• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi fraktur akar gigi anterior berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun 2010-2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prevalensi fraktur akar gigi anterior berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun 2010-2012"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Amirah Binti Nazri Tempat / Tanggal Lahir : Kedah / 10 Januari 1991 Jenis Kelamin : Wanita

Agama : Islam

Alamat : Gang Kemuning, Jln Dr Mansyur

Orangtua

Ayah : Nazri Bin Abdullah Ibu : Shaairah Binti Johari

Riwayat Pendidikan

1 1997-2003 : SK Taman Ria, Kedah 2. 2004-2006 : SMK Ibrahim , Kedah 3. 2006-2008 : MRSM Merbok, Kedah

4. 2009-2010 : Kolej Matrikulasi Pulau Pinang

(2)

DAFTAR PUSTAKA 1. Arfina Eka Priana

Afrinaekapriana.blogspot.com/2012/12/prevalensi-fraktur-akar-pasca_7340.html >(29 Disember 2013)

2. Rusli NR. Thalasemia dan ekstraksi.

http://ninarusmayanti.blogspot.com/2009/08/thalasemia-dan-ekstraksi-gigu.html ( 12 September 2013).

3. Da’ameh Da’ameh. Reason for permananet tooth extraction in the North of Afghanistan. Journal of Dentistry 2006 ; 34: 48-51.

4. Reghunathan SP. Reason for tooth extraction in Urban and Rural populations of Saudi Arabia. Pakistan Oral and Dental Journal 2010; 10: 199-204.

5. Mccaul LK, Jnekins WMM, Key EJ. The reason for extraction of permananet teeth in Scotland a 15 years follow up study. British Dental Journal 2001; 190: 658-662.

6. A.K Hassan. Reason for tooth extraction among patients in Sebha, Libyan Arab Jamahiriya : A pilot study.La Revue de Sante de la Mediterranae Orientale. 2000; vol.6 : 176-178.

7. Gordon W. Pederson. 1st ed., Philadelphia: WB Saunders Co.,1988 : 29-45. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut ( Oral Surgery).

8. James R.H, Edward E 111, Myron R. Tucker. Oral and maxillofacial surgery. 5th ed. Cleveland Ohio, 2008 : 95-126.

11.Anastesi lokal dalam pencabutan gigi.

www.scribd.com/doc/92448209/amastesi-lokal-dalam-pencabutan-gigi >( 7 Oktober 2013)

12.Fajrilhaq

(3)

http://www.scribd.com/doc/89477475/penatalaksanaan -pencabutan-gigi-rahang. >( 25 Agustus 2013)

13.Itjiningsih WH. Anatomi gigi. Jakarta :EGC, 1995: 92-137

14.Minasari Nasution. Pengenalan Gigi. Medan :USU Press, 2011 :41-67. 15.Malik NA. Textbook of oral and maxillofacial surgery. 2nd ed. India: Jaypee

Brothers Medical Publishers, 2008 : 141-190.

16.Anonymous. http://drgstoothpix.com/radiographic-interpretation/trauma-to-teeth-and-jaws/root-fractures-horizontal/ .>(26 Desember 2013)

17.Malhotra N, Kundabala M, Acharaya S. A review of root fractures: Diagnosis treatment and prognosis. Dent Update 2011 Nov; 38(9): 615-28.

18.Fu PS, Hung CC, Hong JM, Wang JC, Wu YM. Three-dimensional relationship of the maxillary anterior teeth to the incisive papilla in young adults. Kaohsiung J Med Sci. 2007 Oct; vol 23 no 10: 519-25.

19.Alex JM, Kahlert B. Diagnosis and management of teeth with vertical root fractures. Australian Dental Journal March 2000;44(2): 75-87.

20.Bhaskar U, Logani A, Shah N. True vertical tooth root fracture: case report and review. Contemp Clin Dental Journal 2011 Jul-Sept;2(3): 265-68.

21.Andrea BM, Hanssen, Arx TV. Permanent teeth with horizontal root frantures after dental trauma. Schweiz Monatsschr Zahnmed. 2010 March; vol.120: 200-06.

22.Sujatha I, Nadiq P, Mangala MG. Instant esthetics for complicated crown fracture of maxillary anterior teeth. Case reports. Indian Journal of Multidisciplinary Dentistry May-June 2011;vol 1(4): 231-35.

23.Seto,B., Chung K, Johnsson J, Paranjpe A. Article: Fracture resistance of stimulated immature maxillary anterior teeth restored with fiber posts and composite to varying depths. Textbook of Dental Traumatology. 12020 ed. USA.: John Wiley and sons Publishers,2012 : 1600-2000.

24.Aras MH, Ozcan E, Zorba YO, Aslan M. Treatment of traumatized maxillary permanent lateral and central incisors horizontal root fractures. Indian Journal of Dental Research. 2008; vol 19(4) : 354-56

(4)

2007 Dec; vol 84(12) : 599-602.

26.Loomba K, Bains R, Bains VK. Aproposal for classification of tooth fractures based on treatment need. Journal of Oral Science, 2010; vol 52(4) : 517-29. 27.Richards W, Ameen J, Coll AM, Higgs G. Reasons for tooth extraction in four

general dental practices in South Wales. Br Dent Journal, 2005 March 12; vol 198(5) : 275-8.

28.Chrysanthakopoulos NA. Reasons for tooth extraction in permanent teeth in Greece : a five-year follow up study. International Dental Journal, 2011 Feb ;vol 61(1) : 19-24.

29.Aida J, Ando Y, Akhtr R, Aoyama H, Hasui M. Extractions teeth in Japan. Epidemiol Journal, 2006 Sept; vol 16(5) : 214-19.

30.National Institutes of Health Osteoporosis and Related Bone Diseases National Resources Centre. Pregnancy, Breastfeeding and Bone Health. >

(5)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara survei deskriptif yaitu mendeskripsikan atau menggambarkan tentang prevalensi fraktur akar gigi anterior berdasarkan usia dan jenis kelamin yang dicabut di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU dari tahun 2010-2012.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departemen Bedah Mulut RSGMP USU dari tahun 2010-2012

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang dilakukan pencabutan fraktur akar gigi anterior berdasarkan usia dan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU dari tahun 2010-2012.

