• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran ganda perempuan pedagang pakaian kaki lima: studi kasus di pasar kemiri muka Depok Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran ganda perempuan pedagang pakaian kaki lima: studi kasus di pasar kemiri muka Depok Jawa Barat"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN GANDA PEREMPUAN PEDAGANG

PAKAIAN KAKI LIMA: STUDI KASUS DI PASAR

KEMIRI MUKA DEPOK JAWA BARAT

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Erin Alifa Dini

108032200004

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah menganugerahkan rahmat,

hidayah, dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini.

Sholawat dan salam semoga Allah limpahkan kepada kekasih-Nya, Nabi Muhammad

SAW dan para keluarga, sahabat serta pengikutnya yang telah berjuang di jalan Allah.

Merupakan anugerah yang tidak dapat dihitung dengan angka atau diungkap

dengan kata, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Akan tetapi di luar itu semua tentu

ada faktor yang turut memberi motivasi baik moril maupun materiil. Dan merupakan

sebuah keharusan bagi penulis untuk mengucapkan terima kasih. Terima kasih itu

penulis sampaikan kepada:

Pertama, kepada Ayahanda Edi Suhendra dan Ibunda Laelantini, terima kasih

atas jerih payah dan segala pengorbanannya yang tak terhingga serta memberi semangat

yang tidak ada hentinya untuk penulis. Sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini

terutama untuk Ibunda yang tengah berjuang melawan kankernya.

Kedua, Bapak Prof. Dr. Zulkifli, MA selaku Ketua Program Studi Sosiologi

Kemudian, untuk Ibu Iim Halimatussa’diyah, MA selaku Sekretaris program studi

sosiologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih sudah memotivasi serta seluruh

Civitas Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ketiga, Ibu Dra. Ida Rosyidah, MA selaku dosen pembimbing yang telah

(7)

iii

membangun yang diberikan kepada penulis selama menyusun skripsi sehingga skripsi

ini dapat selesai dengan baik.

Ketiga, adik tercinta penulis Annisa Rahma Dhani dan Aldin Saktia Fahrizal,

terima kasih karena kalian telah menjadi bagian hidup penulis dan memberikan

kehangatan serta semangat ketika berada di rumah.

Keempat, keluarga besar Hiroshi Martial Art dan PB Amura yang telah

memberikan begitu banyak ilmu beladiri. Sehingga penulis bisa menjadi pribadi yang

baik terutama Coach Barnabas Ricky Budi Kusumo yang memberikan penulis

kesempatan untuk mengenal Karate lebih mendalam.

Kelima, teman angkatan Sosiologi 2008 terutama sahabat terbaik penulis Ahmad

Kamal dan Sufi Alfrida, yang telah banyak membantu penulis dalam mengerjakan

skripsi terima kasih tak terhingga penulis ucapkan dan yang spesial untuk Heru

Hermawan, terima kasih telah menemani dan memberikan semangat dalam

mengerjakan skripsi serta berbagai hal selama tujuh tahun terakhir. Kepada para

pedagang pakaian Pasar Kemiri Muka yang telah berkontribusi banyak dalam skripsi

penulis serta Dinas Pasar UPT Pasar Kemiri Muka Depok yang telah begitu banyak

memberikan kemudahan dalam melakukan penelitian. Semoga skripsi ini bisa diambil

manfaatnya oleh segenap lapisan masyarakat. Amin.

Depok 24 Juni 2014

(8)

i

ABSTRAKSI

Skripsi ini membahas peran ganda perempuan di kalangan pedagang pakaian di pasar Kemiri Muka Depok Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan motivasi yang mendorong perempuan untuk bekerja, peran perempuan di ruang domestik dan di ruang publik serta menjelaskan dampak apa saja yang dialami perempuan pedagang pakaian dalam menjalankan peran ganda yang dimilikinya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi partisipan wawancara. Kerangka teori yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis gender Moser, yang bertujuan untuk mendalami beban kerja yang dimiliki laki-laki dengan perempuan dalam rumah tangga dan teori feminis liberal yang berbicara tentang problem ketimpangan gender terutama jika dilihat dari pembagian kerja yang tidak seimbang antara laki-laki dan perempuan di ranah domestik.

(9)

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR……… ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Pernyataan Masalah ... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Tinjauan Pustaka ... 7

E. Kerangka Teoretis ... 12

1. Analisis Gender Moser……. ….. ... 12

2. Feminis Liberal……… 15

F. Metodologi Penelitian ... 17

G. Sistematika Penulisan ... 21

BAB II GAMBARAN UMUM A. Profil Kota Depok ... 22

1. Letak Geografis ... 22

2. Kondisi Demografi ... 23

3. Kondisi Sosial Ekonomi………... 24

(10)

v

BAB III TEMUAN DAN ANALISIS

A. Motivasi Yang Mendorong Perempuan Bekerja Sebagai Pedagang

pakaian Di Pasar Tradisional Kota Depok ... 28

1. Membantu Pendapatan Suami……… 29

2. Menjadi Tulang Punggung Ekonomi Keluarga……….. 30

3. Kemandirian……… 31

4. Mengisi Waktu Luang………. 32

5. Meningkatkan Status Sosial………. 33

6. Faktor Lainnya………. 37

B. Beban Ganda Perempuan Dalam Ranah Domestik Publik Dan Sosial ……… 40

1. Tanggung Jawab Mengantar Anak Dan Menjemput Anak… 41 2. Bekerja Sambil Mengasuh Anak……… 43

3. Kegiatan Pengaturan Rumah Tangga Sebelum Bekerja…… 45

4. Melayani Suami Ketika Bekerja……… 49

5. Perempuan Dan Ranah Sosial………... 53

6. Pandangan Suami Dan Istri Terhadap Peran Ganda Yang Dijalankan Perempuan…..……….... 56

C. Dampak Peran Ganda Terhadap Kehidupan Perempuan Secara Personal……….. 62

1. Perempuan Tidak Bisa Memanjakan Dirinya Sendiri…….... 63

2. Rasa Bersalah……….. 64

(11)

vi

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ... 69

B. Rekomendasi ... 70

(12)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel. II.A.1. Data Informan……… 18

Tabel.II.A.2. Kondisi Demografi Kota Depok……… 24

Tabel.II.A.3. Data pasar Kemiri Muka Kota Depok………... 27

Tabel.II.A.4. Tabel Alasan Perempuan Bekerja

Sebagai Pedagang Pakaian… ……….. 39

Tabel II.A.5. Perbandingan Beban kerja Suami dan Istri

Di Ranah Domestik dan Publik……… 50

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Pernyataan Masalah

Skripsi ini membahas fenomena peran ganda perempuan pedagang pakaian

di wilayah Pasar Kemiri Muka Depok Jawa Barat, karena perempuan yang

bekerja sebagai pedagang pakaian mempunyai jam kerja yang lebih daripada

pedagang yang ada di Pasar, sehingga terlihat beban gandanya. Dimana seorang

perempuan yang bekerja mempunyai tugas ganda atau double burden, selain

bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga, dia juga mempunyai

tugas untuk mengurus anak dan berperan sebagai ibu rumah tangga. Namun

terkadang peran perempuan sering “dinomerduakan” atau dianggap tidak penting,

seperti yang diutarakan oleh salah satu tokoh feminis Simone de Beauvoir dalam

karyanya yang berjudul “The Second Sex” (Rosemarie, 2004:262).

Simone menggambarkan bahwa unsur-unsur biologis diatributkan pada

tubuh perempuan melalui atribut-atribut patriarki dengan cara menegaskan bahwa

tubuh perempuan adalah hambatan untuk melakukan aktualisasi diri, tubuh yang

sudah dilekati nilai-nilai patriarki ini kemudian dikukuhkan dalam proses

sosialisasi dan diinternalisasikan melalui mitos-mitos yang ditebar ke berbagai

pranata sosial. Dalam kerangka tersebut maka perempuan kemudian diposisikan

sebagai jenis kelamin kedua (The Second Sex) dalam struktur masyarakat.

Akibatnya, perempuan tidak dapat memiliki kebebasan dan identitas kediriannya

(14)

2

demikian ini, pola relasi kaum laki-laki dan perempuan menjadi tak ramah lagi

((Rosemarie, 2004:262).

Kaum perempuan identik dengan peran domestik dan kurang berperan

dalam sektor ekonomi dan publik, Pandangan inilah yang sering dianggap sebagai

bias gender dan menimbulkan ketidakadilan. Fenomena sekarang ini

memperlihatkan bahwa kaum perempuan sudah mulai keluar rumah untuk bekerja

seperti halnya kaum laki-laki. Fenomena ini semakin jelas ketika kaum

perempuan terlibat dalam berbagai sektor ekonomi. Dengan demikian, peran

perempuan dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga tidak dapat dipandang

remeh. Kemajuan zaman saat ini telah diiringi dengan berkembangnya informasi

dan tingkat kemampuan intelektual manusia. Bersama itu peran perempuan dalam

kehidupan pun terus berubah untuk menjawab tantangan zaman, tak terkecuali

mengenai peran perempuan dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Biasanya, tulang punggung kehidupan keluarga adalah pria atau suami. Tapi kini

para perempuan banyak yang berperan aktif untuk mendukung ekonomi keluarga.

