• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS POTENSI EKONOMI KABUPATEN PEMEKARAN DI PROVINSI LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS POTENSI EKONOMI KABUPATEN PEMEKARAN DI PROVINSI LAMPUNG"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Otonomi daerah lahir memberikan ruang akan kebebasan ekonomi kepada daerah dalam menggali dan memanfaatkan potensi ekonomi dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh hal itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi ekonomi dan mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi potensial di berbagai daerah otonomi baru di Provinsi Lampung sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam melakukan perencanaan pembangunan ekonomi. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Produk Domestik Regional Bruto berbagai Daerah Otonomi Baru dan Provinsi Lampung Tahun 2008-2013. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis LQ,

Shift Share, Model Rasio Pertumbuhan (MRP) serta Tipologi Sektoral. Hasil penelitian dari alat analisis LQ, shift share, MRP, dan Tipologi Sektoral menggambarkan bahwa di setiap deerah memiliki sektor ekonomi unggulan yang menjadi kegiatan spesialisasi ekonomi di masing-masing daerah, ini menunjukan karakteristik ekonomi yang berbeda antara berbagai daerah.

(2)

by

DICKI RIEFALDI

ABSTRACT

Regional autonomy has given an economic authority to local governance in exploring and exploiting the economic potency as efforts to improve the welfare of the society. Therefore, this study aims to analyze the economic potency and identify potential sector of economy in new autonomous region in the province of Lampung for considerate option in doing economic development plan. This study uses secondary data from Gross Regional Domestic Product of new autonomous regions and the province of Lampung in 2008-2013. Analyzing tools which are used in this research are LQ, Shift Share, Growth Ratio Model and Sectoral Typology. The results from those analyzing tools show that in each regency has own potential economic sector which become economic specialization in each area, it shows the different economic characteristics between the various regions.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 3 Sukajadi dan lulus pada tahun

2003. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 51 Palembang dan

selesai pada tahun 2006, lalu melanjutkan kejenjang selanjutnya di SMA Negeri 21

Palembang hingga tahun 2009.

Pada tahun 2010 penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Ekonomi Dan

Bisnis, Jurusan Ekonomi Pembangunan dengan Jalur SPMB. Penulis melaksanakan

Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun 2014 di Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung

Selatan.

Selama menempuh pendidikan, penulis telah mengikuti beberapa organisasi baik

internal maupun eksternal kampus, antara lain:

 Brigadir Muda BEM FE Masa bakti 2010 -2011.

 Ketua Panitia Khusus Pemira HIMEPA di Tahun 2011

 Sekretaris Bidang III Kaderisasi dan Hubungan luar HIMEPA FEB 2011-2012

 Sekretaris Komisi I Perundang-undangan dan pengawasan Internal DPM FEB

(8)

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bandar Lampung Komisariat

Ekonomi Unila masa bakti 2012–2013.

 Sekarang penulis mendapatkan amanah menjabat sebagai Kepala Departemen

Pemberdayaan Umat Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bandar

(9)

Rekan-rekan seperjuangan Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Bandarlampung

(10)

Jangan sekali-kali melupakan sejarah

(Ir.Soekarno)

Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan

yang ada pada diri mereka sendiri”

(Q.S. Ar-Ra’d:11)

“Yakin Usaha Sampai

(11)

Universitas Lampung.

Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan karena adanya bimbingan, dukungan serta

saran dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini dengan ketulusan hati

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E, M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.Si., Ketua Jurusan Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.EP., Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

4. Bapak Yourni Atmaja, S.E, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, arahan, dan masukan dalam menyelesaikan skripsi

ini.

5. Bapak M.A.Irsan Dalimunthe, S.E, M.Si selaku Dosen Penguji pada ujian

skripsi. Terima kasih untuk masukan dan saran-sarannya.

6. Bapak Muhiddin Sirat, S.E., M.EP.selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

(12)

8. Seluruh Staf Universitas Lampung khususnya Staf Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Lampung yang telah banyak membantu penulis.

9. Papa Hermasyah dan Mama Agustini yang telah memberikan Kasih Sayang,

Motivasi serta Doa dan kepada penulis semoga Skripsi ini menjadi awal atas

keberhasilan Hidup di masa yang akan datang.

10. Adik-adikku Chintia Dwi Tania, dan Sisca Pratiwi

11. Seluruh Keluarga Besar Hoesin Pokok Ratoe (Alm) dan M.Arief Madjid

(Alm.).

12. Saudara Sepupu Ciko, Dendy, Alan, Naira, Araz, Fira, Putri, Zara dan

semuanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

13. Sahabat serta Rekan Perkuliahan, Chairman, Dede, Dimas, Fany, dan Darus

Dania, Sonia, Nova, Ajeng. Sukses untuk kita semua.

14. Keluarga besar Kanda dan Adinda HmI Cabang Bandarlampung Komisariat

Ekonomi Unila, Kanda Entol, Kanda Indra Jantana, Kanda Hadi, Kanda

Macro, Kanda Jalal, Kanda Fadhli, Bowo, Agung, Zulianri, Beni, Ali, Ari,

Febi, Denis, Faiz, Fera, Wahyu, Jevri, Roy, Yuda, Ario ,Anas, Satria, Viras,

Doy, Sufyan, Teja, Adinda Apriansyah, Adrian Gumelar, Gita,Vetty, Aulia,

Yusmitha, Yuni, dan Acil, serta yang lain yang tidak bisa disebut satu persatu

15. Kawan-kawan Ekonomi Pembangunan 2010, Febri, Adi, Danny C, Ardan,

Ridwan, Beni, Hasby, Bolang, Abi, Abah, Andika, Irvan, Agus, Fischa, Shinta,

Enny, Via, Citra, Devy, Tetiek, Wuri, Desta, Lathifa, Fida, Hana, Diah, dan

(13)

Semoga penelitian yang telah penulis lakukan ini dapat berguna dan bermanfaat

bagi semua pihak khususnya penulis. Penulis mengucapkan terimakasih banyak

atas segala bantuannya, semoga Allah SWT memberikan kebahagiaan atas semua

yang telah kalian berikan.

Bandar Lampung, Februari 2015 Penulis,

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL... ii

DAFTAR GAMBAR... iv

DAFTAR LAMPIRAN... v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kerangka Pemikiran ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Pembangunan Dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah... 10

B. Otonomi Daerah... 13

C. Strategi Pengembangan Potensi Ekonomi Daerah... 14

D. Sektor Potensial Dalam Pengembangan Wilayah ... 16

E. Teori Basis Kegiatan Ekonomi ... 17

F. Analisis Shift-Share... 21

G. Tipologi Ekonomi Regional ... 26

H. Model Rasio Pertumbuhan ... 28

III.METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Variabel ... 30

B. Jenis Dan Sumber Data... 32

C. Metode Pengumpulan Data... 32

D. Metode Analisis ... 33

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Perekonomian Provinsi Lampung... 42

B. Identifikasi Sektor-Sekstor Unggulan Kabupaten Pemekaran Provinsi Lampung ... 45

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 81

B. Saran ... 84

(15)

Tabel Halaman

1 Pemekaran Daerah Di Indonesia 1999-2012... 3

2. PDRB Atas Harga Konstan Kabupaten Induk dan Kabupaten Pemekaran di Provinsi Lampung ... 6

3 Tipologi Daerah ... 27

4. Ringkasan Analisis MRP ... 29

5 Klasifikasi Sektor PDRB Menurut Tipologi Klassen ... 41

6 Struktur Ekonomi Provinsi Lampung Menurut Lapangan Usaha... 42

7 Laju Pertumbuhan Sektor Ekonomi Provinsi Lampung ... 43

8 Kontribusi Sektor Ekonomi Provinsi Lampung... 44

9 Analisis LQ Sektor Ekonomi di Kabupaten Waykanan... 45

10 Rasio PDRB Kabupaten Way Kanan dan Provinsi Lampung ... 46

11 Analisis Shift Share Kabupaten Way Kanan 2008-2013 ... 47

12 Hasil Overlay Kabupaten Way Kanan Tahun 2008-2013... 49

13 Petumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Ekonomi Provinsi Lampung Dan Kabupaten Way Kanan Periode 2008-2013... 50

14 Analisis LQ Sektor Ekonomi di Kabupaten Lampung Timur ... 52

15 Rasio PDRB Kabupaten Lampung Timur dan Provinsi Lampung ... 53

16 Analisis Shift Share Kabupaten Lampung Timur 2008-2013... 54

17 Hasil Overlay Kabupaten Lampung Timur Tahun 2008-2013 ... 56

18 Petumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Ekonomi Provinsi Lampung Dan Kabupaten Lampung Timur Periode 2008-2013... 57

19 Analisis LQ Sektor Ekonomi di Kabupaten Tulang Bawang Barat... 59

20 Rasio PDRB Kabupaten Tulang Bawang Barat dan Provinsi Lampung ... 60

21 Analisis Shift Share Kabupaten Tulang Bawang Barat 2008-2013 ... 61

(16)

23 Petumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Ekonomi Provinsi

Lampung Dan Kabupaten Tulang Bawang Barat Periode 2008-2013. 64

24 Analisis LQ Sektor Ekonomi di Kabupaten Pesawaran... 66

25 Rasio PDRB Kabupaten Pesawaran dan Provinsi Lampung ... 67

26 Analisis Shift Share Kabupaten Pesawaran 2008-2013 ... 68

27 Hasil Overlay Kabupaten Pesawaran Tahun 2008-2013 ... 69

28 Petumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Ekonomi Provinsi Lampung Dan Kabupaten Pesawaran Periode 2008-2013... 70

29 Analisis LQ Sektor Ekonomi di Kabupaten Pringsewu ... 73

30 Rasio PDRB Kabupaten Pringsewu dan Provinsi Lampung... 74

31 Hasil Analisis Shift Share Kabupaten Pringsewu 2008-2013... 75

32 Hasil Overlay Kabupaten Pringsewu Tahun 2008-2013... 76

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Lampiran 1 PDRB Atas Harga Konstan Kabupaten Induk dan

Kabupaten Pemekaran Di Provinsi Lampung... L-1 2. Struktur Ekonomi Provinsi Lampung Menurut Lapangan Usaha

periode 2008-2013 ... L-1 3. Perhitungan Location Quotient Kabupaten Pringsewu 2008-2013 ... L-2 4. Rasio PDRB Kabupaten Pringsewu dan PDRB Provinsi Lampung

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 9 2. Klasifikasi Ekonomi Kabupaten Way Kanan periode 2008-2013 ... 51 3. Klasifikasi Ekonomi Kabupaten Lampung Timur periode

2008-2013 ... 58 4. Klasifikasi Ekonomi Kabupaten Tulang Bawang Barat periode

(19)

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep pembangunan ekonomi mulai diperkenalkan secara global oleh Amerika

Serikat dan sekutunya dengan membentuk sebuah Lembaga Bretton Wood.