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang dilakukan pencabutan fraktur akar gigi anterior berdasarkan usia dan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP USU dari bulan Januari 2010 sampai bulan Desember 2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian.

Kriteria inklusi

1. Seluruh data rekam medis pasien yang dilakukan pencabutan fraktur akar gigi anterior di Departemen Bedah Mulut RSGMP USU tahun 2010 sampai 2012. 2. Data rekam medis pasien yang dilakukan pencabutan fraktur akar gigi

(6)

Kriteria eksklusi

1. Data rekam medis pasien pencabutan fraktur akar gigi anterior di Departemen Bedah Mulut RSGMP USU dari bulan Januari 2010 sampai bulan Desember 2012 yang tidak memliki informasi tentang data peribadi (usia dan jenis kelamin).

2. Seluruh data rekam medis pasien yang dilakukan pencabutan fraktur akar gigi anterior di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU selain dari tahun 2010 sampai 2012.

3.4 Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas : Pasien yang datang ke RSGMP FKG USU

2. Variabel Terikat : Pencabutan fraktur akar gigi anterior,usia dan jenis kelamin.

3.5 Definisi Operasional

Tabel 1. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional

Umur Usia yang terhitung dari lahir sampai

ulang tahun terakhir dari pasien yang mengalami fraktur akar gigi anterior.

Jenis kelamin Pasien yang mengalami pencabutan fraktur akar gigi anterior yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan.

Pasien yang datang untuk dilakukan pencabutan fraktur akar gigi anterior

(7)

3.6 Metode Pengambilan Data

Data dikumpulkan dengan cara mencatat data sekunder rekam medis pasien yang sudah melakukan pencabutan fraktur akar gigi anterior berdasarkan usia dan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP USU dari bulan Januari 2010 sampai bulan Desember 2012 yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini..

3.7 Pengolahan Data

Data diolah secara tabulasi manual dengan sistem komputerisasi dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik maupun diagram.

3.8 Analisa Data

(8)

Alur Penelitian.

Prevalensi pencabutan fraktur akar gigi anterior berdasarkan usia dan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut RSGMP USU pada tahun 2010-2012.

Populasi

Seluruh rekam medis yang berisi data tentang seluruh pasien dengan kasus pencabutan fraktur akar gigi anterior di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU pada tahun 2010-2012..

Sampel

Rekam medis yang berisi data tentang seluruh pasien yang dilakukan pencabutan fraktur akar gigi anterior di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU pada tahun 2010-2012.

Variabel

1. Pencabutan fraktur akar gigi anterior

2. Umur

3. Jenis kelamin

(9)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Prevalensi fraktur akar gigi anterior berdasarkan umur di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU Tahun 2010-2012

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan disebutkan bahwa jumlah seluruh sampel adalah 180 orang. Dari 180 orang tersebut jumlah pasien yang paling banyak dilakukan pencabutan fraktur akar gigi anterior adalah rentang umur 42-51 tahun yakni sebesar 55 orang dengan persentase 30.65% kemudian diikuti rentang umur 32-41 tahun yaitu sebanyak 39 orang dengan persentase 21.7%, umur 52-61 tahun sebesar 27 orang dengan persentase 15%. Seterusnya dengan rentang umur 12-21 tahun sebanyak 23 orang yang dilakukan pencabutan fraktur akar gigi anterior yaitu dengan persentase 12.8% kemudian diikuti rentang umur diatas 61 tahun sebanyak 21 orang dengan persentase sebesar 11.6% dan jumlah pasien yang paling sedikit yang dilakukan pencabutan fraktur akar gigi anterior adalah umur 22-31 tahun yaitu sebanyak 15 orang dengan persentase sebesar 8.3%.

Tabel 2. Prevalensi fraktur akar gigi anterior berdasarkan umur di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun 2010-2012.

Umur Pasien Jumlah Persentase

12-21 23 12.8%

(10)

4.2 Prevalensi Fraktur Akar Gigi Anterior Berdasarkan Jenis Kelamin di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun 2010-2012.

(11)

Tabel 3. Prevalensi fraktur akar gigi anterior berdasarkan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun 2010-2012.

Jenis Kelamin Jumlah

(orang)

Persentase

Laki-laki 37 20.55%

Perempuan 143 79.44%

Jumlah 180 100%

Diagram 2. Prevalensi fraktur akar gigi anterior berdasarkan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun 2010-2012.

Laki-laki Perempuan Perempuan 79.44%

(12)

BAB 5 PEMBAHASAN

Fraktur akar gigi anterior merupakan fraktur yang melibatkan sementum, dentin, pulpa gigi anterior dan jaringan periodonsium. Apabila tidak dirawat bisa menyebabkan berbagai komplikasi. Fraktur yang sering terjadi pada gigi anterior adalah fraktur horizontal dimana melibatkan gigi yang sudah erupsi dengan formasi akar yang sudah sempurna.

Hasil penelitian diperoleh dari 180 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengna fraktur akar gigi anterior berdasarkan umur dan jenis kelamin yanf dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari Januari 2010 sampai bulan Desember 2012.

Distribusi sampel berdasarkan umur diperoleh sampel paling banyak adalah rentang umur 42-51 tahun yaitu sebanyak 55 orang dengan persentase 30.65%. Hasil ini berbeda dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh Neeraj Malhotra, M Kundabala dan S. Acharaya ( 2011) di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Manipal di India yang mengatakan prevalensi seringnya terjadi fraktur akar gigi adalah pada rentang umur 11-20 tahun17. Penelitian pada pasien di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSMP FKG USU tahun 2010-2012 ternyata pasien yang paling banyak dilakukan pencabutan akar gigi anterior pada rentang umur 42-51 tahun. Hal ini bisa saja terjadi karena hasil ini tidak menggambarkan keseluruhan pasien di suatu daerah yang mengalami fraktur akar gigi anterior. Namun.,hasil penelitian dari T.E Okagbre dan S.A.B Ogunwande di Universitas Delta State di Abraka selama 12 bulan pada tahun 2009 ternyata berbeda karena menurut mereka rentang umur 41-50 tahun itu persentase terjadi fraktur akar gigi anterior adalah sebesar 54.5%.

