• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penambahan Tepung dan Ekstrak Daun Jati (Tectona grandiss Linn F) Pada Puyuh coturnix coturnix japonica

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penambahan Tepung dan Ekstrak Daun Jati (Tectona grandiss Linn F) Pada Puyuh coturnix coturnix japonica"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PENAMBAHAN TEPUNG DAN EKSTRAK DAUN JATI (

Tectona grandiss

Linn. F

.

) PADA PUYUH

Coturnix coturnix japonica

SHUFIA EL TSAURA AHMADI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Penambahan Tepung dan dan Ekstrak Daun Jati (Tectona grandiss Linn. F.) pada Puyuh Coturnix coturnix japonica adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

(4)
(5)

RINGKASAN

SHUFIA EL TSAURA AHMADI. Penambahan tepung dan ekstrak daun jati (Tectona grandiss Linn. F.) pada Puyuh Coturnix coturnix japonica. Dibimbing oleh YULI RETNANI dan WIDYA HERMANA.

Tanaman daun jati merupakan tanaman perennial yang mempunyai peluang sangat besar untuk digunakan sebagai pakan ternak. Ketersediaan dan keberadaanya yang melimpah dipilih sebagai salah satu alternatif tanaman sumber bahan pakan lokal. Umumnya pohon jati digunakan untuk diambil kayu sebagai komoditi utama logistik. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan pemanfaatan limbah berupa daun jati dalam bentuk tepung yang dicampurkan dalam pakan dan dalam bentuk ekstrak dalam air minum puyuh petelur. Kandungan zat aktif yang terdapat dalam daun jati yakni flavonoid. Senyawa fitokimia tersebut mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen dalam saluran pencernaan puyuh sehingga penyerapan nutrien lebih optimal dan dapat menurunkan tingkat mortalitas puyuh. Pakan yang diberi tepung daun jati dapat memperbaiki keseimbangan nutrien kebutuhan pakan puyuh dan meningkatkan produktivitas telur puyuh.

Penelitian ini bertujuan menganalisis supplementasi tepung dan ekstrak daun jati dalam ransum dan air minum puyuh terhadap aktivitas antimikroba dalam menghambat bakteri patogen E.coli dan S.typhimurium dalam saluran pencernaan puyuh. Diharapkan penambahan tepung dan ekstrak daun jati dapat meningkatkan performa dan kualitas telur burung puyuh. Materi penelitian yang digunakan adalah ternak puyuh (Coturnix coturnix japonica) berumur 6-12 minggu sebanyak 180 ekor yang diberi penambahan tepung daun jati dalam ransum dan ekstrak daun jati dalam air minum. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini ialah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 6 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan terdiri atas : R0 = ransum komersil ; R1= ransum komersil + Vitachick ; R2 = ransum komersil + 6% tepung daun jati ; R3 = ransum komersil + 6% ekstrak daun jati di air minum ; R4 = ransum komersil + 9% tepung daun jati ; R5 = ransum komersil + 9% ekstrak daun jati di air minum. Peubah yang diamati adalah konsumsi pakan, konsumsi air, produksi telur, konversi pakan, mortalitas, bobot telur, bobot kuning dan putih telur, tinggi putih telur, skor warna kuning telur, bobot kerabang, tebal kerabang, haugh unit, total koloni bakteri E.coli dan S. typhimurium pada ekskreta puyuh dan analisis Income over feed cost (IOFC).

(6)

penelitian ini adalah penambahan 6% tepung daun jati mampu meningkatkan skor warna kuning telur sementara upaya untuk menurunkan populasi total koloni bakteri patogen pada saluran pencernaan puyuh dapat dilakukan dengan penambahan 9% ekstrak daun jati. Kandungan flavonoid yang berfungsi sebagai antibakteri yang terdapat dalam tepung daun jati dan ekstrak daun jati adalah 0.643% dan 0.24%.

(7)

SUMMARY

plant a source of materials local feed. Generally of tecton trees used to be taken wood as major commodity logistics. Hence in the study is done the utilization of waste in the form of tecton leaf meal in diet laying quail. Active ingredients that was found in the leaves of flavonoid tecton namely. A compound phytochemistry is able to inhibit the growth of pathogenic bacteria in the digestive tract so that the absorption of nutrient could be optimal and no mortality on experiment. The supplementation tecton leaf can improve balance the necessary of feed nutrient quails and increase productivity of egg quail. This study aimed to analyze supplementation meal and extract tectone leaf in quails diet on antimicrobial activities such as bacteria pathogen E.coli and S.typhimurium on digestive tract so it could improve the quail performance and egg quality. This research used the laying Japanese quail (Coturnix coturnix japonica) aged 4-12 weeks as many as 180 bird given the supplementation tecton meal in diet and extract tecton leaf in drinking water. A method of research is experiment with design random complete (CRD) consist of six treatments and three replications. Treatments consist of : R0 = commercial rations, R1 = commercial rations + Vitachick, R2 = commercial rations + 6% meal tecton leaf, R3 = commercial rations +6% extract tecton leaf, R4= commercial rations+ 9% meal tecton leaf, R5 = commercial rations + 9% esxtract tecton leaf in drinking water. Parameters observed were feed consumption, water consumption, egg production, egg weight, egg mass, feed conversion, yolk weight and albumin weight, egg yolk colour score, eggshell weight, eggshell thickness, haugh unit, total of colonies bacteria, and analysis of Income Overfeed Cost.

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan

PENAMBAHAN TEPUNG DAN EKSTRAK DAUN JATI (

Tectona

grandiss

Linn. F

.)

PADA PUYUH

Coturnix coturnix japonica

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(10)
(11)

Judul Tesis : Penambahan Tepung dan Ekstrak Daun Jati (Tectona grandiss Linn. F.) Pada Puyuh coturnix coturnix japonica

Nama : Shufia El Tsaura Ahmadi NIM : D251140246

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Yuli Retnani, M Sc Ketua

Dr Ir Widya Hermana, M Si Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan

Dr Ir Dwierra Evvyernie A, MS MSc

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(12)
(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih adalah Penambahan Tepung dan Ekstrak Daun Jati (Tectona grandiss Linn. F.) Pada Puyuh Coturnix coturnix japonica. Daun jati merupakan salah satu sumber bahan pakan alternatif yang dapat digunakan untuk pakan suplementasi dalam ransum burung puyuh. Zat aktif yang terkandung dalam daun jati ialah flavonoid dapat dimanfaatkan sebagai fitogenik yang mampu menggantikan penggunaan vitachick. Sebagian hasil penelitian ini dalam proses publikasi di jurnal ilmiah Journal of the Indonesian Tropical Animal Agriculture (JITAA) dengan judul

