SKRIPSI
PENGARUH TOTAL ASSET TURN OVER RATIO DAN DEBT EQUITY RATIO TERHADAP AUDIT DELAY DENGAN RETURN ON ASSET
SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011 – 2013
OLEH
INIKE AYUNINGTYAS 110503258
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Total Asset Turn Over dan Debt Equity Ratio terhadap Audit Delay dengan Return On Asset Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Data yang saya peroleh dari lembaga dan saya kutip dari hasil karya penulis lain telah mendapatkan izin serta telah dicantumkan sumbernya secara jelas menurut norma dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi saya berikut ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, April 2015
Yang Membuat Pernyataan
Inike Ayuningtyas
ABSTRAK
Pengaruh Total Asset Turn Over dan Debt Equity Ratio terhadap Audit Delay dengan Return On Asset Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2011-2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel Total Asset Turn Over Ratio dan Debt Equity Ratioberpengaruh secara simultan maupun parsial terhadap Audit Delay dengan Return On Asset sebagai variabel pemoderasi pada perusahaan property dan real estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011 – 2013.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dan diperoleh 48 perusahaan yang akan menjadi objek penelitian. Data yang digunakan adalah laporan keuangan dan laporan auditor independen yang dipublikasikan melalui website www.idx.co.id
Hasil penelitian untuk hipotesis pertama, kedua dan ketiga menunjukkan bahwa secara parsial maupun simultan Total Asset Turn Over Ratio dan Debt Equity Ratio berpengaruh secara signifikan terhadap Audit Delay. Namun untuk hipotesis keempat dan kelima Return On Asset tidak sepenuhnya mampu memoderasi hubungan antara Total Asset Turn Over Ratio terhadap Audit Delay
maupun Debt Equity Ratio terhadap Audit Delay.
. Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan regresi berganda.
Kata Kunci:
ABSTRACT
The Effect of Total Assets Turnover Ratio and Debt Equity on Audit Delay with Return on Assets As moderating variables In the Property and Real Estate Company listed on the Indonesia Stock Exchange Year 2011-2013
This study aims to determine whether the variable Total Asset Turn Over Ratio and Debt Equity Ratio influence simultaneously and partially to the Audit Delay with return on assets as a moderating variable in property and real estate companies are registered in the Indonesia Stock Exchange Year 2011-2013.
The sampling method used is purposive sampling method and acquired 48 companies that will be the object of research. The data used are the financial statements and the independent auditor's report published on its website www.idx.co.id
The results of the study for the first hypothesis, the second and the third showed that partially or simultaneously Total Assets Turn Over Ratio and Debt Equity Ratio significantly affect the Audit Delay. However, for the fourth and fifth hypotheses return on assets is not fully able to moderate the relationship between Total Asset Turn Over Ratio of Audit Delay and Debt Equity Ratio of Audit Delay.
. The research hypotheses were tested using multiple regression.
Keywords:
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah mengatur dan memberi petunjuk. Syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat-Nya atas limpahan Rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Total Asset Turn Over Ratio dan Debt Equity Ratio terhadap Audit Delay dengan Return On Asset Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013” sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi S1 Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih setinggi tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan semangat, motivasi, bantuan dan bimbingan selama masa perkuliahan, yaitu kepada:
1. Allah SWT yang atas rahmatnya telah memberikan khidmat dan hidayahnya sehingga penulis mampu meyelesaikan skripsi ini
2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Acc., Ak., CA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., CPA dan Drs. Hotmal Ja’far, MM., Ak., selaku Ketua dan Sekretaris Dapartemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si., Ak. selaku Dosen Pembimbing dan Bapak Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec., Ac. selaku Dosen Pembanding/Penguji 2 penulis yang telah memberikan koreksi dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Alm. papa H. Teguh Priyono, BSc dan mama Hj. Ifawaty Irsa yang dengan tulus memberikan kasih sayang, doa, semangat dan motivasi selama ini. 7. Kakak dan adikku Prita Lestari Ningrum, STP dan Wicaksono Aji
Winahyu yang selalu ada dan menemani setiap langkah, dan
8. Sahabat dan teman-teman yang saya cintai (Rini, Nuga, Intan, Habibi, Tia, Hafiz, Nindy, Rahma, Febri, Rimma dan Geby) serta teman-teman lainnya yang telah memberikan doa dan semangat, terimakasih atas kebersamaan kita selama ini.
Penulis juga menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak kekurangan serta jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun, sangat penulis harapkan. Harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan, April 2015
Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN... i
ABSTRAK... ii
ABSTRACT... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR LAMPIRAN... x
3.6.3.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)... 50
3.6.3.2 Uji Regresi Parsial (Uji t)... 50
3.6.3.3 Uji Hipotesis Analisis Simultan (Uji F)... 51
3.6.3.4 Uji Hipotesis Menggunakan Variabel Pemoderasi.. 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 53
4.1 Analisis Statistik Deskriptif... 53
4.2 Uji Asumsi Klasik... 54
4.2.1 Uji Normalitas... 55
4.2.2 Uji Multikolinearitas... 59
4.2.3 Uji Autokolerasi... 60
4.2.4 Uji Heterokedastisitas... 60
4.3 Pengujian Hipotesis Model Regresi... 62
4.3.1 Analisis Koefisien Determinasi... 62
4.3.2 Uji Simultan (Uji F) ... 63
4.3.3 Uji Parsial (Uji t)... 64
4.3.4 Analisis Regresi... 65
4.4 Keputusan Hipotesis... 66
4.5 Pengujian Hipotesis Moderator... 67
4.5.1 Pengaruh ROA terhadap Hubungan TATO dan AUDEL... 67
4.5.2 Pengaruh ROA terhadap Hubungan DER dan AUDEL... 69
4.6 Keputusan Hipotesis... 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 73
5.1 Kesimpulan... 73
5.2 Saran... 73
DAFTAR PUSTAKA... 75
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu... 26
3.1 Daftar Sampel dan Populasi Penelitian... 38
3.2 Daftar Sampel... 39
4.1 Statistik Deskritif TATO, DER, AUDEL dan ROA... 53
4.2 Hasil Uji Normalitas Residual... 57
4.3 Hasil Uji Normalitas Residual Setelah Transformasi... 57
4.4 Hasil Uji Multikolinearitas... 59
4.5 Hasil Uji Autokorelasi... 60
4.6 Hasil Uji Statistik Heterokedastisitas... 62
4.7 Koefisien Determinasi... 63
4.8 Hasil Uji Regresi Secara Simultan... 64
4.9 Hasil Uji Regresi Secara Parsial (TATO)... 65
4.10 Hasil Uji Regresi Secara Parsial (DER)... 65
4.11 Hasil Analisis Regresi... 66
4.12 Hasil Uji Regresi TATO (�1) terhadap AUDEL (�)... 68
4.13 Hasil Uji Regresi TATO (�1) terhadap AUDEL (�) dengan ROA sebagai Moderasi (Model 1)... 68
4.14 Hasil Uji Regresi TATO (�1) terhadap AUDEL (�) dengan ROA sebagai Moderasi (Model 2)... 69
4.15 Hasil Uji Regresi DER (�2) terhadap AUDEL (�)... 70
4.16 Hasil Uji Regresi DER (�2) terhadap AUDEL (�)dengan ROA sebagai Moderasi (Model 1)... 70
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual Perlakuan Parsial dan Simultan