Lembaga ini dibentuk untuk memberikan pinjaman kepada negara-untuk

melakukan proses pembangunan.Pengenalan konsep ini dirasakan penting bagi

Amerika Serikat demi untuk mengembangkan negaranya, dengan memajukan

negara-negara yang berkembang agar dapat menopang kemajuan perekonomian

negaranya.

Presiden Soeharto dengan konsep Repelitanya, menjalankan proses pembangunan

secara bertahap di segala sektor, baik itu sektor pertanian, perkebunan, industri

dsb. Proses bertahap yang menyita banyak waktu akhirnya memberikan hasil

yang menggembirakan yakni adanya sebuah ketahanan pangan yang ditunjukan

dengan adanya swasembada pangan sehingga menjadikan negara Indonesia

sebagai Macan Asia di era 90an, yang akhirnya memberikan eksistensi Indonesia

di mata dunia.

Pembangunan secara bertahap tersebut mengharuskan adanya sebuah konsukensi

(20)

membutuhkan dana yang besar yang telah di ambil dari APBN setiap tahunnya

serta pinjaman dana dari pihak asing sebesar US$ 171,5 Milyar, namun

pendanaan yang besar untuk sebuah proses pembangunan tersebut harus berhenti

di pertengahan 1998 yang disebabkan adanya sebuah krisis.

Kegagalan pemerintah dalam melakukan stabilisasi harga harus dibayar oleh

pemerintah dengan bermuaranya krisis pada bidang kehidupan lain, yakni bidang

ekonomi, sosial dan politik. Kekecewaan masyarakat terhadap pemerintah dalam

mensejahterakan rakyatnya, menimbulkan gejolak di beberapa wilayah Indonesia

yang berencana untuk memisahkan diri dari NKRI.

Lahirnya Orde Refomasi merupakan salah bentuk manifestasi kegagalan

pemerintah dalam melakukan pemberian hakikat pembangunan ekonomi

seutuhnya. Pembangunan yang menekankan akan gaya sentralistik memberikan

rasa kecemburuan di daerah lain yang merasakan tidak adanya sebuah rasa

keadilan yang dilakukan oleh pemerintah pusat dalam melakukan proses

pembangunan.

Gaya sentralisasi yang memusatkan pembangunan pada sebuah wilayah

menyebabkan wilayah lain terabaikan proses pembangunannya, sehingga

berakibat adanya sebuah proses ketidakmerataan dan ketimpangan dalam

menikmati proses pembangunan ekonomi.

Ketidakmerataan dalam menerima hasil pembangunan terjadi karena potensi

ruang yang di miliki oleh daerah tidak dapat dinikmati untuk kesejahteraan

(21)

Berdasarkan alasan tersebut, beberapa daerah mulai tertarik untuk mengajukan

pembentukan daerah otonom baru bagi wilayahnya. Studi yang dilakukan oleh

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional bekerja sama denganUnited Nation

Development Programme(2008) menemukan bahwa terjadi peningkatan daerah otonom yang cukup signifikan sejak tahun 1999.

Pemerintah Provinsi telah bertambah dari 26 menjadi 34 provinsi dan Pemerintah

Kabupaten/Kota meningkat dari 303 menjadi 517 kabupaten/kota . rentang waktu

13 tahun, yang telah menghasilkan 222 daerah otonom baru.

Tabel 1 Pemekaran Daerah di Indonesia Periode 1999–2012 Tahun Bulan Jumlah Provinsi

Baru

Jumlah Kabupaten

Baru

Jumlah

Kota Baru Total

1999 Oktober - 26 1 27

2000 Juni Oktober Desember 2 1 2 -1 -2 1 3

2001 Juni - - 12 12

2002 April

Aktober 1

19 3 22

1 2003 Februari April Mei Desember -9 -17 12 23 3 -12 17 12 23

2004 Oktober 1 - - 1

2007 Januari Maret Agustus -14 1 6 2 -2 16 1 8 2008 Januari Juli -6 5 -6 5

2009 30 11 41

2012 Oktober Desember 1 -4 12 -5 12

Total 8 180 34 222

(22)

Besarnya keinginan daerah untuk membentuk daerah otonom baru pasca

dibentuknya Undang-Undang No.22/1999 disebabkan oleh keinginan daerah

untuk ikut serta dalam memajukan dan mengembangkan potensi wilayahnya

berdasarkan prakasa dan aspirasi sendiri.

Widjoyokusumo (2011) mengatakan bahwa secara teoritis, awal dari semangat

pemekaran ini adalah merupakan suatu upaya untuk mencapai pemerataan

pembangunan dan kesejahteraan rakyat serta demi mempercepat perwujudan

masyarakat Indonesia yang sejahtera.

Alasan diatas jugalah yang melatarbelakangi adanya sebuah semangat pemekaran

daerah di Provinsi Lampung, tercatat sebelum adanya otonomi daerah, Provinsi

Lampung memiliki 7 kabupaten/kota Kini sejak adanya era otonomi daerah telah

bertambah 7 daerah otonomi baru (DOB) dari 7 kabupaten /kota induk

Berikut 6 kabupaten induk yang mengalami pemekaran daerah yakni

a. Kabupaten Lampung Tengah yang menjadi induk adanya pemekaran daerah

otonomi baru Kabupaten Lampung Timur, dan Kota Metro di tahun 1999

b. Kabupaten Lampung Utara yang menjadi induk adanya pemekaran daerah

otonomi baru di Kabupaten Tulang Bawang tahun 1997, dan Way Kanan pada

tahun 1999

c. Kabupaten Tulang Bawang yang menjadi induk adanya pemekaran daerah

otonomi baru yakni Kabupaten Tulang Bawang Barat dan Kabupaten Mesuji di

tahun 2008.

d. Kabupaten Lampung Barat yang menjadi induk adanya pemekaran daerah

(23)

otonomi baru Kabupaten Pesawaran di Tahun 2007

Peraturan Pemerintah No 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan,

Penghapusan, dan Penggabungan Daerah. Memberikan sebuah kajian yang tidak

hanya mengetahui potensi rill yang dimiliki kabupaten pemekaran tetapi juga

dapat dipergunakan untuk menganalisis dampak yang terjadi dari timbulnya

pemekaran daerah tidak hanya bagi daerah otonomi baru maupun bagi daerah

induknya.

Daerah Otonomi Baru (DOB) dituntut meningkatkan pendapatan daerah secara

mandiri oleh karena itu penggalian potensi ekonomi daerah dan penggunaan

potensi yang tepat harus dilakukan, karena tanpa memperhitungkan potensi yang

dimiliki oleh masing-masing daerahmaka pengembangan pembangunan dan

pendapatan daerah tidak akan mencapai hasilyang optimal atau sesuai dengan

yang diharapkan.

Potensi ekonomi daerah merupakan kemampuan ekonomi yang ada di daerah

yang mungkin dan layak dikembangkan sehingga akan terus berkembang menjadi

sumber kehidupan rakyat setempat bahkandapat menolong perekonomian daerah

(24)

Propinsi lampung dengan adanya 7 daerah otonomi baru dari hasil pemekaran

memiliki potensi ekonomi yang khas sesuai karakteristik daerahnya

masing-masing sehingga akan mempunyai PDRB yang berbeda-beda pula.

Tabel 2 PDRB Atas Harga Konstan Kabupaten Induk dan Kabupaten Pemekaran Di Provinsi Lampung

No Kabupaten induk/kabupaten pemekaran PDRB Tahun 2009(Juta) PDRB Tahun 2012(Juta) PDRB /kapita 2009(Juta) PDRB /kapita 2012(juta) Laju Pertumbuhan (%) 1 Lampung selatan

Tanggamus* Pesawaran* 4.114.980 2.218.815 1.572.794 4.906.298 2.667.036 1.887.427 4,563 4,198 3,592 5,261 4,860 4,320 6.30 6.49 6.42 2 Lampung tengah

Lampung timur* Metro* 5.883.047 4.119.786 531.202 7.006.637 4.811.393 634.245 5,068 4,302 3,720 5,873 4,970 4,250 6.37 5.30 5.90 3 Lampung utara

Tulang bawang* Way kanan* 3.194.205 2.129.602 1.340.230 3.781.781 2.548.776 1.570.458 5,470 5,363 3,339 6,359 6,205 3,783 6.03 6.93 5.67 4 Lampung barat

Pesisir barat**

1.427.754 1.682.894 3,443 3,934 6.65

5 Tulang Bawang Tulang Bawang Barat* Mesuji* 2,129,602 1.064.633 1,180,841 2.512.465 1,272,176 1,405,733. 5.477 4.290 6.365 5.857 4.972 7.245 5.50 6.10 6.12 6 Tanggamus Pringsewu* 2,224,935 1,262,944 2,667,036 1,546,087 4.186 3.735 4.735 4.350 6.41 6.88

Sumber Data : BPS Lampung 2013 *kabupaten pemekaran

* mengalami pemekaran pada tahun 2012

Perbandingan regional antara kabupaten induk dan kabupaten pemekaran tahun

2009-2012 yang menunjukan laju pertumbuhan ekonomi positif, namun dari sisi

aspek perkembangan PDRB kabupaten pemekaran mengalami kegagalan,

rendahnya nilai PDRB kabupaten pemekaran dibandingkan dengan kabupaten

induknya dengan kata lain pemaksimalan potensi ekonomi tidak berjalan dengan

optimal.

