• Tidak ada hasil yang ditemukan

A CORRELATION BETWEEN THE INTEREST FOR BEING A TEACHER AND FAMILY ENVIRONMENT WITH THE ACADEMIC ACHIEVEMENT TO THE STUDENT OF HISTORICAL EDUCATION OF TEACHING AND TRAINING FACULTY OF SEBELAS MARET

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "A CORRELATION BETWEEN THE INTEREST FOR BEING A TEACHER AND FAMILY ENVIRONMENT WITH THE ACADEMIC ACHIEVEMENT TO THE STUDENT OF HISTORICAL EDUCATION OF TEACHING AND TRAINING FACULTY OF SEBELAS MARET"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

Purwaningsih. HUBUNGAN ANTARA MINAT MENJADI GURU DAN

LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI AKADEMIK PADA

MAHASISWA PENDIDIKAN SEJARAH FKIP UNS. Skripsi. Surakarta: Fakultas

keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Agustus 2010.

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara minat menjadi guru dan prestasi akademik pada mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS, (2) untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara lingkungan keluarga dan prestasi akademik pada mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS, (3) untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara minat menjadi guru dan lingkungan keluarga secara bersama-sama terhadap prestasi akademik pada mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif statistik korelasional. Populasi terdiri dari seluruh mahasiswa Pendidikan sejarah angkatan 2006, 2007, 2008, dan 2009. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Proportionate Stratified Random Sampling

dengan tingkat signifikansi 5% berdasarkan tabel Isaac dan Michael diperoleh sampel sebanyak 120. Data minat menjadi guru dan data lingkungan keluarga diperoleh dengan menyebar angket atau kuesioner, sedangkan untuk data prestasi akademik menggunakan teknik dokumentasi.

Berdasarkan analisis data diperoleh hasil sebagai berikut (1) terdapat hubungan positif yang signifikan antara minat menjadi guru dan prestasi akademik. Hasil ditunjukkan dari perhitunganrhitung >rtabel atau 0,715 > 0,176 pada n=120 dengan taraf signifikansi 5%, (2)

terdapat hubungan positif yang signifikan antara minat menjadi guru dan prestasi akademik. Hasil ditunjukkan dari perhitungan rhitung >rtabel atau 0,766 > 0,176 pada n=120 dengan taraf

signifikansi 5%, (3) terdapat hubungan positif yang signifikan antara minat menjadi guru dan lingkungan keluarga terhadap prestasi akademik. Hasil ditunjukkan dari perhitungan

tabel hitung F

F > atau 120,227 > 3,07 pada n=120 dengan taraf signifikansi 5%. Diperoleh hasil persamaan garis regresi linier ganda yaitu

(2)

Purwaningsih. A CORRELATION BETWEEN THE INTEREST FOR BEING A

TEACHER AND FAMILY ENVIRONMENT WITH THE ACADEMIC

ACHIEVEMENT TO THE STUDENT OF HISTORICAL EDUCATION OF TEACHING AND TRAINING FACULTY OF SEBELAS MARET UNIVERSITY

(UNS). Thesis. Surakarta: Teaching and Training Faculty. Sebelas Maret University. August

2010.

The aims of this research are to find out the existence of correlations between (1) the interest for being a teacher and academic achievement, (2) the family environment and academic achievement, (3) the interest for being a teacher and the environment of family to the academic achievement collectively, to the student of historical education program of teaching and training faculty of UNS.

This research method was descriptive-corelational statistic. The population consisted of the whole students of historical education in the academic years of 2006, 2007, 2008, and 2009. The sampling technique used was Proportionate Stratified Random Sampling with the level of significance is 5 % based on the Isaac and Michael tables. It was obtained 120 samples. The data of the interest for being a teacher and family environment was obtained by using questionnaire instrument, while the data of academic achievement was by using documentation technique.

Based on the data analysis, it is obtained the result as follows: there is the significant positive relationship between (1) the interest for being a teacher and academic achievement. The result is showed by the rarithmetic > rtable calculation or 0,715 > 0,176 at n=120 wit the

level of significance is 5%, (2) the interest for being a teacher and academic achievement. The result is showed by rarithmetic > rtable calculation or 0,766 > 0,176 at n=120 with the level

of significance is 5 %, (3) the interest for being a teacher and family environment to the academic achievement. The result is showed by the Farithmetic >Fttable or 120.227 > 3.07 at

(3)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Hal ini

dibuktikan dengan adanya semboyan “Belajar sepanjang hayat”, yang

mengindikasikan betapa besarnya peranan pendidikan. Selain itu, pendidikan juga

merupakan wahana yang penting untuk menciptakan generasi muda sebagai

penerus bangsa agar pembangunan bangsa berkualitas.

Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Untuk mewujudkan suatu pendidikan yang berkualitas, diperlukan peranan

guru yang berkualitas serta diperlukan komitmen yang tinggi pula sebagai tenaga

pendidik yang terlibat langsung dalam penyelenggaraan pendidikan. Implikasi

dari adanya upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan tersebut adalah usaha

peningkatan kualitas guru.

Untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas agar diperoleh output

yang berkualitas pula, diperlukan para guru yang berkarakter kuat dan cerdas.

Guru yang berkarakter kuat, bukan hanya mampu mengajar tetapi ia juga mampu

mendidik. Ia bukan hanya mampu mentransfer pengetahuan (transfer of

knowledge), tetapi ia juga mampu menanamkan nilai-nilai yang diperlukan untuk

mengarungi kehidupan. Guru yang cerdas, ia bukan hanya memiliki kemampuan

yang bersifat intelektual, tetapi yang memiliki kemampuan secara emosi dan

spiritual sehingga guru mampu mambuka mata hati peserta didik untuk belajar,

yang selanjutnya ia mampu hidup dengan baik di tengah-tengah masyarakat

(4)

Di Indonesia khususnya di UNS Surakarta, LPTK (Lembaga Pengadaan

tenaga Kependidikan) yang berperan untuk mencetak calon guru adalah FKIP

(Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan). Melalui lembaga atau fakultas ini,

mahasiswa diberi bekal mengenai dasar-dasar menjadi guru serta Praktek

Pengalaman Lapangan (PPL) yang diharapkan pada nantinya mampu

menghasilkan output berupa para guru yang berkualitas dan berkompeten pada

bidangnya. Menurut A. Samana (1994:87), unsur-unsur LPTK agar diperoleh

output yang berkualitas adalah :

1. Guru calon guru ( Dosen di LPTK )

2. Kurikulum LPTK

3. Standardisasi masukan LPTK yang lain, meliputi prasarana, sarana, media,

sumber, sekolah tempat praktik keguruan, dan situasi umum yang kondusif

demi terselenggaranya pembelajaran di LPTK perlu dibina mutu dan

jumlahnya

4. Standardisasi penilaian dan norma kelulusan

5. Peran LPTK dalam pelayanan pendidikan guru yang telah berdinas

Menurut Furqon Hidayatullah (2007:77), upaya-upaya agar output dari

FKIP UNS ini nantinya dapat menjadi guru yang handal dapat diarahkan dengan:

1. Penajaman kurikulum,

2. Fasilitas dan sarana prasarana,

3. Sumber Daya Manusia (khususnya tenaga pengajar),

4. Aspek penunjang,

5. dan manajemen yang kuat.

Lulusan pendidikan guru yang berkualifikasi siap pakai menunjuk adanya

kemampuan untuk mengolah,menyesuaikan, dan mengorranisir pesan

pengajarannya selaras dengan situasi siswa yang dihadapinya dengan tetap

mengacu pada pedoman kurikuler yang disahkan oleh Pemerintah. Kualitas guru

yang diharapkan oleh masyarakat atau negara adalah tidak sekadar siap pakai,

tetapi juga bersifat mandiri dalam menjalankan tugas keguruannya ( A. Samana,

(5)

pilihan karirnya, susila serta bertanggungjawab dalam segala tindakannya, setiap

keputusan serta tindak keguruannya berdasar pada pertimbangan rasional yang

mantap, dan output (guru) tersebut mampu menginvestasikan semua perolehan

belajarnya untuk meraih perkembangan diri serta karirnya lebih lanjut.

Di FKIP UNS, prestasi belajar atau prestasi akademik ditunjukkan dalam

bentuk Indeks Prestasi (IP). Oleh karena output yang dihasilkan oleh FKIP UNS

adalah para guru, maka untuk membentuk guru yang berkualitas dan berkompeten

di bidangnya, diperlukan minat yang tinggi untuk menjadi guru. Selain minat

menjadi guru, hal yang juga penting agar mahasiswa menjadi guru yang

berkompeten adalah lingkungan keluarga yang harmonis dan kondusif.

