• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL

Skripsi

Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1 Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Nama : Awaludin Ahmad NIM : 5201409057

Program Studi : Pendidikan Teknik Mesin S1

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii ABSTRAK

Awaludin Ahmad. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sistem Pengapian Konvensional. Skripsi. Pendidikan Teknik Mesin. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

Kata kunci: model, STAD, siswa, hasil belajar, sistem pengapian

(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Awaludin Ahmad NIM : 5201409057

Program Studi : Pendidikan Teknik Mesin

Judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sistem Pengapian Konvensional

Telah dipertahankan di depan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, S1, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang.

(4)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi saya yang

berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sistem Pengapian Konvensional” disusun berdasarkan hasil penelitian saya dengan arahan dosen pembimbing. Sumber informasi atau kutipan yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Skripsi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar dalam program sejenis di perguruan tinggi manapun.

Semarang, 2013

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Selalu berusaha, berdoa dan terus bersyukur adalah kunci sukses dunia akhirat.

2. Kendalikan dirimu dan nikmati suksesmu.

PERSEMBAHAN

1. Ibu dan Bapak Tercinta

2. Adik-adiku Tersayang

3. Teman-teman PTM „09

4. Teman-teman HIMRO TM&CRC

5. Teman-teman kos H2O Patemon

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement

Division (STAD) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sistem

Pengapian Konvensional”.

Berkat bimbingan, dorongan serta arahan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi di Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Muhammad Harlanu, M. Pd, Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian dalam memperlancar penyelesaian skripsi ini.

(7)

vii

4. Dr. Dwi Widjanarko, M.T, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan waktu, bimbingan, dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi ini.

waktu, bimbingan, dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Hadromi, S.Pd, MT, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan waktu, bimbingan, dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Drs. Abdurrahman, M.Pd., Dosen Penguji yang telah memberikan waktu, kritik dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Semua pihak yang telah membantu sehingga terselesaikannya skripsi ini.

Penulis juga menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini berguna bagi pembaca umumnya dan penulis pada khususnya.

Semarang, 2013

(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 5

1. Pembatasan Masalah ... 5

3. Pembelajaran Kooperatif ... 10

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ... 10

5. Sistem Pengapian Konvensional ... 12

6. Kelas X SMK Negeri 4 Semarang ... 19

B. Kerangka Berfikir... 19

(9)

ix

A. Subjek Penelitian ... 22

B. Desain Penelitian ... 22

C. Variabel Penelitian ... 27

D. Pengumpulan Data ... 28

1. Metode Pengumpulan Data ... 28

2. Instrumen Penelitian... 28

3. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 30

E. Analisis Data ... 34

1. Data Hasil Tes ... 34

2. Data Hasil Observasi ... 35

3. Indikator Keberhasilan ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Pra Penelitian ... 36

B. Hasil Penelitian ... 37

1. Desain Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 37

2. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 39

3. Data Hasil Belajar Siswa ada Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 52

C. Pembahasan ... 58

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 70

A. Simpulan... 70

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jadwal penelitian tindakan kelas ... 36

2. Ringkasan permasalahan dalam penelitian siklus I ... 45

3. Ringkasan refleksi silus II ... 52

4. Hasil tes kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang pada siklus I ... 53

5. Hasil observasi kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang pada siklus I ... 54

6. Hasil tes kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang pada siklus II ... 56

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Sistem pengapian batere ... 12

2. Bagian-bagian dari baterai ... 13

3. Penampang dan hubungan ignition coil ... 14

4. Konstruksi breaker point dan nok (camlobe) ... 15

5. Konstruksi kondensor ... 15

6. Konstruksi governor advancer ... 16

7. Konstruksi vacum advancer ... 16

8. Bagian-bagian busi ... 17

9. Komponen-komponen sistem pengapian baterai ... 18

10. Kerangka berfikir ... 20

11. Diagram alur penelitian ... 24

12. Desain model pembelajaran kooperatif tipe STAD ... 37

13. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD ... 39

14. Peningkatan rata-rata hasil tes siklus I dan siklus II ... 62

15. Peningkatan ketuntasan belajar siklus I dan siklus II ... 63

16. Peningkatan rata-rata hasil tes keseluruhan ... 64

17. Ketuntasan belajar siswa keseluruhan ... 65

18. Peningkatan hasil observasi belajar siklus I dan siklus II ... 66

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar siswa kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang ... 74

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) penelitian ... 75

3. Kisi-kisi instrumen soal uji coba sistem pengapian konvensional ... 79

4. Soal tes ujicoba instrumen ... 80

5. Tabel analisis soal instrumen ... 87

6. Perhitungan validitas soal instrumen ... 88

7. Perhitungan realibilitas soal instrumen ... 89

8. Perhitungan tingkat kesukaran soal instrumen ... 90

9. Kisi-kisi instrumen soal siklus I ... 91

10. Soal siklus I ... 92

11. Kisi-kisi instrumen soal siklus II ... 98

12. Soal siklus II ... 99

13. Lembar observasi penelitian siklus I dan siklus II ... 105

14. Daftar nilai kemampuan awal siswa ... 106

15. Daftar nilai siklus I ... 107

16. Daftar nilai siklus II ... 108

17. Hasil observasi siklus I ... 109

18. Hasil observasi siklus II ... 110

19. Foto dokumentasi penelitian di SMK Negeri 4 Semarang ... 111

(13)

1 A. Latar Belakang Masalah

Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia telah banyak disadari oleh berbagai pihak, terutama oleh para pemerhati pendidikan di Indonesia. Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh pemerintah antara lain dengan jalan melengkapi sarana dan prasarana, meningkatkan kualitas tenaga pengajar, serta menyempurnakan kurikulum yang menekankan pada pengembangan aspek-aspek yang bermuara pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup (Life Skill) yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi peserta didik untuk dapat menyesuaikan diri, dan berhasil di masa yang akan datang.

(14)

2

Namun dalam kenyataannya proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah khususnya SMK saat ini masih belum seluruhnya berpusat pada siswa. Hal ini terbukti dengan masih seringnya digunakan model ceramah atau konvensional yang hampir pada semua mata pelajaran yang termasuk mata pelajaran kelistrikan otomotif. Padahal tidak semua materi kelistrikan otomotif harus diajarkan dengan model ceramah atau konvensional. Kenyataan pengajaran yang seperti ini menunjukkan bahwa pemilihan strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi pokok sangatlah penting. Untuk itu salah satu model yang dapat mengarahkan kepada siswa untuk memberikan pengalaman belajar secara langsung adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif ini didasarkan atas pandangan konstruktivis yang menyatakan bahwa anak secara aktif membentuk konsep, prinsip dan teori yang disajikan kepadanya. Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib (Suyanto, 2009:51).

(15)

model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Selain itu, dapat digunakan untuk memberikan pemahaman materi yang sulit kepada siswa dimana materi tersebut telah dipersiapkan oleh guru melalui lembar kerja atau perangkat pembelajaran yang lain.

(16)

4

standar ketuntasan belajar yang telah ditetapkan yaitu 75 untuk rata-rata kelas dan 75% untuk presentase kelulusan kelas.

