• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN POWER TUNGKAI DAN KELENTUKAN DENGAN KEMAMPUAN MENENDANG PINALTI DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA PADA SISWA SSB MULYOJATI METRO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN POWER TUNGKAI DAN KELENTUKAN DENGAN KEMAMPUAN MENENDANG PINALTI DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA PADA SISWA SSB MULYOJATI METRO"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

i ABSTRAK

HUBUNGAN POWER TUNGKAI DAN KELENTUKAN DENGAN KEMAMPUAN MENENDANG PINALTIDALAM

PERMAINAN SEPAKBOLA PADA SISWA SSB MULYOJATI

METRO

Oleh Eka Mulyanto

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan power tungkai dan kelentukan dengan kemampuan menendang pinalti dalam permainan sepakbola pada siswa SSB Mulyojati Metro. Dan diharapkan bermanfaat bagi peneliti dan pelatih sebagai bahan latihan meningkatkan kemampuan menendang pinalti, hendaknya memperhatikan unsur power tungkai dan kelentukan khususnya pada permainan sepakbola.

Metodologi penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional. Populasi yang digunakan adalah atlet atau siswa SSB Mulyojati Metro yang berjumlah 20 orang. Teknik sampel menggunakan stratified random sampling. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah one shoot model atau satu kali pengambilan data dan teknik analilis data menggunakan korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan namun tidak signifikan antara power tungkai dengan kemampuan menendang pinalti sebesar 17,72 % kemudian hubungan kelentukan dengan kemampuan menendang pinalti sebesar 1,04 %. Dari ke dua variabel tersebut kontribusi terbesar terhadap hasil tendangan pinalti adalah power tungkai yaitu sebesar 17,72 %. Dari hasil korelasi antara power tungkai dan kelentukan dengan kemampuan menendang pinalti didapat koefisien korelasi = 0,503, artinya ada hubungan yang signifikan antara power tungkai dan kelentukan secara bersama-sama dengan kemampuan menendang pinalti dengan kontribusi sebesar 25,3 %.

(2)

i

HUBUNGAN POWER TUNGKAI DAN KELENTUKAN DENGAN KEMAMPUAN MENENDANG PINALTIDALAM

PERMAINAN SEPAKBOLA PADA SISWA SSB MULYOJATI METRO

(Skripsi)

Oleh

EKA MULYANTO

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Eka Mulyanto, lahir di Desa Karang Agung, Kecamatan Way Tenong, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung pada tanggal 20 September 1989, sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Penulis lahir dari pasangan Bapak Sutoyo (Alm) dan Ibu Turiyem (Almh).

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis antara lain: Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1 Karang Agung lulus pada tahun 2002. Kemudian masuk Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri 1 Way Tenong pada tahun 2002 dan lulus pada tahun 2005. Kemudian masuk Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 1 Way Tenong pada tahun 2005 dan lulus pada tahun 2008.

(8)

PERSEMBAHAN

Karya tulis sederhana ini kupersembahkan kepada:

Almarhum dan almarhumah kedua orang tuaku.

Bapakku tersayang Sutoyo dan Ibuku terkasih Turiyem, yang telah membesarkanku dan

mengajarkanku arti sebuah kehidupan. Kedua orang tua yang saya yakin sampai saat ini

selalu mendo’akanku ketika mereka masih ada maupun sudah tiada.

Adikku Yeni yang kusayangi,

Keluarga dan saudara-saudaraku yang kusayangi,

Melati kecilku yang tercinta yang selalu mendampingiku

dan mendukungku sampai saat ini

Dewi Ratnawati,

serta

(9)

MOTO

Kesabaran memang penuh ujian, jika anda selalu lulus, kemenangan itu akan permanen selamanya.

(Mario Teguh)

Sukseskan dirimu, isilah otakmu dengan ilmu dan pengtahuan tapi tetap pijakkan kakimu di bumi.

(Eka Mulyanto)

Hidup ini adalah PILIHAN

Pilihlah untuk selalu bahagia melalui BERPIKIR POSITIF (Louis Sastrawijaya)

Tuntutlah Ilmu, tetapi tidak melupakan Ibadah, dan kerjakanlah ibadah tetapi tidak melupakan ilmu

(10)

SANWACANA

Puji Syukur penulis haturkan ke pada ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Hubungan Power Tungkai dan Kelentukan Dengan Kemampuan Menendang Pinalti Dalam Permainan Sepakbola Pada Siswa SSB Mulyojati Metro” dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung. Dalam proses penulisan skripsi ini terjadi banyak hambatan baik yang datang dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini pun tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Drs. Baharudin, M.Pd Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan dan segenap dosen dan

karyawan FKIP Universitas Lampung.

3. Drs. Surisman, S.Pd. M.Pd pembimbing I dalam penulisan skripsi ini yang

telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.

4. Heru Sulistianta, S.Pd, M.Or pembimbing II dalam penulisan skripsi ini yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.

5. Drs. Herman Tarigan, M.Pd pembahas dalam penulisan skripsi ini yang telah memberikan pengarahan, saran dan keritik kepada penulis.

(11)

7. Bapak dan Ibu dosen Penjaskes yang telah membantu dalam proses

perkuliahan, pembimbingan, pembinaan dan atas segala ilmu yang telah

diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu di staf Tata Usaha FKIP Unila yang telah membantu proses

terselesaikannya skripsi ini.

9. Bapakku Sutoyo (Alm) dan Ibuku Turiyem (Almh) yang selalu mendoakan

dan mendukung di setiap langkahku.

10. Adikku tersayang Yeni Anggraeni yang selalu mendoakan dan memberikan

dukungan di setiap waktu.

11. Nimas Roro Ayu Dewi Ratnawati beserta keluarga yang selalu membantu dan

setia menyemangatiku dalam keadaan apapun.

12. Kepada keluarga besar karyawan Honda Motocare, Pak Budi dan

teman-teman yang lain atas waktu dan pengertiannya.

13. Kepada teman-teman seperjuangan semasa kuliah, keluarga besar Penjas

2008.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan akan tetapi penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 11 Desember 2014 Penulis

(12)

DAFTAR ISI

B. IdentifikasiMasalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 4

II. KAJIAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS... 9

A. Belajar Motorik ... . 9

B. Sepakbola. ... . 13

1. Pengertian Sepakbola... 13

2. Teknik Dasar Bermain Sepakbola... 15

3. Menendang Bola... 19

4. Teknik Dasar Menendang Bola... 21

5. Tendangan Pinalti... 24

(13)

III. METODOLOGI PENELITIAN... 37

A. MetodePenelitian ... 37

B. Variabel dan Data Penelitian ... 38

1. Variabel Penelitian... 38

2. Data Penelitian... 38

3. Variabel Kemampuan Menendang Pinalti ... 53

B. Pengujian Hipotesis ... 54

1. Hubungan PowerTungkai dengan Kemampuan Menendang Pinalti... . 54

2. Hubungan Kelentukan dengan Kemampuan Menendang Pinalti... 55

3.Hubungan PowerTungkai dan Kelentukan dengan Kemampuan Menendang Pinalti... 55

C. Pembahasan... 55

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA... 60

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 48

2. Distribusi Frekuensi Power Tungkai ... 50

3. Distribusi Frekuensi Kelentukan ... 52

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Hasil Pelaksanaan Tes Pinalti ... 63

2. Data Hasil Daya Ledak Otot Tungkai, Kelentukan Dan KemampuanMenendang Pinalti... 64

3. Hubungan Power Tungkai Dengan Kemampuan MenendangPinalti... 65

4. Hubungan Kelentukan Dengan Kemampuan Menendang Pinalti... 67

5. Hubungan Power Tungkai dan Kelentukan... 69

6. Korelasi GandaPower Tungkai dan Kelentukan Dengan Kemampuan Menendang Pinalti... 70

7. Tabel Harga Kritik dari r Product-Moment... 72

8. Tabel F Tabel α 0,05... 73

9. Foto-foto Penelitian... 77

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Nama-nama Bagian Kaki Sebelah Kiri... 21

2. Letak Kaki Tumpu Dalam Menendang Bola... 22

3. Sikap Badan Pada Saat Menendang Bola... 23

4. Tendangan Pinalti... 24

5. Tungkai... 28

6. Desain Penelitian... 37

7. Alat Jump MD (TKK 5406 / 5106)... 42

8. Tes Kelentukan... 43

9. Alat Sit and Reach Flexibility Test... 44

10.Lapangan Tes Menendang Ke Sasaran... 45

11.Diagram Batang Power Tungkai... 52

12.Diagram Batang Kelentukan... 53

13.Diagram Batang Menendang Pinalti... 54

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permainan sepakbola adalah permainan beregu yang dimainkan oleh dua regu yang masing-masing regu terdiri dari sebelas orang pemain yang bertujuan untuk memasukkan bola ke dalam gawang lawan sebanyak-banyaknya dan mempertahankan gawangnya jangan sampai kemasukan, yang memerlukan kerjasama dan tolong menolong diantara teman.

