• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengendalian Kualitas Dalam Mengurangi Kegagalan Produk Handuk Di PT. WISKA Sumedang Dengan Menggunakan Metode SPC (Statistik Proses Cotrol)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengendalian Kualitas Dalam Mengurangi Kegagalan Produk Handuk Di PT. WISKA Sumedang Dengan Menggunakan Metode SPC (Statistik Proses Cotrol)"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Kajian Pustaka

Dengan banyaknya perusahaan yang berkembang di Indonesia dewasa ini,

maka bagi manajemen, maka kualitas produk menjadi lebih penting dari

sebeumnya, kualitas produk juga menjadi lebih penting bagi kelangsungan hidup

perusahaan, karena konsumen menjadi lebih keritis memilih memilih produk,

mereka akan membandingkan biaya yang mereka keluarkan dengan manfaat yang

mereka peroleh dari produk tersebut. Persaingan yang ketat ini menjadikan

menjadikan pengusaha semakin menyadari pentingnya kualitas produk agar dapat

bersaing dan mendapat pangsa pasar yang lebih besar.

Maka dari itu untuk dapat mempertahankan dan memperluas pangsa pasar,

perusahaan harus bias menjaga kualitas produk yang dihasilkan. Untuk itu

perusahaan memerlukan suatu cara untuk mewujudkan itu semua, yaitu dengan

menerapkan sistem pengendalian kualitas.

Pengendalian kualitas merupakan suatu teknik yang perlu dilakukan dalam

proses produksi untuk menghasilkan produk barang yang sesuai dengan standar

yang diinginkan serta memperbaiki kualitas produk yang belum sesuai dengan

standar yang telah ditetapkan dan sedapat mungkin mempertahankan kualitas

(2)

2.1.1. Pengertian Pengendalian

Pengendalian merupakan kegiatan atau aktifitas yang sudah atau sedang

dilakukan yang bertujuan agar kegiatan tersebut dapat berjalan sesuai dengan

harapan. Pengendalian dapat diartikan sebagai berikut :

Pengendalian merupakan proses pengukuran kinerja, membandingkan

antara hasil sesungguhnya dengan rencana serta mengambil tindakan pembetulan

yang diperlukan. (Schermerhorn, 2003 : 13).

Sedangkan menurut Vincent Gasperz (2005:480), pengendalian adalah:

“Control can mean an evaluation to indicate needed corrective responses,

the act guilding, or the state of process in which the variability is attribute

to a constant system of chance couses.”

Jadi pengendalian dapat di artikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk

memantau aktivitas dan memastikan kinerja sebenarnya yang dilakukan telah

sesuai dengan yang direncanakan.

2.1.2. Pengertian Kualitas

Kualitas merupakan keadaan produk yang berhubungan dengan barang

maupun jasa berupa kinerja, keandalan, keistimewaan, keawetan, dan keindahan

yang memenuhi bahkan melebihi harapan seseorang. Secara umum kualitas

merupakan salah satu cara bagi perusahaan untuk menguasai pasar. Sedangkan

bagi masyarakat kualitas adalah alat ukur sekaligus cara seseorang dalam

(3)

Pengertian kualitas yang diadopsi oleh American Society for Quality

Control : bahwa kualitas adalah keseluruha fitur dan karakteristik produk atau jasa

yang mampu memuaskan kebutuhan yang tampak ataupun samar (Render dan

Heizer, 2009 : 301).

Goetsch dan Davis dalam Fandy Tjiptono & Anastasia Diana (2001:4)

Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,

jasa, manusia, proses dan linkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Lupiyoadi (2001:158) menyatakan bahwa “ Pelanggan akan merasa puas

bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas “.

Kata kualitas mengandung banyak sekali definisi makna, setiap orang

berbeda-beda dalam mengartikannya. Akan tetapi dapatlah diambil kesimpulan

bahwa ada beberapa contoh definisi yang kerap dijumpai mengenai kualitas :

1. Kecocokkan dengan persyaratan atau ketentuan.

2. Kecocokkan untuk pemakaian.

3. Perbaikan atau penyempurnaan berkelanjutan.

4. Bebas dari kerusakan atau cacat.

5. Pemenuhan kebutuhan pelangggan sejak awal dan setiap saat.

6. Melakukan segala sesuatu secara benar sejak awal.

(4)

Sedangkan Render dan Herizer (2009:301) berpendapat bahwa kualitas

terutama mempengaruhi perusahaan dalam empat hal, yaitu:

a. Biaya dan pangsa pasar: kualitas yang ditingkatkan dapat mengarah

kepada peningkatan pangsa pasar dan penghematan biaya, keduanya juga

dapat mempengaruhi profitabilitas.

Hasil yang diperoleh dari pasar Perbaikan reputasi

Peningkatan volume Peningkatan harga

Gambar 2.1. Kualitas Memperbaiki Kemampuan Meraih Laba

Sumber: Render dan Heizer (2009:301)

b. Reputasi perusahaan: reputasi perusahaan mengikuti reputasi kualitas yang

dihasilkan. Kualitas akan muncul bersamaan dengan persepsi mengenai

produk baru perusahaan, praktek-praktek penanganan pegawai, dan

hubungannya dengan pemasok.

Biaya yang dapat ditekan Peningkatan produktivitas Penurunan biaya pengerjaan ulang dan sisa material

Penurunan biaya garansi

(5)

d. Pertanggungjawaban produk: organisasi memiliki tanggung jawab yang

besar atas segala akibat pemakaian barang maupun jasa.

e. Implikasi internasional: dalam era teknologi, kualitas merupakan perhatian

operasional dan internasional. Agar perusahaan dan negara dapat bersaing

secara efektif dalam perekonomian global, produknya harus memenuhi

kualitas dan harga yang diinginkan.

2.1.2.1.Dimensi Kualitas

Menurut David Garvin yang diterjemahkan oleh Husein Umar (2001:147)

ada delapan dimensi produk yang dapat digunakan untuk menganalisis

karakteristik kualitas barang, yang tentunya banyak ditetapkan oleh perusahaan

yaitu sebagai berikut :

1. Kinerja ( performance )

Dimensi ini merupakan yang paling dasar dan berhubungan dengan fungsi

utama dari suatu produk. Artinya seberapa baik suatu produk melakukan

apa yang seharusnya dilakukan. Konsumen akan sangat kecewa apabila

harapan mereka akan dimensi ini tidak terpenuhi. Bagi setiap produk, yang

namanya kinerja (performance) bisa berlainan, tergantung dari nilai

fungsinya (fungtional value) yang dijanjikan oleh perusahaan. Dimana

kinerja (performance) merupakan karakteristik utama yang

(6)

2. Dimensi Keistimewaan Tambahan ( feature )

Dimensi ini dapat dikatakan sebagai aspek sekunder karena dimensi ini

menerangkan pernik-pernik yang melengkapi dan meningkatkan fungsi

dasar produk, karena perkembangan dimensi ini hampir tidak ada

batasnya. Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini, maka dimensi

ini menjadi target para produsen untuk berinovasi dalam upaya

memuaskan pelanggan yang akhirnya pelanggan menjadi loyal dengan

cara menambah pilihan-pilihan dan pengembangan produk.

3. Kehandalan ( reliability )

Dimensi ini lebih menunjukan probabilitas adalah kemungkinan produk

gagal menjalankan fungsinya. Hal ini berarti bahwa kualitas berkaitan

dengan kemampuan produk untuk bertahan selama penggunaan dalam

kondisi tertentu.

4. Keawetan ( durability )

Dimensi ini menunjukan suatu pengukuran terhadap suatu siklus produk,

baik secara teknis maupun waktu. Produk ini disebut awet apabila sudah

banyak digunakan atau sudah lama digunakan konsumen, awet yang

berhubungan dengan aspek yang lebih mudah dimengerti, karena itu

sebagian besar produk-produk yang menjanjikan keawetan lebih

menonjolkan masalah awet adalah dalam hal waktu. Misalnya daya tahan

(7)

5. Kesesuaian ( conformance )

Dimensi ini menunjukan seberapa jauh suatu produk dapat menyamai

standar atau spesifikasi tertentu. Produk yang mempunyai kesesuaian

tinggi berarti produknya sesuai standar yang telah ditentukan. Dimana

spesifikasi disesuaikan dengan keinginan pelanggan.

