• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI BERTAHAN HIDUP PEREMPUAN PEMULUNG (Studi Kasus Terhadap Empat Pemulung Perempuan Kepala Keluarga yang Ada di TPA Bakung, Kelurahan Bakung, Kecamatan Telukbetung Barat, Bandar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI BERTAHAN HIDUP PEREMPUAN PEMULUNG (Studi Kasus Terhadap Empat Pemulung Perempuan Kepala Keluarga yang Ada di TPA Bakung, Kelurahan Bakung, Kecamatan Telukbetung Barat, Bandar Lampung)"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

SURVIVAL STRATEGIES OF WOMEN SCAVENGERS

(Case Study Against Scavengers Four female heads of household who 's on the landfill Bakung , Bakung Village , District Telukbetung West ,

Bandar Lampung )

By

Citra Putri Ardhelia Likty

This study aims to identify and explain the survival strategies of women scavengers. This research was conducted at the landfill Bakung, Bakung Village, District Telukbetung West, Bandar Lampung. This type of research is descriptive with qualitative approach. Informants in this study were four women scavengers head of the family. Data collection techniques in this research using interview techniques. Based on this research, it is known that the survival strategies used by four women scavengers in the face of difficulty meeting the needs of the family is using a strategy of economic and social strategies. Economic strategy is a way to save expenditure and involve family members in order to maximize efforts and work together to find a source of additional income for the sake of fulfilling the needs of the family. While social strategy is debt or borrow money and follow the productive organizations (such as social gathering) that exist around the residence.

(2)

ABSTRAK

STRATEGI BERTAHAN HIDUP PEREMPUAN PEMULUNG (Studi Kasus Terhadap Empat Pemulung Perempuan Kepala Keluarga yang Ada

di TPA Bakung, Kelurahan Bakung, Kecamatan Telukbetung Barat, Bandar Lampung)

Oleh

Citra Putri Ardhelia Likty

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan strategi bertahan hidup perempuan pemulung. Penelitian ini dilakukan di TPA Bakung, Kelurahan Bakung, Kecamatan Telukbetung Barat, Bandar Lampung. Tipe penelitian ini ialah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Informan dalam penelitian ini berjumlah empat orang perempuan pemulung kepala keluarga. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa strategi bertahan hidup yang digunakan oleh empat perempuan pemulung dalam menghadapi kesulitan memenuhi kebutuhan keluarga adalah dengan menggunakan strategi ekonomi dan strategi sosial. Strategi ekonomi ialah dengan cara melakukan penghematan pengeluaran dan melibatkan anggota keluarga untuk memaksimalkan usaha dan bekerja sama mencari sumber nafkah tambahan demi terpenuhinya kebutuhan keluarga. Sedangkan strategi sosial ialah berhutang atau meminjam uang dan mengikuti organisasi produktif (seperti arisan) yang ada di sekitar tempat tinggal.

(3)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jumlah Penduduk Miskin di Bandar Lampung 2

2. Luas Areal Kelurahan Bakung 46

3. Sumber Air Minum 47

4. Jumlah Penduduk Usia<1 Tahun sampai >60 Tahun 48

5. Tingkat Pendidikan Penduduk 48

6. Mata Pencaharian Pokok 49

7. Jumlah Penduduk menurut Agama 50

8. Jumlah Penduduk menurut Etnis 51

9. Jumlah Lembaga Kemasyarakatan 52

10. Jumlah Kelembagaan Ekonomi 53

11. Jumlah Sarana Kesehatan 53

12. Jumlah Lembaga Pendidikan 54

13. Profil Informan 58

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTO

Warna masa depanmu ditentukan oleh dirimu sendiri dari saat ini, entah ingin dibuat menjadi hitam kelam atau menjadi cerah cemerlang itu tergantung dari bagaimana

perilaku yang kamu lukiskan di perjalanan hidupmu. (Bunda Mamake)

Jangan sia-siakan waktu luangmu sebelum datang waktu sibukmu,

Jangan sia-siakan waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,

Jangan sia-siakan waktu kayamu sebelum datang waktu miskinmu,

Jangan sia-siakan waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,

Jangan sia-siakan hidupmu sebelum datang kematianmu.

(Sabda Nabi Muhammad SAW)

Terus Semangat, Semangat Terus

And One Day, Dreams Come True

(8)

Alhamdulillahi robbil ‘alamin dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, Aku persembahkan karya sederhana ini untuk :

Bapak Malik Syarifudin dan Bunda Nurhayati tercinta,

yang telah memberikan seluruh waktu, jiwa dan raganya untuk mendidik, membesarkan, dan merawatku dengan penuh kasih sayang dan limpahan cinta yang tak berujung, serta selalu mendoakan dan senantiasa menunggu keberhasilanku dengan penuh kesabaran dan

pengorbanan.

