• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Hukum Terhadap Penggunaan Kendaraan Bermotor Yang Menyebabkan Terjadinya Pencemaran Udara Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Hukum Terhadap Penggunaan Kendaraan Bermotor Yang Menyebabkan Terjadinya Pencemaran Udara Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

vii

TINJAUAN HUKUM TERHADAP PENGGUNAAN KENDARAAN BERMOTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA PENCEMARAN UDARA DIHUBUNGKAN DENGAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN

Pencemaran udara yang diakibatkan penggunaan kendaraan bermotor semakin bertambah seiring bertambahnya jumlah pengunaan kendaraan bermotor berbahan bakar minyak (bahan bakar fosil), pencemaran udara yang terjadi dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap kehidupan masyarakat. Tingkat pencemaran udara yang tinggi sebagian besar terjadi di kota-kota besar di Indonesia, salah satunya kota Bandung, sebanyak 70% pencemaran udara (polusi udara) di kota Bandung disebabkan emisi gas buang kendaraan bermotor berbahan bakar minyak (bahan bakar fosil), pencemaran tersebut, menyebabkan kualitas udara menjadi turun, suhu di kota Bandung semakin panas, kemacetan, gangguan kesehatan, dan pemanasan global. Permasalahan yang diangkat oleh penulis adalah mengenai bagaimana peranan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup terhadap penggunaan kendaraan bermotor yang mengakibatkan peningkatan pencemaran udara, dan mengenai bagaimana peranan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terhadap bertambahnya jumlah kendaraan bermotor yang mengakibatkan peningkatan pencemaran udara.

Penulisan skipsi ini menggunakan metode penulisan yuridis normatif yang bersifat deskriptif analisis, dengan menggunakan metode ini diharapkan dapat menperoleh gambaran yang menyeluruh dan sistematis mengenai kasus yang sedang diteliti dan kemudian menganalisisnya berdasarkan fakta-fakta berupa data sekunder yang diperoleh dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier, kemudian dianalisis dengan mengunakan peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini di Indonesia.

(4)

viii Written By:

Sutrisno Abdul RohmanSaleh

NIM 31608008

Abstract

The air pollution caused by the use of motor vehicle is getting worse with the amount of motor vehicle user with oil fuel; the air pollution can cause negative impact towards society life. The air pollution level is high in several big city in Indonesia, such as Bandung, there are 70% air pollution in Bandung is caused by exhaust emission of oil fueled vehicle, those pollution cause the air quality become low and the temperature become high, traffic jam, health disorder, and global warming. The problem concerned by writer is how the role of undang-undang no 32 year 2009 about environment protection and management towards the use of motor vehicle that cause the increasing of air pollution, and how the role of undang-undang no 22 year 2009 about traffic and transportation towards the increasing of motor vehicle user that cause the increasing of air pollution.

This study applies juridical normative method and descriptive analytic approach, with this method it is hoped to get the wholly and systematic description about a case that is being observed and then analyzed based on the facts in form of gained secondary data from primary legal material, secondary legal material and tertiary legal material, then analyzed with constitution rule in Indonesia.

(5)

i

KATA PENGANTAR

“Bismillahhirahmannirohim”

Dengan mengucap segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa

atas segala rahmat dan karunia-Nya, serta kesempatan yang diberikan kepada

penulis untuk dapat mensyukuri segala nikmat-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas penulisan skripsi dengan judul TINJAUAN HUKUM TERHADAP PENGGUNAAN KENDARAAN BERMOTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA PENCEMARAN UDARA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP.

Dalam pembuatan penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih

banyak kekurangan baik dari segi isi, tata bahasa, maupun pembahasan laporan,

karena terbatasnya pengetahuan serta kemampuan dari penulis, untuk

memperbaiki dan melengkapi kekurangan pada penulisan skripsi ini, penulis

sangat mengharapkan masukan-masukan yang dapat memperbaiki dan

melengkapi kekurangan tersebut, serta dapat menambah ilmu pengetahuan

khususnya bagi penulis

Tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai banyak pihak,

penulis tidak akan dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu

penulis mengucapakan banyak terima kasih kepada banyak pihak yang telah

memberi dukungan serta bantuan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini,

serta dengan penuh rasa hormat penulis mengucapkan banyak terima kasih

kepada Ibu Arinita Sandria., S.H., M.Hum. selaku dosen pembimbing yang telah

(6)

penulisan skripsi ini, selain itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

banyak terima kasih kepada :

1. Yth. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, Msc., selaku Rektor

Universitas Komputer Indonesia;

2. Yth. Ibu Prof. Dr. Hj. Ria Ratna Ariawati, S.E., A.K., M.S., selaku

Wakil Rektor I Universitas Komputer Indonesia

3. Yth. Bapak Prof. Dr. Moh. Tajjudin, M.A., selaku Wakil Rektor II

Universitas Komputer Indonesia

4. Yth. Ibu Dr. Hj. Aelina Surya, selaku Wakil Rektor III Universitas

Komputer Indonesia

5. Yth. Bapak Prof. Dr. H.R. Otje Salman Soemadiningrat, S.H., Selaku

Dekan Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia;

6. Yth. Ibu Hetty Hassanah, S.H., MH., Selaku Ketua Jurusan Ilmu

Hukum Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia;

7. Yth. Ibu Arinita Sandria, S.H., M.Hum., selaku Dosen Fakultas Hukum

Universitas Komputer Indonesia;

8. Yth. Bapak Budi Fitriadi, S.H., M.Hum., selaku Dosen Fakultas Hukum

Universitas Komputer Indonesia;

9. Yth. Ibu Febilita Wulan Sari, S.H., selaku Dosen Fakultas Hukum

Universitas Komputer Indonesia;

10. Yth. Bapak Asep Iwan Irawan, S.H., M.Hum., selaku Dosen Fakultas

Hukum Universitas Komputer Indonesia;

11. Yth. Ibu Farida Yulianty, S.H., S.E., M.Hum., selaku Dosen Fakultas

(7)

iii

12. Dr. Sigid Suseno, S.H., M.H., selaku Dosen Fakultas Hukum

Universitas Komputer Indonesia;

13. Yth. Ibu Rachmani Puspitadewi, S.H., M.Hum., selaku Dosen Fakultas

Hukum Universitas Komputer Indonesia;

14. Yth. Ibu Yani Brilyani Tavipah, S.H., M.H., selaku Dosen Fakultas

Hukum Universitas Komputer Indonesia;

15. Yth. Ibu Rika Rosilawati, A.Md., selaku Staff Administrasi Fakultas

Hukum Universitas Komputer Indonesia;

16. Yth. Bapak Muray, selaku Karyawan Fakultas Hukum Universitas

Komputer Indonesia;

17. Teman-teman seperjuangan Fakultas Hukum Universitas Komputer

Indonesia yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata, semoga segala pengorbanan yang diberikan oleh mamah dan

ayah tercinta, baik moril maupun materil kepada penulis mendapatkan imbalan

yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

serta kita semua berada dalam lindungan-Nya.

Bandung, Juli 2012

(8)

iv

A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Masalah ... C. Maksud Dan Tujuan Penelitian ... D. Kegunaan Penelitian ... BAB II TINJAUAN TEORETIS MENGENAI PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP AKIBAT PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR ... 21

A. Lingkungan Hidup di Indonesia ...

1. Dasar Hukum Pengaturan Mengenai Lingkungan Hidup ...

2. Pengertian Lingkungan Hidup ...

3. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ...