“Productivity of laying quail (coturnix coturnix japnonica) fed tecton leaf meal, (Tectona grandiss Linn. F.) as antimicrobial and using phytogenic in diet”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tepung daun jati sangat potensial dijadikan bahan pakan sumber alternatif sebagai fitogenik. Pemberian tepung daun jati pada puyuh dapat meningkatkan skor warna kuning telur, menurunkan konversi pakan. Pemberian ekstrak daun jati dalam air minum dapat menurunkan jumlah total koloni bakteri pada saluran pencernaan puyuh. Selain itu nilai Income Over Feed Cost selama penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof Dr Ir Yuli Retnani, MSc dan Dr Ir Widya Hermana MSi selaku pembimbing tugas akhir yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, motivasi, dan segala bentuk bantuan materi maupun moral sehingga penelitian dan tesis ini dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan terimakasih kepada DIKTI yang telah memberikan kesempatan sebagai penerima Beasiswa Fresh Graduate melalui Program Sinergi (Fastrack) IPB pada tahun 2013. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Slamet Wuryadi serta karyawan peternakan SQF (Slamet Quail Farm) di Sukabumi yang telah memfasilitasi ternak serta tempat penelitian. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang terdalam kepada Ayahanda Achmad Nawawi dan Ibunda Lily Suaeliyah yang telah memberikan doa, kasih sayang, kesabaran, nasehat, bimbingan moral maupun materi yang tiada henti kepada penulis. Terima kasih kepada kakak, adik, kakak ipar, seluruh keluarga yang terus memberikan semangat serta doanya.

Terima kasih kepada Pak Supri dan Bu Ade serta seluruh staf dan pegawai Pascasarjana Ilmu Nutrisi dan Pakan serta Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan atas segala bantuan dan bimbingannya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat dan teman-teman keluarga besar INP 2013 dan 2014 atas doa, bantuan, dan kebersamaannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

(14)
(15)

DAFTAR ISI

Kondisi Umum Lingkungan Kandang 7

Potensi Daun Jati sebagai Antimikroba 7

Pengaruh Ransum Perlakuan terhadap Performa Puyuh 8

Konsumsi Pakan 8 Pengaruh Ransum Perlakuan terhadap Kualitas Telur Puyuh 13 Skor Warna Kuning 13

(16)

1 Komposisi Vitachick® 3 2 Kandungan nutrien daun jati dan ransum puyuh penelitian 6 3 Rataan dan simbangan baku suhu kandang selama penelitian 7 4 Diameter hambat antibakteri pada tepung daun jati 8 5 Rataan simpangan baku konsumsi pakan puyuh umur 6-12 minggu 8 6 Rataan simpangan baku konsumsi air puyuh umur 6-12 minggu 10 7 Rataan simpangan baku produksi telur puyuh umur 6-12 minggu 10 8 Rataan simpangan baku bobot telur puyuh umur 6-12 minggu 11 9 Rataan simpangan baku produksi massa telur puyuh umur 6-12 minggu 11 10 Rataan simpangan baku konversi pakan puyuh umur 6-12 minggu 12 11 Rataan dan simpangan baku tinggi putih telur, HU, bobot putih telur,

bobot kuning telur, skor kuning kuning telur, berat kerabang dan tebal

kerabang 13

12 Total koloni bakteri E.coli pada saluran pencernaan puyuh 15 13 Rataan Income Overfeed Cost puyuh selama penelitian 17

DAFTAR LAMPIRAN

(17)
(18)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat telah mendorong beberapa ilmuwan untuk terus bereksplorasi mendapatkan sumber bahan pakan dari alam melihat semakin mahal biaya pakan dan kendala persaingan dengan bahan pangan. Pengamatan di lapangan terhadap pemeliharaan puyuh dihadapkan pada kejadian beberapa penyakit. Umumnya tingkat mortalitas puyuh relatif tinggi terjadi pada saat periode starter. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diatasi peternak dengan memberikan obatan sintetik seperti antibiotik. Namun penggunaan obat-obatan sintetik saat ini telah dilarang penggunannnya karena dapat membayakan kesehatan ternak dan meninggalkan residu pada produk daging dan telur. Untuk itu perlu dicari suatu alternatif berupa antibiotik alami. Sumber bahan pakan alternatif yang dapat digunakan salah satunya dapat berasal dari limbah perhutanan yang berupa guguran dari tanaman pohon jati ialah daun jati (Sumarna 2004).

Tanaman daun jati keberadaannya sangat luas dengan tingkat produktivitas pohon jati di Indonesia mencapai 79.71 juta pohon jati (Departemen Kehutanan 2013). Penelitian oleh Ahmadi (2014) menyatakan penambahan tepung daun jati tanpa penambahan Vitachick® dalam air minum memberikan hasil yang cukup nyata terhadap rendahnya mortalitas puyuh 0%. Senyawa metabolit sekunder yang diduga memiliki aktivitas antibakteri dari tepung daun jati adalah flavonoid. Flavonoid merupakan senyawa fitokimia yang termasuk dalam golongan flavon dengan kemampuannya membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler terlarut sehingga mampu merusak membran sel mikroba. Flavonoid diduga memiliki aktivitas antibakteri paling besar dalam menghambat pertumbuhan bakteri (Afiyah 2013). Senyawa-senyawa ini merupakan metabolit sekunder yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai fitogenik. Fitogenik merupakan hasil dari metabolit sekunder tanaman yang mengandung senyawa bernilai nutrisi, tidak bernutrisi, ataupun anti-nutrisi (Hashemi & Davoodi 2011). Fitogenik terbukti lebih alami, bebas residu, dan lebih ideal digunakan sebagai pemicu pertumbuhan hewan (Hashemi et al. 2008).

(19)

2

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis supplementasi tepung dan ekstrak daun jati dalam ransum burung puyuh terhadap aktivitas antimikroba dalam menghambat bakteri patogen E.coli dan S.typhimurium dalam saluran pencernaan puyuh sehingga dapat meningkatkan performa dan kualitas telur burung puyuh.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-April 2015 di peternakan Slamet Quail Farm, Cikembar, Sukabumi, Jawa Barat. Pembuatan ekstrak daun jati dan pengujian analisa kuantitatif fitokimia daun jati dilakukan di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka, Taman Kencana, Bogor. Uji total koloni bakteri E. coli dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Materi Ternak

Ternak yang digunakan adalah puyuh (Coturnix coturnix japonica) periode produksi umur 4 minggu sebanyak 180 ekor. Ternak ditempatkan dalam kandang koloni dan dibagi menjadi 6 perlakuan dengan 3 ulangan. Masing-masing ulangan terdiri dari 10 ekor puyuh betina.

Daun Jati

Daun jati yang digunakan merupakan jenis daun jati emas (Tectona grandiss Linn. F.) Daun jati diambil dari 4-5 helai tangkai bagian bawah pohon jati yang berumur sekitar ± 7 tahun. Daun jati berasal dari kebun jati daerah Jampang, Sukabumi, Jawa Barat. Kandungan nutrien tepung daun jati dapat dilihat pada Tabel 2.