6. Dimensi Keindahan ( aesthetic )

Dimensi ini menunjukan bagaimana suatu produk dapat dilihat dan

dirasakan secara langsung. Hal ini dikarenakan sebagian orang membeli

suatu produk bukan karena kinerja atau keistimewaan lainnya tetapi

berdasarkan kualitas produk tersebut.

7. Dimensi Kemudahan Perbaikan ( serviceability )

Dimensi ini meliputi kecepatan, kenyamanan, mudah kualitas yang

dipersepsikan direparasi, serta penanganan keluhan yang memuaskan.

8. Dimensi Kualitas yang Dipersepsikan ( perceived quality )

Dimensi ini menunjukan citra dan reputasi produk serta tanggung jawab

perusahaan terhadap produk tersebut.

2.1.2.2.Faktor – Faktor yang mempengaruhi Kualitas

Menurut Fandy Tjiptono & Anastasia Diana (2000 : 1), kualitas produksi

(8)

1. Market (pasar)

Keinginan dan kebutuhan konsumen secara hati-hati didefinisikan oleh

bisnis masa kini sebagai suatu dasar untuk mengembangkan produk-produk baru.

Pada masa sekarang konsumen meminta dan memperoleh produksi yang lebih

baik untuk memenuhi kebutuhan mereka, dengan demikian pasar menjadi luas

lingkupnya dan secara fungsional lebih terspesialisasi di dalam barang dan jasa

yang ditawarkan. Akibatnya bisnis yang ada harus lebih fleksibel dan mampu

berubah dengan cepat.

2. Money (uang)

Peningkatan persaingan di berbagai bidang bisnis bersamaan dengan

terjadinya fluktuasi ekonomi dunia sehingga menyebabkan penurunan laba. Pada

waktu bersamaan harus melakukan modernisasi mesin produksi sehingga

mmebuat pengeluaran biasa semakin besar.

3. Management (manajemen)

Penanggungjawab mutu hendaknya mendistribusikan secara khusus

kepada kelompok-kelompok tertentu dalam perusahaan. Kelompok-kelompok

tersebut antara lain meliputi : bagian pemasaran, teknisis produk, mandor, bagian

rekayasa, bagian kendali mutu dan mutu pelayanan produk sampai ke tangan

konsumen.

4. Man (manusia)

Manusia merupakan faktor penting dalam proses produksi, karena sehebat

apapun teknologi yang digunakan tetapi akan sangat tergantung pada faktor

(9)

manusia sehingga mereka dapat berperan seefesien dan seefektif mungkin dalam

perusahaan.

5. Motivation (motivasi)

Suatu kekuatan yang berasal dari dalam untuk melakukan suatu tindakan

motivasi untuk bersama-sama melakukan pentingnya kualitas produk yang

dihasilkan mutlak diperlukan dalam pengendalian kualitas.

6. Material (bahan)

Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi harus mempunyai

kualitas yang baik, karena kualitas yang sempurna tidk akan dapat terjadi jika

bahan yang digunakan tidak baik.

7. Machines and Mechonization (mesin dan mekanisme)

Dengan adanya mesin dan mekanisme yang baik maka proses produksi

akan dapat berjalan dengan baik. Keinginan perusahaan untuk menurunkan biaya

volume produksi adar dapat memuaskan pelanggan dalam pasar telah mendorong

penggunaan perlengkapan pabrik yang telah mantap.

8. Modern Information Method (metode informasi mesin)

Metode pemrosesan data yang baru dan secara konstan menjadi lebih baik,

dapat meningkatkan kemampuan manajemen informasi untuk dapat menjadi lebih

bermanfaat, lebih akurat, tepat waktu dan bersifat ramalan yang mendasari

(10)

9. Mounting Product Requrements (persyaratan proses produk)

Kemajuan yang pesat didalam perekayasaan rancangan produk

memerlukan kendali yang jauh lebih ketat pada seluruh proses produk.

Meningkatkan persayaratan-persyaratan prestasi yang lebih tinggi pada produk

telah menekankan pentingnya keamanan dan keterandalan dalam proses produksi,

sehingga proses produknya yang selalu disempurnakan kearah yang lebih baik

menuju pada efektif dan efesien.

2.1.3. Pengertian Pengendalian Kualitas

Menurut Irvan Julia Hanum Rukmini (2006:2) Pengendalian kualitas

adalah suatu sistem yang dkembangkan untuk menjaga standar yang uniform dari

kualitas hasil produksi, pada tingkat biaya yang minimum dan merupakan bantuan

untuk mencapai efesiensi perusahaan.

Menurut Vincent Gasperz (2005:480), pengendalian kualitas adalah: “Quality control is the operational techniques and activities used to fulfill

requirements for quality”.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

pengendalian kualitas adalah suatu teknik dan aktivitas/ tindakan yang terencana

yang dilakukan untuk mencapai, mempertahankan dan meingkatkan kualitas suatu

produk dan jasa agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat

(11)

2.2. Tujuan Pengendalian Kualitas

Menurut Yamit (2002 : 339) menyatakan bahwa tujuan pengendalian

kualitas adalah adalah :

 Untuk menekan atau mengurangi volume kesalahan dan perbaikan.

 Untuk menjaga atau menaikkan kualitas sesuai standar.

 Untuk mengurangi keluhan atau penolakan konsumen.

 Memungkinkan pengkelasan output (ouput grading).

 Untuk menaikkan atau menjaga company image.

Jadi tujuan utama pengendalian kualitas adalah untuk mendapatkan

jaminan bahwa kualiitas produk atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan standar

kualitas yang telah ditetapkan dengan mengeluarkan biaya yang ekonomis atau

serendah mungkin.

Pengendalian kualitas tidak dapat dilepaskan dari pengendalian produksi

karena pengendalian kualitas merupakan pengendalian bagian dari pengendalian

produksi. Pengendalian produksi baik secara kualitas atau kuantitas merupakan

kegiatan yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Hal ini disebabkan karena

pada semua kegiatan produksi yang dilakasanakan akan dikendaliakan, supaya

barang dan jasa yang dihasilkan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan,

dimana penyimpangan-penyimpangan yang terjadi diusahakan seminimalis

mungkin.

Pengendalian kualitas juga menjamin barang atau jasa yang dihasilkan

(12)

produksi.Dengandemikian antara pengendalian produksi dengan pengendalian

kualitas erat kaitanya dengan pembuatan barang/produk.

2.3. Faktor – factor yang Mempengaruhi Pengendalian Kualitas

Menurut Douglas C. Montgomery (2001:26) faktor-faktor yang

mempengaruhi pengendalian kualitas perusahaan adalah:

a. Kemampuan proses

Batas-batasan yang ingin dicapai haruslah disesuaikan dengan

kemampuanproses yang ada. Tidak ada gunanya mengendalikan suatu

proses dalam batas –batas yang melebihi kemampuan dan kesanggupan proses yang ada.

b. Spesifikasi yang berlaku

Spesifikasi hasil produksi yang ingin dicapai harus dapat berlaku, bila

ditinjau dari segi kemampuan proses dan keinginan atau kebutuhan

konsumen yang ingin dicapai dari hasil produksi tersebut. Dalam hal ini

haruslah dapat dipastikan dahulu apakah spesifikasi tersebut dapat berlaku

dari kedua segi yang disebutkan di atas sebelum pengendalian kualitas

pada proses dapat dimulai.

c. Tingkat ketidak sesuaian yang dapat diterima

Tujuan diadakannya pengendalian suatu proses adalah agar dapat

mengurangi produk yang berada di bawah standar seminimal mungkin.

Tingkat pengendalian yang dilakukan tergantung pada banyaknya produk

(13)

d. Biaya kualitas

Biaya kualitas sangat mempengaruhi tingkat pengendalian kualitas dalam

menghasilkan produk, apabila ingin menghasilkan produk yang berkualitas

tinggi guna memuaskan kebutuhan kosumen ,maka dibutuhkan biaya

kualitas yang relative besar.

1. Biaya pencegahan

Merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah terjadinya kerusakan

produk yang dihasilkan. Seperti biaya perancangan,pelaksanaan dan

pemeliharaan system kualitas.

Contoh: biaya training karyawan

2. Biaya deteksi atau penilaian

Biaya deteksi adalah biaya yang timbul apakah produk dan jasa yang

dihasilkan telah sesuai dengan persyaratan-persyaratan kualitas.

