• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rekayasa pembuatan faktis gelap dari minyak jarak (Castor Oil)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rekayasa pembuatan faktis gelap dari minyak jarak (Castor Oil)"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

DARI MINYAK JARAK (

CASTOR OIL

)

MUSLICH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Rekayasa Pembuatan Faktis Gelap dari Minyak Jarak (Castor Oil) ada lah karya saya de ngan arahan dari ko misi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Pebruari 2012

(4)
(5)

YOHARMUS SYAMSU

Factice is one of processing aid used in rubber finish product manufacturing. Dark factice made by vulcanization of saturated vegetable oil with adding sulfur in high temperature. Dark factice is added in rubber compound that will be extruded and pr inted. Castor oil has the characteristics that qualify as a raw material of dark factice. The aim of this study was to get the valid information regarding: (1). the characteristics of castor oil as a raw material of dark factice, (2). optimum process conditions (sulfur concentration and temperature) to make dark factice from castor oil, (3). quantitative description of cross- linking formation in the dark factice making from castor oil and application of dark factice that used in LPG tube making, (4). pre- feasibility study (technical and financial) of establishment dark factice-castor oil based production unit. The results showed castor oil having iodine numbers of 85.9 g iod /100 g oil that qualifies to be processed into a dark factice. The optimization used response surface method showed the optimum concentration of sulfur was 27.5 pho (part per hundred oil) and temperature was 165oC. Dark factice made from optimum treatment showed the following characteristics : extract of petroleum ether 11.5 %, free sulfur content 1.83%, ash content 4.25%, and pH 7.36. Based on those characteristics, the dark factice made could be categorized as first grade dark factice. The analys is of FTIR spectrum and cross- link density of dark factice, suppo rt the allegation of cross- linking formation during the formation of dark factice. The application of dark factice to make LPG tube reduced the compounding time and increased the extrusion rate. Based on the production capacity of 5 000 kg castor oil/da y, production unit of dark factice derived from castor oil was feasible to be established with IRR and B/C respectively 57.07% and 5.95. The investment of dark factice-production unit establishment was expected to be returned after 21 months.

(6)
(7)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2012

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya.

a. Pengutipan hanya untuk keperluan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan IPB

(8)
(9)

MUSLICH. Rekayasa Pembuatan Faktis Gelap Dari Minyak Jarak (Castor Oil). Dibimbing oleh DJUMALI MANGUNWIDJAJA, ILLAH SAILAH dan YOHARMUS SYAMSU.

Fakt is gelap merupakan salah satu bahan oleh karet yang berupa bahan padat dan bertekstur elastis. Faktis gelap dibuat dari minyak yang ba nyak mengandung asam lemak tidak jenuh melalui reaksi vulkanisasi dengan sulfur pada suhu tinggi. Faktis gelap digunakan pada pembuatan ko mpo n untuk barang jadi karet berwarna. Faktis gelap umumnya ditambahkan pada kompon karet yang aka n dieks trusi ataupun dicetak.

Tujuan da ri pe nelitian ini ada lah untuk mendapatka n infor masi yang valid tentang : (1) : karakteristik minyak jarak sebagai bahan baku pembuatan faktis gelap, (2) kombinasi konsentrasi sulfur dan suhu optimum untuk pembuatan faktis gelap dari minyak jarak serta karakteristik faktis gelap yang dihasilkan, (3) gambaran kuantitatif terjadinya ikatan silang pada reaksi pembentukan faktis gelap dari minyak jarak dan aplikasi faktis gelap yang dihasilkan dalam pembuatan selang gas LPG, dan (4) gambaran kelayakan teknis dan finansial pengembangan unit produksi faktis gelap berbahan baku minyak jarak.

Minyak jarak mempunyai bilangan iod sebesar 85.9 g iod/100 g minyak sehingga memenuhi syarat untuk diolah menjadi faktis gelap. Optimasi dengan metode permukaan respon menunjukkan titik optimum adalah konsentrasi sulfur 27.5 bsm dan suhu 165o

Analisis spektrum FTIR dan kerapatan ikatan silang terhadap faktis gelap yang dihasilka n menunjang dugaan terbentuknya ikatan silang pada pembentukan faktis gelap. Pada spektrum FTIR faktis gelap, terlihat adanya puncak serapan gugus C-S pada kisaran bilangan gelombang 600 – 700 cm

C . Faktis gelap yang dihasilkan dari perlakuan optimum ini mempunya i karakteristik kadar ekstrak petroleum eter 11.5 persen, kadar sulfur bebas 1.83 persen, kadar abu 4.24 persen dan tingkat pH 7.36. Dengan karakteristik tersebut, maka faktis gelap yang diperoleh dapat dikategorikan sebagai mutu I.

-1

(10)

serapan ikatan rangkap asam lemak tidak jenuh (C=C) pada spektrum minyak jarak pada bilangan gelombang 1 654.92 cm-1

Penambahan faktis gelap hasil penelitian ini pada pembuatan selang gas LPG mampu mengurangi waktu pengkomponan lapisan luar 26 persen dan pengkomponan lapisan dalam 5 persen dibandingkan dengan jika tidak ditambahkan faktis gelap. Pengamatan terhadap waktu ekstrusi juga menunjukkan bahwa penambahan faktis gelap hasil penelitian ini secara konsisten mampu mengurangi waktu ekstrusi. Pada pembuatan kompon lapisan dalam da n kompon lapisan luar, penambahan faktis hasil penelitian ini mampu mengurangi waktu ekstrusi masing- masing sebesar 46 persen dan 34 persen. Pada pembuatan kompon lapisan dalam dan kompon lapisan luar, penambahan faktis hasil penelitian ini mampu meningkatkan laju ekstrusi masing- masing sebesar 131 persen dan 75 persen.

.

Dengan kapasitas produksi 5 000 kg bahan baku/hari, unit proses pengolahan faktis gelap dari minyak jarak layak dikembangkan dengan IRR dan B/C masing- masing sebesar 57.07 persen dan 5.95. Investasi unit produksi faktis gelap diharapkan dapat dikembalikan setelah 29 bulan. Unit produksi faktis gelap masih layak dikembangkan bila harga bahan baku naik sebesar 10 persen, tetapi menjadi tidak layak jika harga produk turun 10 persen.

(11)

MUSLICH

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor pada

Program Studi Teknologi Industri Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

Penguji pada Ujian Tertutup : Prof. Dr. Drs. Purwantiningsih, M.S. Dr. Ir. Amalia Kartika

Penguji pada Ujian Terbuka : Prof. Dr. Ir. Khaswar Syamsu, M.Sc. Dr. Ridha Arizal, M.Sc.

(13)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-NYA sehingga disertasi Rekayasa Pembuatan Faktis Gelap dari Minyak Jarak (Castor Oil) ini berhasil diselesaikan.

Penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. Dr. Djumali Mangunwidjaja, D.E.A. selaku ketua komisi pembimbing, Dr. Ir. Illah Sailah, M.S. da n Dr. Drs. Yoharmus Syamsu, M.S i. APU masing- masing sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberi bimbingan, arahan dan dorongan moral sehingga penulisan disertasi ini dapat diselesaikan.

2. Prof. Dr. Dra. Purwantiningsih, M.S. dan Dr. Ir. Amalia Kartika yang telah memberikan banyak masukan saat bertindak sebagai penguji pada ujian tertutup.

3. Prof. Dr. Ir. Khaswar Syamsu dan Dr. Ridha Arizal, M.Sc. yang telah banyak memberikan saran perbaikan pada saat ujian terbuka.

4. Dekan Sekolah Pascasarjana IPB, Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc., Ketua Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Dr. Ir. Machfud, M.S. dan seluruh staf pengajar yang telah menyampaikan ilmu dan bimbingan selama penulis kuliah di IPB.

5. Tim BPPS, DIKTI atas bantuan dana pendidikan program doktor yang telah diberikan kepada penulis.

6. Ibu Yati, Ibu Santi, dan segenap teknisi di Laboratorium Pusat Penelitian Karet, Bogor serta Ibu Sri Mulyasih di Laboratorium Pengawasan Mutu, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB atas semua bantuan yang telah diberikan selama penulis melaksanakan penelitian.

(14)

pengorbanan yang telah diberikan selama penulis menyelesaikan penulisan disertasi ini.

Dengan penuh kesadaran bahwa tiada karya yang sempurna, penulis berharap disertasi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan agroind ustri di tanah air.

Bogor, Pebruari 2012

(15)

Penulis dilahirkan di Jombang, Jawa Timur pada tanggal 1 April 1968, sebagai putra kedua dari enam bersaudara dari Bapak Masruchin dan Ibu Siti Aminah.

Penulis menamatkan sekolah dasar di SDN Perak I Jombang pada tahun 1980, kemudian melanjutkan di SMPN I Jombang dan lulus pada tahun 1983. Setelah lulus dari SMAN I Jombang pada tahun 1986, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK). Penulis menyelesaikan studi S1 di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Faklutas Teknologi Pertanian IPB pada tahun 1991 dan pada tahun 2004, penulis menamatkan studi S2 dari Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Sekolah Pascasarjana, IPB dengan bantuan biaya dari BPPS, DIKTI. Pada tahun 2006, penulis kembali mendapatkan beasiswa dari BPPS, DIKTI untuk melanjutkan studi program doktor di Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Seko lah Pascasarjana, IPB.

Penulis bekerja sebagai staf pengajar di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB sejak tahun 1994. Penulis ditempatkan di Bagian Pengawasan Mutu dengan bidang minat teknologi minyak dan lemak.

