• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Komoditas Kopi Mandailing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Strategi Pengembangan Komoditas Kopi Mandailing"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS KOPI

MANDAILING

SKRIPSI

OLEH :

NOVA ROHANI TOGURIA 090304003

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS KOPI

MANDAILING

SKRIPSI

Oleh :

NOVA ROHANI TOGURIA 090304003

AGRIBISNIS  

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Diana Chalil, M.Si., Ph.D) (Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si) NIP : 19670303199802001 NIP : 196509261993031002

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

NOVA ROHANI TOGURIA : Strategi Pengembangan Kopi Mandailing, dibimbing oleh Ibu Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si.

Kopi Mandailing merupakan salah satu kopi Arabika spesialti dari Provinsi Sumatera Utara dengan ciri khas aroma yang harum (bold), rasa yang lebih enak, dan memiliki kadar kafein lebih rendah yang terkenal hingga ke luar negeri. Namun meskipun kopi Mandailing terkenal dan harganya mahal di luar negeri, harga jual kopi Mandailing di tingkat petani dan kesejahteraan petani kopi Mandailing umumnya masih rendah. Oleh karena itu, penelitian ini telah dilakukan di Desa Simpang Banyak Julu, Kecamatan Ulu Pungkut, Kabupaten Mandailing Natal yang bertujuan untuk menganalisis strategi pengembangan kopi Mandailing. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis data menggunakan analisis kuantitatif yaitu matriks SWOT.

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh : (1) Faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan Kopi Mandailing, (2) Selisih faktor-faktor internal (kekuatan-kelemahan) adalah 1,54 dan selisih faktor-faktor eksternal (peluang-ancaman) adalah 0,47 dan 3) Strategi pengembangan Kopi Mandailing.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Nova Rohani Toguria, lahir pada tanggal 15 November 1991 di

Padangsidimpuan, merupakan anak dari Ayah Advendi Dongoran (Alm.) dan Ibu

Rosmawati Sianipar. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

Tahun 1996 masuk di Taman Kanak-kanak St. Bernadetta Padangsidimpuan dan

tamat tahun 1997. Tahun 1997 mengikuti pendidikan Sekolah Dasar di SD. St.

Xaverius Padangsidimpuan dan tamat tahun 2003. Tahun 2003 melanjutkan

pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Kesuma Indah Padangsidimpuan dan

tamat tahun 2006. Tahun 2006 masuk di Sekolah Menengah Atas Kesuma Indah

Padangsidimpuan dan tamat tahun 2009. Pada tahun 2009 diterima di Program

Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Sumatera Utara Medan melalui jalur PMDK.

Selama menjalani masa perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan

organisasi IMASEP (Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian) di bidang

Informasi dan Komunikasi (Infokom). Penulis melaksanakan Praktek Kerja

Lapangan (PKL) di Desa Sei Kari, Kecamatan Kotarih, Kabupaten Serdang

Bedagai pada bulan Juli s/d Agustus 2013. Dan pada bulan September 2013,

penulis melaksanakan penelitian skripsi di Desa Simpang Banyak Julu,

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini

adalah “Strategi Pengembangan Kopi Mandailing”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Program

Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Ir. Diana Chalil, M.Si., Ph.D selaku Ketua Komisi Pembimbing dan

Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing,

yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, memotivasi

dan membantu penulis dalam penyelesaian skripsi dan selama mengikuti

perkuliahan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas

Sumatera Utara

2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis, FP-USU dan

Bapak Dr. Ir. Satya Negara Lubis, M.Ec, selaku Sekretaris Program Studi

Agribisnis, FP-USU yang telah banyak membantu dan memberikan

kemudahan selama masa perkuliahan.

3. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis FP-USU, yang telah membekali ilmu

pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.

4. Seluruh Pegawai dan Staff Program Studi Agribisnis FP-USU, yang telah

banyak membantu penulis dalam administrasi perkuliahan.

5. Dinas Perkebunan Kabupaten Mandailing Natal, khususnya Bapak A. Yasir

(6)

Banyak Julu, Bapak / Ibu Petani kopi Mandailing di Desa Simpang Banyak

Julu yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini dan telah

banyak membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Orangtua dan keluarga tercinta yang selalu meberikan motivasi, doa, kasih

sayang dan dukungan baik berupa materi maupun non-materi selama masa

perkuliahan penulis. Terima kasih kepada Kakak Lely Roselina dan Adik

Christian Hajopan, Bou dan Opung yang selalu memberikan dorongan

semangat kepada penulis.

7. Teman-teman Agribisnis FP-USU Stambuk 2009, terutama Aiva Viforit,

Debbie Febrina, Feby Tita, Indri Pratiwi, Reny Marissa, Rizky Amelia, Dede

Prasetya, Michael Surbakti, Ahmad Fauzi, Rekan PKP 2009 (khususnya

Ewin, Bebe, Angga, Ibal), Rekan PKL Kotarih 2013, terima kasih untuk

motivasi, doa, semangat, kritik dan persahabatan selama masa perkuliahan dan

di masa mendatang.

8. Keluarga besar MSI Medan dan Every Nation Medan, terutama Ingrid

Saskita, Dina Tambunan, Fanny Claudia, Alleli Fajardo dan Johannes Bastian.

Kepada Christine dan Yunita Chia. Terima kasih telah menjadi rumah kepada

penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu

sumbangan saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan demi

perbaikan dan penyempurnaan selanjutnya. Penulis berharap skripsi ini dapat

berguna bagi kita semua.

Medan, Desember 2013

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix I. PENDAHULUAN ...

1.1 Latar Belakang ...

1.2 Identifikasi Masalah ...

1.3 Tujuan Penelitian ...

1.4 Kegunaan Penelitian ...

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN ...

2.1 Tinjauan Pustaka... ...

2.2 Landasan Teori ...

2.3 Penelitian Terdahulu ...

2.4 Kerangka Pemikiran ...

III. METODE PENELITIAN ... 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ...

3.2 Metode Penentuan Penarikan Sampel ...

3.3 Metode Pengumpulan Data ...

3.4 Metode Analisis Data ...

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ...

3.5.1 Defenisi ...

(8)

IV. DESKRIPSI WILAYAH DAN KARAKTERISTIK SAMPEL ... 4.1 Deskripsi Wilayah ...

4.2 Kegiatan Pengusahaan Kopi ...

4.3 Karakteristik Sampel ...

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 5.1 Analisis Faktor-faktor Internal dan Faktor Eksternal dalam

Pengembangan Kopi Mandailing ...

5.1.1 Faktor Internal ... 5.1.2 Faktor Eksternal ...

5.2. Strategi Pengembangan Kopi Mandailing ...

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 6.1 Kesimpulan... ...

6.2 Saran ...

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1 Luas Areal Kopi Mandailing di Kabupaten Mandailing Natal tahun 2012

2 Skala Teknik Komparasi Berpasangan (Pairwise Comparison)

3 Luas Lahan Tanaman Perkebunan Menurut Komoditi di Kecamatan Ulu Pungkut Tahun 2013

4 Karakteristik Petani dan Usahatani

5 Faktor- Faktor Internal dalam Pengembangan Kopi Mandailing Tahun 2013

6 Matriks IFAS

7 Faktor- Faktor Eksternal dalam Pengembangan Kopi Mandailing Tahun 2013

8 Matriks EFAS

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

1 Luas Tanam/Areal Kopi Mandailing Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2006-2012

2 Produksi Kopi Mandailing Tahun 2006-2012

3 Kerangka Pemikiran Strategi Pengembangan Kopi Mandailing 4 Matriks Posisi SWOT

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1

Indikator dan Parameter Penilaian SWOT Kopi Mandailing

2

Karakteristik Petani dan Usahatani Sampel

3

Faktor-faktor Internal

4

Faktor-faktor Eksternal

5

Parameter Penilaian Skor Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Perkembangan Kopi Mandailing

6

Penentuan Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) Kopi Mandailing

7

Penentuan Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) Kopi Mandailing

8

Hasil Penilaian Faktor Internal (IFAS)

9

Hasil Penilaian Faktor Eksternal (EFAS)

10

Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata Geometris Faktor Internal (IFAS)

11

Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata Geometris Faktor Eksternal (EFAS)

12

Normalisasi Faktor Internal (IFAS)
(12)

ABSTRAK

NOVA ROHANI TOGURIA : Strategi Pengembangan Kopi Mandailing, dibimbing oleh Ibu Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si.

Kopi Mandailing merupakan salah satu kopi Arabika spesialti dari Provinsi Sumatera Utara dengan ciri khas aroma yang harum (bold), rasa yang lebih enak, dan memiliki kadar kafein lebih rendah yang terkenal hingga ke luar negeri. Namun meskipun kopi Mandailing terkenal dan harganya mahal di luar negeri, harga jual kopi Mandailing di tingkat petani dan kesejahteraan petani kopi Mandailing umumnya masih rendah. Oleh karena itu, penelitian ini telah dilakukan di Desa Simpang Banyak Julu, Kecamatan Ulu Pungkut, Kabupaten Mandailing Natal yang bertujuan untuk menganalisis strategi pengembangan kopi Mandailing. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis data menggunakan analisis kuantitatif yaitu matriks SWOT.

