• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORITIS"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 KONSEP SKIZOFRENIA

2.1.1. Pengertian

Skiizofrenia adalah salah satu gangguan jiwa, yang termasuk gangguan skizofrenia yaitu gangguan skizoefektif, gangguan waham, gangguan psikotik singkat, dan gangguan psikotik induktif zat (American Psychiatric Association,2013 )

Skizofrenia adalah gangguan psikiatrik yang ditandai dengan disorganisasi pola pikir yang signifikan dan dimanifestasikan dengan masalah komunikasi dan kognisi; gangguan persepsi terhadap realitas yang dimanifestasikan dengan halusinasi dan waham; dan terkadang penurunan fungsi yang signifikan. Gejala biasanya pertama kali terlihat saat remaja atau pada masa dewasa muda dan sering kali kronik serta menetap (Patricia., et al, 2014)

(2)

2.1.2 Fase Skizofrenia

Fase skizofrenia merupakan perjalanan klinis dari skizofrenia dapat mencakup fase prodromal, akut (sic), dan residual (APA, 2000 dalam Patricia., et al, 2014).

2.1.2.1 Fase pertama yaitu, prodromal dapat berlangsung selama beberapa

bulan atau tahun. Pada periode ini fungsi mulai menurun dan, biasanya, beberapa tanda negatif skizofrenia, seperti pemburukan perilaku menarik diri dan penurunan aktivitas yang biasa dilakukan mulai tampak. Kriteria diagnostik untuk skizofrenia mencakup penying- kiran dugaan penyalahgunaan zat dan gangguan alam perasaan sebagai penyebab perubahan fungsi. Gejala dapat mencakup penurunan interaksi sosial, fungsi peran, berias, inisiatif dan ke tertarikan dalam aktivitas, serta adanya keyakinan yang aneh yang tidak sesuai dengan norma budaya klien, afek datar, gangguan alam perasaan masalah perseptual,dan masalah bahasa. Masalah bahasa dan komunikasi dapat mencakup alo dan pola bicara yang kacau dan tidak relevan. 2.1.2.2 Pada fase kedua yaitu aktif gangguan, klien mengalami gejala psikotik selama sedikitnya satu bulan (kurang dari satu bulan jika klien telah menjalani terapi aktif yang mengurangi gejala). Terdapat perilaku katatonik, waham, dan halusinasi.

2.1.2.3 Fase ketiga yaitu, residual terjadi setelah fase aktif dan menyerupai tahap prodromal, yaitu gejala dapat muncul, tetapi pada tingkat keparahan yang lebih rendah dibanding pada fase aktif. Sedikitnya satu tahun setelah fase aktif, perjalanan penyakit lebih lanjut dapat diperinci. Perjalanan penyakit

(3)

dapat mencakup pemburukan akut gejala fase aktif bersamaan dengan episode gejala residual, atau mungkin terdapat episode penyakit akut tanpa episode gejala residual. Perjalanan penyakit dapat terus berlanjut dengan dominasi gejala positif gejala negatif dapati atau mungkin tidak muncul. Perjalanan penyakit dapat mencakup gejala negatif yang nyata pada periode residual.

2.1.3 Manifestasi Klinis

Menurut stuart, (2016) tanda dan gejala dari skizofrenia yaitu : 2.1.3.1 Kognitif

Kognitif adalah tindakan atau proses mengetahui. kognitif melibatkan kesadaran dan penilaian yang memungkinkan otak untuk memproses informasi dengan cara menyediakan akurasi, penyimpanan, dan pengambilan. Seseorang dengan skizofrenia sering tidak dapat menghasilkan pemikiran logis yang kompleks atau mengungkapkan kalimat yang koheren karena neurotransmisi pada sistem pengolahan informasi ke otak yang rusak. Defisit kognitif sering hadir pada klien yang secara klinis berisiko tinggi gangguan jiwa sebelum timbulnya gangguan jiwa. (Carrion et, al 2011)

2.1.3.2 Daya ingat (Memory)

Daya ingat merupakan retensi atau penyimpanan pengetahuan tentang dunia. Daya ingat merupakan fungsi biologis yang dilakukan di beberapa bagian otak. Masalah daya ingat yang berhubungan dengan skizofrenia dapat mencakup lupa, ketidaktertarikan, kesulitan belajar, dan kurang kepatuhan.

(4)

2.1.3.3 Perhatian (attention)

Perhatian adalah kemampuan untuk berkonsentrasi dan fokus pada satu kegiatan. Perhatian yang terganggu tidak memungkinkan seseorang untuk memerhatikan, mengamati secara fokus, dan berkonsentrasi pada realitas eksternal. Gangguan perhatian umum terjadi pada skizofrenia meliputi kesulitan menyelesaikan tugas-tugas, kesulitan berkonsentrasi pada pekerjaan dan mudah terdistraksi.

2.1.3.4 Bentuk dan organisasi bicara

Bentuk dan organisasi bicara adalah inti komunikasi. Masalah dalam pengolahan informasi dapat mengakibatka komunikasi yang inkoheren.