Ransum

Ransum yang digunakan adalah ransum komersil yang peternakan Slamet Quail Farm yang diperoleh dari PT. Sinta Feedmill. Ransum komersil dicampur dengan tepung daun jati dengan level 6% dan 9% dalam ransum menjadi pakan perlakuan serta penambahan 6% dan 9% ekstrak daun jati dalam air minum. Susunan dan kandungan nutrien ransum perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2.

Vitamin

(20)

3

Tabel 1 Komposisi Vitachick®

Kandungan Dosis dalam 5 gram

Bacitracin MD 35 mg

Vitamin A 5000 IU

Vitamin D3 500 IU

Vitamin E 2.5 IU

Vitamin K 1 mg

Vitamin B1 2 mg

Vitamin B2 4 mg

Vitamin B6 1 mg

Vitamin B12 1 µg

Vitamin C 20 mg

Nicotic Acid 15 mg

Calcium D-Panthothenate 5 mg

Keterangan: Komposisi Vitachick® produksi Medion

Kandang dan Alat

Kandang yang digunakan adalah kandang koloni dengan ukuran 20x30x160 cm. sebanyak 18 buah yang masing-masing berisi sepuluh ekor puyuh. Alat-alat yang digunakan adalah timbangan digital, oven, plastik ransum, platik sampel, jangka sorong digital, Roche Yolk colour fan, cawan petri, tempat pakan dan tempat air minum.

Metode

Pembuatan Tepung daun jati

Daun jati diambil dari 4-5 helai tangkai bagian bawah pohon jati yang berumur sekitar ± 7 tahun. Daun jati dibersihkan, lalu dilayukan selama 48 jam kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 45°C selama 6 jam. Daun jati yang kering digiling sampai menjadi tepung daun jati yang berukuran 60 mesh. Kandungan nutrien tepung daun jati disajikan pada Tabel 2.

Pembuatan Ekstrak Daun Jati

(21)

4

Gambar (a) ekstrak daun jati setelah direbus (b) ampas daun jati setelah diperas

Uji Daya Hambat

Uji daya hambat bakteri E.coli dan S. typhimurium mengacu pada metode Davis dan Stout (1971). Uji sumur difusi dilakukan untuk mengetahui konsentrasi terbaik ekstrak daun jati terhadap bakteri Salmonella typhimurium. Sebelum melakukan uji difusi, terlebih dahulu dilakukan peremajaan bakteri. Bakteri dibiakkan pada agar miring yang telah disterilkan, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C. Kultur bakteri tersebut diambil sebanyak satu ose dan diinokulasikan ke tabung reaksi yang berisi 10 ml media cair Natrium Broth steril. Diinkubasi pada shaker water bath selama 24 jam. Kultur bakteri yang telah diremajakan diambil sebanyak 50 μl menggunakan pipet mikro lalu dimasukkan ke dalam cawan petri steril. Media selektif agar steril 15 ml dituangkan ke dalam cawan petri, lalu dicampur merata dan dibiarkan memadat pada suhu kamar. Setelah media memadat, dibuat lubang berdiameter 0.5 cm menggunakan pangkal pipet tetes, lalu ditetesi dengan tepung daun jati 3%, 6% dan 9%, kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Daya antibakteri masing-masing perlakuan ditunjukkan oleh diameter zona bening disekitar lubang.

Uji Total Koloni Bakteri

Uji total koloni bakteri E.coli dan S. typhimurium mengacu pada metode hitung sebar. Koloni E.coli pada media EMBA menunjukkan warna hitam pada bagian tengah dengan atau tanpa hijau metalik Koloni Salmonella pada media XLDA menunjukkan warna hijau kebiruan. Koloni Salmonella pada media HEA menunjukkan warna merah muda atau hitam pada seluruh koloni. Perhitungan jumlah total koloni bakteri dihitung dengan rumus :

Rumus SPC = EC

[(1xn1)+(0.1xn2)] x d N = jumlah koloni per ml

EC = jumlah koloni dari tiap cawan

(22)

5

Pemeliharaan

Pemeliharaan puyuh dipelihara selama delapan minggu dengan satu minggu masa adaptasi dan tujuh minggu pemberian ransum perlakuan. Pakan dan air minum diberikan ad libitum setiap pagi dan sore pukul 07.00 WIB dan 15.00 WIB. Pemberian air minum pada puyuh yang baru dimasukkan dalam kandang ditambah dengan Vitachick®. Selama penelitian berlangsung dilakukan pencatatan suhu dalam kandang. Penimbangan sisa pakan dilakukan setiap minggu sekali. Pengambilan telur dilakukan setiap hari untuk mengamati produksi telur dan bobot telur. Produksi massa telur puyuh dihitung dengan cara mengalikan produksi telur selama penelitian dengan rataan bobot telur harian. Rataan jumlah konsumsi pakan dan massa telur diamati untuk mengetahui konversi pakan. Konsumsi pakan, harga telur dan harga pakan dihitung untuk mngetahui income over feed cost selama penelitian.

Pengambilan Telur butir telur yang sudah dikelompokkan berdasarkan setiap perlakuan dari masing-masing ulangan.

b. Bobot putih telur (g).Bobot putih telur (g) diperoleh dari selisih antara bobot telur dengan penjumlahan bobot kuning (g) dan bobot kerabang (g). Persentase bobot putih telur dihitung menggunakan rumus:

% bobot putih telur = bobot putih telur

bobot telur x 100%

c. Bobot kuning telur (g). Bobot kuning telur (g) diperoleh dengan cara menimbang kuning telur yang telah dipisahkan dari putih telur. Persentase bobot kuning telur dihitung menggunakan rumus:

% bobot kuning telur = bobot kuning telur

bobot telur x 100%

d. Bobot kerabang telur (g). Bobot kerabang telur (g) diperoleh dengan cara menimbang kerabang telur setelah dipisahkan dari isi telur. Persentase bobot kerabang telur dihitung menggunakan rumus:

% bobot kerabang telur =bobot kerabang telur

bobot telur x 100%

e. Tebal kerabang telur (mm). Tebal kerabang telur diperoleh dengan cara mengukur tebal kerabang dengan membran telur (mm). Pengukuran tebal kerabang dilakukan setelah bobot kerabang ditimbang, dan dilakukan pengukuran pada bagian ujung tumpul, tengah, dan ujung lancip telur kemudian di rata-ratakan.

f. Warna kuning telur. Skor warna kuning telur diamati dengan cara membandingkan warna kuning telur dengan Roche Yolk Colour Fan pada skala 1-15.

