BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Teori Terkait
1. Kerja Bergilir atau Kerja Shift
National Occupational Health and Safety Comitte mendefinisikan kerja bergilir atau kerja shift adalah bekerja di luar jam kerja normal dari hari senin sampai dengan hari jumat termasuk hari libur dan bekerja dimulai dari jam 07.00 sampai jam 19.00 atau lebih (NOHSC, 1997).
Berdasarkan pedoman teknis upaya kesehatan kerja di rumah sakit yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI (1996) kerja shift merupakan pekerjaan yang pada dasarnya dilakukan di luar jam kerja normal. Ciri khas kerja shift adalah adanya kontinuitas, pergantian, gilir dan jadwal kerja khusus. Kerja bergilir dikatakan kontinue apabila dikerjakan selama 24 jam setiap hari termasuk hari minggu dan hari libur.
Berdasarkan NOHSC (1997) mendefinisikan bahwa shift kerja merupakan jadwal kerja yang berada diluar jam kerja normal yang dimulai dari sekitar pukul 07.00 sampai pukul 18.00 dengan lamanya jam kerja untuk seorang pekerja 7-8 jam dalam setiap shiftnya.
waktu yang dibutuhkan untuk beroperasi dan melayani klien atau pasien adalah 24 jam sehingga proses kerja harus dilaksanakan terus menerus.
2. Tipe Penggolongan Kerja Shift
Dalam penggolongan kerja shift ini, di Indonesia belum ada Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang mengatur jadwal shift kerja secara permanen. Hal ini disebabkan karena sulitnya menentukan secara akurat jadwal shift kerja mana yang terbaik untuk dipergunakan. Sehingga biasanya jadwal kerja shift disusun berdasarkan pekerjaan dari perusahaan yang beroperasi.
NOHSC (1997) menyebutkan bahwa ada beberapa karakteristik dalam penyusunan jadwal kerja, antara lain:
a. Waktu Shift
Untuk perusahaan yang beroperasi 24 jam, biasanya membagi waktu kerja shift menjadi 2 atau 3 shift. Sedangkan pengaturan jadwal mulai dan akhir tergantung dari lamanya shift. Pembagian jadwal kerja dapat dilihat sebagai berikut:
1) Shift Pagi (shift pertama) dimulai antara Pukul 07:00 dan berakhir pada Pukul 14:00.
2) Shift Sore (shift kedua) dimulai antara Pukul 14:00 dan berakhir pada Pukul 21:00.
b. Jadwal Kerja Shift Permanen atau Rotasi
Untuk pekerja yang mengalami kerja malam permanen tidak seluruhnya yang dapat beradaptasi, tetapi memang dalam beradaptasi ini pekerja yang menjalani kerja malam permanen mempunyai cara atau metode untuk melawan kelelahan pada malam hari. Namun, walau bagaimanapun pekerja malam tersebut masih merasakan lelah dan mengantuk pada malam hari berikutnya.
c. Kecepatan Arah Rotasi
Adaptasi terhadap shift dipengaruhi oleh kecepatan rotasi dan arah dari rotasi. Kecepatan rotasi artinya jumlah shift pagi, siang dan malam yang berturut-turut sebelum terjadinya perubahan shift. Sedangkan arah rotasi berarti:
1) Rotasi maju adalah perubahan menurut arah jarum jam yaitu mulai dari shift pagi ke siang kemudian malam.
2) Rotasi mundur adalah perubahan berlawanan arah jam yaitu mulai dari shift pagi ke malam kemudian siang.
d. Rasio Istirahat Kerja
sehingga mereka mengalami ketidakpuasan dengan waktu istirahat dan tidurnya.
e. Shift yang dapat diprediksikan
Dengan melakukan penyusunan jadwal kerja shift yang teratur dan dapat diprediksikan maka akan memudahkan bagi pekerja untuk membuat jadwal kegiatan di luar jam kerja, seperti halnya melakukan kegiatan bersama keluarga.
