• Tidak ada hasil yang ditemukan

Suplementasi Tanaman Herbal Yang Mengandung Komponen Bioaktif Terhadap Fermentasi Rumen (Kajian In Vitro)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Suplementasi Tanaman Herbal Yang Mengandung Komponen Bioaktif Terhadap Fermentasi Rumen (Kajian In Vitro)"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

SUPLEMENTASI TANAMAN HERBAL YANG MENGANDUNG

KOMPONEN BIOAKTIF TERHADAP FERMENTASI RUMEN

(KAJIAN

IN VITRO

)

MUHAMMAD ICHSAN ALMAI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Suplementasi Tanaman Herbal yang Mengandung Komponen Bioaktif Terhadap Fermentasi Rumen (Kajian In vitro) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016

Muhammad Ichsan Almai

(4)

RINGKASAN

MUHAMMAD ICHSAN ALMAI. Suplementasi Tanaman Herbal yang Mengandung Komponen Bioaktif terhadap Fermentasi Rumen (Kajian In vitro). Dibimbing oleh ERIKA BUDIARTI LACONI, DIDID DIAPARI dan ANURAGA JAYANEGARA.

Sektor peternakan terutama ruminansia, memainkan peran penting pada peningkatan emisi gas metana yang berkontribusi terhadap pemanasan global serta bentuk representasi dari sejumlah kehilangan energi ternak. Salah satu pendekatan untuk meminimalkan emisi gas metana pada ternak ruminansia adalah melalui strategi pemberian pakan. Tanaman herbal memiliki senyawa bioaktif yang mampu menurunkan populasi protozoa, meningkatkan populasi bakteri rumen dan dapat menurunkan gas metan.

Penelitian ini menggunakan teknik percobaan fermentasi in vitro. Media yang digunakan adalah larutan buffer bikarbonat + cairan rumen yang dimasukkan kedalam tabung fermentor dan diinkubasi pada shaker water bath bersuhu 39-41°C selama 72 jam. Cairan rumen diambil dari sapi peranakan FH berfistula. Penelitian terdiri dari dua tahap. Tahap 1 merupakan screening terhadap tujuh tanaman herbal yang dirancang menggunakan rancangan acak kelompok dengan tujuh perlakuan dan tiga ulangan.

Kriteria screening dilihat dari tanaman herbal yang mampu menghasilkan produksi gas tinggi dan populasi protozoa yang rendah. Tahap 2 menguji tiga tanaman herbal berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengujian tahap 1 menggunakan rancangan acak kelompok dengan delapan perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan penelitian ini adalah T1: limbah kelapa sawit (100%), T2: limbah kelapa sawit (70%) + pasak bumi (30%), T3: limbah kelapa sawit (70%) + cola (30%), T4: limbah kelapa sawit (70%) + galinggang (30%), T5: limbah kelapa sawit (70%) + pasak bumi (15%) + cola (15%), T6: limbah kelapa sawit (70%) + pasak bumi (15%) + galinggang (15%), T7: limbah kelapa sawit (70%) + cola (15%) + galinggang (15%) dan T8: limbah kelapa sawit (70%) + pasak bumi (10%) + cola (10%) + galinggang ( 10%).

Tahap 1 screening menunjukkan dari tujuh tanaman herbal ada tiga tanaman herbal yang dapat meningkatkan produksi gas serta memiliki populasi protozoa yang rendah yaitu Eurycoma longifolia (pasak bumi), Cola acuminata (cola) dan

Cassia alata (galinggang). Tahap 2 penelitian menunjukkan bahwa pemberian tanaman herbal nyata meningkatkan KCBK, KCBO, NH3, VFA parsial, potensi produksi gas total serta menurunkan emisi gas metan dibandingkan kontrol (P<0.05).

Simpulan dari penelitian ini penggunaan pasak bumi, cola dan galinggang efektif meningkatkan produksi gas total, persentase KCBK dan KCBO sehingga lebih mudah terdegradasi serta mampu menurunkan emisi gas metan pada fermentasi rumen jika dibandingkan dengan perlakuan pakan kontrol.

(5)

SUMMARY

MUHAMMAD ICHSAN ALMAI. Supplementation of Herb Plants Containing Bioactive Components Againts Rumen Fermentation on Study In Vitro. Supervised by ERIKA BUDIARTI LACONI, DIDID DIAPARI and ANURAGA JAYANEGARA.

Ruminant livestock sector plays an important role in the increase of methane emissions that contribute to global warming and other forms of representation of a number of energy loss of livestock. One approach to minimize the emission of methane in ruminant livestock is through feeding strategies. Herbs have bioactive compounds that can reduce the population of protozoa, increasing the population of rumen bacteria and can reduce methane gas.

This study used a technique in vitro fermentation experiments. The medium used a solution of bicarbonate buffered rumen fluid + inserted fermentor tube and incubated on a shaker water bath temperature of 39-41 ° C for 72 hours. Rumen fluid was taken from a cow hybrid FH berfistula. The study consisted of two phases. Phase 1 was a screening of the seven herbs that used a randomized block design with seven treatments and three replications.

Criteria for screening was visited from herbal plants that were able to produce high gas production and lower protozoa populations. Phase 2 was testing three herbs based on the results obtained from the testing phase 1 by randomized complete block design with eight treatments and three replications. Treatment of this study were T1: palm oil waste (100%), T2: palm oil waste (70%) + pasak bumi (30%), T3: palm oil waste (70%) + cola (30%), T4: waste palm oil (70%) + galinggang (30%), T5: palm oil waste (70%) + pasak bumi (15%) + cola (15%), T6: palm oil waste (70%) + pasak bumi (15 %) + galinggang (15%), T7: palm oil waste (70%) + cola (15%) + galinggang (15%) and T8: palm oil waste (70%) + pasak bumi (10%) + cola ( 10%) + galinggang (10%).

Stage 1 showed the screening of seven herbs, there were three herbs that could increase the production of gas and has a low population of protozoa namely : Eurycoma longifolia, Cola acuminata and Cassia alata. Phase 2 studies showed that addition of herbal plants significantly increase KCBK, KCBO, NH3, VFA partial, total gas production potential and reduced emissions of methane compared with controls (P <0.05).

