• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Fraktur Gigi Premolar Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin yang Dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU Tahun 2010-2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prevalensi Fraktur Gigi Premolar Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin yang Dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU Tahun 2010-2012"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PREVALENSI FRAKTUR GIGI PREMOLAR

BERDASARKAN UMUR DAN JENIS KELAMIN YANG

DICABUT DI DEPARTEMEN BEDAH MULUT DAN

MAKSILOFASIAL RSGMP FKG USU

TAHUN 2010-2012

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi

Oleh :

DIONG CHARNG SHING NIM: 100600185

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial

Tahun 2013

Diong Charng Shing

Prevalensi Fraktur Gigi Premolar Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin yang Dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU Tahun 2010-2012.

xii+36 halaman

Fraktur gigi premolar merupakan komplikasi yang sering terjadi pada setiap hari yang disebabkan oleh banyak faktor. Fraktur gigi merupakan merupakan hilangnya atau lepasnya fragmen dari satu gigi lengkap yang biasanya disebabkan oleh trauma atau benturan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi fraktur gigi premolar berdasarkan jenis kelamin dan usia. Penelitian dilakukan secara deskriptif di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU Medan. Selama tahun 2010 hingga tahun 2012. Dari 136 pasien yang mengalami fraktur gigi premolar, 113 adalah perempuan dan 23 adalah laki – laki. Golongan usia 31 – 40

tahun paling sering mengalami fraktur gigi premolar sebanyak 45 kasus.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan lebih lanjut mengenai fraktur gigi premolar pada saat perawataan gigi.

(3)

PREVALENSI FRAKTUR GIGI PREMOLAR

BERDASARKAN UMUR DAN JENIS KELAMIN YANG

DICABUT DI DEPARTEMEN BEDAH MULUT DAN

MAKSILOFASIAL RSGMP FKG USU

TAHUN 2010-2012

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi

Oleh :

DIONG CHARNG SHING NIM: 100600185

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 21 Januari 2014

Pembimbing: Tanda tangan

1. Eddy A. Ketaren, drg., Sp.BM ………...

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 17 Januari 2014

TIM PENGUJI

KETUA : Indra Basar Siregar, drg., M.Kes

ANGGOTA : 1. Hendry Rusdy, drg., M.Kes., Sp.BM

(6)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ………..

HALAMAN PERSETUJUAN ………... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ……….. KATA PENGANTAR ……… 1.3 Tujuan Penelitian ……… 1.4 Manfaat Penelitian ………..

1 2 3 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

(7)

2.3.7 Kesalahan Dokter Gigi ……….…………. .…. 2.4 Gambaran Klinis ………...…... 2.5 Gambaran Radiologi ……… 2.6 Pencegahan ………...…... 2.6.1 Pemakaian Mouth Guard ……….……. 2.6.2 Pemeriksaan Gigi ………...…... 2.6.3 Diagnosis yang Tepat ……… 2.6.4 Diet ……….……... 2.7 Perawatan ………. 2.8 Kerangka Teori ………. 2.9 Kerangka Konsep ……….

14

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ……… 3.2 Populasi ……… 3.3 Sampel ……….. 3.4 Variabel Penelitian ………...……… 3.5 Definisi Operasional ……… 3.6 Pengolahan dan Analisis Data ………... 3.7 Alur Penelitian ……….

23

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Prevalensi Fraktur Gigi Premolar ……… 4.2 Distribusi Fraktur Gigi Premolar Berdasarkan Jenis Kelamin . 4.3 Distribusi Fraktur Gigi Premolar Berdasarkan Usia Pasien … 4.4 Distribusi Fraktur Gigi Premolar Berdasarkan Tahun

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Definisi Operasional ………. 25 2. Distribusi fraktur gigi premolar berdasarkan jenis kelamin di

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG

USU selama tahun 2010 sampai tahun 2012 ………... 27 3. Distribusi fraktur gigi premolar berdasarkan usia pasien di

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG

USU selama tahun 2010 sampai tahun 2012 ……… 29 4. Distribusi fraktur gigi premolar berdasarkan tahun menerima

perawatan di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kebiasaan buruk seperti gigit pensil dan membuka botol ..

11

2. Tambalan yang besar pada gigi

………..

12

3. Fraktur gigi pasca perawatan endodontik ………...

13

4. Fraktur email ………. 14

5. Fraktur dentin tanpa terbukanya pulpa ….………. 15

6. Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa ………... 15

7. Fraktur akar ………... 16

11. Diet untuk kesehatan gigi

………...

19

12. Elevator

………..

20

13. Teknik transalveolar

………...

(10)

DAFTAR DIAGRAM

Gambar Halaman

1 Distribusi fraktur gigi premolar berdasarkan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU selama tahun 2010 sampai tahun 2012

………....

26

2. Distribusi fraktur gigi premolar berdasarkan usia pasien di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP

FKG USU selama tahun 2010 sampai tahun 2012 ……... 27 3. Distribusi fraktur gigi premolar berdasarkan tahun

menerima perawatan di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU selama tahun 2010

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

(12)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial

Tahun 2013

Diong Charng Shing

Prevalensi Fraktur Gigi Premolar Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin yang Dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU Tahun 2010-2012.

xii+36 halaman

Fraktur gigi premolar merupakan komplikasi yang sering terjadi pada setiap hari yang disebabkan oleh banyak faktor. Fraktur gigi merupakan merupakan hilangnya atau lepasnya fragmen dari satu gigi lengkap yang biasanya disebabkan oleh trauma atau benturan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi fraktur gigi premolar berdasarkan jenis kelamin dan usia. Penelitian dilakukan secara deskriptif di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU Medan. Selama tahun 2010 hingga tahun 2012. Dari 136 pasien yang mengalami fraktur gigi premolar, 113 adalah perempuan dan 23 adalah laki – laki. Golongan usia 31 – 40

tahun paling sering mengalami fraktur gigi premolar sebanyak 45 kasus.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan lebih lanjut mengenai fraktur gigi premolar pada saat perawataan gigi.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia mengunakan gigi untuk aktiviti setiap hari, terutama untuk mengunyah dan mengolah makanan menjadi potongan-potongan yang kecil supaya memudahkan pencernaan. Fraktur gigi sering terjadi dalam kehidupan manusia setiap hari dan disebabkan oleh beberapa faktor eksternal maupun internal, seperti trauma

dari kecelakaan, mengunyah benda asing yang terlalu keras. Fraktur gigi biasa terjadi pada bagian mahkota atau akar gigi.1

