• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Ekuitas Merek Dan Kepercayaan Merek Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Motor Minerva Di PT. Plaza Minerva Indonesia Cabang Moh.Ramdhan Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Ekuitas Merek Dan Kepercayaan Merek Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Motor Minerva Di PT. Plaza Minerva Indonesia Cabang Moh.Ramdhan Bandung"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH EKUITAS MEREK DAN KEPERCAYAAN MEREK TERHADAP

KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PADA MOTOR MINERVA DI PT.

PLAZA MINERVA INDONESIA CABANG MOH. RAMDHAN BANDUNG

THE INFLUENCE OF BRAND EQUITY AND BRAND TRUST ON CONSUMER

PURCHASE DECISION ON MOTOR MINERVA AT PT. PLAZA MINERVA

INDONESIA BRANCH MOH. RAMDHAN BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh

Jenjang S1 Program studi Manajemen

DISUSUN OLEH:

ROSDIANA BR TARIGAN

21207098

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha

Kuasa yang telah memberikan Kasih dan Karunia-Nya kepada kita semua, dan

hanya atas petunjuknya jualah penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Adapun tujuan penyusunan skripsi ini adalah guna memenuhi salah satu

persyaratan dalam program kuliah Fakultas Ekonomi pendidikan Strata I

Universitas Komputer Indonesia. Dalam penyusunan laporan ini, penulis

mengambil judul

Pengaruh Ekuitas Merek Dan Kepercayaan Merek

Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Motor Minerva Di PT.

Plaza Minerva Indonesia Cabang Moh. Ramdhan Bandung

.

Dalam pelaksanaan studi kasus dan penyusunan skripsi ini penulis banyak

menemui kesulitan, tetapi berkat adanya bantuan yang diberikan dari berbagai

pihak akhirnya penulis dapat mengatasi kesulitan

kesulitan tersebut.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih atas

semua bantuan yang telah diberikan dalam penyelesaian skripsi ini kepada :

1.

Bapak Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, selaku Rekor Universitas Komputer

Indonesia.

2.

Ibu Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si, selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Komputer Indonesia

(4)

4.

Ibu Dra. Rahma Wahdiniwaty, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi.

5.

Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Manajemen Universitas Komputer

Indoneia yang telah memberikan ilmunya.

6.

Bapak Stenly selaku Manajer PT. Plaza Minerva Indonesia jl. Moh.

Ramdhan Bamdung, yang mengizinkan penulis melakukan penelitian di

perusahannya..

7.

Seluruh Staff dan karyawan Plaza Minerva Indonesia jl. Moh. Ramdhan

Bandung, terutama Bapak Stenly, yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

8.

Keluargaku tercinta, papa dan mama yang selalu mendoakan dan

memberikan dukungan moril serta materil kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

9.

Kakak tercinta Cindy Tampilang sebagai pembimbing Rohaniku, atas doa

dan dukungannya yang tidak pernah putus kepada penulis.

10.

Teman

teman seperjuangan di kelas MN-2 (2007), terima kasih atas

dorongan dan kebersamaannya.

11.

Serta pihak

pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima

kasih atas segala bantuannya hingga usulan penelitian ini dapat selesai.

(5)

Akhirnya sekali lagi penulis ucapkan terima kasih kepada bapak, ibu, serta

rekan

rekan sekalian atas segala bantuan dan dukungannya yang diberikan

kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

Sebagai harapan teratas dari penulis, semoga saja laporan ini dapat

bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya terutama rekan

rekan mahasiswa/i

dan bisa dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, Juli 2011

(6)

✁ ✂

✄☎ ✆✝

AHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Persaingan bisnis dalam perkembangan di era globalisasi menuntut

perusahaan harus mampu bersikap dan bertindak cepat dan tepat dalam

menghadapi persaingan di lingkungan bisnis yang bergerak sangat dinamis dan

penuh dengan ketidak pastian. Oleh karena itu, setiap perusahaan dituntut

bersaing secara kompetitif dalam hal menciptakan dan mempertahankan

konsumen yang loyal (pelanggan), yaitu salah satunya melalui persaingan merek.

Persaingan perusahaan untuk memperebutkan konsumen tidak lagi terbatas

pada atribut fungsional produk, seperti kegunaan produk, melainkan sudah

dikaitkan dengan merek, dimana merek sangatlah bernilai bagi perusahaan karena

mampu mempengaruhi pilihan atau preferensi konsumen. Pada tingkat persaingan

yang rendah, merek hanya sekedar membedakan antara satu produk dengan

produk lainnya atau hanya sekedar nama (just a name). Sedangkan pada tingkat

persaingan yang tinggi, merek memberikan kontribusi dalam menjaga daya saing

sebuah produk. Dalam perkembangannya, perusahaan semakin menyadari merek

sebagai aset perusahaan yang paling bernilai.

Perkembangan industri otomotif di Indonesia, khususnya industri sepeda

motor, sedang mengalami perkembangan industri yang sangat pesat, yang juga

ditandai oleh munculnya berbagai merek produk motor baru di Indonesia.

(7)

produsen dari China, Amerika, dan Juga Eropa khususnya Itali dan Jerman. Fakta

memperlihatkan bahwa penjualan sepeda motor terus meningkat. Kondisi ini

membuat produsen semakin meningkatkan inovasi dengan meluncurkan

produk-produk baru untuk meningkatkan penguasaan pasar.

Minerva adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang sektor

produksi otomotif, khususnya sepeda motor yang berasal dari Jerman, yang

berdiri pada tahun 2000. Pada tahun 2008 dan 2009, Minerva bekerjasama dengan

perusahaan-perusahaan luar negeri untuk memproduksi sepeda motornya, guna

memperkuat merek Minerva itu sendiri. Minerva memiliki dealer resmi di

Indonesia yang bernama PT. Plaza Minerva Indonesia yang memfokuskan diri

pada jaringan pemasaran dan penjualan lokal dan tersebar di kota-kota besar

diantaranya adalah di Jakarta, Bandung, Jogjakarta, dan di Denpasar.

Dikota Bandung saat ini sudah terdapat kurang lebih lima dealer motor

Minerva, dimana salah satunya berada di jalan Moh. Ramdhan. Dealer ini

memiliki beberapa jenis model motor Minerva antara lain yaitu R150 SE,

Madass XX 125, T 200 R, Megelli 250R, Megelli 250S dan Megelli 250M.

Motor Minerva ini merupakan merek motor yang tergolong baru, jadi kekuatan

merek yang dimilkinya belum tinggi. Tidak hanya PT. Plaza Minerva Indonesia

yang beralamat di jalan Moh. Ramdhan, cukup banyak dealer motor yang berdiri

disana, seperti Yamaha dan Suzuki yang berasal dari Jepang, yang sudah terlebih

dahulu memproduksi sepeda motornya, sehingga kekuatan merek yang mereka

miliki lebih tinggi. Untuk mencari kekuatan merek Minerva, maka PT. Plaza

(8)

melalui hal-hal yang berkaitan dengan persepsi masyarakat tentang keberadaan

motor Minerva yang dijual, dimana motor tersebut belum lama berdiri atau

tergolong cukup baru di masyarakat, sehingga kekuatan mereknya belum setinggi

pesaing-pesaingnya.

Berikut ini, data penjualan di PT. Plaza Minerva Indonesia cabang Moh.

Ramdhan Bandung pada tahun 2010 yang dapat dilihat pada tabel 1.1 :

TABEL 1.1

DATA PENJUALAN MOTOR MINERVA

DI PT. PLAZA MINERVA INDONESIA

CABANG MOH. RAMDHAN BANDUNG

Dari tabel 1.2 di atas dapat diketahui bahwa volume penjualan sepeda motor

Minerva di dealer PT.Plaza Minerva cabang Moh. Ramdhan Bandung di

sepanjang tahun 2010 mengalami

kenaikan atau pun penurunan yang stabil,

maka dari data penjualan penulis menemukan tanggapan dari konsumen.

Kaitannya dengan keputusan pembelian konsumen.