Perempuan tidak sekedar berada dalam wilayah domestik, tetapi juga banyak

mempunyai peran dalam keluarga.

Menurut konsep ibuisme (Suryakusuma, 1996) kemandirian perempuan

tidak dapat dilepaskan dari perannya sebagai ibu dan istri, perempuan dianggap

sebagai makhluk sosial dan budaya yang utuh apabila telah memainkan kedua

peran tersebut dengan baik. Seperti halnya seorang ibu yang memilih untuk

berkarier atau bekerja pastilah mempunyai peran ganda, seperti seorang ibu yang

(15)

3

pedagang selain menjadi guru untuk anak-anaknya, melayani suami sebagaimana

tugas seorang istri, juga berperan dalam menopang kehidupan ekonomi

keluarganya dengan begitu, seorang ibu dituntut untuk dapat menjaga

keseimbangan antara pekerjaannya di dunia publik dan domestik agar tidak terjadi

ketimpangan dalam keluarga.

Selain itu keterbatasan perempuan dalam mengakses peluang kerja yang

ada, tidak terlepas dari pengaruh budaya patriarki yang berlaku secara universal.

Budaya patriarki adalah budaya yang menempatkan laki-laki pada kedudukan dan

peran yang lebih penting serta dominan dalam menentukan segala keinginan dan

keputusan terutama menyangkut kebebasan perempuan terjun kedalam dunia

publik. Terjunnya mereka ke dunia publik menyebabkan mereka harus

merampungkan pekerjaan domestik terlebih dahulu sebelum mereka terjun ke

sektor publik. Dengan demikian keterlibatan perempuan dalam dunia publik akan

memperberat tugas-tugas perempuan, sehingga perempuan sering memikul beban

ganda bahkan triple roles.

Pada sektor publik, umumnya peluang kerja yang ada dapat dikelompokkan

menjadi dua yakni sektor formal dan sektor informal. Pada sektor informal setiap

orang dapat masuk dan berkecimpung didalamnya, karena bidang ini tidak terlalu

banyak menuntut persyaratan. Ciri dari sektor informal antara lain, sektor ini

sangat mudah dimasuki karena tidak memerlukan keterampilan yang tinggi,

bersandar pada sumber daya lokal, bergerak dalam lingkup operasi sekala kecil,

dan berbentuk usaha sendiri sehingga mudah diatur sesuai dengan kondisi yang

(16)

4

Untuk itulah penelitian ini menarik untuk dikaji secara mendalam karena, hasil

pengamatan awal peneliti, di Depok Jawa Barat. Khususnya di Pasar Kemiri

Muka memperlihatkan perempuan sebagian besar pedagang yang melakukan

aktifitas perdagangan mempunyai beban ganda double burden (salah satu jenis

kelamin bekerja jauh lebih banyak dibandingkan dengan jenis kelamin lainnya )

sering mengalami ketimpangan gender akibat dari adanya struktur sosial, dimana

salah satu jenis kelamin ( laki-laki maupun perempuan) menjadi korban.

Hal ini terjadi karena adanya keyakinan dan pembenaran yang ditanamkan

melalui sosialisasi dalam beragam bentuk di dalam keluarga, sekolah, peer group

dan lainnya. Walaupun dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak dialami oleh

perempuan, namun sosialisasi yang dilalui seringkali bias gender sehingga

perempuan berada pada sisi subordinasi (Sasongko, 2008:10). Kenyataan

menunjukan bahwa perempuan pedagang sebagai bagian dari komunitas sektor

informal memegang peranan penting dalam perekonomian, baik dalam skala

makro maupun mikro (Rumah tangga). Pendapatan mereka cukup signifikan

dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka mulai dari pemenuhan biaya

pendidikan, kebutuhan sehari-hari, kesehatan, sampai pembelian kekayaan

lainnnya. Perempuan pedagang dapat dikatakan sebagai kunci dari mata rantai

perdagangan di sektor pasar (Ester, 1984:115).

Kota Depok merupakan Kota dengan taraf ekonomi yang sedang

berkembang, dengan masyarakatnya yang memiliki berbagai macam pola mata

pencaharian selain penduduknya bekerja di sektor formal mereka juga bekerja di

(17)

5

bekerja di sektor informal. Perdagangan pakaian di kawasan Depok khususnya

pasar Kemiri Muka termasuk kedalam usaha kecil menengah (UKM), dimana

UKM memegang peranan penting dalam ekonomi negara dan daerah khususnya

daerah Depok Jawa Barat. Usaha kecil menengah menjadi salah satu alternatif

lapangan kerja baru, dan berperan dalam mengurangi tingkat kemiskinan dan

mendorong pertumbuhan ekonomi. UMKM di Indonesia merupakan sektor usaha

yang populasinya dua kali lipat dari Malaysia, dan penyumbang pendapatan

terbesar dalam sektor Ekonomi. Sektor usaha mikro, kecil, dan menengah

(UMKM) mengkontribusi 53 persen dari produk domestik bruto (PDB) tahun

2009. Ini angka yang sangat signifikan. Wajar bila sektor UMKM disebut-sebut

paling penting dalam menggerakan perekonomian nasional. Pada tahun 2013 saja

populasi UMKM nasional mencapai 51,26 juta unit atau 99 persen dari seluruh

unit usaha yang ada di tanah air (BPS Kota Depok: 2013). Keberadaannya dapat

memberikan kontribusi pemasukan daerah sebesar 60 persen selama beberapa

tahun terakhir di kota Depok sendiri, laju pertumbuhannya semakin meningkat 20

persen sepanjang tahun 2007-2011, menurut data UMKM dan Dinas Pasar ini

mampu berinvestasi antara 5juta-200juta pertahun (Data Indag kota Depok: 2011).

Pekerja perempuan merupakan penyumbang pendapatan terbesar dalam

sektor UMKM, Menurut artikel yang ditulis oleh Arum Setyowati pada tahun

2010,yang berjudul “Perempuan Sebagai Tonggak Perekonomian Suatu Negara”.

Tercatat bahwa ada 46 juta usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), diketahui

bahwa 60 persen pengelolanya dilakukan oleh perempuan, mereka dianggap

(18)

6

depan pendidikan anak-anak mereka, namun sampai saat ini masalah UMKM

perempuan belum bisa berkembang maksimal karena waktu mereka terbatas

untuk mengembangkan usaha mereka, dimana mereka harus tetap bekerja

mengurus rumah selain itu juga mereka harus memenuhi kebutuhan rumah

tangga.

Penelitian ini dilakukan di Pasar Kemiri Muka Depok karena dari enam

Pasar tradisisonal yang ada di Kota Depok hanya Pasar Kemiri Muka saja yang

kurang mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kota Depok, karena posisi Pasar

tersebut berdampingan dengan Mall-Mall yang ada di Kota Depok yakni, Mall

Depok dan ITC Depok. Berdasarkan penjelasan di atas, maka studi perempuan

pedagang pakaian di Pasar Kemiri Muka Depok perlu dilakukan.

B. Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan dalam studi ini adalah :

1. Motivasi apa yang mendorong perempuan dalam bekerja sebagai pedagang

pakaian?

2. Bagaimana peran ganda perempuan di dalam keluarga dan di tempat bekerja?

3. Dampak apa yang dialami sebagai pedagang pakaian dalam melaksanakan

peran ganda yang dimilikinya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dan manfaat penelitian ini adalah:

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyan penelitian, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

(19)

7

b. Untuk menjelaskan peran perempuan dalam keluarga dan tempat bekerja.

c. Untuk menjelaskan dampak apa saja yang dialami perempuan pedagang

pakaian dalam menjalankan peran ganda yang dimilikinya.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat di peroleh dari skripsi adalah:

a. Manfaat akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya teori tentang peran ganda

perempuan, serta dapat menjadi bahan bacaan dan sekaligus sebagai

literatur untuk penelitian selanjutnya.

b. Manfaat praktis

Menjadi masukan dan evaluasi bagi institusi pemerintahan Kota

Depok, untuk memberikan perhatian khusus dan program-program untuk

mendukung peranan pedagang perempuan, khusunya di sektor ekonomi.

