viii ABSTRAK
Rahmawati, Fitriana. 2015. Analisis Elemen Pokok dan Pelengkap Wacana
Argumentasi dalam Artikel Opini Harian Tribun Jogja Periode Januari – April 2015. Skripsi. Yogyakarta: Program Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia, Fakultan Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Penelitian ini mengkaji tentang elemen pokok dan pelengkap wacana argumentasi dalam artikel harian Tribun Jogja kolom opini. Tujuan penelitian ini
adalah (1) mendeskripsikan bentuk-bentuk elemen pokok wacana argumentasi, (2) mendeskripsikan bentuk-bentuk elemen pelengkap wacana argumentasi, dan
(3) mendeskripsikan pola elemen pengembangan wacana argumentasi pada artikel yang dimuat di harian Tribun Jogja.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa wacana dalam artikel harian Tribun Jogja kolom opini periode januari – april 2015. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi (baca dan catat).
ix
ABSTRACT
Rahmawati, Fitriana. 2015. An Analysis on Main and Complementary Elements
in Argumentative Passages in Opinion Articles Tribun Jogja Daily Newspaper January – April 2015 Issues. Thesis. Yogyakarta:
Indonesian Literature Education Study program, Teachers’ Training and Education Faculty, Sanata Dharma University Yogyakarta This research examined the main and complementary elements in argumentative passages in the opinion column of Tribun Jogja Newspaper. This research was aimed to (1) describe kinds of main elements in argumentative passages, (2) describe kinds of complementary elements in argumentative passages, and (3) describe the development patterns of the argumentative passages in the articles written in Tribun Jogja Newspaper.
This research was a descriptive qualitative research. The data used in this research were in the forms of passages written in the articles of opinion column Tribun Jogja Newspaper January – April 2015 issues. The data used in this research were collected by conducting observations (reading and note-taking).
ANALISIS ELEMEN POKOK DAN PELENGKAP
WACANA ARGUMENTASI DALAM ARTIKEL OPINI
HARIAN TRIBUN JOGJA
PERIODE JANUARI
–
APRIL 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh
Fitriana Rahmawati
111224004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada Allah S.W.T.,
v
MOTO
Menunda pekerjaan hanya akan menambah pekerjaan pada nantinya.
-Pepatah
-Unknown-viii
ABSTRAK
Rahmawati, Fitriana. 2015. Analisis Elemen Pokok dan Pelengkap W acana
Argumentasi dalam Artikel Opini Harian Tribun Jogja Periode Januari – April 2015. Skripsi. Yogyakarta: Program Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultan Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Penelitian ini mengkaji tentang elemen pokok dan pelengkap wacana argumentasi dalam artikel harian Tribun Jogja kolom opini. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan bentuk-bentuk elemen pokok wacana argumentasi, (2) mendeskripsikan bentuk-bentuk elemen pelengkap wacana argumentasi, dan (3) mendeskripsikan pola elemen pengembangan wacana argumentasi pada artikel yang dimuat di harian Tribun Jogja.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa wacana dalam artikel harian Tribun Jogja kolom opini periode januari – april 2015. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi (baca dan catat).
ix ABSTRACT
Rahmawati, Fitriana. 2015. An Analysis on Main and Complementary
Elements in Argumentative Passages in Opinion Articles Tribun Jogja Daily Newspaper January – April 2015 Issues. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Literature Education Study program,
Teachers’ Training and Education Faculty, Sanata Dharma University Yogyakarta.
This research examined the main and complementary elements in argumentative passages in the opinion column of Tribun Jogja Newspaper. This research was aimed to (1) describe kinds of main elements in argumentative passages, (2) describe kinds of complementary elements in argumentative passages, and (3) describe the development patterns of the argumentative passages in the articles written in Tribun Jogja Newspaper.
This research was a descriptive qualitative research. The data used in this research were in the forms of passages written in the articles of opinion column Tribun Jogja Newspaper January – April 2015 issues. The data used in this research were collected by conducting observations (reading and note-taking).
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, dengan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Elemen Pokok dan Pelengkap Wacana Argumentasi dalam Artikel Opini Harian Tribun Jogja Periode Januari–April 2015”.Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa selama proses penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan lancar. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang selama ini memberikan bantuan, bimbingan, motivasi, dukungan, dan doa dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini. Sehubungan dari hal itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd. selaku Kaprodi PBSI.
3. Dr. B. Widharyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, pikiran, tenaga, kesabaran, dan motivasi selama membimbing skripsi.
4. Sulistiono, selaku manajer liputan di Tribun Jogja dan segenap karyawan Tribun Jogja yang telah memberikan data sebagai objek penelitian dan membimbing proses PPL Jurnalistik di lapangan.
5. Segenap dosen PBSI yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis. 6. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang menyediakan
buku referensi dalam penyusunan skripsi.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTO ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR SKEMA ... xvii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Ruang Lingkup... 4
1.5 Manfaat Penelitian ... 5
1.6 Bahasan Istilah ... 6
1.7 Sistematika Penyajian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...9
2.1 Penelitian yang Relevan...9
2.2 Kajian Teoretis...10
2.2.1 Pengertian Wacana ...11
xiii
2.2.1.2 Kohesi ...13
2.2.1.3 Koherensi ...13
2.2.1.4 Sasara ...13
2.2.1.5 Pesan ...13
2.2.1.6 Keadaan...14
2.2.1.7 Interteks...14
2.2.2 Jenis-jenis Wacana ...15
2.2.2.1 Wacana Deskripsi ...16
2.2.2.2 Wacana Eksposisi ...16
2.2.2.3 Wacana Argumentasi ...16
2.2.2.4 Wacana Persuasi...16
2.2.2.5 Wacana Narasi ...17
2.2.3 Kajian Analisis Wacana ...17
2.2.4 Wacana Argumentasi...18
2.2.4.1Wacana Argumentasi Menurut Abdul Rani...20
2.2.4.1.1 Pernyataan ...21
2.2.4.1.2 Alasan...21
2.2.4.1.3 Pembenaran ...21
2.2.4.1.4 Pendukung...21
2.2.4.1.5 Modal ...22
2.2.4.1.6 Sanggahan ...22
2.2.4.2Wacana Argumentasi Menurut Stephen Toulmin...23
2.2.4.2.1 Claims...23
2.2.4.2.2 Grounds...24
2.2.4.2.3 Warrants...24
2.2.4.2.4 Backing...24
2.2.4.2.5 Modal Qualifiers ...25
2.2.4.2.6 Possible Rebutals ...25
2.2.5 Artikel dan Opini ...26
xiv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...30
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ...30
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian ...31
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data...31
3.4 Instrumen Penelitian ...34
3.5 Teknik Analisis Data...34
3.6 Triangulasi ...36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...37
4.1 Deskripsi Data...37
4.2 Hasil Analisis Data ...39
4.2.1Analisis Elemen Pokok Wacana Argumentasi...39
4.2.1.1 Elemen Pernyataan...40
4.2.1.2 Elemen Alasan ...46
4.2.1.3 Elemen Pembenaran...56
4.2.2 Analisis Elemen Pelengkap Wacana Argumentasi ...61
4.2.2.1 Elemen Pendukung...62
4.2.2.2 Elemen Modal ...66
4.2.2.3 Elemen Sanggahan ...69
4.2.3Analisis Pola Pengembangan Wacana Argumentasi...76
4.2.3.1 Pola Tiga Elemen Pokok dengan Dua Pelengkap ...77
4.2.3.1.1 PER-AL-PEM + PEN-MO...77
4.2.3.1.2 PER-AL-PEM+MO-SA ...79
4.2.3.1.3 PER-AL-PEM+PEN-SA ...80
4.2.3.2 Pola Tiga Elemen Pokok dengan Satu Pelengkap...81
4.2.3.2.1 PER-AL-PEM+PEN ...82
4.2.3.2.2 PER-AL-PEM+MO...83
4.2.3.2.3 PER-AL-PEM+SA ...84
4.3 Pembahasan...84
4.3.1 Analisis Elemen Pokok Wacana Argumentasi...85
xv
4.3.1.2 Elemen Alasan ...87
4.3.1.3 Elemen Pembenaran...87
4.3.2 Analisis Elemen Pelengkap Wacana Argumentasi ...89
4.3.2.1 Elemen Pendukung...89
4.3.2.2 Elemen Modal ...90
4.3.2.3 Elemen Sanggahan ...91
4.3.3Analisis Pola Pengembangan Wacana Argumentasi ...92
4.3.3.1 Pola Tiga Elemen Pokok dengan Dua Pelengkap ...92
4.3.3.1.1 PER-AL-PEM + PEN-MO...93
4.3.3.1.2 PER-AL-PEM+MO-SA ...93
4.3.3.1.3 PER-AL-PEM+PEN-SA ...93
4.3.3.2 Pola Tiga Elemen Pokok dengan Satu Pelengkap...97
4.3.3.2.1 PER-AL-PEM+PEN ...97
4.3.3.2.2 PER-AL-PEM+MO...98
4.3.3.2.3 PER-AL-PEM+SA ...98
BAB V PENUTUP...101
5.1 Kesimpulan ...101
5.2 Saran ...102
DAFTAR PUSTAKA ...103
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...105
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Koding Data yang Digunakan dalam Penelitian ...33 Tabel 3.2 Format Analisis Elemen Pokok dan Elemen Pelengkap Wacana
Argumentasi pada Artikel Opini ...34 Tabel 3.3 Keterangan Kode Nama-nama Elemen Wacana Argumentasi ...34 Tabel 4.1 Deskripsi Data Analisis Elemen Pokok dan Elemen
Pelengkap Wacana Argumentasi...38 Tabel 4.2 Hasil Analisis Data Pola Pengembangan
Tiga Elemen Pokok dengan Dua Elemen Pelengkap...77 Tabel 4.3 Hasil Analisis Data Pola Pengembangan
Tiga Elemen Pokok dengan Satu Elemen Pelengkap ...81 Tabel 4.4 Sample Hasil Analisis Wacana Argumentasi
Pola PER-AL-PEM-PEN-SA...94 Tabel 4.5 Sample Hasil Analisis Wacana Argumentasi
i
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 Kerangka Berpikir Analisis Wacana Argumentasi Berdasarkan
Penalaran Abdul Rani ... 29
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Surat kabar merupakan media cetak yang di dalamnya memuat berbagai macam informasi. Informasi mengenai politik, ekonomi, sosial, teknologi, kesehatan, dan budaya tersaji di dalamnya. Bentuk penyajian informasi di dalam surat kabar digolongkan atas beberapa jenis, yaitu berita, artikel, tajuk, dan opini.
