Pengukuran Kinerja dengan Metode Integrated
Performance Measurent System dan Fuzzy Analitycal
Hierarchy Process
Ari Basuki
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Trunojoyo Madura, Indonesia, 60111 Email : aribasuki@trunojoyo.ac.id
ABSTRAK
Penilaian kinerja merupakan salah satu faktor penting yang dijadikan pertimbangan dalam persaingan bisnis bagi suatu organisasi, termasuk juga rumah sakit. Metode Integrated Performance Measurement System (IPMS) adalah salah satu metode pengukuran kinerja yang mendasarkan pada kebutuhan stakeholder. Salah satu tahapan dalam IPMS adalah membobotkan indikator yang berpengaruh terhadap capaian kinerja. Mayoritas penelitian yang telah dilakukan, menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) sebagai metode pembobotannya, sedangkan pada penelitian ini digunakan metode pengembangannya yaitu Fuzzy AHP. Penelitian ini dilakukan pada bentuk usaha rumah sakit untuk unit bisnis rawat inap. Untuk menentukan nilai kinerja secara keseluruhan, digunakan sistem Objective Matrix (OMAX), dan hasilnya yaitu nilai kinerja secara keseluruhan sebesar 7,551496 (dari skala penilaian 1-10). Capaian nilai ini dipengaruhi oleh 6 faktor dan 17 indikator yang digunakan. Faktor yang memberikan pengaruh signifikan terhadap nilai kinerja tersebut, yaitu faktor bentuk pelayanan dengan bobot sebesar 0,5515, dan faktor external party yang memberikan pengaruh paling kecil dengan bobot sebesar 0,0011. Sedangkan, berdasarkan traffic light system dalam OMAX, mayoritas indikatornya berada pada kategori hijau, dan hanya 3 indikator yang berada pada kategori merah.
Kata kunci : Pengukuran kinerja, IPMS, Fuzzy AHP, Objective Matrix.
ABSTRACT
Performance measurement is one of the important factors that is considered in business competition, including in hospital business. Integrated Performance Measurement System method is one of the performance measurement methods determining by stakeholder needs. One of the IPMS steps is weighting indicators that affect performance result. Many prior researches used Analytical Hierarchy Process (AHP) method as the weighting method, while in this research, it uses Fuzzy AHP. This research was conducted in the hospital business, specifically in inpatient unit. In order to measure the total performance, Objective Matrix (OMAX) system is used, and the result is 7,551496 (from the scale 1-10). This result is affected by 6 factors and 17 indicators that are used. The significant factor affecting the result is serviceform factor with weight score by 0,5515, while as the least significant factor is external party factor with weigth score by 0,0011. In addition, regarding on traffic light system in the OMAX method, the majority of the idicators is in green category, and only 3 indicators which are in red category.
PENDAHULUAN
Pengukuran kinerja merupakan komponen dalam performance-based management yang merupakan suatu aplikasi informasi sistematik yang dibangun berdasarkan perencanaan, pengukuran dan evaluasi kinerja menuju perencanaan strategi. Pengukuran kinerja akan sangat bermanfaat bagi suatu organisasi, salah satu manfaatnya yaitu menyediakan suatu pendekatan yang terstruktur terfokus pada rencana strategis, tujuan dan performansi. Selain itu terdapat pula suatu mekanisme pelaporan pada upper management[1].
Integrated Performance Measurement System (IPMS) merupakan metode pengukuran kinerja yang terintegrasi yaitu mengukur kinerja suatu organisasi (perusahaan) yang dilakukan secara top-down dengan memperhatikan kebutuhan dari setiap stakeholdernya dan tetap memonitor posisi perusahaan terhadap pesaingnya.
Metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP) merupakan pengembangan dari metode tradisional Analytical Hierarchy Process (AHP) yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty [2]. Pada permasalahan pengambilan
keputusan, seringkali muncul
ketidakjelasan/samar (fuzziness) ketika akan menentukan suatu keputusan. Kondisi ini akan menyebabkan keputusan yang diambil menjadi kurang tepat jika menggunakan metode AHP konvensional [3]. Untuk meminimalkan efek dari ketidakjelasan tersebut, banyak peneliti yang menggunakan metode FAHP yang merupakan pengembangan dari teory yang dikemukakan oleh Saaty, dan terbukti bahwa FAHP menghasilkan keputusan yang relative lebih memuaskan dibandingkan dengan menggunakan AHP konvensional [2].