(16)
(17)

DAFTAR TABEL ……… vi

DAFTAR GAMBAR ……… vii

DAFTAR LAMPIRAN ………. viii

I. PENDAHULUAN ……….. 1

1.1. Latar Belakang ……… 1

1.2. Tujuan Penelitian ………. 3

1.3. Ruang Lingkup Penelitian ……… 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ……….. 5

2.1. Faktis Gelap.. ……… 5

2.2. Minyak Jarak..……… 6

2.3. Kompon Karet ………. 10

2.4. Vulkanisasi Karet ………. 11

2.5. Penelitian Faktis ……… 12

2.6. Teknik Optimasi dan Metode Permukaan Respon ………. 18

2.7. Sintesis Proses ………. 20

2.8. Kelayakan Teknis dan Ekonomis Rancangan Proses ………. 20

III. METODOLOGI PENELITIAN ………. 24

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ………. 24

3.2. Bahan dan Alat ……….. 24

3.3. Metode Penelitian ……….. 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 31

4.1. Karakterisasi Minyak Jarak ………. 31

4.2. Kajian Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Bahan Pencepat ……… 31

4.3. Optimasi Faktor Konsentrasi Sulfur dan Suhu ……… 34

4.4. Analisis Spektrofotometer FTIR dan Kerapatan Ikatan Silang ……….. 39

4.5. Pendugaan Laju Pembentukan Faktis Gelap ……….. 46

4.6. Pengukuran Perubahan Suhu Selama Pembuatan Faktis Gelap ………. 54

4.7. Aplikasi Faktis Gelap pada Pembuatan Selang LPG ………. 56

(18)

5.2. Saran ……… 70

DAFTAR PUSTAKA ……….. 71

(19)

1 Karakteristtik faktis gelap mutu II dan III……. ……….. 6

2 Sifat fisiko kimia minyak jarak murni ………..……… 8

3 Kombinasi perlakuan pada optimasi konsentrasi sulfur dan suhu.. …….…….. 27

4 Hasil pengukuran wakt u pembuatan faktis gelap.. ……… 32

5 Hasil pengukuran kadar ekstrak aseton faktis gelap .. ……….. …… 32

6 Hasil pengukuran kadar sulfur bebas, pH dan kadar abu faktis gelap .………. 35

7 Hasil pengukuran kerapatan ikatan silang faktis gelap .……. ………. 46

8 Nilai koefisien determinasi dari persamaan regresi (R2

9 Nilai konstanta laju penurunan kadar sulfur bebas ………. 54 )………. 54

10 Hasil pengukuran wakt u pengko mpo nan da n laju ekstrusi….… ………..……. . 58

11 Hasil pengukuran parameter kualitas selang LPG ..………. 59

12 Penyebaran lahan yang sesuai untuk tanaman jarak kepyar……… 65

(20)

1 Struktur trigliserida yang mengarah pada bentuk “garpu tala” ……… 9

2 Pembentukan ikatan sulfur dari ekor ke ekor pada pembuatan faktis gelap……. 10

3 Struktur unit pokok faktis gelap ……….. ……. 10

4 Profil pengaruh interaksi konsentrasi sulfur dan suhu terhadap kadar sulfur bebas 17

5 Reaktor untuk pembuatan faktis gelap skala 2 liter ……… 25

6 Reaktor untuk pembuatan faktis gelap skala 12 liter ………. ……. 28

7 Respon permukaan kadar sisa sulfur dan konturnya sebagai fungsi konsentrasi

sulfur dan suhu ………. 38

8 Respon permukaan pH faktis gelap dan konturnya sebagai fungsi konsentrasi

sulfur dan suhu ……… 38

9 Respon permukaan kadar abu faktis gelap dan konturnya sebagai fungsi

konsentrasi sulfur dan suhu..……….. 39

10 Reaksi pembentukan ikatan intramolekuler dan intermolekuler pada pembuatan

faktis gelap .………. 40

11 Spektrum FTIR minyak jarak…….………. .. 42

12 Spektrum FTIR faktis gelap (konsentrasi sulfur 24 bsm, suhu 165o 13 Spektrum FTIR faktis gelap (konsentrasi sulfur 30 bsm, suhu 170

C) ………… 42

o

14 Spektrum FTIR faktis gelap (konsentrasi sulfur 27.5 bsm, suhu 165

C) ………… 43

o

15 Spektrum FTIR faktis gelap (konsentrasi sulfur 25 bsm, suhu 160

C) ………. 43

o

16 Spektrum FTIR faktis gelap (konsentrasi sulfur 27.5 bsm, suhu 172

C) ………… 44

o

17 Spektrum FTIR faktis gelap (konsentrasi sulfur 31 bsm, suhu 165

C)…. …… 44

o

18 Grafik penurunan kadar sulfur bebas dan bilangan iod pada pada reaksi ordo nol

(perlakuan : konsentrasi sulfur 24 bsm, suhu 165

C)………… 45

o

19 Grafik penurunan kadar sulfur bebas dan bilangan iod pada reaksi ordo nol

(perlakuan : konsentrasi sulfur 25 bsm, suhu 160

C) ……… 47

o

20 Grafik penurunan kadar sulfur bebas dan bilangan iod pada reaksi ordo nol

(perlakuan : konsentrasi sulfur 27.5 bsm, suhu 165

C) ………… ……… 48

o

21 Grafik penurunan kadar sulfur bebas dan bilangan iod pada reaksi ordo nol

(perlakuan : konsentrasi sulfur 30 bsm, suhu 170

C) ………. 48

o

(21)

23 Grafik penurunan kadar sulfur bebas pada reaksi ordo satu (perlakuan :

konsentrasi sulfur 25 bsm, suhu 160o

24 Grafik penurunan kadar sulfur bebas pada reaksi ordo satu (perlakuan :

konsentrasi sulfur 27.5 bsm, suhu 165

C) ……….……….. 50

o

25 Grafik penurunan kadar sulfur bebas pada reaksi ordo satu (perlakuan :

konsentrasi sulfur 30 bsm, suhu 170

C) ……… 51

o

26 Grafik penurunan kadar sulfur bebas pada reaksi ordo dua (perlakuan :

konsentrasi sulfur 24 bsm, suhu 165

C)……… 51

o

27 Grafik penurunan kadar sulfur bebas pada reaksi ordo dua (perlakuan :

konsentrasi sulfur 25 bsm, suhu 160

C) ……….………. 52

o

28 Grafik penurunan kadar sulfur bebas pada reaksi ordo dua (perlakuan :

konsentrasi sulfur 27.5 bsm, suhu 165

C)………. 52

o

29 Grafik penurunan kadar sulfur bebas pada reaksi ordo dua (perlakuan :

konsentrasi sulfur 30 bsm, suhu 170

C)……….………. 53

o

30 Grafik pe ruba han suhu selama pe mbuatan fakt is gelap (perlakuan :

konsentrasi sulfur 25 bsm, suhu 160

C)………. 53

o

C dan konsentrasi sulfur 27.5 bsm, suhu 165o 31 Grafik perubahan suhu selama pembuatan faktis gelap (perlakuan :

konsentrasi sulfur 24 bsm, suhu 165

C) 55

o

C dan konsentrasi sulfur 30 bsm, suhu 170o

32 Selang LPG yang dihasilka n ……..………. 57

C). 56

33 Diagram alir kualitatif pembuatan faktis gelap dari minyak jarak ……….… 61

34 Diagram alir kualitatif yang sudah dilengkapi dengan kondisi proses ……… …… 62

35 Diagram alir kuantitatif pembuatan faktis gelap (basis 1 000 g minyak) …………. 63

36 Konfigurasi geometrik reaktor standar……….. 66

(22)

1 Prosedur analisis untuk karakterisasi bahan baku da n faktis gelap ………. 76

2 Hasil analisis ragam pengaruh jenis dan konsentrasi bahan pencepat terhadap waktu proses pembuatan faktis gelap ……….. . 86

3 Hasil analisis ragam pengaruh jenis dan konsentrasi bahan pencepat terhadap kadar ekstrak aseton faktis gelap ……. ……… 87

4 Perincian modal kerja untuk unit produksi faktis ge lap .………. 88

5 Perincian barang dan modal tetap ………..……….. 90

6 Perincian biaya penyusutan dan penetapan umur ekonomi barang modal….. .. 93

7 Perincian biaya pemeliharaan dan perbaikan barang modal ……… ….. 94

8 Perincian biaya operasi unit produksi faktis gelap..……… 95

9 Perincian modal tetap dan modal kerja unit produksi faktis gelap ……… ….. 96

10 Perincian angsuran kredit unit produksi faktis gelap ……… 97

11 Perincian rugi laba unit produksi faktis gelap ……….. …… 98

12 Perincian aliran kas unit produksi faktis gelap .………. 99

13 Perhitungan NPV unit produksi faktis gelap ………..……… 101

14 Hasil analisis sensitivitas de ngan skenario k enaika n harga ba han baku 10 pe rsen dan harga jual produk tetap………. 102

(23)

1.1. Latar Belakang

Fakt is merupaka n salah satu ba han olah ka ret yang be rupa bahan padat dan

bertekstur elastis. Secara umum faktis dibagi menjadi dua golongan, yaitu faktis

putih dan faktis gelap (coklat). Fakt is putih dibuat de ngan mereaks ika n minyak

tidak jenuh dengan sulfur monoklorida pada suhu ruang, sedangkan faktis gelap

dibuat dengan vulkanisasi minyak tidak jenuh dengan menambahkan sulfur pada

suhu tinggi (Craig, 1969). Faktis gelap digunakan pada pengolahan produk karet

(barang jadi karet) berwarna seperti selang air, pelapis rol, produk barang karet

selular, kabel, karet penghapus, produk karet cetakan dan peralatan rumah tangga.

