vii
TINJAUAN HUKUM TERHADAP PENGGUNAAN KENDARAAN BERMOTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA PENCEMARAN UDARA DIHUBUNGKAN DENGAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN
Pencemaran udara yang diakibatkan penggunaan kendaraan bermotor semakin bertambah seiring bertambahnya jumlah pengunaan kendaraan bermotor berbahan bakar minyak (bahan bakar fosil), pencemaran udara yang terjadi dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap kehidupan masyarakat. Tingkat pencemaran udara yang tinggi sebagian besar terjadi di kota-kota besar di Indonesia, salah satunya kota Bandung, sebanyak 70% pencemaran udara (polusi udara) di kota Bandung disebabkan emisi gas buang kendaraan bermotor berbahan bakar minyak (bahan bakar fosil), pencemaran tersebut, menyebabkan kualitas udara menjadi turun, suhu di kota Bandung semakin panas, kemacetan, gangguan kesehatan, dan pemanasan global. Permasalahan yang diangkat oleh penulis adalah mengenai bagaimana peranan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup terhadap penggunaan kendaraan bermotor yang mengakibatkan peningkatan pencemaran udara, dan mengenai bagaimana peranan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terhadap bertambahnya jumlah kendaraan bermotor yang mengakibatkan peningkatan pencemaran udara.
Penulisan skipsi ini menggunakan metode penulisan yuridis normatif yang bersifat deskriptif analisis, dengan menggunakan metode ini diharapkan dapat menperoleh gambaran yang menyeluruh dan sistematis mengenai kasus yang sedang diteliti dan kemudian menganalisisnya berdasarkan fakta-fakta berupa data sekunder yang diperoleh dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier, kemudian dianalisis dengan mengunakan peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini di Indonesia.
viii Written By:
Sutrisno Abdul RohmanSaleh
NIM 31608008
Abstract
The air pollution caused by the use of motor vehicle is getting worse with the amount of motor vehicle user with oil fuel; the air pollution can cause negative impact towards society life. The air pollution level is high in several big city in Indonesia, such as Bandung, there are 70% air pollution in Bandung is caused by exhaust emission of oil fueled vehicle, those pollution cause the air quality become low and the temperature become high, traffic jam, health disorder, and global warming. The problem concerned by writer is how the role of undang-undang no 32 year 2009 about environment protection and management towards the use of motor vehicle that cause the increasing of air pollution, and how the role of undang-undang no 22 year 2009 about traffic and transportation towards the increasing of motor vehicle user that cause the increasing of air pollution.
This study applies juridical normative method and descriptive analytic approach, with this method it is hoped to get the wholly and systematic description about a case that is being observed and then analyzed based on the facts in form of gained secondary data from primary legal material, secondary legal material and tertiary legal material, then analyzed with constitution rule in Indonesia.
i
KATA PENGANTAR
“Bismillahhirahmannirohim”
Dengan mengucap segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas segala rahmat dan karunia-Nya, serta kesempatan yang diberikan kepada
penulis untuk dapat mensyukuri segala nikmat-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas penulisan skripsi dengan judul TINJAUAN HUKUM TERHADAP PENGGUNAAN KENDARAAN BERMOTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA PENCEMARAN UDARA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP.
Dalam pembuatan penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan baik dari segi isi, tata bahasa, maupun pembahasan laporan,
karena terbatasnya pengetahuan serta kemampuan dari penulis, untuk
memperbaiki dan melengkapi kekurangan pada penulisan skripsi ini, penulis
sangat mengharapkan masukan-masukan yang dapat memperbaiki dan
melengkapi kekurangan tersebut, serta dapat menambah ilmu pengetahuan
khususnya bagi penulis
Tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai banyak pihak,
penulis tidak akan dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu
penulis mengucapakan banyak terima kasih kepada banyak pihak yang telah
memberi dukungan serta bantuan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini,
serta dengan penuh rasa hormat penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada Ibu Arinita Sandria., S.H., M.Hum. selaku dosen pembimbing yang telah
penulisan skripsi ini, selain itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
1. Yth. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, Msc., selaku Rektor
Universitas Komputer Indonesia;
2. Yth. Ibu Prof. Dr. Hj. Ria Ratna Ariawati, S.E., A.K., M.S., selaku
Wakil Rektor I Universitas Komputer Indonesia
3. Yth. Bapak Prof. Dr. Moh. Tajjudin, M.A., selaku Wakil Rektor II
Universitas Komputer Indonesia
4. Yth. Ibu Dr. Hj. Aelina Surya, selaku Wakil Rektor III Universitas
Komputer Indonesia
5. Yth. Bapak Prof. Dr. H.R. Otje Salman Soemadiningrat, S.H., Selaku
Dekan Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia;
6. Yth. Ibu Hetty Hassanah, S.H., MH., Selaku Ketua Jurusan Ilmu
Hukum Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia;
7. Yth. Ibu Arinita Sandria, S.H., M.Hum., selaku Dosen Fakultas Hukum
Universitas Komputer Indonesia;
8. Yth. Bapak Budi Fitriadi, S.H., M.Hum., selaku Dosen Fakultas Hukum
Universitas Komputer Indonesia;
9. Yth. Ibu Febilita Wulan Sari, S.H., selaku Dosen Fakultas Hukum
Universitas Komputer Indonesia;
10. Yth. Bapak Asep Iwan Irawan, S.H., M.Hum., selaku Dosen Fakultas
Hukum Universitas Komputer Indonesia;
11. Yth. Ibu Farida Yulianty, S.H., S.E., M.Hum., selaku Dosen Fakultas
iii
12. Dr. Sigid Suseno, S.H., M.H., selaku Dosen Fakultas Hukum
Universitas Komputer Indonesia;
13. Yth. Ibu Rachmani Puspitadewi, S.H., M.Hum., selaku Dosen Fakultas
Hukum Universitas Komputer Indonesia;
14. Yth. Ibu Yani Brilyani Tavipah, S.H., M.H., selaku Dosen Fakultas
Hukum Universitas Komputer Indonesia;
15. Yth. Ibu Rika Rosilawati, A.Md., selaku Staff Administrasi Fakultas
Hukum Universitas Komputer Indonesia;
16. Yth. Bapak Muray, selaku Karyawan Fakultas Hukum Universitas
Komputer Indonesia;
17. Teman-teman seperjuangan Fakultas Hukum Universitas Komputer
Indonesia yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata, semoga segala pengorbanan yang diberikan oleh mamah dan
ayah tercinta, baik moril maupun materil kepada penulis mendapatkan imbalan
yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
serta kita semua berada dalam lindungan-Nya.
Bandung, Juli 2012
iv
A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Masalah ... C. Maksud Dan Tujuan Penelitian ... D. Kegunaan Penelitian ... BAB II TINJAUAN TEORETIS MENGENAI PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP AKIBAT PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR ... 21
A. Lingkungan Hidup di Indonesia ...
1. Dasar Hukum Pengaturan Mengenai Lingkungan Hidup ...
2. Pengertian Lingkungan Hidup ...
3. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ...
