• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan dan Dividend Payout Ratio Terhadap Income Smoothing Pada Perusahaan Wholesale (Grosir) Yang Terdaftar di BEI Periode 2011 - 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan dan Dividend Payout Ratio Terhadap Income Smoothing Pada Perusahaan Wholesale (Grosir) Yang Terdaftar di BEI Periode 2011 - 2014"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Profitabilitas 64 .04 27.49 5.1622 4.65196

Leverage 64 .02 .88 .4936 .22505

Ukuran Perusahaan 64 10.05 17.91 14.1976 1.71342

DPR 64 5.42 71.59 35.4069 18.78371

Income 64 693.00 7784577.00 591536.5000 1.69648E6 Valid N (listwise) 64

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .712a .507 .473 12.31490 2.801

a. Predictors: (Constant), DPR, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Leverage b. Dependent Variable: Income

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 9183.864 4 2295.966 15.139 .000a

Residual 8947.751 59 151.657

Total 18131.615 63

a. Predictors: (Constant), DPR, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Leverage b. Dependent Variable: Income

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -77.889 13.106 -5.943 .000

Profitabilitas .514 .353 .141 1.458 .150 .894 1.119

Leverage -22.906 7.464 -.304 -3.069 .003 .853 1.172

Ukuran Perusahaan

6.038 .979 .610 6.169 .000 .856 1.168

DPR .190 .088 .211 2.162 .035 .882 1.134

(2)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 64

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 11.91754172 Most Extreme Differences Absolute .164

Positive .164

Negative -.096

Kolmogorov-Smirnov Z 1.315

Asymp. Sig. (2-tailed) .063

(3)

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea -2.57105

Cases < Test Value 32 Cases >= Test Value 32

Total Cases 64

Number of Runs 40

Z 1.764

Asymp. Sig. (2-tailed) .078

a. Median

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -10.652 10.989 -.969 .336

Profitabilitas .353 .296 .153 1.193 .238

Leverage -7.443 6.258 -.156 -1.189 .239

Ukuran Perusahaan 1.293 .821 .206 1.576 .120

DPR .107 .074 .187 1.453 .151

a. Dependent Variable: abs_residual_Glejser

Tabel Distribusi F

Tingkat Signifikansi df1 df2 F Tabel

0.05 4 54 2.542918

0.05 4 55 2.539689

0.05 4 56 2.536579

0.05 4 57 2.533583

0.05 4 58 2.530694

0.05 4 59 2.527907

0.05 4 60 2.525215

0.05 4 61 2.522615

0.05 4 62 2.520101

0.05 4 63 2.51767

0.05 4 64 2.515318

0.05 4 65 2.51304

0.05 4 66 2.510833

0.05 4 67 2.508695

Tabel Distribusi T

Derajat Bebas Tingkat Signifikansi T Tabel

(4)

23 0.05 2.068658

24 0.05 2.063899

25 0.05 2.059539

26 0.05 2.055529

27 0.05 2.05183

28 0.05 2.048407

29 0.05 2.04523

30 0.05 2.042272

31 0.05 2.039513

32 0.05 2.036933

33 0.05 2.034515

34 0.05 2.032244

35 0.05 2.030108

36 0.05 2.028094

37 0.05 2.026192

38 0.05 2.024394

39 0.05 2.022691

40 0.05 2.021075

41 0.05 2.019541

42 0.05 2.018082

43 0.05 2.016692

44 0.05 2.015368

45 0.05 2.014103

46 0.05 2.012896

47 0.05 2.01174

48 0.05 2.010635

49 0.05 2.009575

50 0.05 2.008559

51 0.05 2.007584

52 0.05 2.006647

53 0.05 2.005746

54 0.05 2.004879

55 0.05 2.004045

56 0.05 2.003241

57 0.05 2.002465

58 0.05 2.001717

59 0.05 2.000995

60 0.05 2.000298

61 0.05 1.999624

62 0.05 1.998971

63 0.05 1.998341

64 0.05 1.99773

65 0.05 1.997138

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abiprayu, Kris Brantas. 2011. Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Financial Leverage, Kualitas Audit, dan Devidend Payout Ratio Terhadap Perataan Laba (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2009). Skripsi Universitas Diponegoro: Semarang.

Agus Sartono.(2001).Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi (4th ed). Yogyakarta: BPFE. Aji, Dhamar Yudho dan Farah Mita. 2010. “Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan, Nilai

Perusahaan dan Struktur Kepemilikan Terhadap Praktik Perataan Laba: Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI”. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Bleidelman, C.R. 1973. Income Smoothing: The Role of Management. The Accounting Review, vol. 48 (4).

Dewi, Diastiti Okkarisma. 2010. “Pengaruh Jenis Usaha, Ukuran Perusahaan dan Financial LeverageTerhadap Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Dewi, Made Yustiari dan I Ketut Sujana.“Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Pada Praktik Perataan Laba Dengan Jenis Industri Sebagai Variabel Pemoderasi Di Bursa Efek Indonesia”. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana. Bali. Easton, P.D dan E.M. Zmijewski, 1989. “Cross-Sectional Variation in The Stock Market

Response to Accounting Earnings Announcements”, Journal of Accounting and Economic. Vol. 11.

Efferin, Sujoko, Stevanus Hadi Darmadji, dan Yuliawati Tan. 2008. “Metode Penelitian Akuntansi”. Jogjakarta: Graha Ilmu.

Erlina, 2008. Metodologi Peneltian Bisnis: Untuk Akuntansi dan Manajemen,Edisi kedua, Cetakan Pertama, USU Press, Medan.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: UNDIP.

(6)

Hepworth, S. R. 1953. Smoothing Periodic Income.The Accounting Review.

H,Sandres Daniel. 2011. “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Financial Leverage, Net Profit Margin, dan Operating Profit Margin Terhadap Perataan Laba ( Income Smoothing) Pada Perusahaan Property, Real Estate and Building Construction Yang Terdaftar di BEI”. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2006. Dasar-dasar manajemen keuangan edisi ke 5, UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.

1: Laporan Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Irsyad, Muhammad Ary. 2008. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Resiko Perusahaan, dan Leverage Operasi Terhadap Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan – Perusahaan Yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index. Fakultas Syariah Universitas Islam Negri Sunan Kali Jaga Yogyakarta.

Jama’an. 2008. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Dan Kualitas Kantor Akuntan Publik Terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan. Thesis. Semarang: Program Studi Magister Sains Akuntansi Universitas Dipenegoro.

Jensen, Michael C and William H. Meckling. 1976. Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs and ownership structure.

Kirschenheiter, Michael and Nahum D. Melumad. 2002. Can "Big Bath" and Earnings Smoothing Co-Exist as Equilibrium Financial Reporting Strategies?.Journal of Accounting Research.

N Ashari,H C Koh,S L Tan,W H Wong.1994. “Factors Affecting Income Smoothing Among Listed Companies in Singapore”.Accounting and Business Research, Vol. 24, No. 96. Pratama, Dika Fajar. 2012. “Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan, Nilai Perusahaan,

Struktur Kepemilikan dan Dividend Payout Ratio Terhadap Perataan Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar di BEI”. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

(7)

Suranta, Eddy dan Pratana Puspita Merdistusi. 2004. Income Smoothing, Tobin’s Q, Agency Problems dan Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VII.Bali, 2 – 3 Desember.

Uswati, Ani. 2012. “Pengaruh Financial Leverage, Return On Asset dan Dividend Payout Ratio Terhadap Income Smoothing Pada Perusahaan Property, Real Estate dan Building Construction Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010”. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.