Faktis gelap umumnya ditambahkan pada kompon karet yang akan diekstrusi dan

dicetak (Flint, 1955).

Penambahan faktis gelap dalam proses pengolahan barang jadi karet

memberikan keuntungan teknis, antara lain memudahkan proses pencampuran

bahan karet dan bahan kimia dalam pengolahan karet, meningkatkan kecepatan

ekstrusi, meningkatkan ketahanan terhadap minyak dan air, serta menghasilkan

permukaan produk yang halus. Faktis gelap juga berfungsi mengurangi porositas,

meningkatkan kestabilan dimensi, mengurangi jaringan ikatan molekul dan

meningkatkan ketahanan flexcracking (Alfa dan Honggokusumo, 1997). Bahan ini

dapat digunakan dalam proses pengolahan karet alam maupun karet sintetis.

Minyak jarak (castor oil) merupaka n salah satu hasil pertanian yang

potensial untuk dikembangkan menjadi produk olahan yang bernilai ekonomi

tinggi. Minyak jarak diperoleh dari tanaman jarak kepyar, Ricinus communis L.

Tanaman jarak kepyar merupaka n tanaman yang mudah dibudida yaka n de ngan

teknik sederhana dan dapat hidup pada tanah yang relatif kurang subur, terutama

di tanah yang berstruktur ringan dimana tanaman pangan umumnya kurang

berkembang. Jarak kepyar jenis genjah mulai berbunga pada umur 2 – 2.5 bulan

dan dapat dipanen pada umur 4 bulan. Budida ya tanaman jarak kepyar masih

terbatas. Beberapa daerah yang merupakan sumber biji jarak adalah Propinsi

Nusa Tenggara Barat dengan luasan tanam 575 hektar dengan produksi 303 ton

(24)

sekitar 2 ribu hektar dengan produksi 5 800 ton (Dinas Perkebunan Propinsi

Jatim, 2010). Keterbatasan ini yang menyebabkan kebutuhan PT. K imia Farma,

salah satu perusahaan pengolah minyak jarak terbesar, sekitar 6 r ibu ton biji jarak

per tahun sulit terpenuhi.

Minyak jarak dapat diolah menjadi faktis gelap untuk meningkatkan nilai

tambahnya karena minyak jarak mempunyai karakteristik (terutama dengan

bilangan iod lebih dari 80 g iod/100 g minyak) yang memenuhi persyaratan

sebagai bahan baku faktis gelap yang ba ik. Pembuatan fakt is gelap dari minyak

jarak diharapkan juga dapat memberikan nilai tambah yang tinggi karena

rendemen pembuatan faktis tinggi (sekitar 95%).

Fakt is ge lap umumnya digunakan sebagai bahan bantu olah barang jadi

karet dengan dosis 5 – 30 bsk (bagian per seratus karet) dan ekstender dengan

dosis 5 – 400 bsk (Alfa, 2002). Sampai dengan tahun 2009, rata-rata

pertumbuhan industri karet dunia diperkirakan tumbuh sebesar 1.6 persen per

tahun (The International Institute of Synthetic Rubber Producers, 2008). Volume

karet yang digunakan dalam berbagai industri di Indonesia mencapai 280 ribu ton

dan 48 persen diantaranya merupakan karet sintetis (www. Deptan.go.id, 4 Maret

2009). Dengan dosis rata-rata bahan bantu olah karet sekitar 4 bsk, maka

konsumsi faktis gelap diperkirakan sekitar 11.2 ribu ton per tahun. Hingga saat

ini kebutuhan faktis gelap Indonesia dipenuhi dengan cara mengimpor dengan

harga sekitar USD 4.6 per kg.

Publikasi tentang teknologi pembuatan faktis gelap masih sangat terbatas

meskipun faktis gelap telah lama digunakan dalam pembuatan barang jadi karet.

Carrington (1962) menyatakan bahwa faktis gelap dibuat dengan menambahkan

sulfur pada minyak dan memanaskannya pada suhu antara 130o – 140oC selama 5 - 8 jam. Suhu dijaga agar tidak melebihi 150o

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk membuat faktis gelap dari

minyak jarak. Siskawati (2005) mencoba membuat faktis gelap dari minyak jarak,

minyak jagung dan minyak kedelai dengan perlakuan konsentrasi sulfur (25, 30 C dan selama reaksi berlangsung

dilakukan pengadukan. Reaksi dihentikan setelah faktis gelap terbentuk yang

ditandai dengan terjadinya gel dan pengaduk tidak dapat lagi berputar. Fakt is

(25)

dan 35 bsm) dan variasi suhu (150 dan 160oC). Dari penelitian Siskawati (2005), faktis gelap tidak berhasil dibuat dari minyak jarak. Faktis gelap mutu II berhasil

dibuat dari minyak jagung dan minyak kedelai dengan penambahan sulfur 25 bsm

(bagian per seratus minyak) dan suhu vulkanisasi 150o

Penelitian yang telah dilakukan belum berhasil menghasilkan faktis gelap

mutu I dari minyak jarak. Hal ini diduga karena adanya interaksi antara

faktor-faktor yang mempengaruhi mutu faktis gelap, terutama faktor-faktor suhu dan

konsentrasi sulfur. Adanya interaksi tersebut menunjukkan bahwa pengaruh

masing- masing faktor tidak dapat ditafsirkan secara terpisah. Oleh karena itu,

diperlukan optimasi faktor yang berpengaruh sehingga dapat diperoleh pola

interaksinya dan kombinasi perlakuan optimumnya. Selain itu, dalam penelitian

ini juga dilakukan analisis spektrofotometer FTIR (Fourier Transform Infrared

Spectroscopy) dan analisis crosslink density untuk mendapatkan bukti

terbe ntuknya ika tan silang yang terbentuk pada pembuatan fakt is gelap dari

minyak jarak.

C. Kajian lain pembuatan

faktis gelap dilakukan oleh Juningsih (2006). Pada penelitian ini faktis dibuat dari

campuran minyak sawit kasar, minyak jarak dan minyak jagung dengan

perbandingan 3 : 1 : 1. Hasil penelitian Juningsih (2006) menunjukkan bahwa

campuran ketiga minyak yang digunakan hanya mampu menghasilka n faktis

gelap mutu III. Selain itu, penelitian ini menggunakan minyak jagung yang

merupakan minyak pangan sehingga berpotensi untuk mengalami kesulitan bahan

baku karena harus berkompetisi dengan kebutuhan minyak pangan.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi yang valid

tentang :

a. Karakteristik minyak jarak sebagai bahan baku pembuatan faktis gelap.

b. Kombinasi konsentrasi sulfur dan suhu optimum untuk pembuatan faktis

(26)

c. Gambaran kuantitatif terjadinya ikatan silang pada reaksi pembentukan

faktis gelap dari minyak jarak da n aplikasi faktis gelap yang dihasilka n

dalam pembuatan selang gas LPG.

d. Gambaran kelayakan teknis dan finansial pengembangan unit produksi

faktis gelap berbahan baku minyak jarak.

1.3. Ruang Lingk up Penelitian

Ruang lingk up dari penelitian ini meliputi :

a. Karakterisasi dan pemurnian minyak jarak sebagai bahan baku pembuatan

faktis gelap.

b. Optimasi konsentrasi sulfur dan suhu pada pembuatan faktis gelap dari

minyak jarak serta karakterisasi faktis gelap yang dihasilkan.

c. Analisis spektrofotometer FTIR (Fourier Transform Infrared Spectroscopy)

dan analisis crosslink density untuk membuktikan adanya ikatan silang pada

faktis gelap yang dihasilkan serta aplikasi faktis gelap dalam pembuatan

selang gas LPG.

d. Perhitungan kelayakan teknis dan finansial pengembangan unit produksi

(27)

2.1. Faktis Gelap

Faktis merupakan minyak yang divulkanisasi dengan sulfur atau sulfur

klorida. Secara umum dikenal dua jenis faktis, yaitu faktis gelap (faktis coklat)

dan faktis putih. Faktis gelap dibuat dengan mereaksikan minyak dengan sulfur

pada suhu tinggi (150 – 160o

Faktis gelap semakin banyak digunakan dalam kompon karet karena selain

mampu menurunkan kekerasan karet juga mampu mengurangi jaringan ikatan

molekul dan meningkatkan kualitas penyerapan minyak oleh kompon karet.

Sebagai bahan bantu olah, faktis gelap ditambahkan sebanyak 5 – 30 bsm (Alfa,

2002).

C), sedangkan faktis putih dibuat dengan

mereaksikan minyak dengan sulfur klorida pada suhu yang lebih rendah

(Harrison, 1952). Faktis gelap atau vulkanisat minyak tidak memiliki elastisitas

dan kekuatan tarik seperti karet alam atau karet sintetis karena sifat polifungs ional

gliserida dalam minyak serta sifat produksi faktis gelap yang lebih mengutamakan

pembentukan struktur ikatan silang yang intensif daripada pembentukan rantai

panjang linear yang merupakan karakteristik utama karet (Sonntag, 1982).

Aplikasi faktis gelap cukup luas meliputi penggunaan dalam pengolahan

karet alam maupun sintetis. Faktis gelap yang berasal dari minyak nabati

tervulkanisasi umumnya digunakan dalam pencampuran dengan karet alam

maupun sintetis dengan tujuan untuk menghasilkan karakter produk yang halus

serta meningkatkan daya tahan terhadap cahaya dan ozon (Lever, 1951).