The conclusions of this study was the use of Eurycoma longifolia, Cola acuminata and Cassia alata effectively increased total gas production, percentage KCBO KCBK and thus more easily degraded and it was able to reduce methane gas emissions on rumen fermentation when compared to the control treatment on

in vitro study.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

MUHAMMAD ICHSAN ALMAI

SUPLEMENTASI TANAMAN HERBAL YANG MENGANDUNG

KOMPONEN BIOAKTIF TERHADAP FERMENTASI RUMEN

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2015 sampai Maret 2016 ini ialah tanaman herbal, dengan judul Suplementasi Tanaman Herbal yang Mengandung Komponen Bioaktif terhadap Fermentasi Rumen (Kajian In vitro).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Erika Budiarti Laconi, MS, Dr Ir Didid Diapari, MSi dan Dr Anuraga Jayanegara, SPt MSc, yang telah banyak memberi saran. Penghargaan penulis sampaikan juga kepada Bapak Antonius Caniago staf pegawai Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan dana penelitian. Kepada teman-teman mahasiswa prodi INP 2014 serta Gayatri Ayu, Santi, Pak Rudi, Aa Win, Servis, Arief atas segenap bantuan dan kerjasamanya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2016

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis 2

Manfaat Penelitian 2

2 METODE PENELITIAN 2

Waktu dan Lokasi 2

Bahan 2

Alat 2

Metode Penelitian 3

Ternak dan Pakan 8

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Tahap I Screening 10

Tahap II 11

4 SIMPULAN DAN SARAN 16

Simpulan 16

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 17

LAMPIRAN 18

(12)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi nutrien bahan pakan dalam bahan kering 9

2 Susunan dan kandungan nutrien ransum perlakuan 9

3 Senyawa bioaktif daun pasak bumi, cola, dan galinggang 10

4 Total produksi gas dan populasi protozoa 11

5 Rataan persentase KCBK, KCBO, konsentrasi NH3 dan pH pada

perlakuan ransum 13

6 Rataan konsentrasi VFA total dan parsial (asetat, propionat dan

butirat) 14

7 Nilai rata-rata potensi produksi gas dan laju produksi gas per jam 15

8 Rata-rata produksi gas metan dan populasi protozoa 16

DAFTAR GAMBAR

1 Populasi protozoa dan total gas 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Uji ANOVA pengaruh pemberian tanaman herbal terhadap KCBK 19

2 Uji ANOVA pengaruh pemberian tanaman herbal terhadap KCBO 19

3 Uji ANOVA pengaruh pemberian tanaman herbal terhadap NH3 19

4 Uji ANOVA pengaruh pemberian tanaman herbal terhadap pH 19

5 Uji ANOVA pengaruh pemberian tanaman herbal terhadap asetat 20

6 Uji ANOVA pengaruh pemberian tanaman herbal terhadap

propionat 20

7 Uji ANOVA pengaruh pemberian tanaman herbal terhadap butirat 20

8 Uji ANOVA pengaruh pemberian tanaman herbal terhadap VFA

total 20

9 Uji ANOVA pengaruh pemberian tanaman herbal terhadap produksi

gas total 21

10 Uji ANOVA pengaruh pemberian tanaman herbal terhadap laju

produksi gas 21

11 Uji ANOVA pengaruh pemberian tanaman herbal terhadap gas

metan 21

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemanasan global merupakan permasalahan lingkungan utama yang dihadapi oleh manusia khususnya pada abad ini. Akar permasalahan pemanasan global telah diketahui berkaitan dengan sangat tingginya laju akumulasi sejumlah gas rumah kaca pada lapisan atmosfer seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrogen oksida (N2O) dan kloro fluoro karbon (CFC) sebagai akibat dari semakin tingginya intensitas berbagai aktivitas manusia (Thorpe, 2009). Metana merupakan salah satu gas produk fermentasi bahan pakan oleh mikroba rumen pada ternak ruminansia dan merupakan kontributor terbesar kedua setelah CO2 terhadap gas rumah kaca di lapisan atmosfer dan memiliki kemampuan meretensi panas 25 kali lipat lebih besar dari CO2 (Vlaming 2008). Sektor peternakan khususnya ruminansia merupakan salah satu kontributor akumulasi gas metana

anthropogenic (sekitar 28%) (Beauchemin et al. 2008). Selain berdampak pada pemanasan global, emisi gas metana dari ternak ruminansia juga menagkibatkan terjadinya kehilangan energi pakan yang seharusnya dapat digunakan untuk menunjang produktivitas. Jumlah energi yang hilang dari ternak ruminansia sekitar 8-14% dari total energi tercerna (Cottle et al. 2011). Banyak ahli nutrisi ternak berupaya menurunkan produksi metan, karena merasa bertanggung jawab terhadap kontribusi bidang peternakan utamanya ruminansia terhadap pencemaran atmosfer oleh metana.

Salah satu pendekatan meminimalisasi emisi gas metana pada ternak ruminansia adalah melalui strategi pemberian pakan. Hal ini bermanfaat pada jangka panjang untuk mengurangi laju akumulasi gas rumah kaca dan jangka pendek untuk mengurangi kehilangan energi pada ternak ruminansia. Kondisi tersebut membuat para ilmuwan mulai mengintensifkan penelitian pada senyawa-senyawa alami yang terdapat pada tanaman sebagai zat aditif pakan untuk meningkatkan produktivitas ternak (Makkar et al., 2007), termasuk dalam menurunkan produksi metana (Soliva et al., 2008). Alternatif tanaman yang digunakan pada penelitian ini diantaranya adalah Eurycoma longifolia (pasak bumi), Cola acuminata (cola), Cassia alata (galinggang), Cordia obliqua Auct

(kendal), Ceiba pentandra (kapuk), Curcuma longa (kunir) dan Phyllanthus urinaria (meniran). Tanaman herbal diketahui menjadi sumber senyawa bioaktif alami dan telah diteliti memiliki senyawa anti jamur, antimikroba serta antioksidan sehingga dapat memperbaiki kecernaan pakan (Soultos et al., 2009)

Evaluasi degradasi bahan pakan dalam rumen dapat dilaksanakan dengan beberapa metode, salah satunya adalah teknik in vitro. Teknik in vitro merupakan metode pendugaan kecernaan secara tidak langsung yang dilakukan di laboratorium dengan meniru proses pencernaan yang terjadi di dalam saluran pencernaan ruminansia. Metode in vitro memiliki kelebihan yaitu waktu yang lebih singkat, biaya yang lebih murah, dan dapat dikerjakan dengan menggunakan banyak sampel pakan sekaligus, serta bahan pakan yang tidak dapat diberikan secara tunggal pada ternak daya cernanya dapat diteliti dengan metode in vitro

(14)

2

Tujuan Penelitian

Mengevaluasi pengaruh suplementasi tanaman herbal terhadap fermentasi rumen, emisi gas metana, dan populasi protozoa secara in vitro.

Hipotesis

Suplementasi tanaman herbal dan kombinasinya berpengaruh positif terhadap penurunan emisi gas metan, peningkatan karakteristik rumen serta menekan populasi protozoa dalam rumen secara in vitro.

Manfaat Penelitian

Memberikan informasi, rekomendasi dan alternatif tanaman herbal terbaik di dalam ransum komplit dalam rangka mengurangi emisi gas metan, meningkatkan karakteristik fermentasi rumen, serta menurunkan populasi protozoa pada ternak ruminansia secara in vitro.

2

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 sampai dengan Maret 2016. Analisis proksimat, Van Soest dan in vitro dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, IPB dan analisa VFA total dan VFA parsial di Laboratorium Pusat Studi Pangan dan Gizi, Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta.

Bahan

Sumber cairan rumen yang digunakan berasal sapi perah Peranakan Frisian Holstein (FH) berfistula di kandang Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi Bogor, ransum komplit (70% limbah kelapa sawit yaitu bungkil sawit dan kombinasi tanaman herbal (30%), cairan buffer rumen (NaHCO3 0.98 g, Na2HPO4.7H2O 0.7 g, KCl 0.057 g, NaCl 0.0472 g, MgSO4.7H2O 0.012 g, CaCl 0.004 g, and H2O 100 ml) dan gas CO2.