Metode IPMS dan FAHP pada penelitian ini digunakan untuk mengukur kinerja sebuah rumah sakit yang dikhususkan pada unit rawat inap.Selama ini, rumah sakit tersebut masih menggunakan metode pengukuran kinerja tradisional yang cenderung mengedepankan aspek keuangan sebagai tolak ukur. Padahal, apabila dilihat dari bentuk organisasinya, sebuah
rumah sakit itu merupakan unit pelayanan masyarakat yang bentuknya komplek, dinamis, multi disiplin, serta dipengaruhi lingkungan yang berubah. Namun, rumah sakit secara konsisten juga dituntut untuk tetap menjalankan misinya sebagai institusi pelayanan sosial dengan mengutamakan pelayanan pada masyarakat banyak dan harus memperhatikan etika pelayanannya supaya tetap bisa bersaing dengan kompetitornya.
Maka dari itu, dalam menilai kinerja rumah sakit harus memperhatikan juga kepentingan stakeholder, tidak cukup hanya dengan mendasarkan pada aspek keuangan saja. Dengan menggunakan metode pengukuran kinerja yang terintegrasi (IPMS), rumah sakit tersebut akan mampu menterjemahkan visi dan misinya kedalam strategi organisasi untuk menjadi salah satu penentu aktifitas atau proses bisnis yang berlangsung.
METODE
Integrated Performance Measurement
System (IPMS)
IPMS merupakan sistem pengukuran kinerja yang dibuat di Centre for Strategic Manufacturing, University of Strathclyde, Glasgow [4].Tujuannya yaitu untuk mendeskripsikan bentuk pengukuran kinerja dalam arti yang tepat, integrasi, efektif dan efisien. Untuk mencapai tujuan tersebut, secara garis besar dideskripsikan menjadi 2 kegiatan utama, yakni : (1) pendekripsian komponen pokok dari sistem pengukuran kinerja, (2) membuat garis arahan pengukuran kinerja terbaik yang sebaiknya digunakan.
Berikut adalah tahapan – tahapan pengukuran kinerja dengan menggunakan metode Integrated Performance Measurement Systems [5]:
1. Mengidentifikasi stakeholder dan membuat daftar kebutuhan (requirement) dari setiap stakeholder yang ada.
bidang yang sama (melakukan benchmarking).
3. Menetapkan objective dari bisnis.
4. Mendefinisikan Key Performance Indicator (KPI) yang digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian objective bisnis.
5. Melakukan validasi.
6. Melakukan spesifikasi masing-masing KPI. 7. Pembobotan KPI.
8. Melakukan scoring system.
Fuzzy
Analytical Hierarchy Process
(FAHP)
Fungsi membership triangular μA(x):
R[0,1], yang dapat didefinisikan:[6]
Variabel linguistik adalah sebuah variabel dimana nilainya berupa kata-kata atau kalimat dalam bahasa alami atau buatan.
Tabel 1. Fungsi Keanggotaan Skala Linguistik Bilangan
Fuzzy Skala Linguistik
Skala Bilangan Fuzzy 1
~ Sama Penting (1,1,3)
3
~ Sedikit Lebih Penting (1,3,5)
5
Prosedur untuk menjelaskan bobot kriteria evaluasi dengan FAHP adalah:
1. Menyusun matrik perbandingan berpasangan diantara semua elemen/kriteria dalam
dimensi sistem hirarki berdasarkan penilaian dengan variabel linguistik.
1
2. Mendefinisikan rata-rata geometris fuzzy dan bobot fuzzy setiap kriteria dengan rata-rata.
in
geometris dari nilai perbandingan fuzzy kriteria i terhadapa setiap kriteria dan
w
~
iadalah bobot fuzzy dari kriteria ke i.