2.1.4 Masalah Gangguan Skizofrenia

Masalah gangguan jiwa menurut Stuart(2016) yaitu : 2.1.4.1 Isi pikir

Isi pikir adalah daerah akhir untuk penilaian fungsi kognitif. Masalah dengan isi pikir termasuk adanya waham pada orang dengan gangguan jiwa. Waham merupakan keyakinan pribadi berdasarkan kesimpulan yang salah dri realitas eksternal. Ketidakmampuan otak untuk memproses data secara akurat dapat mengakibatkan waham paranoid, grandiose, agama, nihilistik, dan somatik. Waham dapat menjadi lebih lanjut oleh penarikan pikiran, sikap, kontrol pikir, atau siar pikir.

(5)

2.1.4.2 Halusinasi

Halusinasi adalah persepsi palsu yang terjadi pada respons neurobiologis maladaptif. Klien sebenarnya mengalami distorsi sensorik sebagai hal yang nyata dan meresponnya. Macam-macam halusinasi yaitu :

a) Halusinasi pendengaran

Mendengarkan keganduhan atau suara, paling sering dalam bentuk suara. Suara yang berkisar dari keganduhan atau suara sederhana, suara berbicara tentang klien, menyelesaikan percakapan antara dua orang atau lebih tentang orang yang berhalusinasi. Pikiran mendengar suara-suara yang berbicara pada klien dan perintah yang memberitahu klien untuk melakukan sesuatu yang kadang-kadang berbahaya.

b) Halusinasi penglihatan

Adanya rangsangan visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar, tokoh kartun, atau adengan bayangan rumit dan kompleks. Bayangan dapat menyenangkan atau menakutkan seperti melihat moster.

c) Penciuman

Seseorang dengan halusinasi penciuman biasanya mencium tidak enak atau busuk dan tengik seperti darah, urine atau feses. Kadang-kadang bau menyenangkan. Halusinasi penciuman biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang, dan demensia.

d) Perabaan

Adanya nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulasi yang jelas. Merasa sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain

(6)

2.1.4.3 Emosi

Emosi adalah dalam hal suasana hati dan afek. Suasana hati adalah nada perasaan yang luas dan berkelanjutan yang dapat dialami selama beberapa jam atau selama bertahun-tahun dan memengaruhi pandangan dunia seseorang. Orang dengan skizofrenia umumnya memiliki gejala hipoekpresi. Beberapa klien merasa bahwa mereka tidak lagi memiliki perasaan apapun dan mereka mengalami penurunan kemampua untuk merasakan keintiman dan kedekatan. Masalah emosi yang biasanya terlihat pada skizofrenia adalah sebagai berikut: a) Alexitimia

Mengalami kesulitan penamaan dan menggambarkan emosi b) Anhedonia

Adanya ketidakmampuan atau penurunan kemampuan untuk mengalami kesenangan, kegembiraan, keintiman, dan kedekatan.

c) Apatis

Kurangnya perasaan, emosi, minat atau kekhawatiran yang ada pada diri orang yang mengalami gangguan

Diagnosa keperawatan yang didapatkan pada pasien dengan skizoprenia selain halusinasi dan waham adalah Harga diri rendah yang juga dapat terjadi karena salah satu efek dari pasien yang tidak memiliki keterampilan sosial atau keterampilan berkomunikasi yang dibutuhkan untuk membangun dan mempertahankan hubungan dengan orang lain. Dan pasien menjadi tidak percaya diri dan kemudian merasa asing (berbeda) sehingga pasien menghindari kontak sosial. Isolasi sosial merupakan hal yang sering dialami oleh pasien skizofrenia dimana pasien merasa sulit berhubungan dengan

(7)

orang lain, curiga dan tidak mudah percaya. Pasien skizofrenia juga dapat mengalami defisit perawatan diri yang signifikan, tidak memperhatikan kebutuhan kebersihan diri biasa terjadi selama episode psikotik. Pasien menjadi sangat preokupasi (terpaku/terpusat) dengan ide-ide waham atau halusinasi sehingga gagal melaksanakan aktivitas dasar dalam kehidupan sehari-hari. Dampak dari Halusinasi yang terjadi pada pasien skizoprenia juga dapat membuat pasien melakukan perilaku kekerasan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan sekitarnya, seperti melukai diri sendiri, melukai orang lain dan bahkan membunuh dirinya sendiri. (Videbeck, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian bahwa 20-50% pasien skizoprenia pernah melakukan usaha bunuh diri, dan 10% berhasil melakukan bunuh diri. Dan Angka kematian pasien skizoprenia merupakan delapan kali lebih tinggi dibanding angka kemantian penduduk pada umumnya (Yosep, 2010).

2.1.5 Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi menurut Stuart (2016) yaitu : 2.1.5.1 Genetik

Faktor resiko utama yang paling utama mengembangkan skizofrenia memiliki tingkat pertama hubungan dengan skizofrenia. Anak – anak yang memiliki orang tua dengan skizofrenia dan diadopsi pada saat lahir oleh sebuah keluarga tanpa kejadian gangguan, anak tersebut beresiko untuk mengalami gangguan seperti orang tua biologis mereka.