La Don (2004) menggolongkan kerja shift berdasarkan beban kerja dengan rincian sebagai berikut:
1) Kontinue, dengan cakupan seimbang 24 jam sehari, 365 hari setahun dengan beban kerja yang kontinue seperti pada pembangkit tenaga nuklir.
2) Kontinue, dengan cakupan tidak seimbang 24 jam sehari, 365 hari per tahun memiliki beban kerja yang tidak seragam dengan cakupan lebih banyak dibutuhkan pada shift pagi, seperti pada industri jasa, rumah sakit dan pos polisi.
3) Cakupan shift sesuai kebutuhan ekonomis, tidak selalu 24 jam per hari, 7 hari per minggu, seperti pada industri mobil, manufaktur. Shift dapat dihentikan tergantung pada iklim bisnis bila pada jam atau hari tertentu tidak perlu dilakukan.
Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit hendaknya diatur dalam jadwal (shift) kerja yang memperhitungkan tenaga, jumlah dan kompetensi yang dimilikinya. Sehingga, setiap saat Rumah Sakit tersedia jumlah perawat yang memadai, berstamina optimal dan seimbang komposisinya antara perawat yang berpengalaman dengan yang kurang pengalaman.
3. Efek Kesehatan Dari Kerja Shift
Berbagai macam jenis kerja shift yang di berlakukan oleh pihak perusahaan, mulai dari hasil negosiasi dengan pekerja atau jadwal kerja shift yang disusun menurut penyusunan kerja shift dari perusahaan-perusahaan yang terdahulu.
Dahulu para ahli menganggap tidur yang kurang tidak akan menjadi masalah yang berarti namun sekarang pandangan tersebut telah berubah. Jam biologis seseorang membutuhkan jumlah waktu tidur tertentu setiap harinya. Jika kebutuhan tersebut kurang dan berlangsung secara terus menerus maka dirinya akan mengalami kondisi yang disebut dengan sleep debt ( hutang tidur ).
Dr Eve Van Cauter, salah seorang peneliti di universitas chicago telah menemukan beberapa dampak pada kesehatan tubuh yang berkaitan dengan hutang tidur. Menurut penelitian yang dia lakukan, dampak kondisi tersebut sangat berbahaya bagi tubuh. Misalnya, sekelompok laki-laki muda yang sehat setelah tidur hanya 4 jam selama 6 hari berturut-turut, hasil tes kesehatan mereka cukup mengkhawatirkan. Kemampuan mereka untuk melakukan proses penyimpanan glukosa berkurang hingga 30%, karena kemampuan insulin yang mereka miliki sangat jauh berkurang. Selain itu kadar hormon stress (kortisol) meningkat, padahal hormon tersebut dapat mengakibatkan hipertensi dan gangguan kemampuan mengingat jika kadarnya tinggi dalam waktu lama.
Hutang tidur juga dapat menurunkan kemampuan berfikir. Kolonel Gregory Belenky, salah seorang dokter militer Amerika yang memperdalam masalah tidur, melakukan penelitian untuk mengetahui dampak dari kurang tidur pada tentara Amerika Serikat. Berdasarkan penelitian, diketahui terjadi penurunan fungsi otak secara keseluruhan. Dengan alat yang bisa menampilkan gambaran otak menggunakan teknologi canggih, ditemukan bahwa kerusakan yang lebih parah terjadi pada daerah yang bertanggung jawab terhadap perhatian, perencanaan yang rumit, proses mental yang kompleks dan pada wilayah pengambilan keputusan.
presentasi di depan Kongres Amerika Serikat, ia memaparkan bahwa kurang tidur dapat mengakibatkan bencana di negara tersebut. Menurut pengarang buku The Power Of Sleep, berdasarkan hasil investigasi didapatkan bahwa beberapa kecelakaan fatal disebabkan karena kurang tidur. Antara lain: tumpahnya minyak exon valdez di Alaska pada tahun 1989. menurutnya hal tersebut terjadi karena para petugas kesehatan dan masyarakat belum dapat mengenali dengan benar bahaya kurang tidur dan kurang tidur juga dapat mengakibatkan kondisi yang mengkhawatirkan bagi kesehatan tubuh.