JAN

FEB MAR APR

MEI

JUN

JUL

AGS SEPT OKT NOV DES

UNIT

162

177

209

186

170

213

221

200

149

160

150

156

0

50

100

150

200

250

jU

M

L

A

H

U

N

IT

(9)

Menurut Fitri Meytaliana (2009:85), saat ini persaingan dalam dunia

pemasaran semakin kompetitif. Beberapa produk dengan kualitas yang, relative

hampir sama dapat memiliki kinerja yang berbeda dipasar karena, perbedaan

persepsi dalam benak pelanggan. Salah satu cara pembentukan persepsi ini dapat

dilakukan melalui jalur merek. Usaha yang baik untuk memperkuat merek dapat

dilakukan dengan cara pembentukan ekuitas sebuah merek. Dengan usaha-usaha

seperti itu maka, dapat memberi motivasi kepada pelanggan untuk melakukan

keputusan pembelian konsumen.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Stenly Warokah, selaku

manager PT. Plaza Minerva Indonesia cabang Moh. Ramdhan Bandung,

perusahaan menargetkan tahun 2010 akan menembus sekitar 3600 unit per tahun

tapi , dilihat dari realisasi kinerjanya perusahaan tersebut, hanya mencapai target

sekitar 50% - 60% dari yang diharapkan. Perusahaan ini tidak mencapai target

karena baru berdiri kurang lebih 5 tahun, sedangkan ada banyak perusahaan motor

lebih dahulu muncul yang sudah memiliki kekuatan merek yang cukup tinggi.

Berdasarkan survey awal terhadap 30 konsumen yang datang ke PT. Plaza

Minerva cabang Moh. Ramdhan tersebut, mengatakan bahwa mereka masih

sedikit yang mengetahui informasi tentang merek Minerva, Namun, adanya

persaingan yang semakin tajam khususnya dalam industri otomotif karena

banyaknya perusahaan

perusahaan yang menghasilkan produk-produk motor

bermerek, 60% mengatakan bahwa ekuitas merek atau kekuatan merek yang

dimiliki oleh motor Minerva belum tinggi, karena motor Minerva ini tergolong

(10)

merek yang lebih tinggi karena sudah terlebih dahulu muncul dan 40% yang

mengatakan bahwa motor merek Minerva memiliki kekuatan merek yang cukup

tinggi. Hal ini menunjukkan kekuatan merek yang di miliki oleh motor Minerva

belum tinggi.

Selain itu ada yang mengatakan bahwa keputusan pembelian konsumen di

pengaruhi oleh kepercayaan merek. Konsumen dalam hal memutuskan untuk

membeli, secara alamiah akan mempertanyakan kehandalan dan intensi merek

yang tidak lain adalah kepercayaan merek tersebut sebagai bagian dari

pertimbangannya untuk membeli (Erna ferrinadewi:2008).

Berdasarkan survey awal terhadap 30 konsumen yang datang ke PT. Plaza

Minerva Indonesia cabang Moh. Ramdhan tersebut, mengatakan bahwa mereka

masih sedikit yang mengetahui tentang motor merek Minerva, Namun, tidak jauh

berbeda dari penjelasan sebelumnya bahwa adanya persaingan yang semakin

tajam khususnya dalam industri otomotif saat ini dimana banyaknya perusahaan

perusahaan yang menghasilkan produk-produk motor bermerek, 70% mengatakan

motor merek Minerva belum dipercaya, karena motor Minerva ini tergolong baru

muncul dan diketahui bahwa motor Minerva sendiri memiliki pesaing-pesaing

yang mereknya sudah unggul di benak konsumen dan 30% yang mengatakan

bahwa motor merek Minerva dipercaya. Hal ini menunjukkan kepercayaan merek

yang di miliki oleh motor Minerva belum tinggi.

Hal ini berarti, indikasi karena faktor kekuatan merek yang dimiliki belum

tinggi dan masih rendahnya kepercayaan terhadap merek motor tersebut, sehingga

(11)

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis

tertarik untuk meneliti masalah tersebut dalam suatu penelitian yang berjudul

PENGARUH EKUITAS MEREK DAN KEPERCAYAAN

MEREK

TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PADA MOTOR

MINERVA DI PT. PLAZA MINERVA INDONESIA CABANG MOH.

RAMDHAN BANDUNG.

1.2

Identifikasi Masalah Dan Rumusan Masalah

1.2.1

Identifikasi Masalah

Berdasarkan dengan uraian latar belakang di atas, bahwa semakin

meningkatnya industri otomotif khusunya sepeda motor, hal ini juga ditandai

dengan munculnya berbagai merek motor baru, banyak strategi yang dilakukan

untuk menarik konsumen untuk membeli produknya, seperti, di dealer motor

Minerva yaitu PT. Plaza Minerva Indonesia yang beralamat di jalan Moh.

Ramdhan Bandung, cukup banyak pesaing disana, seperti Yamaha, Suzuki yang

sudah terlebih dahulu memproduksi sepeda motornya, sehingga kekuatan merek

yang mereka miliki lebih tinggi dibanding Minerva sendiri. dimana motor tersebut

belum lama berdiri atau tergolong cukup baru di masyarakat, sehingga kekuatan

mereknya belum setinggi pesaing-pesaingnya.

Hasil wawancara dengan manajer PT. Plaza Minerva Indonesia cabang

Moh. Ramdhan Bandung mengatakan bahwa, perusahaan belum mencapai target

(12)

menunjukkan bahwa konsumen yang memutuskan untuk membeli, belum sesuai

dengan jumlah target yang diharapkan oleh perusahaan.

Mayoritas konsumen mengatakan masih mempertimbangkan dalam

memutuskan untuk membeli motor Minerva karena tergolong baru sehingga

kekuatan mereknya belum setinggi pesaing-peaingnya yang sudah lebih dahulu

muncul dan memiliki kekuatan merek yang lebih tinggi.

Mayoritas konsumen mengatakan masih mempertimbangkan dalam hal

memutuskan untuk membeli motor Minerva karena motor Minerva tergolong baru

sehingga tingkat kepercayaan terhadapa motor Minerva ini belum tinggi

dibanding pesaingnya yang sudah terlebih dahulu memproduksi motornya dan

memiliki merek yang cukup terpercaya.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dengan uraian latar belakang penelitian yang dikemukakan

diatas, maka penulis mencoba mengidentifikasi masalah yang akan dibahas dalam

penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tanggapan responden terhadap ekuitas merek pada Motor Minerva

di PT. Plaza Minerva cabang Moh. Ramdhan Bandung.

2. Bagaimana tanggapan responden terhadap kepercayaan merek Motor Minerva

di PT. Plaza Minerva cabang Moh. Ramdhan Bandung.

3. Bagaimana keputusan pembelian konsumen pada merek Motor Minerva di PT.

(13)

4. Seberapa besar pengaruh ekuitas merek dan kepercayaan merek terhadap

keputusan pembelian konsumen di PT. Plaza Minerva Indonesia cabang Moh.

Ramdhan Bandung baik itu secara simultan maupun secara parsial.

1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data sebagai sumber

informasi untuk diolah dan dianalisis, untuk mengetahui pengaruh ekuitas merek

dan kepercayaan merek terhadap keputusan pembelian konsumen di PT. Plaza

Minerva cabang Moh. Ramdhan Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan diadakannya penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui tanggapan responden terhadap ekuitas merek pada motor

Minerva di PT. Plaza Minerva cabang Moh. Ramdhan Bandung.

2. Untuk mengetahui tanggapan responden terhadap kepercayaan merk pada

motor Minerva di PT. Plaza Minerva cabang Moh. Ramdhan Bandung.

3. Untuk mengetahui keputusan pembelian konsumen pada merek motor Minerva

di PT. Plaza Minerva cabang Moh. Ramdhan Bandung.

4. Untuk mengetahui pengaruh ekuitas merek dan kepercayaan merek terhadap

keputusan pembelian konsumen di PT. Plaza Minerva cabang Moh. Ramdhan

(14)

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian mengaharapkan penelitian ini dapat memberikan hasil yang

bermanfaat sejalan dengan tujuan penelitian diatas.Hasil dari penelitian ini

diharapkan dapat berguna bagi:

1.4.1 Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi Perusahaan

Diharapkan hasil penelitian ini semoga bermanfaat bagi pihak perusahaan

untuk dijadikan suatu acuan atau bahan pemikiran dalam merancang strategi

pemasaran dalam memperluas gambaran yang lebih konkrit mengenai konsep

ekuitas merek yang dilakukan dalam usaha agar konsumen memutuskan untuk

membeli.

2. Bagi Pembaca

Dengan adanya hasil penelitian ini, pembaca dapat mengetahui informasi

tentang bagaimana pengaruh ekuitas merek dan kepercayaan merek terhadap

keputusan pembelian konsumen.