(23)

6

telur (g). Tinggi putih telur diukur menggunakan tripod micrometer, dihitung menggunakan rumus:

Perlakuan yang diberikan terdiri dari : R0 = Pakan komersil

R1 = Pakan komersil + Vitachick®

R2 = Pakan komersil + 6% tepung daun jati dalam pakan komersil R3 = Pakan komersil + 6% ekstrak daun jati dalam air minum R4 = Pakan komersil + 9% tepung daun jati dalam pakan komersil R5 = Pakan komersil + 9% ekstrak daun jati dalam air minum

Tabel 2 Kandungan nutrien daun jati dan ransum puyuh penelitian (as fed) Zat makanan Daun jati Ransum Penelitian

R0 R1 R2 R3 R4 R5

R0 = pakan komersil ; R1= pakan komersil + Vitachick® ; R2 = pakan komersil + 6% tepung daun jati ; R3 = pakan komersil + 6% ekstrak daun jati dalam air minum ; R4 = pakan komersil + 9% tepung daun jati ; R5 = pakan komersil + 9% ekstrak daun jati dalam air minum. *) Hasil analisa Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (2013). **) Kandungan nutrien berdasarkan perhitungan dari hasil analisis pakan komersil dan tepung daun jati. ***) Berdasarkan estimasi EM = 0.725 x GE (NRC 1994)

Rancangan dan Analisis Data

(24)

7

Peubah yang diamati

Peubah yang diamati adalah:

1.Performa puyuh meliputi: konsumsi pakan, konsumsi air minum, produksi telur (quail day), bobot telur, produksi massa telur, konversi pakan, mortalitas,dan income over feed cost (IOFC).

2.Kualitas fisik telur meliputi: tinggi putih telur, bobot kuning, putih, dan kerabang telur, warna kuning telur dan tebal kerabang telur.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lingkungan Kandang

Suhu kandang diukur selama penelitian. Rataan dan simpangan baku suhu yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan dan simpangan baku suhu kandang selama penelitian Minggu ke- Pagi (06.00) Siang (12.00) Sore (15.00)

Rataan suhu kandang saat penelitian berada pada kisaran suhu nyaman untuk puyuh periode produksi. Suhu kandang pada saat siang hari sekitar 29.55 oC. Indonesia yang termasuk beriklim tropis memiliki suhu rata-rata harian berkisar 27.5°C (Oldeman dan Frere 1982). Suhu kandang puyuh diatur dalam keadaan suhu ruang atau suhu normal. Jika suhu kandang terlalu tinggi diatas 30oC akan mempengaruhi konsumsi pakan, produksi telur dan ukuran telur. Rataan suhu kandang yang diatur bagi puyuh untuk berproduksi sekitar 28-30 oC (Wuryadi 2011).

Potensi Daun Jati sebagai Antimikroba

(25)

8

ekstrak dan tepung daun jati dapat digunakan sebagai antibiotik untuk menggantikan vitamin mix. Senyawa tersebut dapat menurunkan populasi E. coli pada puyuh. Uji sumur difusi menggunakan bakteri gram negatif yaitu S. typhimurium. Uji sumur difusi dilakukan untuk mengetahui konsentrasi terbaik tepung daun jati terhadap bakteri S. typhimurium dan E. coli. Uji ini merupakan uji kuantitatif. Uji sumur difusi dilakukan untuk melihat efek dari daun jati yang akan digunakan. Hasil uji sumur difusi tepung daun jati dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Diameter hambat antibakteri pada uji sumur difusi tepung daun jati

Bakteri Konsentrasi tepung daun jati

3% 6% 9%

S. typhimurium 2.5 mm 4 mm 2.5 mm

Escherichia coli 2 mm 3 mm 2 mm

Keterangan : Hasil analisis Laboratorium Diagnostic, Fakultas Kedokteran Hewan IPB (2015)

Hasil clearing zone tepung daun jati terhadap bakteri S. typhimurium dan E. coli menunjukkan nilai yang cukup baik dan dapat menghambat bakteri S. typhimurium. Zat antibakteri yang terdapat dalam daun jati bersifat bakteriostatik yakni hanya menghambat pertumbuhan bakteri pada konsentrasi rendah. Berdasarkan pengujian aktivitas antibakteri yang terdapat dalam tepung daun jati menggunakan konsentrasi 3% (w/v) sampai 9% (w/v) mampu menghambat bakteri E. coli dan S. typhimurium. Hasil uji sumur menunjukkan bahwa daun jati memiliki respon kategori sedang dalam menghambat pertumbuhan terhadap bakteri. Tepung daun jati dengan konsentrasi 6% (w/v) dapat menghambat bakteri E.coli dan S. typhimurium dengan zona hambat masing-masing 3 mm dan 4 mm. Penggunaan 6% tepung daun jati merupakan konsentrasi optimal, hal ini terlihat semakin tinggi level penggunaan tepung daun jati hingga 9% justru hanya mampu menghambat dengan kemampuan yang sama dengan penggunaan 3% tepung daun jati. Artinya, senyawa flavonoid aktif bekerja dalam merusak dinding sel mikroba dengan penggunaan 6% tepung jati sehingga pertumbuhan bakteri pathogen terhambat. Senyawa aktif flavonoid yang terdapat dalam daun jati bersifat lipofilik karena merusak membrane dan dinding sel mikroba (Rahman 2008). Kategori penggolongan kekuatan antibiotik terhadap bakteri menurut Pan et al. (2009) adalah kuat (daerah hambat lebih dari 6 mm), sedang (daerah hambat 3-6 mm), lemah (daerah hambat <3 mm). Kekuatan antibakteri yang terkandung dalam tepung daun jati bersifat sedang dan lemah dengan zona hambat berkisar 2-4 mm.

Pengaruh Perlakuan terhadap Performa Puyuh

Rataan performa puyuh dan produktivitas telur hasil penelitian disajikan pada Tabel 5 sampai Tabel 10.

Konsumsi Pakan

(26)

9

Tabel 5 Rataan dan simpangan baku konsumsi pakan puyuh umur 6-12 minggu (gram ekor-1) 6 14.73±0.97 13.30±0.52 14.26±0.70 15.49±0.15 15.20±0.07 13.78±0.18 7 14.29±0.78 15.25±0.69 15.29±0.49 15.09±0.11 15.28±0.65 14.98±0.20 8 17.37±0.16 16.57±0.47 18.41±0.12 17.04±0.21 15.98±0.32 16.58±0.18 9 16.56±0.11 17.55±0.13 17.06±0.23 17.40±0.20 17.84±0.14 17.36±0.20 10 18.33±0.63 17.25±0.44 17.54±0.18 18.60±0.07 18.55±0.98 18.61±1.08 11 18.00±0.22 18.03±0.34 18.15±0.18 18.75±0.82 18.48±0.64 18.30±0.09 12 17.23±0.20 17.26±0.47 15.70±0.63 14.71±0.42 16.38±0.07 17.28±0.54

X±SB 16.63±0.09 16.44±0.05 16.65±0.12 16.77±0.13 16.83±0.33 16.68±0.19 X = rataan SB = simpangan baku. R0 = pakan komersil ; R1= pakan komersil + Vitachick® ; R2 pakan komersil + 6% tepung daun jati ; R3 = pakan komersil + 6% ekstrak daun jati dalam air minum ; R4 = pakan komersil + 9% tepung daun jati ; R5 = pakan komersil + 9% ekstrak daun jati dalam air minum.

