DAFTAR PUSTAKA
Agustin, Wike.2012. Analisis Korporasi Menggunakan Metode Performance
Prism (Studi Kasus di PT. Inti Luhur Fuja Abadi Pasuruan). Jurnal
Teknologi Pertanian, Vol. 13 No 1.
Eddy Herjanto. 2008. Sains Manajemen Analisis Kuantitatif untuk Pengambilan
Keputusan. Jakarta: Grasindo.
Rahman, M. N. A., Khamis, N. K., Zain, R. M., Deros, B. M., & Mahmood, W.
H. W. 2010. Implementation of 5S practices in the manufacturing
companies: A case study. American Journal of Applied Sciences
Saaty, Thomas L.1980. The Analytical Hierarchy Process. Planning, Priority
Setting, Resource Allocation”. McGraw-Hill, Inc., USA.
Sinulingga, Sukaria. 2011. Metode Penelitian. Cetakan I. Medan: USU Press
Susetyo, Joko. 2014. Pengukuran Kinerja Dengan Menggunakan Balanced
Scorecard Dan Integrated Performance Measurement System (IPMS).
Jurnal Teknologi Vol 3, 56-63.
Susilawati, Anita. 2013. Develop A Framework Of Performance Measurement
And Improvement System For Lean Manufacturing Activity. Mechanical
Engineering Department Northumbria University.
Thomas L Saaty. 1993. Pengambilan Keputusan. Cetakan Kedua. Jakarta: PT
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Metode Integrated Performance Measurement System (IPMS) 2
Integrated Performance Measurement System (IPMS) adalah salah satu
metode pengukuran kinerja yang bertujuan untuk menggambarkan sistem
pengukuran kinerja dalam arti yang tepat dalam bentuk integrasi seefektif dan
seefesien mungkin. Integrated Performance Measurement System (IPMS)
dirancang sebagai sistem kontrol untuk mengukur proses kinerja manajemen.
Metode ini membagi perusahaan ke dalamam empat level yaitu level bisnis, unit
bisnis, proses bisnis dan aktivitas-aktivitas. (Bititci, 1997).
Integrated Performance Measurement System merupakan sistem baru
pengukuran kinerja yang dibuat di Centre for Strategic Manufacturing, University
of Strathclyde, Glasgow. Integrated Performance Measurement Systems (IPMSs)
merupakan suatu metode yang mengukur kinerja secara terintegrasi dan berbasis
pada keinginan stakeholders. Objectives ditentukan untuk memenuhi keinginan
stakeholders, sehingga akan dapat ditentukan key performance indicators yang
akan digunakan untuk mengukur keberhasilannya. Selain itu, IPMSs juga tidak
mensyaratkan apakah bottom line performance dari organisasi adalah keuntungan
atau tidak. Tujuan IPMS adalah mendeskripsikan dalam arti yang tepat bentuk
dari integrasi, efektif dan efisien sistem pengukuran kinerja.
Gambar 3.1 Pembagian Level Organisasi
Model Integrated Performance Measurement Systems (IPMS) membagi
level bisnis suatu organisasi menjadi 4 level seperti Gambar 3.1, yaitu:
1. Business (Corporate – Bisnis Induk),
2. Business Unit (Unit Bisnis),
3. Business Process (Proses Bisnis), dan
4. Activity (Aktivitas Bisnis).
Sehingga perancangan SPK dengan model IPMS harus mengikuti
1. Identifikasi Stakeholder Requirement
Pada tiap-tiap level bisnis (organisasi) harus diketahui siapa saja
stakeholder-nya atau pihak-pihak yang berkepentingan pada bisnis\tersebut.
Selanjutnya diidentifikasikan permintaan atau keinginan (requirement) mereka
terhadap bisnis yang diistilahkan dengan stakeholder requirement. Stakeholder
dapat meliputi; pemegang saham/pemilik, lingkungan sosial, pegawai/karyawan,
pemerintah/instansi lain.
2. Penentuan Objectives
Penyusunan tujuan (objectives) harus didasarkan pada keterlibatan dan
prioritas perkembangan kebutuhan bersama dengan target dan skala waktu yang
tepat. Tujuan seharusnya juga didasarkan pada pemikiran sejumlah masukan,
yaitu; permintaan stakeholder, praktek dan performansi bisnis kelas dunia,
competitive gaps dan rencana pesaing. Tingkat performansi dimana organisasi
mampu mencapainya dengan berbagai batasan yang ada disebut target realistis.
Tingkat performansi dimana organisasi memiliki kemampuan untuk mencapainya
denganvmenghilangkan berbagai batasan yang ada yang dikatakan sebagai target
potensial.
3. Penetapan KPI
Setelah didapatkan objective, maka dilakukan pengukuran masing–masing
objective untuk mengetahui tingkat keberhasilannya. Untuk dapat melakukan
pengukuran tersebut maka kita harus menentukan indikator keberhasilan dari
(KPI). Dengan kata lain KPI merupakan ukuran untuk mengetahui tingkat
pencapaian masing-masing objectives.
4. Performance Measures
Suatu bisnis (organisasi) seharusnya memiliki pengukuran performansi
yang benar-benar menunjukkan tingkat performansi yang dicapai, serta mampu
menunjukkan seberapa berhasil pencapaian tujuan pada tiap level. Pengukuran
performansi untuk setiap bisnis memiliki perbedaan, oleh sebab itu diperlukan
kejelian dan pemahaman yang baik dari bisnis agar diperoleh pengukuran
performansi yang benar. Untuk memperoleh ukuran performansi atau KPI yang
benar perlu dilakukan validasi terhadap KPI yang dibuat. Kemudian apabila KPI
tersebut sudah valid, maka KPI dispesifikasikan untuk memudahkan dalam proses
pengukurannya. Proses spesifikasi KPI ini dilakukan untuk mengetahui deskripsi
yang jelas tentang KPI, tujuan, keterkaitan dengan objectives, target dan ambang
batas, formula/cara mengukur KPI, frekuensi pengukuran, frekuensi review, siapa
yang mengukur, dan apa yang mereka kerjakan.
Pada Gambar 3.2. menunjukkan bahwa struktur lengkap metode IPMS
dengan mengkombinasikan keempat level dan keempat elemen dalam setiap
Gambar 3.2 Struktur Model Integrated Performance Measurement Systems (Bititci, U.S)
3.2. Dasar-Dasar AHP3
Prinsip kerja AHP adalah menyederhanakan masalah kompleks yang tidak
terstruktur, strategik dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata
variabel dalam suatu hirarki (tingkatan). Kemudian tingkat kepentingan variabel
diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti pentingnya secara relatif
dibandingkan dengan variabel lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut
kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas
tentinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut. Manfaat
dari penggunaan Analytical Hierarchy Process (AHP) antara lain yaitu:
1. Memadukan intuisi pemikiran, perasaan dan penginderaan dalam menganalisis
pengambilan keputusan.
2. Memperhitungkan konsistensi dari penilaian yang telah dilakukan dalam
membandingkan faktor-faktor yang ada.
3
3. Memudahkan pengukuran dalam elemen.
4. Memungkinkan perencanaan ke depan.
3.2.1 Decomposition
Pengertian decomposition adalah memecah atau mendefinisikan masalah
ke dalam bentuk hirarki proses pengambilan keputusan, dimana setiap unsur
saling berhubungan. Struktur hirarki keputusan tersebut dapat dikategorikan
sebagai hirarki lengkap dan hirarki tidak lengkap. Suatu hirarki dikatakan lengkap
jika semua unsur saling berhubungan, contoh hieraki lengkap ini dapat dilihat
pada Gambar 3.3, sementara itu hirarki keputusan yang tidak lengkap mempunyai
arti tidak semua unsur pada masing-masing jenjang berhubungan.
Dalam penyusunan hirarki ini perlu dilakukan perincian atau pemecahan
dari persoalan yang utuh menjadi beberapa unsur atau komponen yang kemudian
dari komponen tersebut dibentuk suatu hirarki.
Pemecahan unsur ini dilakukan sampai unsur tersebut sudah tidak dapat
dipecah lagi sehingga didapat beberapa tingkat suatu persoalan. Penyusunan
hirarki merupakan langkah penting dalam model analisis hirarki. Adapun
langkah-langkah penyusunan hirarki adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi tujuan keseluruhan dan sub tujuan.
