• Tidak ada hasil yang ditemukan

ETIKA LEMBAGA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DENGAN QUALITY OF WORK LIFE SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Pada RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ETIKA LEMBAGA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DENGAN QUALITY OF WORK LIFE SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Pada RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen)"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

ETIKA LEMBAGA DAN PENGARUHNYA

TERHADAP KINERJA PERAWAT RUMAH SAKIT

UMUM DENGAN

QUALITY OF WORK LIFE

SEBAGAI

VARIABEL INTERVENING

(Studi Pada RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen)

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh: Handayani NIM7311409076

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada :

Hari : Jum’at

Tanggal : 19 Juli 2013

Disetujui oleh :

Pembimbing I

Dr. S. Martono, M.Si. NIP. 196603081989011001

Pembimbing II

Sri Wartini, S.E., M.M.. NIP. 197209162005012001

Mengetahui,

An. Ketua Jurusan Manajemen

Sekretaris

Dra. Palupiningdyah, M.Si.

(3)

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 30 Juli 2013

Penguji Skripsi

Dr. Ketut Sudarma, MM

NIP. 195211151978031002

Anggota I

Dr. S. Martono, M.Si. NIP. 196603081989011001

Anggota II

Sri Wartini, S.E., M.M. NIP. 197209162005012001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi

Dr. S. Martono, M.Si.

(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari

terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, Juli 2013

(5)

1. Wahai manusia sesungguhnya kamu harus bekerja keras

(secara sungguh-sungguh)

menuju keredaan Tuhanmu (QS. Al-Insiqoq: 6)

2. “Apapun yang bisa kamu lakukan, atau kamu bayangkan

kamu bisa, lakukanlah.

Didalam keberanian tedapat kejeniusan, kekuatan dan

keajaiaban”. (Goethe)

Skipsi ini saya persembahkan

kepada:

1. Ayah dan ibu saya tercinta, terimakasih atas dukungan dan doa yang tak pernah putus. 2. Adikku, Indra yang selalu

mengajari mbak arti sabar dan tawakal.

3. Almamater yang kubanggakan

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya,

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun dalam rangka

memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana. Penulisan skripsi dapat

terselesaikan berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu ucapan

terima kasih disampaikan kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman M.Hum Rektor Universitas Negeri Semarang yang

telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri

Semarang.

2. Dr. S. Martono, M.Si. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang

atas ijinnya untuk melakukan penelitian dan sekaligus sebagai Dosen

Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan

bantuan dan dorongan dalam penulisan skripsi ini.

3. Dra. Palupiningdyah, M.Si, Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Semarang.

4. Sri Wartini, SE, MM, Dosen Pembimbing II yang dengan penuh kesabaran

telah memberikan bimbingan, bantuan dan dorongan dalam penulisan skripsi

ini.

5. Dr. Ketut Sudarma, MM, Dosen Penguji Utama yang telah memberikan kritik

dan saran terhadap skripsi ini.

6. RSUD Kabupaten Sragen yang telah memberikan izin melakukan penelitian.

7. Teman- teman Manajemen angkatan 2009, atas kebersamaan selama menjalani

(7)

Terima kasih atas segala bantuan dan bimbingannya selama ini, semoga

amal dan bantuan saudara mendapat berkah yang melimpah dari Allah SWT dan

semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang

membutuhkan.

Semarang, Juli 2013

(8)

viii

SARI

Handayani. 2013. “Etika Lembaga dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Perawat Rumah Sakit Umum dengan Quality of Work Life sebagai Variabel Intervening”. Skripsi. Jurusan Manajemen. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Dr. S. Martono, M,Si. Pembimbing II. Sri Wartini, S.E., M.M.

Kata kunci :Etika Lembaga, Kinerja Perawat, Quality of Work Life (QWL)

Perawat Rumah Sakit merupakan seorang profesional yang bekerja sebagai ujung tombak pelayanan dalam Rumah Sakit. Namun, pada kenyataannya tidak semua perawat mampu memberikan kinerja optimal meskipun Rumah sakit telah memberikan dukungan peningkatan kinerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji apakah ada pengaruh etika lembaga dan QWL terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sragen.

Populasi penelitian ini adalah perawat RSUD Kabupaten Sragen, sampel penelitian ditentukan dengan random sampling, sedangkan ukuran sampel dihitung dengan rumus slovin sebesar 154 perawat. Variabel penelitian meliputi etika lembaga, QWL dan kinerja perawat. Data penelitian diperoleh melalui angket, dianalisis dengan analisis jalur menggunakan program IBM SPSS 19.

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh langsung antara etika lembaga terhadap QWL. Variabel etika lembaga dan QWL memiliki pengaruh langsung terhadap kinerja perawat serta pengaruh mediasi variabel QWL terhadap etika lembaga dan kinerja perawat.

(9)

ABSTRACT

Handayani. 2013. “The Ethical Institute and Its Influence Toward Nurses’ Performance of General Hospital with Quality of Work Life as an Intervening

Variable.” Final Project. Department of Management. Faculty of Economics. Semarang State University. 1st Advisor. Dr. S. Martono, M,Si . 2nd Advisor. Sri Wartini, S.E., M.M.

Keywords: Ethical Institute, Nurses’ Performance, Quality of Work Life (QWL) A hospital nurses are a professional who work as a spearhead in the hospital service. However, in fact, not all nurses are able to provide the performance optimally although the hospitals have given support for improving the performance. This study aimed to assess whether or not there are the influence of Ethical institute and QWL toward the nurse performance at the General Hospital of Sragen Regency.

The population of this study was all nurses of the general hospital of Sragen. The research sample was determined by random sampling, while the sample size was calculated with the formula of Slovin at the rate of 154 nurses. The variables included the ethical institutes, QWL and the performance of nurses. Data was obtained through the questionnaires which were analyzed by path analysis using IBM SPSS 19 program.

The results showed that there was direct influence between the ethical institute and QWL. The variable of ethical institute and QWL also had direct influence toward the nurses’ performance and QWL variables mediate between the Institution ethics and the performance of nurses.

(10)
(11)

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Objek Penelitian ... 31

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan sampel ... 31

3.2.1 Populasi ... 31

3.2.2 Sampel ... 31

3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 32

3.3 Variabel dan Pengukuran Variabel ... 33

3.3.1 Kinerja Karyawan (Perawat) ... 33

3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 43

3.7.2 Analisis Statistik Inferensial ... 45

3.7.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 45

4.1.2 Analisis Statistik Deskriptif ... 53

4.1.2.1 Analisis Deskriptif Responden ... 53

4.1.2.2 Analisis Deskriptif Persentase Variabel ... 56

(12)

xii

4.1.3.1 Uji Normalitas ... 65

4.1.3.2 Uji Multikolinieritas ... 66

4.1.3.3 Uji Heterokedastisitas ... 67

4.1.4 Uji Regresi dan Analisis Jalur (Path Analysis) ... 68

4.1.4.1 Uji Regresi ... 68

4.1.4.2 Analisis Jalur (Path Analys) ... 71

4.1.5 Uji Hipotesis ... 73

4.2 Pembahasan ... 80

4.2.1 Pengaruh Etika Lembaga terhadap Quality of Work Life ... 80

4.2.2 Pengaruh QWL terhadap Kinerja Perawat ... 81

4.2.3 Pengaruh Etika Lembaga terhadap Kinerja Perawat ... 82

4.2.4 Pengaruh Etika Lembaga terhadap Kinerja Perawat melalui QWL ... 83

BAB V PENUTUP ... 85

5.1 Simpulan ... 85

5.2 Saran ... 86 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu yang Terkait ... 23

Tabel 3.1. Populasi Penelitian ... 31

Tabel 3.2. Variabel dan Indikator Pengukuran Variabel... 36

Tabel 3.3. Indeks Skala Likert ... 37

Tabel 3.4. Instrumen Pengukuran ... 38

Tabel 3.5. Uji Validitas Variabel Kinerja ... 39

Tabel 3.6. Uji Validitas Variabel Etika Lembaga ... 40

Tabel 3.7. Uji Validitas Variabel Quality of Work Life ... 41

Tabel 3.8. Rangkuman Uji Reliabilitas ... 42

Tabel 3.9. Kriteria Nilai Interval ... 44

Tabel 4.1. Komposisi Responden berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin ... 54

Tabel 4.2. Komposisi Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir dan Jenis Kelamin ... 55

Tabel 4.3. Komposisi Responden berdasarkan Masa Kerja dan Jenis Kelamin 56 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Indikator Kinerja Perawat RSUD Kabupaten Sragen ... 57

Tabel 4.5. Distribusi Persentase Skor Kinerja Perawat ... 59

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Indikator Etika Lembaga di RSUD Kabupaten Sragen ... 60

Tabel 4.7. Distribusi Persentase Skor Etika Lembaga ... 61

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Indikator QWL di RSUD Kabupaten Sragen 62

Tabel 4.9. Distribusi Persentase Skor Quality of Work Life ... 64

Table 4.10. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ... 66

Tabel 4.11. Uji Multikolinieritas ... 67

Tabel 4.12. Uji Glejser ... 68

Tabel 4.13. Regresi Model 1 (Satu) ... 69

Tabel 4.14. Regresi Model 2 (Dua) ... 70

(14)

xiv

(15)

DAFTAR GAMBAR

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Angket Penelitian ... 91

Lampiran 2 Tabulasi Data ... 95

Lampiran 3 Uji Validitas ... 107

Lampiran 4 Uji Reliabilitas ... 110

Lampiran 5 Analisis Deskripttif ... 111

Lampiran 6 Asumsi Klasik ... 151

Lampiran 7 Regresi Model 1 (Satu) ... 153

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber daya manusia merupakan faktor utama dalam sebuah organisasi.

