antara 2006-2009.
3. Dalam penelitian ini diasumsikan faktor-faktor lain (faktor makro) dianggap
ceteris paribus.
4. Perusahaan Manufaktur yang diamati adalah perusahaan manufaktur sektor
industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Perusahaan ini dipilih karena skala produksinya besar dan membutuhkan modal
yang besar pula untuk pengembangan produk dan ekspansi pangsa pasarnya
serta memiliki kompetisi yang sangat ketat dalam dunia bisnis.
5. Periode prediksi penelitian ini meliputi perubahan laba tahun 2007 sampai
dengan tahun 2009.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah rasio keuangan (current
ratio, debt ratio, total asset turnover, inventory turnover, return on assets, return on
equity, dan gross profit margin) berpengaruh terhadap perubahan laba baik secara
simultan maupun parsial pada perusahaan manufaktur sektor industri makanan dan
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi peneliti, tetapi juga bagi
perusahaan, investor, dan peneliti selanjutnya.
1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan apabila peneliti
dimintai pendapat mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap perubahan laba.
2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
masukan dalam mengambil keputusan bisnis yang berkaitan dengan pengaruh
rasio keuangan terhadap perubahan laba di masa yang akan datang.
3. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar pertimbangan
dalam membuat keputusan investasi pada perusahaan emiten yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
4. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering
digunakan. Rasio keuangan menghubungkan berbagai perkiraan yang terdapat pada
laporan keuangan sehingga kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan
dapat diinterpretasikan. Menurut Simamora (2000 : 822) “rasio merupakan
pedoman yang berfaedah dalam mengevaluasi posisi dan operasi keuangan
perusahaan dan mengadakan perbandingan dengan hasil-hasil dari tahun-tahun
sebelumnya atau perusahaaan-perusahaan lain”.
Rasio keuangan dapat digunakan untuk mengetahui apakah telah terjadi
penyimpangan dalam melaksanakan aktivitas operasional perusahaan. Menurut
Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005 : 36) “dari defenisi ini rasio dapat
digunakan untuk mengetahui apakah terdapat penyimpangan-penyimpangan dengan
cara membandingkan rasio keuangan dengan tahun-tahun sebelumnya.”
Rasio keuangan menunjukkan hubungan sistematis dalam bentuk perbandingan
antara perkiraan-perkiraan laporan keuangan. Agar hasil perhitungan rasio
keuangan dapat diinterpretasikan, perkiraan-perkiraan yang dibandingkan harus
mengarah pada hubungan ekonomis yang penting. Contoh perbandingan yang tidak
harga saham karena beban perlengkapan tidak ada kaitannya dengan faktor-faktor
yang mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut.
Untuk dapat menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan, maka
diperlukan adanya pembanding. Ada dua metode pembandingan rasio keuangan
perusahaan menurut Syamsuddin (2000 : 39) yaitu: − Cross-sectional approach
Cross-sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan
membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat yang bersamaan.
− Time series analysis
Time series analysis dilakukan dengan jalan membandingkan rasio-rasio
finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya.
2. Jenis-jenis Rasio Keuangan
Ada banyak jenis-jenis rasio keuangan yang biasa digunakan dalam melakukan
analisis keuangan. Sebagaimana yang dikemukanan oleh Van Horne dan
Wachowicz (2005 : 204)
Rasio-rasio keuangan yang umumnya digunakan pada dasarnya terdiri atas dua jenis. Jenis pertama meringkas beberapa aspek dari “kondisi keuangan” perusahaan untuk suatu periode-periode dengan neraca yang telah dibuat. Rasio-rasio ini disebut Rasio-rasio Rasio-rasio neraca (balance sheet ratio), karena baik pembilang maupun penyebut dalam setiap rasio berasal langsung dari neraca. Jenis kedua dari rasio meringkas beberapa aspek kinerja perusahaan selama periode waktu tertentu, biasanya dalam setahun. Rasio-rasio ini disebut sebagai rasio laporan laba rugi (income statement ratio) atau rasio laba rugi/neraca (income
statement/balance sheet ratio).
Secara umum rasio-rasio keuangan dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis
a. Rasio Likuditas
Rasio likuiditas biasa digunakan dalam melakukan analisis kredit karena
likuiditas berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Pihak-pihak yang berkepentingan dalam menilai tingkat
likuiditas perusahaan adalah kreditor-kreditor jangka pendek seperti pemasok
dan bankir. Rasio likuiditas menurut Van Horne dan Wachowicz (2005 : 206)
adalah “rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya”.
Rasio likuiditas dapat dibagi lagi menjadi beberapa jenis. Masing-masing
rasio likuiditas mencerminkan perspektif yang berbeda dalam mengukur
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio
likuiditas tersebut menurut Tampubolon (2005 : 36) “antara lain current ratio,
quick ratio, absolute liquidity ratio”. Menurut Darsono dan Ashari (2005 :
52-53) “rasio likuiditas meliputi rasio lancar, quick test ratio, net working capital,
defensive interval ratio”.
Rasio likuiditas yang menjadi fokus penelitian ini adalah current ratio (CR).