Variabel Independen ke Dependen... 30
2.2 Kerangka Konseptual Perlakuan Moderasi 1... 30
2.3 Kerangka Konseptual Perlakuan Moderasi 2... 31
4.1 Hubungan Variabel Bebas dengan Variabel Terikat... 54
4.2 Histogram Residual... 55
4.3 Plot Residual... 56
4.4 Histogram Setelah Transformasi... 58
4.5 Plot Residual Setelah Transformasi... 58
4.6 Uji Heterokedastisitas... 61
4.7 Hubungan TATO terhadap AUDEL dengan ROA Sebagai Variabel Moderat... 67
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1 Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan... 77
2 Data Penelitian... 79
3 Data Perhitungan Nilai Parameter... 82
4 Data Perhitungan Nilai Koefisien Variabel Moderat/Z1... 86
5 Data Perhitungan Nilai Koefisien Variabel Moderat/Z2... 90
6 Statistik Deskriptif... 94
7 Uji Normalitas sebelum Transforming... 94
8 Uji Normalitas setelah Transforming... 95
9 Uji Multikolinieritas... 96
10 Uji Autokorelasi... 96
ABSTRAK
Pengaruh Total Asset Turn Over dan Debt Equity Ratio terhadap Audit Delay dengan Return On Asset Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2011-2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel Total Asset Turn Over Ratio dan Debt Equity Ratioberpengaruh secara simultan maupun parsial terhadap Audit Delay dengan Return On Asset sebagai variabel pemoderasi pada perusahaan property dan real estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011 – 2013.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dan diperoleh 48 perusahaan yang akan menjadi objek penelitian. Data yang digunakan adalah laporan keuangan dan laporan auditor independen yang dipublikasikan melalui website www.idx.co.id
Hasil penelitian untuk hipotesis pertama, kedua dan ketiga menunjukkan bahwa secara parsial maupun simultan Total Asset Turn Over Ratio dan Debt Equity Ratio berpengaruh secara signifikan terhadap Audit Delay. Namun untuk hipotesis keempat dan kelima Return On Asset tidak sepenuhnya mampu memoderasi hubungan antara Total Asset Turn Over Ratio terhadap Audit Delay
maupun Debt Equity Ratio terhadap Audit Delay.
. Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan regresi berganda.
Kata Kunci:
ABSTRACT
The Effect of Total Assets Turnover Ratio and Debt Equity on Audit Delay with Return on Assets As moderating variables In the Property and Real Estate Company listed on the Indonesia Stock Exchange Year 2011-2013
This study aims to determine whether the variable Total Asset Turn Over Ratio and Debt Equity Ratio influence simultaneously and partially to the Audit Delay with return on assets as a moderating variable in property and real estate companies are registered in the Indonesia Stock Exchange Year 2011-2013.
The sampling method used is purposive sampling method and acquired 48 companies that will be the object of research. The data used are the financial statements and the independent auditor's report published on its website www.idx.co.id
The results of the study for the first hypothesis, the second and the third showed that partially or simultaneously Total Assets Turn Over Ratio and Debt Equity Ratio significantly affect the Audit Delay. However, for the fourth and fifth hypotheses return on assets is not fully able to moderate the relationship between Total Asset Turn Over Ratio of Audit Delay and Debt Equity Ratio of Audit Delay.
. The research hypotheses were tested using multiple regression.
Keywords:
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam menggambarkan kinerja suatu perusahaan, khususnya perusahaan go public. Seiring pesatnya perkembangan perusahaan perusahaan yang go public, maka makin tinggi pula permintaan atas audit laporan keuangan yang menjadi sumber informasi bagi para pengguna laporan keuangan. Informasi dalam laporan keuangan dapat bermanfaat jika disajikan secara akurat dan tepat waktu, yakni tersedia saat dibutuhkan oleh para pengguna laporan keuangan.
Peraturan kepatuhan terhadap ketepatan waktu dalam penyajian laporan keuangan kepada publik di Indonesia telah diatur dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan Keputusan Ketua Bapepam No. 80/PM/1996 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala, yang kemudian pada tahun 2003 dikeluarkan peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan Nomor KEP-36/PMK/2003 yang berlaku 30 September 2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala. Peraturan tersebut menyatakan bahwa semua perusahaan yang terdaftar di pasar modal wajib menyampaikan laporan keuangan auditan secara berkala kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan.
cukup panjang. Menurut Halim (2000), ketepatan waktu penyajian laporan keuangan dan laporan audit (timeliness) menjadi prasyarat utama bagi peningkatan harga saham perusahaan tersebut.
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAPI, 2001) khususnya tentang standar pekerjaan lapangan mengatur prosedur dalam penyelesaian pekerjaan lapangan seperti perlunya pencatatan atas aktivitas yang akan dilakukan, pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern dan pengumpulan bukti – bukti yang diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Pemenuhan standar audit yang tidak sempurna oleh auditor berdampak pada lamanya penyelesaian laporan audit, namun di sisi lain juga dapat meningkatkan kualitas hasil auditnya.
Untuk menghasilkan laporan keuangannyang memberikan informasi yang relevan, terdapat beberapa kendala, salah satunya adalah ketepatan waktu. Apabila laporan keuangan membutuhkannya untuk pengambilan keputusan. Hal ini diatur dalam PSAK tahun 2007 pada Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 43, yaitu bahwa jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelapoan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya.
Informasi dalam penyelesaian audit ini dapat mempengaruhi ketepatan waktu informasi tersebut dipublikasikan. Aryati (2005, Hal. 48 – 49) menyimpulkan bahwa ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan elemen pokok bagi catatan laporan keuangan yang memadai. Para pemakai informasi akuntansi tidak hanya perlu memiliki informasi keuangan yang relevan dengan prediksi dan pembuatan keputusannya, tetapi informasi juga harus bersifat relevan
dan reliable. Ketepatan waktu mengimplikasikan bahwa laporan keuangan seharusnya disajikan pada suatu interval waktu untuk menjelaskan perubahan dalam perusahaan yang mungkin mempengaruhi pemakai informasi dalam memprediksi dan mengambil keputusan keuangannya. GAAS (Generaly Accepted Auditing Standars) khususnya pada bagian standar umum ketiga menyatakan bahwa, audit harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan ketelitian. Satu tujuan dengan hal tersebut, standar pekerjaan lapangan juga harus dilaksanakan dengan perencanaan yang matang dan mengumpulkan alat – alat bukti yang memadai. Dalam pelaksanaan standar – standar tersebut seringkali ditemukan adanya penyimpangan. Penyimpangan inilah yang kadang menyebabkan lamanya suatu proses pengauditan dilakukan karena adanya unsur verifikasi yang digunakan untuk mengusut indikasi penyimpangan yang terjadi. Proses ini memungkinkan publikasi laporan keuangan yang diharapkan secepat mungkin mengalami keterlambatan.
yang sebaliknya. Keterlambatan pelaporan, secara tidak langsung juga diartikan oleh investor sebagai sinyal yang buruk (bad news) bagi perusahaan. Ketepatan waktu pelaporan keuangan dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah tanggal berakhirnya tahun buku.