Beberapa jenis penyajian informasi yang terdapat di dalam surat kabar tersebut digolongkan berdasarkan siapa penulisnya, misalnya opini. Opini merupakan wacana yang ditulis oleh seseorang yang tidak bekerja dalam sebuah lembaga penerbitan yang bersangkutan untuk menghasilkan sebuah tulisan. Opini adalah pikiran atau tanggapan seseorang tentang suatu hal.
Landasan seseorang menulis opini di surat kabar adalah untuk menyampaikan pikiran atau tanggapan penulis mengenai suatu hal kepada pembaca dengan cara meyakinkannya. Upaya yang ditempuh dalam meyakinkan pembaca adalah dengan membubuhkan bukti konkrit, alasan-alasan dan contoh yang dapat memperkuat pendapat penulis.
Atas landasan tersebut maka opini sejalan dengan tujuan wacana argumentasi yaitu wacana yang bertujuan meyakinkan pembaca agar menerima pernyataan yang disampaikan penulis. Kekuatan argumen penulis pada dasarnya terletak pada kemampuan dalam mengemukakan tiga prinsip pokok, yaitu pernyataan, alasan dan pembenaran (Abdul Rani, 2004:37).
Wacana argumentasi ialah wacana yang isinya terdiri atas paparan alasan dan penyitensisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Wacana argumentasi ditulis dengan maksud untuk memberi alasan, untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian atau gagasan (Yoce Aliah Darma, 2014:36).
Menurut Abdul Rani, wacana argumentasi tersusun atas beberapa elemen. Elemen sendiri diklasifilasikan menjadi dua jenis yaitu elemen pokok dan elemen pelengkap. Elemen pokok terdiri atas pernyataan, alasan, dan pembenaran, sedangkan elemen pelengkap terdiri atas pendukung, modal, dan sanggahan.
Berkaitan dengan elemen pembentuk wacana argumentasi, maka diperlukan adanya sebuah penelitian yang mengkaji penggunaan dan pola pengembangan elemen yang digunakan oleh penulis yang dipublikasikan lewat surat kabar. Penelitian tersebut diperlukan untuk memperoleh gambaran penggunaan elemen pokok dan pelengkap oleh penulis wacana argumentasi.
Usaha untuk meneliti elemen yang terdapat dalam wacana argumentasi, penulis menggunakan kajian analisis wacana dan kajian wacana argumentasi sebagai dasar teori. Sedangkan objek penelitian diambil dari artikel yang terdapat pada surat kabar Tribun Jogja kolom opini.
1.2 Rumusan Masalah
pagi Tribun Jogja periode Januari hingga April 2015?”. Berdasarkan rumusan masalah utama tersebut, kemudian disusun submasalah sebagai berikut.
1. Apa saja bentuk-bentuk elemen pokok wacana argumentasi pada artikel opini yang dimuat di harian Tribun Jogja pada bulan Januari hingga April 2015?
2. Apa saja bentuk-bentuk elemen pelengkap wacana argumentasi pada artikel opini yang dimuat di harian Tribun Jogja pada bulan Januari hingga April 2015?
3. Bagaimana pola elemen pengembangan wacana argumentasi pada artikel opini yang dimuat di harian Tribun Jogja pada bulan Januari hingga April 2015?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan elemen wacana argumentasi pada artikel yang dimuat di harian Tribun Jogja kolom opini pada bulan Januari hingga April 2015. Atas dasar tujuan utama tersebut, kemudian disusun tujuan bawahan yang ingin dicapai sebagai berikut.
2. Mendeskripsikan bentuk-bentuk elemen pelengkap wacana argumentasi pada artikel opini yang dimuat di harian Tribun Jogja pada bulan Januari hingga April 2015.
3. Mendeskripsikan pola elemen pengembangan wacana argumentasi pada artikel opini yang dimuat di harian Tribun Jogja pada bulan Januari hingga April 2015.
1.4 Ruang Lingkup
Penelitian mengenai Analisis Elemen Pokok dan Pelengkap Wacana Argumentasi dalam Artikel Opini Harian Tribun Jogja Periode Januari - April 2015 memiliki empat ruang lingkup, diantaranya:
1. Penelitian ini mendeskripsikan keberadaan elemen pokok dan elemen pelengkap wacana argumentasi pada artikel opini yang dimuat di harian Tribun Jogja pada bulan Januari hingga April 2015.
2. Penelitian ini mendeskripsikan pola elemen pengembangan wacana argumentasi pada artikel opini yang dimuat di harian Tribun Jogja pada bulan Januari hingga April 2015.
3. Penelitian ini juga mendeskripsikan pola pengembangan wacana argumentasi.
4. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan sumbangsih dalam hal informasi mengenai elemen pengembang wacana argumentasi yang digunakan masyarakat. Adapun penjabarannya sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan bagi mahasasiswa dalam mencari gambaran konkret mengenai pola pengembangan wacana argumentasi yang terdapat pada surat kabar. Hasil dari penelitian ini, mahasiswa diharapkan mampu memproduksi wacana argumentasi dengan tepat, yang mana dalam penyususunannya memperhatikan kaidah penulisan wacana yang baik. Hal itu dimaksudkan agar mahasiswa, khususnya yang mengambil program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, menjadi pelopor penggerak kebebasan berpendapat melalui wacana argumentasi di media massa. 2. Bagi Peneliti Lain
1.6 Batasan Istilah 1. Wacana
Wacana sebagai (1) komunikasi verbal; percakapan, (2) keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesantunan, (3) satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh, seperti: novel, buku, artikel, pidato, atau khotbah, (4) kemampuan atau prosedur berpikir secara sistematis; kemampuan atau proses memberikan pertimbangan berdasarkan akal sehat, (5) pertukaran ide secara verbal (KBBI, 1997:1265)
2. Argumentasi
Argumentasi adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan oleh penulisnya. Karena tujuannya meyakinkan pendapat atau pemikiran pembaca, penulis akan menyajikan secara logis, kritis, dan sistematis bukti-bukti yang dapat memperkuat keobjektifan dan kebenaran yang disampaikan sehingga dapat menghapus konflik dan keraguan pembaca terhadap penulis. Corak seperti ini adalah hasil penilaian, pembelaan dan timbangan baku. (Yoce Aliah Darma dalam Analisis Wacana Kritis, 2014:36).