1.4.2 Kegunaan Akademis

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

para pembaca dan penulis sendiri untuk menambah wawasan serta memperluas

pengetahuan yang ada terutama pembelian tidak terencana dan untuk melihat

sejauhmana terdapat kesesuaian antara teori yang ada dan kenyataan yang

(15)

1. Bagi pengembangan ilmu pemasaran

Bagi pengembangan ilmu pemasaran semoga hasil penelitian ini dapat

memberikan referensi tentang ada atau tidaknya pengaruh antara ekuitas merek

dan kepercayaan merek terhadap keputusan pembelian konsumen.

2. Bagi peneliti lain

Semoga hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi yang berguna

bagi rekan-rekan yang membahas masalah yang sama dan diharapkan agar

penelitian selanjutnya dapat lebih baik dari yang sekarang.

3. Bagi penulis

Hasil dan kesimpulan penelitian ini merupakan informasi dan pembelajaran

bagi penulis tentang pengaruh ekuitas merek dan kepercayaan merek terhadap

keputusan pembelian konsumen yang bisa memberikan pengalaman dalam hal

penelitian.

1.5 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penulis Melakukan Penelitian di PT. Plaza Minerva Indonesia, yang

beralamat di Jalan Moh. Ramdhan No. 45 Bandung. Adapun Waktu Pelaksanaan

(16)

Table 1.2

Jadwal Waktu Penelitian

I

II III IV I

II III IV I

II III IV I

II III IV

1. Penelitian Pendahuluan

2. Penulisan Usulan Penelitian

3. Pengumpulan Data

4. Pengolahan Data

5. Penulisan Penelitian

Bulan

(17)

✞✟ ✞✠✠

✡✟☛✠ ✟ ☞✌✍✎✏ ✟✡✟

, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1

Kajian Pustaka

2.1.1 Manajemen Pemasaran

Kegiatan pemasaran yang dilakukan perusahaan haruslah dikelola dengan

sistem manajerial yang sesuai dengan tujuan pemasaran perusahaan. Manajemen

pemasaran memegang peranan penting dalam perusahaan, karena manajemen

pemasaran mengatur semua kegiatan pemasaran. Menurut

Kotler

(2008:9)

Manajemen pemasaran adalah Proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran,

penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk

menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan

organisasi. .

Menurut Kotler (2010:248), ada empat unsur bauran pemasaran yaitu:

1. Produk (

Product

)

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan suatu

kebutuhan dan keinginan,

Kotler

dan

Amstrong

(2010:253),

menjelaskan

lebih rinci mengenai atribut produk yang mempengaruhi konsumen dalam

memilih suatu produk. Atribut produk dapat meliputi kualitas, kemasan, merek,

jaminan, pelayanan.

2. Harga (

Price

)

Harga adalah sejumlah nilai yang harus konsumen keluarkan untuk

(18)

3. Promosi (

Promotion

)

Promosi adalah aktivitas yang mengkomunikasikan jasa suatu produk dan

membujuk sasaran pelanggan untuk membelinya,

✑✒

o

tl

r

dan

stro

m

n

(2010:426).

4. Distribusi

(place)

Distribusi

dapat diartikan sebagai keterlibatan sebua kelompok yang

terintegrasi dalam proses penyediaan produk dan jasa sehingga dapat di

gunakan dan dinikmatioleh konsumen,

✑✒

o

tl

r

dan

m

str

o

n

(2010:363).

✕✖✗ ✖ ✕ ✘✙

u

t

✛ ✜✢✒✒✙

r

✕✖✗ ✖ ✕✖ ✗✣✒

n

✔✒✚✛✤

r

t

✢✒✒✙

r

Menurut (Rangkuti, 2008:3), merek merupakan janji penjual untuk secara

konsisten memberikan feature, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli .

Selain itu menurut Buchory, (2010:130), merek adalah suatu nama, istilah,

tanda, lambang atau desain atau kombinasi dari semuanya, yang diharapkan

mengidentifikasikan barang atau jasa dari sekelompok penjual dan diharapkan

akan membedakan barang atau jasa tersebut dari produk-produk pesaing.

Menurut Freddy Rangkuti (2008 ; 2) Merek dapat juga dibagi dalam

pengertian lainnya seperti:

1.

Brand name

(Nama merek), yang merupakan bagian dari yang dapat diucapkan

misalnya: Pepsodent, BMW, Toyota, dan sebagainya.

2.

Brand mark

(Tanda merek), yang merupakan sebagian dari merek yang dapat

dikenali namun tidak dapat diucapkan, seperti lambang, disain huruf atau

(19)

3.

Trade mark

(Tanda merek dagang), yang merupakan merek atau sebagian dari

merek yang dilindungi hukum karena kemampuannya untuk menghasilkan

sesuatu yang istimewa. Tanda dagang ini melindungi penjual dengan hak

istimewa untuk menggunakan nama merek (tanda merek).

4.

Copyright

(Hak cipta), yang merupakan hak istimewa yang dilindungi

undang-undang untuk memproduksi, menerbitkan, dan menjual karya tulis, karya music

atau karya seni.

Dari Definisi diatas, dapat dikatakan bahwa mereka adalah nama dan atau

simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap atau kemasan) dengan

maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau sebuah

kelompok penjual tertentu.

✥✦✧ ✦ ✥✦✥★✩

n

✪✩✫✬ ✭

r

t

✮ ✯✫

u

t

✬ ✰✱✩✩ ✯

r

Merek yang kuat (ekuitas merek) merupakan aset yang berharga walaupun

itu tidak berwujud tapi sangat berharga bagi perusahaan. Dan merek yang kuat

merupakan alat yang baik dan kuat dalam mengembangkan pemasaran pada

produk perusahaan.

Menurut Fandi Tjiptono (2005:39), ekuitas merek adalah serangkaian aset

dan kewajiban merek yang terkaitan dengan sebuah merek, nama dan simbolnya,

yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan sebuah produk atau jasa

kepada perusahaan atau pelanggan perusahaan tersebut.

(20)

Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa ekuitas merek adalah

sekumpulan aset tidak berwujud, liabilitas dan totalitas dan persepsi merek yang

subjektif yang dapat menambah atau mengurangi nilai dan barang dan atau jasa

kepada perusahaan atau kepada konsumen.

Brand equity

dapat memberikan nilai dan manfaat, baik bagi konsumen

maupun bagi perusahaan (Simamora,2001: 69) :

1. Nilai kepada konsumen :

a. Aset

brand equity

membantu konsumen menafsirkan, memproses, dan

menyimpan informasi dalam jumlah besar mengenai produk dan merek.

b.

Brand equity

memberikan rasa percaya diri kepada konsumen dalam

mengambil keputusan pembelian, baik karena pengalaman masa lalu dalam

karakteristiknya.

c. Persepsi kualitas dan asosiasi merek bisa menguatkan kepuasan konsumen

dengan pengalaman menggunakannya.

2. Nilai kepada perusahaan :

a.

Brand equity

bisa menguatkan program memikat para konsumen baru atau

merangkul kembali konsumen lama.

b. Kesadaaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, dan asset-aset merek

lainnya mampu menguatkan loyalitas merek, yaitu bisa memberikan alasan

untuk membeli dan mempengaruhi kepuasan penggunaan.

c.

Brand equity

biasanya akan memungkinkan margin yang lebih tinggi dengan

memungkinkan harga optimum (

premium pricing

) dan mengurangi

(21)

d.

Brand equity

memberikan landasan untuk pertumbuhan melalui perluasan

merek.

e.

Brand equity

bisa memberikan dorongan dalam saluran distribusi.

f. Aset-aset

brand equity

memberikan keuntungan kompetitif yang seringkali

menghadirkan rintangan nyata terhadap para kompetitor.

✲✳✴ ✳ ✲✳ ✵✶

n

su

r

-unsur Ekuitas Merek

Kesadaran merek membutuhkan jangkauan kontinum dari perasaan yang

yang tak pasti bahwa mereka tertentu dikenal menjadi keyakinan bahwa produk

tersebut merupakan satu-satunya dalam kelas produk bersangkutan, kontinum ini

dapat diwakili oleh tingkat kesadaran merek yang berbeda.

Menurut David A. Aaker yang dikutip oleh Darmadi Durianto, Sugiarto,

Sitinjak Tony (2001 ; 4) ekuitas merek memiliki beberapa elemen, yaitu:

1. Kesadaran Merek (

Brand Awareness

), menunjukkan kesanggupan seseorang

calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek

merupakan bagian dari kategori produk tertentu.