2. Mencari kriteria untuk memperoleh sub tujuan dari tujuan keseluruhan.
3. Menyusun sub kriteria dari masing-masing kriteria, dimana setiap kriteria dan
sub kriteria harus spesifik dan menunjukkan tingkat nilai dari parameter atau
intensitas verbal.
4. Menentukan pelaku yang terlibat
5. Kebijakan dari pelaku
6. Penentuan alternatif sebagai output tujuan yang akan ditentukan prioritasnya.
3.2.2 Comparative Judgement
Comparative judgement merupakan proses penilaian kepentingan atau
kesukaan relatif terhadap elemen berpasangan (pairwise) dalam suatu level
berhubungan dengan level di atasnya. Penilaian ini adalah inti dari AHP, sehingga
kita memperoleh prioritas elemen dalam suatu level. Prinsip ini berarti membuat
kaitannya dengan tingkat yang diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP,
karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen.
Hasil dari penilaian ini akan ditempatkan dalam bentuk matriks yang
dinamakan matriks pairwise comparison. Dalam melakukan penialaian terhadap
elemen-elemen yang diperbandingkan terdapat tahapan-tahapan, yakni:
a. Elemen mana yang lebih (penting/disukai/berpengaruh/lainnya)
b. Berapa kali sering (penting/disukai/berpengaruh/lainnya)
Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen,
seseorang yang akan memberi jawaban perlu pengertian menyeluruh tentang
elemen-elemen yang dibandingkan dan relevansinya terhadap kriteria atau tujuan
yang dipelajari dalam penyusunan skala kepentingan. Skala kepentingan, ini dapat
dilihat pada pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Dasar Perbandingan Kriteria
Intensitas
Kepentingan Defenisi Dasar Penjelasan
1 Kedua elemen sama pentingnya
Dua elemen menyumbangnya sama besar pada sifat itu
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting ketimbang lainnya
Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas lainnya.
5
Elemen yang satu essensial atau sangat penting ketimbang elemen lainnya
Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen lainnya.
7 Satu elemen jelas lebih penting dari elemen lain
9
Satu elemen mutlak lebih penting ketimbang elemen lainnya
Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan
2,4,6, 8
Nilai-nilai antara dua pertimbangan b
Pendekatan
Kompromi diperlukan antara dua pertimbangan
Kebalikan
Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai kebalikannya bila dibandingkan dengan i
(Sumber : Saaty, 1986)
Dalam penilaian kepentingan relatif dua elemen berlaku aksioma
reciprocal, artinya jika elemen i dinilai 3 kali lebih penting dibanding j, maka
elemen j harus sama dengan 1/3 kali pentingnya dibanding elemen i. Disamping
itu, perbandingan dua elemen yang sama akan menghasilkan angka 1, artinya
sama penting. Dua elemen yang berlainan dapat saja dinilai sama penting. Jika
terdapat m elemen, maka akan diperoleh matriks pairwise comparison berukuran
m x n. Banyaknya penilaian yang diperlukan dalam menyusun matriks ini adalah
n(n-1)/2 karena matriks reciprocal (nilai kebalikan) dan elemen-elemen
diagonalnya sama dengan 1. Reciprocal memungkinkan dilakukannya pembagian
dengan menggunakan notasi perkalian :
a x a = 1 = a-1 a
Adapun tabel matriks pairwise comparison dapat dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 3.2. Matriks Pairwise Comparison
Fungsi Standard Pilot Faster
Standard 1 3 2
Pilot 1/3 1 1/5
Faster ½ 5 1
(Sumber : Saaty, 1986)
3.2.3 Synthesis of Priority
Synthesis of Priority adalah tahap untuk mendapatkan bobot bagi setiap
elemen hierarki dan elemen alternatif. Synthesis of priority juga merupakan proses
penentuan prioritas elemen-elemen dalam suatu level. Caranya adalah dengan
membuat alternatif keputusan di antara masing-masing kriteria yang ada.
Dari setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari vektor prioritas
(eigenvector) dari suatu level hirarki untuk mendapatkan local priority. Proses
penentuan eigenvector mensyaratkan matriks yang non negatif dan tidak ada
angka nol. Dengan skala 1 sampai 9, syarat ini dapat terpenuhi karena 1/9 adalah
nilai elemen terkecil dan 9 terbesar.
Karena matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat untuk
mendapatkan global priority, maka sintesis harus dilakukan pada setiap local
priority. Prosedur pelaksanaan sintesis berbeda dengan bentuk hirarki. Sedangkan
pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesis
3.2.4 Logical Consistency
Logical Consistency dapat dianggap sebagai prinsip rasionalitas AHP.
Ada tiga makna yang terkandung dalam konsep konsistensi, pertama adalah
objek-objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan
relevansi. Kedua adalah matriks perbandingan bersifat resiprokal, artinya jika A1
adalah lebih penting dari A2, maka A2 adalah setengah kali lebih penting dari A1.
Ketiga, hubungan antar dua elemen diupayakan bersifat transitif. Contohnya, jika
sepak bola dinilai dua kali lebih menarik dibanding basket dan basket tiga kali
lebih menarik dibanding tinju, maka sepak bola harus dinilai enam kali lebih
menarik dibanding tinju. Bila tidak demikian, maka terjadi intransitivitas. Jadi,
rasionalitas yang dimaksud AHP bukan sekedar transitivitas.
3.3 Konsistensi Hierarki4
Dalam teori matriks dapat diketahui kesalahan kecil pada koefisien akan
menyebabkan penyimpangan kecil pada eigenvalue. Dengan mengkombinasikan
apa yang telah diuraikan sebelumnya, jika diagonal utama dari matriks A bernilai
satu dan jika A konsisten maka penyimpangan kecil dari aij akan tetap
menunjukkan eigenvalue terbesarl maks, nilainya akan mendekati n dan
eigenvalue sisanya akan mendekati nol. Penyimpangan dari konsistensi
dinyatakan dengan indeks konsistensi dengan persamaan:
�� =� � − ����−
Di mana:
CI = Rasio penyimpangan (deviasi) konsistensi (consistency index)
� maks = eigenvalue maksimum
n = ukuran matriks
Tabel 3.3 Nilai Index Random (RI)
Ukuran
Matriks 1,2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
RI 0,0 0,58 0,9 1,1 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56 1,58 1,59 (Sumber : Saaty, 1986)
Apabila CI bernilai nol, berarti matriks konsisten, batas ketidakkonsistensi
(inconsistency) yang ditetapkan Saaty diukur dengan menggunakan Rasio
Konsistensi (CR), yakni perbandingan indeks konsistensi dengan nilai random
indeks (RI) yang diperlihatkan seperti Tabel 2.3. Nilai ini bergantung pada ordo
matriks n. Dengan demikian, Rasio Konsistensi dapat dirumuskan :
3.4 Scoring System dengan Model Objectives Matrix (OMAX)5
Model OMAX fleksibel terhadap kriteria produktivitas yang diukur.
Scoring dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya adalah dengan
Objective Matrix (OMAX). Objectives Matrix (OMAX) adalah suatu sistem
pengukuran produktivitas parsial yang dikembangkan untuk memantau
produktivitas di tiap bagian perusahaan dengan kriteria produktivitas yang sesuai
dengan keberadaan bagian tersebut (objektif). Dikembangkan pertama kali pada
tahun 1975 oleh James L. Riggs P.E., ketika ia sedang meneliti produktivitas di
rumah sakit.
Adapun kelebihan dari model produktivitas OMAX:
1. Model OMAX fleksibel terhadap kriteria produktivitas yang diukur.
2. Model OMAX dapat mengukur tingkat produktivitas sampai bagian terkecil.
dari unit proses, yang diwakili oleh kriteria dari unit proses yang diukur dan
terkait langsung dengan kondisi perusahaan saat itu.
3. Model OMAX dapat mengkombinasikan seluruh kriteria produktivitas yang
penting bagi kemajuan dan pertumbuhan perusahaan ke dalam suatu bentuk yang
terpadu, saling terkait, dan mudah dikomunikasikan.
4. Model OMAX mengukur produktivitas parsial sekaligus dapat mengukur
produktivitas total perusahaan.