Adikku tersayang Millenia Tiffanny Likty,

yang selalu menghiburku disaat aku sedang merasa lelah dan penat dalam meghadapi hari-hariku, walau terkadang menyebalkan tapi selalu mendoakanku dan memberiku

semangat dalam segala usahaku.

Seluruh keluarga besarku tercinta,

TerutamaMbah Uyut Uti (Ibu Hadi), Mbah Uyut Kakung (Bapak Hadi), Mbah Uti (Ibu Sum), Mbah Kakung (Pak Timan), Tante-tanteku, MakNung, Mbah

Cipto, adik-adik sepupuku,

yang selalu mendoakanku, mendukungku, membantuku, membimbingku, dan memotivasiku dalam segala usaha dan langkahku.

Sahabat-sahabat ku tersayang,

Yossi Apriyani, Anisa Nurlaila Sari, Rizky Dwi Putri dan Eri Wahidiyanti, dan seluruh sahabat Sosiologi Angkatan 2011 yang luar biasa,

yang selalu mendukung, mendoakan, dan memberi semangat dalam segala hal.

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 12 Mei 1993, merupakan anak pertama dari dua bersaudara, buah hati pasangan Bapak Malik Syarifudin dan Ibu Nurhayati.

Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Tamansiswa Telukbetung yang diselesaikan pada Tahun 2006. Lalu melanjutkan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 3 Bandar Lampung yang diselesaikan pada Tahun 2009 kemudian sekolah menengah atas di SMA Negeri 8 Bandar Lampung yang diselesaikan pada Tahun 2011. Pada tahun yang sama, Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

(10)

DAFTAR ISI

E. Konsep Perempuan Kepala Keluarga ... 23

F. Konsep kemiskinan ... 24 A. Gambaran Lokasi Kelurahan Bakung ... 45

B. Luas Areal Kelurahan ... 46

C. Potensi Sumber Daya Air ... 47

D. Potensi Sumber Daya Manusia ... 47

E. Potensi Kelembagaan... 52

F. Kelembagaan Ekonomi ... 52

G. Sarana dan Prasarana ... 53

(11)

V. PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Identitas Informan ... 57

B. Profil Infirman ... 60

C. Pembahasan Penelitan ... 67

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(12)

Bismillahirrohmannirohim,

Segala puji bagi ALLAH SWT atas rahmat dan Hidayah-Nya, Tuhan semesta alam yang maha kuasa atas langit, bumi, dan seluruh isinya serta hakim yang maha adil di hari akhir kelak. Tiada daya dan upaya serta kekuatan yang penulis miliki untuk menyelesaikan skripsi ini, selain berkat daya, upaya dan kekuatan yang dianugerahkan-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW sebagai pembawa Rahmatan Lil’Aalaamiin yang

syafa’atnya selalu kita nanti hingga akhir kelak.

Skripsi dengan judul STRATEGI BERTAHAN HIDUP PEMULUNG PEREMPUAN merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosiologi di Fakuktas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Penulis menyadari, bahwa apa yang ditulis dalam skripsi ini masih sangat jauh dengan apa yang dicita-citakan.Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak sehingga menjadi lebih baik. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari banyak sekali bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak, maka dari itu penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(13)

3. Ibu Dra. Yuni Ratnasari, M.Si selaku Pembimbing Akademik sekaligus Pembimbing Skripsi. Terimakasih atas kesabaran ibu dalam membimbing saya sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Erna Rochana, M.Si selaku Dosen Penguji. Terimakasih untuk semua kritik dan saran yang telah ibu berikan sangat berarti untuk skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Sosiologi Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya selama penulis mengikuti masa perkuliahan.

6. Seluruh staff dan karyawan FISIP Universitas Lampung yang telah membantu keperluan administrasi selama penulis menjadi mahasiswi di FISIP Universitas Lampung.

7. Orangtua dan keluarga yang sangat luar biasa.

8. Seluruh Mahasiswa Sosiologi FISIP Universitas Lampung. Terimakasih atas kebersamaannya dalam keluarga besar Sosiologi Universitas Lampung.

9. Rekan-rekan selama KKN dan Keluarga Besar Bapak Jarkasi terimakasih.

Meskipun skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah selalu melimpahkan berkah dan rahmat-Nya bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, 22 Februari 2016 Penulis,

(14)

A. Latar Belakang Masalah

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia hingga bulan Maret 2014 mencapai 28,29 juta orang, atau bertambah sekitar seratus ribu orang jika dibandingkan dengan periode Maret 2013 sebesar 28,17 juta orang. Peningkatan penduduk miskin ini disebabkan oleh berbagai aspek, salah satunya akibat dari kenaikan harga bahan bakar minyak pada awal tahun 2015 lalu yang berimbas pada naiknya harga bahan pokok.