2. Kesan Kualitas (

Perceived Quality

), mencerminkan persepsi pelanggan

terhadap keseluruhan kualitas/keunggulan suatu produk atau jasa layanan

berkenaan dengan maksud yang diharapkan, sehingga menciptakan kepuasan

pelanggan.

3. Asosiasi Merek (

Brand Association

), mencerminkan pencitraan suatu merek

terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup,

(22)

4. Loyalitas Merek (

Brand Loyalty

), mencerminkan tingkat keterikatan konsumen

dengan suatu merek produk.

5. Aset-aset Merek Lainnya (

Other Proprietary Brand Assets

). Elemen ekuitas

merek yang kelima ini secara langsung dipengaruhi oleh kualitas dari empat

elemen utama tersebut.

Sedangkan menurut Rangkuti (2008:39),

Brand equity

tidak terjadi dengan

sendirinya tetapi ditopang oleh elemen-elemen pembentuk

brand equity

yang

terdiri dari:

✷✸ ✹✺✻ ✼✽ ✼✾✼✿ ❀✺✺❁

r

(Brand Awareness)

Menurut Rangkuti (2008:39), peran Brand Awareness dalam keseluruhan

ekuitas merek tergantung dan sejauh mana tingkat kesadaran yang dicapai oleh

suatu merek. Kesadaran merek artinya

adalah kesanggupan seorang calon

pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan

bagian atau kategori produk-produk tertentu .

Menurut Aaker dalam Humdiana (2005: 45), kesadaran merek adalah

kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali

bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Menurut

Simamora (2001: 74), peran

brand awareness

tergantung pada sejauh mana kadar

(23)

rm

Brand Awareness

m

rm

Brand Awareness

Sumber: Darmadi.D, Sugiarto, Tony Sitinjak (2001: 55)

Menurut Simamora (2001:74), tingkatan

brand awareness

secara berurutan

adalah sebagai berikut:

1.

Unware of brand

(tidak menyadari merek)

Kategori ini termasuk merek yang tetap tidak dikenal walaupun sudah

dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan (

aided recall

).

2.

Brand Recognition

(pengenalan merek)

Kategori ini meliputi merek produk yang dikenal konsumen setelah dilakukan

pengingatan kembali lewat bantuan (

aided recall

).

3.

Brand Recall

(pengingatan kembali merek)

Kategori ini meliputi merek dalam kategori suatu produk yang diingat

konsumen tanpa harus dilakukan pengingatan kembali, diistilahkan dengan

pengingatan kembali tanpa bantuan (

unaided recall

).

❂❃❄

r

m

❃❅❄

Brand Awareness

❆ ❄

m

❇❄❈❉ ❊❋

❂❃

r

m

❃❅❄

Brand Awareness

Sumber: Darmadi.D, Sugiarto, Tony Sitinjak (2001: 55)

Menurut Simamora (2001:74), tingkatan

brand awareness

secara berurutan

adalah sebagai berikut:

1.

Unware of brand

(tidak menyadari merek)

Kategori ini termasuk merek yang tetap tidak dikenal walaupun sudah

dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan (

aided recall

).

2.

Brand Recognition

(pengenalan merek)

Kategori ini meliputi merek produk yang dikenal konsumen setelah dilakukan

pengingatan kembali lewat bantuan (

aided recall

).

3.

Brand Recall

(pengingatan kembali merek)

Kategori ini meliputi merek dalam kategori suatu produk yang diingat

konsumen tanpa harus dilakukan pengingatan kembali, diistilahkan dengan

pengingatan kembali tanpa bantuan (

unaided recall

).

Top

of Mind

Brand

Recall

Brand

Recognition

Brand

Unware

rm

Brand Awareness

m

rm

Brand Awareness

Sumber: Darmadi.D, Sugiarto, Tony Sitinjak (2001: 55)

Menurut Simamora (2001:74), tingkatan

brand awareness

secara berurutan

adalah sebagai berikut:

1.

Unware of brand

(tidak menyadari merek)

Kategori ini termasuk merek yang tetap tidak dikenal walaupun sudah

dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan (

aided recall

).

2.

Brand Recognition

(pengenalan merek)

Kategori ini meliputi merek produk yang dikenal konsumen setelah dilakukan

pengingatan kembali lewat bantuan (

aided recall

).

3.

Brand Recall

(pengingatan kembali merek)

Kategori ini meliputi merek dalam kategori suatu produk yang diingat

konsumen tanpa harus dilakukan pengingatan kembali, diistilahkan dengan

(24)

4.

Top of Mind

(puncak pikiran)

Kategori ini meliputi merek produk yang pertama kali muncul dibenak

konsumen pada umumnya.

Menurut Simamora (2001:75) Kesadaran merek menciptakan nilai-nilai yaitu:

1. Jangkar tempat tautan berbagai asosiasi.

Suatu produk atau layanan baru sudah pasti diarahkan untuk mendapatkan

pengenalan. Jarang sekali suatu keputusan pembelian terjadi tanpa pengenalan.

Pengetahuan mengenai berbagai bagian dan manfaat dari produk baru sangat

sulit tanpa terlebih dahulu mendapatkan pengakuan. Pengakuan merek

merupakan langkah dasar pertama dalam tugas komunikasi. Sebuah merek

biasanya dikomunikasikan dengan atribut-atribut asosiasinya. Dengan tingkat

pengenalan yang mapan, tugas selanjutnya tinggal mencantelkan suatu asosiasi

baru, seperti atribut produk.

2. Keakraban atau rasa suka

Pengakuan merek memberikan suatu kesan akrab, dan konsumen menyukai

sesuatu yang akrab. Terdapat hubungan yang positif antara jumlah penampakan

dan rasa suka, baik penampakan dalam bentuk abstraksi gambar, nama, musik,

dan lain-lain. Pengulangan penampakan bisa mempengaruhi rasa suka bahkan

jika tingkat pengenalan tidak terpengaruh.

3. Tanda mengenai substansi atau komitmen

Kesadaran merek bisa menjadi suatu signal dari kehadiran, komitmen, dan

(25)

sebabnya, seperti : perusahaan telah mengiklankan secara luas, perusahaan

telah menggeluti bisnis tersebut dalam waktu lama, perusahaan mempunyai

jangkauan distribusi yang luas, dan merek tersebut berhasil.

4. Mempertimbangkan merek.

Langkah awal dalam proses pembelian biasanya adalah menyeleksi

sekumpulan merek untuk dipertimbangkan. Oleh karena itu, pengingatan

kembali merek (

brand recall

) menjadi penting. Pada umumnya, jika sebuah

merek tidak mencapai pengingatan kembali maka merek tersebut tidak akan

termasuk dalam proses pertimbangan pembelian. Tetapi konsumen biasanya

juga akan mengingat merek-merek yang sangat mereka tidak sukai.

Dalam meraih kesadaran merek, baik dalam tingkat pengenalan maupun

pengingatan kembali, melibatkan dua tugas, yaitu, mendapatkan identitas merek

dan mengaitkannya pada suatu kelas produk tertentu. Suatu pesan kesadaran

merek hendaknya memberi suatu alasan untuk diperhatikan dan dikenang atau

menjadi berbeda dan istimewa. Hal ini ditempuh dengan, melibatkan slogan atau

jingle, menjadi sponsor kegiatan, dan perluasan merek.

●❍ ■❏❑ ▲▼■

u

▲◆❖

t

▲❑

(Perceived Quality

)

Menurut Rangkuti (2008:41),

kesan kualitas adalah persepsi pelanggan

terhadap keseluruan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan

berkaitan dengan maksud yang diharapkan .

Menurut Simamora (2001:78),

Perceived quality

adalah persepsi pelanggan

(26)

fungsinya secara relatif dengan produk-produk lain.

Perceived quality

berbeda

dengan konsep-konsep lain tentang kualitas seperti :

1. Kualitas aktual atau obyektif (

actual or objective quality

) yaitu kemampuan

produk atau layanan memberikan fungsi yang dijanjikan.

2. Kualitas produk (

product-based quality

) yaitu sifat dan kuantitas kandungan,

fitur, dan layanan tambahan.

3. Kualitas manufaktur (

manufacturing quality

)

yaitu

kesesuaian dengan

spesifikasi, hasil akhir yang tanpa cacat (

zero defect

).