(27)

10

Tabel 6 Rataan dan simpangan baku konsumsi air puyuh umur 6-12 minggu (ml ekor-1 hari-1) 6 72.86±1.23 65.24±2.70 70.00±4.34 69.29±5.39 70.71±5.39 71.19±4.31 7 71.19±0.41 70.00±2.86 68.81±2.18 68.10±5.07 66.19±7.64 65.71±4.29 8 79.05±2.18 80.24±2.51 80.48±2.89 79.76±2.89 79.52±1.65 82.86±2.86 9 83.52±2.31 81.30±1.40 81.48±2.10 79.07±0.64 82.59±3.35 85.37±1.79 10 88.33±2.89 90.00±0.00 85.00±5.00 86.67±5.77 90.00±5.00 93.33±2.89 11 83.57±2.47 84.29±0.71 87.14±5.67 90.00±1.24 92.86±2.14 91.19±2.30 12 82.22±3.76 83.39±1.73 85.28±0.48 80.56±4.11 81.94±2.68 90.56±1.27

X±SB 78.30±1.50 77.21±1.48 77.64±1.81 77.73±2.18 78.45±0.88 79.06±1.78 X = rataan SB = simpangan baku. R0 = pakan komersil ; R1= pakan komersil + Vitachick® ; R2 pakan komersil + 6% tepung daun jati ; R3 = pakan komersil + 6% ekstrak daun jati dalam air minum ; R4 = pakan komersil + 9% tepung daun jati ; R5 = pakan komersil + 9% ekstrak daun jati dalam air minum.

Produksi Telur

Produksi telur puyuh selama 7 minggu pengamatan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Rataan dan simpangan baku produksi telur puyuh umur 6-12 minggu (%) Umur 7 41.43±2.47 38.57±0.00 37.14±1.43 37.62±2.97 33.33±6.60 33.33±5.95 8 55.71±6.23 56.67±4.59 57.14±4.29 58.10±2.18 55.71±4.29 55.24±5.02 9 65.71±3.78 63.33±2.18 64.76±2.18 68.10±9.07 65.71±4.95 66.19±4.12 10 79.52±2.97 78.10±1.65 75.71±2.47 78.57±1.43 74.76±2.18 75.71±4.29 11 90.95±3.30 84.29±2.47 84.29±4.95 80.48±3.30 78.57±2.47 78.57±4.29 12 86.67±5.77 82.78±3.47 86.11±3.47 87.22±3.47 89.44±3.47 86.11±2.55

X±SB 64.55±3.27 62.26±1.44 61.93±1.40 62.70±2.74 60.52±2.13 60.56±1.51 X = rataan SB = simpangan baku. R0 = pakan komersil ; R1= pakan komersil + Vitachick® ; R2 pakan komersil + 6% tepung daun jati ; R3 = pakan komersil + 6% ekstrak daun jati dalam air minum ; R4 = pakan komersil + 9% tepung daun jati ; R5 = pakan komersil + 9% ekstrak daun jati dalam air minum.

(28)

11

Bobot Telur

Rataan dan simpangan baku bobot telur puyuh umur 6-12 minggu disajikan pada Tabel 8. Hasil pencatatan bobot telur selama penelitian diperoleh rataan bobot telur berkisar antara 10.51 g butir-1 sampai 10.64 g butir-1. Nilai tersebut masih dikatakan normal pada telur puyuh, artinya nutrisi yang didapat puyuh untuk menghasilkan bobot telur yang normal dapat terpenuhi dengan baik pada semua ransum yang digunakan selama penelitian. Song et al. (2000) menyatakan bahwa rata-rata bobot telur puyuh normal adalah 10.34 g butir-1. Pengaruh pemberian pakan kontrol, 6% tepung daun jati dan ekstrak daun jati serta 9% tepung dan ekstrak daun jati memberikan rataan yang sama untuk bobot telur dengan koefisien keragaman 0.19%. Rataan bobot telur pada pakan kontrol (R1 dan R2) relatif sedikit lebih tinggi dibandingan pakan perlakuan. Meningkatnya bobot telur diimbangi dengan ketersediaan protein yang tinggi (North dan Bell 2002).

Tabel 8 Rataan dan simpangan baku bobot telur puyuh umur 6-12 minggu (gram butir-1) 6 9.67±1.89 10.27±0.14 9.78±0.86 9.72±0.25 10.46±0.73 10.03±0.84 7 10.75±0.24 10.83±0.17 10.80±0.38 10.80±0.08 10.45±0.67 10.72±0.09 8 10.44±0.21 10.55±0.01 10.36±0.04 10.39±0.11 10.33±0.15 10.44±0.29 9 10.58±0.11 10.61±0.20 10.41±0.10 10.53±0.03 10.49±0.10 10.59±0.06 10 10.60±0.11 10.62±0.08 10.61±0.06 10.65±0.06 10.59±0.12 10.50±0.05 11 10.74±0.12 10.65±0.14 10.59±0.10 10.63±0.13 10.70±0.09 10.85±0.17 12 11.28±0.16 10.97±0.29 11.01±0.25 10.79±0.16 10.87±0.13 10.85±0.44

X±SB 10.57±0.24 10.65±0.07 10.51±0.07 10.56±0.03 10.55±0.14 10.59±0.11 X = rataan SB = simpangan baku. R0 = pakan komersil ; R1= pakan komersil + Vitachick®; R2 pakan komersil + 6% tepung daun jati ; R3 = pakan komersil + 6% ekstrak daun jati dalam air minum ; R4 = pakan komersil + 9% tepung daun jati ; R5 = pakan komersil + 9% ekstrak daun jati dalam air minum.

Produksi Massa Telur

(29)

12

Tabel 9 Rataan dan simpangan baku massa telur puyuh umur 6-12 minggu (g butir-1) Umur pakan komersil + 9% tepung daun jati ; R5 = pakan komersil + 9% ekstrak daun jati dalam air minum.

Konversi Pakan

Konversi pakan penelitian tergolong baik. Konversi pakan yang baik untuk puyuh adalah 3.34 (Makund 2006). Pakan yang diberi penambahan tepung daun jati dalam pakan dan ekstrak daun jati dalam air minum cenderung menurunkan nilai konversi pakan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pakan perlakuan semakin efisien karena angka konversi pakan semakin baik. Angka konversi yang rendah pada burung puyuh, berarti penggunaan pakan semakin baik (Setiawan 2006). Nilai konversi pakan puyuh penelitian memberikan pengaruh yang positif dalam jumlah pakan yang habis dikonsumsi untuk memproduksi satu butir telur. Rataan dan simpangan baku konversi pakan puyuh umur 6-12 minggu disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Rataan dan simpangan baku konversi pakan puyuh umur 6-12 minggu (gram butir-1) 6 13.05±0.82 12.20±2.80 18.29±10.93 24.08±12.23 20.43±1.58 16.33±2.43 7 3.22±0.34 3.65±0.20 3.81±0.14 3.73±0.33 4.59±1.40 4.29±0.79 pakan komersil + 9% tepung daun jati ; R5 = pakan komersil + 9% ekstrak daun jati dalam air minum.