Metodologi Penelitian
1. Identifikasi Stakeholder Requirements
Adalah langkah awal yang harus dilakukan untuk mengukur kinerja suatu organisasi dengan menggunakan metode IPMS. Tetapi sebelum itu, perlu diidentifikasi level of business dalam organisasi tersebut guna mengetahui lingkup bisnis yang akan diukur kinerjanya. Dalam konteks metode IPMS, sebuah organisasi (perusahaan) dibagi menjadi empat level, yaitu level bisnis (business), level unit bisnis (business unit), level proses bisnis (business process,) dan level aktivitas (activities) [5]. Dan, hasil identifikasi level of business pada obyek penelitian ini yaitu :
a. Pada level “bisnis” adalah rumah sakit, yang merupakan sebuah organisasi atau badan usaha yang bergerak di bidang pelayanan jasa kesehatan dengan melakukan berbagai aktivitas bisnis untuk mewujudkan visi dan misinya.
(1)
b. Pada level “unit bisnis” adalah seluruh bagian yang berada didalam rumah sakit yang melakukan proses bisnis dengan cara bekerja sama dengan bagian lain untuk mewujudkan visi dan misi rumah sakit tersebut. Pada penelitian ini, sebagai unit bisnis yang dijadikan kajian adalah unit bisnis rawat inap.
c. Pada level “proses bisnis” adalah proses atau mekanisme pelayanan kesehatan yang dilakukan pihak rumah sakit terhadap pasien pada unit rawat inap di rumah sakit tersebut. d. Pada level “aktivitas” adalah semua kegiatan
yang dilakukan pada proses pelayanan kesehatan pada unit rawat inap.
Stakeholder adalah pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dan hubungan, baik secara langsung ataupun tidak secara langsung terhadap suatu organisasi.Pada penelitian ini, sebagai stakeholder pada unit rawat inapadalah pihak yayasan rumah sakit, kepala rumah sakit, tenaga medis yang terdiri atas dokter dan perawat, karyawan, pemasok, dan pasien. Stakeholder requirements di diperoleh melalui proses wawancara kepada setiap stakeholder. Yang diidentifikasi yaitu berbagai requirements yang terkait dengan peningkatan kinerja rumah sakit (unit rawat inap). Berbagai stakeholder requirements disajikan dalam tabEL 2.
2. Melakukan External Monitor
Dilakukan melalui wawancara dengan structural questionnaire yang dibuat berdasarkan stakeholder requirements. Kuisioner ini diberikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan tujuan untuk mengetahui kondisi unit bisnis, adakah gap disetiap requirements antara rumah sakit yang dijadikan sebagai obyek penelitian dengan rumah sakit pesaing yang sejenis.
3. Menetapkan Business Objectives
Dalam menentujan tujuan (objectives) sebuah organisasi, seharusnya juga didasarkan pada pemikiran sejumlah masukan, yaitu: permintaan stakeholder, praktek dan performansi bisnis kelas dunia, competitif gaps dan rencana pesaing, tingkat performansi dimana organisasi mampu mencapainya dengan berbagai batasan yang ada, yang disebut target realistis [D].
Business objectives ini ditentukan/dirumuskan berdasarkan stakeholder requirements dan hasil external monitor.
4. Mendifinisikan Key Performance Indicator(s) (KPI) dan Validasi
KPI merupakan indikator kunci yang digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian objectives bisnis. Indikator-indikator ini diperoleh dari studi literatur dan wawancara secara langsung kepada pihak manajemen rumah sakit (manajer) dan yayasan. Kemudian, sejumlah indicator tersebut diuji validasinya dengan metode face validity untuk melihat keabsahan dan kesesuaian berbagai indicator yang mencerminkan kinerja unit bisnis yang diamati. Pada penelitian ini, setelah dilakukan proses validasi diperoleh 17 KPI yang selanjutnya akan digunakan dalam pengukuran kinerjanya.