Alat

(15)

3

Metode Penelitian

Tahap I

Screening

Penelitian ini melakukan observasi terhadap 7 tanaman herbal yaitu

Eurycoma longifolia (pasak bumi), Cola acuminata (cola), Cassia alata

(galinggang), Cordia obliqua Auct (kendal), Ceiba pentandra (kapuk), Curcuma longa (kunir) dan Phyllanthus urinaria (meniran). Hasil screening tersebut dipilih 3 tanaman herbal terbaik berdasarkan tanaman herbal yang menghasilkan produksi gas tinggi dan populasi protozoa yang rendah untuk selanjutnya dilakukan penelitian tahap II.

Inkubasi In Vitro

Cairan rumen disaring menggunakan kain penyaring dan dimasukkan kedalam termos untuk kemudian dibawa ke laboratorium. Inkubasi substrat secara

in vitro menggunakan metode yang telah di jelaskan oleh Theoudorou dan Brooks (1994). Substrat sebanyak 0,75 g dimasukkan ke dalam tabung fermentor berukuran 100 ml. Ke dalam tabung tersebut tersebut ditambahkan 75 ml cairan buffer dan rumen yang telah dijenuhkan untuk digunakan sebagai media inkubasi. Campuran antara substrat pakan perlakuan dan ciran buffer rumen dalam botol kemudian ditutup menggunakan penutup karet yang selanjutnya diinkubasikan dalam water bath pada suhu 39-410C selama 72 jam.

Kecepatan dan Total Produksi Gas

Kecepatan produksi gas dan total produksi gas diukur pada jam ke 2, 4, 8,12, 24, 36, 48, 60 dan 72 setelah inkubasi. Pengukuran ini menggunakan syringe

plastik dengan volme 60 ml. Syringe pada bagiannya ujungnya ditusukkan melewati penutup karet ke dalam botol menuju ke bagian ruang dari botol. Gas total yang dihasilkan akan mendorong bagian dalam syring keatas. Setelah gas mendorong syring secara sempurna, dilakukan pencabutan syring dari karet botol. Pembacaan manual pada skala yang terdapat pada syring, nilai total volume gas (ml) diketahui. Kecepatan produksi gas dan total produksi gas akan diestimasi

menggunakan persamaan Orskov’s (Orskov and McDonald, 1979), sebagai

berikut :

(16)

4

yang terdapat dalam counting chamber dengan ketebalan 0.1 mm, luas kotak terkecil 0.0625 mm2 yang terdapat 16 kotak dan jumlah kotak yang dibaca sebanyak 5 kotak. Perhitungan populasi protozoa dilakukan dengan mikroskop pada pembesaran 40 kali.

Populasi protozoa dapat dihitung dengan rumus: Protozoa ml-1 cairan rumen = 1000 x FP x C

0.1 x 0.0625 x 16 x 5 Keterangan

C = Jumlah protozoa terhitung FP = Faktor Pengenceran

0.1 = Ketebalan counting chamber 0.0625 = Luas kotak terkecil

16 = Jumlah kotak terkecil

5 = Jumlah kotak yang dibaca/dilihat

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan untuk tahap I adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK). Percobaan tahap 1 terdiri dari 7 perlakuan menggunakan bahan tunggal 7 tanaman herbal dengan 3 ulangan. Cairan rumen digunakan sebagai ulangan atau kelompok yang dikelompokkan berdasarkan waktu pengambilan yang berbeda. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Excell untuk data analisis proksimat dan Van Soest. Analisis ragam ANOVA untuk analisis in vitro, jika menunjukkan perbedaan yang signifikan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan menggunakan SPSS 16.0. Model analisis ragam pada penelitian ini adalah :

= μ + + +

Keterangan :

: pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

μ : rataan umum

: pengaruh perlakuan ke-i : pengaruh kelompok ke-j

: eror (galat) pada perlakuan ke-i kelompok ke-j

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian tahap I adalah : 1. Total dan kecepatan produksi gas

2. Populasi protozoa Tahap II

(17)

5

informasi kandungan senyawa metabolit sekunder suatu bahan dapat diidentifikasi dengan analisis fitokimia.

Peubah yang diamati pada penelitian tahap II sebagai berikut : 1. Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK) dan Bahan Organik (KCBO) 2. Konsentrasi NH3 (Amonia)

3. pH cairan rumen

4. konsentrasi VFA parsial (asetat, propionat, butirat) 5. Kecepatan produksi gas dan total produksi gas 6. Produksi gas CH4 in vitro

7. Populasi protozoa total Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan untuk tahap II adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK). Percobaan tahap II terdiri dari 8 perlakuan dan 3 ulangan. Cairan rumen digunakan sebagai ulangan atau kelompok yang dikelompokkan berdasarkan waktu pengambilan yang berbeda. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analisis ragam ANOVA. Jika menunjukkan perbedaan yang signifikan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan menggunakan SPSS 16.0. Model analisis ragam pada penelitian ini adalah :

= μ + + +

Keterangan :

: pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

μ : rataan umum

: pengaruh perlakuan ke-i : pengaruh kelompok ke-j

: eror (galat) pada perlakuan ke-i kelompok ke-j

Perlakuan yang dibuat adalah sebagai berikut :  T1 :Pakan Komplit (bungkil sawit)  T2 :T1 + Pasak Bumi (30%)  T3 :T1 + Cola (30%)

 T4 :T1 + Galinggang (30%)

 T5 :T1 + Pasak Bumi (15%) + Cola (15%)  T6 :T1 + Pasak Bumi (15%) + Galinggang (15%)  T7 :T1 + Cola (15%) + Galinggang (15%)

 T8 :T1 + Pasak Bumi (10%) + Cola (10%) + Galinggang (10%)

Analisis Proksimat dan Van Soest

(18)

6

Inkubasi In Vitro

Cairan rumen disaring menggunakan kain penyaring dan dimasukkan kedalam termos untuk kemudian dibawa ke laboratorium. Inkubasi substrat secara

in vitro menggunakan metode yang telah di jelaskan oleh Theoudorou dan Brooks (1994). Substrat sebanyak 0,75 g dimasukkan ke dalam tabung fermentor berukuran 100 ml. Ke dalam botol tersebut ditambahkan 75 ml cairan buffer dan rumen yang telah dijenuhkan untuk digunakan sebagai media inkubasi. Campuran antara substrat pakan perlakuan dan ciran buffer rumen dalam tabung kemudian ditutup menggunakan penutup karet yang selanjutnya diinkubasikan dalam water bath pada suhu 39-410C selama 72 jam.