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh : (1) Faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan Kopi Mandailing, (2) Selisih faktor-faktor internal (kekuatan-kelemahan) adalah 1,54 dan selisih faktor-faktor eksternal (peluang-ancaman) adalah 0,47 dan 3) Strategi pengembangan Kopi Mandailing.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kopi Mandailing adalah sebutan dagang untuk kopi spesialti jenis Arabika

yang tumbuh di daerah dataran tinggi Mandailing Natal. Kopi ini memiliki ciri

khas beraroma harum dan kental sehingga peminum kopi tak perlu mencampur

kopi Mandailing dengan kopi lain agar mendapat kekentalan yang tinggi. Cita rasa

sedikit asam namun pekat dengan aroma yang kuat menjadikannya popular di

mancanegara (Dinas Perkebunan Kabupaten Mandailing Natal, 2012).

Kopi Mandailing sebagai salah satu kopi spesialti dari Provinsi Sumatera

Utara memiliki harga yang cukup mahal dibandingkan dengan Kopi Robusta.

Menurut Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) tahun 2012 harga

kopi Mandailing di tingkat eksportir mencapai 6 - 7 dolar AS atau sekitar Rp

70.000/kg, bandingkan dengan harga kopi Robusta yang diekspor dengan harga

2-3 dolar AS atau sekitar Rp 20.000/kg. Sementara menurut data Dinas

Perkebunan Kabupaten Mandailing Natal pada tahun 2012 harga biji kopi basah

Mandailing di tingkat petani sekitar Rp 20.000/kg. Kopi Mandailing juga di jual

di supermarket atau toko-toko dan kedai kopi di Tokyo dalam bentuk biji kopi

siap giling sebanyak 200 gram per kemasan. Bahkan nama Mandheling pada

kemasannya dicetak dengan huruf berukuran lebih besar dari pada nama

Indonesia. (Anonimus1, 2012; AEKI, 2012; Lubis1, 2013).

Selain Jepang, Amerika Serikat, Australia dan Eropa menjadi tujuan

ekspor utama kopi Mandailing , dimana 40% diantaranya diekspor ke Amerika

(14)

tahun 2011, 75% diantaranya merupakan kopi Robusta dan 25% sisanya

merupakan kopi Arabika. Pranoto Soenarto, Wakil Ketua Umum Asosiasi

Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Bidang Spesialis dan Industri Kopi, menyatakan

60% dari kopi Arabika yang diekspor merupakan kopi spesialti, dimana produksi

kopi spesialti ini mencapai 150.000 ton/tahun. Pertumbuhan ekspor kopi spesialti

mencapai 10-15% pada tahun 2012 (Anonimus1, 2012).

Harga kopi spesialti seperti kopi Mandailing cenderung lebih tinggi

dibandingkan dengan kopi Arabika non-spesialti dan Kopi Robusta. Pada tahun

2011, harga kopi Arabika tingkat provinsi (Sumatera Utara) dan internasional

berturut-turut sebesar Rp 50.326/kg dan Rp 53.331/kg. Perkembangan harga kopi

Arabika tingkat provinsi dan i nternasional meningkat signifikan dari tahun 2010

ke tahun 2011 yaitu dari Rp 27.961/kg menjadi Rp 50.326 untuk harga tingkat

provinsi dan Rp 30.863/kg menjadi Rp 53.331/kg untuk harga kopi Arabika

tingkat internasional (Purba, 2013).

Usahatani kopi di Indonesia melibatkan petani kopi rakyat sebagai

penghasil utama kopi Indonesia (96,2%) dimana luas lahan perkebunan rakyat

pada tahun 2007 mencapai 1.243.429 hektar. Pada tahun 2010 luas lahan tanaman

kopi di Indonesia berada pada peringkat ketiga sebesar 1,29 juta ha, setelah

peringkat kedua pada tanaman karet seluas 3,45 juta ha dan peringkat pertama

pada kelapa sawit dengan luas lahan 9,27 ha (Arifin, 2011 ; Suwarto dkk, 2010).

Produksi kopi Arabika Mandailing meningkat dari tahun ke tahun

(15)

Gambar 1. Luas Tanam/Areal Kopi Mandailing Kabupaten Mandailing Natal tahun 2006- 2012

Sumber : Badan Pusat Statistik, Kabupaten Mandailing Natal Dalam Angka, 2012

Gambar 2. Produksi Kopi Mandailing Tahun 2006-2012

Sumber : Badan Pusat Statistik, Kabupaten Mandailing Natal Dalam Angka, 2012

Dari Gambar 1 dapat dilihat tahun 2006-2009 terjadi peningkatan luas

tanam Kopi Mandailing di Kabupaten Mandailing Natal, namun pada tahun 2010

terjadi penurunan dan pada tahun 2011 luas tanam Kopi Mandailing kembali

meningkat. Demikian halnya dengan produksi Kopi Mandailing yang juga 686.5

855.78

1244.99

1653.96 1642.55 1741.72 1741.71

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Tahun Lu a s   Ar e a   (H a )

Luas Areal (Ha)

315.62 324.55 348.67

205.21 708.93 1142.77 1422.27 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

(16)

mengalami pasang surut. Pada tahun 2006-2008 produksi Kopi Mandailing relatif

stabil dan cenderung meningkat meskipun terjadi penurunan produksi Kopi

Mandailing di tahun 2009, namun di tahun 2010-2012 terjadi peningkatan

produksi Kopi Mandailing (lihat Gambar 2).

Namun peningkatan produksi Kopi Mandailing kelihatannya belum dapat

memenuhi permintaan di pasar kopi internasional. Amerika Serikat, Jepang,

Australia dan negara-negara Eropa merupakan tujuan ekspor Kopi Mandailing.

Permintaan kopi dari Singapura saja mencapai 2 juta ton per tahun sementara dari

Gambar 2 dapat dilihat produksi rata-rata kopi Mandailing tahun 2012 sebesar

1422,27 ton/ha , belum lagi permintan kopi dari negara lain (Lubis2, 2013).

Desa Simpang Banyak Julu merupakan sentra produksi kopi Mandailing di

Kecamatan Ulu Pungkut, Kabupaten Mandailing Natal. Sebagian besar penduduk

Desa Simpang Banyak Julu memiliki mata pencaharian sebagai petani atau buruh

tani dimana kopi Mandailing adalah komoditas utama selain kayu manis dan padi

sawah. Meskipun demikian Desa Simpang Banyak Julu masih tergolong ”Desa

Merah” atau desa miskin. Hal ini dapat dilihat dari total jumlah penduduk desa

sebanyak 236 jiwa yang tergabung dalam 52 Kepala Keluarga (KK), sebanyak 46

KK merupakan keluarga miskin dan 6 KK lainnya merupakan keluarga dengan

tingkat kesejahteraan sedang (Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal, 2011).

Kopi Mandailing sebagai komoditi utama diharapkan menjadi alternatif

pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan petani kopi di Desa

(17)

mempengaruhi perkembangan kopi Mandailing tersebut dan menyusun strategi

untuk pengembangannya .

1. 2. Identifikasi Masalah

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan komoditas kopi

Mandailing di Kabupaten Mandailing Natal?

2. Bagaimana strategi pengembangan komoditas kopi Mandailing di Kabupaten

Mandailing Natal?

1. 3. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis strategi pengembangan komoditas kopi Mandailing di

Kabupaten Mandailing Natal.

2. Untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan

komoditas kopi Mandailing di Kabupaten Mandailing Natal.

1. 4. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi petani dan pihak-pihak yang

terkait dalam usaha tani kopi Mandailing.

2. Sebagai bahan pemasukan bagi pemerintah dan instansi terkait dalam

menetapkan kebijakan dan pengembangan komoditi kopi Mandailing.

3. Sebagai bahan pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti serta salah satu cara

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA

PEMIKIRAN

2. 1. Tinjauan Pustaka

Istilah kopi spesial atau kopi spesialti pertama kali dikemukakan oleh Ema

Knutsen pada tahun 1974 dalam Tea and Coffee Trade Journal. Istilah tersebut

digunakan untuk menyebut biji dengan rasa terbaik yang dihasilkan di daerah

beriklim mikro istimewa. Kopi spesial adalah sebutan yang umum dipakai untuk

menyebut kopi "gourmet" atau "premium". Menurut Specialty Coffee Association

of America (SCAA), kopi bernilai 80 atau lebih pada skala 100 poin dianggap

"spesial". Kopi spesial tumbuh di iklim istimewa dan ideal, serta berbeda karena

rasanya yang lengkap dan memiliki sedikit kecacatan atau bahkan tidak ada sama

sekali. Rasa yang unik ini adalah hasil dari karakteristik dan komposisi tanah

tempat kopi-kopi tersebut ditanam (Anonimus3, 2013).

Kopi spesialti asal Indonesia semakin popular mulai akhir tahun 1980-an

terutama di kalangan masyarakat Amerika Serikat dan Eropa Barat. Mandailing

Natal merupakan salah satu dari daerah pengembangan kopi pertama di Indonesia

di luar pulau Jawa. Tanaman kopi masuk ke Mandailing Natal pada pertengahan

tahun 1800-an. Sejak saat itu budidaya kopi di Mandailing Natal mengalami

pasang surut (Herman, 2003).

Kopi Mandailing merupakan kopi Arabika Spesialti yang hanya terdapat

di Kabupaten Mandailing Natal. Kopi Mandailing tumbuh pada ketinggian 600 –

1700 meter dpl, tergantung topografi wilayah. Di Kecamatan Pakantan, kopi dapat

(19)

tumbuh pada ketinggian 1000 meter dpl. Meskipun ketinggian daerah sangat

mempengaruhi pertumbuhan kopi namun alasan mengapa kopi Mandailing

memiliki kualitas tinggi adalah tanah volkanik yang subur mulai dari ketinggian

1000 meter dpl (Napitupulu, 2006).