Menurut Dr Irmansyah kelebihan waktu tidur juga menimbulkan masalah tersendiri, secara teoritis jika tubuh terlalu banyak tidur, maka sirkulasi darah menjadi lambat. Dampaknya akan mengenai seluruh tubuh, karena metabolisme juga akan melambat. Jika terjadi dalam waktu yang lama maka kondisi tersebut akan mengakibatkan berbagai masalah.
Menurut Kundi et all (1999) menemukan bahwa kerja shift berpengaruh terhadap kesehatan pada masa 5 (lima) tahun pertama yang disebut fase adaptasi. NOHSC (1997) menyebutkan terdapat efek yang ditimbulan dari kerja shift:
a. Efek dalam waktu singkat
1) Perubahan pada irama sirkadian
dies (hari). Irama circadian dipengaruhi oleh ”body clock” yang diatur oleh supra-chiasmatic inti dari hypotalamus sebagai komponen endogen dan disesuaikan dengan dunia luar yang ditampakkan oleh perubahan dari gelap ke terang dan sebaliknya, kontak sosial, pekerjaan dan kesadaran tentang waktu yang merupakan komponen eksogen. Petunjuk ini disebut zeitgebers (bahasa Jerman, zeit : Waktu, gebers: Petunjuk).
Fungsi tubuh yang mengikuti irama sirkadian adalah tidur, kesiapan untuk bekerja, metabolisme, pernafasan, fungsi ginjal, suhu tubuh dan tekanan darah. Pada umumnya fungsi tubuh ini bekerja aktif pada siang dan sore hari, sedangkan pada malam hari fungsi tubuh tersebut istirahat. Itulah sebabnya mengapa orang merasa lebih aktif pada pukul 16.00-18.00 dan mengantuk pada pukul 04.00 - 06.00.
Fungsi tubuh tersebut diatas tidak mencapai nilai maksimum dan minimum pada saat bersamaan. Terdapat perbedaan fase yang jelas diantara mereka. Secara keseluruhan, fungsi tubuh tersebut mengikuti aturan sebagai berikut:
a) Saat siang hari, seluruh organ dan fungsi tubuh dalam keadaan siap untuk berfungsi (fase egotropic).
Fungsi tubuh yang berhubungan dengan irama sirkadian yang paling dikenal (karena paling mudah diukur) adalah irama suhu tubuh, yang berfrekuensi sekitar 0,50 C dengan nilai rata-rata sekitar 370 C. Titik terendah suhu tubuh adalah sekitar pukul 04.00, dan meambat naik pada pukul 06.00 (biasanya sebelum orang bangun tidur) lalu merambat naik dengan cepat sampai tengah hari kemudian akan melambat. Puncak suhu tubuh terjadi antara pukul 18.00 dan 21.00. setelah pukul 22.00, suhu tubuh mulai turun dengan cepat. Menurut penelitian Minors & Waterhouse tahun 1999 terjadi perubahan siklus pada fungsi jantung, pernafasan, ginjal, tekanan darah, dll.
2) Rasa Mengantuk
Suatu perasaan lelah dan mengantuk paling terasa antara jam 2-5 pagi, dengan puncaknya kira-kira jam 4 pagi. Menjelang pukul 10 malam kurva lelah dan mengantuk juga sedikit naik, tetapi tidak seberapa bila dibandingkan dengan waktu dini hari. 3) Gangguan pemenuhan Kebutuhan Tidur
Fungsi tidur adalah menyediakan waktu bagi tubuh untuk beristirahat dan bersiap untuk kegiatan berikutnya. Selama tidur, denyut jantung dan pernafasan menurun sehingga fungsi jantung dan penafasan terpelihara baik.