3. Wacana Argumentasi
untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian atau gagasan. Jadi, pada setiap wacana argumentasi selalu terdapat alasan (argumen) ataupun bantahan yang memperkuat aaupun menolak sesuatu secara demikian rupa guna mempengaruhi keyakinan pembaca. (Yoce Aliah Darma, 2014:37).
4. Artikel
Artikel merupakan satu karangan faktual tentang sesuatu soal secara lengkap, yang panjangnya tak tentu, untuk dimuat di surat kabar, majalah, bulletin, dan sebagainya dengan tujuan untuk menyampaikan gagasan guna meyakinkan, mendidik, atau menghibur. Artikel identik dengan opini atau pendapat, yaitu karangan prosa dalam media massa yang membahas persoalan secara lugas (Widharyanto, 2005:82).
1.7 Sistematika Penyajian
Sistematika penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I membahas tentang pendahuluan. Di dalam pendahuluan ini memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penyajian.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian yang Relevan
Penelitian terdahulu yang relevan dengan topik yang peneliti ambil adalah penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Dawud (2008) yang berjudul Penalaran dalam Karya Tulis Populer Argumentasi. Penelitian tersebut termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dawud adalah ditemukannya (1) unsur pembangun penalaran, (2) bentuk penalaran, dan (3) pola penalaran karya tulis argumentatif. Unsur pembangun penalaran argumentasi terdiri dari pendirian, bukdi dan penyimpulan. Bentuk penalaran yang ditemukan yaitu skema asosiatif dan dissosiatif. Adapun pola penalaran dalam tulis populer argumentatif dapat digolongkan atas penalaran yang berpola rumit, yakni penalaran yang terdiri atas dua bukti secara bebas mendukung sebuah pendirian, dua atau tiga bukti secara kombinasi mendukung sebuah pendirian, dan penalaran rumit mata rantai yang berupa rangkaian sebuah bukti mendukung sebuah pendirian bawahan serta pendirian bawahan itu mendukung sebuah pendirian utama.
Selain penelitian yang dilakukan oleh Dawud, penelitian terdahulu yang relevan dengan topik yang peneliti ambil adalah penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Faridatul Umami dkk (2012) yang berjudul Analisis Karangan Argumentasi Siswa Kelas XI SMKN 12 Malang Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian tersebut Umami termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Hasil
penelitian ini adalah karakteristik yang sering muncul di tiap karangan yaitu claim, ground, warrant, support, dan qualifier, sedangkan qualifier tidak banyak ditemukan dalam karangan argumentasi siswa. Kesamaan penelitian dari Dawud dengan penelitian kali ini yaitu sama-sama menghasilkan pola pengembangan wacana argumentasi. Adapun kesamaan penelitian Umami dkk dengan penelitian ini adalah sama-sama menganalisis elemen wacana argumentasi. Perbedaannya, penelitian kali ini dilakukan untuk menganalisis elemen wacana argumentasi dan pola pengembangannya pada surat kabar Tribun Jogja menurut teori yang dipaparkan Abdul Rani.
2.2 Kajian Teoretis
Penelitian analisis elemen pokok wacana argumentasi dalam artikel harian Tribun Jogja merupakan penelitian bidang linguistik yang mengkaji bahasa dari sudut pandang analisis wacana. Teori yang akan digunakan pada pembahasan di bawah ini digunakan sebagai landasan untuk memecahkan persoalan elemen pengembangan dan pola elemen pengembangan wacana argumentasi. Kajian teori analisis wacana digunakan sebagai landasan meneliti elemen pengembangan wacana argumentasi. Jelasnya, kajian teoretisnya sebagai berikut.
2.2.1 Pengertian Wacana
Wacana adalah bahasa di atas kalimat atau di atas klausa (Stubs dalam
Schiffin, 2007:28). Definisi wacana yang berasal dari paradigma formalis
memandang wacana sebagai penggunaan bahasa. Wacana merupakan tuturan
dalam bentuk lisan atau tulisan yang membentuk suatu kesatuan makna yang utuh
(Halliday & Hasan, 1976).
Menurut pemikiran Hawthorn (1992) wacana adalah komunikasi
kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah pertukaran di antara pembicara dan
pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal di mana bentuknya ditentukan oleh
tujuan sosialnya. Dengan kata lain, Hawthorn mendeskripsikan wacana sebagai
sebuah bentuk informasi yang didistribusikan dari pembicara kepada pendengar
yang tujuannya disesuaikan dengan kebutuhan sosial pembicara dan pendengar
yang bersangkutan.
Brown dan Yule (1996:53) mengemukakan bahwa para ahli sosiolinguistik
dalam mendefinisikan wacana terutama memperhatikan struktur interaksi sosial
yang dinyatakan dalam percakapan dan deskripsi-deskripsi mereka yang
menitikberatkan pada ciri-ciri koteks sosial, terutama dapat dimasukkan ke dalam
klasifikasi sosiologis. Berdasarkan sudut pandang tersebut ciri-ciri dan sifat wacana adalah (1) wacana dapat berupa rangkaian ujar secara lisan dan tulisan atau rangkaian tindak tutur, (2) wacana mengungkapkan suatu hal (subjek), (3) penyajiannya teratur, sistematis, koheren, dan lengkap degan semua situasi pendukugnya, (4) memiliki satu keatuan misi dalam rangkaian itu, (5) dibentuk oleh unsur segmental dan nonsegmental.
Wacana dapat berupa rangkaian ujar secara lisan dan tulisan atau rangkaian
tindak tutur. Wacana mengungkapkan suatu hal (subjek), penyajiannya teratur,
satu kesatuan misi dalam rangkaian itu. Dibentuk oleh unsur segmental dan
nonsegmetal.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, wacana sebagai (1) komuniasi
verbal; percakapan, (2) keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan, (3)
suatu bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan
utuh, seperti: novel, buku, artikel, pidato atau khotbah, (4) kemampuan atau
prosedur berpikir secara sistematis; kemampuan atau proses memberi
pertimbangan berdasarkan akal sehat, (5) pertukaran ide secara verbal (KBBI,
1997:1265).
Selain beberapa uraian yang telah disebutkan sebelumnya, ada sisi lain yang
erat hubungannya dengan wacana, yaitu unsur-unsur wacana. Unsur-unsur wacana
meliputi unsur internal dan unsur eksternal. Unsur internal di antaranya adalah
kata, kalimat, teks, dan koteks, sedangkan unsur eksternal meliputi implikatur,
presuposisi, referensi, inferensi, konteks. Selain unsur wacana, hal lain yang
terkandung dalam sebuah wacana adalah prinsip wacana. Yoce Aliah Darma
(2014:7) menjelaskan ada tujuh prinsip wacana. Prinsip-prinsip wacana yang
dimaksud adalah sebagai berikut.
2.2.1.1 Tujuan
Selain wacana yang dihasilkan harus mempuyai tujuan karena tujuanlah
yang menentukan jenis wacana yang digunakan. Tujuan sangat penting untuk
memilih teknik penyampaian wacana apakah naratif, deskriptif, eksposisi,
ceramah, surat resmi atau tidak resmi dan sebagainya (Yoce Aliah Darma,
2014:7).
2.2.1.2 Kohesi
Kohesi merupakan keserasian hubungan antara unsur linguistik dengan
unsur linguistik yang lain dalam sebuah wacana. Kohesi dapat ditinjau dari
hubungan antar kata, frasa atau kalinat dengan sesuatu perkataan dalam wacana
tersebut. Kohesi dapat mewujudkan kesinambungan antara sebagian teks dengan
bagian teks yang lain sehingga membentuk suatu kesatuan (Yoce Aliah Darma,
2014:7).
2.2.1.3 Koherensi
Koherens merupakan kesinambungan ide yang terdapat dalam sebuah
wacana sehingga menjadi satu teks yang bermakna. Koherensi merupakan asas
dalam pengembangan wacana karena tanpa makna, teks tidak dianggap sebagai
wacana (Yoce Aliah Darma, 2014:7).
2.2.1.4 Sasaran
Sebuah wacana perlu mempunyai pendegar atau pembaca yang merupakan
sasaran wacana tersebut. Penentuan saran ini sangat penting sebab akan
berpengaruh terhadap keterpahaman wacana yang akan dibuat (Yoce Aliah
Darma, 2014:7).