Pengukuran KCBK dan KCBO

Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK) dan Bahan Organik (KCBO) mengacu pada metode Tilley dan Terry (1963). Tabung fermentor yang telah diisi dengan 0.5 g sampel, ditambahkan 40 mL larutan McDougall. Tabung dimasukkan ke dalam shaker bath dengan suhu 39 °C, kemudian diisi cairan rumen 10 mL, tabung dikocok dengan dialiri CO2 selama 30 detik, dicek pH (6.5– 6.9), kemudian ditutup dengan karet berventilasi, dan difermentasi selama 48 jam. Setelah 48 jam, dibuka tutup karet tabung fermentor, diteteskan 2-3 tetes HgCl2 untuk membunuh mikroba. Tabung fermentor dimasukkan ke dalam sentifugasi kemudian dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 4 ribu rpm selama 10 menit. Substrat akan terpisah menjadi endapan di bagian bawah dan supernatan yang bening berada di bagian atas. Supernatan dibuang dan endapan hasil sentrifugasi pada kecepatan 4 ribu rpm selama 15 menit ditambahkan 50 mL larutan pepsin-HCl 0.2%. Campuran ini lalu diinkubasi kembali selama 48 jam tanpa tutup karet. Sisa pencernaan disaring dengan kertas saring Whatman no. 41 (yang sudah diketahui bobotnya) dengan bantuan pompa vakum. Endapan yang ada di kertas saring dimasukkan ke dalam cawan porselen, setelah itu dimasukkan ke dalam oven 105 °C selama 24 jam. Setelah 24 jam, cawan porselen dan kertas saring dan residu dikeluarkan, dimasukkan ke dalam eksikator dan ditimbang untuk mengetahui kadar bahan keringnya. Selanjutnya bahan dalam cawan dipijarkan atau diabukan dalam tanur listrik selama 6 jam pada suhu 450–600 °C, kemudian ditimbang untuk mengetahui kadar bahan organiknya. Sebagai blanko dipakai residu asal fermentasi tanpa bahan pakan.

% KCBK = BK sampel (g) – BK residu (g) – BK blanko (g) x 100% BK sampel (g)

% KCBO = BO sampel (g) – BO residu (g) – BO blanko (g) x 100% BO sampel (g)

Pengukuran Konsentrasi NH3

Pengukuran konsentrasi NH3 mengikuti prosedur General Laboratory Prosedure (1966) menggunakan teknik Mikrodifusi Conway. Cawan Conway terdiri atas bagian atas cawan dan bagian bawah cawan. Bagian bawah cawan terdiri atas bagian tengah dan bagian tepi, bagian tepi cawan dibagi menjadi dua bagian yang dibatasi dengan sekat.

(19)

7

Kemudian cawan akan ditutup dengan bagian atas cawan. Sebelum ditutup cawan bawah pada bagian tepinya terlebih dahulu diolesi dengan vaselin. Larutan Na2CO3 jenuh dicampur dengan supernatan sehingga gas amonia akan terlepas. Cawan diinkubasikan selama 24 jam hingga warna larutan pada bagian tengah cawan awalnya berwarna merah berubah menjadi warna biru.

Setelah diinkubasi selama 24 jam cawan tersebut akan dibuka, kemudian dilakukan titrasi dengan meneteskan larutan HCL dengan normalitas 0.02 N hingga larutan yang berwarna biru akan berubah menjadi warna merah. Mc dilakukan dengan menggunakan alat Gas Chromatography (General Laboratory Procedures 1966). Sampel VFA parsial yang digunakan adalah hasil proses fermentasi yang diinkubasikan selama 24 jam, kemudian diambil sebanyak 1.5 ml dan ditambahkan ke dalam tabung eppendorf. pH pada tabung tersebut diturunkan hingga pH 3 agar sampel stabil untuk pengukuran gas. Selanjutnya sampel dianalisa dengan cara 0.4 µl diinjeksikan pada Gas Chromatography. Konsentrasi VFA yang diukur dengan menggunakan kromatogram. Konsentrasi VFA sampel dihitung menggunakan rumus: pengukuran cairan rumen dan cairan in vitro, pH meter terlebih dahulu dilakukan kalibrasi dengan menggunakan cairan pH 7.

Kecepatan Produksi Gas dan Total Produksi Gas

Percobaan I dan II kecepatan produksi gas dan total produksi gas diukur pada jam ke 2, 4, 6, 8, 10, 12, 24, 48 dan 72 setelah inkubasi. Pengukuran ini menggunakan syringe plastik dengan volme 60 ml. Syringe pada bagiannya ujungnya ditusukkan melewati penutup karet ke dalam botol menuju ke bagian ruang dari botol tanpa mengenai permukaan cairan yang ada di dalam botol. Gas total yang dihasilkan akan mendorong bagian dalam syringe ke atas. Setelah gas mendorong syringe secara sempurna, dilakukan pencabutan syringe dari karet botol. Melalui pembacaan manual pada skala yang terdapat pada syringe, nilai total volume gas (ml) akan diketahui.

Kecepatan produksi gas dan total produksi gas akan diestimasi

menggunakan persamaan Orskov’s (Orskov dan McDonald 1979). Bentuk

(20)

8

p = b (1-exp-c.t) Keterangan :

p : produksi gas kumulatif pada waktu t jam b : produksi gas maksimum pada t = ∞ (ml) c : kecepatan produksi gas (ml/jam)

t : waktu inkubasi (h) Emisi Gas Metan

Pengukuran emisi gas metan dilakukan pada jam inkubasi yang sama dengan pengukuran total produksi gas. Emisi gas metan diukur dengan metode penjeratan CO2 (CO2 trapping) dengan bahan penjerat yang bersifat alkalis yaitu NaOH. Pengukuran dilakukan setelah pengukuran total gas. Setelah volume total gas diketahui,jarum dilepas. Saluran pada ujung syringe dihubungkan dengan saluran masuk pada larutan NaOH yang berada dalam erlenmeyer.

Setelah terhubung,bagian batang syringe didorong perlahan hingga gas habis. Pada saat gas melalui NaOH, komponen berupa CO2 dijerat oleh NaOH, sedangkan gas metan akan lolos melalui saluran keluar dan masuk kedalam syringe skala 10ml. Volume gas (ml) metan diketahui dengan membaca manual pada skala.

Pengukuran Populasi Protozoa

Perhitungan populasi protozoa dilaksanakan dengan menggunakan metode Ogimoto and Imai (1981). Perhitungan populasi protozoa dilakukan dengan meneteskan sampel (2 tetes) yang telah dicampur dengan larutan garam formalin (TFBS) dengan rasio 1:1 pada counting chamber (haemacytometer). Larutan TFBS dibuat dari campuran formalin 4% ditambah larutan garam NaCl fisiologis 0.9% dalam 100 ml larutan. Protozoa yang dihitung adalah total dari protozoa yang terdapat dalam counting chamber dengan ketebalan 0.1 mm, luas kotak terkecil 0.0625 mm2 yang terdapat 16 kotak dan jumlah kotak yang dibaca sebanyak 5 kotak. Perhitungan populasi protozoa dilakukan dengan mikroskop pada pembesaran 40 kali. Populasi protozoa dapat dihitung dengan rumus:

Protozoa ml-1 cairan rumen = 1000 x FP x C 0.1 x 0.0625 x 16 x 5 Keterangan

C = Jumlah protozoa terhitung FP = Faktor Pengenceran

0.1 = Ketebalan counting chamber 0.0625 = Luas kotak terkecil

16 = Jumlah kotak terkecil

5 = Jumlah kotak yang dibaca/dilihat

Ternak dan Pakan

(21)

9

kelapa sawit dan tanaman herbal dengan rasio 70:30 dengan komposisi nutrien tersaji pada Tabel 1. Susunan ransum penelitian tersaji pada Tabel 2.