Kopi Mandailing membutuhkan curah hujan sebesar 2000-3000 mm/tahun

dengan suhu rata-rata 18 – 28° Celcius dan tingkat keasaman (pH) tanah 5,5 –

6,5. Rata-rata produksi kopi Mandailing 4,5 - 5,0 kuintal (ku) per hektar per

tahun, namun jika dikelola secara intensif bisa berproduksi 20 kuintal per hektar

per tahun. Keunggulan kopi Mandailing dibandingkan kopi Robusta diantaranya

adalah : aroma yang lebih sedap (bold), rasa yang lebih enak, dan memiliki kadar

kafein yang lebih rendah (Dinas Perkebunan Kabupaten Mandailing Natal, 2013).

Kopi Mandailing berbuah sepanjang tahun namun masa panen kopi

Mandailing di masing-masing kecamatan berbeda-beda. Di Kecamatan Ulu

Pungkut (Huta Godang), puncak panen kopi Mandailing dimulai pada bulan Juni

hingga September. Sedangkan di kecamatan Pakantan dan Muara Sipongi, kopi

Mandailing dipanen pada bulan April hingga bulan Juli (Napitupulu, 2006).

Karena kopi berbuah tidak serentak maka masa panen kopi tidak dapat

dilakukan sekali saja. Pemetikan dilakukan pada buah yang masak berwarna

merah, dipetik satu persatu dari tiap dongkolan. Ada tiga tahap pemetikan pada

tanaman kopi, yaitu :

1. Pemetikan pertama atau petik pendahuluan, yaitu pemetikan pada

buah-buah yang terserang bubuk buah-buah, biasanya dilakukan pada buah-buah kopi yang

(20)

2. Panen raya yakni pemetikan buah yang sebenarnya, yang disebut juga

petik merah. Pemetikan ini berlangsung selama empat sampai lima bulan yang

dilakukan selang 10-14 hari.

3. Pemetikan terakhir atau rajutan, yaitu pemetikan terakhir tanpa dipilih.

Pemetikan ini dilakukan bila sisa kopi di pohon masih berkisar 10 persen.

Setelah tahap pemetikan, biji kopi kemudian melalui tahap penggilingan

kemudian tahap penjemuran selamakira-kira 36 jam (Tjokrowinoto, 2002).

2. 2. Landasan Teori

Rangkuti (2008) mengemukakan strategi sebagai alat untuk mencapai

tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program

tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. Strategi merupakan respon

secara terus-menerus maupun adiktif terhadap peluang dan ancaman eksternal

serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi.

Menurut Umar (2008), strategi merupakan tindakan yang bersifat senantiasa

meningkat dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang

apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa mendatang.

Tujuan utama strategi dalam setiap kegiatan adalah mencapai

keberhasilan. Dalam mencapai tujuan yaitu keberhasilan, ada beberapa elemen

strategi yang harus dipenuhi. Pertama, tujuan yang diformulasikan secara

sederhana, konsisten dan berjangka panjang. Kedua, pengertian mendalam

terhadap lingkungan persaingan. Ketiga, penilaian objektif terhadap sumberdaya

(21)

Analisis SWOT dapat digunakan secara deskriptif dan secara kuantitatif.

Penggunaan analisis SWOT secara deskriptif yaitu hanya menjelaskan bagaimana

pengembangan suatu organisasi tanpa menjelaskan strategi faktor-faktor internal

dan eksternalnya. Sedangkan penggunaan analisis SWOT secara kuantitatif yaitu

menjelaskan dengan terperinci faktor-faktor internal dan eksternalnya dengan

menggunakan bobot dan bagaimana strategi pengembangan tersebut bermamfaat

bagi suatu usaha atau organisasi. Analisis SWOT ditujukan untuk

mengidentifikasi berbagai faktor internal dan faktor eksternal untuk merumuskan

strategi (Pearce dkk, 2009).

2. 3. Penelitian Terdahulu

Penelitian Pascaria Dewi Lorent Purba (2013) mengenai Strategi

Pengembangan Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara menyatakan ada enam

faktor-faktor internal yang mempengaruhi pengembangan ekspor Kopi Arabika

Sumatera Utara yaitu : 1) Kondisi fisik dan mutu Kopi Arabika Sumatera Utara,

2) Jumlah modal yang dimiliki eksportir, 3) Potensi eksportir dalam menjangkau

negara impor, 4) Waktu pengiriman Kopi Arabika Sumatera Utara, 5) Promosi

Kopi Arabika Sumatera Utara yang dilakukan eksportir. Faktor-faktor eksternal

yang mempengaruhi pengembangan ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara yaitu :

1) Permintaan Kopi Sumatera Utara, 2) Adanya pesaing dari negara produsen

Kopi Arabika lain, 3) Peranan pemerintah dalam mendukung kegiatan ekspor,

4)Adanya konsumen tetap yang mengkonsumsi Kopi Arabika Sumatera Utara, 5)

Adanya surat izin untuk melakukan kegiatan ekspor, 6) Penetapan tariff ekspor

dan 7) Harga jual Kopi Arabika Sumatera Utara. Dari penelitian yang dilakukan

(22)

artinya pengaruh kekuatan lebih besar dibandingkan pengaruh kelemahan pada

pengembangan ekspor kopi Arabika Sumatera Utara. Selisih faktor eksternal

(peluang-ancaman) sebesar 0,09 artinya pengaruh peluang lebih besar

dibandingkan pengaruh ancaman pada pengembangan ekspor kopi Arabika

Sumatera Utara. Adapun 14 strategi pengembangan ekspor kopi Arabika

Sumatera Utara yaitu : 1) Mempertahankan konsumen tetap dengan memperoleh

fisik dan mutu yang baik, 2) Memanfaatkan surat izin yang ada dan free trade

untuk memudahkan eksportir menjangkau negara importir, 3) Memanfaatkan

waktu pengiriman dengan tepat waktu untuk mempertahankan konsumen tetap, 4)

Meningkakan kerjasama dan hubungan baik dengan konsumen tetap, 5)

Meningkatkan promosi dengan memanfaatkan konsumen tetap, izin dari

pemerintah dan free trade, 6) Meningkatkan modal dengan mengoptimalkan

permintaan dari konsumen tetap dan adanya free trade, 7) Mencari alternatif akses

permodalan untuk perkembangan usaha, 8) Memanfaatkan potensi eksportir

untuk meningkatkan permintaan di luar negeri, 9) Meningkatkan kuantitas kopi

Arabika dengan mutu yang baik untuk meningkatkan permintaan dan harga jual,

10) Menjalin kerjasama dengan negara pesaing untuk meningkatkan permintaan

dengan mengandalkan kondisi fisik dan mutu kopi yang baik, 11) Melakukan

riset pasar untuk memantau perkembangan produk, harga dan tingkat persaingan,

12) Meningkatkan peranan pemerintah dalam mendukung pelaksanaan promosi

dan akses bantuan permodalan, 13) Melaksanakan kegiatan promosi secara

efisisen dan efektif di negara pesaing guna meningkatkan permintaan dan 14)

Meningkatkan permodalan untuk merencanakan pelaksanaan konferensi dengan

(23)

Amossius Rompolemba (2010) dalam Analisis Strategi Pengembangan

Agribisnis Komoditas Sayuran di Kabupaten Poso memperoleh faktor-faktor

internal yang mempengaruhi agribisnis komoditas sayuran di Kabupaten Poso

yaitu : 1) Motivasi petani, 2) Kelembagaan tani, 3) Lahan potensial, 4) Adopsi

teknologi, 5) Visi dan misi organisasi, 6) Struktur organisasi, 7) Anggaran rutin,

8) Kompetensi aparatur, 9) Pengetahuan petani, 10) Modal petani, 11) Sarana dan

prasarana, 12) Manajemen usaha tani, 13) Manajemen lembaga tani dan 14)

Jangkauan kebijakan. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi agribisnis

komoditas sayuran di Kabupaten Poso yaitu : 1) Kebijakan pemerintah daerah, 2)

Peluang pasar, 3) Peningkatan jumlah penduduk, 4) Peningkatan konsumsi

perkapita, 5) Kondisi politik dan keamanan, 6) Iklim spesifik, 7) Letak geografis,

8) Harga input produksi, 9) Perkembangan teknologi, 10) Fluktuasi harga, 11)

Sistem pemasaran, 12) Isu keamanan pangan, 13) Tekanan harga pesaing, 14)

Kekuatan tawar-menawar pemasok dan 15) Kekuatan tawar-menawar pembeli.

Dari hasil penelitian diperoleh selisih kekuatan - kelemahan sebesar 2,52 dan

selisih peluang - ancaman sebesar 2,39. Alternatif strategi yang diperoleh yaitu :

1) Penguatan kapasitas kelembagaan tani untuk membangun sistim kemitraan

dengan pemasok dan pembeli, 2) Meningkatkan layanan informasi pasar yang

dapat diakses oleh pelaku agribisnis, 3) Meningkatkan kapasitas produksi untuk

memenuhi peningkatan permintaan pasar, 4) Mengintensifkan pendampingan

terhadap kelompok tani sebagai sarana inovasi teknologi agribisnis, 5) Melakukan

perluasan pasar untuk mendorong penyerapan hasil produksi, 6) Meningkatkan

pelatihan dan pengembangan Sumber Daya Manusia aparatur dan petani yang

(24)

pembiayaan, 8) Meningkatkan sarana dan prasarana penunjang di lokasi sentra

produksi, 9) Membangun kerjasama yang terarah dan terpadu lintas asuransi dan

10) Rekrutmen aparatur teknis yang berkualifikasi agribisnis.