D. Tinjauan Pustaka

Kajian yang terkait dengan peran ganda perempuan yang bekerja bukanlah

hal yang baru, karena banyak dilakukan penelitian sebelumnya terkait dengan hal

itu, termasuk diantaranya adalah:

Pertama Tesis yang berjudul “Pergulatan Tukang Suun Pasar Badung Kota

Denpasar: Sebuah Kajian Kebudayaan.” Yang ditulis oleh Ni Ketut Purwati pada

program magister kajian budaya, Universitas Udayana tahun 201l. Penelitian ini

fokus kepada masalah bagaimana pergulatan perempuan tukang suun Pasar

Badung Kota Denpasar pada sektor domestik dan publik, faktor-faktor apa saja

(20)

8

serta bagaimana makna pergulatan perempuan tukang suun pasar Badung kota

Denpasar. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data melalui

observasi, wawancara, dan dokumentasi. Informan di tetapkan secara purposive,

analisis data secara deskriptif kualitatif, dan interpretative. Sedangkan teori yang

digunakan untuk mengkaji permasalahan tersebut adalah teori feminis pasca

strukturalis, teori motivasi, teori perubahan sosial, ketiga teori ini digunakan

secara eklektik. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa pergulatan perempuan

tukang suun pasar Bandung kota Denpasar berupa upaya yang ditempuh

perempuan dalam merekonstruksi diri yakni mengatur diri dan keluarga agar

kegiatan domestik dan publik tidak terganggu. Faktor pendorong perempuan

bekerja sebagai tukang suun adalah faktor ekonomi, status sosial, etos kerja dan

tingkat pendidikan yang rendah.

Makna yang diperoleh menekuni pekerjaan sebagai tukang suun adalah

keterlibatannya dalam sektor publik memberi sumbangan ekonomi sehingga

mampu mengangkat kesejahteraan keluarganya, penghasilan yang diperoleh

merupakan sumber pribadi yang secara psikologis dapat menumbuhkan rasa aman

dan nyaman, percaya diri untuk berani mangambil keputusan yang berkaitan

dengan kehidupan keluarga, diri pribadi dan juga untuk kepentingan sosial seperti

menyama braya. Juga keterlibatannya di sektor publik dapat dijadikan ajang

rekreasi untuk melepas rasa penat dan jenuh dalam urusan rumah tangga.

Penelitian kedua yang dilakukan oleh UNRI, atau Universitas Riau dengan

judul “Peranan Perempuan Dalam Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga.”

(21)

9

ini adalah bagaimana peran perempuan pedagang ikan di kecamatan Kampar

dalam peningkatan pendapat keluarga serta faktor apa saja yang menyebabkan

mereka berdagang ikan di pasar. Metode yang digunakan adalah penelitian sensus

atau survey dengan sampel 32 orang pedagang, pengumpulan data dilakukan

dengan metode observasi dan wawancara berdasarkan pada metode pengumpulan

data maka penulis dapat mengklasifikasikan data primer dan data sekunder,

sedangkan dalam menganalisa data peneliti menggunakan metode deskriptif

terhadap kasus yang ada. Dari hasil penelitian yang dilakukan adalah hubungan

yang terjadi antara laki-laki dan perempuan, baik di rumah tangga maupun di

masyarakat telah di konstruk oleh nilai-nilai agama dan sosial budaya yang telah

dipegang oleh masyarakat. Kaum perempuan sering dipandang sebagai kelompok

yang sering dirugikan dan dieksploitasi serta kaum laki-laki dianggap sebagai

kelompok yang paling berhak di sektor publik dan sebagai kepala keluarga.

Penelitian yang Ketiga artikel penelitian Departemen Pendidikan Nasional,

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang yang berjudul “Peran Ganda

Perempuan Dalam Keluarga Nelayan.” Pada tahun 2007. Fokus penelitian ini

adalah untuk mengetahui bagaimana peran ganda perempuan keluarga nelayan di

desa sendang kucing, serta mengetahui dampak pergeseran perempuan keluarga

nelayan di desa sendang kucing. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif,

menggunakan teori nature dan teori peran Robert Linton. Dari hasil penelitian

ditemukan bahwa begitu banyak peran yang dilakukan oleh perempuan

menandakan bahwa perempuan telah mengalami beban ganda, selain itu seiring

(22)

10

sehingga dampak pergeseran yang terjadi terhadap perempuan karena faktor

ekonomi, serta kondisi keluarga yang mendukung mereka untuk bekerja, selain itu

faktor kemiskinan mendorong perempuan untuk mengambil alih tanggung jawab

keluarga.

Penelitian keempat yang dilakukan oleh Ken Widyawati SE dan Mahfudz

SS, yang berjudul “Pengaruh Konflik Peran Ganda Sebagai Ibu Rumah Tangga

Dan Pekerja Terahadap Tingkat Stress Perempuan Karir”, Pada tahun 2003,

fakultas sastra Universitas Diponegoro. Fokus penelitian ini secara umum adalah

untuk menganalisis pengaruh konflik peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan

pekerja (baik konflik peran yang berasal dari dalam diri sendiri, keluarga maupun

lingkungan kerja) terhadap tingkat stress yang bersumber dari faktor intirinsik di

pekerjaan yang dialami perempuan karir. Metode yang digunakan adalah metode

kuantitatif dengan menggunakan teknik purposive sampling, sumber data utama

adalah data primer yang pengumpulan datanya melalui kuisioner, data diolah

menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan analisis regresi linier

berganda, Adapun teori yang dipakai adalah Teori Konflik.

Hasil analisis menunjukan bahwa hampir seluruh suami responden (95%)

mendukung istri mereka untuk bekerja/berkarir dengan berbagai alasan. Antara

lain untuk membantu suami mencari nafkah, untuk bersosialisasi dan menambah

wawasan, serta keinginan berprestasi dan sebagainya. Sedangkan bila perempuan

yang menjadi responden dihadapkan pada dua pilihan yaitu, memilih keluarga

atau karir ternyata (72%) memilih keluarga. Hasil analisis regresi berganda

(23)

11

diri perempuan karir dan konflik peran yang bersumber dari lingkungan kerja

secara signifikan berpengaruh terhadap tingkat stress yang bersumber dari faktor

intirinsik pekerjaan, sementara konflik peran yang berasal dari keluarga tidak

berpengaruh. Diduga jenis konflik peran yang terjadi merupakan konflik yang

sifatnya fungsional.

Penelitian yang kelima adalah tesis yang dibuat oleh Marny P Nanjan, yang

berjudul “Kegiatan perempuan dalam usaha skala kecil: perempuan penjual beras

di kota Madya Salatiga” (Marry, 2003:10). Fokus penelitian tesis ini adalah

mencari kiat apa yang dilakukan oleh perempuan pedagang beras yang

dikategorikan berhasil, belum berhasil, dan mennuju berhasil, dalam usaha

dagangnya dan dalam memainkan perannya di dalam rumah tangga serta berperan

ganda dalam keberhasilan usaha para penjual beras, dan kiat-kiat yang dipilih

untuk mengtasi hambatan tersebut. Dan kemungkinan adanya pengaruh peran

istri sebagai penghasil pendapatan terhadap status sosial perempuan penjual beras

yang menjadi informan di dalam rumah tangga.

Metode yang digunakan dalam tesis ini adalah kualitatif, menggunakan

metode survey dan wawancara secara mendalam, teori yang digunakan adalah

teori peran. Temuan penelitian ini menunjukan bahwa pedagang kategori 1

memanfaatkan tenaga kerja dari dalam dan dari luar disiplin dan diberi insentif.

Pedagang kategori 2 hanya memanfaatkan tenaga kerja dari dalam, disiplin tidak

ketat tetapi diberi insentif. Pedagang kategori 3 melakukan hal yang sama dan

tidak diberi insentif. Ketiga kategori di atas sama-sama m emanfaatkan modal

(24)

12

menghentikan sistem ngalap nyaur dengan meminjam dana dari pihak bank. Di

pihak lain pedagang kategori belum berhasil tetap menerapkan tradisi lama karena

posisi mereka lemah, terkecuali seorang informan. Pedagang kategori 1, 2 dan 3

membentuk modal dengan cara menabung di bank (terkecuali 2 orang informan

kategori 3), arisan, membeli tanah dan emas. Membeli perhiasan emas sudah

lazim dilakukan oleh para informan. Hal tersebut tampaknya tidak jauh dengan

sifat-sifat perempuan yang tidak dapat melepaskan diri dari kebutuhan berhias

khususnya pada saat hajatan, maupun sebagai lambang status.

Dari beberapa penelitian di atas dengan penelitian ini fokus penelitiannya

sama yaitu sama-sama meneliti tentang peran ganda perempuan, namun dengan

teori yang berbeda, subjek penelitian ini adalah pedagang pakaian kaki lima. Bila

penelitian sebelumnya menggunakan teori Feminis pasca strukturalis, teori

motivasi, teori perubahan sosial, teori peran, teori konflik dan teori nature.