Minat menjadi guru sangat penting dimiliki oleh calon guru, terutama bagi

mahasiswa yang mengambil kuliah di FKIP. Tanpa adanya minat yang tinggi,

sulit untuk mencapai hasil yang diinginkan dan hal ini berakibat pada output yang

dihasilkan pada nantinya tidak memiliki kualifikasi yang bagus. Padahal, setelah

lulus mahasiswa diharapkan dapat menjadi tenaga pendidik yang profesional dan

memiliki kualifikasi yang memadai.

Lingkungan keluarga yang mendukung dan kondusif juga diharapkan

dapat meningkatkan prestasi belajar. Lingkungan keluarga yang mendukung

prestasi belajar mahasiswa dengan yang tidak mendukung belajar tentu akan

menghasilkan prestasi yang berbeda pula.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diharapkan prestasi

belajar mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS dapat meningkat dengan cara

menumbuhkan kecintaan dan minat mereka untuk menjadi guru dan berusaha

menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif sebagai motivasi untuk belajar.

Minat menjadi guru harus ditingkatkan sebab dengan adanya minat yang tinggi

untuk menjadi guru, dapat meningkatkan motivasi untuk belajar dan berdampak

pada hasil prestasi akademik. Selain itu, dengan adanya minat menjadi guru yang

tinggi diharapkan dapat meningkatkan dan menghasilkan lulusan yang nantinya

memiliki profesionalitas dan kualifikasi yang bagus dalam bidang pendidikan.

Lingkungan keluarga juga perlu diupayakan kondusif, sebab lingkungan keluarga

(6)

akademik. Peranan keluarga sangat penting dalam pendidikan anak, sehingga cara

orang tua mendidik anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya. Orang tua

yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya pasti tidak mengetahui

kesulitan-kesulitan belajar yang dialami anaknya. Sebetulnya, anak mungkin

pandai, tetapi karena kurang perhatian dari orang tuanya maka si anak menjadi

malas belajar. Oleh karena itu, diperlukan bimbingan dan pengarahan orang tua

demi keberhasilan anaknya (Ngalim Purwanto, 1988:148). Selain itu, relasi

keluarga yang harmonis, keadaan ekonomi keluarga yang mencukupi, sifat

pengertian dari orang tua, dan suasana rumah yang kondusif turut pula menjadi

faktor penting dalam memacu mahasiswa untuk mengapai prestasi akademik yang

baik.

Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA MINAT MENJADI GURU DAN

LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI AKADEMIK PADA

MAHASISWA PENDIDIKAN SEJARAH FKIP UNS”.

B. Identifikasi Masalah

Berkaitan dengan kondisi yang diuraikan di atas dapat diidentifikasikan

masalah sebagai berikut :

1. Mengapa prestasi akademik mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS

rendah ?

2. Mengapa prestasi akademik mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS

perlu ditingkatkan ?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi rendahnya prestasi akademik

mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS?

4. Apakah minat menjadi guru berhubungan dengan prestasi akademik

mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS ?

5. Apakah lingkungan keluarga berhubungan dengan prestasi akademik

(7)

C. Pembatasan Masalah

Guna mengkaji dan menjawab masalah secara lebih mendalam,

permasalahan yang akan diteliti perlu dibatasi karena kualitas ilmiah bukan hanya

terletak pada keluasan masalah akan tetapi terletak pada kedalaman pengkajian

pemecahan masalah. Oleh karena itu, perlu diberi batasan yang terkait dalam

penelitian ini yaitu hubungan antara minat menjadi guru dan lingkungan keluarga

dengan prestasi akademik pada mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS.

1. Ruang lingkup Permasalahan

Ruang lingkup permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah

mengenai hubungan antara variabel minat menjadi guru dan variabel lingkungan

keluarga terhadap variabel prestasi akademik.

2. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP

UNS.

3. Obyek Penelitian

Sesuai dengan judul, maka yang menjadi obyek dalam penelitian ini

adalah :

a. Variabel bebas adalah :

a) Minat untuk menjadi guru, khususnya guru sejarah.

b) Lingkungan keluarga.

b. Variabel terikat adalah hasil atau prestasi akademik atau prestasi belajar.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Adakah hubungan antara minat menjadi guru dengan prestasi

akademik pada mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS ?

2. Adakah hubungan antara lingkungan keluarga dengan prestasi

(8)

3. Adakah hubungan antara minat menjadi guru dan lingkungan keluarga

secara bersama-sama dengan prestasi akademik pada mahasiswa

Pendidikan Sejarah FKIP UNS ?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang dikemukakan, maka tujuan

penelitian ini adalah :

1. Secara umum :

Dalam penelitian ini berusaha untuk memperoleh gambaran yang nyata

tentang adanya hubungan yang signifikan antara minat menjadi guru dan

lingkungan keluarga dengan prestasi akademik mahasiswa Pandidikan

Sejjarah FKIP UNS.

2. Secara khusus :

Penelitian ini berusaha untuk :

a. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara minat menjadi guru dengan

prestasi akademik pada mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS.

b. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara lingkungan keluarga dengan

prestasi akademik pada mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS.

c. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara minat menjadi guru dan

lingkungan keluarga secara bersama-sama dengan prestasi akademik

pada mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS.

F. Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat mempunyai

manfaat sebagai berikut :

1. Bagi penulis yaitu penelitian ini disusun sebagai syarat guna menempuh

gelar Sarjana dan juga sebagai sarana menerapkan ilmu yang diterima di

bangku kuliah sekaligus menambah wawasan dan pengetahuan yang

(9)

2. Bagi Fakultas yaitu dari hasil penelitian ini diharapkan dapat membuka

wawasan dan pengetahuan serta dapat sebagai tambahan referensi

kepustakaan karya ilmiah bagi peneliti berikutnya.

3. Hasil penelitian yang ada berguna untuk mendapatkan pengetahuan

tentang hubungan antara minat menjadi guru dan lingkungan keluarga

dengan prestasi akademik pada mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS.

4. Hasil penelitian yang ada berguna untuk pengembangan penelitian bagi

(10)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Untuk mempermudah jalannya penelitian, maka dikemukakan teori-teori

yang relevan dengan permasalahan sebagai pedoman dalam penyusunan

penelitian, yaitu :

1. Tinjauan Tentang Minat Menjadi Guru

a. Pengertian Minat.

Seseorang dikatakan memiliki minat apabila seseorang tersebut

menunjukkan sikapnya atau perhatiannya terhadap obyek tertentu. W.S Winkel

(2004 : 105) berpendapat bahwa , “Minat adalah kecenderungan subyek yang

menetap untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan

merasa senang mempelajari materi itu “. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap

prestasi akademik, sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang

diminatinya.

Definisi lebih rinci dikemukakan oleh A. Samana (1994 : 71) bahwa “

Minat sebagai kecenderungan untuk memperhatikan suatu obyek tertentu serta

rela mencurahkan kesadarannya, tenaganya, waktu (luang) yang dimilikinya dan

fasilitas yang dimilikinya untuk mendalami obyek tersebut dan dengan sadar

menghindarkan diri dari tarikan obyek-obyek pengamatan lain yang dapat

mengganggu”. Jadi, dapat dikatakan bahwa bila seseorang memiliki ketertarikan

terhadap sesuatu obyek, maka seseorang tersebut akan mencurahkan dan

mengorbankan segenap kesadarannya, tenaganya, waktunya, dan fasilitas yang

dimilikinya untuk mempelajari, mengamati, dan mendalami suatu obyek tersebut.

Selain itu, demi mendalami obyek yang diminatinya tersebut, seseorang akan

berupaya untuk menghindarkan diri dengan sadar dari obyek-obyek pengamatan

lain yang dapat mengganggu pengamatannya.

Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang

menunjukkan bahwa seseorang lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya.

(11)

Seseorang yang memiliki minat terhadap suatu obyek, maka orang tersebut

cenderung memberi perhatian besar terhadap obyek tersebut. Hal ini sesuai

dengan pendapat dari Agus Sujanto (2001 :92) bahwa “Minat ialah suatu

pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir dengan penuh

kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan lingkungannya”.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat

adalah kecenderungan untuk merasa tertarik, senang, dan memilih sesuatu, baik

itu suatu kegiatan, benda, orang dan keadaan tertentu sehingga dengan minat

tersebut seseorang terdorong untuk mempelajarinya.

b. Karakteristik Minat

Minat sebagai salah satu aspek tingkah laku afektif memiliki karakteristik.

