12 BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Kajian Pustaka
Dengan banyaknya perusahaan yang berkembang di Indonesia dewasa ini,
maka bagi manajemen, maka kualitas produk menjadi lebih penting dari
sebeumnya, kualitas produk juga menjadi lebih penting bagi kelangsungan hidup
perusahaan, karena konsumen menjadi lebih keritis memilih memilih produk,
mereka akan membandingkan biaya yang mereka keluarkan dengan manfaat yang
mereka peroleh dari produk tersebut. Persaingan yang ketat ini menjadikan
menjadikan pengusaha semakin menyadari pentingnya kualitas produk agar dapat
bersaing dan mendapat pangsa pasar yang lebih besar.
Maka dari itu untuk dapat mempertahankan dan memperluas pangsa pasar,
perusahaan harus bias menjaga kualitas produk yang dihasilkan. Untuk itu
perusahaan memerlukan suatu cara untuk mewujudkan itu semua, yaitu dengan
menerapkan sistem pengendalian kualitas.
Pengendalian kualitas merupakan suatu teknik yang perlu dilakukan dalam
proses produksi untuk menghasilkan produk barang yang sesuai dengan standar
yang diinginkan serta memperbaiki kualitas produk yang belum sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan dan sedapat mungkin mempertahankan kualitas
2.1.1. Pengertian Pengendalian
Pengendalian merupakan kegiatan atau aktifitas yang sudah atau sedang
dilakukan yang bertujuan agar kegiatan tersebut dapat berjalan sesuai dengan
harapan. Pengendalian dapat diartikan sebagai berikut :
Pengendalian merupakan proses pengukuran kinerja, membandingkan
antara hasil sesungguhnya dengan rencana serta mengambil tindakan pembetulan
yang diperlukan. (Schermerhorn, 2003 : 13).
Sedangkan menurut Vincent Gasperz (2005:480), pengendalian adalah:
“Control can mean an evaluation to indicate needed corrective responses,
the act guilding, or the state of process in which the variability is attribute
to a constant system of chance couses.”
Jadi pengendalian dapat di artikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk
memantau aktivitas dan memastikan kinerja sebenarnya yang dilakukan telah
sesuai dengan yang direncanakan.
2.1.2. Pengertian Kualitas
Kualitas merupakan keadaan produk yang berhubungan dengan barang
maupun jasa berupa kinerja, keandalan, keistimewaan, keawetan, dan keindahan
yang memenuhi bahkan melebihi harapan seseorang. Secara umum kualitas
merupakan salah satu cara bagi perusahaan untuk menguasai pasar. Sedangkan
bagi masyarakat kualitas adalah alat ukur sekaligus cara seseorang dalam
Pengertian kualitas yang diadopsi oleh American Society for Quality
Control : bahwa kualitas adalah keseluruha fitur dan karakteristik produk atau jasa
yang mampu memuaskan kebutuhan yang tampak ataupun samar (Render dan
Heizer, 2009 : 301).
Goetsch dan Davis dalam Fandy Tjiptono & Anastasia Diana (2001:4)
Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,
jasa, manusia, proses dan linkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Lupiyoadi (2001:158) menyatakan bahwa “ Pelanggan akan merasa puas
bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas “.
Kata kualitas mengandung banyak sekali definisi makna, setiap orang
berbeda-beda dalam mengartikannya. Akan tetapi dapatlah diambil kesimpulan
bahwa ada beberapa contoh definisi yang kerap dijumpai mengenai kualitas :
1. Kecocokkan dengan persyaratan atau ketentuan.
2. Kecocokkan untuk pemakaian.
3. Perbaikan atau penyempurnaan berkelanjutan.
4. Bebas dari kerusakan atau cacat.
5. Pemenuhan kebutuhan pelangggan sejak awal dan setiap saat.
6. Melakukan segala sesuatu secara benar sejak awal.
Sedangkan Render dan Herizer (2009:301) berpendapat bahwa kualitas
terutama mempengaruhi perusahaan dalam empat hal, yaitu:
a. Biaya dan pangsa pasar: kualitas yang ditingkatkan dapat mengarah
kepada peningkatan pangsa pasar dan penghematan biaya, keduanya juga
dapat mempengaruhi profitabilitas.
Hasil yang diperoleh dari pasar Perbaikan reputasi
Peningkatan volume Peningkatan harga
Gambar 2.1. Kualitas Memperbaiki Kemampuan Meraih Laba
Sumber: Render dan Heizer (2009:301)
b. Reputasi perusahaan: reputasi perusahaan mengikuti reputasi kualitas yang
dihasilkan. Kualitas akan muncul bersamaan dengan persepsi mengenai
produk baru perusahaan, praktek-praktek penanganan pegawai, dan
hubungannya dengan pemasok.
Biaya yang dapat ditekan Peningkatan produktivitas Penurunan biaya pengerjaan ulang dan sisa material
Penurunan biaya garansi
d. Pertanggungjawaban produk: organisasi memiliki tanggung jawab yang
besar atas segala akibat pemakaian barang maupun jasa.
e. Implikasi internasional: dalam era teknologi, kualitas merupakan perhatian
operasional dan internasional. Agar perusahaan dan negara dapat bersaing
secara efektif dalam perekonomian global, produknya harus memenuhi
kualitas dan harga yang diinginkan.
2.1.2.1.Dimensi Kualitas
Menurut David Garvin yang diterjemahkan oleh Husein Umar (2001:147)
ada delapan dimensi produk yang dapat digunakan untuk menganalisis
karakteristik kualitas barang, yang tentunya banyak ditetapkan oleh perusahaan
yaitu sebagai berikut :
1. Kinerja ( performance )
Dimensi ini merupakan yang paling dasar dan berhubungan dengan fungsi
utama dari suatu produk. Artinya seberapa baik suatu produk melakukan
apa yang seharusnya dilakukan. Konsumen akan sangat kecewa apabila
harapan mereka akan dimensi ini tidak terpenuhi. Bagi setiap produk, yang
namanya kinerja (performance) bisa berlainan, tergantung dari nilai
fungsinya (fungtional value) yang dijanjikan oleh perusahaan. Dimana
kinerja (performance) merupakan karakteristik utama yang
2. Dimensi Keistimewaan Tambahan ( feature )
Dimensi ini dapat dikatakan sebagai aspek sekunder karena dimensi ini
menerangkan pernik-pernik yang melengkapi dan meningkatkan fungsi
dasar produk, karena perkembangan dimensi ini hampir tidak ada
batasnya. Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini, maka dimensi
ini menjadi target para produsen untuk berinovasi dalam upaya
memuaskan pelanggan yang akhirnya pelanggan menjadi loyal dengan
cara menambah pilihan-pilihan dan pengembangan produk.
3. Kehandalan ( reliability )
Dimensi ini lebih menunjukan probabilitas adalah kemungkinan produk
gagal menjalankan fungsinya. Hal ini berarti bahwa kualitas berkaitan
dengan kemampuan produk untuk bertahan selama penggunaan dalam
kondisi tertentu.
4. Keawetan ( durability )
Dimensi ini menunjukan suatu pengukuran terhadap suatu siklus produk,
baik secara teknis maupun waktu. Produk ini disebut awet apabila sudah
banyak digunakan atau sudah lama digunakan konsumen, awet yang
berhubungan dengan aspek yang lebih mudah dimengerti, karena itu
sebagian besar produk-produk yang menjanjikan keawetan lebih
menonjolkan masalah awet adalah dalam hal waktu. Misalnya daya tahan
5. Kesesuaian ( conformance )
Dimensi ini menunjukan seberapa jauh suatu produk dapat menyamai
standar atau spesifikasi tertentu. Produk yang mempunyai kesesuaian
tinggi berarti produknya sesuai standar yang telah ditentukan. Dimana
spesifikasi disesuaikan dengan keinginan pelanggan.