2.2.1.5 Pesan
Setiap wacana perlu mempunyai pesan/isi. Pesan atau isi wacana adalah
pokok permasalahan yang ingin disampaiakan seorang pembuat wacana kepada
2.2.1.6 Keadaan
Sebuah wacana perlulah sesuai dengan keadaan. Kesesuaian itu menjadikan
wacana relevan dengan situasi ujaran. Pemilihan kata, frasa dan susunan kalimat
yang tepat sangat penting untuk menjadikan sesuatu wacana itu sesuai dengan
keadaan (Yoce Aliah Darma, 2014:7).
2.2.1.7 Interteks
Interteks artinya sebuah teks bergantung kepada wacana yang lain. Melalui
interteks, sebuah wacna lebih mudah dipahami oleh pembaca atau pendengar.
Keterpahaman seseorang terhadap wacana yang dibaca atau didengar akan
membantu pencapaian tujuan wacana (Yoce Aliah Darma, 2014:7).
Selain jenis-jenis wacana yang telah disebutkan sebelumnya, hal yang juga
penting kita perhatikan dalam wacana adalah unsur-unsur menandai terjadinya
wacana. Dell Hymes dalam Analisis Wacana Kritis (2014:67) mengemukakan
unsur-unsur yang menandai terjadinya wacana dengan istilah SPEAKING.
SPEAKING merupakan kepanjangan dari S: setting dan scena (tempat berbicara
dan suasana yang melatari teks muncul), P: participant (pelaku atau orang yang
berpartisipasi dalam peristiwa komunikasi berbahasa), E: ends (tujuan teks), A:
act (peristiwa kemunculan teks), K: key (ragam bahasa), I: instrument (alat atau
media yang digunakan), N: norm (aturan atau nilai-nilai), dan G: genre (jenis
2.2.2 Jenis-jenis Wacana
Jenis-jenis wacana ada banyak macamnya. Beberapa macam wacana digolongkan dalam kategori tertentu. Kategori tersebut dianatara jenis-jenis wacana berdasarkan jumlah penutur, media, tujuan, sifat, maupun isinya.
Wacana berdasarkan jumlah penutur dibedakan menjadi dua jenis yaitu wacana monolog dan dialog. Wacana monolog adalah jenis wacana yang dituturakan oleh satu orang. Umumnya, wacana monolog tidak menghendaki dan tidak menyediakan alokasi waktu terhadap pendengar atau pembaca. Penuturannya bersifat satu arah, yaitu pihak penutur (Mulyana, 2005:53). Wacana dialog adalah jenis wacana yang dituturkan oleh dua orang atau lebih. Jenis wacana ini dapat berbentuk tulis dan lisan. Wacana dialog tulis memiliki bentuk yang sama dengan wacana drama (Mulyana, 2005:53).
Selain itu, Mulyana juga menerangkan ragam wacana berdasarkan media. Wacana berdasarkan media, seperti yang telah disinggung sebelumnya, dibedakan menjadi dua yaitu tulis dan lisan. Wacana tulis adalah jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan. Lain dari itu, wacana lisan adalah jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau langsung dengan bahasa verbal.
merupakan penjelasan singkat mengenai spesifikasi kelima jenis wacana tersebut menurut Abdul Rani.
2.2.2.1 Wacana Deskripsi
Wacana deskripsi merupakan jenis wacana yang ditujukan kepada penerima pesan agar dapat membentuk suatu citra (imajinasi) tentang suatu hal. Aspek kejiwaan yang dapat mencerna wacana tersebut adalah emosi (Abdul Rani, 2004:37-45).
2.2.2.2 Wacana Eksposisi
Wacana eksposisi bertujuan untuk menerangkan sesuatu hal kepada penerima (pembaca) agar yag bersangkutan memahaminnya. Wacana eksposisi dapat berisi konsep-konsep dan logika yang harus diikutioleh penerima (Abdul Rani, 2004:37-45).
2.2.2.3 Wacana Argumentasi
Wacana argumentasi merupakan salah satu bentuk wacana yang berusaha mempengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima pernyataan yang dipertahankan, baik yang didasarkan pertimbangan logis maupun emosional (Rottenberg, 1988:9). Sebuah wacana dikategorikan argumentasi apabila bertolak dari adanya isu yang sifatnya kontroversi anatara mitra tutur dan penutur (Abdul Rani, 2004:37-45).
2.2.2.4 Wacana Persuasi
biasanya menggunakan segala upaya yang memungkinkan mitra tutur terpengaruh.
2.2.2.3 Wacana Narasi
Wacana narasi merupakan jenis wacana yang berisi cerita. Di dalam narasi terdapat unsur-unsur cerita yang amat penting, seperti waktu, pelaku, dan peristiwa. Wacana ini biasanya digunakan untuk menggerakkan aspek emosi (Abdul Rani, 2004:37-45).
2.2.3 Kajian Analisis Wacana
Analisis wacana merupakan kajian terhadap satuan bahasa di atas kalimat. Wacana sendiri tidak hanya sebatas teks tulis saja, wacana memiliki arti yang lebih luas yaitu mencakup tulis dan lisan. Analisis wacana (AW) adalah cabang ilmu bahasa yang dikembangkan untuk menganalisis suatu unit bahasa yang lebih besar daripada kalimat atau klausa, Yoce Aliah (2014:10-11).
Analisis wacana dapat dilakukan pada wacana dialog maupun monolog. Analisis wacana dialog dispesifikiasi lagi menjadi dua macam yaitu analisis pada dialog sesungguhnya dan dialog teks. Analisis wcana dialog merupakan analisis wacana spontan yang mana penuturnya tidak terikat pada teks yang ditunjang dengan segala situasinya dan dilakukan secara tatap muka.
Hal-hal pokok yang harus diperhatikan dalam analisis wacana dialog, yaitu aspek (1) kerjasama partisipan percakapan, (2) tindak tutur, (3) penggalan percakapan, (4) pembukaan dan penutup percakapan, (5) percakapan lanjutan, (6) sifat rangkaian percakapan, (7) unsur tatabahasa, (8) alih kode, (9) giliran, dan topic percakapan. Lain dari itu, hal-hal pokok yang harus diperhatikan dalam analisis wacana monolog adalah hal-hal yang berhubungan dengan (1) rangkaian dan kaitan tuturan, (2) perujukan, juga (3) pola dan pengembangan wacana, Yoce Aliah (2014:41-42).
2.2.4 Wacana Argumentasi
Wacana argumentasi merupakan salah satu bentuk wacana yang berusaha
mempengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima pernyataan yang
dipertahankan, baik yang didasarkan pertimbangan logis maupun emosional
(Rottenberg, 1988:9). Salmon (1984:8) mendefinisikan argumentasi sebagai
perangkat kalimat yang disusun sedemikian rupa sehingga beberapa kalimat
berfungsi sebagai bukti-bukti yang mendukung kalimat yang terdapat dalam
Sebuah teks atau wacana, dikategorikan sebagai sebuah argumentasi apabila
bertolak dari adanya isu yang sifatnya kontroversi antara penutur dan mitra tutur.
Berangkat dari isu dasar tersebut, penutur berusaha untuk menjelaskan
alasan-alasan yang logis untuk meyakinkan mitra tuturnya (pembaca atau pendengar).
Biasanya, suatu topik diangkat karena memiliki nilai, seperti indah, benar, baik,
berguna, efektif, atau sebaliknya.
Tujuan wacana argumentasi adalah meyakinkan pendapat atau pemikiran
pembaca, untuk itu selain mengungkapkan pernyataan yang logis, wacana ini baik
bila berisi ulasan yang kritis dan sistematis. Bukti-bukti yang ditunjukkan dalam
wacana argumentasi dapat memperkuat keobjektifan dan kebenaran yang
disampaikannya sehigga dapat menghapus konflik dan keraguan pembaca
terhadap pendapat penulis.
Berikut ini penjelasan mengenai wacana argumentasi menurut Yoce Aliah
Darma (Analisis Wacana Kritis, 2014:37). Wacana argumentasi dikembangkan
dengan dua teknik, yaitu: (1) teknik induktif dan (2) teknik deduktif.
Pengembangan argumentasi dengan teknik induktif adalah penyususnan
argumentasi yang dilakukan dengan mengemukakan lebih dahulu bukti-bukti
kemudian diambil kesimpulan yang bersifat umum. Adapun pengembangan
argumentasi dengan cara deduktif dimulai dnegan suatu kesimpulan umum yang
kemudian disusul uraian mengenai hal-hal yang khusus. Alasan-alasan atau
bukti-bukti yang terdapat dalam argumentasi deduktif disebut premis.