Kedudukan sumber daya manusia bukan hanya sebagai alat produksi tetapi juga

sebagai penggerak organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan. Kemajuan suatu organisasi ditentukan pula bagaimana kualitas dan

kapabilitas SDM didalamnya. Oleh karenanya, manajemen dituntut untuk

membuat rencana pengembangan SDM yang berkualitas. Sumber daya manusia

yang berkualitas adalah sumber daya manusia yang mampu memperlihatkan

perilaku kerja yang mengarah pada tercapainya maksud dan tujuan perusahaan.

Setiap perusahaan berusaha untuk memberdayakan potensi karyawan guna

mencapai kinerja yang tinggi, karena kinerja yang dicapai pada akhirnya akan

memberikan kontribusi terhadap kinerja perusahaan atau dapat diartikan kinerja

perusahaan berbanding lurus dengan kinerja karyawan (Rivai & Mohd, 2005: 14).

Pengembangan SDM merupakan upaya organisasi dalam memperbaiki

kinerja perusahaan. Tuntutan akan kinerja karyawan yang tinggi memang sudah

menjadi bagian dari semua perusahaan, namun fakta yang ada sekarang

memperlihatkan bahwa belum semua karyawan memiliki kinerja yang tinggi

sesuai dengan harapan perusahaan.

Kinerja karyawan diartikan sebagai kesediaan seseorang atau kelompok

(18)

tanggung jawab dengan hasil seperti yang diharapkan (Rivai & Mohd, 2005: 15).

Menurut Robins dan Judge (2007: 281) kinerja karyawan merupakan fungsi (f)

dari interaksi kemampuan atau ability (A), motivasi atau motivation (M) dan

kesempatan atau opptunity (O), kinerja = f (A x M x O). Hal itu berarti, seseorang

akan berkinerja baik apabila memiliki kecerdasan dan keterampilan (kemampuan)

dan didorong dengan motivasi serta adanya kesempatan dari lingkungan.

Kesempatan atau peluang dari lingkungan akan meniadakan rintangan-rintangan

yang menghalangi karyawan untuk melakukan pekerjaannya dengan baik

sehingga, kinerja karyawan akan optimal.

Penilaian kinerja oleh organisasi penting dilakukan karena akan

memberikan manfaat tidak hanya pada organisasi, tapi juga supervisor,

departemen SDM dan juga karyawan. Supervisor dan manajer dapat mengetahui

tindakan apa yang akan diambil misalnya dalam hal perencanaan karir, promosi

dan penggajian. Departemen SDM dapat menggunakan hasil penilaian kinerja

untuk evaluasi keberhasilan dari proses perekrutan, seleksi, orientasi, pelatihan

dan penempatan yang telah dijalankan. Sedangkan untuk karyawan, penilaian

kinerja merupakan feedback yang akan menjadi pembimbing sikap yang akan

datang.

Analisis kinerja perlu dilakukan secara terus-menerus melalui proses

komunikasi antara karyawan dengan atasannya. Rivai dan Mohd (2005: 19)

menyebutkan ada tiga kriteria dalam melakukan penilaian kinerja karyawan,

yaitu: 1) tugas karyawan; 2) perilaku karyawan; 3) ciri-ciri karyawan. Artinya

(19)

menelusuri faktor-faktor yang membentuk kinerja, menyesuaikan standar kinerja

dengan kondisi yang ada, dan memberikan tambahan kemampuan kepada

karyawan. Kinerja individu dapat diukur dari 7 dimensi kinerja yang

dikembangkan oleh Hersey dan Goldsmith (dalam Kheradman et al., 2010:318).

Adapun tujuh dimensi tersebut antara lain: a) Ability atau kemampuan; c) Clarity

atau kejelasan; d) Help atau bantuan dari organisasi; e) Incentive atau keinginan

karyawan untuk memberikan lebih pada perusahaan; f) Evaluation atau evalusi; g)

Validity atau validitas; h) Environment atau lingkungan.

Sejak awal 1960-an penelitian mengenai kinerja yang dikaitkan dengan

etika dan Quality of Work Life (QWL) telah menjadi topik menarik dalam

penelitian SDM dan pengembangan organisasi (Ivancevich et al., 2007: 183 &

Konnmee et al., 2009: 1 ). Dalam penelitian terdahulu, penelitian cenderung dan

bahkan sering menghubungkan QWL dan hasil pekerjaan, etika, produktivitas,

tanggung jawab sosial serta kinerja organisasi (Koonmee et al, 2009: 1).

QWL merupakan salah satu pendekatan untuk meningkatkan kinerja

karyawan. Tujuan mendasar dari penerapan QWL adalah mengembangkan

pekerjaan dan kondisi kerja terbaik bagi karyawan serta kesehatan ekonomi

organisasi. QWL merupakan dimensi yang krusial dari kinerja karyawan, karena

terbukti berpengaruh penting terhadap kinerja karyawan (Kheradmand et al.,

2010: 317 & Jofreh et al., 2012: 2507 ).

Peningkatan kompleksitas dunia bisnis yang kompetitif serta pelaksanaan

hukum sosial yang semakin rumit membuat etika sebagai faktor strategis untuk

(20)

itu, budaya etika juga menciptakan kepercayaan di dalam dan di luar perusahaan.

Kepercayaan mendorong pengambilan risiko yang tepat dan mengarahkan pada

inovasi sehingga akhirnya tercipta profitabilitas.

Berdasarkan tinjauan literatur, penelitian mengenai hubungan etika, dan

QWL yang berhubungan dengan hasil dalam organisasi bisnis pertama dilakukan

oleh Koonmee et al (2009: 1). Penelitian dilakukan pada organisasi bisnis di Asia

tepatnya di negara berkembang yakni Thailand. Hasil penelitian menyatakan

adanya hubungan positif antara etika lembaga dan QWL serta hubungan yang

signifikan antara QWL dengan kinerja karyawan. Hasil penelitian ini senada

dengan hasil penelitian Kheradmand et al. (2010) dan juga penelitian yang

dilakukan oleh Jofreh et al. (2012) yang juga menyatakan bahwa ada hubungan

yang positif antara QWL dan kinerja karyawan. Hasil penelitian ini

mengindikasikan bahwa suatu organisasi akan mendapatkan kinerja karyawan

yang optimal jika menerapkan konsep QWL dalam organisasi. Konsep QWL

merupakan filosofi dan praktik manajemen yang meningkatkan harga diri

karyawan, memperkenalkan perubahan budaya, dan menyediakan kesempatan

untuk tumbuh dan berkembang (Ivancevich, 2007: 183).

Mortazavi et al. (2012: 206) menyatakan bahwasannya organisasi yang

bergerak pada bidang kesehatan penting menerapkan QWL pada karyawannya.

QWL akan berpengaruh langsung pada kepuasan kerja dan akan meningkatkan

kualitas layanan pada pasien rumah sakit dan meningkatkan kinerja. Sedangkan

etika lembaga yang telah ada akan memberikan batasan dan aturan kepada

(21)

sebagai seorang perawat. Etika lembaga yang telah dibuat oleh tim manager dan

dilakukan pengawasan dalam pelaksanaannya akan mampu meningkatkan kinerja

karyawan (Koonmee et al., 2009: 6).