Penggunaan faktis gelap dalam pengolahan karet alam maupun sintetis

dapat mengurangi konsumsi energi, mempercepat waktu pencampuran, membantu

dalam mengontrol ketebalan lembaran karet dalam proses calendering serta dapat

menghasilkan produk yang mengkilap dan lebih halus. Namun demikian,

terkadang penambahan faktis gelap juga menyebabkan kerugian seperti penurunan

kekuatan tarik vulkanisat (Lever, 1951). Faktis gelap digunakan dalam

pengolahan barang jadi karet berwarna seperti selang air, kawat, kabel, peralatan

rumah tangga, gasket untuk lemari pendingin dan produk karet untuk otomotif

(28)

Faktis gelap dapat dibuat dari minyak lobak, minyak kedelai, minyak biji

kapas dan minyak biji rami (Lever, 1951). Secara umum, minyak yang

mempunyai bilangan iod antara 80 – 185 g iod/100 g minyak dapat diolah

menjadi faktis gelap (Carrington, 1962). Minyak tidak jenuh terutama minyak

mengering dapat mengalami polimerisasi membentuk berbagai bahan elastis atau

dikenal dengan rubber like material. Pada dasarnya reaksi polimerisasi untuk

menghasilkan faktis gelap serupa dengan reaksi polimerisasi karet. Sulfur dalam

hal ini berfungsi sebagai agen pembentukan ikatan silang disulfida (Sonntag,

1982).

Warna faktis gelap dipengaruhi oleh bilangan iod minyak yang digunakan

sebagai bahan baku. Minyak dengan bilangan iod yang lebih tinggi menghasilkan

faktis gelap yang berwarna lebih gelap. Kandungan asam lemak jenuh yang tinggi

menyebabkan faktis gelap yang dihasilkan mempunyai kadar ekstrak aseton yang

tinggi. Faktis gelap yang berkualitas tinggi dihasilkan dari minyak dengan

kandungan asam lemak jenuh kurang dari 5 persen (Carrington, 1962).

Pembentukan faktis gelap melibatkan reaksi vulkanisasi dengan

menggunakan vulkanisator sulfur. Ikatan rangkap dalam dalam asam lemak tidak

jenuh minyak nabati akan diadisi oleh sulfur sehingga terbentuk ikatan silang.

Dengan demikian, kandungan asam lemak tidak jenuh dalam minyak yang

semakin tinggi akan menghasilkan faktis gelap dengan kualitas semakin tinggi

pula (Fernando, 1971).

Kualitas faktis gelap dapat dikelompokkan berdasarkan kandungan ekstrak

aseton. Faktis gelap kualitas I mempunyai ekstrak aseton kurang dari 20 persen,

kualitas II mengandung ekstrak aseton antara 20 – 35 persen. Faktis gelap dengan

kadar ekstrak aseton lebih dari 35 persen dikelompokkan sebagai faktis mutu III

(Carrington, 1962). Selain kadar ekstrak aseton, kualitas faktis gelap juga

ditentukan oleh kadar sulfur bebas, kadar abu dan pH. Faktis gelap dengan

kualitas baik mengandung kurang dari 2 persen kadar sulfur bebas, kadar abu

kurang dari 5 persen dan pH netral (Fernando, 1971). Mutu faktis gelap terkadang

tidak dapat ditentukan melalui uji kimia saja. Kesimpulan yang terpercaya dapat

diambil setelah mengaplikasikan faktis gelap dalam vulkanisasi karet. Faktis

(29)

Namun, pada umumnya faktis gelap sebagai bahan bantu olah karet hanya sedikit

atau bahkan tidak mempengaruhi sifat fisik karet (Harrison, 1952). Karakteristik

faktis gelap ko mersial mutu II dan III disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Karakteristik faktis gelap mutu II dan III

Karakteristik Fakt is gelap mut u II Fakt is gelap mut u III

Kadar ekstrak aseton (%) 26 – 35 47.2

Kadar sulfur bebas (%) 1.8 0.9

Kadar abu (%) 1.5 5.8

pH Netral Netral

Warna Coklat Coklat tua

Sumber : Alfa dan Honggokusumo (1997)

Mekanisme reaksi sulfur dengan minyak selama proses pembuatan faktis

gelap belum diketahui dengan pasti. Sonntag (1982), menyatakan bahwa reaksi

sulfur dalam pembentukan faktis gelap serupa de ngan reaksinya dalam karet, yaitu

modifikasi struktur polimer dengan membentuk ikatan silang. Pada dasarnya

reaksi sulfur dengan minyak merupakan mekanisme vulkanisasi polar secara

alami, bukan vulkanisasi radikal bebas.

Flint (1955) menjelaskan proses pembentukan faktis gelap. Pada umumnya

molekul trigliserida digambarkan sebagai huruf “E” dan dengan struktur molekul

tersebut, minyak tidak dapat membentuk faktis gelap. Struktur molekul

trigliserida yang tepat untuk pembuatan faktis gelap diperoleh dengan memutar

cabang terbawah (R3) ke posisi perpanjangan cabang yang kedua (R2) (Gambar

1). Hasil akhir perputaran cabang ketiga ini membentuk struktur trigliserida

seperti “garpu tala”. Perputaran ini terjadi karena asam lemak pada cabang ketiga

trigliserida tidak sama dengan asam lemak pada cabang kesatu dan kedua.

Pembentuka n faktis gelap merupakan reaksi adisi sulfur terhadap sepasang ikatan

rangkap dari dua rantai asam lemak tak jenuh yang berada dalam posisi sejajar.

Dalam hal ini diperluka n empat atom sulfur untuk sepasang ikatan rangkap asam

(30)

Gambar 1 Struktur trigliserida yang mengarah pada bentuk “garpu tala”

Pada proses vulkanisasi, dua molekul trigliserida dalam bentuk “garpu tala”

saling berikatan melalui ikatan sulfur dari ekor ke ekor (ikatan intermolekuler).

Selain itu, ikatan sulfur juga terbentuk melewati cabang “garpu tala” dari

masing-masing trigliserida dan membentuk ikatan intramolekuler. Struktur ini merupakan

struktur unit pokok faktis gelap (Gambar 2 dan 3). Susunan unit faktis gelap yang

menyusun makromolekul faktis gelap dapat berupa : (i) susunan sejajar

menyerupa i “tumpukan buku” da n (ii) susunan menyerupa i batu bata di dinding

dan (iii) kombinasi keduanya.

(31)

a

f

d

b

B

A

C

e

c

Gambar 3 Struktur unit pokok faktis gelap

2.2. Minyak Jarak

Minyak jarak (castor oil) diperoleh dari biji tanaman jarak kepyar (Ricinus

communis L.). Biji jarak mengandung sekitar 35 – 55 persen minyak.

Karakterisitik minyak jarak berbeda dengan minyak nabati lainnya, terutama

karena minyak jarak mempunyai bilangan asetil, bilangan iod dan viskositas yang

tinggi. Minyak jarak merupakan senyawa yang mudah dimodifikasi karena

memiliki tiga gugus aktif, yaitu gugus karboksilat, ikatan rangkap dan gugus

hidroksil. Selain itu, minyak jarak juga mempunyai kelarutan yang tinggi dalam

asam asetat glasial dan sebaliknya mempunyai kelarutan yang rendah dalam

pelarut petroleum. Karakteristik yang spesifik tersebut disebabkan oleh

kandungan asam risinoleat yang tinggi pada minyak jarak. Asam risinoleat adalah

asam lemak yang mengandung gugus hidroksil dalam struktur molekulnya

(Bernardini, 1983). Minyak jarak tidak dapat digunakan untuk kebutuhan pangan

karena dapat meracuni tubuh. Sifat meracuni ini akibat kandungan senyawa ricin,

ricinine da n allergen tertentu (Ogunniyi, 2005). Minyak jarak umumnya

dimanfaatkan di bidang kosmetika, farmasi dan cat (Sontag, 1979).

Selanjutnya Bernardini (1983) menjelaskan bahwa kandungan asam

risinoleat dalam minyak jarak mencapai sekitar 93 persen dari total asam lemak.

Asam lemak lain yang terdapat da lam minyak jarak adalah asam

linoleat sebesar 4.5 – 5.0 persen da n asam oleat, asam stearat serta

(32)

[CH3(CH2)5CH(OH)CH2CH=CH(CH2)7COOH], linoleat

[CH3(CH2)4CH=CHCH2CH=CH (CH2)7COOH] dan oleat

[CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7

Minyak jarak memiliki viskositas tinggi dan tetap cair pada suhu rendah.

Pada suhu 24

COOH] merupakan asam lemak tidak jenuh.

o

C dan 85oC, viskositas kinematik minyak jarak murni berturut-turut adalah 295,4 cSt dan 20,3 cSt dengan indeks viskositas 87. Sifat fisiko kimia

minyak jarak disajikan pada Tabel 2.

Tabe l 2 Sifat fisiko kimia minyak jarak murni

No Sifat fisiko k imia Nilai

1 Bilangan asam (mg KOH/g minyak) 0.3 – 6.0

2 Bilangan pe nyabunan (mg KOH/ g minyak) 177 – 187

3 Bahan tidak tersabunka n (%) 0.3 – 1.0

4 Bilangan iod (g iod/100 g minyak) 80 – 90

5 Viskos itas kinematik, 25oC (cSt) 615 – 790

6 Bobot jenis, 15.5o/15.5oC 0.957 – 0.967

7 Kelarutan dalam alkohol, 20oC “no turbidity”

8 Bilangan asetil 144 – 150

9 Titik api, oC 322

10 Putaran optik, 200 mm +7.5 – 9.0

11 Titik tuang, oC -23

12 Tegangan pe rmukaan, 20oC (dyne/cm) 39.0

13 Indeks bias, 25oC 1.476 – 1.478

Sumber : Kirk dan Othmer (1993)

2.3. Kompon Karet

Kompon karet adalah campuran karet mentah dan bahan-bahan tambahan.