2. 4. Kerangka Pemikiran

Kopi Mandailing sebagai salah satu kopi spesialti unggulan dari Indonesia

masih memiliki produksi rendah yaitu 1,42 ton/ha dibandingkan dengan kopi

spesialti lainnya seperti kopi Sidikalang 9,44 ton/ha pada tahun 2007. Padahal

dari segi harga, di luar negeri kopi Mandailing tidak kalah saing dengan kopi

Sidikalang dan kopi spesialti lainnya dari Indonesia. Harga jual Kopi Mandailing

di luar negeri mencapai $ 6-7 per kilogram, tidak jauh berbeda dengan harga jual

kopi Sidikalang. Apabila ditinjau dari segi sumber daya alam dan keadaan

wilayah Kabupaten Mandailing sangat memungkinkan bagi pertumbuhan dan

perkembangan tanaman kopi (BPS, 2012; Anonimus1, 2012; Anonimus3, 2012).

Meskipun kopi Mandailing popular di mancanegara dan dijual dengan

harga tinggi namun nyatanya harga biji kopi di tingkat petani masih rendah yaitu

Rp 20.000,-/kilogram. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi pengembangan kopi

Mandailing dan strategi apa yang dapat mengembangkan produksi dan

produktivitas kopi Mandailing.

Perkembangan kopi Mandailing tidak terlepas dari faktor-faktor keragaan

sumber daya, yakni sumber daya alam dan lingkungan, sumber daya manusia,

sumber daya sosial dan kelembagaan serta sumber daya buatan. Setelah dilakukan

pengumpulan data keragaan sumber daya di Kabupaten Mandailing Natal maka

(25)

kopi Mandailing. Faktor strategis internal adalah kekuatan dan kelemahan yang

dimiliki oleh daerah. Faktor strategis eksternal adalah peluang dan ancaman yang

mungkin dihadapi oleh daerah penelitian. Faktor eksternal dan faktor internal

tersebut kemudian dianalisis dengan analisis SWOT.

Analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, threats) merupakan

salah satu alat analisis strategi pengembangan. Analisis SWOT mengidentifikasi

berbagai faktor untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika

yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities),

namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan

ancaman (threats). Kemudian dapat ditentukan strategi apa yang dapat

mengembangkan produktivitas kopi Mandailing.

(26)

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Strategi Pengembangan Kopi Mandailing

Keterangan : : Ada Hubungan

Pengembangan Kopi Mandailing

Strategi Pengembangan Kopi Mandailing Faktor Internal

1. Kondisi fisik dan mutu kopi

2. Produksi kopi

3. Pengalaman petani dalam usaha tani kopi

Mandailing

4. Penguasaan petani terhadap teknik budidaya 5. Luas Lahan

6. Jumlah input

Faktor Eksternal

1. Permintaan kopi Mandailing 2. Harga input rata-rata

3. Harga jual kopi Mandailing di tingkat petani

4. Lembaga pendukung permodalan

5. Bantuan pemerintah 6. Tenaga Pendamping 7. Sarana Pendukung dan

infrastruktur

8. Tenaga kerja yang digunakan 9. Posisi tawar

10. Akses pasar

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA

PEMIKIRAN

2. 1. Tinjauan Pustaka

Istilah kopi spesial atau kopi spesialti pertama kali dikemukakan oleh Ema

Knutsen pada tahun 1974 dalam Tea and Coffee Trade Journal. Istilah tersebut

digunakan untuk menyebut biji dengan rasa terbaik yang dihasilkan di daerah

beriklim mikro istimewa. Kopi spesial adalah sebutan yang umum dipakai untuk

menyebut kopi "gourmet" atau "premium". Menurut Specialty Coffee Association

of America (SCAA), kopi bernilai 80 atau lebih pada skala 100 poin dianggap

"spesial". Kopi spesial tumbuh di iklim istimewa dan ideal, serta berbeda karena

rasanya yang lengkap dan memiliki sedikit kecacatan atau bahkan tidak ada sama

sekali. Rasa yang unik ini adalah hasil dari karakteristik dan komposisi tanah

tempat kopi-kopi tersebut ditanam (Anonimus3, 2013).

Kopi spesialti asal Indonesia semakin popular mulai akhir tahun 1980-an

terutama di kalangan masyarakat Amerika Serikat dan Eropa Barat. Mandailing

Natal merupakan salah satu dari daerah pengembangan kopi pertama di Indonesia

di luar pulau Jawa. Tanaman kopi masuk ke Mandailing Natal pada pertengahan

tahun 1800-an. Sejak saat itu budidaya kopi di Mandailing Natal mengalami

pasang surut (Herman, 2003).

Kopi Mandailing merupakan kopi Arabika Spesialti yang hanya terdapat

di Kabupaten Mandailing Natal. Kopi Mandailing tumbuh pada ketinggian 600 –

1700 meter dpl, tergantung topografi wilayah. Di Kecamatan Pakantan, kopi dapat

(28)

tumbuh pada ketinggian 1000 meter dpl. Meskipun ketinggian daerah sangat

mempengaruhi pertumbuhan kopi namun alasan mengapa kopi Mandailing

memiliki kualitas tinggi adalah tanah volkanik yang subur mulai dari ketinggian

1000 meter dpl (Napitupulu, 2006).

Kopi Mandailing membutuhkan curah hujan sebesar 2000-3000 mm/tahun

dengan suhu rata-rata 18 – 28° Celcius dan tingkat keasaman (pH) tanah 5,5 –

6,5. Rata-rata produksi kopi Mandailing 4,5 - 5,0 kuintal (ku) per hektar per

tahun, namun jika dikelola secara intensif bisa berproduksi 20 kuintal per hektar

per tahun. Keunggulan kopi Mandailing dibandingkan kopi Robusta diantaranya

adalah : aroma yang lebih sedap (bold), rasa yang lebih enak, dan memiliki kadar

kafein yang lebih rendah (Dinas Perkebunan Kabupaten Mandailing Natal, 2013).

Kopi Mandailing berbuah sepanjang tahun namun masa panen kopi

Mandailing di masing-masing kecamatan berbeda-beda. Di Kecamatan Ulu

Pungkut (Huta Godang), puncak panen kopi Mandailing dimulai pada bulan Juni

hingga September. Sedangkan di kecamatan Pakantan dan Muara Sipongi, kopi

Mandailing dipanen pada bulan April hingga bulan Juli (Napitupulu, 2006).

Karena kopi berbuah tidak serentak maka masa panen kopi tidak dapat

dilakukan sekali saja. Pemetikan dilakukan pada buah yang masak berwarna

merah, dipetik satu persatu dari tiap dongkolan. Ada tiga tahap pemetikan pada

tanaman kopi, yaitu :

1. Pemetikan pertama atau petik pendahuluan, yaitu pemetikan pada

buah-buah yang terserang bubuk buah-buah, biasanya dilakukan pada buah-buah kopi yang

(29)

2. Panen raya yakni pemetikan buah yang sebenarnya, yang disebut juga

petik merah. Pemetikan ini berlangsung selama empat sampai lima bulan yang

dilakukan selang 10-14 hari.

3. Pemetikan terakhir atau rajutan, yaitu pemetikan terakhir tanpa dipilih.

Pemetikan ini dilakukan bila sisa kopi di pohon masih berkisar 10 persen.

Setelah tahap pemetikan, biji kopi kemudian melalui tahap penggilingan

kemudian tahap penjemuran selamakira-kira 36 jam (Tjokrowinoto, 2002).

2. 2. Landasan Teori

Rangkuti (2008) mengemukakan strategi sebagai alat untuk mencapai

tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program

tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. Strategi merupakan respon

secara terus-menerus maupun adiktif terhadap peluang dan ancaman eksternal

serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi.

Menurut Umar (2008), strategi merupakan tindakan yang bersifat senantiasa

meningkat dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang

apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa mendatang.

Tujuan utama strategi dalam setiap kegiatan adalah mencapai

keberhasilan. Dalam mencapai tujuan yaitu keberhasilan, ada beberapa elemen

strategi yang harus dipenuhi. Pertama, tujuan yang diformulasikan secara

sederhana, konsisten dan berjangka panjang. Kedua, pengertian mendalam

terhadap lingkungan persaingan. Ketiga, penilaian objektif terhadap sumberdaya

(30)

Analisis SWOT dapat digunakan secara deskriptif dan secara kuantitatif.

Penggunaan analisis SWOT secara deskriptif yaitu hanya menjelaskan bagaimana

pengembangan suatu organisasi tanpa menjelaskan strategi faktor-faktor internal

dan eksternalnya. Sedangkan penggunaan analisis SWOT secara kuantitatif yaitu

menjelaskan dengan terperinci faktor-faktor internal dan eksternalnya dengan

menggunakan bobot dan bagaimana strategi pengembangan tersebut bermamfaat

bagi suatu usaha atau organisasi. Analisis SWOT ditujukan untuk

mengidentifikasi berbagai faktor internal dan faktor eksternal untuk merumuskan

strategi (Pearce dkk, 2009).