Teknik dasar dalam permainan sepakbola salah satunya adalah operan (passing), menggiring (dribbling) dan tembakan (shotting). Selain menguasai teknik dasar, untuk menjadi pemain sepakbola yang berprestasi harus ditunjang oleh kesegaran fisik yang mencakup : kekuatan, kecepatan, power, daya tahan, daya otot, kelentukan, koordinasi, kelincahan, keseimbangan, ketepatan, dan reaksi. Untuk memaksimalkan kesegaran fisik tersebut seorang pemain sepakbola memerlukan latihan yang baik dan teratur untuk mencapai prestasi.

Salah satu teknik dasar yang sering digunakan dalam sepakbola adalah

menendang bola dengan akurat. Kemampuan menendang dengan akurat sangat diperlukan bagi pemain , agar tendangan yang dilakukan tidak mudah

(18)

menghasilkan gol. Untuk melakukan tendangan diperlukan kekuatan penuh dan tingkat akurasi yang baik, untuk itu penting meningkatkan kemampuan menendang dalam bermain sepakbola. Kemampuan tersebut hanya dapat ditingkatkan jika siswa telah memiliki kondisi fisik yang menunjang kemampuan menendang bola yang baik.

Dalam permainan sepakbola macam tendangan yang dituntut untuk dapat dikuasai oleh pemain adalah melakukan tendangan pinalti. Tendangan pinalti adalah tendangan bebas yang dilakukan tepat di depan penjaga gawang tanpa boleh dihalangi siapapun. Jarak tendangan kurang lebih 11 meter kira-kira 12 kaki dari garis gawang. Keberhasilan melakukan tendangan pinalti dipengaruhi kekuatan tendangan dan akurasi pemain.

Berdasarkan hasil observasi penulis di SSB Mulyojati Metro pada saat siswa melakukan permainan sepakbola, ternyata penguasaan teknik dasar sepakbola pada siswa masih relatif rendah. Fokus pengamatan peneliti adalah pada kemampuan melakukan tendangan pinaltinya. Hasilnya bahwa seringkali tendangan pinalti siswa tidak menghasilkan gol (tidak masuk gawang), atau tendangan dapat ditangkap atau ditepis oleh penjaga gawang lawan. Penulis melihat bahwa siswa tidak menendang dengan kuat dan tepat sehingga bola tidak masuk gawang (gol).

(19)

fisik. Latihan dominan yang diberikan pada siswa hanyalah berfokus pada latihan pengembangan teknik bermain sepakbola, sedangkan latihan kondisi fisik hanya terbatas dengan latihan-latihan ringan tanpa adanya latihan yang lebih khusus guna meningkatkan kebugaran jasmani siswa. Padahal baik latihan teknik dasar maupun kondisi fisik keduanya adalah penting untuk latihan peningkatan awal, sehingga tercapailah prestasi yang optimal.

Selain itu, kurangnya kondisi fisik dalam menendang pinalti seperti power tungkai dan kelentukan otot tungkai merupakan faktor utama kegagalan siswa menendang pinalti. Power adalah suatu kekuatan yang dipengaruhi oleh kekuatan dan kecepatan. Sedangkan kelentukan adalah kemampuan dari sendi dan otot untuk bergerak dengan leluasa dan nyaman dalam ruang gerak maksimal yang diharapkan. Penulis berasumsi bahwa perpaduan kedua unsur kondisi fisik tersebut berpengaruh terhadap keberhasilan menendang pinalti.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan power tungkai dan kelentukan dengan kemampuan menendang pinalti dalam permainan sepakbola pada siswa SSB Mulyojati Metro”.

B. Identifikasi Masalah

(20)

1. Belum dikuasai dengan baik teknik menendang pinalti dalam permainan sepakbola oleh sejumlah siswa di SSB Mulyojati Metro.

2. Belum diketahui hubungan antara power tungkai dengan kemampuan menendang pinalti pada siswa SSB Mulyojati Metro.

3. Belum diketahui hubungan antara kelentukan dengan kemampuan menendang pinalti pada siswa SSB Mulyojati Metro.

4. Belum diketahui hubungan antara power tungkai dan kelentukan dengan kemampuan menendang pinalti pada siswa SSB Mulyojati Metro. 5. Belum diketahui besarnya kontribusi antara power tungkai dengan

kemampuan menendang pinalti pada siswa SSB Mulyojati Metro. 6. Belum diketahui besarnya kontribusi antara kelentukan dengan

kemampuan menendang pinalti pada siswa SSB Mulyojati Metro. 7. Belum diketahui besarnya kontribusi antara power tungkai dan

kelentukan dengan kemampuan menendang pinalti pada siswa SSB Mulyojati Metro.

C. Batasan Masalah

Dari banyaknya masalah yang ada, maka perlu diadakannya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalahnya yaitu :

1. Unsur power tungkai yang berpengaruh terhadap kemampuan menendang pinalti pada siswa SSB Mulyojati Metro.

(21)

3. Tendangan pinalti dalam permainan sepakbola pada siswa SSB Mulyojati Metro.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah di atas maka dapat dirumusankan masalah sebagai berikut : 1. Apakah ada hubungan power tungkai dengan kemampuan menendang

pinalti dalam permainan sepakbola pada siswa SSB Mulyojati Metro? 2. Apakah ada hubungan kelentukan dengan kemampuan menendang pinalti

dalam permainan sepakbola pada siswa SSB Mulyojati Metro? 3. Apakah ada hubungan power tungkai dan kelentukan dengan

kemampuan menendang pinalti dalam permainan sepakbola pada siswa SSB Mulyojati Metro?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari hasil pelaksanaan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui hubungan power tungkai dengan kemampuan

menendang pinalti dalam permainan sepakbola pada siswa SSB Mulyojati Metro.

(22)

3. Untuk mengetahui hubungan power tungkai dan kelentukan dengan kemampuan menendang pinalti dalam permainan sepakbola pada siswa SSB Mulyojati Metro.

F. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, peneliti mengharapkan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis yang akan diperoleh di antaranya sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Dapat menunjukkan bukti secara ilmiah hubungan power tungkai dan kelentukan dengan kemampuan menendang pinalti dalam permainan sepakbola pada siswa SSB Mulyojati Metro. Serta dapat memberikan pengetahuan tentang model latihan yang lebih efektif dalam

meningkatkan kemampuan menendang pinalti.

2. Secara Praktis

(23)

G. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Tempat penelitian dilaksanakan di Lapangan 16C Mulyojati Metro. 2. Objek penelitian pada penelitian ini adalah power tungkai dan kelentukan

dengan kemampuan menendang pinalti.

3. Subjek penelitian yang diamati adalah siswa SSB Mulyojati Metro.

H. Penjelasan Judul

Untuk menghindari persepsi yang menyimpang maka diadakannya penjelasan judul. Adapun penjelasan judul penelitian ini adalah :

1. Power

Menurut Harsono dalam Okto Rinando Ginting (2007:10) power adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang cepat.