Penelitian ini menggunakan teori kerangka analisis gender Moser dan feminis

liberal untuk melihat lebih jelas beban ganda yang dimilki oleh perempuan

pedagang pakaian. Peran ganda yang dimaksud disini adalah perempuan yang

memiliki beban lebih daripada laki-laki, karena dia bekerja di ruang publik dan

domestik (Fakih, 1996:22).

E. Kerangka Teoretis 1. Analisis Gender Moser

Adalah kerangka analisis gender yang dikembangkan oleh Caroline

Mosser didasarkan pada konsep peran gender dan kebutuhan gender, dan

(25)

13

pembangunan. Analisis Moser bertujuan untuk meningkatkan emansipasi

perempuan dari posisi mereka yang subordinat, dan untuk mencapai kesamaan,

dan kesetaraan gender, dan pemberdayaan perempuan (Moser, 1993:15).

Upaya-upaya ini berbeda antara satu konteks dengan konteks lainnya

tergantung pada seberapa besar status perempuan (sebagai kategori kelompok

yang tersubordinasi) dari laki-laki (sebagai sebuah kategori). Analisis ini masih

melihat laki-laki dan perempuan sebagai kelompok yang terpisah. Moser

melihat bahwa masih kentalnya budaya stereotype yang menekankan bahwa

(Moser, 1993:15):

1) Rumah tangga terdiri dari keluarga inti dari suami, istri dan dua

atau tiga anak

2) Bahwa fungsi rumah tangga sebagai unit sosial-ekonomi di mana ada

kontrol yang sama atas sumber daya dan kekuatan pengambilan keputusan

antara semua anggota dewasa dalam hal mempengaruhi kehidupan rumah

tangga.

3) Bahwa dalam rumah tangga ada pembagian kerja yang jelas berdasarkan

jenis kelamin. Suami sebagai 'pencari nafkah', terutama terlibat dalam

pekerjaan produktif di luar rumah, sementara perempuan sebagai ibu

rumah tangga dan 'ibu' mengambil tanggung jawab penuh untuk pekerjaan

reproduksi dan domestik terlibat dalam organisasi rumah tangga .(Moser,

1993:27):

(26)

14

Pertama, kerja reproduksi di mana pekerjaan ini berada dalam ranah

domestik meliputi pemeliharaan rumah tangga dan anggotanya (termasuk

melahirkan, pengasuhan anak, pemeliharaan kesehatan keluarga ), mengerjakan

pekerjaan rumah tangga ( memasak, berbelanja, membersihkan rumah). Kedua,

kerja reproduktif pekerjaan yang sifatnya berada di luar rumah seperti produksi

barang jasa dan perdagangan, pekerjaan ini lebih di hargai dibandingkan kerja

reproduktif, fungsi tanggung jawab dan upah laki-laki dan perempuan

seringkali berbeda, perempuan seringkali dilihat dan dinilai dibandingkan

laki-laki. Ketiga, kerja sosial/komunitas biasanya bersifat perayaan-perayaan dan

upacara-upacara (agama,budaya), kegiatan dalam pekerjaan sosial biasanya

perempuan terlibat dalam pekerjaan reproduktif yang sifatnya komunitas atau

sosial seperti memasak dalam pesta atau selamatan tetangga dimana pekerjaan

ini tidak dibayar dan bersifat sukarela, sedangkan kegiatan politik komunitas

secara dijalankan oleh laki-laki yang berkaitan dengan organisasi politik

formal, umumnya dibayar, bermanfaat secara tidak langsung berkaitan dengan

peningkatan status kekuasaan( Moser, 1993:29-35). .

Kerangka Moser dapat membantu dalam menganalisa peran ganda yang

dilakukan oleh perempuan yang bekerja sebagai pedagang pakaian di pasar

tradisonal. Pertama, dimana perempuan berada pada posisi strata bawah, dan

mereka dianggap sebagai pekerja pelengkap karena posisi pencari nafkah yang

utama adalah suami sebagai kepala keluarga, Moser menawarkan analisanya

untuk mencapai persamaan antara peran perempuan dan laki-laki di ranah

(27)

15

pembangunan ekonomi. Kedua, kerangka analisis gender Moser dapat

menemukan akar permasalahan yang melatarbelakangi masalah beban kerja

perempuan secara mendalam, yang dapat dilihat dari peran lipat ganda.

2. Feminis Liberal

Merupakan aliran feminis paling awal yang akar sejarahnya dapat ditarik

hingga abad ke-18. Sejak kemunculannya hingga sekarang ini, pemikiran

feminis liberal tidaklah statis tetapi sebaliknya mereka memiliki banyak

perubahan pemikiran dari abad ke abad sesuai dengan tuntutan dan

perkembangan masyarakatnya. Para feminis melihat bahwa subordinasi

perempuan dalam lembaga dan praktik bersifat struktural. Subordinasi

struktural ini disebut sebagai patriarki bersama dengan makna-makna

tuntutannya tentang keluarga yang dipimpin laki-laki, penguasaan dan

superioritas. Perubahan politik feminis terjadi ketika kaum feminis

menunjukkan teori-teori mereka untuk menerangkan otonomi perempuan

yakni, hak perempuan untuk politik, sosial, ekonomi, dan penentuan diri secara

intelektual (Bhasin, 2002:295). Terdapat berbagai macam teori atau aliran

feminis meliputi, Feminis Liberal, Feminis Radikal, Feminis Marxis, Feminis

sosialis, Feminis kultural, serta Feminis Pasca Strukturalis. Teori Feminis

muncul dari gerakan “Wages Of House Work” pada permulaan era 1970 di

Inggris dan Italia.

Feminisme liberal mengakui adanya institusi perkawinan, namun

ketimpangan gender masih sangat kuat terjadi di dalam keluarga. Hal itu

(28)

16

perempuan. Pada umumnya perempuan memiliki peranan yang lebih banyak

dan lebih besar di ranah domestik. Untuk mengatasi permasalahan tersebut

feminisme liberal menawarkan sebuah solusi yang bersifat interpersonal yakni

dengan cara mengajak suami untuk berkontribusi di dalam ranah domestik

tersebut. Dan ketika melibatkan suami dalam ranah domestik maka hal itu akan

sangat berpeluang bagi istri agar bisa berkarir di ranah publik ( Ida dan

Hermawati, 2009:59-61). Dewasa ini masyarakat beranggapan bahwa

perempuan tidak mampu menjalankan perannya di ranah public dengan adanya

keterbatasan intelektualitas dan keterbatasan fisik jika dibanding dengan para

kaum laki-laki. Berangkat dari hal tersebut sehingga menyudutkan kaum

perempuan pada ranah domestik, namun pada dasarnnya para pemerhati

feminis liberal tidak sependapat akan hal itu, dan mereka berusaha

memposisikan kaum perempuan agar setara dengan para laki-laki khususnya di

ranah domestik. Dan para kaum liberalis ini menolak adanya “status quo”

khususnya dominasi suami dalam keluarga, dan mendorong perempuan untuk

bekerja di luar rumah ( Ida dan Hermawati, 2009: 54-55).

Berdasarkan penjelasan di atas teori ini digunakan untuk membahas

bagaimana peran atau kedudukan perempuan didalam keluarga ataupun di

ruang publik, akibat ketimpangan gender yang masih kuat terjadi dalam

keluarga, melahirkan pembagian kerja yang tidak berimbang antara laki-laki

dan perempuan sehingga peranan perempuan ditempatkan di posisi bawah,

Meskipun jam kerja perempuan di ranah publik ataupun di domestik jauh lebih

(29)

17 F. Metodologi Penelitian

Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan peneliti untuk

mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan.

1. Pendekatan penelitian

Adapun pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan

kualitatif, penelitian dengan menggunakan kualitatif sebagai prosuder

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2009:4-5). Disamping itu

penelitian ini menekankan pada persoalan kedalaman data bukan banyaknya

data tersebut karena untuk melihat pengalaman beban ganda perempuan secara

lebih dalam dan mengungkap keberagaman beban ganda yang dialami

perempuan pedagang pakaian di Pasar Kemiri Muka.

2. Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah case study atau biasanya

disebut “studi kasus” yakni metode penelitian yang menggunakan analisis

mendalam, yang dilakukan secara lengkap dan teliti terhadap seorang individu,

keluarga, kelompok, lembaga, unit sosial lain (Pollit dan Hungler 1999). Dalam

penelitian ini peneliti menggunakan case study karena peneliti hanya fokus

pada satu subjek penelitian yaitu perempuan yang bekerja sebagai pedagang

(30)

18 3. Subjek penelitian

Subjek utama penelitian ini adalah 13 orang, dengan kriteria penelitian

yakni 10 perempuan pedagang pakaian yang sedang dalam ikatan pernikahan

dan memiliki anak usia antara 2-17 tahun, serta 3 orang yang merupakan suami

dari pedagang pakaian yang diteliti.