Pembuatan kompon karet untuk menghasilkan barang jadi karet dengan sifat fisik

yang sesuai de ngan kebutuhan. Bahan utama yang dibutuhka n da lam pe mbuatan

kompon karet adalah elastomer (karet alam atau karet sintetik) dan bahan

pemvulkanisasi (vulcanizing agent). Bahan ini dapat berupa sulfur atau oksida

(33)

membentuk ikatan silang antar molekul sehingga terbentuk jaringan tiga dimensi

(Winspear, 1968).

Selain bahan pemvulkanisasi, pembuatan kompon juga memerlukan bahan

pencepat (accelerator), bahan penggiat (activator), bahan pengisi (filler) dan

bahan ba nt u olah (processing aid). Bahan pe ncepa t ditamba hka n untuk

mempercepat reaksi vulkanisasi dan memungkinkan vulkanisasi berlangsung pada

suhu yang lebih rendah (Craig, 1969). Bahan penggiat berfungsi sebagai

pengaktif kerja bahan pencepat karena umumnya bahan pencepat organik tidak

berfungsi tanpa adanya bahan pengaktif (Craig, 1969). Bahan penggiat terbagi

menjadi dua golongan, yaitu anorganik berupa oks ida logam (ZnO, PbO dan

MgO) dan organik berupa asam lemak rantai panjang (asam stearat dan asam

oleat). Bahan penggiat yang paling banyak digunakan adalah kombinasi ZnO dan

asam stearat (Alfa, 2002).

Bahan pengisi ditambahkan untuk memperkuat struktur fisik, memperbaiki

karakteristik pengolahan dan menambah volume kompon karet. Bahan pengisi

terdiri dari dua jenis, yaitu bahan pengisi aktif dan bahan pengisi tidak aktif.

Bahan pengisi aktif meningkatkan kekerasan, ketahanan sobek, ketahanan kikis

dan tegangan putus barang jadi karet. Bahan pengisi tidak aktif meningkatkan

kekerasan dan kekuatan produk. Bahan pengisi aktif antara lain karbon aktif,

silika, aluminium silikat dan magnesium silikat., sedangkan bahan pengisi tidak

aktif antara lain kaolin, berbagai jenis tanah liat, kalsium karbonat, magnesium

karbonat, barium sulfat dan barit (Craig, 1969).

Bahan bantu olah merupakan bahan kimia karet yang ditambahkan pada

pembuatan kompon karet untuk meningkatkan efektifitas tanpa mempengaruhi

karakteristik vulkanisasi barang jadinya. Berdasarkan fungsinya, bahan bantu olah

karet terdiri dari senyawa penghomogen (homogenizing agent), bahan pelunak

atau pelembut (plasticizer), senyawa pemutus rantai (peptizer), senyawa

pendispersi (dispersing agent), senyawa peningkat daya lengket (tackifier), bahan

penamba h volume (extender), ba han bantu pelepas dari cetakan (mold release

agent) dan ba han bantu peningkat aliran kompon selama ekstrusi/calendering

(34)

Perlakuan awal terhadap karet yang akan dibuat kompon adalah mastikasi

yang bertujuan untuk melunakkan karet sehingga mudah tercampur dengan

bahan-bahan lain. Pelunakan ini terjadi karena pemutusan rantai molekul sehingga

diperoleh bobot molekul yang lebih rendah (Craig, 1969).

2.4. Vulkanisasi Karet

Vulkanisasi merupakan proses kimiawi yang bersifat tidak dapat balik

dengan menggunakan bahan pemvulkanisasi seperti sulfur, bahan yang

mengandung sulfur dan peroksida organik. Tujuan vulkanisasi adalah membentuk

ikatan silang pada molekul karet yang fleksibel sehingga menghasilkan jaringan

tiga dimensi dan mengubah sifat karet mentah yang rapuh dan plastis menjadi

produk yang lebih kuat. Vulkanisasi karet biasanya melibatkan pemanasan karet

pada suhu 100 – 180o

Morton (1959), menyatakan bahwa vulkanisasi karet alam dilakukan untuk

mengurangi sifat karet alam yang rapuh pada suhu dingin dan lunak pada suhu

panas. Dengan vulkanisasi, produk karet menjadi lebih fleksibel, stabil terhadap

perubahan suhu, daya tahan meningkat dan penggunaan karet alam semakin luas.

Pada dasarnya sistem vulkanisasi digolongkan menjadi dua macam, yaitu

vulkanisasi dengan sulfur dan bukan sulfur.

C dengan bahan pemvulkanisasi serta bahan pencepat dan

bahan penggiat (Craig, 1969). Coran (1978) mendefinisikan vulkanisasi sebagai

proses yang melibatkan pembentukan jaringan molekuler melalui ikatan kimia

dari rantai-rantai molekul bebas. Proses ini meningkatkan kemampuan karet

untuk kembali ke bentuk semula setelah dikenai gaya mekanik. Vulkanisasi,

dengan demikian, merupakan reaksi intermolekuler yang meningkatkan elastisitas

karet serta mengurangi sifat plastisitasnya.

Sulfur merupakan bahan pemvulkanisasi yang umum digunakan. Atom

sulfur terikat dengan atom karbon yang memiliki ikatan rangkap membentuk

ikatan silang da lam strukt ur karet. Ikatan silang inilah yang memberikan sifat

elastis pada karakteristik karet

Formula umum vulkanisasi dengan sulfur adalah : ZnO 2 – 10 bsk (bagian per

seratus karet), asam lemak 1 – 4 bsk, sulfur 0.5 – 4 bsk dan bahan pencepat 1.5 –

(35)

karet dikenal dengan istilah vulkanisat. Beberapa pengujian sifat fisik vulkanisat

ada lah uji tarik (tensile strength), perpanjangan putus (elongation at break),

kekerasan (hardness) dan ketahanan sobek (tear strength) (Maspanger, 2002).

2.5. Penelitian Fak tis Gelap

Reynolds (1962), menyebutkan bahwa faktis gelap telah diproduksi secara

komersial di Eropa pada tahun 1914. Pada waktu itu, kebutuhan faktis gelap di

Perancis tercatat sebesar 2 000 ton. Sebenarnya faktis gelap telah dikenal

orang sejak awal abad XIX. Pada waktu itu, di Inggris faktis gelap dikenal

dengan nama rubber substitute sebagai terjemahan dari bahasa Perancis

“caoutchouc factice” dan di China faktis dike nal de ngan nama “gun-powder and

pottery”. Di Eropa, faktis gelap umumnya dibuat dengan bahan baku minyak

linseed, rapeseed da n hempseed.

Pada pertengahan abad XIX (1846 – 1850), pengembangan faktis gelap

memasuki periode “penyimpangan”. Pada periode ini, faktis gelap dibuat dengan

mereaksikan minyak dan asam nitrat (bukan dengan sulfur sebagaimana

sebelumnya) untuk beberapa jam hingga diperoleh material yang kental. Setelah

didinginkan, bahan tersebut dicuci dan dikeringkan. Pada waktu tersebut faktis

gelap dikenal dengan nama “oil-rubber”. Sejak tahun 1855 faktis gelap telah

dibuat dan dipasarkan pada jumlah yang cukup banyak. Pada periode ini, faktis

gelap dibuat dengan mereaksikan minyak linseed, rapeseed dan hempseed dengan

sulfur klorida dengan reaksi yang menyerupai proses vulkanisasi karet. Teknologi

proses pembuatan faktis gelap dari minyak linseed dengan menambahkan sulfur

klorida dipublikasikan oleh French Academy of Sciences pada tahun 1858.

Pada awal abad 20, kebutuhan faktis gelap meningkat akibat tingginya

permintaan karet dan melambungnya harga karet. Pada masa ini dikembangkan

“rubbery material” yang mempunyai karakteristik seperti karet tetapi dengan

kandungan karet minimum. Faktis gelap dikembangkan dengan menambahkan

minyak nabati ke dalam karet non hevea (seperti Guayule) dan kemudian

divulkanisasi dengan sulfur. Penambahan faktis gelap ini dimaks udk an untuk

meningkatkan sifat seperti karet (rubber – like properties). Metode lain yang

(36)

tinggi dan menambahkan larutan tersebut ke dalam minyak linseed sebelum

dilakukan pemanasan dengan sulfur. Dalam sejarah pengembangan faktis gelap,

periode ini sering disebut sebagai periode diversifikasi. Faktis gelap lebih banyak

digunakan sebagai komponen dalam membuat compound untuk memperbaiki

sifat-sifat dari barang jadi karet. Pada masa ini juga dikembangkan faktis

campuran (mixed factice) yang diperoleh dengan cara vulkanisasi parsial minyak

dengan sulfur dan kemudian dilanjutkan dengan sulfur klorida.