Komplikasi ini sering dialami oleh pasien yang mempunyai kualitas tulang yang buruk dan biasanya sudah lanjut usia, orang muda juga bisa mengalami fraktur akar gigi.2 Selain faktor di atas, pada waktu atau setelah perawatan gigi seperti pencabutan atau tindakan konservasi juga mempunyai risiko tinggi yang dapat menyebabkan fraktur akar gigi. Berdasarkan penelitian, fraktur biasanya terjadi karena pengunaan alat atau instrumen yang tidak sesuai pada waktu perawatan. Disamping itu, hal lain seperti dokter gigi yang kurang pengalaman akan mempengaruhi kemampuannya untuk melakukan perawatan dengan tepat.3

Secara umum, pergartian trauma adalah benturan dalam istilah fisik maupun psikis. Trauma dengan kata lain disebut injury atau wound, dapat diartikan sebagai kerusakan yang biasanya disebabkan oleh tindakan fisik yang menyebabkan terputusnya fungsi normal suatu struktur.3,4 Lebih spesifik lagi, trauma gigi adalah suatu kejadian yang tidak sengaja, karena kontak yang keras dengan suatu benda terhadap gigi, yang merusak jaringan keras gigi ataupun periodontal. Trauma sering terjadi pada saat berolahraga seperti olahraga beladiri, sepak bola, bola basket, lomba lari, sepatu roda, dan berenang.

Sebelum gigi dicabut, dokter gigi harus melakukan pemeriksaan dengan teliti. Pemeriksaan terdiri dari pemeriksaan klinis lengkap yang termasuk

(14)

pemeriksaan radiografis, supaya dapat melihat perkembangan akar, ukuran pulpa, garis fraktur, kelainan pada jaringan pendukung.4,5

Pada pasien terjadinya fraktur akar gigi adalah suatu komplikasi dalam pencabutan gigi dan fraktur tersebut dapat diketahui setelah gigi keluar dari soketnya. Jika sisa akar gigi tersebut tidak dikeluarkan, kemungkinan bisa menyebabkan komplikasi lain yaitu seperti timbulnya peradangan.6

Walaupun komplikasi fraktur akar gigi bukan sesuatu yang relatif baru dalam dunia kedokteran gigi, tapi informasi tentang prevalensi fraktur akar gigi premolar masih kurang. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pravalensi pasien yang mengalami komplikasi fraktur akar gigi premolar di kota Medan, terutama di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU pada tahun 2010 sampai tahun 2012.

1.2 Rumusan Masalah

1. Berapa jumlah pasien yang mengalami fraktur gigi premolar dan

dirawat di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU pada tahun 2010-2012.

2. Berapa jumlah insidensi fraktur gigi premolar berdasarkan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU pada tahun 2010-2012.

3. Berapa jumlah insidensi fraktur gigi premolar berdasarkan umur pasien di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU pada tahun 2010-2012.

(15)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian tersebut adalah untuk mengetahui prevalensi fraktur akar gigi premolar pada masyarakat umum yang dirawat di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari tahun 2010 sampai tahun 2012.

Tujuan khusus penelitian ini adalah :

1. Mengetahui jumlah pasien yang mengalami fraktur gigi premolar di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari tahun 2010 sampai 2012.

2. Mengetahui jumlah insidensi fraktur gigi premolar berdasarkan jenis kelamin pada pasien yang dirawat di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari tahun 2010 sampai 2012. 3. Mengetahui jumlah insidensi fraktur gigi premolar berdasarkan

umur pasien yang dirawat di Departemen Bedah Mulut dan

Maksilofasial RSGMP FKG USU dari tahun 2010 sampai 2012. 4. Mengetahui faktor fraktur gigi premolar pada pasien yang dirawat di

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari tahun 2010 sampai 2012.

1.4 Manfaat Penelitian

(16)

1. Manfaat untuk masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai hubungan risiko fraktur gigi dengan aktiviti seharian dan gambaran pengaruh faktor yang menyebabkan fraktur gigi sehingga dapat mempertingkatkan kesehatan rongga mulut.

2. Manfaat ilmu pengetahuan

a. Memberikan informasi khususnya di bidang Ilmu Kedokteran Bedah Mulut dan Maksilofasial mengenai hubungan jumlah fraktur gigi premolar dan gambaran faktor risikonya sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam penelitian selanjutnya.

b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar bagi program pemerintah dalam bidang kesehatan gigi dan mulut untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

3. Manfaat kebutuhan klinis

Dengan diketahuinya prevalensi fraktur gigi premolar, maka dapat direncanakan usaha pencegahan atau mengurangi terjadi fraktur akar terhadap gigi

premolar.

4. Manfaat bagi peneliti

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Menurut American Dental Association (ADA), fraktur dental atau patah gigi merupakan hilangnya atau lepasnya fragmen dari satu gigi lengkap yang biasanya disebabkan oleh trauma atau benturan.

Fraktur gigi dapat dimulai dari ringan (melibatkan chipping dari lapisan gigi terluar yang disebut email dan dentin) sampai berat (melibatkan fraktur vertikal, diagonal, atau horizontal akar). Email dan dentin adalah dua lapisan pelindung terluar gigi. Email adalah permukaan terluar yang keras dan berwarna putih. Dentin adalah lapisan kuning yang terletak tepat di bawah email. Email dan dentin keduanya berfungsi melindungi jaringan gigi bagian dalam. Mahkota terlihat sepertiga dari gigi, sedangkan sisanya dua pertiga yang ditutupi dengan gusi disebut akar.7

2.2 Klasifikasi Fraktur Gigi

Banyak klasifikasi telah diperkenalkan untuk gigi yang mengalami fraktur. Klasifikasi yang sering digunakan adalah seperti klasifikasi Ellis, klasifikasi Ellis dan Davey, klasifikasi World Health Organization (WHO) dan klasifikasi Andreasen. Dengan mengunakan klasifikasi cedera traumatik akan mempermudah komunikasi serta penyebaran informasinya.