Mortalitas

(30)

13

dan ekstrak daun jati sebagai fitogenik dapat digunakan untuk menurunkan tingkat mortalitas dan tidak memberikan efek negatif pada ternak.

Pengaruh Perlakuan terhadap Kualitas Fisik Telur Puyuh

Analisis kualitas telur sangat penting dilakukan untuk menentukan kecukupan nutrisi atau zat makanan yang dikonsumsi oleh ternak. Rataan kualitas telur puyuh hasil penelitian disajikan pada Tabel 11. Hasil analisis statistik menunjukkan pemberian tepung daun jati dan ekstrak daun tidak berpengaruh terhadap kualitas fisik telur puyuh, akan tetapi memberikan pengaruh yang nyata (P<0.05) terhadap skor warna kuning telur.

Tabel 11 Rataan dan simpangan baku tinggi putih telur, HU, bobot putih telur, bobot kuning telur, skor kuning kuning telur, bobot kerabang dan tebal kerabang

Kualitas R0 R1 R2 R3 R4 R5

46.6±3.68 47.63±1.93 45.44±1.36 47.80±1.08 48.75±1.71 46.22±2.04

Bobot kuning

telur (g) 4.35±0.16 4.22±0.21 4.5±0.32 4.25±0.25 4.02±0.20 4.33±0.23 Bobot kuning

telur (%)

40.50±3.55 38.80±1.07 42.07±1.30 38.70±0.94 38.16±2.09 40.84±2.15

Skor kuning

telur * 5.92±0.17b 5.69±0.21b 6.67±0.08a 5.69±0.27b 6.92±0.25a 5.47±0.13b

Bobot

kerabang (g) 1.37±0.16 1.43±0.09 1.32±0.08 1.45±0.06 1.39±0.07 1.35±0.06 Bobot

kerabang (%)

12.66±1.11 13.12±0.49 12.15±0.37 13.21±0.09 13.20±0.68 12.71±0.63

Tebal kerabang

(mm) 0.16±0.05 0.15±0.03 0.15±0.02 0.15±0.06 0.14±0.01 0.14±0.02

*)

skor warna kuning memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0.05) X = rataan SB = simpangan baku. R0 = pakan komersil ; R1= pakan komersil + Vitachick® ; R2 pakan komersil + 6% tepung daun jati ; R3 = pakan komersil + 6% ekstrak daun jati dalam air minum ; R4 = pakan komersil + 9% tepung daun jati ; R5 = pakan komersil + 9% ekstrak daun jati dalam air minum.

Skor Warna Kuning Telur

(31)

14

bahwa warna kuning telur ditentukan oleh konsumsi pigmen karotenoid dalam ransum. Tepung daun jati (Tectona grandiss. Linn. F.) mengandung β-karoten sebanyak 22.96 ppm (Faizah 2014). Jumlah kandungan β-karoten yang terdapat dalam daun jati mendeposisikan pigmen karoten tersebut ke dalam pakan perlakuan sehingga warna kuning telur meningkat. Warna kuning telur disebabkan adanya karotenoid yang mengandung zeaxantin, kriptoxantin, dan lutein (xantofil) (Yuwanta 2010). Puyuh mengkonsumsi pigmen karotenoid yang terdapat pada tepung daun jati lebih tinggi sehingga menghasilkan intensitas warna kuning telur yang lebih tinggi. Kandungan β-karoten yang terdapat pada tepung daun jati merupakan precursor dari pembentukan vitamin A (Kang et al. 2003). Kandungan vitamin A tepung daun jati yang berkontribusi pada telur puyuh berdasarkan konversi perhitungan pada perlakuan 6% dan 9% adalah 413.28 IU dan 619.92 IU dalam 100 gram telur puyuh.

Tinggi Putih Telur

Nilai HU meningkat dikarenakan meningkatnya tinggi putih telur (Stadelman dan Cotteril 1995). Rataan tinggi putih telur penelitian hingga 5.52 mm pada perlakuan pakan yang diberi 9% ekstrak daun jati di air minum. Tinggi putih telur tergolong normal dan cukup tinggi. Tinggi rendahnya putih telur menunjukkan kualitas telur. Kualitas telur puyuh yang dihasilkan selama penelitian tergolong baik.

Haugh Unit (HU)

Nilai HU berkaitan dengan nilai tinggi putih telur. Penambahan tepung daun jati dan ekstrak daun jati tidak berpengaruh nyata (P>0.05) Haugh Unit merupakan peubah yang digunakan untuk menentukan kualitas putih telur. Nilai rataan Haugh Unit penelitian berkisar 93.3-94.86 lebih tinggi dibanding penelitian Song et al. (2000) dengan nilai Haugh Unit telur puyuh adalah 84.19 dengan tinggi putih telur 3.5 mm. Hal ini dikarenakan kualitas telur puyuh masih dalam kondisi segar. Telur puyuh penelitian tergolong ke dalam kualitas AA berdasarkan standar USDA (2000) telur yang mempunyai nilai HU lebih dari 72 dikategorikan dalam kelas AA dengan ciri kulit telur bersih, utuh, dan normal. .

Bobot Putih Telur

Rataan bobot dan persentase bobot putih telur yang diperoleh berada pada kisaran normal. Yuwanta (2010) menyatakan bobot putih telur puyuh normal adalah 4.1-6.0 g dengan persentase bobot putih telur terhadap bobot telur yaitu 52%-60%. Bobot dan persentase bobot putih telur puyuh antar perlakuan hampir sama dan tidak berbeda yakni berturut-turut sebesar 4.85 g-5.27 g dengan persentase 45.4%-48.75%. Hal ini dipengaruhi dari jenis pakan yang diberikan dan tingkat konsumsi pakan puyuh dengan kandungan nutrien yang hampir sama dan terpenuhi dengan baik.

Bobot Kuning Telur

(32)

15

tidak saja merupakan sumber lemak, namun juga sebagai sumber protein dan vitamin A. Vitamin A dalam telur salah satunya dipengaruhi oleh kandungan karotenoid pada ransum (Kang et al. 2003).

Bobot Kerabang Telur

Rataan bobot kerabang telur yang diperoleh dalam penelitian ini berkisar 1.32-1.45 gram dengan persentase bobot kerabang hingga 13%. Yuwanta (2010) menyatakan bobot kerabang telur puyuh normal adalah sekitar 0.56-0.9 g butir-1 dengan persentase bobot kerabang telur terhadap bobot telur yaitu 7%-9%. Bobot kerabang telur penelitian masih jauh lebih besar dibandingkan penelitian Wiradimadja et al. (2009) yang melaporkan bahwa bobot kerabang telur pada puyuh dengan perlakuan penambahan tepung daun katuk adalah 1.29-1.32 g.