Pada periode berikutnya, faktis gelap tidak hanya dibuat dari minyak nabati

(minyak linseed, minyak rapeseed, minyak hempseed, minyak biji kapuk, minyak

olive, minyak poppyseed, minyak jarak, minyak walnut, minyak jagung dan

minyak kedelai), tetapi juga dibuat dari minyak ikan (fish oil) minyak ikan paus

(whale oil). Bentuk lain dari diversifikasi pengembangan faktis gelap adalah

pengembangan produk seperti faktis (factice-like product). Produk ini

dikembangkan dengan memanaskan minyak linseed atau minyak jarak dengan

tambahan senyawa amina dan sulfur klorida. Senyawa amina yang digunakan

antara lain anilin, meta-aminofenol, urea dan dimetil amin. Produk ini tidak larut

dalam alkohol, tetapi larut dalam toluen, xylen dan karbon disulfida. Produk ini

dikenal sebagai “amine factice” dan banyak digunakan dalam pembuatan ebonit.

Diversifikasi yang lain menghasilkan “loaded factice”. Pada pembuatan

faktis gelap ini, ditambahkan ter, resin, silika atau vaselin. Beberapa merk produk

yang terkenal adalah Adamanta (fakt is gelap yang dibuat dari minyak linseed

dengan penambahan kapur dan resin), Blandite (fakt is gelap yang dibuat dari

minyak linseed dengan penambahan silika), Nigrum Elasticum (faktis gelap yang

dibuat dari minyak biji kapas dengan penambahan ter petrokimia), Rubberine

(fakt is gelap yang dibuat dari minyak linseed dengan penambahan ter dan vaselin)

dan Leonard’s (faktis gelap yang dibuat dari minyak jarak atau minyak jagung

dengan pe namba han magnesia).

Perkembangan berikutnya adalah dihasilkannya faktis putih yang tidak

memperlambat proses vulkanisasi. Faktis putih dibuat dengan menambahkan

proses penanganan pendahuluan, yaitu penambahan alkali untuk menetralkan

asam bebas. Perkembangan lain yang penting adalah ditemukannya senyawa

(37)

dari waktu proses tanpa akselerator. Dua senyawa akselerator yang banyak

digunakan adalah PPD dan o-tolilbigua nida

Alfa dan Honggokusumo (1997) melakukan penelitian untuk membuat

faktis gelap dari minyak biji karet. Pada penelitian ini digunakan dua perlakuan

pendahuluan, yaitu oksidasi parsial minyak biji karet untuk meningkatkan

viskositasnya dan pengolahan minyak biji karet untuk mengurangi kadar kotoran

dan asam lemak bebas. Vulkanisasi minyak biji karet yang telah dioksidasi

parsial dengan 20 bagian per seratus bobot minyak (bsm) sulfur dan satu bsm

ZDBC (zink dibutil ditiokarbamat) pada suhu 150o

Penelitian lain dilakuka n oleh Siskawati (2005 ) yang membuat faktis gelap

dari minyak jarak, minyak jagung dan minyak kedelai dengan perlakuan

konsentrasi sulfur (25, 30 dan 35 bsm) dan variasi suhu (150 dan 160

C menghasilkan faktis gelap

berwarna coklat muda. Vulkanisasi minyak biji karet olahan dengan penambahan

25 bsm sulfur dan satu bsm ZDBC pada suhu yang sama menghasilkan faktis

gelap mut u III yang elastis.

o

C). Ketiga

minyak nabati yang digunakan dalam penelitian ini mampu menghasilkan faktis

gelap. Dalam analisis kadar ekstrak aseton, faktis gelap dari minyak jarak

mempunyai kadar ekstrak aseton 99.61 persen, sedangkan faktis gelap dari

minyak jagung dan minyak kedelai mempunyai kadar ekstrak aseton

masing-masing 36.22 dan 36.15 persen. Pada tahap selanjutnya dari penelitian ini,

minyak jarak tidak digunakan untuk membuat faktis gelap karena kadar ekstrak

asetonnya dinilai sangat tinggi. Untuk bahan baku minyak jagung dan minyak

kedelai dan dengan suhu 150o

Kombinasi perlakuan terbaik dari penelitian ini adalah bahan baku minyak

jagung dan minyak kedelai dengan penambahan sulfur 25 bsm dan suhu

vulkanisasi 150

C, faktis gelap terbentuk pada menit ke 120 dan 95.

o

Kholid (2005) melakukan penelitian pembuatan faktis gelap de ngan ba han

baku minyak sawit kasar, minyak kedelai serta campuran minyak sawit dan C. Dari bahan baku minyak jagung dihasilkan faktis gelap dengan

kadar ekstrak aseton 26.68 persen dan kadar sulfur bebas 1.34 persen, sedangkan

dari minyak kedelai dihasilkan faktis gelap dengan kadar ekstrak aseton 23.42

persen dan kadar sulfur bebas 1.51 persen. Kedua faktis yang dihasilkan dari

(38)

minyak kedelai. Dari pengukuran bilangan iod, hanya minyak kedelai dan

campuran minyak sawit dengan minyak kedelai (dengan perbandingan 1 : 1) yang

mempunyai bilangan iod yang memenuhi syarat sebagai bahan baku faktis gelap

(bilangan iod lebih besar dari 80 g iod/100 g minyak). Dalam penelitian ini

diterapkan perlakuan penambahan sulfur 25, 30 dan 35 bsm serta penambahan

bahan pencepat ZDEC 1, 2 dan 3 bsm. Dengan suhu operasi 150o

Sejalan dengan penelitian Kholid (2005), Agritha (2005) melakuka n

penelitian pembuatan faktis gelap dengan bahan baku campuran minyak sawit

kasar dengan minyak jagung. Pada penelitian ini diterapkan dua perlakuan, yaitu

campuran minyak sawit kasar dan minyak jagung (1 : 1 dan 1 : 2) dan

penambahan sulfur (20, 25, dan 30 bsm). Vulkanisasi dilakukan pada suhu 150 C, faktis gelap

dari minyak kedelai terbentuk pada menit ke 22 – 62, sedangkan faktis gelap dari

campuran minyak sawit dan minyak kedelai terbentuk pada menit ke 107 – 120.

Minyak kedelai mempunyai bilangan iod yang jauh lebih besar dibandingkan

dengan campuran minyak sawit dan minyak kedelai dengan perbandingan 1 : 1.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa penambahan bahan pencepat ZDEC

mampu memperpendek waktu proses. Hampir semua perlakuan yang diterapkan

menghasilkan faktis gelap yang tergolong mut u III dengan kadar ekstrak aseton

antara 37.07 – 55.52 persen de ngan kadar sulfur bebas lebih dari 2 persen, hanya

faktis gelap yang diperoleh dari minyak kedelai dan penambahan bahan pencepat

ZDEC 3 bsm yang tergolong mutu I dengan kadar ekstrak aseton kurang dari 20

persen.

o

C

dengan pe namba han Na2CO3 sebanyak 5 bsm. Faktis gelap terbaik dari

penelitian ini tergolong mutu II dan diperoleh dari campuran minyak sawit kasar

dan minyak jagung, baik dengan perbandingan 1 : 1 maupun 1 : 2 dengan

penambahan sulfur 20 bsm. Campuran minyak sawit kasar dengan minyak jagung

dengan perbandingan yang sama menghasilkan faktis gelap dengan kadar ekstrak

aseton 29.79 persen dan kadar sulfur bebas 1.59 persen, sedangkan campuran 1 :

2 menghasilkan kadar ekstrak aseton 27.30 persen dengan kadar sulfur bebas 1.01

persen. Namun demikian, faktis gelap yang dihasilkan dari penelitian ini masih

(39)

Kajian lain pembuatan faktis gelap dilakukan oleh Juningsih (2006). Pada

penelitian ini faktis gelap dibuat dari campuran minyak sawit kasar, minyak jarak

dan minyak jagung dengan perbandingan 3 : 1 : 1. Perlakuan yang diterapkan

adalah konsentrasi sulfur (20 dan 25 bsm) dan konsentrasi bahan pencepat ZDEC

(2 dan 3 bsm). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa campuran ketiga minyak

yang digunakan belum mampu menghasilkan karakteristik optimum bagi

pe mbuatan faktis gelap. Faktis yang dihasilkan dari penelitian ini termasuk

kategor i mut u terenda h (mut u III) dengan kadar abu yang masih tinggi (5.27

persen) dan kadar sulfur bebas yang juga tinggi (3.16 persen).

Kajian pembuatan faktis gelap dari minyak jarak (castor oil) dilakukan oleh

Sani (2010). Pada penelitian ini dikaji pengaruh konsentrasi sulfur dan suhu

terhadap mutu faktis gelap yang dihasilkan. Konsentrasi sulfur yang dicobakan

adalah 25, 30, dan 35 bsm, sedangkan level suhu yang dicobakan adalah 140,

150, 160 dan 170o

Dari penelitian tersebut, diketahui bahwa kadar sulfur bebas dipengaruhi

secara nyata oleh kombinasi perlakuan konsentrasi sulfur dan suhu. Profil

pengaruh interaksi konsentrasi sulfur dan suhu terhadap kadar sulfur bebas faktis

gelap disajikan pada Gambar 4. Kadar sulfur bebas faktis gelap yang dihasilkan

dari konsentrasi sulfur 30 dan 35 bsm cende rung turun de ngan ke naikan suhu,

sebaliknya pada konsentrasi 25 bsm, kadar sulfur bebas cenderung naik dengan

naiknya suhu.

C. Hasil penelitian ini menghasilkan faktis gelap mutu III

dengan kadar ekstrak aseton lebih besar dari 35 persen, kadar abu lebih dari 5

persen, kadar sulfur bebas lebih dari 2 persen dengan pH yang tidak netral.