4. Pencemaran Lingkungan Hidup ...

B. Pencemaran Udara ...

1. Pengertian Pencemaran Udara ...

(9)

v

3. Dampak Pencemaran Udara ...

C. Kendaraan Bermotor ...

1. Definisi Kendaraan Bermotor ...

2. Peraturan Tentang Kendaraan Bermotor di Indonesia ...

3. Dampak Dari Meningkatnya Jumlah Kendaraan Bermotor di

Indonesia ...

A. Penyebab Terjadinya Peningkatan Pencemaran Udara yang

Diakibatkan Penggunaan Kendaraan Bermotor ...

B. Akibat yang Ditimbulkan dari Peningkatan Pencemaran Udara

Oleh Penggunaan Kendaraan Bermotor ... 60

64

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PENGGUNAAN KENDARAAN

BERMOTOR YANG MENGAKIBATKAN PENINGKATAN

PENCEMARAN UDARA ... 73

A. Peranan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Terhadap

Penggunaan Kendaraan Bermotor yang Mengakibatkan

Peningkatan Pencemaran Udara ...

B. Peranan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu

Lintas Dan Angkutan Jalan Terhadap Bertambahnya Jumlah

Penggunaan Kendaraan Bermotor yang Mengakibatkan

Peningkatan Pencemaran Udara ...

73

(10)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...

A. Simpulan ...

B. Saran ... 97

97

98

Daftar Pustaka ... 100

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan semakin

bertambahnya kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat Indonesia.

Desakan akan banyaknya berbagai kebutuhan tersebut, merupakan salah

satu faktor pendorong terjadinya perkembangan (kemajuan) dalam berbagai

bidang yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat, termasuk kebutuhan

alat tranportasi.

Alat transportasi merupakan salah satu hal yang sangat penting dari

sekian banyaknya kebutuhan masyarakat, karena dengan adanya alat

transportasi seseorang dapat menghemat waktu dalam menempuh

perjalanan jarak jauh tanpa harus berjalan kaki, bahkan dapat dengan mudah

memindahkan barang dari suatu tempat ke tempat lain. Perkembangan alat

transportasi terjadi secara bertahap, sebelum alat transportasi menggunakan

mesin ditemukan, masyarakat menggunakan hewan seperti kuda, sapi,

kerbau, dan unta sebagai alat transportasi. Alat transportasi saat ini dapat

dibedakan dalam alat transportasi darat, laut dan udara. Alat transportasi

udara seperti pesawat terbang, alat transportasi laut seperti kapal laut serta

alat transportasi darat seperti mobil dan sepeda motor, merupakan berbagai

jenis macam alat transportasi di Indonesia.

Alat transportasi darat seperti mobil dan motor yang sering disebut

kendaraan bermotor ini merupakan alat transportasi yang paling sering

(12)

sekarang ini alat transportasi darat menjadi bagian dari kebutuhan

masyarakat terutama mobil dan sepeda motor.

Bertambahnya kebutuhan masyarakat akan alat transportasi darat

terutama mobil dan motor ini, membuat perusahaan-perusahaan yang

bergerak dalam industri otomotif mengembangkan berbagai macam teknologi

otomotif untuk memenuhi berbagai macam permintaan pasar. Industri

otomotif mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatkan

kegiatan ekonomi di Indonesia, dengan adanya industri otomotif yang telah

menciptakan berbagai macam jenis teknologi alat transportasi dapat

memudahkan proses transaksi jual beli, terutama dalam hal pengiriman

barang antar kota ataupun antar provinsi, selain itu dengan kemajuan industri

otomotif, setiap pengguna kendaraan bermotor memerlukan tempat untuk

melakukan perawatan atau perbaikan kendaraan bermotor, kebutuhan akan

pengguna kendaraan bermotor tersebut menjadi salah satu peluang bisnis

bagi sebagian orang dengan cara membuka bengkel, sehingga hal tersebut

dapat meningkatkan kegiatan ekonomi namun selain mempunyai nilai

tambah (keuntungan) untuk masyarakat Indonesia.

Banyaknya masyarakat Indonesia yang menggunakan kendaraan

bermotor sebagai alat transportasi, dapat menimbulkan dampak negatif,

karena bertambahnya pemakaian kendaraan bermotor menyebabkan

bertambahnya jumlah polusi udara seperti halnya di kota Bandung, 70%

(13)

3

bermotor1, hal tersebut diakibatkan oleh banyaknya jumlah kendaraan bermotor berbahan bakar minyak yang berada di kota Bandung.

Pencemaran udara (polusi udara)dapat berpengaruh terhadap lingkungan

hidup, seperti makin besarnya lubang pada lapisan ozon yang melindungi

bumi dari sengatan sinar matahari langsung, sehingga menyebabkan

terjadinya pemanasan global dan berdampak buruk pada lingkungan hidup,

bahkan dapat berdampak tidak baik terhadap kesehatan manusia, akan

tetapi meningkatnya kebutuhan masyarakat akan kendaraan, menjadikan hal

tersebut peluang bisnis bagi sebagian orang, peluang bisnis tersebut

dilakukan dengan cara membentuk suatu perusahaan yang dapat

memproduksi kendaraan, baik dalam bentuk sepeda motor maupun mobil.

Akan tetapi meningkatnya kemajuan dalam bidang industri otomotif ini tidak

diikuti dengan meningkatnya kepedulian masyarakat akan lingkungan hidup

yang sebenarnya mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan

masyarakat, oleh karena itu untuk mengatur serta menciptakan

keseimbangan antara perkembangan alat transportasi kendaraan bermotor

dan pelestarian lingkungan hidup diperlukan kesadaran masyarakat serta

peranan hukum.

Berdasarkan permasalahan yang telah penulis uraikan sebelumnya,

maka penulis melakukan penulisan hukum berbentuk skripsi dengan judul

“TINJAUAN HUKUM TERHADAP PENGGUNAAN KENDARAAN BERMOTOR YANG MENYEBABKAN PENINGKATAN POLUSI UDARA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009

1

Pencemaran di Kota Bandung, www.bandung.go.id, diakses pada tanggal 21

(14)

TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang diangkat

penulis dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peranan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam penggunaan

kendaraan bermotor yang mengakibatkan peningkatan pencemaran

udara?

2. Bagaimana peranan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terhadap meningkatnya jumlah

kendaraan bermotor yang mengakibatkan peningkatan pencemaran

udara?

C. Maksud Dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam

penulisan hukum ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup dalam meminimalisir peningkatan polusi udara

akibat penggunaan kendaraan bermotor.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis peranan pemerintah dan

(15)

5

peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang mengakibatkan

meningkatnya pencemaran udara?

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan secara Teoretis

Penelitian in diharapkan dapat memberikan masukan dalam proses

pengembangan ilmu hukum pada umumnya, di ilmu hukum

lingkungan khususnya.

2. Kegunaan secara Praktis

Penulisan hukum ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan

pentingnya menjaga lingkungan hidup yang dimulai dari kesadaran

diri sendiri, selain itu dipenelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar

bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan lingkungan hidup.