Tabel. II.A.1 Data Informan

No Nama Usia Latar Belakang

Pendidikan Etnis

1. EV 40 SMP Minangkabau

2. AH 25 SMP Betawi

3. EY 43 SMP Minangkabau

4. NH 38 SMP Betawi

5. MR 32 SD Betawi

6. NI 45 SMP Betawi

7. EN 35 SMA Minangkabau

8. LR 28 SMA Minangkabau

9. ED 35 SMA Minangkabau

10. RD 40 SD Betawi

11. HR 30 SMA Minangkabau

12. SJ 45 SMP Minangkabau

13. JW 38 SMA Minangkabau

Sumber : Data informan

a. Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dimulai pada bulan September 2013 sampai dengan

Desember 2013. Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini diantaranya

adalah Dinas Pasar Kota Depok, UPT Pasar Kemiri Muka, Pasar Kemiri

Muka Kota Depok.

4. Jenis Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan

(31)

19

2009:157). Berdasarkan hal itu, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi data primer dan data sekunder. Data primer, yaitu data yang diperoleh

dari penelitian yang langsung dari sumber asli. Data primer yang dimaksud

adalah data yang dikumpulkan melalui metode wawancara dan pengamatan

langsung.

Saat wawancara peneliti menggunakan rekaman handphone untuk

merekam langsung data dari informan. Selain itu, peneliti juga menggunakan

teknik pencatatan lapangan saat wawancara. Maksudnya peneliti mencatat

langsung data para informan saat wawancara. Semua data tersebut kemudian

peneliti tuliskan kembali dalam bentuk transkrip yang kemudian peneliti

tabulasi dengan melihat poin-poin penting yang mendukung untuk analisis

hasil penelian. Data sekunder, merupakan data yang peneliti peroleh secara

tidak langsung. Peneliti menggunakan teknik kepustakaan, yaitu mempelajari

buku-buku, artikel, skripsi,tesis, serta data-data dari internet yang berhubungan

dengan penelitian.

5. Teknik pengumpulan data

Untuk tekhnik pengumpulan data, peneliti menggunakan:

a. Observasi Partisipan

Adalah pengumpulan data melalui observasi terhadap objek

pengamatan yang diamati secara langsung dan hidup bersama dalam

sirkulasi kehidupan objek. Dalam observasi ini, peneliti melakukan

pencatatan dan pengamatan di lapangan secara mendalam terhadap kegiatan

(32)

20

mendapatkan data yang akurat peneliti berinteraksi langsung dengan

pedagang pakaian untuk mendapatkan data yang diinginkan, dengan cara

melakukan wawancara secara mendalam serta ikut terjun kedalam kegiatan

objek yang diteliti yakni pedagang pakaian.

b. Wawancara

Adalah upaya mendapatkan keterangan dengan cara tanya jawab

langsung. Dalam wawancara ini peneliti melakukan wawancara berkali-kali

dan membutuhkan waktu yang lebih lama bersama informan. Selama proses

wawancara, peneliti berusaha mencari informasi secara rinci dengan

menggunakan berbagai pertanyaan yang tertera dalam pedoman wawancara.

6. Analisis Data

Setelah hasil penelitian dapat diperoleh, diolah, maka langkah

selanjutnya adalah menganalisanya. Maksudnya adalah penulis menganalisa

persoalan-persoalan apa saja yang terjadi selama penelitian dan adakah hasil

penelitian sesuai dengan permasalahan yang diangkat, sehingga menjadi data

(33)

21 G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas

empat bab. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN Membahas Pernyataan Masalah, Pertanyaan Penelitian, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode

Penelitian, Kerangka Teori, serta Sistematika Penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM Membahas gambaran umum lokasi penelitian yakni kota Depok dan Pasar Kemiri Muka Depok, Jawa Barat.

BAB III ANALISIS DATA Merupakan bentuk pembahasan dari Hasil Analisa tentang peran sganda perempuan miskin pedagang pakaian di wilayah

Depok Jawa Barat.

(34)

22 BAB II

GAMBARAN UMUM A. Profil Kota Depok

1. Letak Geografis Kota Depok

Letak Kota Depok sangat strategis, diapit oleh Kota Jakarta dan Kota

Bogor. Hal ini menyebabkan Kota Depok semakin tumbuh dengan pesat

seiring dengan meningkatnya perkembangan jaringan transportasi yang

tersinkronisasi secara regional dengan kota-kota lainnya. Pada Tahun 2009 luas

wilayah kota Depok (KM2) 200,29 , jumlah penduduk laki-laki 780.092 jiwa,

jumlah penduduk perempuan 723.585 jiwa, jumlah kelahiran bayi 300 jiwa.

Perbatasan Kota Depok sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat

dan Dki Jakarta, sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Parung dan

Kecamatan Gunung Sindur Kab. Bogor, sebelah Timur berbatasan dengan

Kecamatan Pondok Gede Kota Bekasi dan Kecamatan Gunung Putri

Kabupaten Bogor, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cibinong dan

Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor.

Kondisi geografisnya dialiri oleh sungai-sungai besar yaitu Sungai

Ciliwung dan Cisadane serta 13 sub Satuan Wilayah Aliran Sungai. Disamping

itu terdapat pula 25 situ. Data luas situ pada tahun 2005 sebesar 169,68 Ha,

dengan kualitas air rata-rata buruk akibat tercemar. Kondisi topografi berupa

dataran rendah bergelombang dengan kemiringan lereng yang landai

(35)

23

antara beberapa sungai yang mengalir dari selatan menuju utara: Kali Angke,

Sungai Ciliwung, Sungai Pesanggrahan dan Kali Cikeas.

Kota Depok sendiri ditetapkan sebagai daerah otonom berdasarkan

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya

Daerah Tingkat II Depok tanggal 20 April 1999. Kota Depok diresmikan pada

tanggal 27 April 1999. Secara administratif, Pemerintah Kota Depok

membawahi 11 (sebelas) kecamatan. Adapun kecamatan-kecamatan dimaksud

antara lain meliputi : Kecamatan Beji,Kecamatan Pancoran Mas,Kecamatan

Cipayung, Kecamatan Sukmajaya, Kecamatan Cilodong, Kecamatan Limo,

Kecamatan Cinere, Kecamatan Cimanggis, Kecamatan Tapos, Kecamatan

Sawangan, Kecamatan Bojongsari (Dokumen Kota Depok).

2. Kondisi Demografi Kota Depok

Sebagai Kota yang berbatasan langsung dengan Ibu kota Negara, Kota

Depok menghadapi berbagai permasalahan perkotaan, termasuk masalah

kependudukan. Sebagai daerah penyangga Kota Jakarta, Kota Depok

mendapatkan tekanan migrasi penduduk yang cukup tinggi sebagai akibat dari

meningkatnya jumlah kawasan permukiman, pendidikan, perdagangan dan

jasa. Berdasarkan data sensus Badan pusat Statistik Kota Depok, total

penduduk Kota Depok tahun 2010 mencapai 1.736.565 jiwa. Dari jumlah

tersebut, 879.325 orang adalah laki-laki dan 857.240 perempuan.

Penduduk Kota Depok yang tergolong angkatan kerja sebanyak 815.062

jiwa, sedangkan penduduk yang bukan angkatan kerja sebanyak 474.990 jiwa

(36)

24

dari penduduk yang bekerja di sektor informal yakni (perdagangan, rumah

makan, dan jasa akomodasi) status pekerjaan masih didominasi

buruh/karyawan/pegawai sebanyak 62.67 persen kemudian berusaha sendiri

20,35 persen termasuk kedalam UMKM (BPS Kota Depok: 2010). Namun

3. Kondisi Sosial Ekonomi Kota Depok

Adanya kondisi sosial budaya Kota Depok yang saat ini sudah mengarah

pada budaya metropolis yang multi etnis dan dari berbagai tingkat

intelektualitas, namun masih dalam ikatan satu homogenitas agama tanpa

mengucilkan agama minoritas. Di masa depan, kondisi sosial budaya yang ada

akan terus berkembang dan ikatan homogenitas agama akan masih ada dengan

kadar yang berbeda. Kondisi ekonomi Kota Depok berdasarkan data yang

diperoleh dari survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2011 hingga 2012

silam, Depok kini tercatat sebagai kota dengan perekonomian tertinggi di Jawa

Barat. Pasalnya, kota Depok telah mengalami kenaikan di bidang ekonomi

hingga 6,58 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya

(37)

25

Itulah sebabnya, Pemerintah Kota Depok berani menegaskan bahwa

Depok telah menjadi kota jasa dan perdagangan terbesar di Jawa Barat,

mengingat sektor ekonomi Depok paling tinggi dibandingkan kota-kota lain

yang terdapat di provinsi tersebut. Bahkan, Depok pun semakin gencar

melakukan aksi penambahan produk di bidang ekonomi. Hal ini bertujuan agar

kota Depok bisa lebih meningkatkan pertumbuhan secara signifikan di sektor

perekonomian. Perlu diketahui, jalannya usaha pembangunan itu sendiri

memang tak pernah lepas dari peran berbagai sektor tersier seperti perdagangan

jasa, properti, konstruksi, industri, dan hotel, dan restoran. Selain itu,

Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Depok diprediksi juga akan meningkat

sebanyak 50 persen atau senilai dengan Rp 300 miliar per tahun.

