• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong ( Studi Kasus : Desa Paya Bakung, Kec. Hamparan Perak, Kab. Deli Serdang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong ( Studi Kasus : Desa Paya Bakung, Kec. Hamparan Perak, Kab. Deli Serdang)"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Pertanian. 2009. Model Penerapan PSDS. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta.

BPS.2012. Deli Serdang Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli

Serdang.

David. 2004. Analisis Swot : Penerapan Teknik Da1am Menganalisis. Gramedia.Jakarta.

Endik. 2010. Post a Comments. Harga Daging Sapi impor Lebih Murah, Kok Bisa? http: udayrayana.blogspot. [21 oktober 2009]

Meles, W. 2009, Strategi Pencapaian Swasembada daging Sapi Melalui Penanganan gangguan Reproduksi dun Permanfaatan Limbuh Pertanian. Econ. Rev. (217): 56-67

Murtidjo, B.A, 2004. Beternak Sapi Potong. Kanisius. Yogyakarta.

Rangkuiti, F. 2003. analisis Swot : Teknik membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Rangkuti, 2009, Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV.Alfabrta: Bandung

(2)

Saragih dan Krisnamuthi, 1992. Pengembangan Agribisnis Kecil.

Saragih, B., 1997. Trasformasi Sektor Pertanian ; Mencari Paradigma Baru ; dalam Mari Pangestu dan Ira Setiati (penyunting) . Mencari Paradigma Baru Pembangunan Indonesia. CSIS. Jakarta.

_______.1998. Agribisnis Berbasis Peternakan (Kumpulan Pemikiran). Pusat Studi Pembangunan. Lembaga Penelitian IPB.

Soedjana, 'I'.D), 1997. Penawaran, Permintaan dan Konsumsi Produk Peternakan di Indonesia. Forum Penelitian Agroekonomi 15 (1 dan 2): 45-54.

Suhagyos L. 2009. Potret Komoditas Daging Sapi, Econ, Rev, 217: 32-43,

Yuliani Y, 1994.. Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Potong Dengan Paradigma Agribisnis. Produksi. Universitas Andalas Padang

Yusdja, Y., R. Sayuti, B. Winarso, L. Sadikin, dan C. Muslim. 2004. Pemantapan Program dun Strategi Kehijakat? Produksi Daging Sapi. Pusat Penelitian Ekonomi Pertanian, Bogor.

(3)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive, maksudnya daerah dipilih berdasarkan tujuan yang dipandang sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian dilakukan di Desa Paya Bakung Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Daerah ini dipilih karena Desa Paya Bakung Kecamatan Hamparan Perak merupakan daerah yang memiiki cukup banyak ternak sapi potong dan desa tersebut potensi yang baik untuk mengembangkan usaha ternak sapi potong.

Tabel 1: Jumlah Sapi Potong di Kecamatan Hamaparan Perak

Desa Jantan Betina Jumlah

(1) (2) (3) (4)

Bulu Cina 5 7 12

Desa Lama 5 8 13

Hamparan Perak 1.0 153 262

Klambir V 117 196 313

Klambir V Kampung 738 578 1316

Klambir V Kebun 305 272 577

Klumpang Kampung 138 114 252 Klumpang Kebun 113 164 277

Kota Datar 5 8 13

Kota Rantang 3 4 7

Paluh Kurau 1 4 5

Paluh Manan 2 2

Paya Bakung 578 734 1312

Sei Baharu 3 8 11

Selemak 4 3 7

Sialang Muda 3 9 12

Tandem Hilir 1 1 6 7

Tandem Hilir II 3 7 10

Tandem Hulu I 4 3 7

Tandem Hulu II 3 5 8

(4)

Metode Penarikan Data

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap dapat menggambarkan populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah yang memiliki usaha ternak sapi potong. Pengambilan sampel untuk penelitian ini dawali dengan dilakukan dengan cara metode Slovin artinya dihitung dahulu beberapa jumlah sampel yang akan digunakan, setelah itu akan menggunakan metode random sampling artinya setelah digunakan seluruh populasi peternak yang telah dihitung dengan metode slovin yaitu memiliki usaha ternak sapi potong di desa tersebut dijadikan sampel. Sampel dalam penelitian ini merupakan setiap peternak yang memiliki 3-7 sapi potong.Usaha ternak ini adalah usaha ternak keluarga dan bukan dikelola perusahaan swasta maupun pernerintah.

N n=

1-Nez Keterangan: n : Jumlah Sampel N : Jumlah Populasi

e: Batas Toleransi Kesalahan (error tolerance)

N =

1 +Ne2 140 n=

1,140(0,22 ) 140 n=

(5)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Slovin diperoleh seban.yak 21 peternak.

Metode Pengumpul Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data skunder.Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang dibuat terlebih dahulu.

Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari instansi atau lembaga terkait sepeti Dinas Peternakan Kabupaten Deli Serdang, Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang, serta literature yang berhubungan dengan penelitian ini.

Metode Analisis Data

Untuk menyelesaikan masalah 1 digunakan metode analisis deskriptif dengan melihat faktor apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan,peluang dan ancaman dalam mengembangkan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian.

(6)

IFAS EFAS

STRENGHTS (S) Tentukan 3 – 5 faktor kekuatan internal

WEAKNESS (W) Tentukan 3 – 5 faktor kelemahan internal

OPPORTUNITY (O) STRATEGI SO STRATEGI WO Tentukan 3 – 5 faktor

peluang eksternal

Ciptakan strategi yang menggunakan

kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Cipatakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

THREATS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT Tentukan 3 – 5 faktor

ancaman eksternal

Ciptakan strategi menggunakan

kekuatan untuk mengatasi ancaman

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Sebelum melakukan analisis data seperti diatas terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan model matriks faktor strategi internal, matriks faktor strategi eksternal seperti dibawah ini:

Rating Katagori Faktor Internal Faktor Eksternal

4 Sangat Baik Kekuatan Peluang

3 Baik Kekuatan Peluang

2 Cukup Baik Kekuatan Peluang

1 Tidak Baik Kekuatan Peluang

-1 Sangat Baik Kelemahan Ancaman

-2 Baik Kelemahan Ancaman

-3 Cukup Baik Kelemahan Ancaman

-4 Tidak Baik Kelemahan Ancaman

(7)

Faktor Strategi Internal/Eksternal

Rating Bobot Skoring (Rating x Bobot) Kekuatan/Peluang

1 2 3 4 5 Total Bobot Kekuatan/peluang

Kelemahan/Ancaman

1 2 3 4 5 Total Bobot Kelemahan/Ancaman

Berdasarkan tabel diatas, tahapan yang dilakukan dalam menentukan faktor strateginya adalah menentukan faktor-faktor yang menjadi kelemahan-kelemahan kekuatan serta peluangancaman dalam kolom 1, lalu beri bobot masing-masing faktor tersebut yang jumlahnya tidak boleh melebihi total 50 pada kolom 2. Kemudian peningkatan setiap faktor dari 4 (sangat baik) samapi 1 (tidak baik) dalam kolom 3 berdasarkan respon peternak terhadap faktor itu. Kemudian yang terakhir, kalikan setiap bobot faktor dengan rating untuk mendapatkan skoring dalam kolom 4. Setelah itu hasil analisis pada tabel matriks faktor strategi internal dan faktor strategi eksternal dipetakan pada matriks posisi.

Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran peneliian ini, maka perlu dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

(8)

1. SWOT merupakan salah satu alat analisis manajemen yang digunakan untuk mensistematiskan masalah dan menyusun pilihan-pilihan.

2. Kekuatan (Strengths) adalah unsure-unsur yang jika digunakan dengan baik akan memperkuat tujuan atau sasaran

3. Kelemahan (Weakness) adalah kekurangan atau kelemahan yang jika ddibiarkan akan menggerogoti kekuatan sehingga tujuan menjadi tidak tercapai atau gagal.

4. Peluang (Opportunities) adalah hal-hal yang ada dan kita lihat sehingga jika kita mempergunakan kekuatan kita secara efektif dan tepat guna memungkinkan sasaran dapat dicapai dengan baik.