6. Dimensi Keindahan ( aesthetic )
Dimensi ini menunjukan bagaimana suatu produk dapat dilihat dan
dirasakan secara langsung. Hal ini dikarenakan sebagian orang membeli
suatu produk bukan karena kinerja atau keistimewaan lainnya tetapi
berdasarkan kualitas produk tersebut.
7. Dimensi Kemudahan Perbaikan ( serviceability )
Dimensi ini meliputi kecepatan, kenyamanan, mudah kualitas yang
dipersepsikan direparasi, serta penanganan keluhan yang memuaskan.
8. Dimensi Kualitas yang Dipersepsikan ( perceived quality )
Dimensi ini menunjukan citra dan reputasi produk serta tanggung jawab
perusahaan terhadap produk tersebut.
2.1.2.2.Faktor – Faktor yang mempengaruhi Kualitas
Menurut Fandy Tjiptono & Anastasia Diana (2000 : 1), kualitas produksi
1. Market (pasar)
Keinginan dan kebutuhan konsumen secara hati-hati didefinisikan oleh
bisnis masa kini sebagai suatu dasar untuk mengembangkan produk-produk baru.
Pada masa sekarang konsumen meminta dan memperoleh produksi yang lebih
baik untuk memenuhi kebutuhan mereka, dengan demikian pasar menjadi luas
lingkupnya dan secara fungsional lebih terspesialisasi di dalam barang dan jasa
yang ditawarkan. Akibatnya bisnis yang ada harus lebih fleksibel dan mampu
berubah dengan cepat.
2. Money (uang)
Peningkatan persaingan di berbagai bidang bisnis bersamaan dengan
terjadinya fluktuasi ekonomi dunia sehingga menyebabkan penurunan laba. Pada
waktu bersamaan harus melakukan modernisasi mesin produksi sehingga
mmebuat pengeluaran biasa semakin besar.
3. Management (manajemen)
Penanggungjawab mutu hendaknya mendistribusikan secara khusus
kepada kelompok-kelompok tertentu dalam perusahaan. Kelompok-kelompok
tersebut antara lain meliputi : bagian pemasaran, teknisis produk, mandor, bagian
rekayasa, bagian kendali mutu dan mutu pelayanan produk sampai ke tangan
konsumen.
4. Man (manusia)
Manusia merupakan faktor penting dalam proses produksi, karena sehebat
apapun teknologi yang digunakan tetapi akan sangat tergantung pada faktor
manusia sehingga mereka dapat berperan seefesien dan seefektif mungkin dalam
perusahaan.
5. Motivation (motivasi)
Suatu kekuatan yang berasal dari dalam untuk melakukan suatu tindakan
motivasi untuk bersama-sama melakukan pentingnya kualitas produk yang
dihasilkan mutlak diperlukan dalam pengendalian kualitas.
6. Material (bahan)
Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi harus mempunyai
kualitas yang baik, karena kualitas yang sempurna tidk akan dapat terjadi jika
bahan yang digunakan tidak baik.
7. Machines and Mechonization (mesin dan mekanisme)
Dengan adanya mesin dan mekanisme yang baik maka proses produksi
akan dapat berjalan dengan baik. Keinginan perusahaan untuk menurunkan biaya
volume produksi adar dapat memuaskan pelanggan dalam pasar telah mendorong
penggunaan perlengkapan pabrik yang telah mantap.
8. Modern Information Method (metode informasi mesin)
Metode pemrosesan data yang baru dan secara konstan menjadi lebih baik,
dapat meningkatkan kemampuan manajemen informasi untuk dapat menjadi lebih
bermanfaat, lebih akurat, tepat waktu dan bersifat ramalan yang mendasari
9. Mounting Product Requrements (persyaratan proses produk)
Kemajuan yang pesat didalam perekayasaan rancangan produk
memerlukan kendali yang jauh lebih ketat pada seluruh proses produk.
Meningkatkan persayaratan-persyaratan prestasi yang lebih tinggi pada produk
telah menekankan pentingnya keamanan dan keterandalan dalam proses produksi,
sehingga proses produknya yang selalu disempurnakan kearah yang lebih baik
menuju pada efektif dan efesien.
2.1.3. Pengertian Pengendalian Kualitas
Menurut Irvan Julia Hanum Rukmini (2006:2) Pengendalian kualitas
adalah suatu sistem yang dkembangkan untuk menjaga standar yang uniform dari
kualitas hasil produksi, pada tingkat biaya yang minimum dan merupakan bantuan
untuk mencapai efesiensi perusahaan.
Menurut Vincent Gasperz (2005:480), pengendalian kualitas adalah: “Quality control is the operational techniques and activities used to fulfill
requirements for quality”.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengendalian kualitas adalah suatu teknik dan aktivitas/ tindakan yang terencana
yang dilakukan untuk mencapai, mempertahankan dan meingkatkan kualitas suatu
produk dan jasa agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat
2.2. Tujuan Pengendalian Kualitas
Menurut Yamit (2002 : 339) menyatakan bahwa tujuan pengendalian
kualitas adalah adalah :
Untuk menekan atau mengurangi volume kesalahan dan perbaikan.
Untuk menjaga atau menaikkan kualitas sesuai standar.
Untuk mengurangi keluhan atau penolakan konsumen.
Memungkinkan pengkelasan output (ouput grading).
Untuk menaikkan atau menjaga company image.
Jadi tujuan utama pengendalian kualitas adalah untuk mendapatkan
jaminan bahwa kualiitas produk atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan standar
kualitas yang telah ditetapkan dengan mengeluarkan biaya yang ekonomis atau
serendah mungkin.
Pengendalian kualitas tidak dapat dilepaskan dari pengendalian produksi
karena pengendalian kualitas merupakan pengendalian bagian dari pengendalian
produksi. Pengendalian produksi baik secara kualitas atau kuantitas merupakan
kegiatan yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Hal ini disebabkan karena
pada semua kegiatan produksi yang dilakasanakan akan dikendaliakan, supaya
barang dan jasa yang dihasilkan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan,
dimana penyimpangan-penyimpangan yang terjadi diusahakan seminimalis
mungkin.
Pengendalian kualitas juga menjamin barang atau jasa yang dihasilkan
produksi.Dengandemikian antara pengendalian produksi dengan pengendalian
kualitas erat kaitanya dengan pembuatan barang/produk.
2.3. Faktor – factor yang Mempengaruhi Pengendalian Kualitas
Menurut Douglas C. Montgomery (2001:26) faktor-faktor yang
mempengaruhi pengendalian kualitas perusahaan adalah:
a. Kemampuan proses
Batas-batasan yang ingin dicapai haruslah disesuaikan dengan
kemampuanproses yang ada. Tidak ada gunanya mengendalikan suatu
proses dalam batas –batas yang melebihi kemampuan dan kesanggupan proses yang ada.
b. Spesifikasi yang berlaku
Spesifikasi hasil produksi yang ingin dicapai harus dapat berlaku, bila
ditinjau dari segi kemampuan proses dan keinginan atau kebutuhan
konsumen yang ingin dicapai dari hasil produksi tersebut. Dalam hal ini
haruslah dapat dipastikan dahulu apakah spesifikasi tersebut dapat berlaku
dari kedua segi yang disebutkan di atas sebelum pengendalian kualitas
pada proses dapat dimulai.
c. Tingkat ketidak sesuaian yang dapat diterima
Tujuan diadakannya pengendalian suatu proses adalah agar dapat
mengurangi produk yang berada di bawah standar seminimal mungkin.
Tingkat pengendalian yang dilakukan tergantung pada banyaknya produk
d. Biaya kualitas
Biaya kualitas sangat mempengaruhi tingkat pengendalian kualitas dalam
menghasilkan produk, apabila ingin menghasilkan produk yang berkualitas
tinggi guna memuaskan kebutuhan kosumen ,maka dibutuhkan biaya
kualitas yang relative besar.
1. Biaya pencegahan
Merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah terjadinya kerusakan
produk yang dihasilkan. Seperti biaya perancangan,pelaksanaan dan
pemeliharaan system kualitas.