4. Pencemaran Lingkungan Hidup ...
B. Pencemaran Udara ...
1. Pengertian Pencemaran Udara ...
v
3. Dampak Pencemaran Udara ...
C. Kendaraan Bermotor ...
1. Definisi Kendaraan Bermotor ...
2. Peraturan Tentang Kendaraan Bermotor di Indonesia ...
3. Dampak Dari Meningkatnya Jumlah Kendaraan Bermotor di
Indonesia ...
A. Penyebab Terjadinya Peningkatan Pencemaran Udara yang
Diakibatkan Penggunaan Kendaraan Bermotor ...
B. Akibat yang Ditimbulkan dari Peningkatan Pencemaran Udara
Oleh Penggunaan Kendaraan Bermotor ... 60
64
BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PENGGUNAAN KENDARAAN
BERMOTOR YANG MENGAKIBATKAN PENINGKATAN
PENCEMARAN UDARA ... 73
A. Peranan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Terhadap
Penggunaan Kendaraan Bermotor yang Mengakibatkan
Peningkatan Pencemaran Udara ...
B. Peranan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas Dan Angkutan Jalan Terhadap Bertambahnya Jumlah
Penggunaan Kendaraan Bermotor yang Mengakibatkan
Peningkatan Pencemaran Udara ...
73
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...
A. Simpulan ...
B. Saran ... 97
97
98
Daftar Pustaka ... 100
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan semakin
bertambahnya kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat Indonesia.
Desakan akan banyaknya berbagai kebutuhan tersebut, merupakan salah
satu faktor pendorong terjadinya perkembangan (kemajuan) dalam berbagai
bidang yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat, termasuk kebutuhan
alat tranportasi.
Alat transportasi merupakan salah satu hal yang sangat penting dari
sekian banyaknya kebutuhan masyarakat, karena dengan adanya alat
transportasi seseorang dapat menghemat waktu dalam menempuh
perjalanan jarak jauh tanpa harus berjalan kaki, bahkan dapat dengan mudah
memindahkan barang dari suatu tempat ke tempat lain. Perkembangan alat
transportasi terjadi secara bertahap, sebelum alat transportasi menggunakan
mesin ditemukan, masyarakat menggunakan hewan seperti kuda, sapi,
kerbau, dan unta sebagai alat transportasi. Alat transportasi saat ini dapat
dibedakan dalam alat transportasi darat, laut dan udara. Alat transportasi
udara seperti pesawat terbang, alat transportasi laut seperti kapal laut serta
alat transportasi darat seperti mobil dan sepeda motor, merupakan berbagai
jenis macam alat transportasi di Indonesia.
Alat transportasi darat seperti mobil dan motor yang sering disebut
kendaraan bermotor ini merupakan alat transportasi yang paling sering
sekarang ini alat transportasi darat menjadi bagian dari kebutuhan
masyarakat terutama mobil dan sepeda motor.
Bertambahnya kebutuhan masyarakat akan alat transportasi darat
terutama mobil dan motor ini, membuat perusahaan-perusahaan yang
bergerak dalam industri otomotif mengembangkan berbagai macam teknologi
otomotif untuk memenuhi berbagai macam permintaan pasar. Industri
otomotif mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatkan
kegiatan ekonomi di Indonesia, dengan adanya industri otomotif yang telah
menciptakan berbagai macam jenis teknologi alat transportasi dapat
memudahkan proses transaksi jual beli, terutama dalam hal pengiriman
barang antar kota ataupun antar provinsi, selain itu dengan kemajuan industri
otomotif, setiap pengguna kendaraan bermotor memerlukan tempat untuk
melakukan perawatan atau perbaikan kendaraan bermotor, kebutuhan akan
pengguna kendaraan bermotor tersebut menjadi salah satu peluang bisnis
bagi sebagian orang dengan cara membuka bengkel, sehingga hal tersebut
dapat meningkatkan kegiatan ekonomi namun selain mempunyai nilai
tambah (keuntungan) untuk masyarakat Indonesia.
Banyaknya masyarakat Indonesia yang menggunakan kendaraan
bermotor sebagai alat transportasi, dapat menimbulkan dampak negatif,
karena bertambahnya pemakaian kendaraan bermotor menyebabkan
bertambahnya jumlah polusi udara seperti halnya di kota Bandung, 70%
3
bermotor1, hal tersebut diakibatkan oleh banyaknya jumlah kendaraan bermotor berbahan bakar minyak yang berada di kota Bandung.
Pencemaran udara (polusi udara)dapat berpengaruh terhadap lingkungan
hidup, seperti makin besarnya lubang pada lapisan ozon yang melindungi
bumi dari sengatan sinar matahari langsung, sehingga menyebabkan
terjadinya pemanasan global dan berdampak buruk pada lingkungan hidup,
bahkan dapat berdampak tidak baik terhadap kesehatan manusia, akan
tetapi meningkatnya kebutuhan masyarakat akan kendaraan, menjadikan hal
tersebut peluang bisnis bagi sebagian orang, peluang bisnis tersebut
dilakukan dengan cara membentuk suatu perusahaan yang dapat
memproduksi kendaraan, baik dalam bentuk sepeda motor maupun mobil.
Akan tetapi meningkatnya kemajuan dalam bidang industri otomotif ini tidak
diikuti dengan meningkatnya kepedulian masyarakat akan lingkungan hidup
yang sebenarnya mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan
masyarakat, oleh karena itu untuk mengatur serta menciptakan
keseimbangan antara perkembangan alat transportasi kendaraan bermotor
dan pelestarian lingkungan hidup diperlukan kesadaran masyarakat serta
peranan hukum.
Berdasarkan permasalahan yang telah penulis uraikan sebelumnya,
maka penulis melakukan penulisan hukum berbentuk skripsi dengan judul
“TINJAUAN HUKUM TERHADAP PENGGUNAAN KENDARAAN BERMOTOR YANG MENYEBABKAN PENINGKATAN POLUSI UDARA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009
1
Pencemaran di Kota Bandung, www.bandung.go.id, diakses pada tanggal 21
TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang diangkat
penulis dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana peranan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam penggunaan
kendaraan bermotor yang mengakibatkan peningkatan pencemaran
udara?
2. Bagaimana peranan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terhadap meningkatnya jumlah
kendaraan bermotor yang mengakibatkan peningkatan pencemaran
udara?
C. Maksud Dan Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam
penulisan hukum ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup dalam meminimalisir peningkatan polusi udara
akibat penggunaan kendaraan bermotor.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis peranan pemerintah dan
5
peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang mengakibatkan
meningkatnya pencemaran udara?
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan secara Teoretis
Penelitian in diharapkan dapat memberikan masukan dalam proses
pengembangan ilmu hukum pada umumnya, di ilmu hukum
lingkungan khususnya.