Menurut Bullock (1996) tidur terdiri dari rangkaian proses fisiologis didalam sistem syaraf pusat saat seseorang tidur, yang terbagi menjadi 2, yaitu :
a) Non Rapid Eye Movement (NREM)/ gerakan mata tidak cepat. b) Rapid Eye Movement (REM)/ gerakan mata cepat.
(NREM) Non Rapid Eye Movement merupakan tidur yang nyaman dan dalam tidur gelombang pendek karena gelombang otak selama NREM lebih lambat dari pada gelombang alpha dan betha pada orang yang sadar atau tidak dalam keadaan tidur, yang terbagi menjadi 4 (empat) tahap, yaitu:
a) Tahap I
(1) Merupakan tahap transisi, berlangsung selama 5 menit, yang mana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur. (2) Seseorang merasa pengelihatannya kabur.
(3) Mata bergerak ke kiri dan ke kanan.
b) Tahap II
(1) Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun.
(2) Mata masih bergerak.
(3) Kecepatan jantung dan pernafasan turun dengan jelas. (4) Tahap II berlangsung pendek dan berakhir dalam waktu
10-20 menit. c) Tahap III
(1) Tahap ini mulai tidur malam.
(2) Seseorang menjadi lebih sulit dibangunkan. (3) Tidur ini lamanya 15-30 menit.
d) Tahap IV
Merupakan tahap tidur yang paling dalam, yang ditandai dengan :
(1) Kecepatan jantung dan pernafasan turun.
(2) Seseorang dalam keadaan relaks, jarang bergerak dan sulit untuk dibangunkan.
Tahap Non REM ditandai oleh mendengkur, pernafasan yang lambat, tidak adanya gerakan tubuh, dan kegiatan otak yang melambat. Pada akhir tahap keempat, seseorang memasuki tahap ketiga, lalu kedua, dan akhirnya memasuki tahap tidur REM.
menit setelah tidur dimulai. Tidur REM ditandai dengan pernafasan yang tidak teratur, tidak ada dengkuran, gerakan mata yang cepat, kenaikan denyut nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah meningkat serta mungkin terjadi kedutan (twitching) pada wajah dan jari.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi jumlah dan kualitas tidur seseorang selama hidupnya, faktor-faktor tersebut adalah; kesakitan fisik (physical sickness), variasi jadwal tidur, stress emosional, olahraga dan kelelahan, penambahan atau pengurangan berat badan, faktor lingkungan, gaya hidup seseorang, berbagai macam obat dan bahan yang digunakan oleh seseorang. Hampir setiap orang pernah mengalami gangguan tidur dalam hidupnya.
Siklus normal tidur - bangun mencakup periode 25 jam-an. Lama tidur biasanya kurang lebih 7-9 jam, namun lama tidur yang dibutuhkan masing-masing orang berbeda-beda.
Bollock (1996) membagi pola gangguan tidur menjadi 4 golongan yaitu:
a) Disorders of initiating & maintenance of sleep (Gangguan memulai dan mempertahankan tidur) b) Disorders of excessive somnolence
c) Disorders of the sleep-wake schedule (Gangguan jadwal tidur dan bangun)
d) Dysfunctions associated with sleep, sleep stages, or patial arousal
(Disfungsi yang berkaitan dengan tidur, tahap tidur, atau setengah bangun).