2. Tungkai

(24)

3. Kelentukan

Menurut Drs. Suharno HP. (1983) kelentukan ialah suatu kemampuan dari seseorang dalam melaksanakan gerakan dengan amplitudo yang luas.

4. Pinalti

(25)

II. KAJIAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Belajar Motorik

Kemampuan gerak merupakan suatu aktivitas yang sangat penting bagi manusia, karena dengan gerak manusia dapat meraih sesuatu yang menjadi harapannya. Menurut Lutan (2000:8), bahwa kemampuan motorik adalah kapasitas seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan dan peragaan suatu keterampilan yang dipelajari, sehingga akan memberi dampak pada

pertumbuhan dan perkembangan anak. Kemampuan motorik lebih tepat merupakan kapasitas yang berkaitan dengan pelaksanaan dan peragaan keterampilan yang relatif melekat pada anak.Faktor biologis, fisik, kesehatan, gizi dianggap sebagai kekuatan utama yang berpangaruh terhadap motorik dasar seseorang.Motorik dasar itulah yang kemudian berperan sebagai landasan bagi perkembangan keterampilan.

(26)

Seseorang akan melakukan gerakan tertenu apabila mempunyai kemauan untuk bergerak dan merasa perlu untuk melakukan gerakan, akan melakukan suatu gerakan apabila mengerti gerakan apa yang harus dilakukan, dan gerakan tertentu itu bila terwujud apabila fisik memiliki cukup kemampuan untuk bergerak. (Sugiyanto, 1993:3)

Gerak sebagai istilah umum untuk berbagai bentuk perilaku

manusia.Sedangkan psikomotor khusus digunakan untuk domain mengenai perkembangan manusia yang mencakup gerak manusia. Jadi gerak (motor) ruang lingkupnya lebih luas daripada psikomotor.

Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

kemampuan motorik adalah suatu kemampuan yang dapat diperoleh dari ketrampilan gerak umum yang berkaitan dengan pelaksanaan dan peragaan suatu ketrampilan yang dipelajari sehingga nantinya akan memberikan dampak bagi pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut. Seseorang yang memiliki tingkat kemampuan motorik yang tinggi dapat diartikan bahwa orang tersebut memiliki potensi atau kemampuan untuk melakukan ketrampilan gerak yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang memiliki kemampuan motorik yang rendah.

(27)

tampaknya terjadi setiapwaktu. Hampir dalam segala aspek yang kita kuasai sekarang, semuanya terjadi karena proses belajar.

Ketika seseorang mempelajari keterampilan gerak, perubahan nyata yang terjadi adalah meningkatnya mutu keterampilan itu. Ini dapat diukur dengan beberapa cara, misalnya dengan melihat skor yang dihasilkan, atau dengan melihat keberhasilan melakukan gerak yang tadinya belum dikuasai. Tetapi yang terjadi sebenarnya bukan hanya itu, sebab ada perubahan tambahan atau pengalihan kemampuan yang mendasari penampilan pada penguasaan keterampilan yang baru. Kemampuan yang dipelajari di masalalu dan sekarang, akan mempengaruhi keterampilan yang akan kita miliki di masa-masa mendatang.

Definisi di atas, mengandung 3 aspekpenting yang harus dikemukakan sebagai berikut :

1. Belajar dipengaruh latihan atau pengalaman

Perkembangan kemampuan memang dapat terjadi tanpa

berlatih.Kemampuan tersebut berkembang misalnya, karena pengaruh kematangan dan pertumbuhan. Perubahan kemampuan ini tentu akan meningkatkan keterampilan, namun hanya sampai pada batas minimal. Membiarkan anak berkembang keterampilannya tanpa memberinya pengalaman yang berguna, samahalnya dengan tidak member kesempatan pada anak untuk belajar. Anak tidak akan sampai pada

keadaan “terampil” dan kemampuan yang mendasarinya tidak akan

(28)

2. Belajar tidak langsung dapat diamati

Terjadi banyak perubahan dalam sistem saraf pusat.Perubahan tersebut terjadi karena penganyaman berbagai kemampuan dan pengalaman gerak dalam sistem memori otak. Proses inilah yang biasanya memantapkan perubahan yang terjadi menjadi relative menetap. Proses demikian umumnya tidak bisa langsung dapat diamati. Apa yang bias dilakukan adalah melihat perubahan-perubahan yang terjadi lewat penampilan

geraknya. Gerak menyebabkan adanya perubahan “papan panel” di

dalam otak berbentuk perbaikan program gerak, sehingga gerak yang ditampilkan tampak menjadi lebih baik.Bukti adanya perubahan inilah yang harus dijadikan pegangan oleh guru atau pelatih bahwa belajar telah terjadi.Bukti ini hendaknya menuntun guru atau pelatih agar mampu memberikan pengalaman yang lebih berarti bagi orang sedang belajar. Konsekuensi lainnya adalah bahwa guru atau pelatih perlu mengetahui adanya perubahan itu dengan cara mengenali kemampuan belajar pada titik awal pembelajaran dan kemampuan yang dicapai. Dengan demikian dapat diukur penambahan atau perubahannya.

3. Perubahan yang terjadi relative menetap

(29)

Menurut Lutan (1988) belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang relatif permanen pada diri seseorang yang diperoleh melalui pengalaman dan latihan dan dapat diamati melalui penampilannya. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar memiliki pengertian yang luas, bisa berupa

keterampilan fisik, verbal, intelektual, maupun sikap. Menurut Bloom dalam Lutan (1988: 102) perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dapat

dikelompokkan ke dalam 3 ranah, yaitu: a) kognitif, b) afektif, c) psikomotor.

Tugas utama dari belajar gerak adalah penerimaan segala informasi yang relevan tentang gerakan-gerakan yang dipelajari, kemudian mengolah dan menyusun informasi tersebut memungkinkan suatu realisasi secara optimal. Dengan demikian tugas utama peserta didik dalam proses belajar gerak adalah menerima dan menginterprestasikan informasi tentang gerakan yang akan dipelajari kemudian mengolah dan menginformasikan informasi tersebut sedemikian rupa sehingga memungkinkan realisasi gerakan secara optimal dalam bentuk keterampilan.

B. Sepakbola

1. Pengertian Sepakbola

(30)

Selanjutnya Roji (2004: 1) menjelaskan bahwa sepakbola dilakukan oleh dua kesebelasan, masing-masing kesebelasan terdiri dari sebelas pemain termasuk penjaga gawang.Pemain cadangan untuk setiap regunya berjumlah tujuh pemain dan lama permainan adalah 2 x 45 menit.

Menurut Muhajir (2004:22) yang dikutip oleh Dian Ika (2007:7), menyatakan bahwa sepakbola adalah suatu permainan yang dilakukan dengan jalan menyepak bola, yang mempunyai tujuan untuk

memasukkan bola ke gawang lawan dan mempertahankan gawang sendiri agar tidak kemasukan bola.Di dalam memainkan bola, setiap pemain diperbolehkan menggunakan seluruh anggota badan kecuali tangan dan lengan.Hanya penjaga gawang yang diperbolehkan memainkan bola dengan kaki dan tangan.

Sepakbola merupakan permainan beregu yang masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain.Biasanya permainan sepakbola dimainkan dalam dua babak (2 x 45 menit) dengan waktu istirakat 15 menit diantara dua babak tersebut.Mencetak gol ke gawang lawan merupakan sasaran dari setiap kesebelasan.Suatu kesebelasan dinyatakan sebagai pemenang apabila kesebelasan tersebut dapat memasukkan bola ke gawang lebih banyak dan kemasukan bola lebih sedikit jika dibanding dengan lawannya.

(31)

gawang lawannya sebanyak mungkin dan berusaha menggagalkan serangan lawan untuk menjaga atau melindungi agar gawangnya tidak kemasukan bola.Permainan sepakbola dilakukan dalam dua babak, antara babak pertama dan kedua diberi waktu istirahat, dan setelah waktu istirahat dilakukan pertukaran tempat.Kesebelasan yang

dinyatakan menang adalah kesebelasan yang sampai akhir pertandingan lebih banyak memasukkan bola ke gawang lawannya.