Rasio lancar (current ratio) menurut Simamora (2000 : 524) “menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya dari aktiva
lancarnya”. Pihak yang paling berkepentingan terhadap rasio lancar adalah
kreditor jangka pendek seperti pemasok. Jumlah kas dan jumlah persediaan dan
piutang yang akan dikonversi menjadi kas merupakan sumber daya yang dimiliki
Rumus untuk menghitung rasio lancar menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey
(2005 : 4)
Rasio lancar (current ratio) =
Lancar Kewajiban
Lancar Aktiva
Rumus tersebut menunjukkan hubungan antara aktiva lancar dengan
kewajiban lancar. Semakin besar aktiva lancar, maka rasio semakin tinggi rasio
lancarnya. Apabila dinyatakan bahwa rasio lancar suatu perusahaan adalah
sebesar 2, artinya setiap satu rupiah kewajiban lancar akan dijamin oleh dua
rupiah aktiva lancar.
b. Rasio Leverage
Perusahaan memperoleh sumber pendanaan dari dua sumber yaitu kreditor
dan pemegang saham. Rasio leverage menunjukkan berapa besar perusahaan
didanai oleh kreditor dan pemegang saham. Rasio leverage (rasio utang) menurut
Van Horne dan Wachowicz (2005 : 209) adalah “rasio yang menunjukkan sejauh
mana perusahaan dibiayai oleh utang”. Rasio leverage disebut juga rasio
solvabilitas.
Pihak yang paling berkepentingan terhadap rasio leverage perusahaan adalah
kreditur dan pemegang saham. Semakin besar jumlah pendanaan yang berasal
dari kreditor, semakin tinggi risiko perusahaan tidak dapat membayar seluruh
kewajiban dan bunganya. Bagi pemegang saham, semakin tinggi rasio leverage,
karena perusahaan harus melakukan pembayaran bunga sebelum laba dapat
dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen.
Menurut Tampubolon (2005 : 37) “pada dasarnya rasio leverage yang lazim
digunakan adalah debt to net worth, coverage interest charges, total assets to net
worth, fixed assets to net worth, current assets to net worth, inventory to net
worth, receivable to net worth, liquid assets to net worth”. Ada dua rasio
leverage menurut Van Horne dan Wachowicz (2005 : 209) yaitu “rasio utang
terhadap ekuitas (debt to equity) dan rasio utang terhadap total aktiva (debt to
total assets ratio)”.
Rasio leverage yang menjadi fokus penelitian ini adalah debt ratio (DR) atau
debt to total assets ratio. Menurut Syamsuddin (2000 : 71) debt ratio merupakan
“pengukuran jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang atau modal yang
berasal dari kreditur”.
Rumus untuk menghitung debt ratio menurut Brigham dan Houston (2006 :
103)
Debt Ratio =
Aktiva Total
Utang Total
Rumus tersebut menunjukkan hubungan antara total utang dengan total
aktiva. Semakin tinggi total utang, maka akan semakin tinggi pula debt ratio,
sebaliknya semakin tinggi total aktiva, maka akan semakin rendah debt ratio.
Apabila debt ratio perusahaan sebesar 0,4 atau 40 persen berarti sebesar 40
persen aktiva perusahaan tersebut didanai oleh utang dan sisanya sebesar 60
c. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas sering juga disebut sebagai rasio efisiensi atau rasio
pemanfaatan aktiva. Rasio aktivitas (activity ratio) menurut Van Horne dan
Wachowicz (2005 : 212) adalah “rasio yang mengukur seberapa efektif
perusahaan menggunakan berbagai aktivanya”. Rasio aktivitas atau rasio
pemanfaatan aktiva menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005 : 40) “yang
mengaitkan penjualan dengan berbagai kategori aktiva, merupakan penentu
penting ROI”. Rasio aktivitas dapat diklasifikasikan menjadi rasio perputaran kas
(cash turnover), rasio perputaran piutang usaha (account receivable turnover),
perputaran persediaan (inventory turnover), perputaran modal kerja (working
capital turnover), perputaran aktiva tetap (fixed assets turnover), dan perputaran
total aktiva (total assets turnover).
Rasio aktivitas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah total assets
turnover (TATO) dan inventory turnover (ITO).
1) Total Assets Turnover
Total assets turnover menurut Syamsuddin (2000 : 73) “mengukur
berapa kali total aktiva perusahaan menghasilkan penjualan”. Rumus untuk
menghitung total asstes turnover menurut Van Horne dan Wachowicz (2005
: 221)
Total Assets Turnover =
Aktiva Total
Rumus tersebut menunjukkan hubungan antara penjualan bersih dengan
total aktiva. Jika total assets turnover suatu perusahaan sebesar 2,5 berarti
total aktiva perusahaan berputar 2,5 kali untuk menghasilkan penjualan bagi
perusahaan. Untuk mengetahui apakah perusahaan cukup efektif dalam
menggunakan aktivanya, hasil perhitungan harus dibandingkan dengan
rata-rata industri atau hasil perhitungan tahun-tahun sebelumnya.