Tebal Kerabang Telur

Telur yang baik yaitu telur yang mempunyai ketebalan kerabang kuat sehingga tidak mudah pecah. Nilai rataan tebal kerabang hasil penelitian adalah sekitar 0.14-0.16 mm. Rataan tebal kerabang telur penelitian hampir sama tiap perlakuan. Rataan tebal kerabang relatif lebih rendah dibanding penelitian Faizah (2014) yang menyatakan tebal kerabang telur yang diberi tepung daun jati berkisar 0.16-0.17 mm. Walaupun tebal kerabang telur penelitian lebih rendah akan tetapi dampaknya tidak terlalu menunjukkan efek negatif terhadap kualitas fisik tebal kerabang.

Uji Total Koloni Bakteri

Total koloni bakteri E.coli dan S.typhimurium yang terdapat pada ekskreta puyuh disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12 Total koloni bakteri E.coli dan S.typhimurium pada saluran pencernaan puyuh

Perlakuan Rata-rata koloni CFU ml-1

Salmonella typhimurium Esherichia coli

Hasil analisa laboratorium mikrobiologi, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB (2015) R0 = pakan komersil ; R1= pakan komersil + Vitachick® ; R2 pakan komersil + 6% tepung daun jati ; R3 = pakan komersil + 6% ekstrak daun jati dalam air minum ; R4 = pakan komersil + 9% tepung daun jati ; R5 = pakan komersil + 9% ekstrak daun jati dalam air minum.

(33)

16

menggunakan antibiotik sintetik berupa Vitachick®. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan ekstrak daun jati sampai 9% mampu menghambat serta menurunkan keberadaan koloni bakteri patogen E.coli dan S. typhimurium pada saluran pencernaan puyuh. Hasil analisis menunjukan kandungan zat bioaktif yang memiliki fungsi sebagai antibakteri dalam ekstrak daun jati ialah flavonoid sebesar 0.24%. Secara umum, rendahnya total koloni bakteri bahwa penggunaan ekstrak daun jati 9% berpotensi karena mampu menggantikan penggunaan Vitachick®.

Income Over Feed Cost (IOFC)

Gambaran mengenai pemeliharaan puyuh petelur komersil yang memiliki prospek dapat dilihat dari analisis usahanya. Rataan income over feed cost produksi telur puyuh dapat dilihat pada Tabel 13. Income over feed cost dapat dihitung dengan mengetahui harga pakan perlakuan dengan banyaknya konsumsi pakan dan harga jual telur terhadap produksi telur yang dihasilkan. Total pendapatan dihitung berdasarkan selisih antara hasil penjualan telur dengan biaya pakan yang digunakan selama penelitian. Penggunaan tepung daun jati 6% (R2) memberikan nilai pendapatan yang paling tinggi dibandingkan dengan penggunaan ekstrak daun jati dan pakan kontrol. Hal ini menunjukkan penggunaan tepung daun jati dalam ransum cukup efisien karena menurunkan biaya pakan. Produksi telur, bobot telur dan konversi pakan mempengaruhi tinggi rendahnya nilai Income over feed cost yang dihasilkan.

Tabel 13 Rataan income over feed cost puyuh selama penelitian

(34)

17

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penambahan 6% tepung daun jati mampu meningkatkan skor warna kuning telur sedangkan upaya untuk menurunkan populasi total koloni bakteri patogen pada saluran pencernaan puyuh dapat diberikan penambahan ekstrak daun jati 9%.

Saran

Ekstrak daun jati yang dicampurkan dalam air minum mampu menggantikan penggunaan Vitachick® sebagai dasar subtitusi penggunaan antibiotik sintetik. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengujian residu yang terdapat pada produk telur dan daging puyuh.

DAFTAR PUSTAKA

Afiyah DN. 2013 Sifat mikrobiologis sosis daging sapi dengan penambahan ekstrak daun jati (Tectona grandis) selama penyimpanan dingin. [skripsi]. Fakultas Peternakan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Ahmadi SE. 2014. Produktivitas puyuh petelur coturnix coturnix japonica yang diberi tepung daun jati (Tectona grandis Linn. F.) dalam ransum. [Skripsi].Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2006. Pakan Puyuh Bertelur (Quail Layer) SNI 01-3907-2006. Jakarta (ID): Standar Nasional Indonesia.

Brand Z, Brand TS, Brown CR. 2003. The effect of dietary and protein levels on production in breeding female ostrich. Brit Poult Sci. 44(4):589-606.

Chung TK. 2002. Yellow and red carotenoids for eggs yolk pigmentation. 10th Annual ASA Southeast Asian Feed Technology and Nutrion Workshop. Thailand (TH) : Merlin Beach Resort, Phuket.

Daulay AH, Bahri I, Sahputra K. 2007. Pemanfaatan tepung buah mengkudu (Morinda Colticfolia) dalam ransum terhadap performans burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica) umur 0-42 hari. J Agrib Pet. 3(1):23-28.

Davis WW, Stout TR. 1971. Disc plate methods of microbiological antibiotic assay. J Microbiol. 22:659-665.

Departemen Kehutanan. 2013. Manual Kehutanan. Jakarta (ID) : Departemen Kehutanan Republik Indonesia.

Esfahani-Mashhour M, Moravej H, Mehrabani-Yeganeh H, Razavi SH. 2009. Evaluation of coloring potential of Dietzia natronolimnaea bimassa as source of canthaxanthin for egg yolk pigmentation. Asian-Aust J Anim Sci. 22(2):254-259

Faizah NN. 2014. Penambahan tepung daun jati (tectona grandiss linn. f.) dalam ransum terhadap kualitas telur puyuh coturnix coturnix japonica. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

(35)

18

Hagerman AE. 2002. Tannin Handbook. Oxford (USA) : Miami University. Hashemi SR, Davoodi H. 2011. Herbal plants and their derivatives as growth and

health promoters in animal nutrition. Vet Res Commun. 35:169-180. Hashemi SR, Zulkifli I, Hair-Bejo M, Farida A, Somchit MN. 2008. Acute

toxicity study and phytochemical screening of selected herbal aqueous extract in broiler chickens. Int J Pharmacol. 4:352-360..

Kang DK, Kim SI, Cho CH, Yim YH, Kim HS. 2003. Use of lycopene, an

antioxidant carotenoid, in laying hens for egg yolk pigmentation. Asian-Aust J Anim Sci. 16(12): 1799-1803.

Leeson S, Summers JD. 2001. Nutrition of the Chicken. 4th Ed. Ithaca. M.L. New York (USA): Scott and Associates

Leeson S, Summers JD. 2005. Commercial Poultry Nutrition. 3th ed. Canada (CA): Guelph Ontario. Departement of Animal and Poultry Science University of Guelph.

Listiyowati E, Roospitasari K. 2000. Puyuh Tata Laksana Budi Daya Secara Komersial 17th ed. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Makund KM. 2006. Response of laying japanese quail to dietary calcium levels at two levels energy. J Poult Sci. 43 : 351-356

Mitsuoka T. 1990. A Profile of Intestinal Bateria.Tokyo (JP) : Yakult Honsha Co. Ltd.