2. Kegunaan secara Praktis
Penulisan hukum ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan
pentingnya menjaga lingkungan hidup yang dimulai dari kesadaran
diri sendiri, selain itu dipenelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar
bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan lingkungan hidup.
E. Kerangka Pemikiran
Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 terutama Alenia Kedua
menyebutkan bahwa :
“Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah
kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan
rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia,
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.”
Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Alenia Keempat yang
“untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.”
Berdasarkan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia kedua dan
keempat menyebutkan bahwa keadilan dan kemakmuran serta kesejahteraan
umum merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh bangsa Indonesia.
Konsep pemikiran utilitarianisme nampak melekat pada Pembukaan
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Alenia Kedua, terutama pada makna “adil dan
makmur”. Tujuan hukum pada dasarnya adalah memberikan kesejahteraan
bagi masyarakat, sebagaimana Bentham menjelaskan the great happiness
for the greatest number2 (hukum memberikan kebahagiaan sebesar-besarnya kepada orang sebanyak-banyaknya). Bentham mengemukakan agar
pembentukan hukum harus membentuk hukum yang adil bagi segenap
warga masyarakat secara individual 3.
Berdasarkan Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Alenia
Keempat telah mengamanatkan bangsa Indonesia untuk memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan tersebut
akan terwujud apabila kehidupan masyarakat Indonesia telah mencapai
kesejahteraan yang wajar, dalam hal ini tidak kekurangan kebutuhan
sandang, pangan, papan serta pendidikan yang mempunyai peranan sangat
penting untuk meningkatkan pengembangan bakat dan minat masyarakat
Indonesia sehingga dapat terwujudnya sumber daya manusia (SDM) yang
unggul, untuk mencapai terwujudnya tujuan bangsa Indonesia tersebut, maka
2
Otje Salman S dan Anton F Susanto, Teori Hukum (Mengingat, Mengumpulkan,
dan Membuka Kembali), Refika Aditama, Bandung, 2004, hlm. 156.
3
7
diperlukan perencanaan pembangunan nasional, sesuai dengan Pasal 4
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, pembangunan nasional adalah rangkaian upaya
pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek
kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara, serta untuk melaksanakan
perencanaan pembangunan nasional, dengan tujuan untuk mewujudkan
tujuan nasional sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional dan Rencana
Pembangunan Jangkan Menengah (RPJM) Nasional dapat dijadikan sebagai
sarana untuk mencapai tujuan tersebut, Sebagaimana Pasal 3
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005-2025, menyatakan bahwa :
“Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional merupakan sebagai penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial dalam bentuk visi, misi, dan arah pembangunan nasional”
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP) Nasional
digunakan sebagai pedoman dalam menyusun Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) Nasional, karena pelaksanaan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP) Nasional 2005-2025 terbagi
dalam tahap-tahap perencanaan pembangunan dalam periodisasi
perencanaan pembangunan jangka menengah nasional 5 (lima) tahunan.
Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahap II yaitu, Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2010-2014.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional yang
berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP)
Nasional memuat strategi pembangunan nasional sesuai dengan Pasal 2
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014,
menyatakan bahwa :
“Rencana Pembangunan Jangkan Menengah (RPJM) Nasional memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif”
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional tersebut
dijabarkan kedalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang merupakan
rencana pembangunan tahunan nasional. Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJP) Nasional 2005-2025 serta Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) Nasional tahap II Tahun 2010-2014.
Semua kebijakan yang dibuat pemerintah serta semua tindakan yang
dilakukan oleh penduduk Indonesia harus sesuai dengan ketentuan hukum
yang berlaku di Indonesia, karena Indonesia merupakan negara hukum,
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyebutkan bahwa :
“Negara Indonesia adalah negara hukum.”
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar
9
sangat tinggi serta mempunyai peranan yang sangat besar dalam mengatur
tatanan kehidupan masyarakat Indonesia, yang antara lain mengatur sistem
ekonomi, politik, sosial dan budaya serta lingkungan hidup. Hukum juga
harus mengatur lingkungan hidup agar kerusakan terhadap lingkungan hidup
dapat dihindari, paling tidak dapat di minimalisir. Kehidupan manusia dan
lingkungan tidak dapat dipisahkan.
Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan bagian dari Hak Asasi
Manusia sebagimana diatur dalam Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang
Dasar 1945 yang menyebutkan bahwa :
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal.
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.”
Menurut Otto Sunarwoto, lingkungan atau lingkungan hidup manusia
adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita
tempati yang mempengaruhi kehidupan kita4. Berdasarkan Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa :
“lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.”
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang menyatakan bahwa :
4
Daud Silalahi, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan
“Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum”
Kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari lingkungan hidup, dan
kualitas lingkungan hidup akan sangat mempengaruhi kehidupan manusia.
Upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan oleh
pemerintah harus mendapat dukungan yang penuh dari masyarakat, karena
tanpa adanya dukungan dari masyarakat, upaya tersebut hanya menjadi
angan-angan, manfaat perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan
hidup tidak hanya akan dirasakan oleh masyarakat Indonesia pada saat
generasi sekarang, akan tetapi juga oleh generasi yang akan datang.
Pencemaran terhadap lingkungan hidup merupakan salah satu penyebab
terhambatnya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, pencemaran
menjadi masalah utama dalam pelestarian lingkungan hidup, banyak
berbagai macam jenis pencemaran yang terjadi terhadap lingkungan hidup,
akan tetapi menurut Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan
bahwa :
“Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan
hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan
hidup yang telah ditetapkan”
Salah satu penyebab terjadinya pencemaran terhadap lingkungan hidup,
adalah penggunaan alat transportasi yaitu berupa penggunaan kendaraan
11
negatif. Pengunaan kendaraan bermotor mempunyai dampak positif terhadap
roda perekonomian masyarakat Indonesia, tidak sedikit kegiatan ekonomi
yang dipengaruhi oleh perkembangan alat transportasi berupa kendaraan
bermotor, karena dengan alat transportasi masyarakat mendapatkan
berbagai fasilitas kemudahan, akan tetapi disamping dampak positif yang
mempunyai manfaat yang cukup baik tersebut. Penggunaan kendaraan
bermotor mempunyai dampak negatif yang dapat merugikan masyarakat.
Dampak negatif dari penggunaan kendaraan bermotor adalah kendaraan
bermotor akan menghasilkan gas emisi buang yang cukup berbahaya bagi
lingkungan hidup serta dapat menimbulkan pencemaran dan kerusakan bagi
lingkungan hidup. Kerusakan lingkungan hidup tersebut juga akan
berpengaruh dan berdampak buruk terhadap kehidupan masyarakat, oleh
karena itu sangat diperlukan peranan hukum dalam mengatur antara
kepentingan masyarakat dan dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan
hidup.
Pencemaran yang terjadi terhadap lingkungan hidup diakibatkan oleh
kegiatan manusia yang berdampak buruk terhadap lingkungan hidup.