5
5. Model OMAX mudah dipahami oleh perusahaan karena kesederhanaannya.
Beberapa keterbatasan metode ini, yakni :
1. Tidak adanya suatu pola dalam penetapan kriteria.
2. Perhitungan cenderung menyajikan ukuran-ukuran parsial.
3. Mekanisme perhitungan kurang dapat dipahami secara umum.
Adapun langkah-langkah umum pengukuran kinerja dengan metode OMAX
adalah sebagai berikut:
1. Menentukan kriteria produktivitas (Key Performance Indicator)
Langkah pertama ini adalah mengidentifikasi kriteria produktivitas yang
sesuai bagi unit kerja dimana pengukuran ini dilaksanakan.
2. Menjelaskan Data
Setelah kriteria produktivitas teridentifikasi dengan baik, maka langkah
selanjutnya adalah mengidentifikasikan kriteria tersebut secara lebih
terperinci.
3. Penilaian pencapaian mula-mula (skor 3)
Pencapaian mula-mula diletakkan pada skor 3 dari skala 1 sampai 10 untuk
memberikan lebih banyak tempat bagi perbaikan daripada untuk terjadinya
penurunan. Pencapaian ini juga biasanya diletakkan pada tingkat yang lebih
rendah lagi agar memungkinkan terjadinya pertukaran dan memberi
kelonggaran apabila sekali-sekali terjadi kemunduran.
Skor 10 berkenaan dengan sasaran yang ingin kita capai dalam dua atau tiga
tahun mendatang sesuai dengan lamanya pengukuran ini akan dilakukan dan
karenanya harus berkesan optimis tetapi juga realistis, sedangkan skor 0
merupakan pencapaian terburuk yang mungkin dicapai.
5. Menetapkan sasaran jangka pendek
Pengisian skala skor yang tersisa lainnya dari matriks dilakukan langsung
setelah butir skala nol, tiga, sepuluh telah terisi. Butir yang tersisa diisi dengan
jarak antar skor adalah sama, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
ΔX L-H =YH-YL/XH-XL
Keterangan :
ΔXL-H = Interval angka antara level High dan Low
X H = Level High
X L = Level Low
Y H = Angka pada level High
Y L = Angka pada level Low
6. Menentukan derajat kepentingan (bobot)
Semua kriteria tidaklah memiliki pengaruh yang sama pada produktivitas unit
kerja keseluruhan, sehingga untuk melihat berapa besar derajat
kepentingannya tiap kriteria harus diberi bobot. Pembobotan biasanya
orang-orang yang terpilih karena dianggap paham akan kondisi unit kerja yang
akan diukur.
7. Pengoperasian Matriks
Pengoperasian Matriks baru dapat dilakukan apabila semua butir diatas telah
dipenuhi.
Pada Objective Matrix score performance yang digunakan yaitu antara 0-10. Ada
11 target pencapaian untuk setiap indikatornya dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Target Pencapaian dalam OMAX
KPI 1 2 3 4 5 6 7
Performance
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Level
Value (Sumber: Riggs, dkk. 1983)
Keterangan:
1. Skor 10: Kinerja sangat memuaskan. Perusahaan telah mencapai target realistis
dan mempunyai inisiatif untuk meningkatkan kinerja.
2. Skor 9 – 8: Kinerja memuaskan. Hampir di semua aktivitas, perusahaan
memperoleh hasil yang memuaskan. Perusahaan telah menguasai kriteria secara
konsisten.
3. Skor 7 – 6: Kinerja yang dihasilkan baik. Perusahaan telah mempelajari fungsi
dan kriteria (atribut ukuran kinerja) dan telah mendapatkan keahlian yang
dibutuhkan untuk melaksanakan kinerja sehingga dapat bekerja dengan efektif.
4. Skor 5 – 4: Kinerja yang dicapai sedang atau di atas standar yang ada (cukup
baik). Perusahaan masih harus belajar dan mempunyai minat untuk belajar demi
peningkatan kinerja.
5. Skor 3: Kinerja standar (rata-rata). Perusahaan telah mencapai kinerja standar
yang ada dan tetap dipertahankan dengan tidak berhenti melakukan peningkatan
kinerja.
6. Skor 2 – 1: Kinerja yang dicapai buruk. Perusahaan masih berada di tingkat
pemula atau dengan kata lain kinerja perusahaan di bawah rata-rata, masih banyak
7. Skor 0: Kinerja ditolak (sangat buruk). Kinerja perusahaan berlawanan dengan
tujuan dan sasaran KPI. Membutuhkan bimbingan yang intensif.
3.5 Traffic Light System6
Traffic Light system berhubungan erat dengan scoring system. Traffic light
system berfungsi sebagai tanda apakah score dari suatu indikator kinerja
memerlukan suatu perbaikan atau tidak. Indikator dari Traffic Light System ini
direpresentasikan dengan beberapa warna, antara lain:
1. Warna Hijau
Diberikan untuk KPI yang mencapai nilai antara level delapan sampai
sepuluh. Artinya pencapaian suatu indikator kinerja sudah tercapai,sama atau
bahkan melampaui target.
2. Warna Kuning
Diberikan untuk KPI yang mencapai nilai antara level empat sampai tujuh.
Artinya pencapaian suatu indikator kinerja belum tercapai meskipun nilai
sudah mendekati target. Jadi pihak manajemen harus berhati-hati dengan
adanya berbagai macam kemungkinan.
3. Warna Merah
6
Diberikan untuk KPI yang mencapai nilai antara level niol sampai tiga.
Artinya pencapaian suatu indikator kinerja benar-benar dibawah target yang
telah ditetapkan dan memerlukan perbaikan dengan segera.
3.6. Job Spesification7
Hadari Nawawi, Job Analysis atau analisis pekerjaan/jabatan adalah
kegiatan menghimpun dan menyusun informasi tentang tugas, jenis pekerjaan dan
tanggung jawabnya yang bersifat khusus. Job ada yang menerjemahkan tugas,
ada pula yang menerjemahan pekerjaan, sedangkan analysis berasal dari kata
analyse yang berarti memisah-misahkan atau menguraikan. Dalam job analysis
berarti kita memisah-misahkan job (jabatan) menjadi bagian-bagian job yang
disebut task (bagian atau unsur jabatan). Sedangkan menurut Ike Kusdiyah
Rachmawati, bahwa “ analisis Jabatan adalah prosedur untuk menetapkan tugas
dan tuntutan keterampilan dari suatu jabatan dan orang macam apa yang akan
dipekerjakan.
Secara umum analisis jabatan merupakan suatu proses untuk
mengidentifikasi dan menentukan secara rinci tugas-tugas dan persyaratan dari
suatu jabatan tertentu. Stephen Robbin (1993) mendefinisikan analisis jabatan
sebagai suatu bentuk pengembangan uraian terperinci dari tugas-tugas yang harus
dilakukan dalam suatu jabatan, penentuan hubungan dari satu jabatan dengan
jabatan lain yang ada, dan penentuan tentang pengetahuan, ketrampilan, dan
kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan karyawan untuk melakukan
pekerjaan secara efisien dan efektif. Jadi job analysis atau analisa pekerjaan
adalah proses yang dilakukan untuk menentukan siapa yang cocok untuk
dipekerjakan pada suatu pekerjaan.
3.6.1. Tujuan Analisis Jabatan
Membulatkan pemahaman tentang manajemen dalam sebuah sistem
organisasi dalam hal ini pembagian tugas yang mendalam tentang isi dan
persyaratan dari sebuah posisi atau pekerjaan yang meliputi: mempelajari
organisasi, menentukan pekerjaan yang akan dianalisis, membuat kuesioner
analisis pekerjaan, dan mengumpulkan informasi tentang analisis pekerjaan.
Tujuan Analisis Jabatan menurut Gomes Ada beberapa tujuan analisis
pekerjaan, yaitu:
1. Job description, yaitu untuk mengidentifikasikan pekerjaan, riwayat
pekerjaan, kewajiban-kewajiban pekerjaan, dan pertanggung jawaban,
serta untuk mengetahui spesifikasi pekerjaan atau informasi mengenai
standar pekerjaan.