Zuhroh, D. 1996. Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan Go Publik di Indonesia.Simposium Nasional Akuntansi I, September. http://akuntansiterapan.com/2010/06/16/perataan-laba/

(8)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan untuk menganalisis penelitian mengenai pengaruh profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan terhadap praktek perataan laba (income smoothing) pada perusahaan wholesale (grosir) yang terdaftar pada BEI adalahtipe penelitian asosiatif kausal.Penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan sebab akibat antara berbagai variabel (Erlina, 2008;79). Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan kausal antara tiga variabel independen terhadap satu variabel dependen.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan yang sangat penting dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang memiliki kredibilitas tinggi, dan sebaliknya. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui situs resmi www.idx.co.id. Data yang diperlukan adalah data dari laporan keuangan konsolidasi tahun

2011-2014 berdasarkan daftar perusahaan-perusahaan wholesale (grosir) yang terdaftar dalam BEI, yang juga memenuhi kriteria pengumpulan data yang sudah disiapkan sebelumnya.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

(9)

ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya.Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan Wholesale (Grosir)yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dipilih dengan menggunakan

purposive random sampling method dengan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan Wholesale (Grosir) yang menerbitkan laporan keuangan secara rutin dalam tahun 2011-2014 dan terdaftar di BEI dari tahun 2011-2014.

2. Perusahaan Wholesale (Grosir)yang laporan keuangannya dari tahun 2011-2014 tidak pernah merugi dalam 4 tahun tersebut, baik itu dari sisi laba operasi maupun laba setelah dikurangi pajak, karena penelitian ini bertujuan untuk melihat perataan laba.

3. Perusahaan Wholesale (Grosir) yang menerbitkan dan melaporkan laporan keuangan yang telah di audit secara teratur selama tahun 2011 - 2014.

Tabel 3.1

Daftar Populasi dan Sampel Penelitian

No. Nama Perusahaan Kode Emiten

Kriteria Sampel

K1 K2 K3

1. Agis Tbk TMPI

Sampel 1

2. Akbar Indomakmur Stimec Tbk

AIMS

Sampel 2

3. Akr Corporindo Tbk baru sampai

sini

AKRA

Sampel 3

4. Renuka Coalindo Tbk

SQMI

-

-

-

5. Ancora Indonesia Resources Tbk

(10)

6. Asia Natural Resources Tbk

ASIA

-

-

-

7. Bintang Mitra Semesta Raya Tbk

BMSR

-

-

8. Colorpak Indonesia Tbk

CLPI

Sampel 4

9. Dayaindo Resources

International Tbk

KARK

-

-

-

10. Dian Swastika Sentosa Tbk

DSSA

-

-

-

No. Nama Perusahaan Kode Emiten

Kriteria Sampel

K1 K2 K3

11. Enseval Putra Megatrading Tbk

EMPT

-

-

-

12. Evergreen Invesco Tbk

GREN

Sampel 5

13. FKS Multi Agro Tbk

FISH

Sampel 6

14. Hexindo Adiperkasa Tbk

HEXA

Sampel 7

15. Inter Delta Tbk INTD

-

-

16. Intraco Penta Tbk INTA

-

-

17. Lautan Luas Tbk LTLS

Sampel 8

18. Millenium Pharmacon

International Tbk

(11)

19. Modern

International Tbk

MDRN

Sampel 10

20. Multi Indocitra Tbk

MICE

Sampel 11

21. Perdana Bangun Pusaka Tbk

KONI

-

-

-

No. Nama Perusahaan Kode Emiten

Kriteria Sampel

K1 K2 K3

22. Sugih Energy Tbk SUGI

Sampel 12

23. Tigaraksa Satria Tbk

TGKA

Sampel 13

24. Tira Austenite Tbk TIRA

Sampel 14

25. Triwira Insanlestari Tbk

TRIL

-

-

26. Tunas Ridean Tbk TURI

Sampel 15
(12)

28. Wahana Phonix Mandiri Tbk

WAPO

-

-

-

No. Nama Perusahaan Kode Emiten

Kriteria Sampel

K1 K2 K3

29. Wicaksana Overseas

Inetrnational Tbk

WICO

-

-

3.4 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel Penelitian

Penelitian ini akan menguji hubungan antara profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan terhadap perataan laba perusahaan. Variabel dependen adalah perataan laba sementara variabel independen adalah profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan.

3.4.1 Variabel Dependen

(13)

Alasan dipilihnya IE sebagai pengukur terjadinya perataan laba atau tidak di suatu perusahaan adalah IE merupakan pemisah yang jelas antara perata laba dengan bukan perata laba berdasarkan perhitungan statistic selain itu IE juga bias mengukur terjadinya perataan laba dengan cara menjumlahkan pengaruh dari beberapa variabel perata laba yang potensial dan menyelidiki pola dari perilaku perataan laba dalam periode tertentu (Ashari dkk, 1994;295).

Rumus dalam perhitungan perataan laba adalah sebagai berikut:

� = � �

Dimana :

� = Coefficient of Variation of Sales � = Coefficient of Variation of Income

Berdasarkan indeks Eckel (1981), perusahaan diklasifikasikan ke dalam kelompok perataan laba bila:

� > �

Untuk coefficient of variation (CV) dari sales dan income dapat dihitung sebagai berikut:

� = �1� �

�� � dan � � =

�1� � ��� �

Dimana:

� = Standard Deviation of Sales � = Standard Deviation of Income �� = Means of Sales

(14)

3.4.2 Variabel Independen

Pengukuran variabel bebas yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Profitabilitas Perusahaan

Ada bebearapa rasio untuk mengukur profitabilitas diantara lain :

 Net Profit Margin (NPM)

 Gross Profit Margin (GPM)

 Return on Equity (ROE)

 Return on Asset (ROA)

Dalam penelitian ini pengukuran variabel profitabilitas perusahaan menggunakan rasio Return on Asset (ROA) yang di ukur dengan membagikan laba bersih dengan total aktiva. Alasan dipilihnya ROA sebagai rasio pengukuran profitabilitas perushaan adalah karena ROA menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan kedalam bentuk total aktiva untuk menghasilkan laba. Dengan kata lain ROA menunjukan seberapa besar tingkat pengembalian dari aktiva yang dimiliki perusahaan. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan NMP dan GPM yang menggunakan jumlah penjualan sebagai dasar pengukurannya.Begitu pula dengan ROE, tidak dipilih sebagai rasio pengukuran karena ROE sangat tergantung pada modal perusahaan yang tidak terlalu di fokuskan dalam penelitian ini.Perusahaan cenderung melakukan income minimization saat memperoleh tingkat profitabilitas tinggi. Tingkat profitabilitas yang stabil akan memberikan keyakinan pada investor bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja baik dalam menghasilkan laba. Profitabilitas dihitung dengan rumus sebagai berikut :

� � � = � �ℎ

(15)

Untuk mengukur leverage ada beberapa rasio yang bisa digunakan, seperti:Debt to equity ratio (DER), Debt to asset ratio (DTA), dan Times Interest Earned Ratio (TIER). Dalam penelitian ini, variabel leverage perusahaan menggunakan debt to asset (DTA) sebagai rasio pengukur. Dimana pengukuran dari DTA perusahaan ini adalah rasio antara total utang dan total aktiva.

Alasan digunakannya DTA sebagai rasio pengukur adalah karena DTA menunjukkan persentase dana yang diberikan kreditor kepada perusahaan, yang digunakan perusahaan untuk membiayai total aktivanya. Rasio DTA lebih baik mengukur leverage perusahaan karena berbeda dengan DER, yang hanya mengukur jumlah modal sendiri yang dijaminkan atas utang. Begitu juga dengan TIER, yang hanya menghitung kemampuan perusahaan membayar beban bunga.Adanya indikasi perusahaan melakukan perataan laba untuk menghindaripelanggaran perjanjian utang dapat dilihat dari kemampuan pelunasan utang dalam perhitungan DTA. Perusahaan dengan tingkat leverage (DTA) yang tinggi diduga melakukan perataan laba karena perusahaan seringkali mengalami kesulitan dalam pelunasan utangnya. Oleh karena itu manajemen membuat atau mengubah kebijakan sehingga laba yang tercatat menjadi lebih besar jumlahnya.