Kegiatan pembelajaran di SMK Negeri 4 Semarang sudah cukup baik, tetapi masih diperlukan suatu metode baru sehingga guru tidak terlalu cenderung menggunakan pembelajaran konvensional. Penerapan sistem pembelajaran konvensional secara terus-menerus tanpa variasi tersebut dapat menjadi kendala dalam pembentukan pengetahuan secara aktif khususnya dalam mata pelajaran kelistrikan otomotif, maka diperlukan variasi dan kreativitas dalam model pembelajaran. Salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran kelistrikan otomotif yang dalam penerapannya di dalam kelas akan tercipta suasana belajar siswa aktif yang saling komunikatif, saling mendengar, saling berbagi, saling memberi dan menerima, yang mana keadaan tersebut selain dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi juga meningkatkan interaksi sosial siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran kelistrikan otomotif. Dalam Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Decentralized Basic Education 3 menyebutkan bahwa:

(17)

dapat meningkatkan kualitas proses belajar siswa (Nurfaidah dkk, 2011:34).

Pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD jika dibandingkan dengan tipe model pembelajaran kooperatif lainnya apabila dikaitkan dengan jurusan dan mata pelajaran yang diteliti yaitu jurusan TKR dan mata pelajaran kelistrikan otomotif merupakan alternatif terbaik serta memiliki potensi keberhasilan yang cukup besar baik karena faktor kesederhanaan dan kemudahan dalam praktiknya. Hal ini yang mendorong untuk dipilihnya pembelajaran kooperatif tipe STAD di dalam melakukan penelitian.

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian yang diharapkan nantinya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division).

B. Pembatasan Dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah pada penelitian ini meliputi :

a) Materi kegiatan pembelajaran yang diteliti terbatas pada satu pokok bahasan, yaitu sistem pengapian konvensional, karena sebelumnya telah di sepakati dengan guru pengampu mata pelajaran kelistrikan otomotif.

(18)

6

karena merupakan model pembelajaran kooperatif yang cukup mudah untuk diterapkan.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka timbul permasalahan yaitu :

a. Bagaimana desain model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada sistem pengapian konvensional?

b. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di SMK Negeri 4 Semarang?

c. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?

C. Penegasan Istilah

Untuk menghindari salah pengertian dalam pemakaian istilah-istilah yang berkaiatan dengan judul skripsi ini, maka perlu adanya penegasan istilah-istilah yang digunakan. Adapun istilah-istilah yang perlu diberi penegasan adalah:

1. Model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri (Suyanto, 2009:51).

(19)

yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota. Keanggotaan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku (Suyanto, 2009:52).

3. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh

peserta didik (Rifa‟i dan Anni, 2010:85).

4. Sistem pengapian berfungsi untuk menghasilkan tegangan yang tinggi untuk mengadakan bunga api di antara elektroda busi sehingga campuran bahan bakar udara dibakar sempurna walaupun kecepatan berubah-ubah, pada mobil pada umumnya digunakan sistem pengapian dengan baterai (Daryanto, 1991:107).

D. Tujuan Dan Manfaat 1. Tujuan

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:

a. Mengetahui desain model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada sistem pengapian konvensional.

b. Mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di SMK Negeri 4 Semarang.

(20)

8

2. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi pendidik, peserta didik, penulis, dan semua pihak yang terkait dengan dunia pendidikan, adapun manfaatnya adalah:

a. Bagi Guru Mata pelajaran kelistrikan otomotif

Penelitian ini dapat memberikan masukan-masukan kepada guru agar dapat menerapkan strategi pembelajaran selain ceramah yang lebih bervariasi sehingga mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dalam rangka meningkatkan motivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

b. Bagi Siswa SMK Negeri 4 Semarang

Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi siswa agar tercipta kebiasaan-kebiasaan positif seperti kebiasaan bekerja sama dalam kelompok, aktif dalam kegiatan belajar mengajar, bersosialisasi, mengemukakan pendapat, dan sebagainya.

c. Bagi Peneliti

(21)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori 1. Hakikat Belajar

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, oleh karena itu belajar merupakan suatu proses untuk mendapatkan hasil perubahan pada diri sendiri.

Menurut Rifa‟i dan Anni (2010:82), belajar merupakan proses penting

bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencangkup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari

oleh peserta didik (Rifa‟i dan Anni, 2010:85).

(22)

10

struktur dan kurikulum saja, tetapi seorang guru atau pembimbing harus memiliki kompetensi yang baik pula.

3. Pembelajaran Kooperatif

Suyanto (2009:51), Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisifatif), tiap anggota kelompok terdiri atas 4-5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karakter), ada kontrol dan fasilitas, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. Langkah pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

a. Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa. b. Menyampaikan informasi.

c. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.

d. Membimbing kelompok belajar dan bekerja. e. Evaluasi.

f. Memberikan penghargaan.

Metode pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe dengan langkah yang berbeda-beda.

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement

Division (STAD)

Menurut Slavin (2005:143), STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.

Menurut Suyanto (2009:52), ciri-ciri pembelajaran tipe STAD, yaitu kelas terbagi dalam kelompok-kelompok kecil. Tiap kelompok terdiri 4-5 anggota yang heterogen, dan belajar dengan metode pembelajaran kooperatif dan prosedur kuis. STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dengan langkah-langkah berikut :

a. Mengarahkan siswa untuk bergabung ke dalam kelompok.

(23)

c. Mendiskusikan bahan belajar-LKS-Modul secara kolaboratif.

d. Mempresentasikan hasil kerja kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.

e. Mengadakan kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok.

f. Mengumumkan rekor tim dan individual. g. Memberikan penghargaan.

Secara ringkas sintak pembelajaran tipe STAD, yaitu : (1) mengajar, (2) belajar dalam tim, (3) tes, dan (4) penghargaan tim.

Dalam Jurnal Guru Membangun menyebutkan bahwa : Kebaikan model STAD

1. Siswa dapat belajar dari siswa lainnya yang telah mengerti, sehingga rasa malu untuk bertanya terhadap materi yang belum dimengerti siswa dapat berkurang. 2. Siswa dapat saling aktif dalam memecahkan masalah

yang diberikan oleh guru.

3. Siswa menjadi harus merasa siap, karena akan mendapatkan tes secara acak oleh guru bidang studi. 4. Di dalam penelitian, guru dapat melihat kemampuan dari

masing-masing individu siswa terhadap pemahaman materi.

Kelemahan model STAD

1. Bagi siswa yang belum dapat bekerja sama dengan kelompoknya dan tidak dapat mengerjakan soal yang diberikan oleh guru, maka siswa tersebut akan tertinggal dari siswa yang lainnya.

2. Apabila di dalam kelompok tersebut tidak terdapat siswa yang mengerti akan soal atau materi yang telah diberikan oleh guru, maka seluruh anggota kelompok tersebut akan mendapat kesulitan dalam memecahkan masalah.

(24)

12

5. Sistem Pengapian Konvensional a. Fungsi Sistem Pengapian

Sistem pengapian ini hanya terdapat pada mesin/motor bensin saja, berfungsi untuk menghasilkan tegangan yang tinggi untuk mengadakan bunga api di antara elektroda busi sehingga campuran bahan bakar udara dibakar sempurna walaupun kecepatan berubah-ubah, pada mobil pada umumnya digunakan sistem pengapian dengan baterai (Daryanto, 1991:107). Sistem pengapian konvensional tidak hanya terdapat pada mesin/motor yang berbahan bakar bensin saja, tetapi dalam perkembangannya sistem pengapian konvensional juga terdapat pada mesin/motor yang berbahan bakar gas.