Contoh: biaya training karyawan
2. Biaya deteksi atau penilaian
Biaya deteksi adalah biaya yang timbul apakah produk dan jasa yang
dihasilkan telah sesuai dengan persyaratan-persyaratan kualitas.
Tujuan utama dari fungsi deteksi adalah untuk menghindari terjadinya
kesalahan dan kerusakan sepanjang proses produksi.
Contoh : mencegah pengiriman barang barang yang tidak sesuai
dengan persyaratan kepada konsumen.
3. Biaya kegagalan internal
Merupakan biaya yang terjadi karena ketidak sesuaian dengan
persyaratan dan terdeteksi sebelum barang dan jasa tersebut dikirim ke
konsumen. Pengukuran biaya kegagalan internal dilakukan dengan
menghitung kerusakan produksebelummeninggalkan pabrik.
4. Biaya kegagalan eksternal
Biaya yang terjadi karena produk atau jasa tidaksesuai dengan
persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah produk tersebut dikirim
kepada para pelanggan atau konsumen.
Biaya ini merupakan biaya yang paling membahayakan,karena dapat
menyebabkan reputasi yang buruk, kehilangan pelanggan dan
menurunnya pangsa pasar. Contoh: Biaya kembali penarikan produk
dan biaya garansi.
2.4. Langkah –langkah Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualitas harus dilakukan melalui proses yang terus menerus
dan berkesinambungan. Proses pengendalian kualitas tersebut dapat dilakukan
melalui proses PDCA (plan,do, check, action) yang diperkenalkan oleh
Dr.W.Edwards Deming, seorang pakar kualitas ternama yang berkebangsaaan
Amerika Serikat, sehangga siklus ini disebut siklusdeming (Deming Cycle).
Gambar 2.2 Deming Cycle
Sumber :Dr. W. Edwards Deminng
PLAN
DO
CHECK
1. Mengembangkan rencana (Plan)
Merencanakan spesifikasi, menetapkan spesifikasi atau standar kualitas
yang baik, memberi pengertian kepada bawahan akan pentingnya kualitas
produk, pengendalian kualitas dilakukan secara terus-menerus dan
berkesinambungan.
2. Melaksanakan rencana (Do)
Rencana yang telah disusun diimplementasikan secara bertahap, mulai dari
skala kecil dan pembagian tugas secara merata sesuai dengan kapasitas
dan kemampuan dari setiap personil. Selama dalam melaksanakan rencana
harus dilakukan pengendalian, yaitu mengupayakan agar seluruh rencana
dilaksanakan dengan sebaik mungkin agar sasaran dapat tercapai.
3. Memeriksa atau meneliti hasil yang dicapai (Check)
Memeriksa atau meneliti merujuk pada penetapan apakah pelaksanaannya
berada dalam jalur, sesuai dengan rencana dan memantau kemajuan
perbaikan yang direncanakan. Membandingkan kualitas hasil produksi
dengan standar yang telah ditetapkan, berdasarkan penelitian diperoleh
data kegagalan dan kemudian ditelaah penyebab kegagalannya.
4. Melakukan tindakan penyesuaian bila diperlukan (Action)
Penyesuaian dilakukan bila dianggap perlu, yang didasarkan hasil analisis
di atas. Penyesuaian berkaitan dengan standarisasi prosedur baru guna
menghindari timbulnya kembali masalah yang sama atau menetapkan
Untuk melaksanakan pengendalian kualitas, terlebih dahulu perlu
dipahami beberapa langkah dalam melaksanakan pengendalian kualitas. Menurut
Roger G. Schroeder (2007:173) untuk mengimplementasikan perencanaan,
pengendalian dan pengembangan kualitas diperlukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Mendefinisikan karakteristik (atribut) kualitas.
2. Menentukan bagaimana cara mengukur setiap karakteistik.
3. Menetapkan standar kualitas.
4. Menetapkan program inspeksi.
5. Mencari dan memperbaiki penyebab kualitas yang rendah.
6. Terus-menerus melakukan perbaikan.
Maka pengendalian kualitas diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian
kualitas merupakan alat yang penting bagi manajemen produksi untuk menjaga,
memelihara, memperbaiki dan mempertahankan kualitas produk agar sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.
2.5. Tahapan –tahapan Pengendalian Kualitas
Kegiatan pengendalian kualitas sangat luas, karena semua pengaruh
terhadap kualitas harus diperhatikan. Tahapan pengendalian kualitas menurut
Sofjan Assauri (2003:210) terdiri dari:
1. Pengawasan selama pengolahan (proses)
Banyak cara cara pengawasan mutu yang berkenaan dengan proses yang
dilanjutkan dengan cara pengecekan statistisk untuk dilihat apakah proses
dimulai dengan baik atau tidak. Apabila mulainya salah maka keterangan
kesalahan ini dapat diteruskan kepada pelaksanaan semula untuk penyesuaian
kembali.Perlu diingat bahwa pengawasan dari proses harus berurutan dan
teratur.
Pengawasan yang dilakukan hanya terhadap sebagian dari proses,mungkin
tidak ada artianya bila tidak diikuti dengan pengawasan pada bagian lain.
Pengawasan terhadap proses ini termasuk pengawasan atas bahan-bahan yang
akan digunakan untuk diproses.
2. Pengawasan atas barang hasil yang telah dseslesaikan.
Meskipun telah diadakannya pengawasan kualitas dalam tingkat –tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak
atau kurang baik ataupun tercampur dengan hasil yang baik. Untuk menjaga
supaya hasil barang yang cukup baik atau yang paling sedikit rusakanya, tidak
keluar atau lolos dari pabrik sampai ke konsumen/pembeli maka
diperlukannya pengawasan atas barang hasilakhir/produk selesai
2.6. Alat Bantu Dalam Pengendalian Kualitas
Dalam melakukan pengendalian kualiatas terdapat beberapa teknik atau
alat pengendalian kualitas yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
menganalisis maslah-maslah kualitas yang sedang dihadapi agar masalah tersebut
Pengendalian kualitas secara statistik dengan menggunakan SPC
(Statistical Process Control), mempunyai alat statistik utama yang dapat
digunakan sebagai alat bantu untuk mengendalikan kualitas. Dimana proses
produksi dikendalikan kualitasnya mulai dari awal produksi, pada saat proses
produksi berlangsung sampai dengan produk jadi.
Dr. W. Edwards Deming adalah salah seorang yang memperkenalkan
teknik penyelesaian masalah dan pengendalian dengan metode statistik tersebut
(yang dikembangkan pertama kali oleh Shewhart) agar perusahaan dapat
membedakan penyebab sistematis dan penyebab khusus dalam menangani
kualitas. Ia berkeyakinan bahwa perbedaan atau variasi merupakan suatu fakta
yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan industri (M. N. Nasution 2005: 31).
Dr. W.Edwards Deming mengajukan cara pemecahan masalah statistical
process control (SPC),dan statistical quality control (SQC), yang dilandasi oleh
(7) tujuh alat statistic utama,yaitu check sheet, histogram, control chart, diagram
pareto, diagram sebab akibat, scatter diagram, dan startifikasi. Alat alat ini
berguna dalam pengumpulan informasi yang objektif untuk dijadikan dasar
Gambar 2.3 7 (tujuh) alat statistik
2.6.1. Check sheet
Lembar periksa atau Check sheet adalah suatu formulir yang dirancang
untk mencatat data. Dalam banyak kasus, pencatatan dilakukan sehingga pada
saat data diambil, polanya dapat dilihat dengan mudah.