E. Kerangka Pemikiran

Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 terutama Alenia Kedua

menyebutkan bahwa :

“Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah

kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan

rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia,

yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.”

Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Alenia Keempat yang

(16)

“untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.”

Berdasarkan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia kedua dan

keempat menyebutkan bahwa keadilan dan kemakmuran serta kesejahteraan

umum merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh bangsa Indonesia.

Konsep pemikiran utilitarianisme nampak melekat pada Pembukaan

Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Alenia Kedua, terutama pada makna “adil dan

makmur”. Tujuan hukum pada dasarnya adalah memberikan kesejahteraan

bagi masyarakat, sebagaimana Bentham menjelaskan the great happiness

for the greatest number2 (hukum memberikan kebahagiaan sebesar-besarnya kepada orang sebanyak-banyaknya). Bentham mengemukakan agar

pembentukan hukum harus membentuk hukum yang adil bagi segenap

warga masyarakat secara individual 3.

Berdasarkan Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Alenia

Keempat telah mengamanatkan bangsa Indonesia untuk memajukan

kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan tersebut

akan terwujud apabila kehidupan masyarakat Indonesia telah mencapai

kesejahteraan yang wajar, dalam hal ini tidak kekurangan kebutuhan

sandang, pangan, papan serta pendidikan yang mempunyai peranan sangat

penting untuk meningkatkan pengembangan bakat dan minat masyarakat

Indonesia sehingga dapat terwujudnya sumber daya manusia (SDM) yang

unggul, untuk mencapai terwujudnya tujuan bangsa Indonesia tersebut, maka

2

Otje Salman S dan Anton F Susanto, Teori Hukum (Mengingat, Mengumpulkan,

dan Membuka Kembali), Refika Aditama, Bandung, 2004, hlm. 156.

3

(17)

7

diperlukan perencanaan pembangunan nasional, sesuai dengan Pasal 4

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional, pembangunan nasional adalah rangkaian upaya

pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek

kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara, serta untuk melaksanakan

perencanaan pembangunan nasional, dengan tujuan untuk mewujudkan

tujuan nasional sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka Rencana

Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional dan Rencana

Pembangunan Jangkan Menengah (RPJM) Nasional dapat dijadikan sebagai

sarana untuk mencapai tujuan tersebut, Sebagaimana Pasal 3

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005-2025, menyatakan bahwa :

“Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional merupakan sebagai penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial dalam bentuk visi, misi, dan arah pembangunan nasional”

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP) Nasional

digunakan sebagai pedoman dalam menyusun Rencana Pembangunan

Jangka Menengah (RPJM) Nasional, karena pelaksanaan Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP) Nasional 2005-2025 terbagi

dalam tahap-tahap perencanaan pembangunan dalam periodisasi

perencanaan pembangunan jangka menengah nasional 5 (lima) tahunan.

(18)

Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahap II yaitu, Rencana Pembangunan

Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2010-2014.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional yang

berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP)

Nasional memuat strategi pembangunan nasional sesuai dengan Pasal 2

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014,

menyatakan bahwa :

“Rencana Pembangunan Jangkan Menengah (RPJM) Nasional memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif”

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional tersebut

dijabarkan kedalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang merupakan

rencana pembangunan tahunan nasional. Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional (RPJP) Nasional 2005-2025 serta Rencana Pembangunan

Jangka Menengah (RPJM) Nasional tahap II Tahun 2010-2014.

Semua kebijakan yang dibuat pemerintah serta semua tindakan yang

dilakukan oleh penduduk Indonesia harus sesuai dengan ketentuan hukum

yang berlaku di Indonesia, karena Indonesia merupakan negara hukum,

sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyebutkan bahwa :

“Negara Indonesia adalah negara hukum.”

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar

(19)

9

sangat tinggi serta mempunyai peranan yang sangat besar dalam mengatur

tatanan kehidupan masyarakat Indonesia, yang antara lain mengatur sistem

ekonomi, politik, sosial dan budaya serta lingkungan hidup. Hukum juga

harus mengatur lingkungan hidup agar kerusakan terhadap lingkungan hidup

dapat dihindari, paling tidak dapat di minimalisir. Kehidupan manusia dan

lingkungan tidak dapat dipisahkan.

Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan bagian dari Hak Asasi

Manusia sebagimana diatur dalam Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang

Dasar 1945 yang menyebutkan bahwa :

“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal.

dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak

memperoleh pelayanan kesehatan.”

Menurut Otto Sunarwoto, lingkungan atau lingkungan hidup manusia

adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita

tempati yang mempengaruhi kehidupan kita4. Berdasarkan Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa :

“lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang

mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan

kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.”

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang menyatakan bahwa :

4

Daud Silalahi, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan

(20)

“Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum”

Kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari lingkungan hidup, dan

kualitas lingkungan hidup akan sangat mempengaruhi kehidupan manusia.

Upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan oleh

pemerintah harus mendapat dukungan yang penuh dari masyarakat, karena

tanpa adanya dukungan dari masyarakat, upaya tersebut hanya menjadi

angan-angan, manfaat perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan

hidup tidak hanya akan dirasakan oleh masyarakat Indonesia pada saat

generasi sekarang, akan tetapi juga oleh generasi yang akan datang.

Pencemaran terhadap lingkungan hidup merupakan salah satu penyebab

terhambatnya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, pencemaran

menjadi masalah utama dalam pelestarian lingkungan hidup, banyak

berbagai macam jenis pencemaran yang terjadi terhadap lingkungan hidup,

akan tetapi menurut Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan

bahwa :

“Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya

makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan

hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan

hidup yang telah ditetapkan”

Salah satu penyebab terjadinya pencemaran terhadap lingkungan hidup,

adalah penggunaan alat transportasi yaitu berupa penggunaan kendaraan

(21)

11

negatif. Pengunaan kendaraan bermotor mempunyai dampak positif terhadap

roda perekonomian masyarakat Indonesia, tidak sedikit kegiatan ekonomi

yang dipengaruhi oleh perkembangan alat transportasi berupa kendaraan

bermotor, karena dengan alat transportasi masyarakat mendapatkan

berbagai fasilitas kemudahan, akan tetapi disamping dampak positif yang

mempunyai manfaat yang cukup baik tersebut. Penggunaan kendaraan

bermotor mempunyai dampak negatif yang dapat merugikan masyarakat.

Dampak negatif dari penggunaan kendaraan bermotor adalah kendaraan

bermotor akan menghasilkan gas emisi buang yang cukup berbahaya bagi

lingkungan hidup serta dapat menimbulkan pencemaran dan kerusakan bagi

lingkungan hidup. Kerusakan lingkungan hidup tersebut juga akan

berpengaruh dan berdampak buruk terhadap kehidupan masyarakat, oleh

karena itu sangat diperlukan peranan hukum dalam mengatur antara

kepentingan masyarakat dan dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan

hidup.

Pencemaran yang terjadi terhadap lingkungan hidup diakibatkan oleh

kegiatan manusia yang berdampak buruk terhadap lingkungan hidup.

Pencemaran mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup, oleh karena

pencemaran yang terjadi diakibatkan kegiatan manusia, maka pencegahan

terhadap pencemaran lingkungan merupakan tanggung jawab seluruh

masyarakat Indonesia, dan tidak hanya merupakan tanggung jawab

pemerintah.