Pencemaran mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup, oleh karena
pencemaran yang terjadi diakibatkan kegiatan manusia, maka pencegahan
terhadap pencemaran lingkungan merupakan tanggung jawab seluruh
masyarakat Indonesia, dan tidak hanya merupakan tanggung jawab
pemerintah.
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa :
a. Melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
b. Menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia;
c. Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem;
d. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;
e. Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup;
f. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa depan;
g. Menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia;
h. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana; i. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan
j. Mengantisipasi isu lingkungan global. “
Mencapai tujuan sesuai dengan apa yang tersirat dalam Pasal 3
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, pemerintah sebagai pemegang kekuasaan negara
tertinggi harus bersatu padu bersama seluruh masyarakat Indonesia
melakukan upaya perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup,
serta menjadikan penegakan hukum, terutama dalam bidang hukum
lingkungan hidup sebagai alat utama untuk mencapai tujuan dari
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tersebut.
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa :
“Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meliputi : a. Perencanaan;
13
ketentuan dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Kendaraan bermotor menghasilkan emisi gas buang sebagai salah satu
penyebab terjadinya pencemaran udara yang berdampak negatif terhadap
kelestarian lingkungan hidup, untuk menjamin kelestarian lingkungan hidup,
maka sesuai dengan Pasal 209 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, yang menyebutkan bahwa :
“Untuk menjamin kelestarian lingkungan, dalam setiap kegiatan di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan harus dilakukan pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan hidup untuk memenuhi ketentuan baku mutu lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”
Sebagai salah satu penyebab terjadinya pencemaran udara adalah
penggunaan kendaraan bermotor yang menghasilakan gas emisi buang
(polusi), maka sesuai dengan Pasal 209 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, setiap kendaraan
bermotor harus memenuhi ketentuan baku mutu lingkungan, untuk
mendukung terciptanya lingkungan yang lebih baik dan sehat.
Berdasarkan Pasal 210 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, bahwa :
“Setiap kendaraan bermotor yang beroperasi di Jalan wajib memenuhi
persyaratan ambang batas emisi gas buang dan tingkat kebisingan”
Kendaraan bermotor merupakan penyumbang emisi yang dihasilkan oleh
proses pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor tersebut, sehingga
untuk mengatur atau menekan jumlah emisi gas buang yang menyebabkan
memenuhi syarat ambang batas emisi gas buang sesuai dengan Pasal 210
ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan.
Pasal 211 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas
Dan Angkutan Jalan, yang menyatakan bahwa :
“Setiap pemilik dan/atau Pengemudi Kendaraan Bermotor dan
Perusahaan Angkutan Umum wajib mencegah terjadinya pencemaran
udara dan kebisingan”
Para pengguna kendaraan bermotor pada saat ini kurang peduli terhadap
kualitas udara, hal ini mengakibatkan semakin meningkatnya polusi udara.
Sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan. Kerusakan yang terjadi
terhadap lingkungan akan berdampak terhadap kehidupan masyarakat,
seperti menurunnya kualitas udara yang dapat mengakibatkan turunnya
kesehatan masyarakat, untuk itu berdasarkan Pasal 211 Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, mewajibkan
setiap pengguna kendaraan bermotor mencegah pencemaran udara.
Menurunnya kualitas udara yang berdampak pada menurunnya terhadap
kesehatan masyarakat, hal tersebut bertentangan dengan Pasal 163 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, menyatakan
bahwa :
“Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat menjamin ketersediaan
lingkungan yang sehat dan tidak mempunyai risiko buruk bagi kesehatan”
Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat seharusnya dapat
menciptakan lingkungan yang sehat sehingga dapat menghindari risiko buruk
15
kendaraan bermotor serta menyebabkan meningkatnya jumlah emisi gas
buang kendaraan bermotor
Pencemaran udara yang terjadi saat ini menjadi salah satu bagian dari
banyak permasalahan bangsa Indonesia, banyak hal yang telah dilakukan
oleh pemerintah untuk menurunkan jumlah emisi yang semakin bertambah,
salah satunya dengan apa yang tersirat dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2011 Tentang Rencana Aksi
Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca, menyatakan bahwa :
“Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca yang selanjutnya disebut RAN-GRK adalah dokumen rencana kerja untuk pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara langsung dan tidak langsung menurunkan emisi gas rumah kaca sesuai dengan target pembangunan nasional”
Peraturan Presiden Republik Indonesia tersebut merupakan bagian dari
proses pelaksanaan target pembangunan nasional serta cerminan
kepedulian pemerintah akan semakin meningkatnya pencemaran lingkungan
terutama dalam hal pencemaran udara, karena dampak dari pencemaran
tersebut akan menghasilkan dampak negatif terhadap kehidupan masyarakat
Indonesia, terutama dalam bidang kesehatan dan lingkungan, baik jangka
waktu pendek maupun jangka waktu panjang.
Sebagian besar penyebab dari pencemaran udara adalah emisi gas
buang dari kendaraan bermotor baru maupun kendaraan bermotor lama,
mengenai emisi gas buang kendaraan bermotor lama telah diatur dalam
Pasal 1 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2006
Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama
menyatakan bahwa :
1. Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama adalah batas maksimum zat atau bahan pencemar yang boleh dikeluarkan langsung dari pipa gas buang kendaraan bermotor lama;
2. Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu;
3. Kendaraan bermotor lama adalah kendaraan yang sudah diproduksi, dirakit atau diimpor dan sudah beroperasi di wilayah Republik Indonesia;
4. Uji emisi kendaraan bermootor lama adalah uji emisi gas buang yang wajib dilakukan untuk kendaraan bermotor lama secara berkala; 5. Menteri adalah Menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
pengelolaan lingkungan hidup;
6. Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi;
7. Bupati/Walikota adalah Kepala Daerah Kabupaten/Kota.”
Kendaraan bermotor merupakan salah satu penyebab terjadinya
pencemaran udara yang diakibatkan dari sisa pembakaran kendaraan
bermotor tersebut, dengan adanya Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 5 Tahun 2006 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang
Kendaraan Bermotor Lama, diharapkan pencemaran udara yang diakibatkan
oleh emisi kendaraan bermotor dapat ditekan.
Peraturan Wali kota Bandung Nomor 572 Tahun 2010 Tentang Pengujian
Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor, Pasal 1 angka 6,
angka 7, dan angka 8 menyatakan bahwa :
“Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan :
6. Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakan oleh peralatan mekanik berupa mesin selai kendaraan y7ang berjalan diatas rel.
7. Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukannya zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ketingkat tertyentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.
8. Emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukannya ke dalam udara ambien yang mempunyai dan/atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur pencemar.”