Check Sheet atau lembar pemeriksaan merupakan alat pengumpul dan
penganalisis data yang disajikan dalam bentuk tabel yang berisi data jumlah
barang yang diproduksi dan jenis ketidak sesuaian beserta dengan jumlah yang
dihasilkannya.
order
Cacat 1 2 3 4 5 6 7 8
A /// / / / / /// /
B // / / / // ///
C / // // /////
Gambar 2.4 Check Sheet
Sumber : Jay Heizer and Barry Render, 2011
Tujuan digunakannya check sheet ini adalah untuk mempermudah proses
pengumpulan data dan analisis, serta untuk mengetahui area permasalahan
berdasarkan frekuensi dari jenis atau penyebab dan mengambil keputusan untuk
melakukan perbaikan atau tidak. Pelaksanaannya dilakukan dengan cara mencatat
frekuensi munculnya karakteristik suatu produk yang berkenaan dengan
kualitasnya. Data tersebut digunakan sebagai dasar untuk mengadakan analisis
Adapun manfaat dipergunakannya check sheet yaitu sebagai alat untuk:
1. Mempermudah pengumpulan data terutama untuk mengetahui bagaimana
suatu masalah terjadi.
2. Mengumpulkan data tentang jenis masalah yang sedang terjadi.
3. Menyusun data secara otomatis sehingga lebih mudah untuk dikumpulkan.
4. Memisahkan antara opini dan fakta.
2.6.2. Histogram
Histogram adalah suatu alat yang membantu untuk menentukan variasi
dalam proses. Berbentuk diagram batang yang menunjukkan tabulasi dari data
yang diatur berdasarkan ukurannya. Tabulasi data ini umumnya dikenal sebagai
distribusi frekuensi. Histogram menunjukkan karakteristik-karakteristik dari data
yang dibagi-bagi menjadi kelas-kelas. Histogram dapat berbentuk “normal” atau berbentuk seperti lonceng yang menunjukkan bahwa banyak data yang terdapat
pada nilai rata-ratanya. Bentuk histogram yang miring atau tidak simetris
menunjukkan bahwa banyak data yang tidak berada pada nilai rata-ratanya tetapi
kebanyakan datanya berada pada batas atas atau bawah.
Manfaat histogram adalah:
Memberikan gambaran populasi.
Memperlihatkan variabel dalam susunan data.
Mengembangkan pengelompokkan yang logis.
2.6.3. Peta kendali
Peta kendali dapat dibagi menjadi dua jenis, peta kontrol atribut dan peta
kontrol variabel. Karakteristik kualitas yang dapat diukur dan dinyatakan secara
kuantitatif dinamakan variabel, sedangkan kualitas yang dinilai sebagai sesuai
atau tidak sesuai (cacat) dinamakan atribut. Peta kontrol memberikan informasi
tentang kemampuan proses, nilai parameter proses yang penting, dan stabilitas
terhadap waktu sehingga memberikan taksiran kemampuan proses. Informasi ini
sangat berguna bagi perancangan produk dan proses.
Peta kendali adalah suatu alat yang secara grafis digunakan untuk
memonitor dan mengevaluasi apakah suatu aktivitas/ proses berada dalam
pengendalian kualitas secara statistika atau tidak sehingga dapat memecahkan
masalah dan menghasilkan perbaikan kualitas. Peta kendali menunjukkan adanya
perubahan data dari waktu ke waktu, tetapi tidak menunjukkan penyebab
penyimpangan meskipun penyimpangan itu akan terlihat pada peta kendali.
Manfaat dari peta kendali adalah untuk:
1. Memberikan informasi apakah suatu proses produksi masih berada di
dalam batas-batas kendali kualitas atau tidak terkendali.
2. Memantau proses produksi secara terus- menerus agar tetap stabil.
3. Menentukan kemampuan proses (capability process).
4. Mengevaluasi performance pelaksanaan dan kebijaksanaan pelaksanaan
proses produksi.
5. Membantu menentukan kriteria batas penerimaan kualitas produk sebelum
Peta kendali digunakan untuk membantu mendeteksi adanya
penyimpangan dengan cara menetapkan batas-batas kendali:
1) Upper control limit / batas kendali atas (UCL)
Merupakan garis batas atas untuk suatu penyimpangan yang masih
diijinkan.
2) Central line / garis pusat atau tengah (CL)
Merupakan garis yang melambangkan tidak adanya penyimpangan dari
karakteristik sampel.
3) Lower control limit / batas kendali bawah (LCL)
Merupakan garis batas bawah untuk suatu penyimpangan dari karakteristik
sampel.
Gambar 2.5 Peta Kendali
2.6.3.1.Terdapat 2 kondisi yang dapat terjadi pada saat berada dalam proses yaitu:
a. Proses Terkendali
Suatu proses dapat dikatakan terkendali (process control) apabila pola pola
alami dari nilai-nilai variasi yang diplot pada peta kendali memiliki pola:
1. Terdapat 2 atau 3 titik yang dekat dengan garis pusat.
2. Sedikit titik-titik yang dekat dengan batas kendali.
3. Titik-titik terletak bolak-balik di antara garis pusat.
4. Jumlah titik-titik pada kedua sisi dari garis pusat seimbang.
5. Tidak ada yang melewati batas-batas kendali. b. Proses Tidak Terkendali
Beberapa titik pada peta kendali yang membentuk grafik, memiliki
berbagai macam bentuk yang dapat memberitahukan kapan proses dalam
keadaan tidak terkendali dan perlu dilakukan perbaikan. Perlu diperhatikan,
bahwa adanya kemungkinan titik-titik tersebut dapat menjadi penyebab
terjadinya penyimpangan pada proses berikutnya.
1. Deret. Apabila terdapat 7 titik berturut-turut pada peta kendali yang selalu
berada di atas atau di bawah garis tengah secara berurutan.
2. Kecenderungan. Bila dari 7 titik berturut-turut cenderung menuju ke atas
atau ke bawah garis tengah atau membentuk sekumpulan titik yang
membentuk garis yang naik atau turun.
3. Perulangan. Dari sekumpulan titik terdapat titik yang menunjukkan pola
4. Terjepit dalam batas kendali. Apabila dari sekelompok titik terdapat
beberapa titik pada peta kendali cenderung selalu jatuh dekat garis tengah
atau batas kendali atas maupun bawah (CL/Central Line, UCL/Upper
Control Limit, LCL/Lower Control Limit).
5. Pelompatan. Apabila beberapa titik yang jatuh dekat batas kendali tertentu
secara tiba-tiba titik selanjutnya jatuh di dekat batas kendali yang lain.
Gambar 2.6 Bentuk-bentuk penyimpangan
Sumber : Jay Heizer dan Barry render, 2011
Salah satu pola teknik untuk mengetahui pola yang tidak umum adalah
dengan membagi peta kendali ke dalam enam bagian yang sama dengan garis
khayalan. Tiga bagian di antara garis tengah dan batas kendali atas sedangkan tiga
2.6.3.2. Peta Kendali Atribut
Peta kendali atribut digunakan untuk mengendalikan kualitas produk
selama proses produksi yang tidak dapat diukur tetapi dapat dihitung sehingga
kualitas produk dapat dibedakan dalam karakteristik baik atau buruk, berhasil atau
gagal. Adapun pembagian peta kendali atribut diantaranya :
Peta kendali atribut dibagi menjadi 4 :
1) Peta kendali kerusakan (p chart)
Digunakan untuk menganalisis banyaknya barang yang ditolak yang
ditemukan dalam pemeriksaan atau sederetan pemeriksaan terhadap total
barang yang diperiksa.
2) Peta kendali kerusakan per unit (np chart)
Digunakan untuk menganalisis banyaknya butir yang ditolak per unit.
3) Peta kendali ketidaksesuaian (c chart)
Digunakan untuk menganalisis dengan cara menghitung jumlah produk
yang mengalami ketidaksesuaian dengan cara spesifikasi.
4) Peta kendali ketidaksesuaian per unit (u chart)
Digunakan untuk menganalisa dengan cara menghitung jumlah produk
yang mengalami ketidaksesuaian per unit.
Peta kendali untuk jenis atribut ini memilik perbedaan dalam
penggunaannya. Perbedaan tersebut adalah peta kendali p dan np digunakan untuk
menganalisis produk yang mengalami kerusakan dan tidak dapat diperbaiki lagi,
sedangkan peta kendali c dan u digunakan untuk menganalisis produk yang
2.6.4. Diagram Pareto
Diagram pareto pertama kali diperkenalkan oleh Alfredo Pareto dan
digunakan pertama kali oleh Joseph Juran. Diagram pareto adalah grafik balok
dan grafik baris yang menggambarkan perbandingan masing-masing jenis data
terhadap keseluruhan. Dengan memakai diagram Pareto, dapat terlihat masalah
mana yang dominan sehingga dapat mengetahui prioritas penyelesaian masalah.