b. Efek Dalam Waktu Lama
Setelah menjalankan kerja shift yang lama kemungkinan akan berdampak terhadap kesehatan. Sulit untuk meneliti masalah kesehatan yang berhubungan dengan kerja shift, sebab secara nyata masalah kesehatan bukan hanya disebabkan oleh kerja shift. Tapi dari beberapa penelitian mengatakan bahwa sebagian besar pekerja yang telah berhenti dari kerja shift sekarang mempunyai masalah kesehatan. Walaupun faktor kerja shift diikuti oleh faktor lain yang merugikan kesehatan seperti merokok atau minum alkohol. Menurut Secant Agregat masalah kesehatan yang berhubungan dengan shift antara lain:
1) Gangguan Pencernaan
secara teratur dan membuangnya secara teratur pada siang hari. Sedangkan pekerja shift sering mengalami perubahan pola makanan dan pencernaan. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan bahwa hal tersebut akan menyebabkan rasa mual dan masalah lambung lainya. Bagaimanapun, masalah pencernaan juga dapat terjadi yang disebabkan kurangnya makanan bergizi misalnya saja kadang-kadang shift malam hanya mendapatkan junk food dari vending mesin yang disediakan atau hanya mendapatkan supermi. 2) Gangguan Jantung
Gangguan jantung juga sering terjadi pada pekerja shift dibanding pekerja normal. Seperti penelitian yang dilakukan di Swedia pada pekerja pabrik penggilingan kertas di sebuah kota kecil pada beberapa tahun lalu. Sebagian besar dari mereka bekerja shift hampir seumur hidup. Bagaimanapun, penyakit jantung tidak hanya disebabkan oleh kerja shift. Kebanyakan dari mereka gejala yang timbul merupakan kombinasi dari stress, diet yang jelek, merokok dan kebiasaan minum alkohol, stress kehidupan lainnya serta riwayat hidup dengan penyakit jantung.
Bukan sekedar istirahat. Bagi sebagian orang tidur hanya merupakan pelepas lelah, sehingga tidak mempunyai makna sama sekali. Padahal pandangan tersebut keliru, karena pada saat tidur tersebut bekerja berbagai mekanisme yang pada gilirannya akan menyehatkan tubuh. Banyak ahli yang percaya bahwa tidur memberikan kesempatan pada neuron (sel saraf) untuk istirahat dan memperbaiki kondisinya. Tanpa tidur yang cukup, neuron akan mengalami kekurangan energi dan akan tercemar dengan berbagai zat sampah yang terjadi selama proses metabolisme sel. Jika kurang tidur terjadi dalam waktu yang lama secara terus menerus, maka akan terjadi malfungsi pada neuron.
Pada saat memasuki tidur yang dalam, akan terjadi pelepasan hormon pertumbuhan pada anak-anak dan orang dewasa muda. Berbagai sel yang ada dalam tubuh, juga menunjukkan peningkatan produksi protein, dan proses ini akan mengurangi protein tersebut dimana protein ini sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan sel dan memperbaiki kerusakan sel akibat stress dan sinar matahari. Dengan demikian tidur yang dalam dapat mempertahankan jumlah protein di dalam tubuh.
4. Penerapan Jadwal Shift Kerja Melalui Organisasi
Di Amerika Serikat terdapat hukum atau ketentuan pemerintah mengenai jam kerja. Pemerintah Federal menetapkan batas 10 jam sehari bagi pengemudi truk. Hal ini juga berlaku bagi penerbangan dan istirahat bagi pilot pesawat udara. Selain dari peraturan itu hanya sedikit desain bagi jadwal kerja untuk mengurangi strees atau kelelahan.
Walaupun demikian penelitian telah menemukan bahwa jadwal kerja dapat diterapkan. Desain jadwal kerja yang buruk kemungkinan dapat menyebabkan celaka karena teknologi baru dapat merubah baik fisik maupun mental kebutuhan para pekerja. Selain itu desain jadwal kerja yang buruk juga mempengaruhi kesehatan dan keselamatan pekerja, kepuasan pekerja dan produktivitas. Jadwal kerja yang baik memberikan keuntungan bagi pekerja dan perusahaan.