5. Ancaman (Threats) adalah bahaya atau gangguan yang terdapat dalam suatu sistem yang jika dibiarkan akan menggerogoti kekuatan yang ada dan membuat kita semakin lemah.

6. Strategi pengembangan adalah usaha-usaha yang dilakukan guna mengembangkan usaha ternak sapi potong.

Batasan Operasional

Adapun batasan operasional dari penelitian ini adalah:

1. Sampel adalah peternak yang terletak didaerah penelitian. 2. Waktu penelitian adalah tahun 2013.

(9)

BAB IV

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITAN DAN KARAKTERISTIK PETERNAK SAMPEL

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Paya Bakung, Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deii Serdang dan menjadi daerah penenuan. Berikut deskripsi daerah peneiilian Desa Paya Bakung :

4.1.1. Letak dan Kondisi Geografis

Desa Paya Bakung berada di Kecamatan Deli Serdang, Kabupaten Deli Serdang,

Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah seluas 1652,5 Ha. Jarak desa dengan Kecamatan Haparan Perak adalah 8 km, jarak ke Kabupaten Deli Serdang 50 km dan jarak ke Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan) adalah 25 km. Secara adiministrasi Desa Paya Bakung mempunyai batas - batas sebagai berikut :

 Sebelah utara berbatasan Desa Bulu Cina Kecamatan Hamparan Perak

 Sebelah timur berbatasan Desa Kelambir Lima Kecamatan Hamparan Perak

 Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Mulio Rejo dan Serba Jadi Kecamatan Sunggal

(10)

4.1.2. Keadaan Penduduk

Berikut distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Paya Bakung : Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Paya Bakung Tahun 2010

Jumlah Penduduk (Jiwa)

Jumlah Presentase ( % )

Laki-laki 4415 50,48

Perempuan 4321 49,52

Total 8736 100.00

Sumber : Kantor Desa Paya Bakung Tahun 2010

Dari tabel 3 penduduk Desa Paya Bakung pada tahun 2010 8736 jiwa atau 2,437 kepala ruah tangga. Terdiri dari berbagai suku yaitu suku Batak, Jawa, Karo. Sementara jumlah suku terba_nyak yaitu suku Jawa. Berdasarkan jenis kelamin jumlah penduduk perempuan sebanyak 4321 jiwa (49,52%) dari total penduduk sebanyak 8736 jiwa dan penduduk laki-laki berjumlah 4415 jiwa (50,48). Data ini menunjukkan bahwa jumlah laki-laki lebih banyak daripada jumlah perempuan.

(11)

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut KelompokUmur di Desa Paya Bakung '1'ahun 2010

Kelompok Umur (Tahun)

Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

>64 Tahun 391 4,47%

15-64 Tahun 5535 63,36%

5-14 Tahun 1835 21,00%

1-4 Tahun 975 11,17%

Total 8736 100,00%

Sumber : Kantor Kepala Desa Paya Bakung, 2010

(12)

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikandi Desa Paya Bakung Tahun 2010

TingkatPendidikan Jumlah Persentase ( % )

Belum Sekolah 750 8,58%

Tk

Tamat SD Sederajat

337 2493

28,53% Tamat SLTP Sederajat 2593 2968 Tamat SLTA Sederajat 2501 28,62% Tamat D1

Tamat D2

-

Tamat D3 12 0,13%

Tamat S1 20 0.27%

Tamat S2 6 0,06%,

Tamat S3 Tidak sekolah

24 0,27%

Jumlah 8.736 100,00%

Sumber : iiantor Kepaia Desa Paya Bakung, 2010

(13)

4.1.3. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang ada di suatu desa sangat dibutuhkan demi perkembangan desa tersebut dan dengan sarana dan prasarana yang ada di dalam suatu desa memiliki fungsinya masing-masing maupun itu prasarana yang dimiliki oleh warga atau yang diurus langsung oleh warga maupun yang berupa fasilitas pemerintahan desa tersebut. Di Desa Paya Bakung, sarana dan prasarana yang dibutuhkan penduduk, seperti sarana ibadah, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan lain-lain telah tersedia. Hal ini dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini:

Tabel 6. Sarana dan Prasarana Desa Paya Bakung Tahun 2009

No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 Sarana Ibadah Masjid 3

2 Sarana Kesehatan Posyandu 1 3 Pendidikan

TK 6 SLTP 1

4 Ekonomi

Kios/Warung 27

Pasar Tradisional 1

5 Kantor Kepala Desa 1

6 Sarana Olahraga

Lapangan Sepak Bola 1

7 Jalan Dusun 2

Jalan Desa 1

Jalan Protokol Jalan Kabupaten

(14)

Berdasarkan tabel 6, Desa Paya Bakiang memiliki sarana ibadah berupa masjid berjumlah 3 masjid dan sarana kesehatan Posyandu memiliki 1 sarana, sarana pendidikan seperti Taman Kanak-Kanak (TK) berjumlah 6 Sekolah Dasar (SD) berjumlah 2 sekolah, Sekolah lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) berjumlah 1 sekolah. Pada kegitatan ekonomi masyrakat memliki Kios/Warung berjumlah 27 Kios/Warung dan memiliki 1 Pasar Tradisional. Dan tetntunya memiliki 1 Kantor Kepala Desa.

(15)

BAB V

HASIL DAN PENELITIAN

Dalam pembahasan ini penulis menggunakan teknik analisa deduktif dengan analisa SWOT dengan menggunakan data yang menyangkut kegiatan peternakan sapi pada Desa Paya Bakung, Kecamatan Ham. paran Perak, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

Penulis mencoba rnembahas pengembangan lingkungan operasional peternakan sapi dengan analisa SWOT berdasarkan dukungan data yang diterima maka dapat dilakukan penganalisaan dengan membandingkan antara data vang diperoleh dengan teori-teori yang berhubungan dengan masalah SWOT.

5.1. Analisis Perencanaan SWOT Dalam Perusahaan

Tahap awal proses penetapan strategi adalah dengan menaksir kekuatan (strength), kelemahan (weakness), kesempatan/peluang (opportunity) danancaman (threats) yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam analisa SWOT, informasi dikumpulkan dan dianalisa, dimana hasil analisa dapat menyebabkan dilakukannya perubahan pada misi, tujuan, kebijaksanaan dan strategi yang sedana berjalan.

(16)

5.1.1. Data Lingkungan Internal yang Diperoleh 1. Identifikasi kekuatan ( Strengths)

Identifikasi kekuatan dan kelemahan usaha peternakan sapi ini adalah menyangkut operasional kegiatan, yaitu kegiatan pemeliharaan, pembiayaan, cara kerja karyawan dan pemasaran yang menyangkut fungsi perencanaan, pengarahan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengawasan atas segala aktivitas operasional usaha peternakan sapi.

Kekuatan dan kelemahan merupakan faktor intern usaha pete_rnakan sapi. Kekuatan usaha peternakan sapi menunjukkan kemungkinan adanya beberapa strategi tertentu yang akan berhasil, sedangkan kelemahan usaha peternakan sapi menunjukkan bahwa terdapat berbagai hal yang harus diperbaiki.

