ii ABSTRAK
KONTRIBUSI POWER OTOT LENGAN, KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KELENTUKAN TERHADAP HASIL ROLL BELAKANG PADA
SISWA PUTRA KELAS VII SMP N 1 PESISIR TENGAH TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh Eno Irdianto
Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar kontribusi power otot lengan, kekuatan otot tungkai dan kelentukan terhadap hasil roll belakang pada siswa putra kelas VII SMP N 1 Pesisir Tengah tahun pelajaran 2014/2015 .
Metode penelitian yang digunakan adalah survey dengan analisis data menggunakan regresi linier. Pengumpulan data yang berupa power otot lengan menggunakan Medicine ball, kekuatan otot tungkai menggunakan Leg Dynamometer, kelentukan mengunakan flexometer. Sampel yang digunakan 21 siswa dari populasi yang berjumlah 143 orang adalah siswa putra kelas VII SMP N 1 Pesisir Tengah.
Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor power otot lengan signifikan dengan hasil roll belakang sebesar 0,332. Koefesien korelasi kekuatan otot tungkai dengan hasil roll belakang sebesar 0,419. Sedangkan koefesien korelasi kelentukan dengan hasil roll belakang sebesar 0,501. Artinya power otot lengan, kekuatan otot tungkai dan kelentukan memiliki pengaruh/kontribusi yang ‘kuat’ dengan hasil roll belakang pada siswa putra kelas VII SMP N 1 Pesisir Tengah. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa power otot lengan, kekuatan otot tungkai dan kelentukan memiliki pengaruh/kontribusi yang sangat kuat dengan hasil roll belakang pada siswa putra kelas VII SMP N 1 Pesisir Tengah.
KONTRIBUSI POWER OTOT LENGAN, KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KELENTUKAN TERHADAP HASIL ROLL BELAKANG PADA
SISWA PUTRA KELAS VII SMP N 1 PESISIR TENGAH TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh ENO IRDIANTO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Olahraga
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
KONTRIBUSI POWER OTOT LENGAN, KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KELENTUKAN TERHADAP HASIL
ROLL BELAKANG PADA SISWA PUTRA KELAS VII SMP N 1 PESISIR TENGAH KRUI
(Skripsi)
Oleh ENO IRDIANTO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Gerakan roll belakang ... 14
2. Otot lengan atas ... 20
3. Otot lengan bawah ... 21
4. Otot-otot yang terdapat pada tungkai atas ... 23
5. Otot-otot yang terdapat pada tungkai bawah ... 24
6. Squat Jump ... 25
7. Desain penelitian variabel X dan variabel Y ... 35
8. Tes Bola Medicine ... 37
9. Leg dynamomer ... 38
10.Flexometer ... 40
11.Diagram Data Power Otot Lengan ... 47
12.Diagram Data Kekuatan Otot Tungkai ... 48
13.Diagram Data Kelentukan ... 49
xii
BAB III. METODE PENELITIAN ... 32
xiii
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47
A. Hasil Penelitian ... 47
1. Deskripsi Data ... 47
2. Analisis Data... ... 51
3. Uji Hipotesis... ... 56
B. Pembahasan ... 58
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 61
A. Kesimpulan ... 61
B. Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA . ... 63
xii
BAB III. METODE PENELITIAN ... 32
xiii
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47
A. Hasil Penelitian ... 47
1. Deskripsi Data ... 47
2. Analisis Data... ... 51
3. Uji Hipotesis... ... 56
B. Pembahasan ... 58
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 61
A. Kesimpulan ... 61
B. Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA . ... 63
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Pedoman Penilaian Kemampuan Roll Belakang ... 64
2. Uji Coba Instrumen ... 66
3. Tabulasi Data Hasil Penelitian ... 78
4. Perhitungan Data Row Score dan T-Skor Power Lengan ... 79
5. Perhitungan Data Row Score dan T-Skor Kekuatan Otot Tungkai 80
6. Perhitungan Data Row Score dan T-Skor Kelentukan ... 81
7. Perhitungan Data Row score dan T-skor Roll Belakang ... 82
8. Data Descriptive ... 83
9. Uji Prasyarat Analisis ... 84
10.Regresi Linier Sederhana (Tunggal) Power Otot Lengan (X1) Terhadap Kemampuan Roll Belakang (Y) ... 85
11.Regresi Linier Sederhana (Tunggal) Kekuatan Otot Tungkai (X2) Terhadap Kemampuan Roll Belakang (Y) ... 85
12.Regresi Linier Sederhana (Tunggal) Kelentukan (X3) Terhadap Kemampuan Roll Belakang (Y) ... 86
13.Nilai Uji-t ... 94
14.Dokumentasi Penelitian ... 95
viii
MOTTO
“…Man Saaro ‘Alan Darbi Washola
…”
Siapa yang berjalan dijalur nya akan sampai
( Istiqomah : 1 )
“
Bukan tentang siapa yang kita kenal paling lama, yang datang
pertama atau paling perhatian. Tapi tentang siapa yang datang
dan tidak pergi
”
“
Ini hidupku. Aku penentu kebesaran hidupku. It is my decision
and my action, or nothing at all
”
ix
PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis ucapakan kepadaAllah SWTatas semua anugerah yang telah diberikan
kepadaku,karya tulis sederhana ini kupersembahkan kepada:
Ayahandaku Erham Khalifah dan Ibundaku Haliana yang penulis sayangi, yang telah
memberikan do’a, dukungan dan dorongan kepada penulis serta kasih sayang dan kesabaran.
Untuk kakak adik ku Efriandy, Indra Abi, Lusi Irfiana, Yudi Irnanado yang selalu ku
sayangi dan ku banggakan nantinya.
Untuk orang tua ku, Erham Khalifah, Haliana, yang telah memberikan ku semangat serta
dukungannya.
Untuk sahabat hidupku yang telah memberikan banyak pelajaran tentang arti perjuangan
dan pengorbanan, serta seluruh keluarga besar, Tetangga,sahabat dan teman-teman
seperjuangan Pendidikan Olahraga yang telah membantu & mendoakan, selalu
mengharapkan hal yang terbaik untukku.
Para guru dan dosen yang telah membimbingku dan mengajariku akan arti kehidupan
Serta Almamater –ku Tercinta FKIP UNILA, yang ku banggakan.
vii
RIWAYAT HIDUP
Kemudian masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) N 1 Pesisir Tengah pada tahun 2005 dan lulus pada tahun 2008. Kemudian masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) N 1 Pesisir Tengah pada tahun 2008 dan selesai pada tahun 2011.
Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Pada Tahun 2013, penulis mengkuti kursus Wasit C-III Tingkat Pengcab Bandar Lampung. Pada tahun 2014 peneliti melaksanakan KKN dan PPL di SD Negeri Rata Agung Pesisir Barat.
Sebelum aktif dalam pengerjaan skripsi penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN KT) selama 75 hari di desa Rata Agung Kecamatan Lemong Pesisir Barat, semasa KKN KT penulis juga melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di SD N Rata Agung Pesisir Barat.
Demikianlah riwayat hidup penulis, supaya bermanfaat bagi pembaca.
x
SANWACANA
Puji Syukur penulis haturkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Kontribusi Power Otot Lengan, Kekuatan Otot Tungkai Dan Kelentukan Terhadap Hasil Roll Belakang Pada Siswa Putra Kelas VII SMP N 1 Pesisir Tengah” yang dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan di Universitas Lampung. Dalam proses penulisan skripsi ini terjadi banyak hambatan baik yang datang dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini pun tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk
dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
2. Dr. Riswati Rini, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan dan segenap
dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung.
3. Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Penjaskesrek dan pembimbing I dalam penulisan skripsi ini yang telah memberikan pengarahan
dan bimbingan kepada penulis. Drs. Suranto, M. Kes. selaku pembimbing II dan sebagai PA Penulis dalam penulisan skripsi ini yang telah memberikan
xi
Pembahas atas kesediaanya untuk memberikan bimbingan, waktu, saran dan
kritik kepada penulis dalam proses penyesesaian skripsi ini.
4. Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah memberikan ilmu
pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi. Bapak dan Ibu di staf Tata Usaha FKIP Unila yang telah membantu proses terselesaikannya skripsi ini.
5. Kepada keluargaku tersayang Bapak Erham Khalifah, Ibu Haliana, Kakak Evriandy, Hendra Aby, Lusi Irfiana, Adik Yudhi Irnandi, yang selalu menjadi
motivatorku, serta menjadi penasihat terbaikku.
6. Kepala SMP N 1 Pesisir Tengah beserta dewan guru yang telah membantu
penulis dalam penyelesaian penelitian ini.
7. Kepada teman-temanku Ringgo Saputra, Deswan, Septo, Si’ul, Khoirulloh yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.
8. Kepada keluarga besar angkatan 2011, Adri, Sofyan, Imam M, Ahmad H, A. Fiknon, Aal, Dewi, Binar, Resti, Windi A, Yandri A dll. yang selalu menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi. Teman-teman PPL/KKN yang selalu
memberikan dukungan kepada penulis.
Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan akan tetapi penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis
1
I., PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Senam merupakan salah satu materi pendidikan jasmani. Senam yang
dikenal dalam bahasa indonesia sebagai salah satu cabang olahraga merupakan terjemahan langsung dari bahasa Inggris Gymnastics.
Gymnastics sendiri dalam bahasa aslinya merupakan serapan kata bahasa yunani, gymnos, yang berarti telanjang.
Kata gymnastics menurut Hidayat (1995:27), dipakai untuk menunjukan kegiatan-kegiatan fisik yang memerlukan keleluasaan gerak, sehingga perlu dilakukan dengan telanjang atau setengah telanjang. Hal ini biasa terjadi,
karena pada waktu itu teknologi pembuatan bahan memugkinkan membuat pakaian yang bersifat lentur mengikuti gerak pemakainya.
Senam adalah aktivitas fisik yang dilakukan baik sebagai cabang olahraga
tersendiri maupun sebagai latihan untuk cabang olahraga lainnya. Berlainan dengan cabang olahraga lain umumnya yang mengukur hasil aktivitasnya
pada obyek tertentu, senam mengacu pada bentuk gerak yang dikerjakan dengan kombinasi terpadu dan menjelma dari setiap bagian anggota tubuh dari komponen-komponen kemampuan motorik seperti : kekuatan,
2
koordinasi yang sesuai dan tata urutan gerak yang selaras akan terbentuk
rangkaian gerak artistik yang menarik.
Perkembangan olahraga senam banyak sekali macamnya, oleh karena itu
dibatasi kegiatan senam yang dikelola Persatuan Senam Dunia Federation Internasionale de Gimnastique atau singkatan FIG yang di Indonesiakan menjadi Federasi Senam Internasional. Menurut FIG, senam dibagi menjadi
6 kelompok yaitu : senam artistik (artistic gymnastics), senam ritmik sportif (sportif rhythmic gymnastics), senam akrobatik (acrobatic gymnastics),
senam aerobik sport (sports aerobic), senam trampoline (trampolinning), senam umum (general gymnastics).
Senam artistik diartikan sebagai senam yang mengabungkan aspek
tumbling dan akrobatik untuk mendapatkan efek-efek artistik dari gerakan-gerakan yang dilakukan. Materi yang diajarkan terdiri dari guling
depan, guling belakang, gerakan lenting, sikap kayang, sikap lilin, gerakan loncat harimau, meroda, dan lain-lain. Dalam teknik dasar gerakan senam
lantai tersebut memerlukan teknik dan gerakan yang benar dan irama yang tepat, sehingga gaya yang digunakan dapat dilakukan secara aman, efisien, dan efektif. Dari berbagai aktvitass yang dilakukan dalam senam lantai
memiliki tujuan untuk membentuk dan mengembangkan otot tubuh, mengembangkan kualitas fisik, membentuk keindahan tubuh, dan
memelihara kebugaran jasmani.
3
melompat, meloncat, berputar di udara, menumpu dengan tangan atau kaki
untuk mempertahankan sikap seimbang atau pada saat meloncat ke depan atau ke belakang. Senam lantai dalam pembelajaran penjas memiliki
beragam gerak yang sangat komplek, antara lain guling ke depan, guling ke belakang, lompat harimau, hand stand, sikap lilin, meroda, dll.
Materi yang diajarkan terdiri dari guling depan, guling belakang, gerakan
lenting, sikap kayang, sikap lilin, gerakan loncat harimau, meroda, dan lain-lain. Dalam teknik dasar gerakan senam lantai tersebut memerlukan teknik
dan gerakan yang benar dan irama yang tepat, sehingga gaya yang digunakan dapat dilakukan secara aman, efisien, dan efektif. Dari berbagai aktvitass yang dilakukan dalam senam lantai memiliki tujuan untuk
membentuk dan mengembangkan otot tubuh, mengembangkan kualitas fisik, membentuk keindahan tubuh, dan memelihara kebugaran jasmani.
Adapun Unsur-unsur Kebugaran jasmani yang sangat mendukung dalam melakukan gerakan senam lantai.
1. Kecepatan (sped / reaksi) adalah kemampuan tubuh untuk melakukan
gerakan dalam waktu sesingkat-singkatnya
2. Daya ledak (power) adalah kemampuan tubuh untuk memungkinkan
atau sekelompok alat untuk bekerja secara maksimal
3. Kekuatan otot adalah tenaga, gaya atau tegangan yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban
4
4. Daya tahan (endurance) adalah sekelompok otot untuk melakukan
kontraksi yang beruntun atau berulang ulangterhadap suatu bebansub maksimaldalam jangka waktu tertentu
5. Fleksibilitas (kelenturan) adalah kemampuan tubuh untuk melakukan gerakan melalui ruang gerak sendi secara maksimal
6. Kelincahan (aglity) adalah kemampuan tubuh untuk mengubah arah secara tepat tanpa adanya gangguan keseimbangan atau kehilangan keseimbangan
7. Keseimbangan (balance) adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan posisi atau sikap tubuh secara tepat pada saat
melakukan gerakan
8. Ketepatan (accuracy) adalah kemampuan anggota tubuh untuk mengarahkan sesuatu sesuai dengan sasaran yang dikehendaki
9. Koordinasi adalah kemampuan tubuh untuk melakukan gerakan secara tepat, cermat dan efesien
Senam Lantai Roll Belakang adalah gerakan badan berguling kearah
belakang melalui bagian belakang badan mulai dari panggul bagian belakang,pinggang, punggung, dan tengkuk.
Roll belakang atau guling ke belakang adalah dimana posisi badan tetap harus membulat, yaitu kaki dilipat, lutut tetap melekat didada, kepala
ditundukkan sampai dagu melekat didada. Berlawanan arah dengan roll
5
roll belakang/guling belakang dengan benar dan juga efisien sehingga resiko
cidera dapat dihindari. Unsur fisik yang berperan dalam gerakan roll
belakang yaitu kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai dan
kelentukan.
Power otot lengan digunakan untuk menopang dan mendorong berat tubuh
selama gerakan roll belakang. Jika power otot lengan rendah maka siswa
tidak akan mampu menopang tubuhnya saat gerakan roll belakang sehingga siswa tidak dapat membuat gulingan roll belakang dengan sempurna.
Power otot lengan merupakan faktor dasar yang akan menentukan berhasil atau tidaknya peserta didik dalam melakukan roll belakang.