Kalau sebuah produk memiliki

perceived quality

tinggi, banyak manfaat

yang bisa diperoleh. Menurut Aaker (2000), menyatakan bahwa umumnya

perusahaan yang memiliki

perceived quality

yang tinggi memiliki

return of

investment

(ROI) yang tinggi pula.

Menurut

Darmadi.D, Sugiarto, Tony Sitinjak

(2001: 101), Tanpa meneliti ROI pun, sebenarnya banyak manfaat yang diberikan

perceived quality

antara lain sebagai berikut :

1. Alasan membeli.

Perceived quality

merupakan alasan kenapa sebuah merek dipertimbangkan

dan dibeli.

2. Diferensiasi dan pemosisian produk

Konsumen ingin memilih aspek tertentu sebagai keunikan dan kelebihan

produk. Aspek yang memiliki

perceived quality

tinggi yang akan dipilih

(27)

3. Harga optimum

Sebuah merek yang memiliki

perceived quality

tinggi memiliki alasan untuk

menetapkan harga tinggi bagi produknya.

4. Minat saluran distribusi

Perceived quality

juga mempunyai arti penting bagi para pengecer, distributor,

dan berbagai pos saluran distribusi lainnya. Distributor lebih mudah menerima

produk yang oleh konsumen dianggap berkualitas tinggi.

5. Perluasan Merek (

brand extension

)

Sebuah merek yang memiliki

perceived quality

dapat digunakan sebagai merek

produk lain yang berbeda.

P◗ ❘❙ ❚ ❙❯❱ ❙ ❯

m

❲❲❳

r

(Brand association)

Menurut Rangkuti (2008:43), asosiasi merek adalah segala hal yang

berkaitan dengan ingatan mengenai merek . Asosiasi merek itu tidak hanya eksis,

namun juga memiliki suatu tingkat kekuatan. Keterkaitan pada suatu merek akan

lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman atau penampakan untuk

mengkomunikasikannya ( Rangkuti. 2002:43 ).

Menurut Humdiana (2005: 47), asosiasi merek adalah segala hal yang

berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah merek. Asosiasi itu tidak hanya eksis

namun juga mempunyai suatu tingkatan kekuatan. Kaitan pada merek akan lebih

kuat jika dilandasi pada pengalaman untuk mengkomunikasikannya. Juga akan

lebih kuat apabila kaitan itu didukung dengan suatu jaringan dari kaitan-kaitan

lain. Sebuah merek adalah seperangkat asosiasi, biasanya terangkai dalam bentuk

(28)

Asosiasi dan pencitraan, keduanya mewakili berbagai persepsi yang dapat

mencerminkan realita objektif. Suatu merek yang telah mapan akan mempunyai

posisi yang menonjol dalam suatu kompetisi karena didukung oleh berbagai

asosiasi yang kuat. Suatu

brand positioning

mencerminkan bagaimana orang

memandang suatu merek.

Positioning

dan

positioning strategy

dapat juga

digunakan untuk merefleksikan bagaimana sebuah perusahaan sedang berusaha

dipersepsikan.

Nilai mendasar sebuah merek seringkali merupakan sekumpulan

asosiasinya dengan kata lain merupakan makna merek tersebut bagi khalayak.

Asosiasi-asosiasi menjadi pijakan dalam keputusan-keputusan pembelian dan

loyalitas merek. Menurut Simamora (2001: 82), asosiasi merek yang menciptakan

nilai bagi perusahaan dan para pelanggannya juga dapat digunakan untuk :

1. Membantu memproses / menyusun informasi

Asosiasi-asosiasi dapat membantu mengikhtisarkan sekumpulan fakta dan

spesifikasi yang mungkin sulit diproses dan diakses para pelanggan. Sebuah

asosiasi bisa menciptakan informasi padat bagi pelanggan dan bisa

mempengaruhi pengingatan kembali atas informasi tersebut, terutama saat

mengambil keputusan. Asosiasi juga bisa mempengaruhi interpretasi mengenai

fakta-fakta.

2. Membedakan / memposisikan merek

Suatu asosiasi bisa memberikan landasan yang penting bagi usaha untuk

membedakan dan memisahkan suatu merek dengan merek yang lain.

(29)

sebuah merek sudah dalam kondisi yang mapan (dalam kaitannya dengan para

kompetitor) untuk suatu atribut utama dalam kelas produk tertetu atau untuk

suatu aplikasi tertentu, para kompetitor akan kesulitan untuk menyerang.

3. Membangkitakan alasan untuk membeli

Banyak asosiasi merek, membutuhkan berbagai atribut produk atau manfaat

pelanggan (

customer benefits

) yang bisa menyodorkan suatu alasan spesifik

untuk membeli dan menggunakan merek tersebut. Asosiasi-asosiasi ini

merupakan landasan dari keputusan pembelian dan loyalitas merek. Beberapa

asosiasi juga mempengaruhi keputusan pembelian dengan cara memberikan

kredibilitas dan rasa percaya diri atas merek tersebut.

4. Menciptakan sikap / perasaan positif

Beberapa asosiasi mampu merangasang suatu perasaan positif yang akhirnya

merembet

ke merek yang bersangkutan. Beberapa asosiasi mampu

menciptakan perasaan positif selama pengalaman menggunakan dan mengubah

pengalaman tersebut menjadi sesuatu yang lain daripada yang lain.

5. Memberikan landasan bagi perluasan

Suatu asosiasi bisa menghasilkan suatu landasan bagi suatu perusahaan dengan

menciptakan rasa kesesuaian (

sense of fit

) antara merek dan sebuah produk

baru atau dengan menghadirkan alasan untuk membeli produk perluasan

(30)

❨❩ ❬

o

yalitas Merek (

Brand Loyality

)

Loyalitas merek merupakan ukuran inti dari

brand equity

. Menurut

Darmadi.D, Sugiarto, Tony Sitinjak (2001: 4), loyalitas merek merupakan satu

ukuran keterkaitan seseorang pelanggan pada sebuah merek.

Menurut Rangkuti, (2008 60),

loyalitas merupakan satu ukuran dari

kesetiaan konsumen terhadap suatu merek . Loyalitas merek merupakan inti dari

ekuitas merek yang menjadi gagasan sentral dalam pemasaran, karena hal ini

merupakan suatu ukuran keterkaitan seorang pelanggan pada sebuah merek. Lima

tingkatan loyaslitas merek, yaitu:

1.

Switcher/price buyer

merupakan tingkatan loyalitas yang paling dasar. Pembeli

tidak loyal sama sekali terhadap suatu merek. Bagi pembeli tersebut, merek

apapun dianggap memadai. Dalam hal ini merek memainkan peran yang kecil

dalam keputusan pembelian. Apapun yang diobral atau menawarkan

kenyamanan akan lebih disukai.

2.

Habitual buyer

adalah pembeli yang puas dengan produk, atau setidaknya tidak

mengalami ketidakpuasan, dan membeli merek produk tertentu karena

kebiasaan. Untuk pembeli seperti ini, tidak terdapat dimensi ketidakpuasan

yang cukup untuk menstimulasi suatu peralihan merek terutama jika peralihan

tersebut membutuhkan usaha, karena tidak ada alasan bagi mereka untuk

memperhitungkan berbagai alternatif.

3.

Satisfied buyer

adalah orang-orang yang puas, namun mereka memikul biaya

peralihan (

switching cost

), yaitu biaya dalam waktu, uang, atau resiko kinerja

(31)

investasi dalam mempelajari suatu sistem yang berkaitan dengan suatu merek.

Untuk menarik minat para pembeli yang termasuk dalam golongan ini, para

kompetitor perlu mengawasi biaya peralihan dengan menawarkan bujukan

untuk beralih atau dengan tawaran suatu manfaat yang cukup besar sebagai

kompensasi.

4.

Liking the brand

adalah pembeli yang sungguh-sungguh menyukai

merek-merek tersebut. Preferensi merek-mereka mungkin dilandasi pada suatu asosiasi,

seperti simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakan produk, atau

perceived quality yang tinggi. Dan mereka menganggap merek sebagai sahabat.

5.

Committed buyer

adalah pelanggan yang setia. Mereka mempunyai suatu

kebanggaan dalam menemukan atau menjadi pengguna dari suatu merek.

Merek tersebut sangat penting bagi mereka, baik dari segi fungsi maupun

sebagai suatu ekspresi mengenai siapa mereka sebenarnya. Rasa percaya

mereka mendorong mereka merekomendasikan merek tersebut kepada orang

lain.