Suratman (2001:101), sistem pengapian pada mesin bensin berfungsi membakar campuran udara dan bensin di ruang bakar pada akhir langkah kompresi, sehingga dihasilkan daya mekanik akibat pembakaran tersebut. Berikut gambar 1. menunjukkan sistem pengapian konvensional.

(25)

b. Komponen-komponen sistem pengapian 1. Baterai

Sebagai penyedia arus listrik tegangan rendah (12V) untuk coil. Berikut gambar 2. menunjukkan bagian-bagian dari baterai.

Gambar 2. Bagian-bagian dari baterai (Daryanto, 1991:121)

2. Kunci kontak

Pada sistem pengapian, kunci kontak berfungsi menghubungkan dan memutuskan aliran listrik dari baterai ke ignition coil.

3. Ignition Coil

(26)

14

volt) yang diperlukan untuk pengapian. Berikut gambar 3. menunjukkan penampang dan hubungan ignition coil.

Gambar 3. Penampang dan hubungan ignition coil (Suratman, 2001:104)

4. Distributor

Secara umum distributor berfungsi membagi-bagikan arus yang bertegangan tinggi dari ignition coil ke busi-busi yang terdapat pada setiap silinder. Bagian distributor adalah sebagai berikut.

a. Breaker point, berfungsi memutuskan arus listrik dan menghubungkannya dari kumparan primer coil ke massa agar terjadi induksi pada kumparan sekunder coil.

(27)

kumparan primer coil. Berikut gambar 4. menunjukkan konstruksi breaker point dan nok (camlobe).

Gambar 4. Konstruksi breaker point dan nok (camlobe) (Suratman, 2001:105)

c. Kondensor, berfungsi menghilangkan atau mencegah terjadinya loncatan bunga api listrik pada breaker point. Berikut gambar 5. menunjukkan konstruksi kondensor.

Gambar 5. Konstruksi kondensor (Suratman, 2001:105)

(28)

16

e. Governor advancer, berfungsi memajukan saat pengapian sesuai dengan pertambahan putaran mesin. Berikut gambar 6. menunjukkan konstruksi governor advancer.

Gambar 6. Konstruksi governor advancer (Suratman, 2001:106)

f. Vacum advancer, berfungsi memundurkan atau memajukan saat pengapian ketika beban mesin bertambah atau berkurang. Berikut gambar 7. menunjukkan konstruksi Vacum advancer.

(29)

5. Busi

Busi berfungsi menghasilkan bunga api listrik antara kedua elektrodanya untuk membakar campuran gas pada ruang bakar. Berikut gambar 8. menunjukkan bagian-bagian busi.

Gambar 8. Bagian-bagian busi (Suratman, 2001:107)

c. Cara Kerja Sistem Pengapian 1. Saat platina tertutup

(30)

18

2. Saat platina terbuka

Pada saat kunci kontak pada posisi start kemudian nok distributor berputar menekan tumit platina sehingga platina membuka dan akibatnya arus primer yang mengalir terputus sehingga kemagnetan di koil pengapian hilang. Hilangnya kemagnetan menyebabkan terjadinya induksi tegangan tinggi di kumparan primer dan sekunder koil. Induksi kumparan primer kurang lebih 300-400 volt diserap oleh kondensor, sedangkan induksi kumparan sekunder kurang lebih 10.000-15.000 volt dialirkan ke kabel tegangan tinggi kemudian menuju rotor dan kabel busi kemudian ke busi dan menuju massa, sehingga terjadi percikan bunga api di busi.

(31)

6. Kelas X TKR SMK Negeri 4 Semarang

Yang dimaksud kelas X TKR disini adalah mereka yang menempuh pendidikan jenjang tingkat X, sebagaimana tercatat pada buku induk siswa program keahlian Teknik Kendaraan Ringan. Sasaran dalam penelitian ini adalah siswa kelas X program keahlian Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 4 Semarang. Sedangkan SMK Negeri 4 Semarang adalah lembaga pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan yang telah berstandar ISO dan merupakan SMK RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) yang beralamatkan di Jalan Pandanaran II/7 Semarang.

B. Kerangka Berfikir

(32)

20

pengetahuan dan kemampuan dalam kelompoknya. Ketika siswa melakukan kegiatan diskusi dengan kelompoknya, maka dengan sendirinya akan mendorong potensi siswa untuk melakukan kegiatan yang mengasah kemampuan tentang materi yang diberikan kepada siswa ke tingkat berpikir yang lebih tinggi sehingga pada akhirnya akan berpengaruh pada pencapaian hasil belajar siswa yang meningkat.

Untuk mempermudah keterangan dari pemikiran pada kerangka berfikir, maka digambarkan dengan model skema dibawah ini.

Gambar tersebut menjelaskan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dimana dari permasalahan yang di dapat dari sekolah, kemudian di ambil pemecahan masalahnya yang berupa

Gambar 10. Kerangka berfikir Masalah di sekolah :

1. Pembelajaran berpusat pada guru

2. Rata-rata hasil belajar belum mencapai KKM 75

Pembelajarankooperatif tipe STAD diharapkan mampu

memecahkan masalah

Teknik STAD : 1. Mengajar 2. Belajar dalam tim 3. Tes evaluasi 4. Pemberian nilai

(33)
(34)

22 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X TKR 1 yang berjumlah 36 siswa di SMK Negeri 4 Semarang. Pengambilan kelas X TKR 1 sebagai subjek dalam penelitian ini berdasarkan hasil observasi dan kesepakatan dengan guru kelas yang telah dirundingkan terlebih dahulu sebelum dilakukan penelitian di kelas tersebut.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan secara kolaboratif dengan guru kelas X TKR SMK Negeri 4 Semarang, artinya dilakukan kerja sama dengan guru kelas X TKR SMK Negeri 4 Semarang.

Penelitian tindakan kelas (classroom action research), yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru ke kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praksis pembelajaran (Arikunto, 2010:135).

(35)

saat melakukan pembelajaran dikelas. Pada saat guru melakukan pembelajaran, dilakukan pencatatan segala sesuatu yang terjadi pada saat pembelajaran yang berhubungan dengan materi pengapian konvensional pada mobil.

Penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan terdiri dari dua siklus, setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai sesuai dengan apa yang telah didesain dalam faktor yang akan diselidiki untuk dapat melihat peningkatan hasil belajar setelah tes. Prosedur penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning)

2. Pelaksanaan tindakan kelas (Action) 3. Pengamatan (Observation)

(36)

24

Gambar 11. Diagram alur penelitian Mulai

Membuat instrumen non tes Menyusun RPP

Menyampaikan Materi

Mengarahkan siswa

Diskusi kelompok

Observasi/ pengamatan

Menyampaikan Materi

Mengarahkan siswa

Diskusi kelompok

Tes evaluasi

Siklus berikutnya Memberikan Skor/Nilai

Analisis pada siklus I

Memberikan Skor/Nilai

Analisis pada siklus II Membuat instrumen tes

KKM ≥ 75 Valid

(37)

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan dengan dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II yang akan diuraikan sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Perencanaan (planning)

Perencanaan yang dilakukan adalah merencanakan persiapan pembelajaran sistem pengapian konvensional dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD, diantaranya (1) berkoordinasi dengan guru kelas X SMK Negeri 4 Semarang tentang penelitian yang akan dilakukan, (2) membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sistem pengapian dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (3) membuat instrumen penilaian, yang terdiri dari instrumen tes yang berupa soal pilihan ganda dan instrumen non tes yang berupa lembar observasi (4) pembagian kelompok belajar secara heterogen yang terdiri dari 4-5 orang peserta didik.

b. Tindakan (action)

(38)

26

materi sistem pengapian konvensional. Yang langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

1. Guru menyampaikan materi pengapian konvensional secara singkat.

2. Guru mengarahkan siswa kedalam kelompok yang telah ditentukan.

3. Guru mengarahkan siswa dalam kelompoknya untuk melakaukan diskusi kelompok dengan topik yang telah ditentukan.

4. Guru melaksanakan tes evaluasi dari materi yang telah diajarkan kepada siswa.

c. Pengamatan (Observation)

Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung, yaitu saat guru menyampaikan materi sistem pengapian konvensional hingga pelaksanaan tes evaluasi dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa.

d. Refleksi (reflection)

(39)

Selanjutnya hasil refleksi digunakan sebagai acuan untuk kegiatan pembelajaran tahap II.

2. Siklus II

Pelaksanaan siklus II ini didasari dari hasil refleksi pada siklus I. Masalah-masalah yang timbul pada siklus I ditetapkan alternatif pemecahan masalahnya dengan harapan tidak terulang pada siklus II nantinya. Apabila hasil refleksi pada siklus II menunjukkan belum tercapainya indikator ketercapaian pembelajaran maka siklus akan dilanjutkan, dan sebaliknya apabila refleksi pada siklus II telah menunjukkan tercapainya indikator ketercapaian pembelajaran maka siklus akan dihentikan.

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu karakteristik dari suatu objek yang harganya untuk tiap objek bervariasi dapat diamati atau dibilang, atau diukur (Sukestiyarno dan Wardono, 2009:4). Dalam penelitian ini ada dua variabel yang digunakan yaitu :

1. Variabel Bebas

(40)

28

2. Variabel Terikat

Variabel terikat yaitu varibel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam materi sistem pengapian konvensional pada kelas X TKR di SMK Negeri 4 Semarang.

D. Pengumpulan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan metode observasi, dimana dilakukan observasi tentang jalannya pengelolaan kelas dan aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh guru. Selanjutnya dengan metode tes berupa soal pilihan ganda dimana untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD).

2. Instrumen Penelitian

(41)

a. Instrumen Tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes pilihan ganda. Tes diberikan kepada subjek penelitian sesudah pelaksanaan tindakan kelas. Dalam pembuatan instrumen penelitian ini mengacu kepada indikator soal. Indikator soal ini merupakan pokok bahasan atau materi yang telah disampaikan. Untuk indikator soal yang digunakan adalah :

1. Prinsip kerja sistem pengapian.

2. Komponen-komponen sistem pengapian dan fungsinya. 3. Mengidentifikasi gangguan sistem pengapian.

b. Instrumen Nontes

Pengumpulan data dengan instrumen nontes menggunakan metode observasi, karena dalam penelitian ini observasi mampu mendiskripsikan tentang banyak hal, diantaranya tentang penilaian siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Indikator yang digunakan dalam penilaian siswa ini adalah :

1. Proses STAD 2. Keaktifan siswa 3. Perhatian siswa 4. Kedisiplinan siswa 5. Penugasan

(42)

30

3. Uji Coba Instrumen Penelitian a. Validitas Soal

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2010:211). Rumus untuk menghitung validasi menggunakan korelasi point biserial. Rumus korelasi antara dua variabel, dalam penelitian ini digunakan untuk mencari korelasi antara item dengan seluruh tes atau validasi item. Adapun rumus korelasi point biserial yaitu:

(Arikunto, 2006:283)

Keterangan :

= Koefisien korelasi point biserial

Mean skor dari subjek-subjek yang menjawab betul item yang dicari korelasinya dengan tes

Mean skor total (skor rata-rata dari seluruh pengikut tes)

Standar deviasi skor total.

Proposi subjek yang menjawab betul item tersebut.

(43)

Setelah didapat nilai kemudian disesuaikan dengan nilai rtabel korelasi product-moment. Apabila > r tabel korelasi product-moment maka soal dikatakan valid, tetapi jika Apabila < r tabel korelasi product-moment maka soal dikatakan tidak valid. Harga kritik dari r product-moment pada N= 34 adalah 0,339 (Arikunto, 2006:359).

Dalam penelitian ini melakukan uji validitas terhadap 35 soal. Dari 35 soal tersebut didapatkan 5 soal diantaranya tidak valid. Dalam hal ini memutuskan untuk membuang/tidak menggunakan soal yang tidak valid tersebut, hal itu dikarenakan pembuatan soal tersebut didasarkan pada indikator kompetensi dasar yang terdiri dari beberapa soal sesuai dengan indikator tersebut. Jadi jika salah satu soal saja yang tidak digunakan pada indikator tersebut, maka masih dapat terwakili oleh soal yang lain. Jadi setelah melakukan uji validitas, dari data diatas mendapatkan 30 soal yang valid dari 35 soal. Soal yang tidak valid tersebut adalah soal no 15, 20, 21, 26, 31.

b. Reliabilitas Soal

(44)

32

responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu (Arikunto, 2010: 221).

Untuk mengetahui tingkat reliabilitas penelitian dapat menggunakan uji reliabilitas internal dapat ditentukan dengan rumus K-R.21. Rumus ini digunakan untuk tes item yang dibuat sistematikanya menggunakan pilihan ganda dan memberikan harga yang lebih rendah dari rumus R 20. Adapun kebaikan K-R 21 ialah, bahwa proses perhitungannya relatif lebih sederhana atau lebih mudah, sedangkan kelemahannya ialah, bahwa hasil perhitungannya kurang teliti (Sudijono 2006:253).

(Arikunto, 2010:232)

Keterangan :

r11 = Reliabilitas Instrumen

k = banyaknya butir soal atau butir pertanyaan

M = Skor rata-rata

(45)

Berdasarkan hasil uji realibilitas terhadap instrumen menggunakan rumus tersebut diperoleh hasil sebesar 0,755. Harga kritik dari r product-moment pada N= 34 adalah 0,339 (Arikunto, 2010:402). Karena koefisien reliabilitas tersebut lebih besar dari nilai r tabel dapat dinyatakan bahwa instrument tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian.

c. Taraf Kesukaran

Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal dapat diketahui dengan menghitung indeks kesukaran pada tiap butir soal dengan menggunakan rumus :

P

=

JS B

(Sukestiyarno dan Wardono, 2009:62)

Keterangan :

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut.

0 ≤ 0,30 adalah soal sukar,

0,30 ≤ 0,70 adalah soal sedang,

(46)

34

Dari perhitungan diperoleh butir soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 30, 32, 33, 34, 35 adalah butir soal kategori sedang dan butir soal nomor 26, 31 adalah kategori sukar. Butir-butir item tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir item yang baik, apabila butir-butir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah dengan kata lain derajat kesukaran item itu adalah sedang atau cukup (Sudijono, 2006:370).