Profil interaksi menunjukkan adanya pola perubahan kadar sulfur bebas

yang berbeda antara perlakuan konsentrasi sulfur 30 dan 35 bsm dengan perlakuan

konsentrasi sulfur 25 bsm. Pada perlakuan konsentrasi sulfur 30 dan 35 bsm,

kadar sulfur bebas faktis gelap meningkat dengan kenaikan suhu proses dari

140oC menjadi 150oC dan pada kenaikan suhu berikutnya (dari 150oC menjadi 160oC dan 170oC), kadar sulfur bebas turun secara konsisten. Pola yang berbeda terjadi pada konsentrasi sulfur 25 bsm dimana kadar sulfur bebas cenderung

(40)

Gambar 4 Profil pengaruh interaksi konsentrasi sulfur dan suhu terhadap kadar

sulfur bebas (Sani, 2010)

Dari profil pengaruh interaksi konsentrasi sulfur dan suhu, diketahui bahwa

perlakuan konsentrasi 25 bsm menghasilkan faktis gelap dengan kadar sulfur

bebas yang lebih kecil dari 2 pe rsen. Perlakuan ko nsentrasi 35 bsm menghasilkan

faktis gelap dengan kadar sulfur bebas yang cenderung turun mendekati nilai 2

persen pada selang suhu 160oC – 170oC, sedangkan perlakuan konsentrasi sulfur 35 bsm menghasilkan kadar sulfur bebas yang jauh lebih besar dari 2 persen pada

semua selang perlakuan suhu. Oleh karena itu, faktor konsentrasi sulfur dan suhu

perlu dioptimasi dengan rentang konsentrasi sulfur 25 – 30 bsm dan selang suhu

160oC – 170o

Kajian lain pembuatan faktis gelap dari minyak jarak dilakukan oleh

Mardiyah (2011). Pada penelitian ini dikaji pengaruh cara netralisasi minyak

jarak dan kecepatan pengadukan terhadap mutu faktis gelap yang dihasilkan. Dua

metode netralisasi minyak jarak yang dicobakan pada penelitian tersebut, yaitu :

(i) penambahan Na C.

2CO3 tanpa pemisahan sabun yang terbentuk da n (ii)

penambahan NaOH dengan pemisahan sabun sebelum minyak digunakan dalam

pe mbuatan fakt is gelap. Metode netralisasi yang pertama merupakan metode

yang selama ini digunakan dalam pembuatan faktis gelap, seperti yang dilakukan

oleh Alfa dan Honggokusumo (1997), Siskawati (2005), Kholid (2005), Agrita

(41)

(2005) dan Juningsih (2006). Hasil penelitian Mardiyah (2011) menunjukkan

bahwa penggunaan cara netralisasi yang kedua dalam pembuatan faktis gelap

mampu menghasilkan faktis gelap dengan karakteristik yang lebih baik, yaitu

kadar abu dibawah 5 persen (rata-rata 4.09 p ersen) dan pH hampir netral (rata-rata

7.3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktis gelap yang dihasilkan

mempunyai kadar petroleum eter yang baik, yaitu 6 – 14 persen. Selain itu, hasil

penelitian juga menunjukkan bahwa faktor kecepatan pengadukan tidak

berpengaruh nyata terhadap semua variabe l respo n yang diuk ur. Dalam hal ini,

tiga level kecepatan pengadukan dicoba, yaitu 135, 145 dan 160 rpm. Perlakuan

terbaik dari penelitian ini (cara netralisasi dengan penambahan NaOH dan

kecepatan pengadukan 135 rpm) menghasilkan faktis gelap dengan kadar

petroleum eter kurang dari 20 persen, kadar sisa sulfur kurang dari 2 persen, kadar

abu kurang dari 5 p ersen da n pH mendekati netral.

2.6. Teknik Optimas i dan Metode Permukaa n Respon

Optimasi merupakan cara mencari nilai yang terbaik dari nilai- nilai yang

telah ada. Optimasi merupakan proses untuk menemukan kondisi yang

memberikan nilai maksimum atau minimum dari suatu fungs i. Menurut

Montgomery (2001), Response Surface Methodology (RSM) adalah kumpulan

dari teknik statistika dan matematika yang berguna untuk menganalisis beberapa

variabel bebas yang mempengaruhi beberapa variabel tak bebas atau respon serta

bertujuan untuk mengoptimumkan respon tersebut.

Park (1996) menyatakan bahwa RSM merupakan sekumpulan alat statistika

yang berguna untuk memodelkan dan menganalisis masalah, yaitu satu atau lebih

respon yang diamati dipengaruhi oleh beberapa variabel bebas dan bertujuan

untuk mendapa tka n hubungan antara respo n de ngan variabel- variabel bebas

tersebut dan mengoptimalkan respon tersebut. RSM dapat dikatakan sebagai

sekumpulan teknik yang berhubungan dengan :

a. Penyusunan sekumpulan eksperimen (merancang sekumpulan eksperimen)

yang akan menghasilkan pengukuran yang dapat diandalkan terhadap respon

(42)

b. Penentuan model matematis yang sesuai dengan data yang dikumpulkan

dari desain yang telah ditentukan dengan melakukan pengujian-pengujian

yang sesuai terhadap hipotesis yang diajukan berkaitan dengan parameter

mod el.

c. Penent uan setting yang optimal dari faktor- faktor yang akan memberikan

nilai maksimum atau minimum dari respon yang diamati (Baati et al., 2006,

Khuri dan Cornell 1996).

d. Box dan Drapper (1987) menyatakan bahwa RSM dapat digunakan dalam

penelitian untuk : (i) mencari suatu fungsi pendekatan yang cocok untuk

meramalka n respo n yang aka n datang, (ii) menentuka n nilai- nilai dari

variabel bebas yang mengoptimumkan respon yang dipelajari. Metode

permukaan respon dapat diaplikasikan dalam pemetaan wilayah permukaan

dalam wilayah yang terbatas untuk memilih operasi dalam mendapatkan

spesifikasi yang diinginkan dan untuk pencarian kondisi optimal.

Box et al. (1987) menyatakan bahwa metode permukaan respon memiliki

beberapa sifat yang menarik, yaitu metode permukaan respon merupakan suatu

pendekatan sekuensial. Hasil dari setiap tahapan akan memandu percobaan yang

perlu dilakukan pada tahap selanjutnya. Setiap tahapan iterasi hanya memerlukan

sejumlah kecil percobaan sehingga lebih efisien. Ciri kedua metode permukaan

respon adalah mengantarkan fokus pe nelitian da lam be ntuk geometri yang muda h

untuk dipahami. Metode permukaan respon menghasilkan ringkasan berupa

grafik da n plot-plot kontur yang mudah untuk dipahami dibandingkan dengan

persamaan-persamaan dalam model.

Metode permukaan respon pada dasarnya serupa dengan analisis regresi,

yaitu menggunakan prosedur pendugaan parameter fungsi respon berdasarkan

metode kuadrat terkecil. Pada metode permukaan respon diterapkan teknik-teknik

matematik untuk menentukan titik op timum agar dapat diperoleh respon optimum.

Penentuan kondisi optimum dilakukan menggunakan analisis kanonik da n analisis

plot kontur permukaan respon. Analisis kanonik dalam metode permukaan respon

adalah mentransformasikan permukaan respon dalam bentuk kanonik, sedangkan

(43)

peubah uji pada respon yang konstan dan plot kontur ini memegang peranan

penting dalam mempelajari analisis permukaan respon.

Untuk menentukan kondisi operasi optimum diperlukan fungsi respon ordo

dua dengan menggunakan rancangan komposit terpusat (central composit design)

dalam mengumpulkan data percobaan. Rancangan komposit terpusat adalah

rancangan faktorial 2k

Dalam melakukan optimasi, penting dilakukan pengujian model untuk

mengetahui ketepatan model didasarkan atas uji penyimpangan model (lack of fit),

koefisien determinasi (R

atau faktorial sebagian yang diperluas melalui penambahan

titik-titik pengamatan pada pusat agar memungkinkan pendugaan koefisien

parameter permukaan respon ordo dua (Montgomery, 2001).

2

) dan uji signifikansi model. Model yang baik mempunyai nilai p yang lebih besar dari nilai kesalahan tipe satu (α) yang ditetapkan. Nilai koefisien determinasi merupakan ukuran kesesuaian model

dalam menerangkan keragaman variabel respon, semakin besar nilai koefisien

determinasi berarti model semakin baik dalam menerangkan keragaman peubah

respon atau dengan kata lain model dapat mewakili keragaman data yang

diperoleh. Uji signifikansi model dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel

bebas terhadap respon. Model dikatakan tepat bila plot residual data

menunjukka n po la distribusi normal (Box et al., 1987).

2.7. Sintesis Proses

Pola kegiatan yang berurutan dan terpadu untuk memasok kesenjangan

informasi memerlukan beberapa asumsi yang berkaitan dengan jenis satuan proses

yang digunakan dan rangka ian satuan-satuan serta kondisi proses yang akan

diterapkan. Pola kegiatan yang berurutan dan terpadu ini lah yang merupaka n

suatu sintesis (Seider et al., 1999). Menurut Rudd dan Watson (1973), sintesis

proses meliputi lima tahapan , yaitu (i) pemilihan jalur reaksi atau proses, (ii)

alokasi bahan atau pereaksi, (iii) pertimbangan teknik pemisahan atau proses hilir,

(iv) pemilihan operasi pemisahan dan (v) integrasi rancangan.