2) Inventory Turnover
Inventory turnover menurut Van Horne dan Wachowicz (2005 : 217)
“memberitahu kita seberapa banyak persediaan berputar menjadi piutang
melalui penjualan selama tahun terkait”. Rumus untuk menghitung inventory
turnover menurut Van Horne dan Wachowicz (2005 : 221)
Inventory Turnover =
Persediaan rata
-Rata
Penjualan Pokok
Harga
Rumus tersebut menunjukkan hubungan antara harga pokok penjualan
dengan rata-rata persediaan. Jika inventory turnover suatu perusahaan
sebesar 3,5 berarti persediaan perusahaan berputar 3,5 kali untuk
menghasilkan penjualan bagi perusahaan. Untuk mengetahui apakah
perusahaan cukup efisien dalam mengelola persediaannya, hasil perhitungan
harus dibandingkan dengan rata-rata industri atau hasil perhitungan
d. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas disebut juga rasio kinerja operasi. Rasio profitabilitas
atau kinerja operasi digunakan untuk mengevaluasi margin laba dari aktivitas
operasi yang dilakukan perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2006 : 107)
“rasio profitabilitas (profitability ratio) akan menunjukkan efek dari likuiditas,
manajemen aktiva, dan utang pada hasil operasi”.
Rasio profitabilitas (profitability ratio) menurut Van Horne dan Wachowicz
(2005 : 222) adalah “rasio yang menghubungkan laba dari penjualan dan
investasi”. Dari rasio profitabilitas dapat diketahui bagaimana tingkat
profitabilitas perusahaan. Setiap perusahaan menginginkan tingkat profitabilitas
yang tinggi. Untuk dapat melangsungkan hidupnya, perusahaan harus berada
dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Apabila perusahaan berada
dalam kondisi yang tidak menguntungkan, maka akan sulit bagi perusahaan
untuk memperoleh pinjaman dari kreditor maupun investasi dari pihak luar.
Dalam hubungannya dengan penjualan dan investasi, rasio profitabilitas
dapat diklasifikasikan menjadi margin laba kotor (gross profit margin), margin
laba operasi (operating profit margin), margin laba sebelum pajak (pretax profit
margin), margin laba bersih (net profit margin), return on assets atau return on
investment, dan return on equity.
Rasio profitabilitas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah return on
1) Return on Assets (ROA)
Return on assets menurut Syamsuddin (2000 : 63) merupakan
“pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di
dalam perusahaan”. Dengan mengetahui ROA, kita dapat menilai apakah
perusahaan telah efisien dalam menggunakan aktivanya dalam kegiatan
operasi untuk menghasilkan keuntungan. Rumus untuk menghitung return on
assets menurut Van Horne dan Wachowicz (2005 : 224)
ROA =
Rumus lain yang dapat digunakan untuk menghitung ROA adalah
dengan persamaan Du Pont. Dengan menggunakan persamaan Du Pont dapat
dilihat lebih jelas bagaimana hubungan antara laba bersih dengan dengan
total aktiva. Adapun persamaan Du Pont menurut Brigham dan Houston
(2006 : 114)
ROA = Margin Laba x Perputaran Total Aktiva
=
Jika hasil perhitungan ROA suatu perusahaan sebesar 0,15 atau 15
persen berarti setiap seratus rupiah aktiva yang dimiliki perusahaan,
perusahaan tersebut akan memperoleh keuntungan sebesar 15 rupiah. Untuk
mengetahui apakah perusahaan memperoleh tingkat pengembalian yang
dengan rata-rata tingkat pengembalian industri atau rata-rata suku bunga
pinjaman saat itu. Apabila hasil perhitungan menunjukkan bahwa ROA
perusahaan tersebut lebih tinggi dari ROA rata-rata industri atau rata-rata
suku bunga pinjaman berarti perusahaan memperoleh tingkat pengembalian
yang tinggi atas aktivanya.
2) Return on Equity (ROE)
Para pemegang saham melakukan investasi untuk mendapatkan
pengembalian atas investasi mereka. Rasio yang menunjukkan berapa besar
kemampuan perusahaan dalam memberikan pengembalian atas investasi para
pemegang saham adalah return on equity (ROE). Return on equity menurut
Van Horne dan Wachowicz (2005 : 226) “menunjukkan daya untuk
menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku pemegang saham,
dan sering kali digunakan dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan
sebuah industri yang sama”.
Rasio ini juga menunjukkan kesuksesan manajemen perusahaan dalam
dalam mengelola investasi untuk memberikan pengembalian kepada
pemegang saham. Semakin tinggi ROE berarti semakin baik posisi
manajemen dihadapan para pemegang saham. Rumus untuk menghitung
return on equity (ROE) menurut Van Horne dan Wachowicz (2005 : 225)
ROE =
Saham Pemegang
Ekuitas
Pajak Setelah Bersih
ROE juga dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Du Pont.
Dengan menggunakan rumus persamaan Du Pont dapat dilihat hubungan
yang lebih jelas mengapa perusahaan dapat memberikan tingkat
pengembalian yang lebih rendah atau lebih tinggi kepada pemegang saham.