Tabel 1. Komposisi nutrien bahan pakan dalam bahan kering

Nutrien Bahan Pakan (%)

Bungkil Sawit Eurycoma longifolia

Cola acuminata

Cassia alata

BK 90.76 90.50 88.01 90.01

Abu 6.611 9.083 6.602 10.466

PK 14.544 8.796 7.954 21.853

LK 6.765 2.166 0.545 3.677

SK 26.157 30.464 6.908 19.031

NDF 61.66 57.38 45.35 41.20

ADF 39.23 45.54 17.75 27.71

Lignin 10.87 td* td* td*

Selulosa 26.25 td* td* td*

Hasil analisa proksimat pada Laboratorium Pusat Antar Univeristas IPB dan Van soest di Laboratorium BALITNAK Ciawi (2016).

Keterangan: td*= tidak diujikan, BK= Bahan Kering, PK= Protein Kasar, LK= Lemak Kasar, SK= Serat Kasar, NDF= Neutral Detergent Fibre, ADF= Acid Detergen Fiber,

Tabel 2. Susunan dan kandungan nutrien ransum perlakuan dalam bahan kering

Perlakuan Nutrien

PK SK LK Abu

T1 14.5 26.2 6.77 6.61

T2 12.8 27.5 5.39 7.35

T3 12.6 20.4 4.63 6.61

T4 16.7 24.0 5.84 7.77

T5 12.7 23.9 5.14 6.98

T6 14.8 25.7 5.61 7.56

T7 14.7 22.2 5.37 7.19

T8 14.1 24.0 5.38 7.25

Keterangan: PK= Protein Kasar, LK= Lemak Kasar, SK= Serat Kasar.

(22)

10

Tabel 3. Senyawa bioaktif daun pasak bumi, cola, dan galinggang

Parameter Eurycoma longifolia Cola acuminata Cassia alata

Flavanoid + + +

Hasil analisa Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka, LPPM – Institut Pertanian Bogor (2016)

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tahap I Screening

Kecepatan Produksi Gas dan Total Produksi Gas

Hasil penelitian menunjukkan produksi gas total antar tanaman herbal berbeda nyata (P<0.05). Tanaman herbal yang memiliki produksi gas total tertinggi terdapat pada cola dan yang terendah terdapat pada tanaman kendal. Populasi Protozoa

Jumlah populasi protozoa pada tahap I menunjukkan adanya perbedaan antara tanaman pasak bumi dengan tanaman lainnya (P<0.05). Jumlah populasi protozoa tanaman herbal pasak bumi paling rendah dibanding tanaman herbal lainnya. Penelitian tahap I ini menyimpulkan bahwa 3 tanaman herbal yang layak untuk diuji pada tahap II dengan mempertimbangkan produksi gas total tertinggi yaitu cola, populasi protozoa terendah yaitu pasak bumi dan mempertimbangkan tanaman herbal yang memiliki nilai rataan produksi gas dan populasi protozoa yaitu galinggang (Tabel 4).

Gambar 1. Populasi protozoa dan total gas

3.00

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00

(23)

11

Tabel 4. Total produksi gas dan populasi protozoa Tanaman Herbal Total Produksi

Huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05)

Tahap II

Tiga tanaman herbal yang telah melalui screening pada tahap I dengan mempertimbangkan produksi gas tertinggi dan populasi protozoa terendah yaitu

Eurycoma longifolia (pasak bumi), Cola acuminata (cola) dan Cassia alata

(galinggang) dilanjutkan ke tahap II.

Koefesien Cerna Bahan Kering (KCBK) dan Bahan Organik (KCBO)

Perlakuan pemberian tanaman herbal dalam ransum nyata meningkatkan KCBK dibandingkan kontrol (P<0.05). Kandungan nutrisi dari tanaman herbal yang digunakan mengandung sumber protein terdegradasi yang tinggi atau protein yang dibutuhkan oleh mikroba rumen sehingga nutrisi tersebut diduga menstimulasi pertumbuhan dan aktifitas mikroba rumen lebih baik untuk mencerna pakan jika dibandingkan dengan perlakuan tanpa penambahan tanaman herbal. Fauvel et al. (2005) melaporkan bahwa suplementasi tanaman herbal berupa bawang dalam ransum mampu meningkatkan nilai KCBK dan KCBO dibandingkan pakan kontrol. Pemberian tanaman galinggang 30% (T4) dan campuran tanaman herbal dengan level 15% tanaman pasak bumi dan cola 15% (T5) (P>0.05) dalam ransum paling tinggi meningkatkan KCBK (Tabel 5).

(24)

12

Peningkatan KCBK berbanding lurus dengan KCBO. Perlakuan pemberian tanaman herbal dalam ransum nyata meningkatkan KCBO (P<0.05).Nilai KCBO antar perlakuan tanaman herbal berbeda nyata (Tabel 5). Nilai KCBO paling tinggi terdapat pada perlakuan T4 yaitu galinggang 30%. Tanaman herbal dapat meningkatkan kecernaan organik dari pakan berserat tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman herbal tidak mengganggu aktivitas mikroba dalam proses fermentasi, sehingga tidak mengganggu kecernaan bahan kering dan organik.

KCBO perlakuan pemberian tanaman herbal dalam ransum pada penelitian ini berkisar 61.61 - 53.18%. Sesuai dengan penelitian Muchlas (2014) yaitu 55.34%±3.09. Hal ini membuktikan bahwa tanaman herbal tidak mengganggu mikroba rumen dalam mencerna bahan organik ransum. Tanaman herbal juga tidak merubah komposisi nutrien ransum yang dapat menyebabkan menurunnya kecernaan nutrien ransum.Hal ini didukung hasil penelitian Fauvel et al. (2005) bahwa suplementasi tanaman herbal berupa bawang mampu meningkatkan nilai KCBK dan KCBO dibandingkan pakan kontrol yaitu 64,1% vs 62% untuk KCBK dan 62,3% vs 59,6% untuk KCBO.

Konsentrasi NH3

NH3 atau amonia merupakan salah satu parameter yang dapat diukur untuk menentukan ketersediaan sumber N dalam rumen. Samakin kecil nilai NH3 menunjukkan sintesis protein mikroba semakin tinggi. NH3 adalah hasil perombakan protein pakan menjadi peptida dan asam amino oleh mikroba rumen dan hidrolisis urea (Perry et al. 2003). Pemberian tanaman herbal dalam ransum meningkatkan produksi NH3 jika dibandingkan dengan ransum kontrol (P<0.05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman herbal mampu meningkatkan aktivitas mikroba dalam degradasi protein di rumen. Kurniawati (2007) mengemukakan bahwa beberapa tanaman herbal di Indonesia seperti pasak bumi dan galinggang mengandung protein mudah terdegradasi yang mampu meningkatkan pertumbuhan mikroba rumen. Meningkatnya protein yang terdegradasi akan meningkatkan produksi NH3 dalam rumen. Rataan NH3 perlakuan tanaman herbal pada penilitian ini berkisar 13-17 mM. Kisaran NH3 penelitian ini sesuai dengan kisaran optimum NH3 dalam rumen antara 85 - 300 mg/l atau 6-21 mM (Mcdonald P 2002).