Faktor lain yang diperkirakan berpengaruh adalah perusahaan yang mengumumkan rugi, dengan kata lain memiliki tingkat profitabilitas rendah. Menurut Carslaw dan Kaplan (1991) perusahaan yang mengalami kerugian kemungkinan akan meminta auditornya agar menjadwalkan waktu audit lebih lama dari biasanya. Hal ini berkaitan dengan akibat buruk yang dapat ditimbulkan pasar terhadap perusahaan lantaran adanya pengumuman rugi tersebut. Sebaliknya apabila perusahaan memperoleh laba tinggi, perusahaan akan berkeinginan agar
good news segera disampaikan kepada investor maupun pihak lain yang berkepentingan.
Menurut Ashton dan Elliot, 1987 (dalam Rachmawati, 2008) dikatakan bahwa proses audit sangat memerlukan waktu yang mengakibatkan adanya audit delay yang nantinya akan sangat berpengaruh pada ketepatan waktu pelaporan keuangan. Menurut Ahmad dan Kamaruddin (2003), audit delay adalah jumlah hari antara tanggal berakhirnya laporan keuangan dan tanggal laporan audit. Menurut Ahmad dkk. (2001), audit delay adalah periode waktu antara tahun tutup buku perusahaan dan tanggal laporan audit, sedangkan menurut Halim (2000, dalam Subekti dan Widiyanti, 2004), audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan audit.
Keterlambatan publikasi laporan keuangan dapat menjadi indikasi bahwasanya terdapat masalah dalam laporan keuangan perusahaan tersebut, sehingga memerlukan waktu lebih lama dalam menyelesaikan laporan keuangan tersebut. Keterlambatan informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari para pelaku pasar modal dan secara tidak langsung diartikan oleh investor sebagai sinyal yang buruk didalam perusahaan.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi audit delay. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Isbangun (2011) yang meneliti hubungan antara audit delay
Anggun Sukmawati (2010) juga meneliti audit delay dengan variabel independen Total Aset, Return On Asset (ROA), Debt Equity Ratio (DER), dan Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP).
Total Asset Turnover Ratio (TATO) merupakan variabel yang belum pernah digunakan dalam variabel sebelumnya. Variabel ini digunakan untuk mengukur efisiensi pemakaian aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan. Menurut Ratnawaty dan Toto Sugiharto (2005) variabel Total Asset Turnover Ratio digunakan karena kinerja keuangan perusahaan real estate dan properti dapat dinilai berdasarkan efisiensi penggunaan aktiva perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan.
ini maka perusahaan akan menerbitkan laporan keuangannya lebih cepat karena dinilai dapat menjalankan operasi dengan baik karena mampu memanfaatkan aset yang dimilikinya secara efektif dan efisien.
Dengan adanya penelitian terdahulu yang telah dikaji sebelumnya, maka terdapat berbagai fenomena yang muncul, seperti penelitian Hossain dan Taylor (1998) menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Sebaliknya penelitian Whittred dan Zimmer (1984) menunjukkan hal yang signifikan. Menurut Hossain dan Taylor (1998) hubungan antara audit delay dan Debt Equity Ratio adalah positif. Hal ini sesuai dengan penelitian Indriyani dan Supriyati (2012), Bustaman dan Kamal (2010) yang menyatakan bahwa Debt Equity Ratio berpengaruh terhadap
audit delay. Namun dalam penelitian Astuti (2007) menyatakan Debt Equity Ratio
tingkat risiko dalam pengembalian modal mereka. Hal inilah yang menyebabkan audit delay menjadi lebih pendek.
Berdasarkan penelitian – penelitian sebelumnya di Indonesia, rata – rata
audit delay dari tahun ke tahun semakin meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Ekowati (1996) menunjukkan bahwa rata – rata audit delay pada tahun 1993 sebanyak 72 hari dan tahun 1994 sebanyak 78 hari. Sedangkan dalam penelitian Halim (2000) rata – rata audit delay yang terjadi 84,45 hari, 1997 dan penelitian Hanipah (1999) rata – rata audit delay adalah 89,96 hari. Penelitian Subekti dan Novi Widjayanti (2004) rata – rata audit delay tahun 2001 adalah 98,38 hari.
Penelitian penulis merupakan replikasi dari penelitian terdahulu yang berjudul “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Audit Delay Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” oleh Widya Sani Stephani (2010), perbedaannya terletak pada objek penelitian dan penambahan variabel pemoderasi. Variabel pemoderasi sendiri merupakan variabel yang dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh dari variabel independen ke dependen. Return on asset (ROA) yaitu sebagai rasio yang menggambarkan profitabilitas diduga dapat berpengaruh secara moderating. Semakin tinggi profitabilitas didalam suatu perusahaan maka dapat memperkuat pengaruh antara total asset turnover terhadap audit delay, sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah dapat memperkuat pengaruh antara debt equity ratio terhadap audit delay.
audit delay khususnya rasio Debt Equity Ratio dan Total Asset Turnover Ratio
dengan Return On Asset sebagai variabel pemoderasi. Objek yang dipilih dalam penelitian ini adalah perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode tahun 2011 – 2013. Alasan dipilihnya perusahaan properti dan real estate karena sektor real estate merupakan salah satu kebutuhan primer dan juga karena saat ini sektor tersebut sedang berkembang.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang nantinya akan dituangkan dalam sebuah karya tulis ilmiah berbentuk skripsi dengan judul“Pengaruh Total Asset Turn Over Ratio dan Debt Equity Ratio terhadap Audit Delay dengan Return On Asset sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah Total Asset Turnoverdan Debt Equity Ratio secara parsial dan simultan berpengaruh terhadap audit delay?
2. Apakah Return On Asset dapat memoderasi pengaruh Total Asset Turnover terhadap audit delay?
3. Apakah Return On Asset dapat memoderasi pengaruh Debt Equity Ratio
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh Total Asset Turnoverdan Debt Equity Ratio
terhadap audit delay secara parsial dan simultan
2. Untuk mengetahui apakah Return On Asset dapat memoderasi pengaruh
Total Asset Turnover terhadap audit delay.