(8)

2.1.5.2 Neurobiologi

Menunjukkan kelainan anatomi, fungsional, dan neurokimia pada orang dengan skizofrenia. Penelitian menunjukkan bahwa korteks prefrontal dan korteks limbik mungkin tidak sepenuhnya berkembang pada otak orang dengan skizofrenia. Perilaku psikotik mungkin berhubungan dengan lesi otak didaerah frontal, temporal dan limbik.

2.1.5.3 Neurotransmiter

Penelitian dibidang neurotransmiter telah menyatakan bahwa dapat disebabkan oleh penurunan terus-menerus dalam satu atau lebih neurotransmiter atau mekanisme pengaturan homeostasis neuromodulator sehingga neurotransmisi tidak stabil atau tidak menentu. Teori ini menyampaikan area mesolimbik memiliki jalur dopamin yang terlalu aktif sedangkan jalur dopamin di area prefrontal mesokortikal yang hipoaktif dan ketidakseimbangan terjadi di antara neurotransmiter dopamin dan serotonin. Dopamin penting dalam respon terhadap stres dan memiliki banyak koneksi di limbik.

2.1.5.4 Neurodevelopment

Neurodevelopment diyakini bahwa beberapa struktural, fungsional, dan kimia yang tersimpan dalam otak yang terlihat pada skizofrenia biasanya telah ada jauh sebelum gejala muncul., mungkin dari tahun-tahun awal kehidupan dan mungkin sebelum kelahiran. Beberapa anak dengan skizofrenia menunjukkan kelainan ringan tentang perhatian, koordinasi, kemampuan sosial, fungsi neuromotor, dan respon emosional jauh sebelum mereka menunjukkan gejala skizofrenia yang jelas. Pristiwa dini pada bayi mungkin berhubungan dengan perkembangan skizofrenia.

(9)

Didapatkan hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor predisposisi pada penderita skizofrenia berupa faktor biologi yang disebabkan oleh gangguan neurotransmiter sebanyak 42 orang (41,2%), faktor psikologi yang disebabkan oleh trauma sebanyak 73 orang (71,6%), dan faktor sosiokultural lingkungan yang disebabkan oleh diintimidasi di sekolah/lingkungan sosial dan sulit mendapatkan pekerjaan sebanyak 24 orang (23,5%). (Hasmila, 2015)

2.1.6 Faktor Presipitasi

Menurut Stuart, (2016) faktor presipitasi pada pasien dengan skizofrenia yaitu : 2.1.6.1 Biologis

Salah satu stressor yang mungkin terjadi pada orang dengan skizofrenia adalah gangguan dalam umpan balik otak yang mengatur jumlah informasi yang dapat diproses pada waktu tertentu. Pengolahan informasi normal terjadi dalam serangkaian aktivitas saraf yang telah ditetapkan. Rangsangan visual dan pendengaran awalnya di skrining dan disaring oleh talamus serta dikirim untuk di proses oleh lobus frontal. Jika terlalu banyak informasi yang dikirim sekaligus atau jika informasi tersebut rusak, lobus frontal mengirimkan pesan yang berlebihan pada ganglia bisalis.

2.1.6.2 Penilaian terhadap stressor

Model Diatesis Stress telah menyampaikan bahwa gejala skizofrenia berkembang berdasarkan pada hubungan antara jumlah stres yang dialami oleh seseorang dan ambang batas toleransi stres internal. Model ini penting karena hal tersebut mengintegrasikan faktor biologis, psikologis, dan sosial budaya.

(10)

Didapatkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pada faktor presipitasi, penyebab pada aspek biologis terbanyak adalah putus obat yaitu sebanyak 32 responden (69,6%), penyebab pada aspek psikologis terbanyak adalah pengalaman tidak menyenangkan yaitu sebanyak 21 responden (45,8%) dan penyebab pada aspek sosial terbanyak adalah konflik dengan keluarga atau teman yaitu sebanyak 17 responden (37%). (Fajar, 2016)

2.1.7 Sumber koping

Gangguan jiwa merupakan penyakit yang menakutkan dan sangat menjengkelkan yang membutuhkan penyesuaian oleh klien dan keluarga. Proses penyesuaian setelah gangguan jiwa terjadi terdiri dari empat tahap dan berlangsung mungkin selama 3 sampai 6 tahun (Moller dan Zauszniewsky 2011 dalam stuart 2016).

2.1.7.1 Disonansi Kognitif (Gangguan jiwa aktif)

Dengan adanya disonansi kognitif melibatkan pencapaian keberhasilan farmakologi untuk menurunkan gejala dan menstabilkan gangguan jiwa aktif dengan memilah kenyataan dari ketidaknyataan setelah episode pertama. Hal ini dapat memakan waktu 6 sampai 12 tahun.

2.1.7.2 Pencapaian wawasan (Attaining Insight)

Permulaan wawasan yang terjadi dengan kemampuan melakukan pemeriksaan terhadap kenyataan yang dapat dipercaya. Hal ini memakan waktu 6 sampai 18 bulan dan tergantung pada keberhasilan pengobatan dan dukungan yang berkelanjutan

(11)

2.1.7.3 Kognitif yang konstan (Stabilitas di segala aspek kehidupan)

Kognitif konstan yang termasuk melanjutkan hubungan intrapersonal yang normal dan kembali terlibat dalam kegiatan yang sesuai dengan usia yang berkaitan dengan sekolah dan bekerja. Fase ini berlangsung 1 sampai 3 tahun. 2.1.7.4 Bergerak menuju prestasi kerja atau tujuan mendidik

Tahap ini termasuk kemampuan untuk melakukan secara konsisten terlibat dalam kegiatan harian yang sesuai dengan usia hidup yang merefleksikan tujuan sebelum gangguan jiwa. Fase ini berlangsung minimal selama 2 tahun.