Karakteristik tersebut dikemukakan oleh beberapa pendapat, antara lain :

Menurut Slameto (2003: 57), “Minat tidak dibawa sejak lahir dan minat

selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari itu diperoleh kepuasaan. Hal ini

berarti, suatu minat bisa ditumbuhkan kepada seseorang sedari dini dan bisa

dipupuk dengan belajar.

Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1990: 66), ”Sesuatu yang menarik

minat tidak hanya menyenangkan tapi juga menakutkan”. Menurut pandapat lain

yang dikemukakan Sardiman A. M ( 2004: 76) bahwa, ”Minat tidak tumbul secara

tiba-tiba, melainkan timbul dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan”.

Menurut User Usman (2001: 27), ”Minat merupakan sifat yang relatif

menetap pada diri seseorang”.

Minat terhadap sesuatu perlu dipelajari dan akan mempengaruhi belajar

selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat

terhadap sesuatu merupakan hasil dari belajar dan mendukung belajar selanjutnya.

Walaupun minat terhadap sesuatu tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat

mempelajari hal tersebut, asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu

seseorang mempelajarinya. Seseorang dikatakan berminat apabila ia merasa

tertarik pada obyek tertentu sepenuh jiwanya, dan ia akan menerima obyek itu

(12)

Menurut Ariesta Damayanti (2005: 8), aspek-aspek minat dapat dirinci

dalam beberapa aspek, antara lain adalah : Kesadaran, Perhatian, Perasaan senang,

Kemauan.

Ke empat aspek tersebut untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai

berikut :

a)Kesadaran.

Seseorang akan memiliki minat terhadap suatu obyek bila ia

memiliki kesadaran. Pada individu yang belajar juga demikian, bila

ia belajar dengan dilandasi oleh minat yang tinggi, maka prestasi

akademik yang diperolehpun juga tinggi.

b) Perhatian.

Orang yang memiliki minat terhadap suatu obyek disebabkan

karena ia memiliki perhatian terhadap suatu obyek tersebut.

c) Perasaan Senang.

Perasaan senang merupakan aspek yang besar yang berhubungan

erat dengan terciptanya minat pada seseorang. Tanpa adanya

perasaaan senang terhadap sesuatu obyek, sulit untuk membangun

suatu minat pada diri individu.

d) Kemauan.

Kemauan adalah dorongan yang terarah terhadap suatu tujuan serta

dikendalikan oleh akal pikiran. Dengan adanya kemauan dalam diri

individu, maka akan mengakibatkan timbulnya perhatian terhadap

suatu obyek, sehingga muncul minat.

c. Pengertian Guru

Menurut Oemar Hamalik (2006:36 ) “Guru merupakan jabatan

profesional yang memerlukan keahlian khusus”. Sedangkan menurut Undang

Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, “Guru atau pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas

merancanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil

(13)

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada

Perguruan Tinggi”. Merujuk pada hal tersebut, jelas bahwa guru tidak hanya

terbatas pada mengajar, tetapi juga melakukan penelitian untuk pengabdian

kepada masyarakat.

Sebagai seorang guru, tugas guru tidak hanya sebatas mengajar saja, tetapi

juga guru harus mau bertanggungjawab akan keseluruhan kepribadian siswa. Guru

harus mampu menciptakan kondisi belajar-mengajar yang kondusif, sehingga

dapat merangsang siswa untuk berpikir aktif.

Menurut Wagiman (2002: 10), tugas atau kemampuan guru

dikelompokkan menjadi tiga jenis, yakni dalam bidang profesional,

personal/pribadi, dan kemasyarakatan. Untuk lebih jelasnya, diuraikan sebagai

berikut :

1) Kemampuan Profesional mencakup :

(1) Penguasaan materi pelajaran, yang terdiri atas penguasaan bahan

yang harus diajarkan dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan

yang diajarkannya itu.

(2) Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan

kependidikan dan keguruan.

(3) Penguasaan profesi-profesi kependidikan, keguruan, dan

pembelajaran siswa.

2) Kemampuan Sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri

kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan

tugasnya sebagai guru.

3) Kemampuan Personal (Pribadi) mencakup :

(1) Sikap terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap

keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya.

(2) Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang

seyogyanya dianut oleh seorang guru.

(3) Upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi

(14)

Standar-standar itu selanjutnya dirinci secara khusus menjadi sepuluh (10)

kemampuan dasar guru agar guru tersebut dapat melaksanakan tugas dan

kewajibannya secara profesional, yaitu :

1) Menguasai bahan pelajaran beserta konsep-konsep dasar keilmuannya.

2) Mengelola kegiatan belajar mengajar.

3) Mengelola kelas.

4) Menggunakn media dan sumber pembelajaran.

5) Menguasai landasan-landasan kependidikan.

6) Mengelola interaksi belajar mengajar.

7) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.

8) Mengenal fungsi dan program bimbingan dan konseling di sekolah.

9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.

10)Memahami prinsip-prinsip dan memanfaatkan hasil-hasil penelitian

pendidikan untuk kepentingan peningkatan mutu pengajaran.

Menurut pendapat lain dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan dalam Pasal 28 Ayat (3) dinyatakan bahwa :

Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan

pendidikan anak usia dini meliputi :

1) Kompetensi pedagogik.

2) Kompetensi kepribadian.

3) Kompetensi sosial; dan

4) Kompetensi profesional

Keempat kompetensi tersebut juga tertuang dalam UU Nomor 14 tentang

Guru dan Dosen dalam Pasal 8 dan Pasal 10 ayat (1). Pasal 8 menyebutkan

bahwa, “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat

pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk

mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional”. Adapun Pasal 10 ayat (1) berbunyi,

“Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi

pedagogik; kompetensi kepribadian; kompetensi sosial; dan kompetensi

(15)

1) Kompetensi Pedagogik.

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan mengelola pmbelajaran

peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan

pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik

untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya,

2) Kompetensi Kepribadian.

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,

stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan

berakhlak mulia.

3) Kompetensi Sosial.

Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari

masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,

sesama pendidik, tenaga kependidikan, oarang tua/ wali peserta didik, dan

masyarakat sekitar.

4) Kompetensi Profesional.

Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi secara

luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik

memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional

Pendidikan.

Menurut pendapat Furqon Hidayatullah (2007: 8), agar guru dapat

menjalankan tugasnya sebagai pendidik, guru harus memiliki komitmen terhadap

tugas mendidik yang diembannya. Komitmen yang dimaksud adalah sebagai

berikut :

1) Memiliki visi ke depan dan tekad dalam melaksanakan tugas sebagai

pendidik;

2) Memiliki karakter, budi pekerti, dan akhlak mulia;

3) Mampu mengelola dan mengontrol diri dalam mendidik peserta didik;

4) Mampu memberikan yang terbaik dalam mengembangkan potensi peserta

(16)

5) Mampu memberikan yang terbaik dalam mengembangkan potensi peserta

didik; dan

6) Bekerja keras dengan penuh pengabdian.

d. Terbentuknya Minat Menjadi Guru

Minat menjadi guru merupakan kekuatan pendorong yang memaksa

seseorang untuk menaruh perhatian, merasa senang dan tertarik untuk

mempelajari keahlian khusus sebagai guru serta hal-hal yang berhubungan dengan

profesi guru. Minat menjadi guru merupakan faktor intern yang mendorong dan

mempengaruhi tingkah laku seseorang untuk merasa tertarik dan menunjukkan

perhatiannya terhadap keinginannya untuk menjadi guru, sehingga ada

kecenderungan untuk memilih kegiatan yang diminatinya, dan seseorang tersebut

akan menggunakan waktu, tenaga, maupun uang untuk memenuhi keinginannya

itu. Jadi, seseorang yang mempunyai minat untuk menjadi guru akan

mendorongnya untuk belajar sungguh-sungguh.

Terbentuknya minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu

mahasiswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk

dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti

menunjukkan pada mahasiswa bagaimana pengetahuan mempengaruhi dirinya,

melayani tujuan-tujuannya, memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Bila

mahasiswa menyadari bahwa belajar dianggap penting, dan bila mahasiswa

melihat bahwa hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada

dirinya, kemungkinan besar mahasiswa tersebut akan berminat untuk

mempelajarinya.