(13)

Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin diperoleh jumlah pasien dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan pasien dengan jenis kelamin laki-laki yaitu pada tabel 3. Dari hasil penelitian 180 orang pasien yang dilakukan pencabutan fraktur akar gigi anterior diperoleh bahwa pasien yang berjenis kelamin perempuan yang banyak dilakukan pencabutan fraktur akar gigi anterior yaitu sebesar 143 orang dengan persentase 79.44% sedangkan pasien yang berjenis kelamin laki-laki hanya 20.55% yaitu seramai 37 orang pasien. Data tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Andrea B. Wolner, Hanssen dan Thomas Von Arx dari Fakultas Kedokteran Gigi di Universitas Bern di Switzerland yang menunjukkan bahwa lebih banyak kasus fraktur akar gigi anterior pada pasien jenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 72% berbanding persentase pasien yang berjenis kelamin perempuan hanya 28%.21

Hal ini bisa terjadi karena menurut jurnal dari Universitas Baghdad, Iraq yang yang mengatakan bahwa laki-laki mempunyai kesadaran yang kurang mengenai penjagaan kesehatan dan kebersihan gigi dimana perempuan lebih peduli untuk mendapatkan perawatan dan pelayanan kesehatan dalam bidang penjagaan dan kebersihan gigi.Pasien perempuan cenderung memiliki sensitifitas dan kepedulian yang tinggi terhadap kondisi rongga mulut mereka berbanding laki-laki.6

(14)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penilitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Prevalensi terjadinya fraktur akar gigi anterior yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari bulan Januari 2010 sampai bulan Desember 2012 adalah sebesar 180 orang.

2. Fraktur akar gigi anterior lebih sering terjadi pada jenis kelamin wanita. Prevalensi fraktur akar gigi anterior pada wanita adalah lebih besar dibandingkan dengan jenis kelamin lelaki.

3. Fraktur akar gigi anterior dapat saja terjadi pada semua rentang umur dengan angka kejadian paling tinggi terjadi pada rentang umur 42-51 tahun yaitu sebesar 30.65%.

4. Terdapat perbedaan dari hasil penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya di berbagai negara. Hal ini bisa terjadi karena hasil ini tidak menunjukkan semua data yang lengkap mengenai pasien yang berkunjung ke rumah sakit untk mendapat perawatan gigi dan mulut.

6.2 Saran

Saran penulis dalam melakukan penelitian ini :

1. Disarankan agar pada penelitian yang selanjutnya dapat meneliti jenis-jenis fraktur akar gigi anterior serta prevalensinya berdasarkan regio.

2. Diharapkan juga pencatatan data rekam medis dapat dilakukan dengan lebih terperinci dan jelas seperti mengenai data peribadi pasien,etiologinya terjadinya fraktur pada gigi pasien sehingga penelitian yang seterusnya mengenai fraktur akar gigi dapat dijalankan dengan lebih baik.

(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pencabutan

Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari dalam soket dari tulang alveolar, di mana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi.1,2 Pencabutan gigi merupakan hal yang paling penting dilakukan seorang dokter gigi. Tahap awal dari prosedur ini adalah membuat pasien pati rasa dan cara yang paling umum untuk memperoleh tujuan tersebut adalah dengan anastesi lokal, walaupun ada cara lain seperti hipnosis atau anastesi umum yang dapat digunakan.9 Pencabutan gigi dilakukan dengan menggunakan tang, ada berbagai macam tang dirancang agar sesuai dengan gigi dan mulut individu pasien.8,9 Meskipun alat yang digunakan dalam setiap kasus ditentukan oleh pengalaman peribadi operator.8 Gigi bisa juga dicabut dengan alat yang dinamakan elevator, yang dikhususkan untuk mengungkit gigi. Selalu diingat bahwa gigi bukanlah “ditarik” melainkan dicabut dengan hati-hati. Dari beberapa kasus digunakan untuk menggerakkan gigi dengan cara mengungkit dari tulangnya.7,8,9

Selama ekstraksi, dokter gigi diharuskan untuk tidak merusak gigi tetangga atau jaringan lunak dan termasuk jaringan lunak bibir.7,8 Kadang-kadang cedera kecil ini tidak terhindarkan tergantung dari banyaknya faktor seperti ukuran dan bentuk dari gigi dan mulut itu sendiri, kesulitan pencabutan dan yang paling penting adalah kooperatif dari pasien. Terkadang tang yang besar harus dipakai dan ahli bedah harus hati-hati kemungkinan adanya fraktur rahang, khususnya pada pasien yang lanjut usia dengan kondisi tulang yang relatif rapuh dan merusak jaringan sekitar seperti saraf, dan dirahang atas yaitu sinus maksilaris.7,9

(16)

pasien mengenai pasca pencabutan., bagaimana pasien merawat bekas pencabutan atau luka dan apa yang harus pasien lakukan apabila merasakan sakit yang teramat sangat dan pendarahan berulang. Dalam beberapa kondisi jahitan perlu dilakukan maka dari itu terdapat kewajiban dari dokter gigi untuk memberikan tindak lanjut pada para pasien.8,9

2.2 Anatomi Gigi Anterior

Anatami gigi pada rahang atas adalah yaitu insisivus sentralis, insisivus lateralis, dan gigi kaninus. Gigi pada rahang bawah terdiri dari insisivus sentralis, insisivus lateralis dan gigi kaninus yang masing mempunyai fungsi dan bentuk anatomis yang berbeda.13,14

2.2.1 Insisivus Sentralis Maksila

Gigi ini adalah gigi yang pertama pada rahang atas yang terletak dikiri kanan garis tengah/median. Permukaan labialnya lebih cembung dibandingkan dengan gigi insisivus lateralis maupun kaninus atas, sehingga bentuk gigi insisivus sentralis maksila seperti segi empat (squared). Insisivus sentralis maksila tumbuh normal, kadang-kadang memiliki akar pendek tetapi mahkota panjang, berada paling depan di rongga mulut.13,14

2.2.2 Insisivus Lateralis Maksila

Gigi ini adalah gigi ke-2 dari garis tengah. Bentuknya fungsional sama dengan insisivus sentralis atas, sehingga mempunyai tugas yang sama di dalam mulut, yakni dimensi koronanya lebih kecil dalam semua jurusan dan bentuknya lebih bulat. Akarnya lebih langsing dan apeksnya runcing. Insisivus lateralis atas mempunyai banyak variasi/anomali.13,14