Almalki et al. (2012: 1) seorang perawat akan sering mengalami

penurunan kinerja akibat over load pekerjaan, aktivitas yang berulang serta

program peningkatan kualitas oleh organisasi dan pengembangan karyawan yang

kurang diperhatikan.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan teori yang ada peneliti tertarik

melakukan penelitian yang menghubungkan antara etika lembaga, QWL dan

kinerja karyawan. Pemilihan variabel ini didasarkan pada pendapat Koonmee et

al. (2009:1) yang menyatakan perusahaan yang baik lebih dilihat dari etika dan

QWL sebagai indikator progresif terkait dengan keberlangsungan bisnis.

Penelitian dilakukan pada sebuah Rumah Sakit Umum Daerah dengan

objek penelitian paramedik keperawatan Rumah Sakit. Kajian ini didasarkan pada

saran penelitian yang dilakukan oleh Husnawati (2006: 90) yakni membatasi

responden yang menjadi sampel penelitian hanya pada tingkatan karyawan yang

mempunyai standar penilaian kinerja sama serta pendapat dari Almalki et al.

(2012: 1) bahwa seorang perawat sering mengalami penurunan kinerja.

Rumah Sakit dr. Soehadi Prijonegoro merupakan Rumah Sakit Umum

Daerah yang berada di Kabupaten Sragen. RSUD dr. Soehadi Prijonegoro

memiliki 15 bangsal yaitu IBS, Melati, IGD, Cempaka, Perinatologi, Anggrek,

Sakura, Aster, Tulip, ICU-ICCU, Poliklinik, Hemodialisa, Mawar, Teratai dan

(22)

Rumah sakit ini memiliki 251 tenaga paramedik keperawatan. Paramedik

keperawatan terdiri atas 221 perawat, 2 perawat gigi dan 28 bidan. Tugas utama

dari tenaga paramedik keperawatan adalah melakukan komunikasi langsung

kepada pasien dan keluarga pasien terkait dengan keluhan pasien serta menjadi

asisten seorang dokter di rumah sakit. Pendidikan paramedik keperawatan

mayoritas D III dan hanya memiliki 2 tenaga keperawatan lulusan Strata 2 serta

34 tenaga lulusan Strata 1. Tenaga paramedik keperawatan ini bertugas setiap hari

dengan sistem jadwal jaga gilir pagi, siang dan malam.

Dalam rangka peningkatan SDM terutama tenaga perawat, manajemen

SDM rumah sakit melakukan program pengembangan dan pelatihan, pelembagaan

etika serta program peningkatan kualitas kehidupan kerja untuk perawat. Namun

pada kenyataannya program yang dijalankan juga belum menuai hasil yang

optimal. Hal ini terlihat dari hasil evaluasi pelaksanaan standar kerja dan SOP

perawat RSUD dr. Soehadi Prijonegoro.

SOP pelayanan keperawatan di RSUD Kabupaten Sragen terbagi menjadi

4, yaitu SOP pelayanan keperawatan, SOP ketenagaan, SOP pemeliharaan alat

dan SOP penanggulangan kedaruratan. Standar kerja umum yang harus dilakukan

oleh seorang perawat di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro sebelum melakukan

tindakan adalah melakukan 5S yaitu salam, senyum, sapa, sopan dan santun

terhadap pasien, memberikan informasi kepada keluarga pasien, cuci tangan dan

menjaga peralatan medis rumah sakit. Terkait dengan waktu pelayanan, seorang

(23)

maksimal 10 menit dan dilakukan secara mandiri. Standar kerja terkait dengan

pemberian informasi pasien meliputi hak dan kewajiban pasien dan keluarga,

petugas yang merawat, catatan perkembangan kondisi pasien dan rencana asuhan

keperawatan/kebidanan, waktu konsultasi dan persiapan pasien pulang (Discharge

Planning). Selain itu, kecepatan, ketanggapan serta ketepatan perawat dalam

melayani pasien juga merukan kriteria dalam penilaian kinerja yang dilakukan

oleh tim manajer.

Bertolak dari standar kerja umum diatas, peneliti telah melakukan

observasi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sragen pada tanggal 25 dan

26 Januari 2013, hasil observasi menunjukkan masih banyak perawat yang belum

memenuhi standar kerja yang telah ditetapkan. Perawat tidak melakukan 5S pada

pasien terutama pada pasien yang ada diruang bangsal kelas 3 dan juga perawat

kurang tanggap akan kebutuhan pasien. Pernyataan ini juga didasarkan pada hasil

wawancara yang dilakukan pada kepala bagian keperawatan RSUD Kabupaten

Sragen, ibu Didhing Supariti yang menyatakan bahwa kinerja perawat baru pada

level cukup baik untuk saat ini. Beliau menjelaskan perawat mungkin merasa

bahwa penilaian kinerja yang dilakukan oleh rumah sakit hanyalah prosedur

semata dan mayoritas dari mereka merasa aman karena sudah pegawai negeri

sipil. RSUD Kabupaten Sragen juga belum memiliki divisi khusus yang

menangani masalah peningkatan kualitas kehidupan kerja, sehingga pihak RSUD

tidak mengetahui apakah perawat sudah merasa terpenuhi kebutuhan dasarnya

(24)

belum melakukan evaluasi secara rutin berkaitan dengan pelaksanaan kode etik

serta etika lembaga yang berlaku di Rumah padahal jelas tertulis didalam SOP

Pelayanan Keperawatan tentang bagaimana etika dan kode etik perawat dalam

menjalankan kewajibannya.

Penelitian ini menarik dilakukan karena akan terlihat seberapa besar

pengaruh persepsi karyawan mengenai kualitas kehidupan kerja atau QWL yang

mereka terima dan etika lembaga dengan kinerja yang akan mereka berikan untuk

perusahaan. Kemenarikan penelitian ini juga dikarenakan objek penelitian adalah

rumah sakit, dimana rumah sakit merupakan organisasi for profit tetapi juga

memiliki kode etik rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan dan sosial.

Etika lembaga rumah sakit juga menarik karena menaungi tiga kode etik

profesi sekaligus yakni, kode etik karyawan dan manajer, kode etik perawat dan

kode etik dokter. Sehingga, harapan dilakukannya penelitian ini adalah mampu

memberikan rekomendasi bagaimana penerapan etika lembaga serta desain

kualitas kehidupan kerja atau QWL yang baik supaya mampu meningkatkan hasil

kerja karyawan dalam sebuah perusahaan terutama organisasi kesehatan. Selain

itu, penelitian ini diharapkan akan memberikan pengayaan pengetahuan mengenai

QWL dan etika lembaga yang berkaitan dengan kinerja perawat pada organisasi

kesehatan terutama kinerja perawat Rumah Sakit Umum.

1.2 Perumusan Masalah

Penelitian yang telah dilakukan oleh manajemen SDM dan Pengembangan

(25)

produktivitas, tanggung jawab sosial dan kinerja organisasi (Koonmee et al.,

2009; Kheradman et al., 2010; Jofreh et al., 2012; Mortazavi et al., 2012).

Penelitian terdahulu seringkali dilakukan di perusahaan jasa non organisasi

kesehatan serta dilakukan pada karyawan yang memiliki standar kerja yang tidak

sama. Oleh karenanya, berdasarkan saran yang diberikan oleh peneliti Husnawati

(2006: 90) maka penelitian ini akan dilakukan pada organisasi kesehatan milik

pemerintah yaitu Rumah Sakit Umum dengan responden perawat.

Penelitian ini dilakukan untuk membuktikkan adanya pengaruh positif

etika lembaga dan kualitas kehidupan kerja/QWL terhadap kinerja perawat.

Adapun rumuskan masalah yang penulis ajukan adalah sebagai berikut:

1. Bagiamana pengaruh etika lembaga terhadap QWL pada RSUD dr. Soehadi

Prijonegoro?

2. Bagaimana pengaruh QWLterhadap kinerja perawat pada RSUD dr. Soehadi

Prijonegoro?

3. Bagaimana pengaruh etika lembaga terhadap kinerja perawat pada RSUD dr.

Soehadi Prijonegoro?

4. Bagaimana pengaruh etika lembaga melalui QWL terhadap kinerja perawat

pada RSUD dr. Soehadi Prijonegoro?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi permasalahan diatas maka tujuan dari penelitian

(26)

1. Menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh etika lembaga terhadap QWL

pada RSUD dr. Soehadi Prijonegoro.

2. Menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh QWL dan kinerja perawat

RSUD dr. Soehadi Prijonegoro.

3. Menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh etika lembaga terhadap kinerja

perawat pada RSUD dr. Soehadi Prijonegoro.

4. Menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh etika lembaga melalui QWL

terhadap kinerja perawat di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro.

1.4 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ganda, yaitu

manfaat teoritis dan manfaat praktis.