Loyalitas merek dan para pelanggan yang ada mewakili suatu strategic asset

yang jika dikelola dan dieksploitasi dengan benar, mempunyai potensi untuk

memberikan nilai seperti (Simamora, 2001: 85) :

1. Mengurangi biaya pemasaran

Suatu basis pelanggan yang mempunyai loyalitas merek bisa mengurangi biaya

pemasaran perusahaan karena biaya untuk mempertahankan pelanggan lama

lebih murah dibandingkan dengan berusaha mendapatkan pelanggan baru.

(32)

yang sedang mereka gunakan. Mereka juga tidak berusaha memikirkan

alternatif-alternatif merek. Bahkan ketika alternatif-alteratif itu diperlihatkan,

mereka cenderung memiliki satu alasan yang kuat untuk mengambil resiko

membeli atau menggunakan merek lain.

Pelanggan yang sudah ada relatif lebih mudah dipertahankan apabila

mereka merasakan suatu ketidakpuasan. Sesuatu yang familiar adalah nyaman

dan meyakinan. Semakin tinggi loyalitas, semakin mudah menjaga pelanggan

tetap puas. Loyalitas dan sekelompok konsumen merupakan rintangan besar

bagi para kompetitor, karena untuk menang, pelanggan yang sudah loyal

diperlukan sumber daya yang besar agar dapat membujuk para pelanggan

beralih merek.

2. Meningkatkan perdagangan

Loyalitas yang lebih besar memberikan dorongan perdagangan yang lebih

besar karena para pelanggan mengharapkan merek tersebut selalu tersedia.

Loyalitas merek juga dapat mendominasi keputusan pemilihan pertokoan dan

meyakinkan pihak pertokoan untuk memajang produk di raknya karena para

pelanggan akan mencantumkan merek tersebut didalam daftar belanja mereka.

Peningkatan perdagangan menjadi penting apabila akan memperkenalkan

ukuran baru, jenis baru, variasi atau perluasan merek.

3. Memikat para pelanggan baru

Suatu basis pelanggan yang puas dan suka pada suatu merek tertentu dapat

menimbulkan keyakinan bagi calon pelanggan khususnya jika pembelian

(33)

memberikan suatu citra bahwa merek tersebut merupakan produk yang

diterima luas, berhasil, beredar di pasaran, dan sanggup memberikan dukungan

pelayanan yang luas dan peningkatan mutu produk.

Kesadaran merek juga dapat dibangkitkan dari kelompok pelanggan.

Teman dan kolega para pengguna akan menjadi sadar akan produk tersebut hanya

dengan menyaksikannya. Melihat sebuah produk digunakan oleh seorang teman

akan membangkitkan semacam kenangan yang berkaitan dengan konteks

penggunaan dan pengguna yang sulit dijangkau oleh iklan manapun. Pengingatan

kembali merek pada akhirnya akan menjadi kuat. Dalam memilih target pasar

salah satu pertimbangannya adalah potensi mereka untuk menciptakan visibilitas

dan kesadaran terhadap merek tersebut. Jadi, loyalitas merek dapat memikat

pelanggan baru dengan dua cara : menciptakan kesadaran merek dan meyakinkan

kembali.

4. Memberi waktu untuk menanggapi ancaman-ancaman persaingan

Loyalias merek memberikan waktu pada sebuah perusahaan untuk merespons

gerakan-gerakan kompetitif. Jika salah satu kompetitor mengembangkan

produk yang unggul, seorang pengikut loyal akan memberi waktu pada

perusahaan kepercayaannya untuk memperbaharui produknya dengan cara

menyesuaikan atau menetralisasikannya. Pelanggan yang puas dan loyal tidak

akan mencari produk baru, dan karenanya tidak akan mengetahui

perkembangan produk. Dengan tingkatan loyalitas merek yang tinggi, sebuah

perusahaan bisa dengan lancar menjalankan strategi susulan yang kurang

(34)

Keempat elemen

brand equity

diatas dinamakan elemen-elemen utama

dari

brand equity

. Elemen

brand equity

yang kelima yaitu

other proprietary brand

assets

akan secara langsung dipengaruhi oleh kualitas dari empat elemen utama

tersebut. Konsumen tidak perlu membandingkan elemen

brand equity

yang

kelima,

other proprietary brand assets.

Berdasarkan keterangan elemen-elemen ekuitas merek di atas, penulis lebih

memilih pembahasan dari Freddy Rangkuti. Karena penjelasan dari

elemen-elemen yang dikemukakan oleh Freddy Rangkuti lebih mendekati ke fenomena

yang terjadi di perusahaan.

❭❪❫ ❪❴ ❵❛

percayaan Merek

2.1.3.1 Pengertian Kepercayaan Merek

Konsumen memandang merek sebagai bagian penting dari produk.

Pemberian merek dapat membantu konsumen dalam beberapa hal. Nama merek

dapat digunakan untuk mengidentifikasi

produk,

menyampaikan

beberapa

hal mengenai

kualitas

produk

dan membantu konsumen untuk berbelanja

secara efisien, (Kotler:2008).

Menurut (Chauduri

&

Holbrook,

2001 dalam

Rizal

Edy

Halim,

2002:3), Kepercayaan merek adalah kepercayaan konsumen bahwa merek

yang

mereka inginkan

dapat

diandalkan,

memberikan

jaminan

tidak

merugikan dan kinerjanya sangat berharga atau sangat bermanfaat .

Menurut Delgado (2004:11), Kepercayaan merek adalah

harapan

akan

(35)

Dari definisi diatas, dapat dikatakan bahwa, kepercayaan merek adalah

harapan akan kehandalan, dan jaminan yang bermanfaat sebuah merek.

❜❝❞ ❝❡❝❜❢❣

n

❤ ✐❥

u

r

❦❧♠❣

percayaan Merek

Kepercayaan konsumen pada merek hanya dapat diperoleh bila pemasar

dapat menciptakan dan mempertahankan hubungan emosional yang positif dengan

konsumen. Hubungan emosional yang positif ini harus dibangun selama jangka

waktu yang tidak pendek namun harus dilakukan secara konsisten dan persisten.

Sesuai dengan pendapat Delgado (2004) di kutip oleh Ferrinadewi (2008, p:4),

kepercayaan merek adalah harapan akan kehandalan dan intensi baik merek.

Berdasarkan definisi ini kepercayaan merek merefleksikan dua komponen penting

yaitu:

1. Brand Reliability

Merupakan kehandalan merek yang bersumber pada keyakinan konsumen

bahwa produk tersebut mampu memenuhi nilai yang dijanjikan atau dengan

kata lain bahwa merek tersebut mampu memenuhi kebutuhan dan memberikan

kepuasan. Komponen ini merupakan hal yang esensial bagi terciptanya

kepercayaan terhadap merek memenuhi nilai yang dijanjikannya akan membuat

konsumen menaruh rasa yakin akan kepuasan yang sama dimasa depan.

2. Brand Intention

Keyakinan konsumen bahwa merek tersebut mampu mengutamakan

kepentingan konsumen ketika masalah dalam konsumsi produk muncul secara

(36)

Kedua komponen kepercayaan merek bersandar pada penilaian konsumen

yang subjektif atau didasarkan pada beberapa persepsi, yaitu:

1. Persepsi konsumen terhadap manfaat yang dapat diberikan produk/merek.

2. Persepsi konsumen akan reputasi merek, persepsi konsumen akan kesamaan

kepentingan dirinya dan penjual, dan persepsi mereka apada sejauh mana

konsumen dapat mengendalikan penjual dan persepsi.

♥♦♣ ♦q♦ qrst s✉✈

m

pertahankan

Kepercayaan Merek

Menurut Shaw dalam Erna ferrinadewi (2008:152), berpendapat, terdapat

tiga aktifitas yang dapat dilakukan oelh perusahaan untuk menumbuhkan

kepercayaan konsumen, dapat dirumuskan sebagai berikut:

Gambar 2.2

Mendapatkan dan Mempertahankan Kepercayaan

Sumber: Shaw dalam Erna ferrinadewi (2008:233)

1.

Achieving result

, harapan konsumen tidak lain adalah janji perusahaan yang harus

dipenuhi bila ingin mendapatkan keprcayaan konsumen. Dalam rangka memenuhi

janjinya kepada konsumen, maka setiap karayawan dalam perusahaan harus

beekerjasama dengan memenuhi tanggung jawabnya masing-masing.