Pada usaha peternakan sapi di desa Desa paya Bakung, Kecamatan hampara_n Perak, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara kekuatan (strengths) yang dimiliki adalah :

a). Produksi

Produksi ternak sapi potong di daerah penelitian cukup tinggi sehingga dapat memenuhi permintaan pasar. Produksi tersebut meliputi dari penggemukan sapi potong.

b). Ketersediaan Limbah Pertanian Yang Memadai

(17)

setara dengan pakan komersial, antara lain jerami padi, jagung, limbah sayuran, limbah kelapa sawit, limbah tebu. Jagung dan dedak (padi) adalah salah satu contoh bahan baku yang tersedia cukup memadai tetapi belum dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan ternak. Jadi pakan untuk usaha ternak sapi potong ini tidak seterusnya menggunakan rea-amputan.

c). Terserdianya tenaga kerja

Ketersediaan tenaga keria merupakan salah satu keuntungan dalam menjalankan sebuah usaha ternak sapi potong. Dengan tersedianya tenaga kerja yang termasuk dalam f?ktor internal sangatlah penting unt~~k menunjang kemajua_n dari usaha ternak sapi potong dan juga dapat meraih keunggulan yang lebih baik.

d). Tidak terdapat serangan virus penyakit yang mematikan

Tidak terdapatnya virus penyakit yang mematikan terhadap ternak sapi potong di daerah penelitian memnyebabkan peternak memperoleh pendapatan yang lebih besar, karena tidak mengeluarkan biaya untuk menangulangi serangan virus yang mematikan tersebut.

e.PengalamanBeternak

(18)

2. Kelemahan (weakness)

Kelemahan (weakness) yang dihadapi pihak usaha peternakan sapi di Desa Paya Bakung, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. adalah sebagai berikut :

a) Lahan yang tidak memadai

Di daerah penelitian diketahui bahwa banyak peternak yang memiliki lahan yang tidak cukup luas untuk mengembangkan usaha temak sapi potong. Banyak peternak yang menggunakan halaman belakang nimah mereka yang cukup sempit untuk dijadikan kandang ternak sapi potong. Akibatnya dengan keadaan seperti itu banyak peternak yang tidak bisa mengembangkan usaha ternak sapi potongnya tersebut.

b) Teknis Pemeliharaan Yang Masih Tradisional

Didalam pemeliharan ternak sapi potong di daerah penelitian dapat diketahui bahwa masih banyaknya peternak yang melakukan pemeliharaan sapi potong dengan cara yang masih tradisional

c) Modal yang tidak mencukupi

(19)

d) Ketersedi aan bibit yang kurang

Dalam proses pengembangbiakan ternak sapi potong sangatlah diperlukan bibit yang bagus dan bermutu tinggi. Tetapi di daerah penelitian memiliki masalah yaitu kurangnya ketersediaan bibit. Demi menunjang peningkatan usaha ternak sapi_ potong di daerah penelitian dibutuhkannya bibit-bibit yang bermutu tinggi.

e) Teknis pemanfaatan 1imbah yang kurang

Didalam penanganan limbah dari temak sapi potong banyak sekali yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang pendapatan para peternak menjadi lebih menguntungkan seperti : membuat biogas, membuat pupuk urea dan tentunya membuat pupuk kompos. Akan tetapi, di daerah penelitian ditemukan para peternak belum bisa memanfaatkan limbah dari ternak sapi potong untuk dijadikan sumber atau tambahan penghasilan bagi peternak.

5.1.2. Data Lingkungan Fksternal yang Diperoleh 1. Identifikasi Peluang (Opportunity)

(20)

rupa, sehingga perhatian khusus dapat diberikan kepada yang dinilai lebih penting dan mendesak untuk se ;era dilaksanakan.

Perubahan yang terjadi pada lingkumgan eksternal secara pasti akan menimbulkan peluang bagi usaha peternakan sapi. Kondisi ekstemal adalah kecenderungan berbagai keiadian dan pengaruh alam yang berada di luar kendali pengusaha. Kondisi eksternal tidak sama bagi setiap usaha peternakaan sapi, sehingga dampak yang ditimbulkan oleh perubahan kondisi eksternal ini juga berbeda untuk pengusaha yang berbeda.

Peluang yang dimiliki oleh usaha peternakan sapi di Desa Paya Bakung, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut :

a) Pemasaran

Pemasaran pada hasil daging sapi potong yang dihasilkan dari usaha ternak sapi potong dapat dikatakan meningkat, Pemasaran pada hasil daging sapi potong yang dihasilkan dari usaha ternak sapi potong dapat dikatakan meningkat dan kemudahan dalam memasarkan ternak sapi potong serta didukung dengan akses transportasi dan sarana infrastruktur yang mendukung.

b) Musim

(21)

peternak menjual hasil ternaknya pada saat musim Hari Raya Idul Fitri dan juga Hari Raya Idul Adha. Dan para peternak dapat menghasilkan penjualan yang cukup meningkat dibandingkan dengan musimmusim biasa diiuar dari musim Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idu1 Adha.

c) Politik dan Keamanan

Stabilitas politik dan keamanan masih sangat kondusif sehingga membuka peluang usaha ternak sapi potong. Dengan kondisi iklim politik dan keamanan sangat berpenga_ruh terhadap suatu usaha investasi. Hal ini dikarnakan jika kondisi iklim politik dan keamanan disuatu daerah baik maka minat dari investor akan terbuka lebar dalam mengembangkan usaha ternak sapi potong.

d) Adanya Dukungan Pemerintah

(22)

2. Ancaman (Threats)

Sedangkan ancaman yang dihadapi oleh usaha peternakan sapi di Desa Paya Bakung, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera utara adalah:

a). Pesaing

Pada usaha ternak sapi potong terdapat juga ancaman yang berupa pesaing baru atau peternak yang telah muiai mengembangkan usaiia tenlak sapi potongnya dan memberikan harga sapi yang lebih bersaing.

b). Ketidakstabilan harga daging sapi

Di dalam usaha ternak sapi potong ada ancaman yang berupa harga yang tidak stabil. Harga ini tidak stabil dikarenakan adanya berbagai sapi impor yang masuk ke Indonesia dan juga harga bibit yang cenderung meningkat pada_hal harga penjualan sapi menurun. Ini mengakitbatkan harga temak sapi menjadi tidak stabil dikarenakan para peternak kesulitan menentukan harga akibat murahnya sa-pi impor yang masuk ke Indonesia dan juga mahalnya bibit sapi yang akan dibeli untuk menunjang usaha ternak sapi potong agar dapat meningkat.

c). Hewan temak pengganti sapi potong

(23)

mengakibatkan menurunya hasil dari penjualan ternak sapi potong para peternak.

d). Pemanfaatan teknologi yangkurang

Baik peternak di daerah penelitian banyak yang tidak dapat memanfaatkan teknologi yang dapat menunjang usaha ternak sapi potong dan juga banyak peternak yang tidak tahu akan teknologi yang ada. Teknologi yang dapat menunjang perkembangan usaha ternak sapi potong para peternak harus diketahui terlebih dahulu tenta,ng bioteknologi peternakan yaitu suatu integritas berbagai cabang ilmu, antara lain biologi, kimia genetika, pemeliharaan reproduksi.

e) Kurangnya kemitraan dengan lembaga lain.

Usaha ternak sapi potong belum memiliki kerja sama dengan lembaga untuk mengembangkan usaha ternak sapi potong. Ketidaktersediaan kerja sama dengan lembaga lain mengakibatkan usaha ternak sapi potong sulit untuk berkembang.

(24)

Tabel 7. Lembar Kerja SWOT I

N

KEKUATAN KELEMAHAN T Produksi Lahan Yang Tidak Memadai

E Ketersediaan Limbah Pertanian yang melimpah

Teknis Pemeliharaan Masih Tradisional

R Tersedianya Tenaga Kerja Modal Tidak Mencukupi N Tidak Terdapat Serangan

Virus Penyakit Mematikan

Ketersediaan Bibit Yang Kurang A

L

Pengalaman Beternak Teknis Pemanfaatan Limbah Yang Kurang

E K

PELUANG ANCAMAN

S Pasar Pesaing

T Musim Ketidakstabilan Harga Daging Sapi E Politik dan Keamanan Hewan Ternak Pengganti Sapi Potong R Pemerintah Pemanfaatan Teknologi Yang Kurang

Baik

N Kurangnya Kemitraan

A L

Dari rangkuman kerja SWOT di atas, untuk memperoleh formulasi strategi yang tepat dilakukan dengan menggunakan berbagai model analisis matrik lingkungan eksternal clan internal yaitu strategi yang diambil usaha peternakan sapi dengan membandingkan kekuatan dan peluang serta kelemahan dan hambatan yang dihadapi pengusaha. Dimana strategi yang diambil yaitu dengan tetap menjaga kekuatan yang ada serta tetap meluaskan peluang yang dimiliki disertai dengan meningkatkan promosi dan mencari tenaga kerja yang potensial diiringi dengan mendapatkan pinjaman dengan bunga yang ringan dan mencoba meningkatkan promosi untuk mendapatkan pasar pPnjualan sapi yang lebih banyak.