Hal ini menunjukkan bahwa ransum pemberian tanaman herbal tidak mengganggu aktivitas mikroba rumen. Kandungan NH3 rumen merupakan cerminan dari aktivitas degradasi protein pakan dan endogenous protein oleh mikroba rumen melalui mekanisme keseimbangan N dalam tubuh ternak. Jika pakan defisien protein atau tinggi kandungan protein yang lolos degradasi, maka konsentrasi NH3 rumen akan rendah (lebih rendah dari 50 mg/1 atau 3,57 mM) dan pertumbuhan organisme rumen akan terhambat. Sebaliknya, jika degradasi protein lebih cepat dari pada sintesis protein mikroba maka NH3 akan terakumulasi dan melebihi konsentrasi optimumnya.

Nilai pH Rumen

(25)

13

(Tabel 5). Nilai pH hasil perlakuan adalah 6.73 - 6.78. Nilai pH tersebut masih dalam kondisi normal, menurut Dehority (2005) nilai normal pH rumen adalah 5.4 sampai 7.8. Nilai pH rumen dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kualitas pakan dan proses fermentasi mikroba rumen.

Pemberian tanaman herbal pada pakan dengan persentase 30% tidak mengganggu kondisi lingkungan rumen seperti kondisi normal pH rumen. Nilai pH rumen secara in vitro dengan rata-rata 6.73 - 6.78 masih berada dalam kisaran nilai normal pH rumen. Hal ini membuktikan bahwa penambahan tanaman herbal tidak mengganggu derajat keasaman atau pH rumen sehingga proses fermentasi didalam rumen dapat berjalan dengan optimal.

Tabel 5. Rataan persentase KCBK, KCBO, konsentrasi NH3 dan pH pada perlakuan ransum Huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05)

Keterangan :T1 (100% limbah kelapa sawit), T2 (70% limbah kelapa sawit + 30 % pasak bumi), T3 (70% limbah kelapa sawit + 30 % cola), T4 (70% limbah kelapa sawit + 30 % galinggang), T5 (70% limbah kelapa sawit + 15% pasak bumi + 15% cola), T6 (70% limbah kelapa sawit + 15% pasak bumi + 15% galinggang), T7 (70% limbah kelapa sawit + 15% cola + 15% galinggang), T8 (70% limbah kelapa sawit+ 10% pasak bumi + 10% cola + 10% galinggang)

Konsentrasi VFA Total dan VFA Parsial

VFA atau asam lemak terbang merupakan produk utama fermentasi karbohidrat di dalam rumen yang menjadi sumber energi utama bagi ternak ruminansia. VFA total menunjukkan jumlah pakan yang difermentasikan oleh mikroba rumen. Dijkstra et al. (2005) menyatakan sebagian besar material yang tercerna dalam rumen menghasilkan asam lemak rantai pendek, yang disebut VFA, yang diserap di dinding rumen. Asetat diproduksi dengan jumlah besar, sekitar 20-50 mol/hari, dimana propionat biasanya diproduksi sepertiga dari produksi asetat. Jumlah butirat sekitar 10% dari total seluruh asam yang diproduksi, valerat dan isovalerat masing-masing 1% hingga 2%.

(26)

14

diduga karena lamanya waktu inkubasi yang melebihi waktu optimum kenaikan VFA pada jam ke-4 sampai jam ke-6. Menurut Jayanegara et al. (2006), lamanya waktu inkubasi dapat mengakibatkan semakin sedikitnya ketersediaan bahan pakan yang akan difermentasi oleh mikroba, sehingga berdampak terhadap laju produksi VFA yang semakin berkurang sebagai indikasi menurunnya ketersediaan energi bagi ternak ruminansia.

Tabel 6. Rataan konsentrasi VFA total dan parsial (asetat, propionat dan butirat)

Perlakuan Variabel

Asetat (%) Propionat (%) Butirat (%) VFA total (mM) T1 61.99±3.34 22.26±0.75 15.74±2.63 34.76±7.94 T2 62.61±2.95 22.12±1.39 15.27±2.06 38.19±8.19 T3 62.03±2.82 21.87±0.45 16.10±2.83 36.46±6.95 T4 63.07±2.46 21.61±1.68 15.32±1.76 45.43±13.96 T5 63.43±2.33 21.73±0.77 14.84±2.08 37.82±11.04 T6 63.07±2.30 21.80±0.48 15.13±2.77 35.56±4.27 T7 62.89±1.53 21.62±0.63 15.49±2.01 38.32±4.43 T8 63.18±2.96 21.55±0.58 15.27±2.62 34.28±3.94 Huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05)

Keterangan :T1 (100% limbah kelapa sawit), T2 (70% limbah kelapa sawit + 30 % pasak bumi), T3 (70% limbah kelapa sawit + 30 % cola), T4 (70% limbah kelapa sawit + 30 % galinggang), T5 (70% limbah kelapa sawit + 15% pasak bumi + 15% cola), T6 (70% limbah kelapa sawit + 15% pasak bumi + 15% galinggang), T7 (70% limbah kelapa sawit + 15% cola + 15% galinggang), T8 (70% limbah kelapa sawit+ 10% pasak bumi + 10% cola + 10% galinggang)

Rataan Produksi Gas dan Laju Produksi Gas Per Jam

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh nyata (P<0.05) pemberian tanaman herbal terhadap produksi gas total (Tabel 7). Hasil penelitian ini menunjukkan perlakuan pemberian tanaman herbal yaitu tanaman pasak bumi, cola, galinggang maupun kombinasinya dapat meningkatkan produksi gas total jika dibandingkan dengan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian tanaman herbal dapat meningkatkan aktivitas mikroba dalam rumen. Meningkatkanya aktivitas mikroba dalam rumen akan meningkatkan proses fermentasi nutrien pakan. Proses fermentasi yang meningkat akan menghasilkan produksi gas yang tinggi sebagai hasil proses fermentasi. Pemberian berbagai tanaman herbal dalam ransum berpengaruh nyata pada produksi gas total. Produksi gas total yang tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan T3 yaitu perlakuan tanaman herbal daun cola.

(27)

15

tanaman herbal tidak mengganggu aktivitas mikroba dalam memproduksi gas. Kandungan zat aktif dalam tanaman herbal tidak menghambat pertumbuhan atau aktivitas mikroba rumen.