Leverage (DTA) dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:

� � = ��

3. Ukuran Perusahaan

Besar kecilnya suatu perusahaan diukur dapat diukur dengan banyak cara,antara lain :

 Total Sales

(16)

 Total Aktiva

Manajer perusahaan besar juga lebih cenderung melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan kecil (Ashari dkk, 1994;301).

Size = Ln(Total Aktiva) 4. Dividend Payout Ratio

Dividend payout ratio dapat di ukur dengan rumus:

= ��� ℎ � %

Tabel 3.2

Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

Variabel Definisi Pengukuran

Variabel

Skala Pengukuran

Income Smoothing (Perataan Laba) (Y)

proses manipulasi waktu

terjadinya laba atau laporan laba agar laba yang

dilaporkan terlihat stabil.

=

������ �

�� �

x100

nominal

Profitabilitas (X1)

Kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba selama periode

tertentu.

ROA =L e

To l e

x100

Rasio

Leverage(X2) rasio yang

digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva yang dimiliki

perusahaan berasal dari hutang atau

� �

= �� �

(17)

modal. Ukuran

Perusahaan (X3)

Merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya perusahaandili hat daritotal asset yang dimiliki.

Size = Log natural (total aset)

Rasio

Variabel Definisi Pengukuran

Variabel

Skala Pengukuran Dividend Payout

Ratio (� )

Persentase laba yang

dibayarkan dalam bentuk dividend dengan total laba yang tersedia bagi pemegang saham

= ��� ℎ

� ℎ � %

Rasio

3.5 Metode Analisis

Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda.Analisis regresi digunakan untuk memprediksi seberapa jauh perubahan variabel dependen jika variabel independennya dimanipulasi.Sebelum melakukan regresi, peneliti terlebih dahulu melakukan statistik deskriptif dan uji asumsi klasik.

3.5.1 Analisis Deskriptif

Di dalam statistik deskriptif,penulis melakukan teknik statistik yang berhubungan dengan penyajian data statistik dalam bentuk angka-angka.Teknik yang dilakukan adalah analisis deskriptif seperti nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata, jangkauan (range), dan standard deviasi.Dengan menggunakan statistik deskriptif dalam penelitian, data yang diperoleh dapat diubah menjadi sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah untuk

(18)

3.5.2 Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data(Santosa dan Ashari, 2005;128). Uji ini merupakan pengujian yang paling banyakdilakukan untuk analisis statistik parametik. Pengujian uji normalitas karena padaanalisis statistik parametik, asumsi yang harus dimiliki oleh data adalah bahwa data tersebut terdistribusi secara normal. Maksud data terdistribusi secara normal adalah bahwa data akan mengikuti bentuk distribusi normal. Distribusi normal data dengan bentuk distribusi normal dimana data memusat pada nilai rata-rata dan median. Pengujian data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kolmogorov-smirnov (KS). Uji K-S dilakukan dengan hipotesis:

H0 = Data residual terdistribusi normal

Ha = Data residual tidak terdistribusi normal

Dasar pengambilan keputusan dalam uji K-S adalah sebagai berikut:

1. Apabila probabilitas nilai Z uji K-S signifikan secara statistik maka H0 ditolak, yang

berarti data terdistribusi tidak normal.

2. Apabila probabilitas nilai Z uji K-S tidak signifikan statistik maka H0 diterima, yang

berarti data terdistribusi normal.

Pedoman pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

1. Nilai sig. atau signifikan atau nilai probabilitas < 0,05 distribusi adalah tidak normal. 2. Nilai sig. atau signifikan atau nilai probabilitas > 0,05 distribusi adalah normal. 3.5.3 Uji Multikolonieritas

(19)

yang nilai korelasi antar sesama variabelindependen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitasdi dalam model regresi adalah sebagai berikut:

a. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris yangtinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yangtidak signifikan mempengaruhi variabel independen.

b. Menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independen. Jika antarvariabel independen nada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90),maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Tidak adanyakolerasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari adanya multikolinearitas. Multikolineritas dapat disebabkan adanya efek kombinasidua atau lebih variabel independen.

c. Multikolineritas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2)variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabelindependen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabeldependen dan diregres terhadap variabel independen lainnya.Tolerancemengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskanoleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah samadengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF= 1/Tolerance). Nilai cutoff yangumum dipakai untuk menunjukan adanya multolinearitas adalah nilaitolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF>10. Setiap peneliti harusmenentukan tingkat kolinearitas yang masih dapat ditolerir. Sebagai contohnilai tolerance = 0,10 sama dengan tingkat kolonieritas 0,95. Walaupunmultikolineritas dapat dideteksi dengan nilai Tolerance dan VIF, tetapi kitamasih tetap tidak mengetahui variabel-variabel independen manakah yangsaling berkolerasi.

(20)

Uji Autokolerasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1(sebelumnya) (Ghozali, 2006).Jika terjadi korelasi maka dinamakanada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yangberurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.Masalah ini timbul karenaresidual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi.Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam model, dapat menggunakan uji Durbin-Watson (DW test) yang terdapat pada tabel 3.4.

Tabel 3.3 Tabel Durbin-Watson

Kondisi Nilai

Ada autokorelasi D-W dibawah -2

Tidak ada autokorelasi D-W di antara -2 s.d. +2 Ada autokorelasi negatif D-W di atas +2

3.5.5 Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresiterjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2006;75). Jika varians dari residual satu ke pengamatan yang lain tetap, makadisebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Modelregresi yang baik adalah yang Homoskesdastisitas atau tidak terjadiHeterokedastisitas.Untuk mendeteksi heteroskedastisitas dapat menggunakan uji Glejser. Apabila sig > 0,05 maka tidak terdapat gejala heteroskedastisitas..

3.5.6 Analisis Regresi Linier Berganda

(21)

diuji.Teknik analisis ini sangat dibutuhkan dalam berbagai pengambilan keputusan baik dalam perumusan kebijakan manajemen maupun dalam telaah ilmiah. Hubungan fungsi antara satu variabel dependen dengan lebih dari satu variabel independen dapat dilakukan dengan analisis regresi linier berganda, dimanaIncome Smoothing (Perataan Laba) variabel dependen sedangkan profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan sebagai variabel independen.Teknik analisis regresi berganda digunakan dalam penelitian ini karena variabel bebas lebih dari satu dan merupakan teknik uji yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabelindependen terhadap variabel dependen.

Persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:

� = + + � � + � � + + �

Dimana:

� : Konstanta

IS : Income Smoothing PROF : Profitabilitas

LEV : Leverage

SIZE : Ukuran perusahaan

DPR : Dividend Payout Ratio ε : Standar error

3.5.7 Pengujian Hipotesis Penelitian

(22)

a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi (R2) intinya mengukur tingkat ketepatan dari regresi linear berganda yaitu persentase sumbangan (goodress of fit) dari variabel bebas terhadap variabel terikat.Pada penelitian ini digunakan Adjusted R Square karena variabel bebas yang digunakan lebih dari satu.Tujuan pengukuran Adjusted R Square adalah untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

b. Uji F (Uji Signifikansi Simultan)

Uji F ini dilakukan untuk menguji secara serentak variabel independen mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Jika Fhitung> Ftabel, atau sig < 0,05, menunjukkan bahwa model regresi dapat digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Jika Fhitung< Ftabel, atau sig > 0,05, menunjukkan bahwa model yang digunkan belum mampu menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dengan tingkat kepercayaan untuk pengujian hipotesis adalah 95% atau (α) 0.05.

c. Uji t (Uji Signifikansi Parsial)

t-test digunakan untuk menguji pengaruh dari variabel independen secara parsial

terhadap variabel dependen atau untuk melihat variabel yang memberikan pengaruh paling dominan di antara variabel independen yang ada. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

1. H0= b1 = 0, artinya tidak ada pengaruh secara signifikan dari variabel independen

terhadap variabel dependen.