Peraturan Daerah No 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

(25)

mengetahui daerah kabupaten pemekaran yang direkomendasikan menjadi Pusat

Kegiatan Wilayah yakni (Kabupaten Pesawaran, Waykanan, Lampung

Timur,Tulang Bawang Barat, Pringsewu) untuk dianalisis potensi ekonominya

serta melakukan indentifikasi sektor-sektor ekonomi kabupaten pemekaran

sebagai pedoman dalam merumuskan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan

dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah otonomi baru

tersebut .

B. Rumusan Masalah

Dengan melihat latarbelakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka

masalah yang akan dikaji adalah :

1 Di tiap kabupaten pemekaran sektor mana yang mempunyai potensi sebagai

sektor basis dengan bantuan alat analisislocation quetion(LQ)

2. Di tiap kabupaten pemekaran sektor mana yang mempunyai keunggulan

kompetitif atau daya saing dan spesialisasi dengan bantuan alat analisisshiftshare

dan Model Rasio Pertumbuhan (MRP)?

2. Sektor mana yang dapat digunakan untuk memacu pengembangan

(26)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi ekonomi dan mengidentifikasi

sektor-sektor ekonomi di masing-masing Kabupaten/Kota di wilayah

lampungdengan cara :

1. Mengetahui sektor-sektor basis/unggulan ditiap Kabupaten pemekaran (LQ)

2. Mengidentifikasi dan menganalisis kinerja sektor-sektor ekonomi di

masing-masing daerah terutama untuk mengetahui sektor-sektor yang mempunyai daya

saing kompetitif dan spesialisasishift sharedan Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

3. Menganalisis tipologi sektoral di tiap daerah berdasarkan potensi yang

dimilikinya.()

D.Kerangka Pemikiran

Suatu daerah memiliki potensi ekonomi dapat terlihat dari besarnya PDRB yang

dihasilkan, pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita. Dari PDRB akan

dapat diketahui output yang dihasilkan tiap sektor serta digunakan untuk

menentukan sektorbasis dan sektor yang mempunyai keunggulan kompetitif dan

spesialisasi. Dari pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita dapat diketahui

Tipologi daerah.

Untuk menentukan sektor basis dalam perencanaan pengembangan pembangunan

daerah digunakan pengaruh variabel keunggulan kompetitif, spesialisasi dan

pertumbuhan ekonomi persektor terhadap sektor basis yang signifikan dan

(27)

mempertimbangkan sumberdaya yang dapat dikembangkan tidak hanya sektor

basis akan tetapi juga mempunyai keunggulan kompetitif dan spesialisasi

sehingga mampu bersaing dengan daerah lain sekitarnya. Variabel lain yang perlu

dipertimbangkan adalah tipologi daerah itu sendiri.

(28)

A. Teori Pembangunan Dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Secara tradisional pembangunan memiliki arti peningkatan yang terus menerus

padaGross Domestic Product(GNP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara. Untuk daerah, makna pembangunan yang tradisional difokuskan pada

peningkatan ProdukDomestik Regional Bruto (PDRB) suatu Propinsi, Kabupaten

atau Kota. Definisi pembangunan tradisional ini sering dikaitkan dengan sebuah

strategi mengubah struktursuatu negara menjadi negara industrialisasi. Kontribusi

sektor pertanian mulai digantikan dengan kontribusi industri.

Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda dengan

pembangunan ekonomi tradisional. Beberapa ekonom modern mulai

mengedepankanDethronement of GNP(penurunan tahta pertumbuhan ekonomi), pengentasan garis kemiskinan, pengurangan distribusi pendapatan yang semakin

timpang, dan penurunan tingkat pengangguran (Mudrajat, 2003). Beberapa ahli

menganjurkan bahwa pembangunan daerah dari suatu daerah haruslah mencakup

tiga inti nilai (Todaro,2000;Mudrajat, 2000;)

Rahardjo Adisasmita (2005), menyatakan bahwa Pembangunan wilayah(regional)

merupakan fungsi dari sumber daya alam, tenaga kerja dan sumber daya manusia,

(29)

dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi disebabkan karena faktor kemajuan

teknologi dan perkembangan jumlah penduduk. Sumbangan pemikiran aliran Neo

Klasik tentang teori pertumbuhan ekonomi yaitu sebagai berikut :

1. Akumulasi modal merupakan faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi

2. Pertumbuhan ekonomi merupakan proses yang gradual

3. Pertumbuhan ekonomi merupakan proses yang harmonis dan kumulatif

4 Aliran Neo Klasik merasa optimis terhadap pertumbuhan (perkembangan).

Selanjutnya Todaro (1997) menyatakan bahwa, terdapat beberapa sumber

strategis dan dominan yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Salah satu

klasifikasinya adalah faktor fisik dan manajemen. Secara spesifik disebutkan

terdapat tiga faktor atau komponen utama pertumbuhan ekonomi yaitu, akumulasi

modal, pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan

jumlah angkatan kerja yang dianggap secara positif merangsang pertumbuhan

ekonomi. Semakin banyak angkatan kerja berarti semakin produktif, sedangkan

semakin banyak penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestik. Namun ini

tergantung pada kemampuan sistem perekonomian untuk menyerap dan

mempekerjakan tambahan pekerja itu secara produktif. Faktor utama lainnya

(30)

Menurut Boediono (1985), pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikanoutput

perkapita dalam jangka panjang. Di sini, proses mendapat penekanan karena

mengandung unsur dinamis.

Perroux yang terkenal dengan teori kutub pertumbuhan menyatakan bahwa

pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah pada waktu yang bersamaan.

Pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat yang merupakan pusat (kutub)

pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda (Perroux, 1988 dalam Mudraja

2002).

Selanjutnya Kuznets (Todaro, 2000), yang telah berjasa dalam memelopori

analisis pola-pola pertumbuhan historis di negara-negara maju mengemukakan

bahwa, pada tahap-tahap pertumbuhan awal, distribusi pendapatan cenderung

memburuk, namun pada tahapan berikutnya hal itu akan membaik. Observasi

inilah yang kemudian terkenal secara luas sebagai konsep kurva U- terbalik dari

Kuznets.

Di sisi lain Hoover (1977), menerangkan bahwa teori pertumbuhan regional

berbasis ekspor merupakan beberapa aktivitas di suatu daerah adalahbasic, dengan kata lain pertumbuhannya menimbulkan serta menentukan pembangunan

menyeluruh daerah tersebut. Sedangkan aktivitas-aktivitas lain (non-basic)

merupakan konsekwensi dari pembangunan menyeluruhnya.

Demikian pula menurut Bendavid-Val (1991),menyatakan bahwa semua

pertumbuhan regional ditentukan oleh sektorbasic, sedangkan sektornon-basic

(31)

Menurut Bachrul (2004), dikatakatan bahwa kegiatan-kegiatan basis adalah

kegiatan yang mengekspor barang dan jasa di luar batas perekonomian

masyarakat yang bersangkutan, sedangkan kegiatan bukan basis adalah kegiatan

yang menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh orang yang bertempat

tinggal dalam batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Menurut model

inimultiplierbasis ekonomi dihitung menurut banyaknya tenaga kerja yang

dipekerjakan.

B. Otonomi Daerah

Van der Pot (dikutip oleh Riani, 2012) mengungkapkan bahwa otonomi daerah

adalah pemberian hak kepada daerah untuk mengatur sendiri daerahnya dalam

proses penyelenggaraan rumah tangga dan pemerintahan di daerah. Otonomi

daerah dimaknai sebagai kebebasan dan kemandirian yang merupakan hakikat

dari otonomi itu sendiri.

Sementara itu Marzuki (1999) berpendapat bahwa kebebasan dan kemandirian

daerah belumlah cukup sehingga harus diwujudkan dalam format otonomi yang

seluas-luasnya. Yang dimaksud dengan format otonomi seluas-luasnya adalah

penyerahan sebanyak-banyaknya wewenang yang menyangkut urusan daerah agar

(32)

Pada dasarnya, prinsip otonomi daerah harus mencerminkan tiga hal, yaitu (1)

harus serasi dengan pembinaan politik dan kesatuan bangsa, (2) dapat menjamin

hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah atas dasar keutuhan

negara kesatuan, (3) harus dapat menjamin perkembangan dan pembangunan

daerah (Andi, 2007). Jadi dalam konteks otonomi daerah, hubungan antara

pemerintah pusat dan daerah harus sesuai dengan peraturan negara yang berlaku.

Artinya daerah otonom tetap berhak menjalankan wewenang dan mengurus

urusannya tanpa mengabaikan kepentingan negara atau merusak bingkai dasar

kesatuan negara. Untuk menghindari perbedaan penafsiran dalam memahami

otonomi daerah maka perlu ada perundang-undangan yang mengatur definisi serta

cakupan otonomi daerah secara jelas dan sah. Undang-undang yang ada tidak

hanya menjelaskan tentang makna dan arti otonomi saja melainkan mampu

memberi batasan kewenangan dan urusan daerah.