Kerjasama dalam suatu tim merupakan suatu tuntutan dalam permainan sepakbola untuk mencapai kemenangan. Tanpa kerjasama tim yang baik maka tujuan untuk mencetak gol ke gawang lawan akan sulit.

2. Teknik Dasar Bermain Sepakbola

Seluruh kegiatan dalam permainan sepakbola dilakukan dengan gerakan-gerakan, baik gerakan dengan bola maupun gerakan tanpa bola dari gerakan yang beraneka ragam tersebut dapat diambil pengertian bahwa masalah teknik dasar semata-mata melibatkan orang (pemain) dan bola. Pada saat permainan berlangsung, pemain yang mengolah bola hanya seorang sedang yang lainya melakukan gerakan-gerakan, baik selaku penyerang maupun bertahan (Sucipto. dkk,1999/2000:9).

(32)

teknik yang digunkan ada dua cara yaitu teknik badan (lari, lompat, dan gerak tipu) dan teknik bola (menendang, menyundul, mengumpan, menahan).

Untuk dapat mencapai suatu kemampuan ketrampilan bermai sepakbola yang baik terdapat beberapa faktor yang harus dikuasai yaitu: 1)

menendang bola, 2) menggiring bola, 3) menahan bola, 4) merebut bola 5) menyundul bola (Depdikbud, 1993:34). Dalam usaha meningkatkan mutu permainan kearah prestasi maka masalah teknik merupakan salah satu persyaratan yang menentukan. Jadi teknik dasar bermain sepakbola adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan atau mengerjakan sesuatu yang terlepas sama sekali dari permainan sepakbola.

Teknik dengan bola adalah semua gerakan dengan bola yang terdiri atas : 1)menendang bola (kicking), 2)menguasai bola (controling),

3)menggiring bola (dribbling), 4)menyundul bola (heading), 5)melempar bola (trowing), 6)gerak tipu dengan bola (keeping), 7)merampas atau merebut bola (sliding), 8) teknik khusus penjaga gawang. (Soekatamsi, 1988 : 8)

Berdasarkan pengertian teknik dasar sepakbola yang dikemukakan tiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, teknik dasar sepakbola

merupakan suatu gerakan yang dilakukan secara efektif dan efisien untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam permainan sepakbola.

(33)

a. Menendang bola (Passing)

Menendang bola merupakan salah satu karakteristik permainan sepakbola yang paling dominan. Pemain yang memiliki teknik menendang dengan baik akan dapat bermain secara efisien. b. Menghentikan bola (controling)

Menghentikan bola merupakan salah satu teknik dasar dalam

permainan sepakbola yang penggunaannya bersamaan dengan teknik menendang bola. Tujuan menghentikan bola untuk mengontrol bola yang termasuk di dalamnya untuk mengatur tempo permainan. c. Menggiring (dribbling)

Menggiring bola adalah seni menggunakan bagian-bagian kaki menyentuh atau menggulingkan bola terus menerus di tanah sambil berdiri dengan tujuan antara lain untuk mendekati jarak ke sasaran, melewati lawan, dan menghambat permainan.

d. Melempar bola (Throw-in)

Melempar bola dilakukan apabila bola keluar dari garis samping lapangan.

e. Menimang Bola (Juggling)

Juggling adalah menimang bola dengan cara menendang perlahan ke

atas dengan tujuan melatih perkenaan bola tepat pada punggung kaki untuk di jadikan kontrol sebagai dasar untuk menembak.

f. Menembak Bola (Shooting)

(34)

Menurut Soekatamsi (1984:34) selain teknik dasar di atas, ada juga teknik dasar tanpa bola.Teknik dasar tanpa bola yaitu semua gerakan-gerakan tanpa menggunakan bola terdiri dari :

a. Lari cepat dan mengubah arah

Pemain sepakbola harus dapat mendadak dan segera lari dengan kecepatan maksimal dapat mencapai bola. mengubah arah yaitu dengan gerakan memperlambat langkah dengan memperkecil langkah mengurangi kecepatan lari untuk menjaga keseimbangan badan. b. Melompat dan meloncat

Dalam permainan sepakbola untuk memenangkan posisi, untuk mengejar bola-bola melambung diudara atau bola tinggi digunakan teknik melompat. Melompat dengan ancang-ancang (sikap berdiri). c. Gerakan tipu tanpa bola

Gerarakan tipu tanpa bola merupakan gerak tipu dengan menggunakan badan, misalnya gerak tipu dengan mengubah lari. Geraktipu

merupakan gerak pura – pura dari badan oleh lawan dianggap gerakan yang sebenarnya sehingga pemain lawan mengikutinya.

d. Gerakan khusus penjaga gawang

Gerakan khusus penjaga gawang pada umumnya merupakan sikap menunggu dari gerakan pemain lawan.

(35)

3. Menendang Bola

Menendang bola merupakan suatu usaha untuk memindahkan bola dari suatu tempat ke tempat lain menggunakan kaki atau menggunakan bagian kaki. Menendang bola merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan dalam permainan sepakbola. Seorang pemain sepakbola tidak menguasai menendang dengan baik, tidak akan menjadi pemain yang baik.

Kesebelasan yang baik adalah yang semua pemainnya menguasai tendangan bola dengan baik, dengan cepat, cermat dan tepat sasaran, sasaran teman maupun dalam membuat gol ke mulut gawang

(Soekatamsi, 1984 : 44).

Danny Mielke (2007) mengatakan bahwa menembak bola (shooting) merupakan salah satu karakteristik dan ciri permainan sepakbola yang paling dominan. Pemain yang memiliki teknik menendang yang baik akandapat bermain secara efisien. Tujuan menembak adalah untuk melakukan tendangan bola ke arah gawang demi menciptakan gol.

Kemudian Soekatamsi (2001 : 230) menyatakan : “Menendang bola (shooting) merupakan teknik dasar bermain sepakbola yang paling banyak digunakan dalam permainan sepakbola. Kesebelasan sepakbola yang baik adalah suatu kesebelasan sepakbola yang semua

pemainnyamenguasai teknik dasar menendang bola (shooting) dengan baik, cepat dan tepat ke arah sasaran, baik teman maupun sasaran dalam

membuat gol ke gawang lawan”. Sedangkan menurut Sucipto dkk. (2000

(36)

paling penting dalam permainan sepakbola. Pada dasarnya bermain sepakbola itu didasari kerjasama tim yang baik.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa penguasaan teknik dasar menendang bola (shooting) bagi seorang pemain adalah penting, karena sangat berkaitan dengan tujuan permainan

sepakbola yaitu memasukkan bola ke gawang lawan. Tanpa penguasaan teknik menendang yang memadai maka tujuan permainan sepakbola cenderung tidak akan tercapai secara maksimal.

Menurut Soekatamsi (2001: 239) mempunyai pandangan tentang prinsip-prinsip menendang bola yang terdiri dari: (a) pandangan mata, b) kaki tumpu, (c) kaki yang menendang, (d) bagian bola yang ditendang, (e) sikap badan.

Fungsi dan kegunaan dari tendangan : (1) Untuk memberikan operan kepada teman, (2) Memberikan umpan untuk menembakkan bola ke arah mulut gawang lawan, untuk membuat gol kemenangan, (3) Untuk

membersihkan atau menyapu bola di daerah pertahanan (belakang) langsung ke depan, tendangan ini biasanya dilakukan oleh pemain belakang untuk mematahkan serangan lawan, (4) Untuk melakukan bermacam-macam tendangan khusus seperti tendangan bebas, tendangan sudut, tendangan gawang, tendangan penalty (Soekatamsi, 2001 :241).

(37)

kaki bagian luar (outside), punggung kaki (instep) dan punggung kaki bagian dalam (inside of the instep).

Gambar 1.Nama-Nama Bagian Kaki Sebelah Kiri. Sumber: Soekatamsi(1984 : 103).