2. Ha = b1 = ≠ 0, artinya ada pengaruh secara signifikan dari variabel independen terhadap

variabel dependen.

3. Menentukan tingkat signifikansi α sebesar 0,05 (5%). Uji ini memiliki ketentuan:

(23)

 Jika t-hitung > t-tabel, maka Ha diterima. Hal ini berarti bahwa variabel-variabel

(24)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean), dan nilai standar deviasi, dari variabel profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, dividend payout ratio (DPR), dan income smoothing. Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh gambaran sampel sebagai berikut.

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif dari Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Dividend Payout Ratio (DPR) dan Income Smoothing

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

Profitabilitas 64 .04 27.49 5.1622 4.65196

Leverage 64 .02 .88 .4936 .22505

Ukuran Perusahaan 64 10.05 17.91 14.1976 1.71342

DPR 64 5.42 71.59 35.4069 18.78371

Income Smoothing 64 693.00 7784577.00 591536.5000 1.69648E6 Valid N (listwise) 64

(25)

maksimum 7784577. Sementara rata-rata dan standar deviasi dari income smoothing adalah 591536,5 dan 169648.

4.2 Uji Asumsi Klasik

4.2.1 Uji Normalitas

Dalam penelitian ini, uji normalitas terhadap residual dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Tingkat signifikansi yang digunakan � = , 5. Dasar pengambilan keputusan adalah melihat angka probabilitas , dengan ketentuan sebagai berikut.

Jika nilai probabilitas ≥ 0,05, maka asumsi normalitas terpenuhi. Jika probabilitas < 0,05, maka asumsi normalitas tidak terpenuhi.

Tabel 4.2 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize d Residual

N 64

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 11.91754172

Most Extreme

Differences

Absolute .164

Positive .164

Negative -.096

Kolmogorov-Smirnov Z 1.315

Asymp. Sig. (2-tailed) .063

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

(26)

Untuk memeriksa apakah terjadi multikolinearitas atau tidak dapat dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF). Nilai VIF yang lebih dari 10 diindikasi suatu variabel bebas

terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2013).

Tabel 4.3

Uji Asumsi Multikolinearitas

Model

Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)

Profitabilitas .894 1.119 Leverage .853 1.172 Ukuran

Perusahaan

.856 1.168

DPR .882 1.134

Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.3, nilai VIF dari profitabilitas adalah 1,119, nilai VIF dari variabel dari variabel leverage adalah 1,172, nilai VIF dari ukuran perusahaan adalah 1,168, dan nilai VIF dari DPR adalah 1,134. Karena masing-masing nilai VIF tidak lebih besar dari 10, maka tidak terdapat gejala multikolinearitas yang berat.

4.2.3 Uji Autokorelasi

(27)

Tabel 4.4

Uji Asumsi Autokorelasi dengan Uji Run

Runs Test

Unstandardize d Residual Test Valuea -2.57105 Cases < Test Value 32 Cases >= Test Value 32 Total Cases 64 Number of Runs 40

Z 1.764

Asymp. Sig. (2-tailed)

.078 a. Median

Berdasarkan Tabel 4.4, diketahui nilai probabilitas atau Asymp. Sig. adalah 0,078, di mana lebih besar dari 0,05, maka tidak terjadi gejala autokorelasi. Uji autokorelasi juga dapat diuji dengan menggunakan uji Durbin-Watson (Gio, 2015:61-62, Field, 2009:220). Nilai statistik dari uji Watson berkisar di antara 0 dan 4. Nilai statistik dari uji Durbin-Watson yang lebih kecil dari 1 atau lebih besar dari 3 diindikasi terjadi autokorelasi.

Tabel 4.5

Uji Asumsi Autokorelasi

Model

Durbin-Watson 1 2.801

(28)

4.2.4 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji grafik plot dan uji statistik. Uji statistik Glejser dipilih karena lebih dapat menjamin keakuratan hasil dibandingkan dengan uji grafik plot yang dapat menimbulkan bias. Uji Glejser dilakukan dengan meregresikan variabel bebas terhadap nilai absolute residual-nya terhadap variabel dependen. Kriteria yang digunakan untuk menyatakan apakah terjadi heteroskedastisitas atau tidak di antara data pengamatan dapat dijelaskan dengan menggunakan koefisien signifikansi. Koefisien signifikansi harus dibandingkan dengan tingkat signifikansi yang ditetapkan sebelumnya (5%). Apabila koefisien signifikansi lebih besar dari tingkat signifikansi yang ditetapkan, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas (homoskedastisitas). Jika koefisien signifikansi lebih kecil dari tingkat signifikansi yang ditetapkan, maka dapat disimpulkan terjadi heteroskedastisitas.

Tabel 4.6

Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -10.652 10.989 -.969 .336

Profitabilitas .353 .296 .153 1.193 .238

Leverage -7.443 6.258 -.156 -1.189 .239

Ukuran Perusahaan 1.293 .821 .206 1.576 .120

DPR .107 .074 .187 1.453 .151

a. Dependent Variable: abs_residual_Glejser

(29)

Karena masing-masing nilai probabilitas (Sig.) > 0,05, maka disimpulkan tidak terjadi gejala heteroskedastistas.

4.3 Analisis Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi ( ) merupakan suatu nilai (nilai proporsi) yang mengukur seberapa besar kemampuan variabel-variabel bebas yang digunakan dalam persamaan regresi, dalam menerangkan variasi variabel tak bebas (Supranto, 2005:158, Gujarati, 2003:212).

Tabel 4.7 Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .712a .507 .473 12.31490 2.801

a. Predictors: (Constant), DPR, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Leverage

b. Dependent Variable: Income Smoothing

Berdasarkan Tabel 4.7, nilai koefisien determinasi terletak pada kolom R-Square. Diketahui nilai koefisien determinasi sebesar = ,5 7. Nilai tersebut berarti seluruh variabel bebas secara simultan mempengaruhi variabel income smoothing sebesar 50,7%, sisanya sebesar 49,3% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

4.4 Uji Signifikansi Pengaruh Simultan (Uji )

(30)

simultan dari seluruh variabel bebas terhadap income smoothing signifikan secara statistika pada tingkat signifikansi � = , 5. Hasilnya dapat diringkas pada Tabel 4.9 dan Tabel 4.10.

Tabel 4.8

Uji Pengaruh Simultan dengan Uji

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 9183.864 4 2295.966 15.139 .000a Residual 8947.751 59 151.657

Total 18131.615 63

a. Predictors: (Constant), DPR, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Leverage b. Dependent Variable: Income smoothing

Tabel 4.9

Uji Pengaruh Simultan dengan Pendekatan Nilai F

Variabel Nilai F Hitung

Nilai F Tabel (Tersaji di Lampiran)

Interpretasi

profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, DPR

15,139

2,52

Pengaruh faktor profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, DPR, secara simultan signifikan mempengaruhi income smoothing (F Hitung > F Tabel)

Tabel 4.10

Uji Pengaruh Simultan dengan Pendekatan Nilai Sig

Variabel Nilai Sig Tingkat

Signifikansi Interpretasi profitabilitas,

leverage, ukuran perusahaan, DPR

0,000 � = , 5 Pengaruh faktor

profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, DPR, secara simultan signifikan

(31)

4.5 Analisis Regresi Linear Berganda dan Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji t)

Tabel 4.11 menyajikan nilai koefisien regresi, serta nilai statistik t untuk pengujian pengaruh secara parsial. Berdasarkan Tabel 4.11 diperoleh persamaan regresi linear sebagai

berikut. Income Smoothing = -77,889+0,514profitabilitas

22,906leverage+6,038ukuranperusahaan+0,190DPR+e

Berdasarkan Tabel 4.11, disajikan kembali nilai koefisien regresi untuk masing-masing variabel bebas, besertas interpretasinya (Tabel 4.12).