Dalam melakukan sintesis proses, metode yang dapat digunakan adalah

metode kuantitatif (algoritma dan prosedural) dan kualitatif, yaitu dengan

(44)

langkah heuristik untuk perancangan proses, yaitu : (i) penentuan proses

curah atau sinambung, (ii) pene ntuan strukt ur masuka n da n ke luaran untuk

penyusunan diagram alir proses, (iii) pertimbangan adanya struktur daur ulang

pada diagram alir, (iv) penyusunan struktur sistem pemisahan dan (v) penyusunan

jaringan penukar pa nas.

Menurut Seider et al. (1999), teknik heuristik untuk perancangan proses

terdiri dari lima tahapan, yaitu : (i) pe ngurangan perbedaan jenis molekul bahan

atau pemilihan jalur reaksi/proses, (ii) pembagian pereaksi atau bahan dengan cara

mempertemukan sumber dan tujuan proses, (iii) pengurangan perbedaan

komposisi, yang antara lain dilakukan dengan penerapan sistem pemisahan, (iv)

pengurangan perbedaan suhu, tekanan dan fasa dan (v) pe maduan

tahapan, yaitu menggabungkan kegiatan operasi ke dalam satuan-satuan proses.

Hasil akhir dari sintesis adalah tersusunnya rancangan awal diagram alir proses

yang menunjukkan proses yang akan dikembangkan serta penentuan satuan

operasi serta proses (kimia) yang diperlukan.

2.8. Kelayak an Teknis dan Ekonomis Rancanga n Pros es

Agar dapat mengetahui kelayakan produk yang dihasilkan untuk

dikembangkan dan diterapkan lebih lanjut, diperlukan evaluasi kelayakan teknis

dan ekonomis rancangan proses yang dihasilkan. Analisis evaluasi kelayakan

yang lazim digunakan terhadap pengembangan proses meliputi : Net Present

Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (B/C), Internal Rate of Return (IRR), Break

Event Point (BEP) dan Pay Back Period (PBP). Adapun perhitungan kriteria

tersebut adalah sebagai berikut :

a. Net present value (NPV)

Kriteria NPV merupakan suatu nilai selisih antara nilai sekarang (present

value) benefit dengan nilai sekarang biaya (cost). Secara matematis,

(45)

dengan: Bt = benefit bruto pada tahun ke-t (Rp)

Ct = biaya bruto pada tahun ke-t (Rp)

n = umur ekonomi proyek (tahun)

i = tingkat suku bunga (%)

t = tingkat investasi (t = 1,2,3, n)

b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Nisbah total benefit dengan biaya (net benefit cost ratio, net B/C)

memberikan gambaran tentang perbandingan antara total nilai

sekarang pendapatan dengan total nilai sekarang biaya. Nilai net B/C

dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (De

Garmo et al., 1984) :

c. Internal Rate of Return

(IRR)

IRR merupakan gambaran tentang tingkat pengurangan (discounted)

yang mengakibatkan jumlah nilai sekarang dalam periode tertentu sama

dengan besarnya investasi yang telah dikeluarkan. Dengan demikian

suatu usaha dikatakan memberi keuntungan jika nilai IRR-nya lebih

besar dari discount rate. Semakin besar nilai IRR semakin layak usaha

tersebut untuk dijalankan. Nilai IRR dapat ditentukan dengan pendekatan

matematis sebagai berikut (De Garmo, et al., 1984) :

Dengan:

(46)

NPV2

i

= nilai NPV yang bernilai negatif (Rp),

1

i

= discount rate pada NPV, bernilai positif (%),

2

i* = nilai IRR (%)

= discount rate pada NPV, bernilai negatif (%),

d. Break Event Point (BEP)

Kriteria titik impas (break event point, BEP) dipengaruhi oleh faktor

biaya dan total penjualan. Titik impas/BEP menggambarkan jumlah hasil

penjualan minimal yang harus dilalui untuk mencapai titik impas dan

secara matematis nilai BEP dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

(De Garmo et al., 1984) :

e. Pay Back Period (PBP)

Kriteria PBP menggambarkan periode waktu pengembalian investasi

yang ditanamkan. Untuk mengetahui efektifitas suatu usaha ditinjau

dari nilai PBP, dilakukan perbandingan nilai PBP dengan rencana umur

ekonomi suatu usaha. Semakin kecil nilai PBP dibandingkan umur

ekonomi menunjukkan investasi semakin cepat dikembalikan yang

berarti semakin besar manfaat yang dapat diambil dari usaha tersebut. De

Garmo et al. (1984) merumuskan cara perhitungan PBP sebagai berikut :

dengan: m = nilai kumulatif Bt - Ct negatif yang terakhir (Rp)

Cn = biaya bruto pada tahun ke-n (Rp)

Bn = pe ndapa tan bruto pada tahun ke- n (Rp)

n = periode investasi pada saat nilai kumulatif Bt -Ct

(47)

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Karet, Bogor,

Laboratorium Pengawasan Mutu, Departemen Teknologi Industri Pertanian,

Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dan Laboratorium

Terpadu, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan dalam rentang waktu

bulan Agustus 2009 – Juli 2011.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan baku yang digunaka n dalam pembuatan faktis gelap adalah minyak

jarak yang diperoleh dari PT. Kimia Farma Semarang, Jawa Tengah, sedangkan

bahan tamba han ya ng digunaka n antara lain sulfur, NaOH, ZDEC (zinc

diethyldithiocarbomate) da n TMTD (tetramethylthiuram disulfide). Bahan kimia

yang digunakan untuk karakterisasi minyak jarak dan faktis gelap yang dihasilka n,

antara lain : kalium hidroks ida, fenoftalin, kloroform, natrium tiosulfat, asam

klorida, asam asetat glasial, kalium iodida, petroleum eter, pereaksi Hanus, aseton,

SrCl2, Cd asetat, formaldehid, aseton, asam oksalat, kalium dikromat, natrium

sulfit, natrium stearat, paraffin, SrCl2

Peralatan yang digunakan antara lain peralatan pembuatan faktis (reaktor

skala 2 liter dan 12 liter), alat pencampur kompon karet dan alat pembuat selang,

alat pemvulkanisasi kompon, Rheometer Toyoseiki, tensometer, Lupke pendulum,

Fourier Transform Infrared Spectroscopy, hardness tester , pH meter, mesin dan

peralatan untuk pembuatan selang LPG dan peralatan gelas untuk analisis.

, Cd-asetat, formaldehid dan iodine dan

larutan kanji. Bahan kimia yang digunakan untuk analisis kerapatan ikatan silang

mencakup pelarut karbon disulfida dan p-xilen. Bahan untuk pembuatan selang

LPG disajikan pada Lampiran 1.

3.3. Metode Penelitian

3.3.1. Karakterisasi Minyak Jarak

Karakterisasi minyak jarak yang dilakukan meliputi bilangan iod, bilangan

(48)

3.3.2. Kajian Penga ruh Je nis dan Konsentras i Bahan Pencepat

Pada tahap ini, dibuat faktis gelap de ngan dua perlakuan, yaitu jenis bahan

pencepat (ZDEC dan TMTD) dan konsentrasi bahan pencepat (1, 2, 3 bagian per

seratus minyak/bsm). Percobaan dilakukan dengan reaktor skala 2 liter. Variabel

respon yang diukur adalah waktu proses dan kadar ekstrak aseton.

Pembuatan faktis gelap pada tahap ini menggunakan reaktor dengan

kapasitas 2 liter. Peralatan ini terdiri dari : gelas piala 2 liter, agitator, kompor

listrik sebagai pemanas, panci, tiang penyangga dan termometer (Gambar 5).

Sebagai penghantar panas digunakan pelumas.

Gambar 5 Reaktor untuk pembuatan faktis gelap skala 2 liter

Sebanyak 100 g minyak jarak dituang ke dalam gelas piala, kemudian

dimasukkan Na2CO3 sebanyak 1 bsm dan diaduk dengan kecepatan sekitar 75

rpm. Pemanasan dilakukan dengan menaikkan suhu secara bertahap hingga

tercapai suhu 140oC. Kontrol suhu dilakukan secara manual. Setelah suhu yang dikehendaki tercapai, ditambahkan sulfur 30 bsm dan jenis serta konsentrasi

Gambar

Gambar 1  Struktur trigliserida yang mengarah pada bentuk “garpu tala”
Gambar 3  Struktur unit pokok faktis gelap
Tabel 3    Kombinasi perlakuan pada optimasi faktor konsentrasi sulfur dan suhu
Gambar 6   Reaktor untuk pembuatan faktis gelap skala 12 liter
+7

Referensi

Dokumen terkait

antara variabel yang diteliti dengan sumber data, metode yang digunakan dan instrumen yang disusun.. • Dua jenis kisi-kisi instrumen: 1)

Puji dan syukur kehadiran Allah SWT, yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Penyelesaian Sengketa Tanah

Dari kutipan di atas terdapat penanda yang berperan penting dalam menentukan penggambaran perwatakan Pak Amir melalui perbuatannya yaitu “Bapak tak peduli dengan

Dalam penerimaan khalayak pemain perempuan dalam komunitas CMD terhadap gim Mobile Legends dapat disimpulkan bahwa ketika pemain memahami isi konten dalam gim,

Dikenal sebagai proses soda amonia yang menggunakan garam (NaCl), dan batu kapur (CaCO 3 ) sebagai bahan baku.. dasar dan menggunakan amonia sebagai siklus reagen ,

pe nggunaan lahan untuk per- dan konversi lahan dari per- ke n o n pertanian lebih dari ra di rural urban frin ge. Tidak semua kota selalu dai dengan alih aturan

Produksi kedelai domestik terus menurun selama periode 1990 − 2009 sejalan dengan berkurangnya areal tanam secara tajam. Untuk mencukupi kebutuhan kedelai domestik, pemerintah