Kota Bandung merupakan salah satu kota yang cukup banyak dipadati
17
jalan-jalan di kota Bandung disebabkan oleh meningkatnya jumlah kendaraan
bermotor, akan menghasilkan peningkatan emisi gas buang yang dihasilkan
oleh proses sisa pembakaran kendaraan bermotor, sehingga berdampak
negatif terhadap lingkungan, dengan adanya Peraturan Wali kota Bandung
Nomor 572 Tahun 2010 Tentang Pengujian Ambang Batas Emisi Gas Buang
Kendaraan Bermotor tersebut, merupakan peran serta pejabat daerah dalam
menjaga kelestarian lingkungan di Indonesia umumnya dan di kota Bandung
khususnya.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian dalam penyusunan penulisan hukum yang digunakan
penulis terdiri dari :
1. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah
deskriptif analisis yaitu metode penelitian dengan cara menggambarkan
secara sistematis yang berupa :
a. Fakta dan data sekunder bahan hukum primer yaitu Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan, Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 61 Tahun 2011 Tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan
Emisi Gas Rumah Kaca, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 5 Tahun 2006 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang
Tahun 2010 Tentang Pengujian Ambang Batas Emisi Gas Buang
Kendaraan Bermotor
b. Data sekunder bahan hukum sekunder yaitu berupa doktrin atau
pendapat-pendapat para ahli hukum.
c. Data sekunder bahan hukum tertier yaitu berupa bahan-bahan yang
penulis dapatkan dari media cetak dan media elektronik.
2. Metode Pendekatan
Metode pendekatan dalam penyusunan skripsi yang dilakukan penulis
adalah metode pendekatan dengan cara yuridis normatif yaitu hukum
dikonsepsikan sebagai norma, asas, atau dogma-dogma. Penafsiran
hukum gramatikal yaitu penafsiran yang dilakukan dengan cara melihat
arti kata pasal dalam undang-undang, menjadi metode pendekatan dalam
penyusunan skripsi ini.
3. Tahap Penelitian
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian Kepustakaan yang dilakukan oleh penulis adalah untuk
mendapatkan data sekunder bahan hukum primer berupa peraturan
perundang-undangan, data sekunder bahan hukum sekunder berupa
doktrin atau pendapat para ahli hukum, data sekunder bahan hukum
tersier berupa bahan-bahan yang penulis dapatkan dari media cetak
maupun media elektronik.
b. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan yang dilakukan oleh penulis untuk menunjang
19
melakukan penelitian di lapangan dan wawancara dengan pihak yang
terkait.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dalam penyusunan
skripsi ini adalah terdiri dari :
a. Studi dokumen, yaitu teknik dengan cara mengumpulkan data primer,
data sekunder, dan data tersier yang berkaitan dengan permasalahan
yang sedang penulis teliti.
b. Wawancara, yaitu dengan cara mengadakan tanya jawab dengan
para pihak terkait dengan terlebih dahulu mempersiapkan
pertanyaan-pertanyaan terkait permasalahan yang penulis teliti.
5. Metode Analisis Data
Analisis data dan penarikan kesimpulan yang penulis gunakan dalam
penelitian ini yaitu dengan cara yuridis kualitatif dengan memperhatikan
hirarkis peraturan perundang-undangan, dimana undang-undang yang
mempunyai kedudukan lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan
peraturan perundang-undang yang mempunyai kedudukan yang lebih
tinggi, serta menerapakan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini,
6. Lokasi Penelitian
Penulis menggunakan lokasi penelitian untuk mengumpulkan dan
mendapatkan data yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini,
lokasi penelitian tersebut terdiri dari :
a. Perpustakaan Universitas Komputer Indonesia, Jalan Dipati Ukur
No.112 Bandung.
b. Perpustakaan Universitas Padjajaran, Jalan Dipati Ukur No.35
Bandung.
c. Perpustakaan Universitas Pasundan, Jalan Lengkong Dalam
No.17 Bandung.
2. Instansi, yaitu :
Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH)
3. Website, yaitu :
a. http://www.bandung.go.id
b. http://afand.abatasa.com
c. http://www.myspace.com
d. http://www.artikellingkunganhidup.com
e. http://lifestyle.kompasiana.com
f. http://ciricara.com
g. www.analisadaily.com
h. http://lh.surabaya.go.id
i. www.walhijabar.wordpress.com
j. http://www.pikiran-rakyat.com
k. www.apakabardunia.com
l. http//www.menlh.go.id
21 BAB II
TINJAUAN TEORETIS MENGENAI PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP AKIBAT PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR
A. Lingkungan Hidup di Indonesia
1. Dasar Hukum Pengaturan Mengenai Lingkungan Hidup
a. Undang-Undang Dasar Tahun 1945
Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, menyatakan bahwa :
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tingggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”
Hak asasi merupakan hak yang mutlak dimiliki oleh setiap warga
negara Indonesia, dan hak tersebut telah dijamin oleh undang-undang.
Menurut Mahfud MD, hak asasi manusia itu diartikan sebagai hak asasi
yang melekat pada martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan,
dan hak tersebut dibawa manusia sejak lahir ke muka bumi sehingga hal
tersebut bersifat fitri (kodrati), bukan pemberian manusia atau negara5. Hak yang melekat pada hak asasi manusia sangat beraneka
ragam, mulai dari hak untuk hidup serta hak untuk mempertahankan
hidup dan kehidupannya samapi kewajiban untuk menghormati hak asasi
manusia orang lain dalam tertib kehidupan bemasyarakat, berbangsa,
dan bernegara, sebagaimana telah diatur dalam pasal 28A sampai 28J
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
peraturan lainnya. Mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
merupakan bagian dari hak asasi manusia, sebagaiman telah disebutkan
dalam pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, hal tersebut merupakan cerminan akan kepedulian
pemerintah terhadap lingkungan hidup yang merupakan bagian dari hak
asasi manusia, serta sangat pentingnya peranan lingkungan hidup dalam
kehidupan manusia, akan tetapi semakin berkembangnya kehidupan
manusia sera berkembangnya teknologi, hak asasi manusia yang
seharusnya secara penuh didaptkan oleh setiap warga negara Indonesia
terutama dalam bidang lingkungan hidup, akan tetapi hak tersebut
semakin terkikis.
Menurut Prof. Mochtar Kusumaatmadja, peranan hukum dalam
pembangunan adalah untuk menjamin bahwa perubahan itu terjadi
dengan cara yang teratur. Seharusnya perkembangan kehidupan mnusia
dan perkembangan teknologi menjadi sarana pembangunan bagi bangsa
Indonesia untuk mencapai tujuan dari bangsa ini, sebagi menjadikan
hukum sebagai penjamin bahwa perkembangan (perubahan) itu terjadi
tanpa merampas hak asasi manusia orang lain, dan perkembangan
(perubahan) itu terjadi secara teratur sebagaimana telah disebutkan
dalam pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, bahwa mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
merupakan bagian dari hak asasi manusia, hak yang seharusnya
didapatkan oleh setiap warga negara Indonesia, karena adanya jaminan
23
bayi yang lahir di daerah perkotaan padat yang sesak dengan
gedung-gedung tinggi, industri, dan kendaraan bermotor.