2. Job classification, yaitu penyusunan pekerjaan-pekerjaan kedalam
kelas-kelas, kelompok-kelompok, atau jenis-jenis berdasarkan rencana
sistematika tertentu
3. Job evaluation, yaitu suatu prosedur pengklasifikasian pekerjaan
berdasarkan kegunaan masing-masing di dalam organisasi dan dalam pasar
4. Job desinng restructuring, yaitu meliputi usaha-usaha untuk
mengalokasikan dan merestrukturisasi kegiatan pekerjaan kedalam
berbagai kelompok
5. Performance appraisal, yaitu merupakan penilaian sistematis yang
dilakukan oleh supervisor terhadap performansi pekerjaan dari para
pekerja
6. Personel requirement, yaitu berupa persyaratan atau spesifikasi tertentu
bagi suatu pekerjaan
3.6.2. Manfaat Analisis Pekerjaan
Mengacu pada Visi, Misi, Tujuan dan Strategi perusahaan/ organisasi,
maka analisis pekerjaan yang menggambarkan apa saja yang harus dilakukan
perusahaan untuk mencapai tujuannya, sehingga bermanfaat. Secara lebih rinci
Simamora menjelaskan setidaknya terdapat sembilan manfaat dari analisa
pekerjaan, yaitu:
1. Analisis Penyusunan Kepegawaian
Dalam analisis penyusunan kepegawaian, seorang manajer akan mencari
informasi tentang pekerjaan dan mengolahnya guna menyusun struktur
kepegawaian, sehingga pendayagunaan para karyawan akan lebih optimal.
2. Desain Organisasi
Analisis pekerjaan bisa menjadi sejenis audit dalam suatu organisasi.
Simamora (2006) menyebutkan bahwa analisis pekerjaan sering
terkait lainnya yang tujuannya adalah untuk menciptakan perubahan
perilaku organisasional yang signifikan.
3. Redesain Pekerjaan
Suatu pekerjaan dapat dikaji atau dikaji ulang ketika pekerjaan itu telah
dipakai untuk meningkatkan metode pekerjaan, mengurangi kesalahan,
mengeliminasi penanganan bahan yang tidak perlu dan duplikasi upaya,
mengurangi kelelahan, meningkatkan tanggungjawab dan akhirnya
memperbaiki kinerja pegawai.
4. Telaah dan Perencanaan Kinerja
Analisis pekerjaan menciptakan informasi, perencanaan dan evaluasi
kinerja lebih akurat dan hal itu merupakan hal yang bersifat fundamental.
5. Pelatihan dan Pengembangan
Lewat analisis pekerjaan, program pelatihan dan pengembangan dari
setiap lini dan lapisan organisasi akan mudah ditentukan. Deskripsi tugas
pekerjaan merupakan materi yang membantu pembuatan isi program
6. Jalur Karir
Jalur karir merupakan penjabaran secara eksplisit dari urusan alternatif
pekerjaan yang dapat diduduki oleh seorang individu dalam suatu karir
organisasional. Ketika karyawan memiliki informasi tentang persyaratan
pekerjaan, maka akan memungkinkan karyawan akan memiliki
perencanaan karir yang baik.
Analisis pekerjaan memberikan deskripsi atau gambaran tentang suatu
pekerjaan atau langsung pada penilaian terhadap sistem yang ada.Sehingga
kita dapat mengetahui bagaimana kekuatan dan kelemahan dari suatu
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT Rapi Arjasa yang beralamat di Jalan PTPN
No. 9 Binjai. Waktu penelitian dilakukan pada Maret 2015 sampai dengan selesai.
4.2. Jenis Penelitian8
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif adalah penelitaian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara
sistematik, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau
populasi tertentu. Dalam hal ini, peneliti melakukan survey dengan melakukan
penyebaran kuesioner kepada para responden. Pengisian kuesioner dilakukan
dengan atau tanpa bantuan surveyor tergantung kebutuhannya (Sinulingga:2011).
4.3. Objek Penelitian
Objek penelitian yang diamati adalah responden yang menjadi sumber
informasi mengenai data kebutuhan penelitian. Adapun objek yang dijadikan
responden dalam penelitian ini adalah para pemangku kepentingan perusahaan
seperti Investor, Pelanggan, Pemasok, Karyawan, Masyarakat dan Pemerintah dan
pihak-pihak yang memiliki hubungan langsung dengan para stakeholder
perusahaan.
4.4. Variabel Penelitian
Adapun variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Variabel Independen
Adapun yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini antara lain:
a. Stakeholder requirement
Stakeholder requirement didefenisikan sebagai bentuk keinginan dan
kebutuhan para stakeholder perusahaan yang meliputi investor, pelanggan,
supplier, karyawan, masyarakat dan pemerintah.
b. Objectives
Objectives didefenisikan sebagai tujuan atau target yang ingin dicapai oleh
perusahaan dalam rentang waktu yang telah ditentukan oleh perusahaan.
2. Variabel Dependen atau dalam penelitian ini adalah key performance
indicators (KPI). KPI didefenisikan sebagai bentuk kriteria untuk
meningkatkan kinerja atau mempertahankan kualitas dari kinerja perusahaan.
4.5. Kerangka Konseptual
Penelitian dapat dilaksanakan apabila tersedia sebuah rancangan
kerangka berpikir yang baik sehingga langkah-langkah penelitian menjadi lebih
sistematis. Kerangka berpikir dikembangkan berdasarkan temuan-temuan yang
inilah yang merupakan landasan awal dalam melaksanakan penelitian. Adapun
kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Kerangka Konseptual Penelitian
4.6. Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yang diawali dengan
melakukan identifikasi masalah hingga menghasilkan kesimpulan.
Tahapan-tahapan tersebut meliputi:
1. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah merupakan langkah pertama yang dilakukan saat
penelitian berlangsung sehingga dapat mengangkat permasalahan secara jelas
dan terarah.
2. Studi literatur
Kajian literatur merupakan bagian dari studi yang bertujuan untuk
mengumpulkan dan menganalisa data sekunder dari instansi terkait, hasil
penelitian, jurnal, dan literatur lain. Keinginan
Pemangku Kepentingan Tujuan(Objectives)
Key Peformance Indicators (KPI)
3. Perumusan masalah
Perumusan masalah menjabarkan kembali inti dari permasalahan yang
teridentifikasi kemudian menuangkannya ke dalam satu lingkup permasalahan
yang spesifik.
4. Perumusan tujuan penelitian
Penentuan tujuan penelitian sebagai acuan untuk mengarahkan dan
menentukan hasil akhir penelitian.
5. Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data kualitatif dan
data kuantitatif, baik yang berupa data primer maupun data sekunder.
Studi Lapangan
1. Kondisi awal perusahaan
2. Proses pengukuran kinerja perusahaan 3. Informasi pendukung
Studi Literatur
1. Teori Buku
2. Referensi Jurnal Penelitian 3. Langkah-langkah Penelitian
Identifikasi Masalah Awal
Ketidakmampuan perusahaan dalam menentukan penilaian kinerja perusahaan
Pengumpulan Data
Penentuan Atribut Pengukuran Kinerja Perusahaan (dengan kuisioner) 1. Keinginan Pemangku Kepentingan 2. Tujuan (objectives)
3.Indikator Kinerja Utama (KPI)
Analisis Pemecahan Masalah
Pengukuran Kinerja Perusahaan dengan IPMS 1. Identifikasi Stakeholder Requirements
2. Menentukan bobot Indikator kinerja utama dengan metode AHP
3. Melakukan scoring system dengan
menggunakan metode objectives matrix (OMAX) 4. Menentukan tanda warna indikator kinerja utama/ KPI (Key Performance Index) dengan metode traffic light system IPMS
4.7. Pengumpulan Data
Pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder.
4.7.1. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian.
Adapun data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:
1. Keinginan Pemangku Kepentingan
Data didapat dengan cara melakukan wawancara yaitu dengan menyebar
kuesioner terbuka. Jumlah sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah
pemilik perusahaan berjumlah satu orang, pelanggan berjumlah satu orang,
pemasok berjumlah satu orang, karyawan berjumlah satu orang, masyarakat
berjumlah satu orang, dan pemerintah berjumlah satu orang dengan total enam
responden.