2.1.8 Mekanisme Koping

Menurut Stuart (2016) pada fase gangguan jiwa aktif, klien biasanya menggunakan beberapa mekanisme pertahanan yang tidak disadari sebagai upaya untuk melindungi diri dari pengalaman menakutkan yang disebabkan oleh penyakit mereka.

2.1.8.1 Regresi

Berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam upaya untuk mengelola ansietas, menyisakan sedikit tenaga untuk aktivitas sehari-hari

2.1.8.2 Proyeksi

Upaya yang menjelaskan persepsi yang membingungkan dengan menetapkan tangguang jawab pada orang lain.

2.1.8.3 Menarik Diri

Berhubungan dengan masalah membangun kepercayaan dan keasyikan dalam pengalaman internal

(12)

2.1.8.4 Pengingkaran

Biasanya sering digunakan oleh klien dan keluarga. Mekanisme koping ini adalah sama dengan penolakan yang terjadi setiap kali seseorang menerima informasi yang menyebabka rasa takut dan ansietas.

2.1.9 Tindakan Keperawatan Pada Pasien dengan Skizofrenia

Tindakan keperawatan menurut videbeck (2014) yaitu :

2.1.9.1 Meningkatkan keselamatan klien dan orang lain serta hak atas privasi dan martabat klien

2.1.9.2 Membangun hubungan yang terapeutik seperti membina rasa saling percaya dengan mengunakan komunikasi terapeutik (mengklarifikasi perasaan dan pernyataan ketika isi bicara dan pikiran mengalami disorganisasi atau membingungkan).

2.1.9.3 Membantu klien dengan cara mempertahankan realitas melalui kontak yang sering serta berkomunikasi dengan klien

2.1.9.4 Libatkan klien dalam beraktivitas

2.1.9.5 Bentuk dukungan keluarga serta sistem dukungan masyarakat dalam proses perawatan.

(13)

2.1.10 Faktor Resiko Relaps

Menurut Videbeck (2014), faktor – faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya relaps atau kekambuhan adalah sebagai berikut :

2.1.10.1 Faktor risiko kesehatan

a) Gangguan sebab dan akibat berfikir b) Gangguan proses informasi

c) Gizi buruk d) Kurang tidur e) Kurang olahraga f) Keletihan

g) Efek samping pengobatan yang tidak dapat ditoleransi

2.1.10.2 Faktor risiko lingkungan a) Kesulitan keuangan b) Kesulitan tempat tinggal

c) Perubahan yang menimbulkan stres dalam peristiwa kehidupan

d) Keterampilan kerja yang buruk, ketidakmampuan mempertahankan pekerjaan

e) Tidak memiliki transportasi/sumber-sumber

f) Keterampilan sosial yang buruk, isolasi sosial kesepian g) Kesulitan interpersonal

2.1.10.3 Faktor risiko perilaku dan emosional

a) Tidak ada kontrol, perilaku agresif, atau perilaku kekerasan b) Perubahan mood

(14)

c) Pengobatan dan penatalaksanaan gejala yang buruk d) Konsep diri rendah

e) Penampilan dan tindakan berbeda f) Perasaan putus asa

g) Kehilangan motivasi

Didapatkan hasil penelitian pada pasien skizofrenia yaitu faktor dukungan keluarga merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap kekambuhan pasien. (Sandy, 2013)

2.1.11 Tindakan Untuk Mencegah Kekambuhan

2.1.11.1 Mengidentifikasi gejala yang menandakan kambuh 2.1.11.2 Mengidentifikasi gejala pemicu

2.1.11.3 Mengidentifikasi strategi koping untuk gejala pemicu

2.1.11.4 Mengidentifikasi sistem pendukung apabila terjadi kekambuhan 2.1.11.5 integrasi ke dalam keluarga dan masyarakat

2.1.12 Menangani Potensial Kekambuhan

2.1.12.1 Klien pergi ke lingkungan yang aman dengan seseorang yang dapat membantu jika bantuan diperlukan. Orang yang membantu harus mampu memonitor perilaku yang menunjukkan kekambuhan semakin parah

2.1.12.2 Minum obat adalah bagian dari program. Bekerja dengan dokter untuk menentukan apakah obat berguna untuk mengurangi kekambuhan. Obat yang

(15)

hampir membantu ketika digunakan dengan aman. Lingkungan yang tenang dan mengurangi stress

2.1.12.3 Berbicara dengan orang yang terpecaya tentang apa yang klien katakan. Orang ini perlu tahu waktu dimana klien akan menelpon jika memerlukan bantuan. 2.1.12.4 Hindari orang-orang yang mengatakan hal-hal negatif pada klien.