E. Analisis Data 1. Data Hasil Tes

Data hasil belajar siswa meliputi hasil tes siklus 1 dan siklus berikutnya. Hasil tes ditentukan berdasarkan pedoman penilaian yang telah dibuat, kemudian dihitung nilai rata-rata dari masing-masing tes. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menghitung nilai rata-rata hasil tes pada tiap siklus dengan rumus:

(Sudjana, 2005:70)

Keterangan :

= Mean atau nilai rata-rata fi = Frekuensi kelas

xi = tanda kelas interval 2

(47)

2. Data Hasil Observasi

Data yang diperoleh dari hasil lembar observasi kemudian dilakukan analisis data untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dirasakan siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD).

3. Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila memenuhi indikator keberhasilan sebagai berikut:

a. Nilai rata-rata kelas dalam pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) ≥75,00 dari tes.

b. Presentase keaktifan siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) 75% (siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar) dari lembar observasi.

(48)

36 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pra Penelitian

Berdasarkan kesepakatan dengan guru mata pelajaran kelistrikan otomotif, pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilakukan selama dua siklus dan apabila hasil penelitian sudah mencapai indikator keberhasilan maka siklus dihentikan. Materi yang dipelajari adalah sistem sistem pengapian konvensional. Siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 20 Mei 2013, sedangkan siklus II dilaksanakan pada hari senin tanggal 27 Mei 2013.

Dalam hal ini juga disepakati bahwa saat penelitian guru sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran tipe STAD dan nantinya dilakukan juga pengamatan terhadap aktifitas belajar siswa dalam penelitian ini dengan lembar observasi. Adapun jadwal penelitian tindakan kelas yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut.

Tabel 1. Jadwal penelitian tindakan kelas

Siklus Hari Tanggal Jam Keterangan

I Senin 20 Mei 2013 08.30-13.00 Jam ke 2-8

(49)

B. Hasil Penelitian

1. Desain Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Berdasarkan pada landasaan teori pada BAB II maka langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diterapkan dalam penelitian ini memperoleh hasil pada gambar 12 sebagai berikut.

Gambar 12. Desain model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Gambar diatas menunjukkan desain model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang yang diterapkan dalam penelitian ini yang terdiri dari : 1) guru menyampaikan materi pembelajaran sistem pengapian konvensional kels X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang

Guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi kelompok

Guru menyampaikan materi sistem pengapian konvensional

Guru mengarahkan siswa kedalam kelompok

Guru mengadakan tes evaluasi sistem sistem pengapian

(50)

38

secara singkat. 2) setelah guru menyampaikan materi, kemudian guru mengarahkan siswa kedalam kelompok, yang terdiri dari 9 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 4 orang siswa. 3) setelah dilakukan pembagian kelompok, masing masing kelompok diberikan persoalan yang berupa materi sistem pengapian konvensional yang terdiri dari pengertian, komponen dan cara kerja sistem sistem pengapian konvensional dan diwajibkan setiap kelompok bertanggung jawab kepada setiap anggota kelompok untuk bisa menguasai dan mengerti materi yang di diskusikan masing-masing kelompok. 4) guru mengadakan evaluasi terhadap materi yang telah diajarkan dan disini dilakukan tes yang berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 30 soal. 5) guru memberikan nilai dari hasil tes yang telah dilakukan pada pertemuan berikutnya. Desain pembelajaran kooperatif tipe STAD cukup mudah diterapkan dan dapat melatih siswa untuk melakukan kegiatan diskusi kelompok. Hal ini sejalan dengan penelitian kooperatif tipe STAD yang dilakukan oleh Nugroho dkk, (2009:112) dalam Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 yang penelitiannya menyebutkan bahwa:

(51)

2. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi sistem sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang dalam penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus yang setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Masing-masing siklus dalam penelitian ini menghasilkan data yang berupa hasil belajar siswa dan tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD dan dapat dilihat pada gambar 13 sebagai berikut.

Gambar 13. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD

Dari gambar diatas dapat diuraikan penjelasan setiap siklusnya sebagai berikut.

Observasi I

Observasi II Siklus I

Siklus II Mulai

Perencanaan I Tindakan I

Refleksi I Perencanaan II

Tindakan II Refleksi II

(52)

40

a. Siklus I

1) Perencanaan siklus I

Perencanaan dalam penelitian ini yang dilakukan adalah a) berkoordinasi dengan guru kelas X SMK Negeri 4 Semarang tentang penelitian yang akan dilakukan, b) membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sistem sistem pengapian konvensional dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, c) membuat instrumen penilaian, yang terdiri dari instrumen tes yang berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 30 soal dan instrumen non tes yang berupa lembar observasi yang terdiri dari beberapa indikator diantaranya proses STAD, keaktifan siswa, perhatian siswa, kedisiplinan, penugasan dan tolak ukur keberhasilan pembelajaran , d) pembagian kelompok belajar secara heterogen yang terdiri dari 9 kelompok yang terdiri dari 4 siswa pada masing-masing kelompok.

2) Tindakan dan observasi siklus I

(53)
(54)

42

diperoleh diatas dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar belum memenuhi batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu 75. Sedangkan observasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keterlaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan pada materi sistem sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang dan didapat hasil rata-rata kegiatan observasi pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan kepada siswa sebesar 52,5%, hasil ini masih kurang seperti yang diharapkan untuk memenuhi indikator keberhasilan pada tingkat keaktifan siswa dengan presentase standar 75%. Kurang maksimalnya nilai tes dan aktifitas pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang pada siklus I ini kemungkinan disebabkan faktor keaktifan siswa yang masih banyak kekurangan, selain itu siswa belum sepenuhnya bisa menerima model pembelajaran yang diterapkan yaitu dengan model pembelajaran tipe STAD.

3) Refleksi siklus I

(55)

mencapai 69,97. Hasil ini belum baik, karena masih belum memenuhi KKM. Sedangkan untuk ketuntasan belajar masih 30,55% yaitu sebanyak 11 siswa yang sudah tuntas dari 36 siswa.

Hasil non tes yang berupa lembar observasi diperoleh hasil rata-rata proses pembelajaran kooperatif tipe STAD 52,5%. Selain itu masih banyak permasalahan yang didapat saat proses pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang, diantaranya sebagai berikut.

a) Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD masih kurang dan masih banyak siswa yang belum bisa menyesuaikan diri dengan kegiatan pembelajaran tersebut. Sehingga guru perlu memberikan gambaran lagi mengenai pembelajaran dengan model ini dan diupayakan memberikan pertanyaan yang lebih menarik sehingga nantinya diharapkan siswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini.

(56)

44

disampaikan oleh guru. Disamping itu masih banyak siswa yang belum bisa terfokus untuk melakukan kegiatan diskusi kelompok mengenai materi sistem pengapian konvensional. Dalam hal ini pada siklus berikutnya guru berusaha memberikan pertanyaan secara acak kepada siswa agar dari masing-masing siswa siap untuk menjawab apabila nantinya diberikan pertanyaan oleh guru. Selain itu pula guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang dijelaskan mana yang siswa masih kurang paham. Sehingga nanti pada saat dilakukan kegiatan diskusi kelompok siswa tiap kelompok bisa lebih terfokus pada materi yang sedang di diskusikan.