2. Bobot Kepentingan Indikator Kinerja Utama
Data didapat dengan cara melakukan wawancara yaitu dengan menyebar
kuesioner tertutup yaitu kuesioner AHP (Analytic Hierarchy Process). Jumlah
sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah bagian marketing,
administrasi, bagian logistik, material engineer, bagian manager operasi dan
pemilik perusahaan yang berjumlah enam responden.
4.7.2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang dipeoleh dalam bentuk yang telah
atau catatan perusahaan. Data tersebut mengenai sejarah berdiri perusahaan, visi
dan misi perusahaan, unit usaha dan struktur organisasi.
4.8. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Kuesioner terbuka, kuisioner ini berisikan indikator-indikator seputar
kebutuhan para pemangku kepentingan perusahaan.
2. Kuesioner AHP, digunakan untuk menentukan bobot KPI dari perspektif
Integrated Performance Measurement System (IPMS).
4.9. Pengolahan Data
Setelah mendapatkan data yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan
maka langkah selanjutnya adalah pembobotan key performance indicator dengan
metode AHP, melakukan scoring system dengan menggunakan metode objectives
matriks dan menentukan tanda warna dari key performance indikator dengan
menggunakan metode traffic light system. Block diagram pengolahan data dapat
Data keinginan pemangku kepentingan
Penentuan indikator kinerja
utama (KPI)
Pembobotan indikator kinerja
utama dengan menggunakan
AHP
Melakukan scoring system
Analisis dengan metode traffic light
system
Gambar 4.3. Block Diagram Pengolahan Data
4.10. Analisis Pemecahan Masalah
Analisis ini mengenai pencapaikan kinerja perusahaan serta rencana
tindakan untuk melaksanakan program peningkatan kinerja berdasarkan indikator
kinerja utama yang perlu untuk diperbaiki dengan menggunakan metode Traffic
Light System.
4.11. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan berisikan hal-hal penting dari penelitian yang merupakan
tujuan dri penelitian. Selain dari kesimpulan, diberikan juga saran yang
membangun bagi perusahaan usulan perbaikan kepada pihak perusahaan untuk
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan
identifikasi level perusahaan, identifikasi pemangku kepentingan
(stakeholderrequirements) dan identifikasi kebutuhan pemangku kepentingan.
5.1.1. Identifikasi Level Perusahaan
Model Integrated Performance Measurement Systems membagi level
bisnis suatu organisasi atau perusahaan menjadi 4 level yaitu bisnis induk, unit
bisnis, proses bisnis dan aktivitas bisnis. Pembagian level bisnis dari PT. Rapi
Arjasa adalah sebagai berikut:
1. Level Bisnis Induk
Level Bisnis Induk adalah PT. Rapi Arjasa yang artinya seluruh aktivitas
bisnis dari PT. Rapi Arjasa sebagai perusahaan memproduksi aspal atau
hotmix.
2. Level Unit Bisnis
Level Unit Bisnis adalah departemen-departemen yang ada di PT. Rapi
Arjasa. Departemen-departemen tersebut adalah bagian dari perusahaan yang
memiliki fungsi tersendiri yangbertujuan untuk menjadikan PT. Rapi Arjasa
3. Level Proses Bisnis
Level Proses Bisnis PT. Rapi Arjasa adalah pemangku kepentingan atau
stakeholder pada perusahaan yaitu Pemilik, Pelanggan, Pemasok/supplier,
Karyawan, Masyarakat dan Pemerintah.
4. Level Aktivitas Bisnis
Level Aktivitas Bisnis adalah seluruh aktivitas yang dilakukan oleh setiap
departemen yang ada di dalam sebuah perusahaan dalam hal ini adalah PT
Rapi Arjasa.
5.1.2 Identifikasi Pemangku Kepentingan Perusahaan
Sebelum mengukur kinerja perusahaan, terlebih dahulu dilakukan
identifikasi pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan adalah sekelompok
orang yang berperan penting dalam suatu perusahaan disamping merupakan pihak
yang menerima dan menggunakan barang ataupun jasa yang diproduksi oleh
sebuah perusahaan. Pemangku kepentingan dari PT. Rapi Arjasa dapat dilihat
pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Pemangku Kepentingan dari PT. Rapi Arjasa
No. Pihak Internal Pihak Eksternal
1. Pemilik (owner) Pemasok (supplier)
2. Karyawan Pelanggan
3. - Pemerintah
5.1.3 Identifikasi Kebutuhan Pemangku Kepentingan Perusahaan
Ssetelah mengidentifikasi pemangku kepentingan perusahaan, selanjutnya
adalah identifikasi kebutuhan pemangku kepentingan yang didapatkan melalui
penyebaran kuesioner pendahuluan kepada para responden. Berikut merupakan
hasil dari kebutuhan pemangku kepentingan perusahaan dapat dilihat pada Tabel
5.2.
Tabel 5.2. Kebutuhan Pemangku Kepentingan (StakeholderRequirements)
No. Pemangku Kepentingan Kebutuhan
1. Pemilik (owner)
Peningkatan profit perusahaan
Peningkatan penjualan
Pemanfaatan aset secara optimal
Pengembangan fasilitas dan teknologi
perusahaan
Peningkatan image perusahaan
Standarisasi kualitas produk
Peningkatan goodskillcommunication
Loyalitas pemangku kepentingan
2. Karyawan
Adanya jenjang karir bagi karyawan
Bonus dan reward bila terget produksi tercapai
Kelengkapan fasilitas bekerja
Adanya SOP di setiap departemen
Tabel 5.2. Kebutuhan Pemangku Kepentingan (StakeholderRequirements) (Lanjutan)
No. Pemangku Kepentingan Kebutuhan
Jaminan atas kecelakaan kerja
Jaminan sosial dan tenaga kerja
Adanya cuti bagi karyawan
3. Pemasok (Supplier)
Pembayaran yang tidak melebihi tennggat
waktu
Kerjasama yang sesuai dengan kontrak kerja
Pola pemesanan yang teratur
Komunikasi yang jelas antara dua belah pihak
Peningkatan volume pembelian
4. Pelanggan
Kualitas atau mutu aspal sesuai dengan
standard
Rasio pengiriman produk tepat waktu
Jumlah pengiriman sesuai dengan pemesanan
Tabel 5.2. Kebutuhan Pemangku Kepentingan (StakeholderRequirements) (Lanjutan)
No. Pemangku Kepentingan Kebutuhan
5. Pemerintah
Memiliki izin industri
Memiliki NPWP
Memiliki izin SITU, TDP
Memiliki izin UKL/UPL
Mentaati peraturan pemda setempat
6. Masyarakat
Tersedianya lapangan pekerjaan bagi
masyarakat sekitar
Kesempatan siswa sekitar perusahaan untuk
melakukan PKL
Kegiatan bantuan sosial atau CSR yang
dilakukan perusahaan
5.2 Pengolahan Data Tahap Pertama
Pengolahan data tahap pertama ialah melakukan identifikasi tujuan
(objectives) dan indikator kinerja utama (Key Performance Indicators).
5.2.1 Identifikasi Tujuan (Objectives)
Tujuan disusun berdasarkan identifikasi kebutuhan pemangku kepentingan
perusahaan Penyusunan tujuan ini dibuat berdasarkan literatur.
Menurut David Parmenter (2010) pada buku dengan judul “Key
Performance Indicator: Developing, Implementing, and Using Winning KPIs”
bahwa peningkatan laba dan penjualan dikategorikan dalam tujuan peningkatan
kinerja keuangan. Kecepatan dalam menanggapi keluhan karyawan dikategorikan
dalam tujuan kenyamanan karyawan.
Menurut Tania Alda (2013) dalam tugas sarjana dengan judul “Analisis
Sistem Pengukuran Kinerja dengan Metode Integrated Performance Measurement
Systems Pada PT. X” bahwa kesempatan perguruan tinggi dalam melakukan
penelitian di perusahaan termasuk dalam tujuan peningkatan perhatian di bidang
pendidikan. Pola order teratur, peningkatan volume pembelian, dan pembayaran
tepat waktu termasuk dalam tujuan peningkatan hubungan kerja sama dengan para
pemasok. Tersedianya lapangan kerja dan pengelolaan limbah industri termasuk
dalam tujuan meningkatkan kepercayaan masyarakat.
Menurut Joko Susetyo (2013) pada jurnal yang berjudul “Penerapan
PerformanceMeasurementSystem (IPMS) Pada PT X” bahwa kehadiran karyawan
termasuk dalam tujuan peningkatan produktifitas perusahaan.