Sistem penalaran deduktif disebut juga silogisme (syllogism). Bentuk
Premis pertama sebagai premis mayor membuat pernyataan umum tentang
sesuatu (sebuah objek, ide, suatu keadaan). Premis kedua disebut premis minor
yang berisi lebih lanjut tentang sebuah terem (term) dalam premis mayor. Premis
minor ini merupakan proposisi yang mengidentifikasi sebuah peristiwa
(fenomena) yang khusus sebagai anggota kelas tadi.
Kekuatan argumen penulis pada dasarnya terletak pada kemampuan dalam
mengemukakan tiga prinsip pokok, yaitu pernyataan, alasan, dan pembenaran.
Pernyataan mengacu pada kemampuan penutur menentukan posisi. Alasan
mengacu pada mengacu pada kemampuan penutur untuk mempertahankan
pernyataanya dengan memberikan alasan-alasan yang relevan. Pembenaran
mengacu pada kemampuan penutur dalam menunjukkan hubungan antara
pernyataan dan alasan.
2.2.4.1 Wacana Argumentasi Menurut Abdul Rani
Wacana argumentasi, menurut Abdul Rani dalam buku Analisis Wacana
(2004:40), tersusun atas beberapa elemen. Rani membaginya menjadi dua
golongan, yaitu elemen pokok dan elemen pelengkap. Elemen pokok wacana
argumentasi ada tiga, yaitu pernyataan, alasan dan pembenaran, sedangkan
pelengkapnya adalah pendukung, modal dan sanggahan. Berikut ini merupakan
deskripsi dari elemen pokok dan pelengkap wacana argumentasi dalam Analisis
2.2.4.1.1 Peryataan (PER)
Pernyataan adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh penutur dan
dikemukakan kepada mitra tutur agar dapat diterima dengan alasan-alasan
mendasar yang dapat dibuktikan. Pernyataan merupakan tujuan yang ingin
dicapai oleh penutur. Ada tiga macam pernyataan, yaitu pernyataan tentang
fakta, pernyataan tentang nilai, dan pernyataan tentang kebijakan (Rani,
2004:39).
2.2.4.1.2 Alasan (AL)
Alasan adalah bukti-bukti yang bersifat khusus yang diperlukan untuk
mendukung pernyataan. Alasan atau bukti pendukung dapat berupa data statistik,
contoh, ilustrasi, penalaran, observasi eksperimental, dan materi ilmu pengetahuan
umum, maupun pengujian. Kesemua alasan itu digunakan untuk mendukung
pernyataan (Rani, 2004:39).
2.2.4.1.3 Pembenaran (PEM)
Pembenaran adalah pernyataan yang menunjukkan kaidah-kaidah umum
untuk mempertahankan pernyataan. Pembenaran sebagai jembatan penghubung
antara pernyataan dan alasan. Dengan alasan dan pernyataan, pembenaran dapat
dipertahankan dan diterima secara rasional (Rani, 2004:39).
2.2.4.1.4 Pendukung (PEN)
Dukungan adalah kriteria yang digunakan untuk membenarkan pernyataan
yang dikemukakan dalam pembenaran. Dalam hal ini, dukungan dapat berupa
pengalaman yang diyakini, pernyataan para pakar, hasil penelitian, atau hasil
2.2.4.1.5 Modal (MO)
Modal dibedakan menjadi dua, yaitu modal sebagai penanda kepastian dan
modal sebagai penanda kemungkinan. Adapun kata, frasa, atau keterangan
digunakan sebagai penanda kepastian antara lain perlu, pasti, tentu dan tentu saja.
Adapaun, penanda kemungkinan antara lain agaknya, kiranya, rupanya,
kemungkinannya, sejauh bukti yang ada, sangat mungkin, mungkin sekali, dan
masuk akal. (Rani, 2004:40).
2.2.4.1.6 Sanggahan (SA)
Sanggahan adalah lingkungan atau situasi di luar kebiasan yang dapat
mengurangi atau menguatkan pernyataan. Jika suatu kondisi yang dapat
melemahkan suatu pernyataan dapat dikontrol dengan menghadirkan elemen
sanggahan/penolakan, kedudukan argumen semakin kuat. Tentunya, sanggahan
tersebut harus benar-benar kuat pula. Penggunaan elemen sanggahan juga berarti
membuat pernyataan lebih spesifik. Piranti kohesi yang digunakan untuk
menandai elemen sanggahan antara lain kecuali, namun dan jika (Rani, 2004:39).
Contoh wacana argumentasi mengandung elemen pokok.
(Per) Kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 dapat ditingkatkan, anatra lain dengan memberikalatihan secara intensif dalam menyusun argument. Makalah mahasiswa S1 menunjukkan kelemahan penalaran. (Al) Makalah mahasiswa S1 mengandung argumen-argumen yang rancu berpikir kritis ditandai kemampuan menggunakanbahasa secara jelas dan tepat. (Pem) Berpikir kritis ini tampak pada skripsi dan makalah mahasiswa S1 yang ditulis dengan penalaran baik.
Sumber: Analisis Wacana sebuah Kajian Bahasa dalam
Contoh wacana argumentasi mengandung elemen pokok dan pelengkap.
(Per) Kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 dapat ditingkatkan, anatra lain dengan memberikalatihan secara intensif dalam menyusun argument. Makalah mahasiswa S1 menunjukkan kelemahan penalaran. (Al) Makalah mahasiswa S1 mengandung argumen-argumen yang rancu berpikir kritis ditandai kemampuan menggunakanbahasa secara jelas dan tepat. (Pem) Berpikir kritis ini tampak pada skripsi dan makalah mahasiswa S1 yang ditulis dengan penalaran baik. (Pen) Penelitian teopilus membuktikan bahwa ada hubungan yang positif antara kemampuan akademik mahasiswa dalam matakulian logika dengan kemampuan akademik mahasiswa dalam matakuliah mengarang. (Mo) Dengan demikian, dapat dipastikan pelatihan dapat meningkatkan kualitas argument. Namun, jika terdapat faktor-faktor di luar, seperti keterbatasan fisik, kelemahan atau kelambatan berpikir ada pada diri mahasiswa maka usaha meningkatkan kualitas berpikir kritis akan terganggu.
Sumber: Analisis Wacana sebuah Kajian Bahasa dalam
Pemakaian, Rani (2004:42).
2.2.4.2 Wacana Argumentasi Menurut Stephen Toulmin
Sejalan dengan pemikiran Abdul Rani, Stephen Toulmin et al juga
memaparkan bagian-bagian dari wacana argumentasi yang diklasifikasikan
menjadi enam elemen. Toulmin dalam An Introduction to Reasoning
menyebutkan bahwa elemen argumentasi terdiri atas claim, grounds, warrants,
backing, modal qualification, dan possible rebuttals (1979:25).
2.2.4.2.1 Claim (C)
Claims atau juga disebut dengan pernyataan merupakan titik awal kita
dalam mengungkapkan sebuah argument. Toulmin memaparkan “there is always
some „destination‟ we are invited to arrive at, and the first step in analyzing and
destination is” (1979:25). Dalam kutipan tersebut disebutkan bahwa claims ini
juga memuat tujuan yang hendak dicapai penulis, hal itu sama halnya dengan
yang disebutkan oleh Abdul Rani.
2.2.4.2.2 Grounds (G)
Grounds atau juga disebut dengan alasan merupakan kalimat yang
menguraikan bukti-bukti atau contoh yang memperkuat pernyataan yang
disampaikan sebelumnya. Toulmin menjelaskan, “these grounds may comprise
experimental observations, matters of common knowledge, statistical data,
personal testimony, previously established claims, or other comparable factual
data” (1979:25). Alasan yang dimaksudkan Toulmin tersebut dapat berupa hasil
observasi, ilmu pengetahuan, data statistik, penelitian pribadi, dan sebagainya.
2.2.4.2.3 Warrants (W)
Warrants atau disebut juga dengan pembenaran merupakan uraian kalimat
yang berisi kaidah-kaidah umum yang dapat memperkuat pernyataan sebelumnya.
“Steps from grounds to claims are „warranted‟ in different ways in law, in science, in politics, and elsewhere” (1979:26), kutipan tersebut menjelaskan
bahwa pembenaran dapat berupa ketentuan dari sebuah hukum, politik, dan lain
sebagainya.