4. Gambaran Lokasi Pasar Kemiri Muka Kota Depok

Pasar Kemiri Muka Kota Depok dibangun pada tahun 1987 oleh

pemerintah Kabupaten Daerah tingkat II Bogor dan bekerjasama dengan PT

Petamburan Jaya Raya Jakarta. Terletak di Jl. Arif Rahman Hakim, Beji Kota

Depok. Pasar ini berdiri di atas lahan seluas 2,6 Ha dan luas bangunan 1,2 Ha

dengan rincian pembangunan sebagai berikut : Kios : 524 unit, Los : 480 unit,

Lahan parkir Timur dan Barat Dan fasilitas lainnya termasuk Musholah satu

unit. Kios, Los dan Awuning yang dibangun oleh PT. Petam,buran Jaya Raya

diperjualbelikan kepada para pedagang melalui Koperasi Pasar Bina Karya

dengan memberi Uang Muka 20 persen dari total harga kios, los, awuning dan

(38)

26

Pedagang Pasar Muka yang ada sampai saaat ini sebagian besar adalah

pindahan dari pasar Dewi Sartika atau Pasar Lama yang mana pada saat itu

Pemerintah Kota Depok menghimbau agar para pedagang yang ada di Pasar

Lama untuk segera pindah ke pasar Kemiri Muka Kota Depok karena lahan

pasar Lama akan digunakan untuk di jadikan sarana Taman Rekreasi Kota

Depok. Pasar Kemiri Muka belum dilengkapi oleh dengan sarana/prasarana

yang lengkap termasuk jalan masuk pasar yang mana sampai saat ini juga

belum ada yang memadai ( masih lintas Mall Depok ). Umur pasar sudah 24

tahun semenjak pembangunan tahun 1987.

Sejalan dengan perkembangan jaman dan kebutuhan masyarakat,

pemerintah pusat mengeluarkan UU No. 15 tahun 1999, tanggal 27 April

tentang pembentukan kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya

Daerah Tingkat II Cilegon, maka pengelolaan Pasar Kemiri Muka yang berada

dalam wilayah administrasi Kota Depok Provinsi Jawa Barat diserahkan

kepada pemerintah kotmadya Depok oleh pemerintah kabupaten Bogor, dan

sejak saat itulah pengelolaan, pemanfaatan dan pendayagunaan aset pasar

Kemiri Muka berdasarkan HGB No. 68 Desa Pasar Kemiri Muka yang terletak

di Kelurahan Kemiri Muka Kecamatan Beji menjadi hak dan wewenang

pemerintah Kota Depok dan segala permasalahan yang ada termasuk proses

(39)

27

Tabel.II.A.3. Data pasar Kemiri Muka Kota Depok

Luas tanah 2.6 Ha

Luas bangunan 1,2 Ha

Jumlah Blok 6 Blok yaitu : a,b,c,d,e,f

Status kepemilikan Status Quo

Di bangun pada tahun 1987

Jumlah Kios

0-5 dan 6-10 524

Buka 0-5 dan 6-10 280

Tutup 0-5 dan 6-10 244

Jumlah Los 480

Buka 115

Tutup 365

Jumlah Lemparakan 672 Buka: 421

Tutup: 251

Jumlah Radius 160

Jumlah Pedagang 976 Orang

Jumlah Pedagang Pakaian 35 Orang

(40)

28 BAB III

TEMUAN DAN ANALISIS

Pada bab ini, penulis akan menjelaskan dan menggambarkan sisi kehidupan

pedagang perempuan mulai dari kehidupan keluarga mereka sampai pada pola

hubungan kerja yang secara tidak langsung memberikan mereka strategi dalam

menjaga statusnya sebagai seorang ibu rumah tangga. Sehingga pada tulisan ini,

penulis menekankan pada gambaran kehidupan dan pandangan mereka tentang

dunia kerja yang digeluti, faktor pendorong mereka bekerja sebagai pedagang

perempuan, peran mereka dalam keluarga serta dunia publik, dan dampak yang

dialami sebagai pedagang pakaian dalam melaksanakan peran ganda mereka.

A.Motivasi Yang Mendorong Perempuan Bekerja Sebagai Pedagang Pakaian Di Pasar Tradisional Kemiri Muka Depok.

Feminis liberal menyatakan sebagaimana diungkapkan di muka,

fenomena di masyarakat beranggapan bahwa perempuan tidak mampu

menjalankan perannya di ranah publik dengan adanya keterbatasan

intelektualitas dan keterbatasan fisik jika dibanding dengan para kaum

laki-laki. Selain itu posisi perempuan di lingkungan publik tidak muncul atas

kesadaran dirinya sendiri. Pandangan ini di tolak oleh feminis liberal karena

tidak sesuai dengan realitas yang ada ( Ida dan Herawati, 2013:53). Bagi

feminis liberal perempuan memiliki kemampuan rasionalitas yang sama

dengan laki-laki. Hal ini dapat dilihat pada motivasi yang mendorong seorang

perempuan untuk bekerja. Kebanyakan dari mereka bekerja karena atas dasar

(41)

29

akan dijelaskan mengenai motivasi yang mendorong perempuan untuk bekerja

yaitu:

1. Membantu Pendapatan Suami

Secara sederhana, pemenuhan kebutuhan hidup merupakan hal yang

sulit dilakukan oleh manusia. Jika apa yang mereka hasilkan dari pekerjaan

mereka tidak sesuai dengan besarnya kebutuhan yang ingin dipenuhi,

kenyataan yang penuh dengan perjuangan hidup memberikan pandangan

tersendiri bagi mereka tentang apa yang mereka kerjakan. Selain itu, faktor

ekonomi merupakan salah satu motivasi yang kuat mengapa perempuan

bekerja sebagai pedagang pakaian. Motivasi berarti dorongan yang timbul

pada diri seseorang secara sadar untuk melakukan sikap dengan tujuan

tertentu. Begitu pula dengan kegiatan perempuan sebagai pedagang pakaian,

segala aktivitas yang dilakukannya selalu didasari oleh beberapa motif yang

mendorong mereka melakukan aktivitas tersebut. Secara konseptual

motivasi berkaitan erat dengan prestasi atau hasil yang dicapai (Partanto,

1994:120) orang yang memiliki motivasi tinggi dalam bekerja umumnya

akan memperoleh prestasi kerja yang lebih baik, begitu pula sebaliknya.

Kondisi tersebut nampak jelas pada sosok pedagang perempuan yang

rela bekerja keras meski pendapatan mereka kurang menentu. EV (40

Tahun) sebagai pedagang pakaian anak-anak menjelaskan kepada peneliti:

(42)

30

Dari pernyataan informan di atas, penulis dapat gambarkan bahwa apa

yang mereka kerjakan karena dorongan ekonomi untuk memenuhi

kebutuhan hidup. Karena berdasarkan pernyataan informan suami yang

selama ini mencari nafkah untuk keluarga. Penghasilannya tidak mencukupi

untuk kebutuhan mereka sehari-sehari. Hal yang sama juga diungkapkan

oleh informan NH (38 Tahun) kepada peneliti:

“Untuk bantu-bantu perekonomian keluarga kalau mengandalkan suami pendapatannya tidak cukup saya harus ikut putar otak juga untuk tambah penghasilan, saya memilih untuk berdagang di sini (Pasar Kemiri Muka) soalnya disini sewanya masih murah sewa kiosnya. Soalnya belum mampu beli kios kadang,penghasilan

perbulan yang juga masih belum cukup” (wawancara 03 Desember 2013).

2. Menjadi Tulang Punggung Ekonomi Keluarga

Tidak sedikit perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga,

untuk dapat menghasilkan penghasilan bagi keluarganya, seperti yang

dialami oleh ED (35 Tahun) ia menuturkan dalam sebuah wawancara:

“Bekerja sebagai pedagang pakaian saya lakukan karena mengantikan peran suami saya untuk mencari nafkah bagi keluarga saya, karena suami saya baru saja berhenti dari pekerjaannya. Semua penghasilan didapat untuk menghidupi keluarga” (wawancara 12 Desember 2013).