Tabel 7. Nilai rata-rata potensi produksi gas dan laju produksi gas per jam

Perlakuan Total produksi gas

Rata-rata potensi produksi gas Laju produksi gas per jam

T1 109.04e ± 7.25 0.052 ± 0.003

Huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05)

Keterangan :T1 (100% limbah kelapa sawit), T2 (70% limbah kelapa sawit + 30 % pasak bumi), T3 (70% limbah kelapa sawit + 30 % cola), T4 (70% limbah kelapa sawit + 30 % galinggang), T5 (70% limbah kelapa sawit + 15% pasak bumi + 15% cola), T6 (70% limbah kelapa sawit + 15% pasak bumi + 15% galinggang), T7 (70% limbah kelapa sawit + 15% cola + 15% galinggang), T8 (70% limbah kelapa sawit+ 10% pasak bumi + 10% cola + 10% galinggang)

Emisi Gas Metan

Hasil penelitian menunjukkan pada perlakuan pakan kontrol dengan penambahan salah satu tanaman herbal ataupun penambahan secara kombinasi dari pasak bumi, cola, dan galinggang berpengaruh nyata terhadap penurunan produksi gas metan. Penelitian menunjukkan bahwa penambahan satu maupun kombinasi tanaman herbal nyata (P<0,05) mempengaruhi karakteristik fermentasi rumen (Tabel 8). Tanaman herbal memiliki senyawa saponin, flavonoid, tannin, alkanoid dan fenol (Oluduro 2012). Senyawa-senyawa tersebut dapat menghambat aktivitas pertumbuhan bakteri pathogen seperti bakteri metanogen.

Turunnya bakteri metanogen atau bakteri penghasil metan secara langsung akan menurunkan produksi gas metan (Johnson et al.1995). Konsentrasi gas metan berbeda nyata antar perlakuan penambahan satu ataupun kombinasi tanaman herbal. Hal ini diduga karena perbedaan konsentrasi kandungan senyawa dalam tanaman herbal yang berbeda-beda sehingga kadar zat aktif yang terkandung pada penambahan satu ataupun kombinasi tanaman herbal juga berbeda.

Populasi Protozoa

(28)

16

yang terkandung dalam dinding sel protozoa, sehingga mempengaruhi tegangan permukaan membran sel protozoa.

Hal tersebut mengakibatkan permeabilitas dinding sel meningkat dan akhirnya cairan dari luar sel akan masuk ke dalam sel protozoa. Masuknya cairan dari luar sel mengakibatkan pecahnya dinding sel sehingga protozoa mengalami kematian atau lisis (Hess et al. 2003). Tanin yang terkandung dalam ransum juga diduga dapat menurunkan populasi protozoa. Tanin mengikat protein pakan di dalam rumen yang menyebabkan protozoa kekurangan nutrisi untuk tumbuh serta senyawa tanin dari pasak bumi dan cola yang dapat merusak membran sel protozoa rumen. Kombinasi penambahan kedua senyawa tersebut memberikan pengaruh baik terhadap penurunan populasi protozoa sehingga mikroba rumen bekerja lebih optimal.

Tabel 8. Rata-rata produksi gas metan dan populasi protozoa

Perlakuan ml metan/g BOT Protozoa (Log CFU/ml) T1 133.80e ± 17.72 4.713 ± 0.079

T2 100.39a ± 21.15 4.457 ± 1.016 T3 108.86b ± 19.03 4.504 ± 0.610 T4 104.13bc ± 17.45 4.393 ± 0.525 T5 100.79a ± 13.62 4.179 ± 0.087 T6 115.72c ± 11.59 4.813 ± 0.022 T7 122.08cd ± 16.74 4.399 ± 0.519 T8 125.51d ± 19.29 4.423 ± 0.400 Huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05)

Keterangan :T1 (100% limbah kelapa sawit), T2 (70% limbah kelapa sawit + 30 % pasak bumi), T3 (70% limbah kelapa sawit + 30 % cola), T4 (70% limbah kelapa sawit + 30 % galinggang), T5 (70% limbah kelapa sawit + 15% pasak bumi + 15% cola), T6 (70% limbah kelapa sawit + 15% pasak bumi + 15% galinggang), T7 (70% limbah kelapa sawit + 15% cola + 15% galinggang), T8 (70% limbah kelapa sawit+ 10% pasak bumi + 10% cola + 10% galinggang.

4

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil evaluasi beberapa tanaman herbal baik diberikan secara tunggal maupun kombinasi dengan penggunaan limbah kelapa sawit berupa bungkil sawit level 70%, galinggang level 30% menunjukkan persentase NH3, KCBK dan KCBO yang lebih

(29)

17

Saran

Penambahan tanaman herbal dalam pakan dapat memberikan efek yang baik di dalam rumen. Maka dari itu diperlukan kajian lebih lanjut melalui uji in vivo

pada ternak ruminansia mengenai penambahan tanaman herbal terhadap peubah produksi gas dan kecernaan pakan secara langsung.

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2002. AOAC International methods committee guidelines for validation of qualitative and quantitative food microbiological official methods of analysis. J AOAC Int. 85: 1-5.

Bente AD, Rico-Hesse R. 2006. Model of dengue virus infection. Drug Discov Today Dis Models. 3(1):97-103. doi: 10.1016/j.ddmod. 2006.03.014.

Beauchemin, K.A., M. Kreuzer, F. O’Mara and T.A. Mcallister. 2008. Nutritional management for enteric methane abatement: a review. Australian J. Experimental Agric. 48: 21 – 27.

Cottle, D.J., Nolan, J.V., Wiedemann, S.G., 2011. Ruminant enteric methane mitigation: a review. Anim. Prod. Sci. 51: 491–514.

Dehority BA. 2005. Effect of pH on viability of Entodinium caudatum. Entodonium caudatum and Ophryoscolex purkynjei in vitro. J. Eukaryotic Microbiol. 52:339-342.

Dijkstra, J., J. M. Forbes, and J. France. 2005. Quantitative Aspects of Ruminant Digestion and Metabolism. 2 nd Edition. CABI Publishing. London, United Kingdom.

Fauvel MT, Bousquet M, Moulis A, Gleye CJ, Jensen SR. 2005. Iridoid glycosydes from Avicennia germinans. J. of Phytocemistry 23: 93-97.

General Laboratory Procedures [GLP]. 1966. Report of Dairy Science. Madison (USA): University of Wisconsin

Getachew G, DePeters EJ and Robinson PH. 2004. In Vitro Gas Production Provides Effective Method For Assessing Ruminant Feeds. California Agriculture. 58(1): 54-58.

Harbone JB. 1987. Metode Fitokimia Edisi ke-2. Bandung (ID) : ITB Pr.

Hess HD, Kreuzer M, Diaz TE, Lascano CE, Carulla JE, Soliva CR, Machmuller A. 2003. Saponin rich tropical fruits affect fermentation and methanogenesis in faunated and defaunated rumen fluid. J. Anim Feed Sci and Technol. 109: 79-94.

Jayanegara A, Tjakradidjaja AS, Sutardi T. 2006. Fermentabilitas dan kecernaan in vitro ransum limbah agroindustri yang disuplementasi kromium anorganik dan organik. Med. pet. 29(2):54-62.

Johnson, K.A. & D.E. Johnson. 1995. Methane emissions from cattle. J. Anim. Sci. 73:2483- 2492.