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa :

(22)

a. Melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;

b. Menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia;

c. Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem;

d. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;

e. Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup;

f. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa depan;

g. Menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia;

h. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana; i. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan

j. Mengantisipasi isu lingkungan global. “

Mencapai tujuan sesuai dengan apa yang tersirat dalam Pasal 3

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup, pemerintah sebagai pemegang kekuasaan negara

tertinggi harus bersatu padu bersama seluruh masyarakat Indonesia

melakukan upaya perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup,

serta menjadikan penegakan hukum, terutama dalam bidang hukum

lingkungan hidup sebagai alat utama untuk mencapai tujuan dari

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tersebut.

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan

Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa :

“Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meliputi : a. Perencanaan;

(23)

13

ketentuan dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Kendaraan bermotor menghasilkan emisi gas buang sebagai salah satu

penyebab terjadinya pencemaran udara yang berdampak negatif terhadap

kelestarian lingkungan hidup, untuk menjamin kelestarian lingkungan hidup,

maka sesuai dengan Pasal 209 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun

2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, yang menyebutkan bahwa :

“Untuk menjamin kelestarian lingkungan, dalam setiap kegiatan di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan harus dilakukan pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan hidup untuk memenuhi ketentuan baku mutu lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”

Sebagai salah satu penyebab terjadinya pencemaran udara adalah

penggunaan kendaraan bermotor yang menghasilakan gas emisi buang

(polusi), maka sesuai dengan Pasal 209 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, setiap kendaraan

bermotor harus memenuhi ketentuan baku mutu lingkungan, untuk

mendukung terciptanya lingkungan yang lebih baik dan sehat.

Berdasarkan Pasal 210 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, bahwa :

“Setiap kendaraan bermotor yang beroperasi di Jalan wajib memenuhi

persyaratan ambang batas emisi gas buang dan tingkat kebisingan”

Kendaraan bermotor merupakan penyumbang emisi yang dihasilkan oleh

proses pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor tersebut, sehingga

untuk mengatur atau menekan jumlah emisi gas buang yang menyebabkan

(24)

memenuhi syarat ambang batas emisi gas buang sesuai dengan Pasal 210

ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan

Angkutan Jalan.

Pasal 211 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas

Dan Angkutan Jalan, yang menyatakan bahwa :

“Setiap pemilik dan/atau Pengemudi Kendaraan Bermotor dan

Perusahaan Angkutan Umum wajib mencegah terjadinya pencemaran

udara dan kebisingan”

Para pengguna kendaraan bermotor pada saat ini kurang peduli terhadap

kualitas udara, hal ini mengakibatkan semakin meningkatnya polusi udara.

Sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan. Kerusakan yang terjadi

terhadap lingkungan akan berdampak terhadap kehidupan masyarakat,

seperti menurunnya kualitas udara yang dapat mengakibatkan turunnya

kesehatan masyarakat, untuk itu berdasarkan Pasal 211 Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, mewajibkan

setiap pengguna kendaraan bermotor mencegah pencemaran udara.

Menurunnya kualitas udara yang berdampak pada menurunnya terhadap

kesehatan masyarakat, hal tersebut bertentangan dengan Pasal 163 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, menyatakan

bahwa :

“Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat menjamin ketersediaan

lingkungan yang sehat dan tidak mempunyai risiko buruk bagi kesehatan”

Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat seharusnya dapat

menciptakan lingkungan yang sehat sehingga dapat menghindari risiko buruk

(25)

15

kendaraan bermotor serta menyebabkan meningkatnya jumlah emisi gas

buang kendaraan bermotor

Pencemaran udara yang terjadi saat ini menjadi salah satu bagian dari

banyak permasalahan bangsa Indonesia, banyak hal yang telah dilakukan

oleh pemerintah untuk menurunkan jumlah emisi yang semakin bertambah,

salah satunya dengan apa yang tersirat dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan

Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2011 Tentang Rencana Aksi

Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca, menyatakan bahwa :

“Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca yang selanjutnya disebut RAN-GRK adalah dokumen rencana kerja untuk pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara langsung dan tidak langsung menurunkan emisi gas rumah kaca sesuai dengan target pembangunan nasional”

Peraturan Presiden Republik Indonesia tersebut merupakan bagian dari

proses pelaksanaan target pembangunan nasional serta cerminan

kepedulian pemerintah akan semakin meningkatnya pencemaran lingkungan

terutama dalam hal pencemaran udara, karena dampak dari pencemaran

tersebut akan menghasilkan dampak negatif terhadap kehidupan masyarakat

Indonesia, terutama dalam bidang kesehatan dan lingkungan, baik jangka

waktu pendek maupun jangka waktu panjang.

Sebagian besar penyebab dari pencemaran udara adalah emisi gas

buang dari kendaraan bermotor baru maupun kendaraan bermotor lama,

mengenai emisi gas buang kendaraan bermotor lama telah diatur dalam

Pasal 1 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2006

Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama

menyatakan bahwa :

(26)

1. Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama adalah batas maksimum zat atau bahan pencemar yang boleh dikeluarkan langsung dari pipa gas buang kendaraan bermotor lama;

2. Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu;

3. Kendaraan bermotor lama adalah kendaraan yang sudah diproduksi, dirakit atau diimpor dan sudah beroperasi di wilayah Republik Indonesia;

4. Uji emisi kendaraan bermootor lama adalah uji emisi gas buang yang wajib dilakukan untuk kendaraan bermotor lama secara berkala; 5. Menteri adalah Menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang

pengelolaan lingkungan hidup;

6. Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi;

7. Bupati/Walikota adalah Kepala Daerah Kabupaten/Kota.”

Kendaraan bermotor merupakan salah satu penyebab terjadinya

pencemaran udara yang diakibatkan dari sisa pembakaran kendaraan

bermotor tersebut, dengan adanya Peraturan Menteri Negara Lingkungan

Hidup Nomor 5 Tahun 2006 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang

Kendaraan Bermotor Lama, diharapkan pencemaran udara yang diakibatkan

oleh emisi kendaraan bermotor dapat ditekan.

Peraturan Wali kota Bandung Nomor 572 Tahun 2010 Tentang Pengujian

Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor, Pasal 1 angka 6,

angka 7, dan angka 8 menyatakan bahwa :

“Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan :

6. Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakan oleh peralatan mekanik berupa mesin selai kendaraan y7ang berjalan diatas rel.

7. Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukannya zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ketingkat tertyentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.

8. Emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukannya ke dalam udara ambien yang mempunyai dan/atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur pencemar.”