C. Strategi Pengembangan Potensi Ekonomi Daerah

Potensi ekonomi suatu daerah adalah kemampuan ekonomi yang ada di daerah

yang mungkin dan layak dikembangkan sehingga akan terus berkembang menjadi

sumber penghidupan rakyat setempat bahkan dapat menolong perekonomian

daerah secara keseluruhan untuk berkembang dengan sendirinya dan

berkesinambungan(Soeparmoko, 2002).Telah diketahui bersama bahwa tujuan

pembangunan ekonomi pada umumnya adalah peningkatan pendapatan riel

perkapita serta adanya unsur keadilan atau pemerataan dalam penghasilan dan

kesempatan berusaha. Dengan mengetahui tujuan dansasaran pembangunan, serta

(33)

mempersiapkan strategi pengembangan potensi yang ada didaerah, sebagai

berikut :

1. Mengidentifikasi sektor-sektor kegiatan mana yang mempunyai potensi untuk

dikembangkan dengan memperhatikan kekuatan dan kelemahan masing-masing

sektor

2. Mengidentifikasi sektor-sektor yang potensinya rendah untuk dikembangkan

serta mencari faktor-faktor penyebab rendahnya potensi sektor tersebut untuk

dikembangkan.

3. Mengidentifikasi sumber daya (faktor-faktor produksi) yang ada termasuk

sumber daya manusia yang siap digunakan untuk mendukung perkembangan

setiap sektor yang bersangkutan.

4. Dengan model pembobotan terhadap variabel-variabel kekuatan dan kelemahan

untuk setiap sektor dan sub-sektor, maka akan ditemukan sektor-sektor andalan

yang selanjutnya dianggap sebagai potensi ekonomi yang patut dikembangkan di

daerah yang bersangkutan.

5. Menentukan strategi yang akan ditempuh untuk pengembangan sektor-sektor

andalan yang diharapkan dapat menarik sektor-sektor lain untuk tumbuh sehingga

perekonomian akan dapat berkembang dengan sendirinya (self propelling) secara

(34)

D Sektor Potensial Dalam Pengembangan Wilayah

Persoalan pokok dalam pembangunan daerah sering terletak pada sumber daya

dan potensi yang dimiliki guna menciptakan peningkatan jumlah dan jenis

peluang kerja untuk masyarakat daerah. Untuk mewujudkan tujuan tersebut ada

kerjasama Pemerintahdan masyarakat untuk dapat mengidentifikasi

potensi-potensi yang tersedia dalam daerah dan diperlukan sebagai kekuatan untuk

pembangunan perekonomian wilayah. Pengembangan wilayah diartikan sebagai

semua upaya yang dilakukan untuk menciptakan pertumbuhan wilayah yang

ditandai dengan pemerataan pembangunan dalam semua sektor dan pada seluruh

bagian wilayah. Pertumbuhan ekonomi dapat terjadi secara serentak pada semua

tempat dan semua sektor perekonomian, tetapi hanya pada titik-titik tertentu dan

pada sektor-sektor tertentu pula. Disebutkan juga bahwa investasi diprioritaskan

pada sektor-sektor utama yang berpotensi dan dapat meningkatkan pendapatan

wilayah dalam jangka waktu relatif singkat (Glasson, 1990).

Dari definisi tersebut diatas dimaksudkan bahwa wilayah yang memiliki potensi

berkembang lebih besar akan berkembang lebih pesat, kemudian pengembangan

wilayah tersebut akan merangsang wilayah sekitarnya. Bagi sektor yang memiliki

potensi berkembang lebih besar cenderung dikembangkan lebih awal yang

kemudian diikuti oleh perkembangan sektor lain yang kurang potensial.Dalam

pengembangan wilayah, pengembangan tidak dapat dilakukan serentak pada

semua sektor perekonomian akan tetapi diprioritaskan pada pengembangan sektor

sektor perekonomian yang potensi berkembangnya cukup besar. Karena sektor ini

(35)

sektor-yang mampu tumbuh dengan pesat dan memiliki keterkaitan sektor-yang tinggi dengan

sektor lain sehingga membentukforward linkagedanbackward linkage.

Pertumbuhan yang cepat dari sektor potensial tersebut akan mendorong polarisasi

dari unit-unit ekonomi lainnya yang pada akhirnya secara tidak langsung sektor

perekonomian lainnya akan mengalami perkembangan. Jadi disimpulkan bahwa

pengembangan suatu sektor ekonomi potensial dapat menciptakan peluang bagi

berkembangnya sektor lain yang terkait, baik sebagai input bagi sektor potensial

maupun sebagai imbas dari meningkatnya kebutuhan tenaga kerja sektor potensial

yang mengalami peningkatan pendapatan. Hal inilah yang memungkinkan

pengembangan sektor potensial dilakukan sebagai langkah awal dalam

pengembangan perekonomian wilayah dan pengembangan wilayah secara

keseluruhan.

E. Teori Basis Kegiatan Ekonomi

Dalam perekonomian regional terdapat -kegiatan basis dan kegiatan kegiatan

bukan basis. Menurut Glasson (1990) kegiatan-kegiatan Basis (Basic activities)

adalah kegiatan mengekspor barang-barang dan jasa keluar batas perekonomian

masyarakatnya atau memasarkan barang dan jasa mereka kepada orang yang

datang dari luar perbatasan perekonomian masyarakat yang bersangkutan.

Sedangkan kegiatan bukan basis (Non basic activities) adalah kegiatan

(36)

batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Kegiatan-kegiatan ini tidak

mengekspor barang jadi, luas lingkup produksi dan daerah pasar yang terutama

bersifat lokal. Implisit di dalam pembagian kegiatan- kegiatan ini terdapat

hubungan sebab akibat yang membentuk teori basis ekonomi.

Bertambah banyaknya kegiatan basis dalam suatu daerah akan menambah arus

pendapatan ke dalam daerah yang bersangkutan, menambah permintaan barang

dan jasa sehingga akan menimbulkan kenaikan volume kegiatan. Sebaliknya

berkurangnya kegiatan basis akan mengurangi pendapatan suatu daerah dan

turunnya permintaan terhadap barang dan jasa dan akan menurunkan volume

kegiatan (Richardson, 1977).Kegiatan basis mempunyai peranan penggerak

pertama (Prime mover role) di mana setiap perubahan mempunyai efekmultiplier

terhadap perekonomian regional.

Pendekatan secara tidak langsung mengenai pemisahan antara kegiatan basis dan

kegiatan bukan basis dapat menggunakan salah satu ataupun gabungan dari tiga

metode yaitu :

1. Menggunakan Asumsi-Asumsi Atau Metode Arbetrer Sederhana

Mengasumsikan bahwa semua industri primer dan manufakturing adalah Basis,

dan semua industri Jasa adalah bukan basis, metode tidak memperhitungkan

adanya kenyataan bahwa dalam sesuatu kelompok industri bisa terdapat

industri-industri yang menghasilkan barang yang sebagian diekspor atau dijual kepada

(37)

(Prasetyo, 2001 : 41-53; Lincolyn, 1997: 290). Analisis LQ dimaksudkan untuk

mengidentifikasi dan merumuskan komposisi dan pergeseran sektor-sektor basis

suatu wilayah dengan menggunakan produk domestik regional bruto (PDRB)

sebagai indikator pertumbuhan wilayah.

Dengan dasar pemikiraneconomic basekemampuan suatu sektor dalam suatu

daerah dapat dihitung dari rasio berikut :

(2.1)

Keterangan:

Lij = Nilai tambah sektor i di daerah j (Kabupaten/Kota)

Lj = Total nilai tambah sektor di daerah j

Nip = Nilai tambah sektor i di daerah p (Provinsi/ Nasional) Np = Total nilai tambah sektor di p

P = Provinsi /Nasional

Lij/Lj = Prosentasi employment regional dalam sektor i Nip/Np = Prosentase employment nasional dalam sektor

Atau melalui formulasi berikut:

(2.2) LQ = ( Lij/LJ ) / (Nip/Np)

(38)

Di mana :

V1R = Jumlah PDRB suatu sektor kabupaten / kota VR = Jumlah PDRB seluruh sektor kabupaten/kota

V1 = Jumlah PDRB suatu sektor tingkat provinsi

V = Jumlah PDRB seluruh sektor tingkat provinsi

Berdasarkan hasil perhitungan LQ tersebut dapat dianalisis dan disimpulkan

sebagai berikut :

Jika LQ > 1, merupakan sektor basis, artinya tingkat spesialisasi Kabupaten /kota

lebih tinggi dari tingkat provinsi

Jika LQ = 1 , berarti tingkat spesialisasi kabupaten / kota sama dengan di tingkat

provinsi

Jika LQ <1, adalah merupakan sektor non basis, yaitu sektor yang tingkat

Spesialisasi kabupaten/kota lebih rendah dari tingkat provinsi.

Penggunaan LQ ini sangat sederhana dan banyak digunakan dalam analisis

sektor-sektor basis dalam suatu daerah. Namun teknik ini mempunyai suatu

kelemahan karena berasumsi bahwa permintaan di setiap daerah adalah identik

dengan pola permintaan nasional, bahwa produktivitas tiap tenaga kerja di setiap

daerah sektor regional adalah sama dengan produktivitas tiap tenaga kerja dalam

industri nasional,dan bahwa perekonomian nasional merupakan suatu

perekonomian tertutup. Sehingga perlu disadari bahwa: [a] Selera atau pola

konsumsi dan anggota masyarakat itu berbeda–beda baik antar daerah maupun

dalam suatu daerah. [b] Tingkat konsumsi rata-rata untuk suatu jenis barang untuk

(39)

menjelaskan struktur perekonomian suatu daerah dan dampak umum dari

perubahan-perubahanjangka pendek. Keterbatasan teori ini tidak terlalu ketat dan

dapat menjadi landasan yang sangat bermanfaat bagi peramalan jangka pendek .