Adapun rumus untuk menghitung ROE dengan persamaan Du Pont menurut
Brigham dan Houston (2006 : 116)
ROE = Margin Laba x Perputaran Total Aktiva x Pengganda Ekuitas
ROE =
Dari persamaan Du Pont terlihat jelas bagaimana hubungan antara
margin laba, perputaran total aktiva, dan pengganda ekuitas dalam
menentukan besarnya pengembalian atas investasi pemegang saham.
Jika hasil perhitungan ROE suatu perusahaan sebesar 0,15 atau 15
persen berarti untuk setiap seratus rupiah investasi pemegang saham,
perusahaan akan memberikan pengembalian atas investasi tersebut sebesar
15 rupiah. Untuk mengetahui apakah perusahaan memberikan tingkat
pengembalian yang tinggi, hasil perhitungan harus dibandingkan dengan
rata-rata tingkat suku bunga pinjaman saat itu. Bagi pemegang saham, untuk
mengetahui apakah investasi mereka pada suatu perusahaan memuaskan,
pemegang saham juga akan membandingkan rasio ini dengan investasi
3) Gross Profit Margin
Gross profit margin (GPM) dapat digunakan untuk mengetahui
keuntungan kotor dari setiap barang yang dijual perusahaan. Gross profit
margin menurut Van Horne dan Wachowicz (2005 : 222) “memberitahu kita
laba dari perusahaan yang berhubungan dengan penjualan, setelah kita
mengurangi biaya untuk memproduksi barang yang dijual”.
Rumus untuk menghitung gross profit margin menurut Wild,
Subramanyam, dan Halsey (2005 : 42)
Gross Profit Margin =
Penjualan
Penjualan Pokok
Harga -Penjualan
Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasional
perusahaan. Jika perhitungan gross profit margin suatu perusahaan sebesar
0,25 atau 25 persen berarti setiap seratus rupiah penjualan, perusahaan akan
mendapatkan laba kotor sebesar 25 rupiah. Hasil perhitungan rasio ini harus
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya untuk melihat apakah terdapat
peningkatan atau penurunan gross profit margin.
3. Analisis Rasio Keuangan
a. Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan bagian dari analisis keuangan. Analisis
rasio keuangan adalah analisis yang dilakukan dengan menghubungkan berbagai
perkiraan yang terdapat pada laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan.
analysis) dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar
perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk dideteksi
dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio”.
b. Kegunaan Analisis Rasio Keuangan
Rasio keuangan dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan
perusahaan dan kinerjanya. Dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan
dari tahun ke tahun dapat dipelajari komposisi perubahan dan dapat ditentukan
apakah terdapat kenaikan atau penurunan kondisi dan kinerja perusahaan selama
waktu tersebut. Selain itu, dengan membandingkan rasio keuangan terhadap
perusahaan lainnya yang sejenis atau terhadap rata-rata industri dapat membantu
mengidentifikasi adanya penyimpangan.
Analisis rasio keuangan pada umumnya digunakan oleh tiga kelompok utama
pemakai laporan keuangan yaitu manajer perusahaan, analis kredit, dan analis
saham. Kegunaan rasio keuangan bagi ketiga kelompok utama tersebut menurut
Brigham dan Houston (2006 : 119) adalah sebagai berikut:
1) manajer, yang menerapkan rasio untuk membantu menganalisis, mengendalikan, dan kemudian meningkatkan operasi perusahaan,
2) analis kredit, termasuk petugas pinjaman bank dan analis peringkat obligasi, yang menganalisis rasio-rasio untuk membantu memutuskan kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya, dan
3) analis saham, yang tertarik pada efisiensi, risiko, dan prospek pertumbuhan perusahaan.
c. Keunggulan dan Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan analisis yang paling sering dilakukan
untuk menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan dibandingkan alat
analisis keuangan lainnya. Analisis rasio keuangan memiliki beberapa
keunggulan sebagai alat analisis sebagaimana yang dikemukakan oleh Harahap
(2006 : 298).
− Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
− Rasio merupakan pengganti yang sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
− Rasio mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
− Rasio sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (z-score).
− Rasio menstandarisir size perusahaan.
− Dengan rasio lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series.
− Dengan rasio lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.
Sebagai alat analisis keuangan, analisis rasio keuangan juga memiliki
keterbatasan atau kelemahan. Menurut Syahyunan (2004 : 82-83) ada beberapa
keterbatasan atau kelemahan analisis rasio keuangan.
− Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha.
− Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian persediaan.
− Rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda bahkan bisa merupakan hasil manipulasi.
Keterbatasan utama dalam analisis rasio keuangan adalah sulit
membandingkan hasil perhitungan rasio keuangan suatu perusahaan dengan
rata-rata industri. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kieso, Weygandt, dan
Warfield (2002 : 495)
Kritik terbesar atas analisis rasio adalah sulitnya mencapai komparabilitas (comparability) yang tinggi di antara perusahaan-perusahaan dalam industri tertentu. Untuk mencapai komparabilitas di antara perusahaan-perusahaan mengharuskan analis untuk (1) mengidentifikasi perbedaan mendasar yang terdapat dalam prinsip dan prosedur akuntansi yang digunakan dan (2) menyesuaikan saldo untuk mencapai komparabilitas.