Senada dengan ungkapan di atas, NI (45 Tahun) mengungkapkan

alasannya bekerja:

(43)

31

Perempuan bekerja karena pencari nafkah utama tidak mampu lagi

untuk bekerja, sehingga mereka menggantikan peran suami. Dalam konteks

ini menambah pendapatan keluarga serta menjadi pencari nafkah utama

pengganti suaminya, adalah bentuk kesadaran informan akan kebutuhan

keluarganya. Mereka bekerja karena ada “rasa sadar” akan tanggung

jawabnya yang ditandai dengan “andilnya” dalam menggeluti dunia kerja

(Mudzhar, 2001:34). Dalam penelitiannya mengatakan bahwa perempuan

bekerja hanya beralasan ekonomi, di mana mereka berupaya menambah

penghasilan suami relatif kecil atau istri mempunyai kemampuan untuk

bekerja dan memiliki waktu untuk usaha tersebut.

3. Kemandirian

Selain untuk memenuhi kebutuhan hidup, alasan lain mengapa

perempuan bekerja adalah “kemandirian” sebagian dari mereka

beranggapan bahwa perempuan berhak untuk mandiri dalam memenuhi

kebutuhan hidup pribadi mereka, seperti yang dijelaskan informan MR (32

Tahun) kepada peneliti:

“Saya minta modal sama suami untuk jualan pakaian, karena tidak mau bergantung pada penghasilan suami, karena dari kecil saya sudah terbiasa berdagang ikut orang tua” (wawancara 10 Desember 2013).

Pernyataan informan di atas menggambarkan tentang kebiasaan

informan yang dari kecil sudah terbiasa dengan hidup mandiri dan tidak

bergantung dengan orang lain, karena sudah terbiasa dari kecil mencari uang

dengan membantu orangtuanya di pasar, selain itu sikap tidak ingin

(44)

32

membuka usaha berdagang pakaian sendiri. Hal yang sama juga

diungkapkan oleh informan EV (40 Tahun) dalam wawancara:

“Sekarang kan sudah jamannya modern, jadi perempuan berhak untuk untuk bekerja maunya sih usahanya lancar, siapa tau berkembang dan bisa maju karena pendapatan suami sebagai satpam rasanya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan serta biaya pendidikan anak” (wawancara 03 Desember 2013).

Perempuan juga berhak untuk bekerja mandiri serta bisa diandalkan

dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Terlebih pendapatan suami yang

hanya bekerja sebagai satpam sebuah pabrik, tidak cukup untuk memenuhi

kehidupan keluarga. Selain itu yang dikerjakan olehnya adalah bentuk

partisipasinya dalam keluarga untuk menambah pendapatan suami serta

untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anaknya. Begitu pula dengan

pernyataan LR 28 (Tahun) kepada peneliti:

“Dagang pakaian salah satunya untuk memenuhi kebutuhan saya pribadi, seperti beli alat make up, pakaian, arisan pokoknya kebutuhan wanita jadi lebih enak beli kebutuhan sendiri tanpa minta sama suami ” (wawancara 04 Desember 2013).

4. Mengisi Waktu Luang

Ada beberapa faktor lain yang mendorong perempuan bekerja. Di

antaranya adalah pekerjaan ini cukup mudah untuk dikerjakan dan

pendapatan yang didapat bisa membantu perekonomian keluarga, selain itu

pekerjaan menjadi pedagang pakaian terhitung santai sehingga mereka

masih bisa melakukan pekerjaan yang lain seperti pekerjaan rumah terlebih

dahulu. Seperti penuturan informan MR 32 (Tahun) kepada peneliti:

(45)

33

kecil-kecilan selain itu juga untuk mengisi waktu luang daripada di rumah tapi tidak menghasilkan uang” (wawancara 10 Desember 2013).

Sama dengan hal ini, mereka perempuan pedagang pekerja hanya

untuk mencari tambahan penghasilan dimana aturan-aturan santai dan tidak

mengikat mereka yang membuatnya memilih profesi pedagang pakaian

sebagai pekerjaan yang cocok bagi mereka, selanjutnya dijelaskan oleh EN

(35 Tahun) kepada peneliti:

“Saya juga untuk mencari kesibukan, berdagang pakaian sendiri enak bisa atur waktu jadi kerjaan rumah kepegang sendiri biar capek juga, selain itu di pasar tradisional tidak selalu ramai seperti mall pada umumnya dan sampai malam harus jaga tokonya” (wawancara 27 November 2013).

Pernyataan diatas menjelaskan bahwa selain faktor ekonomi, ia

berdagang untuk mengisi waktu luang dan pekerjaan yang dipilih termasuk

santai dan mudah dikerjakan selain itu pekerjaan rumah yang dikerjakan

sendiri pun bisa dikerjakan setelah berjualan ataupun sebelum berangkat ke

pasar.

5. Meningkatkan Status Sosial

Selain itu faktor yang mendorong perempuan untuk bekerja adalah

untuk meningkatkan status sosial. Masyarakat sebagai suatu sistem sosial

selalu mencerminkan konsep-konsep tindakan sosial, pola interaksi, sturktur

sosial dan nilai-nilai atau norma-norma yang kesemuanya terintegrasi

kedalam satu sistem kekeluarga mengatur pelaksanaan perkawinan

reproduksi). Sistem ini sangat bervariasi dari masyarakat yang satu dengan

(46)

34

prinsip-prinsip keturunan. Umumnya dikenal tiga prinsip keturunan yang

berlaku dalam masyarakat, yaitu patrilineal, matrilineal dan bilineal

(Sanderson, 2004:45).

Pada masyarakat, sistem kekerabatan yang kebanyakan dianut adalah

sistem kekerabatan patrilineal, di mana pada sistem ini laki-laki menempati

posisi yang lebih tinggi dan secara hukum adat sebagai pewaris harta

kekayaan keluarga, sedangkan perempuan pada posisi yang lebih rendah

dan tidak berstatus sebagai pewaris harta keluarga. Perempuan hanya

mempunyai hak sebagai pemakai hak harta orang tua atau suaminya.

Meskipun hampir sebagian besar informan perempuan pedagang pakaian

mengikuti sistem matrilineal, yakni garis kekerabatan dimana perempuan

statusnya lebih tinggi daripada laki-laki. Nyatanya kebanyakan mereka tidak

terlalu berpengaruh dengan garis kekerabatan matrilineal seperti pernyataan

EN (35 Tahun):

“Saya asalnya padang suami juga dari padang, tapi di keluarga saya gak berlaku sistem matrilineal kayagitu tetep aja suami di atas kedudukannya istri dibawah, keluarga juga gitu karena sudah lama tinggal di Depok jadi tidak terlalu mengikuti adat yang ada malah kebawa-bawa kebiasaan orang sini. Saya bekerja karena memang ingin bukan karena paksaan dari siapapun lagipula jika saya bekerja saya jadi punya penghasilan seperti suami saya dan saya jadi terlihat sama dengan perempuan yang bekerja menjadi pegawai ” (wawancara 27 November 2013).

Dari pernyataan informan dapat ditarik kesimpulan bahwa saat ini,

adat dan garis keturunan tidak begitu dianggap penting, karena konstruk

sosial yang ada di masyarakat bahwa laki-laki tetap memegang kekuasaan

(47)

35

berusaha mencari penghasilan sendiri sehingga mereka terjun ke dunia

publik (mencari nafkah).

Terjunnya perempuan ke ranah publik akan memungkinkan

perempuan memperoleh sumber daya pribadi, berupa penghasilan yang

nantinya dapat merubah posisinya dalam keluarga. Sebagai seorang

perempuan yang pada mulanya dipandang hanya bisa meminta belas

kasihan dari suami menjadi bergeser, dan ini juga secara sosial akan

merubah pandangan individu di sekitarnya. Perempuan akan dipandang

lebih berarti, jika tidak bergantung sepenuhnya secara ekonomi pada suami.

Keterlibatan perempuan ke dunia nafkah, tidak berarti mereka dapat

melepaskan segala kewajiban pada sektor domestik dan kegiatan domestik

pada dasarnya sangat mempengaruhi pengambilan keputusan perempuan

bekerja (Sanderson, 2000:75). Kondisi ini menyebabkan perempuan dalam

memilih pekerjaan akan memadukan antara kerja nafkah dengan kerja

rumah tangga. Konstruksi sosial yang menempatkan perempuan dalam

struktur subordinat dalam berbagai kegiatan, telah menjadi penghalang

utama bagi perempuan untuk memperoleh kesempatan yang lebih baik.

Wilayah perempuan yang berkisar sekitar tugas-tugas rumah tangga

seringkali tidak dihargai atau dianggap tidak bernilai ekonomi. Tugas rumah

tangga bagi perempuan merupakan suatu titah, perempuan adalah ratu

rumah tangga (Budiman dalam Abdullah, 1997:151). Keadaan ini

(48)

36

Paradigma ini memotivasi perempuan untuk bekerja, dengan bekerja

mereka akan memperoleh penghasilan sendiri dengaan demikian mereka

akan mampu merubah status sosialnya menjadi lebih tinggi dibandingkan

mereka yang tidak bekerja atau mencari nafkah, karena itulah mereka

merasa terdorong untuk menekuni pekerjaan yang menghasilkan uang.