Kota Bandung merupakan salah satu kota yang cukup banyak dipadati

(27)

17

jalan-jalan di kota Bandung disebabkan oleh meningkatnya jumlah kendaraan

bermotor, akan menghasilkan peningkatan emisi gas buang yang dihasilkan

oleh proses sisa pembakaran kendaraan bermotor, sehingga berdampak

negatif terhadap lingkungan, dengan adanya Peraturan Wali kota Bandung

Nomor 572 Tahun 2010 Tentang Pengujian Ambang Batas Emisi Gas Buang

Kendaraan Bermotor tersebut, merupakan peran serta pejabat daerah dalam

menjaga kelestarian lingkungan di Indonesia umumnya dan di kota Bandung

khususnya.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian dalam penyusunan penulisan hukum yang digunakan

penulis terdiri dari :

1. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah

deskriptif analisis yaitu metode penelitian dengan cara menggambarkan

secara sistematis yang berupa :

a. Fakta dan data sekunder bahan hukum primer yaitu Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang

Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, Undang-Undang Nomor 36 Tahun

2009 Tentang Kesehatan, Peraturan Presiden Republik Indonesia

Nomor 61 Tahun 2011 Tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan

Emisi Gas Rumah Kaca, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Nomor 5 Tahun 2006 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang

(28)

Tahun 2010 Tentang Pengujian Ambang Batas Emisi Gas Buang

Kendaraan Bermotor

b. Data sekunder bahan hukum sekunder yaitu berupa doktrin atau

pendapat-pendapat para ahli hukum.

c. Data sekunder bahan hukum tertier yaitu berupa bahan-bahan yang

penulis dapatkan dari media cetak dan media elektronik.

2. Metode Pendekatan

Metode pendekatan dalam penyusunan skripsi yang dilakukan penulis

adalah metode pendekatan dengan cara yuridis normatif yaitu hukum

dikonsepsikan sebagai norma, asas, atau dogma-dogma. Penafsiran

hukum gramatikal yaitu penafsiran yang dilakukan dengan cara melihat

arti kata pasal dalam undang-undang, menjadi metode pendekatan dalam

penyusunan skripsi ini.

3. Tahap Penelitian

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian Kepustakaan yang dilakukan oleh penulis adalah untuk

mendapatkan data sekunder bahan hukum primer berupa peraturan

perundang-undangan, data sekunder bahan hukum sekunder berupa

doktrin atau pendapat para ahli hukum, data sekunder bahan hukum

tersier berupa bahan-bahan yang penulis dapatkan dari media cetak

maupun media elektronik.

b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan yang dilakukan oleh penulis untuk menunjang

(29)

19

melakukan penelitian di lapangan dan wawancara dengan pihak yang

terkait.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dalam penyusunan

skripsi ini adalah terdiri dari :

a. Studi dokumen, yaitu teknik dengan cara mengumpulkan data primer,

data sekunder, dan data tersier yang berkaitan dengan permasalahan

yang sedang penulis teliti.

b. Wawancara, yaitu dengan cara mengadakan tanya jawab dengan

para pihak terkait dengan terlebih dahulu mempersiapkan

pertanyaan-pertanyaan terkait permasalahan yang penulis teliti.

5. Metode Analisis Data

Analisis data dan penarikan kesimpulan yang penulis gunakan dalam

penelitian ini yaitu dengan cara yuridis kualitatif dengan memperhatikan

hirarkis peraturan perundang-undangan, dimana undang-undang yang

mempunyai kedudukan lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan

peraturan perundang-undang yang mempunyai kedudukan yang lebih

tinggi, serta menerapakan peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini,

6. Lokasi Penelitian

Penulis menggunakan lokasi penelitian untuk mengumpulkan dan

mendapatkan data yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini,

lokasi penelitian tersebut terdiri dari :

(30)

a. Perpustakaan Universitas Komputer Indonesia, Jalan Dipati Ukur

No.112 Bandung.

b. Perpustakaan Universitas Padjajaran, Jalan Dipati Ukur No.35

Bandung.

c. Perpustakaan Universitas Pasundan, Jalan Lengkong Dalam

No.17 Bandung.

2. Instansi, yaitu :

Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH)

3. Website, yaitu :

a. http://www.bandung.go.id

b. http://afand.abatasa.com

c. http://www.myspace.com

d. http://www.artikellingkunganhidup.com

e. http://lifestyle.kompasiana.com

f. http://ciricara.com

g. www.analisadaily.com

h. http://lh.surabaya.go.id

i. www.walhijabar.wordpress.com

j. http://www.pikiran-rakyat.com

k. www.apakabardunia.com

l. http//www.menlh.go.id

(31)

21 BAB II

TINJAUAN TEORETIS MENGENAI PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP AKIBAT PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR

A. Lingkungan Hidup di Indonesia

1. Dasar Hukum Pengaturan Mengenai Lingkungan Hidup

a. Undang-Undang Dasar Tahun 1945

Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, menyatakan bahwa :

“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat

tingggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat

serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”

Hak asasi merupakan hak yang mutlak dimiliki oleh setiap warga

negara Indonesia, dan hak tersebut telah dijamin oleh undang-undang.

Menurut Mahfud MD, hak asasi manusia itu diartikan sebagai hak asasi

yang melekat pada martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan,

dan hak tersebut dibawa manusia sejak lahir ke muka bumi sehingga hal

tersebut bersifat fitri (kodrati), bukan pemberian manusia atau negara5. Hak yang melekat pada hak asasi manusia sangat beraneka

ragam, mulai dari hak untuk hidup serta hak untuk mempertahankan

hidup dan kehidupannya samapi kewajiban untuk menghormati hak asasi

manusia orang lain dalam tertib kehidupan bemasyarakat, berbangsa,

dan bernegara, sebagaimana telah diatur dalam pasal 28A sampai 28J

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

(32)

peraturan lainnya. Mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat

merupakan bagian dari hak asasi manusia, sebagaiman telah disebutkan

dalam pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, hal tersebut merupakan cerminan akan kepedulian

pemerintah terhadap lingkungan hidup yang merupakan bagian dari hak

asasi manusia, serta sangat pentingnya peranan lingkungan hidup dalam

kehidupan manusia, akan tetapi semakin berkembangnya kehidupan

manusia sera berkembangnya teknologi, hak asasi manusia yang

seharusnya secara penuh didaptkan oleh setiap warga negara Indonesia

terutama dalam bidang lingkungan hidup, akan tetapi hak tersebut

semakin terkikis.

Menurut Prof. Mochtar Kusumaatmadja, peranan hukum dalam

pembangunan adalah untuk menjamin bahwa perubahan itu terjadi

dengan cara yang teratur. Seharusnya perkembangan kehidupan mnusia

dan perkembangan teknologi menjadi sarana pembangunan bagi bangsa

Indonesia untuk mencapai tujuan dari bangsa ini, sebagi menjadikan

hukum sebagai penjamin bahwa perkembangan (perubahan) itu terjadi

tanpa merampas hak asasi manusia orang lain, dan perkembangan

(perubahan) itu terjadi secara teratur sebagaimana telah disebutkan

dalam pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, bahwa mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat

merupakan bagian dari hak asasi manusia, hak yang seharusnya

didapatkan oleh setiap warga negara Indonesia, karena adanya jaminan

(33)

23

bayi yang lahir di daerah perkotaan padat yang sesak dengan

gedung-gedung tinggi, industri, dan kendaraan bermotor.