Tujuan utama dari fungsi deteksi adalah untuk menghindari terjadinya

kesalahan dan kerusakan sepanjang proses produksi.

Contoh : mencegah pengiriman barang barang yang tidak sesuai

dengan persyaratan kepada konsumen.

3. Biaya kegagalan internal

Merupakan biaya yang terjadi karena ketidak sesuaian dengan

persyaratan dan terdeteksi sebelum barang dan jasa tersebut dikirim ke

konsumen. Pengukuran biaya kegagalan internal dilakukan dengan

menghitung kerusakan produksebelummeninggalkan pabrik.

(14)

4. Biaya kegagalan eksternal

Biaya yang terjadi karena produk atau jasa tidaksesuai dengan

persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah produk tersebut dikirim

kepada para pelanggan atau konsumen.

Biaya ini merupakan biaya yang paling membahayakan,karena dapat

menyebabkan reputasi yang buruk, kehilangan pelanggan dan

menurunnya pangsa pasar. Contoh: Biaya kembali penarikan produk

dan biaya garansi.

2.4. Langkah –langkah Pengendalian Kualitas

Pengendalian kualitas harus dilakukan melalui proses yang terus menerus

dan berkesinambungan. Proses pengendalian kualitas tersebut dapat dilakukan

melalui proses PDCA (plan,do, check, action) yang diperkenalkan oleh

Dr.W.Edwards Deming, seorang pakar kualitas ternama yang berkebangsaaan

Amerika Serikat, sehangga siklus ini disebut siklusdeming (Deming Cycle).

Gambar 2.2 Deming Cycle

Sumber :Dr. W. Edwards Deminng

PLAN

DO

CHECK

(15)

1. Mengembangkan rencana (Plan)

Merencanakan spesifikasi, menetapkan spesifikasi atau standar kualitas

yang baik, memberi pengertian kepada bawahan akan pentingnya kualitas

produk, pengendalian kualitas dilakukan secara terus-menerus dan

berkesinambungan.

2. Melaksanakan rencana (Do)

Rencana yang telah disusun diimplementasikan secara bertahap, mulai dari

skala kecil dan pembagian tugas secara merata sesuai dengan kapasitas

dan kemampuan dari setiap personil. Selama dalam melaksanakan rencana

harus dilakukan pengendalian, yaitu mengupayakan agar seluruh rencana

dilaksanakan dengan sebaik mungkin agar sasaran dapat tercapai.

3. Memeriksa atau meneliti hasil yang dicapai (Check)

Memeriksa atau meneliti merujuk pada penetapan apakah pelaksanaannya

berada dalam jalur, sesuai dengan rencana dan memantau kemajuan

perbaikan yang direncanakan. Membandingkan kualitas hasil produksi

dengan standar yang telah ditetapkan, berdasarkan penelitian diperoleh

data kegagalan dan kemudian ditelaah penyebab kegagalannya.

4. Melakukan tindakan penyesuaian bila diperlukan (Action)

Penyesuaian dilakukan bila dianggap perlu, yang didasarkan hasil analisis

di atas. Penyesuaian berkaitan dengan standarisasi prosedur baru guna

menghindari timbulnya kembali masalah yang sama atau menetapkan

(16)

Untuk melaksanakan pengendalian kualitas, terlebih dahulu perlu

dipahami beberapa langkah dalam melaksanakan pengendalian kualitas. Menurut

Roger G. Schroeder (2007:173) untuk mengimplementasikan perencanaan,

pengendalian dan pengembangan kualitas diperlukan langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Mendefinisikan karakteristik (atribut) kualitas.

2. Menentukan bagaimana cara mengukur setiap karakteistik.

3. Menetapkan standar kualitas.

4. Menetapkan program inspeksi.

5. Mencari dan memperbaiki penyebab kualitas yang rendah.

6. Terus-menerus melakukan perbaikan.

Maka pengendalian kualitas diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian

kualitas merupakan alat yang penting bagi manajemen produksi untuk menjaga,

memelihara, memperbaiki dan mempertahankan kualitas produk agar sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan.

2.5. Tahapan –tahapan Pengendalian Kualitas

Kegiatan pengendalian kualitas sangat luas, karena semua pengaruh

terhadap kualitas harus diperhatikan. Tahapan pengendalian kualitas menurut

Sofjan Assauri (2003:210) terdiri dari:

1. Pengawasan selama pengolahan (proses)

Banyak cara cara pengawasan mutu yang berkenaan dengan proses yang

(17)

dilanjutkan dengan cara pengecekan statistisk untuk dilihat apakah proses

dimulai dengan baik atau tidak. Apabila mulainya salah maka keterangan

kesalahan ini dapat diteruskan kepada pelaksanaan semula untuk penyesuaian

kembali.Perlu diingat bahwa pengawasan dari proses harus berurutan dan

teratur.

Pengawasan yang dilakukan hanya terhadap sebagian dari proses,mungkin

tidak ada artianya bila tidak diikuti dengan pengawasan pada bagian lain.

Pengawasan terhadap proses ini termasuk pengawasan atas bahan-bahan yang

akan digunakan untuk diproses.

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah dseslesaikan.

Meskipun telah diadakannya pengawasan kualitas dalam tingkat –tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak

atau kurang baik ataupun tercampur dengan hasil yang baik. Untuk menjaga

supaya hasil barang yang cukup baik atau yang paling sedikit rusakanya, tidak

keluar atau lolos dari pabrik sampai ke konsumen/pembeli maka

diperlukannya pengawasan atas barang hasilakhir/produk selesai

2.6. Alat Bantu Dalam Pengendalian Kualitas

Dalam melakukan pengendalian kualiatas terdapat beberapa teknik atau

alat pengendalian kualitas yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi

menganalisis maslah-maslah kualitas yang sedang dihadapi agar masalah tersebut

(18)

Pengendalian kualitas secara statistik dengan menggunakan SPC

(Statistical Process Control), mempunyai alat statistik utama yang dapat

digunakan sebagai alat bantu untuk mengendalikan kualitas. Dimana proses

produksi dikendalikan kualitasnya mulai dari awal produksi, pada saat proses

produksi berlangsung sampai dengan produk jadi.

Dr. W. Edwards Deming adalah salah seorang yang memperkenalkan

teknik penyelesaian masalah dan pengendalian dengan metode statistik tersebut

(yang dikembangkan pertama kali oleh Shewhart) agar perusahaan dapat

membedakan penyebab sistematis dan penyebab khusus dalam menangani

kualitas. Ia berkeyakinan bahwa perbedaan atau variasi merupakan suatu fakta

yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan industri (M. N. Nasution 2005: 31).

Dr. W.Edwards Deming mengajukan cara pemecahan masalah statistical

process control (SPC),dan statistical quality control (SQC), yang dilandasi oleh

(7) tujuh alat statistic utama,yaitu check sheet, histogram, control chart, diagram

pareto, diagram sebab akibat, scatter diagram, dan startifikasi. Alat alat ini

berguna dalam pengumpulan informasi yang objektif untuk dijadikan dasar

(19)

Gambar 2.3 7 (tujuh) alat statistik

(20)

2.6.1. Check sheet

Lembar periksa atau Check sheet adalah suatu formulir yang dirancang

untk mencatat data. Dalam banyak kasus, pencatatan dilakukan sehingga pada

saat data diambil, polanya dapat dilihat dengan mudah.

Check Sheet atau lembar pemeriksaan merupakan alat pengumpul dan

penganalisis data yang disajikan dalam bentuk tabel yang berisi data jumlah

barang yang diproduksi dan jenis ketidak sesuaian beserta dengan jumlah yang

dihasilkannya.

order

Cacat 1 2 3 4 5 6 7 8

A /// / / / / /// /

B // / / / // ///

C / // // /////

Gambar 2.4 Check Sheet

Sumber : Jay Heizer and Barry Render, 2011

Tujuan digunakannya check sheet ini adalah untuk mempermudah proses

pengumpulan data dan analisis, serta untuk mengetahui area permasalahan

berdasarkan frekuensi dari jenis atau penyebab dan mengambil keputusan untuk

melakukan perbaikan atau tidak. Pelaksanaannya dilakukan dengan cara mencatat

frekuensi munculnya karakteristik suatu produk yang berkenaan dengan

kualitasnya. Data tersebut digunakan sebagai dasar untuk mengadakan analisis

(21)

Adapun manfaat dipergunakannya check sheet yaitu sebagai alat untuk:

1. Mempermudah pengumpulan data terutama untuk mengetahui bagaimana

suatu masalah terjadi.