Manfaat teoritis pada perspektif akademik, penelitian ini diharapkan akan

bermanfaat dalam memberikan sumbangan konseptual bagi perkembangan kajian

manajemen khususnya mengenai konsep hubungan antara etika lembaga dan

Quality of working life (QWL) dalam peningkatan kinerja karyawan pada

organisasi kesehatan dan sebagai bahan perbandingan untuk penelitian yang

serupa.

Penelitian ini dipandang memiliki kebermanfaatan praktis bagi beberapa

pihak diantaranya:

1. Bagi perawat, dapat dijadikan evaluasi diri terhadap kinerja yang diberikan

(27)

2. Bagi pengembangan organisasi (OD), dapat dijadikan sebagai evaluasi

terhadap kebijakan pelaksanaan etika lembaga dan QWL yang selama ini

(28)

12 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kinerja Karyawan

Kinerja sebuah organisasi ditentukan oleh kinerja karyawan, dengan kata lain

kinerja organisasi merupakan kumpulan atau hasil akumulasi dari kinerja karyawan

sebuah organisasi. Kinerja karyawan merupakan suatu hasil yang dicapai oleh pekerja

dalam pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan

tertentu (Husnawati, 2006: 22). Robbins dan Judge (2007: 281) menyatakan bahwa

kinerja adalah fungsi dari interaksi antara kemampuan atau ability (A), motivation

(M) dan opportunity (O). Hal ini berarti kinerja seseorang akan maksimal jika

memiliki kemampuan yang baik dan didukung motivasi serta adanya kesempatan dari

lingkungan untuk melakukan pekerjaannya secara optimal.

Kemampuan pegawai meliputi tingkat pendidikan, pengetahuan, dan

pengalaman. Tingkat kemampuan akan dapat mempengaruhi hasil kinerja pegawai

dimana semakin tinggi tingkat kemampuan karyawan akan menghasilkan kinerja

semakin tinggi pula. Faktor lain adalah motivasi kerja yaitu dorongan dari dalam

pegawai untuk melakukan suatu pekerjaan. Motivasi kerja yang tinggi akan karyawan

untuk melakukan suatu pekerjaan sebaik mungkin dan pada akhirnya akan

mempengaruhi hasil kerja.

Faktor selanjutnya adalah lingkungan kerja yang mendukung. Lingkungan

(29)

cukup. Selain itu, lingkungan kerja juga menyenangkan secara psikologi, ada

kerjasama antar rekan kerja, peraturan dan prosedur kerja mendukung, informasi

memadai dan adanya waktu yang cukup untuk mengerjakan pekerjaan. Kondisi

lingkungan kerja semacam ini akan membawa pada kinerja optimum karyawan.

Simamora (2004: 338) menyatakan kinerja sebagai ungkapan kemampuan

yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi dalam

menghasilkan sesuatu. Kinerja karyawan sangat ditentukan oleh tiga faktor utama

yaitu, individu karyawan, psikologi dan organisasi. Faktor individu terdiri atas

kemampuan dan keahlian, latar belakang kehidupan, dan faktor demografi. Semakin

kompeten kemampuan dan keahlian yang dimiliki masing-masing pegawai, akan

mempengaruhi pencapaian hasil kinerja.

Faktor kedua ialah psikologis karyawan yang merupakan persepsi, attitude,

personality, pembelajaran, dan motivasi. Faktor psikologis akan mendorong pegawai

dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pekerjaan. Semakin matang

psikologi dan soft skill yang melekat pada diri pegawai, semakin bagus kinerja yang

dihasilkan. Faktor penentu yang terakhir ialah organisasi. Komponen dari faktor

organisasi ialah sumberdaya, kepemimpinan, penghargaan, struktur organisasi dan

job design. Kinerja karyawan akan optimal jika organisasi memberikan fasilitas dan

kesempatan untuk karyawan berkinerja optimal. Misalnya, organisasi memberikan

peta konsep pekerjaan yang jelas pada karyawan untuk melakukan pekerjaannya,

(30)

adanya sistem penghargaan yang adil. Dengan demikian kinerja optimal karyawan

dapat diharapkan dan dicapai organisasi.

Menurut Bernardin dan Russel (dalam Husnawati, 2006: 22) ada 6 kriteria

yang digunakan untuk mengukur sejauh mana kinerja karyawan secara individu, yaitu

kualitas, kuantitas, ketepatan waktu, efektivitas, kemandirian, dan komitmen kerja.

Menurut A. Dale Timple (dalam Husnawati, 2006: 24) faktor kinerja terdiri dari

faktor internal dan eksternal. Faktor internal (disposisional) yaitu faktor yang

dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang. Fakor eksternal yaitu faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan seperti perilaku, sikap

dan tindakan bawahan ataupun rekan kerja, fasilitas kerja dan iklim organisasi.

Kinerja yang baik tentu saja merupakan harapan bagi semua perusahaan dan institusi

yang mempekerjakan karyawan, sebab kinerja karyawan ini pada akhirnya

diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan.

Kualitas kehidupan kerja atau QWL serta etika lembaga merupakan dua hal

yang perlu diperhatikan oleh organisasi untuk meningkatkan kinerja individu

karyawan. Hasil penelitian terdahulu menyebutkan adanya hubungan yang positif dan

signifikan antara QWL dan kinerja (Husnawati, 2006: 85; Koonmee et al., 2009: 1;

Kheradmand, et al., 2010: 317; Jofreh, et al., 2012: 2507; Mortazavi et al., 2012:

212). Hubungan etika lembaga dan kinerja telah diteliti oleh Koonmee et al. (2009)

dengan hasil penelitian positif dan signifikan.

Kinerja individu dapat diukur dari 7 dimensi kinerja yang dikembangkan oleh

(31)

a. Ability atau kemampuan yaitu pengetahuan seseorang dan skill yang dimiliki

dalam menyelesaikan pekerjaannya. Karyawan dikatakan memiliki kinerja yang

baik apabila memiliki kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan

optimal.

b. Clarity atau kejelasan yaitu kejelasan atas persepsi peraturan. Kinerja karyawan

akan optimal jika karyawan memahami peranan dan tanggung jawab yang harus

dikerjakan.

c. Help atau bantuan yaitu dukungan organiasasi yang dibutuhkan karyawan untuk

menyelesaikan tugas mereka dengan efektif. Sebagaimana yang telah dijelaskan

Simamora (2004: 338) organiasi merupakan salah satu faktor penentu kinerja

karyawan. Kinerja karyawan akan optimal jika organisasi memberikan fasilitas

yang memadai sebagai alat pendukung.

d. Incentive yaitu keinginan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dengan

sukses. Karyawan yang memiliki kinerja optimal adalah karyawan yang

melakukan pekerjaannya lebih dari yang seharusnya ia lakukan. Misal, seorang

perawat memberikan penjelasan kepada keluarga pasien setiap tindakan yang ia

lakukan meskipun, keluarga pasien tidak memintanya. Contoh lain ialah seorang

perawat mengikuti seminar yang mengenai isu terbaru keperawatan tanpa harus

diminta oleh pihak Rumah Sakit.

e. Evaluation yaitu umpan balik kepada karyawan atas pekerjaan yang telah

dilakukan. Organisasi yang menginginkan kinerja yang baik dari karyawannya

(32)

untuk perbaikan dan pembimbing bagi karyawan dalam melakukan pekerjaan di

masa depan.

f. Validity yaitu sah dan benar keputusan tentang penempatan sumber daya

manusia. Tingkat keberhasilan Departemen SDM dalam melakukan penempatan

dapat terlihat dari hasil hasil evaluasi kinerja karyawan. Seorang karyawan akan

mampu berkinerja secara optimal jika ditempatkan pada posisi yang tepat, sesuai

dengan kemampuan yang dimiliki.

g. Environment yaitu faktor eksternal atau lingkungan. Lingkungan organisai yang

menyenangkan serta adanya kontrol eksternal akan mendorong karyawan untuk

bekerja secara baik, jika tidak maka kinerja karyawan akan memburuk.

2.2 Etika Lembaga

Etika adalah cabang filsafat yang merupakan studi sistematik dari pilihan

pemikiran mendalam (reflektif) terhadap standar-standar baik dan buruk yang

menjadi pedoman dan pada akhirnya diarahkan terhadap hal-hal yang baik

(Wheelwright dalam Alfianto, 2002: 1). Pengertian ini dapat dijelaskan bahwa: etika

meliputi pertanyaan yang memerlukan pilihan pemikiran mendalam (yaitu masalah

keputusan); etika menyangkut pedoman baik dan buruk (yaitu prinsip-prinsip moral)

dan etika menyangkut konsekuensi-konsekuensi keputusan (Desriani dalam Alfianto,

2002: 1).