Jadi kapan saja jadwal kerja berubah banyak aspek dari kehidupan kerja dan rumah tangga yang harus disesuaikan. Oleh sebab itu, mengapa perubahan jadwal kerja harus dilakukan secara bertahap dan dievakulasi dengan hati-hati. Penjelasan lebih lanjut mengenai beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan shift kerja oleh manajemen perusahaan adalah antara lain:
a. Hindari Shift Kerja Yang Permanen
sedikit merasa berbeda dari pekerja lain dan kehilangan informasi, sehingga hal ini kemungkinan dapat menimbulkan kesulitan dalam berkomunikasi. Apabila memungkinkan sebaiknya dilakukan rotasi shift malam, dengan mempertimbangkan beban kerja yang ada untuk setiap shift.
b. Meminimalkan shift kerja malam yang berturut-turut
Pelaksanaan shift malam yang berturut-turut dianjurkan hanya 2-4 hari. Dengan tujuan agar irama circadian dapat terjaga dari gangguan yang berlebihan.
c. Hindari perubahan shift kerja yang singkat.
Menurut Francoise Lille (Grandjean, 1988) menyebutkan bahwa pekerja yang menjalani kerja malam istirahat hanya 7-10 jam harus dihindari sebelum melakukan rotasi shift kerja yang baru, seperti keluar pada saat pagi hari sampai saat shift malam pada hari yang sama. Untuk meneruskan shift yang baru sebaiknya berjarak 24 jam karena perubahan dengan waktu yang singkat akan mengakibatkan tubuh menjadi sangat letih. Menurut penelitian lainnya menganjurkan bahwa jarak untuk shift yang baru minimal 48 jam.
d. Memberi kesempatan libur pada beberapa akhir minggu.
minggu adalah saat yang tepat untuk berkumpul dengan keluarga dan masyarakat.
e. Mengurangi kerja shift yang lama, middle dan overtime.
Pelaksanaan kerja tambahan, lembur atau ekstra akan menambah kelelahan dan mengurangi waktu istirahat dalam sehari. Apabila memang diperlukan kerja tambahan, lembur (ekstra) waktu maksimal diperbolehkan hanya 1-2 jam.
f. Pertimbangkan lama kerja dengan beban kerja.
Penyesuaian lama kerja dengan beban kerja pada setiap shift, misalkan kerja fisik dan mental yang berat atau pekerjaan yang monoton dan membosankan sulit dilakukan pada shift malam.
g. Waktu start-end (memulai-mengakhiri) kerja yang fleksibel
Waktu kerja yang fleksibel misalnya shift pagi tidak harus dimulai pada pukul 05:00 atau pukul 06:00 ini memberikan kesempatan bagi pekerja untuk memenuhi istirahat malamnya dan memberikan waktu berkomunikasi dengan anak-anak dan keluarga.
h. Usahakan jadwal kerja yang teratur dan dapat diprediksikan.
Para pekerja seharusnya sudah mengetahui jadwal kerjanya jauh sebelum itu. Sehingga mereka dapat merencanakan waktu istirahat dan waktu untuk berkumpul dengan keluarga dan teman-temannya.
i. Perhatikan waktu istirahat.
satu jam, istirahat 10-15 menit sehingga diharapkan dapat memulihkan konsentrasi dan kelelahan pekerja.
5. Strategi untuk mengatasi masalah shift individu a. Latihan.
Latihan fisik akan sangat membantu tubuh untuk tahan terhadap stress dan penyakit. Latihan yang teratur menghindari tubuh dari rasa kelelahan yang cepat. Yang menjadi pertanyaan kapan waktu yang tepat bagi pekerja shift tersebut untuk melakukan latihan. Memang waktu dan lama latihan yang terlalu akan membuat tubuh menjadi cepat lelah disaat bekerja. Menurut Colligan, 1997 sebaiknya latihan dilakukan selama 20 menit sebelum berangkat bekerja dengan jenis latihan aerobic. Ini juga akan membantu kerja jantung. Tapi jangan melakukan latihan 3 jam sebelum tidur, karena akan merangsang tubuh untuk aktif lagi dan membuat sulit untuk tidur. b. Teknik relaksasi
untuk mengalirkan oksigen kebagian organ dalam tubuh, sehingga suplai oksigen dan aliran darah di jaringan tubuh akan dapat terpenuhi. c. Penerangan saat tidur.