5. Melakukan Spesifikasi Masing-Masing KPI Tujuan dari proses spesifikasi setiap KPI adalah untuk mendiskripsikan setiap KPI, yaitu tentang tujuan, keterkaitannya dengan objective, target dan cara pengukurannya. Spesifikasi KPI ini digunakan sebagai dasar dalam perhitungan pencapaian nilai performance. Sebagai contoh adalah spesifikasi KPI 1 (tingkat pertumbuhan profit) yang dapat dilihat pada Tabel 3. Spesifikasi KPI dilakukan untuk semua KPI yang telah valid.
6. Pembobotan KPI
Bobot relative ini akan mempengaruhi pencapaian nilai performance akhir.
Tabel 2.Stakeholder requirements, Objectives, dan KPI
Requirements Objectives KPI Formula KPI
Adanya peningkatan
1. Tingkat pertumbuhan profit
∑ ∑
Meningkatkan tingkat huni rawat inap 2.
Bed Occupation Rate (BOR)
∑
∑ Adanya sinergi antara
tenaga medis, karyawan
dan manajemen Meningkatkan
loyalitas karyawan 3.
Tingkat turn over
karyawan tenaga medis
∑ ∑ Karyawan, tenaga medis
bekerja dengan loyal kepada rumah sakit
Meningkatnya kualitas
4. Tingkat absensi karyawan tenaga medis
Jumlah pelatihan atau training yang dilakukan per periode
6. Prosentase jumlah dokter spesialis yg dimiliki
∑ ∑
Terealisasinya program-program kerja yang direncanakan evaluasi program 8.
Jumlah pelaksanaan evaluasi program per periode
∑
Meningkatnya kualitas pelayanan yang diberikan
Jumlah pasien yang puas semakin meningkat
9. Taking Care Responsibility
(TCR)
∑ ∑ Meminimalkan jumlah
pasien yang komplain 10.
Number of complain/
suggestion ∑
Mengoptimalkan
waktu pelayanan 11. TOI
∑ ∑ Keuangan rumah sakit
(unit rawat inap) dikelola secara baik dan bertanggung jawab
Rumah sakit membuat laporan keuangan secara benar dan rutin
12. Tingkat ketepatan waktu laporan keuangan secara tepat waktu
13.
Tingkat ketepatan waktu pembayaran gaji karyawan (tenaga medis)
∑
∑
Terciptanya kerja sama yang baik antara rumah sakit dengan pemasok kebutuhan rumah sakit
Meningkatkan ketepatan jumlah kebutuhan bahan/alat medis yang dikirim dari pemasok
14.
Tingkat ketepatan quantity
bahan/alat medis yang dikirim medis yang dikirim dari pemasok
15.
Tingkat ketepatan waktu pengiriman bahan/alat medis
∑ ∑
Fasilitas rumah sakit yang semakin baik
Menambah ketersediaan alat (sarana) medis
16. Tingkat penambahan alat/sarana medis
∑
∑ Alat (sarana) medis
berfungsi dengan baik 17.
Tingkat utilitas alat medis berfungsi dengan baik
Tabel 3. Spesifikasi KPI 1
Berikut ini proses perhitungan bobot masing-masing faktor tersebut dengan metode FAHP.
a. Memasukkan data penilaian tingkat kepentingan antar factor yang diperoleh dari penilaian expert (ahli) dengan menggunakan kuisioner ke dalam tabel matrik berpasangan, yang kemudian dilakukan konversi bilangan input ke bilangan fuzzy dengan menggunakan fungsi keanggotaan skala linguistik pada Tabel 1. Bentuk matrik perbandingan berpasangan bilangan fuzzy seperti Tabel 4.