2.2.1 Klasifikasi Fraktur Menurut Ellis.

Klasifikasi Ellis (1961) terdiri dari enam kelompok dasar: 8,9,10 a. Fraktur email.

Fraktur mahkota sederhana, tanpa mengenai dentin atau hanya sedikit mengenai dentin.

(18)

Fraktur mahkota yang mengenai cukup banyak dentin, tapi tanpa mengenai pulpa.

c. Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa.

Fraktur mahkota yang mengenai dentin dan menyebabkan pulpa terbuka. d. Fraktur akar.

e. Luksasi gigi. f. Intrusi gigi

2.2.2 Klasifikasi Menurut Ellis dan Davey.

Ellis dan Davey (1970) menyusun klasifikasi trauma pada gigi anterior menurut banyaknya struktur gigi yang terlibat, yaitu: 8,9,10,11

a. Kelas 1 : Fraktur mahkota sederhana yang hanya melibatkan jaringan email.

b. Kelas 2 : Fraktur mahkota yang lebih luas yang telah melibatkan jaringan dentin tetapi belum melibatkan pulpa.

c. Kelas 3 : Fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan dentin dan menyebabkan terbukanya pulpa.

d. Kelas 4 : Trauma pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non vital dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota.

e. Kelas 5 : Trauma pada gigi yang menyebabkan kehilangan gigi atau avulsi.

f. Kelas 6 : Fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota. g. Kelas 7 : Perubahan posisi atau displacement gigi.

h. Kelas 8 : Kerusakan gigi akibat trauma atau benturan pada gigi yang menyebabkan fraktur mahkota yang besar tetapi gigi tetap pada tempatnya dan akar tidak mengalami perubahan.

(19)

2.2.3 Klasifikasi Menurut World Health Organization (WHO) dan

Modifikasi oleh Andreasen.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) pada tahun 1978 memakai klasifikasi dengan nomor kode yang sesuai dengan Klasifikasi Penyakit Internasional (International Classification of Diseases), sebagai berikut:10,12

a. 873.60: Fraktur email.

Meliputi hanya email dan mencakup gumpilnya email, fraktur tidak menyeluruh atau retak pada email.

b. 873.61: Fraktur mahkota yang melibatkan email dan dentin tanpa terbukanya pulpa.

Fraktur sederhana yang mengenai email dan dentin, pulpa tidak terbuka. c. 873.62: Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa.

Fraktur yang rumit yang mengenai email dan dentin dengan disertai pulpa yang terbuka.

d. 873.63: Fraktur akar.

Fraktur akar yang hanya mengenai sementum, dentin, dan pulpa. Juga

disebut fraktur akar horizontal.

e. 873.64: Fraktur mahkota-akar.

Fraktur gigi yang mengenai email, dentin, dan sementum akar. Bisa disertai atau tidak dengan terbukanya pulpa.

f. 873.66: Luksasi.

Pergeseran gigi, mencangkup konkusi (concussion), subluksasi, luksasi lateral, luksasi ekstruksi, dan luksasi intrusi.

g. 873.67: Intrusi atau ekstrusi. h. 873.68: Avulsi.

(20)

Klasifikasi ini dimodifikasi oleh Andreasen (1981) menurut contoh berikut:7,10

a. 873.64: Fraktur mahkota-akar yang tidak rumit tanpa terbukanya pulpa. b. 873.64: Fraktur mahkota-akar yang rumit dengan terbukanya pulpa. c. 873.66: Konkusi (concussion), injuri pada struktur pendukung gigi yang bereaksi terhadap perkusi.

d. 873.66: Subluksasi, suatu injuri pada struktur pendukung gigi dengan kegoyahan abnormal tetapi tanpa pemindahan gigi.

e. 873.66: Luksasi lateral, pemindahan gigi pada arah lain daripada ke aksial, diikuti oleh fraktur soket alveolar.

2.2.4 Klasifikasi Menurut Andreasen.

Andreasen juga mengklasifikasikan injuri pada tulang pendukung dan injuri pada mukosa mulut. Menurut Andreasen dalam bukunya Patologi Gigi Geligi Kelainan Jaringan Keras Gigi, secara garis besar fraktur gigi digolongkan menurut penyebabnya sebagai berikut:7

a. Fraktur Spontan

Merupakan jenis fraktur yang diakibatkan oleh adanya tekanan pengunyahan. Pada hal ini elemen-elemen email gigi mengalami atrisi dan aus karena adanya gesekan pada saat mengunyah. Keadaan ini bisa menyebabkan gigi mengalami fraktur. Fraktur spontan lebih sering terjadi pada gigi molar satu bawah.

b. Fraktur Traumatik

Fraktur traumatik terjadi akibat adanya benturan keras yang bersifat tiba-tiba. Fraktur traumatik biasanya tidak terjadi pada bayi dibawah umur 1 tahun karena pengaruh aktivitas yang dilakukannya. Penyebab fraktur yang sering terjadi adalah benturan akibat kecelakaan atau karena dipukul. Berdasarkan bagian yang mengalami fraktur, fraktur traumatrik dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut:

i. Fraktur Mahkota

(21)

ini, yang termasuk dalam jenis fraktur ini adalah jenis fraktur Ellis 1 dan Ellis 2. Fraktur mahkota juga dapat dibagi menjadi:

a. Infraksi Mahkota: Pada jenis ini, pada beberapa kasus fraktur yang terjadi tidak membentuk suatu patahan, namun hanya berupa garis retak saja yaitu sekitar 10-13%. Retak biasa mencapai dentin hingga pulpa.

b. Fraktur Mahkota Tanpa Komplikasi: Merupakan fraktur yang terjadi pada sebagian email, dan dentin. Fraktur ini biasanya terjadi pada gigi anterior dan patah pada bagian sudut mesial maupun sudut distal. Biasanya jenis fraktur ini tidak menimbulkan rasa sakit, namun apabila fraktur terjadi hingga mencapai dentin, maka rasa sakit akan terasa terutama pada saat makan maupun karena perubahan suhu. Rasa sakit pada saat mengunyah juga bisa terjadi karena jaringan periodontal juga mengalami kerusakan.