2.2.4.2.4 Backing (B)
Backing atau pendukung merupakan uraian kalimat yang di dalamnya
memuat dukungan sehingga menguatkan elemen pembenaran. Seperti yang
disebutkan Abdul Rani, Toulmin menjelaskan bahwa pendukung dapat berupa
2.2.4.2.5 Qualifiers (Q)
Modal qualifiers atau disebut juga “pemberi sifat modal” merupakan elemen
yang dapat diidentifikasi dengan adanya kata atau frasa tertentu. Toulmin
(1979:26) menerangkan, kata-kata pemberi sifat modal di antaranya usually,
possibly, barring accidents, dan sebagainya.
2.2.4.2.6 Rebuttals (R)
Possible rebuttals atau disebut juga “kemungkinan sanggahan” merupakan
elemen terakhir dari argumentasi. “Any except a certain or necessary argument is
open to rebuttal. Such rebuttals may in some cases be very unlikely and hard to
foresee, but we can understand the rational merits of the arguments in question
fully only if we recognize under what circumstances (rare but possible) they might
prove unreliable,” Toulmin (1979:26). Dalam kutipan tersebut dijelaskan bahwa
sanggahan pada argumentasi merupakan elemen yang membuka tangkisan atau
penolakan. Elemen ini membuat pembaca untuk kembali berpikir ulang mengenai
keadaan yang mungkin tidak dapat dipercaya.
Beranjak dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa wacana argumentasi
merupakan salah satu bentuk wacana yang berusaha mempengaruhi pembaca agar
menerima pernyataan yang dipertahankan, baik yang didasarkan pertimbangan
logis maupun emosional. Wacana argumentasi akan semakin kuat jika didukung
dengan alasan-alasan yang kuat dengan menunjukkan data-data statistik, contoh,
dan fakta lainnya.
Atas dasar pemikiran tersebut maka wacana argumentasi merupakan sebuah
pernyataan-pernyataan yang terangkum dalam sebuah tulisan. Tujuannya tidak lain adalah
untuk menyuarakan pendapat, menyeru, menyumbangkan gagasan, dan segala
bentuk kritik atau saran lainnya mengenai isu kotroversial yang sedang
berkembang di masyarakat. Maka tidak heran jika dalam sebuah surat kabar
menyediakan kolom khusus yang menyodorkan argument pembaca untuk dibaca
oleh pembaca yang lain. Dengan maksud, para pembaca dapat aktif
menyampaikan pendapat, juga terwujudnya proses saling bertukar pikiran sebagai
hak dalam menyuarakan aspirasi mereka.
Dalam surat kabar, wacana yang memuat wacana argumentasi pembaca ada
dalam rubrik opini. Rubrik opini ini mencakup tulisan citizen dari berbagai profesi
dan tidak terfokus pada pemberitaan-pemberitaan khusus. Dengan demikian
analisis dapat merata karena rubrik opini merupakan media terbuka bagi setiap
warga dengan beraneka ragam argumentasi.
Sub sub-bab ini menjelaskan mengenai wacana argumentasi menurut
pemikiran Abdul Rani dan Stephen Toulmin. Atas pemikiran dua ahli tersebut
maka penelitian ini akan mengkaji wacana argumentasi pada artikel opini harian
Tribun Jogja berdasarkan teori yang dijabarkan Abdul Rani.
2.2.5 Artikel dan Opini
orang yang bekerja di luar lingkup lembaga penerbitan atau redaksi. Meski demikian, artikel dan opini merupakan sebuah tulisan yang berbeda.
Perbedaan antara artikel dengan opini, yaitu opini lebih bersifat subjektif, padangan penulis lebih ditonjolkan. Lain halnya dengan artikel, meski jenis tulisan ini bersifat subjektif, tapi ada karakter lain yang harus dimiliki artikel sekaligus membedakan dengan opini, yaitu artikel harus menyajikan data dan fakta secara detail. Tanpa data yang kuat, artikel akan menjadi opini. Lalu dari data ini, penulis menganalisis serta memberikan kesimpulan (Andrianto, 2011:51).
Anas Syahirul, dalam buku yang berjudul Menaklukan Media, menerangkan bahwa kesamaan antara artikel dan opini adalah pertama, ditulis oleh penulis lepas. Kedua, mengangkat suatu masalah yang aktual. Ketiga, teknik penulisannya menggunakan pola deduktif-induktif (Andrianto, 2011:50).
dengan kecenderungan public opinion yang mendasari isi dan berita yang akan dilepas (Widharyanto, 2005:82).
Kedua sumber di atas menjelaskan bahwa artikel dengan opini secara umum dianggap sebagai sebuah tulisan yang sama sebab sama-sama bertujuan untuk untuk menyampaikan gagasan guna meyakinkan pembaca. Atas tujuan tersebut maka artikel/opini tergolong sebagai wacana argumentasi.
2.3 Kerangka Berpikir
Elemen pokok dan elemen pelengkap wacana argumentasi yang terdapat pada kolom opini pada Harian Tribun Jogja diteliti menggunakan teori wacana argumentasi dan analisis wacana. Kalimat-kalimat yang terdapat pada wacana dianalisis kemudian dideskripsikan elemen pokok wacana argumentasi yang terkandung di dalamnya. Peneliti menganalisis dengan cara memperhatikan kata, frasa, dan/atau klausa, lalu menggolongkannya berdasarkan ciri yang dimiliki salah satu dari keenam elemen wacana argumentasi.
Analisis ini akan memperoleh gambaran penggunaan elemen pokok wacana argumentasi, penggunaan elemen pelengkap wacana argumentasi dan pola pengembangan wacana argumentasi. Berikut ini merupakan kerangka berpikir yang digambarkan dalam betuk skema kerangka berpikir.
Skema 2.1
Kerangka Berpikir Analisis Wacana Argumentasi Berdasarkan Penalaran Abdul Rani
Wacana Argumentasi pada Artikel Opini Harian Tribun Jogja
Teori Wacana Argumentasi Menurut
Abdul Rani
Elemen Pokok
Kesimpulan
Elemen
Pernyataan
Alasan
Pembenaran
Pendukung
Modal
Sanggahan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian ini membahas mengenai enam hal, yaitu pendekatan dan jenis penelitian, sumber data dan data penelitian, teknik pengumpulan data, instrmen penelitian, teknik analisis data, dan triangulasi hasil analisis data. Keenam pembahasan tersebut selengkapnya diuraikan di bawah ini.
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitiann kualitatif menurut Moeleong (2006:6) adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, tindakan, dll secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa.
Tagor Pangaribuan (2008:13) menjelaskan, penelitian kualitatif berupaya menemukan hipotesis, yaitu kaidah-kaidah yang ada dalam realitas yang diamati dengan partisipasif. Penelitian ini menggali hipotesis yang terkandung dalam rumpun suatu data. Tagor memberikan garis besar dari penelitian kualitatif, yaitu latar, konseptualisasi, pengamatan situs (participant-observation di lapangan), dan triangulasi (teoretik, metodologik, dan data).
Pendekatan kualitatif yang dimaksud adalah penelitian akan memerikan elemen pokok dan pelengkap yang terdapat pada wacana argumentatif pada harian Tribun Jogja kolom opini. Data yang digunakan sebagai objek dalam penelitian yaitu tulisan berupa rangkaian kalimat dalam sebuah wacana argumentasi di surat kabar.
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian
Menurut Lofland dalam Moeleong (2006:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data pada penelitian ini merupakan kata-kata. Sumber data penelitian yang digunakan adalah berbagai register pemakaian bahasa tertulis (register jurnalistik) yang terdapat dalam berbagai pemakaian bahasa. Data penelitian ini berupa kalimat atau tulisan yang terdapat pada surat kabar bagian opini yang di dalamnya mengandung elemen pokok dan elemen pelengkap wacana argumentasi.
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode yang dapat digunakan dalam upaya menemukan kaidah dalam tahap analisis data ada dua, yaitu metode padan dan metode agih. Penelitian kali ini, jalur yang ditempuh peneliti dalam tahap analisis data yaitu menggunakan metode agih.
Metode agih alat penentunya adalah bagian dari bahasa itu sendiri. Alat penentu dalam rangka kerja metode agih berupa bagian atau unsur dari bahasa objek sasaran penelitian itu sendiri, seperti kata (kata ingkar, preposisi, adverbial, dsb.), fungsi sintaksis (subjek, predikat, objek, dsb.), klausa, silabe kata, titinada, dan yang lain (Sudaryanto. 2015:19).
bagian atau unsur, dan unsur-unsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud.