Penerangan (cahaya) dapat mempengaruhi irama circadian. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya circadian akan mensinkronkan dengan komponen luar (eksogen) yaitu salah satunya siklus antara siang dan malam. Dimana secara alamiah pada siang hari fungsi tubuh akan aktif bekerja dan istirahat pada malam harinya. Dengan demikian dapat diambil suatu kesimpulan bahwa irama circadian dipengaruhi oleh pencahayaan. Cahaya/penerangan akan mempengaruhi zat kimia yang dihasilkan oleh otak yaitu “melatonin”. Kelebihan melatonin akan membuat kita mudah mengantuk. Sedangkan dengan adanya penerangan akan mengurangi produksi melatonin. Oleh sebab itu dianjurkan untuk lingkungan kerja malam memperoleh penerangan yang memadai untuk meningkatkan ketelitian pekerja dalam melakukan pekerjaan.
d. Penggunaan alkohol, kafein dan obat lainnya.
Kafein, adalah suatu stimulan ringan yang pemakaiannya telah dikenal secara luas di dunia, yang dapat membantu seseorang merasa lebih teliti dan membuat penampilan lebih baik dan dapat melawan rasa kantuk. Secara alamiah kafein terdapat pada kopi dan sering di tambah kedalam “soft drink”. Pemakaian kafein dalam dosis rendah dan digunakan sebelum bekerja shift masih diperbolehkan. Akan tetapi pemakaian kafein pada saat waktu akhir kerja shiht akan membuat kita sulit tidur. Pemakaian kafein dalam dosis yang tinggi akan menyebabkan sakit kepala, nervousness, mood yang jelek dan perasaan mudah marah.
Penggunaan alkohol bagi pekerja shift tidak dianjurkan selama bekerja atau pada waktu istirahat. Dan juga tidak dianjurkan untuk membantu mengantar seseorang tertidur. Memang alkohol membuat orang mudah mengantuk, namun pada kenyataannya akan mengganggu tidur. Karena selama minum alkohol seseorang akan lebih sering terbangun.
shift baik yang dijual bebas maupun yang dengan resep dokter. Karena penggunaannya bersifat ketergantungan.
6. Absenteisme (ketidakhadiran)
Dari hasil penelitian Laksmisari Darya Yuwono (1991), menyebutkan bahwa pekerja shift sore lebih banyak yang tidak masuk bekerja karena rotasi shift dengan cara konvensional (6 hari kerja + 1 hari libur). Hal tersebut menyebabkan pekerja yang habis melakukan shift malam belum merasa terbayar kehilangan tidurnya dalam 1 hari libur.
Kemungkinan lain yang menyebabkan lebih banyak shift sore yang tidak masuk kerja adalah kebutuhan mereka untuk hadir pada acara sore hari, yang dapat berupa acara rekreasi keluarga, acara dengan pimpinan, olahraga atau aktifitas sosial lainnya. Karena waktu yang digunakan untuk aktifitas bersantai berhubungan dengan absenteisme. Menurut Taylor, absenteisme juga mempunyai hubungan bermakna dengan budaya sebuah bangsa, budaya bangsa Indonesia yang membiasakan orang untuk menghadiri pertemuan terutama dalam acara keluarga, memungkinkan tingginya absenteisme pekerja shift sore karena biasanya acara berkumpul waktunya sore sampai dengan malam hari.