(25)

merekrut tenaga kerja yang cukup potensial dan mempunyai pengalaman dalam bidang pemeliharaan ternak dan dalarn bidang pengobatan pensrakit ternak.

5.2. Analisis Model SWOT

Setelah mengumpulkan semua informasi tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi usaha peternakan sapi, selanj utnya memanfaatlcan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi yang menghasilkan empat set kemungkinan strategi alternatif

Matrik SWOT menurut David (2004), merupakan pencocokan penting yang membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi: Strategi SO (Strenght-Opportunities), Strategi WO (Weakness-Opportunities), dan strategi WT (Weakness-Threats). Tujuan dari setiap perangkat kecocokan adalah menghasilkan strategi alternatif yang dapat dijalankan.

Menentukan rating dan Scoring faktor-faktor strategis

Pada tahap penentuan rating. identifikasi faktor strategis internal ditinjau dari kekuatan dan kelemahan yang ada dan indentifikasi faktor strtegis eksternal ditinjau dari peluang dan juga ancamanyang ada. Rating diberikan kepada masing- masing faktor strategis internal dan juga eksternal untuk menunjukkan seberapa efektif pengolah merespon faktor-faktor strategis.

(26)

Tabel 8. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS)

Faktor-faktor Strategi Internal Bobot rating Skor Kekuatan (Strenghts)

Produksi 0,1 4 0,4

Ketersediaan limbah pertanian yang melimpah

0,1 4 0,4 Tersedianya tenaga kerja 0,1 3 0,3

Tidak terdapat serangan virus mematikan

0,1 3 0,3

Pengalaman beternak 0,1 3 0,3

Kelemahan (Weakness)

Lahan yang tidak memadai 0,12 4 0,48 Teknis pemeliharaan masih

tradisional

0,12 4 0,48 Modal tidak tercukupi 0,12 4 0,48

Ketersediaan bibit yang kurang 0,07 3 0,21 Teknis pemanfaatan limbah yang

kurang

0,07 3 0,21

Selanjutnya, hasil dari identifikasi faktor-faktor eksternal yang merupakan peluang dan ancaman, rating pembobotan dipindahkan ke tabel matriks EFAS untuk di beri skoring (rating x bobot) seperti tabel berikut ini :

Tabel 9. Matriks Evaluasi Faktor-Faktor Strategi Eksternal (EFAS) Faktor-faktor Strategi

Eksternal

Bobot Rating Skor Peluang (Opportunity)

Pasar 0,15 4 0,6

Musim 0,15 4 0,6

Politik dan keamanan 0,1 4 0,4

Pemerintah 0,1 3 0,3

Ancaman (Threats)

Pesaing 0,12 4 0,48

Ketidakstabilan harga daging sapi

0,1 4 0,40

Hewan ternak pengganti sapi potoong

0,1 4 0,40

Pemanfaatan teknologi yang kurang baik

0,09 3 0,27

(27)

Tabel 10. Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal Dan Eksternal Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong

Faktor-faktor Strategi Internal-Eksternal

Rating Bobot Skoring (Bobot x Rating Kekuatan (Strenghts)

Produksi 0,1 4 0,4

Ketersediaan limbah pertanian yang melimpah

0,1 4 0,4

Tersedianya tenaga kerja 0,1 3 0,3 Tidak terdapat serangan virus

mematikan

0,1 3 0,3

Pengalaman beternak 0,1 3 0,3

Total Skor Kekuatan 0,5 1,7

Kelemahan (Weakness)

Lahan yang tidak memadai 0,12 4 0,48 Teknis pemeliharaan masih

tradisional

0,12 4 0,48

Modal tidak tercukupi 0,12 4 0,48 Ketersediaan bibit yang kurang 0,07 3 0,21 Teknis pemanfaatan limbah

yang kurang

0,07 3 0,21

Total Skor Kelemahan 0,5 1,86

Selisih Kekuatan-Kelemahan 1 0,16 Peluang (Opportunity)

Pasar 0,15 4 0,6

Musim 0,15 4 0,6

Politik dan keamanan 0,1 4 0,4

Pemerintah 0,1 3 0,3

TotaL Skor Peluang 0,5 1,9

Ancaman (Threats)

Pesaing 0,12 4 0,48

Ketidakstabilan harga daging sapi

0,1 4 0,40 Hewan ternak pengganti sapi

potoong

0,1 4 0,40 Pemanfaatan teknologi yang

kurang baik

0,09 3 0,27

Kurangnya kemitraan 0,09 3 0,27

Total Skor Ancaman 0,5 1,82

Selisih Peluang-Ancaman 1 0,08

(28)

Desa Paya Bakung Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan tabel 10 diperoleh X<0 yaitu 0,16 dan nilai Y>0 yaitu 0,08.

Posisi titik koordinatnya dapat dilihat pada koordinat Cartesius berikut ini :

Dari hasil matriks internal-eksternal yang diperoleh dari nilai total skor pembobotan pada pengembangan usaha ternak sapi potong di Desa Paya Bakung Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang diperoleh faktor internal bernilai 0,16 yang artinya nilai ini merupakan selisish antara kekuatan dan kelemahan, dimana kelemahan lebih besar dibandinbgkan dengan kekuatan. Dan untuk faktor eksternal, bernilai 0,08 yang artinya nilai ini merupakan selisih antara peluang dan ancaman, dimana nilai peluang lebih besar daripada ancaman.

(29)
(30)

Internal

eksternal

STRENGTGHS (S)

1. Produksi

2. Ketersediaan limbah pertanian

3. Tersedianya tenaga kerja

4. Tidak terdapat serangan virus

mematikan

5. Pengalaman beternak

WEAKNESS (W)

1. Lahan yang tidak memadai

2. Teknis pemeliharaan masih tradisional

3. Modal tidak tercukupi

4. Ketersediaan bibit yang kurang

5. Teknis pemanfaatan limbah ternak yang masi kurang

OPPORTUNITY

1. Pasar

2. Musim

3. Politik dan keamanan

4. pemerintah

STRATEGI SO

1. Mengoptimalkan dan meningkatkan

produksi yang berkualitas untuk memenuhi permintaan pasar (S1,S3,O1)

2. Beekerja sama dengan pemerintah daerah

lembaga-lembaga setempat untuk mengefektifkan jaringan pemasaran (S2,S4,O3,O4)

3. Memanfaatkan musim dan juga

pengalaman beternak untuk mengoptimalkan hasil produksi sapi potong (S3, O2)

SRTRATEGI WO

1. Memberikan program pendampingan dan penyuluhan disertai

dengan demonstrasi sehingga dapat meningkatkan kemampuan (W2,W4,W5,O1,O3,O4)

2. Pengenalan mengenai teknologi pengelolahan pakan berbasis

limbah pertanian dan bibit ternak sapi unggul yang disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat (W4,W5,O3,O4)

3. Optimalisasi program swasembada daging sapi yang

dicanangkan oleh pemerintah guna menambah skala kepemilikian sapi potong dan meningkatkan pengetahuan peternak sapi potong mengenai harga jual informasi pasar (W3,O4)

THREATSS (T)

1. Pesaing

2. Ketidakstabilan harga

daging sapi

3. Hewan ternak pengganti

sapi potong

4. Pemanfaatan teknologi

yang kurang baik

5. Kurangnya kemitraan

STRATEGI ST

1. Menjaga kualitas sapi (S1,T2,T3)

2. Penjelasan melalui kelebihan sapi untuk

di informasikan ke masyarakat (S1,T1,T5)

3. Kerjasaman dengan pihak pengusaha lain

diluar daerah (S3,S5,T4,T5)

4. Mengembangkan teknologi dengan

memanfaatkan sumberdaya yang memiliki kualitas serta mengkaitkannya dengan pengalaman beternak para peternak (S2,S3,S5,T4,T5)

STRATEGI WT

1. Memperkuat kelembagaan peternak sehingga peternak

meimiliki daya tawar yang kuat (W3,W4,T1,T5)

2. Mempermudah proses penyediaan bibit melalui subsidi bungan

(Kredit Usaha Pembibitan Sapi) (W3,W4,T5)

3. Pengembangan usaha pembibitan sapi potong dengan cara

menggunakan teknologi dengan tepat (W2,W4,W5,T4,T5)