4. Pengertian Laba
Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Wild, Subramanyam, dan
Halsey (2005 : 25) mendefenisikan laba sebagai berikut:
Laba (earnings) atau laba bersih (net income) mengindikasikan profitabilitas perusahaan. Laba mencerminkan pengembalian kepada pemegang ekuitas untuk periode bersangkutan, sementara pos-pos dalam laporan merinci bagaimana laba didapat. Laba merupakan perkiraan atas kenaikan (atau penurunan) ekuitas sebelum distribusi kepada dan kontribusi dari pemegang ekuitas.
Laba terdiri dari empat elemen utama yaitu pendapatan (revenue), beban
(expense), keuntungan (gain), dan kerugian (loss). Defenisi dari elemen-elemen laba
tersebut telah dikemukakan oleh Financial Accounting Standard Board dalam Stice,
Stice, dan Skousen (2004 : 230).
a. Pendapatan (revenue) adalah arus masuk atau peningkatan lain dari aktiva suatu entitas atau pelunasan kewajibannya (atau kombinasi dari keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut.
merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut.
c. Keuntungan (gain) adalah peningkatan dalam ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi, kejadian, dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik. d. Kerugian (loss) adalah penurunan dalam ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi
sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi, kejadian, dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik.
Informasi tentang komponen-komponen laba merupakan hal yang penting karena
kita dapat mengetahui dari mana perusahaan memperoleh labanya. Informasi tentang
komponen-komponen laba akan membantu pemakai laporan keuangan untuk
memprediksi laba dan arus kas di masa depan.
5. Pengertian Perubahan Laba
Setiap perusahaan berusaha untuk memperoleh laba yang maksimal. Laba yang
diperoleh perusahaan akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan
tersebut. Perusahaan pasti menginginkan adanya peningkatan laba yang diperoleh
dalam setiap tahunnya. Peningkatan dan penurunan laba dapat dilihat dari perubahan
laba. Perubahan laba adalah peningkatan dan penurunan laba yang diperoleh
perusahaan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Adapun perubahan laba yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah perubahan laba bersih.
Perubahan laba yang digunakan dalam penelitian ini adalah perubahan laba
relatif. Menurut Machfoedz dalam Meilina (2008) “perubahan laba relatif lebih
relatif akan mengurangi pengaruh ukuran perusahaan”. Perubahan laba biasanya
dinyatakan dalam bentuk persentase.
Perubahan Laba = 100%
Perubahan laba dapat digunakan untuk menilai bagaimana kinerja suatu
perusahaan. Menurut Stice, Stice, dan Skousen (2004 : 225-226) “Riset mendukung
pernyataan FASB bahwa indikator terbaik atas kinerja adalah laba. Jadi, memahami
laba, apa yang diukur oleh laba dan komponen-komponennya adalah penting untuk
dapat memahami dan menginterpretasikan keadaan keuangan suatu perusahaan”.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007) “penghasilan bersih (laba) seringkali
digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti
imbalan investasi (return on investment) atau penghasilan per saham (earnings per
share)”.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu 1. Penelitian Purnawati
Judul Penelitian adalah “Kemampuan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi
Perubahan Laba”. Hasilnya secara simultan, rasio keuangan yang digunakan dalam
penelitian mampu memprediksi laba satu tahun yang akan datang, sedangkan secara
parsial, rasio ITO, TATO), NIS, dan SCL dapat digunakan untuk memprediksi
2. Penelitian Efendi
Judul Penelitian adalah “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap
Perubahan Laba Pada Perusahaan Otomotif dan Industri Terkait Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Jakarta”. Hasilnya secara simultan rasio keuangan berpengaruh terhadap
perubahan laba, sedangkan secara parsial hanya ROA, ROE, dan GPM yang
berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.
3. Penelitian Meilina
Judul Penelitian adalah “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba
Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumen Yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia”. Hasilnya secara simultan rasio keuangan berpengaruh
terhadap perubahan laba, sedangkan secara parsial hanya DR yang berpengaruh
signifikan terhadap perubahan laba.
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Judul Variabel yang
Digunakan
Metode
Efendi (2006) Analisis
Sumber: Data diolah peneliti, 2010
C. Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah rasio keuangan yang
terdiri dari current ratio (CR), debt ratio (DR), total asset turnover (TATO), inventory
turnover (ITO), return on asset (ROA), return on equity (ROE), dan gross profit
margin (GPM). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perubahan laba.
Semakin tinggi CR, maka perusahaan semakin likuid dan akan semakin mudah
memperoleh pendanaan dari kreditor maupun investor untuk memperlancar kegiatan
banyak aktiva perusahaan yang didanai oleh utang sehingga semakin besar beban bunga
yang harus dibayar dan laba perusahaan akan menurun. Semakin tinggi TATO, maka
semakin efisien perusahaan dalam menggunakan aktivanya untuk menghasilkan
penjualan dan laba perusahaan juga dapat meningkat. Semakin tinggi ITO, maka
semakin efisien manajemen persediaan perusahaan sehingga perusahaan akan makin
likuid dan meningkatkan laba perusahaan. Semakin tinggi ROA, semakin tinggi laba
yang diperoleh perusahaan dari aktiva yang dimilikinya dan akan berpengaruh terhadap
perubahan laba. Semakin tinggi ROE, maka semakin banyak investor yang ingin
menanamkan modalnya di perusahaan sehingga kegiatan operasional perusahaan
semakin lancar dan perusahaan dapat meningkatkan labanya. Semakin tinggi GPM,
maka semakin efektif dan efisien perusahaan dalam melaksanakan aktivitas
operasionalnya sehingga dapat mempengaruhi laba bersih yang akan diperoleh
perusahaan. Dengan demikian, secara simultan rasio keuangan berpengaruh terhadap
perubahan laba dan secara parsial, current ratio (CR), debt ratio, total asset turnover
(TATO), inventory turnover (ITO), return on asset (ROA), return on equity (ROE), dan
gross profit margin (GPM) berpengaruh terhadap perubahan laba.
Berdasasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis, dan tinjauan penelitian
Rasio Keuangan (X)
Sumber: Data diolah peneliti, 2010
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual, maka maka hipotesis
dari penelitian ini adalah rasio keuangan (current ratio, debt ratio, total asset turnover,
inventory turnover, return on assets, return on equity, dan gross profit margin)
berpengaruh terhadap perubahan laba baik secara simultan maupun parsial pada
perusahaan manufaktur sektor industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut Umar
(2003 : 30) penelitian asosiatif kausal adalah “penelitian yang bertujuan untuk
menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana
suatu variabel mempengaruhi variabel lain”.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2006 : 55) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas: obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur sektor industri
makanan dan minuman yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia yang berjumlah
19 perusahaan.
Menurut Erlina dan Mulyani (2007 : 74) “sampel adalah bagian populasi yang
digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi”. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik penentuan sampel secara purposive
sampling. Menurut Jogiyanto (2004 : 79) “pengambilan sampel bertujuan (purposive
sampling) dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria
1. perusahaan-perusahaan manufaktur sektor industri makanan dan minuman
tersebut terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007, 2008, dan 2009,
2. perusahaan-perusahaan manufaktur sektor industri makanan dan minuman
tersebut tidak didelisting pada tahun 2007, 2008 dan 2009, dan
3. perusahaan-perusahaan manufaktur sektor industri makanan dan minuman
tersebut memiliki laporan keuangan yang lengkap dan telah diaudit pada tahun
2007, 2008, dan 2009.
Berikut ini adalah perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian
peneliti :
Tabel 3.1
Daftar Perusahaan Yang Memenuhi Kriteria
No Perusahaan Kriteria
1 2 3
12 PT Prioneerindo Gourmet International Tbk. √ √ √
No Perusahaan Kriteria
1 2 3
19 PT Ultra Jaya Milk Tbk √ √ √
Sumber: Data diolah peneliti, 2010
Perusahaan-perusahaan manufaktur sektor industri barang makanan dan minuman
yang memenuhi ketiga kriteria tersebut ada sebanyak 17 perusahaan. Dengan demikian
jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 17 perusahaan.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yaitu
data yang diukur dalam suatu skala secara numerik (Kuncoro, 2003 : 124). Data yang
digunakan adalah laporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan manufaktur sektor
industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006
sampai dengan 2009. Data ini merupakan data sekunder yaitu data sekunder yaitu data
yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan
(Bungin, 2005 : 122). Data tersebut diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory
(ICMD) 2009 dan Bursa Efek Indonesia.
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen
1. Variabel independen (bebas)
Variabel independen menurut Sugiyono (2006 : 3) adalah “variabel yang
menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat)”.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio keuangan
yang terdiri dari current ratio, debt ratio, total assets turnover, inventory turnover,
return on assets, return on equity, dan gross profit margin.
a. Current ratio
Current ratio (CR)/ X1 adalah rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan membayar kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang
tersedia.
b. Debt ratio
Debt ratio (DR)/ X2 adalah rasio untuk mengukur jumlah aktiva yang
dibiayai oleh utang.
c. Total assets turnover
Total assets turnover (TATO)/ X3 adalah rasio untuk mengukur efisiensi
penggunaan total aktiva untuk menghasilkan penjualan.
d. Inventory turnover
Inventory Turnover (ITO)/ X4 adalah rasio untuk mengukur efisiensi
pengelolaan persediaan untuk menghasilkan penjualan.
e. Return on assets
Return on assets (ROA)/ X5 adalah rasio untuk mengukur kemampuan
Semakin besar ROA, maka semakin baik kinerja perusahaan dalam
menghasilkan laba.
f. Return on equity
Return on equity (ROE)/ X6 adalah rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. Semakin
besar ROE, maka semakin baik kinerja perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan bagi pemegang saham.
g. Gross profit margin
Gross profit margin (GPM)/ X7 adalah rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba kotor. Semakin besar nilai GPM, maka
semakin efisien operasi perusahaan.
2. Variabel dependen (terikat)
Variabel dependen menurut Sugiyono (2006 : 3) adalah “variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah perubahan laba bersih dari setiap perusahaan
yang menjadi sampel. Perubahan laba perusahaan menyatakan berapa besar
peningkatan atau penurunan laba perusahaan.