Laster dan Alice Crow dalam The Liang Gie (1998:12) menyatakan lima

(5) motif yang dapat mendorong terbentuknya minat, yaitu :

1. Suatu hasrat keras untuk memperoleh nilai-nilai lebih baik dalam semua

mata pelajaran.

2. Suatu dorongan batin untuk memuaskan rasa ingin tahu dalam satu atau

(17)

3. Hasrat mahasiswa untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan

pribadi.

4. Gambaran diri di masa mendatang untuk meraih sukses dalam suatu

bidang khusus tertentu.

Berdasarkan motif-motif tersebut di atas, maka dorongan untuk menjadi

guru dapat berupa hasrat untuk memperoleh prestasi yang sebaik-baiknya pada

semua mata kuliah dan dorongan ingin tahu mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan keguruan, meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan pribadi serta

hasrat mendapat pujian, sehingga mahasiswapun mendapat gambaran kehidupan

di masa mendatang sebagai seorang tenaga pengajar.

Dengan demikian, minat menjadi guru merupakan kecenderungan yang

merupakan kekuatan pendorong yang memaksa seseorang untuk menaruh

perhatian, merasa senang dan tertarik untuk mempelajari keahlian khusus sebagai

guru serta hal-hal yang dapat berhubungan dengan profesi guru agar menjadi guru

yang profesional di bidangnya. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka

aspek-aspek yang mendorong seseorang untuk menjadi guru adalah :

1. Rasa senang, tertarik terhadap profesi guru

2. Timbul kehendak atau keinginan diri dalam jiwa untuk menjadi guru

3. Kemauan untuk belajar menjadi guru

4. Memiliki perhatian nterhadap profesi guru

5. Memiliki penilaian terhadap profesi guru

6. Kecenderungan untuk bertindak menjadi guru

2. Tinjauan Tentang Lingkungan Keluarga

a. Pengertian Lingkungan.

Lingkungan adalah “kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup

keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan

fauna yang tumbuh di atas tanah maupun lautan, dengan kelembagaan yang

meliputi ciptaan manusia seperti kaputusan bagaimana menggunakan lingkungan

(18)

cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan dan perkembangan atau

life processes (http://cut3z.blogspot.com/2008/08/please.html).

Suatu lingkungan meskipun tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan

anak didik, namun merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya

yang sangat besar terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak tumbuh dan

berkembang dalam suatu lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan

mempengaruhi anak. Pada dasarnya lingkungan mencakup lingkungan fisik,

lingkungan budaya, dan lingkungan sosial. Oleh karena itu, adanya lingkungan

yang kondusif di sekeliling anak akan mendukung pula pada kegiatan belajar

anak. Sehingga dengan adanya lingkungan sekitar yang kondusif diharapkan dapat

mempengaruhi hasil belajar anak.

b. Pengertian Keluarga.

Menurut Abu Ahmadi (1991: 108), “Keluarga adalah wadah yang sangat

penting di antara individu dan group, dan merupakan kelompok sosial yang

pertama di mana anak-anak menjadi anggotanya”. Keluarga sudah barang tentu

yang pertama-tama menjadi tempat bersosialisasi kehidupan anak-anak. Sampai

memasuki lingkungan sekolah, anak-anak menghabiskan seluruh waktunya di

dalam unit keluarga. Hingga sampai masa adolesent, anak-anak diperkirakan

menghabiskan separuh waktunya dalam keluarga. Di dalam suatu keluarga,

terdapat dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah,

hubungan perkawinan atau pengangkatan dan individu-individu tersebut hidup

dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya

masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.

Menurut Bossard dan Boll (1996: 23), “Masyarakat itu mula-mula terdiri

dari small family (keluarga kecil), yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan

anaknya paling banyak 2 atau 3 anak. Pengertian lebih rinci dikemukakan oleh

Soerjono Soekanto (2004: 1 ) bahwa “Keluarga merupakan kelompok sosial kecil

yang terdiri dari suami, istri beserta anak-anaknya yang belum menikah”.

Keluarga yang lazimnya juga disebut dengan rumah tangga merupakan unit

(19)

keluarga bertanggung jawab terhadap proses sosialisasi anak karena merupakan

lingkungan pertama anak.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

keluarga ialah satuan atau unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri dari

suami, istri beserta anak-anaknya yang belum menikah.

Soerjono Soekanto (2004: 1) mengemukakan bahwa, “suatu keluarga

dianggap sebagai suatu sistem sosial karena memiliki unsur-unsur sistem sosial

yang meliputi :

1. Adanya kepercayaan bahwa terbentuknya keluarga merupakan suatu

kodrat Yang Maha Pencipta.

2. Adanya perasaaan-perasaan tertentu pada diri anggota-anggota keluarga

batih yang mungkin berwujud rasa saling mencintai, saling menghargai,

atau rasa saling bersaing.

3. Tujuan, yaitu bahwa keluarga merupakan wadah dimana manusia

mengalami proses sosialisasi, serta mendapatkan suatu jaminan

ketentraman jiwanya.

4. Setiap keluarga senantiasa diatur oleh kaidah-kaidah yang mengatur timbal

balik antara anggota-anggotanya, maupun pihak-pihak luar keluarga yang

bersangkutan.

5. Keluarga maupun anggota-anggotanya mempunyai kedudukan dan

peranan tertentu dalam masyarakat.

6. Anggota-nggota keluarga mempunyai kekuasaan yang menjadi salah satu

dasar bagi pengawasan proses hubungan kekeluargaan.

7. Masing-masing anggota keluarga mempunyai posisi sosial tertentu dalam

hubungan kekeluargaaan, kekerabatan maupun dengan pihak luar.

8. Lazimnya sanksi-sanksi positif maupun negatif diterapkan dalam keluarga

tersebut, bagi mereka yang patuh serta taerhadap mereka yang

menyeleweng.

(20)

Menurut Soerjono Soekanto (2004: 2 ), suatu keluarga pada dasarnya

mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :

1. Unit terkecil dalam masyarakat yang mengatur hubungan seksual yang

seyogyanya.

2. Wadah tempat berlangsungnya sosialisasi, yakni proses dimana

anggota-anggota masyarakat yang baru mendapatkan pendidikan untuk mengenal,

memahami, menaati dan menghargai kaidah-kaidah serta nilai-nilai

berlaku.

3. Unit terkecil dalam masyarakat yang memenuhi kebutuhan ekonomis.

4. Unit terkecil dalam masyarakat tempat anggota-anggotanya mendapatkan

perlindungan bagi ketentraman dan perkembangan jiwanya.

Menurut Oqbum yang dikutip oleh Abu Ahmadi (1991:108), fungsi

keluarga adalah :

1. Fungsi kasih sayang.

2. Fungsi ekonomi

3. Fungsi pendidikan

4. Fungsi perlindungan/penjagaan

5. Fungsi rekreasi

6. Fungsi status keluarga

7. Fungsi agama.

Menurut pendapat Bierstadt yang dikutip oleh Abu Ahmadi (1991:109),

fungsi keluarga adalah menggantikan keluarga, mengatur dan menguasai

impuls-impuls seksuil, bersifat membantu, mengerakkan nilai-nilai kebudayaan, dan

menunjukkan status.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, terdapat suatu kesamaan bahwa

salah satu fungsi keluarga adalah guna edukatif. Hal ini dikarenakan, keluarga

adalah tempat yang pertama kali di mana anak mendapatkan pendidikan dan

sosialisasi. Jelas di sini bahwa keluarga berperan penting dan bertanggungjawab

terhadap pendidikan anak. Jadi, lingkungan keluarga berhubungan erat dengan

pendidikan anak. Lingkungan keluarga yang kondusif akan dapat meningkatkan

(21)

Berkaitan dengan hal di atas, pendidikan dan prestasi belajar anak juga

ditentukan oleh banyak sedikit jumlah anak dalam suatu keluarga. Menurut

Soerjono Soekanto (2004: 86), pada keluarga kecil yang memiliki satu sampai tiga

anak terdapat gejala-gejala umum sebagai berikut :

1. Keluarga batih kecil biasanya merupakan hasil dari suatu perencanaan,

sehingga pendidikanpun berlangsung menurut program tertentu.

2. Proses pendidikan dari orangtua berlangsung secara intensif daripada

ekstensif.