4. Memanfaatkan lahan dengan membuat sebuah kelompok ternak

(31)

Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh sebuah langkah alternatif dala_Tn meningkatkan pengembangan usaha bagi peternak sapi potong di Desa Paya Bakung, Kecamatan INamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang dari matriks SWOT. Dengan matriks SWOT ini dapat kita ketahui beberapa faktor-faktor strategi yang berupa internal dan juga eksternal, dimana internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan sedanQkan eksternal terdiri dari peluang dan ancaman. Adapun alternatif strategi pengembangan usaha ternak sapi potong yaitu:

Strategi S-O

1.Mengoptimalkan dan meningkatkan produksi yang berkualitas untuk memenuhi permintaan pasar

2. Bekerja sama dengan pemerintah daerah dan lembaga-lembaga setempat untuk mengefektifkan j aringan pemasaran

3. Memanfaat_k_an musim dan juga pengalaman beternak unt»k mengoptimalkan hasil dari produksi sapi potong

Strategi WO

1.Memberikan program pendampingan dan penyuluhan disertai dengan demonstarasi sehingga dapat meningkatkan kemampuan peternak

2. Pengenalan mengenai teknolngi pengelolahan pakan berbasis limbah pertanian dan bibit ternak sapi unggul yang disesuaikan dengan kondisi wilavah setempat

(32)

informasi pasar

Strategi ST

1. Menjaga kualitas sapi

2. Penjelasan melalui kelebihan sapi untuk diinformasikan ke masyarakat 3. Kerjasama dengan pihak pengtlsaha lain diluar daerah

4. Mengembangkan teknologi dengan memanfaatkan sumber daya manusia yang memiliki kttalitas serta mengkaitkannya dengan pengalaman bepertak para peternak

Strategi WT

1. Memperkuat kelernbagaan peternak sehingga peternak memiliki daya tawar yang kuat

2. Mempermudah proses penyediaan bibit melalui subsidi bunga (Kredit Usaha Pembibitan Sapi)

3. Pengembangan usaha pembibitan sapi potong dengan cara menggunakan teknologi dengan tepat guna.

4. Memanfaatkan lahan dengan membuat sebuah kelompok ternak agar dapat menutupi kekurangan dari ekonomi peternak juga dapat bersaing dengan baik.

5.2.2. Tahap Pengambilan Keputusan dan Kebijakan

(33)

pemasaran, sehingga posisi atau kedudukan usaha petemakan sapi di pasar dapat dipertahankan dan sekaligus ditingkatkan.

Usaha peternakan sapi di Desa Paya Bakung, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara menentukan kombinasi strategi dai_a_m menghadapi persaingan berdasarkan analisa SWOT dalam mengoperasikan usahanya, yaitu :

1. Memberikan program pendampingan dan penyuluhan disertai dengan demonstrasi sehingga dapat meningakatkan kemampuan para peternak di Desa Paya Rakung, Kecamatan Ham paran Perak, Kabupaten Deli Serdang

2. Pengenalan mengenai teknologi pengelolahan pakan berbasis limbah pertanian dan bibit ternak sapi unggul yang disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat 3. Optimalisasi program swasembada daging sapi yang dicanangkan oleh

pemerintah guna menambah skala kepemilikan sapi potong dang meningkatkan pengetahuan peternak sapi potong mengenai jual dan informasi pasar.

4. Kebijaksanaan promosi yang dilakukan usaha peternakan sapi adalah berbentuk penyebaran brosur yang berisikan kemudahan-kemudahan yang diberikan usaha sapi dalam membantu pelanggan untuk mendapatkan sapi sampai ditempat tujuan sesuai dengan waktu yang tepat dan harga yang terjangkau.

(34)

service online untuk mendapatkan penjualan yang lebih bagus baik untuk dalam kota maupun luar kota.

Selain itu usaha peternakan sapi juga menambah ketrampilan dan skill untuk para karyawan agar dapat memberikan pelayanan terbaik dan selalu mengevaluasi hasil keria yang telah dicapai dengan memiliki pengetahuan yang cukup berkaitan dengan pemeliharaan dan kesehatan ternak sapi.

(35)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi pengembangan usaha ternak sapi

potong di Desa Paya Bakung, Keeamatun Hamparan Perak, Kablipaten Deli

Serdang, Provinsi Sumatera Utara ialah sebagai berikut:

 Kekuatannya yaitu Produksi dan kete_rsediaan limbah pertanian yang melimpah dalam usaha ternak sapi potong. Hal itu yang merupakan kekuatan yang mempengaruhi di usaha ternak sapi potong di daerah penelitian.

 Kelemahannya yaitu lahan yang tidak memadai, teknis pemeliharaan masih tradisional dan modal yang tidak tercukupi. faktor tersebut merupakan kekuatan yang sangat herpengaruh di usaha ternak sapi potong di daerah penelitian.

2. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan pengemhangan usaha ternak sapi potong di Desa Paya Bakung, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara ialah sebagai herikut:

 Peluangnya adalah pasar, musim, politik dan keamanan menjadi faktor peluang yang sangat berpengaruh dalam pengembangan usaha ternak sapi potong.

(36)

ternak pengganti sapi potong faktor tersebut yang menjadi ancaman yang

sangat bemenganh dalam pengembangan usaha ternak sapi potong. 3. Hasil analisis menunjukkan pengembangan usaha ternak sapi potong di Desa Paya Bakung, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara berada pada kuadran III (Strategi Turn-Around) pada matriks posisi SWOT. Oleh karena itu maka strategi yang cocok untuk digunakan ialah WO ( wea-knessesOpportunities). Memberikan program pendampingan dan penyuluhan disertai dengan demonstrasi sehingga dapat meningkatkan kemampuan para peternak di Desa Paya Bakung, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang. Pengenalan mengenai teknologi pengelolahan pakan berbasis limbah pertanian dan hihit te_rnak sapi unggul yang disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat. Optimalisasi program swasembada daging sapi yang dicanangkan oleh pemerintah guna menambah skala kepemilikan sapi potong dang meningkatkan pengetahuan peternak sapi potong mengenai jual dan informasi pasar

6.2. Saran

(37)

Kepada Pemerintah

Diharapkan memberikan fasilitasi dengan pihak perbankan untuk memperoleh pinjaman modal agar dapat mengembangkan usaha. Diharapkan memberikan sosialisasi pemhinaan dan pelatihan secara terus-menerus bagi masyaraat dalam mengolah usaha ternak sapi potong.

Kepada Peneliti Selanjutnya

(38)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Bibit ternak, dari segi usaha peternakan sapi potong mempunyai arti penting dalam mendukung keberhasilan usaha. Sedangkan dari segi pemeliharaan sendiri, tujuan ternak sapi potong dikenal dua alternatif, yaitu:

1. Usaha pemeliharaan sapi potong bibit bertujuan pengembangbiakan sapi potong. Keuntungan yang diharapkan adalah hasil keturunannya.

2. Usaha pemeliharaan sapi potong bakalan bertujuan memelihara sapi potong dewasa, untuk selanjutnya digemukkan. Keuntungan yang diharapkan adalah hasil penggemukan.

Pemilihan sapi potong bibit dan bakalan yang dipelihara, akan tergantung pada selera petani-ternak dan kemampuan modal yang dimiliki. Namun secara umum yang meniadi pilihan petani-ternak, adalah sapi potong yang pada umumnya dipelihara di daerah atau lokasi peternakan, dan yang paling mudah pemasarannya.

2.1.1 Jenis - Jenis Sapi Potong

(39)

Dari beberapa literature. Tidak diketahui pasti kapan awal penjinakan sapi potong dilakukan manusia. Namun di pusat perkembangan kebudayaan, seperti di Mesopotamia, India, Tiongkok, dan Eropa, dikenal pada tahun 6.000 SM. Sedangkan di Mesir, konon sudah dikenal pemeliharaan sapi pada tahun 8.000 SM.

Adapun sapi yang dihasilkan dari jenis primitive, diklasifikasikan menjadi 3 kelompok besar yang memiliki andi warna genetik sapi, yaitu :

1. Bas Sondacius, atau Bas Banteng, sampai sekarang masih bisa ditemui hidup di daerah margasatwa yang dilindungi di Pulau Jawa, seperti di pangandaran dan Ujung Kulon.