Jaminan atas lingkungan yang baik dan sehat yang seharusnya
diberikan oleh negara kepada masyarakat, karena kondisi lingkungan
yang sudah tercemar ketika bayi itu lahir, seperti air bersih yang sudah
tercemari oleh sampah atau limbah dari kegiatan industri, udara yang
sudah tercemar oleh sisa pembakaran kendaraan bermotor berbahan
bakar minyak atau pencemaran udara akibat kegiatan industri, maka
jaminan tersebut tidak dapat terpenuhi oleh negara, karena ketika bayi itu
lahir di bumi, lingkungan yang ada disekitarnya sudah banyak tercemar
oleh kegiatan manusia, dan bayi itu harus menjalani kehidupan dengan
kondisi lingkungan tercemar, dengan berbagai keadaan lingkungan yang
sudah tercemar tersebut selain perampasan atas hak untuk mendapatkan
lingkungan yang baik dan sehat, hal tersebut dapat mempengaruhi
pertumbuhan bayi tersebut, karena pencemaran yang terjadi dapat
berdampak buruk pada kesehatan.
Pencemaran udara yang diakibatkan oleh sisa pembakaran
kendaraan bermotor berbahan bakar minyak diangggap menjadi hal biasa
oleh sebagian orang, padahal kendaraan bermotor yang menggunakan
bahan bakar minyak sebagai energi penggerak akan menghasilkan sisa
pembakaran yang dapat mencemari, dengan tercemarnya udara, maka
akan berdampak negatif terhadap kehidupan masyarakat, seperti
gangguan kesehatan dan kerusakan lingkungan hidup. Semakin luas
terjadi, maka akan semakin banyak orang akan terampas haknya untuk
mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat.
b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa :
“Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup” lain”
Peraturan mengenai lingkungan hidup telah diatur lebih khusus
(asas lex specialis derogat legi generalis) dalam Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, sebagaimana telah disebutkan dalam pasal 1 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup tersebut, bahwa benda, daya, keadaan, dan makhluk
hidup, termasuk manusia dan perilakunya merupakan kesatuan ruang.
Perilaku (perlakuan) manusia terhadap lingkungan hidup menjadi faktor
utama terhadap terciptanya lingkungan yang baik dan sehat yang
merupakan bagian dari hak asasi manusia, memanfaatkan sumber daya
alam dengan bijaksana akan banyak memberikan nilai tambah terhadap
lingkungan, akan tetapi perilaku serakah yang dimiliki manusia atas
pemanfaatan sumber daya alam akan memberikan dampak buruk
terhadap lingkungan hidup.
Banjir, kenaikan suhu rata-rata atmosfer (global warming),
25
lingkungan hidup diakibatkan dari keserakahan manusia ingin
mendapatkan sebanyak ,mungkin keuntungan, faktor lain yang
mempengaruhi hal tersebut adalah kurangnya penegakan hukum,
sebagaimana Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945,yang menyatakan bahwa Indonesia adalah negara
hukum, seharusnya menjadikan hukum sebagai alat utama dalam
perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup, dan bukan
menjadikan kekuasaan sebagai alat utama dalam membuat kebijakan
dan melakukan tindakan.
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa :
“Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup, dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perncanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan,dan penegakan hukum”
Berdasarkan bunyi pasa 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
dilakukan untuk melestarikan lingkungan hidup, dan mencegah terjadinya
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, dalam hal
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, seluruh warga negara
Indonesia, baik pemerintah maupun masyarakat mempunyai banyak
peranan yang sangat penting, kepedulian pemerintah terhadap
lingkungan hidup, apabila tidak disertai oleh kesadaraan masyarakat akan
pentingnya melestarikan lingkungan hidup ataupun sebaliknya, apabila
kepedulian pemerintah terhadap lingkungan hidup tidak ada, akan tetapi
tujuan dari perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup akan sulit
untuk dicapai.
Penegakan hukum menjadi salah satu bagian cara untuk
mencapai tujuan dari perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
dengan adanya penegakan hukum dalam bidang lingkungan hidup,
masyarakat akan lebih peduli terhadap lingkungan hidup. Perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup tidak hanya akan memiliki manfaat
untuk sekarang ini saja, akan tetapi manfaat-manfaat tersebut akan juga
dirasakan di masa yang akan mendatang oleh para generasi penerus
bangsa Indonesia, bila perlindungan dan Pengelolaan terhadap
lingkungan hidup tidak dimulai dengan secepatnya, maka pencemaraan
dan/atau kerusakan lingkungan hidup akan semakin meluas, terutama
dalam hal pencemaran udara yang diakibatkan dari sisa pembakaran
kendraan bermotor berbahan bakar minyak, dengan semakin banyaknya
jumlah kendaraan bermotor, bertambah juga zat pencemar udara, maka
dampak buruk terhadap lingkungan hidup akan semakin meluas, serta
solusi pemecahan masalah terhadap pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup akan lebih sulit untuk diselesaikan karena akibat yang
dihasilkan sangat luas.
c. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
Bertambahnya zat pencemar udara akibat dari bertambahnya
jumlah kendaraan bermotor penghasil emisi gas buang, maka sudah
seharusnya kegiatan di bidang lalu lintas terutama mengenai kendaraan
27
menciptakan kelestarian lingkungan atau meminimalisir pencemaran
terhadap lingkungan hidup, sebagaimana Pasal 209 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan,
yang menyebutkan bahwa :
“Untuk menjamin kelestarian lingkungan, dalam setiap kegiatan di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan harus dilakukan pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan hidup untuk memenuhi ketentuan baku mutu lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”
Banyak hal yang dapat dilakukan dalam kegiatan lalu lintas untuk
menjaga kelestarian lingkungan hidup atau mengurangi jumlah emisi gas
buang akibat dari kendaraan bermotor, baik pencegahan dan
penanggulangan, seperti mengurangi jumlah kendaraan bermotor,
teknologi kendaraan bermotor yang ramah lingkungan, penggunaan alat
tarnsportasi umum, dan masih banyak lagi.
Jumlah emisi dari kendaraan bermotor yang semakin meningkat
pada saat ini menjadi ancaman bagi kelestarian lingkungan hidup, oleh
karena itu emisi pada setiap kiendaraan bermotor harus dapat
diminimalisir sekecil mungkin, sehingga untuk mewujudkan hal tersebut
setiap kendaraan bermotor harus memenuhi persyaratan ambang batas
gas buang, sesuai dengan Pasal 210 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, bahwa :
“Setiap kendaraan bermotor yang beroperasi di Jalan wajib
memenuhi persyaratan ambang batas emisi gas buang dan
Diharapkan dengan persyaratan ambang batas emisi gas buang
pada setiap kendaraan bermotor dapat menekan jumlah emisi gas buang
yang berdampak negatif terhadap lingkungan serta kesehatan
masyarakat secara luas, karena dampak negatif tersebut akan dirasakan
oleh masyarakat luas, maka secara umum pencemaran menjadi
tanggung jawab bersama, dan secara khusus menjadi tanggung jawab
pemilik dan/atau pengguna kendaraan bermotor dan perusahaan
angkutan umum, sesuai dengan Pasal 211 Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, yang menyatakan
bahwa :
“Setiap pemilik dan/atau Pengemudi Kendaraan Bermotor dan
Perusahaan Angkutan Umum wajib mencegah terjadinya
pencemaran udara dan kebisingan”
Pemilik dan/atau pengguna kendaraan bermotor dan perusahaan
angkutan umum di Indonesia berjumlah sangat banyak, apabila setiap
pemilik kendaraan bermotor atau perusahaan angkutan umum
mempunyai kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan
hidup, maka penekanan jumlah emisi gas buang dapat menjadi
kenyataan. Kerusakan pada kendaraan bermotor yang dapat
mengakibatkan terjadinya pencemaran udara sebaiknya kerusakan
tersebut dapat secepatnya diperbaiki oleh para pengguna kendaraan
bermotor, sesuai dengan Pasal 212 yang menyatakan bahwa :
“setiap pemilik dan/atau paengemudi kendaraan bermotor dan
29
terhadap kendaraannya jika terjadi kerusakan yang dapat
mengakibatkan terjadinya pencemaran udara dan kebisingan.”