2. 3. Penelitian Terdahulu

Penelitian Pascaria Dewi Lorent Purba (2013) mengenai Strategi

Pengembangan Ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara menyatakan ada enam

faktor-faktor internal yang mempengaruhi pengembangan ekspor Kopi Arabika

Sumatera Utara yaitu : 1) Kondisi fisik dan mutu Kopi Arabika Sumatera Utara,

2) Jumlah modal yang dimiliki eksportir, 3) Potensi eksportir dalam menjangkau

negara impor, 4) Waktu pengiriman Kopi Arabika Sumatera Utara, 5) Promosi

Kopi Arabika Sumatera Utara yang dilakukan eksportir. Faktor-faktor eksternal

yang mempengaruhi pengembangan ekspor Kopi Arabika Sumatera Utara yaitu :

1) Permintaan Kopi Sumatera Utara, 2) Adanya pesaing dari negara produsen

Kopi Arabika lain, 3) Peranan pemerintah dalam mendukung kegiatan ekspor,

4)Adanya konsumen tetap yang mengkonsumsi Kopi Arabika Sumatera Utara, 5)

Adanya surat izin untuk melakukan kegiatan ekspor, 6) Penetapan tariff ekspor

dan 7) Harga jual Kopi Arabika Sumatera Utara. Dari penelitian yang dilakukan

(31)

artinya pengaruh kekuatan lebih besar dibandingkan pengaruh kelemahan pada

pengembangan ekspor kopi Arabika Sumatera Utara. Selisih faktor eksternal

(peluang-ancaman) sebesar 0,09 artinya pengaruh peluang lebih besar

dibandingkan pengaruh ancaman pada pengembangan ekspor kopi Arabika

Sumatera Utara. Adapun 14 strategi pengembangan ekspor kopi Arabika

Sumatera Utara yaitu : 1) Mempertahankan konsumen tetap dengan memperoleh

fisik dan mutu yang baik, 2) Memanfaatkan surat izin yang ada dan free trade

untuk memudahkan eksportir menjangkau negara importir, 3) Memanfaatkan

waktu pengiriman dengan tepat waktu untuk mempertahankan konsumen tetap, 4)

Meningkakan kerjasama dan hubungan baik dengan konsumen tetap, 5)

Meningkatkan promosi dengan memanfaatkan konsumen tetap, izin dari

pemerintah dan free trade, 6) Meningkatkan modal dengan mengoptimalkan

permintaan dari konsumen tetap dan adanya free trade, 7) Mencari alternatif akses

permodalan untuk perkembangan usaha, 8) Memanfaatkan potensi eksportir

untuk meningkatkan permintaan di luar negeri, 9) Meningkatkan kuantitas kopi

Arabika dengan mutu yang baik untuk meningkatkan permintaan dan harga jual,

10) Menjalin kerjasama dengan negara pesaing untuk meningkatkan permintaan

dengan mengandalkan kondisi fisik dan mutu kopi yang baik, 11) Melakukan

riset pasar untuk memantau perkembangan produk, harga dan tingkat persaingan,

12) Meningkatkan peranan pemerintah dalam mendukung pelaksanaan promosi

dan akses bantuan permodalan, 13) Melaksanakan kegiatan promosi secara

efisisen dan efektif di negara pesaing guna meningkatkan permintaan dan 14)

Meningkatkan permodalan untuk merencanakan pelaksanaan konferensi dengan

(32)

Amossius Rompolemba (2010) dalam Analisis Strategi Pengembangan

Agribisnis Komoditas Sayuran di Kabupaten Poso memperoleh faktor-faktor

internal yang mempengaruhi agribisnis komoditas sayuran di Kabupaten Poso

yaitu : 1) Motivasi petani, 2) Kelembagaan tani, 3) Lahan potensial, 4) Adopsi

teknologi, 5) Visi dan misi organisasi, 6) Struktur organisasi, 7) Anggaran rutin,

8) Kompetensi aparatur, 9) Pengetahuan petani, 10) Modal petani, 11) Sarana dan

prasarana, 12) Manajemen usaha tani, 13) Manajemen lembaga tani dan 14)

Jangkauan kebijakan. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi agribisnis

komoditas sayuran di Kabupaten Poso yaitu : 1) Kebijakan pemerintah daerah, 2)

Peluang pasar, 3) Peningkatan jumlah penduduk, 4) Peningkatan konsumsi

perkapita, 5) Kondisi politik dan keamanan, 6) Iklim spesifik, 7) Letak geografis,

8) Harga input produksi, 9) Perkembangan teknologi, 10) Fluktuasi harga, 11)

Sistem pemasaran, 12) Isu keamanan pangan, 13) Tekanan harga pesaing, 14)

Kekuatan tawar-menawar pemasok dan 15) Kekuatan tawar-menawar pembeli.

Dari hasil penelitian diperoleh selisih kekuatan - kelemahan sebesar 2,52 dan

selisih peluang - ancaman sebesar 2,39. Alternatif strategi yang diperoleh yaitu :

1) Penguatan kapasitas kelembagaan tani untuk membangun sistim kemitraan

dengan pemasok dan pembeli, 2) Meningkatkan layanan informasi pasar yang

dapat diakses oleh pelaku agribisnis, 3) Meningkatkan kapasitas produksi untuk

memenuhi peningkatan permintaan pasar, 4) Mengintensifkan pendampingan

terhadap kelompok tani sebagai sarana inovasi teknologi agribisnis, 5) Melakukan

perluasan pasar untuk mendorong penyerapan hasil produksi, 6) Meningkatkan

pelatihan dan pengembangan Sumber Daya Manusia aparatur dan petani yang

(33)

pembiayaan, 8) Meningkatkan sarana dan prasarana penunjang di lokasi sentra

produksi, 9) Membangun kerjasama yang terarah dan terpadu lintas asuransi dan

10) Rekrutmen aparatur teknis yang berkualifikasi agribisnis.

2. 4. Kerangka Pemikiran

Kopi Mandailing sebagai salah satu kopi spesialti unggulan dari Indonesia

masih memiliki produksi rendah yaitu 1,42 ton/ha dibandingkan dengan kopi

spesialti lainnya seperti kopi Sidikalang 9,44 ton/ha pada tahun 2007. Padahal

dari segi harga, di luar negeri kopi Mandailing tidak kalah saing dengan kopi

Sidikalang dan kopi spesialti lainnya dari Indonesia. Harga jual Kopi Mandailing

di luar negeri mencapai $ 6-7 per kilogram, tidak jauh berbeda dengan harga jual

kopi Sidikalang. Apabila ditinjau dari segi sumber daya alam dan keadaan

wilayah Kabupaten Mandailing sangat memungkinkan bagi pertumbuhan dan

perkembangan tanaman kopi (BPS, 2012; Anonimus1, 2012; Anonimus3, 2012).

Meskipun kopi Mandailing popular di mancanegara dan dijual dengan

harga tinggi namun nyatanya harga biji kopi di tingkat petani masih rendah yaitu

Rp 20.000,-/kilogram. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi pengembangan kopi

Mandailing dan strategi apa yang dapat mengembangkan produksi dan

produktivitas kopi Mandailing.

Perkembangan kopi Mandailing tidak terlepas dari faktor-faktor keragaan

sumber daya, yakni sumber daya alam dan lingkungan, sumber daya manusia,

sumber daya sosial dan kelembagaan serta sumber daya buatan. Setelah dilakukan

pengumpulan data keragaan sumber daya di Kabupaten Mandailing Natal maka

(34)

kopi Mandailing. Faktor strategis internal adalah kekuatan dan kelemahan yang

dimiliki oleh daerah. Faktor strategis eksternal adalah peluang dan ancaman yang

mungkin dihadapi oleh daerah penelitian. Faktor eksternal dan faktor internal

tersebut kemudian dianalisis dengan analisis SWOT.

Analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, threats) merupakan

salah satu alat analisis strategi pengembangan. Analisis SWOT mengidentifikasi

berbagai faktor untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika

yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities),

namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan

ancaman (threats). Kemudian dapat ditentukan strategi apa yang dapat

mengembangkan produktivitas kopi Mandailing.

(35)
[image:35.595.141.498.84.579.2]

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Strategi Pengembangan Kopi Mandailing

Keterangan : : Ada Hubungan

Pengembangan Kopi Mandailing

Strategi Pengembangan Kopi Mandailing Faktor Internal

1. Kondisi fisik dan mutu kopi

2. Produksi kopi

3. Pengalaman petani dalam usaha tani kopi

Mandailing

4. Penguasaan petani terhadap teknik budidaya 5. Luas Lahan

6. Jumlah input

Faktor Eksternal

1. Permintaan kopi Mandailing 2. Harga input rata-rata

3. Harga jual kopi Mandailing di tingkat petani

4. Lembaga pendukung permodalan

5. Bantuan pemerintah 6. Tenaga Pendamping 7. Sarana Pendukung dan

infrastruktur

8. Tenaga kerja yang digunakan 9. Posisi tawar

10. Akses pasar

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1. Metode Penentuan Daerah Penelitian.