F. AnalisisShift-Share

Pada dasarnya analisis ini membahas hubungan antara pertumbuhan wilayah dan

struktur ekonomi wilayah, untuk mengetahui perubahan struktur perekonomian

dan pertumbuhan ekonomi di daerah dibandingkan dengan perekonomian daerah

yang lebih tinggi digunakan analisisShift- Share.

Menurut Bendavid - Val (1983), Hoover (1984) (Lihat Prasetyo, 1993: 44) teknik

ini menggambarkanperformance(kinerja) sektor-sektor di suatu wilayah

dibandingkan kinerja sektor-sektor perekonomian nasional.

Dengan demikian dapat temukan adanyashift(pergeseran) hasil pembangunan perekonomian daerah, bila daerah itu memperoleh kemajuan lebih lambat atau

lebih cepat dari kemajuan nasional. Lincolyn Arsyad (1997: 290) dan Latif Adam

(1994), mengemukakan bahwa analisisshift-sharemerupakan teknik yang sangat berguna dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan

dengan perekonomian nasional. Teknik ini membandingkan laju pertumbuhan

sektor-sektor di suatu wilayah dengan laju pertumbuhan perekonomian nasional

(40)

perbandingan-perbandingan itu. Bila penyimpangan itu positif, hal itu disebut

keunggulan kompetitif dari suatu sektor dalam wilayah tersebut.

Teknikshiftshareini membagi pertumbuhan sebagi perubahan (D) suatu variabel

wilayah, seperti kesempatan kerja, nilai tambah, pendapatan atau output,

selamakurun waktu tertentu menjadi pengaruh-pengaruh pertumbuhan nasional

(N), bauranindustri M dan keunggulan kompetitif (C) (Bendavid-Val, 1991).

Pengaruh pertumbuhan nasional disebut pengaruh pangsa (share), pengaruh bauran industri disebut proporsional shift atau bauran komposisi, dan akhirnya

pengaruh keunggulan kompetitif dinamakan puladifferential shiftatau regional share. Itulah sebabnya disebut teknikshiftshare.

Berikut terdapat beberapa rumusan analisashift shareantara lain teknik analisa

shiftshareKlasik dengan formulasi sebagai berikut :

Untuk industri atau sektor i di wilayah j :

Dij = Nij + Mij + Cij (2.1)

Bila analisis itu diterapkan kepada kesempatan kerja (employment), E, maka :

Dij = E*ij–Eij (2.2)

Nij = Eij.rn (2.3)

Mij = Eij ( rin–rn ) (2.4)

Cij = Eij (rij–rin ) (2.5)

Di mana :rin , rn dan rij mewakili laju pertumbuhan wilayah dan laju

pertumbuhan nasional yang masing-masing didefinisikan sebagai :

rij = (E*ij - Eij ) / Eij (2.6)

rin = ( E*in–Ein ) / Ein (2.7)

(41)

En = kesempatan kerja nasional, semuanya diukur pada suatu tahun dasar.

Untuk suatu wilayah, pertumbuhan nasional (3), bauran industri (4) dan

keunggulan kompetitif (5) dapat ditentukan bagi sesuatu sektor i atau dijumlah

untuksemua sektor sebagai keseluruhan wilayah. Persamaanshift-shareuntuk

sektor i di wilayah j adalah :

Dij = Eijrn + Eij (rin–rn ) + Eij (rij–rin) (2.9)

Dari persamaan di atas membebankan tiap sektor wilayah dengan laju

pertumbuhan yang setara dengan laju yang dicapai oleh perekonomian nasional

selama kurun waktu analisis.

Dalam penggunaan analisisshift-sharedi atas (model Klasik) harus mempertimbangkan keterbatasan teoritik yang ada. Menururt Prasetyo

Soepono(1993) mencatat empat keterbatasan teoritik dari analisisshift-shareini yaitu:

1 Persamaanshift-shareadalah suatu persamaan identitas sehingga tidak mempunyai implikasi- implikasi keperilakuan. Karena itu metode bukan untuk

menjelaskan dan tidak analitik tetapi hanya mencerminkan suatu sistem akunting.

2 Pertumbuhan industri pada suatu wilayah dibebani laju pertumbuhan yang

ekuivalen dengan laju pertumbuhan tingkat nasional. Gagasan ini sangat

(42)

3 Arti ekonomi dari dua komponenshifttidak dikembangkan dengan baik, sehingga tidak mudah dibedakan /dipisahkan.

4 Analisisshift-sharemengasumsikan bahwa semua barang yang dijual secara

nasional. Asumsi ini kurang realistis karena suatu barang yang bersifat lokal tidak

bersaing dengan barang sejenis yang dihasilkan wilayah lain sehingga barang

yang bersangkutan tidak memperoleh bagian dari permintaan agregat.

Selanjutnya Estaban Marquillas (E-M) tahun 1972 ( Prasetyo, 1993) berusaha

memodifikasi analisisshift-shareini sehingga terlihat pengaruh persaingan yang

meliputi pengaruh persaingan dan pengaruh alokasi yang pada nantinya dapat

menunjukkan keunggulan kompetitif dan sektor spesialisasi. Persamaan S-S yang

direvisi itu mengandung suatu unsur baru, yaituhomothetic employmentdi sektor

i diwilayah j, diberi notasi E’ij dan dirumuskan sebagai berikut :

(E’ij= Ej ( Ein / En ) (2.10)

E’ij di definisikan sebagaiemploymentatauoutputatau pendapatan atau nilai tambah yang dicapai sektor i diwilayah j bila struktur kesempatan kerja diwilayah

itu sama dengan struktur nasional. Dengan mengganti kesempatan kerja nyata,

Eij,denganhomothetic employment, E’ij, persamaan (5) diubah menjadi :

C’ij = E’ij ( rij- rin ) (2.11)

C’ij mengukur keunggulan atau ketidak-unggulan kompetitif di sektor i di

(perekonomian suatu wilayah. Selanjutnya pengaruh alokasi atauallocation effect

(43)

keunggulan kompetitif yang lebih baik. Maksudnya efek alokasi, Aij itu dapat

positif atau negatif. Efek alokasi positif mempunyai dua kemungkinan: pertama,

Eij -E’ij <0 dan rij- rin < 0 dan kedua, Eij -E’ij > 0 dan rij- rin > 0. sebaliknya

efek alokasi yang negatif mempunyai dua kemungkinan yang berkebalikan

dengan efek alokasi positif tersebut diatas.

Jadi modifikasi E-M terhadap analisisshift-shareadalah :

Dij= Eij (rn) + Eij (rij - rn ) + E’ij ( rij- rin ) + ( Eij -E’ij ) ( rij–rin (2.13)

Modifikasi selanjutnya terhadap analisis S-S adalah dikemukakan oleh Arcelus

(1984) adalah dengan memasukkan sebuah komponen yang merupakan dampak

pertumbuhan inheren suatu wilayah atas perubahan (kesempatan kerja) wilayah.

Modifikasi ini mengganti Cij dengan sebuah komponen yang disebabkan oleh

pertumbuhan wilayah dan sebuah komponen bauran industri regional sebagai

sisanya. Penekanan Arcelus terletak pada komponen kedua yang mencerminkan

adanyaaglomeration economies(penghematan biaya persatuan karena

kebersamaan lokasi satuan-satuan usaha).

Untuk menjelaskan regionalgrowth effectberikut ini dirumuskan sebagai berikut

(44)

Di mana :

E’ij=homothetic employmentsektor i di wilayah j Eij =employmentdisektor i di wilayah j

rj = laju pertumbuhan wilayah j rn = laju pertumbuhan nasional

Selanjutnya rumus berikut :

Rij =E’ij (rij- rj) - (rin - rn ) + ( Eij -E’ij ) [( rij- rj ) - (rin- rn)] (2.15)

Menggambarkan komponen bauran industri regional yang dimodifikasi oleh

Arcelus.

G. Tipologi Ekonomi Regional

Tipologi klassen merupakan sebuah alat analisis ekonomi regional yang dapat

digunakan untuk mengetahui klasifikasi sektor perekonomian kabupaten

pemekaran di Provinsi Lampung. Analisis tipologi klassen menghasilkan empat

klasifikasi sektor dengan karakteristik yang berbeda sebagai berikut

(Sjafrizal:2008) :

a. Kuadran I : Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (developed sector) adalah sektor yang mempunyai laju pertumbuhan sektor dalam PDRB kabupaten

pemekaran (si) di atas laju pertumbuhan sektor dalam PDRB Provinsi Lampung

(s) dan Nilai kontribusi sektor terhadap PDRB kabupaten pemekaran (ski) lebih

besar dari nilai kontribusi sektor dalam PDRB Provinsi Lampung (sk). Klasifikasi

(45)

tetapi memiliki Nilai kontribusi sektor terhadap PDRB kabupaten pemekaran (ski)

lebih besar dari nilai kontribusi sektor dalam PDRB Provinsi Lampung (sk).

