• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Hasil Analisis Data

4.2.1 Analisis Elemen Pokok Wacana Argumentasi

4.2.1.1 Elemen Pernyataan

Elemen pernyataan adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh penutur dan dikemukakan kepada mitra tutur agar dapat diterima dengan alasan-alasan mendasar yang dapat dibuktikan. Pernyataan merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh penutur. Tiga macam pernyataan: pernyataan tenntang fakta, pernyataan tentang nilai dan pernyataan tentang kebijakan.

Dalam wacana argumentasi, elemen pernyataan merupakan elemen yang paling dominan, baik dalam kategori pokok maupun kategori pelengkap. Berdasarkan analisis data, ditemukan sebanyak 106 kalimat dalaam 14 wacana

yang termasuk ke dalam elemen pernyataan. Data tersebut disajikan di antaranya adalah sebagai berikut.

1. “Sekarang ramai dibicarakan soal calon tunggal Kapolri yang dipilih oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dialah Komisaris Jenderal (Komjen) Pol Budi Gunawan, yang juga mantan ajudan dari Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarno Putri, saat menjadi presiden.” (Kalimat A1.1 dan A1.2, 13/01/15) (Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Baharuddin selaku Aktivis Jogja Police Wacth yang menanggapi kasus calon tunggal Kapolri pilihan Presiden Jokowi. Penulis memberikan pernyataan berupa fakta yaitu peristiwa kontoversialnya pemilihan calon Kapolri. Fakta yang kedua merujuk pada subjek yang kontoversial yaitu Budi Gunawan.)

2. “Surat Presiden Jokowi tertanggal 9 Januari 2015, perihal pemberhentian dan pengangkatan Kapolri, sudah diterima oleh DPR, dan untuk selanjutnya akan dibahas serta disetujui, melalui uji kepatutan dan kelayakan.” (A13.1, 13/01/15)

(Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Baharuddin selaku Aktivis Jogja Police Wacth yang menanggapi kasus calon tunggal Kapolri pilihan Presiden Jokowi. Penulis memberikan memberikan pernyataan berupa fakta yaitu surat perihal pemberhentian dan pengangkatan Kapolri yang sudah diterima oleh DPR pada tanggal 9 Januari 2015.)

3. “Kebiasaan untuk memanggil seseorang di khalayak ramai hanya dengan menyebutkan namanya saja bukanlah merupakan kepribadian bangsa ini.” (B8.1, 20/01/15)

(Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Yulius Dwi Cahyono, M.Pd. selaku Dosen Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma yang menanggapi kesantunan berbahasa kaum intelektual di media massa. Penulis memberikan pernyataan berupa fakta mengenai sebuah nilai dalam hal kebudayaan, yaitu adab memanggil seseorang di khalayak umum.)

4. “Data Soegeng Sarjadi Syndicate (2012) mencatat bahwa lima besar sarang “habitus” koruptor di Indonesia berada di DPR, Kepolisian, Parpol, Dirjen Pajak, dan Kejaksaan. Fakta juga membuktikan bahwa banyak anggota DPR dan petinggi Polri terjerat kasus korupsi.” (C5.3, 27/01/15)

(Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Mardiyanto selaku Managing Coordinator Mishbah Cultural Studies Center yang menanggapi kasus KPK dan Telikungan Habitus Korupsi. Penulis memberikan pernyataan berupa fakta lima besar sarang “habitus” koruptor di Indonesia.)

5. “Penandatanganan nota kesepahaman/Memorandum of Understanding (MoU) antara PT Adiperkasa Citra Lestari (Adiperkasa) Indonesia dengan pabrikan asal Malaysia, Proton, pada Jumat (6/2), menuai reaksi.” (E1.1, 10/03/15)

(Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Nadhiroh selaku Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga yang menanggapi eksistensi mobil Esemka. Penulis memberikan pernyataan mengenai fakta adanya rekasi masyarakat terkait kotrak

antara salah satu PT asal Indonesia dengan pabrikan Malaysia pada 6 Februari.)

6. “Lebih dari satu bulan, perhatian sebagian masyarakat Indonesia tertuju pada perseteruan antara dua lembaga penegak hukum,

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polri.“ (F1.1,

17/03/15)

(Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Baharuddin selaku Aktivis Jogja Police Watch yang menanggapi adanya implikasi pasca vonis BG. Penulis memberikan pernyataan mengenai fakta peristiwa perseteruan antara KPK dan Polri yang menyita perhatian masyarakat.)

7. “Ketegangan hubungan Indonesia-Australia sedikit mereda setelah Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menyatakan penundaan eksekusi hukuman mati dua warga negara Australia, Andrew Chan (31) dan Myuran Sukumaran (33).” (G1.1, 24/03/15)

(Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Mardiyanto selaku Managing Coordinator Mishbhah Cultural Studies Center yang menanggapi tentang daulat hukuman mati di Indonesia. Penulis memberikan pernyataan mengenai fakta ketegangan antara Indonesia dengan Aurtralia yang mulai mereda.)