(15)

2

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada Maret 2014 mencatat penduduk miskin kota di Provinsi Lampung adalah sebesar 230.630 jiwa atau sebesar 11.08% dengan garis kemiskinan Rp 336.972/kapita/bulan, sedangkan indeks kedalaman kemiskinan (P1) sebesar 1.85% dan indeks keparahan kemiskinan (P2) sebesar 0.44%. Berikut adalah tabel mengenai jumlah penduduk miskin yang ada di Kota Bandar Lampung pada tahun 2011 sampai dengan 2013 :

Tabel 1: Jumlah Penduduk Miskin pada tahun 2011 s/d 2013 di Kota Bandar Lampung

Tahun Jumlah

2011 121.580 orang 2012 117.350 orang 2013 102.750 orang Sumber : BPS Provinsi Lampung, 2014.

Jumlah penduduk miskin di kota ini mengalami penurunan, namun tidak dapat dipungkiri bahwa masalah kemiskinan masih berada di sekitar kita. Terbukti berdasarkan data tabel di atas, hampir setengah dari jumlah penduduk miskin yang ada di Provinsi Lampung tinggal di wilayah Kota Bandar Lampung.

(16)

rumah tangga mencapai tujuh juta orang. Sebagian dari data tersebut hidup di bawah garis kemiskinan.

Kemiskinan ialah suatu kondisi yang tidak dikehendaki semua orang dan dapat dialami oleh siapa saja termasuk kaum perempuan. Demi untuk mempertahankan kelangsungan hidup keluarga terkadang memaksa kaum perempuan untuk ikut serta dalam mencari nafkah. Keadaan yang seharusnya ialah para suami sebagai kepala keluarga yang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga, menjalankan segala peran publik dan yang lainnya. Namun saat ini, menjadi sesuatu yang lumrah bila ada seorang perempuan atau seorang istri ikut bekerja membantu dan berkontribusi dalam menopang perekonomian keluarga. Bahkan tak jarang yang menjadi tulang punggung perekonomian keluarga akibat dari bercerai dengan suami, suami meninggal dunia, atau perempuan single yang memang menjadi tulangpunggung keluarga. Mereka merupakan perempuan kepala keluarga yang bertanggung jawab mengurus segala kebutuhan dan permasalahan dalam keluarga.

(17)

4

Perempuan yang menjadi kepala keluarga sesungguhnya dipaksa oleh kondisi yang dihadapinya. Mereka adalah perempuan yang karena bercerai, suami meninggal, ditinggal suami yang tidak ada kabar, suami migrasi ke negara lain, suami mengalami sakit permanen atau perempuan lajang yang bertanggung jawab terhadap keluarga atau saudara-saudaranya. Kemiskinan yang dialami keluarga yang dikepalai oleh perempuan tersebut berdampak pada buruknya aspek-aspek lain, seperti kesehatan, pendidikan, dan lain-lain. Perempuan kepala keluarga dan anggota keluarga lain pasti memiliki siasat, cara atau strategi untuk menghadapi dan menanggapi segala kesulitan yang mendera keluarga. Contohnya dengan menambah jam kerja atau memaksimalkan daya dan upayanya di sektor informal.

(18)

Sulitnya mencari pekerjaan lain dan keterampilan yang rendah membuat banyak orang yang berada di sekitar TPA Bakung menjadi pemulung, bahkan terdapat banyak pemulung perempuan. Hal ini dikarenakan banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi oleh keluarga, membuat para perempuan menjadi pemulung. Sementara itu di dalam masyarakat perempuan dan laki-laki menduduki dan menjalankan suatu peranan. Peran seseorang dalam masyarakat bermacam-macam sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat. Peran dalam masyarakat tersebut bersifat dinamis dan dapat berubah karena dalam diri individu atau masyarakatnya mengalami perubahan. Individu yang memiliki peran yang luas dan beraneka ragam dalam masyarakat adalah perempuan. Seorang perempuan bisa menjadi istri, ibu dan menjadi individu dalam lingkungannya. Selain itu pula istri dapat pula mencari pendapatan tambahan untuk mendukung perekonomian keluarga. Rendahnya pendapatan suatu keluarga mendorong kaum perempuan utamanya ibu rumah tangga untuk turut serta melibatkan diri dalam usaha menambah pendapatan keluarga. Hal ini dilakukan dengan berbagai cara termasuk dengan menjadi pemulung.

(19)

6

Menurut Birkbeck (dalam Twikromo: 1999), mengenai para pemulung di Cali, Columbia bahwa proporsi barang pulungan yang potensial untuk dijual, dikumpulkan oleh para pemulung dengan cara-cara mereka sendiri dan sebagian besar hasilnya untuk pabrik-pabrik besar. Pendapatan mayoritas pemulung tidak terlalu besar dan mereka tidak menikmati keuntungan yang banyak dari barang bekas yang dijualnya. Hal ini karena harga jual barang bekas per satu kilogramnya begitu murah dan mereka membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk mengumpulkan berbagai barang bekas untuk dijual. Contohnya seperti botol plastik bekas kemasan yang satu kilogramnya dihargai ± Rp 800,-/kg. Penghasilan yang begitu minim membuat perempuan pemulung harus bekerja lebih keras lagi demi terpenuhinya kebutuhan pokok keluarga di tengah naiknya harga bahan pokok seperti sekarang ini.