Shaub et al. (dalam Alfianto, 2002: 10) menyatakan pemahaman etika

merupakan bagian dari kapasitas keseluruhan individual untuk menerangkan dan

(33)

dalam pengembangan kesadaran etika individual yang menentukan bagaimana

seorang individu berpikir tentang dilema etis, proses memutuskan mana yang benar

dan salah.

Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara

tentang praxis (tindakan) manusia (Tanamah, 2007: 5). Etika tidak mempersoalkan

keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak.

Tindakan manusia ini ditentukan oleh bermacam- macam norma seperti: norma

hukum, norma moral, norma agama dan norma sopan santun.

Etika lembaga adalah sejauh mana perusahaan memasukkan etika baik secara

implisit maupun eksplisit dalam mengambil keputusan (Singhapakdi&Vitell, 2007

dalam Koonmee K, 2009). Menurut Brenner (dalam Koonmee K, 2009: 3), ada dua

kategori program etika dalam organisasi baik secara eksplisit dibuat atau implisit

diwariskan. Komponen dalam eksplisit etika terdiri atas kode etik, kebijakan manual,

seminasi seminar, pengendalian sistem internal, dan etika karyawan. Sedangkan

implisit etika terdiri atas komponen budaya organisasi, sistem insentif, nilai, dan

perilaku manajemen.

Etika lembaga memiliki beberapa fungsi antara lain; 1) sebagai acuan atau

norma, 2) sebagai landasan berperilaku 3) sebagai landasan pengambilan keputusan,

4) sebagai landasan pengelolaan organisasi dan 5) sebagai landasan bertindak

(Tanaamah, 2007: 7). Etika Rumah Sakit Indonesia (ERSI) dirumuskan dan dibina

oleh PERSI, dan telah disahkan oleh Menteri Kesehatan. Rumah sakit adalah

(34)

membuat orang menjadi sehat kembali, atau tetap menjadi sehat dan bertambah sehat.

Secara prinsip pemberian pelayanan, rumah sakit sebagai lembaga pelayanan tidak

berbeda dengan lembaga pelayanan lain seperti lembaga pendidikan, hotel, ataupun

perpustakaan.

Berdasarkan jenis pelayanan, terdapat perbedaan antara pelayanan rumah sakit

dan pelayanan hotel misalnya, dalam pelayanan hotel tidak ada unsur eksternalitas,

dan nilai-nilai penyembuhan dan kemanusiaan yang khas dimiliki secara tradisional

oleh lembaga pelayanan kesehatan. Sifat khusus pelayanan kesehatan menimbulkan

kebutuhan akan norma-norma dalam menjalankan lembaga pelayanan kesehatan pada

umumnya atau rumah sakit pada khususnya. Berkaitan dengan ekonomi, etika bisnis

pelayanan kesehatan akan banyak menggunakan pernyataan-pernyataan normatif.

Dengan demikian, etika organisasi rumah sakit merupakan etika bisnis dengan

sifat-sifat khusus.

Etika bisnis didefinisikan oleh Velasques (2005: 278) sebagai studi mengenai

standar moral dan bagaimana standar tersebut dipergunakan oleh: 1) sistem dan

organisasi dengan masyarakat modern memproduksi serta mendistribusikan barang

dan jasa; 2) orang-orang yang bekerja di dalam organisasi tersebut. Dengan kata lain,

etika bisnis adalah sebuah bentuk dari etika terapan. Velasques (2005: 279)

menyatakan bahwa ada tiga hal yang dibahas dalam etika bisnis yaitu, isu sistemik,

isu korporat (lembaga usaha), dan isu perorangan. Di dalam lembaga rumah sakit

pelayanan diberikan tidak oleh satu profesi saja, misalnya dokter, tetapi merupakan

(35)

sehari-hari dilakukan oleh profesi dokter, perawat, dokter gigi, manajer, akuntan,

farmasis, hingga psikolog. Masing-masing profesi mempunyai etika sendiri-sendiri

dengan etika dokter yang memang paling menonjol dalam aplikasinya di rumah sakit.

Etika dokter yang berbasis pada etika klinik memang sering ditafsirkan atau

dipergunakan sebagai dasar untuk etika rumah sakit. Akan tetapi sebenarnya etika

manajemen rumah sakit atau pelayanan kesehatan yang lebih luas dibandingkan

dengan etika dokter, atau etika para profesional lain.

Djojosugito (1997: 280) menyatakan bahwa para manajer (administrator)

rumah sakit merupakan satu profesi yang memiliki etika profesi. Etika profesi

manajer rumah sakit berkaitan dengan etika pelayanan kesehatan dan dengan etika

biomedik. Weber (dalam Djojosugito 1997: 281) berpendapat bahwa dalam

menjalankan etika, lembaga pelayanan kesehatan harus memperhatikan tiga hal yaitu,

sebagai pemberi pelayanan kesehatan, sebagai pemberi pekerjaan dan sebagai warga

negara. Weber menyatakan bahwa 3 hal ini merupakan ciri-ciri organisasi pelayanan

kesehatan yang membedakannya dengan perusahaan biasa.

Dasar etika bisnis pelayanan kesehatan adalah komitmen untuk memberikan

pelayanan terbaik dan komitmen untuk menjaga hak-hak pasien. Pelayanan kepada

pasien dalam arti luas, tidak hanya pada penanganan klinik. Rumah sakit sebagai

contoh juga memberikan pelayanan semacam hotel untuk menunjang penanganan

klinik. Dalam sisi ini instalasi rawat inap rumah sakit dapat diibaratkan sebagai hotel

yang memberikan pelayanan lebih. Dengan demikian, etika bisnis rumah sakit adalah

(36)

sakit. Oleh karenanya, rumah sakit sebagai organisasi yang memberikan pekerjaan

pada banyak orang harus memikirkan berbagai hal, misalnya terkait dengan gaji dan

kompensasi nonkeuangan, masalah merekrut dan memberhentikan karyawan, menilai

para staf, memberikan santunan apabila ada musibah yang menimpa stafnya,

memperhatikan masalah keselamatan kerja para staf terutama yang terpapar langsung

atau tidak langsung pada berbagai risiko, memberlakukan kebijakan tidak merokok

untuk para staf, dan berbagai hal lain.

Etika bisnis rumah sakit akan dipakai sebagai acuan bagi semua profesional

yang berada di rumah sakit. Dalam hal ini tentunya etika bisnis rumah sakit tidak

akan bertentangan dengan etika profesional yang ada. Bagi profesi manajer pelayanan

kesehatan, etika bisnis rumah sakit akan menjadi pegangan dalam memutuskan atau

menilai sesuatu hal. Berdasarkan pendapat Weber (dalam Djojosugito 1997: 281)

sebagian etika bisnis rumah sakit berhubungan langsung dengan prinsip-prinsip

ekonomi yaitu, biaya dan mutu pelayanan, insentif untuk pegawai, kompensasi yang

wajar, dan eksternalitas.

Dalam penelitian ini, penilaian etika lembaga didasarkan pada Kode Etik

Rumah Sakit Indonesia baik dalam dimensi etika secara implisit maupun eksplisit.

Adapun bentuk etika secara implisit terdiri dari komponen budaya organisasi, sistem

insentif, penghargaan atas perilaku, kebijakan promosi, dan perilaku manajemen.

Sedangkan eksplisit program terdiri dari komponen kode etik, kebijakan, seminasi

etika, pengendalian sistem internal dan etika karyawan (Brenner dalam Koonmee et

(37)

2.3 Quality of Work Life (QWL)

Quality of Work Life (QWL) pertama kali diperkenalkan pada Konferensi

Buruh Internasional pada tahun 1972, tetapi baru mendapat perhatian setelah United

AutoWorkers dan General Motor berinisiatif mengadopsi praktek kualitas kehidupan

kerja untuk mengubah sistem kerjanya (Kheradmand et al., 2010: 317). QWL atau

kualitas kehidupan kerja merupakan pendekatan manajemen yang terus menerus

diarahkan pada peningkatan kualitas kerja. Kualitas yang dimaksud adalah

kemampuan menghasilkan barang atau jasa yang dipasarkan dan cara memberikan

pelayanan yang terus menerus disesuaikan dengan kebutuhan konsumen, sehingga

barang atau jasa yang dihasilkan mampu bersaing dan berhasil merebut pasar

(Usman, 2009: 22).

Ada dua pandangan mengenai maksud dari kualitas kehidupan kerja.