3. Untuk mengetahui apakah Return On Asset dapat memoderasi pengaruh
Debt Equity Ratio terhadap audit delay.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, sebagai berikut:
a. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan penulis khususnya mengenai pengaruh Debt Equity Ratio dan Total Asset Turnover Ratio terhadap audit delay.
b. Bagi Auditor
Membantu dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses audit, dengan mengetahui faktor-faktor dominan yang menyebabkan audit delay. c. Bagi Perusahaan
Memicu manajer untuk lebih meningkatkan ketepatan waktu dalam menyajikan laporan keuangan karena perusahaan publik cenderung lebih ketat diawasi oleh para investor dan institusi lain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Pengertian Auditing dan Standar Auditing
Menurut Alvin A. Arens, Mark S. Beasley dan Randal J. Elder (2011:4) “
Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”. Auditing merupakan pengumpulan serta pengevaluasian bukti – bukti atas suatu informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari informasi tersebut dengan kriteria – kriteria yang telah ditetapkan.
Menurut Konrath (2005) mendefinisikan auditing sebagai “suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan – kegiatan dan kejadian – kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak – pihak yang berkepentingan”.
Menurut Rahayu dan Suhayati (2009:6) terdapat beberapa kata kunci penting dalam auditing, yaitu:
1. Proses Sistematis
Audit merupakan serangkaian tahap dan prosedur yang memerlukan suatu perencanaan yang baik, terstruktur, dan terorganisasi untuk mendapatkan tujuan dari pemeriksaan yang diharapkan.
2. Pengumpulan dan Penilaian Bukti
Pengumpulan dan penilaian bukti dalam audit merupakan aktivitas utama auditor dalam melaksanakan audit. Pengumpulan dan penilaian bukti secara objektif dimaksudkan sebagai kegiatan memeriksa dasar asersi (bukti/evidence) dan menilai hasilnya secara tidak memihak.
3. Asersi (Informasi)
4. Kriteria yang Ditetapkan
Merupakan standar yang digunakan untuk menguji asersi atau informasi, yaitu, peraturan – peraturan atau kebijakan – kebijakan, budgets, standar – standar kinerja, dan prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK).
5. Kompeten dan Independen
Kompeten artinya auditor harus mempunyai kemampuan, ahli dan berpengalaman dalam memahami kriteria dan dalam menentukan jumlah bahan bukti yang dibutuhkan untuk dapat mendukung kesimpulan yang diambilnya. Independen artinya auditor juga harus mempunyai sikap mental yang independen, yaitu, sifat yang tidak memihak kepada siapapun. 6. Pelaporan
Laporan audit merupakan laporan yang tertulis yang menyatakan tingkat kesesuaian anatar informasi yang diperiksa dengan kriteria yang ditetapkan.
Menurut Arens et al (2008:16-18), akuntan publik melakukan tiga jenis audit, yaitu:
1. Audit Operasional (Operational Audit)
Yaitu mengevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi. Pada akhir audit operasional, manajemen biasanya mengharapkan saran – saran untuk memperbaiki operasi. Mengevaluasi secara objektif apakah efisiensi dan efektivitas operasi sudah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan jauh lebih sulit ketimbang audit ketaatan dan audit laporan keuangan.
2. Audit Ketaatan (Compliance Audit)
Dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit mengikuti prosedur, aturan, atau ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi. Hasil audit ketaatan biasanya dilaporkan kepada manajemen bukan kepada pemakai luar, karena manajemen adalah kelompok utama yang berkepentingan dengan tingkat ketaatan terhadap peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan. Audit ketaatan banyak dijumpai dalam pemerintahan
3. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
Dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan (informasi yang diverifikasi) telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu. Biasanya kriteria yang berlaku adalah prinsip – prinsip akuntansi yang berlaku umum.
auditing berbeda dengan prosedur auditing. “Prosedur” berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakn, sedangkan “Standar” berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut. Standar auditing, yang berbeda dengan prosedur auditing, berkaitan dengan tidak hanya kualitas profesional auditor namun juga berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan auditnya dan dalam laporannya.
Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (2011: 150.1 – 150.2) terdiri atas sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu:
a. Standar Umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua halyang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. 3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama
b. Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik – baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk meyatakan pendapat atas laporan keuangan.
c. Standar Pelaporan
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor (IAPI, 2011: 150,1 & 150.2).
Standar – standar tersebut diatas dalam banyak hal sering berhubungan dan saling tergantung satu sama lain. Keadaan yang berhubungan erat dengan penentuan dipenuhi atau tidaknya suatu standar, dapat berlaku juga untuk standar yang lain. Materialitas dan risiko audit melandasi penerapan semua standar auditing, terutama standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.
2.1.2. Teori Agensi (Agency Theory)
Wondabio (2006:3) , mengatakan bahwa pendekatan ekonomi terhadap perlunyaindependensi auditor dalam perspektif pengauditan dapat dikaitkan dengan dasar teorikeagenan (the agency theory), yaitu hubungan antara pemilik (principal) dan manajemen(agent). Dengan adanya perkembangan perusahaan yang semakin besar, Wondabio jugamengatakan akan sering terjadi konflik principal, dalam hal ini adalah para pemegangsaham (investor) dan pihak agent yang diwakili oleh pihak manajemen (direksi).
tinggi pula konflik kepentingan yang adaantara agen dan prinsipal tersebut. Juga, teori agensi ini dapat terjadi apabila baik agenmaupun prinsipal terdapat 2 (dua) kepentingan yang berbeda yang dapat berdampak padakeberlangsungan usaha dari suatu perusahaan.
Teori agensi ini juga dapat muncul akibatadanya asimetris informasi, dimana terdapat asumsi yang menurut Wondabio (2006:3)bahwa manajemen yang terlibat dalam perusahaan akan selalu memaksimumkan nilaiperusahaan dan memiliki kemungkinan atas tidak terpenuhinya tujuan-tujuan tertentu daripihak prinsipal. Baik agen maupun prinsipal ingin mencapai visi dan misinya untukmenciptakan nilai perusahaan dengan cara dan jalurnya masing-masing. Dan disinilah, letak peran dari auditor independen yang diharapkan dapat menciptakan serta menerapkan sikap independensi untuk dapat menjadi pihak penengah dalam menanganikonflik kepentingan tersebut.
2.1.3. Teori Kepatuhan (Compliance Theory)
Menurut Hendrich (2012), terdapat dua perspektif dasar mengenai kepatuhan hukum yaitu instrumental dan normatif, Perspektif instrumental mengasumsikan individu secara utuh didorong oleh kepentingan pribadi dan tanggapan – tanggapan terhadap perubahan insentif, dan penalti yang berhubungan dengan perilaku. Perspektif normatif berhubungan dengan apa yang orang anggap sebagai moral moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi mereka. Teori kepatuhan telah diteliti dalam ilmu – ilmu sosial khususnya di bidang psikologi dan sosiologi yang lebih menekankan pada pentingnya proses sosialisasi dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan seorang individu. Seorang individu cenderung mematuhi hukum yang mereka anggap sesuai dan konsisten dengan norma – norma internal mereka.
Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan selanjutnya diatur dalam Peraturan Bapepam – LK Nomor X.K.2, Lampiran keputusan ketua Bapepam – LK Nomor: KEP – 36/PM/2003 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala. Peraturan – peraturan tersebut secara hukum mengisyaratkan adanya kepatuhan setiap perilaku individu maupun organisasi (perusahaan publik) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan secara tepat waktu kepada Bapepam. Peraturan tersebut sesuai dengan teori kepatuhan (compliance theory).
2.1.4. Laporan Keuangan
Menurut kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 7, Laporan Keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (seperti laporan arus kas), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga (IAI, 2007).
merefleksikan kemungkinan risiko informasi yang dijadikan sebagai dasar evaluasi risiko bisnis, namun tercipta tidak secara akurat. Demikian juga halnya seperti yang telah dipaparkan oleh Jusup (2001:43-45). Hal ini dapat disebabkan karena : 1) Pelaporan keuangan yang tidak tepat, 2)Informasi yang diterima pihak luar, 3) Bias dan motivasi pencipta informasi, 4) Volume data, 5) Kompleksitas transaksi, 6) Insider Trading, 7) Keputusan investai keuangan, kebijakan hutang, kebijakan dividen, serta aktivitas manajerial.
Faktanya, terkadang manajemen tidak selalu dapat memaksimalkan kesejahteraan dari para pemegang saham, melainkan cenderung mencoba untuk memaksimalkan kepentingan mereka sendiri, dengan jalan “menginvestasikan” atau memenuhi kewajibankeuangannya dengan menggunakan dana pinjaman milik para investor.
Jensen dan Meckling (1976) dalam Taswan (2003:2) menyatakan bahwa para professional itu atau manajer akan bertanggung jawab pertama terhadap keputusan alokasi dana baik yang dana yang berasal dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan untuk investasi, kedua adalah menyangkut keputusan pembelanjaan. Keputusan ini akan terkait dengan optimasi pembelanjaan, Ketiga adalah menyangkut keputusan dividen. Jensen dan Meckling (1976) dalam Taswan (2003:2) juga menyebutkan bahwa pemberian amanat kepada insiders juga dapat dipandang sebagai pemisah fungsi antara
sedangkan pihak insiders berhak atas gaji dan kompensasi lainnya karena menjalankan amanat termasuk mengambil keputusan - keputusan bisnis yang diharapkan terbaik bagi pemilik modal. Sama-sama berkepentingan memang. Namun, kembali lagi bahwa pihak insiders terkadang masih belum bisa mewujudkan penciptaan citra baik (firm value) sesuai yang diharapkan, selain upaya untuk peningkatan kesejahteraan insiders sendiri dengan biaya-biaya yang dianggap oleh pemilik dana dapat mengurangi dividennya yang sudah menjdai haknya.
Oleh karena itu, risiko informasi yang berasal dari insider trading ini juga dapat berpengaruh terhadap asimetri informasi yang juga akan dapat memicu adanya konflik kepentingan sepeti layaknya teori agensi, sehingga sangat diperlukan sikap konservatisme antara agen dan prinsipal untuk dapat menyetarakan 2 (dua) kepentingan yang berbeda tersebut.
dinyatakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2007). Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu:
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk dapat dipahami oleh pengguna. Pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai. Informasi yang relevan dapat digunakan untuk membantu mengevaluai peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan.
3. Andal
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang jujur (faithfull representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. 4. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan. Hal tersebut dilakukan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
Menurut Sukrisno Agoes (2012), laporan keuangan yang merupakan tanggung jawab manajemen perlu diaudit oleh KAP yang merupakan pihak ketiga yang independen, karena:
1. Jika tidak diaudit, ada kemungkinan bahwa laporan keuangan tersebut mengandung kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Karena itu laporan keuangan yang belum diaudit kurang dipercaya kewajarannya oleh pihak – pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut.
3. Mulai tahun 2001 perusahaan yang total assetnya Rp. 25 milyar ke atas harus memasukkan audited financialstatementsnya ke Departemen Perdagangan dan Perindustrian.
4. Perusahaan yang sudah go public harus memasukkan audited financial statements-nya ke Bapepam – LK paling lambat 90 hari setelah tahun buku.
5. SPT yang didukung oleh audited financial statements lebih dipercaya oleh pihak pajak dibandingkan dengan yang didukung oleh laporan keuangan yang belum diaudit.
2.1.5. Audit Delay
Menurut Raja Ahmad dan Kamarudin ( 2000 ), audit delay adalah jumlah hari
antara tanggal laporan keuangan dan tanggal laporan audit. Sedangkan menurut
Rachmawati ( 2005 ), audit delay adalah rentang waktu penyelesaian pelaksanaan
audit laporan keuangan tahunan diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan
untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahun
perusahaan, sejak tanggal tahun tutup buku perusahaan yaitu 31 Desember sampai
tanggal yang tertera pada laporan auditor independen.
Lamanya waktu penyelesaian audit terhitung mulai dari tanggal penutupan
tahun buku sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit disebut audit report
lag atau audit delay. Menurut Dyer & McHugh ( 1975 : 206 ) dalam Wiwik Utami (
2006 ) , “Auditors’ report lag is the open interval of number of days from the year
end to the date recorded as the opinion signature date in the auditors’ report”.
2.1.6. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay
keputusan yang didasarkan pada informasi yang dipublikasikan. Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap audit delay, diantaranya:
a. Total Asset Turn Over Ratio (TATO)
Total asset turnover atau disebut juga rasio perputaran total aktiva merupakan rasio yang mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas dari perputaran maupun pemanfaatan total aktiva dalam menghasilkan penjualan. Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah yang telah ditanamkan pada aktiva perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin baik bagi perusahaan sebab rasio ini dapat menjelaskan seberapa sukses suatu perusahaan dalam memanfaatkan asetnya dalam menghasilkan laba. Laba yang tinggi menggambarkan penjualan yang baik pula. Menurut Isbangun (2012) gambaran besar kecilnya suatu perusahaan dapat ditentukan berdasarkan ukuran nominal misalnya jumlah kekayaan dan total penjualan perusahaan dalam satu periode.
Ukuran perusahaan merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan keuangan karena semakin besar suatu perusahaan maka akan melaporkan semakin cepat karena perusahaan memiliki lebih banyak sumber informasi. Menurut Courtis di New Zealand (1976), penelitian Gilling (1977), penelitian Davies dan Whitterd di Australia (1980), dan lain sebagainya (dalam Deart, 2007 ) menunjukkan bahwa audit delay
semakin pendek audit delay. Penyebabnya adalah pertama, perusahaan - perusahaan go public atau perusahaan besar mempunyai sistem pengendalian internal yang baik sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyajian laporan keuangan perusahaan sehingga memudahkan auditor dalam melakukan pengauditan laporan keuangan. Lemahnya pengendalian internal klien memberikan dampak audit delay
Keputusan ketua Bapepam Nomor: Kep.11/PM/1997 menyebutkan perusahaan kecil dan menengah berdasarkan asset (kekayaan) adalah badan hukum yang memiliki total asset tidak lebih dari seratus milyar, sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang total assetnya diatas seratus milyar.