Teknik merupakan penjabaran metode dalam sebuah penelitian, yang disesuaikan dengan alat dan sifat (Sudaryanto, 1993:9). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik baca dan teknik catat. Teknik catat digunakan untuk menandai dan mencatat kalimat yang sesuai dengan kriteria sebuah elemen dari wacana argumentatif. Sedangkan teknik baca digunakan untuk mencari dan menemukan data-data yang sesuai dengan kriteria sebuah elemen wacana argumentatif.
Tabel 3.1
Koding Data yang Digunakan dalam Penelitian.
No Surat
Kabar Tanggal Judul Wacana Kode
1 Tribun Jogja
13 Januari 2015 Menimbang-Nimbang Calon Kapolri Pilihan Jokowi
A
2 Tribun Jogja
20 Januari 2015 Kaum Intelektual Harus Jadi Model Generasi Muda
B 3 Tribun
Jogja
27 Januari 2015 KPK dan Telikungan Habitus Korup C
4 Tribun Jogja
3 Februari 2015 Menimbang Wacana Perppu Imunitas KPK
D 5 Tribun
Jogja
10 Februari 2015 Mengangkat (Kembali) Popularitas Mobil Esemka Untuk Saingi Proton
E
6 Tribun Jogja
17 Februari 2015 Berbagai Implikasi Pasca-vonis Praperadilan BG
F 7 Tribun
Jogja
24 Februari 2015 Daulat Hukuman Mati di Indonesia G
8 Tribun Jogja
3 Maret 2015 Mewaspadai Pelemahan UU KPK H
9 Tribun Jogja
10 Maret 2015 Membaca Pesan Sabdatama Sultan HB X
I 10 Tribun
Jogja
17 Maret 2015 Mengkritisi Ingatan Kolektif Bangsa J
11 Tribun Jogja
24 Maret 2015 Nalar Sesat Peluang Remisi untuk Koruptor
K 12 Tribun
Jogja
31Maret 2015 Gejala Meningitis Layaknya Flu Biasa L
13 Tribun Jogja
7 April 2015 Subsidi Rakyat Dialihkan untuk Bantu Pejabat Beli Mobil Baru
M 14 Tribun
Jogja
21 April 2015 Melepas Kebaya dan Sanggul Kartini N
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini merupakan sebuah acuan atau pedoman dalam proses menganalisis data observasi. Di dalamnya terdapat format pengklasifikasian data untuk mengelompokkan hasil analisis. Maksud dari adanya format ini adalah sebagai acuan ke arah mana data akan dianalisis.
Tabel 3.2
Format Analisis Elemen Pokok dan Elemen Pelengkap Wacana Argumentasi pada Artikel Opini.
No Kode Data
Elemen Pokok Elemen Pelengkap
Keterangan Per Al Pem Pen Mo Sa
1. 2. 3.
Tabel 3.3
Keterangan Kode Nama-nama Elemen Wacana Argumentasi.
Elemen Pokok Elemen Pelengkap
PER Pernyataan PEN Pendukung
AL Alasan MO Modal
PEM Pembenaran SA Sanggahan
3.5 Teknik Analisis Data
yang dapat diceritakan kepada orang lain (Bogdan dan Biklen dalam Moeloeng, 2006:248). Berdasarkan latar pemikiran tersebut maka teknik analisis data yang ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
1. Peneliti menganalisis wacana terkait elemen pokok dan pelengkap dalam wacana argumentasi.
2. Peneliti menganalisis dengan cara memperhatikan kata, frasa, dan/atau klausa, lalu menggolongkannya berdasarkan ciri yang dimiliki salah satu dari keenam elemen wacana argumentasi.
3. Peneliti juga mempertimbangkan penentuan elemen pokok dan elemen pelengkap wacana argumentasi berdasarkan kesamaan sifat dan perannya dalam pembentukan wacana argumentasi serta kriteria tertentu yang dimiliki masing-masing elemen.
4. Peneliti memasukkan data ke dalam tabel dan menentukan elemen yang terkandung pada setiap kalimat dengan cara mencontreng elemen yang tepat.
5. Peneliti munjukkan bukti yang dapat memperjelas kriteria sebuah elemen di kolom keterangan pada tabel.
6. Penulis juga mendeskripsikan pola pengembangan wacana argumentasi. 7. Peneliti membuat kesimpulan mengenai elemen pokok dan elemen
pelengkap wacana argumentasi dalam artikel harian Tribun Jogja pada kolom opini.
perannya dalam pembentukan wacana argumentasi serta kriteria tertentu yang dimiliki masing-masing elemen.
3.6 Triangulasi Data
Penulis berupaya untuk meningkatkan tingkat kepercayaan (validitas) hasil analisis data dengan melakukan pemeriksaan terhadap keabsahan temuan melalui triangulasi teori. Tiangulasi teori adalah kepercayaan terhadap teori yang digunakan dengan mengonfirmasi hasil analisis data dengan beberapa teori yang terkait dengan landasan teori.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
Artikel opini dalam surat kabar merupakan wadah yang menampung aspirasi rakyat yang dikemas dalam sebuah wacana tulis. Di dalam sebuah opini, penulis mengungkapkan gagasan mereka dalam bentuk argumen. Argumen dipaparkan sedemikian rupa agar pembaca dapat sepaham dengan pemikiran penulis. Upaya yang dilakukan penulis untuk meyakinkan pembaca yaitu dengan menyajikan beberapa alasan berupa penalaran, bukti, fakta, dan data statistik untuk memperkuat argumentasinya.
Wacana argumentasi yang dimuat dalam kolom opini di sebuah surat kabar diterbitkan pada kurun waktu tertentu. Di harian Tribun Jogja, kolom opini diterbitkan pada setian hari Selasa. Dalam wacana tersebut, penulis mengangkat topik yang tengah hangat pada kala itu. Topik yang disinggung penulis diantaranya politik, sosial, budaya, hukum, kebijakan, kesehatan, dan isu-isu lainnya. Penulis mengungkapkan argumentasinya didasari atas beberapa alasan, misalnya untuk menjelaskan, menegaskan, menolak sebuah gagasan, mengkritisi, bahkan mencoba memberikan solusi mengenai isu yang tengah berkembang di masyarakat. Berbagai alasan tersebut pada dasarnya penulis akan memperkuat argumentasi mereka dengan fakta-fakta, penalaran, data dan informasi yang mereka percayai kebenarannya.
Kalimat-kalimat yang memperkuat sebuah argumentasi penulis diklasifikasikan atas beberapa elemen. Elemen yang termasuk ke dalam elemen pokok wacana argumentasi adalah elemen pernyataan, elemen alasan, dan elemen pembenaran. Elemen yang tergolong dalam elemen pelengkap adalah elemen pendukung, elemen modal dan elemen sanggahan. Ketiga elemen pokok terdapat di setiap wacana, sedangkan elemen pelengkap tidak. Walaupun tidak semua elemen pelengkap terdapat pada sebuah wacana, namun setidaknya ada salah satu elemen pelengkap di dalamnya.
Tabel 4.1
Deskripsi Data Analisis Elemen Pokok dan Elemen Pelengkap Wacana Argumentasi
No Judul Kode
Elemen
Per Al Pem Pen Mo Sa 1 Menimbang-nimbang
Calon Kapolri Pilihan Jokowi
A 8 15 4 - - 3
2 Kaum Intelektual Harus Jadi Model Generasi Muda
B 9 17 1 - 1 1
3 KPK dan Telikungan Habitus Korup
C 9 11 7 - - 2
4 Menimbang Wacana PERPPU Imunitas KPK
D 2 17 3 1 1 -
5 Mengangkat (Kembali) Popularitas Mobil Esemka untuk Saingi Proton
E 8 23 3 - 2 -
6 Berbagai Implikasi Pasca-Vonis Praperadilan BG
F 9 11 6 - - 3
7 Daulat Hukuman Mati di Indonesia
G 3 9 6 2 - 3
8 Mewaspadai Pelemahan UU KPK
9 Membaca Pesan Sabdatama Sultan HB X
I 8 12 6 3 - -
10 Mengkritisi Ingatan Kolektif Bangsa
J 15 13 3 1 - -
11 Nalar Sesat Peluang Remisi untuk Koruptor
K 3 13 3 - 1 2
12 Gejala Meningitis Layaknya Flu Biasa
L 10 7 5 6 - -
13 Subsidi Rakyat Dialihkan untuk Bantu Pejabat Beli Mobil Baru
M 10 19 2 - 1 -
14 Melepas Kebaya dan Sanggul Kartini
N 6 16 4 9 - -
4.2 Hasil Analisis Data
Data yang dianalisis merupakan tulisan yang diambil dari wacana yang dimuat di harian Tribun Jogja pada bulan Januari hingga April 2015. Analisis data terdiri dari elemen pokok wacana argumentasi dan elemen pelengkap wacana argumentasi. Analisis data merupakan pengklasifikasian kalimat dalam sebuah wacana argumentasi berdasarkan kriteria yang dimiliki oleh masing-masing elemen. Analisis ini, antara kalimat satu dengan kalimat yang lainnya memiliki hubungan yang erat. Analisis ini juga menggambarkan pola pengembangan wacara argumentasi. Hasil analisis data tentang keberadaan elemen pokok dan elemen pengembang wacana argumentasi serta pola pengembangannya dalam artikel Tribun Jogja akan dipaparkan sebagai berikut.