Klasifikasi ini digambarkan dengan si<s dan ski > sk

c. Kuadran III : Sektor potensial atau masih dapat berkembang (developing sector) adalah sektor yang mempunyai laju pertumbuhan sektor dalam PDRB kabupaten

pemekaran (si) lebih besar daripada laju pertumbuhan sektor dalam PDRB

provinsi Lampung (s) namun memiliki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB

kabupaten pemekaran (ski) lebih kecil dari nilai kontribusi sektor dalam PDRB

Provinsi Lampung (sk). Klasifikasi ini digambarkan dengan si>s dan ski < sk

d. Kuadran IV : Sektor relatif tertinggal (underdeveloped sector) adalah sektor

yang mempunyai laju pertumbuhan sektor dalam PDRB kabupaten pemekaran (si)

lebih rendah daripada laju pertumbuhan sektor dalam PDRB Provinsi Lampung

(s) sekaligus memiliki Nilai kontribusi sektor terhadap PDRB kabupaten

pemekaran (ski) lebih rendah pula dari nilai kontribusi sektor dalam PDRB

[image:45.595.113.513.631.704.2]

Provinsi Lampung (sk). si<s dan ski > sk

Tabel 3 Tipologi Daerah Kontribusi sektor (sk)

Laju pertumbuhan(s)

( ski > sk ) ( ski < sk )

( si > s ) Kontribusi tinggi dan Pertumbuhan sektor tinggi

Kontribusi rendah dan pertumbuhan sektor tinggi ( si < s ) Kontribusi tinggi dan

pertumbuhan rendah

(46)

Keterangan :

s = Rata-rata pertumbuhan sektor ekonomi Provinsi Lampung sk = Rata -rata kontribusi sektor Provinsi Lampung

si = Pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota yang diamati (i) ski = Kontribusi sektor kabupaten/kota yang diamati (i)

H. Model Rasio Pertumbuhan ( MRP ).

Dalam perencanaan Wilayah dan Kota terutama untuk melihat deskripsi kegiatan

ekonomi yang potensial alat analisis yang sering digunakan antara lain: analisis

Location Quotientdigunakan untuk melihat seberapa besar kontribusi suatu kegiatan dalam wilayah studi dibandingkan dengan wilayah referensinya, dan

analisisShiftShareadalah melihat pertumbuhan dari suatu kegiatan terutama

melihat perbedaan pertumbuhan, baik dalam skala yang lebih luas (wilayah

referensi) maupun skala yang kecil (wilayah studi).

Kedua alat tersebut sangat dibutuhkan untuk melihat deskripsi kegiatan ekonomi

wilayah yang potensial, meskipun dalam melakukan analisis dengan kedua alat

tersebut harus mempunyai pola yang sama terutama dalam melakukanoverlay.

Dalam analisis tersebut terdapat dua rasio pertumbuhan yaitu :

1. Pertumbuhan Wilayah Studi (RPS), dengan formulasi matematis yang

digunakan adalah = ÷ (2.1)

2. Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPR), Formulasi yang digunakan

(47)

DEiR = Perubahan pendapatan kegiatan I di Propinsi Lampung EiR(t) = Perubahan pendapatan kegiatan I di Kabupaten pemekaran ER = PDRB wilayah referensi

Identifikasi kegiatan-kegiatan unggulan tersebut ditunjukkan melaluioverlay

antara Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr), Rasio Pertumbuhan Wilayah

Studi(RPs) danLocation Quotient(LQ). Koefisien dari ketiga komponen tersebut kemudian disamakan satuannya dengan diberikan notasi positif (+) yang berarti

koefisien komponen bernilai lebih dari satu dan Negatif (-) berarti kurang dari

satu. RPR bernotasi positif berarti pertumbuhan sektor i lebih tinggi dibanding

pertumbuhan total diwilayah referensi. RPs bernotasi positif berarti pertumbuhan

sektor i lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan sektor yang sama diwilayah

referensi. Sedangkan LQ bernotasi positif berarti kontribusi sektor i terhadap

PDRB di wilayah studi lebih tinggi dibanding kontribusi sektor yang sama

terhadap PDRB di wilayah referensi.

Tabel 4 Ringkasan Analisis MRP

Notasi Keterangan Analisis

RPr + Bermakna bahwa pertumbuhan sektor i lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan total di wilayah referensi

RPS + Bermakna bahwa pertumbuhan sektor i lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan sektor yang sama di wilayah referensi.

(48)

A. Definisi Operasional Variabel

1. Potensi Ekonomi

Merupakan kemampuan ekonomi yang dimiliki daerah yang mungkin atau layak

dikembangkan sehingga akan terus berkembang menjadi sumber penghidupan

rakyat setempat bahkan dapat menolong perekonomian daerah secara keseluruhan

untuk berkembang dengan sendirinya dan berkesinambungan (Soeparmoko,

2002).

2.Produk Domestik Regional Bruto( PDRB )

Merupakan indikator untuk mengetahui kondisi perekonomian suatu wilayah,

yang dapat dilihat berdasarkan harga berlaku atau atas dasar harga konstan. PDRB

dimaksudkan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha

yang ada dalam suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu biasanya satu tahun.

3.Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan yang dimaksudkan adalah pertumbuhan PDRB rata-rata sejak tahun

2008–2013 yang dihitung dengan menggunakan rumus :

a. Untuk pertumbuhan menurut lapangan usaha digunakan ( E*ij-Eij ) / Eij

(49)

j = Kabupaten pemekaran

* adalah tahun terakhir

4. Pendapatan Perkapita

Merupakan perkiraan pendapatan perorangan yang dihasilkan dari PDRB

pertahun dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun atau dengan

kata lain pendapatan perkapita merupakan hasil bagi pendapatan regional dengan

jumlah penduduk pertengahan tahun.

5. Sektor–Sektor Ekonomi

Terdapat sembilan sektor ekonomi di masing-masing Kabupaten/Kota Pemekaran

. Adapun sektor -sektor perekonomian dimaksud yakni :

a) Pertanian

b) Penggalian

c) Industri Pengolahan

d) Listrik dan Air Minum

e) Bangunan

f) Perdagangan, Hotel dan Restoran

g) Angkutan dan Komunikasi

h) Keuangan Perusahaan dan Jasa Perusahaan

(50)

6. Kegiatan Ekonomi

Dalam perekonomian regional terdapat kegiatan-kegiatan ekonomi yang

digolongkan kedalam 2 bagian yakni : Kegiatan basis /unggulan dan kegiatan

Nonbasis.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang sering terpakai dalam penelitian adalah data kualitatif dan

kuantitatif di mana keduanya dapat digabungkan, dan jenis data yang terpakai

dalam penelitian ini adalah penggabungan kedua jenis data tersebut. Adapun

sumber data yang digunakan adalah memanfaatkan sumber data sekunder yang

dipublikasikan oleh berbagai instansi atau lembaga terkait antara lain :

1. Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung (Lampung Dalam Angka 2008–2013).

2. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten pemekaran di Propinsi Lampung

(Kabupaten Dalam Angka).

3. Buku Statistik Tahunan Indonesia serta berbagai jurnal ilmiah lainnya

C Metode Pengumpulan Data :

Pengumpulan data diperoleh melalui telaah kepustakaan dan hasil publikasi.

Adapun data yang dibutuhkan adalah :

1. Data PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2000 per

(51)

tahun 2008–2013.

4. Data PDRB Lampung menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun

2000 sejak tahun 2008–2013.

5. Laju pertumbuhan PDRB Lampung menurut lapangan usaha atas dasar harga

konstan tahun 2000 sejak tahun 2008–2013.

6. Pendapatan perkapita Lampung sejak tahun 2008–2013

D. Metode Analisis

1. MetodeLocation Quotient( LQ )

Identifikasi untuk menentukan sektor-sektor basis dilakukan dengan

menggunakan Rumus LQ dimana tehnik ini menyajikan perbandingan relatif

antara kemampuan suatu sektor di Kabupaten pemekaran dengan sektor yang

sama di daerah yang lebih luas yaitu Lampung.

Melalui data PDRB atas dasar harga konstan analisis yang digunakan

denganrumus sbb. :

(52)

Keterangan :

LQ adalahlocation quotient

Qij adalah output sektor I daerah j ( kabupaten pemekaran ) Qj adalah total output daerah j ( kabupaten pemekaran )

Qin adalah output sektor i di n ( Lampung )

Qn adalah total output di n ( Lampung )

Dari analisa ini diharapkan didapat sektor-sektor basis di masing kabupaten

pemekaran di Provinsi Lampung yang pertumbuhannya dapat dipacu guna

meningkatkan pertumbuhan PDRB kabupaten pemekaran yang bersangkutan.

2. Analisis Model Rasio Pertumbuhan ( MRP )

Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) dilakukan untuk melihat deskripsi

kegiatan ekonomi, terutama struktur ekonomi kabupaten pemekaran maupun

Provinsi Lampung.yang lebih menekankan pada kriteria pertumbuhan. Analisis

Model Rasio Pertumbuhan (MRP) merupakan kegiatan membandingkan

pertumbuhan suatu kegiatan baik dalam skala yang lebih kecil maupun dalam

skala yang lebih luas

Terdapat dua rasio pertumbuhan dalam analisis tersebut, yaitu (a) rasio

pertumbuhan wilayah studi ( RPs) dan (b) rasio pertumbuhan wilayah referensi (

RPr ).Formulasi yang digunakan adalah :

(3.1)

(3.2)

RPs= DEj/EiR(t) DEiR/EiR(t)

(53)

DEiR = Perubahan pendapatan kegiatan i di Propinsi Lampung

EiR (t) = Perubahan pendapatan kegiatan i di Kabupaten pemekaran ER = PDRB wilayah referensi

Pada dasarnya alat analisis ini sama dengan LQ, namun perbedaannya terletak

pada kriteria perhitungan dimana LQ menggunakan kriteria distribusi sedangkan

MRP menggunakan kriteria pertumbuhan.

Pendekatan alat analisis MRP ini kemudian akan digabungkan dengan hasil

analisis menggunakan pendekatan LQ (overlay). Penggabungan kedua pendekatan

ini digunakan untuk memperoleh hasil identifikasi kegiatan sektoral yang unggul,

baik darisegi kontribusi maupun pertumbuhannya. Selain itu juga dapat diketahui

bagaimana peran sektor ekonomi dalam pembentukan PDRB pada tingkat

Provinsi.