Kenyataan yang terjadi di masyarakat, keberadaan pemulung dapat dinilai dari dua sisi. Pertama, pekerjaan sebagai pemulung mampu menjadi peluang kerja bagi pengangguran dan dipandang lebih baik memulung barang bekas dibandingkan bekerja sebagai pengemis. Kedua, keberadaan pemulung dianggap menggangu ketertiban kota dan meresahkan masyarakat karena ulah beberapa oknum pemulung yang berbuat nakal dengan memungut barang yang masih menjadi milik warga di sekitar tempat mereka melakukan kegiatan pemulungan.

(20)

Pekerjaan sebagai pemulung memang bukan pekerjaan yang mereka idamkan, bergelut dengan sampah limbah dari hasil kehidupan masyarakat di sekitarnya, menjadi pilihan satu-satunya karena mereka tak mempunyai pilihan pekerjaan lain yang mampu mereka kerjakan. Keterbatasan pendidikan dan keterampilan (skill) membuat mereka melakoni pekerjaan memulung sampah atau barang bekas tersebut. Menurut Twikromo (1999) pemulung tidaklah sama dengan gelandangan atau pengngangguran karena pemulung menghabiskan waktunya untuk mengumpulkan barang bekas dan ditukarkan dengan sejumlah uang yang menjadi haknya.

Ada dua jenis pemulung berdasarkan tempatnya memulung, yaitu pemulung jalanan dan pemulung tetap. Pemulung jalanan ialah pemulung yang hidup bebas di jalanan atau di sekitar rumah penduduk. Sedangkan pemulung tetap ialah pemulung yang memiliki tempat tinggal berupa lapak sederhana yang berada di TPS (Tempat Pembuangan Sampah) / TPA (Tempat Pembuangan Akhir) atau (Tempat Pemprosesan Akhir). Kota Bandar Lampung memiliki TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang terletak di wilayah Telukbetung Barat Bandar Lampung. Tempat pembuangan akhir sampah adalah tempat dimana sampah dikelola untuk dimusnahkan baik dengan cara penimbunan dengan tanah secara berkala (sanitary landfill), pembakaran tertutup (insenerasi), pemadatan dan lain

(21)

8

Pemulung pada kenyataannya dinilai sebagai aktivitas yang lebih positif di bandingkan dengan profesi jalanan lainnya dalam perspektif pemerintah maupun masyarakat kota (Twikromo:1999). Kebanyakan pemulung ialah masyarakat migran yang berusaha mempertahankan hidupnya dengan tenaga mereka menghadapi segala kesulitan yang menimpa mereka.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji tentang strategi dan peran perempuan pemulung sebagai kepala keluarga yang tinggal di sekitar TPA Bakung baik sebagai pencari nafkah maupun sebagai ibu yang merawat keluarganya. Dalam mempertahankan kelangsungan hidup keluarga, perempuan pemulung sebagai kepala keluarga berupaya bekerja dengan mengumpulkan sampah dan barang bekas untuk dijual demi mendapatkan uang. Perempuan pemulung sebagai kepala keluarga memiliki beban yang berat karena mereka harus bekerja dan mencari nafkah dan serta mengurus segala kebutuhan rumah dan keluarganya.

(22)

menghadapi berbagai persoalan, tetapi juga berbagai strategi yang bisa diterapkan dalam upaya meningkatkat kesejahteraan hidup keluarga.

Peneliti mencoba mewawancarai salah satu pemulung perempuan yang tidak sengaja ditemui di TPA Bakung, saat peneliti melakukan prariset. Pemulung perempuan ini berinisial SY. Berusia sekitar 40 tahun. Informan SY tinggal tidak begitu jauh dari TPA Bakung, untuk menuju tempatnya memulung, ia hanya perlu berjalan kaki menuju TPA Bakung. Informan SY memiliki empat orang anak, salah satunya masih bersekolah di bangku sekolah dasar. Demi menghidupi keluarganya ia membantu suaminya bekerja sebagai pemulung sejak tahun 2001. Pekerjaan pemulung dipilihnya, karena ia tidak tau bagaimana cara memulai pekerjaan yang lain dan ia merasa tidak memiliki keterampilan atau keahlian yang tinggi untuk melamar pekerjaan di sektor formal. Setiap hari ia memulung di TPA Bakung, berangkat pukul 09.00 WIB hingga petang pukul 17.00 WIB. Namun sejak suaminya merantau dua tahun yang lalu tanpa ada kabar dan kiriman uang hasil suaminya bekerja di perantauan, informan SY menjadi kepala keluarga yang mencari nafkah untuk anak-anaknya dan mengatur sediri segala urusan rumahtangganya. Hal ini semakin menambah beban dan tanggungjawabnya.