Jaminan atas lingkungan yang baik dan sehat yang seharusnya

diberikan oleh negara kepada masyarakat, karena kondisi lingkungan

yang sudah tercemar ketika bayi itu lahir, seperti air bersih yang sudah

tercemari oleh sampah atau limbah dari kegiatan industri, udara yang

sudah tercemar oleh sisa pembakaran kendaraan bermotor berbahan

bakar minyak atau pencemaran udara akibat kegiatan industri, maka

jaminan tersebut tidak dapat terpenuhi oleh negara, karena ketika bayi itu

lahir di bumi, lingkungan yang ada disekitarnya sudah banyak tercemar

oleh kegiatan manusia, dan bayi itu harus menjalani kehidupan dengan

kondisi lingkungan tercemar, dengan berbagai keadaan lingkungan yang

sudah tercemar tersebut selain perampasan atas hak untuk mendapatkan

lingkungan yang baik dan sehat, hal tersebut dapat mempengaruhi

pertumbuhan bayi tersebut, karena pencemaran yang terjadi dapat

berdampak buruk pada kesehatan.

Pencemaran udara yang diakibatkan oleh sisa pembakaran

kendaraan bermotor berbahan bakar minyak diangggap menjadi hal biasa

oleh sebagian orang, padahal kendaraan bermotor yang menggunakan

bahan bakar minyak sebagai energi penggerak akan menghasilkan sisa

pembakaran yang dapat mencemari, dengan tercemarnya udara, maka

akan berdampak negatif terhadap kehidupan masyarakat, seperti

gangguan kesehatan dan kerusakan lingkungan hidup. Semakin luas

(34)

terjadi, maka akan semakin banyak orang akan terampas haknya untuk

mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat.

b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa :

“Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup” lain”

Peraturan mengenai lingkungan hidup telah diatur lebih khusus

(asas lex specialis derogat legi generalis) dalam Undang-Undang Nomor

32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup, sebagaimana telah disebutkan dalam pasal 1 Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup tersebut, bahwa benda, daya, keadaan, dan makhluk

hidup, termasuk manusia dan perilakunya merupakan kesatuan ruang.

Perilaku (perlakuan) manusia terhadap lingkungan hidup menjadi faktor

utama terhadap terciptanya lingkungan yang baik dan sehat yang

merupakan bagian dari hak asasi manusia, memanfaatkan sumber daya

alam dengan bijaksana akan banyak memberikan nilai tambah terhadap

lingkungan, akan tetapi perilaku serakah yang dimiliki manusia atas

pemanfaatan sumber daya alam akan memberikan dampak buruk

terhadap lingkungan hidup.

Banjir, kenaikan suhu rata-rata atmosfer (global warming),

(35)

25

lingkungan hidup diakibatkan dari keserakahan manusia ingin

mendapatkan sebanyak ,mungkin keuntungan, faktor lain yang

mempengaruhi hal tersebut adalah kurangnya penegakan hukum,

sebagaimana Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945,yang menyatakan bahwa Indonesia adalah negara

hukum, seharusnya menjadikan hukum sebagai alat utama dalam

perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup, dan bukan

menjadikan kekuasaan sebagai alat utama dalam membuat kebijakan

dan melakukan tindakan.

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa :

“Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup, dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perncanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan,dan penegakan hukum”

Berdasarkan bunyi pasa 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

dilakukan untuk melestarikan lingkungan hidup, dan mencegah terjadinya

pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, dalam hal

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, seluruh warga negara

Indonesia, baik pemerintah maupun masyarakat mempunyai banyak

peranan yang sangat penting, kepedulian pemerintah terhadap

lingkungan hidup, apabila tidak disertai oleh kesadaraan masyarakat akan

pentingnya melestarikan lingkungan hidup ataupun sebaliknya, apabila

kepedulian pemerintah terhadap lingkungan hidup tidak ada, akan tetapi

(36)

tujuan dari perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup akan sulit

untuk dicapai.

Penegakan hukum menjadi salah satu bagian cara untuk

mencapai tujuan dari perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,

dengan adanya penegakan hukum dalam bidang lingkungan hidup,

masyarakat akan lebih peduli terhadap lingkungan hidup. Perlindungan

dan pengelolaan lingkungan hidup tidak hanya akan memiliki manfaat

untuk sekarang ini saja, akan tetapi manfaat-manfaat tersebut akan juga

dirasakan di masa yang akan mendatang oleh para generasi penerus

bangsa Indonesia, bila perlindungan dan Pengelolaan terhadap

lingkungan hidup tidak dimulai dengan secepatnya, maka pencemaraan

dan/atau kerusakan lingkungan hidup akan semakin meluas, terutama

dalam hal pencemaran udara yang diakibatkan dari sisa pembakaran

kendraan bermotor berbahan bakar minyak, dengan semakin banyaknya

jumlah kendaraan bermotor, bertambah juga zat pencemar udara, maka

dampak buruk terhadap lingkungan hidup akan semakin meluas, serta

solusi pemecahan masalah terhadap pencemaran dan/atau kerusakan

lingkungan hidup akan lebih sulit untuk diselesaikan karena akibat yang

dihasilkan sangat luas.

c. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan

Bertambahnya zat pencemar udara akibat dari bertambahnya

jumlah kendaraan bermotor penghasil emisi gas buang, maka sudah

seharusnya kegiatan di bidang lalu lintas terutama mengenai kendaraan

(37)

27

menciptakan kelestarian lingkungan atau meminimalisir pencemaran

terhadap lingkungan hidup, sebagaimana Pasal 209 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan,

yang menyebutkan bahwa :

“Untuk menjamin kelestarian lingkungan, dalam setiap kegiatan di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan harus dilakukan pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan hidup untuk memenuhi ketentuan baku mutu lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”

Banyak hal yang dapat dilakukan dalam kegiatan lalu lintas untuk

menjaga kelestarian lingkungan hidup atau mengurangi jumlah emisi gas

buang akibat dari kendaraan bermotor, baik pencegahan dan

penanggulangan, seperti mengurangi jumlah kendaraan bermotor,

teknologi kendaraan bermotor yang ramah lingkungan, penggunaan alat

tarnsportasi umum, dan masih banyak lagi.

Jumlah emisi dari kendaraan bermotor yang semakin meningkat

pada saat ini menjadi ancaman bagi kelestarian lingkungan hidup, oleh

karena itu emisi pada setiap kiendaraan bermotor harus dapat

diminimalisir sekecil mungkin, sehingga untuk mewujudkan hal tersebut

setiap kendaraan bermotor harus memenuhi persyaratan ambang batas

gas buang, sesuai dengan Pasal 210 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, bahwa :

“Setiap kendaraan bermotor yang beroperasi di Jalan wajib

memenuhi persyaratan ambang batas emisi gas buang dan

(38)

Diharapkan dengan persyaratan ambang batas emisi gas buang

pada setiap kendaraan bermotor dapat menekan jumlah emisi gas buang

yang berdampak negatif terhadap lingkungan serta kesehatan

masyarakat secara luas, karena dampak negatif tersebut akan dirasakan

oleh masyarakat luas, maka secara umum pencemaran menjadi

tanggung jawab bersama, dan secara khusus menjadi tanggung jawab

pemilik dan/atau pengguna kendaraan bermotor dan perusahaan

angkutan umum, sesuai dengan Pasal 211 Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, yang menyatakan

bahwa :

“Setiap pemilik dan/atau Pengemudi Kendaraan Bermotor dan

Perusahaan Angkutan Umum wajib mencegah terjadinya

pencemaran udara dan kebisingan”

Pemilik dan/atau pengguna kendaraan bermotor dan perusahaan

angkutan umum di Indonesia berjumlah sangat banyak, apabila setiap

pemilik kendaraan bermotor atau perusahaan angkutan umum

mempunyai kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan

hidup, maka penekanan jumlah emisi gas buang dapat menjadi

kenyataan. Kerusakan pada kendaraan bermotor yang dapat

mengakibatkan terjadinya pencemaran udara sebaiknya kerusakan

tersebut dapat secepatnya diperbaiki oleh para pengguna kendaraan

bermotor, sesuai dengan Pasal 212 yang menyatakan bahwa :

“setiap pemilik dan/atau paengemudi kendaraan bermotor dan

(39)

29

terhadap kendaraannya jika terjadi kerusakan yang dapat

mengakibatkan terjadinya pencemaran udara dan kebisingan.”