2.2.3 Kaninus Maksila

(17)

di rahang sesudah gigi lainnya hilang. Seringkali dipakai untuk pegangan dari geligi tiruan. Karena posisinya dalam rahang, panjang dan angulasi akarnya maka gigi kaninus menjadi struktur yang penting dari muka, yang memberi karakter, kekuatan dan kecantikan.13,14

2.2.4 Insisivus Sentralis Mandibula

Gigi insisivus sentralis mandibular permanen merupakan gigi terkecil dalam lengkung rahang. Crownnya sedikit lebih besar dari setengah diameter mesiodistal gigi insisivus sentralis maksila, diameter labiolingualnya sekitar 1mm lebih kecil. Ukuran mesiodisatal radiks sempit sehingga radiks dan mahkota terlihat lebar dalam arah labiolingual.13,14

2.2.5 Insisivus Lateralis Mandibula

Gigi insisivus lateralis mandibular merupakan gigi mandibular kedua dari median line, baik di sebelah kanan maupun sebelah kiri. Gigi ini mirip dengan

gigi insisivus sentralis mandibula, ukurannya sedikit lebih besar, fungsi kedua gigi ini saling berhubungan.13,14

2.2.6 Kaninus Mandibula

Kaninus maksila dan mandibular mirip sekali. Ukuran mesiodistal lebih kecil daripada kaninus maksila, radiks pendek, ukuran labiolingual crown dan radiks sekitar 1 mm lebih kecil daripada kaninus maksila. Permukaan lingual crown halus, cingulum dan marginal ridge kecil. Bagian lingual crown menyerupai permukaan lingual insisivus lateralis mandibular. Cusp gigi tidak sebesar cusp gigi kaninus maksila, ukuran labiolingual cusp ridge-nya lebih tipis. Ujung cusp segaris dengan pusat radiks baik dari aspek mesial maupun distal, kadang-kadang sedikit ke lingual. Beberapa gigi kaninus mandibula memiliki bifurkasi radiks. 13,14

(18)

2.3 Indikasi dan Kontraindikasi

Indiksi pencabutan gigi banyak dan bervariasi. Jika perawatan konservasi gagal atau tidak indikasi sebuah gigi harus dicabut karena hal lain sebagai berikut.7

2.3.1 Indikasi Pencabutan

a. Karies yang parah, alasan paling umum dan yang dapat diterima secara luas untuk pencabutan gigi adalah karies yang tidak dapat dirawat.

b. Nekrosis pulpa, sebagai dasar pemikiran kedua-dua ini terkait dengan pencabutan gigi adalah adanya nekrosis pulpa atau pulpa irreversibel yang tidak diindikasikan untuk perawatn endodontik.

c. Penyakit Periodontal, periodontitis dewasa yang berat dan luas akan menyebabkan kehilangan tulang berlebihan dan mobiliti gigi yang menetap.

d. Gigi Retak, gigi yang retak atau mengalami fraktur akar biasanya menyebabkan nyeri hebat dan tidak dapat dikendalikan dengan perawatan endodonti.

(19)

e. Gigi terpendam, apabila gigi terpendam menimbulkan masalah dan menyebabkan gangguan fungsi normal dari pertumbuhan gigi, maka gigi terpendam ini diekstraksi.

f. Gigi berlebih, dapat mengganggu pertumbuhan gigi geligi normal atau menyebabkan gigi berjejal berat dan estetis yang kurang pada gigi anterior.

g. Keperluan ortodonti, ekstraksi gigi dilakukan untuk perawatan ortodonti dengan pertumbuhan gigi yang berjejal.

h. Gigi yang mengalami malposisi, jika gigi mengalami trauma jaringan lunak dan tidak dapat ditangani oleh perawatan ortodonsi, gigi tersebut harus diekstraksi.

i. Gigi yang fraktur, pencabutan gigi yang fraktur bisa sangat sakit dan rumit dengan teknik yang lebih konservatif.

j. Gigi yang terkait dengan lesi patologis. Dalam beberapa situasi, gigi dapat dipertahankan dan terapi endodontik dapat dilakukan. Namun, jika mempertahankan gigi dengan operasi lengkap pengankutan lesi, gigi tersebut harus dicabut,

k. Gigi yang mengalami fraktur rahang. Dalam sebagian kondisi gigi yang terlibat dalam garis fraktur dapat dipertahankan tetapi jika terluka maka pencabutan mungkin diperlukan untuk mencegah infeksi.

h. Preradioterapi, pasien akan mendapatkan perawatan radioterapi pada rongga mulutnya harus dilakukan ekstraksi gigi terlebih dahulu pada gigi-gigi yang merupakan indikasi pada daerah yang akan diradioterapi.8

2.3.2 Kontraindikasi Pencabutan Gigi

(20)

a. Kontraindikasi sistemik

Kontraindikasi sistemik meliputi kondisi sistemik pasien yang tidak memungkinkan pasienuntuk mendapatkan terapi bedah, seperti pasien dengan penyakit-penyakit metabolik yang tidak terkontrol , seperti diabetes yang tidak terkontrol dan penyakit ginjal yang parah. Pasien dengan leukemia atau limfoma yang tidak terkontrol juga merupakan kontraindikasi untuk ekstraksi gigikarena berpotensi cukup besar untuk mengalami komplikasi infeksi dan perdarahan berat. Pasien dengan penyakit jantung yang tidak terkontrol pun harus menunda ekstraksi giginya hingga penyakit tersebut terkontrol. Begitu pula pada pasien dengan hipertensi yang tidak terkontrol karena dapat menyebabkan perdarahan yang persisten, akut myocardial insuffiensi,dan cerebrovascular accident.

Kehamilan relatif merupakan kontraindikasi pencabutan. Pencabutan pada wanita hamil dapatdilakukan pada akkhir trimester awal, trimester kedua, dan awal trimester akhir. Namun,tindakan yang lebih ekstensif harus ditunda sampai kelahiran.Pasien hemophilia atau pasien dengan platelet disorder tidak boleh dilakukan ekstraksi gigihingga koagulopati yang diderita dinyatakan sembuh2,7,8,9

b. Kontraindikasi Lokal

Kondisi- kondisi yang termasuk dalam kontraindikasi lokal dari pencabutan gigi adalah:2,7,8,9

a. Ekstraksi pada area radiasi b. Gigi pada area tumor malignan

c. Perikoronitis maupun radang akut lainnya d. Gigi dengan abses dentoalveolar.