3. Interaksi berlangsung secara kooperatif dan demokratis.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa keluarga batih kecil yang

memiliki satu sampai tiga anak, berperan sangat besar terhadap pendidikan dan

prestasi belajar anak. Di sini, anak juga memiliki peranan yang penting, karena

dengan jumlah anak yang lebih sedikit (satu sampai tiga anak), maka keluarga

lebih dapat memberikan fasilitas belajar yang memadai. Sehingga, anak tumbuh

dalam keluarga yang kondusif dan ia akan lebih banyak memperoleh kesempatan

untuk mencapai pendidikan yang memadai.

Pada keluarga batih besar yang jumlah anak-anaknya lebih dari tiga orang,

biasanya ditemui gejala-gejala sebagai berikut :

1. Proses pendidikan dilangsungkan secara ekstensif.

2. Anak-anak secara lebih langsung berhubungan dengan realitas pergaulan

hidup di luar lingkungan keluarga batih yang bersangkutan.

3. Kepatuhan sangat dipentingkan dalam keluarga batih yang besar.

4. Pendidikan cenderung berlangsung massal.

Ngalim Purwanto (1988:148 ) menyatakan bahwa “Macam-macam

lingkungan kependidikan adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan

lingkungan masyarakat”. Dalam lingkungan keluarga, minat belajar siswa

dipengaruhi oleh :

1. Lingkungan Fisik dan Lingkungan Non-Fisik Keluarga

(22)

cara orangtua mendidik anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya.

Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya pasti tidak

mengetahui kesulitan-kesulitan belajar yang dialami anaknya. Sebetulnya,

anak mungkin pandai, tetapi karena kurang perhatian dari orang tuanya

maka si anak menjadi malas belajar. Oleh karena itu, diperlukan

bimbingan dan pengarahan orang tua demi keberhasilan anaknya.

2. Relasi antar anggota keluarga

Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi antara

anak, saudara, orang tua dan anggota keluarga yang lain. Relasi itu dapat

berupa cinta dan kasih sayang yang diwujudkan dalam keharmonisan

keluarga.

3. Keadaan ekonomi keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak.

Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya,

juga membutuhkan fasilitas belajar yang mendukung. Jika anak hidup

dalam keluarga yang kurang mampu maka secara tidak langsung

kebutuhan anak kurang terpenuhi dan kesehatan kurang terjamin, sehingga

belajar anak menjadi terganggu. Akibat lain adalah anak bisa menjadi

minder saat bergaul dengan teman-temannya. Namun, tak dapat dipungkiri

bahwa keadaan yang serba kekurangan justru akan menjadi cambuk bagi

anak untuk belajar lebih giat.

4. Sifat pengertian dari orang tua

Ketika anak sedang belajar, anak perlu pengertian dari orang tua.

Pengertian di sini adalah anak memerlukan dorongan, semangat dan

motivasi agar semangat belajar anak tumbuh.

5. Suasana rumah

Suasana rumah diartikan sebagai situasi yang sering terjadi di

dalam rumah tempat anak tinggal dan belajar. Agar anak belajar dengan

(23)

Oleh karena itu, untuk menciptakan hal-hal tersebut di atas, maka

seyogyanya lingkungan keluarga menjadi lingkungan yang kondusif bagi anak

untuk belajar. Menurut Ngalim Purwanto (1995: 85-86 ), hal-hal yang perlu

dihindari oleh orang tua dalam mendidik anak antara lain :

1. Jangan sering melemahkan semangat anak dalam usahanya untuk mandiri.

Dalam hal ini masih banyak orang tua yang selalu menganggap

anaknya itu masih kecil, belum dapat berbuat atau mengerjakan sesuatu

sehingga orang tua kerap kali melarang anak-anaknya. Larangan

merupakan alat mendidik satu-satunya yang lebih banyak dipakai para

orang tua terhadap anaknya. Sebenarnya pendapat yang seperti itu tidak

benar. Seorang anak yang selalu dilarang dalam segala perbuatan dan

permainannya sejak kecil dapat terhambat perkembangan jasmani dan

rohaninya.

2. Jangan memalukan atau mengejek anak-anak di hadapan orang lain.

Hal ini bila sering dilakukan oleh orang tua ataupun guru, akan

dapat berakibat buruk bagi perkembangan psikologi anak di kemudian

hari. Anak yang sering ditertawakan dan diejek jika tidak berhasil

melakukan sesuatu, maka dengan tidak sadar ia akan selalu berhati-hati

ataupun tidak akan mencoba melakukan hal-hal yang baru atau yang sukar.

Ia akan menjadi orang yang selalu diliputi keragu-raguan.

3. Jangan selalu membeda-bedakan dan berlaku pilih kasih.

Perlakuan membeda-bedakan dan berlaku pilih kasih terhadap anak

dalam keluarga, baik antara yang besar dan kecil maupun antara anak

laki-laki dan anak perempuan akan mengakibatkan kecemburuan dan kompetisi

yang negatif. Jadi, dalam hal ini orang tua harus mengusahakan agar dalam

segala tingkah laku dan perbuatannya menunjukkan cinta dan kasih sayang

yang merata kepada anak-anaknya.

4. Jangan terlalu memanjakan anak.

Seorang anak yang dimanjakan dan kurang tanggungjawabnya, selalu

bersandar dan minta pertolongan kepada orang lain, merasa diri tidak

(24)

memperdulikan anak, karena anak yang tidak diperdulikan atau kurang

terpelihara oleh orang tuanya, akan merasa bahwa dirinya itu rendah tak

berharga, merasa diasingkan oleh orang lain, dan sebagainya. Akibatnya,

ia akan berbuat sekehendak hatinya. Oleh karena itu, orang tua

seyogyanya mampu menempatkan diri dan bisa memilah serta memilih

sikap yang bagaimana yang pada nantinya berdampak kurang baik bagi

kemandirian anak.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lingkungan keluarga adalah

suatu unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari suami, istri beserta

anak-anaknya, di mana para anggotanya terikat hubungan darah, perkawinan, maupun

pengangkatan anak atau adopsi yang berinteraksi satu sama lain yang dengan

cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan, perkembangan atau

life processes. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka aspek-aspek yang

mendukung adanya lingkungan keluarga yang kondusif adalah :

1. Adanya perhatian orang tua

2. Adanya sikap saling perhatian sesama anggota keluarga

3. Adanya sikap saling menyayangi antar anggota keluarga

4. Kondisi fisik yang kondusif ( kebersihan, kesehatan, kerapian lingkungan

rumah )

5. Kondisi non fisik yang kondusif ( keharmonisan, kerukunan anggota

keluarga)

3.Tinjauan Tentang Prestasi Akademik

Prestasi akademik atau prestasi belajar berasal dari kata prestasi dan

akademik atau belajar :

a. Pengertian Prestasi

Menurut W.J.S Purwodarminto (1987 :768), “Prestasi adalah hasil yang

telah dicapai, dilakukan dan dilaksanakan”.

W. S Winkel (1987: 161) berpendapat bahwa, “Prestasi adalah bukti usaha

(25)

Jadi prestasi tercapai setelah melakukan kegiatan tertentu, sehingga

merupakan tingkat pencapaian kegiatan. Prestasi ini dapat tercapai melalui proses

interaksi dengan lingkungan alam dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan

tujuan yang dirumuskan. Sehingga, dapat dikatakan bahwa prestasi belajar adalah

sesuatu yang telah dicapai sebagai suatu bukti usaha yang telah dilakukan.

b. Pengertian Akademik.

Secara harfiah, akademik berarti belajar atau pembelajaran (UNS,

2006:11). Menurut W. J. S Purwodarminto (1987: 108), “Belajar adalah berusaha

(berlatih dan sebagainya) supaya mendapatkan suatu kepandaian”. Muhibbin Syah

(1995: 91) berpendapat bahwa “…………Belajar dapat dipahami sebagai tahapan

perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai pengalaman

dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”.

Definisi serupa dikemukakan oleh M. Dimyati Mahmud (1990:121 )

bahwa “ Belajar adalah suatu perubahan dalam diri seseorang yang terjadi karena

pengalaman”. Berdasarkan pernyataan tersebut, jelas bahwa pengertian belajar itu

terkandung dua faktor yaitu perubahan dan pengalaman. Perubahan yang dialami

setelah belajar ini mendapat pandangan yang berbeda, yaitu pandangan

behavioristik dan pandangan kognitif .