2. Bos Indicus, atau Saoi Zebu, sampai sekarang mengalami perkembangan di India, Asia.

3. Bos Taurus, atau Sapi Eropa, sampai sekarang mengalami perkembangan di Eropa.

Tiga kelompok nenek moyang sapi tersebut, baik secara alamiah maupun karena peraserta manusia, berhasil mengalami perkembangan hasil perkawinan atau persilangan yang menurunkan bangsa-bangsa sapi modern, baik tipe potong-perah, tipe potong-kerja, tipe potong-perah, maupun tipe potong murni.

(40)

dipelihara di dareha atau lokasi peternakan, dan yang paling mudah pemasarannya.

Di Indonesia, cukup banyak dikenak sapi potong lokasl, jenis sapi potong impor, maupun sapi peternakan atau hasil silangan yang dikembangkan lewat kawin suntik (inseminasi buatan).

Beberapa jenis sapi yang biasa digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia sebagai berikut:

1. Sapi bali 2. Sapi Ongole

3. Sapi Fries Holstein (FH) 4. Sapi Brahman

5. Sapi Madura 6. Sapi Grati 7. Sapi Hereford 8. Sapi Shortorn 9. Sapi Limousin 10.Sapi Charolais (Subagyo, 2009) Landasan Teori

(41)

dalam suatu usaha adalah lahan, modal, tenaga kerja dan sarana produksi (Murtidjo,2004).

Strategi merupakan suatu alat mencapai tujuan. Alat analisis yang cocok untuk merumuskan strategi tersebut adalah analisis SWOT. Dimana SWOT didasarkan pada logika yang memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity), dan secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (treath) (Rangkuti,2003).

Analisis SWOT

Strategi merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan dimana alat manusia yang cocok untuk merumuskan strategi tersebut adalah SWOT. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (treaths). Proses pengembalian keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis (Strategic Planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan-kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini (Rangkuti, 2009).

Proses penyusunan rencana strategis memulai tiga tahap yaitu:

1. Tahap pengumpulan data 2. Tahap analisis, dan

(42)

Tahap pengumpulan data ini dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga suatu pengklasifikasian dan pra analisis. Data dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan data internal yang diperoleh dari dalam dan luar perusahaan, model yang dapat digunakan dalam tahap ini yaitu:

1. Matrik faktor strategi eksternal, 2. Matrik faktor strategi internal, dan 3. Matrik posisi.

Sebelum melakukan analisis, maka diperlakukan tahap pengumpulan data yang terdiri atas tiga model yaitu:

1. Matrik Faktor Strategi Internal

Sebelum membuat matrik faktor strategi internal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat IFAS.

a. Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor internal (kekuatan dankelemahan)

b. Beri rating masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya pengaruh yang ada pada faktor strategi internal, mulai dari nilai 4 (sangat baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1 (tidak baik) terhadap kekuatan dan nilai “rating” terhadap kelemahan bernilai negatifnya.

c. Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100 pada kolom bobot (kolom 3). Bobot ditentukan secara subjektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.

d. Kalikan rating kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk memperoleh scoring dalam kolom 4.

(43)

bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi internalnya.

Hasil identifikasi faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel faktor strategi internal (IFAS) untuk dijumlahkan dan kemudian diperbandingkan antara total skor kekuatan dan kelemahan.

2. Matrik Faktor strategi Eksternal

Sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui terleboh dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel EFAS.

a. Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor eksternalnya (peluang dan ancaman).

b. Beri rating dalam masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya pengaruh yang ada pada faktor strategi eksternal, mulai dari 4 (sangat baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1 (tidak baik) terhadap kekuatan dan nilai “rating” terhadap kelemahan bernilai negatif. c. Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100 pada kolom bobot (kolom

3). Bobot ditentukan secara subjektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.

d. Kalikan rating kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk memperoleh scoring dalam kolom 4.

(44)

eksternalnya.

Menurut rangkuti (1997), untuk menggunakan bobot masing-masing faktor tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi 50 pada kolom 3 dengan rumus sebagai berikut:

rating x total bobot Bobot =

total rating 3. Matrik Posisi

Hasil analisa tabel matrik faktor strategi internal dan faktor eksternal dipetakan pada matrik posisi dengan cara sebagai berikut:

a. Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan sumbu vertical (y) menunjukkan peluang dan ancaman.

b. Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil sebagai berikut:

1. Jika peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai y > 0 dan sebaliknya kalau ancaman lebih besar daripada peluang maka nilainya y < 0.

(45)

Kuadran III Kuadran I Mendukung Strategi Mendukung Strategi

turn-around agresif

Mendukung Strategi mendukung Strategi

Defensive deversifikasi

Kuadran IV Kuadran II

Kuadran I

a. Merupakan posisi yang menguntungkan

b. Perusahaan mempunyai peluang dan kekuatan sehingga ia dapat memanfaatkan peluang secara maksimal.

c. Seyogyanya menerapkan strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.

Kuadran II

BERBAGAI PELUANG

KELEMAHAN

INTERNAL KEUATAN INTERNAL

(46)

a. Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan mempunyai keunggulan sumberdaya.

b. Perusahaan-perusahaan dalam posisi ini menggunakan kekuatannya untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.

c. Dilakukan dengan penggunaan diversifikasikan produk atau pasar.

Kuadran III

Perusahaan menghadapi peluang besar tetapi sumberdayanya lemah, karena itu dapat memanfaatkan peluang tersebut secara optimal fokus strategi perusahaan pada posisi seperti inilah meminimalkan kendala-kendala internal perusahaan.

Kuadran IV

a. Merupakan kondisi yang serba tidak menguntungkan

b. Perusahaan menghadapi berbagai ancaman eksternal sementara sumberdaya yang dimiliki mempunyai banyak kelemahan.

c. Strategi yang diambil adalah penciutan dan likuidasi.

(47)

Matrik Swot dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternative strategi yaitu:

1. Strategi SO

Strategi ini berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh untuk merebut dan memanfaatkan peluang severs-besarnya.

2. Strategi ST

Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Matrik analisis SWOT dapat dilihat pada tabel matrik dibawah ini.

Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weakness)

Peluang (Opportinities)

Strategi S-O

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi W-O

Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan untuk manfaat peluang

Ancaman (Treats)

Strategi S-T

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi W-T

Ciptakan strategi yang meminimalkan

(48)

Keterangan :

Strength S) : Tentukan 3 – 5 faktor kekuatan internal Weakness (W) : Tentukan 3 – 5 faktor kelemahan internal Opportunity (O) : Tentukan 3 – 5 faktor peluang eksternal Threat (T) : Tentukan 3 – 5 ancaman eksternal

(Rangkuti,2009).

2.3. Kerangka Pemikiran

Setiap pengusaha ternak sapi potong memiliki kendalanya masing-masing dalam melakukan usaha yang dijalankan di daerah mereka maupun di luar daerah. Maka atas dasar itu terjadilah persaigan diantara para pengusaha ternak sapi potong, maka dari itu diperlukannya sebuah “Strategi” untuk mengatasinya.

Strategi adalah suatu alat yang direncanakn dari fungsi manajemen yang dimiliki suatu usaha atau perusahaan untuk mengalokasikan semua sumberdaya yang sehingga dapat memenangkan kompetisi.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut: 1. Terdapat beberapa faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang

serta ancaman dalam mengembangkan usaha ternak sapi potong.

(49)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Later Belakang

Laju peningkatan iumlah penduduk, yang diikuti dengan perbaikan taraf hidup dan perubahan selera konsumen telah mengubah pola konsumsi yang mengarah padaprotein hewani asal ternak. daging telur, dan susu merupakan komoditas pangan berprotein tinggi, yang umumnya memiliki harga yang lebih mahal dibandingkan bahan pangan lainnya. (Soedjana 1997).