Kartika (2009) berpendapat bahwa perusahaan besar diduga akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay
atau audit report lag, karena perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan pemerintah dan lain – lain. Pihak – pihak ini sangat berkepentingan terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan.
Keterbatasan karyawan dan keahlian yang dimiliki oleh perusahaan kecil dapat menimbulkan keraguan terhadap laporan keuangan yang dihasilkan. Auditor harus lebih teliti dalam melakukan pengauditan. Hal ini merupakan faktor yang dapat memperpanjang audit delay.
b. Debt to Equity Ratio (DER)
penelitian Ahmad dan Kamarudin (2001) di Malaysia menunjukkan bahwa variabel ini berpengaruh signifikan terhadap audit delay.
Debt to equity ratio menggambarkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Semakin besarnya hutang jangka panjang suatu perusahaan, maka perusahaan tersebut akan cenderung mendapat tekanan untuk menyediakan laporan keuangan auditannya secepatnya bagi pihak kreditur. Dilain pihak ada juga kemungkinan perusahaan dengan debt to equity ratio yang tinggi ingin mengurangi tingkat resiko dengan memundurkan publikasi laporan keuangan dan mengulur pekerjaan audit selama mungkin.
delay dan lebih cepat menyediakan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit kepada kreditor ( Supriyati dan Yuliasri, 2005 ).
Rasio hutang terhadap ekuitas dapat digunakan sebagai indikator tingkat kesulitan keuangan perusahaan. Rasio hutang terhadap ekuitas yang tinggi mencerminkan tingginya resiko keuangan dan perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan tersebut merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan di mata masyarakat. Pihak manajemen juga cenderung akan menunda penyampaian laporan keuangan yang berisi berita buruk. Perusahaan dengan kondisi rasio hutang terhadap modal yang tinggi akan terlambat dalam penyampaian pelaporan keuangannya, karena waktu yang ada digunakan untuk menekan debt to equity ratio serendah-rendahnya.
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu Peneliti Tahun Judul
-Variabel
delay terhadap audit delay.
Sedangkan variabel
debt to total assets
dan ukuran KAP tidak berpengaruh
Anggun
Berganda berpengaruh nyata terhadap audit delay, sedangkan ukuran terhadap audit report lag
2. 3. Kerangka Konseptual
Berdasarkan uraian teori dan tinjauan penelitian terdahulu, maka dapat digambarkan dengan kerangka konseptual sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Perlakuan Parsial dan Simultan Variabel Independen ke Dependen
(Sumber: Olahan Peneliti)
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Perlakuan Moderasi 1 (Sumber: Olahan Peneliti)
Total Asset Turn Over Ratio
(X1) Debt Equity
Ratio (X2)
Audit
Delay
(Y)
Return On Asset (Z) Total Asset Turn
Over Ratio (X1)
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual Perlakuan Moderasi 2 (Sumber: Olahan Peneliti)
a. Pengaruh Total Asset Turn Over terhadap Audit Delay
Total asset turnover atau disebut juga rasio perputaran total aktiva merupakan rasio yang mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas dari perputaran maupun pemanfaatan total aktiva dalam menghasilkan penjualan. Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah yang telah ditanamkan pada aktiva perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin baik bagi perusahaan sebab rasio ini dapat menjelaskan seberapa sukses suatu perusahaan dalam memanfaatkan asetnya dalam menghasilkan laba. Laba yang tinggi menggambarkan penjualan yang baik pula. Menurut Isbangun (2012) gambaran besar kecilnya suatu perusahaan dapat ditentukan berdasarkan ukuran nominal misalnya jumlah kekayaan dan total penjualan perusahaan dalam satu periode. Jika suatu perusahaan dapat melakukan penjualan dengan menggunakan aset secara minimal maka
Debt Equity Ratio
(X2)
Audit Delay (Y)
akan menghasilkan rasio perputaran aktiva yang semakin tinggi. Oleh sebab itu, semakin tinggi rasio ini maka perusahaan akan menerbitkan laporan keuangannya lebih cepat karena dinilai dapat menjalankan operasi dengan baik karena mampu memanfaatkan aset yang dimilikinya secara efektif dan efisien.
Ukuran perusahaan merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan keuangan karena semakin besar suatu perusahaan maka akan melaporkan semakin cepat karena perusahaan memiliki lebih banyak sumber informasi. Hal yang mendasari hubungan antara ukuran perusahaan dengan audit delay adalah perusahaan besar akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil karena perusahaan tersebut dimonitori secara ketat oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah. Pihak – pihak ini sangat berkepentingan terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, perusahaan – perusahaan berskala besar cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan audit lebih awal. Disamping itu perusahaan besar pada umumnya memiliki sistem pengendalian internal yang lebih baik jika dibandingkan dengan perusahaan kecil sehingga memudahkan auditor menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu. Varibel total asset turnover dipilih sebagai variabel yang mewakili rasio yang berkaitan dengan ukuran perusahaan.
b. Pengaruh Debt Equity Ratio terhadap Audit Delay
Dalam penelitian ini debt equity ratio (DER) adalah salah satu dari bagian dari rasio solvabilitas, yaitu rasio yang menggambarkan perbadingan antara kewajiban dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Tingginya debt equity ratio mencerminkan tingginya resiko keuangan perusahaan. Risiko perusahaan ynag tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan adalah berita buruk bagi citra perusahaan dimata publik. Hal ini menyebabkan manajemen akan menunda pelaporan keuangannya.
H2: Debt equity ratio berpengaruh secara parsial terhadap audit delay c. Pengaruh Total Asset Turn Over dan Debt Equity Ratio terhadap Audit
Delay
Berdasarkan hipotesis yang telah dijabarkan sebelumnya, jika perlakuan secara parsial dapat menunjukkan adanya hubungan dengan variabel independen, yaitu audit delay, maka diharapkan perlakuan secara simultan untuk variabel independen yaitu Total Asset Turn Over dan Debt Equity Ratio dapat menunjukkan pengaruh yang siginifikan terhadap audit delay jika di uji secara bersama sama
d. Pengaruh Return on Asset terhadap Total Asset Turn Over dan Audit Delay
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh profit atau keuntungan yang diharapkan. Rasio ini dapat diukur dengan menggunakan perbandingan antara total pendapatan bersih dengan total asset perusahaan. ROA merupakan variabel pemoderasi dalam penelitian ini yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dalam memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Profitabilitas juga dianggap sebagai alat yang valid dalam mengukur hasil pelaksanaan operasi perusahaan, karena profitabilitas merupakan alat pembanding pada berbagai alternatif investasi yang sesuai dengan tingkat resiko.