Penentuan daerah penelitian adalah secara sengaja (purposive) di Desa

Simpang Banyak, Kecamatan Ulu Pungkut, Kabupaten Mandailing Natal. Hal ini

berdasarkan pertimbangan kopi Mandailing berasal dari Kabupaten Mandailing

Natal dan Kecamatan Ulu Pungkut adalah sentra penghasil kopi terbesar kedua di

[image:36.595.129.499.369.717.2]

Kabupaten Mandailing Natal, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Luas areal kopi Mandailing di Kabupaten Mandailing Natal tahun 2012

No Kecamatan Luas Areal (Ha) Total

(Ha) TBM TM TTM

1 Siabu 0.00 8.89 1.11 10.00

2 Bukit Malintang 0.00 4.83 0.17 5.00

3 Naga Juang 0.00 0.00 0.00 0.00

4 Panyabungan Utara 0.00 0.00 1.30 1.30 5 Panyabungan Kota 1.64 10.94 1.05 13.63 6 Panyabungan Timur 75.00 131.75 3.25 210.00 7 Panyabungan Barat 0.00 5.16 0.18 5.33

8 Huta Bargot 0.00 1.93 0.07 2.00

9 Panyabungan Selatan 3.53 29.61 3.46 36.60 10 Lembah Sorik Marapi 12.58 43.15 1.27 57.00 11 Puncak Sorik Marapi 185.33 330.13 8.19 523.65

12 Tambangan 0.71 68.21 2.34 71.27

13 Kotanopan 18.75 94.76 12.14 125.66

14 Ulu Pungkut 89.71 179.32 10.31 279.34

15 Muarasipongi 11.53 59.13 2.94 73.60

16 Pakantan 89.33 149.29 3.71 242.33

17 Batang Natal 12.15 31.04 1.36 44.55

18 Lingga Bayu 5.92 29.79 4.73 40.44

19 Ranto Baek 0.00 0.00 0.00 0.00

20 Batahan 0.00 0.00 0.00 0.00

21 Sinunukan 0.00 0.00 0.00 0.00

22 Natal 0.00 0.00 0.00 0.00

(37)

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa hampir semua kecamatan di

Kabupaten Mandailing Natal mengusahakan kopi Mandailing. Meskipun

Kecamatan Puncak Sorik Marapi memiliki lahan kopi Mandailing terluas (523,65

ha) di Kabupaten Mandailing Natal tetapi Petani di Kecamatan Ulu Pungkut

tepatnya di Desa Simpang Banyak Julu fokus bertanam Kopi Mandailing, Desa

Simpang Banyak Julu merupakan sentra penghasil kopi Mandailing di Kecamatan

Ulu Pungkut dan adanya rencana agroforestri Pemerintah Kabupaten Mandailing

Natal tahun 2013 terkait tanaman kopi Arabika di Kecamatan Ulu Pungkut

menjadi pertimbangan dalam penentuan daerah penelitian.

3. 2. Metode Penentuan dan Penarikan Sampel

Sampel merupakan petani yang membudidayakan kopi Mandailing

sebagai tanaman utama dalam usaha tani miliknya yang berada di Desa Simpang

Banyak, Kecamatan Ulu Pungkut, Kabupaten Mandailing Natal beserta Penyuluh

Pertanian Lapang (PPL) setempat, Kepala Desa Simpang Banyak dan Dinas

Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Mandailing Natal.

Dari hasil pra survey diketahui jumlah petani kopi Mandailing di daerah

penelitian berjumlah 42 orang. Untuk menentukan jumlah petani yang akan

dijadikan sampel maka metode penentuan besar sampel menggunakan Rumus

Slovin (dalam Supranto, 2000) dimana jumlah populasi telah diketahui dengan

pasti, sehingga :

dimana :

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

(38)

Dengan menggunakan rumus di atas, maka diperoleh ukuran sampel (n)

sebesar 38,009 (dibulatkan 38). Namun setelah penelitian dilakukan, jumlah

petani yang memiliki tanaman kopi Mandailing yang pada saat penelitian

dilakukan sedang produktif dan dirawat dan bersedia menjadi responden

sebanyak 20 orang, sedangkan lahan milik petani lainnya tidak terawat. Jadi

sampel yang mewakili penelitian ini sebanyak 20 orang.

3. 3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

data sekunder. Data primer yaitu data keadaan usaha tani dan latar belakang petani

diperoleh dari hasil pengamatan, sensus, serta wawancara langsung dengan

responden, yaitu petani yang membudidayakan kopi Mandailing dan Penyuluh

Pertanian Lapang (PPL) setempat, dengan menggunakan daftar

pertanyaan/kuisioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data sekunder

seperti topografi wilayah dan data kependudukan (demografi) diperoleh dari

Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Mandailing Natal, Badan Penyuluh

Pertanian Kabupaten Mandailing Natal, Badan Pusat Statistik dan dari berbagai

sumber referensi seperti buku dan internet.

3. 4. Metode Analisis Data

Untuk menganalisis masalah (1) dan (2), digunakan analisis deskriptif

dengan menggunakan matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat).

Analisis SWOT didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif adalah

memaksimalkan kekuatan dan peluang, meminimalkan kelemahan dan ancaman.

(39)

dan Threat) dan empat sel alternatif strategi (Strategi SO, Strategi WO, Strategi

ST dan Strategi WT).

Perumusan strategi pengembangan kopi Mandailing dilakukan melalui tiga

tahap, yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis dan tahap pengambilan

keputusan. Pada tahap pengumpulan data dikumpulkan informasi dasar yang

diperlukan untuk merumuskan strategi dengan menggunakan matriks IFE

(Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation). Informasi

dasar ini diperoleh dari data primer dan data sekunder. Tahap analisis merupakan

tahap perumusan strategi yang dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT.

Kemudian dilanjutkan dengan tahap pengambilan keputusan.

Adapun tahapan pembuatan matriks SWOT adalah sebagai berikut :

1. Menentukan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui seberapa besar

perkembangan usaha tani kopi Mandailing.

2. Mendaftar faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha tani kopi

Mandailing. Sehingga dapat diidentifikasi variabel-variabel yang akan

menentukan perkembangan kopi Mandailing tersebut. Faktor-faktor ini diperoleh

dari pengamatan langsung di lapangan (pra survey) dan dari penelitian

sebelumnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha tani kopi

Mandailing antara lain :

a. Kondisi fisik dan mutu kopi Mandailing

b. Kekhasan kopi Mandailing

c. Produksi kopi Mandailing

d. Pengalaman petani dalam mengusahakan kopi Mandailing

(40)

f. Biaya produksi (Harga input rata-rata yang diterima petani)

g. Harga jual kopi Mandailing

h. Permintaan kopi Mandailing

i. Luas lahan

j. Akses Pasar

k. Posisi tawar

l. Sarana pendukung dan infrastruktur

m. Penguasaan Petani terhadap teknik budidaya kopi Mandailing

n. Tenaga kerja yang digunakan

o. Adanya lembaga pendukung permodalan yang menyediakan bantuan seperti

kredit simpan pinjam, pupuk, pestisida, mesin serta peralatan.

p. Adanya bantuan atau dukungan pemerintah.

q. Adanya tenaga pendamping (Penyuluh Pertanian)

r. Promosi kopi Mandailing

s. Adanya saingan kopi spesialti daerah lain

t. Tingkat pendidikan petani

Faktor-faktor strategis yang mempengaruhi perkembangan usaha tani kopi

Mandailing yaitu :

a. Kondisi fisik dan mutu kopi Mandailing

b. Produksi kopi Mandailing

c. Pengalaman Petani dalam mengusahakan kopi Mandailing

d. Penguasaan Petani terhadap teknik budidaya kopi

e. Luas lahan

(41)

g. Permintaan kopi Mandailing

h. Biaya produksi (Harga input rata-rata)

i. Harga jual kopi Mandailing

j. Adanya lembaga pendukung permodalan yang menyediakan bantuan seperti

kredit simpan pinjam, pupuk, pestisida, mesin serta peralatan

k. Adanya bantuan atau dukungan pemerintah

l. Adanya tenaga pendamping (Penyuluh Pertanian)

m. Sarana pendukung dan infrastruktur

n. Tenaga kerja yang digunakan

o. Posisi tawar

p. Akses pasar

3. Setelah diperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kopi

Mandailing kemudian faktor-faktor tersebut dikelompokkan menjadi faktor

eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor yang tidak dapat

dikendalikan oleh petani atau pengusaha kopi Mandailing. Sedangkan faktor

internal adalah faktor yang dapat dikendalikan oleh petani atau pengusaha kopi

Mandailing.

4. Apabila faktor-faktor eksternal dan internal selesai dikelompokkan maka dapat

disusun kuisioner untuk menentukan skor (rating) setiap faktor. Dari besarnya

skor (rating) dapat diketahui apakah faktor tersebut merupakan faktor internal

(kekuatan dan kelemahan) atau faktor eksternal (peluang dan ancaman).

a. Skor masing-masing faktor dapat dihitung dengan memberikan skala mulai

dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut

(42)

faktor peluang (opportunity) bersifat positif, skor +4 dengan kategori semakin

besar sampai dengan skor +1 dengan kategori semakin kecil, serta sebaliknya

untuk nilai skor ancaman (threat). Untuk faktor kekuatan (strength) diberi skor +1

dengan kategori sangat kecil sampai dengan +4 dengan kategori sangat besar, dan

sebaliknya untuk nilai skor kelemahan (weakness).

b. Untuk menentukan apakah faktor tersebut merupakan faktor eksternal atau

faktor internal dilakukan dengan cara menghitung rata-rata skor tiap faktor. Pada

faktor internal, skala 1 dan 2 menunjukkan kelemahan, skala 3 dan 4

menunjukkan kekuatan. Pada faktor eksternal, skala 1 dan 2 menunjukkan

ancaman, sedangkan skala 3 dan 4 menunjukkan peluang.