Fungsi diagram pareto adalah untuk mengidentifikasi atau menyeleksi masalah
utama untuk peningkatan kualitas dari yang paling besar ke yang paling kecil.
Kegunaan diagram pareto adalah :
1. Menunjukkan masalah utama.
2. Menyatakan perbandingan masing-masing persoalan terhadap
keseluruhan.
3. Menunjukkan tingkat perbaikan setelah tindakan perbaikan pada daerah
yang terbatas.
4. Menunjukkan perbandingan masing-masing persoalan sebelum dan setelah
perbaikan.
Gambar 2.7. Diagram pareto
Sumber : Jay Heizer and Barry Render, 2011
Pareto 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
Roundness Weight Size Shape Number
2.6.5. Diagram Sebab Akibat
Perangkat lain untuk mengidentifikasim maslah kualitas dan titik inpeksi
adalah diagram sebab-akibat (cause and effect diagram) yang juga dikenal dengan
diagram tulang ikan (fish-bone chart) dikarenakan bentuknya seperti tulang ikan
yang mengidentifikasi unsur proses (penyebab) yang mempengaruhi unsur hasil.
Manajer operasi memulai dengan 4 kategori: material/bahan baku, mesin
atau peralatan, manusia, dan metode. Inilah yang disebut “4M” yang merupakan
”penyebab”. Keempat kategori ini memberikan suatu daftar periksa yang baik
untuk melakukan analisis awal. Setiap penyebab dikaitkan dengan setiap kategori
yang disatukan dalam tulang yang terpisah sepanjang cabang tersebut.
Adapun kegunaan dari diagram sebab akibat adalah:
1. Membantu mengidentifikasi akar penyebab masalah.
2. Menganalisa kondisi yang sebenarnya yang bertujuan untuk memperbaiki
peningkatan kualitas.
3. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah.
4. Membantu dalam pencarian fakta lebih lanjut.
5. Mengurangi kondisi-kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian produk
dengan keluhan konsumen.
6. Menentukan standarisasi dari operasi yang sedang berjalan atau yang akan
dilaksanakan.
7. Sarana pengambilan keputusan dalam menentukan pelatihan tenaga kerja.
Manfaat dan kekurangan diagram sebab akibat • Manfaat:
– Mengorganisasikan dan menghubungkan faktor-faktor – Sebagai sarana untuk urun pendapat (brainstorming) – Melibatkan setiap orang yang terkait
• Kekurangan:
– Bisa sangat kompleks
– Memerlukan dedikasi dan kesabaran – Bisa jadi sulit dalam memfasilitasinya
Gambar 2.8. Diagram Sebab-Akibat
2.6.6. Diagram scatter/ pencar
Scatter diagram atau disebut juga dengan peta korelasi adalah grafik yang
menampilkan hubungan antara dua variabel apakah hubungan antara dua variable
tersebut kuat atau tidak yaitu antara faktor proses yang mempengaruhi proses
dengan kualitas produk. Pada dasarnya diagram sebar merupakan suatu alat
interpretasi data yang digunakan untuk menguji bagaimana kuatnya hubungan
antara dua variabel dan menentukan jenis hubungan dari dua variabel tersebut,
apakah positif, negatif, atau tidak ada hubungan. Dua variabel yang ditunjukkan
dalam diagram sebar dapat berupa karakteristik kuat dan faktor yang
mempengaruhinya.
Proses pembuatan diagram scatter/pencar
• Hipotesiskan hubungan yang akan dipelajari • Tentukan ukuran sampel yang tepat
• Penyebab diperagakan sebagai X dan hasil sebagai Y • Tentukan nilai Max dan Min tiap sumbu
[image:30.595.112.480.418.700.2]• Plot data pada bagan
Gambar 2.9. Diagram Pencar/Scatter
2.6.7. Diagram Alir (Flow chart)
Diagram alir menyajikan sebuah proses atau sistem dengan menggunkan
kotak dengan keterangan dan garis-garis yang sering berhubungan. Diagram alir
cukup sederhana, tetapi merupakan perangkat yang sangat baik untuk mencoba
[image:31.595.180.393.318.431.2]memahami sebuah proses atau menjelaskan sebuah proses.
Gambar 2.10 Diagram Alir (Flow chart)
Sumber : Jay Heizer and Barry Render, 2011
2.7. Kegagalan Produk
Menurut Firdaus Ahmad ( 2009 : 69 ) produk cacat adalah barang – barang yang tidak memenuhi standar produksi karena kesalahan dalam bahan, tenaga
kerja atau mesin dan harus diproses lebih lanjut agar memenuhi standar mutu
Menurut Firdaus Ahmad ( 2009 : 66 ) istilah produk rusak tidak sama
dengan produk cacat. Produk rusak itu sendiri diartikan sebagai barang –barang yang tidak memenuhi standar produksi dan tidak memerlukan proses lebih lanjut
untuk memperbaiki barang – barang tersebut.
Terdapat 3 jenis kegagalan produk yang terjadi pada kegiaatan produksi,
ketiga jenis kegagalan tersebut adalah :
a. Dijual langsung
Dijual langsung adalah jenis produk gagal atau produk cacat yang tidak
lulus tahap inspeksi, namun produk tersebut masih layak untuk dijual
kepada konsumen yang siap menampung produk cacat seperti ini.
b. Dikerjakan kembali
Kegagalan ini merupakan jenis produk cacat yang dapat dimasukan
kedalam proses produksi lagi untuk diproses lebih lanjut, untuk
menghasilkan produk lain atau sama dalam kondisi yang tidak cacat lagi.
c. Dibuang langsung
Kegagalan ini merupakan jenis produk cacat yang paling parah, artinya
jenis produk cacat ini, merupakan hasil dari proses produksi yang sudah
tidak ada artinya lagi. Dalam artian, produk cacat tersebut sudah tidak
mungkin untuk dikerjakan kembali dan sudah tidak mungkin pula untuk
dijual. Karena tingkat kegagalan untuk jenis produk ini, merupakan
Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan produk :
1. Pada material, terjadinya keterlambatan bahan baku dan terjadi kerusakan
bahan baku.
2. Pada karyawan, terjadinya kurangnya pengawasan pada bagian gudang
sehinggaterjadinya kekurangan pada bahan baku.
3. Pada mesin, terjadinya peralatan-peralatan yang tidak dapat beroperasi.
Timbulnya produk rusak atau produk cacat akan menambah biaya proses
produksi, sehingga akan mengurangi efesiensi perusahaan. Namun kerugian yang
lebih utama yang dihadapi perusahaan adalah jika produk gagal tersebut tidak
terdeteksi dan sampai kepada tangan konsumen. Hal ini dapat mengakiatkan
hilangnya kepercayaan dari konsumen yang memungkinkan mereka beralih pada
perusahaan lain.
Untuk memperkecil kegagalan produk, maka perusahaan harus
memperbaiki proses produksi, melatih para karyawan dan hal yang paling penting
adalah dengan pengendalian kualitas di setiap aktivitas produksi.
2.8. Kerangka Pemikiran
Di dalam persaingan dewasa ini, terutama di bidang industri, perusahaan
harus dapat bersaing dengan perusahaan lainnya baik dari dalam maupun luar
negeri. Apalagi untuk perusahaan yang telah mempunyai pangsa pasar
internasional. Perusahaan harus mampu menghasilkan poduk yang baik yang
mencapai standar yang diinginkan tersebut agar dapat bersaing dengan
perusahaan lainnya, baik dari dalam maupun luar negeri.