Kekuatan otot tungkai diperlukan yaitu pada saat melakukan awalan dan
gerakan akhir agar menjadi gerakan yang sempurna. Dalam prakteknya kekuatan otot tungkai yang dimiliki para murid masih lemah dilihat dari
kurang kuatnya ayunan kaki yang dilakukan sehingga banyak murid yang gagal pada proses awal untuk dapat menolakkan kedua tungkainya menuju
posisi badan mengguling.
Kelentukan juga diperlukan karna dapat memaksimalkan gerakan roll
belakang menjadi sempurna serta memperindah gerakan roll belakang. Jika
kelentukan tidak dimiliki siswa maka gerakan pada siswa tersebut tidak akan maksimal dalam melakukan roll belakang. Kelentukan merupan salah satu factor dasar yang menetukan keberhasilan dan memperindah gerakan
6
Menurut hasil observasi dan pengamatan di SMP N 1 Pesisr Tengah,
didasarkan data-data yang diperoleh dari hasil pembelajaran siswa putra kelas VII dalam melakukan gerak dasar roll belakang yang masih kurang
optimal, karena tidak memaksimalkan kekuatan otot tungkai sebagai tolakan, power otot lengan sebagai tumpuan dan kelentukan sebagai
memaksimalkan roll belakang, pada siswa putra kelas VII di SMP N 1 Pesisir Tengah masih rendah.
Berdasarkan uraian diatas penulis menganggap banyak factor yang
mempengaruhi kemampuan dan hasil roll belakang, diantaranya teknik dasar roll belakang yang meliputi power otot lengan, kekuatan otot tungkai dan kelentukan. Oleh sebab itu peneliti bermaksud mengadakan penelitian
tentang “Kontribusi power otot lengan, kekuatan otot tungkai dan kelentukan terhadap hasil roll belakang pada siswa putra kelas VII SMP N 1
Pesisir Tengah Krui, Pesisir Barat’’.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :
1. Pentingnya power otot lengan pada saat melakukan gerakan roll belakang
2. Pentingnya kekuatan otot tungkai pada saat melakukan gerakan rool
belakang
7
4. Unsur kondisi fisik seperti power otot lengan, kekuatan otot tungkai dan
kelentukan para murid yang lemah mempengaruhi keberhasilan roll
belakan
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka penulis membatasi masalah, power
otot lengan, kekuatan otot tungkai dan kelentukan yang berpengaruh terhadap hasil roll belakang.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah, maka penelitian di atas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Seberapa besar kontribusi power otot lengan dengan kemampuan roll
belakang pada siswa putra kelas VII SMP N 1 Pesisir Tengah tahun ajaran 2014/2015?
2. Seberapa besar kontribusi kekuatan otot tungkai dengan kemampuan roll
belakang pada siswa putra kelas VII SMP N 1 Pesisir Tengah tahun ajaran 2014/2015?
8
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Besarnya kontribusi power otot lengan dengan kemampuan roll belakang
pada siswa putra kelas VII SMP N 1 Pesisir Tengah tahun ajaran 2014/2015
2. Besarnya kontribusi kekuatan otot tungkai dengan kemampuan roll
belakang pada siswa putra kelas VII SMP N 1 Pesisir Tengah tahun ajaran 2014/2015
3. Besarnya kontribusi kelentukkan dengan kemampuan roll belakang pada siswa putra kelas VII SMP N 1 Pesisir Tengah Kelas tahun ajaran
2014/2015
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Bagi sekolah
Dengan diketahuinya kontribusi power otot lengan, kekuatan otot tungkai dan kelentukkan dengan kemampuan roll belakang, diharapkan dapat digunakan sebagai informasi sekaligus peningkatan penguasaan
materi senam khususnya gerakan roll belakang.
2. Bagi Guru
Memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan dalam bidang
9
guru penjas dalam memberikan latihan unsur kondisi fisik yang tepat
untuk gerakan roll belakang pada waktu kegiatan pemanasan maupun kegiatan inti.
3. Bagi Siswa
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Senam
1. Senam Lantai
Menurut asal kata, senam (gymnastics) berasal dari bahasa Yunani, yang artinya: “untuk menerangkan bermacam-macam gerak yang dilakukan
oleh atlet-atlet yang telanjang”. Dalam abad Yunani kuno, senam dilakukan untuk menjaga kesehatan dan membuat pertumbuhan badan
yang harmonis, dan tidak dipertandingkan. Baru pada akhir abad 19, peraturan-peraturan dalam senam mulai ditentukan dan dibuat untuk dipertandingkan. Pada awal modern Olympic Games, senam dianggap
sebagai suatu demonstrasi seni dari pada sebagai salah satu cabang olahraga yang teratur.
Senam dapat diartikan sebagai setiap bentuk latihan fisik yang disusun
secara sistematis dengan melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan terencana untuk mencapai tujuan tertentu (Muhajir, 2004).
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dilihat bahwa pembelajaran senam
11
juga diperluas untuk membentuk prestasi, membentuk tubuh yang ideal,
dan memelihara kesehatan.
Menurut Hidayat (1995 : 28 ) mendefinisikan senam sebagai, “Suatu latihan tubuh yang dipilih dan dikonstruk dengan sengaja, dilakukan
secara sadar dan terencana, disusun secara sistematis dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan, dan
menanamkan nilai-nilai mental spiritual”. Senam dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai pada alat yang dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelentukan, kelincahan, koordinasi, dan kontrol tubuh”. Jadi fokusnya adalah tubuh, bukan alatnya, bukan
pula pola-pola gerakannya karena gerakan apapun yang digunakan tujuan
utamanya adalah peningkatan kualitas fisik serta penguasaan pengontrolannya.
Mengingat senam mempunyai fungsi yang sangat positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan fisik, dan mental, maka olahraga senam
ini diajarkan kepada siswa melalui pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan disekolah.
Senam lantai merupakan bagian dari senam artistik, senam dengan istilah lantai, merupakan gerakan atau bentuk latihan yang dilakukan di atas lantai dengan beralaskan permadani atau sebangsanya sebagai alat
yang dipergunakan. Bentuk-bentuk latihan dalam senam lantai (floor exercise) meliputi guling depan (forword roll), guling belakang
12
kepala (hand stand), meroda (rad slag atau cart wheel) dan lain
sebagainya.
2. Senam Artistik (artistic gymnastics)
Senam artistik (artistic gymnastcs) diartikan sebagai senam yang meggabungkan aspek tumbeling dan akrobbatik untuk mendapatkan efek-efek artistik dari gerakan-gerakan yang dilakukan. Efek artistik dari
besaran (amplitudo) gerakan serta kesempurnaan gerak dalam menguasai tubuh ketika melakukan sebagai posisi. Gerakan-gerakan tumbling
digabung dengan akrobatik yang dilaksanakan secara terkontrol, mampu memberikan pengaruh mengejutkan yang mengandung rasa keindahan. Senam artistik (artistic gymnastcs) diartikan sebagai senam yang
meggabungkan aspek tumbeling dan akrobbatik untuk mendapatkan efek-efek artistik dari gerakan-gerakan yang dilakukan. Efek artistik dari
besaran (amplitudo) gerakan serta kesempurnaan gerak dalam menguasai tubuh ketika melakukan sebagai posisi. Gerakan-gerakan tumbling
digabung dengan akrobatik yang dilaksanakan secara terkontrol, mampu memberikan pengaruh mengejutkan yang mengandung rasa keindahan.