2.4 Prinsip Ekstraksi Gigi

Dalam prakteknya, ekstraksi gigi harus mengikuti prinsip-prinsip yang akan memudahkan dalam proses ekstraksi gigi dan memperkecil terjadinya komplikasi ekstraksi gigi 7,9,10,12.

a. Asepsis

(21)

Asepsis secara praktis merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memberantas semua

jenis organisme. Tindakan sterilisasi dilakukan pada tim operator, alat-alat yang dipergunakan, kamar operasi, pasien terutama pada daerah pembedahan.

b. Pembedahan atraumatik

Pada saat ekstraksi gigi harus diperhatikan untuk bekerja secara hati-hati, tidak kasar, tidak ceroboh, dengan gerakan pasti, sehingga membuat trauma sekecil mungkin. Tindakan yang kasar menyebabkan trauma jaringan lunak, memudahkan terjadinya inflamasi dan memperlambat penyembuhan. Peralatan yang digunakan

haruslah tajam karena dengan peralatan yang tumpul akan memperbesar terjadinya

trauma.

c. Akses dan lapangan pandang baik

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi akses dan lapangan pandang yang baik selama proses ekstraksi gigi. Faktor-faktor tersebut adalah posisi kursi, posisi kepala pasien, posisi operator, pencahayaan, retraksi dan penyedotan darah atau saliva. Posisi kursi harus diatur untuk mendapatkan akses terbaik dan kenyamanan bagi operator dan pasien. Pada ekstraksi gigi maksila, posisi pasien lebih tinggi dari dataran siku operator dengan posisi sandaran kursi lebih rendah sehingga pasien duduk lebih menyandar dan lengkung maksila tegak lurus dengan lantai. Sedangkan ekstraksi gigi pada mandibula, posisi pasien lebih rendah dari dataran siku operator dengan posisi sandaran kursi tegak dan dataran oklusal terendah sejajar dengan lantai. Pencahayaan harus diatur sedemikian rupa agar daerah operasi dapat terlihat dengan jelas tanpa bayangan hitam yang membuat gelap daerah operasi. Retraksi jaringan juga dibutuhkan untuk mendapatkan lapangan pandang yang jelas. Daerah operasi harus bersih dari saliva dan darah yang dapat mengganggu penglihatan ke daerah tersebut sehingga dibutuhkan penyedotan pada rongga mulut.

d. Tata Kerja Teratur

(22)

berbeda untuk setiap pembedahan, sehingga dapat menggunakan tekanan terkontrol sesuai dengan urutan tindakan.

2.5 Teknik dan Jenis Anastesi

Teknik yang digunakan untuk menganastesi gigi anterior adalah injeksi supraperiostal yang menganastesi nervus alveolaris superior anterior. Teknik ini dapat menganastesi semua gigi anterior.10

2.5.1 Anastesi Insisivus sentralis

Titik suntikan pada lipatan mukolabial. Anestetikum dideponir sedikit di atas apeks akar gigi. Injeksikan perlahan sedikit demi sedikit. Karena adanya serabut-serabut dari sisi yang lain, mungkin perlu diinjeksikan pada apeks gigi insisivus sentralis sisi yang lain, baik tindakan bedah atau untuk pencabutan gigi.8,9,10

2.5.2 Anastesi insisivus lateralis

Tekniknya dengan mendeponir anestetikum sedikit di atas apeks akar gigi. Perlu diingat bahwa apeks gigi insisivus lateralis terletak pada fossa incisisva yang merupakan cekungan. Sebelum penusukan dilakukan palpasi untuk menentukan kontur tulang terlebih dahulu, maka akan memudahkan penempatan anestetikum.8,9,10

2.5.3 Anastesi Kaninus

Gigi kaninus diinervasi oleh serabut yang berasal dari saraf gigi superior anterior.

(23)

2.6 Metode Pencabutan Gigi Anterior

Terdapat berbagai teknik dan gerakan-gerakan yang dapat kita lakukan pada saat pencabutan gigi.teknik dan gerakan-gerakan ini digunakan untuk melepaskan serabut-serabut periodontium yang terdapat diantara gigi dengan dinding alveolus. Dengan demikian, gigi dapat terlepas dari perlekatannya dengan alveolus dan dapat dengan mudah dicabut.9

2.6.1 Pencabutan gigi rahang atas 1. Gigi Insisivus sentralis 8,9

Berakar satu atau bulat. Tang yang dipakai yaitu tang insisivus maksila yang mulutnya besar atau kecil, tergantung pada besarnya gigi. Gingiva dilepas dengan raspatorium dari serviks gigi kemudian tang ditempatkan sedalam mungkin dan sesuai dengan poros gigi. Gerakannya lebih banyak rotasi dibantu dengan luksasi sedikit, baru setelah gigi terasa lepas dari alveolas, kita bantu dengan gerakan ekstraksi. Secara normal disini hanya terjadi robekan-robekan dari serabut periodontium.

2. Gigi Insisivus lateralis 8,9

Berakar satu dan agak gepeng.Pucuk akar kadang-kadang membengkak ke distal. Mahkota dan akar lebih kecil dari insisivus sentralis

Tang yang dipakai yaitu tang insisivus lateralis yang mulutnya lebih kecil dari tang insisivus sentralis. Gerakannya hanya luksasi, dibantu sedikit dengan rotasi. Luksasi lebih banyak ke arah labial karena bagian labial tulangnya lebih tipis sehingga ekstraksi mudah dilakukan.

3. Gigi Kaninus 8,9

(24)

2.6.2 Pencabutan gigi rahang bawah 1. Gigi insisvus sentralis dan lateralis 8,9

Berakar satu dan akarnya gepeng. Tang yang dipakai adalah tang insisivus bawah yang bersudut 900. (sudut antara gagang dan mulut tang). Gerakan yang digunakan adalah luksasi. Luksasi lebih ke labial daripada lingual karena tulang lingual lebih tipis. Setelah gigi longgar baru dilakukan ekstraksi.