Menurut Pandangan behavioristik yang dipelopori oleh J. B Watson, E. L

Thorndike dan B. F Skinner dalam M. Dimyati Mahmud (1990: 122),

mengemukakan bahwa “Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku, dalam cara

seseorang berbuat pada situasi tertentu”. Pengertian tingkah laku disini ialah

tingkah laku yang dapat diamati. Sedangkan Pandangan kognitif yang dipelopori

oleh Jean Piaget, Robert Glaser, John Anderson, Jerome Bruner dan David

Ausubel, “Belajar adalah proses internal yang tidak dapat diamati secara

langsung. Perubahan terjadi dalam kemampuan seseorang untuk bertingkah laku

dan berbuat dalam situasi tertentu; perubahan dalam tingkah laku hanyalah suatu

refleksi dari perubahan internal”.

Dari pengertian-pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa

(26)

kecakapan yang biasa, keterampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran dan

sikap manusia terbentuk dan berkembang karena perubahan belajar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak atau mahasiswa

menurut pendapat Abu Ahmadi (1991: 128 ) adalah sebagai berikut :

1. Faktor internal, yang termasuk faktor internal adalah:

a. Faktor Jasmaniah (fisiologis), baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh dari pengalaman anak dari kehidupan sehari-hari. Contoh

faktor jasmaniah adalah penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan

lain sebagainya.

b. Faktor Psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh

dari pengalaman anak dari kehidupan sehari-hari, terdiri atas :

1) faktor intelektual yang meliputi :

a) faktor potensial kecerdasan dan bakat.

b) Faktor non-intelektual yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu,

seperti : sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi,

dan penyesuaian diri.

2. Faktor eksternal, yang tergolong faktor eksternal adalah :

a. Faktor sosial, terdiri atas : lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat,

dan kelompok.

b. Faktor budaya, seperti adat-istiadat, IPTEK, dan kesenian.

c. Faktor lingkungan fisik, seperti : fasilitas rumah, cara belajar, iklim.

Menurut M. Dimyati Mahmud (1990:87), prestasi akademik biasanya

diukur dari nilai sehari-hari hasil tes belajar dan lamanya bersekolah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik selama masa remaja adalah :

1. Status sosial ekonomi keluarga

2. Perbedaan-perbedaan sosial ekonomi yang dimiliki anak dalam bidang

intelektual dan motivasi

3. Perbedaan-perbedaan sosial ekonomi yang dimiliki anak dalam hal

(27)

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil

maksimal yang dicapai dengan adanya perubahan atau perkembangan diri

seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku baru yang tetap berkat

pengalaman di lapangan. Jadi, hasil yang dicapai seseorang tersebut tidak hanya

dalam bentuk angka-angka atau nilai, tapi juga adanya perubahan sikap dan

tingkah laku yang lebih baik daripada sebelum ia menerima pelajaran, dan adanya

perubahan-perubahan tersebut dikarenakan pengalaman dan latihan yang didapat

seseorang melalui belajar dan pengalaman di lapangan.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan prestasi akademik adalah

hasil belajar yang diperoleh mahasiswa pada akhir semester yang dapat dilihat

secara nyata dalam bentuk nilai atau angka. Prestasi akademik yang diperoleh

oleh mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS dapat dilihat dalam buku Kartu

Hasil Studi (KHS). Melalui Kartu Hasil Studi (KHS) ini dapat diketahui prestasi

belajar dari tiap-tiap Mata Kuliah (MK) yang telah ditempuh oleh Mahasiswa

Pendidikan Sejarah FKIP UNS dalam 1 (satu) semester akademik.

B.Penelitian Yang Relevan

1. Skripsi Perbedaan Prestasi Mahasiswa ditinjau dari Minat Menjadi Guru pada

Mahasiswa Program Pendidikan Akuntansi FKIP UNS Tahun Akademik

2006/2007 oleh Fitri Nurul. Sampel dengan menggunakan mahasiswa

Pendidikan Akuntansi angkatan 2003 yang berjumlah 72 dengan menggunakan

rumus Slovin dengan metode pengumpulan data berdasar dari angket yang

disebar kepada mahasiswa dan dokumentasi nilai KHS).

Berdasarkan analisis data, tidak terdapat perbedaan prestasi mahasiswa

ditinjau dari minat menjadi guru pada mahasiswa Program Pendidikan

Akuntansi FKIP UNS Tahun Akademik 2006/2007, terbukti dari perolehan

tabel hitung t

t atau 0,444 < 2,00.

2. Skripsi Hubungan Antara Minat Menjadi Guru dan Motivasi Belajar dengan

Prestasi Belajar Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar ( Studi pada

(28)

Hastini Retnaningsih. Sample dengan menyebar angket terhadap mahasiswa

Pendidikan Ekonomi Angkatan 2007/2008 FKIP UNS.

Penelitian dengan menggunakan teknik deskriptif kuantitatif. Populasi

adalah mahasiswa pndidikan Ekonomi FKIP angkatan 2007/2008 yang terdiri

dari 3 kelas dengan jumlah 196 mahasiswa. Sampel berjumlah 60 mahasiswa

yang diambil secara proporsional random sampling. Untuk data prestasi belajar

menggunakan teknik dokumentasi, sedangkan untuk data minat menjadi guru

dan motivasi belajar dengan memnyebar angket. Teknik analisis yang

digunakan adalah analisis korelasi dan regresi linier ganda.

Berdasarkan analisis data diperoleh hasil sebagai berikut :

1) ada hubungan yang positif antara Minat menjadi Guru dengan Prestasi

belajar MK Strategi Belajar Mengajar. Hasil perhitungan pada n=60

dengan taraf signifikansi 5% diperoleh rxy

1 > rtabel atau 0,589 > 0,254. 2) Ada hubungan yang positif antara motivasi belajar dengan prestasi

belajar MK strategi Belajar Mengajar . Hal ini ditunjukkan dari hasil

perhitungan pada n=60 dengan taraf signifikansi 5% diperoleh rxy

2 >

tabel

r atau o,557 > 0,523.

3) Ada hubungan yang positif antara minat menjadi Guru, Motivasi

Belajar dan prestasi Belajar MK Strategi Belajar Mengajar. Hal ini

ditunjukkan dengan hasil perhitungan pada dk pembilang =2, dk

penyebut=57 dan taraf signifikansi 5% diperoleh fhitung > ftabel atau

35,02 > 3,17.

3. Skripsi Hubungan antara Lingkungan Belajar siswa, Kelengkapan Sumber

Belajar dan Penggunaan Waktu Belajar dengan prestasi Belajar Akuntansi

Siswa Kelas XI SMAN 1 Gondangrejo tahun Pelajaran 2007/2008 oleh Ria

Prabangkara.

Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan

pendekatan korelasional. Populasi adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMAN 1

Gondangrejo TA 2007/2008 yang berjumlah 114 siswa. Sampel diambil

(29)

pengumpulan data variabel lingkungan belajar siswa, kelengkapan sumber

belajar dan penggunaan waktu belajar menggunakan angket, sedangkan

prestasi belajar akuntansi menggunakan teknik dokumentasi. Teknik analisis

data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi (Product moment) dan

regresi ganda.

Berdasar hasil analisis diperoleh :

1) Ada hubungan antara Lingkungan Belajar Siswa dengan Prestasi

Belajar sebesar 0,343. Hasil ditunjukkan dari hasil perhitungan

tabel hitung r

r > atau 0,343 > 0,279 pada n=50 dengan taraf signifikansi

5%.

2) Ada hubungan antara Kelengkapan Sumber Belajar dengan Prestasi

Belajar sebesar 0,347. Hasil ditunjukkan dari perhitungan rhitung >rtabel

atau 0,347 > 0,279 pada n=50 dengan taraf signifikansi 5%.

3) Ada hubungan antara Penggunaan Waktu Belajar dengan Prestasi

Belajar sebesar 0,340. hasil ditunjukkan dari hasil perhitungan

tabel hitung r

r > atau 0,340 > 0,279 pada n=50 dengan taraf signifikansi

5%.

4) Ada hubungan antara Lingkungan Belajar Siswa, Kelengkapan Sumber

Belajar dan Penggunaan Waktu Belajar secara bersama-sama dengan

Prestasi Belajar sebesar 3,551. Hal ini ditunjukkan dari hasil

perhitungan fhitung > ftabel atau 3,551 > 2,81 pada n=50 dengan taraf

signifikansi 5%.