(57)

Hal yang terpenting pada pembelajaran kooperatif tipe STAD disini adalah proses diskusi siswa pada tiap-tiap kelompok yang masih banyak kekurangan, dimana hanya sebagian kecil siswa yang mau atau melakukan kegiatan diskusi kelompok. Hali ini dapat dilihat dari masih banyakknya siswa yang sering berbicara sendiri atau sering mengganggu kelompok lain. Dalam hal ini guru harus sering berkeliling pada setiap kelompok dan memberikan arahan kepada masing-masing kelompok agar dapat melakukan kegiatan diskusi dengan baik. Berikut adalah tabel 2 ringkasan dari permasalahan yang didapat dari refleksi siklus 1.

Tabel 2. Ringkasan permasalahan dalam penelitian siklus I

No Permasalahan dalam siklus I

1. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD masih kurang

2. Siswa masih kurang terfokus dalam kegiatan diskusi kelompok

3. Rata-rata hasil belajar siswa belum memenuhi KKM 75

Berdasarkan ringkasan permasalahan pada tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa, terdapat beberapa permasalahan pada siklus I yang nantinya perlu dilakukan perbaikan pada perencanaan siklus II.

(58)

46

b. Siklus II

1) Perencanaan II

Pada perencanaan siklus II ini hanya dilakukan persiapan seperti halnya siklus I tetapi lebih ditekannya pada upaya yang dilakukan dalam perbaikan dari permasalahan yang didapat pada siklus I dalam proses pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang, diantaranya sebagai berikut.

a. Sebelum guru memberikan materi tentang sistem sistem pengapian konvensional guru memberikan gambaran lagi mengenai pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dan guru berupaya memberikan pertanyaan yang lebih menarik sehingga nantinya siswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini. Dan guru selalu memberikan motifasi kepada siswa agar dapat mengikuti kegiatan pembelajaran ini secara lebih maksimal lagi dan siswa menjadi lebih tertarik lagi dengan model pembelajran kooperatif tipe STAD yang diterapkan.

(59)

siswa untuk bertanya tentang materi yang dijelaskan mana yang siswa masih kurang paham. Hal ini merupakan upaya agar perhatian siswa bisa lebih terfokus pada materi yang sedang diajarkan.

c. Kemudian guru harus lebih terbuka, tidak membatasi diri atau akrab dengan siswa serta pemberian reward atau hadiah kepada siswa yang mau bertanya yang hadiah tersebut berupa penambahan nilai. Selain itu saat pembelajaran kooperatif tipe STAD pada proses diskusi siswa di tiap-tiap kelompok guru selalu memantau setiap kelompok dan memberikan arahan kepada masing-masing kelompok sehingga setiap siswa dapat melakukan kegiatan diskusi dengan baik.

2) Tindakan dan observasi siklus II

(60)

48

(61)
(62)

50

ketuntasan belajar disini juga meningkat yaitu 86,11% dari seluruh siswa yaitu 31 siswa yang tuntas dari 36 siswa. Dari hasil tes dengan nilai rata-rata dan ketuntasan belajar yang diperoleh diatas dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar sudah memenuhi batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu 75. Hal ini disebabkan karena dilakukan perbaikan-perbaikan dari refleksi siklus I sehingga kelemahan yang ada pada siklus II dapat diminimalisir dengan baik. Pada siklus II ini diperoleh hasil observasi yang sudah cukup meningkat daripada siklus sebelumnya. Hal ini juga dapat diketahui untuk rata-rata keseluruhan observasi pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu 88%. Dalam siklus II ini para siswa sudah dapat mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD yang telah diterapkan dan cukup antusias untuk mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD yang telah diterapkan. Hal ini dapat dibuktikan sesuai dengah hasil peningkatan rata-rata hasil observasi dari pada siklus yang sebelumnya.

3) Refleksi siklus II

(63)

permasalahan-permasalahan yang ada pada siklus I dapat diminimalisir pada siklus II dan perbaikan-perbaikan dari beberapa permasalahan tersebut telah dijelaskan pada perencanaan siklus II. Hasil rata-rata belajar pada materi sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang mencapai 69,96%. Hasil ini belum baik, karena masih belum memenuhi KKM. Sedangkan untuk ketuntasan belajar masih 30,55% yaitu sebanyak 11 siswa yang sudah tuntas dari 36 siswa. Hasil belajar pada siklus I tersebut kemudian diperbaiki dengan pembelajaran siklus II yang mendapatkan hasil positif yaitu dengan meningkatnya hasil rata-rata belajar menjadi 81,05 sedangkan untuk ketuntasan belajar juga meningkat menjadi 86,11% yaitu 31 siswa yang sudah tuntas dari 36 siswa. Hasil dari pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus II ini telah masuk dalam kategori baik yang merupakan target penelitian. Hasil dari siklus II juga sudah memenuhi batas KKM yaitu 75.

(64)

52

upaya perbaikan dari permasalah yang di dapat pada siklus I. Berikut tabel 3 ringkasan refleksi siklus II.

Tabel 3. Ringkasan refleksi siklus II

No Hasil refleksi siklus II

1. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD meningkat dari 52,5% menjadi 88%

2. Siswa masih kurang terfokus dalam kegiatan diskusi kelompok sudah mulai berkurang dari 25,9% menjadi 86,1%

3. Rata-rata hasil belajar siswa telah memenuhi KKM yaitu dari 69,97 menjadi 81,05

3. Data Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Dalam penelitian ini diperoleh data hasil belajar yang berupa data hasil tes dan data hasil observasi, dimana data tersebut digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang. data hasil belajar pada penelitian ini akan di uraikan sebagai berikut.

a. Hasil tes siklus I

(65)

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD secara umum dapat digambarkan seperti tabel 4.

Tabel 4. Hasil tes kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang pada siklus I

Siklus I Hasil

Rata-rata 69,97

Nilai tertinggi 90

Nilai terendah 46

Ketuntasan belajar 30,55%

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata hasil tes pada materi sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang pada siklus I dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diperoleh rata-rata 69,97 dari 36 siswa, dan nilai tertinggi 90 serta nilai terendah 46. Untuk ketuntasan belajar disini diperoleh 30,55% dari seluruh siswa yaitu 11 siswa yang tuntas dari 36 siswa. Dari hasil tes dengan nilai rata-rata dan ketuntasan belajar yang diperoleh diatas dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar belum memenuhi batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu 75.

b. Hasil observasi siklus I

(66)

54

Negeri 4 Semarang berdasarkan beberapa indikator yang dapat mengambarkan setiap proses pembelajaran kooperatif tipe STAD pada setiap siklus yang di ikuti oleh siswa. Hal ini juga dapat dilihat dari tabel 5 hasil observasi pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Tabel 5. Hasil observasi kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang pada siklus I

Hasil dari tabel observasi siklus I dapat dilihat aktifitas siswa juga mempengaruhi dari kurangnya nilai hasil siklus I, yang terinci sebagai berikut: 1) siswa mengikuti pembelajaran STAD 51,9%, 2) keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran 24,1%, 3) perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran 25%, 4) kedisiplinan siswa 100%, 5) penugasan yang didapat oleh siswa 88%, 6) Tolak ukur keberhasilan pembelajaran yang telah diikuti oleh siswa 25,9%.Sedangkan untuk rata-rata keseluruhan

No Hal yang diamati Siklus I

a. Mengerjakan semua tugas 92% s

(67)

observasi pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu 52,5%. Kurang maksimalnya nilai tes pada materi sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang pada siklus I ini kemungkinan disebabkan faktor keaktifan siswa yang dapat dilihat pada tabel observasi siklus I, menjadikan siswa memperoleh nilai yang kurang. Selain itu siswa belum sepenuhnya bisa menerima model pembelajaran yang diterapkan yaitu dengan model pembelajaran tipe STAD.

a. Hasil tes siklus II

Hasil tes siklus II pada materi sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berdasarkan apa yang telah dilakukan perbaikan mengenai apa saja kekurangan yang terdapat pada siklus I telah mengalami peningkatan. Adapun hasil tes pembelajaran kooperatif tipe STAD diuraikan pada tabel 6 sebagai berikut.