c. Fraktur Mahkota dengan Komplikasi: Pada jenis fraktur ini, bagian besar mahkota dan tulang gigi patah sehingga pulpa terbuka dan mengalami pendarahan kapiler. Rasa sakit biasanya timbul pada saat mengunyah dan jika terjadi perubahan suhu. Sekitar 4% penderita fraktur gigi mengalami fraktur jenis ini.

ii. Fraktur Akar

Fraktur akar terjadi pada daerah sekitar akar gigi. Diagnosis fraktur dapat ditegakkan melalui pemeriksaan foto rontgen untuk mengetahui kondisi gigi yang mengalami fraktur.

a. Fraktur Mahkota Akar

(22)

b. Fraktur Akar Gigi yang baru erupsi memiliki resiko untuk lepas dari alveolus apabila terjadi benturan, sedangkan gigi yang telah tumbuh sempurna memiliki resiko patah.

Andreasen (1981) juga mengklasifikasi trauma terhadap gigi berdasarkan gejala pada gambaran klinis, seperti:

a. Perubahan warna email menjadi lebih putih atau kuning hingga kecokelatan.

b. Perubahan warna email yang mengalami hipoplasia, menjadi lebih putih atau kuning hingga kecokelatan.

c. Dilaserasi mahkota. d. Malformasi gigi. e. Dilaserasi akar.

f. Gangguan pada erupsi.

2.3Etiologi

Menurut penelitian Peng pada tahun 2007, kebanyakan penyebab fraktur

dental adalah benturan atau trauma terhadap gigi yang menimbulkan disrupsi atau kerusakan email, dentin, atau keduanya. Disamping itu, faktor lain yang ditambahkan oleh American Dental Association (ADA) yaitu kebiasaan buruk, kehilangan sebagian besar struktur gigi, paparan email gigi terhadap suhu ekstrim, tambalan pada gigi, gigi pasca rawatan endodontik dan kesalahan dokter gigi.7,13

2.3.1 Trauma

(23)

berupa pukulan tidak langsung terhadap mandibula, dapat menyebabkan pecahnya tonjolan-tonjolan gigi, terutama gigi-gigi posterior. Selain itu, tekanan oklusal yang berlebihan terutama terhadap tumpatan yang luas dan tonjol-tonjolnya tak terdukung oleh dentin dapat pula menyebabkan fraktur.14

Keparahan fraktur bisa hanya sekedar retak saja, pecahnya prosesus, atau sampai lepasnya gigi yang tidak bisa diselamatkan lagi. Trauma secara langsung kebanyakan mengenai gigi anterior, dan karena arah pukulan mengenai permukaan labial, garis retakannya menyebar ke belakang dan biasanya menyebab fraktur horizontal atau miring. Pada fraktur yang lain, tekanan hampir selalu mengenai permukaan oklusal, sehingga fraktur pada umumnya vertikal.11

2.3.2 Kebiasaan Buruk

Kebiasaan buruk yang sering menjejaskan kualitas gigi. Sebagai contoh, banyak orang menggunakan gigi mereka sebagai alat pembuka botol dan kemasan plastik atau mencabut label harga pada baju. Kebiasaan ini dapat menyebabkan efek traumatis pada gigi, melemahkan tepi gigi bahkan bisa menyebabkan maloklusi.13

Menggigit pensil atau pulpen juga merupakan kebiasaan yang paling sering dilakukan oleh banyak orang. Sama halnya dengan mengunyah es batu, menggigit benda keras bisa menyebabkan email gigi mengalami penipisan dan fraktur. Apalagi, dilanjut dengan kebiasaan mengunyah batu es terutama sehabis meminum minuman dingin. Bentuknya yang keras dan temperatur dingin dari batu es, sebenarnya dapat mengikis

(24)

2.3.3Kehilangan Sebagian Besar Struktur Gigi

Kehilangan bagian email dan dentin gigi umumnya disebabkan oleh kondisi karies yang meluas. Gigi yang mengalami karies yang meluas akan mengurang kekuatan gigi untuk menahan daya untuk kegiatan harian terutama mengunyah yang menyebabkan gigi lebih rentan fraktur. Karies pada gigi yang meluas pada garis servikal menambah resiko fraktur berjadi.18

2.3.4 Suhu Ekstrim

Orang yang mepaparkan email gigi kepada suhu ekstrim seperti makan makanan panas kemudian minum air es. Perlakuan ini melemahkan email gigi dan memudahkan terjadi fraktur gigi.13

2.3.5 Tambalan

Salah satu kebiasaan yang terjadi fraktur adalah ketika gigi mempunyai tambalan yang besar. Kekuatan gigi yang rendah disebabkan oleh bahan tambalan

gigi yang tidak sama kuat dibandingkan dengan email atau dentin, dapat menimbulkan resiko gigi menjadi fraktur.19

(25)

2.3.6 Gigi Pasca Rawatan Endodontik

Pelemahan struktur mekanik gigi terjadi waktu akses persiapan rongga, sedangkan pembersihan dan pembentukan saluran akar meningkatkan kemungkinan gigi fraktur.20

Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar dan diisikan dengan gutta perca atau pasak akan mempunyai resiko fraktur yang sangat tinggi dibandingkan dengan gigi yang asli. Waktu gigi dipreparasi untuk diisi akan menyebabkan struktur gigi menjadi lemah dan lebih mudah fraktur. Penggunaan sekrup dan post adalah aspek lain dari fraktur akar gigi karena efek tolak-menolak (wedging). Post runcing dan berulir lazimnya menghasilkan kejadian fraktur akar tertinggi, diikuti dengan post meruncing dan sejajar.13,20,21

(26)

2.3.7 Kesalahan Dokter Gigi

Sebelum melakukan pencabutan gigi, mungkin dokter gagal melakukan diagnosis yang tepat. Haruslah dokter gigi melakukan anamnesis terhadap pasien supaya mengetahui riwayat medis pasien dan dapat memberikan rawatan yang betul. Pemeriksaan radiografi dilakukan supaya diagnosis lebih tepat.6

Sikap seseorang dokter juga sangat penting bila memberikan diagnosis dan rawatan kepada pasien. Dokter harus sabar dan penuh semangat untuk memberikan rawatan yang terbaik kepada pasien. Keadaan seperti pemilihan instrumen waktu ekstraksi gigi, tang yang diguna harus sesuai dengan gigi yang diekstraksi supaya mengurangi kecelakaan waktu aplikasi daya.6,22

2.4 Gambaran Klinis

Menurut klasifikasi fraktur dari Ellis, fraktur terdiri dari empat kelompok dasar:

1. Fraktur Email

Fraktur mahkota sederhana tanpa mengenai dentin.