5.2.2 Identifikasi Indikator Kinerja Utama (Key Performance Indicator)
Tujuan (objectives)telah ditetapkan berdasarkan kebutuhan (requirements)
yang telah teridentifikasi. Selanjutnya dilakukan pengukuran untuk
masing-masing tujuan. Cara pengukuran tingkat pencapaian tujuan adalah dengan
menentukan indikator keberhasilannya, yaitu yang disebut dengan
KeyPerformanceIndicators (KPI). Dalam penelitian ini diidentifikasi 28 KPI yang
dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4.Key Performance Indicators(KPI) Perusahaan
Tujuan Key Performance Indicators
Meningkatkan kepuasan pelanggan
Mutu aspal sesuai standard
Rasio pengiriman produk tepat waktu
Meningkatkan loyalitas pelanggan
Jumlah pengiriman sesuai dengan pemesanan
Persentase harga yang terjangkau
Tabel 5.4.Key Performance Indicators(KPI) Perusahaan (Lanjutan)
Tujuan Key Performance Indicators
Meningkatkan hubungan baik dengan supplier
Persentase pembayaran yang tidak melebihi tenggat waktu
Persentase kerjasama yang sesuai dengan kontrak
Jumlah peningkatan volume pembelian
Meningkatkan kinerja keuangan
Persentase peningkatan profit perusahaan
Persentase pemanfaatan aset secara optimal
Persentase peningkatan penjualan Mengurangi produk cacat Persentase standarisasi kualitas produk
Meningkatkan loyalitas pekerja
Persentase adanya jenjang karir bagi karyawan
Jumlah kelengkapan fasilitas bekerja Jumlah adanya cuti bagi karyawan Jumlah jaminan atas kecelakaan kerja Jumlah jaminan sosial dan tenaga kerja
Meningkatkan produktivitas pekerja
Jumlah adanya SOP di setiap departemen
Persentase bonus dan rewardbila target produksi tercapai
Persentase sistem pengupahan yang standar
Meningkatkan hubungan baik dengan masyarakat
Jumlah tersedianya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar Jumlah kegiatan bantuan sosial atau CSR yang dilakukan perusahaan Meningkatkan perhatian dibidang
pendidikan
Persentase kesempatan siswa sekitar perusahaan untuk melakukan PKL
Tabel 5.4.Key Performance Indicators(KPI) Perusahaan (Lanjutan)
Tujuan Key Performance Indicators
Meningkatkan hubungan baik dengan pemerintah
Memiliki izin industri Memiliki NPWP
Memiliki izin SITU, TDP Memiliki izin UKL/UPL
5.3. Validasi Indikator Kinerja Utama (Key Performance Indicator)
Validasi Indikator Kinerja Utamaadalah proses verifikasi dari pihak
perusahaan untuk menilai apakah seluruh KPI yang telah teridentifikasi dan yang
nantinya akan digunakan dalam pengukuran kinerja perusahaan telah dapat
benar-benar dipertanggungjawabkan keakuratannya. Setelah dilakukan proses validasi
dengan pihak perusahaan, maka didapatkan hasil bahwa KPI yang teridentifikasi
sudah dapat dikatakan valid. Pihak yang berhak melakukan validasi adalah
manager perusahaan yang dianggap bertanggung jawab atas kinerja perusahaan
secara keseluruhan. Dari 28KPI yang diidentifikasi, semua diterima oleh pihak
perusahaan. Adapun 28 KPI yang diterima antara lain:
1. Persentase mutu aspal sesuai standar
2. Rasio pengiriman produk tepat waktu
3. Jumlah pengiriman sesuai dengan pemesanan
4. Persentase harga yang terjangkau
5. Persentase pembayaran yang tidak melebihi tenggat waktu
6. Persentase kerjasama yang sesuai dengan kontrak
7. Persentase pola pemesanan yang teratur
8. Persentase peningkatan volume pembelian
9. Persentase peningkatan profit perusahaan
10.Persentase pemanfaatan aset secara optimal
12.Persentase standarisasi kualitas produk
13.Persentase adanya jenjang karir bagi karyawan
14.Jumlah kelengkapan fasilitas bekerja
15.Jumlah adanya cuti bagi karyawan
16.Jumlah Jaminan atas kecelakaan kerja
17.Jumlah Jaminan sosial dan tenaga kerja
18.Jumlah adanya SOP di setiap departemen
19.Persentase bonus dan rewardbila target produksi tercapai
20.Persentase sistem pengupahan yang standar
21.Jumlah tersedianya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar
22.Jumlah kegiatan bantuan sosial atau CSR yang dilakukan perusahaan
23.Jumlah kesempatan siswa sekitar perusahaan untuk melakukan PKL
24.Memiliki izin industri
25.Memiliki NPWP
26.Memiliki izin SITU, TDP
27.Memiliki izin UKL/UPL
28.Mentaati peraturan Pemda setempat
5.3.1. Spesifikasi Indikator Kinerja Utama (Key Performance Indicator)
Setelah proses validasi selesai, maka dilakukan spesifikasi KPI (Key
Performance Indicator). Untuk setiap KPI yang sudah teridentifikasi kemudian
dilakukan agar dapat mendeskripsikan dengan jelas suatu KPI Spesifikasi
masing-masing KPI terdiri dari:
1. Nama KPI
2. Deskripsi
3. Tujuan
4. Terkait dengan
5. Formulasi
6. Target Perusahaan
7. Frekuensi Pengukuran
8. Sumber data
Setiap KPI dispesifikasikan sesuai dengan ketentuan di atas. Tahap
spesifikasi ini dilakukan melalui diskusi dengan pihak manager perusahaan
PT.Rapi Arjasa. Contoh hasil spesifikasi KPI dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.5. Spesifikasi Key Performance IndicatorPersentase Mutu Aspal Sesuai Standar
Aspek Kepuasan Pelanggan
Nama KPI Persentase peningkatan mutu aspal sesuai standar Deskripsi Menunjukan kualitas persentase mutu aspal Tujuan Agar dapat melihatkualitas produk
Formulasi Laba t-Labat-1
Labat-1 x100%
Target
Frekuensi pengukuran per bulan
Sumber data Data materialengineer perusahaan
Data untuk key performance indicators dapat dilihat pada Tabel 5.6.