2. Mengumpulkan data tentang jenis masalah yang sedang terjadi.

3. Menyusun data secara otomatis sehingga lebih mudah untuk dikumpulkan.

4. Memisahkan antara opini dan fakta.

2.6.2. Histogram

Histogram adalah suatu alat yang membantu untuk menentukan variasi

dalam proses. Berbentuk diagram batang yang menunjukkan tabulasi dari data

yang diatur berdasarkan ukurannya. Tabulasi data ini umumnya dikenal sebagai

distribusi frekuensi. Histogram menunjukkan karakteristik-karakteristik dari data

yang dibagi-bagi menjadi kelas-kelas. Histogram dapat berbentuk “normal” atau berbentuk seperti lonceng yang menunjukkan bahwa banyak data yang terdapat

pada nilai rata-ratanya. Bentuk histogram yang miring atau tidak simetris

menunjukkan bahwa banyak data yang tidak berada pada nilai rata-ratanya tetapi

kebanyakan datanya berada pada batas atas atau bawah.

Manfaat histogram adalah:

 Memberikan gambaran populasi.

 Memperlihatkan variabel dalam susunan data.

 Mengembangkan pengelompokkan yang logis.

(22)

2.6.3. Peta kendali

Peta kendali dapat dibagi menjadi dua jenis, peta kontrol atribut dan peta

kontrol variabel. Karakteristik kualitas yang dapat diukur dan dinyatakan secara

kuantitatif dinamakan variabel, sedangkan kualitas yang dinilai sebagai sesuai

atau tidak sesuai (cacat) dinamakan atribut. Peta kontrol memberikan informasi

tentang kemampuan proses, nilai parameter proses yang penting, dan stabilitas

terhadap waktu sehingga memberikan taksiran kemampuan proses. Informasi ini

sangat berguna bagi perancangan produk dan proses.

Peta kendali adalah suatu alat yang secara grafis digunakan untuk

memonitor dan mengevaluasi apakah suatu aktivitas/ proses berada dalam

pengendalian kualitas secara statistika atau tidak sehingga dapat memecahkan

masalah dan menghasilkan perbaikan kualitas. Peta kendali menunjukkan adanya

perubahan data dari waktu ke waktu, tetapi tidak menunjukkan penyebab

penyimpangan meskipun penyimpangan itu akan terlihat pada peta kendali.

Manfaat dari peta kendali adalah untuk:

1. Memberikan informasi apakah suatu proses produksi masih berada di

dalam batas-batas kendali kualitas atau tidak terkendali.

2. Memantau proses produksi secara terus- menerus agar tetap stabil.

3. Menentukan kemampuan proses (capability process).

4. Mengevaluasi performance pelaksanaan dan kebijaksanaan pelaksanaan

proses produksi.

5. Membantu menentukan kriteria batas penerimaan kualitas produk sebelum

(23)

Peta kendali digunakan untuk membantu mendeteksi adanya

penyimpangan dengan cara menetapkan batas-batas kendali:

1) Upper control limit / batas kendali atas (UCL)

Merupakan garis batas atas untuk suatu penyimpangan yang masih

diijinkan.

2) Central line / garis pusat atau tengah (CL)

Merupakan garis yang melambangkan tidak adanya penyimpangan dari

karakteristik sampel.

3) Lower control limit / batas kendali bawah (LCL)

Merupakan garis batas bawah untuk suatu penyimpangan dari karakteristik

sampel.

Gambar 2.5 Peta Kendali

(24)

2.6.3.1.Terdapat 2 kondisi yang dapat terjadi pada saat berada dalam proses yaitu:

a. Proses Terkendali

Suatu proses dapat dikatakan terkendali (process control) apabila pola pola

alami dari nilai-nilai variasi yang diplot pada peta kendali memiliki pola:

1. Terdapat 2 atau 3 titik yang dekat dengan garis pusat.

2. Sedikit titik-titik yang dekat dengan batas kendali.

3. Titik-titik terletak bolak-balik di antara garis pusat.

4. Jumlah titik-titik pada kedua sisi dari garis pusat seimbang.

5. Tidak ada yang melewati batas-batas kendali. b. Proses Tidak Terkendali

Beberapa titik pada peta kendali yang membentuk grafik, memiliki

berbagai macam bentuk yang dapat memberitahukan kapan proses dalam

keadaan tidak terkendali dan perlu dilakukan perbaikan. Perlu diperhatikan,

bahwa adanya kemungkinan titik-titik tersebut dapat menjadi penyebab

terjadinya penyimpangan pada proses berikutnya.

1. Deret. Apabila terdapat 7 titik berturut-turut pada peta kendali yang selalu

berada di atas atau di bawah garis tengah secara berurutan.

2. Kecenderungan. Bila dari 7 titik berturut-turut cenderung menuju ke atas

atau ke bawah garis tengah atau membentuk sekumpulan titik yang

membentuk garis yang naik atau turun.

3. Perulangan. Dari sekumpulan titik terdapat titik yang menunjukkan pola

(25)

4. Terjepit dalam batas kendali. Apabila dari sekelompok titik terdapat

beberapa titik pada peta kendali cenderung selalu jatuh dekat garis tengah

atau batas kendali atas maupun bawah (CL/Central Line, UCL/Upper

Control Limit, LCL/Lower Control Limit).

5. Pelompatan. Apabila beberapa titik yang jatuh dekat batas kendali tertentu

secara tiba-tiba titik selanjutnya jatuh di dekat batas kendali yang lain.

Gambar 2.6 Bentuk-bentuk penyimpangan

Sumber : Jay Heizer dan Barry render, 2011

Salah satu pola teknik untuk mengetahui pola yang tidak umum adalah

dengan membagi peta kendali ke dalam enam bagian yang sama dengan garis

khayalan. Tiga bagian di antara garis tengah dan batas kendali atas sedangkan tiga

(26)

2.6.3.2. Peta Kendali Atribut

Peta kendali atribut digunakan untuk mengendalikan kualitas produk

selama proses produksi yang tidak dapat diukur tetapi dapat dihitung sehingga

kualitas produk dapat dibedakan dalam karakteristik baik atau buruk, berhasil atau

gagal. Adapun pembagian peta kendali atribut diantaranya :

Peta kendali atribut dibagi menjadi 4 :

1) Peta kendali kerusakan (p chart)

Digunakan untuk menganalisis banyaknya barang yang ditolak yang

ditemukan dalam pemeriksaan atau sederetan pemeriksaan terhadap total

barang yang diperiksa.

2) Peta kendali kerusakan per unit (np chart)

Digunakan untuk menganalisis banyaknya butir yang ditolak per unit.

3) Peta kendali ketidaksesuaian (c chart)

Digunakan untuk menganalisis dengan cara menghitung jumlah produk

yang mengalami ketidaksesuaian dengan cara spesifikasi.

4) Peta kendali ketidaksesuaian per unit (u chart)

Digunakan untuk menganalisa dengan cara menghitung jumlah produk

yang mengalami ketidaksesuaian per unit.

Peta kendali untuk jenis atribut ini memilik perbedaan dalam

penggunaannya. Perbedaan tersebut adalah peta kendali p dan np digunakan untuk

menganalisis produk yang mengalami kerusakan dan tidak dapat diperbaiki lagi,

sedangkan peta kendali c dan u digunakan untuk menganalisis produk yang

(27)

2.6.4. Diagram Pareto

Diagram pareto pertama kali diperkenalkan oleh Alfredo Pareto dan

digunakan pertama kali oleh Joseph Juran. Diagram pareto adalah grafik balok

dan grafik baris yang menggambarkan perbandingan masing-masing jenis data

terhadap keseluruhan. Dengan memakai diagram Pareto, dapat terlihat masalah

mana yang dominan sehingga dapat mengetahui prioritas penyelesaian masalah.

Fungsi diagram pareto adalah untuk mengidentifikasi atau menyeleksi masalah

utama untuk peningkatan kualitas dari yang paling besar ke yang paling kecil.