8. “Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X sebagai raja Kasultanan Ngayogyakarta, pada tanggal 6 Maret lalu mengeluarkan Sabdatama.” (I1.1, 07/04/15)

(Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Winarta Hadiwiyono selaku Deputi Direktur Independent Legal Aid Institude Yogyakarta yang menanggapi isi pesan Sabdatama Sultan HB X. Penulis memberikan pernyataan berupa fakta bahwa pada tanggal 16 Maret, Sultan telah mengeluarkan Sabdatama.)

9. Sultan HB X sudah mengatakan bahwa gubernur bisa laki-laki atau perempuan. Sabdatama sudah memberi sinyal bahwa laki-laki maupun perempuan berpeluang menjadi penerus takhta. (I7.2, dan I7.3, 07/03/15)

(Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Winarta Hadiwiyono selaku Deputi Direktur Independent Legal Aid Institude Yogyakarta yang menanggapi isi pesan Sabdatama Sultan HB X. Penulis memberikan pernyataan berupa fakta bahwa Sultan telah mengeluarkan kebijakan. Kebijakan itu berisi baik laki-laki maupun perempuan memiliki peluang meneruskan tahta.).

10. “Belum lama ini, tepatnya 9 Maret 2015, diadakan seminar “Orasi Kebangsaan II” di Fakultas Hukum UGM. Prodi Pendidikan Sejarah dan Prodi Sastra Sejarah Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta pun turut berpatisipasi di dalamnya.” (J1.1 dan J1.2, 14/04/15)

(Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh J Yulius Dwi Cahyono, M.Pd selaku Deputi Dosen Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma yang mengkritisi ingatan kolektif bangsa. Penulis memberikan pernyataan berupa fakta bahwa dalam sebuah seminar yang membahas mengenai Orasi Kebangsaan II, Prodi Pendidikan

Sejarah dan Prodi Sastra Sejarah Universitas Sanata Dharma ikut berpartisipasi atas diselenggarakannya acara tersebut.)

11. “Faktanya, sampai saat ini narapidana korupsi yang bersedia menjadi justice collaborator bisa dihitung dengan jari.” (K8.1, 21/04/15)

(Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Pangky T. Hidayat selaku Direktur Eksekutif Research Center for Democratic Education yang mengkritisi rencana pemberian remisi terhadap terpindana kasus korupsi. Penulis memberikan pernyataan bahwa terpidana yang bersedia membantu menuntaskan kasus korupsi jumlahnya begitu terbatas.

12. “Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No 39 tahun 2015 tentang Pemberian Fasilitas Uang Muka Bagi Pejabat Negara untuk pembelian kendaraan perorangan, Presiden Jokowi menaikkan uang muka pembelian kendaraan menjadi Rp 210. 890 juta.” (M1.2, 07/04/15)

(Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Paulus Mujiran selaku Ketua Pelaksana Yayasan Soegijapranata Semarang yang mengkritisi tunjangan pembelian mobil pribadi bagi anggota DPR. Penulis memberikan pernyataan berupa fakta mnegenai kebijakan baru mengenai tunjangan pembelian mobil pribadi bagi pejabat.)

13. “Masih jamak, peringatan Hari Kartini ditandai dengan lenggak- lenggok peragaan budaya daerah. Entah di sekolah, lembaga pemerintah, maupun kelompok masyarakat, sebatas memaknai Kartini dalam simbol-simbol yang mewakili citra ketradisionalan.

Kartini diidentikkan dengan masa lalu yang kuno.” (N1.1, N1.2 dan N1.3, 21/04/15)

(Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh A. A. Kunto A. selaku Coach Writer di STIEBANK yang mengkritisi rutinitas peringatan hari Kartini yang identik dengan sanggul dan kebaya. Penulis memberikan pernyataan mengenai fakta bahwa saat ini, begitu banyak di berbagai lembaga yang memperingati hari Kartini dengan mengenakan busana adat.)

Berdasarkan sample dari analisis data yang dipaparkan di atas, pada bagian pernyataan, penulis menyajikan fakta, pernyataan tentang nilai, dan suatu kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Fakta pada pernyataan di atas berupa nama seseorang, tempat, tanggal, dan peristiwa. Misalnya saja, sample dengan kode A13.1, “surat Presiden Jokowi tertanggal 9 Januari 2015, perihal pemberhentian dan pengangkatan Kapolri, sudah diterima oleh DPR, dan untuk selanjutnya akan dibahas serta disetujui, melalui uji kepatutan dan kelayakan,” dengan jelas memaparkan sebuah fakta. Hal ini sejalan dengan pemikiran Abdul Rani (2014:41) bahwa pada bagian pernyataan, selain merangkum tujuan yang ingin dicapai oleh penulis, pernyataan terdapat tiga macam yaitu pernyataan mengenai fakta, nilai dan kebijakan.

Dokumen terkait