Dalam menghasilkan produk yang baik memerlukan pengolahan yang
efektif dan melakukan proses yang efesien, supaya menghasilkan produk yang
diinginkan yang sesuai dengan standar. Untuk setiap pengolahan produk yang
baik sangat diperlukan manajemen dalam memproduksi produk yang baik,
tentunya tidak mengecewakan buyer. Oleh karena itu perusahaan harus memiliki
dasar yang kuat tentang manajemen operasi/produksi.
Menurut Jay Heizer & BarryRender (2009:4) Manajemen operasi
adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan
jasa dengan mengubah input menjadi output.
Menurut Drs. Suyadi Prawirosentono (2009:1) Manajemen operasi adalah
suatu disiplin ilmu dan profesi yang mempelajari secara praktis tentang proses
perencanaan (process of planning), mendesain produk (product designing), sistem
[image:34.595.110.554.556.753.2]produksi (producting system) untuk mencapai tujuan.
Tabel 2.1. Penelitian terdahulu
Peneliti Judul Variabel Alat
Analisis Kesimpulan Herry Christian Palit, Claudina Milawati (2005) Sistem Pengendalian Kualitas Dengan Bantuan
Expert System Untuk Menurunkan Tingkat Kecacatan Produk
3 variabel Peta kendali p dan diaram sebab-akibat
Penggunaan expert system, membantu dalam tingkat penurunan kecacatan
Irvan,Zulia Hanum) *Rukmini (2006)
Pengendalian Mutu Produk
1 Peta kendali p
Survival (2003) Analisis Pelaksanaan Pengendalian Mutu Guna Mencapai Standar Kualitas Produk
Pada Unit Usaha Sapi Perah
Kud ”Batu” Malang
2 variabel Statistic (SQC)
Kualitas susu meningkat dengan diadakannya pengendalian mutu
Ita Puspita Analisis
Pengendalian Mutu Untuk Mencapai Standar Kualitas Produk Pada Pt. Central Power Indonesia
2 variabel SQC Kegagalan prodk terjadi karena factor manusia, disebabkan kurangnya pelatihan pada tenaga kerja Ronall Satria Wirjawan (2006) Pengendalian Kualitas Dan Aplikasi Metode Taguci Pada Produk Tas Plastik
2 variabel SQC Proses produksi masih kurang memadai Edy Purnomo (2006) Pengaruh Quality Control Terhadap Tingkat Kerusakan Produk
Pada Pt Filma Utama Soap Surabaya
2 variabel Statistic (parsial signifiance test) dan (simultan significanae test) .
follow up tebukti memiliki berpengaruh yang dominan
terhadap tingkat produk, dalam artian quality control sudah berjalan cukup baik
Isnan Junais, Nurdin Brasit dan Rindam Latief
Kajian Strategi Pengawasan dan Pengendalian Mutu Produk Ebi Furay PT. Bogatama Marinusa
2 variabel Analitycal Hierarchy Process (AHP)
Keunggulan bersaing dapt tercapai apabila adanya peran yang aktif dari manajer dan menerapkan HACCP
Rahman, Baral,Chow dhury and Khan
Quality Management In Industry of
Bangladesh
1 variabel Six Sigma Dengan quality sistem yang bagus akan mendorong konsumen untuk membeli dan memesan di Bangladesh Ingrid
Norton and Harry Ballard
Quality Assurance or Quality Control in Clothing
Manufacturing: An Annalysis of Smme Pratices In The
Western Cape, South Africa
baik dengan adanya QC
Sumber :Hasil analisis penulis
Pengendalian kualitas dapat dilakukan secara statistik dengan
menggunakan alat bantu yang terdapat pada SPC (Statistical Process Control) .
Pengendalian kualitas secara statistik yaitu sebuah proses yang digunakan untuk
menjaga standar, mengukur dan melakukan tindakan perbaikan terhadap produk
atau jasa yang diproduksi Pengendalian kualitas secara statistik dapat digunakan
untuk menerima atau menolak produk yang telah diproduksi dan dapat
dipergunakan untuk mengawasi proses sekaligus kualitas produk yang sedang
dikerjakan.
Kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini untuk
menggambarkan bagaimana pengendalian kualitas yang dilakukan secara statistik
dapat bermanfaat dalam menganalisis tingkat kerusakan produk yang dihasilkan
oleh PT. WISKA yang melebihi batas toleransi, serta mengidentifikasi penyebab
hal tersebut untuk kemudian ditelusuri solusi penyelesaian masalah tersebut
sehingga menghasilkan usulan/ rekomendasi perbaikan kualitas produksi di masa
mendatang. Berdasarkan tinjauan landasan teori dan penelitian terdahulu, maka
Gambar 2.11. Bagan Manajemen Bisnis Total (TBM)
Sumber :Dr. W. Edwards Deminng TBM
(Total Bisnis Manajemen)
TPM TQM
TRM TCM
TTM
Pengembangan SDM yang handal
Hasil-hasil Bisnis Menjadi
Optimum
Gambar 2.12 Bagan Kerangka Pemikiran Sumber : Hasil Analisis Penulis
Qualit Control
Input/Masukan
Proses Poduksi
Output/ Produk yang dihasikan
Qualit Control
Produk Baik Produk Gagal
Kepuasan Konsumen
Loyalitas Pelanggan
Hasil Analisis
Usaha Perbaikan Sejauh mana
kegagalan dan pada jenis mana terjadi
Penentuan peyebab kegagalan produk
50
3.1 Alasan Penggunaan Metode Penelitian Kualitatif
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif dikarenakan
dalam pembahasan mengenai QC (quality control) atau pengendalian kualitas
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara atribut dan variable. Yang penulis
kaji yaitu secara atribut, dimana pengendalian kualitas dilakukan dengan cara
memeriksa dan menggolongkan produk kedalam dua criteria, apakah produk yang
dihasilkan baik atau rusak/kegagalan produk. Sehingga dalam penelitian ini
penulis tidak mencari penngaruh keterkaitan variable sebagaimana ada batasan-
batasan masalah melaikan menganalisis berdasarkan situasi social
(place,actor,dan aktivitas) yang terjadi di perusahaan PT.WISKA
Dalam penelitian kualitatif gejala bersifat holistik atau menyeluruh dan
tidak dapat dipisah-pisahkan sehingga tidak atau menetapkan penelitiannya
berdasarkan variabel penelitian, sehingga peneliti kualitatif tidak akan
menetapkan penelitian hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan
Situasi Sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.
Penelitian kualitatif bertujuan untuk melakukan penafsiran terhadap
fenomena sosial. Para periset kualitatif dapat menggunakan semiotika, narasi, isi,
diskursus, arsip, analisis fonemik, bahkan statistik. Di sisi yang lain, para periset
tidak ada metode atau praktik tertentu yang dianggap unggul, dan tidak ada teknik
yang serta merta dapat disingkirkan.
Metode penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk
mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu. (Umi Narimawati, 2008 : 127).
Di sisi lain, penelitian kualitatif juga melintasi ilmu pengetahuan
humaniora, sosial, dan fisika. Hal tersebut berarti penelitian kualitatif memiliki
fokus terhadap banyak paradigma. Para praktisinya sangat peka terhadap nilai
pendekatan multimetode. Mereka memiliki komitmen terhadap sudut pandang
naturalistiuk dan pemahaman intepretatif atas pengalaman manusia.
Dalam mempertajam penelitian, peneliti kualitatif menetapkan focus. Spradley menyatakan bahwa “ A focused refer to a single cultural domain or a
few related domains “ maksudnya adalah bahwa, fokus itu merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi social. Dalam penelitian
kualitatif, penentuan focus lebih diarahkan pada tingkat kebaruan informasi yang
akan diperoleh dari situasi sosial (lapangan).
Spradley dalam Sanapiah Faisal (1998) mengemukakan alternatif untuk
menetapkan fokus yaitu :
1. Menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan oleh informan.
Informan ini dalam lembaga bisnis, bisa manajer, supervisor, operator,
follow up dan sebagainya.
2. Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu organizing
proses, produksi, bahan mentah, system pemasaran, iklan, pembeli,
kebijakan pemerintah, manajemen , dan sejenisny
Teori dalam penelitian kualitatif
Dalam penelitian kualitatif, karena permasalahan yang dibawa oleh
peneliti masih bersifat sementara, maka teori yang digunakan dalam penyusunan
proposal penelitian kualitatif juga masih bersifat sementara, dan akan berkembang
setelah peneliti memasuki lapangan atau konteks sosial. Dalam kaitannya dengan
teori, jika dalam penelitian kuantitatif itu bersifat menguji hipotesis atau teori,
sedangkan dalam penelitian kualitatif bersifat menemukan teori, atau dalam hal
ini adalah menemukan cara menganalisis quality control dalam hal mengurangi
kegagalan produk handuk pada PT. WISKA.
Peneliti kualitatif harus bersifat “perspetif emic” artinya memperoleh data bukan “sebagai mana seharusnya”, bukan berdasarkan apa yang difikirkan oleh
peneliti, tetapi berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi dilapangan, yang
dialami, dirasakan, dan difikirkan oleh partisipan atau sumber data.
3.2 Tujuan Study : Explanatory Reaseach
Tujuan studi ini untuk menambah pengetahuan mengenai analisis
pengendalian kualitas pada PT.WISKA yang penulis teliti dan peroleh
berdasarkan dengan kenyataan di dunia bisnis.
Studi ini Diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan referensi
maupun bahan pertimbangan bagi mereka yang mengadakan penelitian lebih
produk handuk di PT.WISKA dengan mengunakan metode SPC (Statistik Proses
Control). Serta berguna bagi pengembangan ilmu dalam bidang ekonomi juga
Menambah wawasan keilmuan di bidang manajemen terutama tentang
pengendalian kualitas dengan menggunakan metode SPC.
Tujuan Studi ini juga diharapkan untuk menambah pengetahuan tentang
keilmuan pada penelitian dengan metode kualitatif. Dengan menggunakan
pendekatan kualitatif, peneliti dapat menggali penjelasan mengenai perilaku
pengguna terhadap sistem, keberhasilan sistem serta kegagalannya, serta
menambah gudang keilmuan tentang bagaimana cara penulisan karya tulis dengan
meggunakan metode kualitatif.
3.3 Studi Kasus Tunggal (Klasik)
Penelitian studi kasus tunggal holistik (holistic single-case study) adalah
penelitian yang menempatkan sebuah kasus sebagai fokus dari penelitian. Yin
(2009) menjelaskan bahwa terdapat 5 (lima) alasan untuk menggunakan hanya
satu kasus di dalam penelitian studi kasus, yaitu:
a) Kasus yang dipilih mampu menjadi bukti dari teori yang telah dibangun
dengan baik. Teori yang dibangun memiliki proposisi yang jelas, yang
sesuai dengan kasus tunggal yang dipilih sehingga dapat dipergunakan
untuk membuktikan kebenarannya.
b) Kasus yang dipilih merupakan kasus yang ekstrim atau unik. Kasus
tersebut dapat berupa keadaan, kejadian, program atau kegiatan yang
jarang terjadi, dan bahkan mungkin satu-satunya di dunia, sehingga layak
c) Kasus yang dipilih merupakan kasus tipikal atau perwakilan dari kasus
lain yang sama. Pada dasarnya, terdapat banyak kasus yang sama dengan
kasus yang dipilih, tetapi dengan maksud untuk lebih menghemat waktu
dan biaya, penelitian dapat dilakukan hanya pada satu kasus saja, yang
dipandang mampu menjadi representatif dari kasus lainnya.
d) Kasus dipilih karena merupakan kesempatan khusus bagi penelitinya.
Kesempatan tersebut merupakan jalan yang memungkinkan peneliti untuk
dapat meneliti kasus tersebut. Tanpa adanya kesempatan tersebut, peneliti
mungkin tidak memiliki akses untuk melakukan penelitian terhadap kasus
tersebut.
e) Kasus dipilih karena bersifat longitudinal, yaitu terjadi dalam dua atau
lebih pada waktu yang berlainan. Kasus yang demikian sagat tepat untuk
penelitian yang dimaksudkan untuk membuktikan terjadinya perubahan
pada suatu kasus akibat berjalannya waktu.
3.4 Penjelasan Menggunakan Studi Kasus Tunggal
Dalam penelitian ini gejala bersifat holistik atau menyeluruh dan tidak
dapat dipisah-pisahkan sehingga tidak atau menetapkan penelitiannya berdasarkan
variabel penelitian, sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitian
hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan Situasi Sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity)
yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial ini dalam konteks bisnis garmen
penjualan atau unit bisnis garmen PT.WISKA itu sendiri, orang yang ada dalam
PT. WISKA dan aktivitasnya.
[[
3.5 Desain Penelitian
Menurut Moh. Nazir (2003:273) :
[image:44.595.109.516.327.642.2]“Desain penelitian adalah proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan pnelitian”. Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan Penelitian Desain penelitian Jenis Penelitian Metode yang digunakan
Unit Amalisis Time Horizone T-1 Descriptive Descriptive
dan Survey
Produk yang
dihasilkan
Cross
Sectional
T-2 Descriptive Descriptive
dan Survey
Produk yang
dihasilkan
Cross
Sectional
T-3 Descriptive Descriptive
dan Survey
Produk yang
dihasilkan
Cross
Sectional
T-4 Descriptive Descriptive
dan Survey
Produk yang
dihasilkan
Cross
Desain Penelitian merupakan rancangan yang digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua
pihak terlibat dalam proses penelitian, karena langkah dalam melakukan
penelitian mengacu kepada desain penelitian yang telah dibuat.
Menurut Umi Narimawati (2010:30) langkah-langkahnya desain penelitian
diantaranya :
1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian,
selanjutnya menetapkan judul dari penelitian;
2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi;
3. Menetapkan rumusan masalah;
4. Menetapkan tujuan penelitian;
5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan
teori;
6. Menetapkan konsep variable sekaligus pengukuran variable penelitian
yang digunakan;
7. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel, dan teknik
pengumpulan data.
8. Melakukan analisis data.
3.5.1 Rumusan Masalah Penelitian
Sesuai dengan apa yang telah diuraikan penulis dalam latar belakang
penelitian maka penulis telah membatasi permasalahan yang akan menjadi dalam
penulisan ini. Permasalahan tersebut dapat diuraikan menggunakan analisis
pengedalian kualitas SPC (Statistik Proses Kontrol) sebagai berikut:
1. Bagaimana kegiatan pngendalian kualitas pada proses produksi produk
handuk di PT. WISKA
2. Jenis kegagalan apa saja yang sering terjadi pada produk handuk di
PT. WISKA
3. Faktor apa saja yang menyebabkan kegagalan produk handuk di
PT. WISKA
4. Sejauhmana peran pengendalian kualitas dalam mengurangi kegagalan
produk handuk di PT. WISKA dengan menggunakan metode SPC
(Statistic Proses Control)
3.5.2 Proposisi Studi
Proposisi adalah pernyataan tentang sifat dari realitas yang dapat diuji
kebenarannya. Dalam ilmu social, proposisi biasanya adalah pernyataan tentang
hubungan antara dua konsep atau lebih.
Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan untuk menguji secara empiris.
Dalil (law) adalah proposisi yang mempunyai jangkauan (scope) yang lebih luas
dan telah mendapat banyak dukungan empiris. Adapun perumusan proposisi dari
Dalam penelitian ini penulis menggunakan Analisis SPC sebagai formulasi
perencanaan kemajuan bisnis yang mana mencakup aspek sumber daya manusia,
[image:47.595.52.567.191.745.2]aspek operasional/ produksi dan aspek kebijakan.