Kerusakan pada kendaraan bermotor yang dapat mengakibatkan

terjadinya pencemaran udara apabila tidak secepatnya diperbaiki, maka

kendaraan tersebut akan lebih banyak menghasilkan emisi gas buang

yang dapat mencemarkan udara.

2. Pengertian Lingkungan Hidup

Menurut Prof. Emil Salim, secara umum lingkungan hidup

diartikan sebagai segala benda, kondisi keadaan dan pengaruh yang

terdapat dalam ruangan yang di tempati dan mempengaruhi hal yang

hidup termasuk kehidupan manusia. Pengertian ini bisa saangat luas,

namun untuk praktisnya kita batasi ruang lingkungan dengan faktor-faktor

yang dapat dijangkau oleh manusia seperti faktor alam. faktor politik,

faktor ekonomi, faktor sosial dan faktor lain-lain6, supaya keseimbangan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk

hidup di bumi ini tetap terjaga.

Manusia dan lingkungan hidup merupakan dua hal yang tidak

dapat dipisahkan, karena kualitas kehidupan manusia dipengaruhi oleh

lingkungan hidup, begitupun sebaliknya kualitas lingkungan hidup

dipengaruhi oleh manusia, perlakuan baik oleh manusia terhadap

lingkungan hidup, maka manusia akan mendapat manfaat baik dari

lingkungan hidup, akan tetapi bila lingkungan hidup diperlakukan dengan

tidak baik, maka kerugian yang akan didapat oleh manusia.

(40)

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia

yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung

maupun tidak langsung. Llingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan

biotik dan abiotik7. Orang-orang yang berada disekitar lingkungan dimana tempat manusia tinggal merupakan contoh dari lingkungan biotik,

sedangkan lingkungan abiotik adalah benda mati yang berada disekitar

lingkungan hidup dapat berupa kayu, logam, tanah, udara, dan benda

mati lainnya,lingkungan bioik maupun lingkungan abiotik merupakan satu

kesatuan dari lingkungan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

manusia.

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa :

“Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,

daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan

perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan

perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup”

lain”

Lingkungan hidup merupakan tempat dimana manusia menjalani

kehidupannya, lingkungan hidup yang baik dengan tingkat pencemaran

dan kerusakan lingkungan rendah akan memberi banyak manfaat bagi

kehidupan manusia, akan tetapi sebaliknya apabila manusia tidak dapat

menjaga lingkungan dengan baik sehingga menyebabkan terjadinya

pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup maka akan berdampak

buruk terhadap kehidupan manusia.

7 Lingkungan Hidup, http://afand.abatasa.com, diakses pada tanggal 5

(41)

31

3. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pencemaran lingkungan hidup yang terjadi pada saat sekarang ini

akan berdampak buruk terhadap lingkungan hidup, dampak tersebut

berupa terjadinya kerusakan lingkungan hidup pada saat ini. Kurangnya

pengertian dan kepedulian msyarakat Indonesia terhadap lingkungan

hidup merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kerusakan pada

lingkungan hidup, pencemaran terhadap lingkungan hidup pada saat ini

sudah menjadi suatu hal yang biasa, seharusnya setiap masyarakat

Indonesia mempunyai rasa tanggung jawab yang sangat besar terhadap

lingkungan, karena kerusakan lingkungan tidak hanya akan berdampak

buruk dalam jangka waktu pendek, akan tetapi dampak buruk tersebut

akan berdampak dalam jangka waktu yang panjang.

Pasal 1 angka 17 Undang-Undang No 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:

“Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung

dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati

lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan

lingkungan hidup”

Kerusakan lingkungan hidup menyebabkan terjadinya perubahan

langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan atau

hayati lingkungan hidup, seperti meningkatnya suhu panas, khususnya

dikota Bandung yang 70% diakibatkan oleh emisi gas buang kendaraan

bermotor. Selama periode 1990 sampai 2000 suhu panas rata-rata

(42)

yang semakin panas. Jika pada periode 1990-an masih terjadi fluktuasi

antara (33o C) menjadi panas biasa (30o C), maka periode 2000, suhu tahun pertama sudah menunjukkan angka 32o C dan tahun berikutnya meningkat menjadi 32,08o C. Bahkan menurut data Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Bandung pada 14 Januari 2002, suhu panas

mencapai 34,9o C8.

Sebagaimana data dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG)

Bandung tersebut menunjukkan bahwa kerusakan yang terjadi terhadap

lingkungan hidup berdampak sangat luas, salah satunya menyebabkan

meningkatnya suhu panas khususnya di kota Bandung, untuk mencegah

terjadinya kerusakan lingkungan yang meluas, maka diperlukan

perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup sesuai dengan

Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang No 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menyatakan

bahwa :

“Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegaakan hukum.”

Perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup

merupakan kewajiban seluruh warga negara Indonesia baik masyarakat

maupun pemerintah yang berkuasa karena kerusakan yang terjadi

terhadap lingkungan hidup mempunyai dampak yang cukup luas, tanpa

adanya perlindungan dan pengeloalaan terhadap lingkungan hidup maka

8 Suhu di Kota Bandung Semakin Panas, http://www.myspace.com,

(43)

33

ancaman pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup akan sangat

menjadi luas.

Sebagai negara hukum Indonesia seharusnya menjadikan hukum

sebagai alat utama terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup, karena sebagai negara hukum, seluruh kebijakan pemerintah

Indonesia dan semua tindakan warga negara Indonesia baik dalam

bidang ekonomi, politik, sosial, dan budaya harus sesuai dengan

ketentuan hukum serta tidak boleh bertenangan dengan hukum yang

berlaku. Sebagai negara hukum, penegakan hukum di Indonesia

terutama dalam bidang lingkungan hidup, mempunyai peran yang sangat

besar dalam menciptakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup, akan tetapi penegakan hukum tersebut akan terwujud apabila

aparatur hukum di Indonesia menjalankan tugasnya sesuai dengan

ketentuan hukum, tanpa adanya dukungan (peranan) yang tegas dari

aparatur hukum, tidak menutup kemungkinjan penegakan hukum di

Indonesia dalam bidang lingkungan hidup akan berjalan tidak sesuai

dengan ketentuan hukum yang berlaku atau bahkan penegakan hukum

dalam bidang lingkungan hidup akan hanya menjadi impian bagi bangsa

Indonesia, dan juga sebaliknya, apabila ketentuan peraturan mengenai

bidang lingkungan hidup kurang memberikan hukuman yang berat (tegas)

bagi para pelakunya, maka aparatur hukum di negara ini tidak akan bisa

berbuat apa-apa, karena aparatur hukum menjalankan tugasnya harus

sesuai dengan ketentuan hukum yang belaku, oleh karena itu, hukum dan

aparatue penegak hukum merupakan dua hal yang sangat saling

(44)