Pandangan pertama mengatakan bahwa kualitas kehidupan kerja adalah sejumlah

keadaan dan praktek dari tujuan organisasi. Contohnya: perkayaan kerja, penyeliaan

yang demokratis, keterlibatan pekerja dan kondisi kerja yang aman. Sementara yang

lainnya menyatakan bahwa kualitas kehidupan kerja adalah persepsi-persepsi

karyawan bahwa mereka ingin merasa aman, secara relatif merasa puas dan mendapat

kesempatan mampu tumbuh dan berkembang selayaknya manusia (Wayne dalam

Husnawati, 2006: 15). Konsep kualitas kehidupan kerja mengungkapkan pentingnya

penghargaan terhadap manusia dalam lingkungan kerjanya. Dengan demikian peran

penting dari kualitas kerja adalah mengubah iklim kerja agar organisasi secara teknis

(38)

dalam Usman: 2009: 22). Sedangkan. Siagian (dalam Husnawati, 2006: 16)

menyatakan bahwa QWL sebagai filsafat manajemen menekankan pada:

a. QWL merupakan program yang kompetitif dan mempertimbangkan berbagai

kebutuhan dan tuntutan karyawan.

b. QWL memperhitungkan tuntutan peraturan perundang-undangan seperti

ketentuan yang mengatur tindakan yang diskriminan, perlakuan pekerjaan

dengan cara-cara yang manusiawi, dan ketentuan tentang system imbalan upah

minimum.

c. QWL mengakui keberadaan serikat pekerja dalam organisasi dan berbagai

perannya memperjuangkan kepentingan para pekerja termasuk dalam hal upah

dan gaji, keselamatan kerja dan penyelesaian pertikaian perburuhan berdasarkan

berbagai ketentuan normative dan berlaku di suatu wilayah negara tertentu.

d. QWL menekankan pentingnya manajemen yang manusiawi, yang pada

hakekatnya berarti penampilan gaya manajemen yang demokratik termasuk

penyeliaan yang simpatik.

e. Dalam peningkatan QWL, perkayaan pekerjaan merupakan bagian integral yang

penting.

f. QWL mencakup pengertian tentang pentingnya tanggung jawab sosial dari pihak

manajemen dan perlakuan manajemen terhadap para karyawan yang dapat

dipertanggungjawabkan secara etis.

Secara umum QWL mencakup aktivitas-aktivitas yang ada di dalam

(39)

dapat membangkitkan semangat para pekerja dalam melaksanakan tugas mencapai

sasaran perusahaan. Menurut Pasmore (dalam Usman, 2009:23), kondisi- kondisi

dimaksud adalah keamanan dan kesehatan, keadilan, pilihan-pilihan individu,

partisipasi dalam pengambilan keputusan, kesempatan untuk berkembang, pekerjaan-

pekerjaan yang berarti (menantang), kemampuan mengendalikan waktu kerja dan

tempat, perlindungan dari perlakuan tidak adil, dan kesempatan memuaskan

kebutuhan sosial.

Sirgy et al. (2001: 243) membedakan QWL menjadi dua kategori utama yaitu

lower-order needs dan higher –order needs. Dimensi QWL lower-order needs

diantaranya kebutuhan kesehatan/ keselamatan kerja dan kebutuhan ekonomi/

keluarga. Sedangkan untuk higher-order needs terdiri atas kebutuhan sosial,

kebutuhan harga diri, kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan pengetahuan, dan

kebutuhan estetika. Ketujuh dimensi yang dibedakan dalam dua kategori lower-order

needs dan higher –order needs merupakan indikator untuk mengukur QWL. Indikator

ini juga digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Koonmee et al. (2009: 3)

pada penelitian tingkat kinerja manejer di Thailand yang dihubungkan pada QWL.

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian ilmiah merupakan sebuah penelitian yang disusun secara sistematis

dan harus memenuhi kode etik penulisan karya ilmiah. Salah satu kode etik penulisan

karya ilmiah adalah perujukan dan pengutipan bahan yang akan digunakan sebagai

pendukung penelitian. Tabel 2.1 merupakan penelitian terdahulu yang penulis

(40)

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu yang Terkait

Peneliti Variabel yang diteliti Metode Analisis Hasil Penelitian Saeed Mortozavi,

(41)

komitmen organisasi dan

Regresi Linier Semua variabel QWL

(restrukturisasi kerja,

Regresi Hubungan kepuasan kerja dengan

kinerja lemah pada level individual,

(42)

Organisasional kuat pada level organisasional. Hubungan yang kuat terhadap

kinerja juga ditunjukkan oleh

komitmen

2.5 Kerangka Pemikiran Teoritis

2.5.1 Etika Lembaga dan Quality Of Work Life (QWL)

Etika dan kualitas kehidupan kerja atau QWL merupakan dua faktor yang

saling berkaitan dalam pelaksanaan organisasi. Etika dalam penelitian ini mengacu

pada aturan atau standar yang mengatur perilaku individu atau anggota profesi

(Morris, 1980 dalam Konmee et al., 2009: 2), sedangkan QWL adalah persepsi sejauh

mana organisasi memenui kebutuhan karyawan untuk kesejahteraan karyawan di

lingkungan kerja (Sirgy et al. dalam Koonmee et al., 2009: 2). Koonmee at al. (2009:

2) membedakan QWL menjadi dua kategori utama yaitu lower and higher–order

needs. Komponen yang termasuk dalam lower-order nees diantaranya kebutuhan

kesekatan/ keselamatan kerja dan kebutuhan ekonomi/ keluarga. Sedangkan untuk

higher-order needs terdiri atas kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, kebutuhan

aktualisasi diri, kebutuhan pengetahuan, dan kebutuhan estetika. Kedua kategori

QWL ini akan diteliti dalam kajian ini.

Karena meningkatnya masalah etika dalam beberapa tahun terakhir, banyak

organisasi telah membentuk program-program etika untuk meningkatkan etika

(43)

Brenner (dalam Koonmee at al., 2009: 2) ada dua kategori program etika dalam

organisasi baik secara eksplisit di buat atau implisit di wariskan. Dimensi yang

termasuk dalam komponen eksplisit yaitu kode etik, kebijakan, seminasi etika,

sistem pengendalian internal, dan etika karyawan. Komponen implisit meliputi,

budaya perusahaan, sisitem insentif, penghargaan, kebijakan promosi, dan perilaku

manajemen. Penelitian dan artikel ilmiah menyarankan etika sebagai sumber QWL

karyawan atau sebagai kondisi pekerjaan yang berhubungan dengan QWL.

Singhapakdi dan Vitell (2007: 284) etika lembaga didefinisikan sejauh mana

organisasi secara eksplisit dan implisit memasukkan etika kedalam proses

pengambilan keputusan. Konsisten dengan Brenner, mereka juga mengelompokkan

etika kedalam dua bentuk implisit dan ekplisit. Hal ini menunjukkan hubungan positif

antara sikap kerja dan kinerja karyawan. Argumen dari Simphakdi dan Vitell juga

mendapat dukungan dari praktisi pemasaran Amerika yang menyatakan bentuk

implisit etika lembaga berpengaruh langsung dan positif pada kepuasan kerja esprit

de corps dan komitmen organisasi.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dipaparkan diatas maka peneliti

berharap bahwa etika lembaga baik secara implisit maupun eksplisit akan memiliki

dampak positif QWL pada perawat di RSUD Kabupaten Sragen.

2.5.2 QWL dan Kinerja

Konsep QWL diperkenalkan ketempat kerja pada akhir 1950-an. Sampai

pertengahan 1970-an, fokusnya adalah pada desain kerja dan meningkatkan

(44)

lain yakni peningkatan kepuasan kerja, produktivitas, sistem penghargaan,

lingkungan kerja fisik, keterlibatan karyawan, hak dan kebutuhan harga diri

(Koonmee et al., 2009: 3). Sebagaimana yang disampaikan oleh Walker (dalam

Koonmee et al., 2009: 3), QWL merupakan promosi penyediaan lingkungan kerja

yang kondusif untuk memenuhi kebutuhan kerja karyawan. Menurut Cascio (dalam

Koonmee et al., 2009: 3) karyawan yang bekerja diorganisasi dengan QWL yang baik

akan meiliki rasa memiliki organisasi dan pekerjaan yang mereka lakukan memenuhi

kebutuhan mereka. QWL menurut Konnmee et al. (2009: 3) merupakan kesempatan

bagi karyawan untuk membuat keputusan dan mendesain tempat kerjanya sendiri.