2.2 KONSEP COMMUNITY MENTAL HEALTH NURSING (CMHN)

2.2.1 Pengertian

Keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah pelayanan keperawatan yang komprehensif, holistik, dan paripurna yang berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa, rentan terhadap stres (resiko gangguan jiwa) dan dalam tahap pemulihan serta pencegahan kekambuhan (Gangguan jiwa). (Keliat,2011)

Pelayanan keperawatan komprehensif adalah pelayanan yang difokuskan pada pencegahan primer pada anggota masyarakat yang sehat jiwa, pencegahan sekunder pada anggota yang mengalami masalah psikososial (resiko gangguan jiwa) dan pencegahan tersier pada pasien gangguan jiwa dengan proses pemulihan.

Pelayanan keperawatan holistik adalah pelayanan menyeluruh pada semua aspek kehidupan manusia yaitu aspek bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual

2.2.1.1 Aspek (bio-fisik) dikaitkan dengan masalah kesehatan fisik seperti kehilangan organ tubuh yang dialami anggota masyarakat akibat bencana yang memerluan pelayanan dalam rangka adaptasi mereka terhadap kondisi

(16)

fisiknya. Demikian pula dengan penyakit fisik lain baik yang akut kronis maupun terminal yang memberi dampak pada kesehatan jiwa

2.2.1.2 Aspek psikologis dikaitkan dengan berbagai masalah psikologis yang dialami oleh masyarakat seperti ketakutan, trauma, kecemasan maupun kondisi yang lebih berat dan memerlukan pelayanan agar mereka dapat beradaptasi dengan situasi tersebut

2.2.1.3 Aspek sosial dikaitkan dengan kehilangan suami atau istri atau anak, keluarga terdekat, kehilangan pekerjaan, tempat tinggal, dan harta benda yang memerlukan pelayanan dari berbagai sektor terkait agar mereka mampu mempertahankan kehidupan sosial yang memuaskan

2.2.1.4 Aspek kultural dikaitkan dengan budaya tolong menolong dan kekeluargaan yang dapat digunakan sebagai sistem pendukung sosial dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ditemukan

2.2.1.5 Aspek spiritual dikaitkan dengan nilai-nilai keagamaan yang kuat dan dapat diberdayakan sebagai potensi masyarakat dalam mengatasi berbagai konflik dan masalah kesehatan yang terjadi

Pelayanan keperawatan paripurna adalah pelayanan pada semua jenjang pelayanan yaitu dari pelayanan kesehatan jiwa spesialis, pelayanan kesehatan jiwa integratif dan pelayanan kesehatan jiwa yang bersumber daya masyarakat. Pemberdayaan seluruh potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat diupayakan agar terwujud masyarakat yang mandiri dalam memelihara kesehatannya.

(17)

2.2.2 Piramida Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas

Berdasarkan kuantitas pelayanan kesehatan jiwa yang dibutuhkan, frekuensi kebutuhan, dan besar biaya yan di perlukan, pelayanan kesehatan jiwa secara berjenjang. Jenjang pelayanan kesehatan jiwa terdiri dari :

2.2.2.1 Perawatan mandiri individu dan keluarga

Kebutuhan pelayanan jiwa terbesar adalah kebutuhan kesehatan jiwa yang dapat dipenuhi oleh masing-masing individu dan keluarga. pada tingkat ini sangat penting untuk memberdayakan keluarga dengan melibatkan mereka dalam memelihara kesehatan anggota keluarganya. Perawat dan petugas kesehatan lain dapat mengelompokkan masyarakat dalam :

a) Masyarakat sehat jiwa yang memerlukan pelayanan pencegahan gangguan jiwa dan peningkatan kesehatan jiwa (promosi kesehatan)

b) Masyarakat yang mempunyai masalah psikososial memerlukan upaya untuk mencegah terjadinya gangguan jiwa dengan melakukan tindakan segera mengatasi masalah psikososial. Misalnya, memberikan asuhan kepada pasien yang kehilangan bagian tubuhnya (amputasi) untuk membuat pasien dapat menerima Masyarakat yang mengalami gangguan jiwa memerlukan upaya pemulihan dan rehabilitasi dengan tindakan khusus pada masalah gangguan jiwa. Misalnya, memberikan asuhan keperawatan pada pasie dengan perilaku kekerasan, sehingga diharapkan pasien dapat mengontrol perilaku kekerasannya.

(18)

2.2.2.2 Dukungan Masyarakat Formal dan Informal di Luar Sektor Kesehatan

Apabila masalah kesehatan jiwa yang dialami individu tidak mampu diatasi secara mandiri di tingkat individu dan keluarga maka upaya solusi tingkat berikutnya adalah leader formal dan informal yang ada di masyarakat mereka akan menjadi tempat rujukan. Kelompok yang dimaksud yaitu :

a) Toma : tokoh agama, tokoh wanitam kepala desa atau dusun, lurah, ketua rukun tetangga atau rukun warga

b) Pemberi pengobatan tradisional : orang pintar c) Guru

Mereka dapat menjadi target pelayanan, karena mereka juga bagian dari kelompok perawatan mandiri individu dan keluarga.