Berdasarkan materi yang ada yang ada dalam senam lantai (floor
exercise), keterampilan tersebut di atas terbagi dalam unsur gerakan yang bersifat statis (di tempat) dan dinamis (berpindah tempat). Keterampilan senam lantai yang bersifat statis (di tempat) meliputi: kayang, sikap
13
belakang, guling lenting, meroda, loncat harimau, lompat kangkang dan
sebagainya (Muhajir, 2004: 133). Senam lantai sering juga disebut latihan bebas, karena saat melakukan senam tidak menggunakan benda
atau perkakas lainnya. Apabila saat melakukan senam lantai seseorang menggunakan perkakas misalnya balok, tongkat, atau latihan yang
dilakukan tidak termasuk dalam senam irama, maka perkakas ini hanyalah semata-mata merupakan bantuan sementara dalam peningkatan unsur kelemasan, ketangkasan, keseimbangan dan kekuatan. Bentuk
latihan senam lantai dapat dipisahkan dalam beberapa kelompok, ditinjau dari tempat (diam di tempat) dan bergerak.
B. Roll Belakang
Definisi guling ke belakang atau pengertian guling ke belakang adalah dimana posisi badan tetap harus membulat, yaitu kaki dilipat, lutut tetap
melekat di dada, kepala ditundukkan sampai dagu melekat di dada.
Menurut Mulyaningsih Farida, (2010:30), guling belakang adalah gerakan
kebalikan dari guling depan, gerakan dilakukan secara berurutandimulai dari panggung bagian belakang, pinggang, punggung, dan pundak.
Menurut Sunarsih, (2007:33) gerak guling disebut juga dengan gerakan roll.
Gerakan berguling dapat dilakukan ke depan dan dapat pula dilakukan ke belakang. Guling belakang adalah gerakan mengguling dengan posisi badan mengarah ke depan kemudian mengguling dengan tumpuan kedua tangan
14
pembelajaran materi pokok senam terutama guling belakang diperlukan
komunikasi atau arahan yang tepat dari guru kepada siswa supaya cedera dapat dihindari dan mendapatkan hasil yang maksimal dalam melakukan
guling belakang.
Langkah-langkah guling belakang yaitu:
a. Sikap permulaan
Jongkok membelakangi matras dengan paha merapat di dada, kedua tangan berada di samping telinga dan kedua telapak tangan menghadap ke atas.
b. Gerakan
Angkatlah kedua tumit, bersama dengan itu pinggul diturunkan dan
langsung berguling belakang. Kedua tangan menyentuh matras, dilanjutkan dengan menarik lutut ke arah kepala dibantu dengan
dorongan kedua tangan sehingga badan berbentuk bulat dan langsung kembali jongkok menghadap ke arah semula.
Gambar. 1 Gerakan roll belakang
15
1. Penempatan tangan terlalu jauh ke belakang, tidak bisa menolak
2. Keseimbangan tubuh kurang baik saat mengguling kebelakang, hal ini disebabkan karena sikap tubuh kurang bulat
3. Salah satu tangan yang menumpu kurang bulat, atau bukan telapak tangan yang digunakan untuk menumpu diatas matras.
4. Posisi mengguling kurang sempurna. Hal ini disebabkan karena kepala menoleh ke samping.
5. Keseimbangan tidak terjaga karena mendarat dengan lutut (seharusnya
telapak kaki)
C. Otot
Otot merupakan suatu organ /alat yang penting sekali memungkinkan tubuh dapat begerak, dalam menjalankan sistem otot ini tidak bisa dilepaskan
dengan kerja saraf. Jadi otot, khususnya otot rangka merupakan sebuah alat yang menguasai gerak aktif dan memelihara sikap tubuh. Menurut Basoeki (1988: 76) sistem otot adalah semua otot tubuh, yang terikat tulang, yang
menyusun dinding sebagian besar organ internal, dan yang menyusun jantung. Jenis jaringan otot ada tiga yaitu otot kerangka, otot viseral dan otot
16
a. Struktur Otot
Menurut Basoeki (1988: 78) otot kerangka terdiri dari ribuan sel-sel silindris panjang yang disebut serabut-serabut otot myofibril. Serabut-serabut ini saling sejajar, dengan diameter 10-100 mikro meter. Setiap
serabut otot dibungkus oleh sebuah membran plasma yang disebut
sarcolemma. Sarcolemma membungkus sejumlah sitoplasma yang
disebut sarcoplasma. Didalam sarcoplasma setiap serabut memiliki banyak inti yang terletak dekat sarcolemma.
b. Macam –Macam Otot
Macam – macam otot dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Menurut bentuk dan serabutnya, yaitu otot serabut sejajar atau bentuk kumparan, otot bentuk kipas, otot bersirip dan otot melingkar/spinter. 2. Menurut jumlah kepalanya yaitu berkepala dua (bicep), berkepala 3
(tricep), berkepala 4 (quadricep). 3. Menurut pekerjaannya yaitu :
- Otot sinergis, otot dalam melakukan kerjanya secara bersama-sama - Otot antagonis, otot dalam melakukan kerjanya berlawanan
- Otot abduktor, otot yang berkerja mennggerakkan anggota
menjauhi tubuh
- Otot adduktor, otot yng berkerja mendekati tubuh
17
- Otot ekstensor, otot yang yang berkerja meluruskan kembali sendi
Tulang kepada kedudukan semula
- Otot pronator, ulna dan radial dalam keadaan sejajar
- Otot supinator, ulna dan radial dalam keadaan menyilang - Endorasi , memutar kedalam
- Eksorotasi, memutar keluar - Dilatasi, memanjangkan otot - Kontraksi, memendekkan otot
c. Fungsi Otot
Fungsi otot-otot pada tulang adalah menghasilkan gaya yang menimbulkan gerakan. Basoeki (1988: 76-77) berpendapat bahwa otot mempunyai tiga fungsi utama, yaitu :
1. Fungsi gerak terdiri dari gerak bentuk tubuh lokomosio (berpindah tempat), bentuk gerakan bagian tubuh, perubahan ukuran lubang, bentuk tenaga dorongan terhadap substansi melalui tabung, misalnya
dorongan terhadap darah yang melalui arteri karena dorongan jantung atau lewatnya makanan melalui saluran pencernaan makanan karena
lambung dan usus kontraksi.
2. Fungsi dalam pemeliharaan postur tubuh. Kontraksi parsial beberapa otot kerangka dilanjutkan dengan serempak sehingga memungkinkan
18
3. Fungsi sebagai penghasil panas tubuh. Perubahan kimia yang terjadi
dalam kegiatan otot menghasilkan panas yang cukup untuk pemeliharaan panas tubuh.
D. Power Otot Lengan
Dalam cabang olahraga senam power otot lengan sangat menentukan tercapainya suatu hasil yang maksimal. Power otot lengan yang baik akan
berpengaruh pada saat melakukan gerakan roll belakang yaitu pada saat posisi menggulingkan badan, yang berperan sebagai penahan berat tubuh dan juga arah yang diberikan tubuh pada saat gulingan atau roll. Kemampuan
lengan dalam melakukan suatu gerakan hentakan harus optimal, jika lengan kurang memiliki kemampuan fisik seperti kekuatan dan kecepatan maka
kemampuan dalam melakukan gerakan-gerakan yang baik tidak akan tercapai. Kontraksi otot ini menghasilkan tenaga eksternal untuk menggerakkan anggota tubuh. Power lengan berkaitan atau berhubungan erat
dengan kemampuan roll belakang, dalam hal ini power otot lengan adalah alat penggerak dalam melakukan ayunan guna membawa tubuh dalam
menyikapi teknik-teknik yang ada pada roll belakang itu sendiri.
”Power adalah suatu kemampuan kecepatan kontraksi semaximal mungkin
sebuah otot atau segerombolan otot dalam satu gerakan yang tak terputus. Dengan kata lain gerakan ini merupakan gerak yang meledak dalam satu
gerakan dalam waktu yang tertentu pula” (Soeharno HP, 1991 : 23).