Ketika ditanya soal penghasilannya sebagai pemulung apakah mampu mencukupi kebutuhan keluarganya, informan SY menjawab :

(23)

10

Bentuk hubungan sosial yang terjadi di antara perempuan pemulung dan masyarakat di sekitarnya merupakan salah satu contoh jaringan sosial yang dimiliki perempuan pemulung sebagai kepala keluarga yang dapat membantu mereka untuk tetap bertahan (survive).Jaringan sosial memungkinkan perempuan pemulung mendapatkan bantuan dalam bentuk apapun saat mereka membutuhkan. Contohnya seperti berhutang bahan makanan di warung lalu saat mereka telah memiliki uang mereka akan membayarnya.

Peneliti tertarik membahas mengenai perempuan pemulung sebagai kepala keluarga dalam menjalani peran sebagai kepala keluarga yang bertugas mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan keluarga, juga sebagai wakil keluarga bila berhubungan dengan masyarakat, melindungi keluarga, bertanggung jawab terhadap kehidupan keluarga serta bagaimana strategi untuk tetap bertahan (survive) dalam menghadapi berbagai kesulitan. Hal ini yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai strategi bertahan hidup perempuan pemulung yang berperan sebagai kepala keluarga.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah yang dapat dirumuskan ialah bagaimana strategi bertahan hidup yang dilakukan empat perempuan pemulung yang ada di sekitar TPA Bakung, Kelurahan Bakung?

C. Tujuan Penelitian

(24)

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang kehidupan masyarakat miskin khususnya pemulung saat ini dengan segala permasalahannya sehingga dapat menambah wawasan di bidang ilmu sosial terutama Sosiologi.

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Peran Perempuan

Adapun pengertian peran yang dikemukakan oleh Suratmanadalah fungsi atau tingkah laku yang diharapkan ada pada individu seksual sebagai status aktifitas yang mencakup peran domestik maupun peran publik (dalam Wulansari:2011). Menurut Hubies (dalam Alghaasyiyah:2014) bahwa analisis alternatif pemecahan atau pembagian peran wanita dapat dilihat dari perspektif dalam kaitannya dengan posisinya sebagai manager rumah tangga, partisipan pembangunan dan pekerja pencari nafkah. Jika dilihat dari peran wanita dalam rumah tangga, maka dapat digolongkan, antara lain :

1. Peran Tradisional

(26)

2. Peran Transisi

Adalah peran wanita yang juga berperan atau terbiasa bekerja untuk mencari nafkah. Partisipasi tenaga kerja wanita atau ibu disebabkan karena beberapa faktor, misalnya bidang pertanian, wanita dibutuhkan hanya untuk menambah tenaga yang ada, sedangkan di bidang industri peluang bagi wanita untuk bekerja sebagai buruh industri, khususnya industri kecil yang cocok bagi wanita yang berpendidikan rendah. Faktor lain adalah masalah ekonomi yang mendorong lebih banyak wanita untuk mencari nafkah.

3. Peran kontemporer

Adalah peran dimana seorang wanita hanya memiliki peran di luar rumah tangga atau sebagai wanita karier.

Sedangkan menurut Astuti (dalam Alghaasyiyah:2014) mengenai peran gender wanita terdiri atas:

1. Peran produktif

(27)

14

2. Peran domestik

Pada dasarnya hampir sama dengan peran tradisional, hanya saja peran ini lebih menitikberatkan pada kodrat wanita secara biologis tidak dapat dihargai dengan nilai uang/barang. Peran ini terkait dengan kelangsungan hidup manusia, contoh peran ibu pada saat mengandung, melahirkan dan menyusui anak adalah kodrat dari seorang ibu. Peran ini pada akhiranya diikuti dengan mengerjakan kewajiban mengerjakan pekerjaan rumah.

3. Peran sosial

Peran sosial pada dasarnya merupakan suatu kebutuhan dari para ibu rumahtangga untuk mengaktualisasikan dirinya dalam masyarakat.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa peran wanita merupakan tata laku atau fungsi seorang wanita yang dijalankan sesuai kewajibannya sebagai seorang perempuan secara kodrati maupun secara kontruksi sosial.

B. Perempuan dan Pekerjaan

(28)

ekonomi (bagi ibu yang berpendidikan SD ke bawah) tempaknya lebih merupakan faktor yang mempengaruhi keputusan ibu untuk masuk ke pasar kerja(dikutip dalam Hidayat, 2006)

Ada beberapa motif perempuan bekerja yaitu antara lain karena kebutuhan finansial, kebutuhan sosial-relasional dan kebutuhan aktualisasi diri.Perempuan miskin di desa maupun di kota merupakan kelompok terbesar yang terus-menerus mencari peluang kerja demi memenuhi kebutuhan dasar. Mereka bekerja sebagai buruh tani, pembantu rumah tangga, pemulung atau buruh pabrik (Wulansari,2011).