2. Gigi kaninus

Berakar satu dan panjang. Pada potongan melintang seperti kaninus rahang atas, di bagian bukal tulangnya kadang-kadang melekat pada gigi sehingga pada pencabutan dapat menyebabkan frakturnya tulang rahang pada sekitar gigi tersebut.

2.7 Teknik Pengambilan Fraktur Akar Gigi Anterior

Pengambilan fraktur dari gigi yang berakar satu terdapat dua metode yaiti metode terbuka dan metode tertutup. 9

2.7.1 Metode tertutup

1. Fraktur pada korona saja atau fraktur berhampiran serviks.

Bila fragmen fraktur masih bisa dicakup dengan tang, maka dapat dimasukkan tang sedalam mungkin kemudian fragmen fraktur dapat dikeluarkan tanpa memperbesarkan trauma. Tang yang digunakan adalah tang sisa akar yang lancip atau tang insisivus yang mulutnya kecil sehingga dapat masuk lebih dalam.9

Caranya adalah dengan melepaskan gingiva disekitar fraktur menggunakan raspatorium, kemudian bein ditempatkan diantara alveolus dengan akar gigi dengan tujuan melebarkan alveolus bagian labial dan palatinal sehingga tang tersebut dapat masuk untuk mencakup sisa akar tersebut. Namun, haruslah berhati-hati karena bein dapat meleset serta bisa menyebabkan fraktur yang lain.9 2. Fraktur akar yang lebih rendah dari tepi alveolus (alveolus sudah lebih tinggi daripada sisa akar).

(25)

dan bein digerakkan kearah mesial,distal,lingual serta menggerakkan akar kearah oklusal.

Cara lain adalah dengan membuang sedikit tulang alveolus bagian palatinal / lingual kemudian dengan menggunakan tang sisa akar yang kecil hingga dapat mencakupnya dan fragmen dapat diambil.

3. Fraktur lebih kecil sepertiga dari akar 9

Pengambilan sisa akar dapat dilakukan dengan cara membuang tulang alveolus bagian bukal / labial tetapi hanya secukupnya dan kemudian sisa akar dapat dikeluarkan dengan bein.9

2.7.2 Metode terbuka.

(26)

Gambar 4 : Fraktur akar pada gigi anterior 20

Gambar 5 : Fraktur akar gigi insisivus di bagian apikal mengikut tipe dimana terjadinya fraktur.19

2.8 Komplikasi pencabutan gigi

Pencabutan fraktur gigi tidak terlepas dari beberapa komplikasi normal yang menyertainya. Komplikasi sendiri merupakan kejadian yang merugikan dan timbul diluar perencanaan dokter gigi. Oleh karena itu, kita sebagai dokter gigi

(27)

harus tetap mewaspadai segala kemungkinan dan berusaha mengantisipasinya sebaik mungkin.berbagai komplilkasi yang dapat terjadi, seperti :

1. Pendarahan yang berlebihan

Pendarahan yang dapat merupakan komplikasi. Pasien dengan ganggaun pembekuan darah sangatlah jarang ditemukan kebanaykan adalah individu dengan penyakit hati, pasien yang menerima antikoagulan atau pasien yang mengkonsumsi aspirin dosis tinggi atau agen antiradang nonsteroid. Semua kondisi ini bisa menyebabkan pendarahan.7.8

2. Fraktur mandibular atau maksila.

Paling umum terjadi karena kesalahan teknik operator saat melakukan pencabutan gigi. Oleh karena itu, operator harus memilki teknik yang benar dan bisa memperhitungksn seberapa besar penggunaan tenaga saat mencabut gigi dan cara menggunakan alat dengan tepat 9.

3. Infeksi

Meskipun jarang terjadi tetapi hal ini jangan dianggap sepele. Bila terjadi dokter gigi dapat memberikan resep berupa antibiotik untuk pasien yang berisiko terkena infeksi.7,9

4. Pembengkakan

Keadaan ini terjadi akibat pendarahan yang hebat saat pencabutan gigi. Ini terjadi kerana bermacam hal seperti kelainan sistemik pada pasien.9

5. Fraktur prosesus alveolaris

(28)

2.9 Kerangka Teori

Teknik pengambilan fraktur akar gigi anterior

Komplikasi pencabutan gigi

(29)

3.0 Kerangka Konsep

umur

Jenis Kelamin

-Laki-laki

-perempuan

(30)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tindakan ekstraksi gigi merupakan tindakan yang sehari-hari kita lakukan sebagai dokter gigi.1 Pencabutan gigi merupakan suatu tindakan pembedahan yang melibatkan jaringan tulang dan jaringan lunak dari rongga mulut1. Tindakan tersebut dibatasi dengan oleh bibir dan pipi dan terdapat faktor yang dapat mempersulit dengan adanya gerakan dari lidah dan rahang bawah.1

Pengertian bagi pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan sebuah gigi atau akar gigi yang utuh tanpa menimbulkan rasa sakit dengan trauma sekecil yang mungkin pada jaringan penyangganya sehingga bekas pencabutan akan sembuh secara normal dan proses penyembuhan tidak mengambil waktu yang lama serta tidak menimbulkan problema prostetik secara pasca bedah.2

Seorang dokter gigi haruslah mengusahakan agar setiap pencabutan gigi yang dilakukan merupakan suatu tindakan yang ideal dan mempunyai pengetahuan mengenai indikasi dan kontraindikasi dari pencabutan gigi untuk menghindari komplikasi yang mungkin timbul selama pencabutan.2

Pemahaman mengenai kerusakan banyak dan bervariasi. Alasan pencabutan gigi yang paling dominan adalah disebabkan oleh karies dan penyakit periodontal. Alasan lain termasuk karena abses atau infeksi, gigi yang terlibat dengan fraktur, keperluan ortodontik atau prostetik dan perawatan konservasi yang gagal.2

Penelitian yang dilakukan oleh Da’ameh Da’ameh (2005) di Utara

Afghanistan menemukan bahwa sebanyak 123 pasien yang dilakukan pencabutan gigi akar permanen dimana laki-laki sebanyak 54.5% dan 45.5% adalah perempuan. Secara total pencabutan yang paling dominan adalah disebabkan oleh karies yaitu sebanyak 59.2%, pencabutan disebabkan oleh penyakit periodontal sebnayak 35.3%, pencabutan untuk indikasi pembedahan sebanyak 4.9% dan yang terakhir adalah pencabutan atas permintaan pasien sendiri yaitu sebanyak 0.5%.3