4. Pencemaran Lingkungan Hidup

Pencemaran lingkungan hidup yang diakibatkan oleh aktivitas

masyarakat Indonesia khususnya, dapat memberikan dampak buruk

terhadap lingkungan hidup, dampak buruk tersebut tidak hanya terjadi

pada lingkungan hidup, akan tetapi dapat mempunyai dampak buruk juga

terhadap kehidupan manusia maupun makhluk hidup lainnya, dengan

menurunnya kualitas lingkungan hidup, maka akan menuruun juga

kualitas kehidupan masyarakat, karena sebagaimana yang telah

dijelaskan sebelumnya, bahwa lingkungan hidup dan manusia merupakan

dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena lingkungan hidup merupakan

tempat dimana manusia menjalani kehidupannya, akan tetapi seringkali

masyarakat Indonesia dibutakan oleh keserakahan untuk mendapatkan

banyak keuntungan bagi diri sendiri, dan mengorbankan kelestarian

lingkungan hidup untuk mendapatkan keuntungan tersebut, hal tersebut

dapat tergambar dalam perlakuan manusia terhadap lingkungan hidup,

mulai dari hal yang terkecil yaitu membuang sampah tidak pada

tempatnya, bahkan membuang sampah tersebut ke sungai, atau kegiatan

lain berupa memasukan makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen

lain kedalam lingkungan hidup yang dapat mempunyai dampak lebih

banyak terhadap lingkungan hidup, tanpa mempertimbangkan dampak

yang akan terjadi dalam jangka waktu pendek maupun dalam jangka

waktu panjang, selain itu pencemaran yang cukup banyak memberikan

dampak buruk dalam jangka waktu yang panjang adalah pencemaran

(45)

35

Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan

bahwa :

“Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau

dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen

lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga

melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.”

Pencemaran yang terjadi pada saat sekarang ini baik pencemaran

air maupun pencemaran udara diakibatkan oleh kegiatan manusia yang

menggunakan makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain yang

dapat mempengaruhi kelestarian lingkungan hidup baik ekosistem abiotik

(benda mati) dan ekosistem biotik (benda hidup)

Dalam suatu komponen ekosistem abiotik, terdapat suatu

komponen ekosistem yang berpengaruh besar terhadap ekosistem itu

sendiri. Pengaruh tersebut antara lain terjadinya perubahan cuaca,

bencana alam, kekeringan, dan banjir, yang semua diakibatkan oleh

perubahan faktor-faktor dalam ekosistem itu sendiri. Faktor-faktor tersebut

harus selalu diwaspadai untuk mencegah atau menghindarkan bencana

yang terjadi setiap waktu terhadap manusia atau makhluk hidup lainnya

yang hidup dalam ekosistem tersebut.

Dalam komponen ekosistem biotik, terdapat bermacam-macam

jenis dan spesies makhluk hidup, baik hidup didarat maupun hidup diair

atau bahkan dapat hidup didarat dan air. Oleh karena aitu dalam suatu

sistem ekologi, komponen biotik diklasifikasikan dalam dua bentuk, yaitu

(46)

bagaimana mereka memperoleh makanan atau unsur nutrisi organik

untuk mempertahankan kehidupan mereka.9

Pengaruh terhadap ekosistem abiotik mapun biotik selain

dipengaruhi oleh faktor alamiah dalam lingkungan ekosistem itu sendiri,

hal tersebut dapat dipengaruhi oleh aktivitas manusia yang berpengaruh

terhadap lingkungan hidup. Pencemaran yang terjadi pada saat

sekarang ini terutama pencemaran terhadap udara seharusnya dapat

dikurangi dengan dukungan dari kesadaran masyarakat akan

pentingnya lingkungan hidup yang baik serta penegakan hukum.

B. Pencemaran Udara

1. Pengertian Pencemaran Udara

Udara sangat berperan besar dalam kehidupan manusia, karena

setipa detik manusia sangat memerlukan udara untuk bernapas, kualitas

udara sangat berpengaruh terhadap kualitas kesehatan masyarakat,

udara yang sehat akan berdampak baik terhadap kesehatan masyarakat,

akan tetapi udara yang tidak sehat akan berdampak buruk terhadap

kesehatan masyarakat, dengan menurunnya kesehatan masyarakat

secara tidak langsung akan berpengaruh dalam kegiatan ekonomi,

dengan kondisi badan yang tidak sehat tidak memungkinkan manusia

untuk bekerja atau kegiatan lainnya. Pencemaran udara yang terjadi pada

saat ini diakibatkan dari berbagai kegiatan ekonomi masyarakat

9

Darmono, Lingkungan Hidup dan Pencemaran (Hubungannya dengan

Toksikologi Senyawa Logam), Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 2001, hlm

(47)

37

Indonesia, mulai dari asap pabrik sampai sisa gas buang kendaraan

bermotor.

Bahan kimia di udara yang berpengaruh negatif pada manusia,

hewan, tanaman, barang dari logam, baatuan dan materila lain dapat

dapat dikategorikan sebagai pencemar udara. Banyak bahan pencemar

udara dalam lapisan troposfer, tetapi da sembilan jenis bahan pencemar

udara yang dianggap penting, yaitu sesbagai berikut:10

a. Oksida karbon: karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2). b. Oksida belerang: sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3). c. Oksida nitrogen: nitrit oksida (NO), nitrogen dioksida (NO2) dan

dinitrogen oksida (N2O).

d. Komponen organik volatil: metan (CH4), benzen (C6H6), klorofluorokarbon (CFC) dan kelompok bromin.

e. Suspensi partikel: debu tanah, karbon, asbes, logam berat, nitrat,

sulfat, titik cairan, seperti asam sulfat (H2SO4), minyak bifenil poliklorin (PCB), dioksin, dan pestisida.

f. Oksida fotokimiawi: ozon, peroksiasil nitrat, hidrogen peroksida,

hidroksida, formaldehid yang terbentuk di atmosfer oleh reaksi

oksigen, nitrigen oksida, dan uap hidrokarbon di bawah pengaruh

sinar matahari.

g. Substansi radio aktif: radon-222, iodin-131,strontium-90,

plutonium-239 dan radioisotop lainnya yang masuk ke atmosfer bumi dalam

bentuk gas atau suspensi partikel.

10

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman masyarakat mengenai lingkungan hidup dan untuk mengetahui pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Berdasarkan rumusan Pasal 116 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mensyaratkan bahwa pemidanaan terhadap

Pengertian Pencemaran Lingkungan berdasarkan Undang-undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah masuk atau dimasukkannya

Selanjutnya menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) Pasal 1 ayat (1) disebutkan, lingkungan hidup adalah

Kebijakan tentang pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia mengalami perubahan dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

dengan judul Implementasi Pertanggungjawaban Perusahaan Terhadap Pencemaran Lingkungan Hidup Ditinjau Dari Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 1 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, memberikan definisi bahwa Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan

SOSIALISASI UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGOLOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KECAMATAN TELUKDALAM Fariaman laia1, Yonathan Sebastian Laowo2, Aca Surya