4. Skripsi Pengaruh Motivasi, Metode Pembelajaran, Lingkungan Sekolah dan

Lingkungan Keluarga Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas X

SMK Bina Negara Gubug Kab. Grobogan oleh Eni Asih (2007).

Penelitian dengan menggunakan populasi yaitu siswa kelas X Jurusan

Akuntansi SMK Bina Negara Gubug kab. Grobogan TA 2005/2006 yang

berjumlah 100 siswa. Metode pengumpulan data menggunakan dokumentasi

(30)

presentase, analisis Structural Equation Modelling (SEM) dan uji asumsi SEM

yang terdiri dari uji normalitas dan outliners.

Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa ada pengaruh langsung

antara metode pembelajaran (MP), Lingkungan Sekolah (LS) dan Lingkungan

Keluarga (LK) terhadap Motivasi Belajar (MB) dan Motivasi Belajar (MB)

terhadap Prestasi Belajar (PB). Ada pengaruh tidak langsung antara Metode

Pembelajaran (MP), Lingkungan Sekolah (LS) dan Lingkungan Keluarga(LK)

terhadap Prestasi Belajar (PB) dengan melalui motivasi sebagai variabel

perantara. Pengaruh langsung MP MB sebesar 53%, dan MB PB sebesar

83%, sehingga pengaruh MP secara tidak langsung yaitu MP MB PB

sebesar 43,99%. Pengaruh LS MB 13% dan pengaruh MB PB sebesar

83%, sehingga pengaruh LS secara tidak langsung yaitu LS MB PB

sebesar 10,79%. Penaruh langsung LK MB sebesar 33% dan MB PB

sebesar 83%, sehingga secara tidak langsung pengaruh LK yaitu LK MB

→ PB sebesar 28,39%.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

langsung antara metode pembelajaran, lungkungan sekolah, lingkungan

keluarga terhadap motivasi, dan akhirnya motivasi berpengaruh terhadap

prestasi belajar. Ada pengaruh tidak langsung antara metode pembelajaran,

lingkungan sekolah, serta lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar

dengan melalui variabel perantara yaitu motivasi belajar.

5. Thesis Pengaruh Lingkungan Keluarga dan Partisipasi Siswa dalam kegiatan

Ekstrakurikuler Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas X SMK

Negeri 1 Juwiring Klaten Tahun Ajaran 2007/2008 oleh Diyah Meirina

Prihatini Mulyono.

Penelitian dengan menggunakan populasi yakni siswa kelas X sebanyak 80

siswa. Data tentang lingkungan keluarga dan partisipasi siswa dalam kegiatan

ekstrakurikuler diperoleh melalui angket, sedangkan data prestasi belajar

diperoleh melelui dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah

analisis regresi ganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa lingkungan keluarga

(31)

akuntansi diperoleh persamaan regresi : Y = 2,923 + 0,061 + 0,0354X2. uji

regresi diperoleh fhitung > ftabel atau 41,847 > 3,12 dengan taraf signifikansi

5%, berarti antara lingkungan keluarga dan partisipasi siswa dalam kegiatan

[image:31.612.136.509.211.462.2]

ekstrakurikuler secara bersama-sama berpengaruh terhadap prestasi belajar

akuntansi. Uji t untuk variabel lingkungan keluarga diperoleh thitung >ttabel

atau 6,651 > 1,99 dan untuk variabel partisipasi siswa dalam kegiatan

ekstrakurikuler diperoleh thitung >ttabel atau 4,365 > 1,99 dengan taraf

signifikansi 5%. Kedua variabel tersebut secara signifikan mempunyai

pengaruh terhadap prestasi belajar akuntansi. Koefisien Determinasi (R2)

sebesar 0,521 ini menunjukkan bahwa variabel lingkungan keluarga dan

partisipasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler berpengaruh terhadap

terhadap prestasi belajar akuntansi sebesar 52,1%, sedangkan sisanya sebesar

47,9% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat di dalam penelitian

ini. Besarnya sumbangan relatif untuk variabel X1 sebesar 65,42% , X2

sebesar 34,58% dan besarnya sumbangan efektif untuk X1 sebesar 34,08% dan X2 sebesar 18,01%.

6. Jurnal Internasional bertajuk Family Environment, Socioeconomic Status and

Academik Acchievement oleh Keith F. Kennett dan Edward Grant. Penelitian

dilakukan pada mahasiswa Fakultas Psikologi, University of Saskatchewan

Regina Campus, Kanada.

Penelitian dilakukan pada 60 mahasiswa mahasiswa laki-laki yang

berumur 19-25 tahun. Penelitian dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan antara lingkungan keluarga dan status sosial ekonomi (SES)

keluarga dengan prestasi akademik mahasiswa. Untuk data lingkungan

keluarga dan status sosial ekonomi (SES) keluarga dilakukan dengan cara

menyebar angket. Sedangkan untuk data prestasi akademik dilakukan dengan

cara tes dan ditunjukkan dalam bentuk hasil tes IQ.

Berdasarkan analisis data diperoleh hasil sebagai berikut :

1) Dari seluruh sampel didapatkan mean IQ adalah 120,4 dengan Standar

(32)

dan signifikan antara SES dan prestasi akademik ( IQ ). Hasil ditunjukkan

dari hasil perhitungan rhitung rtabel atau 3,144 > 2,000 pada n=60 dengan

taraf signifikansi 5%.

2) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara prestasi akademik ( IQ )

dan lingkungan keluarga. Hal ini diketahui setelah diperoleh kesimpulan

bahwa anak yang mendapatkan dukungan dari keluarga akan memiliki

kepribadian yang positif ( baik ) dan prestasi akademik yang tinggi. Hal ini

diperkuat dengan data statistik bahwa keluarga dengan kesadaran

memelihara kesehatan yang rendah , tidak mendukung anak untuk belajar ,

dan kurang harmonis menyebabkan anak atau mahasiswa drop-out

(keluar). Hasil ditunjukkan dari hasil perhitungan rhitung rtabel atau 3,511

> 2,000 pada n=60 dengan taraf signifikansi 5%.

7. Jurnal Internasional bertajuk Academic Achievement – Family Background and

Family Structure.

Penelitian dilakukan pada keluarga yang memiliki status sosial dan latar

belakang keluarga yang mampu dan memiliki anggota keluarga lengkap ( ayah

, ibu dan anak ) dan pada keluarga dengan orang tua tunggal (single-parent

families)

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data sebagai berikut :

1) Latar belakang keluarga ( keadaan sosial ekonomi ) mempengaruhi

prestasi belajar anak. Hal ini dikarenakan keluarga yang harmonis,

kondusif dan mampu secara ekonomi, lebih mampu untuk mendukung

kegiatan belajar anak. Sedangkan keluarga yang kurang mampu akan

berdampak pada prestasi belajar anak menjadi buruk atau rendah. Hal ini

dikarenakan sumber,sarana dan prasarana serta fasilitas belajar yang

kurang, sehingga tidak menunjang prestasi belajar anak. Hasil ditunjukkan

dari hasil perhitungan rhitung rtabel atau 0,304 > 0,279.

2) Relasi yang baik antar anggota keluarga dan perhatian kedua orang tua

terhadap kegiatan belajar anak akan berpengaruh positif terhadap prestasi

(33)

dukungan dari orang tuanya. Sedangkan pada anak dengan orang tua

tunggal (single–parent families), baik dikarenakan orang tua bercerai,

berpisah, meninggal atau orang tua yang tidak pernah menikah akan

berpengaruh negatif terhadap hasil belajar anak dan berpengaruh terhadap

perkembangan psikologis anak. Hal ini dikarenakan anak pada keluarga

dengan orang tua tunggal (single-parent families) kurang mendapatkan

dukungan, perhatian dan bimbingan dari orang tuanya sehingga

berdampak pada rendahnya prestasi akademik anak. Hasil ditunjukkan dari

hasil perhitungan rhitung rtabel atau 0,302 > 0,279.

8. Jurnal Internasional bertajuk Personal, Family, and Academic Factors Affecting

Low Achievement in Secondary School oleh Antonia Lozano Diaz.