Tabel 3.2
Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel Indikator Sub Variabel Skala
X1 CR Current ratio, yaitu
kemampuan perusahaan membayar kewajiban lancar dengan aktiva lancar yang tersedia.
jumlah aktiva yang dibiayai
oleh utang. TotalAktiva
Utang
Perubahan laba, yaitu
peningkatan atau penurunan
E. Metode Analisis Data
1. Pengujian Asumsi Klasik
Metode analisis data yang digunakan adalah model analisis regresi berganda
dengan bantuan software SPSS versi 16 for Windows. Untuk menghasilkan suatu
model yang baik, analisis regresi memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum
melakukan pengujian hipotesis. Pengujian asumsi klasik tersebut meliputi uji
normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2005 : 110) “ uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal”. Cara yang dapat digunakan untuk menguji apakah variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal adalah dengan melakukan
uji Kolmogorov-Smirnov terhadap model yang diuji. Kriteria pengambilan
keputusan adalah apabila nilai signifikansi atau probabilitas > 0.05, maka residual
memiliki distribusi normal dan apabila nilai signifikansi atau probabilitas < 0.05,
maka residual tidak memiliki distribusi normal.
Selain itu, uji normalitas juga dapat dilakukan dengan melakukan analisis
grafik normal probability plot dan grafik histogram. Dasar pengambilan
keputusan dalam uji normalitas menurut Ghozali (2005 : 110) sebagai berikut:
2) jika data menyebar jauh dari diagonal dan / atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali,
2005 : 91). Multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance dan
variance inflation factor (VIF).Nilai cut off yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance <0.10 atau sama
dengan nilai VIF >10 (Ghozali, 2005 : 92).
c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2005 : 105) “uji heteroskedastisitas bertujuan menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain”. Model regresi yang baik adalah tidak
terjadi heteroskedastisitas. Cara mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen.
Menurut Ghozali (2005 : 105) dasar analisis untuk menentukan ada atau tidaknya
heteroskedastisitas yaitu:
1) jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas,
d. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2005 : 95) “uji autokorelasi bertujuan menguji apakah
dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya)”. Cara
yang dapat dilakukan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah
dengan melakukan uji Durbin Watson. Pengambilan keputusan ada tidaknya
autokorelasi dapat dilihat dalam tabel 3.3.
Tabel 3.3
Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Durbin Watson
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi Tidak ada korelasi, positif
atau negatif
Tidak ditolak Du < d < 4 − du
Sumber: Ghozali, 2005 : 96
2. Pengujian Hipotesis
Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan analisis regresi linear berganda.
Model regresi untuk menguji hipotesis tersebut dinyatakan dalam bentuk fungsi
perubahan laba.
Y = β0+ β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β6X6 + e
β0 = konstanta
X1 = current ratio
X2 = debt ratio
X3 = total assets turnover
X4 = inventory turnover
X5 = return on assets
X6 = return on equity
X7 = gross profit margin
β1, β2,… β6 = koefisien regresi
e = variabel pengganggu
a. Uji signifikansi simultan
Secara simultan, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F-test. Menurut
Ghozali (2005 : 84) “uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/ terikat”. Uji ini
dilakukan dengan membandingkan signifikansi Fhitung dengan ketentuan:
− jika Fhitung < Ftabel pada α 0.05, maka H1 ditolak dan
− jika Fhitung > Ftabel pada α 0.05, maka H1 diterima.
b. Uji signifikansi parsial
Secara parsial, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t-test. Menurut
pengaruh satu variabel penjelas/ independen secara individual dalam
menerangkan variabel dependen”. Uji ini dilakukan dengan membandingkan
signifikansi thitung dengan ketentuan:
− jika thitung < ttabel pada α 0.05, maka Hi ditolak dan
− jika thitung > ttabel pada α 0.05, maka Hi diterima.
F. Jadwal Penelitian
Adapun jadwal penelitian dapat dilihat dalam tabel 3.4
Tabel 3.4 Jadwal Penelitian
Tahapan Bulan
Penelitian Apr Mei Jun Jul Agu Sep
Pencarian Data Awal X
Penyelesaian Proposal X
Bimbingan dan Perbaikan Proposal X X
Seminar Proposal X
Pengumpulan dan Pengolahan Data X
Analisis Data X X
Bimbingan Skripsi X X
Penyelesaian Skripsi X
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industri makanan dan
minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pada tanggal 30 November 2007
Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) resmi berganti nama menjadi
Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada tahun 2006-2007 perusahaan-perusahaan yang
dijadikan sampel masih terdaftar di BEJ, tetapi karena data penelitian diambil pada
tahun 2010, maka peneliti menggunakan nama BEI. Setelah dilakukan pemilihan
sampel dengan teknik purposive sampling diperoleh 17 perusahaan. Daftar perusahaan
berdasarkan tanggal listing di Bursa Efek Indonesia dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Makanan dan Minuman
No Stocks Nama Emiten Tanggal 12 PTSP PT Pioneerindo Gourmet International Tbk 13 Des 1983 30 Mei 1994 13 SIPD PT Sierad Produce Tbk 6 Sep 1985 27 Des 1996 14 SKLT PT Sekar Laut Tbk 19 Jul 1979 8 Sep 1993
No Stocks Nama Emiten Tanggal
Sumber: Data diolah peneliti, 2010
Periode penelitian dimulai dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 sehingga data
penelitian secara keseluruhan berjumlah 51 sampel. Berikut ini akan dijelaskan
mengenai data variabel penelitian yang dianalisis dalam penelitian ini.