4. Teknik Dasar Menendang Bola

Dalam teknik dasar sepakbola, gerakan menendang bola tidak dilihat dari gerakan menendangnya saja, melainkan secara keseluruhan. Mulai dari letak kaki tumpu, kaki yang menendang, sikap badan, pandangan mata dan gerakan lanjutan.

a. Kaki Tumpu

(38)

dengan jarak kurang lebih 15 cm. 2) Arah kaki tumpu sejajar arah sasaran. 3) Lutut ditekuk hingga lutut tegak lurus diatas ujung jari.

Gambar 2. Letak Kaki Tumpu Dalam Menendang Bola (Soekatamsi, 1988: 51).

b. Kaki ayun atau kaki yang menendang

Kaki ayun atau kaki yang digunakan untuk menendang bola adalah kaki yang lebih kuat. Pergelangan kaki yang menendang bola pada saat menendang bola dikuatkan atau ditegangkan, sehingga kaki ayun tidak boleh bergerak ke arah lain kecuali mengenai bola yang akan ditendang. Kaki harus diayunkan dari belakang ke depan dengan kaki melintang tegak lurus ke arah sasaran, atau tegak lurus kaki tumpu. c. Bagian bola yang ditendang

(39)

bergulir datar di atas tanah. b) Bagian dalam kaki yang menendang mengenai dibawah tengah-tengah bola, bola akan naik atau

melambung rendah. d. Sikap Badan

Sikap badan seorang pemain ketika menendang bola harus baik karena akan menentukan arah bola. Ketika menendang bola, kaki tumpu berada di samping bola, maka pada saat menendang bola sikap badan condong ke depan, agar tendangan yang dihasilkan sesuai harapan dan tepat ke sasaran yang akan dituju (Soekatamsi, 1984 : 53).

Gambar 3. Sikap Badan Pada Saat Menendang Bola. (Soekatamsi, 1984: 118).

e. Pandangan Mata

“Pada waktu menendang bola mata melihat pada bola dan kearah

sasaran” (Soekatamsi, 1988 : 53). Pada waktu akan menendang

(40)

f. Gerak Lanjutan

Gerak kaki yang menendang dilanjutkan dengan kaki ayun diangkat dan diarahkan ke depan, pandangan mengikuti jalannya bola ke sasaran, lengan dibuka berada di samping badan sebagai

keseimbangan, (Sucipto, 2000:21).

5. Tendangan Pinalti

Tendangan pinalti adalah tendangan bebas yang dilakukan tepat di depan penjaga gawang tanpa boleh dihalangi siapapun. Jarak tendangan kurang lebih 11 meter kira-kira 12 kaki dari garis gawang.

Gambar 4. Tendangan Pinalti

C. Kondisi Fisik

Kondisi fisik yaitu suatu kesatuan utuh dari kompoen-komponen yang tidak dapat dipisah-pisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun

(41)

kelentukan (fleksibility), stamina, daya ledak (power), koordinasi, ketepatan (accuracy), dan keseimbangan (balance).

Menurut M. Sajoto (1995) aspek-aspek kondisi fisik adalah satu kesatuan yang utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja baik dalam peningkatan maupun pemeliharaan kondisi fisik. Komponen kondisi fisik itu meliputi :

1. Kekuatan (strength) adalah komponen fisik seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja.

2. Daya tahan (endurance) adalah daya tahan otot (local endurance) yaitu kemampuan seseorang untuk mempergunakan ototnya untuk

berkontraksi secara terus-menerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban tertentu.

3. Daya ledak otot (muscular power) kemampuan seseorang untuk

mempergunakan kemampuan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya.

4. Kecepatan (speed) kemampuan seseorang dalam mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-singkatnya.

5. Daya lentur (flexibility) seseoraang dalam penyesuaian diri dalam aktifitas dengan penguluran tubuh yang luas.

(42)

7. Koordinasi (coordination) adalah kemampuan seseorang mengintegrasi bermacam-macam gerakan yang berbeda kedalam pola gerakan tunggal secara efektif.

8. Keseimbangan (balance) Kemampuan seseorang mengendalikan organ- organ saraf otot.

9. Ketepatan (accuracy) adalah seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran.

10.Reaksi (reaction) adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera, saraf, atau filling lainya. Seperti dalam mengantisipasi datangnya bola (M. Sajoto, 1995: 8-11).

D. Power Tungkai

Kekuatan kerja fisik dalam olahraga prestasi merupakan komponen yang sangat penting, demikian halnya dengan sepakbola. Kondisi fisik yang baik merupakan salah satu unsur pendukung dalam pencapaian prestasi yang optimal, oleh karenanya peningkatan maupun pemeliharaanya merupakan dua aspek yang penting yang dilakukan secara continue dan

berkesinambungan meskipun dilakukan dengan sistem prioritas sesuai dengan kekhususan masing-masing cabang olahraga.

Salah satu unsur kondisi fisik yang memiliki peranan penting dalam

(43)

adalah daya ledak. Daya ledak atau sering disebut dengan istilah muscular poweradalah kekuatan untuk mempergunakan kekuatan maksimal yang digunakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Menurut Harsono (1988 : 200) daya ledak adalah kekuatan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat. Sedangkan Don R. Kirkendall (1997 : 240) mengemukakan bahwa daya ledak adalah hasil usaha dalam satuan unit waktu yang disebabkan ketika kontraksi otot memindahkan benda pada ruang atau jarak tertentu.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Daya ledak merupakan hasil perpaduan dari kekuatan dan kecepatan pada kontraksi otot

(Bompa,1999:231; Fox,1988:144 ).

Berdasarkan pendapat di atas menyebutkan dua unsur penting dalam daya ledak yaitu :

(a) Kekuatan otot dan (b) Kecepatan,

Dalam mengerahkan tenaga maksimal untuk mengatasi tahanan. Seperti yang diungkapkan Harsono (1988 : 47) bahwa dalam poweratau daya ledak, selain unsur kekuatan terdapat unsur kecepatan. Pendapat lain yang menguatkan pendapat di atas adalah pendapat M. Sajoto (1995 : 22) yang mengatakan daya ledak atau poweradalah suatu kekuatan yang dipengaruhi oleh kekuatan dan kecepatan.

(44)

Sedangkan besar kecilnya daya ledak dipengaruhi oleh otot yang melekat dan membungkus tungkai tersebut. Tungkai adalah bagian bawah tubuh manusia yang berfungsi untuk menggerakkan tubuh, seperti berjalan, berlari dan melompat. Terjadinya gerakan pada tungkai tersebut disebabkan adanya otot-otot dan tulang, otot sebagai alat gerak aktif dan tulang alat gerak pasif.

Tungkai adalah seluruh kaki, dari pangkal paha ke bawah (KBBI, 2005: 107). Tungkai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tulang anggota gerak bawah yang terdiri dari seluruh tungkai dari pangkal paha ke bawah.Kaki memiliki peranan yang penting karena kaki memberikan keseimbangan pada tubuh saat akan melakukan loncatan, juga memberikan dorongan yang besar pada saat melaksanakan loncatan. Peran daya

ledakpada tungkai kaki sangat berpengaruh dikarenakan daya ledak adalah kombinasi dari kekuatan dan kecepatan yaitu hasil otot untuk menerapkan dan mengerahkan tenaga dengan kuat dan kecepatan yang tinggi dalam suatu gerakan untuk mencapai yang diinginkan.

(45)

Daya ledak otot tungkai adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat dari seluruh kaki, dari pangkal paha ke bawah. Kekuatan dan kecepatan erat dengan gerakan kaki yang merupakan fondasi untuk membentuk gerakan kaki yang efektif sehingga mampu menjangkau hasil loncatan yang maksimal. Dengan bagusnya daya ledak otot tungkai, maka apapun gerakan/kegiatan yang berhubungan dengan daya ledak otot tungkai dapat dilakukan dengan maksimal, tentunya hasilnya menjadi lebih baik.