(31)

anterior maksila, 38% pada gigi posterior maksila, 6% pada gigi anterior mandibular dan 29.71% posterior mandibular.4

Menurut penelitian yang dilakukan L.K.McCaul, dkk (2001) menemukan bahwa pencabutan akar gigi karena karies di atas 20 tahun sebesar 84.9% yaitu pada usia 21-30 tahun, pencabutan karena penyakit periodontal usia 51-6- tahun adalah 35.2%.5

Berdasarkan penelitian di Sebha, Libyan Arab Jamahiriya oleh A.K Hassan tahun 2000, menemukan bahwa karies adalah penyebab utama gigi diekstraksi yaitu sebanyak 57%. Pencabutan karena penyakit periodontal adalah sebanyak 41%. Ekstraksi gigi disebabkan traumatik atau impaksi adalah sebanyak 8.5%.6

Beberapa penelitian menemukan prevalensi fraktur akar gigi anterior dan sering menimbulkan masalah bagi penderitanya, yaitu terjadinya gangguan kualitas hidup.8 Adapun yang menyebabkan tingginya prevalensi pencabutan gigi dapat disebabkan oleh usia, jenis kelamin, sosial ekonomi dan kebiasaan hidup. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini di Medan, khususnya di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU.

1.2 Rumusan Masalah

1. Berapa jumlah pasien yang dilakukan pencabutan fraktur akar gigi anterior di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari tahun 2010 sampai tahun 2012.

2. Berapa jumlah pasien yang dilakukan pencabutan fraktur akar gigi anterior berdasarkan umur di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari tahun 2010 sampai tahun 2012.

(32)

1.3 Tujuan Penelitian Penelitian bertujuan untuk :

1. Mengetahui jumlah pasien yang dilakukan pencabutan fraktur akar gigi anterior di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari tahun 2010 sampai 2012

2. Mengetahui jumlah prevalensi pencabutan akar gigi anterior berdasarkan umur pasien di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari tahun 2010 sampai 2012.

3. Mengetahui prevalensi pencabutan fraktutr akar gigi anterior berdasarkan jenis kelamin pasien di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari tahun 2010 sampai 2012..

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan diketahuinya prevalensi pencabutan fraktur akar gigi berdasarkan umur dan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun 2010-2012 diharapkan dapat menjadi :

1. Bagi peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan dan memberikan pengalaman langsung dalam melakukan penelitian dan penulisan karya ilmiah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan informasi mengenai prevalensi fraktur akak gigi anterior berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU pada tahun 2010-2012.

2. Bagi instansi terkait

Dengan mengetahui prevalensi pencabutan fraktur akar gigi anterior berdasarkan umur dan jenis yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari tahun 2010-2012 maka diharapkan hasil penelitian sebagai data peningkatan kesehatan rongga mulut bagi masyarakat keseluruhan.

3. Bagi Mahasiswa.

(33)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Tahun 2014

Amirah Binti Nazri

Prevalensi fraktur akar gigi anterior berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun 2010-2012.

X+34 halaman

Fraktur akar gigi anterior sebagian besar disebabkan oleh faktor iatrogenik. Keadaan ini sering terjadi pada pencabutan dengan menggunakan tang pada gigi yang rapuh, akar gigi yang bengkok atau adanya hipersementosis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi fraktur akar gigi anterior berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun 2010-2012.

Penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif dengan jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi adalah 180 sampel. Penentuan sampel penelitian menggunakan teknik total sampling dimana seluruh populasi dijadikan sampel, yaitu sebanyak 180 sampel. Data sampel dikumpulkan dengan cara mencatat data sekunder rekam medis pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data diolah dengan sistem komputerisasi dan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.

Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi fraktur akar gigi anterior paling banyak terjadi pada pasien berumur 42-51 tahun yaitu sebanyak 30.65%. Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin diperoleh fraktur akar gigi anterior paling sering terjadi pada pasien dengan jenis kelamin perempuan dengan persentase 79.44%.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dalam pertimbangan lebih lanjut mengenai fraktur akar gigi anterior.

(34)

PREVALENSI FRAKTUR AKAR GIGI ANTERIOR

BERDASARKAN UMUR DAN JENIS KELAMIN

YANG DICABUT DI DEPARTEMEN BEDAH

MULUR DAN MAKSILOFASIAL RSGMP

FKG USU TAHUN 2010-2012

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

AMIRAH BINTI NAZRI NIM : 100600146

Nama Pembimbing :

Dr. Eddy Anwar Ketaren,drg., Sp.BM

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(35)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji

Medan, 10 Februari 2014

Pembimbing: Tanda tangan

(36)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah disetujui dan telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 3 April 2014

TIM PENGUJI SKRIPSI

KETUA : Abdullah, drg., M.Kes)

ANGGOTA : 1. Olivia Avriyanti Hanafiah, drg., Sp.BM 2 Hendry Rusdy, drg., Sp.BM, M.Kes 3. Eddy Anwar Ketaren, drg., Sp.BM

(37)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Tahun 2014

Amirah Binti Nazri

Prevalensi fraktur akar gigi anterior berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun 2010-2012.

X+34 halaman

Fraktur akar gigi anterior sebagian besar disebabkan oleh faktor iatrogenik. Keadaan ini sering terjadi pada pencabutan dengan menggunakan tang pada gigi yang rapuh, akar gigi yang bengkok atau adanya hipersementosis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi fraktur akar gigi anterior berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun 2010-2012.

Penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif dengan jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi adalah 180 sampel. Penentuan sampel penelitian menggunakan teknik total sampling dimana seluruh populasi dijadikan sampel, yaitu sebanyak 180 sampel. Data sampel dikumpulkan dengan cara mencatat data sekunder rekam medis pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data diolah dengan sistem komputerisasi dan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.

Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi fraktur akar gigi anterior paling banyak terjadi pada pasien berumur 42-51 tahun yaitu sebanyak 30.65%. Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin diperoleh fraktur akar gigi anterior paling sering terjadi pada pasien dengan jenis kelamin perempuan dengan persentase 79.44%.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dalam pertimbangan lebih lanjut mengenai fraktur akar gigi anterior.