Kegunaan diagram pareto adalah :

1. Menunjukkan masalah utama.

2. Menyatakan perbandingan masing-masing persoalan terhadap

keseluruhan.

3. Menunjukkan tingkat perbaikan setelah tindakan perbaikan pada daerah

yang terbatas.

4. Menunjukkan perbandingan masing-masing persoalan sebelum dan setelah

perbaikan.

Gambar 2.7. Diagram pareto

Sumber : Jay Heizer and Barry Render, 2011

Pareto 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

Roundness Weight Size Shape Number

(28)

2.6.5. Diagram Sebab Akibat

Perangkat lain untuk mengidentifikasim maslah kualitas dan titik inpeksi

adalah diagram sebab-akibat (cause and effect diagram) yang juga dikenal dengan

diagram tulang ikan (fish-bone chart) dikarenakan bentuknya seperti tulang ikan

yang mengidentifikasi unsur proses (penyebab) yang mempengaruhi unsur hasil.

Manajer operasi memulai dengan 4 kategori: material/bahan baku, mesin

atau peralatan, manusia, dan metode. Inilah yang disebut “4M” yang merupakan

”penyebab”. Keempat kategori ini memberikan suatu daftar periksa yang baik

untuk melakukan analisis awal. Setiap penyebab dikaitkan dengan setiap kategori

yang disatukan dalam tulang yang terpisah sepanjang cabang tersebut.

Adapun kegunaan dari diagram sebab akibat adalah:

1. Membantu mengidentifikasi akar penyebab masalah.

2. Menganalisa kondisi yang sebenarnya yang bertujuan untuk memperbaiki

peningkatan kualitas.

3. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah.

4. Membantu dalam pencarian fakta lebih lanjut.

5. Mengurangi kondisi-kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian produk

dengan keluhan konsumen.

6. Menentukan standarisasi dari operasi yang sedang berjalan atau yang akan

dilaksanakan.

7. Sarana pengambilan keputusan dalam menentukan pelatihan tenaga kerja.

(29)

Manfaat dan kekurangan diagram sebab akibat • Manfaat:

– Mengorganisasikan dan menghubungkan faktor-faktor – Sebagai sarana untuk urun pendapat (brainstorming) – Melibatkan setiap orang yang terkait

• Kekurangan:

– Bisa sangat kompleks

– Memerlukan dedikasi dan kesabaran – Bisa jadi sulit dalam memfasilitasinya

Gambar 2.8. Diagram Sebab-Akibat

(30)

2.6.6. Diagram scatter/ pencar

Scatter diagram atau disebut juga dengan peta korelasi adalah grafik yang

menampilkan hubungan antara dua variabel apakah hubungan antara dua variable

tersebut kuat atau tidak yaitu antara faktor proses yang mempengaruhi proses

dengan kualitas produk. Pada dasarnya diagram sebar merupakan suatu alat

interpretasi data yang digunakan untuk menguji bagaimana kuatnya hubungan

antara dua variabel dan menentukan jenis hubungan dari dua variabel tersebut,

apakah positif, negatif, atau tidak ada hubungan. Dua variabel yang ditunjukkan

dalam diagram sebar dapat berupa karakteristik kuat dan faktor yang

mempengaruhinya.

Proses pembuatan diagram scatter/pencar

• Hipotesiskan hubungan yang akan dipelajari • Tentukan ukuran sampel yang tepat

• Penyebab diperagakan sebagai X dan hasil sebagai Y • Tentukan nilai Max dan Min tiap sumbu

[image:30.595.112.480.418.700.2]

• Plot data pada bagan

Gambar 2.9. Diagram Pencar/Scatter

(31)

2.6.7. Diagram Alir (Flow chart)

Diagram alir menyajikan sebuah proses atau sistem dengan menggunkan

kotak dengan keterangan dan garis-garis yang sering berhubungan. Diagram alir

cukup sederhana, tetapi merupakan perangkat yang sangat baik untuk mencoba

[image:31.595.180.393.318.431.2]

memahami sebuah proses atau menjelaskan sebuah proses.

Gambar 2.10 Diagram Alir (Flow chart)

Sumber : Jay Heizer and Barry Render, 2011

2.7. Kegagalan Produk

Menurut Firdaus Ahmad ( 2009 : 69 ) produk cacat adalah barang – barang yang tidak memenuhi standar produksi karena kesalahan dalam bahan, tenaga

kerja atau mesin dan harus diproses lebih lanjut agar memenuhi standar mutu

(32)

Menurut Firdaus Ahmad ( 2009 : 66 ) istilah produk rusak tidak sama

dengan produk cacat. Produk rusak itu sendiri diartikan sebagai barang –barang yang tidak memenuhi standar produksi dan tidak memerlukan proses lebih lanjut

untuk memperbaiki barang – barang tersebut.

Terdapat 3 jenis kegagalan produk yang terjadi pada kegiaatan produksi,

ketiga jenis kegagalan tersebut adalah :

a. Dijual langsung

Dijual langsung adalah jenis produk gagal atau produk cacat yang tidak

lulus tahap inspeksi, namun produk tersebut masih layak untuk dijual

kepada konsumen yang siap menampung produk cacat seperti ini.

b. Dikerjakan kembali

Kegagalan ini merupakan jenis produk cacat yang dapat dimasukan

kedalam proses produksi lagi untuk diproses lebih lanjut, untuk

menghasilkan produk lain atau sama dalam kondisi yang tidak cacat lagi.

c. Dibuang langsung

Kegagalan ini merupakan jenis produk cacat yang paling parah, artinya

jenis produk cacat ini, merupakan hasil dari proses produksi yang sudah

tidak ada artinya lagi. Dalam artian, produk cacat tersebut sudah tidak

mungkin untuk dikerjakan kembali dan sudah tidak mungkin pula untuk

dijual. Karena tingkat kegagalan untuk jenis produk ini, merupakan

(33)

Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan produk :

1. Pada material, terjadinya keterlambatan bahan baku dan terjadi kerusakan

bahan baku.

2. Pada karyawan, terjadinya kurangnya pengawasan pada bagian gudang

sehinggaterjadinya kekurangan pada bahan baku.

3. Pada mesin, terjadinya peralatan-peralatan yang tidak dapat beroperasi.

Timbulnya produk rusak atau produk cacat akan menambah biaya proses

produksi, sehingga akan mengurangi efesiensi perusahaan. Namun kerugian yang

lebih utama yang dihadapi perusahaan adalah jika produk gagal tersebut tidak

terdeteksi dan sampai kepada tangan konsumen. Hal ini dapat mengakiatkan

hilangnya kepercayaan dari konsumen yang memungkinkan mereka beralih pada

perusahaan lain.

Untuk memperkecil kegagalan produk, maka perusahaan harus

memperbaiki proses produksi, melatih para karyawan dan hal yang paling penting

adalah dengan pengendalian kualitas di setiap aktivitas produksi.

2.8. Kerangka Pemikiran

Di dalam persaingan dewasa ini, terutama di bidang industri, perusahaan

harus dapat bersaing dengan perusahaan lainnya baik dari dalam maupun luar

negeri. Apalagi untuk perusahaan yang telah mempunyai pangsa pasar

internasional. Perusahaan harus mampu menghasilkan poduk yang baik yang

(34)

mencapai standar yang diinginkan tersebut agar dapat bersaing dengan

perusahaan lainnya, baik dari dalam maupun luar negeri.

Dalam menghasilkan produk yang baik memerlukan pengolahan yang

efektif dan melakukan proses yang efesien, supaya menghasilkan produk yang

diinginkan yang sesuai dengan standar. Untuk setiap pengolahan produk yang

baik sangat diperlukan manajemen dalam memproduksi produk yang baik,

tentunya tidak mengecewakan buyer. Oleh karena itu perusahaan harus memiliki

dasar yang kuat tentang manajemen operasi/produksi.

Menurut Jay Heizer & BarryRender (2009:4) Manajemen operasi

adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan

jasa dengan mengubah input menjadi output.

Menurut Drs. Suyadi Prawirosentono (2009:1) Manajemen operasi adalah

suatu disiplin ilmu dan profesi yang mempelajari secara praktis tentang proses

perencanaan (process of planning), mendesain produk (product designing), sistem

[image:34.595.110.554.556.753.2]

produksi (producting system) untuk mencapai tujuan.