Lengan merupakan anggota gerak atas (extremitas superior). Tulang-tulang
19
(humerus), tulang hasta (ulna), tulang pengupil (radius), tulang pergelangan
tangan (carpalia), tulang telapak tangan (metacarpalia), dan tulang jari-jari tangan (palanges) (Syaifudin, 1992 :50).
Otot-otot lengan dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini :
1. Otot Lengan atas
Otot ini terbagi atas :
1. Otot-otot kentul (fleksor)
a. Muskulus biseps brarki (otot lengan berkepala 2)
Otot ini meliputi 2 sendi dan memiliki 2 kepala (kaput), fungsinya
membengkokkan lengan bawah siku, meratakan hasta dan mengangkat lengan.
b. Muskulus brakialis (otot lengan dalam), berpangkal dibawah otot segitiga yang fungsinya membengkokkan lengan bawah siku. c. Muskulus korakobrakialis, berpangkal prosesus korakoid dan
menuju ketulang pangkal lengan.
2. Otot-otot kedang (extensor)
Muskulus triseps brarki (otot lengan berkepala 3), dengan kepala luar berpangkal di sebelah belakang tulang pangkal lengan dan menuju ke
bawah kemudian bersatu dengan yang lain. Kepala dimulai di sebelah dalam tulang pangkal lengan dan kepala panjang dimulai pada tulang di bawah sendi dan ketiganya mempunyai sebuah urat yang melekat di
20
Gambar. 2 Otot lengan atas
(sumber : Wingered, the human body, conceps of Anatomy & physiology, 222:1994, Saunders College publishers)
2. Otot Lengan bawah
Terbagi atas :
1. Otot-otot kedang yang memainkan peranannnya dalam pengetulan diatas sendi siku, sendi-sendi tangan, sendi-sendi jari, dan sebagian
dalam gerak silang hasta, yang terbagi menjadi : a. Muskulus extensor karpi radialis longus
b. Muskulus extensor karpi radialis brevis c. Muskulus extensor karpi ulnaris
Ketiga otot ini fungsinya adalah sebagai extensi lengan
(menggerakan lengan)
d. Diditonum karpi radialis, yang berfungsi extensi jari tangan kecuali
ibu jari
e. Muskulus extensor policis longus, fungsinya untuk extensi ibu jari. 2. Otot-otot ketul yang mengedangkan siku dan tangan serta ibu jari dan
21
a. Otot-otot di sebelah telapak tangan, ini terdiri dari 4 lapis, lapis yang
ke 2 disebelah luar yang berpangkal ditulang pangkal lengan. Didalam lapis yang 1 terdapat otot-otot yang meliputi sendi siku,
sendi antara hasta dan tulang pengumpil sendi di pergelangan yang fungsinya dapat membengkokan jari lengan. Lapis yang ke 4 adalah
otot-otot untuk sendi-sendi antara tulang hasta dan tulang pengupil. b. Otot-otot di sebelah tulang pengumpil, yang fungsinya
membengkokkan lengan disiku, pembengkokkan tangan ke arah
tulang pengumpil atau tulang hasta.
c. Otot-otot di sebelah punggung atas, yang fungsinya meluruskan jari
tangan.
Gambar. 3 Otot lengan bawah
(sumber : Wingered, the human body, conceps of Anatomy & physiology, 222:1994, Saunders College publishers)
Cara melatih power otot lengan adalah dengan resistance exercise atau latihan latihan tahanan, maksudnya latihan mengangkat, menarik atau
22
(eksternal resistance). Pengembangan kualitas kekuatan yang dilakukan harus
mengeluarkan suatu usaha maksimal atau hampir maksimal untuk menahan atau mengangkat beban yang ada. Demikian pula dengan beban yang
diberikan harus bertambah sedikit demi sedikit agar kualitas otot dapat berkembang dengan baik (progressive resistance training). Salah satu contoh
latihan kekuatan lengan adalah dengan push up.
E. Kekuatan Otot Tungkai
Faktor yang sangat penting dan mutlak diperlukan guna meningkatkan prestasi olahraga adalah kekuatan, oleh karena itu siswa dalam melakukan
kegiatannya harus memiliki kekuatan yang baik. Berlari, berjalan dan melompat merupakan kegiatan sehari-hari yang sering dilakukan oleh setiap
orang. Tanpa memiliki kekuatan otot-otot kaki yang kuat terutama otot tungkai, hal-hal yang tidak diinginkan dapat terjadi seperti terjatuh dan cidera.
a. Otot Tungkai
Menurut Soedarminto (1992: 60-61) tungkai terdiri dari tungkai atas dan tungkai bawah. Tungkai atas terdiri atas pangkal paha sampai lutut, sedangkan tungkai bawah terdiri atas lutut sampai kaki. Tulang tungkai
terdiri atas: tulang pangkal paha, tulang paha, tulang kering, tulang betis, tulang tempurung lutut, tulang pangkal kaki, tulang telapak kaki, tulang
23
1) Otot - otot tungkai atas meliputi
M. abduktor maldanus,M. abduktor brevis, M. abduktor longus. Ketiga otot ini menjadi satu yang disebut M. abduktor femoralis dan berfungsi
menyelenggarakan gerakan abduksi dari femur,M. rektus femuralis, M. vastus lateralis eksternal, M. vastus medialis internal, M. vastus inter
medial, Biseps femoris, berfungsi membengkokkan paha dan
meluruskan tungkai bawah, M. semi membranosus, berfungsi tungkai bawah, M. semi tendinosus (seperti urat), berfungsi membengkokkan
urat bawah serta memutar ke dalam, M. sartorius, berfungsi eksorotasi femur, memutar keluar waktu lutut fleksi, serta membantu gerakan
fleksi femur dan membengkokkan keluar.
Gambar. 4 Struktur otot tungkai atas (Evelyn, 2010: 134)
2) Otot-otot tungkai bawah meliputi :
Otot tulang kering, depan M. tibialis anterior, berfungsi mengangkut pinggir kaki sebelah tengah dan membengkokkan kaki, M. ekstensor
24
manis dan kelingking jari, Otot ekstensi jempol, berfungsi dapat
meluruskan ibu jari kaki, Tendo achilles, berfungsi meluruskan kaki di sendi tumit dan membengkokkan tungkai bawah lutut (M. popliteus),
M. falangus longus, berfungsi membengkokkan empu kaki, M. tibialis posterior, berfungsi membengkokkan kaki di sendi tumit dan telapak
25
b. Bentuk Latihan Kekuatan Otot Tungkai
1) Squat jump
Sikap permulaan anak jongkok, posisi kaki depan dan belakang, kedua jari-jari tangan dikaitkan menempel ditengkuk, kedua siku ke arah
samping. Setelah ada aba-aba anak meloncat sampai kedua kaki lurus rapat. Mendarat kembali seperti sikap permulaan. Gerakan ini dilakukan
sekuat-kuatnya.
Gambar. 6 Squat Jump
(Sumber: Evelyn, 2010: 76)
F. Kelentukan
Kelentukkan merupakan kemampuan sendi otot untuk merenggang seluas-luasnya. Daya lentur atau flexibility adalah ukuran kemampuan seseorang
dalam penyesuaian diri untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh yang luas, hal ini akan sangat mudah ditandai dengan tingkat flexibility persendian pada seluruh tubuh.
26
tubuh atau bagian-bagian tubuh untuk melakukan berbagai gerakan dengan
leluasa dan seimbang antara kelincahan dan respon keseimbangan.
Menurut Harsono (1998) dalam buku dasar-dasar kepelatihan kelentukan (fleksibilitas) dapat didefinisikan sebagai : “kemampuan seseorang untuk
menggerakkan tubuh dan bagian-bagian tubuh dalam satu ruang gerak yang seluas mungkin, tanpa mengalami, menimbulkan cidera pada persendian dan otot di sekitar persendian itu”.
Secara umum, suhu badan dan usia sangat mempengaruhi luasnya gerakan bagian-bagian tubuh. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelenturan
adalah ukuran kemampuan seseorang yang mempunyai ruang gerak yang luas dalam sendi-sendinya dan yang mempunyai otot-otot yang elastic.
a. Bentuk Latihan Kelentukan (Fleksibilitas)
Fleksibilitas dapat didepenisikan sebagai kemampuan dari sendi dan otot, serta tali sendi disekitarnya untuk bergerak dengan leluasa dan nyaman
dalam ruang gerak maksimal yang diharapkan. Fleksibilitas optimal memungkinan sekelompok atau satu sendi untuk bergerak dengan efisien.
Kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam sendi. Selain itu, kelentukan ditentukan juga oleh keelastisan otot-otot tendon dan ligamen.
1. Manfaat Melakukan Latihan Kelentukan
a. Membantu meraih suatu prestasi dalam bidang olahraga.
27
c. Mencegah kemungkinan terjadinya cedera pada otot dan sendi.
d. Menghemat pengeluaran tenaga saat melakukan gerakan. e. Membantu meperbaiki sikap tubuh.
b. Bentuk-Bentuk Latihan Kelentukan (Harsono, 1998)
a. Peregangan dinamis
Latihan peregangan dinamis dilakukan dengan cara menggerakan anggota tubuh secara ritmis dengan gerakan-gerakan memutar atau
memantul-mantulkan anggota tubuh sehinga otot-otot tubuh terasa teregangkan. Contoh gerakan dinamis, antara lain:
1) Gerakan pus up.
2) Tubuh tertelungkup, kemudian mengangkat dada dan punggung setinggi-tingginya.
3) Duduk dengan tungkai lurus, kemudian mencoba menyentuh ujung kaki dengan jari tangan.
b. Peregangan statis
Peregangan statis dapat dilakukan dengan cara mengambil sikap sedemikian rupa sehingga meregangkan suatu kelompok otot tertentu.
Contoh peregangan statis antara lain: 1) Sikap berdiri dengan tungkai lurus. 2) Badan dibungkukkan.
28
c. Peregangan pasif
Seseorang melakukan gerakan relaksasi terhadap kelompok otot
tertentu. Kemudian dengan bantuan orang lain meregangkan otot tersebut secara perlahan sampai titik fleksibilitas maksimum.
d. Peregangan kontraksi relaksasi
Pelaku melakukan kontraksi terhadap suatu suatu tahanan yang diberikan oleh teman nya pada sekelompok otot selama enam detik.
G. Kerangka Pikir
Kekuatan otot menunjang penampilan yang baik bagi pesenam, karenanya
meningkatkan kekuatan pesenam akan meningkatkan pula tingkat prestasinya dalam senam dan sebaliknya keikutsertaan seseorang dalam senam akan otomatis meningkatkan kekuatan seseorang. Menurut soeharno (1991: 31)
menyatakan : kekuatan adalah kemampuan dari otot untuk dapat mengatasai beban/tahanan dalam menjalankan aktivitasnya.
Kekuatan biasa digunakan untuk mengatasi beban yang berat gerakan
meledak dalam satu irama serta kekuatan yang tinggi dalam waktu yang lama (Soeharno, 1991 : 32). Berdasarkan kegunaannya kekuatan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
29
2. Explosif kekuatan adalah kemampuan sebuah otot atau untuk mengatasi
beban dengan kecepatan yang tinggi dalam suatu gerakan
3. Kekuatan endurance adalah kemampuan daya tahan lamanya kekuatan otot
untuk melakukan tahanan beban-beban yang tinggi intesitasnya.
Power otot lengan yang baik akan berpengaruh pada saat melakukan gerakan
roll belakang yaitu pada saat posisi menggulingkan badan, yang berperan
sebagai penahan berat tubuh dan juga arah yang diberikan tubuh pada saat gulingan atau roll. Selain itu otot lengan yang kuat juga dapat menghindarkan
siswa dari cidera akibat tidak kuatnya menahan tubuh saat gerakan roll
belakang.
Kekuatan otot tungkai merupakan salah satu unsur yang penting pada gerakan
roll belakang, terutama pada saat melakukan dorongan/ tolakan. Otot tungkai
yang kuat akan menghasilkan prestasi yang maksimal pada tolakan.
Kelentukkan merupakan kemampuan sendi otot untuk merenggang seluas-luasnya. Daya lentur atau flexibility adalah ukuran kemampuan seseorang
dalam penyesuaian diri untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh yang luas, hal ini akan sangat mudah ditandai dengan tingkat flexibility persendian
30
H. Hipotesis
Untuk dapat dipakai sebagai pegangan dalam penelitian ini, maka perlu menentukan suatu penafsiran sebelumnya tentang hipotesis yang akan
dibuktikan kebenarannya. Hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan kebenarannya, jika hipotesis telah dibuktikan kebenarannya namanya bukan lagi hipotesis melainkan tessa.
Menurut Arikunto (2010 : 62) hipotesis adalah jawaban sementara suatu masalah penelitian oleh karena itu suatu hipotesis perlu di uji guna
mengetahui apakah hipotesis tersebut terdukung oleh data yang menunjukan kebenarnnya atau tidak. Jadi intinya hipotesis harus dibuktikan kebenarannya dengan cara penelitian.
Atas dasar kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
H01: Tidak ada kontribusi antara power lengan dengan kemampuan gerak dasar roll belakang siswa putra kelas VII SMP N 1 Pesisir Tengah
H1: Ada kontribusi antara power lengan dengan kemampuan gerak dasar
roll belakang siswa putra kelas VII SMP N 1 Pesisir Tengah
H02: Tidak ada kontribusi antara kekuatan otot tungkai dengan kemampuan
31
H2: Ada kontribusi antara kekuatan otot tungkai dengan kemampuan gerak
dasar roll belakang siswa putra kelas VII SMP N 1 Pesisir Tengah
H03: Tidak ada kontribusi antara kelentukkan dengan kemampuan gerak
dasar roll belakang siswa putra kelas VII SMP N 1 Pesisir Tengah
H3: Ada kontribusi antara kelentukkan dengan kemampuan gerak dasar roll
32
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Menurut Arikunto (2010 : 160) “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian”. Metode
penelitian yang digunakan adalah penelitian survei dengan teknik tes. Metode penelitian dalam penelitian ini mencakup prosedur dan instrumen
atau alat yang digunakan dalam penelitian. Oleh karena itu berikut ini akan diuraikan tentang bagaimana metode yang digunakan untuk menentukan
objek penelitian, metode pengumpulan data, metode pengolahan data dan analisis data.
Menurut Riduwan (2005 : 207) “metode survey yaitu studi yang bertujuan
untuk mendeskripsikan atau menggambarkan peristiwa atau kejadian yang sedang berlangsung pada saat penelitian tanpa menghiraukan sebelum dan sesudahnya”.
B. Populasi dan sampel
33
Menurut Arikunto (2010 : 106) “Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian. Populasi merupakan sumber data yang sangat penting, karena
tanpa kehadiran populasi penelitian tidak akan berarti serta tidak mungkin
terlaksana”. Dari pengertian tersebut populasi penelitian ini adalah seluruh
siswa putra kelas VII SMP N 1 Pesisir Tengah Krui Pesisir Barat tahun pelajaran 2014 – 2015 sebanyak 143 orang.
No. Kelas Laki-laki Jumlah
Tabel. 1 Jumlah siswa kelas VII SMP N 1 PESISIR TENGAH KABUPATEN PESISIR BARAT
(Sumber : Dokumentasi SMP N 1 PESISIR TENGAH KABUPATEN PESISIR BARAT
2. Sampel
Menurut Arikunto (2010 : 108) “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik
34
Berdasarkan pendapat di atas penulis mengambil sampel sebesar 15% dari 143 populasi. Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
21 siswa.
C. Teknik Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
proporsional random sampling, dikatakan proporsional karena sampelnya terdiri dari sub-sub populasi, dan dikatakan random karena dalam penelitian ini penentuan sampel dilakukan secara acak dan masing-masing individu
diberikan hak yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Sehubungan jumlah populasi siswa, terdiri dari 7 kelas maka prosedur pengambilan sampel dapat
dilakukan dengan perincian sebagai berikut :
35
Sesuai dengan pendapat di atas, maka penulis memberikan hak yang sama kepada setiap populasi untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi
sampel sebanyak 21 siswa, seluruh sampel adalah siswa putra, dan diambil secara acak dari jumlah 143 orang populasi yang ada tanpa pengecualian
dengan cara undian. Cara undian (Riduwan, 2005) adalah sebagai berikut :
Pengambilan sampel dengan cara undian dilakukan dengan cara : 1. Mencatat nama dan memberi nomor urut pada semua populasi.
2. Menuliskan nomor urut dan nama populasi pada selembar kertas yang
dipotong kecil-kecil.
3. Menggulung kertas, isinya nama, nomor lalu dimasukkan kedalam
kaleng kemudian dikocok.
4. Mengeluarkan kertas tersebut yang berisi nomor dan nama populasi satu
persatu sejumlah yang dibutuhkan sebagai sampel.
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian penelitian (Arikunto, 2010 : 96). Variabel dalam penelitian ini menggunakan 3 (tiga)
variabel bebas dan 1 (satu) variabel terikat.
36
Variabel bebas adalah variabel yang nilainya tidak tergantung pada variabel lainnya dalam penelitian ini ada empat variabel bebas, yaitu :
1. Power otot lengan (X1) 2. Kekuatan otot tungkai (X2)
3. Kelentukkan (X3)
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang nilainya bergantung pada variabel lainnya, dalam penelitian ini variabel terikat adalah hasil roll belakang (Y).
E. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
Gambar. 7 Desain penelitian variabel X dan variabel Y (Sumber : Arikunto. 2010)
Keterangan :
X1 : power otot lengan X2 : kekuatan otot tungkai X3 : kelentukkan
Y : roll belakang
X2
X3
X1
37
F. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Arikunto (2010 : 265) dijelaskan bahwa metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data
penelitiannya. Untuk memperoleh data data yang diinginkan sesuai dengan tujuan peneliti sebagai bagian dari langkah pengumpulan data merupakan
langkah yang sukar karena data data yang salah akan menyebabkan kesimpulan-kesimpulan yang ditarik akan salah pula.
Pengambilan data dilakukan dengan pemberian tes dan pengukuran melalui
metode survey, yaitu peneliti mengamati secara langsung pelaksanaan tes dan pengukuran dilapangan.
G. Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2010 : 136) “instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih
mudah dan hasilnya lebih baik, sehingga mudah diolah”. Tes dan pengukuran
yang diukur meliputi :
a) Instrumen Power Otot Lengan
Dijelaskan dalam Nurhasan (2000) bahwa tes untuk mengukur power otot lengan untuk pria dan wanita usia 12 tahun hingga tingkat mahasiswa,
dapat menggunakan bola medicine. Dengan tingkat validitas 0,77 dan reliabilitas 0,81. Alat yang digunakan antara lain :
38
b. Alat dan fasilitas :
1. Medicine Ball
2. Formulir tes
3. Alat tulis
c. Pelaksanaan medicine ball :
Tesste duduk dengan kaki menjulur ke depan dan pandangan lurus ke depan. Tangan memegang bola medicine dengan kedua tangan didepan
dada. Posisi lengan dan tangan lurus dengan bahu. Dorong bola tersebut sekuat tenaga. Pada saat mendorong, tangan lurus ke depan. Tes
dilakukan sebanyak tiga kali. d. Penilaian :
Skor power terbaik dari dua kali kesempatan dicatat sebagai skor dalam
satuan cm.
Gambar. 8 Tes Bola Medicine. Sumber : Depdiknas Pusegjas. 2000
b)Instrument Kekuatan Otot Tungkai
Alat yang digunakan dalam mengukur kekuatan otot tungkai yaitu Leg
39
a. Tujuan : Mengukur kekuatan otot tungkai b. Alat dan Fasilitas :
1. Leg dynamometer
2. Formulir test
3. Alat tulis c. Pelaksanaan :
Orang yang dites berdiri di atas alat leg dynamometer dan lutut di tekuk
membentuk sudut 130-140 derajat,tubuh tetap tegak lurus dan pandangan lurus ke depan. Panjang rantai diukur sedemikian rupa
sesuai dengan orang yang dites dengan posisi berdiri. Tongkat pegangan di genggam dengan posisi tangan menghadap belakang. Tarik tongkat pegangan sekuat mungkin dan meluruskan lutut perlahan-lahan.
Baca angka ada skala maksimum tercapainya tarikan dalam satuan kilogram (kg).
d. Penilaian :
Pengukuran diambil sebanyak tiga kali dan hasil terbaik yang dipakai sebagai hasil pengukuran dengan satuan Kg.
Gambar. 9 Leg Dynamometer
40
c) Instrument Kelentukan
di ukur dengan menggunakan Flexometer
a. Tujuan : Untuk mengukur komponen kelentukan tubuh.
b. Alat dan fasilitas
1. Flexometer
2. Alat tulis 3. Formulir tes c. Pelaksanaan :
Testee berdiri tegak diatas bangku alat pengukur dengan 2 kaki rapat, dan kedua ujung jari kaki rata dengan pinggir bangku alat ukur. Badan
dibungkukkan kebawah, tangan lurus. Renggutkan badan kebawah perlahan-lahan sejauh mungkin, ke 2 tangan menelusuri pita alat ukur
dan berhenti pada jangkauan yang terjauh yang dihitung. Peserta diberi kesempatan 3 kali.
d. Penilaian : Jarak jangkauan yang terjauh yang dicapai testee.
Tabel. 3 :Norma Tes Duduk dan Jangkau
KELENTURAN (cm) SKOR KATEGORI
>(19) 5 Sangat Baik
(11,5) – (19) 4 Baik
(-1.5) – (11,5) 3 Cukup
(-6,5) – (-1,5) 2 Sedang
41
Gambar.10 Flexometer
(Eri Pratikayo D, 2010 : 44)
d). Instrumen Hasil Roll Belakang
Untuk mengukur kemampuan roll belakangadalah dengan menggunakan tes kemampuan rool belakang mulai dari sikap persiapan, pelaksanaan,
dan akhir gerakan. Dengan pemberian nilai mulai dari nilai 0 - 1. Alat yang digunakan antara lain :
1. Blangko tes 2. Alat tulis
Format tes : Terlampir (Halaman: 64)
H. Teknik Analisis Data
Analisis data ditujukan untuk mengetahui jawaban akan
pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian. Mengingat data yang ada adalah data yang masih mentah dan memiliki satuan yang berbeda, maka perlu disamakan satuan ukurannya sehingga lebih mudah dalam pengolahan data selanjutnya.
Dengan demikian data mentah diubah menjadi data yang standart ( TSkor ). Kemudian data tersebut dianalisis menggunakan analisis regresi linier
42
Data yang dianalisis adalah data variabel bebas yaitu (X1) power otot lengan, (X2) kekuatan otot tungkai, (X3) kelentukan, serta variabel terikat (Y) roll
belakang. Analisis dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan, yaitu untuk mengetahui apakah ada kontribusi yang diberikan
oleh masing-masing variabel bebas pada variabel terikat, X1 terhadap Y, X2 terhadap Y, X3 terhadap Y. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear sederhana. Untuk perhitungan statistik
menggunakan program SPSS for windows release 16.
1. Uji Prasyarat Analisis Regresi
1. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Hasil output dari pengujian normalitas data dengan Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut :
Tabel . Hasil Rangkuman Pengujian Normalitas Data Dengan Kolmogorov-Smirnov
No Variabel Asymp. Sig.
(2-tailed) Signifikansi Kesimpulan
1 Power Otot Lengan 0,874 0,05 Normal
2 Kekuatan Otot
Tungkai 0,566 0,05 Normal
43
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai signifikansi atau Asymp. Sig. (2-tailed) Power Otot Lengan, Kekuatan Otot Tungkai, Kelentukan Dan Hasil
Roll Belakang > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang kita uji berdistribusi normal.
a. Uji Linieritas
Uji linieritas pada analisis regresi sederhana berguna untuk mengetahui
apakah penggunaan model regresi linier dalam penelitian ini tepat atau
tidak. Untuk melakukan uji linieritas dapat dilihat pada rangkuman tabel
1 Anova (terlampir) dibawah ini:
Tabel 2. Tabel Uji Linieritas
No Variabel Nilai
Sig. Signifikansi Kesimpulan
1 Power Otot Lengan 0.231 0.05 Linier
2 Kekuatan Otot Tungkai 0.538 0.05 Linier
3 Kelentukan 0.640 0.05 Linier
Hipotesis yang digunakan:
H0: model tidak regresi linier.
H1: model regresi linier.
Kaidah pengambilan keputusan:
Jika F hitung ≤F table atau nilai sig ≥ 0,05= maka H1 diterima.
44
b. Uji Homogenitas
Prasyarat berikutnya untuk memenuhi analisis yaitu melakukan uji homogenitas varians data :
Tabel . Rangkuman Uji Homogenitas Tabel Test of Homogeneity of Variances
No Variabel Nilai Sig. Signifikansi Kesimpulan
1 Power Otot Lengan 0,473 0,05 Homogen
2 Kekuatan Otot Tungkai 0,642 0,05 Homogen
3 Kelentukan 0,935 0,05 Homogen
Dari hasil output SPSS di atas ternyata seluruh variabel adalah homogen karena nilai Sig. > 0,05.
2. Analisis Regresi
Rangkuman hasil Perhitungan Data Tes Power Otot Lengan, Kekuatan
Otot Tungkai Dan Kelentukan Terhadap Hasil Roll Belakang terhadap kemampuan rool belakang adalah sebagai berikut :
a. Regresi Linier Sederhana (Tunggal) Power Otot Lengan (X1) Terhadap Kemampuan Roll Belakang (Y)
Persamaan regresi linier sederhana antara X1 terhadap Y yaitu :
Ŷ = a + bX atau 21,184 + 0,576X. Koefisien determinasi 0,332 maka
dapat diketahui besarnya kontribusi power otot lengan adalah sebesar
33,2%.
45
Persamaan regresi linier sederhana antara X2 terhadap Y yaitu :
Ŷ = a + bX atau 17,628 + 0,647X. Koefisien determinasi 0,419 maka
dapat diketahui besarnya kontribusikekuatan otot tungkai adalah
sebesar 41,9%.
c. Regresi Linier Sederhana (Tunggal) Kelentukan(X3) Terhadap Kemampuan Roll Belakang(Y)
Persamaan regresi linier sederhana antara X3 terhadap Y yaitu :
Ŷ = a + bX atau 14,606 + 0,708X. Koefisien determinasi 0,501 maka
dapat diketahui besarnya kontribusi kelentukan adalah sebesar 50,1%.
3. Uji Hipotesis
Hipotesis 1
Power otot lengan memiliki nilai signifikansi (Sig.) 0,006 pada tabel Coefficientsa dengan nilai α (derajat signifkansi) 0,05 artinya 0,006<0,05 atau kekuatan lengan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kemampuan roll belakang. Jadi H0 ditolak dan H1 diterima. Ada kontribusi yang signifikan antara power otot lengan terhadap kemampuan
rool belakang.
Hipotesis 2
46
kontribusi yang signifikan antara kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan roll belakang.
Hipotesis 3
Kelentukan memiliki nilai signifikansi (Sig.) 0,000 pada tabel Coefficientsa dengan nilai α (derajat signifkansi) 0,05 artinya 0,000<0,05 atau kekuatan perut memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kemampuan roll belakang. Jadi H0 ditolak dan H3 diterima. Ada kontribusi yang signifikan antara kelentukan terhadap kemampuan roll
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Ada kontribusi antara power otot lengan dengan kemampuan gerak dasar
roll belakang siswa putra kelas VII SMP N 1 Pesisir Tengah
2. Ada kontribusi antara Kekuatan Otot Tungkai dengan kemampuan gerak
dasar roll belakang siswa kelas VII putra SMP N 1 Pesisir Tengah 3. Ada kontribusi antara Kelentukkan dengan kemampuan gerak dasar roll
belakang siswa putra kelas VII SMP N 1 Pesisir Tengah
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa saran yang
ingin peneliti sampaikan, adapun saran yang diberikan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Bagi pelatih, beban latihan untuk tiap unsur Power Otot Lengan, Kekuatan Otot Tungkai Dan Kelentukan disesuaikan dengan nilai
sumbangan tiap variabel terhadap hasil Roll Belakang.
62
3. Pentingnya penelitian lebih lanjut dengan memperbanyak sampel yang
lebih besar dan variabel yang lebih luas, agar diperoleh gambaran secara
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. RinekaCipta. Jakarta.
Basoeki, Soedjono. 1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Depdiknas. 2000. Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Depdiknas, Jakarta.
Eri Pratikayo. 2010. Tes Pengukuran dan Evaluasi Olahraga. Semarang: Widya Karya.
Evelin C. 2010. Anatomi & Fisiologi Untuk Para Medis Terjemahan Sri Yuliani Handoyo. PT. Gramedia. Jakarta.
Hadi, Sutrisno. 1993. Metodologi Research. UGM Yogyakarta.
Hidayat, Imam. 1995. Senam. Diklat. FPOK IKIP. Bandung.
Harsono. 1998. Coaching Dan Aspek-Aspek Psikologi Dalam Coaching. Jakarta: CV Tambak Kusuma.
Ismaryati. 2008. Tes dan Pengukuran Olahraga. Surakarta: UNS Press.
Kirkendall, Don R. 1980. Pengukuran dan Evaluasi Untuk Guru Pendidikan Jasmani. IKIP. Jakarta.
Margono, Agus. 2009. Senam. UNS Press. Surakata.
Muhajir. 2004. Pendidikan Jasmani teori dan Praktek. Erlangga. Jakarta.
64
Nurhasan. 2000. Tes dan Pengukuran Dalam Pendidikan Jasmani Prinsip-prinsip Dan Penerapannya. Jakarta: Direktorat Jenderal Olahraga
Riduwan. 2005. Prosedur Penelitian. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Sunarsih, Sri. dkk. 2007. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Penjas Orkes. SD Kelas VI. Jakarta: Erlangga.
Syaifuddin. 1992. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Sudarminto, 1992, Kinesiologi. Depdikbud Dikti P2TK. Jakarta.
Soeharno, HP. 1991. Olahraga Atletik. Diponegoro. Semarang.
Winarno. 2012. Peningkatan Kemampuan Roll Belakang. (Skripsi) Universitas Lampung.
Wingered. 1994. The Human Body, Conceps of Anatomy and Physiology.