Untuk membantu ekonomi keluarga peran perempuan yang bekerja sangat dibutuhkan terutama dalam hal membantu menambah penghasilan keluarga. Mereka bersedia menyumbangkan tenaganya unuk menghasilkan Gaji/Upah (Hidayat,2006). Fergus mengemukakan bahwa desakan ekonomi (bagi ibu yang berpendidikan SD ke bawah) tempaknya lebih merupakan faktor yang mempengaruhi keputusan ibu untuk masuk ke pasar kerja(dikutip dalam Hidayat, 2006). Bagi perempuan kepala keluarga, bekerja merupakan kewajibannya, demi memperoleh penghasilan untuk mencukupi segala kebutuhan keluarga.

Keterlibatan wanita dalam pasar tenaga kerja merupakan pengaruh dari:

1. Faktor ekstern yang merupakan faktor penarik untuk bekerja yakni adanya kesempatan kerja yang ditawarkan oleh kapitalis.

(29)

16

Faktor kesempatan kerja dan faktor untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi inilah yang pada hakekatnya menghantarkan kaum wanita untuk bekerja di sektor publik.

C. Sektor Informal

Istilah sektor informal biasanya digunakan untuk menunjukan sejumlah kegiatan ekonomi yang berskala kecil. Karena pada umumnya, mereka yang terlibat dalam sektor ini merupakan masyarakat yang miskin yang berpendidikan rendah dan menggunakan modal atau investasi yang kecil (Aksyar,2011).

Dalam laporan ILO tersebut dan dari berbagai penelitian tentang sektor informal di Indonesia, telah menghasilkan 10 ciri pokok sektor informal sebagai berikut:

1. Kegiatan usaha tidak terorganisasikan secara baik, karena timbulnya unit usaha tidak mempergunakan fasilitas/kelembagaan yang tersedia di sektor formal

2. Pada umumnya unit usaha tidak mempunyai izin usaha.

3. Pola kegiatan usaha tidak teratur baik dalam arti lokasi maupun jam kerja. 4. Pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membantu golongan

ekonomi lemah tidak sampai ke sektor ini.

5. Unit usaha mudah keluar masuk dari satu subsektor ke lain subsektor. 6. Teknologi yang dipergunakan bersifat primitif.

7. Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasi juga relatif kecil.

(30)

9. Hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsikan oleh masyarakat desa/kota yang berpenghasilan rendah

Disamping itu ILO menemukan adanya kegiatan-kegiatan ekonomi yang selalu lolos dari pencacahan, pengaturan dan perlindungan oleh pemerintahan tetapi mempunyai makna ekonomi karena bersifat kompetitif dan padat karya, memakai input dan teknologi lokal serta beroperasi atas dasar kepemilikan sendiri oleh masyarakat lokal. Kegiatan-kegiatan inilah yang kemudian dinobatkan sebagai sektor informal.

Sektor informal pada umumnya ditandai oleh beberapa karakteristik khas seperti sangat bervariasinya bidang kegiatan produksi barang dan jasa, berskala kecil, unit-unit produksinya dimiliki secara perorangan atau keluarga, banyak menggunakan tenaga kerja dan teknologi yang dipakai relatif sederhana. Para pekerja yang menciptakan sendiri lapangan kerjanya.

Gilbert dan Gugler (1996) menjelaskan bahwa aktivitas-aktivitas sektor informal adalah sesuatu yang ditandai dengan :

a. Mudah untuk dimasuki; b. Bersandar pada budaya lokal; c. Usaha milik sendiri;

d. Operasinya dalam skala kecil;

e. Padat karya dan teknologinya bersifat adaptif;

(31)

18

Adapula ciri-ciri baku lain dari sektor informal yang diungkap, yaitu: (1) Seluruh aktivitasnya bersandar pada sumber daya sekitarnya,

(2) Ukuran usahanya umumnya kecil dan aktivitasnya merupakan usaha keluarga. (3) Untuk menopang aktivitasnya digunakan teknologi yang tepat guna dan

memiliki sifat yang padat karya.

(4) Tenaga kerja yang bekerja dalam aktivitas sektor ini telah terdidik dan terlatih dalam pola-pola tidak resmi.

(5) Seluruh aktivitas mereka dalam sektor ini berada di luar jalur yang diatur pemerintah, dan

(6) Aktivitas mereka bergerak dalam pasar sangat bersaing (dalam Subangun:1994).

Pada umumnya mereka tidak mempunyai ketrampilan khusus dan kekurangan modal. Oleh sebab itu produktivitas dan pendapatan mereka cenderung lebih rendah daripada kegiatan-kegiatan bisnis yang ada di sektor formal. Selain itu mereka yang berada di sektor informal tersebut juga tidak memiliki jaminan keselamatan kerja dan fasilitas kesejahteraan.