2.2.2.3 Pelayanan Kesehatan Jiwa Melalui Pelayanan Kesehatan Dasar

Puskesmas memiliki pelayanan kesehatan jiwauntuk rawat jalan dan kunjungan ke masyarakat sesuai wilayah kerja puskesmas. Tenagah kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan jiwa adalah perawat yang telah dilatih CMHN dan dokter yang telah dilatih kesehatan jiwa yang bekerja secara tim yng disebut tim kesehatan jiwa puskesmas. Mereka dapat merujuk dengan masalah kesehatan jiwa kepada perawat kesehatan jiwa komunitas (Community Mental Health Nursing, CMHN)

2.2.2.4 Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat Kabupaten atau Kota

Bentuk dari pelayanan ini yaitu tim pelayanan kesehatan jiwa kabupaten atau kota. Tim akan bergerak secara periodik ke tiap-tiap puskesmas untuk memberikan konsultasim supervisi, monitoring, dan evaluasi. Pada saat tim

(19)

mengunjungi puskesmas, maka penanggung jawab pelayanan kesehatan komunitas di puskesmas akan mengkonsultasikan kasus-kasus yang tidak berhasil

2.2.2.5 Unit Pelayanan Kesehatan Jiwa di Rumah Sakit Umum

Rumah sakit umum daerah pada tingkat kabupaten atau kota diharapkan menyediakan pelayanan rawat jalan dan rawat inap bagi pasien gangguan jiwa dengan jumlah tempat tidur sesuai dengan kemampuan. Sistem rujukan dari puskesmas ke rumah sakit harus jelas.

2.2.2.6 Rumah Sakit Jiwa

Rumah sakit jiwa merupakan pelayanan spesialis kesehatan jiwa yang difokuskan pada pasien dengan gangguan jiwa yang tidak berhasil dirawat di keluarga atau puskesmas atau rumah sakit umum.

2.2.3 Jenis – Jenis Community Mental Health Nursing (CMHN)

Menurut keliat (2011) Jenis – jenis CMHN yaitu : 2.2.3.1 Basic Course CMHN (BC – CMHN)

Serangkaian kegiatan pembelajaran untuk perawat komunitas agar memiliki kompetensi untuk melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien dengan gangguan jiwa yang ada di masyarakat.

2.2.3.2 Intermediate Course ( IC CMHN)

Melakukan kegiatan membentuk desa siaga sehat jiwa, melatih perawat kesehatan jiwa untuk mengintervensi klien dengan masalah psikososial dan mengembangkan rehabilitasi pasien gangguan jiwa, dan melatih kader.

(20)

2.2.3.3 Advance Course (AC CMHN)

Manajemen keperawatan kesehatan jiwa dan kerjasama lintas sektoral. Dengan sasarannya ndividu , keluarga , staf puskesmas , kelompok formal ,dan informal serta masyarakat luas

2.2.4 Pelayanan Keperawatan Jiwa Komprehensif

Pelayanan kesehatan jiwa komprehensif adalah pelayanan keperawatan jiwa yang diberikan pada masyarakat pada pascabencana dan konflik, dengan kondisi masyarakat yang beragam dalam rentang sehat-sakit yang memerlukan pelayanan keperawatan pada tingkat pencegahan primer, sekunder dan tersier. Yaitu :

2.2.4.1 Pencegahan primer

Fokus pelayanan keperawatan jiwa adalah pada peningkatan kesehatan dan pencegahan terjadinya gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mencegah terjadinya gangguan jiwa, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jiwa. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang belum mengalami gangguan jiwa sesuai dengan kelompok umur yaitu anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Aktivitas pada pencegahan primer adalah program pendidikan kesehatan, program stimulasi perkembangan, program sosialisasi kesehatan jiwa, manajemen stres, dan persiapan menjadi orang tua. Beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu :

a) Memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua antara lain : 1) Pendidikan menjadi orang tua

2) Pendidikan tentang perkembangan anak sesuai dengan usia 3) Memantau dan menstimulasi perkembangan

(21)

4) Mensosialisasikan anak dengan lingkungan b) Pendidikan kesehatan mengenai stres

1) Stres pekerjaan 2) Stres perkawinan 3) Stres sekolah 4) Stres pascabencana

c) Program dukungan sosial diberikan pada anak yatim piatu, individu yang kehilangan pasangan, kehilangan pekerjaan, kehilangan rumah atau tempat tinggal, yang semuanya mungkin terjadi akibat bencana. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan yaitu :

1) Memberikan informasi tentang cara mengatasi kehilangan

2) Menggerakan dukungan masyarakat seperti menjadi orang tua asuh bagi anak yatim piatu

3) Melatih keterampilan sesuai dengan keahlian masing-masing untuk mendapatkan pekerjaan

4) Mendapatkan dukungan pemerintah dan LSM untuk memperoleh tempat tinggal

d) Program pencegahan penyalahgunaan obat. Penyalahgunaan obat digunakan sebagai koping untuk mengatasi masalah. Kegiatan yang dapat dilakukan : 1) Pendidikan kesehatan tentang melatih koping positif untuk mengatasi

stres

2) Latihan asertif yaitu mengungkapkan keinginan dan perasaan tanpa menyakiti orang lain