(27)

2. Fraktur Dentin Tanpa Terbukanya Pulpa

Fraktur mahkota yang megenai cukup banyak dentin, tanpa megenai pulpa.

3. Fraktur Mahkota dengan Terbukanya Pulpa

Fraktur mahkota yang mengenai dentin dan menyebabkan pulpa terbuka.

Gambar 5. Fraktur terbatas pada email dan dentin dengan hilangnya struktur gigi, tapi tidak melibatkan pulpa.23,24

(28)

4. Fraktur Akar

Fraktur terbatas pada akar gigi yang melibatkan sementum, dentin, dan

pulpa

2.5 Gambaran Radiologi

Foto rontgen penting sebelum membuat diagnosis pada pasien, dan dari foto tersebut kita dapat melihat batas fraktur sampai mana. Dari foto tersebut, lokasi yang mengalami fraktur akan muncul gambaran garis yang radiolusen.

Gambar 8a. b. c. d.

(29)

2.6 Pencegahan

Mencegah fraktur tampaknya sulit. Namun ada beberapa cara untuk mengurangi kemungkinan gigi fraktur secara umum:

2.61 Pemakaian Mouth Guard

Aspek utama fraktur gigi adalah disebabkan oleh trauma. Mouth guard dapat melindungi mulut dan meminimalkan risiko gigi fraktur. Ini biasanya meliputi gigi atas, dan akan membantu melindungi dari cedera. Hal ini penting terutama jika berpartisipasi dalam kegiatan olahraga.13 Keuntungan memakai mouth guard adalah signifikan. Dengan memakainya, dapat membatasi risiko terkait cedera mulut, termasuk cedera pada bibir, lidah, jaringan lunak, dan gigi. Memakai mouth guard dapat melindungi terhadap pecah atau fraktur gigi, akar atau kerusakan tulang, dan bahkan mencegah gigi lepas atau tercabut.

Selain itu kalau seseorang mempunyai kebiasaan buruk grinding gigi pada waktu malam, mouth guard dapat membantu. Ini akan melindungi gigi dari aus atau

rusak malam demi malam, jadi resiko fraktur juga menurun.13,17

Gambar 9a. b.

(30)

2.6.2 Pemeriksaan Gigi

Pasien harus melakukan kunjungan ke dokter gigi sekali atau dua kali setiap tahun untuk pemeriksaan gigi. Ini karena kadang kadang ada struktur gigi yang sudah rapuh karena disebabkan oleh perawatan saluran akar ataupun bahan restorasi yang lama mulai terpisah dari struktur gigi. Dengan pemeriksaan dan dapat dideteksi lebih awal, kondisi fraktur gigi dapat dielakkan dan segera dilakukan perawatan.13

2.6.3. Diagnosis dan Perawatan yang Tepat.

Dari peran seorang dokter gigi harus melakukan diagnosis yang tepat baru dapat memberikan perawatan yang sesuai dan hasil yang baik. Diagnosis dimulai dengan merekam demografi pasien dan mengambil sejarah singkat peristiwa traumatik, kemudian diikuti pemeriksaan intra oral dan ekstra oral. Gigi mungkin terasa tidak nyaman waktu perkusi atau palpasi dan menunjukkan perubahan warna mahkota sementara. Sebuah visualisasi menyeluruh daerah subgingiva juga penting untuk mendeteksi adanya garis fraktur.24

Awalnya, sensibilitas dan tes vitalitas dapat memberikan hasil negatif yang sementara atau permanen karena kerusakan pulpa yang ditimbulkan oleh trauma.

Secara rutin tindakan lanjut diperlukan untuk memantau status pulpa terus menerus. Penggunaan pulsa-oksimeter direkomendasikan untuk mengevaluasi status pulpa dari gigi baru mengalami trauma. Alat ini memiliki sensitivitas yang lebih baik dan spesifisitas dari tes listrik dan termal dan memberikan pembacaan vitalitas positif yang konstan pada waktu dalam kasus gigi baru mengalami trauma.30 Setelah itu, dilakukan rongten foto pada gigi yang dicurigai atau tidak dapat langsung dilihat secara visual dari tes lain. Pemeriksaan radiografi sangat diperlukan untuk konfirmasi fraktur akar.31

(31)

2.6.4 Diet

Makan makanan segar seperti apel, wortel mentah dan seledri. Makanan ini membantu untuk membersihkan gigi atau self-cleansing pada waktu dimakan dan mengunyah. Makanan ini adalah sikat gigi alami. Dengan ini, karies akan dikurangi dan kesehatan gigi masih dapat dipertahankan dan dengan demikian resiko fraktur gigi menurun.13 Pilihan makanan terbaik untuk kesehatan gigi termasuk keju, daging, kacang-kacangan, dan susu. Makanan ini penting untuk melindungi email gigi dengan menyediakan kalsium dan fosfor yang dibutuhkan untuk remineralisasi gigi.16

2.7 Perawatan

(32)

Perawatan untuk fraktur gigi tergantung kepada kondisi sisa akar gigi yang tinggal atau bagian yang mengalami fraktur. Tindakan pertama harus dimulai dengan melihat kondisi gigi, soket gigi harus diirigasi supaya dapat dilihat jelas. Jika masih ragu, pasien dianjurkan untuk dilakukan rontgen foto guna melihat kondisi soket bekas pencabutan. Sisa akar gigi dikeluarkan dengan menggunakan elevator dengan daya yang ringan. Dilakukan dengan hati-hati sampai sisa tersebut makin longgar pada soket lalu dikeluarkan. Jika sisa gigi tidak dapat dikeluarkan dengan instrumen elevator, teknik transalveolar harus digunakan untuk megeluarkan sisa fraktur tersebut.25,32

Gambar 12. Elevator.22

(33)
(34)
(35)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara survei deskriptif untuk mendeskripsikan atau menggambarkan tentang insidensi fraktur gigi premolar berdasarkan jenis kelamin, umur, dan regio pada pasien yang dirawat di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari tahun 2010 sampai tahun 2012.