5.3.2 Pembobotan Indikator Kinerja Utama (Key Performance Indicator)
Pemberian bobot ini dilakukan dengan pihak perusahaan secara
mendalam. Bobot ini akan menggambarkan tingkat kepentingan dan peranan
suatu Key Performance Indicators.Dalam menentukan bobot digunakan metode
Analytical Hierarchy Process (AHP). Dari hasil pembobotan, dapat diketahui
tingkat kepentingan dari tiap stakeholderserta KPInya. Hierarki Indikator Kinerja
Utama (Key Performance Indicator) PT. Rapi Arjasa dapat dilihat pada Gambar
Kinerja Perusahaan
Keterangan:
O-1 : Meningkatkan kepuasan pelanggan
O-2 : Meningkatkan loyalitas pelanggan
O-3 : Meningkatkan hubungan baik dengan supplier
O-4 : Meningkatkan kinerja keuangan
O-5 : Mengurangi produk cacat
O-6 : Meningkatkan loyalitas pekerja
O-7 : Meningkatkan produktivitas pekerja
O-8 : Meningkatkan hubungan baik dengan masyarakat
O-9 : Meningkatkan perhatian di bidang pendidikan
O-10 : Meningkatkan hubungan baik dengan pemerintah
KPI 1 : Persentase mutu aspal sesuai standar
KPI 2 : Rasio pengiriman produk tepat waktu
KPI 3 :Jumlah pengiriman sesuai dengan pemesanan
KPI 4 :Persentase harga yang terjangkau
KPI 5 :Persentase pembayaran yang tidak melebihi tenggat waktu
KPI 6 :Persentase kerjasama yang sesuai dengan kontrak
KPI 7 :Persentase pola pemesanan yang teratur
KPI 8 :Persentase peningkatan volume pembelian
KPI 9 :Persentase peningkatan profit perusahaan
KPI 10 :Persentase pemanfaatan aset secara optimal
KPI 11 :Persentase peningkatan penjualan
KPI 13 :Persentase adanya jenjang karir bagi karyawan
KPI 14 :Jumlah kelengkapan fasilitas bekerja
KPI 15 :Jumlah adanya cuti bagi karyawan
KPI 16 :Jumlah jaminan atas kecelakaan kerja
KPI 17 :Jumlah jaminan sosial dan tenaga kerja
KPI 18 :Jumlah adanya SOP di setiap departemen
KPI 19 :Persentase bonus dan reward bila target produksi tercapai
KPI 20 :Persentase sistem pengupahan yang standar
KPI 21 :Jumlah tersedianya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar
KPI 22 :Jumlah kegiatan bantuan sosial atau CSR yang dilakukan perusahaan
KPI 23 :Jumlah kesempatan siswa sekitar perusahaan untuk melakukan PKL
KPI 24 :Memiliki izin industri
KPI 25 : Memiliki NPWP
KPI 26 : Memiliki izin SITU, TDP
KPI 27 : Memiliki izin UKL/UPL
KPI 28 : Mentaati peraturan Pemda setempat
5.3.3 Pembobotan Antar Kriteria KPI
Pembobotan penilai dilakukan untuk mengetahui masing-masing bobot
dari kriteria dan indikator. Pembobotan penilaian dilakukan dengan menggunakan
kuesioner matriks berpasangan. Data kepentingan perbandingan berpasangan
Tabel 5.7 Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Kriteria
Kriteria Responden 1
O-1 O-2 O-3 O-4 O-5 O-6 O-7 O-8 O-9 O-10
Kriteria Responden 2
O-1 O-2 O-3 O-4 O-5 O-6 O-7 O-8 O-9 O-10
Kriteria Responden 3
Tabel 5.7 Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Kriteria (Lanjutan)
O-9 1/5 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1/5 1 3
O-10 1/7 1/7 1/3 1/3 1/7 1/5 1/7 1/3 1/3 1
Kriteria Responden 4
O-1 O-2 O-3 O-4 O-5 O-6 O-7 O-8 O-9 O-10
Kriteria Responden 5
O-10 ½ 3 1/3 1/5 1/3 3 1/3 1/2 3 1
5.3.3.1 Pembobotan Antar Sub Kriteria Tujuan Meningkatkan Kepuasan Pelanggan
Pembobotan antar sub kriteria tujuan meningkatkan kepuasan pelanggan
dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8 Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Sub Kriteria Meningkatkan Kepuasan Pelanggan (Lanjutan)
Kriteria
5.3.3.2 Pembobotan Antar Sub Kriteria Tujuan Meningkatkan Loyalitas Pelanggan
Pembobotan antar sub kriteria tujuan peningkatan loyalitas pelanggan
Tabel 5.9. Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Sub Kriteria Tujuan Meningkatkan Loyalitas Pelanggan (Lanjutan)
Kriteria
5.3.3.3 Pembobotan Antar Sub Kriteria Tujuan Meningkatkan Hubungan Baik dengan Pemasok (Supplier)
Pembobotan antar sub kriteria tujuan meningkatkan hubungan baik dengan
pemasok (supplier) dapat dilihat pada Tabel 5.10.
Tabel 5.10 Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Sub Kriteria Tujuan Meningkatkan Hubungan Baik dengan Pemasok(Supplier)
Kriteria Responden 1
KPI 5 KPI 6 KPI 7 KPI 8
KPI 5 1 5 3 1/5
KPI 6 1/5 1 5 2
KPI 7 1/3 1/5 1 ½
KPI 8 5 1/2 2 1
Kriteria Responden 2
KPI 5 KPI 6 KPI 7 KPI 8
KPI 5 1 1/6 7 1/3
KPI 6 6 1 1/3 7
KPI 7 1/7 3 1 2
Tabel 5.10. Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Sub Kriteria Tujuan Meningkatkan Hubungan Baik dengan Pemasok (Supplier) (Lanjutan)
Kriteria Responden 3
KPI 5 KPI 6 KPI 7 KPI 8
KPI 5 1 ½ 1/3 7
KPI 6 2 1 3 1/3
KPI 7 3 1/3 1 ½
KPI 8 1/7 3 2 1
Kriteria Responden 4
KPI 5 KPI 6 KPI 7 KPI 8
KPI 5 1 3 7 1/5
KPI 6 1/3 1 1/3 3
KPI 7 1/7 3 1 4
KPI 8 5 1/3 ¼ 1
Kriteria Responden 5
KPI 5 KPI 6 KPI 7 KPI 8
5.3.3.4 Pembobotan Antar Sub Kriteria Tujuan Meningkatkan Kinerja Keuangan
Pembobotan antar sub kriteria tujuan meningkatkan kinerja keuangan
Tabel 5.11. Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Sub Kriteria Tujuan Meningkatkan Kinerja Keuangan
Kriteria Responden 1
KPI 9 KPI 10 KPI 11
KPI 9 1 3 1/3
KPI10 1/3 1 1/5
KPI 11 3 5 1
Kriteria Responden 2
KPI 9 KPI 10 KPI 11
KPI 9 1 ½ 1/3
KPI10 2 1 2
KPI 11 3 ½ 1
Kriteria Responden 3
KPI 9 KPI 10 KPI 11
KPI 9 1 3 4
KPI10 1/3 1 1/7
KPI 11 ¼ 7 1
Kriteria Responden 4
KPI 9 KPI 10 KPI 11
KPI 9 1 4 1/5
KPI10 ¼ 1 4
KPI 11 5 ¼ 1
Kriteria Responden 5
5.3.3.5 Pembobotan Antar Sub Kriteria Tujuasn Meningkatan Loyalitas Pekerja
Pembobotan antar sub kriteria tujuan meningkatkan loyaitas pekerjadapat
dilihat pada Tabel 5.12.
Tabel 5.12. Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Sub Kriteria Tujuan Meningkatkan Loyalitas Pekerja
Kriteria Responden 1
KPI 13 KPI 14 KPI 15 KPI 16 KPI 17
Kriteria Responden 2
KPI 13 KPI 14 KPI 15 KPI 16 KPI 17
Kriteria Responden 3
KPI 13 KPI 14 KPI 15 KPI 16 KPI 17
Kriteria Responden 4
Tabel 5.12. Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Sub Kriteria Tujuan Meningkatkan Loyalitas Pekerja (Lanjutan)
Kriteria
Responden 5
KPI 13 KPI 14 KPI 15 KPI 16 KPI 17
KPI 13 1 7 3 1/3 1/3
KPI 14 1/7 1 1/5 1/5 1/3
KPI 15 1/3 5 1 2 3
KPI 16 3 5 ½ 1 4
KPI 17 3 3 1/3 1/4 1
Kriteria
Responden 6
KPI 13 KPI 14 KPI 15 KPI 16 KPI 17
KPI 13 1 1/3 3 1/3 1/3
KPI 14 3 1 3 1/5 1/5
KPI 15 1/3 1/3 1 1/3 1/3
KPI 16 3 5 3 1 2
KPI 17 3 5 3 1/2 1
5.3.3.6 Pembobotan Antar Sub Kriteria Tujuan MeningkatkanProduktifitas Pekerja
Pembobotan antar sub kriteria tujuan meningkatkan produktifitas pekerja
Tabel 5.13. Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Sub Kriteria Tujuan Jumlah adanya SOP di
setiap departemen 1 1/5 5 Jumlah adanya SOP di
setiap departemen 1 3 1/5 Jumlah adanya SOP di
Tabel 5.13. Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Sub Kriteria Tujuan Meningkatkan Produktifitas Pekerja (Lanjutan)
Kriteria Jumlah adanya SOP di
setiap departemen 1 2 1/5 Jumlah adanya SOP di
setiap departemen 1 1/5 5 Jumlah adanya SOP di
5.3.3.7 Pembobotan Antar Sub Kriteria Tujuan Meningkatkan Hubungan Baik dengan Masyarakat
Pembobotan antar sub kriteria tujuan meningkatkan hubungan baik dengan
masyarakat dapat dilihat pada Tabel 5.14.