Identifikasi kegiatan-kegiatan unggulan tersebut ditunjukkan melaluioverlay

antara Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPR), Rasio Pertumbuhan

Wilayah Studi(RPs) danLocation Quotient(LQ). Koefisien dari ketiga komponen tersebut kemudian Terdapat dua rasio pertumbuhan dalam analisis tersebut, yaitu

(a) rasio pertumbuhan wilayah studi ( RPs) dan (b) rasio pertumbuhan wilayah

(54)

Koefisien dari ketiga komponen tersebut kemudian disamakan satuannya dengan

diberikan notasi positif (+) yang berarti koefisienkomponen bernilai lebih dari

satu. Bernotasi negatif (-) berarti kurang dari satu. RPr bernotasi positif berarti

pertumbuhan sektor i lebih tinggi dibanding pertumbuhan total di wilayah

referensi. RPs bernotasi positif berarti pertumbuhan sektor i lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan sektor yang sama di wilayah referensi. Sedangkan LQ

bernotasi positif berarti kontribusi sektor i terhadap PDRB di wilayah studi lebih

tinggi dibanding kontribusi sektor yang sama terhadap PDRB di wilayah

referensi.

Identifikasi unggulan dari hasil overlay dibedakan dalam dua kriteria yaitu:

a. Hasiloverlayyang menunjukkan ketiganya bertanda positif, berarti kegiatan tersebut mempunyai pertumbuhan sektoral di tingkat Provinsi Lampung tinggi.

Pertumbuhan sektoral Kabupaten pemekaran lebih tinggi dari Provinsi Lampung

dan kontribusi sektoral Kabupaten pemekaran lebih tinggi pula di Propinsi

Lampung. Artinya sektor ekonomi tersebut mempunyai potensi daya saing

kompetitif maupun komparatif yang lebih unggul dibandingkan dengan kegiatan

yang sama pada tingkat Provinsi Lampung, dan di Provinsi Lampung sendiri

kegiatan tersebut mempunyai prospek yang bagus ditunjukkan dengan

pertumbuhan sektor tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan total

kegiatan ekonomi.

b. Hasiloverlayyang menunjukkan notasi positif pada PRs dan LQ berarti bahwa kegiatan sektoral di Kabupaten pemekaran lebih unggul dari kegiatan yang sama

(55)

Teknik analisis S–S digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalis

menganalisis kinerja sektor-sektor ekonomi masing-masing kabupaten pemekaran

dalam wilayah Lampung serta menentukan sektor-sektor yang mempunyai

keunggulan kompetitif dan spesialisasi, di mana keunggulan kompetitif

merupakan kemampuan suatu daerah untuk memasarkan produknya diluar

daerah/luar negeri/pasar global. (Robinson,2005).

Teknik ini memilih pertumbuhan sebagai perubahan (D) suatu variabel wilayah

dalam kurun waktu tertentu yang terdiri atas perubahan sebagai akibat dari

pengaruh pertumbuhan wilayah diatasnya (N), bauran industri (M) serta

keunggulan kompetitif atau persaingan (C). Pengaruh pertumbuhan dari daerah di

atasnya disebut pangsa (share),pengaruh bauran industri disebut proporsionalshift

dan pengaruh keunggulan kompetitif (persaingan) disebutdifferentional shift atau

regional share.

Jika suatu wilayah mempunyai industri-industri yang menguntungkan yang

tumbuh lebih cepat daripada laju pertumbuhan daerah di atasnya disebut sebagai

pengaruh bauran industri (Mij). Sedangkan untuk pengaruh persaingan adalah jika

suatu industri tertentu di wilayah tertentu tumbuh lebih cepat di suatu wilayah

daripada industri yang sama di tingkat yang lebih tinggi, maka untuk sektor

(56)

Dij = Nij + Mij + Cij ( 3.1 )

Keterangan :

Nij = Eij ( rn ) adalah pertumbuhan nasional sektor I di wilayah j

Mij= Eij ( rin–rn ) adalah bauran industri sektor I di wilayah j

Cij = Eij ( rij–rin ) adalah keunggulan kompetitif sektor I di wilayah j rn dan rin adalah laju pertumbuhan nasional persektor sedangkan rij adalah laju

pertumbuhan wilayah persektor yang masing-masing diformulasikan sebagai berikut :

Rn = ( E*n - En ) / En

Rin = ( E*in - Ein ) / Ein

rij = ( E*ij - Eij ) / Eij

Keterangan :

Eij adalah Nilai tambah sektor i diwilayah j ( Kabupaten pemekaran)

Ein adalah Nilai tambah sektor i diwilayah nasional ( Lampung )

En adalah Nilai tambah Nasional

Tanda * menunjukkan tahun akhir analisis.

Maka analisis S-S dapat dirumuskan sebagai berikuit :

Dij = Eij (rn + Eij ( rin–rn ) ) + Eijh ( rij–rn ) ( 3.2)

Untuk mengetahui keunggulan kompetitif dan spesialisasi maka analisis S S yang

terpakai adalah analisis S-S yang telah dimodifikasi dari Estaban Marquillas

(57)

C ‘ij= E’ij (rij –rn ) ( 3.3)

Keterangan :

C’ij adalah persaingan atau ketidak unggulan kompetitif disektor i pada

perekonomian suatu wilayah menurut analisis S-S tradisional.

E’ij adalah Eij yang diharapkan dan diperoleh dari :

E’ij = Ej ( Ein / En ) ( 3.4 )

Sedangkan pengaruh alokasi sebagai bagian yang belum dijelaskan dari suatu

variabel wilayah ( Aij ) dapat dirumuskan sebagai :

Aij = ( Eij– E’ij ) ( rij –rin ) (3.5 )

Keterangan :

Aij = Pengaruh alokasi dibagi menjadi dua bagian yaitu adanya tingkat spesialisasi sektor i diwilayah j dikalikan dengan keunggulan kompetitif.

( Eij– E’ij )= Tingkat spesialisasi terjadi apabila variabel wilayah nyata

( Eij ) lebih besar dari variabel yang diharapkan ( Eij )

( rij–rin ) = Keunggulan kompetitif terjadi bila laju pertumbuhan sektor di

(58)

Maka pengaruh alokasi ini disubtitusikan dalam analisis S-S tradisional menjadi

persamaan S-S yang dimodifikasi oleh Estaban Marquillas ( E-M) menjadi

persamaan

Dij =Eij (rn) + Eij (rin)– rn) + E’ij (rij –rin) + (Eij -E’ij) (rij –rin) (3.6)

Berdasarkan analisa ini diharapkan dimasing–masing Kabupaten pemekaran dapat

ditentukan sektor-sektor yang mempunyai keunggulan kompetitif dan spesilaisasi.

4 Analisis Tipologi Daerah

Tipologi klassen merupakan sebuah alat analisis ekonomi regional yang dapat

digunakan untuk mengetahui klasifikasi sektor perekonomian kabupaten

pemekaran di provinsi lampung. Analisis tipologi klassen menghasilkan empat

klasifikasi sektor dengan karakteristik yang berbeda sebagai berikut

(sjafrizal:2008) :

a. Kuadran I : Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (developed sector)

adalah sektor yang mempunyai laju pertumbuhan sektor dalam PDRB kabupaten

pemekaran (si) di atas laju pertumbuhan sektor dalam PDRB Provinsi Lampung

(s) dan Nilai kontribusi sektor terhadap PDRB kabupaten pemekaran (ski) lebih

besar dari nilai kontribusi sektor dalam PDRB Provinsi Lampung (sk). Klasifikasi

ini digambarkan dengan si>s dan ski > sk

b. Kuadran II : Sektor yang maju tapi tertekan (stagnant sector) adalah sektor yang mempunyai laju pertumbuhan sektor dalam PDRB kabupaten pemekaran (si)

lebih kecil daripada laju pertumbuhan sektor dalam PDRB Provinsi Lampung (s)

(59)

adalah sektor yang mempunyai laju pertumbuhan sektor dalam PDRB kabupaten

pemekaran (si) lebih besar daripada laju pertumbuhan sektor dalam PDRB

Provinsi Lampung (s) namun memiliki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB

kabupaten pemekaran (ski) lebih kecil dari nilai kontribusi sektor dalam PDRB

Provinsi Lampung (sk). Klasifikasi ini digambarkan dengan si>s dan ski < sk

d. Kuadran IV : Sektor relatif tertinggal (underdeveloped sector) adalah sektor yang mempunyai laju pertumbuhan sektor dalam PDRB kabupaten pemekaran (si)

lebih rendah daripada laju pertumbuhan sektor dalam PDRB Provinsi Lampung

(s) sekaligus memiliki Nilai kontribusi sektor terhadap PDRB kabupaten

pemekaran (ski) lebih rendah pula dari nilai kontribusi sektor dalam PDRB

[image:59.595.112.514.537.701.2]

Provinsi Lampung (sk). Klasifikasi ini digambarkan dengan si<s dan ski < sk.