3.2 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien yang mengunjungi Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari tahun 2010 sampai tahun

2012 untuk dirawat fraktur gigi premolar.

3.3 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh data rekam medik pasien dengan fraktur gigi premolar yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari tahun 2010 sampai tahun 2012.

Kriteria inklusi :

1. Data rekam medik seluruh pasien fraktur gigi premolar yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari tahun 2010 sampai tahun 2012.

2. Data rekam medik pasien yang mengalami fraktur gigi premolar waktu perawatan di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari tahun 2010 sampai tahun 2012.

(36)

tentang data pribadi pasien fraktur gigi seperti umur, jenis kelamin dan regio yang dihadapi dari tahun 2010 sampai tahun 2012.

Kriteria eksklusi :

1. Data rekam medik pasien fraktur gigi selain gigi premolar. 2. Data rekam medik pasien yang datang untuk perawatan lain.

3.4 Variabel Penelitian

a. Variabel terikat (efek) : Fraktur gigi premolar

(37)

3.5 Defenisi Operasional

Variabel Definisi Operasional

Fraktur gigi premolar Fraktur dental atau patah gigi adalah hilangnya atau lepasnya fragmen dari suatu gigi utuh yang biasanya disebabkan oleh trauma atau benturan.

Umur Umur pasien yang mengalami fraktur gigi premolar dan mendapat perawatan gigi di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari tahun 2010 sampai tahun 2012.

Jenis kelamin Pasien laki atau perempuan yang

mengalami fraktur gigi premolar dan mendapat perawatan gigi di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari tahun 2010 sampai tahun 2012.

Regio Bagian rahang yang mengalami fraktur

gigi premolar.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan sistem komputerisasi dan dianalisis dengan cara menghitung persentase hasil pencatatan data rekam medik pasien dengan fraktur gigi premolar.

(38)
(39)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Prevalensi Fraktur Gigi Premolar

Dari data yang diperoleh dari Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU, jumlah pasien yang mengalami fraktur pada gigi premolar selama tahun 2010 sampai tahun 2012 adalah sebanyak 136 orang.

4.2 Distribusi Fraktur Gigi Premolar Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari jumlah pasien yang mendapat perawatan untuk fraktur gigi premolar sebanyak 136 orang, persentase fraktur gigi yang terjadi pada laki – laki adalah sebesar 16,90% manakala persentase perempuan yang dapat perawatan adalah jauh

lebih tinggi dibanding laki – laki yaitu sebesar 83,10%.

Dari data tersebut, ini menunjukkan jumlah wanita adalah 5 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan laki – laki. Nisbah di antara perempuan dengan laki – laki adalah lima dibandingkan dengan satu (5:1).

Jenis Kelamin Pasien yang mendapat perawatan fraktur

gigi premolar.

Jumlah (Orang) Persentase (%)

Laki – Laki 23 16,90

Perempuan 113 83,10

Total 136 100

(40)

4.3 Distribusi Fraktur Gigi Premolar Berdasarkan Usia Pasien

Dari 136 kasus fraktur gigi premolar yang dikumpul, persentase yang tertinggi mengalami fraktur adalah golongan usia 31 – 40 tahun, yaitu sebanyak 33,10% atau 45 kasus. Untuk golongan usia yang lain, pada usia 11 – 20 tahun adalah sebanyak 10,29% atau 14 kasus, pada golongan usia 21 – 30 tahun adalah sebanyak 17,65% atau 24 kasus, pada golongan usia 41 – 50 tahun adalah sebanyak 18,38% atau 25 kasus, pada golongan usia 51 – 60 tahun adalah sebanyak 17,65% atau 24 kasus, pada golongan usia 61 – 70 tahun adalah sebanyak 1,47% atau 2 kasus dan golongan usia 69 tahun ke atas adalah sebanyak 2,21% atau 3 kasus. Pada golongan usia yang lebih tinggi dari 70 tahun adalah yang paling sikit di antara semua golongan usia, dengan 0,74% atau 1 kasus.

(41)

Usia (Tahun) Pasien yang mendapat perawatan fraktur gigi premolar.

Jumlah (Orang) Persentase (%)

11-20 14 10,29

21-30 24 17,64

31-40 45 33,10

41-50 25 18,38

51-60 24 17,64

61-70 3 2,21

>70 1 0,74

Total 136 100

Tabel 3. Distribusi fraktur gigi premolar berdasarkan usia pasien di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU selama tahun 2010 sampai tahun 2012.

(42)

4.4 Distribusi Fraktur Gigi Premolar Berdasarkan Tahun Perawatan

Dari 136 kasus fraktur gigi premolar yang dikumpul, tahun yang mengalami perawatan yang tertinggi untuk fraktur gigi premolar adalah tahun 2010 dengan 57 kasus yang bernilai 41,91%, untuk tahun 2011 jumlah kasus adalah 53 atau pada 38,97% dan pada tahun yang paling sikit di antara semua tahun adalah tahun 2012 dengan 26 kasus atau 19,12%.

Tahun Pasien yang mendapat perawatan fraktur

gigi premolar.

Jumlah (Orang) Persentase (%)

2010 57 41,91

2011 53 38,97

2012 26 19,12

Total 136 100

(43)
(44)

BAB V

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian, prevalensi fraktur gigi premolar yang mendapat perawatan di Departement Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU selama tahun 2010 sampai tahun 2012 adalah sebanyak 136 kasus.