4.2.1 Analisis Elemen Pokok Wacana Argumentasi
dimiliki oleh masing-masing elemen pokok. Elemen pokok wacana argumentasi yang terdiri dari elemen pernyataan, alasan dan pembenaran ini digunakan penulis sebagai sarana untuk memaparkan argumentasinya. Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan pada bulan Januari hingga April 2015 yang telah ditetapkan sebagai objek penelitian, ketiga elemen pokok wacana argumentasi tersebut terdapat pada setiap wacana yang dipaparkan penulis.
Secara garis besar, sekalipun penulis wacana argumentasi bukan orang yang secara khusus bekerja dalam bidang tulis menulis, tulisan mereka telah memenuhi kriteria dasar apa yang disebutdengan wacana argumentasi dengan kriterian dasar itu adalah adanya tiga elemen pokok. Secara terperinci, analisis elemen pokok wacana argumentasi yang terdapat pada artikel opini harian Tribun Jogja adalah sebagai berikut.
4.2.1.1 Elemen Pernyataan
Elemen pernyataan adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh penutur dan dikemukakan kepada mitra tutur agar dapat diterima dengan alasan-alasan mendasar yang dapat dibuktikan. Pernyataan merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh penutur. Tiga macam pernyataan: pernyataan tenntang fakta, pernyataan tentang nilai dan pernyataan tentang kebijakan.
yang termasuk ke dalam elemen pernyataan. Data tersebut disajikan di antaranya adalah sebagai berikut.
1. “Sekarang ramai dibicarakan soal calon tunggal Kapolri yang dipilih oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dialah Komisaris Jenderal (Komjen) Pol Budi Gunawan, yang juga mantan ajudan dari Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarno Putri, saat menjadi presiden.” (Kalimat A1.1 dan A1.2, 13/01/15) (Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Baharuddin selaku Aktivis Jogja Police Wacth yang menanggapi kasus calon tunggal Kapolri pilihan Presiden Jokowi. Penulis memberikan pernyataan berupa fakta yaitu peristiwa kontoversialnya pemilihan calon Kapolri. Fakta yang kedua merujuk pada subjek yang kontoversial yaitu Budi Gunawan.)
2. “Surat Presiden Jokowi tertanggal 9 Januari 2015, perihal pemberhentian dan pengangkatan Kapolri, sudah diterima oleh DPR, dan untuk selanjutnya akan dibahas serta disetujui, melalui uji kepatutan dan kelayakan.” (A13.1, 13/01/15)
(Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Baharuddin selaku Aktivis Jogja Police Wacth yang menanggapi kasus calon tunggal Kapolri pilihan Presiden Jokowi. Penulis memberikan memberikan pernyataan berupa fakta yaitu surat perihal pemberhentian dan pengangkatan Kapolri yang sudah diterima oleh DPR pada tanggal 9 Januari 2015.)
(Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Yulius Dwi Cahyono, M.Pd. selaku Dosen Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma yang menanggapi kesantunan berbahasa kaum intelektual di media massa. Penulis memberikan pernyataan berupa fakta mengenai sebuah nilai dalam hal kebudayaan, yaitu adab memanggil seseorang di khalayak umum.)
4. “Data Soegeng Sarjadi Syndicate (2012) mencatat bahwa lima besar sarang “habitus” koruptor di Indonesia berada di DPR, Kepolisian, Parpol, Dirjen Pajak, dan Kejaksaan. Fakta juga membuktikan bahwa banyak anggota DPR dan petinggi Polri terjerat kasus korupsi.” (C5.3, 27/01/15)
(Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Mardiyanto selaku Managing Coordinator Mishbah Cultural Studies Center yang menanggapi kasus KPK dan Telikungan Habitus Korupsi. Penulis memberikan pernyataan berupa fakta lima besar sarang “habitus” koruptor di Indonesia.)
5. “Penandatanganan nota kesepahaman/Memorandum of Understanding (MoU) antara PT Adiperkasa Citra Lestari (Adiperkasa) Indonesia dengan pabrikan asal Malaysia, Proton, pada Jumat (6/2), menuai reaksi.” (E1.1, 10/03/15)
antara salah satu PT asal Indonesia dengan pabrikan Malaysia pada 6 Februari.)
6. “Lebih dari satu bulan, perhatian sebagian masyarakat Indonesia tertuju pada perseteruan antara dua lembaga penegak hukum, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polri.“ (F1.1, 17/03/15)
(Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Baharuddin selaku Aktivis Jogja Police Watch yang menanggapi adanya implikasi pasca vonis BG. Penulis memberikan pernyataan mengenai fakta peristiwa perseteruan antara KPK dan Polri yang menyita perhatian masyarakat.)
7. “Ketegangan hubungan Indonesia-Australia sedikit mereda setelah Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menyatakan penundaan eksekusi hukuman mati dua warga negara Australia, Andrew Chan (31) dan Myuran Sukumaran (33).” (G1.1, 24/03/15)
(Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Mardiyanto selaku Managing Coordinator Mishbhah Cultural Studies Center yang menanggapi tentang daulat hukuman mati di Indonesia. Penulis memberikan pernyataan mengenai fakta ketegangan antara Indonesia dengan Aurtralia yang mulai mereda.)
(Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Winarta Hadiwiyono selaku Deputi Direktur Independent Legal Aid Institude Yogyakarta yang menanggapi isi pesan Sabdatama Sultan HB X. Penulis memberikan pernyataan berupa fakta bahwa pada tanggal 16 Maret, Sultan telah mengeluarkan Sabdatama.)
9. Sultan HB X sudah mengatakan bahwa gubernur bisa laki-laki atau perempuan. Sabdatama sudah memberi sinyal bahwa laki-laki maupun perempuan berpeluang menjadi penerus takhta. (I7.2, dan I7.3, 07/03/15)
(Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Winarta Hadiwiyono selaku Deputi Direktur Independent Legal Aid Institude Yogyakarta yang menanggapi isi pesan Sabdatama Sultan HB X. Penulis memberikan pernyataan berupa fakta bahwa Sultan telah mengeluarkan kebijakan. Kebijakan itu berisi baik laki-laki maupun perempuan memiliki peluang meneruskan tahta.).
10. “Belum lama ini, tepatnya 9 Maret 2015, diadakan seminar “Orasi Kebangsaan II” di Fakultas Hukum UGM. Prodi Pendidikan Sejarah dan Prodi Sastra Sejarah Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta pun turut berpatisipasi di dalamnya.” (J1.1 dan J1.2, 14/04/15)
Sejarah dan Prodi Sastra Sejarah Universitas Sanata Dharma ikut berpartisipasi atas diselenggarakannya acara tersebut.)
11. “Faktanya, sampai saat ini narapidana korupsi yang bersedia menjadi justice collaborator bisa dihitung dengan jari.” (K8.1, 21/04/15)
(Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Pangky T. Hidayat selaku Direktur Eksekutif Research Center for Democratic Education yang mengkritisi rencana pemberian remisi terhadap terpindana kasus korupsi. Penulis memberikan pernyataan bahwa terpidana yang bersedia membantu menuntaskan kasus korupsi jumlahnya begitu terbatas.
12. “Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No 39 tahun 2015 tentang Pemberian Fasilitas Uang Muka Bagi Pejabat Negara untuk pembelian kendaraan perorangan, Presiden Jokowi menaikkan uang muka pembelian kendaraan menjadi Rp 210. 890 juta.” (M1.2, 07/04/15)
(Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Paulus Mujiran selaku Ketua Pelaksana Yayasan Soegijapranata Semarang yang mengkritisi tunjangan pembelian mobil pribadi bagi anggota DPR. Penulis memberikan pernyataan berupa fakta mnegenai kebijakan baru mengenai tunjangan pembelian mobil pribadi bagi pejabat.)