(22)

3) Latihan afirmasi dengan menguatkan aspek-aspek positif yang ada pada diri seseorang

e) Program pencegahan bunuh diri, bunuh diri merupakan salah satu cara menyelesaikan masalah oleh individu yang mengalami keputusasaan. Oleh karena itu perlu dilakukan program :

1) Memberikan informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang tanda-tanda bunuh diri

2) Menyediakan lingkungan yang aman untuk mencegah bunuh diri 3) Melatih koping yang adaptif

2.2.4.2 Pencegaan Sekunder

Fokus pelayaann keperawatan pada pencegahan sekunder adalah deteksi dini dan penanganan dengan segera masalah psikososial dan gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah menurunkan angka kejadian gangguan jiwa. Target pelayanan adalah anggota masyarakat yang beresiko atau memperlihatkan tanda-tanda masalah psikososial dan gangguan jiwa. Aktivitas pada pencegahan sekunder adalah :

a) Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh informasi dari berbagai sumber seperti masyarakat , tim kesehatan lain, dan penemuan langsung

b) Melakukan penjaringan kasus dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Melakukan pengkajian untuk memperoleh data fokus pada semua pasien 2) Jika ditemukan tanda-tanda yang

(23)

3) Berkaitan dengan kecemasan dan depresi maka lanjutkan pengkajian Mengumumkan pada masyarakat tentang gejala dini gangguan jiwa

4) Memberikan pengobatan secara cepat terhadap penemuan kasus baru sesuai dengan standar pendelegasian program pengobatan

5) Bekerja sama dengan perawat komunitas dalam pemberian obat lain yang dibutuhkan pasien untuk mengatasi gangguan fisik yang dialami

6) Melibatkan keluarga dalam pemberian obat, mengajarkan keluarga agar melaporkan segera kepada perawat jika ditemukan tanda-tanda yang tidak biasa, dan menginformasikan jadwal tindak lanjut

7) Melakukan terapi modalitas yaitu berbagai terapi keperawatan untuk membantu pemulihan pasien seperti terapi aktivitas kelompok, terapi keluarga, dan terapi lingkungan

8) Memfasilitasi self-help group (kelompok pasien, kelompok keluarga, atau kelompok masyarakat) berupa kegiatan kelompok yang membahas masalah-masalah yang terkait dengan kesehatan jiwa dan cara penyelesaiannya

9) Menyediakan Hotline service untuk intervensi krisis yaitu pelayanan dalam 24 jam melalui telepon berupa pelayanan konseling

10) Melakukan tindak lanjut dan rujukan kasus

2.2.4.3 Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier adalah pelayanan keperawatan yang berfokus pelayanan keperawatan adalah pada peningkatan fungsi dan sosialisasi serta pencegahan kekambuhan pada pasien gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mengurangi

(24)

kecacatan atau ketidakmampuan akibat gangguan jiwa. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa pada tahap pemulihan. Aktivitas pada pencegahan tersier ini meliputi :

a) Program dukungan sosial dengan mengerakkan sumber-sumber di masyarakat seperti sumber pendidikan, dukungan masyarakat (tetangga, teman dekat, dan tokoh masyarakat), dan pelayanan terdekat yang terjangkau masyarakat. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah :

1) Pendidikan kesehatan tentan perilaku dan sikap masyarakat terhadap penerimaan pasien gangguan jiwa

2) Penjelasan tentang pentingnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam penanganan pasien yang mengalami kekambuhan

b) Program rehabilitasi untuk memberdayakan pasien dan keluarga hingga mandiri berfokus pada kekuatan dan kemampuan pasien dan keluarga dengan cara :

1) Meningkatkan kemampuan koping yaitu belajar mengungkapkan dan menyelesaikan masalah dengan cara yang tepat

2) Mengembangkan sistem pendukung dengan memberdayakan keluarga dan masyarakat

3) Menyediakan pelatihan kemampuan dan potensi yang perlu dikembangkan oleh pasien, keluarga dan masyarakat agar pasien dapat produktif kembali

4) Membantu pasien dan keluarga merencanakan dan mengambil keputusan untuk dirinya

(25)

c) Program sosialisasi

1) Membuat tempat pertemuan untuk sosialisasi

2) Mengembagkan keterampilan hidup (aktivitas hidup sehari-hari atau ADL, mengelola rumah tangga, mengembangkan hobi

3) Program rekreasi seperti nonton bersama, jalan santai, dan pergi ke tempat rekreasi

4) Kegiatan sosial dan keagamaan (arisan bersama, pengajian, majelis taklim, dan kegiatan adat)

d) Program mencegah stigma. Stigma merupakan anggapan yang keliru dari masyarakat terhadap gangguan jiwa. Oleh karena itu, perlu diberikan program mencegah stigma untuk menghindari isolasi dan diskriminasi terhadap pasien gangguan jiwa. Beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu : 1) Memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat tentang kesehatan

jiwa dan gangguan jiwa, serta tentang sikap dan tindakan menghargai pasien gangguan jiwa

2) Melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat atau orang yang berpengaruh dalam mensosialisasikan jiwa dan gangguan jiwa.