Tabel 4.11

Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji )

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -77.889 13.106 -5.943 .000

Profitabilitas .514 .353 .141 1.458 .150 Leverage -22.906 7.464 -.304 -3.069 .003 Ukuran

Perusahaan

6.038 .979 .610 6.169 .000

DPR .190 .088 .211 2.162 .035

Tabel 4.12

Koefisien Regresi Beserta Interpretasinya

Variabel Koefisien Regresi dan Interpretasi

Profitabilitas

0,514 (bernilai positif), berarti profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap income smoothing. Profitabilitas yang semakin tinggi cenderung meningkatkan income smoothing.

Leverage

-22,906 (bernilai negatif), berarti leverage memiliki pengaruh negatif terhadap income smoothing. Leverage yang semakin tinggi cenderung menurunkan income smoothing.

Ukuran perusahaan

6,038 (bernilai positif), berarti ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap income smoothing. Ukuran perusahaan yang semakin tinggi cenderung meningkatkan income smoothing.

DPR

(32)

income smoothing.

Tabel 4.13

Menguji Signifikan Pengaruh dengan Nilai t

Variabel Nilai t Hitung

Nilai t Tabel (Tersaji di Lampiran)

Interpretasi

Profitabilitas 1,458

±2,00

Pengaruh parsial profitabilitas tidak signifikan terhadap income smoothing (+t Hitung < +t Tabel)

Leverage -3,069

±2,00

Pengaruh parsial leverage signifikan terhadap income smoothing (-t Hitung < -t Tabel)

Ukuran

perusahaan 6,169

±2,00

Pengaruh parsial ukuran perusahaan signifikan terhadap income smoothing (+t Hitung > +t Tabel)

DPR 2,162 ±1,99

Pengaruh parsial DPR signifikan terhadap income smoothing (+t Hitung > +t Tabel)

� / � � + � / � �

Gambar 4.1 Aturan Pengambilan Keputusan terhadap Hipotesis berdasarkan Uji Tabel 4.14

Menguji Signifikan Pengaruh dengan Nilai Probabilitas (Sig.)

Variabel

Nilai

Sig. Tingkat

Signifikansi Interpretasi

Profitabilitas 0,150 � = , 5

Pengaruh parsial profitabilitas tidak signifikan terhadap income smoothing (Sig. > 0,05)

Leverage 0,003

� = , 5 Pengaruh signifikan terhadap parsial leverage income

Daerah penerimaan ,

penolakan (pengaruh

signifikan)

Daerah penerimaan ,

penolakan (pengaruh

tidak signifikan)

Daerah penerimaan ,

penolakan (pengaruh

(33)

smoothing (Sig. < 0,05) Ukuran

perusahaan 0,000

� = , 5

Pengaruh parsial ukuran perusahaan signifikan terhadap income smoothing (Sig. < 0,05)

DPR 0,035 � = , 5

Pengaruh parsial DPR signifikan signifikan terhadap income smoothing (Sig. < 0,05)

4.5.1 Pengujian Pengaruh Profitabilitas terhadap Income Smoothing (Y)

Berdasarkan Tabel 4.11 hingga Tabel 4.14, diketahui variabel profitabilitas berpengaruh positif terhadap income smoothing. Dengan kata lain, profitabilitas yang semakin meningkat, cenderung akan meningkatkan income smoothing. Diketahui faktor profitabilitas memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap income smoothing.

4.5.2 Pengujian Pengaruh Leverage terhadap Income Smoothing

Berdasarkan Tabel 4.11 hingga Tabel 4.14, diketahui variabel leverage berpengaruh negatif terhadap income smoothing. Dengan kata lain, leverage yang semakin meningkat, cenderung akan menurunkan income smoothing. Diketahui faktor leverage memiliki pengaruh yang signifikan terhadap income smoothing.

4.5.3 Pengujian Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Income Smoothing

Berdasarkan Tabel 4.11 hingga Tabel 4.14, diketahui variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap income smoothing. Dengan kata lain, ukuran perusahaan yang semakin meningkat, cenderung akan meningkatkan income smoothing. Diketahui faktor ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap income smoothing.

4.5.4 Pengujian Pengaruh DPR terhadap Income Smoothing

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa dari penelitian ini dapat disimpulkan beberapa informasi sebagai berikut:

1. Variabel leverage, ukuran perusahaan, dan DPR memiliki pengaruh simultan yang signifikan terhadap income smoothing dapat dilihat dari hasil uji F yakni nilai F hitung (15,139) ≥ F table (2,52).

2. Variabel profitabilitas berpengaruh positif tidak signifikan terhadap income smoothing. Dengan kata lain, profitabilitas yang semakin meningkat, cenderung akan meningkatkan income smoothing, dapat dilihat dari hasil uji t yaitu t hitung (1,458) < t tabel (2,00). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Andy (2011), Irsyad (2008) dan Pratama (2012)

3. Variabel leverage berpengaruh negatif terhadap income smoothing. Dengan kata lain, leverage yang semakin meningkat, cenderung akan menurunkan income smoothing. Diketahui faktor leverage memiliki pengaruh yang signifikan terhadap income smoothing, dapat dilihat dari hasil uji t dimana (-3,069) < t hitung (2,00). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Dewi (2010) dan Diastiti (2010).

4. Variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap income smoothing. Dengan kata lain, ukuran perusahaan yang semakin meningkat, cenderung akan meningkatkan income smoothing. Diketahui faktor ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap income dapat dilihat dari hasil uji t yakni t hitung (6,169) > t table (2,00). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Irsyad (2008).

(35)

Diketahui faktor DPR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap income smoothing dapat dilihat dari uji t yaitu t hitung (2,216) > t tabel (2,00). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Uswati (2012).

Saran – saran yang dapat saya berikan, sebagai berikut:

1. Peneliti memiliki keterbatasan sumber daya sehingga hanya meneliti 4 variabel independen, maka penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan variabel-variabel independen lainnya seperti jenis usaha, sektor industry atau net profit margin, sehingga hasil penelitian terus berkembang dan mampu memprediksi faktor-faktor yang mempengaruhi income smoothing.

2. Peneliti memiliki keterbatasan waktu dan dana sehingga hanya menggunakan 4 tahun pengamatan, maka penelitian selanjutnya diharapkan untuk menambah tahun pengamatan sehingga hasil yang diperoleh dapat menunjukkan kecenderungan praktik income smoothing di perusahaan dalam jangka waktu yang lebih panjang.

(36)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

Di sini akan dijelaskan teori-teori yang mendukung dalam perumusan hipotesis penelitian ini serta membantu dalam menganalisis hasil penelitian yang di dapat dalam penelitian. Sedangkan telaah pustaka yang berasal dari penelitian terdahulu, akan menjelaskan tentang hasil-hasil penelitian yang didapat oleh penelitian terdahulu yang berkaitan dengan praktek perataan laba yang dilakukan perusahaan. Berikut ini landasan teori dan penelitian terdahulu yang berkaitan:

2.1.1 Income Smoothing( Perataan Laba )

Income Smoothing adalah proses manipulasi waktu terjadinya laba atau laporan laba agar laba yang dilaporkan terlihat stabil. Menurut Jatiningrum (dalam Abiprayu, 2011;61), alasan adanya perataan laba antara lain, pertama rekayasa untuk mengurangi laba dan menaikkan biaya pada periode berjalan dapat mengurangi hutang pajak. Kedua, tindakan perataan laba dapat meningkatkan kepercayaan investor, karena mendukung kestabilan laba dan kebijakan dividen sesuai dengan keinginan. Ketiga, tindakan perataan laba dapat mempererat hubungan antara manajer dan karyawan, karena dapat menghindari permintaan kenaikan upah/gaji oleh karyawan/pekerja. Keempat, tindakan perataan laba memiliki dampak psikologis pada perekonomian, dimana kemajuan dan kemunduran dapat dibandingkan dan gelombang optimisme dan pesimisme dapat ditekan, serta biasanya perusahaan lebih memilih untuk melaporkan pertumbuhan laba yang stabil daripada menunjukkan perubahan laba yang meningkat atau menurun terlalu drastis. Berbagai metode yang digunakan dalam perataan laba diantaranya adalah sebagai berikut:

(37)

Selain itu banyak juga perusahaan yang menerapkan kebijakan diskon dan kredit sehingga hal ini dapat menyebabkan meningkatnya jumlah piutang dan penjualan pada akhir bulan terakhir tiap kuarter, sehingga laba kelihatan stabil pada periode tertentu. 2. Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu. Manajer memiliki kewenangan

untuk mengalokasikan pendapatan dan atau beban untuk periode tertentu. Misalnya, jika penjulan meningkat maka manajemen dapat membebankan biaya riset dan penelitian serta amortisasi goodwill pada periode itu untuk mensabilkan laba.