Tabel 6. Hasil tes kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang pada siklus II

Siklus II Hasil

Rata-rata 81,05

Nilai tertinggi 96

Nilai terendah 70

(68)

56

Dari tabel 6 hasil tes siklus II diatas menunjukkan bahwa rata-rata hasil tes pada materi sistem sistem pengapian konvensional kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang pada siklus II dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD diperoleh rata-rata yang cukup meningkat dari siklus I yaitu sebesar 81,05 dari 36 siswa, dan nilai tertinggi mencapai 96 serta nilai terendah 70. Untuk ketuntasan belajar disini juga meningkat yaitu 86,11% dari seluruh siswa yaitu 31 siswa yang tuntas dari 36 siswa. Dari hasil tes dengan nilai rata-rata dan ketuntasan belajar yang diperoleh diatas dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar sudah memenuhi batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu 75. Hal ini disebabkan karena dilakukan perbaikan-perbaikan pada siklus I sehingga kelemahan yang ada pada siklus II dapat diminimalisir dengan baik.

b. Hasil observasi siklus II

(69)

Tabel 7. Hasil observasi kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang pada siklus II

Dari hasil tabel diatas dapat dilihat aktifitas siswa sudah cukup baik dari pada siklus I, yang terinci sebagai berikut: 1) siswa mengikuti pembelajaran STAD 86,1%, 2) keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran 75,9%, 3) perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran 79,6%, 4) kedisiplinan siswa 100%, 5) penugasan yang didapat oleh siswa 100%, 6) Tolak ukur keberhasilan pembelajaran yang telah diikuti oleh siswa 86,1%.Sedangkan untuk rata-rata keseluruhan observasi pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu 88%. Dalam siklus II ini para siswa sudah dapat mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang telah diterapkan dan cukup antusias untuk mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD yang telah

No Hal yang diamati Siklus II

a. Mengerjakan semua tugas 100%

100% b. Ketepatan mengumpulkan tugas 100%

c. Mengerjakan sesuai perintah 100% 6.

Tolak ukur keberhasilan pembelajaran

a. Pemahaman terhadap materi 92%

86,1% b. Bertanya kepada guru 86%

(70)

58

diterapkan. Hal ini dapat dibuktikan sesuai dengah hasil peningkatan rata-rata hasil observasi dari pada siklus yang sebelumnya.

C. Pembahasan

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diketahui bahwa untuk desain penelitian pembelajaran kooperatif tipe STAD yang di terapkan pada siswa kelas X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang telah berjalan baik sesuai dengan hasil penelitian, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Karimah (2013:85), dalam jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika FKIP Universitas Pekalongan yang menyatakan bahwa:

Skenario pembelajaran model kooperatif tipe STAD materi Trigonometri yang operasional adalah skenario pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik kelas XI IPA yang disusun dalam bentuk RPP yang memuat langkah-langkah proses pembelajaran yang mencirikan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

(71)
(72)

60

(73)

Berdasarkan analisa hasil tes siklus I dan siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan hasil belajar. Pada pembelajaran siklus I diperoleh nilai rata-rata 69,97 yang belum memenuhi KKM. Hasil tersebut mengalami peningkatan setelah dilakukan pembelajaran siklus II yang mana diperoleh nilai rata-rata 81,05 dan telah memenuhi KKM yaitu 75,00. Sedangkan untuk ketuntasan hasil belajar siswa yang dalam siklus I mencapai 30,55% dari jumlah keseluruhan siswa yang berarti 11 siswa berkategori tuntas dan 25 siswa berkategori belum tuntas pada siklus II menjadi 86,11% dari jumlah keseluruhan siswa yang berarti 31 siswa berkategori tuntas dan 5 siswa berkategori belum tuntas. Perolehan peningkatan ini juga bisa dilihat dari hasil observasi pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I dan siklus II yang terinci sebagai berikut: 1) siswa mengikuti pembelajaran STAD 51,9% menjadi sebesar 86,1%, 2) keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran 24,1% menjadi sebesar 75,9%, 3) perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran 25% menjadi sebesar 79,6%, 4) kedisiplinan siswa 100% tetap bertahan pada 100%, 5) penugasan yang didapat oleh siswa 88% menjadi sebesar 100%, 6) Tolak ukur keberhasilan pembelajaran yang telah diikuti oleh siswa 25,9% menjadi sebesar 86,1%. Sedangkan untuk rata-rata keseluruhan observasi pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu 52,5% meningkat sebesar 88%.

(74)

62

SMK Negeri 4 Semarang dari siklus I ke siklus II dapat dilihat dalam gambar 14 dibawah ini.

Gambar 14. Peningkatan rata-rata hasil tes siklus I dan siklus II

Gambar diatas menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa. Dari diagram tersebut dapat dilihat bahwa dalam pembelajaran siklus I siswa memperoleh nilai rata-rata 69,97 dan setelah dilakukan perbaikan dalam pembelajaran, pada siklus II diperoleh nilai rata-rata yang meningkat yaitu 81,05 dengan besar peningkatan 11,08. Hal ini diperkuat berdasarkan hasil penelitian Scott dalam Wahyudi dkk, (2012:62) menyatakan bahwa:

Penerapan model STAD dapat membuat siswa yang bekerja dalam kelompok (masyarakat belajar) lebih mudah belajar dan bekerja dengan siswa lain sehingga dapat lebih mudah mempelajari dan mengingat materi yang disampaikan oleh guru. Perkembangan learning community siswa yang baik ini membawa dampak positif pada nilai kognitif, afektif, dan psikomotorik dimana tiap-tiap siklus mengalami peningkatan

Kemudian untuk ketuntasan siswa pada pembelajaran siklus I dan siklus II dapat dilihat pada gambar 15 dibawah ini.