Tabel. 5 Klasifikasi Sektor PDRB Menurut Tipologi Klassen

Klasifikasi II

Sektor yang maju tapi tertekan

si<s dan ski > sk

Klasifikasi I

Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat

si>s dan ski > sk

Klasifikasi IV

Sektor relatif tertinggal

si<s dan ski < sk

Klasifikasi III

Sektor potensial atau masih dapat berkembang

(60)

A. Kesimpulan

1. Hasil analisis LQ menunjukkan bahwa sektor Pertanian merupakan sektor

basis yang dominan di semua Kabupaten Pemekaran di Provinsi Lampung ;

Sektor pertambangan dan penggalian terdapat di 2 kabupaten pemekaran ;

industri pengolahan hanya terdapat di Kabupaten Tulang Bawang Barat, sektor

listrik , gas dan air bersih hanya terdapat di kabupaten pemekaran

Pringsewu.;Sektor konstruksi hanya terdapat di Kabupaten Pesawaran , sektor

perdagangan, hotel dan restoran terdapat di tiga kabupaten pemekaran yakni

Lampung Timur, Pesawaran dan Pringsewu. Sektor jasa-jasa terdapat di tiga

kabupaten pemekaran yakni Lampung Timur, Pesawaran Dan Pringsewu.

Sedangkan untuk sektor pengangkutan dan telekomunikasi serta sektor

keuangan,real estate, dan jasa perusahaan tidak terdapat satu pun di kabupaten pemekaran yang menjadi sektor basis untuk pertumbuhan ekonomi di tiap-tiap

daerah.

Kabupaten Pringsewu mempunyai sektor basis terbanyak dari semua kabupaten

pemekaran di Provinsi Lampung dengan lima sektor basis, sedangkan

Kabupaten Tulang Bawang Barat merupakan kabupaten yang mempunyai

(61)

Timur, Tulang Bawang Barat, serta Kabupaten Pesawaran; sektor

pertambangan hanya terdapat di Kabupaten Way Kanan; sektor industri

pengolahan hanya terdapat di Kabupaten Tulang Bawang Barat, sektor

kontruksi hanya Kabupaten Pringsewu yang memiliki spesialisasi kegiatan

ekonomi, sektor perdagangan hotel dan restoran menjadi spesialisasi kegiatan

di 3 kabupaten pemekaran yakni Kabupaten Lampung Timur, Pesawaran dan

Pringsewu.

Untuk analisis MRP yang masuk pada kriteria kedua yakni bernotasi negatif

untuk ketiga komponen( RPr, RPs, dan LQ), di sektor pertambangan terdapat

dua kabupaten yakni Kabupaten Tulang Bawang Barat, dan Kabupaten

Pesawaran. Sektor kontruksi yakni kabupaten Way Kanan, Lampung Timur,

dan Tulang Bawang Barat. Sektor perdagangan ,hotel dan restoran hanya di

Kabupaten Tulang Bawang Barat.

Untuk hasil analisis MRP sesuai kriteria pertama yang memiliki notasi positif

untuk ketiga komponen (RPr, RPs, dan LQ) hanya sektor Jasa-jasa terdapat di

Kabupaten Pringsewu dan Pesawaran artinya sektor jasa-jasa merupakan sektor

yang memiliki keunggulan daya saing kompetitif dan komparatif di tingkat

(62)

3. Hasil AnalisisShift-Sharedi kabupaten pemekaran hanya sektor jasa-jasa yang memiliki keunggulan kompetitif yakni terdapat di kabupaten pringsewu dan

pesawaran, sedangkan sektor-sektor ekononomi lain memiliki spesialisasi

kegiatan ekonomi sebagai berikut :

 Sektor Pertanian , mempunyai spesialisasi di 4 Kabupaten pemekaran;

 Industri Pengolahan, mempunyai spesialisasi kegiatan di Kabupaten

Tulang Bawang Barat.

 Sektor Pertambangan dan penggalian di kabupaten Way Kanan

 Sektor Bangunan; mempunyai spesialisasi di Kabupaten Pringsewu .

 Sektor perdagangan, hotel, dan restoran memiliki spesialisasi kegiatan di 3

kabupaten yakni Lampung timur, Pringsewu, dan Pesawaran.

4. Hasil analisis tipologi sektoral di kabupaten pemekaran terdapat karakteristik

sektor ekonomi unggulan tersendiri diantaranya :

 Kabupaten Way Kanan memiliki potensi ekonomi unggulan di sektor

pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian.

 Kabupaten Lampung timur memiliki potensi ekonomi unggulan di sektor

pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian

 Kabupaten Tulang bawang barat memiliki potensi ekonomi unggulan di

sektor pertanian dan sektor industri pengolahan

 Kabupaten Pesawaran memiliki potensi ekonomi unggulan di sektor

pertanian, sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor jasa-jasa.

 Kabupaten Pringsewu memiliki potensi ekonomi unggulan di Kontruksi,

(63)

produktivitas dengan menetapkan kebijakan pembangunan yang tetap

memperhatikan secara khusus bagi pengembangan sektor basis maupun tidak

basis terkhusus sektor pertanian, dan sektor perdagangan hotel dan restoran

yang menjadi spesialisasi kegiatan ekonomi agar dapat menjadi sektor ekonomi

yang memiliki daya saing. di masing-masing kabupaten sehingga wacana

Pemerintah Provinsi menetapkan kabupaten tersebut sebagai Pusat Kegiatan

Wilayah dapat terealisasikan dengan baik.

2. Sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Tulang Bawang Barat yakni sektor

pertambangan, kontruksi, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran perlu

mendapat perhatian khusus bagi pemerintah maupun dinas terkait untuk terus

melakukan peningkatan produktivitas sektoral agar kedepannya sektor tersebut

dapat memberikan pertumbuhan maupun kontribusi yang positif baik itu

peningkatan perekonomian di tingkat kabupaten maupun di Provinsi lampung.

3. Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten di Pringsewu dan

Pesawaran perlu untuk memacu produktivitas dan profesionalitas dalam

mengelola sektor potensial di masing-masing kabupaten agar dapat memiliki

sektor-sektor lain yang memiliki keungulan daya saing.

4. Diharapkan Pemerintah Provinsi fokus dalam pembangunan sarana dan

prasarana tiap-tiap wilayah seperti infrastruktur dan sebagainya karena tanpa

(64)

Bachrul Elmi (2004). Studi Pembiayaan Pembangunan Perkotaan (urban

development finance) Kota Prabumulih, Kajian Ekonomi dan Keuangan.,

Vol.8, No.1.Maret.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dan United Nations Development Programme (UNDP), 2008. Studi Evaluasi Dampak Pemekaran Daerah 2001-2007.

Badan Pusat Statistik (2001).Lampung Dalam Angka. Provinsi Sulawesi Tengah.

Bendavid-Val., Avrom (1991).Regional and Local Economic Analysis for Practitioners, Fourth edition, New York: Prager Publisher.

Boediono (1985).Teori Pertumbuhan Ekonomi., Yogyakarta, BPFE-UGM

Glasson John (1990).Pengenalan Perancangan Wilayah Konsep dan Amalan(alih bahasa Ahris Yaakup). Dewan bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia Kualalumpur

Hairul Aswandi dan Mudrajat Kuncoro (2002).Evaluasi Penetapan Kawasan Andalan:Studi Empiris di Kalimantan Selatan1993-1999. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia.Vol. 17. No 1. 2002.

Hoover., E.M. (1971).An Introduction to Rergional Economics. (1 st ed.). New York: Alfred A.Knopf, Inc.

Krugman.,P. (1998).Space : The Final Frontier. Journal of Economic Perspectivee,12 (2)

Kustiawan dan Iwan (1997).Permasalahan Konvensi Lahan Pertanian dan Implikasinya Terhadap Penataan Ruang Wilayah(Studi Kasus Wilayah Pantura Jawa Barat). Jurnal PWK. Vol.8. No.1.

(65)

Rahardjo Adisasmita (2005).Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Graha Ilmu. Yogyakarta

Riachardson Harry.,W. (1977).Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Regional. (terjemahan: Paul Sitohang). LPFE-UI. Jakarta.

Robinson T (2005). Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara. Jakarta. Sjafrizal (2008).Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah

Indonesia Bagian Barat. Prisma. LP3ES No.3 Tahun XXVI. Jakarta. Soeparmoko (2002). Ekonomi Publik Untuk Keuangan dan Pembangunan

Daerah.Edisi pertama. Andi. Yogyakarta. .

Todaro.,M.P (1997).Economic Development. Six Edition. Edinbourg Gate Harlow Addition Wesley Longman. New York University.

Todaro.,M.P. (2000).Economic Development(7thed.) New York; Addition Wesley

Gambar

Tabel 1 Pemekaran Daerah di Indonesia Periode 1999–2012
Tabel 2 PDRB Atas Harga Konstan Kabupaten Induk dan KabupatenPemekaran Di Provinsi Lampung
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Tabel 3 Tipologi Daerah
+2

Referensi

Dokumen terkait

The purpose of this study was to analyze the factor price ratio between organic and non organic vegetables, advertising, packaging, household income, education level of

dalam Serat Jayengsastra perlu dikaji dengan unsur semiotik. Berdasarkan keistimewaannya, Serat Jayengsastra mampu memberikan sumbangan berupa pembelajaran bagi masyarakat

Defleksi yang terjadi pada kedalaman air 16 m lebih besar daripada defleksi yang terjadi pada kedalaman air 15 m, dimana pertambahan defleksi struktur terbesar ada

Bila pemesan mengirim SMS ke handphone penerima dalam perangkat maka mikrokontroler akan membaca isi SMS tersebut, kemudian memproses dan mengirimkan nomor antrian dan kode

Advantageous is the high operation safety of SUSI 62 (coming down with comparatively low speed in case of loss of control), the short learning time to operate the system, the

© 2011 Bali Botanic Garden, Indonesian Institute of Sciences, Baturiti, Tabanan, Bali, Indonesia – 82191 available at http://www.krbali.lipi.go.id. Pyrrosia lanceolata

Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2015 1... Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2015

© 2011 Bali Botanic Garden, Indonesian Institute of Sciences, Baturiti, Tabanan, Bali, Indonesia – 82191 available at http://www.krbali.lipi.go.id. Cyathea latebrosa Cyathea latebrosa