5. Setelah skor setiap faktor selesai dihitung, kemudian dilakukan pembobotan

dalam setiap faktor. Pembobotan dapat dilakukan dengan menggunakan teknik

komparasi berpasangan (pairwise comparison), yaitu membandingkan antara

faktor yang satu dengan faktor yang lainnya dalam satu tingkat hierarki secara

[image:42.595.101.517.527.743.2]

berpasangan sehingga diperoleh nilai kepentingan dari masing-masing faktor.

Tabel 2. Skala Teknik Komparasi Berpasangan (Pairwise Comparison)

Tingkat

Kepentingan Defenisi Keterangan

1 Kedua elemen sama penting

Dua elemen yang mempunyai pengaruh yang sama terhadap tujuan.

3

Satu elemen sedikit lebih penting daripada elemen lainnya

Pengalaman dan penilaian sangat memihak satu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya.

2

Nilai-nilai diantara dan pertimbangan yang berdekatan

Nilai yang diberikan bila ada dua komponen diantara dua pilihan.

Respirokal

Jika aktivitas I memiliki salah satu angka diatas dibandingkan aktivitas j, maka j memiliki kebalikannya ketika dibandingkan dengan aktivitas i.

(43)

6. Setelah memperoleh nilai kepentingan masing-masing faktor dari setiap

responden, kemudian dibuat matriks penilaian tiap responden yang akan menjadi

bobot dari tiap faktor.

7. Apabila penilaian tiap faktor dari seluruh responden telah selesai diperoleh,

kemudian dicari rata-rata perbandingan dari seluruh responden yang disebut

dengan rata-rata geometris. Nilai rata-rata geometris dapat dicari dengan

menggunakan rumus :

G = n  x1  x2  x3 …… xn

dimana :

x1 = Nilai sel i untuk responden 1

x2 = Nilai sel i untuk responden 2

x3 = Nilai sel i untuk responden 3

xn = Nilai sel i untuk responden n

8. Setelah mendapatkan nilai rata-rata geometris, kemudian nilai rata-rata

tersebut dinormalisasi untuk mendapatkan nilai dari masing-masing faktor

strategis. Nilai inilah yang menjadi bobot faktor-faktor strategis perkembangan

kopi Mandailing.

9. Jika bobot tiap faktor strategis telah selesai diperoleh, kemudian dicari skor

terbobot dengan cara mengalikan skor dari tiap faktor dengan bobot yang

diperoleh dalam tiap faktor. Hasil perhitungan skor terbobot ini digunakan untuk

mengetahui bagaimana perkembangan kopi Mandailing terhadap faktor-faktor

(44)

10. Setelah itu dilanjutkan dengan menyusun faktor-faktor strategis menggunakan

matriks SWOT, sehingga akan menghasilkan empat set kemungkinan alternatif

strategis, yaitu strategi SO, strategi ST, strategi WO dan strategi WT. Hasil

analisis pada tabel matriks faktor strategi internal dan faktor strategi eksternal

dipetakan pada matriks posisi dengan cara sebagai berikut :

a. Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan

sumbu (y) menunjukkan peluang dan ancaman.

b. Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil sebagai berikut ;

- Kalau peluang lebih besar daripada ancaman nilai y > 0 dan

sebaliknya kalau ancaman lebih besar daripada peluang maka

nilainya y <0.

- Kalau kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai x > 0

dan sebaliknya kalau kelemahan lebih besar daripada kekuatan

maka nilainya x<0.

Y (+)

Kuadran III Kuadran I

Strategi Turn-around Strategi agresif

X (-) X(+)

Kuadran IV Kuadran II

Strategi Defensif Strategi Diversifikasi

[image:44.595.115.542.457.684.2]

Y (-)

Gambar 4. Matriks Posisi SWOT

Sumber : David, 2006

EKSTERNAL FAKTOR

I N T E R N A L

(45)

Kuadran I;

- Merupakan posisi yang menguntungkan

- Perusahaan mempunyai peluang dan kekuatan sehingga ia dapat

memanfaatkan peluang secara maksimal

- Seyogyanya menerapkan strategi yang mendukung kebijakan

pertumbuhan yang agresif.

Kuadran II :

- Meskipun menghadapi berbagai macam ancaman, perusahaan

mempunyai keunggulan sumberdaya.

- Perusahaan-perusahaan dalam posisi seperti ini menggunakan

kekuatannya untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.

- Dilakukan dengan penggunaan diversifikasi produk atau pasar.

Kuadran III :

- Perusahaan menghadapi peluang besar tetapi sumberdayanya lemah,

karena itu dapat memanfaatkan peluang tersebut secara optimal, fokus

strategi perusahaan pada posisi seperti inilah meminimalkan

kendala-kendala internal perusahaan.

Kuadran IV :

- Merupakan kondisi yang serba tidak menguntungkan

- Perusahaan menghadapi berbagai ancaman eksternal sementara

sumberdaya yang dimiliki mempunyai banyak kelemahan.

(46)

3. 5. Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran

penelitian ini, maka perlu dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3. 5. 1. Defenisi

1. Kopi Mandailing adalah kopi Arabika spesialti yang tumbuh di Kabupaten

Mandailing Natal.

2. Usahatani kopi Mandailing adalah kegiatan mengusahakan (mengelola)

komoditi kopi Arabika Spesialti Mandailing.

3. Strategi pengembangan kopi Mandailing adalah cara-cara yang efisien dan

sistematis untuk mengembangkan komoditi kopi Mandailing di masa yang akan

datang.

4. Kekuatan adalah faktor internal yang mendukung usahatani kopi Mandailing.

5. Kelemahan adalah masalah atau kekurangan yang perlu diminimalkan dalam

usahatani kopi Mandailing yang berasal dari dalam atau internal.

6. Ancaman adalah masalah-masalah yang perlu dihindari dalam usahatani kopi

Mandailing yang berasal dari luar atau eksternal.

7. Peluang adalah kesempatan-kesempatan yang mendukung usahatani kopi

Mandailing.

8. Kondisi fisik dan mutu kopi Mandailing adalah keadaan fisik dan mutu

biji Kopi Mandailing yang dijual Petani kepada Pedagang Pengumpul.

9. Produksi kopi Mandailing adalah produksi biji kopi Mandailing dalam satuan

kilogram per hektar per tahun.

10.Pengalaman Petani dalam mengusahakan kopi Mandailing adalah pengalaman

(47)

11.Penguasaan Petani terhadap teknik budidaya kopi adalah ukuran penguasaan

petani menerapkan teknik budidaya kopi Mandailing dalam usaha taninya yang

dilihat dari empat poin penilaian, yaitu penggunaan bibit unggul, pemupukan,

pemberantasan hama dan penyakit tanaman dan pemetikan.

12.Luas lahan adalah luas usaha tani kopi Mandailing yang dimiliki petani dalam

satuan hektar.

13.Jumlah input adalah ukuran penggunaan input usahatani yang digunakan

(bibit, pupuk, pestisida) dilihat dari kesesuaian rekomendasi dosis dan ketepatan

waktu.

14.Permintaan kopi Mandailing adalah permintaan biji kopi kopi Mandailing

dalam satuan kilogram per hektar per tahun.

15.Harga input rata-rata adalah harga input usahatani (bibit, pupuk dan pestisida

atau obat-obatan) yang diterima petani.

16.Harga jual kopi Mandailing adalah harga jual biji kopi Mandailing di tingkat

Petani.

17.Lembaga pendukung permodalan adalah lembaga yang menyediakan bantuan

pendukung permodalan seperti kredit simpan pinjam, pupuk, pestisida ataupun

mesin-mesin pertanian.

18.Bantuan pemerintah adalah bantuan yang diberikan Pemerintah setempat

kepada Petani kopi Mandailing atau yang terkait dengan usahatani kopi

Mandailing.

19.Tenaga pendamping adalah Penyuluh Pertanian yang bertugas mendampingi

(48)

20.Sarana pendukung dan infrastruktur adalah fasilitas – fasilitas pendukung

usahatani kopi Mandailing di daerah penelitian.

21.Tenaga kerja yang digunakan, yaitu kecukupan tenaga kerja yang digunakan

dilihat dari segi jumlah tenaga kerja dan jenis tenaga kerja apakah merupakan

tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) ataukah tenaga kerja luar keluarga (TKLK).

22.Posisi tawar adalah siapa yang menentukan harga dalam jual-beli kopi

Mandailing di daerah penelitian.

23.Akses pasar adalah jarak antara usahatani kopi Mandailing dengan pasar

Kabupaten.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Simpang Banyak Julu, Kecamatan Ulu

Pungkut, Kabupaten Mandailing Natal.

2. Responden adalah Petani yang fokus membudidayakan Kopi Mandailing,

Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) setempat, Kepala Desa Simpang Banyak

dan Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Mandailing Natal.

(49)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Wilayah

Kecamatan Ulu Pungkut merupakan pemekaran dari Kecamatan

Kotanopan sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Mandailing Natal

Nomor : 7 Tahun 2002. Kecamatan Ulu Pungkut mempunyai luas 29.519,06 Ha

yang meliputi 12 Desa dan 1 Kelurahan yaitu Desa Hutarimbaru, Desa Tolang,

Desa Patahajang, Desa Muara Saladi, Desa Simpang Duhu Lombang, Desa

Simpang Duhu Dolok, Desa Simpang Pining, Desa Alahankae, Kelurahan

Hutagodang, Desa Habincaran, Desa Hutapadang, Desa Simpang Banyak Jae dan

Desa Simpang Banyak Julu.