Daya ledak yang dimiliki seorang pemain dapat menentukan tingkat keterampilannya didalam olahraga. Pada teknik menendang pinalti, daya ledak terhadap otot tungkai ikut memberikan hubungan yang positif terhadap keberhasilan melakukan gerakan shooting dalam upaya memberikan tekanan pada pihak lawan.

E. Kelentukan

(46)

Kelentukan menurut Harsono (2004: 132) yaitu kemampuan seseorang untuk menggerakkan tubuh dan bagian-bagian tubuh dalam satu ruang gerak yang seluas mungkin, tanpa mengalami, menimbulkan cedera pada

persendian dan otot disekitar persendian itu. Dalam olahraga, kelentukan sangat berguna untuk mencegah terjadinya cidera. Dengan dimilikinya kelentukan oleh seseorang akan dapat: 1) mengurangi kemungkinan terjadinya cidera otot dan sendi, 2) membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi dan kelincahan, 3) membantu memperkembang prestasi, 4) menghemat pengeluaran tenaga (efisien) pada waktu melakukan gerakan-gerakan, dan 5) membantu memperbaiki sikap tubuh.

Kelentukan menyatakan kemungkinan gerak maksimal yang dapat dilakukan oleh suatu persendian.Jadi meliputi hubungan antara tubuh persendian umumnya tiap persendian mempunyai kemungkinan gerak tertentu sebagai akibat struktur anatominya (M. Sajoto, 1995:9).

Menurut Lutan dkk (2002:80) kelentukan dapat didefinisikan sebagai kemampuan dari sendi dan otot, serta tali sendi dan sekitarnya untuk bergerak dengan leluasa dan nyanman dalam ruang gerak maksimal yang diharapkan.

(47)

terjadi pada jaringan ikat otot-otot paha (hamstring) , otot dada (pektoralis) dan otot perut, sedangkan otot punggung (vertebra) memendek. Lapisan-lapisan jaringan ikat membentuk kesatuan susunan otot rangka yang berfungsi sebagai penghubung antar serabut otot dan tulang. Pada kedua ujung otot, lapisan jaringan ikut menyatu dengan daging yang langsung terikat pasa tulang. Jaringan ikat memberikan kelenturan pada otot, yakni sifat fisik yang menentukan daya rentang otot. Dan karena otot rangka seringkali melewati persendian, komponen otot elastis menjadi faktor yang membatasi kelenturan sendi, yang pada gilirannya menjadi faktor penentu penampilan aktivitas olahraga.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa orang yang lentur adalah orang yang mempunyai ruang gerak yang luas dalam sendi-sendinya dan mempunyai otot-otot yang elastis. Perbaikan kelentukan akan dapat mengurangi kemungkinan cedera pada otot dan sendi, efisien dalam melakukan gerakan-gerakan, dan membantu memperbaiki sikap tubuh, sehingga dapat menciptakan prestasi yang optimal.

F. Penelitian Relevan

Penelitian relevan berguna untuk melihat adanya suatu kaitan atau hubungan dengan apa yang dibicarakan dan apa yang berlaku.

1. Tsani, Farhan (2014) “Hubungan Kekuatan Otot Tungkaidan Kelenturan Terhadap Hasil Shooting Ke Gawang Dalam Cabang

Olahragasepak Bola”, menghasilkan bahwa tidak adanya hubungan

(48)

hasil shooting ke gawang. Kata Kunci :Kekuatan Otot Tungkai, Kelenturan, Shooting ke gawang.

2. Dwi Dayanti (2013) Hubungan Kekuatan Otot Tungkai Dengan Keterampilan Menggiring Bola Pada Permainan Sepakbola. Menghasilkan bahwa ada hubungan kekuatan otot tungkai dengan keterampilan menggiring bola.

3. Zidan Fatir (2013) Hubungan Kekuatan Otot Tungkai dan Kelentukan Togok Dengan Kemampuan Menendang Bola Pada Mahasiswa Putra Semester III A PKLO FIK UNNES. Menghasilkan bahwa ada

hubungan yang signifikan secara simultan kekuatan otot tungkai dan kelentukan togok dengan hasil menendang bola.

G. Kerangka Pikir

Untuk memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian maka diperlukan suatu kerangka pikir yang jelas, sebab dengan kerangka pikir yang jelas kita dapat mengetahui gambaran-gambaran permasalahan dan konsep pemecahan masalah.Kerangka pikir adalah konsep yang

jelasmemerlukan abstraksi dan hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya berdimensi sosial yang dianggap relevan dengan peneliti”.

(49)

merupakan proses yang berbentuk kegiatan mengamati, menirukan, berulang-ulang menerapkan pola gerak-gerak tertentu pada situasi yang dihadapi, dan juga dalam bentuk kegiatan-kegiatan menciptakan pola gerak baru untuk tujuan tertentu. Kedua unsur psikis tersebut menjadi gaya

penggerak dalam perubahan prilaku. Siswa akan melakukan gerakan tertentu apabila mempunyai kemampuan untuk bergerak dan merasa perlu untuk melakukan gerakan.

Berdasarkan uraian di atas, menjadi jelas bahwa tujuan utama belajar keterampilan gerak adalah untuk meningkatkan keterampilan gerak yaitu perubahan prilaku yang bersifat psikomotor dan perubahan itu dapat ditafsirkan dalam perubahan penguasaan keterampilan gerak suatu cabang olahraga.

Sepakbola merupakan cabang olahraga yang di dalamnya terdapat beberapa macam teknik dasar bermain sepakbola. Teknik dasar bermain sepakbola dibedakan menjadi dua macam yaitu teknik dasar tanpa bola dan teknik dasar dengan bola. Kedua teknik tersebut merupakan komponen yang saling mendukung di dalam permainan. Oleh karena itu bagi setiap pemain harus menguasai teknik dasar tersebut agar mampu bermain sepakbola dengan terampil. Dengan menguasai teknik dasar akan mendukung penampilan dalam bermain dan bertanding, memilki rasa percaya diri yang baik, optimis dan semangat yang tinggi sewaktu bermain atau bertanding.

Salah satu teknik dasar yang paling banyak dipakai dalam bermain

(50)

kepada teman atau mengoper bola, bisa juga untuk menghidupkan bola kembali setelah terjadi suatu pelanggaran seperti tendangan bebas, tendangan penjuru, tendangan hukuman,tendangan gawang. Tendangan juga dilakukan untuk clearing ataupun pembersihan dengan jalan menyapu bola yang berbahaya di daerah sendiri atau dalam usaha membendung serangan lawan pada daerah pertahanan sendiri, namun diantara itu semua melakukan tendangan adalah untuk menembakkan bola ke dalam gawang lawan dengan tujuan membuat gol kemenangan.Hal ini adalah terpenting dalam suatu permainan sepakbola, karena penyelesaian akhir suatu penyerangan adalah menendang bola ke gawang. Dengan tendangan yang masuk gawang atau gol, maka tim yang mendapatkan gol terbanyak akan menjadi pemenang.

Atas dasar itulah penting bagi setiap pemain (diutamakan seorang striker) untuk menguasai kemampuan menendang bola ke gawang dengan tepat, cepat dan akurat.Dan untuk dapat menguasai teknik tersebut dengan optimal maka perlu ditunjang pula dengan kondisi fisik yang prima. Seorang pemain dengan tingkat kondisi fisik buruk atau lemah, akan sangat mustahil untuk dapat meningkatkan performa prestasi bermainnya. Dalam proses pelaksanaan menendang pinalti pada siswa SSB Mulyojati Metro, peneliti melihat masih banyaknya siswa yang melakukan tendangan dengan hasil yang kurang baik. Adapun hal-hal yang menyebabkan siswa kurang baik dalam melakukan tendangan

(51)

Salah satu solusi yang dapat dilakukan oleh pelatih untuk meningkatkan kemampuan menendang pinalti pada siswa SSB Mulyojati Metro adalah dengan latihan power tungkai dan kelentukan serta mengasah kemampuan menendang pinalti.