Kerusakan pada kendaraan bermotor yang dapat mengakibatkan
terjadinya pencemaran udara apabila tidak secepatnya diperbaiki, maka
kendaraan tersebut akan lebih banyak menghasilkan emisi gas buang
yang dapat mencemarkan udara.
2. Pengertian Lingkungan Hidup
Menurut Prof. Emil Salim, secara umum lingkungan hidup
diartikan sebagai segala benda, kondisi keadaan dan pengaruh yang
terdapat dalam ruangan yang di tempati dan mempengaruhi hal yang
hidup termasuk kehidupan manusia. Pengertian ini bisa saangat luas,
namun untuk praktisnya kita batasi ruang lingkungan dengan faktor-faktor
yang dapat dijangkau oleh manusia seperti faktor alam. faktor politik,
faktor ekonomi, faktor sosial dan faktor lain-lain6, supaya keseimbangan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk
hidup di bumi ini tetap terjaga.
Manusia dan lingkungan hidup merupakan dua hal yang tidak
dapat dipisahkan, karena kualitas kehidupan manusia dipengaruhi oleh
lingkungan hidup, begitupun sebaliknya kualitas lingkungan hidup
dipengaruhi oleh manusia, perlakuan baik oleh manusia terhadap
lingkungan hidup, maka manusia akan mendapat manfaat baik dari
lingkungan hidup, akan tetapi bila lingkungan hidup diperlakukan dengan
tidak baik, maka kerugian yang akan didapat oleh manusia.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia
yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung
maupun tidak langsung. Llingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan
biotik dan abiotik7. Orang-orang yang berada disekitar lingkungan dimana tempat manusia tinggal merupakan contoh dari lingkungan biotik,
sedangkan lingkungan abiotik adalah benda mati yang berada disekitar
lingkungan hidup dapat berupa kayu, logam, tanah, udara, dan benda
mati lainnya,lingkungan bioik maupun lingkungan abiotik merupakan satu
kesatuan dari lingkungan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia.
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa :
“Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup”
lain”
Lingkungan hidup merupakan tempat dimana manusia menjalani
kehidupannya, lingkungan hidup yang baik dengan tingkat pencemaran
dan kerusakan lingkungan rendah akan memberi banyak manfaat bagi
kehidupan manusia, akan tetapi sebaliknya apabila manusia tidak dapat
menjaga lingkungan dengan baik sehingga menyebabkan terjadinya
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup maka akan berdampak
buruk terhadap kehidupan manusia.
7 Lingkungan Hidup, http://afand.abatasa.com, diakses pada tanggal 5
31
3. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pencemaran lingkungan hidup yang terjadi pada saat sekarang ini
akan berdampak buruk terhadap lingkungan hidup, dampak tersebut
berupa terjadinya kerusakan lingkungan hidup pada saat ini. Kurangnya
pengertian dan kepedulian msyarakat Indonesia terhadap lingkungan
hidup merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kerusakan pada
lingkungan hidup, pencemaran terhadap lingkungan hidup pada saat ini
sudah menjadi suatu hal yang biasa, seharusnya setiap masyarakat
Indonesia mempunyai rasa tanggung jawab yang sangat besar terhadap
lingkungan, karena kerusakan lingkungan tidak hanya akan berdampak
buruk dalam jangka waktu pendek, akan tetapi dampak buruk tersebut
akan berdampak dalam jangka waktu yang panjang.
Pasal 1 angka 17 Undang-Undang No 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:
“Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung
dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati
lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup”
Kerusakan lingkungan hidup menyebabkan terjadinya perubahan
langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan atau
hayati lingkungan hidup, seperti meningkatnya suhu panas, khususnya
dikota Bandung yang 70% diakibatkan oleh emisi gas buang kendaraan
bermotor. Selama periode 1990 sampai 2000 suhu panas rata-rata
yang semakin panas. Jika pada periode 1990-an masih terjadi fluktuasi
antara (33o C) menjadi panas biasa (30o C), maka periode 2000, suhu tahun pertama sudah menunjukkan angka 32o C dan tahun berikutnya meningkat menjadi 32,08o C. Bahkan menurut data Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Bandung pada 14 Januari 2002, suhu panas
mencapai 34,9o C8.
Sebagaimana data dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG)
Bandung tersebut menunjukkan bahwa kerusakan yang terjadi terhadap
lingkungan hidup berdampak sangat luas, salah satunya menyebabkan
meningkatnya suhu panas khususnya di kota Bandung, untuk mencegah
terjadinya kerusakan lingkungan yang meluas, maka diperlukan
perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup sesuai dengan
Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang No 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menyatakan
bahwa :
“Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegaakan hukum.”
Perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup
merupakan kewajiban seluruh warga negara Indonesia baik masyarakat
maupun pemerintah yang berkuasa karena kerusakan yang terjadi
terhadap lingkungan hidup mempunyai dampak yang cukup luas, tanpa
adanya perlindungan dan pengeloalaan terhadap lingkungan hidup maka
8 Suhu di Kota Bandung Semakin Panas, http://www.myspace.com,
33
ancaman pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup akan sangat
menjadi luas.