Secara geografis Kecamatan Ulu Pungkut mempunyai batas-batas wilayah

yaitu: sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kotanopan, sebelah selatan

berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat, sebelah barat berbatasan dengan

Kecamatan Kotanopan, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Muara

Sipongi.

Kondisi jalan di 13 Desa Kecamatan Ulu Pungkut umumnya sudah di

aspal kecuali Desa Simpang Pining dan Desa Simpang Duhu Dolok. Namun

demikian akses jalan menuju Kecamatan Ulu Pungkut sering mengalami

gangguan. Penyebab tingginya kerusakan jalan adalah adanya beberapa ruas jalan

tertentu yang rawan genangan air di musim penghujan dan bencana longsor yang

(50)

Kecamatan Ulu Pungkut pada tahun 2012 memiliki jumlah penduduk

sebanyak 5.056 jiwa yaitu laki-laki 2.520 orang dan perempuan 2.536 orang,

yang tergabung dalam 1.165 KK. Sebagian besar penduduk memiliki mata

pencaharian sebagai petani. Tanaman pertanian yang paling dominan diusahakan

oleh masyarakat mencakup tanaman padi, palawija, hortikultura dan tanaman

perkebunan seperti karet, kopi, coklat, kulit manis, kemiri dan durian. Luas

tanaman perkebunan pada tahun 2013 mencapai 601,6 Ha yang tersebar di

[image:50.595.109.492.351.492.2]

seluruh desa.

Tabel 3. Luas Lahan Tanaman Perkebunan Menurut Komoditi di Kecamatan Ulu Pungkut Tahun 2013

NO Tanaman Perkebunan Luas Lahan (Ha)

1 Karet 242,4

2 Kopi 139,9

3 Coklat 72,9

4 Kulit Manis 75,6

5 Kemiri 40,2

6 Durian 30,6

Jumlah 6 01, 6

Sumber : Dinas Perkebunan Kecamatan Ulu Pungkut, 2013

Tabel 3 menunjukkan bahwa kopi merupakan salah komoditi unggulan di

Kecamatan Ulu Pungkut dengan luas lahan 139,9 Ha.

Dari tigabelas desa/kelurahan yang ada, hampir semua desa/kelurahan

memproduksi kopi, kecuali Desa Tolang.

Desa Simpang Banyak Julu adalah salah satu desa di Kecamatan Ulu

Pungkut yang hampir seluruh penduduknya mengusahakan tanaman kopi Arabika.

Desa Simpang Banyak Julu terletak pada ketinggian 1.300 meter dari permukaan

laut yaitu di kaki pegunungan Bukit Barisan. Desa ini memiliki luas wilayah

[image:50.595.111.491.353.492.2]
(51)

tara berbatasan dengan Kecamatan Muarasipongi, sebelah selatan berbatasan

dengan Desa Batahan, sebelah barat berbatasan dengan Desa Simpang Banyak Jae

dan sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat.

Kondisi iklim di Desa Simpang Banyak Julu adalah beriklim hujan tropis

dengan suhu udara berkisar antara 230C – 320C dan kelembaban udara antara

80-85%. Jumlah curah hujan rata-rata yaitu ± 2.728,5 mm/tahun. Topografi wilayah

merupakan dataran tinggi dan pegunungan serta tanah yang subur sehingga sangat

sesuai untuk budidaya kopi Arabika.

Jumlah penduduk Desa Simpang Banyak Julu pada tahun 2012 sebanyak

236 jiwa yang tergabung dalam 52 KK (Kepala Keluarga). Hampir semua

penduduk bekerja sebagai petani atau buruh tani. Hal ini disebabkan masyarakat

sudah turun-temurun menjadi petani dan minimnya tingkat pendidikan

menyebabkan masyarakat tidak memiliki keahlian lain.

4.2 Kegiatan Pengusahaan Kopi

Kopi Arabika merupakan komoditi unggulan Desa Simpang Banyak Julu.

Kegiatan budidaya yang dilakukan petani kopi meliputi pembibitan, penanaman,

hingga panen. Kebanyakan petani tidak melakukan pemupukan dan tidak

menggunakan pestisida. Hal ini disebabkan karena tingginya harga pupuk dan

obat-obatan pemberantas hama.

Varietas kopi Arabika yang ditanam oleh petani kopi di Desa Simpang

Banyak Julu adalah kopi Ateng. Disebut kopi Ateng karena kopinya pendek dan

cepat berbuah (Ateng adalah nama pelawak yang berbadan pendek). Varietas ini

(52)

hasil kopi dapat membayar utang (Sigarar Utang merupakan bahasa daerah

setempat yang artinya membayar utang).

Kopi Mandailing mulai berbunga pada umur 1,5 tahun dan dapat dipanen

mulai umur 2,5 tahun. Selang waktu mulai dari kopi berbunga sampai bisa

dipanen sekitar 7-8 bulan. Pada umumnya kopi Mandailing berbuah setiap bulan

namun volumenya sedikit. Panen kopi biasanya dilakukan pada bulan

September-Desember dan Maret-Mei dimana puncak panen terjadi sekitar pertengahan

bulan November dan pertengahan bulan April. Petani menjual kopi kepada

pedagang pengumpul dalam bentuk beras kopi atau biji kopi yang sudah dijemur.

Kegiatan pemasaran kopi Mandailing terjadi setiap hari karena di Desa

Simpang Banyak Julu tidak ada pekan raya. Petani menjual biji kopi yang sudah

dijemur (beras kopi) kepada Pedagang Pengumpul yang ada di desa, kemudian

Pedagang Pengumpul yang di desa menjual kopi kepada Pedagang Besar. Hampir

semua Pedagang Pengumpul di Desa Simpang Banyak Julu menjual kopi kepada

Pedagang Besar yang sama yang berdomisili di Siborong-borong, Kabupaten

Tapanuli Utara. Pedagang Besar ini datang ke desa setiap bulan untuk membeli

biji kopi dari Pedagang Pengumpul kemudian menjualnya ke pihak eksportir

yang ada di Medan.

4.3 Karakteristik Petani dan Usahatani

Karakteristik sampel dalam penelitian dapat dijelaskan secara rinci dalam

(53)
[image:53.842.73.799.141.475.2]

Tabel 4. Karakteristik Petani dan Usahatani Sampel Umur Petani (tahun) Tingkat Pendidikan Pengalaman petani (tahun) Produksi Kopi (kg/ha/thn) Frekuensi Panen (dalam 1 bulan)

Umur tanaman kopi (thn) Luas Lahan (ha)

Penguasaan Petani terhadap teknik budidaya

1 32 SD (6 tahun) 6 975 2 6 1 Bibit unggul, pemetikan

2 35 SD (6 tahun) 3 900 3 2 1 Bibit unggul, pemetikan

3 35 SMP (9 tahun) 2 675 3 2 2 Bibit unggul, pemetikan, pemupukan (kompos)

4 45 SD (6 tahun) 17 600 2 8 2 Bibit unggul lokal, pemetikan

5 43 S-1 (16 tahun) 23 1733 2 6 3 Bibit unggul, pemetikan, pemupukan (urea)

6 41 SD (6 tahun) 15 640 2 9 2 Bibit unggul, pemetikan

7 45 SMA (12 tahun) 17 853 4 6 3 Bibit unggul, pemetikan, pemberantasan hama

8 50 SD (6 tahun) 23 1760 4 3 1 Bibit unggul, pemetikan

9 40 SMP (9 tahun) 6 2000 4 6 1 B

Gambar

Tabel Judul
Gambar Judul
Gambar 1. Luas Tanam/Areal Kopi Mandailing Kabupaten Mandailing Natal tahun 2006- 2012
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Strategi Pengembangan Kopi Mandailing
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam makalah ini dilanjutkan dengan pengamatan sifat magnetik dan serapan gelombang mikro pada bahan NiFe 2 O 4 yang disubstitusi ion La 3+ dengan metode ko-presipitasi..

Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengambil nilai tegangan AC dan DC pada sensor, untuk sensor tegangan AC menggunakan metode sampling sebanyak 300 buah

Laju pertumbuhan rumput laut yang terdiri dari dua faktor yaitu bobot bibit dan jarak tanam yang masing-masing memiliki tiga perlakuan, sehingga untuk mengetahui pengaruh dari

Untuk memastikan bahwa data sudah masuk ke pusat dengan benar, maka bisa cek laporan modul data dasar pada SITT Online, seperti Data Fasyankes dan Data Tenaga Kesehatan..

Kurva penawaran adalah suatu kurva yang menunjukan hubungan antara harga suatu barang tertentu dengan jumlah barang yang ditawarkan sesuai dengan hokum penawaran, hubungan

Pertumbuhan organisasi dan peningkatan optimalisasi pelayanan terhadap peserta diklat pada umumnya akan berimplikasi pada bertambahnya kebutuhan sumber daya

Untuk mengidentifikasi apakah para pelaku usaha sudah memiliki preferensi akan merek, ternyata hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar pelaku usaha tidak memilki

Berdasarkan hasil pengamatan morfologi koloni terhadap bakteri asosiasi lamun yang berasal dari Pulau Bonebatang didapatkan 53 isolat terdiri dari 11 isolat