Tabel 4.2
Sumber: Data diolah peneliti, 2010
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pada tahun 2007 nilai CR tertinggi adalah PT
tertinggi adalah PT Siantar Top Tbk dan nilai terendah adalah PT Delta Djakarta Tbk.
Nilai TATO tertinggi adalah PT Fast Food Indonesia Tbk dan nilai terendah adalah PT
Siantar Top Tbk. Nilai ITO tertinggi adalah PT Aqua Golden Waters Mississipi Tbk
dan nilai terendah adalah PT Cahaya Kalbar Tbk. Nilai ROA tertinggi adalah PT Fast
Food Indonesia Tbk dan nilai terendah adalah PT Ades Waters Indonesia Tbk. Nilai
ROE tertinggi adalah PT Multi Bintang Indonesia Tbk dan nilai ROE terendah adalah
PT Ades Waters Indonesia Tbk. Nilai tertinggi GPM adalah PT Siantar Top Tbk dan
nilai terendah GPM adalah PT Ades Waters Indonesia Tbk. Nilai tertinggi perubahan
laba adalah PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk yang memiliki perubahan laba yang
sangat tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainnya dan nilai
terendah perubahan laba adalah PT Pioneerindo Gourmet International Tbk.
ULTJ 1.8539 0.3470 0.7828 3.8758 0.1745 0.2675 0.1913 5.8737
Sumber : Data diolah peneliti, 2010
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada tahun 2008 nilai CR tertinggi adalah PT
Davomas Abadi Tbk dan nilai terendah PT Ades Waters Indonesia Tbk. Nilai DR
tertinggi adalah PT Pioneerindo Gourmet International Tbk dan nilai terendah adalah
PT Prashida Aneka Niaga Tbk. Nilai TATO tertinggi adalah PT Cahaya Kalbar Tbk
dan terendah adalah PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. Nilai tertinggi ITO adalah PT
Aqua Golden Waters Mississipi Tbk dan nilai terendah adalah PT Tiga Pilar Sejahtera
Food Tbk. Nilai tertinggi ROA adalah PT Multi Bintang Indonesia Tbk dan nilai
terendah adalah PT Davomas Abadi Tbk. Nilai ROE tertinggi adalah PT Pioneerindo
Gourmet International Tbk dan nilai terendah adalah PT Davomas Abadi Tbk. Nilai
tertinggi GPM adalah PT Pioneerindo Gourmet International Tbk dan nilai terendah
adalah PT Sekar Laut Tbk. Nilai perubahan laba tertinggi PT Ultra Jaya Milk Tbk dan
nilai terendah adalah PT Davomas Abadi Tbk. Pada tahun 2008 tidak ada perusahaan
yang memiliki perubahan laba yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.
PSDN 1.5627 0.5086 1.6751 4.5617 0.0918 0.2587 0.1485 0.3928 PTSP 1.1688 0.7654 2.5014 7.3151 0.1208 0.6414 0.6385 1.4829 SIPD 2.0209 0.2818 1.9756 9.0439 0.0227 0.0316 0.0712 0.3901 SKLT 1.8902 0.4216 1.4084 4.9334 0.0653 0.1128 0.1897 0.6844 SMAR 1.5797 0.5152 1.3908 5.8363 0.0733 0.1561 0.1209 -0.3288 STTP 1.6885 0.2628 1.1429 4.6814 0.0749 0.1015 0.1628 9.8309 ULTJ 2.1163 0.3106 0.9315 3.1076 0.0353 0.0513 0.2614 -0.6344
Sumber: Data diolah peneliti, 2010
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada tahun 2009 nilai CR tertinggi adalah PT
Davomas Abadi Tbk dan nilai terendah adalah PT Multi Bintang Indonesia Tbk. Nilai
DR tertinggi adalah PT Multi Bintang Indonesia Tbk dan nilai terendah adalah PT
Delta Djakarta Tbk. Nilai TATO tertinggi adalah PT Pioneerindo Gourmet
International Tbk dan terendah adalah PT Davomas Abadi Tbk. Nilai ITO tertinggi
adalah PT Aqua Golden Waters Mississipi Tbk dan terendah adalah PT Tiga Pilar
Sejahtera Food Tbk. Nilai ROA tertinggi adalah PT Multi Bintang Indonesia Tbk dan
nilai terendah PT Davomas Abadi Tbk. Nilai ROE tertinggi adalah PT Multi Bintang
Indonesia Tbk dan nilai terendah PT Davomas Abadi Tbk. Nilai GPM tertinggi adalah
Pioneerindo Gourmet International Tbk dan nilai terendah adalah PT Davomas Abadi
Tbk. Nilai perubahan laba tertinggi adalah PT Siantar Top Tbk yang memiliki
perubahan laba yang sangat tinggi dan berbeda dengan perusahaan lainnya dan nilai