North MO, Bell DD. 2002. Commercial Chicken Production Manual. 4th Ed. New York (USA) : Van Nostrand Reinhold.

Oldeman L R, M. Frere. 1982. A Study of Agroclimatology of the Humid Tropics of Southeas Asia. Rome (RO) : Food and Agriculture Organization of United Nations.

Pan X, Chen F, Wu T, Tang H, Zhao Z. 2009. The acid, bile tolerance and

antimicrobial property of Lactobaccilusacidophillus NIT. J Food Control. 20 : 598-602

Rahman MF. 2008. Potensi antibakteri ekstrak daun pepaya pada ikan gurami yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophyla. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Saputra H. 2013. Performa puyuh yang diberi pakan dengan campuran tepung daun katuk dan tepung daun murbei. [skripsi]. Fakultas Peternakan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Setiawan D. 2006. Performa produksi burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica) pada perbandingan jantan dan betina yang berbeda [skripsi]. Fakultas Peternakan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Song KT, Choi SH, Oh HR. 2000. A comparison of egg quality of phesant, chukar, quail and guinea fowl. Asian-Aus J Anim Sci. 13(7): 986-990.

Stadellman WJ, Cotterill OJ. 1995. Egg Science and Technology. 4th Edition. New York (USA): The Haworth Press, Inc.

Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika, Suatu pendekatan Biometrik. Penerjemah B. Sumantri. Jakarta (ID) : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sumarna Y. 2004. Budi Daya Jati. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

(36)

19

bakteri Salmonella typhimurium serta pengaruh bawang putih terhadap performans dan respon imun ayam pedaging. [tesis]. Program Pascasarjana. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[USDA] United States Departement of Agricultural. 2000. Egg Grading Manual. Washington DC (US): Handbook No:75.

Waji RA. 2009. Flavonoid (Quercetin). Makalah Kimia Organik Bahan Alam. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Makassar (ID): Universitas Hasanuddin.

Wiradimadja R, Piliang WG, Suhartono MT, Manalu W. 2009. Performans kualitas telur puyuh jepang yang diberi ransum mengandung tepung daun katuk (Sauropus androgynus, L. Merr). Pengembagan Sistem Produksi dan Pemanfaatan Sumberdaya Lokal untuk Kemandirian Pangan Asal Hewan Seminar Nasional Peternakan Unpad. Bandung (ID): 568-574.

Wuryadi S. 2011. Beternak dan Bisnis Puyuh. Cetakan Pertama. Jakarta (ID) : PT. Agromedia Pustaka.

(37)

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil analisis ragam produksi telur puyuh umur 6-12 minggu

Db Jumlah

Lampiran 2 Hasil analisis ragam konversi pakan puyuh umur 6-12 minggu

Db Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F hit Sig.

Perlakuan 5 .187 .037 1.597 .234

Galat 12 .281 .023

Total 17 .467

Lampiran 3 Hasil analisis ragam konsumsi pakan puyuh umur 6-12 minggu

Db Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F hit Sig.

Perlakuan 5 .261 .052 1.633 .225

Galat 12 .384 .032

Total 17 .646

Lampiran 4 Hasil analisis ragam konsumsi air minum puyuh umur 6-12 minggu Db Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F hit Sig.

Perlakuan 5 7.622 1.524 .638 .675

Galat 12 28.657 2.388

Total 17 36.279

Lampiran 5 Hasil analisis ragam bobot telur puyuh umur 6-12 minggu

Db Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F hit Sig.

Perlakuan 5 .030 .006 .332 .884

Galat 12 .215 .018

Total 17 .244

Lampiran 6 Hasil analisis ragam kualitas telur puyuh umur 6-12 minggu

(38)

21

Total 17 1.040

Tebal kerabang Perlakuan 5 .001 .000 .844 .544

Galat 12 .003 .000

Total 17 .004

Berat kerabang Perlakuan 5 .045 .009 .951 .484

Galat 12 .113 .009

Total 17 .158

Skor Warna Perlakuan 5 5.228 1.046 2.274 .000

Galat 12 .460 .038

Total 17 5.688

Lampiran 7 Uji lanjut skor warna kuning telur puyuh umur 6-12 minggu

Perlakuan N α = 0.05

1 2 3

6 3 5.4700

4 3 5.6933 5.6933

2 3 5.6967 5.6967

1 3 5.9167

3 3 6.6667

5 3 6.9200

(39)
(40)

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Shufia El Tsaura Ahmadi dilahirkan pada tanggal 8 April 1992 di Bandar lampung. Penulis merupakan anak keempat dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Achmad Nawawi dan Ibu Lily Suaeliyah. Penulis memulai pendidikan sekolah dasar pada tahun 1998 di SD Muhammadiyah Depok dan pada tahun 2007 penulis lulus dari SMP Muhammadiyah 4 Depok. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di MA Negeri 11 Jakarta. Setelah lulus pada tahun 2010, penulis diterima di IPB melalui jalur Ujian Talenta Mandiri IPB (UTM). Penulis diterima pada Program Studi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan. Penulis diterima sebagai mahasiswa Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor pada Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan pada tahun 2013 melalui Program Sinergi (Fastrack) IPB dengan Beasiswa Fresh Graduate pada tahun 2013.

Gambar

Gambar (a) ekstrak daun jati setelah direbus (b) ampas daun jati setelah
Tabel 2 Kandungan nutrien daun jati dan ransum puyuh penelitian (as fed)
Tabel 3. Rataan dan simpangan baku suhu kandang selama penelitian
Tabel 9 Rataan dan simpangan baku massa telur puyuh umur 6-12 minggu (g butir-1)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman daging sapi dengan konsentrasi ekstrak daun jati 7,5% merupakan perlakuan yang terbaik karena menghasilkan daya awet

Menyatakan bersedia mernjadi panelis untuk uji iritasi dalam penelitian Neni arofiani dengan judul penelitian Penggunaan Pewarna Rambut Dengan Menggunakan Ekstrak Pucuk Daun

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah tepung kunyit dan tepung ikan dapat mempengaruhi panjang, bobot oviduk yang didukung dengan data tambahan konsumsi

Tinggi busa sabun cair ekstrak daun jati berbagai konsentrasi dibandingkan dengan kon- trol positif sabun dipasaran yang mengandung senyawa aktif antibakteri triclocarban meng-

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan tepung daun sukun (Artocarpus altilis) dalam pakan puyuh berpengaruh tidak nyata (P&gt;0,05) terhadap produksi telur dan bobot

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah tepung kunyit dan tepung ikan dapat mempengaruhi panjang, bobot oviduk yang didukung dengan data tambahan konsumsi

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh konsentrasi pelarut terhadap ekstrak zat warna pada daun jati muda, mengetahui konsentrasi optimum pada ekstraksi zat warna dari

Hasil pemeriksaan titik lebur lipstik menunjukkan bahwa sediaan lipstik dengan pewarna ekstrak daun jati 5% melebur pada suhu 56 0 C, sediaan lipstik dengan pewarna ekstrak