(30)

18

Makkar HPS, Francis G, Becker K. 2007. Bioactivity of phytochemicals in some lesser known plants and their effects and potential applications in livestock and aquaculture production systems. J. Anim. 1: 1371-1391.

McAllister TA, Newbold CJ. 2008. Redirecting rumen fermentation to reduce methanogenesis. Aust J. of Exprm Agric. 48: 7-13.

McDonald, P., R.A. Edwards, & J.F.D. Greenhalgh. 2002. Animal Nutrition. 6th edition. Longman Scientific and Technical, New York.

Moss, A.R. 1993. Methane Global Warming and Production by Animals. Chalcombe Publications, Canterbury. p.105

Muchlas M, Kusmartono dan Marjuki. 2014. Pengaruh penambahan daun pohon terhadap kadar VFA dan kecernaan secara in-vitro ransum berbasis ketela pohon. J. Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (2):8 – 19

Ogimoto. K. and S. Imai. 1981. Atlas of Rumen Microbiology. Japan Science societes Press, Tokyo

Oluduro, A.O. 2012. Evaluation of antimicrobial properties and nutritional potentials of Moringa oleifera Lam. leaf in South Western Nigeria, Malaysian Journal of Microbiology, 8(2) : 59-67.

Ørskov, E. R. and I. McDonald. 1979. The estimation protein degradability in the rumen from incubation measurements weighted according to rate of passage. J. Agric. Sci. 92:499-503.

Perry, TW, Culliston AE, Lowrey RS. 2003. Feeds and Feeding. 6th ed. New Jersey (US): Prentice Hall.

Soliva, C. R., A. B. Zeleke, C. Clement, H. D. Hess, V. Fievez & M. Kreuzer. 2008. In vitro screening of various tropical foliages,seeds, fruits and medicinal plants for low methane and high ammonia generating potentials in the rumen. Anim. Feed Sci. Technol. 147: 53-71.

Soultos, N., Tzikas, Z., Christaki, E., Papageorgiou, K., Steris, V., 2009. The effect of dietary oregano essential oil on microbial growth of rabbit carcasses during refrigerated storage. Meat Sci. 81: 474-478.

Thalib, A. 2008. Buah Lerak Mengurangi Emisi Gas Metana Pada Hewan Ruminansia.Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 30 N0 2. Theodorou MK, Brook AE. 1994. Evaluation of a New Laboratory Procedure for

Estimating the Fermentation Kinetic of Tropical Feeds. UK. Annual Report AFRC Institute.

Thorpe A. 2009. Enteric fermentation and ruminant eructation: the role of methane in the climate change debate. Climate Change. 93: 407-431.

Tilley, J.M.A. & R.A. Terry. 1963. A two stage technique for the in vitro digestion of forage crops. J. Brit. Grassl. Soc. 18:104-111.

Van soest, P.J. and J.B. Robertson, 1991. System of Analisys for Evaluating Fibrous Feeds in Standarisation of Analitical Methodology for Feeds. Pigdem. W.J. CC Balch and M. Graham (eds) IDRC Canada.

(31)

19

LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji ANOVA pengaruh pemberian tanaman herbal terhadap KCBK

Sumber keragaman (SK) Jumlah

Lampiran 2. Uji ANOVA pengaruh pemberian tanaman herbal terhadap KCBO

Sumber keragaman (SK)

Lampiran 3. Uji ANOVA pengaruh pemberian tanaman herbal terhadap NH3

Sumber keragaman (SK)

Lampiran 4. Uji ANOVA pengaruh pemberian tanaman herbal terhadap pH

(32)

20

Lampiran 5. Uji ANOVA pengaruh pemberian tanaman herbal terhadap asetat

Sumber keragaman (SK)

Lampiran 6. Uji ANOVA pengaruh pemberian tanaman herbal terhadap propionat

Sumber keragaman (SK)

Lampiran 7. Uji ANOVA pengaruh pemberian tanaman herbal terhadap butirat

Sumber keragaman (SK) Jumlah

Lampiran 8. Uji ANOVA pengaruh pemberian tanaman herbal terhadap VFA total

(33)

21

Lampiran 9. Uji ANOVA pengaruh pemberian tanaman herbal terhadap produksi gas total

Lampiran 10. Uji ANOVA pengaruh pemberian tanaman herbal terhadap laju produksi gas

Lampiran 11. Uji ANOVA pengaruh pemberian tanaman herbal terhadap gas metan

Lampiran 12. Uji ANOVA pengaruh pemberian tanaman herbal terhadap protozoa

(34)

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung pada tanggal 21 Maret 1990. Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Ir. Dancik Ibrahim dan Ibu Ten Aswaliah, SPd. Penulis menyelesaikan program sarjana pada program studi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor tahun 2014. Penulis diterima sebagai mahasiwa Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada tahun yang sama 2014.

Selama mengikuti kuliah di Sekolah Pascasarjana IPB penulis aktif dalam organisasi kegiatan mahasiswa. Penulis menjadi Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Peternakan periode tahun 2014-2015 dan periode tahun 2014-2015-2016. Penulis menjadi presenter dalam seminar internasional pada kegiatan The 6th Basic Science International Conference 2016 yang diselenggarakan oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya dengan judul “Supplementation of Herb Plants Containing Bioactive Components Againts Rumen Fermentation on Study In Vitro.”

Gambar

Tabel 1. Komposisi nutrien bahan pakan dalam bahan kering
Tabel 3. Senyawa bioaktif daun pasak bumi, cola, dan galinggang
Tabel 4. Total produksi gas dan populasi protozoa
Tabel 6. Rataan konsentrasi VFA total dan parsial (asetat, propionat dan butirat)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian dilakukan setelah siklus basah-kering berakhir sesuai ketentuan dan hasil yang di dapat bahwa campuran terbaik adalah dengan kapur 4%, nilai CBR

(2) Luas penggarapan kebun.Penelitian yang berkaitan dengan perubahan luas penggarapan kebun bertolak dari luas kebun yang seharusnya digarap sendiri oleh

Proporsi penggunaan DAK Bidang Pendidikan Menengah Tahun Anggaran 2013 untuk penggandaan dan distribusi buku teks pelajaran sesuai dengan kurikulum 2013 sebesar 15% sampai dengan

Di setiap universitas, termasuk di UIN Bandung, penulisan karya ilmiah dapat berupa bagian dari tugas kuliah yang diberikan dosen kepada mahasiswa, yakni dalam bentuk esai,

skor rata- rata untuk masing- masing aspek yang diamati baik aktivitas siswa maupun guru dalam pembelajaran adalah baik bahka untuk pengamatan guru sudah sangat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesesuaian jenis tepung terhadap pertumbuhan populasi yaitu tepung gandum &gt; tepung jagung &gt; dedak &gt; tepung kacang

Penelitian oleh Luhut Hamonangan pada tahun 2009, tentang “Prospek Pembangunan Sektor Pertanian di Kabupaten Karo”, menggunakan data time series dari tahun 2003-2007 dan

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa terdapat pengaruh positif (koefisien parameter 0,2502) dan tidak signifikan antara status pekerjaan terhadap persepsi etis