Mereka tidak mau hidupnya hanya berkutat disekitar dapur, seperti

penuturan LR (28 Tahun):

“Saya bekerja agar tidak dianggap sebelah mata oleh suami, walaupun kebutuhan keluarga sudah ditanggung oleh suami saya” (wawancara 04 Desember 2013).

Penuturan yang sama diucapkan oleh EV (40 Tahun):

“Sekarang kan zamannya sudah modern, jadi menurut saya perempuan berhak untuk bekerja, soalnya kebanyakan di daerah rumah saya kebanyakan para istri hanya jadi ibu rumah tangga dan hanya mengandalkan pendapatan suami, karena kebanyakan ibu-ibu yang seumur saya hanya tamatan SD, mereka bingung mau kerja apa saya tidak ingin dicap seperti itu meskipun saya hanya lulusan SMP” (wawancara 03 Desember 2013).

Apa yang diungkapkan oleh Ibu LR dan EV di atas, merupakan salah

satu model perjuangan perempuan untuk keluar dari sektor domestik.

Perempuan merasa tidak tenang jika hanya tinggal di lingkungan tempat

tinggalnya, mereka lebih senang keluar rumah dan bertemu dengan

teman-teman seprofesi di pasar (Abdullah, 2001:143).

Salah satu jenis pekerjaan tersebut adalah sebagai pedagang pakaian.

Bagi mereka bekerja sebagai pedagang pakaian dapat dilakukan setelah

(49)

37

seluruh responden menyatakan faktor inilah yang menjadi salah satu alasan

mereka memilih pekerjaan sebagai pedagang pakaian.

6. Faktor lainnya ( kenyamanan, alasan kedaerahan, pasar yang tergolong

murah untuk sewa kios, informasi usaha perdagangan).

Penjelasan pada faktor ini, wawancara dilakukan oleh empat orang

informan yang memiliki jawaban berbeda-beda, tentang alasan mereka

bekerja menjadi pedagang pakaian. Berikut adalah data wawancara dari para

informan, yang pertama adalah informan EV (40 Tahun):

“Mulai berdagang sejak tahun 2000, sudah 13 tahun selain itu saya sudah nyaman berdagang, karena merasa lebih pandai berjualan pakaian” (wawancara dilakukan pada tanggal 03 Desember 2013).

Menurut informan EV alasan dia bekerja adalah karena informan

merasa sudah nyaman dengan bekerja sebagai pedagang pakaian sehingga

informan tidak berani untuk berspekulasi untuk mencari pekerjaan lainnya.

Hal yang berbeda diungkapkan oleh AH (25 Tahun) dan EY (43 (Tahun)

alasan mereka selain ekonomi adalah karena faktor dari daerah mana

mereka berasal mempengaruhi mereka berdagang pakaian berikut penuturan

informan kepada peneliti:

“Karena biasanya rata-rata orang padang berjualan pakaian, selain itu jualan baju selalu banyak model baru tidak seperti lainnya, apalagi sayuran yang memang ada waktu busuknya kalau pakaian kan tidak” (wawancara 27 November 2013).

Penuturan yang sama disampaikan oleh informan EY (43 Tahun)

kepada peneliti:

(50)

38

masing-masing daerah mempunyai keahlian

masing-masing”(wawancara 03 Desember 2013).

Banyaknya perempuan yang bekerja karena tuntutan dan dorongan

ekonomi serta untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk tetap

melanjutkan hidup, dirasakan oleh beberapa perempuan yang bekerja

dengan pendapatan yang pas-pasan menuntut mereka memilih tempat

berdagang yang sesuai dengan pendapatan mereka, informan NH (38

Tahun) menjelaskan kepada peneliti:

“Saya memilih berdagang disini (Pasar Kemiri Muka) soalnya disini sewanya masih kiosnya masih murah, saya belum mampu membeli lapak karena penghasilan perbulan saya masih belum cukup” (wawancara dilakukan pada tanggal 03 Desember 2013).

Tidak dipungkiri bahwa apa yang menjadi standar hidup seseorang

adalah, bagaimana kebutuhan itu terpenuhi dan hasil yang didapatkan dari

pekerjaan mereka dapat ditabung atau digunakan untuk hari esok.

Selanjutnya RD (40 Tahun) menjelaskan kepada peneliti alasan dia bekerja

sebagai pedagang pakaian di Pasar Kemiri Muka, berikut penuturannya:

“Awalnya ditawari oleh saudara dari suami dipinjami modal untuk

berdagang, pelan-pelan diajari caranya berdagang karena

kebanyakan saudara suami sebagian berjualan pakaian dan berhasil” (wawancara 11 Desember 2013).

Informasi akan usaha perdagangan merupakan faktor pendorong RD

untuk terjun dalam usaha yang digelutinya, selain dorongan akan

pemenuhan kebutuhan yang lebih kompleks. Pengalaman akan keberhasilan

lingkungan keluarga merupakan pelajaran baginya yang mendorongnya

(51)

39

informan tertarik menggeluti usaha perdagangan adalah karena tertarik

dengan keberhasilan saudaranya dengan bekerja sebagai pedagang pakaian,

sehingga ia berusaha untuk bekerja dan berharap berhasil seperti

saudaranya.

Tabel.II.A.4. Tabel Alasan Perempuan Bekerja Sebagai Pedagang Pakaian

No

Keterangan faktor Sumber: Hasil wawancara 2013.

Dari penjelasan tabel di atas, maka hal yang dapat ditarik adalah yang

mendasari perempuan bekerja sebagian besar adalah faktor ekonomi. Hal ini

dikarenakan keadaan yang memaksa mereka untuk bekerja. Temuan di atas

mendukung teori feminis liberal yang menyatakan tentang pilihan

rasionalitas, di mana mereka bekerja atas dasar pilihan mereka sendiri dan

didorong pemikiran secara rasional seperti mereka bekerja (Ida dan

Hermawati, 2013:53). Mereka tidak ingin dipandang sebelah mata oleh

suami mereka. Mereka berpikir bagaimana caranya untuk membantu

(52)

40

tulang punggung ekonomi keluarga. Motivasi yang mendorong mereka

bekerja membuktikan bahwa, seorang perempuan yang digambarkan

sebagai sosok yang lemah, emosional, sensitif, dan kurang akal dianggap

pas untuk berada di ranah domestik itu ternyata tidak benar. feminisme

liberal menyatakan bahwa perempuan harus bisa keluar dari ruang domestik

dengan melakukan perubahan, indikator perubahan pada perempuan dapat

diukur bila perempuan memiliki otonomi diri sendiri. Sehingga, dia mampu

menentukan dirinya sendiri, bukan menjadi alat dan media untuk

kesenangan orang lain, karena perempuan harus menjadi agen rasional yang

mempunyai kemampuan dan kehendak sendiri (Ida dan Hermawati,

2013:54). Oleh karena itu mereka berusaha untuk keluar dari ranah

domestik, karena adanya kesadaran gender yang timbul dari dalam diri

mereka.

B.Beban Ganda Perempuan Dalam Ranah Domestik, Publik Dan Sosial. Perempuan mengalami beban ganda yang lebih banyak jika

dibandingkan dengan laki-laki. Hal tersebut dikarenakan adanya budaya

patriarki dalam masyarakat yang menempatkan laki-laki pada posisi yang

lebih tinggi, sehingga beban pekerjaan rumah tangga senantiasa disematkan

kepada kaum perempuan. Menurut Moser (Moser, 1993:27) untuk

mengetahui beban ganda perempuan, maka harus melihat triple roles yang

meliputi peran reproduktif, peran produktif, dan peran sosial. Dari kacamata

triple roles tersebut dapat membantu dalam menganalisa mengenai

Gambar

Tabel. II.A.1. Data Informan…………………………………………………… 18
Tabel. II.A.1  Data Informan
GAMBARAN UMUM
Tabel.II.A.2.Kondisi Demografi Kota Depok
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian golongan senyawa metabolit sekunder pada ekstrak etanol biji buah A.integer (Thunb) Merr)

Meanwhile, the regression model with independent variables of current ratio, debt equity ratio, total assets turnover, return on investment, sales growth, and price earnings ratio

Untuk kepentingan penjelasan pada setiap pertanyaan, pengguna dapat melihat penjelasannya pada kotak bantuan (sebelah kiri)6. Setelah selesai melakukan pengisian, lanjutkan

[r]

Pada sistem file sharing melalui memalui konsep input data pengguna yang mana data pengguna adalah sebagi yang upload file tersebut, langkah pertama pengguna

Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis

Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya tekanan darah tinggi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh ukuran penampang penghantar (konduktor) pada rancangan suatu saluran udara dari jaringan distribusi tegangan