3. Perataan melalui klasifikasi. Manajemen memiliki kewenangan dan kebijakan sendiri untuk mengklasifikasikan pos-pos rugi laba dalam katagori yang berbeda. Misalnya, jika pendapatan operasi sulit untuk didefenisikan maka manajer dapat mengklasifikasikan pos itu pada pendapatan operasi atau pendapatan non operasi. Dalam hal ini dapat digunakan sewaktu-waktu untuk meratakan laba melihat kondisi pendapatan periode itu.

Klasifiksi unsur-unsur laporan keuangan yang dijadikan dalam praktik perataan laba, yaitu;

1. Unsur Penjualan

 Saat pembuatan faktur. Misalnya: penjualan yang sebenarnya untuk periode yang akan datang pembuatan fakturnya dilakukan pada periode ini dan dilaporkan sebagai penjualan periode ini.

 Pembuatan pesanan atau penjulan fiktif.

Downgrading (penurunan) produk. Misalnya dengan cara mengklasifikasikan

produk yang belum rusak kedalam kelompok produk yang rusak dan selanjutnya dilaporkan telah terjual dengan harga yang lebih rendah dari harga yang sebenarnya.

(38)

 Memecah faktur. Misalnya faktur untuk sebuah pembelian/pesanan dipecah menjadi beberapa pembelian/pesanan dan selanjutnya dibuatkan beberapa faktur dengan tanggal berbeda kemudian dilaporkan dalam beberapa periode akuntansi.

Mencatat prepayment (biaya dibayar dimuka) sebagai biaya. Misalnya melaporkan biaya advertensi dibayar dimuka untuk tahun depan sebagai biaya advertensi tahun ini.

Berikut juga dijelaskan beberapa teori terkemuka yang berkaitan dengan perataan laba:

1. Teori Akuntansi Positif

Tiga hipotesa yang dijelaskan, adalah sebagai berikut :

 Hipotesa Rencana Bonus (bonus plan hypothesis)

Manajemen yang diberikan janji untuk mendapatkan bonus sehubungan dengan performa perusahaan terkait dengan laba perusahaan yang diperolehnya akan termotivasi untuk mengakui laba perusahaan yang seharusnya menjadi bagian dimasa mendatang, diakui menjadi laba perusahaan pada tahun berjalan.

 Hipotesa Perjanjian Utang (debt covenant hypothesis)

Dalam melakukan perjanjian utang, perusahaan diwajibkan untuk memenuhi beberapa persyaratan yang diajukan oleh kreditur agar dapat mengajukan pinjaman. Beberapa persyaratan tersebut adalah persyaratan dari kondisi tertentu mengenai keuangan perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan dapat tercermin dari rasio-rasio keuangan. Kreditur memiliki persepsi bahwa perusahaan yang memiliki nilai laba yang relatif tinggi dan stabil merupakan salah satu kriteria perusahaan yang sehat.

(39)

Scott (2000) mengidentifikasikan ada beberapa pola yang dilakukan manajemen untuk melakukan pengelolaan laba sebagai berikut : (a) Taking a bath, yaitu ketika perusahaan melaporkan adanya kerugian, maka manajemen melakukan kebijakan untuk melaporkan kerugian dengan jumlah yang besar sekaligus; (b) Income minimization, kebijakan ini dilakukan ketika laba yang diperoleh perusahaan tinggi atau meningkat. Hal umum yang dilakukan manajemen dalam praktek ini adalah dengan meminimalkan laba, contohnya adalah dengan membebankan beban penelitian dan pengembangan lebih besar di periode berjalan; (c) Income maximization, kebijakan ini dilakukan ketika laba yang diperoleh perusahaan rendah atau menurun. Hal umum dilakukan manajemen dalam praktek ini adalah dengan memaksimalkan laba, contohnya dengan mengalokasikan pendapatan tahun mendatang di periode tahun berjalan. 2. Teori Agensi

(40)

dibandingkan pihak eksternal, manajer kemudian menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan dalam usaha memaksimalkan kemakmurannya (Abiprayu, 2011;46).

2.1.2 Profitabilitas

Profitabilitas perusahaan adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dalam suatu periode tertentu, dalam penelitian ini menggunakan Return On Asset (ROA) sebagai rasio pengukurannya. ROA diukur dengan cara perbandingan antara laba bersih dengan total aset. ROA menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan kedalam bentuk total aktiva untuk menghasilkan laba. Profitabilitas berhubungan secara langsung dengan laba yang dihasilkan perusahaan, maka profitabilitas sangat mempengaruhi kemungkinan terjadinya perataan laba. Semakin tinggi kemampuan perusahaan menghasilkan laba, maka semakin tinggi pula kecenderungan melakukan perataan laba, seperti yang telah di jelaskan sebelumnya melalui teori agensi. Selain teori agensi, kecenderungan perusahaan melakukan perataan laba didukung juga oleh teori akuntansi positif yang telah di jelaskan juga sebelumnya.

2.1.3 Leverage

(41)

proporsi hutang perusahaan lebih tinggi dibandingkan proporsi aktivanya, sehingga resiko perusahaan akan besar juga. Leverage berkemungkinan berhubungan langsung dengan perataan laba karena dengan semakin tingginya resiko yang dihadapi oleh investor perusahaan, maka ia menginginkan tingkat keuntungan yang tinggi pula, karena hal ini manajemen melakukan manipulasi laba dalam bentuk perataan laba. Penelitian yang dilakukan Ashari dkk. (1994;297) membuktikan bahwa leverage merupakan salah satu faktor yang mendukung terjadinya perataan laba. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan hasil penelitian Zuhroh (1996;34) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi perataan laba adalah leverage perusahaan.

2.1.4 Ukuran Perusahaan

(42)

2.1.5 Dividend Payout Ratio

Menurut Agus Sartono (2001;98) rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio) adalah persentase laba yang dibayarkan dalam bentuk dividend dengan total laba yang tersedia bagi pemegang saham. Dividen yang terlalu besar bukan tidak diinginkan oleh investor maupun perusahaan, tetapi semakin besar laba dan dividen yang diberikan maka hal itu tidak akan menguntungkan bagi perusahaan, Sedangkan jika dividen yang dibagikan kepada para investor terlalu kecil dapat menyebabkan pelepasan lembar saham yang dapat mengakibatkan penurunan harga saham perusahaan tersebut. Demi menghindari hal-hal tersebut maka perusahaan akan cenderung terdorong untuk melakukan income smoothing. Uswati (2012) menyatakan bahwa dividend payout ratio berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Pratama (2012) yang menyatakan hal serupa.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai praktik perataan laba (Income Smoothing) telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya yang menghasilkan temuan yang bermacam-macam dan dengan variabel yang berbeda-beda.Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1

Peneliti Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian

1 Made Yustiari Dewi dan I Ketut Sujana

Pengaruh Ukuran

Perusahaan dan Profitabilitas Pada Praktik perataan Laba Dengan Jenis Industri sebagai Variabel

Pemoderasi di

Ukuran

Perusahaan dan Profitabilitas.