Tabel 4. Konversi Nilai Kriteria ke Bilangan Fuzzy SD
M (1/3,1,
1)
(1/5,1/ 3,1)
(1/3,1,
1) 1 (3,5,7) (1/3,1,
3)
F (1/5,1/3 ,1)
(1/5,1/3
,1) (5,7,9) (1/7,1/5
,1/3) 1 (5,7,9)
EP (1/5,1/3 ,1)
(1/7,1/5
,1/3) (1,3,5) (1/3,1,3
)
(1/9,1/7, 1/5) 1 FP
M 1 (1,3,5) (1/5,1/
3,1) (1,1,3) (1,3,5) (1,3,5)
BP (1/5,1/
3,1) 1 (1,1,3) (1,3,5) (1,3,5) (3,5,7) P
M (1, 3,
5)
(1/3,1,
1) 1 (1,1,3)
(1/9,1/7 ,1/5)
(1/5,1/ 3,1)
b. Dari matrik fuzzy berpasangan, langkah selanjutnya adalah dengan mencari nilai rata –rata geometris dengan menggunakan persamaan 5, yang hasilnya ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Nilai rata – rata geometris tiap kriteria Lower Middle Upper
FPM 0,2 9 375
BP 0,6 15 525
PM 0,007407407 0,14285714 3 SDM 0,022222222 1,66666667 21
F 0,142857143 1,08888889 27
EP 0,001058201 0,02857143 1
c. Langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan untuk mencari nilai bobot untuk masing – masing criteria, pada Tabel 6.
Tabel 6. Bobot fuzzy tiap kriteria
Lower Middle Upper FPM 0,00021 0,33424 385,19 BP 0,00063 0,55706 539,266 PM 7,8E-06 0,00531 3,08152 SDM 2,3E-05 0,0619 21,5707 F 0,00015 0,04044 27,7337 EP 1,1E-06 0,00106 1,02717
d. Setelah diperoleh matrik fuzzy bobot untuk tiap kriteria, kemudian dilakukan proses defuzzyfikasi, yang selanjutnya akandiperolehbobot akhir tiap kriteria(factor) seperti yang ditampilkan dalam tabel 7 dan 8.
Tabel 7. Nilai defuzzyfikasi tiap kriteria Defuzzifikasi
FPM 128,5082
BP 179,9413
PM 1,028945
SDM 7,210857
F 9,258095
EP 0,342745
Tabel 8. Bobot akhir tiap kriteria Bobot
FPM 0,3938
BP 0,5515
PM 0,0032
SDM 0,0221
F 0,0284
EP 0,0011
Perhitungan bobot setiap KPI dilakukan juga dengan menggunakan metode FAHP yang proses perhitungannya sama dengan proses perhitungan bobot untuk setiap factor diatas.Hasil bobot setiap KPI dapat dilihat pada bagan hirarki kinerja unit rawat inap pada gambar 1.
KPI 1
Nama KPI Tingkat Pertumbuhan Profit Tujuan Mengetahui pertumbuhan profit Terkait dengan
Meningkatkan keuntungan dan pendapatan
Target 35% per periode Formula atau
cara mengukur
∑ ∑ Frekwensi
Gambar 1. Hirarki kinerja, bobot faktor dan KPI unit rawat inap
7. Melakukan Scoring System
Untuk mengetahui nilai pencapaian target kinerja dari masing-masing KPI, perlu dibuatkan scoring system. Scoring system ini dibuat bersama-sama dengan traffic light system untuk memberikan rambu-rambu atau tanda, apakah nilai score dari KPI tersebut perlu perbaikan (improvement) atau tidak. Traffic light system dibuat dengan menggunakan tiga warna indicator. Warna merah yang menandakan score dari KPI tidak mencapai target atau di bawah target dengan score 0-55. Warna kuning memberikan indikasi bahwa score yang dicapai perlu ditingkatkan dengan memberikan batasan 56 – 79. Dan, warna hijau menandakan bahwa score yang didapat sesuai dengan target yaitu score 80 - 100.
Nilai kinerja rumah sakit secara keseluruhan untuk unit bisnis rawat inap diperoleh dari perkalian antara nilai pencapaian kinerja yang aktual untuk setiap bobot KPI (bobot relative). Hasil perhitungan nilai kinerja (performance) dan kategori level setiap KPI ditunjukkan pada Tabel 9.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Input dari pengukuran kinerja dengan metode IPMS adalah berdasarkan stakeholder requirements yang akan menentukan tujuan (objectives) yang dicapai. Pencapaian setiap
diukur dengan menggunakan KPI. Hasil dari proses ini disajikan dalam Tabel 2.