(38)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan rahmatnya kepada penulis sehingga skripsi dapat selesai disusun untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih terdalam kepada Ayahanda Nazri bin Abdullah dan Ibunda Shaairah bt Johari yang memberi kasih sayang, didikan, dan dukungan secara moral dan materil kepada penulis. Abang tersayang Muhammad Aiman dan Muhammad Amir, dan adik tersayang Muhammad Aizuddin serta seluruh keluarga besar tercinta atas doa dan semangat yang diberikan selama ini. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, Dr. Eddy Anwar Ketaren,drg., Sp.BM, yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga dan kesabaran dalam membimbing penulis selama penyelesaian skripsi ini.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak baik secara moral maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini pula, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Dr Eddy Anwar Ketaren,drg.,Sp.BM selaku Ketua Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Kedokteran Gigi dan sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk, dorongan serta penghargaan yang berharga kepada penulis.

(39)

4. Hendry Rusdy, drg., Sp.BM , Olivia Avriyanti Hanafiah, drg., Sp.BM , selaku staf pengajar Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

5. Astrid Yudhit, drg. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada penulis selama menjalani program akademik.

6. Kepada seluruh dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik, membantu, memberikan ilmu selama perkuliahan penulis.

7. Kepada seluruh staf bagian Bedah Mulut dan Maksilofasial Kedokteran Gigi yang selama ini sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi. 8. Kepada teman-teman penulis Amal, Brr, Iqa, Syak, Ikhwan, Nazim, Pija,

Izza, Shafarah, Kak Fiqa, Jay, Athira, Jihan dan semua anggota tim skripsi Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial yaitu Derek dan Natasha yang telah memberikan perhatian dan semangatnya kepada penulis.

9. Kepada keluarga besar DSC FKG USU yang telah mengajarkan pengalaman hidup yang sangat berharga dimana penulis tidak dapat memperolehnya selama pendidikan di FKG-USU.

10. Kepada teman-teman stambuk 2010 yang selama ini berjuang bersama penulis dalam menuntut ilmu di FKG-USU.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, maka dengan kerendahan hati dan lapang dada penulis menerima kritikan dan saran dari berbagai pihak

Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat dalam pengembangan wawasan penulis di bidang Bedah Mulut dan Maksilofasial Kedokteran Gigi dan juga memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi khususnya Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Kedokteran Gigi serta masyarakat.

Medan, 10 Februari 2014

Penulis,

(40)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR DIAGRAM ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... ... .. 1

1.2 Rumusan Masalah ... .. 3

1.3 Tujuan Penelitian ... .. 3

1.4 Manfaat Penelitian ... .. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pencabutan gigi ... . 5

2.2 Anatomi Gigi Anterior ... .. 6

2.2.1 Insisivus Sentralis Maksila ... .. 6

2.2.2 Insisivus Lateralis Maksila ... .. 6

2.2.3 Kaninus Maksila ... .. 7

2.2.4 Insisivus Sentralis Mandibula ... .. 7

2.2.5 Insisivus Lateralis Mandibula ... .. 7

2.2.6 Kaninus Mandibula ... .. 7

2.3. Indikasi dan Kontraindikasi ... .. 8

2.3.1 Indikasi Pencabutan ... .. 8

(41)

2.4 Prinsip Ekstraksi Gigi ... .. 10

(42)

BAB 5 PEMBAHASAN ... .. 29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... .. 31

6.2 Saran ... .. 31

DAFTAR PUSTAKA ... .. 32

(43)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Variabel dan Definisi Operasional ... ... 23 2. Prevalensi fraktur akar gigi anterior berdasarkan umur di

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU

tahun 2010-2012…… ... 25 3. Prevalensi fraktur akar gigi anterior berdasarkan jenis kelamin di

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU

(44)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gambaran anatomi Gigi Kaninus ... ... 8 2. Gambaran anatomi Gigi Insisivus ... ... 8 3. Gambaran fraktur akar horizontal pada gigi Insisivus Sentalis

dan Insisivus Lateralis ... ... 17 4. Gambaran fraktur akar pada gigi anterior ... ... 17 5. Gambaran fraktur akar gigi di bagian apikal mengikut tipe

(45)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

1. Prevalensi terjadinya fraktur akar gigi anterior berdasarkan umur di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG

USU tahun 2010-2012 ... ... 27 2. Prevalensi terjadinya fraktur akar gigi anterior berdasarkan jenis

kelamin Di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial

Gambar

Tabel 1. Variabel dan Definisi Operasional
Tabel  3. Prevalensi fraktur akar gigi anterior berdasarkan jenis kelamin di
Gambar 1 :  Anatomi Gigi Kaninus 14 Gambar 2 :  Anatomi Gigi Insisivus 14
Gambar 3 : Fraktur akar horizontal pada gigi  insisivus sentralis dan insisivus lateralis

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian prevalensi pencabutan gigi molar satu mandibula berdasarkan umur dan jenis kelamin di Bagian Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tahun 2010-2011 diperoleh sebanyak

Penelitian ini dilakukan secara survei deskriptif untuk mendeskripsikan atau menggambarkan tentang insidensi fraktur gigi premolar berdasarkan jenis kelamin, umur, dan regio

Dari hasil penelitian, terlihat bahwa umur, jenis kelamin dan pencabutan gigi berhubungan dengan prevalensi tindakan alveolektomi yang dilakukan di Departemen Bedah Mulut

Jumlah pasien yang melakukan pencabutan gigi anterior maksila di. Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU

4.1 Prevalensi Tindakan Alveolektomi Berdasarkan Jenis Kelamin Yang Dilakukan Di Departemen Bedah Mulut Dan Maksilofasial RSGMP FKG USU Tahun 2011-2012 ....

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi tindakan alveolektomi berdasarkan jenis kelamin, umur dan regio yang dilakukan di Departemen Bedah Mulut dan

prevalensi tindakan alveolektomi berdasarkan jenis kelamin, umur dan regio yang. dilakukan di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi tindakan alveolektomi berdasarkan jenis kelamin, umur dan regio yang dilakukan di Departemen Bedah Mulut dan