Biji Pala Indonesia Anti Krisis Global
( STUDI KASUS : EKSPOR REMPAH INDONESIA KE 10 NEGARA TUJUAN TERBESAR DI DUNIA )
Nurandi Akbar 125020407111036
Program Studi Keuangan dan Perbankan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya, Malang
ABSTRAK
Sebagai makhluk sosial di muka bumi ini manusia tidak dapat hidup sendiri, bahkan suatu negara sekalipun membutuhkan bantuan dari negara lain untuk menghidupi rakyatnya, contohnya dengan melakukan perdagangan internasional.Perdagangan internasional antar suatu negara akan terjadi apabila terdapat suatu negara yang memiliki multi sumber daya, sumber daya yang dimaksud yaitu berupa barang mentah, barang setengah jadi, barang jadi bahkan berupa jasa yang tidak dimiliki negara lain. Sebagai contoh, Indonesia memiliki kekayaan yang melimpah akan rempah – rempahnya. Amerika tidak memiliki rempah – rempah di daerahnya, tetapi negara tersebut mampu memproduksi alat perang. Oleh karena itu maka terjadilah perdagangan internasional antara Indonesia dan Amerika. Namun, kita semua mengetahui kerjasama ini tidak bisa berjalan dengan baik apabila terjadi gangguan ekonomi seperti krisis global 2008. Permasalahan ini menjadi momok bagi semua negara karena apabila salah satu negara baik itu eksportir atau importir mengalami gangguan ekonomi di negaranya akan berimbas pada negara yang menjadi kawannya untuk bekerjasama. Tetapi disini, ternyata ditemukan salah satu produk yang tetap konsisten untuk diekspor meskipun di dunia ini sedang terjadi krisis global yaitu Biji Pala yang diekspor oleh Indonesia. Hal ini dapat diketahui karena telah dilakukan uji T sampel berpasangan pada produk berupa rempah – rempah yang diekspor Indonesia.
PENDAHULUAN
METODOLOGI
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa pendekatan kualitatif karena data yang digunakan berupa data sekunder yang diperoleh dari badan pusat statistika Indonesia yang selanjutnya akan diuji menggunakan Uji T sampel berpasangan dengan alat uji menggunakan SPSS. Uji T sampel berpasangan merupakan uji beda dua sampel berpasangan. Sampel berpasangan merupakan subjek yang sama namun mengalami perlakuan yang berbeda.
PENELITIAN DAN HASIL PENELITIAN
1. Uji T sampel berpasangan terhadap nilai ekspor Tembakau Data :
Hasil uji T sampel berpasangan menggunakan SPSS :
a. Hipotesis :
Ha : Nilai ekspor tembakau sebelum krisis global ≠ setelah krisis global
b. Statistik uji : uji t
c. α= 0,05
d. Daerah kritis Ho ditolak jika Sig. < α atau Sig. = α
e. Dari hasil pengolahan dengan SPSS, diperoleh:
sig. = 0,058
f. Karena sig. α > (0,058 = 0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima.
g. Kesimpulan: rata-rata nilai ekspor tembakau sebelum dan sesudah krisis global berbeda. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa krisis global mempengaruhi penjualan tembakau ke 10 negara.
2. Uji T sampel berpasangan terhadap nilai ekspor kopi Data :
a. Hipotesis :
Ho : Nilai ekspor kopi sebelum krisis global = setelah krisis global
Ha : Nilai ekspor kopi sebelum krisis global ≠ setelah krisis global
b. Statistik uji : uji t
c. α= 0,05
d. Daerah kritis Ho ditolak jika Sig. < α atau Sig. = α
e. Dari hasil pengolahan dengan SPSS, diperoleh:
sig. = 0,009
f. Karena sig. α > (0,009 < 0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima.
g. Kesimpulan: rata-rata nilai ekspor kopi sebelum dan sesudah krisis global berbeda. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa krisis global mempengaruhi penjualan kopi ke 10 negara.
Hasil uji T sampel berpasangan menggunakan SPSS :
a. Hipotesis :
Ho : Nilai ekspor cengkeh sebelum krisis global = setelah krisis global
Ha : Nilai ekspor cengkeh sebelum krisis global ≠ setelah krisis global
b. Statistik uji : uji t
c. α= 0,05
d. Daerah kritis Ho ditolak jika Sig. < α atau Sig. = α
e. Dari hasil pengolahan dengan SPSS, diperoleh:
sig. = 0,051
g. Kesimpulan: rata-rata nilai ekspor cengkeh sebelum dan sesudah krisis global berbeda. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa krisis global mempengaruhi penjualan cengkeh ke 10 negara.
4. Uji T sampel berpasangnan terhadap nilai ekspor biji pala Data :
Hasil uji T sampel berpasangan menggunakan SPSS :
a. Hipotesis :
Ho : Nilai ekspor biji pala sebelum krisis global = setelah krisis global
Ha : Nilai ekspor biji pala sebelum krisis global ≠ setelah krisis global
b. Statistik uji : uji t
d. Daerah kritis Ho ditolak jika Sig. < α atau Sig. = α
e. Dari hasil pengolahan dengan SPSS, diperoleh:
sig. = 0,332
f. Karena sig. α > (0,332 > 0,05), maka Ho diterima
g. Kesimpulan: rata-rata nilai ekspor biji pala sebelum dan sesudah krisis global tidak berbeda. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa krisis global tidak mempengaruhi penjualan biji pala ke 10 negara.
KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa salah satu barang ekspor berupa rempah – rempah yang tahan akan krisis global adalah biji pala, maka dari itu untuk kedepannya diperlukan perhatian dari pemerintah untuk pengembangan produk ini seperti pengolahan menjadi barang setengah jadi atau barang jadi agar memiliki nilai yang lebih tinggi sehingga Indonesia memiliki produk unggulan untuk diekspor saat krisis global terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
http://wartaekonomi.co.id/berita16675/penyebab-daya-saing-ekspor-indonesia-lemah-infrastruktur-minim-logistik-mahal-birokrasi-berbelit.html