Penilaian kinerja unit rawat inap dirumah sakit ini, berdasarkan hirarki (gambar 1) terdapat 6 faktor yang berpengaruh secara langsung terhadap pencapaian kinerjanya. Faktor bentuk pelayanan, jika dilihat dari nilai hasil pembobotan (sebesar 0,5515) adalah yang akan memberikan dampak terbesar terhadap pencapaian kinerja tersebut, sedangkan faktor external party dengan bobot hanya 0,0011 merupakan faktor yang tidak terlalu signifikan pengaruhnya terhadap pencapaian kinerja.
Setiap faktor tersebut memiliki sub faktor, yaitu berbagai indikator yang mempengaruhi value dari faktor tersebut. Sebagai contoh, faktor finansial, value (bagus tidaknya kondisi) finansial ditentukan dari 3 indikator kunci atau KPI, yakni indikator 1 (tingkat pertumbuhan profit), indikator 12 (ketepatan waktu pelaporan kondisi keuangan), dan indikator 13 (ketepatan pembayaran gaji karyawan). Diantara ketiga indikator ini, pertumbuhan profit adalah yang paling menentukan kondisi finansial karena memiliki bobot yang paling besar dibandingkan dengan bobot kedua indikator yang lainnya.
Berdasarkan perhitungan dengan FAHP diperoleh bobot indikator tingkat pertumbuhan profit sebesar 0,5208, sedangkan ketepatan waktu pelaporan dan pembayaran gaji memiliki bobot yang nilainya hampir sama (0,2251 dan 0,2541)
Kinerja Rumah Sakit (Unit Rawat Inap)
Sumber Daya Manusia (0,0221)
KPI 3 ( 0,2450 )
KPI 4 ( 0,2623 )
KPI 6 ( 0,4927 )
Fasilitas dan Peralatan
(0,3938)
KPI 16 ( 0,4729 )
KPI 17 ( 0,5721 )
Bentuk Pelayanan
(0,5515)
KPI 9 ( 0,3371 )
KPI 10 ( 0,3804 )
KPI 11 ( 0,2825 )
Pengelolaan Manajemen (0,0032)
KPI 2 ( 0,2564 )
KPI 5 ( 0,2452 )
KPI 7 ( 0,2501 )
KPI 8 ( 0,2483 )
External Party (0,0011)
KPI 14 ( 0,5000 )
KPI 15 ( 0,5000 )
Finansial (0,0284)
KPI 1 ( 0,5208 )
KPI 12 ( 0,2251 )
Tabel 9. Objectives Matrix
KPI Actual 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Level Weight Value
1 22 0 3,0 6,1 9,1 13,7 17,1 20,6 24 28 32 35 6 0,01479 0,088744 2 85 35 40,7 46,3 52,0 60,5 66,8 73,2 79,6 87 94 100 8 0,00082 0,006564 3 3 36 32,9 29,7 26,6 21,9 18,4 14,8 11,3 7,2 3,6 0 9 0,05441 0,489731 4 92 0 8,7 17,4 26,1 39,2 49,0 58,8 68,6 80 90 100 9 0,05826 0,524311 5 3 0 1,0 2,1 3,1 4,7 5,9 7,1 8,2 9,6 11 12 3 0,00078 0,002354 6 70 60 62,6 65,2 67,8 71,8 74,7 77,6 80,6 84 87 90 4 0,10943 0,437715 7 70 0 8,7 17,4 26,1 39,2 49,0 58,8 68,6 80 90 100 7 0,00080 0,005602 8 6 0 2,1 4,2 6,3 9,4 11,8 14,1 16,5 19 22 24 3 0,00079 0,002384 9 76 50 53,5 57,0 60,4 65,7 69,6 73,5 77,4 82 86 90 7 0,18591 1,301375 10 11 30 27,4 24,8 22,2 18,2 15,3 12,4 9,4 6 3 0 6 0,20979 1,258744 11 45 25 27,2 29,4 31,5 34,8 37,2 39,7 42,1 45 48 50 8 0,15580 1,246390 12 98 90 90,9 91,7 92,6 93,9 94,9 95,9 96,9 98 99 100 8 0,00639 0,051143 13 100 90 90,9 91,7 92,6 93,9 94,9 95,9 96,9 98 99 100 10 0,00722 0,072164 14 100 90 90,9 91,7 92,6 93,9 94,9 95,9 96,9 98 99 100 10 0,00055 0,005500 15 95 80 81,7 83,5 85,2 87,8 89,8 91,8 93,7 96 98 100 8 0,00055 0,004400 16 2 0 2,2 4,4 6,5 9,8 12,2 14,7 17,1 20 23 25 1 0,18623 0,186228 17 88 0 8,7 17,4 26,1 39,2 49,0 58,8 68,6 80 90 100 9 0,20757 1,868148
Performance 7,551496