H. Hipotesis

Hipotesis (Sudjana, 2005: 219) adalah asumsi atau dugaan mengenai

sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya. Hipotesis yang sudah dirumuskan kemudian harus diuji. Pengujian ini akan membuktikan H0 atau H1 yang akan diterima. Jika H1 diterima maka H0 ditolak.

Sedangkan menurut Arikunto (2006:71) bahwa hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

Dugaan sementara yang hendak dibuktikan kebenarannya dalam penelitian ini adalah :

Ho1 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara power tungkai dengan hasil kemampuan menendang pinalti pada siswa SSB Mulyojati Metro.

(52)

Ho2 : Tidak ada hubungan yang signifikan antarakelentukan dengan hasil kemampuan menendang pinalti pada siswa SSB Mulyojati Metro. Ha2 : Ada hubungan yang signifikan antarakelentukan dengan hasil

kemampuan menendang pinalti pada siswa SSB Mulyojati Metro.

Ho3 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara power tungkai dan kelentukan dengan hasil menendang pinalti pada siswa SSB Mulyojati Metro.

(53)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunkan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional, dengan tujuan ingin mengetahui ada

tidaknya hubungan antara variabel bebas kelentukan dan power otot tungkai dengan variabel terikat kemampuan menendang. Menurut Arikunto

(2006:160) “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional. Menurut Riduwan (2005: 207) metode deskriptif korelasional yaitu studi yang bertujuan mendeskripsikan atau menggambarkan peristiwa atau kejadian yang sedang berlangsung pada saat penelitian tanpa menghiraukan sebelum dan sesudahnya. Adapun desain penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

Gambar 6. Desain Penelitian. Sumber Sugiyono (2008: 10)

Y

(54)

X1 = Power Tungkai X2 = Kelentukan

Y = Kemampuan menendang penalti

B. Variabel dan Data Penelitian

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian penelitian (Arikunto, 2006: 96). Variabel dalam penelitian ini menggunakan 2 (dua) variabel bebas dan 1 (satu) variabel terikat. a. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang nilainya tidak tergantung pada variabel lainnya,dalam penelitian ini ada 2, yaitu: power tungkai (X1) dan kelentukan (X2).

b. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang nilainya bergantung pada variabel lainnya,dalam penelitian ini adalah kemampuan menendang penalti (Y).

2. Data Penelitian

(55)

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui

observasi lapangan dari sampel yaitu pada siswa SSB Mulyojati Metro. b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain atau di luar sampel diungkapkan melalui wawancara langsung dengan para ahli, dokumentasi dari hasil observasi serta melakukan studi kepustakaan.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan totalitas semua nilai yang mungkin, hasil

menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya (Sudjana, 2005: 6)

(56)

Menurut Arikunto (2006: 108) Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua. Sebaliknya jika subjeknya lebih besar dari 100 dapat diambil antara 10-15%. Sampel harus representatif dalam arti segala karakteristik populasi hendaknya tercerminkan pula dalam sampel yang diambil (Sudjana, 2005: 6).

Menurut Sugiyono (2008: 56). Ia menyatakan bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka penulis dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif. Teknik sampel yang digunakan dalam penilitian ini adalah stratified random sampling. Karena dalam SSB Mulyojati Metro ini terdapat 20 siswa, jika jumlah siswa yang di teliti kurang dari 100, maka sampel diambil semua yaitu 20 siswa.

D. Instrumen Penelitian

(57)

menggunakan satu kali pengumpulan data.

Maka dalam penelitian ini dilakukan beberapa macam tes, yaitu tes vertical jump untuk mengukur power tungkai, tes sit and reach flexibility untuk mengukur kelentukan dan tes menendang penalti. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Surisman, dalam buku “Panduan Praktik Mata Kuliah Tes dan Pengukuran ( Penggunaan Teknologi Olahraga) yaitu :

1. Instrumen Tes Power Tungkai

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan vertical jump, memiliki indeks validitas tergolong face validity.

Tujuan : Mengukur komponen power tungkai.

Alat dan Fasilitas : Jump MD (TKK 5406/5106), blanko dan alat tulis. Pelaksanaan :

a. Masukkan ujung tali ke dalam lubang rubber plate, pastikan agar tali terpasang dengan kuat.

b. Pasanglah Belt di pinggang subyek supaya alat telah terpasang dengan erat.

c. Perintahkan subyek untuk berdiri di atas Rubber Plate dengan tegak. Putarlah penggulung tali yang ada pada alat, pastikan tali tidak kendor.

(58)

pertama. Display akan menunjukkan angka “0”.

f. Perintahkan agar subyek kembali berdiri di atas Rubber Plate dengan tegak. Putar kembali penggulung tali agar tali kembali tegang.

Perintahkan agar subyek melakukan vertical jump sekali lagi. Setelah 5 detik, display akan menunjukkan nilai vertical jump yang terbaik dari 2 kali test yang dilakukan.

g. Untuk mengukur subyek berikutnya, tekan tombol ON/C untuk

mengembalikan display ke “0”.

Penilaian : Ambil angka yang tetinggi yang terdapat pada alat digital yang direkatkan di pinggang testee dari ketiga lompatan.

Gambar 7. Alat Jump MD (TKK 5406 / 5106).

2. Instrumen Tes Kelentukan

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Sit and Reach Flexibility memiliki indeks validitas tergolong face validity dan reliabilitas sebesar 0,68 (Kemenpora : 2005)

(59)

tulis Pelaksanaan :

a. Rakitlah alat dan pasang setiap sekrupnya dengan baik.

b. Instruksi kepada subyek agar duduk di lantai, kedua kaki dirapatkan dan diluruskan menempel ke alat Sit and Reach, pastikan bagian kepala, punggung dan pinggang subyek menempel ke dinding. (Gambar 8.A)

c. Perintahkan kepada subyek agar meluruskan kedua lengan ke depan, dengan posisi telapak tangan kanan kiri menutup punggung telapak tangan kanan, dan posisi jari tengah saling menindih. (Gambar 8.B) d. Aturlah agar garis pengukur berada pada posisi “0”, letakkan skala

penggaris persis di bagian ujung jari tengahdan kuncilah dengan skrup agar tidak bergerak-gerak lagi.

e. Perintahkan kepada subyek agar mendorong garis pengukur ke depan sejauh mungkin, sampai posisi badan membungkuk dengan

maksimum.

f. Catatlah hasil pengukuran.

(60)

sebagai skor dalam satuan cm.

Gambar 9. Alat Sit And Reach Flexibility Test.

3. Pelaksanaan Tes Kemampuan Menendang Penalti

Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan shooting diambil sumber dari Nurhasan (2001). Instrumen tes ini berlaku untuk pelajar dengan usia rata-rata 17 - 19 tahun dengan koefisien validitas 0,65 dan reliabelitas tes 0,77.

Tujuan : Mengukur kemampuan menendang ke sasaran Peralatan : Pluit, bola kaki, tali rapiah, gawang, blangko dan

alat tulis untuk mencatat hasil tes. Pelaksanaan :

a. Bola diletakkan pada sebuah titik 11 m dari gawang tepat pertengahan gawang.

b. Lakukan menandang bola tadi ke sasaran.