H4: Return on asset dapat memoderasi hubungan total asset turn over
terhadap audit delay
e. Pengaruh Return On Asset terhadap Debt Equity Ratio dan Audit Delay
H5: Return on asset dapat memoderasi hubungan debt equity ratio
terhadap audit delay
2.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta – fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik (Sugiyono, 2006 : 51).
Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan teoritis, tinjauan penelitian terdahulu, dan kerangka konseptual sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: terdapat pengaruh total asset turn over terhadap audit delay
H2: terdapat pengaruh debt equity ratio terhadap audit delay
H3: Total Asset Turn Over dan Debt Equity Ratio berpengaruh secara simultan terhadap audit delay
H4: terdapat pengaruh return on asset terhadap hubungan total asset turn over dan
audit delay
H5: terdapat pengaruh return on asset terhadap hubungan debt equity ratio dan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian sebab akibat (kausal) yaitu penelitian yang melihat hubungan variabel terhadap obyek yang diteliti lebih bersifat sebab dan akibat, sehingga dalam penelitiaannya ada variabel independen dan dependen. Dari variabel tersebut selanjutnya dicari seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2007: 18).
Adapun variabel dependen dalam penelitian ini adalah audit delay
sedangkan variabel independennya adalah total asset turn over ratio, debt equity ratio dan return on asset sebagai variabel pemoderasi.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan internet dengan mangakses situs bulan Desember 2014.
3.3 Populasi dan Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Hasil penelitian yang menggunakan sampel, maka kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Oleh sebab itu, sampel yang diambil dari populasi harus benar – benar representatif atau mewakili.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Adapun kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah:
a. Perusahaan property dan real esatate yang menyampaikan laporan keuangan lengkap dan telah diaudit oleh auditor independen periode 2011 – 2013 di BEI
b. Mempunyai laporan auditor independen yang dipublikasikan bersamaan dengan periode pengamatan dan tidak mengandung pernyataan yang bersifat adverse opinion dan disclaimer opinion.
c. Laporan keuangan berakhir tanggal 31 Desember. Penyeragaman tanggal laporan keuangan berguna untuk memperbaiki daya banding laporan keuangan sehingga angka – angka maupun rasio – rasio keuangan ynag digunakan dalam penelitian tidak mengandung bias.
Tabel 3.1
Daftar Populasi dan Sampel Penelitian
No Perusahaan Kriteria Sampel
1 2 3
17 Bakrieland Development Tbk 17 18 Megapolitan Developments Tbk 18 19 Fortune Mate Indonesia Tbk 19
20 Gading Development Tbk - - - -
21 Gowa Makassar Tourism Development Tbk 20
22 Perdana Gapuraprima Tbk 21
23 Greenwood Sejahtera Tbk 22
24 Jaya Real Property Tbk 23
25 Kawasan Industri Jababeka Tbk 24
26 Lamicitra Nusantara Tbk 25
27 Eureka Prima Jakarta Tbk 26
28 Lippo Cikarang Tbk 27
29 Lippo Karawaci Tbk 28
30 Modernland Realty Ltd Tbk 29 31 Metropolitan Kentjana Tbk 30
32 Metropolitan Land Tbk 31
34 Nirvana Development Tbk - - - - 35 Indonesia Prima Property Tbk 33 36 Plaza Indonesia Realty Tbk 34
37 Pudjiadi Prestige Tbk 35
38 Pakuwon Jati Tbk 36
39 Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk 37
40 Roda Vivatex Tbk 38
48 Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk 44
49 Nusa Raya Cipta Tbk - - - -
5 BEST Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk 6 BIPP Bhuwanatala Indah Permai Tbk 7 BKDP Bukit Darmo Property Tbk 8 BKSL Sentul City Tbk
11 CTRA Ciputra Development Tbk 12 CTRP Ciputra Property Tbk 13 CTRS Ciputra Surya Tbk
14 DART Duta Anggada Realty Tbk 15 DILD Intiland Development Tbk 16 DUTI Duta Pertiwi Tbk
17 ELTY Bakrieland Development Tbk 18 EMDE Megapolitan Developments Tbk 19 FMII Fortune Mate Indonesia Tbk
20 GMTD
Gowa Makassar Tourism Development Tbk
21 GPRA Perdana Gapuraprima Tbk 22 GWSA Greenwood Sejahtera Tbk 23 JRPT Jaya Real Property Tbk
24 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk 25 LAMI Lamicitra Nusantara Tbk 26 LCGP Eureka Prima Jakarta Tbk 27 LPCK Lippo Cikarang Tbk 28 LPKR Lippo Karawaci Tbk
29 MDLN Modernland Realty Ltd Tbk 30 MKPI Metropolitan Kentjana Tbk 31 MTLA Metropolitan Land Tbk 32 MTSM Metro Realty Tbk
33 OMRE Indonesia Prima Property Tbk 34 PLIN Plaza Indonesia Realty Tbk 35 PUDP Pudjiadi Prestige Tbk 36 PWON Pakuwon Jati Tbk
37 RBMS Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk 38 RDTX Roda Vivatex Tbk
39 RODA Pikko Land Development 40 SCBD Danayasa Arthatama Tbk 41 SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk 42 SMRA Summarecon Agung Tbk 43 ADHI Adhi Karya (Persero) Tbk 44 DGIK Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk 45 PTPP PP (Persero) Tbk
3.4 Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder atau berupa data kuantitatif dengan sumber dari laporan keungan yang telah diaudit oleh masing masing perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sumber data diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia menegnai laporan auditor independen dan laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit.
Pada penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan analisis regresi linier berganda, yaitu suatu metode statistik yang umum digunakan untuk meneliti hubungan antara sebuah variabel dependen dengan beberapa variabel independen. Adapun model regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:
(i) Y = β0 + β1TATO + β2DER + ε
Keterangan:
Y = Audit Delay
β0 = Konstanta
TATO = Total Asset Turn Over Ratio DER = Debt Equity Ratio
ε = Standar Error
Y = Audit Delay ROA = Return On Asset TATO = Total Asset Turn Over
TATO*ROA = Hubungan TATO dengan ROA ε = Standar Error
(iii) Y = a + b1DER + ROA + DER*ROA + ε Keterangan:
Y = Audit Delay
DER = Debt Equity Ratio ROA = Return On Asset
DER*ROA = Hubungan DER dengan ROA ε = Standar Error
3.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.5.1 Variabel Dependen
3.5.2 Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah total asset turn over ratio dan debt equity ratio.