Achieve

Result

Acting with

Integrity

Demonstration

Level of

(37)

2.

Acting with integrity,

berarti adanya konsistensi antara ucapan dan tindakan dalam

setiap situasi. Adanya integritas merupakan faktor kunci bagi salah satu pihak

untuk percaya akan ketulusan da kejujuran pihak lain.

3.

Demonstrate concern,

kemampuan perusahaan untuk menunjukkan perhatiannya

kepada konsumen dalam bentuk menunjukkan sikap pengertian ketika konsumen

mengahadapi masalah dengan produk, akan menumbuhkan kepercayaan

konsumen kepada merek.

Yang tidak boleh dilupakan perusahaan adalah kenyataan bahwa

kepercayaan bersumber dari harapan konsumen akan terpenuhinya janji merek.

Ketika harapan mereka tidak terpenuhi maka kepercayaan akan berkurang bahkan

hilang. Ketika kepercayaan konsumen hilang maka akan sulit bagi perusahaan

untuk menumbuhkannya kembali.

[image:37.595.93.487.463.551.2]

u

① ②

m

r

: Erna Ferinadewi (2008:153)

Gambar 2.3

Alur Kepercayaan konsumen pada Merek

Berdasarkan gambar diatas dapat disimpulkan bahwa kunci dari

terciptanya pengalaman atau bahkan runtuhnya kepercayaan terhadap merek

Trust

Harapan

Konsumen

Jam kinerja

merek

(38)

adalah pengalaman konsumen dengan merek. Kepercayaan yang hilang akan sulit

untuk dipulihkan kembali.

③④⑤ ④⑥ ⑦⑧

putusan Pembelian Konsumen

2.1.4.1 Pengertian Keputusan Pembelian Konsumen

Menurut Schiffman, Kanuk (2004, p.547)

,

keputusan pembelian adalah

pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa

seseorang dapat membuat keputusan, haruslah tersedia beberapa alternatif pilihan .

Menurut, Leon G.Schiffman

Leslie Lazar Kanuk (2010, p:36),

Consumer desition making - The process of making purchase dicisions, based on

cognitive and emotional influences such as impulse, family, friends, advertisers,

role models, moods, and situations that influence a purchase.

Dari definisi diatas, dapat dikatakan bahwa, keputusan pembelian adalah

pemilihan dari dua alternative pilihan.

Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam

pembelian mereka, salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan

tindakan-tindakan pemberian rangsangan dari dalam lingkungan maupun dipengaruhi oleh

faktor lingkungan luar.

Dari pengertian diatas disebutkan perilaku konsumen mempunyai inti bahwa:

1. Tindakan-tindakan dilakukan individu, kelompok, atau organisasi.

2. Berhubungan dengan proses pengambilan keputusan yaitu menetapkan,

menggunakan barang dan jasa.

3. Pengambilan keputusan merupakan sebuah proses yang dapat dipengaruhi oleh

(39)

⑨⑩❶ ⑩❷⑩⑨❸❹❺

to

r

faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Perilaku pembuatan keputusan konsumen dapat didasarkan atas prinsip

problem solving (pemenuhan kebutuhan), rasional (pertimbangan akal sehat

tentang fungsi dan kegunaannya), atau hedinic benefit (pertimbangan emosional /

efektif, cita rasa,dan estetika).

Menurut Kotler (2008:202) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

konsumen tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1.

Faktor budaya memiliki pengaruh yang terluas dan terdalam dalam perilaku

konsumen. Pemasar perlu memahami peranan yang dimainkan oleh budaya,

sub budaya, dan kelas sosial pembeli. Budaya adalah serangkaian nilai,

persepsi, keinginan dan perilaku dasar yang dipelajari oleh anggota masyarakat

dari keluarga dan instansi penting lain. Sub budaya adalah kelompok orang

yang memiliki sistem lain yang sama berdasarkan pengalaman dan situasi

kehidupan yang serupa. Kelas sosial adalah pembagian kelompok masyarakat

yang relatif permanen dan relatif teratur dimana anggota-anggotanya memiliki

nilai, minat dan perilaku yang serupa.

2.

Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti kelompok kecil,

keluarga, peran sosial, dan status yang melingkupi konsumen tersebut.

Kelompok adalah dua atau lebih sekelompok orang yang berinteraksi untuk

memenuhi tujuan individu atau tujuan bersama. Keluarga merupakan

oerganisasi pembelian di masyarakat tempat konsumen berada yang paling

penting, dan keluarga telah diteliti secara luas. Peran terdiri atas jumlah

(40)

❻❼

Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik seperti umur

dan tahap siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, biaya hidup, kepribadian,

dan konsep diri. Sepanjang hidupnya orang akan mengubah barang dan jasa

yang dibelinya.

❽❼

Pilihan pembelian dipengaruhi empat faktor psikologi utama: motivasi,

persepsi, pembelajaran, serta kepercayaan dan sikap.

❾❼❿ ❼ ❽❼❻ ➀➁

r

o

s

s

➀➁

n

➂➃

m

➄➅➃ ➆

l

➇➁

putusan Pembelian

Dalam Proses pengambilan keputusan untuk membeli motor minerva

calon pembeli akan memandang suatu produk dan beberapa sudut. Pemandangan

terhadap suatu produk dan seorang konsumen tergantung pada keadaan konsumen

. inilah yang disebut dengan tahap

tahap proses membeli.

Menurut Herry Achmad Buchory dan Djaslim Saladin ( 2010:63-65) ada

lima tahap proses pembelian, dapat dilihat dalam bagan model tahap proses

[image:40.595.123.509.538.648.2]

pembelian dibawah ini, yaitu:

Gambar. 2.4

Model Tahap Proses Pembelian

Pengenalan

kebutuhan

masalah

Pencarian

informasi

Penilaian

Alternatif

Perilaku

setelah

Membeli

Keputusan

(41)

a. Pengenalan Masalah

Tahap pengenalan masalah ini konsumen berusaha untuk mengetahi adanya

kebutuhan dan keinginan yang belum terpenuhi dan terpuaskan. Jika

kebutuhan tersebut telah diketahui maka konsumen akan memahami adanya

kebutuhan yang harus segera dipenuhi dengan kebutuhan yang bisa ditunda.

Timbulnya kebutuhan berasal dari dalam diri isndividu sebagai konsumen

maupun lingkungan didalam dirinya.

b. Pencarian Informasi

Setelah pengenalan masalah, konsumen dapat melanjutkan ketahap

berikutnya yakni pencarian informasi. Tetapi dapat juga kemungkinan bahwa

objek pemuas kebutuhan konsumen tersebut telah dapat ditentukan maka

sangatlah mungkin konsumen segera melakukan pembelian. Kemungkinan

yang lain adalah kebutuhan konsumen tersebut hanya menjadi ingatan belaka.

Pencarian informasi tergantung pada: kekuatan dorongan kebutuhan,

banyaknya informasi yang dimiliki, kemudahan memperoleh informasi

tambahan, kepuasan yang diperoleh dari kegiatan mencari informasi.

Sumber-sumber informasi konsumen, diantaranya adalah: sumber pribadi

(keluarga, teman, tetangga, kenalan), sumber komersial (iklan, sales,

penyalur, kemasan dan pameran), sumber umum (media massa, organisasi

komsumen) dan sumber pengalaman (menangani, menguji, menggunakan

(42)

c. Evaluasi Alternatif

Ada beberapa pilihan alternative bagi konsumen, namun yang penting adalah

bagaimana memilih alternative yang paling sesuai dengan keinginannya.

Untuk itu konsumen perlu mengevaluasi satu persatu sebagai persiapan untuk

mengadakan pembelian.

d. Keputusan Pembelian

Tahap berikutnya adalah mengambil keputusan. Hal ini dimaksudkan guna

menentukan apakah membeli atau tidak, sedangkan keputusan dipengaruhi

oleh dua faktor, yaitu:

1) Sikap Orang Lain

Sikap orang lain dapat menjadi pertimbangan seseorang dalam keputusan

pembelian. Sikap orang lain bisa mengurangi alternatif pilihan seseorang

terhadap suatu produk. Hal tersebut dapat tergantung pada dua hal, yaitu

insentitas sikap orang lain terhadap alternatif pilihan konsumen dan kedua

adalah motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain tersebut.