Sebagai negara hukum Indonesia seharusnya menjadikan hukum
sebagai alat utama terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup, karena sebagai negara hukum, seluruh kebijakan pemerintah
Indonesia dan semua tindakan warga negara Indonesia baik dalam
bidang ekonomi, politik, sosial, dan budaya harus sesuai dengan
ketentuan hukum serta tidak boleh bertenangan dengan hukum yang
berlaku. Sebagai negara hukum, penegakan hukum di Indonesia
terutama dalam bidang lingkungan hidup, mempunyai peran yang sangat
besar dalam menciptakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup, akan tetapi penegakan hukum tersebut akan terwujud apabila
aparatur hukum di Indonesia menjalankan tugasnya sesuai dengan
ketentuan hukum, tanpa adanya dukungan (peranan) yang tegas dari
aparatur hukum, tidak menutup kemungkinjan penegakan hukum di
Indonesia dalam bidang lingkungan hidup akan berjalan tidak sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku atau bahkan penegakan hukum
dalam bidang lingkungan hidup akan hanya menjadi impian bagi bangsa
Indonesia, dan juga sebaliknya, apabila ketentuan peraturan mengenai
bidang lingkungan hidup kurang memberikan hukuman yang berat (tegas)
bagi para pelakunya, maka aparatur hukum di negara ini tidak akan bisa
berbuat apa-apa, karena aparatur hukum menjalankan tugasnya harus
sesuai dengan ketentuan hukum yang belaku, oleh karena itu, hukum dan
aparatue penegak hukum merupakan dua hal yang sangat saling
4. Pencemaran Lingkungan Hidup
Pencemaran lingkungan hidup yang diakibatkan oleh aktivitas
masyarakat Indonesia khususnya, dapat memberikan dampak buruk
terhadap lingkungan hidup, dampak buruk tersebut tidak hanya terjadi
pada lingkungan hidup, akan tetapi dapat mempunyai dampak buruk juga
terhadap kehidupan manusia maupun makhluk hidup lainnya, dengan
menurunnya kualitas lingkungan hidup, maka akan menuruun juga
kualitas kehidupan masyarakat, karena sebagaimana yang telah
dijelaskan sebelumnya, bahwa lingkungan hidup dan manusia merupakan
dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena lingkungan hidup merupakan
tempat dimana manusia menjalani kehidupannya, akan tetapi seringkali
masyarakat Indonesia dibutakan oleh keserakahan untuk mendapatkan
banyak keuntungan bagi diri sendiri, dan mengorbankan kelestarian
lingkungan hidup untuk mendapatkan keuntungan tersebut, hal tersebut
dapat tergambar dalam perlakuan manusia terhadap lingkungan hidup,
mulai dari hal yang terkecil yaitu membuang sampah tidak pada
tempatnya, bahkan membuang sampah tersebut ke sungai, atau kegiatan
lain berupa memasukan makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen
lain kedalam lingkungan hidup yang dapat mempunyai dampak lebih
banyak terhadap lingkungan hidup, tanpa mempertimbangkan dampak
yang akan terjadi dalam jangka waktu pendek maupun dalam jangka
waktu panjang, selain itu pencemaran yang cukup banyak memberikan
dampak buruk dalam jangka waktu yang panjang adalah pencemaran
35
Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan
bahwa :
“Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen
lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga
melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.”
Pencemaran yang terjadi pada saat sekarang ini baik pencemaran
air maupun pencemaran udara diakibatkan oleh kegiatan manusia yang
menggunakan makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain yang
dapat mempengaruhi kelestarian lingkungan hidup baik ekosistem abiotik
(benda mati) dan ekosistem biotik (benda hidup)
Dalam suatu komponen ekosistem abiotik, terdapat suatu
komponen ekosistem yang berpengaruh besar terhadap ekosistem itu
sendiri. Pengaruh tersebut antara lain terjadinya perubahan cuaca,
bencana alam, kekeringan, dan banjir, yang semua diakibatkan oleh
perubahan faktor-faktor dalam ekosistem itu sendiri. Faktor-faktor tersebut
harus selalu diwaspadai untuk mencegah atau menghindarkan bencana
yang terjadi setiap waktu terhadap manusia atau makhluk hidup lainnya
yang hidup dalam ekosistem tersebut.
Dalam komponen ekosistem biotik, terdapat bermacam-macam
jenis dan spesies makhluk hidup, baik hidup didarat maupun hidup diair
atau bahkan dapat hidup didarat dan air. Oleh karena aitu dalam suatu
sistem ekologi, komponen biotik diklasifikasikan dalam dua bentuk, yaitu
bagaimana mereka memperoleh makanan atau unsur nutrisi organik
untuk mempertahankan kehidupan mereka.9
Pengaruh terhadap ekosistem abiotik mapun biotik selain
dipengaruhi oleh faktor alamiah dalam lingkungan ekosistem itu sendiri,
hal tersebut dapat dipengaruhi oleh aktivitas manusia yang berpengaruh
terhadap lingkungan hidup. Pencemaran yang terjadi pada saat
sekarang ini terutama pencemaran terhadap udara seharusnya dapat
dikurangi dengan dukungan dari kesadaran masyarakat akan
pentingnya lingkungan hidup yang baik serta penegakan hukum.
B. Pencemaran Udara
1. Pengertian Pencemaran Udara
Udara sangat berperan besar dalam kehidupan manusia, karena
setipa detik manusia sangat memerlukan udara untuk bernapas, kualitas
udara sangat berpengaruh terhadap kualitas kesehatan masyarakat,
udara yang sehat akan berdampak baik terhadap kesehatan masyarakat,
akan tetapi udara yang tidak sehat akan berdampak buruk terhadap
kesehatan masyarakat, dengan menurunnya kesehatan masyarakat
secara tidak langsung akan berpengaruh dalam kegiatan ekonomi,
dengan kondisi badan yang tidak sehat tidak memungkinkan manusia
untuk bekerja atau kegiatan lainnya. Pencemaran udara yang terjadi pada
saat ini diakibatkan dari berbagai kegiatan ekonomi masyarakat
9
Darmono, Lingkungan Hidup dan Pencemaran (Hubungannya dengan
Toksikologi Senyawa Logam), Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 2001, hlm
37
Indonesia, mulai dari asap pabrik sampai sisa gas buang kendaraan
bermotor.
Bahan kimia di udara yang berpengaruh negatif pada manusia,
hewan, tanaman, barang dari logam, baatuan dan materila lain dapat
dapat dikategorikan sebagai pencemar udara. Banyak bahan pencemar
udara dalam lapisan troposfer, tetapi da sembilan jenis bahan pencemar
udara yang dianggap penting, yaitu sesbagai berikut:10
a. Oksida karbon: karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2). b. Oksida belerang: sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3). c. Oksida nitrogen: nitrit oksida (NO), nitrogen dioksida (NO2) dan
dinitrogen oksida (N2O).
d. Komponen organik volatil: metan (CH4), benzen (C6H6), klorofluorokarbon (CFC) dan kelompok bromin.
e. Suspensi partikel: debu tanah, karbon, asbes, logam berat, nitrat,
sulfat, titik cairan, seperti asam sulfat (H2SO4), minyak bifenil poliklorin (PCB), dioksin, dan pestisida.
f. Oksida fotokimiawi: ozon, peroksiasil nitrat, hidrogen peroksida,
hidroksida, formaldehid yang terbentuk di atmosfer oleh reaksi
oksigen, nitrigen oksida, dan uap hidrokarbon di bawah pengaruh
sinar matahari.
g. Substansi radio aktif: radon-222, iodin-131,strontium-90,
plutonium-239 dan radioisotop lainnya yang masuk ke atmosfer bumi dalam
bentuk gas atau suspensi partikel.
10