Gambar 3.1 Perumusan proposisi Qualit Control
Input/Masukan
Proses Poduksi
Output/ Produk yang dihasikan
Qualit Control
Produk Baik Produk Gagal
Kepuasan Konsumen
Loyalitas Pelanggan
Hasil Analisis
Usaha Perbaikan Sejauh mana
kegagalan dan pada jenis mana terjadi
Penentuan peyebab kegagalan produk
3.5.3 Unit Analisis
Unit analisis disini yaitu situasi sosial perusahaan garmen PT.WISKA itu
sendiri yang terdiri dari tempat (place), pelaku (actor),dan aktivitasnya
3.5.3.1 Tempat Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan pada perusahaan garmen PT.WISKA jalan
raya bandung-garut KM 20,9 Rancaekek. Penelitian ini dimulai pada bulan
Februari 2012 sampai Juni 2012.
[[
3.5.3.2 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri.
Selanjutnya Nasution dalam Sugiyono (2009) menyatakan : “Dalam
penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan manusia sebagai
instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum
mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, hipotesis yang
digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan
secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan
sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu,
3.5.3.3 Sampel Sumber Data
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri dari aspek
tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara
sinergis. Situasi sosial tersebut dalam hal ini berada di perusahaan garmen
PT.WISKA. Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai obyek penelitian yang ingin difahami secara mendalam. “apa yang terjadi” didalamnya. Pada
situasi sosial atau obyek penelitian ini peneliti dapat mengamati secara mendalam
aktivitas (activity), orang-orang (actors) yang ada pada tempat (place) tertentu.
Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi
sebagai narasumber atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian.
Sampel dalam penelitian kualitatif bukan merupakan sampel teoritis, karena
tujuan penelitian kualitatif dalam hal ini untuk menganalisis pengendalian
kualitas/quality control dalam mengurangi kegagalan produk. Sampel dalam
penelitian kualitatif juga disebut sebagai sampel konstruktif, karena dengan
sumber data dari sampel itu dapat dikonstruksikan fenomena yang semula belum
jelas.
Pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu, yang
dapat berupa lembaga bisnis tertentu, melakukan observasi dan wawancara
kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi sosial tersebut.
Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara
Dalam penelitian kualitatif ini, teknik sampling yang digunakan adalah
snowball sampling. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber
data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit , lama-lama menjadi besar. Hal ini
dilakukan karena dari data yang sedikit itu belum mampu memberikan data yang
lengkap dan pasti, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai
sumber data. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin besar
seperti bola salju yang menggelinding dan lama-lama menjadi besar.
Lincoln dan Guba (1985) mengemukakan bahwa “ Naturalistic sampling is, then, very different from conventional sampling. It is based on informational,
not statistical, considerations. Its purpose is to maximize information, no to
facilitate generalization”. penentuan sampel dalam penelitian kualitatif
(naturalistik) sangat berbeda dengan penentuan sampel konvensional (kuantitatif).
Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif tidak didasarkan perhitungan
statistic. Sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi yang
maksimum, bukan untuk digeneralisasikan.
Oleh karena itu menurut Lincoln dan Guba (1985), dalam penelitian
naturalistic, spesifikasi sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya.
Jadi penentuan sampel dalam penelitian kualitatif dilakukan saaat peneliti
mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung (emergent sampling
Dalam penelitian kualitatif sampel sumber data yang dikemukakan masih
bersifat sementara. namun demikian peneliti perlu menyebutkan siapa-siapa yang
[image:51.595.149.485.199.298.2]kemungkinan digunakan sebagai sumber data.
Gambar 3.1 Proses pengambilan sampel sumber data dalam penelitian kualitatif, purposive dan snowball
Sumber : Sugiyono (2009)
Sanafiah Faisal (1990) mengutip pendapat Spradley mengemukakan
bahwa, situasi sosial untuk sampel awal sangat disarankan suatu situasi sosial
yang didalamnya menjadi semacam muara dari banyak domain lainnya.
Selanjutnya dinyatakan bahwa, sampel sumber data sebagai informan sebaiknya
yang memenuhi kriteria sebagai berikut.
1. Mereka yang menguasai atau memahami melalui suatu proses enkulturasi,
sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya.
2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada
kegiatan yang tengah diteliti.
3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi.
4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil”keemasannya” sendiri.
A C B
D
G E F
I
5. Mereka yang mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan sebagai narasumber.
3.5.4 Keterkaitan Data Untuk Proposisi
Data yang diambil dari perusahaan garmen PT.WISKA ini berupa
wawancara, observasi dan data aspek produksi, aspek pesaing, dan aspek
kebijakan perusahaan yang diambil dari 6 pakar yaitu :
1. Kepala Personalia
2. Kepala bagian grey
3. Kepala bagian pencelupan dan finishing
4. Kepala bagian cutting
5. Kepala bagian sewing/jahit
6. Kepala bagian garmen
Setelah data telah terkumpul lalu dihitung dengan menggunakan metode
statistic SPC dan kemudian bisa digunakan dalam pengambilan keputusan untuk
proses perbaikan masa yang akan datang.
3.6 Jenis dan Sumber Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting, narasumber,
dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya, data dapat dikumpulkan pada
di tempat pembelanjaaan, di rumah dengan berbagai responden, pada suatu
seminar, diskusi, dijalan, dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya maka
pengumpulan datanya menggunakan sumber primer dan sekunder.
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data, dan sumber sekunder adaah sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data misalnya cara lain seperti lewat
dokumen. Selanjutnya jika dilihat dari segi cara teknik pengumpulan data, maka
teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan),
interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan
[image:53.595.118.463.332.599.2]keempatnya.
Gambar 3.2
Macam-macam teknik pengumpulan data.
Sumber : Sugiyono (2009) Macam teknik
pengumpulan data
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
3.6.1 Observasi
Nasution dalam Sugiyono (2009) menyatakan bahwa, observasi adalah
dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan
data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh dari observasi. Data itu
dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih,
sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan electron) maupun yang
sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.
Marshall (1995) menyatakan : ” through observation, the researcher learn
about behavior and the meaning attached to those behavior”. melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna perilaku tersebut.
3.6.2 Wawancara
Pada penelitian ini peneliti melakukan wawancara sebagai teknik
pengumpulan data. Esterberg (2002) mendefinisikan interview sebagai berikut : “a meeting of two persons to exchange information and idea through question and
responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a
particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topic tertentu.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan pemasalahan yang harus
diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
Susan Stainback (1998) mengemukakan baha : ” Interviewing provide the
researcher a means to gain a deeper understanding of how the participant
interpret a situation or phenomenon than can be gained through observation
alon”. Dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih
mendalam tentang partisipan dalam menginteprestasikan situasi dan fenomena
yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. Dalam
penelitian kualitatif, sering menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan
wawancara mendalam.
Pada penelitian ini penelitian melakukan jenis wawancara semi terstruktur
karena jenis wawancara ini sudah termasuk kategori indept interview, dimana
dalam pelaksanaanya lebih bebas apabila dibandingkan dengan wawancara
terstruktur, tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan permasalhan
secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan
ide-idenya.
3.6.3 Langkah-Langkah Wawancara
Lincoln dan Guba dalam Sanapiah Faisal mengemukakan tujuh langkah
dalam wawancara dalam mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif:
1. Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan
2. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan dijadikan bahan
pembicaraan
3. Mengawali atau membuka alur wawancara.
4. Melangsungkan alur wawancara
6. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan.
7. Mengidentifikasikan tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh
3.6.4 Alat-Alat Wawancara
Agar hasil wawancara dapat terekam dengan baik maka diperlukan alat
bantuan sebagai berikut:
1. Buku Catatan
2. Tape Recorder
3. Camera
3.6.5 Mencatat Hasil Wawancara
Karena wawancara dilakukan secara terbuka dan tidak terstruktur maka
harus segera dicatat agar tidak hilang atau lupa, peneliti perlu membuat
rangkuman yang lebih sistematis terhadap hasil wawancara.
3.6.6 Teknik Pengumpulan Data dengan Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk gambar, tulisan, karya-karya monumental seseorang. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif.
3.6.7 Trianggulasi
Triangulasi dapat diartikan sebagai teknik pengmpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengu