ANALISIS KINERJA PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS)
DI KECAMATAN TERBANGGI BESAR ( Studi kasus Puskesmas Bandarjaya )
Oleh
FARIDH RAHMAN ADHAM
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
ANALISIS KINERJA PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS)
DI KECAMATAN TERBANGGI BESAR ( Studi kasus Puskesmas Bandarjaya )
Oleh
FARIDH RAHMAN ADHAM
Kesehatan harus dipandang oleh pemerintah sebagai suatu investasi karena bila rakyatnya sehat maka rakyatnya akan hidup produktif, bahagia, dan sejahtera. Pelayanan (Jamkesmas) yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat merupakan suatu harapan bagi masyarakat miskin, dalam pelayanan (Jamkesmas). Namun berdasarkan data yang diperoleh masih banyak masyarakat/ penduduk miskin Di Kecamatan Terbanggi Besar yang belum mendapat pelayanan kesehatan dari program (Jamkesmas) tersebut.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, dapat dirumuskan suatu permasalahan Bagaimanakah kinerja Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah
Penelitian ini adalah untuk menganalisi kinerja pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) di Puskesmas Bandarjaya. Hal ini berdasarkan atas Pelaksanaan kebijakan Jamkesmas dituangkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 125/Menkes/SK/II/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat.
Data yang digunakan adalah data primer dengan metode deskriptif yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner dengan A,B,C,D, dan E. Hasil analisis atas kuisioner data dari 100 orang koresponden dengan pilihan A yaitu pendekatan ini dalam menganalisi kinerja program jaminan kesehatan masyarakat tentang pelayanan baik itu pemeriksaan, pengobatan dan perawatan pasien sebesar 57,44% koresponden menyatakan sangat baik. Sebesar 45,74% koresponden menyatakan tentang hasil kusioner pilihan B yaitu penggunaan program jaminan kesehatan setuju pelaksanaan program jaminan kesehatan dirasakan langsung oleh seluruh masyarakat miskin di kecamatan Terbanggi Besar. Pada hasil kuisioner pilihan C yaitu tentang kemudahan masyarakat di kecamatan Terbanggi Besar memperoleh program jaminan kesehatan ditunjukan sebesar 27,65%. Sebesar 12,76% koresponden hasil kuisioner pada pilihan D yaitu tepat sasaran program jaminan kesehatan di kecamatan Terbanggi Besar. Dan sebesar 22,34% koresponden pada hasil kuisioner untuk pilihan E yaitu program jaminan kesehatan masyarakat miskin di kecamatan Terbanggi Besar menyatakan sangat setuju terhadap kualitas pelayanan tersebut.
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Isi... i
Daftar Tabel ... ii
Daftar Gambar ... iii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Permasalahan ... 18
C. Tujuan Penelitian ... 19
D. Kerangka Pemikiran ... 19
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 27
1. Definisi Kinerja ... 27
2. Pengukuran Kinerja ... 28
3. Fungsi dan Peranan Pemerintah ... 32
4. Pengeluaran pemerintah ... 36
5. Kebijakan subsidi ... 38
B. Pengertian Pelayanan dan Pelayanan Kesehatan ... 47
1. Pengertian Pelayanan ... 47
2. Pelayanan Kesehatan ... 48
3. Kesehatan Masyarakat ... 50
4. Program Jaminan Kesehatan Masyarakat ... 51
5. Pusat Kesehatan Masyarakat ... 52
6. Kegiatan Pokok Puskesmas ... 54
BAB III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 55
B. Jenis dan Sumber data ... 56
1. Data Primer ... 56
2. Data Sekunder ... 56
3. Teknik Pengumpulan Data ... 56
4. Teknik Penarikan Sample ... 58
C. Alat Analisis ... 61
d. Angin ... 64
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN68 A. Analisis Berdasarkan Hasil dan Tanggapan Dari Responden ... 65
1. Hasil Kuesioner Mengenai Pelayanan Jamkesmas (Pelayanan) ... 65
2. Hasil Kuesioner Tentang Kegunaan Jamkesmas (Penggunaan) ... 75
3. Hasil Kuesioner Tentang Kemudahan yang didapat dari Program Jamkesmas (Kemudahan) ... 80
4. Indikator Keberhasilan Program (Jamkesmas) (Tepat Sasaran) ... 87
5. Indikator Keberhasilan Program (Jamkesmas) (Tepat Kualitas) ... 91
B. Hasil Pembahasan ... 97
C. Implikasi Hasil Penelitian ... 99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 100
B. Saran ... 101
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia, kesejahteraan keluarga dan masyarakat, serta mempertinggi kesadaran
akan pentingnya hidup sehat. Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua
pihak, tidak hanya oleh seseorang tetapi juga oleh keluarga, kelompok dan bahkan
oleh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak hal
yang perlu dilakukan, salah satu diantaranya yang dinilai peranan cukup penting
adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
Kesehatan adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah sanitasi yang
mengganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama
dengan sanitasi. Upaya memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan
merupakan kegiatan kesehatan masyarakat. Kemudian pada akhir abad ke-18
dengan diketemukan bakteri-bakteri penyebab penyakit dan beberapa jenis
imunisasi, kegiatan kesehatan masyarakat adalah pencegahan penyakit yang
terjadi dalam masyarakat melalui perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan
Kesehatan masyarakat diartikan suatu upaya integrasi antara ilmu sanitasi dengan
ilmu kedokteran. Sedangkan ilmu kedokteran itu sendiri merupakan integrasi
antara ilmu biologi dan ilmu sosial. Dalam perkembangan selanjutnya, kesehatan
masyarakat diartikan sebagai aplikasi dan kegiatan terpadu antara sanitasi dan
pengobatan (kedokteran) dalam mencegah penyakit yang melanda penduduk atau
masyarakat. Dari pengalaman-pengalaman praktik kesehatan masyarakat yang
telah berjalan sampai pada awal abad ke-20, Winslow (1920) dalam Notoadmodjo
2007 akhirnya membuat batasan kesehatan masyarakat yang sampai sekarang
masih relevan, yakni : kesehatan masyarakat (public health) adalah ilmu dan seni :
mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatklan kesehatan
Dari batasan tersebut tersirat bahwa kesehatan masyarakat adalah kombinasi
antara teori (ilmu) dan praktik (seni) yang bertujuan untuk mencegah penyakit,
memperpanjang usia hidup, dan meningkatkan kesehatan penduduk (masyarakat).
Untuk mencapai ketiga tujuan pokok tersebut, Winslow mengusulkan cara atau
pendekatan yang dianggap paling efektif adalah melalui ’upaya-upaya
pengorganisasian masyarakat.
Pengorganisasian masyarakat dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan kesehatan
masyarakat, pada hakikatnya adalah menghimpun potensi masyarakat atau
sumber daya (resources) yang ada dalam masyarakat itu sendiri untuk
upaya-upaya, yaitu: preventiv, kuratif, promotif, dan rehabilitatif kesehatan mereka
sendiri. Pengorganisasian masyarakat dalam bentuk penghimpunan dan
pada hakikatnya adalah menumbuhkan, membina, dan mengembangkan
partisipasi masyarakat dibidang pembangunan kesehatan.
Melalui investasi kesehatan peningkatan produktifitas kerja seseorang dapat
ditingkatkan, meningkatkan pendapatan dan tingkat pendidikannya, menurunkan
angka kematian serta akhirnya menurunkan kemiskinan. Kesehatan merupakan
hak dasar bagi masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan, dalam hal ini
menjadi kewajiban pemerintah, baik pusat maupun daerah untuk mewujudkannya.
Pelayanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas merupakan idaman seluruh
lapisan masyarakat, khususnya bagi masyarakat golongan menengah kebawah,
namun pada kenyataanya masih banyak negara yang belum menyadari bahwa
pelayanan kesehatan yang disediakan ternyata belum mampu memberikan
pelayanan kesehatan yang mereka harapkan.
Biaya kesehatan yang semakin mahal, namun kualitas pelayanan yang diberikan
banyak dikeluhkan oleh masyarakat khususnya masyarakat miskin yang sangat
membutuhkan pelayanan kesehatan yang maksimal. Krisis ekonomi yang
berkepanjangan menimbulkan adanya krisis kesehatan bagi penduduk miskin
yaitu banyak kebutuhan kesehatan masyarakat miskin di perkotaan maupun di
pedesaan yang belum dapat terpenuhi. Krisis kesehatan sebagai akibat krisis
ekonomi telah membuat masyarakat miskin semakin menderita karena semakin
Maka seharusnya pemerintah lebih mengupayakan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat miskin akan kesehatan tersebut yaitu dengan pembangunan di segala
bidang terutama di bidang kesehatan dengan mendirikan Puskesmas. Kedudukan
puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah sebagai sarana pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang bertanggungjawab menyelengarakan upaya
kesehatan perorangan maupun kesehatan masyarakat.
Untuk membantu mengatasi masalah kesehatan masyarakat, pemerintah
memberikan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin. Menurut
Kertonegoro (1987 : 9) dalam Rini Yulianti. 2005 Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan tergolong dalam jaminan sosial yang merupakan perlindungan
kesejahteraan masyarakat yang diselenggarakan oleh Pemerintah untuk menjaga
taraf hidup rakyat. Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan
kesehatan, sejak tahun 1998 pemerintah melaksanakan berbagai upaya
pemeliharaan kesehatan penduduk miskin. Bermula dengan pengembangan
Program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK) Tahun 1998–
2001,Program Dampak Pengurangan Subsidi Energi (PDPSE) tahun 2001.
Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS–BBM)
Tahun 2002–2004. Pada Tahun 2005, pemerintah meluncurkan program jaminan
kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu yang dikenal dengan nama
program Asuransi Kesehatan Masyakat Miskin (Askeskin). Penyelenggara
program adalah PT Askes (Persero), yang ditugaskan Menteri Kesehatan
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1241/Menkes/SK/XI/2004
Kesehatan bagi Masyarakat Miskin. Program ini merupakan bantuan sosial yang
diselenggarakan dalam skema asuransi kesehatan sosial.
Setelah dilakukan evaluasi dan dalam rangka efisiensi dan kinerja, maka pada
tahun 2008 dilakukan perubahan dalam sistem penyelenggaraannya. Perubahan
pengelolaan program tersebut adalah dengan pemisahan fungsi pengelola dengan
fungsi pembayaran, yang didukung dengan penempatan tenaga verifikator di
setiap rumah sakit. Nama program tersebut juga berubah menjadi Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) adalah program bantuan sosial
untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu yang
diselenggarakan secara nasional, agar terjadi subsidi silang dalam rangka
mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin.
Pelaksanaan program (Jamkesmas) dinyatakan berhasil apabila masyarakat telah
merasakan langsung dari kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
Pemerintah, evaluasi pelayanan (Jamkesmas) merupakan hal yang penting untuk
melihat efektif tidaknya program (Jamkesmas) tersebut. Adapun program –
program dari (Jamkesmas) adalah pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat
miskin dan tidak mampu, sebagai langkah awal dalam rujukan ke rumah sakit
meliputi pelayanan kesehatan rawat jalan (RJ) dan rawat inap (RI), serta
pelayanan kesehatan rujukan rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL), rawat inap
tingkat lanjutan (RITL) dan pelayanan gawat darurat. Untuk mengukur berhasil
bagaimana kualitas pelayanan yang diberikan, kegunaan dari program
(Jamkesmas),dan kemudahan yang didapat dari program (Jamkesmas). Tujuan
dari program (Jamkesmas) adalah untuk menciptakan masyarakat sehat dan
sejahtera. Pencapaian program (Jamkesmas) sehingga dapat dirasakan langsung
oleh masyarakat merupakan tugas dari pemerintah seperti diamanatkan dalam
Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN), dan merupakan salah satu komitmen pemerintah dalam pembangunan
kesehatan di Indonesia.
Berdasarkan evaluasi program yang akan dicapai dari tataran pasca implementasi
program ini, dapat diharapkan terjadi peningkatan status gizi dan kesehatan
masyarakat, kinerja sistem pelayanan kesehatan, pelayanan umum yang berdaya
guna dan berhasil guna, meningkatkan partisipasi masyarakat miskin di
Kecamatan Terbanggi Besar. Keberhasilan program ini adalah terwujudnya
harapan masyarakat, bila metode pelaksanaan program dilakukan secara sistematis
dalam artian sesuai dengan program (Jamkesmas), sebaliknya bila pelayanan dan
partisipasi masyarakat terhadap program (Jamkesmas) statis, maka perlu adanya
perbaikan metode yang lebih baik lagi atau bila perlu program tersebut dihentikan.
Dengan pertimbangan untuk mengendalikan pelayanan kesehatan, peningkatan
mutu, transparansi dan akuntabiltas, serta mengingat keterbatasan pendanaan,
pengelolaan program Jamkesmas tahun 2008 dilakukan langsung oleh
Departemen Kesehatan. Pergantian pihak pengelola dengan tahun–tahun
pelaksanaannya, sehingga mekanisme pelaksanaan Program Jamkesmas tahun
2008 sebagai berikut:
1. Kepesertaan Jamkesmas
Peserta Program Jamkesmas adalah setiap orang miskin dan tidak mampu
yang terdaftar dan memiliki kartu dan berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan. Jumlah sasaran peserta sebesar 19,1 juta Rumah Tangga Miskin
(RTM) atau sekitar 76,4 juta jiwa.
2. Tatalaksana Pelayanan Kesehatan
Setiap peserta Jamkesmas berhak mendapat pelayanan kesehatan dasar
meliputi pelayanan kesehatan rawat jalan (RJ) dan rawat inap (RI), serta
pelayanan kesehatan rujukan rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL), rawat inap
tingkat lanjutan (RITL) dan pelayanan gawat darurat.
Pelayanan kesehatan dalam program Jamkesmas menerapkan pelayanan
berjenjang berdasarkan rujukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pelayanan rawat jalan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan
jaringannya. Pelayanan rawat jalan lanjutan diberikan di Balai Kesehatan
Mata Masyarakat (BKMM), Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
(BBKPM), BKPM/BP4/BKIM dan rumah sakit (RS).
b. Pelayanan rawat inap diberikan di Puskesmas Perawatan dan ruang rawat inap
kelas III (tiga) di RS Pemerintah termasuk RS Khusus, RS TNI/POLRI dan
RS Swasta yang bekerjasama dengan Departemen Kesehatan. Departemen
membuat perjanjian kerjasama (PKS) dengan RS setempat, yang diketahui
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi meliputi berbagai aspek pengaturan.
c. Pada keadaan gawat darurat (emergency) seluruh Pemberi Pelayanan
Kesehatan (PPK) wajib memberikan pelayanan kepada peserta walaupun tidak
memiliki perjanjian kerjasama. Penggantian biaya pelayanan kesehatan
diklaimkan ke Departemen Kesehatan melalui Tim Pengelola Kabupaten/Kota
setempat setelah diverifikasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada
program ini.
d. RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM melaksanakan pelayanan rujukan
lintas wilayah dan biayanya dapat diklaimkan oleh Pemberi Pelayanan
Kesehatan (PPK) yang bersangkutan ke Departemen Kesehatan.
Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta, sebagai berikut:
a) Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan dasar berkunjung ke
Puskesmas dan jaringannya.
b) Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, peserta harus menunjukkan kartu
yang keabsahan kepesertaannya merujuk kepada daftar masyarakat miskin
yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota setempat. Penggunaan SKTM hanya
berlaku untuk setiap kali pelayanan kecuali pada kondisi pelayanan lanjutan
terkait dengan penyakitnya.
Apabila peserta Jamkesmas memerlukan pelayanan kesehatan rujukan, maka yang
bersangkutan dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan disertai surat
rujukan dan kartu peserta yang ditunjukkan sejak awal sebelum mendapatkan
Penamaan program Jamkesmas mengalami berbagai bentuk perubahan. Awalnya,
sebelum program ini menjadi regulasi yang diamanatkan dalam Undang–Undang
Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, berbagai upaya memobilisasi dana
masyarakat dengan menggunakan prinsip asuransi telah dilakukan antara lain
dengan program Dana Upaya Kesehatan Masyarakat (DUKM). Dengan
memobilisasi masyarakat diharapkan mutu pelayanan kesehatan dapat
ditingkatkan tanpa harus meningkatkan anggaran pemerintah. Konsep yang
ditawarkan adalah secara perlahan pembiayaan kesehatan harus ditanggung
masyarakat sementara pemerintah akan lebih berfungsi sebagai regulator. Program
DUKM secara operasional dijabarkan dalam bentuk Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat (JPKM)
Pelaksanaan program (Jamkesmas) dapat memberi manfaat bagi masyarakat
miskin untuk dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang optimal seperti dalam
Undang – undang No.23 Tahun 1992 Pasal 4, menyatakan bahwa : ”Setiap orang
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal”
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan memberikan
fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan
produktivitas, dan penerapan praktek bisnis yang sehat dapat tercapai.
Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Tengah mempunyai wewenang dalam
mengatur masalah kesehatan di Kabupaten Lampung Tengah tidak terkecuali
dalam pelaksanaan program kesehatan bagi masyarakat miskin yaitu program
Visi dan misi Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Tengah adalah menciptakan
warga masyarakat dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera. Pelaksanaan
program (Jamkesmas) di Kabupaten Lampung Tengah telah dilakukan diseluruh
Puskesmas, meliputi Puskesmas induk dan Puskesmas pembantu. Puskesmas
induk tersebar di seluruh Kecamatan di Kabupaten Lampung Tengah termasuk
Puskesmas Bandar Jaya.
Pelaksanaan Program (Jamkesmas) di Kecamatan Terbanggi Besar dilakukan
sejak tahun 2005 yang sebelumnya dinamakan Asuransi Kesehatan Masyarakat
Miskin (Askeskin). Program ini dikhususkan untuk membantu masyarakat miskin
dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang gratis. Puskesmas Bandar Jaya
dalam hal ini sebagai pelaksana program (Jamkesmas) yang meliputi diagnosis
penyakit, perawatan, dan sosialisasi program yang bertujuan untuk menciptakan
masyarakat Bandar Jaya hidup sehat dan sejahtera. Berdasarkan Laporan tahun
2008 program JAMKESMAS Puskesmas Bandar Jaya Kecamatan Terbanggi
Besar untuk menciptakan masyarakat Bandar Jaya hidup sehat dan sejahtera harus
diperhatikan faktor- faktor yang dapat menghambatnya yaitu kemiskinan,
pengangguran, dan jumlah penduduk yang besar. Besarnya jumlah penduduk
dapat menjadi penyebab dari kemiskinan, dapat dilihat dari tabel di bawah ini
jumlah penduduk di Kecamatan Terbanggi Besar.
Pada Tabel 1 terlihat bahwa jumlah penduduk di Kecamatan Terbanggi Besar
sebesar 29.873 jiwa, jumlah penduduk terbanyak di desa Bandar Jaya yaitu
sebesar 9.894 jiwa, dan jumlah penduduk terkecil di desa Adi Jaya yaitu sebesar
Hal ini juga terjadi tidak terkecuali pada Kecamatan Terbanggi Besar. Jumlah penduduk miskin di Kecamatan Terbanggi Besar dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Penduduk Kecamatan Terbanggi Besar menurut Pekon, Jenis Kelamin dan Sex Ratio Tahun 2008
No Pekon
Vilages Laki-laki/ Male Perempuan/ Female Jumlah
Total Sex Ratio
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 2 3 4 5 6 7 Karang Endah Indra Putra subing Adi Jaya Yukum Jaya Terbanggi Besar Penengahan Bandar Jaya 2.031 1.351 1.017 1.748 2.746 1.368 5.368 1.960 1.270 988 1.635 2.609 1.256 4.526 3.991 2.621 2.005 3.383 5.355 2.624 9.894 103.622 106.378 102.935 106.911 105.251 108.917 118.604
Jumlah 15.629 14.244 29.873 752.618
Sumber :Koordinator Statistik Kecamatan Terbanggi Besar 2008
Pada tabel 2. Terlihat bahwa jumlah penduduk miskin yang terbanyak di Desa
Bandar Jaya sebanyak 573 kepala keluarga , dan jumlah penduduk miskin yang
terkecil di Desa Adi Jaya sebanyak 99 kepala keluarga, dari tabel diatas dapat
disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan di Desa Bandar Jaya masih tinggi untuk
itu sebagai bahan pertimbangan penulis mengambil penelitian di Desa Bandar
Tabel 2. Jumlah Penduduk Miskin di Kecamatan Terbanggi Besar Tahun 2008 (Per Kepala Keluarga)
No Desa Jumlah Rumah Tangga Miskin
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Karang Endah Indra Putra subing Adi Jaya Yukum Jaya Terbanggi Besar Penengahan Bandar Jaya 293 172 99 236 250 150 573
Jumlah 1.773
Sumber : BPS Kabupaten Lampung Tengah
Untuk mengetahui seberapa besar penduduk miskin di Kecamatan Terbanggi
Besar yang menjadi peserta (JAMKESMAS) dapat dilihat pada tabel 3. Hal ini
dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 3. Jumlah Penduduk Miskin di Kecamatan Terbanggi Besar yang mendapatkan kartu peserta (Jamkesmas) Berdasarkan wilayah kerja Puskesmas Bandar Jaya 2008
NO
PEKON JUMLAH PENDUDUK JUMLAH
LAKI-LAKI PEREMPUAN
1 2 3 4 5 6 7 Karang Endah Indra Putra subing Adi Jaya Yukum Jaya Terbanggi Besar Penengahan Bandar Jaya 1.265 852 659 962 1.058 782 2.136 973 885 682 995 1.104 815 2.851 2.238 1.737 1.341 1.957 2.162 1.597 4.987
TOTAL 7.714 8.305 16.019
Sumber : Puskesmas Bandar Jaya 2008
Pada tabel 3 dapat dilihat jumlah penduduk miskin di Kecamatan Terbanggi Besar
yang mendapatkan kartu peserta JAMKESMAS berdasarkan wilayah kerja
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemeritah dearah Kabupaten Lampung
Tengah Kecamatan Terbanggi Besar untuk pembangunan kesehatan masyarakat
diberbagai daerah melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas
adalah unit pelaksanaan pembangunan kesehatan di wilayah Kecamatan.
Pembagian instalasi perawatan di Puskesmas Bandar Jaya dapat dibedakan dalam
empat instalasi yaitu : Umum (dalam hal ini menangani penyakit yang bersifat
umum), KIA (dalam hal ini menangani kesehatan ibu dan anak seperti imunisasi),
KB (dalam hal ini menangani program KB), GIGI (dalam hal ini menangani
pnyakit GIGI).
Pada tabel 4. terlihat bahwa Jumlah Pasien (Jamkesmas) yang terlayani di
Puskesmas Bandar Jaya sebesar 1578 pasien, jumlah terbanyak pada instalasi
umum sebesar 458 pasien,jumlah pasien terkecil pada instalasi Gigi yaitu 356
pasien.
Tabel 4. Jumlah Peserta (Jamkesmas) yang terlayani di Puskesmas Bandar Jaya menurut instalasi perawatan adalah sebagai berikut :
Triwulan Instalasi Perawatan
UMUM KIA KB GIGI
Triwulan I (Januari-Maret) Triwulan II (April-Juni) Triwulan III (Juli – Sept) Triwulan IV (Okt – Des)
109 136 101 112 128 106 59 67 132 94 91 87 115 91 79 71
Jumlah 458 360 404 356
Jumlah Keseluruhan Pasien (Jamkesmas) 1578 Sumber : Puskesmas Bandar Jaya 2008
Puskesmas menjadi salah satu tujuan bagi masyarakat miskin untuk mendapatkan
pelayanan publik dalam bidang kesehatan, sehingga masyarakat miskin dapat
memperoleh haknya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Untuk mengetahui
keseluruhan jumlah pasien Rawat Jalan di Puskesmas Bandar Jaya dapat dilihat
dalam Tabel 5 berikut. Pada tabel 5. terlihat bahwa jumlah pasien di puskesmas
Bandar Jaya berdasarkan instalasi perawatannya sebesar 39.198 pasien, yang
terbanyak adalah pasien Umum sebesar 34.533 pasien, dan yang terkecil adalah
pasien KB sebesar 503 pasien.
Tabel 5. Jumlah Pasien Rawat Jalan Di Puskesmas Bandar Jaya Menurut Instalasi Perawatannya Pada Tahun 2008
Triwulan Instalasi Perawatan
UMUM KIA KB GIGI
Triwulan I (Januari-Maret) Triwulan II (April-Juni) Triwulan III (Juli – Sept) Triwulan IV (Okt – Des)
7293 8871 9040 9329 221 272 239 229 215 103 87 98 589 894 875 843
Jumlah 34.533 961 503 3.201
Jumlah keseluruhan 39.198
Sumber : Puskesmas Bandar Jaya 2008
Puskesmas memiliki tiga fungsi yaitu menggerakkan pembangunan berwawasan
kesehatan, memberdayakan masyarakat dan memberdayakan keluarga, serta
memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Dalam menjalankan fungsinya
maka puskesmas memegang empat azas, yaitu:
1. Azas Tanggungjawab Wilayah
Puskesmas harus bertanggung jawab atas pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya. Artinya bila terjadi masalah kesehatan di wilayah kerjanya,
juga puskesmas harus produktif kelapangan mengadakan pemantauan,
pembinaan dan pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan
2. Azas Peran Serta Masyarakat
Dalam melaksanakan kegiatannya, puskesmas harus memandang masyarakat
sebagia subyek pembangunan kesehatan, sehingga puskesmas bukan hanya
bekerja untuk mereka tetapi juga bekerja bersama masyarakat. Untuk itu perlu
difasilitasi pembentukan wadah masyarakat yang perduli kesehatan.
3. Azas Keterpaduan
Puskesmas dalam melakukan kegiatan pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya harus melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, bermitra dengan
Badan Peduli Masyarakat (BPKM) atau Badan Penyatu Puskesmas (BPP) dan
organisasi masyarakat lainnya, berkoordinasi dengan lintas sektor, agar terjadi
perpaduan kegiatan di lapangan, sehingga lebih berhasil guna dan berdaya
guna.
4. Azas Rujukan
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama, yang
bila tidak mampu mengatasi masalah karena berbagai keterbatasan, biasa
melakukan rujukan baik secara vertikal ketingkat yang lebih tinggi, atau
secara horizontal ke puskesmas lain.
Puskesmas Bandar Jaya merupakan salah satu puskesmas induk di wilayah
Kecamatan Terbanggi Besar. Wilayah kerja Puskesmas Bandar Jaya terdiri atas 7
Pekon meliputi wilayah Pekon Bandar Jaya, Pekon Adijaya, Pekon Karang Endah,
Penengahan, mempunyai luas wilayah kerja 269,89 Km2 dengan jumlah
penduduk sesuai dengan data proyeksi 2008 sebanyak xxx jiwa.
Pada tabel 6 menunjukan bahwa Puskesmas Bandar Jaya terdapat 7 wilayah kerja.
Untuk mencapai visi dan misi dituntut suatu proses perencanaaan kegiatan yang
matang. Ditingkat Puskesmas yang dimulai dari analisis situasi, identifikasi, dan
prioritas masalah. Penetapan tujuan dan sasaran program yang akan dicapai,
menyeleksi alternatif pemecahan masalah, rencana operasional kegiatan serta
pembiayaan kesehatan untuk mencapai tujuan tersebut.
Tabel 6. Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Jaya dan Jumlah Penduduk NO
PEKON JUMLAH PENDUDUK JUMLAH
LAKI-LAKI PEREMPUAN
1 2 3 4 5 6 7 Karang Endah Indra Putra subing Adi Jaya Yukum Jaya Terbanggi Besar Penengahan Bandar Jaya 2.031 1.351 1.017 1.748 2.746 1.368 5.368 1.960 1.270 988 1.635 2.609 1.256 4.526 3.991 2.621 2.005 3.383 5.355 2.624 9.894
TOTAL 15.629 14.244 29.873
Sumber : Puskesmas Bandar Jaya 2008
Dalam hal tersebut perlu dilakukan pembangunan kesehatan yang mengacu pada
sistem perencanaan terpadu tingkat puskesmas yang telah lebih ditetapkan dan
Tujuan dari puskesmas adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan status kesehatan masyarakat dan mengurangi angka
kesakitan
2. Meningkatkan kesadaran, kemauan, kemandirian dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan yang optimal
Pada Tabel 7 terlihat bahwa jumlah Pegawai di Puskesmas Bandar Jaya berjumlah
36 pegawai, terdiri dari berbagai macam lulusan yaitu S1 2 (orang), D3 23
(orang), D1 9 (orang), SMA 2 (orang). Status kepegawaian dalam Puskesmas
Bandar Jaya ini pada umumnya PNS, namun terdapat 2 tenaga Honorer yang
mempunyai lulusan SMA.
Tabel 7. Data Kepegawaian di Puskesmas Bandar Jaya menurut Profesi, lulusan, dan status kepegawaian
No Profesi Jumlah Lulusan Status
Kepegawaian 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Dokter Gigi Akademi Kebidanan Akademi Keperawatan Sanitasi (AKL) Farmasi
Analis Kesehatan (Lab) Tata Usaha (TU) Perawat Gigi Bendahara
Ahli Gizi (SPAG)
1 10 8 9 2 1 1 1 1 1 1 S1 D3 D1 D3 D3 D3 D3 SMA SMA S1 D1 PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS Honorer Honorer PNS PNS
Jumlah 36
Sumber : Puskesmas Bandar Jaya
Pelaksanaan Program (Jamkesmas) yang dapat dirasakan langsung oleh
masyarakat merupakan suatu harapan bagi masyarakat miskin, Namun
masyarakat/ penduduk miskin Di Kecamatan Terbanggi Besar yang belum
mendapat pelayanan kesehatan dari program (Jamkesmas) tersebut. Berdasarkan
data pada latar belakang dan fakta yang terjadi dalam dunia nyata, maka penulis
ingin melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah (Studi Kasus Puskesmas Bandar Jaya)
B. Permasalahan
Sebagai masyarakat sudah sepantasnya menerima layanan kesehatan yang layak,
terutama pada masyarakat miskin yang pada hakekatnya menginginkan keadaan
hidup yang sehat. Kesehatan harus dipandang oleh pemerintah sebagai suatu
investasi karena bila rakyatnya sehat maka rakyatnya akan hidup produktif,
bahagia, dan sejahtera. Dalam hal ini merupakan kewenangan pemerintah untuk
mengadakan pelayanan pada masyarakat miskin dalam memperoleh pelayanan
kesehatan. Pelayanan (Jamkesmas) yang dapat dirasakan langsung oleh
masyarakat merupakan suatu harapan bagi masyarakat miskin, dalam pelayanan
(Jamkesmas). Namun berdasarkan data yang diperoleh masih banyak masyarakat/
penduduk miskin Di Kecamatan Terbanggi Besar yang belum mendapat
pelayanan kesehatan dari program (Jamkesmas) tersebut.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, dapat dirumuskan suatu
permasalahan “Bagaimanakah kinerja Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan
Masyarakat (JAMKESMAS) di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Menganalisis kinerja pelaksanaan Program
Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) di Kecamatan Terbanggi Besar
Kabupaten Lampung Tengah.
D. Kerangka Pemikiran
Menurut. Michael Todaro. 2000 pembangunan merupakan suatu kenyataan fisik
sekaligus tekad suatu masyarakat utuk berupaya sekeras mungkin melalui
serangkaian kombinasi proses sosial, ekonomi dan institusional. Demi mencapai
kehidupan yang lebih baik.
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia, kesejahteraan keluarga dan masyarakat, serta mempertinggi kesadaran
akan pentingnya hidup sehat, terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua
pihak, tidak hanya oleh seseorang tetapi juga oleh keluarga, kelompok dan bahkan
oleh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak hal
yang perlu dilakukan, salah satu diantaranya yang dinilai peranan cukup penting
adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan
Michael juga menambahkan bahwa pembangunan disemua masyarakat paling
tidak harus memiliki 3 tujuan inti yaitu:
1. Untuk peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai macam
2. Untuk meningkatkan taraf kehidupan, menciptakan martabat dan harga diri
yang lebih besar. seperti lapangan pekerjaan, sasaran pendidikan yang lebih
baik.
3. Untuk memperluas ragam pilih ekonomi dan sosial bagi masing-masing
pribadi maupun Negara atau bangsa melalui usaha untuk memerdekakan diri
dari perbudakan dan ketergantungan pada pihak lain
Fungsi pemerintah menurut Richard A. Musgrave dalam Mangkoesoebroto, 2000i
dibedakan menjadi tiga fungsi dan tujuan kebijakan anggaran belanja pemerintah,
yaitu:
1. Fungsi Alokasi (AIlocation Branch)
Yaitu fungsi pemerintah untuk menyediakan pemenuhan untuk kebutuhan
2. Fungsi Distribusi (Distribution Branch).
Yaitu fungsi yang dilandasi dengan mempertimbangkan pengaruh sosial
ekonomis; yaitu pertimbangan tentang kekayaan dan distribusi
pendapatan, kesempatan memperoleh pendidikan, mobilitas sosial, struktur
pasar. Macam-ragam warga negara dengan berbagai bakatnya termasuk tugas
fungsi tersebut.
3. Fungsi Stabilisasi (Stabilizaton Branch).
Yaitu fungsi menyangkut usaha untuk mempertahankan kestabilan dan
kebijaksanaan- kebijaksanaan yang ada. Disamping itu, fungsi ini bertujuan
untuk mempertahankan kestabilan perekonornian (stabilisator perekonomian).
Menurut kaum klasik yang penting bagi pemerintah adalah tidak mengerjakan
aktivitas-aktivitas yang telah dilakukan oleh individu, entah itu baik atau buruk,
tetapi pemerintah hendaknya mengerjakan aktivitas yang sarna sekali tidak/ belum
pernah dikerjakan oleh sektor swasta baik secara perorangan maupun bersama-
sama. Akibat dari sifat barang publik, maka pemerintah mau tidak mau harus
carnpur tangan dalam penyediaan barang / jasa publik.
Ada dua kendala yang dihadapi sekaligus oleh pemerintah dalarn hal ini, yaitu
1. Kendala anggaran
2. Kendala ketidak puasan masyarakat.
Dilema ini timbul bila pemerintah ingin memperbanyak pengadaan barangijasa
bersamaan dengan bayaknya barang / jasa publik ini maka beban pajak yang
ditanggung oleh masyarakat akan semakin besar dan masyarakat menjadi tidak
puas. Sebaliknya, bila penyediaan barang publik tidak mencukupi maka
masyarakat juga merasa tidak puas walaupun disatu sisi beban pajaknya pun
semakin kecil dan anggaran pemerintah pun lebih kecil.
Guritno Mangkoesoebroto. 1993,86) menjelaskan bahwa ada beberapa teori yang
menguraikan tentang hal ini, yaitu antara lain AC Pigou, Bowen, Indhal dan teori
anggaran. Masing-masing teori mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Kelemahan yang satu akan dicoba ditutupi oleh teori yang berkembang
selanjutnya. Dalam kenyataan, sangat sulit menerapkan teori-teori diatas,
dikarenakan kelemahan dalam penggunaan kurve utilitas (manfaat) dan kurve
indeferen karena untuk barang publik sangat sulit menentukan bentuk kurve
permintaannya dikarenakan sifat barang publik itu sendiri.
AC Pigou dalam Andriansyah. 2009 mendasarkan pada fenomena adanya the law
of diminishing marginalutility returns, yaitu bahwa semakin banyak barang
publik yang disediakan maka tambahan manfaat (marginal utility) masyarakat
akan semakin berkurang karena harus membayar beban pajak lebih banyak.
Subsidi yaitu transfer pemerintah pusat kedaerah yang merupakan bagian dari
pengeluaran rutin atau pengeluaran lainnya, yaitu pengeluaran negara dalam
upaya pemindahan kekayaan kepada individu untuk kesejahteraan rakyat. Subsidi
merupakan alat redistribusi pendapatan diartikan sebagai pajak negatif sehingga
hal itu akan menambah pendapatan mereka yang menerima subsidi atau
membeli barang-barang yang disubsidi oleh pemerintah sehingga harga jualnya
rendah.
Sifat dari pengeluaran pemerintah :
1. Sifat Exchaustive :
Yaitu pengeluaran Negara untuk pembelian barang dan jasa yang langsung
dikonsumsi atau untuk menghasilkan barang dan jasa lainnya, lebih
bersifat untuk memacu pertumbuhan ekonomi.
2. Sifat Transfer:
Segala pemindahan kekayaan kepada individu untuk kesejahteraan termasuk
subsidi yang merupakan alat distribusi pendapatan
Ekonomi kesehatan adalah disipilin ilmu Ekonomi yang diterapakan kepada topik
– topik kesehatan. Kesehatan adalah upaya – upaya untuk mengatasi masalah –
masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Kesehatan masyarakat adalah
kombinasi antara teori (ilmu) dan praktik (seni) yang bertujuan untuk mencegah
penyakit, memperpanjang usia hidup, dan meningkatkan kesehatan penduduk
(masyarakat). Untuk mencapai ketiga tujuan pokok tersebut, Winslow dalam
Notoadmodjo 2007 mengusulkan cara atau pendekatan yang dianggap paling
efektif adalah melalui upaya-upaya pengorganisasian masyarakat.
Pengorganisasian masyarakat dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan kesehatan
masyarakat, pada hakikatnya adalah menghimpun potensi masyarakat atau sumber
daya (resources) yang ada dalam masyarakat itu sendiri untuk upaya-upaya, yaitu:
preventiv, kuratif, promotif, dan rehabilitatif kesehatan mereka sendiri.
potensi dan sumber-sumber daya masyarakat dalam konteks ini pada hakikatnya
adalah menumbuhkan, membina, dan mengembangkan partisipasi masyarakat
dibidang pembangunan kesehatan.
Berdasarkan undang – undang Kesehatan No.23 Tahun 1992 sehat dapat di
artikan sebagai suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah mencanangkan program pelayanan
kesehatan gratis bagi masyarakat miskin yaitu program Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas) adalah program bantuan sosial untuk pelayanan
kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu yang diselenggarakan secara
nasional.
Upaya pelaksanaan Jamkesmas merupakan perwujudan pemenuhan hak rakyat
atas kesehatan dan amanat Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), dan merupakan salah satu komitmen
pemerintah dalam pembangunan kesehatan di Indonesia.
Namun karena hingga saat ini peraturan pelaksana dan lembaga yang harus
dibentuk berdasarkan Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) belum terbentuk, Departemen Kesehatan
mengeluarkan kebijakan program jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin
sebagai wujud pemenuhan hak rakyat atas kesehatan tersebut. Pelaksanaan
125/Menkes/SK/II/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat.
Berdasarkan hal di atas, dari tataran pasca implementasi program ini, dapat
diharapkan terjadi peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat, kinerja
sistem pelayanan kesehatan, pelayanan umum yang berdaya guna dan berhasil
guna, meningkatkan partisipasi masyarakat miskin di Kecamatan Terbanggi
Besar. Keberhasilan program ini adalah terwujudnya harapan masyarakat, bila
metode pelaksanaan program dilakukan secara sistematis dalam artian sesuai
dengan program JAMKESMAS, sebaliknya bila pelayanan dan partisipasi
masyarakat terhadap program JAMKESMAS statis, maka perlu adanya perbaikan
metode yang lebih baik lagi atau bila perlu program tersebut dihentikan.
Kinerja pada umumnya digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam
melakukan suatu aktivitas atau kegiatan yang dilakukan. Dengan demikian
kinerja merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk melihat tercapai
atau tidak tercapainya tujuan atau program yang ditentukan, haI ini ditunjukkan
Gambar 1 Bagan Alur Kerangka Pemikiran
Departemaen
Kesehatan
Sehat (Jamkesmas)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Definisi Kinerja
Pendekatan Kinerja (PP. No. 105 Tahun 2000). Kinerja adalah susatu
sistem yang disusun dengan mengutamakan hasil kerja (Out put), daripada
pengalokasian biaya. Kinerja merupakan bentuk yang menghubungkan besarnya
biaya dengan hasil, untuk menciptakan sistem Admnistrasi Keuangan Pemerintah
Daerah yang baik, hal ini disebabkan Kinerja akan menggambarkan sebuah
Sistem Keuangan Pemerintahan yang bertanggungjawab (accountability), dan
Keterbukaan (tansparancy).
Kinerja pada dasarnya merupakan sistem yang mencakup kegiatan penyusunan
program dan tolak ukur kinerja sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan
sasaran program ( Mardiasmo: 2000).
Dalam penyusunan berbasis kinerja Pemerintah Daerah harus mengusung
prinsip-prinsip anggaran kinerja, yaitu :
a. Transparansi dan Akuntabilitas
Karena transparansi dan akuntanbilitas merupakan persyaratan utama dalam
Pemerintah Daerah dalam pelayanan masyarakat harus dapat menyajikan
informasi yang jelas tentang tujuan, sasaran, hasil dan manfaat dari kegiatan
yang telah dilaksanakan.
b. Disiplin Anggaran.
APBD yang disusun harus berorientasi pada kebutuhan masyarakat dengan
tanpa meninggalkan keseimbangan antara pembiayaan penyelenggaraan
pembangunan dan pelayanan masyarakat. Oleh karena itu penyusunan
anggaran harus dilakukan dengan berazaskan efisiensi, tepat guna, tepat waktu
dan dapat dipertanggungjawabkan.
c. Efisiensi dan Efektifitas Anggaran.
Anggaran yang disusun seyogyanya harus dimanfaatkan sebaik mungkin
untuk dapat meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga
perlu dilakukan pengawasan yang melekat dalam pencapai hasil yang
maksimum.
2. Pengukuran Kinerja
Untuk mengukur kinerja keuangan Pemerintah Daerah dikembangkan Standar
Analisa Belanja (SAB), Tolok Ukur Kinerja dan Standar Biaya
(PP. No. 105 Tahun2000).
Hal ini berarti menurut undang-undang untuk menghitung nilai kinerja
SAB adalah suatu penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya suatu kegiatan
atau program untuk menghasilkan tingkat pelayanan tertentu sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
SAB merupakan standar dari belanja yang dialokasikan untuk melaksanakan
suatu program atau kegiatan untuk tingkat pencapaian yang ditargetkan unit kerja.
SAB dihitung masing-masing oleh setiap unit kerja berdasarkan proyeksi jumlah
anggaran setiap program atau kegiatan pada setiap unit kerja.
Penetapan SAB didasarkan pada :
1. Nota kesepakatan rumusan Arah Kebijakan Umum Pemerintah Daerah.
2. Rumusan Startegi dan Prioritas APBD.
1. Peraturan Daerah tentang struktur organisasi Pemerintah Daerah.
2. Rencana Strategis unit kerja.
B. Tolok Ukur Kinerja.
Tolok Ukur Kinerja adalah ukuran keberhasilan yang dicapai oleh suatu unit
kerja. Hal tersebut ditetapkan dalam bentuk standar pelayanan yang ditentukan
oleh masing-masing Pemerintah Daerah.
Dalam melakukan penilaian kinerja dapat digunakan ukuran penilaian dengan
1.Input/Masukan
Yaitu tolok ukur kinerja berdasarkan tingkat atau besaran sumber-sumber (Dana,
Sumber Daya Manusia, Material, Waktu,Teknologi dan lain-lain) yang digunakan
untuk melaksanakan suatu program atau kegiatan.
2.Out put/Keluaran
Yaitu Tolok ukur kinerja berdasarkan produk yang dihasilkan dari program atau
kegiatan seuai denganinputatau masukan yang digunakan.
3.Out Come/Hasil
Yaitu tolok ukur kinerja berdasarkan tingkat keberhasilan yang dapat dicapai
berdasarkan keluaran program atau kegiatan yang telah dilaksanakan.
4.Benefit/Manfaat
Yaitu tolok ukur kinerja berdasarkan tingkat kemanfaatan yang dapat dirasakan
sebagai nilai tambah bagi masyarakat dan Pemerintah Daerah.
5.Impact/Dampak
Yaitu tolok ukur kinerja berdasarkan dampak yang akan dihasilkan oleh program
atau kegiatan tersebut terhadap kondisi makro yang ingin dicapai dari manfaat.
Keberhasilan anggaran kinerja dapat diukur dengan menggunakan indikator
dengan kriteria sebagai berikut :
- Relevan
- Mudah dipahami
- Konsisten
- Dapat dibandingkan
Standar Biaya adalah harga satuan unit biaya yang berlaku bagi
masing-masing daerah. Penetapan standar biaya ini didasari oleh oleh standar harga yang
berlaku serta dilaksanakan secara kontinuitas dengan melakukan penyesuaian– penyesuaian yang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi.
(Penjelasan Kepmendagri No. 29 Tahun 2002).
Pengukuran kinerja adalah suatu sasaran dan proses sistematis untuk
mengumpulkan, menganalisa dan menggunakan informasi untuk menentukan
efisiensi dan efektifitas tugas-tugas serta pencapaian sasaran oleh Pemerintah
Daerah.
Pengukuran kinerja sendiri merupakan alat pendorong dan penentu keberhasilan
pencapaian tujuan dan sasaran. Dengan pengukuan kinerja maka program atau
kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dapat diukur, dibandingkan
dengan program dan kegiatan lain yang sejenis.
Manfaat pengukuran kinerja antara lain ialah :
1. Memastikan pemahaman unit pelaksana program atau kegiatan terhadap
ukuran-ukuran yang dipakai untuk pencapaian kinerja.
2. Memastikan tercapainya rencana kerja yang telah disepakati.
3. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program atau kegiatan dengan
4. Menjadi dasar untuk memberi penghargaan atau hukuman yang objektif atas
prestasi yang dihasilkan.
5. Menjadi alat komunikasi antara pimpinan, pegawai, legislatif dan masyarakat.
6. Mengindentifikasi tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan
Pemerintah Daerah.
7. Membantu proses pemahaman proses kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi
Pemerintah Daerah.
8. Memastikan bahwa dalam mengambil keputusan dilakukan dengan objektif.
9. Menunjukan perkembangan dan peningkatan yang harus dicapai oleh unit
kerja.
10. Mengungkap masalah yang dihadapi unit kerja dan Pemerintah Daerah
3. Fungsi dan Peranan Pemerintah
Menurut. Michael Todaro. 2000 pembangunan merupakan suatu kenyataan
fisik sekaligus tekat suatu masyarakat utuk berupaya sekeras mungkin melalui
serangkaian kombinasi proses sosial, ekonomi dan institusional. Demi mencapai
kehidupan yang lebih baik.
Michael juga menambahkan bahwa pembangunan disemua masyarakat paling
tidak harus memiliki 3 tujuan inti yaitu:
1. Untuk peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai macam
yang lebih besar. seperti lapangan pekerjaan, sasaran pendidikan yang lebih
baik.
3. Untuk memperluas ragam pilih ekonomi dan sosial bagi masing-masing
pribadi maupun Negara atau bangsa melalui usaha untuk memerdekakan diri
dari perbudakan dan ketergantungan pada pihak lain
Fungsi pemerintah menurut Richard A. Musgrave dalam Mangkoesoebroto, 2000
dibedakan menjadi tiga fungsi dan tujuan kebijakan anggaran belanja pemerintah,
yaitu:
1. Fungsi Alokasi (AIlocation Branch)
Yaitu fungsi pemerintah untuk menyediakan pemenuhan untuk kebutuhan
publik (public needs).
2. Fungsi Distribusi (Distribution Branch) Yaitu fungsi yang dilandasi dengan
mempertimbangkan pengaruh sosial ekonomis; yaitu pertimbangan tentang
kekayaan dan distribusi pendapatan, kesempatan memperoleh pendidikan,
mobilitas sosial, struktur pasar. Macam-ragam warga negara dengan berbagai
bakatnya termasuk tugas fungsi tersebut.
3. Fungsi Stabilisasi (Stabilizaton Branch).
Yaitu fungsi menyangkut usaha untuk mempertahankan kestabilan dan
kebijaksanaan- kebijaksanaan yang ada. Disamping itu, fungsi ini bertujuan
aktivitas-aktivitas yang telah dilakukan oleh individu, entah itu baik atau buruk,
tetapi pemerintah hendaknya mengerjakan aktivitas yang sarna sekali tidak/ belum
pernah dikerjakan oleh sektor swasta baik secara perorangan maupun
bersama-sama. Akibat dari sifat barang publik, maka pemerintah mau tidak mau harus
carnpur tangan dalam penyediaan barang / jasa publik. Ada dua kendala yang
dihadapi sekaligus oleh pemerintah dalarn hal ini, yaitu
1. Kendala anggaran
2. Kendala ketidakpuasan masyarakat.
Dilema ini timbul bila pemerintah ingin memperbanyak pengadaan barang jasa
publik maka akan menghadapi kendala anggaran yang terbatas.
Pada saat yang bersamaan dengan bayaknya barang / jasa publik ini maka beban
pajak yang ditanggung oleh masyarakat akan semakin besar dan masyarakat
menjadi tidak puas. Sebaliknya, bila penyediaan barang publik tidak mencukupi
maka masyarakat juga merasa tidak puas walaupun disatu sisi beban pajaknya pun
semakin kecil dan anggaran pemerintah pun lebih kecil.
Guritno Mangkoesoebroto. 1993, menjelaskan bahwa ada beberapa teori
yang menguraikan tentang hal ini, yaitu antara lain AC Pigou, Bowen, Indhal dan
teori anggaran. Masing-masing teori mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Kelemahan yang satu akan dicoba ditutupi oleh teori yang berkembang
indeferen karena untuk barang publik sangat sulit menentukan bentuk kurve
permintaannya dikarenakan sifat barang publik itu sendiri.
AC Pigou dalam Andriansyah. 2009 mendasarkan pada fenomena adanyathe law
of diminishing marginal utility returns, yaitu bahwa semakin banyak barang
publik yang disediakan maka tambahan manfaat (marginal utility) masyarakat
akan semakin berkurang karena harus membayar beban pajak lebih banyak
MU (x)
[image:42.595.153.353.345.562.2]Barang x
Saat barang publik yang disediakan ditambah oleh pemerintah dari 10 unit
menjadi 15 unit, maka tambahan manfaat yang dirasakan oleh masyarakat
semakin berkurang karena harus membayar pajak yang makin besar. Bila
diterangkan lebih lanjut, penyediaan barang / jasa publik yang optimal apabila
tambahan manfaat (marginal utility) yang dirasakan oleh masyarakat sama dengan
tambahan ketidakpuasan (marginal disutility) berupa pajak yang dipungut untuk
membiayai program pemerintah tersebut dalarn penyediaan barang publik.
4. Pengeluaran Pemerintah
Secara definisi, pengeluaran pemerintah (G) adalah semua pengeluaran yang
dilakukan pemerintah dimana pemerintah langsung memperoleh balas jasa dari
pengeluaran tersebut. Contohnya pembayaran gaji PNS dan biaya perjalanan dinas
bagi pejabat,biaya pendidikan dan biaya kesehatan. Salah satu peran pemerintah
dalam dunia kesehatan adalah dengan memberikan program (Jamkesmas).
Dimana program (Jamkesmas) merupakan subsidi yang nantinya dapat
meringankan beban masyarakat, terutama masyarakat miskin. Program
(Jamkesmas) dimaksudkan untuk menciptakan masyarakat yang sehat khususnya
bagi masyarakat miskin untuk dapat memperoleh hak nya dalam pelayanan
kesehatan gratis. Dasar teori pengeluaran pemerintah adalah keseimbangan
pendapatan nasional (Y = C + 1 + G + X–M) yang merupakan sumber legitimasi pandangan kaum Keynesian akan relevansi campur tangan pemerintah dalam
perekonomian. Kenaikan atau penurunan pengeluaran pemerintah akan
Prinsip-prinsip pokok pengeluaran pemerintah guna menjalankan tugas dan fungsi
pemerintah terbagi dalam 7 azas yaitu Azas moralita, Azas Nasionalita, Azas
Kerakyatan, Azas Rasionalita, Azas Fungsionalitas, Azas Perkembangan, Azas
Keseimbangan dan Keadilan”(Adam Smith dalam Soetrisno P.H, 1983; 384). Ketujuh azas tersebut dinamakan azas pengeluaran pemerintah yang ideal, bersifat
relatif tergantung waktu dan tempat . Bagi suatu masyarakat dimana tingkat
moralitasnya tinggi, maka azas yang pertama tidak berlaku.Sedangkan bagi suatu
masyarakat yang memiliki tingkat nasionalisme atau patriotisme tinggi maka azas
ini tidak perlu diperhatikan dan begitu seterusnya. Dengan demikian, program
(Jamkesmas) dikategorikan dalam azas perkembangan dimana pengeluaran
pemerintah pada azas ini didasarkan oleh perkembangan atau kemajuan manusia,
baik sebagai makhluk biologis, makhluk sosial maupun makhluk berbudaya yang
selalu membutuhkan suatu kemajuan.
Sedangkan Menurut M, Soeparmoko, 1997 pengeluaran pemerintah dalam arti riil
dapat dipakai sebagai indikator besarnya kegiatan pemerintah yang dibiayai oleh
pengeluaran pemerintah tersebut. Pengeluaran pemerintah itu tersebut mempunyai
2 sifat yaitu:
1. Exhaustive
Yaitu pengeluaran negara untuk pembelian barang dan jasa yang langsung
dikonsumsi atau untuk menghasilkan barang dan jasa lainnya (government
purchases on goods and services), dan lebih bersifat untuk memacu
2. Transfer
Segala pemindahan kekayaan kepada individu untuk kesejahteraan, termasuk
subsidi (government transfer payment) yang merupakan alat redistribusi
pendapatan.
5. Kebijakan Subsidi
Subsidi yaitu transfer pemerintah pusat kedaerah yang merupakan bagian dari
pengeluaran rutin atau pengeluaran lainnya, yaitu pengeluaran negara dalam
upaya pemindahan kekayaan kepada individu untuk kesejahteraan rakyat. Subsidi
merupakan alat redistribusi pendapatan diartikan sebagai pajak negatif sehingga
hal itu akan menambah pendapatan mereka yang menerima subsidi atau
mengalami peningkatan pendapatan riil apabila mereka mengkonsumsi atau
membeli barang-barang yang disubsidi oleh pemerintah sehingga harga jualnya
rendah.
Sifat dari pengeluaran pemerintah :
1. Sifat Exchaustive :
Yaitu pengeluaran Negara untuk pembelian barang dan jasa yang langsung
dikonsumsi atau untuk menghasilkan barang dan jasa lainnya, lebih
bersifat untuk memacu pertumbuhan ekonomi.
2. Sifat Transfer:
Segala pemindahan kekayaan kepada individu untuk kesejahteraan termasuk
1. Jenis Subsidi
Pengeluaran Negara dalam bentuk upaya pemindahan kekayaan kepada
individu untuk kesejahteraan yang didalamnya termasuk subsidi disebut transfer
pemerintah. Menurut Suparmoko. 1997 pemberian subsidi dapat
digolongkan menjadi dua macam yaitu :
1. Subsidi dalam bentuk uang (Natura)
Dalam hal ini pemerintah dapat memberikan subsidi dalam bentuk uang
sebagai tambahan penghasilan kepada konsumen atau dapat pula pemerintah
memberikan subsidi dalam bentuk penurunan harga barang. Artinya dalam
mengkonsumsi suatu barang konsumen hanya diwajibkan untuk membayar
kurang dari harga barang yang sebenarnya dan selisihnya akan ditanggung oleh
pemerintah agar jangan sampai merugikan si produsen.
2. Subsidi (Innatura)
Subsidi barang dengan jumlah tertentu terjadi apabila pemerintah menyediakan
suatu jenis barang tertentu dengan jumlah tertentu pula kepada konsumen tanpa
dipungut bayaran atau mungkin dengan pembayaran tapi dibawah harga pasar.
pengaruh subsidi barang (Innatura) dengan jumlah tertentu dapat sebagai
berikut :
a. Mengurangi jumlah pembelian untuk barang-barang yang disubsidikan tetapi
konsumsi total bertambah
b. Tidak merubah konsumsi total
Berdasarkan penggunaannya terdapat tiga jenis pemberian subsidi :
1. Block Grant
Yaitu subsidi bagi daerah dimana daerah tersebut bebas menggunakannya
2. Conditional Grant
Yaitu subsidi yang penggunaannya diarahkan oleh pemerintah pusat antara
lain diarahkan untuk proyek-proyek kesehatan, pariwisata, keluarga
berencana, dan lain-lain.
3. Matching Grant
Yaitu pemberian subsidi kepada daerah dengan syarat daerah sudah mempunyai
sejumlah dana tertentu dan subsidi tersebut sebagai pelengkap. Macam subsidi
yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat terbagi atas subsidi untuk
kebutuhan pangan, subsidi pendidikan, subsidi kesehatan dan lain- lain.
Adapun tujuan dari pemberian subsidi kesehatan adalah :
1. Terlayaninya penderita miskin atau kurang mampu yang berobat ke
puskesmas dan jaringannya, bidan dan rumah sakit sesuai indikasi medis
dan kemampuan pelayanan serta dapat dipertahankan mutu pelayanan
kesehatan yang diberikan.
2. Tersedianya pembiayaan pelayanan yang berkesinambungan bagi
masyarakat miskin.
3. Dapat meningkatkan status/derajat kesehatan masyarakat.
5. Meningkatkan kinerja puskesmas dan jaringannya dalam memberikan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat khususnya masyarakat miskin.i
2. Konsep Dasar Risiko dan Asuransi
Risiko adalah ketidakpastian(Risk is Uncertainty),ketidakpastian itu
merupakan ilusi yang diciptakan oleh orang karena ketidaksempurnaan dibidang
itu. Risiko dapat dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk
(kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Dengan kata lain
“kemungkinan”itu sudah menunjukkan adanya ketidakpastian, ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya“risiko”.
Asuransi dapat didefiniskan dari dua sudut pandangan. Pertama, Asuransi sebagai
perlindungan terhadap risiko keuangan yang disediakan pihak insurer. Kedua,
Asuransi alat penggabungan risiko dari dua atau lebih orang–orang atau perusahaan–perusahaan melalui sumbangan aktual atau yang dijanjikan untuk membentuk daya guna membayar klaim. Dari sudut pandang orang yang
diasuransikan, asuransi merupakan peralatan retensi risiko dan kombinasi risiko.
Ciri–ciri khusus asuransi sebagai sarana transfer risiko adalah bahwa ia memerlukan penyatuan(pooling)risiko; yaitu insurer menggabungkan
risiko-risiko dari banyak tertanggung. Melalui gabungan/kombinasi ini insurer
meningkat kemampuannya untuk meramalkan kerugian-kerugian harapan
harapannya beberapa diantara insurer paling tidak percaya pada sebagian
pembebanan atas seluruh pihak tertanggung setelah terjadi kerugian.ii
Manfaat asuransi yang sebenarnya adlah mangganti kerugian bagi mereka yang
menderita kerugian tak diharapkan. Mereka–mereka ini dipulihkan atau setidak-tidaknya untuk mengubah posisi ekonomi yang sebelumnya. Keuntungan bagi
individu–individu ini jelas. Masyarakat juga memperoleh keuntungan karena orang–orang ini dipulihkan untuk berproduksi kembali, pendapatan pajak ditingkatkan dan dana kesejahteraan yang harus dibayar pemerintah berkurang.
Menurut Peter F. Drucker dalam Darmawi. 2004 mengemukakan bahwa
salah satu prestasi zaman perdagangan yang terbesar adalah pengubahan
(conversion), risiko-risiko fisik ini ke dalam sesuatu yang dapat diramalkan
sehingga dapat bersiap-siap menghadapinya. Bukanlah pernyataan yang
berlebih-lebihan untuk menyatakan bahwa tanpa asuransi perekonomian dan perindustrian
tidak akan berfungsi sebagai mana mestinya.
Perusahaan asuransi dapat menanggung sekelompok risiko, maka ia
memperkirakan bahwa kelompok itu secara keseluruhannya akan mengalami
sesuatu kerugian. Akan tetapi, teori asuransi menyatakan bahwa hanya sebagian
kecil saja dari kelompok itu yang akan menderita kerugian yang sama. Kontribusi
yang relatif kecil dari masing-masing anggota kelompok itu akan sudah cukup
untuk membayar semua kerugian tersebut. Jadi kontribusi dari yang banyak untuk
relatif kecil”itu tidak akan mencukupi. Jadi suatu syarat pokok untuk dapat diasuransikan adalah tidak boleh ada bencana besar(catastrophe).
Risiko–risiko dalam asuransi termasuk risiko kematian, sakit. Sakit merupakan risiko tidak tertentu dalam waktu dan tempat, karena itulah beberapa pengasuransi
mempertanyakan apakah risiko sakit dapat diasuransikan. Tetapi pada sisi lain
terlihat bahwa asuransi yang menutup(cover)biaya penyakit itu makin besar
jumlahnya. Sedikitnya ada empat hal mengapa itu terjadi :
1. Risiko sakit merupakan salah satu risiko yang paling penting dan
perlindungan seharusnya dapat disediakan.
2. Pasar luas dan jika pengamanan pertanggungan itu dapat dengan berhasil
diperkenalkan, maka asuransi dapat menyumbang banyak pada pertumbuhan
perusahaan asuransi.
3. Suatu perusahaan asuransi mungkin sanggup menjual lebih banyak asuransi
jiwa, karena perusahaan asuransi itu juga menawarkan asuransi kesehatan.
4. Apabila perusahaan swasta tidak sanggup menyediakan asuransi terhadap
sakit, maka pemerintah akan menyediakan perusahaan asuransi tersebut.
Asuransi kesehatan adalah sebuah jenis produk asuransi yang secara khusus
menjamin biaya kesehatan atau perawatan para anggota asuransi tersebut jika
mereka jatuh sakit atau mengalami kecelakaan. Secara garis besar ada dua jenis
perawatan yang ditawarkan perusahaan-perusahaan asuransi, yaitu rawat inap
Produk Kesehatan terdiri atas Asuransi Kesehatan dan Santunan Kesehatan.
Kedua produk tersebut memiliki perbedaan yang sangat mendasar.
Asuransi Kesehatan akan memberikan penggantian berdasarkan besarnya kwitansi
tagihan biaya medis, sesuai dengan plan manfaat polis asuransi kesehatannya.
Asuransi Kesehatan bisa dilakukan(Cross Benefit), yaitu melakukan klaim
kepada lebih dari satu perusahaan asuransi terhadap selisih atau sisanya saja
dengan menggunakan copy berkas yang telah dilegalisir oleh asuransi
sebelumnya.
Santunan Kesehatan akan memberikan penggantian sesuai besarnya
kontrak yang direncanakan per setiap hari rawat inapnya. Santunan Kesehatan ini
bisa dilakukan(Double Benefit), yaitu melakukan double klaim kepada lebih dari
satu perusahaan asuransi terhadap manfaat masing masing secara utuh. Hal ini
juga bisa merupakan santunan terhadap pengganti income yang hilang per hari
akibat Resiko rawat inap.
3. Mengukur Tingkat Kepuasan Pelanggan / Masyarakat
Kepuasan pelanggan/masyarakat adalah suatu keadaan dimana keinginan,
harapan dan keperluan pelanggan dipenuhi. Suatu pelayanan dinilai memuaskan
bila ia dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggannya. Ada beberapa
faktor yang dapat dipertimbangkan oleh pelanggan dalam menilai suatu
pelayanan, yaitu: ketepatan waktu, dapat dipercaya, kemampuan teknis,
Menurut Walter Nicholson. 1995, Ukuran kepuasan ini dipengaruhi oleh
bermacam faktor. Jadi kepuasan yang diterima tidak hanya ditentukan oleh bentuk
atau jenis barang tersebut, tetapi juga oleh sikap psikologis (psychological
attitudes), tekanan kelompok(group pressures), pengalaman pribadi dan
lingkungan. Dalam menganalisa konsep maksimasi kepuasan ini biasanya
digunakan asumsiceteris paribus. Misalnya kita dihadapkan pada persoalan
penentuan pilihan diantara barang konsumsi, yaitu x1,x2, . . . ,xn .Tiap orang
diasumsikan ingin memaksimumkan“fungsi utility”nya :
utility = U (x1,x2, . . . ,xn;lain-lain)……….
Pengukuran kepuasan pelanggan merupakan elemen penting dalam
menyediakan pelayanan yang lebih baik, lebih efisien dan lebih efektif. Apabila
pelanggan merasa tidak puas terhadap suatu pelayanan yang disediakan, maka
pelayanan tersebut dapat dipastikan tidak efektif dan tidak efisien. Hal ini
terutama sangat penting bagi pelayanan publik. Pada kondisi persaingan
sempurna, dimana pelanggan mampu untuk memilih di antara beberapa alternatif
pelayanan dan memiliki informasi yang memadai, kepuasan pelanggan merupakan
satu determinan kunci dari tingkat permintaan pelayanan dan
fungsi/operasionalisasi pemasok. Namun bila hanya satu agen, baik pemerintah
maupun sektor swasta, yang merupakan penyedia tunggal pelayanan, maka
penggunaan kepuasan pelanggan untuk mengukur efektifitas dan efisiensi
Tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan merupakan faktor yang
penting dalam mengembangkan suatu sistim penyediaan pelayanan yang tanggap
terhadap kebutuhan pelanggan, meminimalkan biaya dan waktu serta
memaksimalkan dampak pelayanan terhadap populasi sasaran.
Bagaimana masyarakat bisa merasa puas dan tidak puas atas pelayanan
yang diterima, memang relatif untuk mengukur dan menilainya, tidak bisa di
generalisasi, terlebih lagi atas pelayanan yang diberikan pemerintah demikian
heterogen”Public goods” yang diberikan kepada masyarakat. Dilihat dari
perspektif pelaku konsumen. Salah satu teorinyaThe expectancy disconfirmation
model.Menjelaskan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan merupakan dampak dari
perbandingan antara harapan konsumen sebelum pembelian dengan yang
sesungguhnya diperoleh konsumen dari produk yang dibelinya ketika konsumen
membeli suatu produk, maka ia memiliki harapan tentang bagaimana produk
tersebut berfungsi(Product Performance)
Salah satu konsep dasar dalam memuaskan pelanggan , minimal mengacu pada :
1. Keistimewaan yang terdiri dari sejumlah keistimewaan produk , baik
keistimewaan langsung maupun keistimewaan atraktif yang dapat memenuhi
keinginan pelanggan dan dengan demikian dapat memberikan kepuasan
terhadap produk itu.
2. Kualitas terdiri dari segala sesuatu yang bebas dari kekurangan atau
kerusakan. Acuan dari kualitas seperti dijelaskan diatas menunjukan bahwa
Focused Quality). Sehingga dengan demikianproduk-produk
didesain,diproduksi,sertapelayanan diberikan untuk memenuhi keinginan
pelanggan.
Sedikitnya ada tiga kategori tingkat kepuasan masyarakat dalam menerima
pelayanan dari aparatur pemerintah. Pertama, apabila pelayanan yang diberikan
dibawah harapan maka masyarakat akan merasa kecewa. Kedua, apabila
pelayanan yang diberikan aparatur sama dengan harapan masyarakat maka
masyarakat akan merasa puas. Ketiga, apabila pelayanan yang diberikan aparatur
diatas atau melampaui harapan masyarakat , maka masyarakat akan sangat puas.
Untuk memberikan pelayanan terbaik di perlukan disiplin yang tinggi.
B. Pengertian Pelayanan dan Pelayanan Kesehatan
1. Pengertian Pelayanan
Menurut H.A.S Moenir, 1992 dalam Rini Yulianti 2005 pelayanan merupakan
proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain dengan melakukan
serangkaian kegiatan. Dengan demikian pelayanan ini dapat dikatakan sebagai
suatu proses, pelayanan yang berlangsung secara rutin dan berkesinambungan
meliputi seluruh kehidupan orang dalam bermasyarakat. Pelayanan akan
terlaksana dengan baik dan memuaskan apabila didukung oleh beberapa faktor.
Faktor- faktor tersebut meliputi:
a. Kesauaran para pegawai / pelaksana
c. Organisasi dengan mekanisme sistem yang dinamis
d. Pendapatan pegawai yang cukup memenuhi kebutuhan minimum
e. Kemampuan dan ketrampilan yang sesuai dengan tugas / pekerjaan yang dapat
di pertanggung jawabkan.
f. Tersedianya sarana pelayanan yang sesuai dengan jenis dan bentuk tugas
pekerjaan pelayanan
2. Pelayanan Kesehatan
Kesehatan bukan suatu komoditi sedangkan pelayanan kesehatan adalah suatu
komoditi. Hubungan antara keinginan sehat dengan permintaan pelayanan
kesehatan sangatlah kompleks, hal ini disebabkan oleh kesenjangan informasi
karena keinginan menjadi sehat dan menjadi penggunan pelayanan kesehatan
melibatkan berbagai informasi diantaranya: informasi tentang status kesehatan
yang membaik, informasi tentang pelayanan kesehatan yang tersedia, dan
informasi tentang kelebihan dan kekurangan pelayanan kesehatan tersebut
disebarkan oleh para ahli kesehatan kepada masyarakat dan dari informasi ini
masyarakat akan terpengaruh untuk melakukan permintaan dan penggunaan
penggunaan pelayanan kesehatan.
Menurut Benyamin Lumenta (1988 : 15) dalam Rini yulianti 2005 pelayanan
kesehatan adalah suatu kegiatan makrososial yang berlaku antara lembaga dengan
suatu populasi tertntu, masyarakat atau komunitas. Pelayanan kesehatan
mengatasi, menetralisasi dan menormalisasi semua masalah dan penyimpangan
terhadap keadaan medis yang normatif.
Syarat–syarat pelayanan kesehatan yang baik meliputi : 1. Tersedia dan berkesinambungan
Semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit
ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat adalah setiap saat yang
dibutuhkan.
2. Dapat diterima dan wajar
Pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan
kepercayaan masyarakat.
3. Mudah dicapai
Untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan
distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting.
4. Mudah dijangkau
Hal ini dari sudut biaya. Untuk dapat mewujudkan keadaan tersebut harus
dapat diupayakan biaya pelayanan kesehatan sesuai dengan kemampuan
ekonomi masyarakat.
5. Bermutu
Pengertian mutu adalah menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan.
Menurut Azrul Azwar pelayanan kesehatan itu sendiri adalah setiap upaya yang
Rini Yulianti. 2005 diartikan sebagai pemberian perhatian kepada masyarakat
yang berhubungan dengan kesehatan berupa sarana dan prasarana kesehatan
termasuk tenaga kesehatan agar masyarakat merasa aman dan terjamin dalam
memeriksakan kesehatannya (Agustian, 2000:22).
3. Kesehatan Masyarakat
Kesehatan adalah upaya–upaya untuk mengatasi masalah–masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama
dengan sanitasi. Upaya memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan
merupakan kegiatan kesehatan masyarakat. Kemudian pada akhir abad ke-18
dengan diketemukan bakteri-bakteri penyebab penyakit