Efraty dan Sirgy (dalam Koonmee et al., 2009: 3) mengusulkan tujuh dimensi

yang harus diukur dalam menentukan QWL, diantaranya: a) kesehatan dan

keselamatan kerja (perlindumgan dari kesehatan, cidera ditempat kerja dan diluar

pekerjaan, peningkatan kesehatan), b) ekonomi dan kebutuhan keluarga

(gaji,keamanan kerja, dan kebutuhan keluarga lainnya), c) kebutuhan sosial

(kolegialitas di tempat kerja dan waktu luang diluar pekerjaan), d) kebutuhan

penghargaan (pengakuan dan penghargaan kerja didalam dan luar organisasi), e)

kebutuhan aktualisasi diri (realisasi potensi seseorang dalam organisasi dan sebagai

seorang professional), f) kebutuhan pengetahuan (belajar untuk meningkatkan

pekerjaan dan keterampilan), g) kebutuhan estetika (kreativitas di tempat kerja

maupun pribadi dan estetika umum). Pada penelitian ini didasarkan pada karya Sirgy

et al. (2001) yang telah diadopsi oleh Koonmee et al. (2009) dengan mengkaitkan

(45)

hasil kerja karyawan seperti produktivitas, kepuasan kerja, dan komitmen karyawan.

Penelitian Koonmee et al. (2009) menyatakan bahwa etika dalam organisasi penting

untuk QWL dan akan menimbulkan kinerja yang optimal.

Dari beberapa hasil penemuan penelitian sebelumnya penelitian ini berharap

ada hubungan yang positif antara QWL dan kinerja perawat di RSUD Kabupaten

Sragen.

2.5.3 Etika Lembaga dan Kinerja

Penelitian telah membuktikan bahwa lingkungan kerja merupakan faktor

dominan dalam kinerja karyawan. Hal itu yang akan mempengaruhi kinerja

organisasi secara keseluruhan. Secara umum kinerja organisasi ditunjukkan oleh

faktor-faktor: profitabilitas, pangsa pasar, sumber daya akuisisi, kepuasan pelanggan,

kepuasan karyawan, kesehatan dan keselamatan, inovasi, produktivitas tenaga kerja,

kepatuhan terhadap peraturan dan fleksibilitas (Bratton et al., 2005 dalam Koonmee

et al., 2009). Namun, seiring perkembangan faktor sosial yang membentuk pola pikir

masyarakat, sisi lembut seperti QWL, kesehatan dan keselamatan, etika lembaga,

tanggung jawab sosial perusahaan dan keseimbangan kehidupan kerja semakin diakui

manajer puncak memiliki dampak signifikan. Oleh karenanya hubungan antara etika

dan hasil organisasi manjadi isu penting dalam memajukan pengetahuan dalam

manajemen SDM, pengembangan organisasi, dan etika bisnis. Secara konseptual

(46)

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Sumber: Vitell & Singhapakdi (2008); Koonmee et al. (2009); Kheradmand et al. (2010); Jofreh, Dashgarzadeh et al. (2012); Mortazavi et al. (2012)

Penelitian ini akan berfokus pada analisis pengaruh antara etika lembaga,

QWL, dan kinerja. Penelitian dilakukan pada RSUD Kabupaten Sragen. Penelitian ini

akan menarik dilakukan mengingat rumah sakit adalah organisasi kesehatan dan

merupakan perusahaan jasa for profit yang memiliki etika bisnis dan etika lembaga

yang unik.

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah pernyataan dugaan (conjectural) tentang hubungan antara

dua variabel atau lebih. Hipotesis selalu mengambil bentuk kalimat pernyataan

(declarative) dan menghubungkan secara umum maupun khusus variabel yang satu

dengan variabel yang lain (Kerlinger, 2006: 30).

Hipotesis penelitian ini didasarkan dari uraian hubungan antar variabel dan

berdasar pada penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Peneliti mengajukan

beberapa hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini. Adapun Hipotesis yang

peneliti ajukan antara lain:

Etika Lembaga Quality of Work

Life

(47)

Hipotesis 1 : Etika lembaga memiliki pengaruh positif terhadap QWL.

Hipotesis 2 : QWL berpengaruh positif terhadap kinerja perawat

Hipotesis 3 : Etika lembaga berpengaruh positif terhadap kinerja perawat.

Hipotesis 4 : Etika lembaga melalui QWL berpengaruh positif dan

(48)

32 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian pengaruh etika lembaga dan QWL terhadap kinerja individu

adalah perawat pada RSUD Kabupaten Sragen yaitu RS. dr. Soehadi Prijonegoro

yang terletak di Jl. Raya Sukowati, 534. Telephon (0271) 891068.

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi yaitu keseluruhan kelompok orang, kejadian, hal atau minat yang

ingin peneliti investigasi (Sekaran, 2006: 121). Populasi penelitian ini adalah seluruh

perawat RS. Dr. Soehadi Prijonegoro. Jumlah perawat RS. dr. Soehadi Prijonegoro

251 perawat. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Populasi Penelitian

Paramedik Keperawatan Jumlah

Perawat 221

Perawat gigi 2

Bidan 28

Sumber: data RSUD Kabupaten Sragen 2013

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sub kelompok atau bagian dari populasi. Besaran sampel yang

tepat untuk penelitian adalah lebih besar dari 30 dan kurang dari 500 (Sekaran,

(49)

Slovin dengan menggunakan nilai kelonggaran ketidaktelitian (e²) sebesar 5%

(Prasetyo & Jannah, 2008: 137). Penghitungan sampel menggunakan rumus Slovin

dikarenakan peneliti telah mengetahui jumlah populasi penelitian. Dari jumlah

populasi yang telah ditetapkan maka sampel dapat dihitung dengan rumus :

Dimana :

n adalah jumlah sampel

N adalah jumlah populasi

e² adalah nilai kelonggaran ketidaktelitian

Hasil perhitungan sampel penelitian adalah 154 perawat dengan rincian

perhitungan:

154 (pembulatan)

3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel (sampling) yang peneliti gunakan dalam

penelitian ini adalah sampling acak. Sampling acak ialah metode pengambilan suatu

bagian (sampel) dari suatu populasi atau semesta sedemikian rupa, sehingga semua

sampel yang mungkin terambil dari n yang besarnya tetap, memiliki probabilitas

(50)

sampel yang ditarik secara acak tidaklah bias dalam arti tidak ada satu anggotapun

yang memiliki peluang lebih besar untuk terpilih dibanding anggota lainnya.

Kerangka sampel adalah 251 paramedik perawat RSUD Kabupaten Sragen,

dengan bantuan komputer dibuat tabel nomor karyawan dan dilakukan pemilihan

sampel terhadap nomer 1 sampai dengan 251 tersebut dengan menggunakan undian.

3.3 Variabel dan Pengukuran Variabel

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010: 60). Adapun variabel

penelitian ini adalah kinerja karyawan (perawat), Quality of Work Life (QWL) dan

Etika Lembaga.

3.3.1 Kinerja Karyawan (Perawat)

Kinerja pada dasarnya merupakan hasil kerja seorang karyawan selama

periode tertentu. Penelitian ini kinerja individu diukur dengan 7 dimensi kinerja

yang dikembangkan oleh Hersey dan Goldsmith (Kheradmand et al., 2010)

diantaranya:

a. Ability atau kemampuan yaitu pengetahuan seseorang dan skill yang

dimilikinya.

b. Clarity atau kejelasan yaitu kejelasan atas persepsi peraturan.

c. Help atau bantuan yaitu dukungan organiasasi yang dibutuhkan karyawan untuk

(51)

d. Incentive yaitu keinginan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dengan

sukses.

e. Evaluation yaitu umpan balik kepada karyawan atas pekerjaan yang telah

dilakukan.

f. Validity yaitu sah dan benar keputusan tentang penempatan sumber daya

manusia.

g. Environment yaitu faktor eksternal atau lingkungan.

3.3.2 Etika Lembaga

Etika lembaga adalah bagaimana organisasi bertindak dan memasukkan

unsur etika baik secaara implisit maupun eksplisit dalam proses pengambilan

keputusan. Indikator dalam penelitian ini didasarkan atas pendapat Brenner (dalam

Koonmee et al., 2009: 2) yang membagi etika lembaga menjadi dua kategori yakni

implisit dan eksplisit.

a. Eksplisit program terdiri dari komponen kode etik, kebijakan, seminasi etika,

pengendalian sistem internal dan etika karyawan.

b. Implisit terdiri dari komponen budaya organisasi, sistem insentif, penghargaan

atas perilaku, kebijakan promosi, dan perilaku manajemen.