Tabel 2.1. Penelitian terdahulu

Peneliti Judul Variabel Alat

Analisis Kesimpulan Herry Christian Palit, Claudina Milawati (2005) Sistem Pengendalian Kualitas Dengan Bantuan

Expert System Untuk Menurunkan Tingkat Kecacatan Produk

3 variabel Peta kendali p dan diaram sebab-akibat

Penggunaan expert system, membantu dalam tingkat penurunan kecacatan

Irvan,Zulia Hanum) *Rukmini (2006)

Pengendalian Mutu Produk

1 Peta kendali p

(35)

Survival (2003) Analisis Pelaksanaan Pengendalian Mutu Guna Mencapai Standar Kualitas Produk

Pada Unit Usaha Sapi Perah

Kud ”Batu” Malang

2 variabel Statistic (SQC)

Kualitas susu meningkat dengan diadakannya pengendalian mutu

Ita Puspita Analisis

Pengendalian Mutu Untuk Mencapai Standar Kualitas Produk Pada Pt. Central Power Indonesia

2 variabel SQC Kegagalan prodk terjadi karena factor manusia, disebabkan kurangnya pelatihan pada tenaga kerja Ronall Satria Wirjawan (2006) Pengendalian Kualitas Dan Aplikasi Metode Taguci Pada Produk Tas Plastik

2 variabel SQC Proses produksi masih kurang memadai Edy Purnomo (2006) Pengaruh Quality Control Terhadap Tingkat Kerusakan Produk

Pada Pt Filma Utama Soap Surabaya

2 variabel Statistic (parsial signifiance test) dan (simultan significanae test) .

follow up tebukti memiliki berpengaruh yang dominan

terhadap tingkat produk, dalam artian quality control sudah berjalan cukup baik

Isnan Junais, Nurdin Brasit dan Rindam Latief

Kajian Strategi Pengawasan dan Pengendalian Mutu Produk Ebi Furay PT. Bogatama Marinusa

2 variabel Analitycal Hierarchy Process (AHP)

Keunggulan bersaing dapt tercapai apabila adanya peran yang aktif dari manajer dan menerapkan HACCP

Rahman, Baral,Chow dhury and Khan

Quality Management In Industry of

Bangladesh

1 variabel Six Sigma Dengan quality sistem yang bagus akan mendorong konsumen untuk membeli dan memesan di Bangladesh Ingrid

Norton and Harry Ballard

Quality Assurance or Quality Control in Clothing

Manufacturing: An Annalysis of Smme Pratices In The

(36)

Western Cape, South Africa

baik dengan adanya QC

Sumber :Hasil analisis penulis

Pengendalian kualitas dapat dilakukan secara statistik dengan

menggunakan alat bantu yang terdapat pada SPC (Statistical Process Control) .

Pengendalian kualitas secara statistik yaitu sebuah proses yang digunakan untuk

menjaga standar, mengukur dan melakukan tindakan perbaikan terhadap produk

atau jasa yang diproduksi Pengendalian kualitas secara statistik dapat digunakan

untuk menerima atau menolak produk yang telah diproduksi dan dapat

dipergunakan untuk mengawasi proses sekaligus kualitas produk yang sedang

dikerjakan.

Kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini untuk

menggambarkan bagaimana pengendalian kualitas yang dilakukan secara statistik

dapat bermanfaat dalam menganalisis tingkat kerusakan produk yang dihasilkan

oleh PT. WISKA yang melebihi batas toleransi, serta mengidentifikasi penyebab

hal tersebut untuk kemudian ditelusuri solusi penyelesaian masalah tersebut

sehingga menghasilkan usulan/ rekomendasi perbaikan kualitas produksi di masa

mendatang. Berdasarkan tinjauan landasan teori dan penelitian terdahulu, maka

(37)
[image:37.595.210.411.128.619.2]

Gambar 2.11. Bagan Manajemen Bisnis Total (TBM)

Sumber :Dr. W. Edwards Deminng TBM

(Total Bisnis Manajemen)

TPM TQM

TRM TCM

TTM

Pengembangan SDM yang handal

Hasil-hasil Bisnis Menjadi

Optimum

(38)
[image:38.595.52.567.100.705.2]

Gambar 2.12 Bagan Kerangka Pemikiran Sumber : Hasil Analisis Penulis

Qualit Control

Input/Masukan

Proses Poduksi

Output/ Produk yang dihasikan

Qualit Control

Produk Baik Produk Gagal

Kepuasan Konsumen

Loyalitas Pelanggan

Hasil Analisis

Usaha Perbaikan Sejauh mana

kegagalan dan pada jenis mana terjadi

Penentuan peyebab kegagalan produk

(39)

50

3.1 Alasan Penggunaan Metode Penelitian Kualitatif

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif dikarenakan

dalam pembahasan mengenai QC (quality control) atau pengendalian kualitas

dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara atribut dan variable. Yang penulis

kaji yaitu secara atribut, dimana pengendalian kualitas dilakukan dengan cara

memeriksa dan menggolongkan produk kedalam dua criteria, apakah produk yang

dihasilkan baik atau rusak/kegagalan produk. Sehingga dalam penelitian ini

penulis tidak mencari penngaruh keterkaitan variable sebagaimana ada batasan-

batasan masalah melaikan menganalisis berdasarkan situasi social

(place,actor,dan aktivitas) yang terjadi di perusahaan PT.WISKA

Dalam penelitian kualitatif gejala bersifat holistik atau menyeluruh dan

tidak dapat dipisah-pisahkan sehingga tidak atau menetapkan penelitiannya

berdasarkan variabel penelitian, sehingga peneliti kualitatif tidak akan

menetapkan penelitian hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan

Situasi Sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.

Penelitian kualitatif bertujuan untuk melakukan penafsiran terhadap

fenomena sosial. Para periset kualitatif dapat menggunakan semiotika, narasi, isi,

diskursus, arsip, analisis fonemik, bahkan statistik. Di sisi yang lain, para periset

(40)

tidak ada metode atau praktik tertentu yang dianggap unggul, dan tidak ada teknik

yang serta merta dapat disingkirkan.

Metode penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk

mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu. (Umi Narimawati, 2008 : 127).

Di sisi lain, penelitian kualitatif juga melintasi ilmu pengetahuan

humaniora, sosial, dan fisika. Hal tersebut berarti penelitian kualitatif memiliki

fokus terhadap banyak paradigma. Para praktisinya sangat peka terhadap nilai

pendekatan multimetode. Mereka memiliki komitmen terhadap sudut pandang

naturalistiuk dan pemahaman intepretatif atas pengalaman manusia.

Dalam mempertajam penelitian, peneliti kualitatif menetapkan focus. Spradley menyatakan bahwa “ A focused refer to a single cultural domain or a

few related domains “ maksudnya adalah bahwa, fokus itu merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi social. Dalam penelitian

kualitatif, penentuan focus lebih diarahkan pada tingkat kebaruan informasi yang

akan diperoleh dari situasi sosial (lapangan).

Spradley dalam Sanapiah Faisal (1998) mengemukakan alternatif untuk

menetapkan fokus yaitu :

1. Menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan oleh informan.

Informan ini dalam lembaga bisnis, bisa manajer, supervisor, operator,

follow up dan sebagainya.

2. Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu organizing

(41)

proses, produksi, bahan mentah, system pemasaran, iklan, pembeli,

kebijakan pemerintah, manajemen , dan sejenisny

 Teori dalam penelitian kualitatif

Dalam penelitian kualitatif, karena permasalahan yang dibawa oleh

peneliti masih bersifat sementara, maka teori yang digunakan dalam penyusunan

proposal penelitian kualitatif juga masih bersifat sementara, dan akan berkembang

setelah peneliti memasuki lapangan atau konteks sosial. Dalam kaitannya dengan

teori, jika dalam penelitian kuantitatif itu bersifat menguji hipotesis atau teori,

sedangkan dalam penelitian kualitatif bersifat menemukan teori, atau dalam hal

ini adalah menemukan cara menganalisis quality control dalam hal mengurangi

kegagalan produk handuk pada PT. WISKA.

Peneliti kualitatif harus bersifat “perspetif emic” artinya memperoleh data bukan “sebagai mana seharusnya”, bukan berdasarkan apa yang difikirkan oleh

peneliti, tetapi berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi dilapangan, yang

dialami, dirasakan, dan difikirkan oleh partisipan atau sumber data.