Dari tabel 2, dapat dilihat distribusi fraktur gigi premolar berdasarkan jenis kelamin, bahwa kasus fraktur yang didapat pada perempuan adalah lima kali lipat jika dibandingkan dengan dengan laki – laki. Dengan data tersebut, dapat dikatakan bahwa perempuan lebih rentan terhadap fraktur gigi. Fraktur gigi dapat disebabkan oleh banyak faktor, khususnya disebabkan oleh faktor diet, yang lebih spesifik lagi, adalah kekurangan asupan kalsium. Kalsium memainkan peran penting dalam

(45)

Foundation (IOF), yaitu 1 dari 3 perempuan kecenderungan terkena osteoporosis

dibanding dengan 1 dari 5 laki- laki.34

Dari tabel 3, data menunjukkan bahwa fraktur gigi premolar terjadi di antara usia yang paling muda yaitu 11 tahun sampai usia yang paling tua yaitu 74 tahun. Frekuensi tertinggi kejadian fraktur terjadi pada masa dewasa yaitu di antara usia 31 tahun sampai 40 tahun dengan 33,10% dari semua kasus yang diteliti. Menurut penelitian dari Roh BD, dkk pada tahun 2006, prevalensi gigi mengalami fraktur biasa terjadi pada orang yang berusia di lingkungan 40 tahun, data ini agak serupa dengan data yang dikumpul di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU yang menunjuk prevalensi fraktur gigi sering terjadi pada usia di lingkungan 31 tahun sampai 40 tahun.35 Pada golongan yang sudah lanjut usia (lansia), kejadian fraktur gigi berlaku adalah minimal karena gigi dalam rongga mulut yang ada pada golongan lansia sudah hampir tanggal semua, jadi fraktur gigi jarang berlaku pada mereka. Menurut The National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) yang dilakukan oleh organisasi Centers for Disease Control and

Prevention (CDC), 23,93% sampel dari golongan yang berusia 65-74 tahun sudah

kehilangan semua gigi di dalam rongga mulut, manakala 31,30% golongan yang berusia 75 tahun keatas sudah kehilangan semua gigi di dalam rongga mulut.35,36

(46)
(47)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, bahwa dapat disimpulkan :

1. Prevalensi fraktur gigi premolar yang dirawat di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP selama tahun 2010 sampai tahun 2012 sebanyak 136 orang.

2. Kasus fraktur gigi sering terjadi pada jenis kelamin perempuan, insidensi fraktur gigi adalah 5 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan laki – laki. 3. Fraktur gigi premolar dapat terjadi pada semua golongan usia, dengan kasus

kejadian yang paling tinggi pada golongan usia 31 tahun – 40 tahun sebanyak 33,10%.

4. Kasus fraktur gigi premolar semakin menurun setiap tahun, dari 57 kasus pada tahun 2010, 53 kasus pada tahun 2011 dan hanya 26 kasus pada tahun 2012.

6.2 Saran

Saran penulis dengan penelitian ini :

1. Data tentang perawatan fraktur maupun perawatan lain yang dilakukan di Departement Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dicacat

dengan lengkap dan teliti pada rekam medic supaya waktu melakukan penelitian, data yang diperlu mudah diperoleh dalam kondisi yang lengkap dan jelas.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

1. Glendor U, Marcenes W, Andreasen JO. Classification, epidemiology and etiology. In: Textbook and color atlas of traumatic injuries to the teeth. 4th ed.

Blackwell, Oxford, 2007: 217-254.

2. Galea H. An investigation of dental injuries treated in an acute care general hospital. J Am Dent Assoc 109, 1984: 434-438.

3. Bakland LK. Endodontic considerations in dental trauma. In: Endodontics, 5th ed, Hamilton, 2002: 795-843.

4. Ehrmann EH, Tyas MT. Cracked tooth syndrome: diagnosis, treatment and correlation between symptoms and post-extraction findings. Aust Dent J 2003:105-12.

5. Orhan K, Orhan AI, Tulga F. Management of untreated traumatized permanent incisors with crown and root fractures: a case report. Quintessence Int 2009; 40: 647–654.

6. David W, David S, David L, Andrew C. Textbook of general oral sugery. Livingstone, Churchill Livingingstone Elsevier, 2003: 212.

7. American Dental Association. Dictionary of dental terms. <http://www.ada.org/373.aspx> (10 Augustus 2013)

8. Braham RL, Morris ME. Textbook of pediatric Dentistry. USA: williams and Wilkias, 1980: 264.

9. Paristuta L. Penggunaan mouthguard pada pasien anak dengan riwayat trauma dental. 1 Agustus 2011. www.gigigeligi.com/index.php?option=com. (17 November 2011).

10. Rao A. Principles and practice of pedodontics. New Delhi: Jaypee, 2008: 304-5. 11. McDonald RE, Avery DR, Dean JA. Dentistry for the child and adolescent. St.

(49)

12. Walton, Richad E. Prinsip dan praktik ilmu endodonsi. Alih bahasa, Narlan Sumawinata, Winiati Sidharta, Bambang Nursasongko. Editor, Narlan Sumawinata. Ed 2. Jakarta: EGC, 1997: 555-6.

13. Do you have a cracked tooth?. JADA, Vol: 134, April 2003: 531.

14. Schwartz O. Effect of treatment delay upon pulp and periodontal healing of traumatic dental injuries – a review article. Dent Traumatol 2002: 18:116-28. 15. Peng LF. Fractured tooth. www.emedicine.medscape.com/article/763458/ (May

28, 2007).

16. Saksham C. Bruxism, causes and management. IJDS, Issue: 1, Vol: 3 2011: 26-7.

17. Kahler W. The cracked tooth conumdrum. AMJDENT, Vol. 21, No. 5, April 2008: 276-82.

18. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat: pencegahan dan pemeliharaannya. 1st ed. Medan: USU Press, 2008: 6.