(75)

Gambar 15. Peningkatan ketuntasan belajar siklus I dan siklus II

Gambar diatas menunjukkan hasil ketuntasan belajar siswa. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa dalam pembelajaran siklus I ketuntasan siswa mencapai 30,55% yang berarti 11 siswa yang tuntas belajar dari 36 siswa dan setelah dilakukan perbaikan dalam pembelajaran, pada siklus II diperoleh ketuntasan siswa 86,11% yang berarti 31 siswa yang tuntas belajar dari 36 siswa, dan peningkatan ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II mencapai 55,56%, hal ini sejalan dengan penelitian yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan oleh Rahmanika dkk, (2011:87) dalam Jurnal Wahana-Bio menyatakan bahwa:

Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dan mencapai ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu ≥ 85%. Pada siklus 1 dari ketuntasan klasikal yang diperoleh dari hasil pretes sebesar 68,9 % menjadi 89,6 % pada postes, dan siklus 2 dari 78,4 % pada prestes menjadi 89,2 % pada postes. Hasil selama proses pembelajaran yang termasuk kategori cukup baik menjadi baik.

0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%

Siklus I Siklus II

Ketuntasan belajar siswa

Ketuntasan belajar

30,55%

(76)

64

Dari hasil tes rata-rata siklus I dan siklus II juga dapat dibandingkan dengan hasil tes rata-rata yang diperoleh dari kegiatan tes yang dilakukan oleh guru sebelum melakukan penelitian, yang dapat dilihat pada gambar 16 dibawah ini.

Gambar 16. Peningkatan rata-rata hasil tes keseluruhan

Dari hasil peningkatan rata-rata tes keseluruhan yang dilakukan oleh guru sebelum penelitian dan kemudian dilakukan tes pada penelitian siklus I dan siklus II dapat dijelaskan bahwa hasil tes rata-rata siswa sebelum diberikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebesar 66,7 hal ini masih jauh dari KKM yang ditentukan yaitu 75. Setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan dilakukan tes pada siklus I didapat hasil tes rata-rata siswa sebesar 69,97 dan belum mencapai KKM yang ditentukan. Kemudian pada refleksi siklus I didapat permasalahan-permasalahan yang

(77)

kemudian pada perencanaan siklus II dilakukan perbaikan-perbaikan sehingga dapat diminimalisir permasalah tersebut pada siklus II yang menghasilkan nilai tes rata-rata siswa menjadi meningkat dan telah memenuhi KKM yaitu sebesar 81,05. Kemudian untuk ketuntasa belajar siswa secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 17 dibawah ini.

Gambar 17. Peningkatan ketuntasan belajar siswa keseluruhan

Gambar 17 menunjukkan hasil ketuntasan belajar siswa. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa dalam pembelajaran pada kemampuan awal siswa sebelum mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe STAD mencapai 27,77% dengan 10 siswa yang tuntas belajar. Setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I ketuntasan siswa mencapai 30,55% yang berarti 11 siswa yang tuntas belajar dari 36 siswa dan setelah dilakukan perbaikan dalam pembelajaran, pada siklus II

0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%

Kemampuan Awal

Siklus I Siklus II

Ketuntasan belajar siswa

keseluruhan

Ketuntasan belajar

27,77%

86,11%

(78)

66

diperoleh ketuntasan siswa 86,11% yang berarti 31 siswa yang tuntas belajar dari 36 siswa, dan peningkatan ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II mencapai 55,56% dan dari kemampuan awal siswa ke siklus II menjadi 58,41%.

Sedangkan perolehan tingkat keaktifan siswa dari hasil observasi pada pembelajaran siklus I dan siklus II dapat dilihat pada gambar 18 di bawah ini.

Gambar 18. Peningkatan hasil observasi belajar siklus I dan siklus II

Dari gambar 18 dapat diketahui bahawa hasil observasi antara siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Beberapa indikator hasil observasi diatas dapat dijabarkan sebagai berikut : 1) siswa mengikuti pembelajaran STAD 51,9% menjadi sebesar 86,1%, 2) keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran 24,1% menjadi sebesar 75,9%, 3) perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran 25% menjadi sebesar 79,6%, 4) kedisiplinan siswa 100% tetap bertahan pada 100%, 5)

(79)

penugasan yang didapat oleh siswa 88% menjadi sebesar 100%, 6) Tolak ukur keberhasilan pembelajaran yang telah diikuti oleh siswa 25,9% menjadi sebesar 86,1%. Sedangkan untuk rata-rata keseluruhan observasi pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu 52,5% meningkat sebesar 88%, untuk besar peningkatan hasil observasi dari siklus I ke siklus II sebesar 35,5% dan dapat dilihat dari gambar 19 dibawah ini.

Gambar 19. Rata-rata hasil observasi keseluruhan siklus I dan siklus II

Peningkatan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi sistem pengapian konvensional pada kels X TKR 1 SMK Negeri 4 Semarang dari siklus I ke siklus II dapat disebabkan oleh kelebihan-kelebihan yang ada pada model pembelajaran tersebut. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menjadi solusi agar pembelajaran lebih menarik dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui proses pembelajaran kooperatif tipe STAD tersebut. Penelitian ini terdapat indikator keberhasilan penelitian, dimana penelitian ini dikatakan berhasil apabila telah memenuhi beberapa

0.00% 50.00% 100.00%

Siklus I Siklus II

Rata-rata hasil observasi

Rata-rata hasil observasi

52,5%

(80)

68

indikator keberhasilan yang ada. Hasil dari penelitian ini diperoleh dari hasil akhir penelitian sebagai berikut.

a. Rata-rata kelas dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD mencapai 81,05 dan untuk batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 75,00 dari hasil tes. Sehingga dari hasil penelitian ini bahwa hasil rata-rata tes telah memenuhi batas KKM yaitu 81,05.

b. Presentase keaktifan siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus II rata-rata 88% siswa yang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut. Sedangkan untuk batas keberhasilan presentase keaktifan siswa dalam kegiatan observasi adalah 75%. Sehingga dari hasil penelitian ini bahwa hasil observasi dari keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran kooperatif tipe STAD sudah berhasil dan telah memenuhi batas keberhasilan yaitu 88%.

(81)

Gambar

Gambar 1. Sistem pengapian batere
Gambar 2. Bagian-bagian dari baterai
Gambar 3. Penampang dan hubungan ignition coil
Gambar 4. Konstruksi breaker point dan nok (camlobe)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung serta Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan berpikir Matematika

Fokus penelitian ini mengajukan rumusan bagaimanakah pengembangan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler serta kendala dan upaya yang dilakukan sekolah

Nilai daya dukung dan penurunan berdasarkan program Metode Elemen Hingga sebesar 285,46 ton dan 11,42 mm nilai ini tidak jauh berbeda dengan secara analitis.. Kata Kunci :

Data atau Variabel yang digunakan adalah perkiraan ( Estimasi ) pendapatan dari asset asset yang sudah ada pada Warnet MyNet untuk tahun 2008 ke depan yang beralamat di jalan Akses

Untuk menghitung daya dukung ultimate dan penurunan pondasi tiang pancang dari data Sondir dan SPT digunakan secara analitis dan menggunakan program Metode

Pengaruh Implementasi Electronic Procurement (E- Proc) Dalam Pengadaan Barang/ Jasa Terhadap Perwujudan Good Governance Di Balai Besar Wilayah Sungai

NEWS READER : DEKRANAS ADAKAN PAMERAN KREASI JOGJA UNTUK INDONESIA. PAMERAN PRODUK KERAJINAN / SELAMA INI TETAP MENJADI ANDALAN PERAJIN UNTUK MENJUAL HASIL

Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai pengembangan digital library yang ditujukan untuk perpustakaan Smk Yasmida Ambarawa .Teknologi dan komunikasi tak