(61)

melakukan sebanyak 10 kali tendangan dan hasil seluruh tendangan dijumlahkan.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar di bawah ini:

5

3 2 1 2 3

5

4 4

5 5

0,70 m 0,90 m 1,21 m 1,70 m 1,21 m 0,90 m 0,70 m

11 M

Gambar 10. Lapangan Tes Menendang Ke Sasaran ( Nurhasan : 2001)

1,04 0,70

(62)

Pengolahan data merupakan suatu langkah penting dalam suatu penelitian. Dalam suatu penelitian seorang peneliti dapat menggunakan dua jenis analisis, yaitu analisis statistik dan analisis non statistik. Pada dasarnya statistik mempunyai dua pengertian yang luas dan yang sempit. Dalam pengertian yang luas statistik merupakan cara-cara ilmiah yang dipersiapkan untuk mengumpulkan, mengajukan, dan menganalisis, data yang berwujud angka. Sedangkan dalam pengertian yang sempit statistik merupakan cara yang digunakan untuk menunjukkan semua kenyataan yang berwujud angka. Data yang dinilai adalah data variabel bebas : power tungkai (X1), kelentukan (X2), serta variabel terikat yaitu kemampuan menendang penalti (Y).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi ganda (multiple corelation). Menurut Arikunto (2006), untuk menguji hipotesis antara X1 dengan Y dan X2 dengan Y digunakan statistik melalui korelasi product moment. Dan sehubungan penelitian ini adalah penelitian populasi sampel, maka tidak diperlukan uji persyaratan untuk menentukan teknik analisis statistik yang digunakan.

a. Uji Korelasi Product Moment

Untuk mengetahui hubungan antara power tungkai dan kelentukan dengan kemampuan menendang penalti maka menurut Sugiyono (2008: 226) digunakan rumus korelasi product moment adalah :

(63)

r xy : Koefesien korelasi n : Jumlah sampel X : Skor variabel X Y : Skor variabel Y

∑X : Jumlah skor variabel X

∑Y : Jumlah skor variabel Y

∑X2 :

Jumlah kuadrat skor variabel X Y2 : Jumlah kuadrat skor variabel Y

Dalam Sugiyono (2008: 226) Kuatnya hubungan antar variabel dinyatakan dalam koefisien korelasi. Koefisien korelasi positif terbesar = 1 dan

(64)

Interval Koefisien Korelasi Interpretasi Hubungan

Selanjutnya untuk mengetahui kontribusi variabel X terhadap Y dicari dengan menggunakan rumus koefisien determinasi (Riduwan, 2005: 139):

KP = r2x 100 % Keterangan :

KP = Nilai koefisien determinasi r2 = Koefisien korelasi dikuadratkan

Selanjutnya dijelaskan Riduwan (2005: 139) dilakukan pengujian lanjutan yaitu uji signifikansi, menggunakan rumus uji-t:

2

r : Koefisien korelasi hasil r hitung n : Jumlah sampel

(65)

Untuk mengetahui hubungan power tungkai dan kelentukan secara bersama-sama dengan hasil kemampuan menendang penalti, maka digunakan rumus korelasi ganda (Riduwan, 2005: 140):sebagai berikut :

   

: Koefisien korelasi ganda

Υ

Selanjutnya menurut Riduwan (2005: 141):dilakukan pengujian signifikan dengan rumus :

(66)
(67)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Tidak ada hubungan yang signifikan antara power tungkai dengan hasil kemampuan menendang pinalti dalam permainan sepakbola pada siswa SSB Mulyojati Metro.

2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara kelentukan dengan hasil kemampuan menendang pinalti dalam permainan sepakbola pada siswa SSB Mulyojati Metro.

3. Ada hubungan yang signifikan antara power tungkai dan kelentukan dengan hasil menendang pinalti dalam permainan sepakbola pada siswa SSB Mulyojati Metro.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat diajukan saran sebagai berikut : 1. Bagi siswa dalam usaha meningkatkan kemampuan menendang pinalti

(68)

2. Pelatih dalam usaha meningkatkan menendang pinalti siswa perlu melatih unsur kondisi fisik siswa terlebih dahulu guna pencapaian prestasi yang maksimal.

(69)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Metodologi Penelitian. PT. Bumi Aksara. Jakarta. A. Sarumpaet dkk. 1992. Permainan Besar. Depdikbud. Jakarta.

Bompa, Tudor. 1999. Theory and Methodology of Training. York University. Toronto.

Depdikbud, 1993. Kurikulum Pendidikan Dasar : Garis-Garis Besar Program Pengajaran, Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Direktorat Pendidikan Dasar. Jakarta.

Ginting, Okto Rinando. 2007. Studi Mengenai Kontribusi Power Lengan Dan Power Tungkai Dengan Prestasi Tolak Peluru Gaya Linear Pada Mahasiswa Penjaskes Angkatan 2005. Bandar Lampung; FKIP Penjaskes.

Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Depdikbud Dirjen Dirti PPLPTK. Jakarta.

Harsono. 2004. Perencanaan Program Latihan. KONI Pusat. Jakarta.

Kemenpora. 2005. Panduan Penetapan Parameter Tes Pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pelajar dan Sekolah Khusus Olahragawan. Asisten Deputi Pengembangan SDM Keolahragaan. Jakarta.

Kirkendall, Don R, dkk. 1997. Measurement and Evaluation for Physical Educators. Alih bahasa oleh Winarno, dkk. Jakarta.

Lampung, Universitas. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Lungan R. 2006. Aplikasi Statistik Hitung Peluang. Bandung.

(70)

Lutan, Rusli, dkk. 2002. Pendidikan Kebugaran Jasmani : Orientasi Pembinaan Di Sepanjang Hayat. Dirjen Pendidikaan Dasar dan Menengah Dirjen OR. Jakarta.

Mielke, Danny. 2007. Dasar – Dasar Sepakbola.Penerbit Pakar Raya. Bandung. Muhajir. 2004. Pendidikan Jasmani Teori dan Praktek. PT Erlangga. Jakarta. Nurhasan. 2001. Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani. Dirjen

Olahraga. Jakarta.

Riduwan M. B. A. 2005. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru., Karyawan, Dan Peneliti Pemula. Alfabetha. Bandung.

Roji. 2004. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Erlangga. Jakarta Sajoto, Mochamad. 1995. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Depdikbud

Dirjen Dikti PPLPTK. Jakarta.

Soedarminto. 1992. Kinesiologi. Jakarta : Depdikbud

Soekamtasi. 1984. Teknik Dasar Bermain Sepak Bola. Tiga Serangkai. Solo. _________. 1988. Teknik Dasar Bermain Sepakbola. Tiga Serangkai. Surabaya. _________. 2001. Permainan Besar I Sepak Bola. Universitas Terbuka. Jakarta. Sucipto, dkk. 1999/2000. Olahraga Pilihan, Sepak Bola. DirjenDiknasmen.

Jakarta.

Sudjana. 2005. Metode statistika. Bandung: Tarsito Sugiyanto. 1993. Belajar Gerak. KONI Pusat. Jakarta.

Sugiyono. 2008. Statistika untuk Penelitian. CV Alfabeta. Bandung. Suharno. 1983. Ilmu Coaching Umum. FKIK – IKIP YOGYAKARTA.

Yogyakarta.

Suharjana. 2004. Kebugaran Jasmani. FIK UNY. Yogyakarta.

Sulistianta, Heru. Dalam Skripsi Dodi Hadi Wibowo. 2012. Terampil Bermain

Sepakbola. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

(71)

Surisman. 2010. Evaluasi Pembelajaran Penjaskes dan Olahraga. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Surisman. 2009. Statistika. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sutrisno. 1990. Metodologi Penelitian. PT. Tiga Serangkai Pustaka. Surakarta. Tim Penyusun Kamus Bahasa Pusat. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Gambar

Gambar 1.Nama-Nama Bagian Kaki Sebelah Kiri. Sumber: Soekatamsi(1984 : 103).
Gambar 2. Letak Kaki Tumpu Dalam Menendang Bola   (Soekatamsi, 1988: 51).
Gambar 3. Sikap Badan Pada Saat Menendang Bola. (Soekatamsi, 1984: 118).
Gambar 4. Tendangan Pinalti
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya, Shalawat serta salam haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul

Puji Syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta sholawat selalu tercurahkan kepada uswatun khasanah Rosulullah SAW sehingga

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, kasih sayang, dan karunia-nya yang senantiasa melindungi dan menyertai peneliti dalam penulisan

Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat dan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “ Perbedaan

Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia- Nya, sehingga penulisan tesis yang berjudul “ Penerapan Model Pembelajaran

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan dan melimpahkan segala karunia, nikmat, dan rahmat Nya yang tak terhinga,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang

Menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan Kelentukan Togok dan Power Otot Tungkai dengan Kemampuan Jump Heading Bola pada Siswa