3.3.3 Qualiti of Work Life (QWL)

QWL atau kualitas kehidupan kerja adalah persepsi-persepsi karyawan

bahwa mereka ingin merasa aman, secara relatif merasa puas dan mendapat

(52)

Husnawati, 2006: 44). Indikator dalam kualitas kehidupan kerja menurut Efraty dan

Sirgy (dalam Koonmee et al., 2009: 3) diantaranya:

a. Kesehatan dan keselamatan yaitu, perlindungan dari kesehatan, cidera di tempat

kerja dan diluar pekerjaan serta peningkatan kesehatan.

b. Ekonomi dan kebutuhan keluarga meliputi gaji, keamanan kerja, dan kebutuhan

keluarga lainnya seperti askes keluarga.

c. Kebutuhan sosial meliputi kolegalitas ditempat kerja dan waktu luang diluar

pekerjaan

d. Kebutuhan penghargaan yaitu, pengakuan dan penghargaan kerja didalam dan

luar organisasi

e. Kebutuhan aktualisasi diri yaitu, realisasi potensi seseorang dalam organisasi

dan sebagai professional

f. Kebutuhan pengetahuan yaitu, belajar untuk meningkatkan kemampuan

menjalankan pekerjaan dan keterampilan

g. Kebutuhan estetika yaitu, kebutuhan untuk berkreativitas ditempat kerja secara

pribadi maupun estetika secara umum.

Adapun variabel penelitian, indikator variabel dan pengukuran variabel

(53)

Tabel 3.2. Variabel dan Indikator Pengukuran Variabel

Variabel Indikator Pengukuran

Kinerja 1. Kemampuan 2. Kejelasan Peran 3. Bantuan Manajemen 4. Incentive / Keinginan

Karyawan untuk

(54)

Sumber data yang digunakan adalah data primer. Data primer merupakan

data yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan

variabel minat untuk tujuan spesifik studi. Sumber data primer adalah responden

individu, kelompok fokus, dan panel yang secara khusus ditentukan oleh peneliti

dan dimana pendapat bisa dicari terkait persoalan tertentu dari waktu ke waktu, atau

sumber umum seperti majalah atau buku tua (Sekaran, 2006). Data primer ini khusus

dikumpulkan untuk kebutuhan riset yang sedang berjalan. Data primer dalam

penelitian ini adalah data tentang profil sosial dan identifikasi responden, persepsi

mengenai kinerja, penerapan etika lembaga serta desain QWL yang ada di RS. dr.

Soehadi Prijonegoro.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Data pada penelitian ini diperoleh melalui penyebaran kuisioner kepada

seluruh perawat pada RS. dr. Soehadi Prijonegoro. Penyusunan kuisioner dalam

penelitian menggunakan skala penilaian Likert. Skala Likert berisi pernyataan yang

sistematis untuk menunjukkan sikap seseorang responden terhadap pernyataan yang

disebutkan (Prasetyo & Jannah, 2008: 137). Indeks ini mengasumsikan bahwa

masing-masing kategori jawaban memiliki intensitas yang sama. Indeks yang

digunakan dalam penelitian ini adalah 5 dimulai dengan gradasi nilai yang tersaji

dalam Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Indeks Skala Likert

Alternatif Jawaban Penjelasan Skor

STS Sangat Tidak Setuju 1

(55)

N Netral 3

S Setuju 4

SS Sangat Setuju 5

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa

self-administered questionnaire. Hal ini berarti, semua instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini merupakan adaptasi dari multi-item scale yang telah digunakan oleh

beberapa penelitian sebelumnya. Tabel 3.4 memberikan gambaran instrumen

pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 3.4 menunjukkan instrumen

pengukuran masing-masing variabel penelitian.

Tabel 3.4. Instrumen Pengukuran

No Konstruk Sumber Jumlah

Item 1 Kinerja Karyawan Kheradmand et al. (2010: 320) 13 2 Etika Lembaga Singhapakdi & Vitel (2007: 292) 16

3 Quality of Work Life Sirgy et al(2001: 280) 16

Total Item 45

3.6 Validitas dan Reliabilitas

3.6.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan valid juka jika pertanyaan pada kuisioner

mampu untuk mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh kuisioner (Ghozali,

2011: 52). Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r

table untuk degree of freedom (df)= n-2, dalam hal ini n merupakan jumlah sampel.

(56)

Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan SPSS 19. Hasil uji Validitas

variabel kinerja karyawan dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Uji Validitas Variabel Kinerja

No. Item Pearson Corelation Nilai r Tabel Keterangan

1 0,616 0,158 Valid

2 0,624 0,158 Valid

3 0,509 0,158 Valid

4 0,456 0,158 Valid

5 0,598 0,158 Valid

6 0,635 0,158 Valid

7 0,519 0,158 Valid

8 0,592 0,158 Valid

9 0,571 0,158 Valid

10 0,644 0,158 Valid

11 0,580 0,158 Valid

12 0,602 0,158 Valid

13 0,591 0,158 Valid

Sumber: lampiran 3 (hasil uji validitas)

Tabel 3.5 menunjukkan bahwa semua indikator yang digunakan untuk

mengukur variabel kinerja karyawan mempunyai nilai r hitung > 0,158. Hal ini

mengandung arti bahwa semua indikator tersebut adalah valid untuk mengukur

variabel kinerja karyawan.

Hasil pengujian validitas menggunakan program SPSS 19 untuk variabel

(57)

Tabel 3.6. Uji Variabel Etika Lembaga

No. Item Pearson Corelation Nilai r Tabel Keterangan

1 0,494 0,158 Valid

2 0,576 0,158 Valid

3 0,302 0,158 Valid

4 0,436 0,158 Valid

5 0,468 0,158 Valid

6 0,464 0,158 Valid

7 0,574 0,158 Valid

8 0,536 0,158 Valid

9 0,420 0,158 Valid

10 0,465 0,158 Valid

11 0,293 0,158 Valid

12 0,581 0,158 Valid

13 0,319 0,158 Valid

14 0,585 0,158 Valid

15 0,577 0,158 Valid

16 0,566 0,158 Valid

Sumber: lampiran 3 (hasil uji validitas)

Tabel 3.6 menunjukkan bahwa semua indikator yang digunakan untuk

mengukur variabel etika lembaga mempunyai nilai r hitung > 0,158. Hal ini

mengandung arti bahwa semua indikator tersebut adalah valid untuk mengukur

variabel etika lembaga.

Hasil pengujian validitas menggunakan program SPSS 19 untuk variabel

(58)

Tabel 3.7. Uji Validitas Variabel Quality of Work Life (QWL)

No. Item Pearson Corelation Nilai r Tabel Keterangan

1 0,408 0,158 Valid

Tabel 3.7 menunjukkan bahwa semua indikator yang digunakan untuk

mengukur variabel QWL mempunyai nilai r hitung > 0,158. Hal ini mengandung

arti bahwa semua indikator tersebut adalah valid untuk mengukur variabel QWL.

3.6.2 Uji Reliabilitas

Ghozali (2011: 47) menyatakan bahwa reliabilitas adalah alat untuk

mengukur suatu kuisioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Uji

reliabilitas menunjukkan konsistensi dan stabilitas. Suatu kuisioner dikatakan

reliabel bila jawaban seseorang terhadap pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu

ke waktu. Suatu data dikatakan reliable bila nilai Cronbach’s Alpha > 0,70

Gambar

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu yang Terkait
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Tabel 3.1. Populasi Penelitian
Tabel 3.2. Variabel dan Indikator Pengukuran Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepuasan pasien rawat jalan masing-masing sebesar (60%) tidak memenuhi SPM Rumah Sakit dan rata-rata waktu tunggu pelayanan

1) Ruang lingkup penelitian ini hanya dilakukan pada karyawan yang terlibat dalam penggunaan sistem informsi akuntansi di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Sehingga untuk

Penelitian ini merupakan penelitian survey explanatory yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh motivasi dengan kinerja perawat di instalasi rawat inap Rumah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran work-family conflict perawat wanita yang bekerja di Rumah Sakit dengan sistem shift dalam hal ini yaitu Rumah Sakit Umum

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada karyawan rumah sakit IPHI Pedan Klaten mengenai pengaruh religiusitas dan etika kerja Islam terhadap kinerja karyawan

Berdasarkan kuesioner, 60 % perawat menyatakan setuju jika pimpinan memberikan penghargaan atas prestasi yang diraih, hal ini menunjukkan jika piha k rumah sakit ma u member

Populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang bertugas di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Batang dengan karakteristik; pegawai tetap,

Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan Sukmono (2012) bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan stress kerja karena pendidikan