(32)

Jadi berdasarkan definisi menurut para ahli tersebut, sektor informal merupakan kegiatan yang dilakukan sekelompok orang yang tidak berkesempatan bekerja di sektor formal. Kegiatan ini cenderung berskala kecil dengan investasi yang tidak besar dan belum berbadan hukum izin usaha.

D. Tinjauan tentang Pemulung

Memulung artinya mengumpulkan barang-barang bekas (limbah yang terbuang sebagai sampah) untuk dimanfaatkan kembali. Sedangkan pemulung adalah orang yang pekerjaannya memulung, yaitu orang yang mencari nafkah dengan jalan mencari dan memungut serta memanfaatkan barang-barang bekas untuk kemudian menjualnya kepada pengusaha yang akan mengelolahnya kembali menjadi barang komoditi baru atau lain (dalam Sudiro, 2012).

Menurut Twikromo (1999) pemulung adalah seseorang yang mendapatkan penghasilan dari mengumpulkan barang bekas. Pekerjaan sebagai pemulung ini dapat dikatakan merupakan salah satu bentuk konkrit dari lapangan kerja di sektor informal yang dilakukan dalam perjuangan hidup di tengah-tengah banyaknya pengangguran dan kurangnya ketrampilan yang semakin nyata dirasakan, baik di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan.

(33)

20

Kehidupan pemulung memperlihatkan adanya semangat dan kreatifitas kerja manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari dan mengurangi kemiskinan. Sumardjoko (dikutip dalam Mustikawati:2013) menjelaskan bahwa pemulung adalah orang-orang yang pekerjaannya memilih, memungut, dan mengumpulkan sampah atau barang bekas yang masih dapat dimanfaatkan atau barang yang dapat diolah kembali untuk dijual.

Pemulung memiliki jasa yang tidak dapat dianggap remeh dalam penyelamatan lingkungan hidup. Mereka dapat dikatakan sebagai pengurai sampah (Swasti dalam Alghasyiyah:2014). Mereka rela diberi persepsi negatif sebagai maling tanpa punya pamrih untuk melakukan pemberontakan. Mereka juga merelakan dirinya dipanggang terik matahari demi memenuhi tuntutan perut sanak keluarganya (Oliver dan Candra dalam Syamsudi:2012). Ratna (dalam Najachah:2013) menerangkan bahwa pemulung merupakan orang yang bekerja mencari sampah, pekerjaan ini dilakukan setiap hari lalu sampah-sampah yang telah terkumpul disortir kemudian dijual kepada pengepul sehingga mereka mendapatkan uang.

Pemulung juga dijuluki sebagai “laskar mandiri” karena dapat menciptakan

(34)

Pemulung merupakan sebuah pekerjaan meskipun keberadaannya kurang disenangi oleh sebagian besar masyarakat. bekerja sebagai pemulung memiliki resiko bahaya yang cukup besar karena tempat kerja yang sangat berbahaya dan tidak adanya perlindungan kerja yang maksimal diberikan oleh pemerintah. Paling tidak mereka melindungi diri mereka secara sederhana, peralatan yang digunakan juga jauh dari kata aman. Usaha keselamatan kerja itu standar, antara lain :

a. Topi, untuk melindungi kepala dari cuaca panas, hujan, kotoran, dan benda keras.

b. Kacamata, gelap, untuk melindungi mata dari cahaya matahari.

c. Masker, berupa penutup hidung dan mulut yang berguna untuk melindungi saluran pernafasan dari debu, bahan kimia, dan kumanpenyakit.

d. Jaket atau baju lengan panjang, untuk melindungi kulit dari sengatan matahari dan untuk menjaga kebersihan badan dari sampah yang membawa kuman penyakit.

e. Sarung tangan, untuk perlindungan diri terhadap kontak langsung dengan sampah dan barang tajam.

f. Sepatu boats, untuk melindungi kaki dari dari bahan-bahan tajam dandaricacing atau parasit tanah (Martiana:1992).

(35)

22

yang berlokasi di tempat pembuangan akhir atau penduduk yang memang mempunyai mata pencaharian sebagai pemulung (Twikromo:1999).

Dalam penelitan Karjadi Mintaroem, faktor penyebab atau alasan pemulung memilih profesi tersebut ialah:

a. Tidak memiliki keterampilan lain yang memungkinkan untuk mendapatkan pekerjaan lain.

b. Tidak memiliki riwayat pendidikan formal yang memungkinkan untuk mendapatkan pekerjaaan di sektor formal.

c. Pemulung dianggap lebih terhormat dibandingkan dengan pengemis (Mintaroem:1989)

Para pemulung umumnya memiliki pergaulan yang terbatas dan relasi yang sempit. Jaringan sosial pemulung secara horizontal (hubungan dengan sesama pemulung) terlihat cukup baik. Mereka saling tolong menolong antar sesamanya. Jika ada diantara mereka yang terkena musibah, mereka meminta pertolongan pada kawan seprofesi.