a. Total Asset Turn Over Ratio
Ukuran perusahaan diproksikan dengan Total Assets Turnover Ratio. Total Assets Turnover Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Variabel ini digunakan untuk mengukur efisiensi pemakaian aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan. Peneliti menggunakan variabel total
assets turnover ratio karena kinerja keuangan perusahaan
property dan real estate dapat dinilai berdasarkan efisiensi penggunaan aktiva perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan. Variabel ini belum pernah digunakan dalam penelitian sebelumnya. Rumus untuk mencari total assets turnover ratio adalah:
b. Debt Equity Ratio
Rasio hutang terhadap ekuitas dapat digunakan sebagai indikator tingkat kesulitan keuangan perusahaan. Rasio hutang terhadap ekuitas yang tinggi mencerminkan tingginya resiko keuangan dan perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan tersebut merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan di mata masyarakat. Pihak manajemen juga cenderung akan menunda penyampaian laporan keuangan yang berisi berita buruk. Perusahaan dengan kondisi rasio hutang terhadap modal yang tinggi akan terlambat dalam penyampaian pelaporan keuangannya, karena waktu yang ada digunakan untuk menekan debt to equity ratio
serendah-rendahnya.
Audit delay cenderung panjang bila perusahaan
mengumumkan kerugian. Hal ini berkaitan dengan akibat atau reaksi yang dapat timbul oleh pasar sehubungan dengan pengumuman tersebut. Oleh sebab itu, akuntan publik cenderung berhati – hati dalam melakukan prosedur – prosedur audit yang dapat memastikan nilai kerugian tersebut. Hal ini berarti memperpanjang audit delay. Rumus untuk mencari debt to equity ratio adalah :
3.5.3 Varibel Pemoderasi
Variabel moderasi adalah variabel independen yang akan memeperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen lainnya terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini Return On Asset digunakan sebagai variabel yang memoderasi hubungan antara Total Asset Turn Over dan Debt Equity Ratio terhadap Audit Delay.
Return On Asset dapat diukur dengan rumus: ���������������������
����������
3.6 Teknik Analisis Data
Keseluruhan data yang terkumpul selanjutnya dianalisi untuk dapat memberikan jawaban dari masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan program IBM Statistic SPSS versi 21. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik.
3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya.
3.6.2 Uji Asumsi Klasik
heterokedastisitas, dan asumsi – asumsi klasik lainnya. Adapun pengujian asumsi klasik yang digunakan adalah sebagai berikut :
3.6.2.1 Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.
Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji analisis statistik.
1. Analisis Grafik
Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data ( titik ) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan kesimpulan yaitu:
a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Analisis Statistik
Untuk menentukan uji ini didasarkan kepada Kolmogorov – Smirnov Goodness of Fit Test terhadap model yang diuji. Pedoman untuk pengambilan keputusannya didasarkan sebagaimana diungkapkan Ghozali ( 2005 : 114 ) “ Apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, maka distribusi data atau nilai probabilitas > 0,05, maka distribusi data normal. Apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, maka distribusi data tidak normal.
3.6.2.2 Uji Multikolinieritas
Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel – variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya. Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi dintara variabel independen. Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dapat dilihat dari :
- Nilai tolerence dan lawannya. - Variance Inflation factor (VIF)
Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi, nilai
Tolerence yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi ( karena VIF = 1/ tolerence). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerence < 0,10 atau sama dengan VIF > 10.
Cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi jika terjadi multikolinearitas adalah dengan mengeluarkan salah satu variabel bebas yang memiliki korelasi yang tinggi dari model regresi dan identifikasi variabel lainnya untuk membantu prediksi.
3.6.2.3 Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali, 2009).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi didalam model regresi antara lain dapat dilakukan dengan Uji Durbin - Watson (DW Test).
Durbin-Watson < -2 atau > 2, berarti asumsi independensi terhadap residual (non-autokorelasi) tidak terpenuhi.
3.6.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji ini memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut dengan heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk melihat ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik Scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen dengan residualnya. Dasar analisis yaitu :
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik –titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur ( bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas.
3.6.3. Pengujian Hipotesis
Analisis regresi berganda digunakan untuk mermalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen, jika dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Model analisis ini dipilih karena penelitian ini dirancang untuk meneliti variabel bebas yang berpengaruh terhdap variabel tidak bebas.
3.6.3.1 Uji Koefisien Determinasi (��)
Uji koefisien Determinasi(R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
3.6.3.2 Uji Regresi Parsial (Uji Statistik t)
Uji t – test digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji t untuk mengetahui signifikansi koefisien regresi.
Kriteria keputusan diambil dengan membandingkan Sig-t dengan α = 0,05 :
3.6.3.3 Uji Hipotesis Analisis Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk untuk menguji hubungan linear dari seluruh variabel bebas secara bersama – sama ( simultan ) terhadap variabel dependen. Uji F digunakan untuk mengetahui signifikansi dari model persamaan regresi, apakah terdapat hubungan signifikan antara X dan Y. Kriteria keputusan diambil dengan membandingkan Sig-F dengan α = 0,05:
- Jika Sig-F < 0,05 : model regresi signifikan - Jika Sig-F ≥ 0,05 : model regresi tidak signifikan
3.6.3.3 Uji Hipotesis Dengan Menggunakan Variabel Pemoderasi
Untuk menentukan hipotesis variabel dalam penelitian ini menggunakan metode Moderated Regression Analysis. Metode ini menggunakan pendekatan analitik yang mempertahankan integritas sampel dan memberikan dasar untuk mengontrol pengaruh variabel moderator. Untuk menggunakan MRA dengan satu variabel prediktor (X), maka kita harus membandingkan tiga persamaan regresi untuk menentukan jenis variabel moderator. Ketiga persamaan tersebut adalah:
1. Yi = α + β1Xi + ε
3. Yi = α + β1Xi + β2Zi + β3Xi*Zi + ε
Jika persamaan 2 dan 3 tidak berbeda secara signifikan atau (β3=0
; β2 ≠ 0) maka Z bukanlah variabel moderator, tetapi sebagai
variabel prediktor (independen). Jika persamaan 1 dan 2 tidak berbeda maka variabel Z merupakan pure moderator tetapi harus berbeda dengan persamaan 3 atau (β2= 0; β3≠0). Jika persamaan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan dalam perhitungan statistic deskriptif adalah Audit Delay (AUDEL), Total Asset Turn Over Ratio (TATO) dan Debt Equity Ratio (DER), Return On Asset (ROA). Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh gambaran sampel sebagai berikut:
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif AUDEL, TATO, DER dan ROA
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
AUDEL 144 30 163 78.27 18.305
TATO 144 .01 1.23 .3097 .24878
DER 144 .02 5.60 .9684 1.00459
ROA 144 -.090 .640 .08247 .101882
Valid N (listwise) 144
(Sumber: Hasil Olahan Software SPSS 21)
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah unit analisis (N) dalam penelitian ini adalah sebanyak 144 unit untuk AUDEL, TATO, DER dan ROA.