(26)

2.2.5 Peran dan Fungsi Perawat Kesehatan Jiwa Komunitas

Peran dan fungsi perawat kesehatan jiwa komunitas menurut keliat (2011) yaitu : 2.2.5.1 Pemberi asuhan keperawatan secara langsung. Perawat memberikan

asuhan keperawatan kepada pasien untuk membantu pasien mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah dan meningkatkan fungsi kehidupannya. 2.2.5.2 Pendidik (educator). Perawat memberikan pendidikan kesehatan jiwa kepada

individu dan keluarga untuk mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah dan mengembangkan kemampuan keluarga melakukan 5 tugas keluarga yaitu mampu mengenal masalah kesehatan pasien, mengambil keputusan, merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, memodifikasi lingkungan keluarga yang mendukung pemulihan pasien dan memanfaatkan pelayanan kesehatan jiwa.

2.2.5.3 Koordinator : melakukan koordinasi setiap dalam kegiatan seperti pada saat penemuan kasus

2.2.5.4 Rujukan. Perawat CMHN yang bertugas di masyarakat dapat merujuk pasien yang belum ada perbaikan untuk datang ke puskesmas agar mendapatkan program pengobatan dari dokter di puskesmas.

(27)

Etiologi Predisposisi : • Biologi ; kelainan neorutransmiter, kembar identik, • Psikologi : pengalaman masa lalu, tahap perkembangan • Sosialkultural :Pengalaman sosial, agama dan

Etiologi Presipitasi : • Biologi ; Kelainan Kognitif • Psikologi : Stress, koping individu • Sosialkultural : lingkungan keluarga dan masyarakat

Tanda dan Gejala Gejala positif : - Gangguan jiwa terkait berfikir (waham dan halusinasi) - Disorganisasi bicara dan perilaku Gejala Negatif - Masalah emosi (afek datar, dan anhedonia) - Gangguan pengambilan keputusan (alogia, apatis dan gangguan perhatian)

Penatalaksanaan di Rumah Sakit : Individu

- Komunikasi terapeutik

- Kembangkan kekuatan dan potensi pasien, kembangkan keterampilan hidup mandiri, hubungan interpersonal, dan sumber koping

- Ajarkan keterampilan sosial melalui penyuluhan • Keluarga

- Penyuluhan

- Dorong keluarga untuk memberikan dukungan keluarga dan ikut berperan dalam proses pengobatan pasien

Primer yaitu : meningkatkan kesehatan jiwa. • Pendidikan kesehatan Sekunder : masalah psikososial • Menemukan kasus sedini • Melakukan penjaringan kasus CMHN : pelayanan keperawatan yang komprehensif, holistik, dan paripurna yang berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa, rentan terhadap stres (resiko gangguan jiwa) dan dalam tahap pemulihan serta pencegahan

Individu

- Ajarkan untuk mengenali tanda-tanda peringatan dini tentang kambuh

- Konseling dan penyuluhan • Keluarga

- Psikoedukasi • Masyarakat

- Penyuluhan

- Ajak untuk ikut berpartisipasi dalam organisasi pendukung dan perawatan dengan Program Assertive Community Treatment (ACT)

Kader kesehatan jiwa :

Tenaga yang berasal dari masyarakat, dipilih oleh masyarakat itu sendiri dan bekerja secara sukarela yang bekerja di bidang kesehatan

Tersier : pencegahan kekambuhan pada pasien gangguan jiwa • Program dukungan social • Program rehabilitasi untuk memberday akan pasien dan keluarga • Program sosialisasi Penatalaksanaan di Masyarakat Skizoprenia : Gangguan psikiatrik yang ditandai dengan disorganisasi pola pikir yang signifikan dan dimanifestasikan dengan masalah komunikasi dan kognisi serta gangguan persepsi terhadap realitas yang dimanifestasikan dengan halusinasi, waham, dan yang terkadang juga

mununjukkan penurunan

Referensi

Dokumen terkait

Ben-Hur (2006) mengungkapkan tentang Concept-Rich Instruction. Concept-Rich Instruction adalah sebuah pendekatan yang peduli terhadap pemahaman konsep siswa dalam

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, maka Peraturan Daerah Kabupaten Bangkalan Nomor 7 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pemilihan, Pencalonan,

 Akuntabel #apat #iartikan Ceba+ai kemampuan para pelaku Tata amon+ untuk men#okumentaCikan #an mempertan++un+Da=abkan Celuru! pro+ram #an kebiDakan yan+ #iranan+. Setiap

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia- Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Faktor- faktor Penyebab

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA TENTANG PENETAPAN KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN

Untuk melaksanakan program yang telah disusun dalam perencanaan Tim Surveilans dan Masyarakat 23 Februari 2012 Kepala Puskesmas Langsung Sembuh Rp.. penyebarluasan informasi

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara iklim kerja panas terhadap dehidrasi dengan hasil uji Mann Whitney (p = 0,023) dan ada pengaruh iklim

Penelitian dilakukan di Puskesmas Kabupaten Kutai Kartanegara untuk memperoleh informasi dari pihak puskesmas maupun pasien dan pengantar pasien. Terdapat 3 puskesmas