Tabel 5.14. Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Sub Kriteria Tujuan Meningkatkan Hubungan Baik dengan Masyarakat
Tabel 5.14. Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Sub Kriteria Tujuan Meningkatkan Hubungan Baik dengan Masyarakat (Lanjutan)
Tabel 5.14. Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Sub Kriteria Tujuan Meningkatkan Hubungan Baik dengan Masyarakat (Lanjutan)
Kriteria
5.3.3.8 Pembobotan Antar Sub Kriteria Tujuan Meningkatkan Hubungan Baik dengan Pemerintah
Pembobotan antar sub kriteria tujuan meningkatkan hubungan baik dengan
pemerintah dapat dilihat pada Tabel 5.15.
Tabel 5.15. Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Sub Kriteria Tujuan Meningkatkan Hubungan Baik dengan Pemerintah
Kriteria Responden 1
KPI 24 KPI 25 KPI 26 KPI 27 KPI 28
Kriteria Responden 2
Tabel 5.15. Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Sub Kriteria Tujuan Meningkatkan Hubungan Baik dengan Pemerintah (Lanjutan)
Kriteria Responden 3
KPI 24 KPI 25 KPI 26 KPI 27 KPI 28
Kriteria Responden 4
KPI 24 KPI 25 KPI 26 KPI 27 KPI 28
Kriteria Responden 5
5.4 Pengolahan Data Tahap Kedua
Pengolahan data tahap kedua ialah menentukan bobot dari indikator
kinerja utama dan melakukan scoring pada indikator kinerja utama.
5.4.1 Menetukan Bobot Key performance Indicators(KPI)
Langkah pertama adalah melakukan perhitungan rata-rata pembobotan
untuk masing-masing kelompok kriteria dan unsur adalah dengan menggunakan
Rata-rata geometrikyang diberikan oleh seluruh anggota kelompok yakni
sebanyak enam responden. Nilai rata-rata geometrik ini dianggap sebagai hasil
penilaian kelompok.Rata-rata geometrik dihitung dengan menggunakan rumus:
GM = √n X1.X2….Xn
Sebagai contoh perhitungan Rata-rata geometrik untuk kelompok kriteria
level 2 adalah sebagai berikut:
Responden 1 : 2
Responden 2 : 4
Responden 3 : 4
Responden 4 : 6
Responden 5 : 4
Responden 6 : 5
Maka Rata-rata geometriknya adalah :
GM =√6 2x4x4x6x4x5= ,
Dengan cara yang sama, rata-rata geometrik setiap kelompok kriteria dapat dicari.
Tabel 5.16.Perhitungan Rata-rata Pembobotan Antar Tujuan pada Level 2
Kriteria O-1 O-2 O-3 O-4 O-5 O-6 O-7 O-8 O-9 O-10
O-1 1,0000 3,7454 1,2483 0,6076 3,9964 1,5423 1,3485 4,1688 3,7994 2,8878
O-2 0,2670 1,0000 0,5306 0,7036 2,4908 1,8267 0,8184 3,3438 2,3343 2,5103
O-3 0,8011 1,8846 1,0000 1,0781 1,4213 1,7742 0,9813 3,6688 3,1155 2,8710
O-4 1,6457 1,4213 0,9276 1,0000 2,6081 1,2411 0,4275 4,2015 3,3809 3,3809
O-5 0,2502 0,4015 0,7036 0,3834 1,0000 1,0000 0,6624 2,6907 2,8048 2,3133
O-6 0,6484 0,5474 0,5636 0,8057 1,0000 1,0000 3,0891 2,1921 3,2014 2,1921
O-7 0,7416 1,2219 1,0190 2,3390 1,5097 0,3237 1,0000 3,9813 1,9142 3,3438
O-8 0,2399 0,2991 0,2726 0,2380 0,3717 0,4562 0,2512 1,0000 1,1173 1,6350
O-9 0,2632 0,4284 0,3210 0,2958 0,3565 0,3124 0,5224 0,8950 1,0000 1,5423
O-10 0,3463 0,3984 0,3483 0,2958 0,4323 0,4562 0,2991 0,6116 0,6484 1,0000
Jumlah 6,2034 11,3480 6,9346 7,7470 15,1868 9,9328 9,3999 26,7536 23,3162 23,6765
Tabel 5.17.Perhitungan Rata-rata Sub Kriteria Meningkatkan Kepuasan Pelanggan Level 3
Kriteria Persentase mutu aspal sesuai standar
Rasio pengiriman produk tepat waktu Persentase mutu aspal
sesuai standar 1,0000 0,6484
Rasio pengiriman
produk tepat waktu 1,5423 1,0000
Tabel 5.18. Perhitungan Rata-rata Sub Kriteria Meningkatkan Loyalitas Pelanggan Level 3
Kriteria Jumlah pengiriman sesuai dengan pemesanan
Persentase harga yang terjangkau Jumlah pengiriman sesuai
dengan pemesanan 1,0000 0,7268
Persentase harga yang
terjangkau 1,3760 1,0000
Jumlah 2,3760 1,7268
Tabel 5.19. Perhitungan Rata-rata Sub Kriteria Meningkatkan Hubungan Baik dengan Pemasok(Supplier)Level 3
Kriteria
volume pembelian 0,9476 0,4028
0,5868 1,0000
Tabel 5.20. Perhitungan Rata-rata Sub Kriteria Meningkatkan Kinerja Keuangan Level 3
Kriteria
Persentase peningkatan profit perusahaan
Persentase pemanfaatan aset
secara optimal
Persentase peningkatan
penjualan Persentase peningkatan
profit perusahaan 1,0000 1,6944 0,4777
Persentase pemanfaatan
aset secara optimal 0,5902 1,0000 0,6820
Persentase peningkatan
penjualan 2,0935 1,4663 1,0000
Jumlah 3,6837 4,1607 2,1597
Tabel 5.21. Perhitungan Rata-rata Sub Kriteria Meningkatkan Loyalitas Pekerja Level 3
Kriteria KPI 13 KPI 14 KPI 15 KPI 16 KPI 17
KPI 13 1,0000 1,7662 1,2069 0,3940 0,8285
KPI 14 0,8732 1,0000 0,8047 0,5074 0,6594
KPI 15 0,8285 1,2427 1,0000 0,3733 0,9372
KPI 16 2,5382 1,9709 2,6786 1,0000 1,4604
KPI 17 1,2069 1,6457 1,0670 0,6847 1,0000
Tabel 5.22. Perhitungan Rata-rata Sub Kriteria Meningkatkan Produktivitas
Tabel 5.23. Perhitungan Rata-rata Sub Kriteria Meningkatkan Hubungan Baik dengan Masyarakat Level 3
Kriteria bagi masyarakat sekitar
Tabel 5.24. Perhitungan Rata-rata Sub Kriteria Meningkatkan Hubungan Baik dengan Pemerintah Level 3
Kriteria KPI 24 KPI 25 KPI 26 KPI 27 KPI 28
5.4.2 Perhitungan Bobot Parsial dan Konsistensi Matriks
Berikut langkah-langkah untuk perhitungan Consistensy Ratio (CR) adalah
sebagai berikut:
1. Masing-masing angka di setiap sel dibagi dengan jumlah kolom
masing-masing dan menghasilkan matriks normalisasi dimana angka di setiap kolom
berjumlah 1 (satu). Sementara bobotnya diperoleh dengan menghitung
Rata-rata setiap baris yang didapat dengan cara menjumlahkan dan membaginya
dengan jumlah data.
2. Perhitungan Consistensy Ratio (CR):
Tabel 5.25Matriks Normalisasi dan Rata-rata Baris pada Level 2
a. Perhitungan Konsistensi Vektor
Konsistensi Vektor = (Rasio konsistensi / Bobot parsial tiap baris)
1,9216 0,1752 10,9690
Zmaks= 10,9811+10,8795+10,7909+10,6873+…+10,722210 = 10,7346
d. Consistency Index (CI)
1
diperoleh dari nilai Random Index).
Index
Jika CR ≤ 0,1 maka jawaban responden konsisten dan untuk hasil perhitungan
CR kelompok kriteriakelompok kriteria penilaian kerja, maka dapat disimpulkan
bahwa jawaban dari responden adalah konsisten.
Langkah berikutnya adalah menghitungkan bobot parsial dan rasio
konsistensi dengan cara yang sama selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.26.
Tabel 5.26. Rasio Konsistensi Pada Level 2 dan 3
Perbandingan Berpasangan Antar Konsistensi Rasio