2) Faktor Situasi Yang Tidak Diantisipasi

Pada saat konsumen bertindak untuk memutuskan pembelian pada suatu

barang dan jasa faktor keadaan yang tidak terduga kemungkinan timbul,

sehigga dapat mengubah tujuan pembelian tersebut. Keputusan konsumen

untuk memodifikasi, menunda atau menghindari keputusan membeli akan

sangat dipengaruhi oleh resiko yang diperkirakan. Untuk itulah dalam

melaksanakan tujuan pembelian konsumen dihadapkan pada hal keputusan

(43)

pemasok, penentuan saat pembelian dan keputusan mengenai jumlah

pembelanjaan.

e. Perilaku Setelah Pembelian

Setelah melakukan pembelian, konsumen akan mengalami tingkat kepuasan

dan ketidakpuasan. Kepuasan konsumen terhadap produk yang dibelinya

merupakan fungsi dari dekatnya antara harapan dari pembeli tentang produk

yang dibelinya dengan kemampuan dari produk itu sendiri. Hal ini

mempengaruhi perilaku konsumen berikutnya. Konsumen akan merasa puas,

lebih besar kemungkinannya untuk membeli produk tersebut pada waktu

berikutnya, sedangkan konsumen yang tidak merasa puas akan memberi

tanggapan sebaliknya. Untuk mengatasi ketidakpuasan ini konsumen dapat

melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut: mengambil tindakan baik

dilakukan secara individu, maupun tindakan yang dilakukan bersama-sama

dan tidak mengambil tindakan sama sekali.

Jadi proses pengambilan keputusan dimulai jauh sebelum terjadi kegiatan

pembelian dan mempunyai kelanjutan yang panjang setelah kegiatan pembelian

dilakukan. Pemasaran harus meneliti konsumen untuk mengetahui jenis masalah

yang menyebabkan rasa kebutuhan itu bagaimana kebutuhan itu mengarah pada

objek tertentu. Seorang konsumen yang mulai tergugah minatnya mungkin akan

berusaha akan mencari informasi yang lebih banyak untuk memuaskan dorongan

yang timbul, mungkin juga tidak. Jika dari dorongan konsumen tersebut kuat

(44)

membeli. Akan tetapi, jika objek pemuas kebutuhan tidak tersedia, kebutuhan

konsumen akan mengendap dalam ingatan konsumen.

➈➉➊ ➉➋ ➌➍➍

t

r

➎➏➐

t

➏➑ ➒ ➎➐

u

t

➏➓ ➔➍➍ ➎

r

→➏➑ ➌ ➍

percayaan

Merek Terhadap

Keputusan Pembelian Konsumen

2.1.5.1 Hubungan Ekuitas Merek dengan Keputusan Pembelian konsumen

Menurut Dauglas (2006;1) salah satu bentuk usaha konsumen dalam

keputusan pembelian sebuah produk adalah pertimbangan memilih Merek. Merek

yang sudah kuat dalam persepsi konsumen cenderung akan menjadi pilihan utama

konsumen dalam keputusan pembelian produk dimana, merek yang kuat adalah

sebuah merek yang kepada merek itu sekelompok pelanggan menunjukan

kesetiaan atau dedikasi mereka yang amat tinggi.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bagaimana sebuah merek yang

sudah kuat dan memberikan nilai dan manfaat akan menjadi alasan utama

konsumen dalam membeli sebuah produk. Dengan begitu merek akan menjadi

kepercayaan dan jaminan mutu bahwa sebuah merek tidak diragukan lagi kualitas

dan kekuatanya dan ini dapat mensedikitkan kesalahan dalam pembelian.

2.1.5.2 Hubungan Kepercayaan merek dengan Keputusan Pembelian

Konsumen

Menurut Erna ferrinadewi, (2008:7), bahwa dalam pembelian merek

tertentu, dibutuhkan kepercayaan. Keputusan konsumen untuk membeli sebuah

(45)

kehandalan dan intensitas merek tersebut sebagai bagian dari pertimbangannya

untuk membeli. Jadi dapat disimpulkan bahwa, kepercayaaan merek berpengaruh

pada keputusan pembelian konsumen.

➣↔↕ ↔➙ ➛➜➜

n

l

t

➝➞ ➟➠➜➡➞ ➢

r

u

lu

Untuk mendukung penelitian ini, maka penulis akan paparkan hasil

penelitian terdahulu yang ada kaitanya dengan judul penelitian yang penulis

angkat. Penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.1.

➠➞ ➤➜

l

➣↔↕ ➛➜➜

n

l

t

➝➞ ➟➥➜➤➜

lu

m

n

ya

Peneliti

Tahun

Judul

Hasil

Persamaan

Perbedaan

Penelitian

Terdahulu

Rencana

Penelitian

Mochamad

Edris

2009

Pengaruh

Kepercayaan

merek terhadap

Loyalitas Merek

Detergen Rinso.

Menyatakan

bahwa,

masing-masing alat

ukur dalam

penelitian ini

mempunyai

pengaruh yang

signifikan

terhadap

loyalitas merek.

- Ada 1

variabel

independen

yang sama

yaitu,

kepercayaan

merek.

-

Objek

penelitian

dilakukan pada

konsumen

detergen.

-

objek

penelitian

dilakukan

pada

konsmen

dealer motor

.

Erna

Ferrinadewi

2008

pengaruh

threat

emotion

konsumen dan

brand trust

pada

keputusan

pembelian

produk susu

Anlene di

Surabaya .

Dari hasil

penelitian

dengan

menggunakan

analisis regresi

berganda

menunjukan

bahwa variabel

threat emotion

dan variabel

(46)

➦ ➧➦ ➨ ➩➫➭➯ ➲➨➭➳➩ ➵➸ ➨➸ ➫➭➯➺➭➯➻➸ ➳➼ ➽ ➩➾➸➾

➦ ➧➦ ➧➚ ➨➪

r

➶➹➘ ➴➶➳➪➷ ➴➷

m

r

➶➹

Di era globalisasi ini merek akan menjadi sangat penting karena suatu

produk dengan produk yang lain dari pesaing biasanya relative mudah untuk

brand trust

berpengaruh

terhadap

pengambilan

keputusan

pembelian pada

produk susu

Anlene.

pembelian

.

Ana Dibiya

-

Pengaruh

Ekuitas Merek

Terhadap

Keputusan

Pembelian Lux

Secara

serempak

menyatakan

variabel bebas

(kesadaran

merek, asosiasi

merek, loyalitas

merek,

kesan kualitas,

dan asset hak

milik merek

yang lain)

mempunyai

pengaruh yang

signifikan

terhadap

keputusan

pembelian.

-ada di

variable

independen

yaitu,

Ekuitas

merek (x1)

dan variable

dependen

yaitu,

keputusan

pembelian (Y)

-Objek

penelitian

adalah

konsumen

produk sabun

kecantikan.

-Objek

penelitian

pada

konsumen

dealer motor

.

Hendri Sukotjo

2010

Analisa

Marketing Mix

terhadap

Keputusan

pembelian

produk Klinik

kecantkan Teta

di S

Gambar

TABEL 1.1DATA PENJUALAN MOTOR MINERVA
Table 1.2
Gambar 2.3
Gambar. 2.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Melalui hasil penelitian pada uji t menunjukkan bahwa moti- vasi kerja memiliki pengaruh yang paling siginifikan terhadap CWB ( Counterproductive Work Behavior ) di

Pengaruh Kepemimpinan Instruksional ( Instructional Leadership ) Kepala Sekolah dan Komitmen Guru terhadap Mutu Kinerja Mengajar Guru………... Skala Nilai dan Persentase

Hasil penelitian menggunakan uji statistik uji chi square menunjukkan bahwa hasil p = 0,006 (< 0,05) ini berarti terdapat hubungan antara paparan debu dengan

Jakarta, Khazanah Jakarta, Khazanah Jakarta, Khazanah Jakarta, Khazanah Jakarta, Khazanah - Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Sekretariat Daerah Kota Padang Amrizal

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk melatihkan keterampilan interpretasi dan inferensi siswa

Mata kuliah ini mempelajari tentang kemampuan menguasai keterampilan dengan memanfaatkan perkembangan IPTEKS serta memiliki kepribadian yang bertanggungjawab, memiliki

Salah satu upaya atas pemanfaatan kemajuan teknologi informasi dimaksud, antara lain dengan implementasi layanan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa praktik pengelolaan keuangan desa yang dimulai dari prosedur perencaanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,