Untuk mendapatkan nilai kinerja (performance) pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan pendekatan Objective Matrix (OMAX) dan traffic light system. Berdasarkan table penilaian kinerja dengan menggunakan OMAX, kinerja rumah sakit (unit rawat inap) pada saat ini adalah 7,551496 (dari skala penilaian 1-10). Capaian nilai kinerja sebesar ini ditentukan dari 17 indikator kinerja yang digunakan, dan sebagian besar indikator tersebut berada di kategori “hijau”, kategori yang sudah baik kinerjanya. Beberapa indikator lainterdapat pada kategori “kuning” sebanyak 5 indikator, dan kategori “merah” sebanyak 3 indikator. Indikator-indikator yang berada dalam kategori merah, perlu mendapatkan perhatian serius untuk diperbaiki kondisinya jika ingin dicapai kinerja (performance) unit rawat inap rumah sakit tersebut. Posisi indikator-indikator tersebut berdasarkan warnanya dapat dilihat pada Tabel 9.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja dengan metode IPMS yang menggunakan FAHP sebagai metode pembobotannya, unit rawat inap rumah sakit tersebut menunjukkan kinerja yang baik dengan nilai kinerja 7,551496 (dari skala penilaian 1-10).
Pencapaian nilai kinerja ini dipengaruhi oleh berbagai faktor dan indikator yang memiliki pengaruh yang tidak sama yang dicerminkan dari nilai bobot yang tidak sama. Penggunaan FAHP ternyata juga fleksibel dalam penerapannya untuk menggantikan AHP yang banyak digunakan pada penelitian sebelumnya. Jika diranking, faktor yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja rumah sakit ini yaitu bentuk pelayanan (0,5515), fasilitas dan peralatan (0,3938), finansial (0,0284), sumber daya manusia (0,0221), pengelolaan manajemen (0,0032) dan external party (0,0011).
Sementara itu, kondisi beberapa faktor tersebut, jika dinilai dari indikator dalam system OMAX, beberapa faktor di rumah sakit tersebut (unit rawat inap) kondisinya masih belum bagus. Hal ini terlihat dari beberapa indikator yang berada di kategori merah, yang berarti kondisinya masih jelek. Meskipun begitu, mayoritas indikator yang lain kondisinya bagus (kategori hijau).
DAFTAR PUSTAKA
[1] Artley, Willand Stroh, Suzanne.,The
Performance-Based Management
Handbook:Establishing an Integrated
Performance Measurement Systems
.
,
Performance-Based Manajemen Special
Interest Group (PBM SIG), 2001
[2] Ozdagogly A., Ozdagogly G., 2007. Comparison of AHP and Fuzzy AHP For The Multicriteria Decision Making Processes With Linguistic Evaluations., Istanbul Commerce UniversityJournal of Science, Vol. 6(11), p.65-85
[3] Bouyssou D., Marchant, T., Pirlot, M., Perny, P., Tsoukias, A., and Vinke, P., Evaluation Models: A Critical Perspective., Kluwer, Boston, 2000
[4] Suwignjo P, Baticti US, Carrie AS., 2000. Quantitative Models For Performance Measurement Systems. International Journal of Production Economics, (644), p.231-241
[5] Suartika I.,M., Suwignjo P., Syairuddin B., 2007. Perancangan dan Sistem Implementasi Pengukuran Kinerja dengan Metode Integrated Performance
Measurement Systems.Jurnal Teknik Industri, Vol. 9 (2), p.131-143