19. When a filling needs to be replaced. JADA, Vol. 136, July 2005: 1062.

20. Trope M, Blanco L, Chivian N, Sigurdsson A. Pathways of pulp. In: Role of

Endodontics after Dental Traumatic Injuries. Cohen S, Hargreaves KM, eds. Missouri: Mosby, 2006: 610-649.

21. Goodacre CJ, Kan JYK. Restoration of endodontically treated teeth. In: Endodontics. Ingle JI, Bakland LK, eds. Canada BC: Decker Inc, 2003: 913– 950.

22. Andersson L. Oral and maxillofacial surgery, Chichester: Willey-Blackwell, 2010: 159-161.

23. Andreasen JO, Andreasen FM, Bakland LK, Flores MT. Crown fracture without pulp exposure. Traumatic Dental Injuries. A Manual. Oxford: Blackwell/Munksgaard Publishing Company. 2003: 28-29.

(50)

25. Diangelis AJ, Andreasen JO, Ebeleseder KA, Kenny DJ, Trope M, Sigurdsson A, Andersson L, Bourguignon C, Flores MT, Hicks ML, Lenzi AR, Malmgren B, Moule AJ, Pohl Y, Tsukiboshi M. International Association of Dental Traumatology guidelines for the management of traumatic dental injuries: 1. Fractures and luxations of permanent teeth. Dent Traumatol 2012; 28: 66-71. Erratum in Dent Traumatol. 2012: 28: 499.

26. Andreasen FM, Andreasen JO, Bayer T. Prognosis of root fractured permanent incisors – prediction of healing modalities. Endod Dent Traumatol 1989: 5: 11– 22.

27. Andreasen FM, Andreasen JO. Resorption and mineralization processes following root fracture of permanent incisors. Endod Dent Traumatol 1988: 4: 202–214.

28. Andreasen JO, Andreasen FM, Mejàre I, Cvek M. Healing of 400 intra-alveolar root fractures. 1. Effect pre-injury and injury factors such as sex, age, stage of root development, fracture type, location of fracture and severity of disclocation. Dent Traumatol 2004: 20: 192-202.

29. Andreasen JO, Hjorting-Hansen E. Intraalveolar root fractures: radiographic and histologic study of 50 cases. J Oral Surg 1967: 25, 414-426.

30. Flores MT, Andersson L, Andreasen JO, Bakland LK, Malmgren B, Barnett F et al. Guidelines for fractured and luxated permanent teeth. Dent Traumatol 2007: 23: 66–71.

31. Andreasen JO, Andreasen FM, Skeie A, Hjorting-Hansen E, Schwartz O. Effect of treatment delay upon pulpal and periodontal healing of traumatic dental injuries – a review article. Dent Traumatol 2004: 18: 116–128.

32. Balaji S. Exodontia, Textbook of oral dan maxillofacial surgery. Dehli: Sounders Elsevier, 2009: 211-29.

(51)

34. Suryanto. 1 dari 3 perempuan tua Indonesia osteoporosis. http://www.antaranews.com/berita/401929/1-dari-4-perempuan-tua-indonesia-osteoporosis. (24 Oktober 2013).

35. Shuler CF. Tooth Loss in Seniors (Age 65 and Over). http://www.nidcr.nih.gov/DataStatistics/FindDataByTopic/ToothLoss/ToothLo ssSeniors65andOlder.htm (1 Juni 2009).

36. Roh BD, Lee YE. Analysis of 154 cases of teeth with cracks. Dent Traumatol. 2006 Jun;22(3):118-23.

(52)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Diong Charng Shing Tempat/ Tanggal Lahir : Johor/ 21 Januari 1990 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Buddha

Alamat : Jalan Sei Padang, Gang Pribadi, No. 21 Medan Orangtua

Ayah : Diong Yu Ching

Ibu : Ting Hea Ing

Riwayat Pendidikan

1. 1997-2003 : Marsiling Primary School, Singapore

2. 2003-2009 : SMK Dato' Jaafar, Johor

(53)

LAMPIRAN 2

ANGGARAN PENELITIAN

1. Biaya pengumpulan literatur 2. Biaya pembuatan proposal 3. Biaya pembuatan laporan hasil 4. Biaya printing dan fotocopy 5. Biaya penjilidan dan penggandaan 6. Biaya tidak terduga

7. Biaya sewa proyektor seminar

Rp 50.000 Rp 50.000 Rp 50.000 Rp 50.000 Rp 100.000 Rp 50.000 Rp 150.000

_______________

(54)

LAMPIRAN 3

JADWAL KEGIATAN

Kegiatan Bulan

Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Persiapan dan pembutan

proposal

X X X X

Seminar proposal X

Perbaikan X X

Penelitian X X X X

Pengolahan data X X X X

Pembuatan laporan hasil

penelitian

X X X X X X X

Seminar hasil X

Gambar

Gambar 2. Tambalan yang besar pada gigi.19
Gambar 3. Fraktur gigi pasca perawatan endodontik.20
Gambar 4. Fraktur terbatas pada email dengan hilangnya struktur gigi.23,24
Gambar 5. Fraktur terbatas pada email dan dentin dengan hilangnya struktur gigi, tapi tidak melibatkan pulpa.23,24
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian, terlihat bahwa umur, jenis kelamin dan pencabutan gigi berhubungan dengan prevalensi tindakan alveolektomi yang dilakukan di Departemen Bedah Mulut

Sampel pada penelitian ini adalah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila berdasarkan umur dan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG

Treatment of traumatized maxillary permanent lateral and central incisors horizontal root fractures.. Indian Journal of

[r]

PREVALENSI PENCABUTAN GIGI ANTERIOR MAKSILA BERDASARKAN UMUR DAN JENIS KELAMIN DI DEPARTEMEN BEDAH MULUT.. RSGMP FKG USU

“ Prevalensi Pencabutan Gigi Anterior Maksila Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2013-2014 ”.. Besar biaya yang diperlukan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi tindakan alveolektomi berdasarkan jenis kelamin, umur dan regio yang dilakukan di Departemen Bedah Mulut dan

Pencabutan gigi mnejadi kontraindikasi bagi atas pasien-pasien dengan kondisi dan situasi yang tidak memungkinkan bagi pasien sehingga pencabutan gigi harus