3.2 Tujuan Study : Explanatory Reaseach

Tujuan studi ini untuk menambah pengetahuan mengenai analisis

pengendalian kualitas pada PT.WISKA yang penulis teliti dan peroleh

berdasarkan dengan kenyataan di dunia bisnis.

Studi ini Diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan referensi

maupun bahan pertimbangan bagi mereka yang mengadakan penelitian lebih

(42)

produk handuk di PT.WISKA dengan mengunakan metode SPC (Statistik Proses

Control). Serta berguna bagi pengembangan ilmu dalam bidang ekonomi juga

Menambah wawasan keilmuan di bidang manajemen terutama tentang

pengendalian kualitas dengan menggunakan metode SPC.

Tujuan Studi ini juga diharapkan untuk menambah pengetahuan tentang

keilmuan pada penelitian dengan metode kualitatif. Dengan menggunakan

pendekatan kualitatif, peneliti dapat menggali penjelasan mengenai perilaku

pengguna terhadap sistem, keberhasilan sistem serta kegagalannya, serta

menambah gudang keilmuan tentang bagaimana cara penulisan karya tulis dengan

meggunakan metode kualitatif.

3.3 Studi Kasus Tunggal (Klasik)

Penelitian studi kasus tunggal holistik (holistic single-case study) adalah

penelitian yang menempatkan sebuah kasus sebagai fokus dari penelitian. Yin

(2009) menjelaskan bahwa terdapat 5 (lima) alasan untuk menggunakan hanya

satu kasus di dalam penelitian studi kasus, yaitu:

a) Kasus yang dipilih mampu menjadi bukti dari teori yang telah dibangun

dengan baik. Teori yang dibangun memiliki proposisi yang jelas, yang

sesuai dengan kasus tunggal yang dipilih sehingga dapat dipergunakan

untuk membuktikan kebenarannya.

b) Kasus yang dipilih merupakan kasus yang ekstrim atau unik. Kasus

tersebut dapat berupa keadaan, kejadian, program atau kegiatan yang

jarang terjadi, dan bahkan mungkin satu-satunya di dunia, sehingga layak

(43)

c) Kasus yang dipilih merupakan kasus tipikal atau perwakilan dari kasus

lain yang sama. Pada dasarnya, terdapat banyak kasus yang sama dengan

kasus yang dipilih, tetapi dengan maksud untuk lebih menghemat waktu

dan biaya, penelitian dapat dilakukan hanya pada satu kasus saja, yang

dipandang mampu menjadi representatif dari kasus lainnya.

d) Kasus dipilih karena merupakan kesempatan khusus bagi penelitinya.

Kesempatan tersebut merupakan jalan yang memungkinkan peneliti untuk

dapat meneliti kasus tersebut. Tanpa adanya kesempatan tersebut, peneliti

mungkin tidak memiliki akses untuk melakukan penelitian terhadap kasus

tersebut.

e) Kasus dipilih karena bersifat longitudinal, yaitu terjadi dalam dua atau

lebih pada waktu yang berlainan. Kasus yang demikian sagat tepat untuk

penelitian yang dimaksudkan untuk membuktikan terjadinya perubahan

pada suatu kasus akibat berjalannya waktu.

3.4 Penjelasan Menggunakan Studi Kasus Tunggal

Dalam penelitian ini gejala bersifat holistik atau menyeluruh dan tidak

dapat dipisah-pisahkan sehingga tidak atau menetapkan penelitiannya berdasarkan

variabel penelitian, sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitian

hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan Situasi Sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity)

yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial ini dalam konteks bisnis garmen

(44)

penjualan atau unit bisnis garmen PT.WISKA itu sendiri, orang yang ada dalam

PT. WISKA dan aktivitasnya.

[[

3.5 Desain Penelitian

Menurut Moh. Nazir (2003:273) :

[image:44.595.109.516.327.642.2]

“Desain penelitian adalah proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan pnelitian”. Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan Penelitian Desain penelitian Jenis Penelitian Metode yang digunakan

Unit Amalisis Time Horizone T-1 Descriptive Descriptive

dan Survey

Produk yang

dihasilkan

Cross

Sectional

T-2 Descriptive Descriptive

dan Survey

Produk yang

dihasilkan

Cross

Sectional

T-3 Descriptive Descriptive

dan Survey

Produk yang

dihasilkan

Cross

Sectional

T-4 Descriptive Descriptive

dan Survey

Produk yang

dihasilkan

Cross

(45)

Desain Penelitian merupakan rancangan yang digunakan sebagai pedoman

dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua

pihak terlibat dalam proses penelitian, karena langkah dalam melakukan

penelitian mengacu kepada desain penelitian yang telah dibuat.

Menurut Umi Narimawati (2010:30) langkah-langkahnya desain penelitian

diantaranya :

1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian,

selanjutnya menetapkan judul dari penelitian;

2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi;

3. Menetapkan rumusan masalah;

4. Menetapkan tujuan penelitian;

5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan

teori;

6. Menetapkan konsep variable sekaligus pengukuran variable penelitian

yang digunakan;

7. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel, dan teknik

pengumpulan data.

8. Melakukan analisis data.

(46)

3.5.1 Rumusan Masalah Penelitian

Sesuai dengan apa yang telah diuraikan penulis dalam latar belakang

penelitian maka penulis telah membatasi permasalahan yang akan menjadi dalam

penulisan ini. Permasalahan tersebut dapat diuraikan menggunakan analisis

pengedalian kualitas SPC (Statistik Proses Kontrol) sebagai berikut:

1. Bagaimana kegiatan pngendalian kualitas pada proses produksi produk

handuk di PT. WISKA

2. Jenis kegagalan apa saja yang sering terjadi pada produk handuk di

PT. WISKA

3. Faktor apa saja yang menyebabkan kegagalan produk handuk di

PT. WISKA

4. Sejauhmana peran pengendalian kualitas dalam mengurangi kegagalan

produk handuk di PT. WISKA dengan menggunakan metode SPC

(Statistic Proses Control)

3.5.2 Proposisi Studi

Proposisi adalah pernyataan tentang sifat dari realitas yang dapat diuji

kebenarannya. Dalam ilmu social, proposisi biasanya adalah pernyataan tentang

hubungan antara dua konsep atau lebih.

Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan untuk menguji secara empiris.

Dalil (law) adalah proposisi yang mempunyai jangkauan (scope) yang lebih luas

dan telah mendapat banyak dukungan empiris. Adapun perumusan proposisi dari

(47)

Dalam penelitian ini penulis menggunakan Analisis SPC sebagai formulasi

perencanaan kemajuan bisnis yang mana mencakup aspek sumber daya manusia,

[image:47.595.52.567.191.745.2]

aspek operasional/ produksi dan aspek kebijakan.

Gambar 3.1 Perumusan proposisi Qualit Control

Input/Masukan

Proses Poduksi

Output/ Produk yang dihasikan

Qualit Control

Produk Baik Produk Gagal

Kepuasan Konsumen

Loyalitas Pelanggan

Hasil Analisis

Usaha Perbaikan Sejauh mana

kegagalan dan pada jenis mana terjadi

Penentuan peyebab kegagalan produk

(48)

3.5.3 Unit Analisis

Unit analisis disini yaitu situasi sosial perusahaan garmen PT.WISKA itu

sendiri yang terdiri dari tempat (place), pelaku (actor),dan aktivitasnya

3.5.3.1 Tempat Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan pada perusahaan garmen PT.WISKA jalan

raya bandung-garut KM 20,9 Rancaekek. Penelitian ini dimulai pada bulan

Februari 2012 sampai Juni 2012.

[[

3.5.3.2 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri.

Selanjutnya Nasution dalam Sugiyono (2009) menyatakan : “Dalam

penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan manusia sebagai

instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum

mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, hipotesis yang

digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan

secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan

sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu,

(49)

3.5.3.3 Sampel Sumber Data

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri dari aspek

tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara

sinergis. Situasi sosial tersebut dalam hal ini berada di perusahaan garmen

PT.WISKA. Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai obyek penelitian yang ingin difahami secara mendalam. “apa yang terjadi” didalamnya. Pada

situasi sosial atau obyek penelitian ini peneliti dapat mengamati secara mendalam

aktivitas (activity), orang-orang (actors) yang ada pada tempat (place) tertentu.

Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi

sebagai narasumber atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian.

Sampel dalam penelitian kualitatif bukan merupakan sampel teoritis, karena

tujuan penelitian kualitatif dalam hal ini untuk menganalisis pengendalian

kualitas/quality control dalam mengurangi kegagalan produk. Sampel dalam

penelitian kualitatif juga disebut sebagai sampel konstruktif, karena dengan

sumber data dari sampel itu dapat dikonstruksikan fenomena yang semula belum

jelas.

Pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu, yang

dapat berupa lembaga bisnis tertentu, melakukan observasi dan wawancara

kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi sosial tersebut.

Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara

(50)

Dalam penelitian kualitatif ini, teknik sampling yang digunakan adalah

snowball sampling. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber

data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit , lama-lama menjadi besar. Hal ini

dilakukan karena dari data yang sedikit itu belum mampu memberikan data yang

lengkap dan pasti, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai

sumber data. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin besar

seperti bola salju yang menggelinding dan lama-lama menjadi besar.

Lincoln dan Guba (1985) mengemukakan bahwa “ Naturalistic sampling is, then, very different from conventional sampling. It is based on informational,

not statistical, considerations. Its purpose is to maximize information, no to

facilitate generalization”. penentuan sampel dalam penelitian kualitatif

(naturalistik) sangat berbeda dengan penentuan sampel konvensional (kuantitatif).

Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif tidak didasarkan perhitungan

statistic. Sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi yang

maksimum, bukan untuk digeneralisasikan.

Oleh karena itu menurut Lincoln dan Guba (1985), dalam penelitian

naturalistic, spesifikasi sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya.

Jadi penentuan sampel dalam penelitian kualitatif dilakukan saaat peneliti

mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung (emergent sampling

(51)

Dalam penelitian kualitatif sampel sumber data yang dikemukakan masih

bersifat sementara. namun demikian peneliti perlu menyebutkan siapa-siapa yang

[image:51.595.149.485.199.298.2]

kemungkinan digunakan sebagai sumber data.

Gambar 3.1 Proses pengambilan sampel sumber data dalam penelitian kualitatif, purposive dan snowball

Sumber : Sugiyono (2009)

Sanafiah Faisal (1990) mengutip pendapat Spradley mengemukakan

bahwa, situasi sosial untuk sampel awal sangat disarankan suatu situasi sosial

yang didalamnya menjadi semacam muara dari banyak domain lainnya.

Selanjutnya dinyatakan bahwa, sampel sumber data sebagai informan sebaiknya

yang memenuhi kriteria sebagai berikut.

1. Mereka yang menguasai atau memahami melalui suatu proses enkulturasi,

sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya.

2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada

kegiatan yang tengah diteliti.

3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi.

4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil”keemasannya” sendiri.

A C B

D

G E F

I

(52)

5. Mereka yang mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan sebagai narasumber.

3.5.4 Keterkaitan Data Untuk Proposisi

Data yang diambil dari perusahaan garmen PT.WISKA ini berupa

wawancara, observasi dan data aspek produksi, aspek pesaing, dan aspek

kebijakan perusahaan yang diambil dari 6 pakar yaitu :

1. Kepala Personalia

2. Kepala bagian grey

3. Kepala bagian pencelupan dan finishing

4. Kepala bagian cutting

5. Kepala bagian sewing/jahit

6. Kepala bagian garmen

Setelah data telah terkumpul lalu dihitung dengan menggunakan metode

statistic SPC dan kemudian bisa digunakan dalam pengambilan keputusan untuk

proses perbaikan masa yang akan datang.

3.6 Jenis dan Sumber Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting, narasumber,

dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya, data dapat dikumpulkan pada

(53)

di tempat pembelanjaaan, di rumah dengan berbagai responden, pada suatu

seminar, diskusi, dijalan, dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya maka

pengumpulan datanya menggunakan sumber primer dan sekunder.

Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data, dan sumber sekunder adaah sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data misalnya cara lain seperti lewat

dokumen. Selanjutnya jika dilihat dari segi cara teknik pengumpulan data, maka

teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan),

interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan

[image:53.595.118.463.332.599.2]

keempatnya.

Gambar 3.2

Macam-macam teknik pengumpulan data.

Sumber : Sugiyono (2009) Macam teknik

pengumpulan data

Observasi

Wawancara

Dokumentasi

(54)

3.6.1 Observasi

Nasution dalam Sugiyono (2009) menyatakan bahwa, observasi adalah

dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan

data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh dari observasi. Data itu

dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih,

sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan electron) maupun yang

sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.

Marshall (1995) menyatakan : ” through observation, the researcher learn

about behavior and the meaning attached to those behavior”. melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna perilaku tersebut.

3.6.2 Wawancara

Pada penelitian ini peneliti melakukan wawancara sebagai teknik

pengumpulan data. Esterberg (2002) mendefinisikan interview sebagai berikut : “a meeting of two persons to exchange information and idea through question and

responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a

particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk

bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan

makna dalam suatu topic tertentu.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan pemasalahan yang harus

diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang

(55)

Susan Stainback (1998) mengemukakan baha : ” Interviewing provide the

researcher a means to gain a deeper understanding of how the participant

interpret a situation or phenomenon than can be gained through observation

alon”. Dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih

mendalam tentang partisipan dalam menginteprestasikan situasi dan fenomena

yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. Dalam

penelitian kualitatif, sering menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan

wawancara mendalam.

Pada penelitian ini penelitian melakukan jenis wawancara semi terstruktur

karena jenis wawancara ini sudah termasuk kategori indept interview, dimana

dalam pelaksanaanya lebih bebas apabila dibandingkan dengan wawancara

terstruktur, tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan permasalhan

secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan

ide-idenya.

3.6.3 Langkah-Langkah Wawancara

Lincoln dan Guba dalam Sanapiah Faisal mengemukakan tujuh langkah

dalam wawancara dalam mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif:

1. Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan

2. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan dijadikan bahan

pembicaraan

3. Mengawali atau membuka alur wawancara.

4. Melangsungkan alur wawancara

(56)

6. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan.

7. Mengidentifikasikan tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh

3.6.4 Alat-Alat Wawancara

Agar hasil wawancara dapat terekam dengan baik maka diperlukan alat

bantuan sebagai berikut:

1. Buku Catatan

2. Tape Recorder

3. Camera

3.6.5 Mencatat Hasil Wawancara

Karena wawancara dilakukan secara terbuka dan tidak terstruktur maka

harus segera dicatat agar tidak hilang atau lupa, peneliti perlu membuat

rangkuman yang lebih sistematis terhadap hasil wawancara.

3.6.6 Teknik Pengumpulan Data dengan Dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk gambar, tulisan, karya-karya monumental seseorang. Studi dokumen

merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam

penelitian kualitatif.

3.6.7 Trianggulasi

Triangulasi dapat diartikan sebagai teknik pengmpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengu

Gambar

Gambar 2.1. Kualitas Memperbaiki Kemampuan Meraih Laba
Gambar  2.2  Deming Cycle
Gambar 2.3 7 (tujuh) alat statistik
Gambar 2.4 Check Sheet
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum keterlaksanaan IRA mengalami peningkatan. Hal tersebut ditunjukkan dari data hasil observasi pada tiap peran dalam kelompok IRA. Peran team coordinator

pernyataan orisinalitas, halaman riwayat hidup, halaman peruntukan (bila ada), halaman motto (bila ada), halaman kata pengantar, halaman daftar tabel, halaman daftar

Perubahan karakteristik seperti berubahnya biaya perjalanan dari suatu moda akibat kenaikan harga bahan bakar minyak akan berpengaruh terhadap keputusan seseorang

 Apakah dokumen pedoman penerapan kebijakan TIK terlaksana dengan

Kejadian ADRs terkait gastrointestinal dengan menggunakan Naranjo scale pada penggunaan aminofilin dari 7 sampel penelitian mengalami ADRs mual sebanyak 1 sampel

[r]

Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa pada stasiun I memiliki persen tutupan terumbu karang hidup tertinggi yaitu 73,10 %, dimana daerah ini memiliki habitat yang masih alami,