7. Gangguan Psikososial
penyebab gangguan pada kehidupan berkeluarga dan kehidupan sosial dari pekerja shift (McDonald & Doyle, 2001). Dalam menghadapi gangguan tersebut, pekerja shift dapat memilih alternatif-altematif seperti menyesuaikan diri dengan kegiatan rutin si pekerja shift, atau si pekerja tetap meneruskan kegiatannya dengan sedikit mungkin tergantung pada kegiatan keluarganya. Alternatif manapun merupakan hal yang sulit untuk dilaksanakan. Bagi sebagian pekerja shift pria, istri memegang peranan penting untuk mengatur rumah tangga mereka saat suaminya bekerja shift. Maka, keadaan rumah yang stabil dapat mendukung pekerja shift dalam pekerjaannya dan pada saat beristirahat.
Pheasant (1998) menambahkan gangguan lain yang dihadapi oleh pekerja shift dalam kehidupan keluarganya antara lain; ia tidak dapat bertemu dengan anaknya sebanyak yang ia inginkan, ia merasa tidak enak meninggalkan istrinya sendirian di malam hari atau pada sore hari untuk banyak pertemuan diadakan, yang dapat mengakibatkan istrinya merasa kesepian. Gangguan dalam kehidupan berkeluarga juga dialami oleh istri dari pekerja shift. Ia mungkin merasa aktifitasnya terganggu karena harus beradaptasi terhadap kebiasaan suaminya dan harus menjaga keadaan rumahnya supaya tidak bising selama suaminya tidur pada siang hari.
Masalah lain timbul pada siang hari dimana aktifitas keluarga dan rumahnya sedang memuncak. Mereka harus biasa memilih:
a. Mengikuti aktifitas keluarga antara lain makan siang bersama, yang berarti terganggu waktu tidurnya.
b. Membuat keluarga tahu akan kebutuhan mereka akan tidur dan istirahat, artinya kesempatan bertemu selama menjalani shift malam sedikit sekali. Hal ini mungkin selama anak-anak sudah besar sehingga tidak banyak menuntut perhatian dan istri tidak bekerja di luar rumah.
Pekerja shift sore juga tidak dapat hadir pada acara sosial mereka, tetapi dibandingkan shift malam, shift sore tetap lebih disukai karena tidak membuat lelah. Penelitian tersebut juga mendapatkan bahwa semakin banyaknya jumlah anak yang masih memerlukan perhatian, problem kehidupan berkeluarga pada shift malam tambah besar. Hal tersebut tidak dirasakan oleh pekerja shift sore karena kalaupun mereka waktu istirahatnya untuk berkumpul dengan anak-anak, mereka masih dapat tidur pada sisa malam sehabis bekerja.
8. Shift yang Diterapkan di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto Kramat Jati Jakarta
a. Shift pagi : jam 06.00 – 14.00 b. Shift sore : jam 14.00 – 22.00
c. Shift malam : jam 22.00 – 06.30
B. Penelitian Terkait
Endah Sri Wahyuni tahun 1999 dalam penelitiannya yang berjudul ”Penurunan Kewaspadaan Perawat dengan Kerja Bergiliran (Shift) pada Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta. Jumlah sampel pada kelompok perawat rawat inap sebesar 45 orang yang diambil secara alokasi proporsional dari masing-masing unit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadinya penurunan tingkat kewaspadaan pada perawat akibat shift malam dan prevalensi penurun kewaspadaan sebesar 71,1%. Faktor yang berhubungan paling kuat dengan penurun kewaspadaan adalah beban kerja berlebih (p=0,0004) dan faktor yang tidak bermakna tetapi mempunyai angka yang mendekati adalah pola tidur/lama tidur siang (p=0,0767).
mengurangi penurunan kewaspadaan perlu pemahaman yang sama baik dari pihak manajemen, perawat dan dokter perusahaan.
C. Kerangka Teori
Skema 2.1 Kerangka Teori
Keluhan Kesehatan Perawat Shift Kerja.
(siang dan malam)
Beban Kerja. (pekerjaan yang berat dilakukan pada shift malam)
Kondisi Lingkungan. (ruang ber AC, toilet khusus