Menurut kebijaksanaan Pemerintah, Sub-Sektor Perternakan, sapi potong sebagai salah satu usaha yang terus dikembangkan, terutama usaha peternakan sapi potong yang bersifat usaha keluarga. Bantuan Pemerintah dalam mendukung pengembangan ternak sapi potong antara lain adalah bantuan dan fasilitas, seperti kredit penggemukan sapi, kredit pembibitan sapi potong, penerapan sistem kontrak lewat pengembangan sapi potong Bantuan Presiden (Banpres), Crash Program sapi potong Import, proyek transmigrasi ternak. RCP(Rural Project) atau proyek kredit pedesaan.

Menghadapi masa depan, paradigma pembangunan peternakan lama perlu dirubah kepada paradigma baru, yaitu paradigma agribisnis. Esensi dari pembangunan peternakan dengan paradigma agribisnis "menghasilkan apa yang dituntut pasar (kosnsumen)" atau pendekatan sisi permintaan (Bungaran Saragih, 1998).

(50)

dari tahun ke peternakan, termasuk daging sapi. Kebutunan daging sapi meningkat dari tahun ke tahun, demikian pula impor terus bertambah dengan laju yang makn tinggi, baik impor daging maupun sapi bakalan. Indonesia merupakan negara net importir produk peternakan, termasuk daging sapi. Kondisi demikian menuntut para pemangku kepentingan (stakeholders) menetapkan suatu strategi pengembangan peternakan sapi potong nasional untuk mengurangi ketergantungan pada impor, dan secara bertahap mampu berswasembada dalam menyediakan kebutuhan daging nasional.

Munurut Yusdja et al. (2004), ketidakberhasilan swasembada daging yang dicanangkan pada tahun 2000 dan berakhir 2004 disebabkan tidak tercapainya sasaran program. Penyebabnya adalah : 1) kebijakan program tidak disertai dengan rencana operasinnal yang rinci dan kegiatan ril di lapangan, 2) program bersifat top down dan berskala kecil dibandingkan dengan sasaran yang ingin dicapai, 3) strategi implementasi program disamaratakan dengan tidak memprioritaskan wilayah unggulan, tetapi berorientasi pada komoditas unggulan, 4) implementasi program tidak memungkinkan untuk mengevaluasi dampak program, dan 5) proQram tidak secara ielas memberikan dampak pada pertumblahan populasi ternak secara nasional.

(51)

lapangan, dan 3) dukungan sarana dan prasarana, serta kegiatan nonteknis seperti dukungan finansial dan pengembangan wilayah (Badan Litbang Pertanian 2009).

Peningkatan konsumsi daging sapi belum dapat diimbangi oleh peningkatan produksi dalam negeri, baik kualitas maupun kuantitasnya, sehingga terjadi jurang yang semakin besar permintaan dan penawaran (Subagyo 2009).

Endik (2010) menyatakan, swasembada daging sapi berarti harus menggali seluruh potensi dan kemampuan dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan tanpa perlu melakukan impor. Pengembangan sapi dilakukan dengan melibatkan peternak sebagai pelaku utama. Namun, luas area padang rum put sebagai sumber pakan temak menurun dengan laju 6,2%. Kondisi ini perlu diperhatikan dalam pengembangan sapi potong melalui penggembalaan, khususnya untuk usaha peembibitan.

Dalam suatu pengembangan usaha petemakan sapi potong harus diperhatikan secara aspek teknis dan juga dengan teknologi yang berasalkan dari pelatihan kasus-kasus yang ada di lapangan yaitu faktor penghambat dan juga mengguna-kan alternatife lain untuk memecahkan masalah dengan menggunakan introduksi teknologi dan juga kelembagaan, serta sarana pendukung yang lain.

(52)

Meles (2009) juga mengatakan, pengembangan sapi potong perlu mempertimbangkan potensi sumber daya yang dimiliki daerah, seperti area pengembangan atau area pertanian, populasi ternak, sumber daya manusia, teknologi tepat guna, sarana pendukung, dan potensi pasar.

Dari latar belakang yang telah disebutkan diatas maka dilakukan penelitian mengenai strategi pengembangan usaha ternak sapi di Desa Paya Rakung Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.

1.2. ldentifkasi Masalah

Berdasarkan uraian belakang, maka masalah penelitian i_ni dapat diindetif kasi sebagai berikut:

1. Faktor internal apa saiakah yang mempengaruhi pengembangan usaha ternak sapi potong di i_okasi penelitian?

2. Faktor eksternal apa sajakah yang mempengaruhi pengembangan usaha ternak sapi potong di lokasi penelitian?

3. Bagaimana strategi untuk meringkatkan pengembangan usaha ternak sapi potong di lokasi penelitian?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis faktor internal yang mempengaruhi pengembangan usaha ternak sapi potong di lokasi penelitian.

(53)

1.4.Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang terkait dalam usaha ternak sapi potong.

2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi terkait dalam menetapkan kebiiakan dan perkembangan komoditi sapi potong di Indonesia. 3. Sebagai bahan pengetahuan dan pengala_man bagi penelitian bagi peneliti

(54)

ABSTRAK

KHAIRUL RASYID (090304011/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI POTONG (Studi Kasus: Desa Paya Bakung, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang). Penelitian ini dibimbing oleh Ir. Iskandarini, MM, Ph.D dan Dr.ir Salmiah, MS.

Tujuan Penelitian adalah untuk mengidentifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam mengembangkan usaha ternak sapi potong dan menentukan strategi pengembangan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian. Penentuan daerah penelitian dilakakan secara sengaja (purposive) dengan

pertimbangan bahwa daerah ini merupakan daerah yang potensial bagi

peternakan sapi potong. Metode analisis yang digunakan dalam mengolah data adalah yang pertama dengan analisis deskriptif dan yang kedua dengan menggunakan analisis

SWOT.

Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa faktor-faktor internal yang

mempengaruhi pengembangan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian dan termasuk ke dalam kekuatan ialah produksi, ketersediaan limbah pertanian yang melimpah, tersedianya tenaga kerja, tidak terdapat serangan virus penyakit mematikan, pengalaman beternak. Serta yang termasuk ke dalam kelemahan ialah lahan yang tidak memadai, teknis pemeliharaan masih tradisional, modal tidak tercukupi, ketersediaan bibit yang kurang, teknis pemanfaatan limbah yang kurang. Dan faktor-faktor eksternal yang

mempengaruhi pengembangan Usaha ternak sapi potong di daerah penelitian dan termasuk ke dalam peluang ialah pasar, musim, politik dan keamanan,

pemerintah. Serta yang termasuk ke dalam ancaman ialah pesaing, ketidakstabilan harga sapi potong, hewan ternak pengganti sapi potong, pemanfaatan teknologi yang kurang baik, kurangnya kemitraan. Strategi pengembangan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian adalah strategi WO(Weaknesses-Upportunities). Strateginya adalah Memberikan program pendampingan dan penyuluhan disertai dengan demonstrasi sehingga dapat meningkatkan kemampuan para peternak di daerah penelitian, Pengenalan mengenai teknologi pengelolahan pakan berbasis limbah pertanian dan bibit ternak sapi unggul yang disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat serta Optimalisasi program swasembada daging sapi yang dicanangkan oleh pemerintah guna menambah skala kepemilikan sapi potong dang meningkatkan pengetahuan peternak sapi potong mengenai jual dan informasi pasar.

(55)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI POTONG (Studi Kasus: Desa Paya Bakung, Kec. Hamparan Perak, Kab. Deli Serdang)

SKRIPSI

Oleh :

Khairul Rasyid 090304011 AGRINISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(56)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI POTONG (Studi Kasus: Desa Paya Bakung, Kec. Hamparan Perak, Kab. Deli Serdang)

SKRIPSI Oleh :

Khairul Rasyid 090304011 AGRINISNIS

Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna

Memperoleh Derajat sarjana Pertanian

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(57)

JUDUL SKRIPSI : STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI POTONG ( Studi Kasus : Desa Paya Bakung, Kec. Hamparan Perak, Kab. Deli Serdang)

NAMA : KHAIRUL RASYID

NIM : 090304011

PROGRAM STUDI : AGRIBISNIS

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Iskandarini, MM, Ph.D) (Dr. Ir. Salmiah, MS) NIP : 1964050551994032002 NIP : 195702171986032001

Mengetahui :

Ketua Program Studi Agribisnis

(Dr. Ir. Salmiah, MS) NIP : 195702171986032001

   

(58)

HALAMAN PENGESAHAN

Khairul Rasyid, NIM 090304011 dengan judul skripsi STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI POTONG (Studi Kasus: Desa Paya Bakung, Kec. Hamparan Perak, Kab. Deli Serdang). Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dan Diterima untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian.