Penelitian dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara

pribadi, keluarga, dan faktor-faktor akademik dengan rendahnya prestasi

belajar muri-murid di Sekolah Lanjutan. Aspek-aspek dari variabel pribadi

adalah: umur, jenis kelamin, konsep belajar, kebiasaan dalam kelas dan sikap

dalam pergaulan. Aspek-aspek dari variabel keluarga adalah: jenjang

pendidikan orang tua, relasi atau hubungan dalam keluarga, dan dukungan

keluarga. Sedangkan aspek-aspek variabel faktor-faktor akademik adalah:

Sekolah Lanjutan, sosialisasi dalam kelas, hubungan pertemanan, visi dan misi

ke depan, dan hubungan dengan guru.

Metode penelitian dengan menggunakan sampel yaitu 1178 pelajar di

empat Sekolah Lanjutan di Almeria City, Spanyol dengan komposisi:

a. Murid sekolah pada tahun pertama sekolah sebanyak 255 murid

b. Murid sekolah pada tahun kedua sekolah sebanyak 316 murid

c. Murid sekolah pada tahun ketiga sekolah sebanyak 296 murid

d. Murid sekolah pada tahun keempat sekolah sebanyak 259 murid

Berdasarkan analisis data, diperoleh hasil sebagai berikut:

1) Ada hubungan positif dan signifikan anatara pribadi dan hasil akademik.

Dari semua aspek-aspek variabel pribadi (umur, jenis kelamin, konsep

belajar, kebiasaan dalam kelas, dan sikap dalam pergaulan), semuanya

(34)

ditunjukkan dari hasil perhitungan rhitung rtabel atau 2,234 > 1,960 pada

n=1178 dengan taraf signifikansi 5%.

2) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara keluarga dan hasil

akademik. Dari semua aspek-aspek variabel keluarga (jenjang pendidikan

orang tua, relasi atau hubungan dalam keluarga, dan dukungan keluarga),

hanya jenjang pendidikan orang tua yakni jenjang pendidikan ibu yang

tidak berpengaruh terhadap hasil belajar anak. Hasil ditunjukkan dari hasil

perhitungan rhitung rtabel atau 2,890 > 1,960 pada n=1178 dengan taraf

signifikansi 5%.

3) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara faktor-faktor akademik

dan hasil akademik. Dari semua aspek-aspek variabel fakor-faktor

akademik (Sekolah Lanjutan, sosialisasi dalam kelas, hubungan

pertemanan, visi dan misi ke depan, hubungan dengan guru, dan asessmen

akademik), semuanya berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil

belajar anak. Hasil ditunjukkan dari hasil perhitungan rhitung rtabel atau

2,046 > 1,960 pada n=1178 dengan taraf signifikansi 5%.

C.Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan alur berpikir yang digunakan peneliti untuk

memberikan jawaban sementara atas permasalahan yang dirumuskan. Dari

deskripsi teori di atas, maka akhirnya pada hubungan antara minat menjadi guru

dan lingkungan keluarga dengan prestasi akademik pada mahasiswa Pendidikan

Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta ini, penulis berpendapat untuk mencapai prestasi akademik secara

maksimal banyak sekali fakta yang mempengaruhi.

1. Hubungan antara Minat Menjadi Guru dengan Prestasi Akademik

Prestasi akademik mahasiswa dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu faktor

(35)

yaitu minat untuk belajar yang rendah atau minat belajar yang tinggi. Sedangkan

faktor eksternal meliputi lingkungan sekitar, khususnya lingkungan keluarga.

Faktor internal yang mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa adalah

minat mahasiswa. Minat merupakan kecenderungan untuk merasa tertarik,

memilih sesuatu baik kegiatan, benda, orang maupun situasi tertentu dan ikut

ambil bagian secara sadar di dalam obyek yang dipilihnya itu. Apabila seseorang

mempunyai minat terhadap sesuatu, maka ia akan suka rela menggeluti sesuatu

yang diminatinya tersebut. Demikian halnya dengan minat mahasiswa untuk

menjadi guru akan menumbuhkan semangat dan perhatian untuk mempelajari

teori-teori keguruan.

Apabila mahasiswa merasa tertarik dengan profesi guru, maka mereka

akan bersungguh-sungguh dalam belajarnya agar mendapat prestasi akademik

yang tinggi. Sebaliknya, jika mahasiswa kurang berminat terhadap profesi guru,

maka mahasiswa tersebut akan kurang bersungguh-sungguh dalam belajarnya,

sehingga prestasi akademik yang diraih juga rendah. Dengan demikian, diduga

ada hubungan yang positif dan signifikan antara minat menjadi guru dan prestasi

akademik mahasiswa, khususnya mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS.

2. Hubungan antara Lingkungan Keluarga dengan Prestasi Akademik

Prestasi akademik mahasiswa selain dipengaruhi oleh faktor intenal juga

dipengaruhi oleh faktor eksternal. Faktor ekternal yang mempengaruhi prestasi

akademik mahasiswa meliputi lingkungan sekitar, khususnya lingkungan

keluarga. Lingkungan keluarga adalah suatu unit terkecil dari suatu masyarakat di

mana para anggotanya terikat karena hubungan darah, perkawinan, maupun

pengangkatan anak atau adopsi yang berinteraksi satu sama lain yang dengan

cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan, perkembangan atau

life processes.

Apabila mahasiswa dalam belajarnya didukung oleh lingkungan kelurga

yang kondusif, yang meliputi: lingkungan fisik dan lingkungan non-fisik keluarga

yang kondusif, relasi antar anggota keluarga yang harmonis, keadaan ekonomi

(36)

hangat, maka mahasiswa dapat mencapai prestasi akademik yang tinggi.

Sebaliknya, jika mahasiswa hidup dalam lingkungan keluarga yang tidak kondusif

dan tidak mendukungnya untuk belajar, maka prestasi akademik yang diraih juga

rendah. Dengan demikian, diduga ada hubungan yang positif dan signifikan antara

lingkungan keluarga dan prestasi akademuk mahasiswa, khususnya mahasiswa

Pendidikan Sejarah FKIP UNS.

3. Hubungan antara Minat menjadi Guru dan Lingkungan Keluarga

terhadap Prestasi Akademik

Minat menjadi guru dan lingkungan keluarga secara bersama-sama

mempunyai peranan terhadap prestasi akademik mahasiswa. Ketertarikan

terhadap profesi guru akan menimbulkan sifat yang aktif pada mahasiswa untuk

mempelajari teori-teori keguruan. Lingkungan keluarga yang kondusif dan

harmonis juga mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa yang akhirnya

berpengaruh terhadap prestasi akademik. Sehingga, diduga ada hubungan yang

positif dan signifikan antara minat menjadi guru dan lingkungan keluarga secara

bersama-sama terhadap prestasi akademik pada mahasiswa Pendidikan Sejarah

FKIP UNS.

D. Perumusan Hipotesis

Dari variabel minat menjadi guru dan lingkungan keluarga yang

mempengaruhi prestasi belajar pada mahasiswa Pendidikan Sejarah dapat disusun

perumusan hipotesisi sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara minat menjadi guru dan

prestasi akademik pada mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS.

2. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara lingkungan keluarga dan

prestasi akademik pada mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNS.

3. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara minat menjadi guru dan

lingkungan keluarga secara bersama-sama terhadap prestasi akademik

Gambar

  thitung�ttabel
  penyebut=57 dan taraf signifikansi 5% diperoleh fhitung>ftabel
  perhitunganfhitung>ftabel
  akuntansi. Uji t untuk variabel lingkungan keluarga diperoleh thitung>ttabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Meskipun fisika dan matematika beda dalam konsep dan penyampaian, kalau saya itu konsep dari diferensial dan integral saya kira harus diberitahukan pada

[r]

Dari hasil pengamatan pada pembelajaran mata kuliah komunikasi data permasalahannya adalah dalam proses belajar mengajar, dosen cenderung menggunakan strategi

Ayat (1) Ayat (2) I.. 7) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusutan atas harta berwujud yang dimiliki dan digunakan dalam bidang usaha tertentu diatur dengan

Kiranya dalam memberikan pertimbangan dalam putusan kepada pelaku tindak pidana pencurian, pembegalan dengan kekerasan ini dapat menjadi bahan untuk kedepannya hakim memutuskan

Tujuan pembuatan website untuk memudahkan para wisatawan dalam hal mengakses/mencari informasi tentang tempat wisata yang ada di Pulau Lombok juga membuat sebuah website. Menu-menu

Pembuatan tangga belakang bis merupakan proses yang cukup penting, hal ini dikarenakan pembuatan tangga tersebut harus dilakukan oleh pihak karoseri agar dapat disesuaikan dengan