Hasil dari penelitian adalah ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh terhadap praktik perataan laba sedangkan jenis industri tidak dapat memoderasi ukuran

perusahaan dan

(43)

Bursa Efek Indonesia. 2. Andy Sri

Haryadi (2011)

Pengaruh Profitabilitas, Size Perusahaan dan Komisaris Independen Terhadap Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Profitabilitas , size perusahaan , komisaris indenpenden.

Profitabilitas, size perusahaan, dan komisaris independen secara simultan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan

laba (income smoothing).

3. H Sandres Daniel. (2011) Pengaruh ukuran perusahaan, financial

leverage, net profit margin, dan operating profit margin terhadap

perataan laba (income

smoothing) pada perusahaan property, real estate and building

construction yang terdaftar di BEI.

Ukuran Perusahaan, Financial

Leverage, Net Profit Margin, Operating Profit Margin.

Uji-t yang dilakukan menyimpulkan bahwa variabel ukuran perusahaan dan operating profit margin berpengaruh secara parsial terhadap perataan laba (income smoothing). Sedangkan financial leverage dan net profit margin tidak berpengaruh secara parsial terhadap perataan laba (income smoothing). Hasil pengujian Uji-F yang dilakukan menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan, financial leverage, net profit margin, dan operating profit margin berpengaruh secara simultan terhadap perataan laba (income smoothing). 4. Diastiti

Okkarisma Dewi (2010)

Pengaruh Jenis Perusahaan, Ukuran

Perusahaan dan Financial

Leverage Terhadap Tindakan Perataan Laba Pada

Perusahaan

Jenis usaha , ukuran

perusahaan , financial

leverage .

(44)

Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

perusahaan manufaktur tetapi berpengaruh secara signifikan terhadap tindak perataan laba pada perusahaan keuangan. 5 Dhamar

Yudho Aji dan Aria Farah Mita (2010)

Pengaruh Profitabilitas, Risiko

Keuangan, Nilai Perusahaan dan Struktur

Kepemilikan Terhadap Praktik Perataan Laba : Studi Empiris

Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI.

Profitabilitas, Resiko

Keuangan, Nilai Perusahaan, dan Struktur

Kepemilikan.

Hasil uji hipotesis penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh positif terhadap praktek perataan laba, Besarnya kepemilikan publik serta keberadaan kepemilikan manajemen juga terbukti tidak berpengaruh positif terhadap perataan laba

yang dilakukan

perusahaan, Sedangkan risiko perusahaan dan nilai perusahaan terbukti berpengaruh positif terhadap praktek perataan laba.

6 Dika Fajar Pratama (2012) Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan, Nilai Perusahaan, Struktur Kepemilikan dan Dividend Payout Ratio Terhadap

Perataan Laba Pada

Perusahaan Yang Terdaftar di BEI. Profitabilitas, Resiko Keuangan, Nilai Perusahaan, Struktur Kepemilikan, dan Dividend Payout Ratio.

Hasil uji hipotesis dari penelitian ini adalah profitabilitas,resiko

keuangan,nilai perusahaan dan Dividend payout ratio tidak berpengaruh secara positif terhadap perataan laba. Struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap perataan laba.

7 Ani Uswati Pengaruh Financial Leverage,

Return On

Asset dan

Dividend

Payout Ratio Terhadap

Income

Smoothing Pada Perusahaan Property, Real

Financial Leverage,

Return On

Asset, Dividend Payout Ratio.

(45)

Estate dan Building

Construction Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2008 – 2010.

smoothing pada

perusahaan property, real estate dan building construction.

Beragamnya pendapat dari peneliti terdahulu yang dapat dilihat dari tabel diatas menjadi suatu

fenomena menarik bagi peneliti untuk melakukan penelitian dalam topik ini.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sintesis atau eksplorasi dari tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang mencerminkan keterkaitan antar variabel yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis. Untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba, maka penulis menyusun kerangka konseptual (theoretical framework) yang tercantum pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

H1

H4 H3 H2

H5

Perataan Laba (Income Smoothing) (Y) Profitabilitas (X1)

Leverage (X2)

Ukuran Perusahaan (X3)

(46)

2.4 Hipotesis Penelitian

Profitabilitas berpengaruh terhadap perataan laba sebab profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Semakin besar laba yang dihasilkan perusahaan maka, semakin besar pula pajak perusahaan tersebut, oleh karena itu meningkat pula kecenderungan perusahaan untuk melakukan perataan laba demi meminimalisir pajak yang akan di bayarkan oleh perusahaan. Profitabilitas yang stabil pun penting bagi perusahaan demi mendapatkan kepercayaan para investor, karena tentu saja para investor akan lebih yakin dengan perusahaan yang memiliki laba yang stabil daripada perusahaan dengan fluktuasi laba yang drastis. Penelitian ini pun didukung oleh teori agensi, dimana manajer yang memiliki kepentingan dengan naik atau turunnya laba cenderung akan melakukan perataan laba, contohnya, jika di perusahaan tersebut memberikan bonus apabila laba perusahaan meningkat maka manajer tentu ingin laba perusahaan, peningkatan yang konsisten akan lebih menguntungkan bagi manajer, maka jika ada satu periode perusahaan mendapat laba yang tinggi, manajer akan meratakan laba dengan mengalokasikan laba tersebut ke periode berikutnya. Selain teori agensi, kecenderungan perusahaan melakukan perataan laba didukung juga oleh teori akuntansi positif yang telah di jelaskan juga sebelumnya. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1:Profitabilitas berpengaruh terhadap Perataan Laba (Income Smoothing)

(47)

tingginya resiko yang dihadapi oleh investor perusahaan, maka ia menginginkan tingkat keuntungan yang tinggi pula, karena hal ini manajemen melakukan manipulasi laba dalam bentuk perataan laba. Ashari dkk. (1994;301) menyatakan bahwa leverage merupakan salah satu faktor yang mendukung terjadinya perataan laba. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2:Leverage berpengaruh terhadap Perataan Laba (Income Smoothing)

Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap perataan laba karena perusahaan yang besar biasanya mendapatkan perhatian yang lebih besar dari berbagai pihak.Akibatnya perusahaan

– perusahaan tersebut cenderung melakukan perataan laba untuk menghindari naik turun laba yang darstis, juga karena fluktuasi laba dapat berpengaruh pada pajak, saham dan investor. Penelitian ini juga didukung oleh teori sinyal (signaling theory) yang menyatakan bahwa perusahaan cenderung ingin memberikan sinyal kepada masyrakat tentang keadaan perusahaan dengan tujuan agar masyarakat dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk, sehingga semakin besar suatu perusahaan tentu akan besar keinginan pemilik untuk menunjukkan bahwa perusahaannya stabil dengan memberikan sinyal kepada masyarakat dan pengguna laporan keuangan berupa laba yang stabil dari waktu kewaktu, salah satu jalan untuk merealisasikan hal ini adalah dengan melakukan perataan laba. Gordon dalam dasar-dasar manajemen keuangan Husnan (2006;136) menyatakan kriteria yang digunakan manajemen perusahaan dalam memilih metode akuntansi adalah untuk memaksimumkan kepuasan atau kemakmuran yang dapat dilihat dari size perusahaan, dimana semakin besar suatu perusahaan dengan laba yang stabil akan memberikan efek yang lebih baik bagi perusahaan yang bersangkutan. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

(48)

Dividend Payout Ratio berpengaruh terhadap income smoothing karena investor akan lebih tertarik pada perusahaan yang memiliki laba yang stabil dengan dividen yang stabil juga. Dengan melakukan praktik perataan laba (income smoothing) maka perusahaan dapat mencegah fluktuasi laba dan menghindari memberikan dividen yang terlalu besar maupun yang terlalu kecil kepada investor yang di kemudian hari dapat mencegah masalah-masalah seperti kesulitan likuiditas keuangan atau menurunnya harga saham yang dikarenakan terlalu besar atau kecil dividen yang diberikan di masa yang akan datang. Beidelman (1973;68) mengatakan salah satu alasan yang digunakan manajemen untuk melakukan income smoothing adalah untuk mengantisipasi pola fluktuasi laba periodik dan mengurangi/menambahkan kembalian (dividend) yang diharapkan dari perusahaan berdasarkan laba tahun bersangkutan. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H4: Dividend Payout Ratio berpengaruh terhadap Perataan Laba (Income Smoothing)

Berdasarkan kesimpulan sementara diatas hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen,peneliti berasumsi bahwa secara simultan profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap perataan laba (Income smoothing). Maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

H5: Profitabilitas,Leverage,Ukuran Perusahaan dan Dividend Payout Ratio

berpengaruh baik secaraparsial maupun simultan terhadap Perataan Laba

(49)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan suatu penggambaran dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan keuangan terdapat informasi – informasi yang dibutuhkan oleh pihak – pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, seperti pemegang saham, kreditor/investor, dan pemerintah. Pihak – pihak ini yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan, menghitung,memperediksi laba yang akan diperoleh pada periode berikutnya, dan dalam kewajiban perpajakan perusahaan. Selain itu juga terdapat pihak lain yang berkepentingan atas laporan keuangan yakni masyarakat sebagai pembaca laporan keuangan yang ikut mengawasihasil kinerja operasional perusahaan yang terlihat dari laba yang dilaporkan.

Peran dari manajemen di dalam laporan keuangan adalah membuat/menyusun, mengevaluasi, menganalisis, dan membuat catatan atas laporan keuangan. Menurut pernyataan standart akuntansi (PSAK) no.1 tujuan dari penyusunan laporan keuangan adalah sebagai berikut:

- Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang menyangkut tentang posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan.

- Laporan keuangan disusun untuk tujuan memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar

pemakai.

(50)

(Kirschenheiter dan Melumad, 2002). Adanya perubahan informasi atas laba suatu perusahaan melalui berbagai cara akan memberikan dampak yang cukup berpengaruh terhadap tindak lanjut para pengguna informasi yang bersangkutan, tidak terkecuali penerapan perataan laba oleh suatu perusahaan. Hal ini bisa terjadi karena di dalam penyusunan laporan berdasarkan PSAK, dapat memberikan kesempatan bagi manajemen untuk memilih metode akuntansi yang akan digunakan dalam perusahaan, disaat pemilihan metode akuntansi inilah peluang untuk melakukan perataan laba bisa terjadi. Perataan laba dalam hubungannya teori keagenan, manajemen (agency) memiliki informasi yang lebih detail mengenai perusahaan di bandingkan yang diketahui pihak pemilik saham (principal) hal ini disebut informasi asimetri (information asymmetry). Jika terjadi penyalahgunaan dengan teori keagenan (AgencyTheory) dimana penggunaan atas informasi ini oleh manajementujuannya hanya untuk kepentingan pihak manajemen dalam mengambil keuntungan finansial, besar kemungkinan terjadi perataan laba. Terjadinya perataan laba ini bisa dilakukan manajemen dengan menggunakan metode akuntansi tertentu.

Beberapa peneliti yang telah melakukan penelitian yang berhubungan dengan perataan laba (Income Smoothing) antara lain Dewi (2010) meneliti mengenai pengaruh ukuran perusahaan dan leverage terhadap praktik perataan laba perusahaan keuangan. Hasil penelitiannya menyatakan bahwaukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur dan keuangan. Sedangkan leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur tetapi berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan keuangan.

(51)

Profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Equity (ROE) secara parsial tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap praktik perataan laba (income smoothing) sedangkan Size (ukuran) perusahaan secara parsial tidak berpengaruh positif signifikan terhadap praktik

perataan laba (income smoothing).

Kemudian ada juga Irsyad (2008) yang melakukan penelitian dengan judul analisis pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage operasi terhadap praktik perataan laba pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di jakarta islamic index. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif secara signifikan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di jakarta islamic index, sedangkan profitabilitas dan leverage operasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di jakarta islamic index.

Dewi (2010) meneliti pengaruh ukuran perusahaan dan financial leverage terhadap tindakan perataan laba. Diastiti mendapatkan kesimpulan bahwa leverage berpengaruh secara signifikan pada tindak perataan laba, sedangkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tindak perataan laba.

Uswati (2012) meneliti pengaruh return on asset, financial leverage dan dividend payout ratio terhadap praktik perataan laba. Ani mendapatkan hasil bahwa return on asset dan dividend payout ratio berpengaruh secara signifikan terhadap perataan laba sedangkan financial leverage tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba.

Bertentangan dengan Ani, Paratama (2012) yang meneliti pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan dan dividend payout ratio terhadap perataan laba,mendapatkan hasil yang berbeda, yakni bahwa baik profitabilitas, ukuran perusahaan dan dividend payout ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perataan laba.

(52)

tingkat market return, maksudnya adalah dengan melakukan perataan laba maka return yang diharapkan akan meningkat dari satu periode ke periode yang lain karena laba yang lebih stabil dibandingkan jika perusahaan tidak melakukan perataan laba, dan jika perusahaan tidak melakukan perataan laba akan menyebabkan laba yang berfluktuasi dan menimbulkan ketidakpastian return di masa mendatang. Di salah satu penelitian awal tentang perataan laba, Hepworth (1953;97) menyatakan bahwa pemilik perusahaan akan merasa lebih yakin atas perusahaan yang memiliki laba yang stabil. Manajemen seharusnya meratakan (dengan aturan akuntansi) pelaporan laba, untuk peningkatan kepuasan pemegang saham atas pertumbuhan dan kestabilan labanya. Beidleman(1973;78) menyatakan bahwa perataan laba itu memiliki efek yang menguntungkan bagi nilai saham dan cost of capital. Easton dan Zmijewski (1989;139) menyatakan bahwa perataan laba membuat pemegang saham mendapatkan informasi lebih banyak dari pengumuman pendapatan.

Berdasarkan penjelasan diatas dan perbedaan pendapat dari beberapa peneliti seperti:

 Profitabilitas

Uswati (2012) m

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu penyebabnya adalah karena masyarakat Desa Tikong merupakan kesatuan masyarakat hukum adat dan agraris, yaitu masyarakat yang mempunyai keterkaitan

Panitia Pengadaan pada Sekretariat DPRD Kota Bandar Lampung akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan Jasa Konstruksi

Panitia Pengadaan Barang/Jasa Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) DAK dan Pendamping DAK Dinas Pertanian Peternakan dan Kehutanan Kota Bandar Lampung Tahun Anggaran 2011

Setelah siswa menemukan pasangan mereka masing-masing, guru meminta siswa duduk dengan pasangannya dan mendiskusikan tentang pertanyaan dan kunci jawaban yang ada pada kartu

Dengan adanya sistem informasi yang baru diharapkan mampu memberikan laporan-laporan inventory cepat dan akurat, serta dapat memberitahukan apabila ada obat yang akan

Dengan demikian, Sistem Informasi adalah kumpulan elemen-elemen/sumberdaya dan jaringan prosedur yang saling berkaitan secara terpadu, terintegrasi dalam suatu

Oleh karena itu, para manajer perlu untuk menciptakan lingkungan agar para karyawan merasa lebih bergairah dengan pekerjaan mereka dan menujukkan perilaku bahwa organisasi

ikut diperhitungkan, maka fungsi FN akan menghancurkan lintasannya, itupun bila dalam 4 ronde memiliki peluang yang lebih besar dari pada 2 -128. Dengan rotasi 1 bit pada