Pada Tanggal, 29 Februari

2016

Panitia Penguji Skripsi :

Ketua : Ir. Iskandarini, MM, Ph.D NIP. 1964050551994032002 Anggota :

1. Dr. Ir. Salmiah, MS

NIP. 195702171986032001 2. Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS

NIP. 194608021973011001 3. Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si

NIP. 196309281998031001

Mengetahui,

Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Ketua

(59)

ABSTRAK

KHAIRUL RASYID (090304011/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI POTONG (Studi Kasus: Desa Paya Bakung, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang). Penelitian ini dibimbing oleh Ir. Iskandarini, MM, Ph.D dan Dr.ir Salmiah, MS.

Tujuan Penelitian adalah untuk mengidentifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam mengembangkan usaha ternak sapi potong dan menentukan strategi pengembangan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian. Penentuan daerah penelitian dilakakan secara sengaja (purposive) dengan

pertimbangan bahwa daerah ini merupakan daerah yang potensial bagi

peternakan sapi potong. Metode analisis yang digunakan dalam mengolah data adalah yang pertama dengan analisis deskriptif dan yang kedua dengan menggunakan analisis

SWOT.

Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa faktor-faktor internal yang

mempengaruhi pengembangan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian dan termasuk ke dalam kekuatan ialah produksi, ketersediaan limbah pertanian yang melimpah, tersedianya tenaga kerja, tidak terdapat serangan virus penyakit mematikan, pengalaman beternak. Serta yang termasuk ke dalam kelemahan ialah lahan yang tidak memadai, teknis pemeliharaan masih tradisional, modal tidak tercukupi, ketersediaan bibit yang kurang, teknis pemanfaatan limbah yang kurang. Dan faktor-faktor eksternal yang

mempengaruhi pengembangan Usaha ternak sapi potong di daerah penelitian dan termasuk ke dalam peluang ialah pasar, musim, politik dan keamanan,

pemerintah. Serta yang termasuk ke dalam ancaman ialah pesaing, ketidakstabilan harga sapi potong, hewan ternak pengganti sapi potong, pemanfaatan teknologi yang kurang baik, kurangnya kemitraan. Strategi pengembangan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian adalah strategi WO(Weaknesses-Upportunities). Strateginya adalah Memberikan program pendampingan dan penyuluhan disertai dengan demonstrasi sehingga dapat meningkatkan kemampuan para peternak di daerah penelitian, Pengenalan mengenai teknologi pengelolahan pakan berbasis limbah pertanian dan bibit ternak sapi unggul yang disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat serta Optimalisasi program swasembada daging sapi yang dicanangkan oleh pemerintah guna menambah skala kepemilikan sapi potong dang meningkatkan pengetahuan peternak sapi potong mengenai jual dan informasi pasar.

(60)

RIWAYAT HIDUP

KHAIRUL RASYID lahir di Medan pada tanggal 14 Oktober 1991 anak dari Alm.H. K. Iswanto. AD dan Ibu Sulastiasna, SE. Penulis merupakan anak tiga dari lima bersaudara.

Penulis mengikuti pendidikan formal sebagai berikut:

1. Tahun 1997 masuk sekolah dasar (SD) di SD Swata Tri Dhartma dan menyelesaikan SD pada tahun 2003.

2. Tahun 2003 masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 1 Sunggal dan menyelesaikan SMP pada tahun 2006.

3. Tahun 2006 masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA SMA N 1 Sunggal dan menyelesaikan SMA pada tahun 2019.

4. Tahun 2009 masuk di program studi agribisnis di fakultas pertanian universitas sumatera utara melalui jalur PMP

Selama masa perkuliahan penulis aktif mengikuti berbagai o r g a n i s a s i kemahasiswaan, antara lain Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) dan Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian (FSMM-SEP).

Pada bulan Juli-Agustus 2013 melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Desa Suka Jadi, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Pada bulan Oktober 2015 penulis melaksanakan penelitian skripsi di Desa Paya Bakung, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli

(61)

DAFTAR ISI ABSTRAK

………... i

RIWAYAT HIDUP………. ii

KATA PENGANTAR……… iii

DAFTAR ISI……… vi

DAFTAR TABEL……… viii

DAFTAR GAMBAR……….. ix

BAB. I. PENDAHULUAN……….. 1

1.1.Latar Belakang ……… 1

1.2.Identifikasi Masalah……… 4

1.3.Tujuan Penelitian……… 4

1.4.Kegunaan Penelitian ……… 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITI ………. 6

2.1. Tinjaun Pustaka………... 6

2.1.1. Jenis-Jenis Sapi Potong ………. 6

2.2. Landasan Teori ………. 8

2.3. Kerangka Pemikiran ……… 15

2.4. Hipotesis Penelitian ……….. 16

BAB III. METODE PENELITIAN ……… 17

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ……… 17

3.2. Metode Pengumpulan Sampel ………. 18

3.3. Metode Pengumpul Data………. 19

3.4. Metode Analisis Data……… 19

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional ………... 22

BAB IV. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ……… 24

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ……… 24

4.1.1. Luas dan Letak Geografis ……….. 24

4.1.2. Keadaan Penduduk ……….………… 25

4.1.3. Sarana dan Prasarana ………. 28

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 30

5.1. Analisis Perencanaan SWOT ……….. 30

5.1.1. Data Lingkungan Internal yang Diperoleh ……… 31

(62)

5.2. Analisis Model SWOT ……… 40

5.2.1. Menentukan rating dan scoring factor-faktor strategis ……….. 37

5.2.2. Tahap Pengambilan Keputusan dan Kebijakan ………. 48

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ………. 50

6.1. Kesimpulan ………. 50

(63)

DAFTAR TABEL

Keterangan Hal

Tabel 1. Jumlah Sapi Potong di Kecamatan Hamparan Perak ……… 17 Tabel 2. Jumlah Sampel ……….. 18

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Paya Bakung

Tahun 2010 ……………… 24

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Paya Bakung

Tahun 2010 ……… 28 Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan di Desa Paya Bakung Tahun 2010 ………. 29

Tabel 6. Sarana dan Prasarana Desa Paya Bakung Tahun 2009 …………. 27 Tabel 7. Lembar Kerja SWOT ……… 37 Tabel 8. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS) ………. 39

Gambar

Tabel 1: Jumlah Sapi Potong di Kecamatan Hamaparan Perak
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Paya Bakung
Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut KelompokUmur di Desa Paya
Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikandi Desa Paya Bakung
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dengan keterbatasan media tersebut penulis mencoba untuk memvisualisasikan beberapa bangun ruang sehingga terlihat tiga dimensi (3D) menyerupai sesungguhnya disertai dengan rumus

[r]

Aplikasi validasi kata ini dapat memeriksa setiap kata dan dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah pengetikannya, dari setiap kata yang terdapat pada file dokumen

Tujuan utama ilmu pengetahuan Islam adalah mengenal Sang Pencipta melalui pola-pola ciptaan-Nya, sebagaimana dalam surat ali-imron ayat 191 : (yaitu) orang-orang yang mengingat

Syukur dan terimakasih penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan serta mendapat membimbing selama

Setelah melakukan kegiatan membaca puisi, siswa dapat menuliskan ungkapan rasa persahabatan dengan tepat.. Melalui kegiatan menulis puisi sederhana, siswa dapat mengekspresikan

Pada diagram TOWS, perusahaan berada pada kuadran 2, yaitu suatu keadaan di mana perusahaan memiliki kekuatan internal dan ancaman yang lebih besar sehingga dapat dikatakan

Hasil analisis biomekanika yang diperoleh yaitu beban kerja operator melebihi beban yang direkomendasikan, kegiatan pengangkatan beton memberi resiko pada operator, dan