(36)

Jadi pemulung merupakan orang yang bekerja mengais sampah yang masih layak jual (rongsok) seperti sampah plastik, kertas, kardus, kaleng dan sebagainya. Memulung merupakan salah satu contoh kegiatan sektor informal yang tidak membutuhkan modal besar dan pelakunya tidak perlu berpendidikan tinggi.

E. Konsep Perempuan Kepala Keluarga

Menurut Fitzpatrick(2004) keluarga adalah rumahtangga yang memiliki hubungan darah atau perkawinan atau menyediakan terselenggaranya fungsi-fungsi instrumental mendasar dan fungsi-fungsi ekspresif keluarga bagi para anggotanya yang berada dalam suatu jaringan (dalam Vinta, 2016).

Terdapat beberapa definisi keluarga dari beberapa sumber, yaitu:

• Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan

adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga

• Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumahtangga

karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

• Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

(37)

24

Menurut Undang Undang Perkawinan No 1 Tahun 1974 Pasal 31 ayat (3), ”suami

adalah kepala keluarga dan isteri ibu rumah tangga”. Lebih lanjut dalam Kamus

Lengkap Bahasa Indonesia, ”Kepala Keluarga adalah orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga”. Pengertiantersebut sesuai dengan pengertian kepala

keluarga itu sendiri, yaitu orang yang mempunyai tanggungjawabbaik secara ekonomi maupun sosial terhadap keluarganya. Perubahan keadaan membuat orang tua yang dulunya lengkap dapat menjadi tidak lengkap yang disebabkan karena adanya perpisahan, yakni kematian, perceraian, atau ayah yang merantau, sehingga ibu harus menjalankan peran sebagai orangtua tunggal dan tanggung jawabnya baik sebagai ibu maupun sebagai ayah.

Dalam fenomena perempuan pemulung sebagai kepala keluarga, perempuan pemulung diharapkan mampu menjalankan dua peran sekaligus, sebagai ibu yang merawat dan mengurus segala urusan rumah tangga dan sebagai ayah yang mencari nafkah. Istilah yang dipakai oleh Julia Cleves terhadap perempuan kepala keluarga adalah women headed (yang dikepalai oleh perempuan) atau women maintained (yang dijaga oleh perempuan), yaitu perempuanyang memikul tanggungjawab tunggal menghidupi keluarganya (dikutip dalam Ernawati:2013).

F. Konsep Kemiskinan

(38)

kegiatan ekonomi sehingga semakin tertinggal jauh dari masyarakat lainnya yang mempunyai potensi lebih tinggi.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata miskin diartikan sebagai tidak berharta benda, serta kekurangan (berpenghasilan rendah).Sunyoto Usman (2003) menyatakan bahwa paling tidak ada 2 perspektif yanglazim dipergunakan untuk mendekati masalah kemiskinan; yaitu: 1) perspektif kulturaldan 2) perspektif struktural.

Secara ekonomi kemiskinan dapat diartikan sebagai kekurangan sumber daya yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jika diartikan dengan pendapatan dan kebutuhan dasar maka kemiskinan dapat diukur secara langsung, yaitu ketika pendapatan masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum maka orang ini dapat dikatakan miskin. Dalam hal ini kemiskinan ditentukan oleh keadaan tidak tercapainya kebutuhan dasar sesuai dengan kebutuhan saat ini.

(39)

26

Kemiskinan adalah kekurangan barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan seseorang untuk mencapai suatu standar hidup yang layak dalam masyarakat, kemiskinan adalah ketidaksanggupan seseorang mendapatkan barang dan pelayanan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial yang terbatas juga mengungkapkan bahwa kemiskinan biasanya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok.

Kemiskinan adalah fenomena yang tidak akan pernah habis untuk diperbincangkan. Berbagai strategi dalam pengentasan kemiskinan telah banyak dilakukan untuk mengatasi persoalan tersebut, tetapi masih saja formulasi pengentasan kemiskinan tersebut belum mampu sepenuhnya menyelesaikan persoalan kemiskinan itu sendiri.

Mubyarto (1987) memandang kemiskinan sebagai suatu kehidupan dimana orang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, khususnya pangan. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia akan tercapai apabila seseorang memiliki penghasilan yang tetap. Dari pengertian-pengertian kemiskinan yang telah dipaparkan, yang dimaksud dengan kemiskinan adalah suatu keadaan dimana orang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar, seperti kebutuhan pangan, sosial, dan pendidikan disebabkan karena kurangnya ketertersedian sumber ekonomi dalam bentuk materi maupun non materi yang diperlukan untuk menunjang kehidupan masyarakat.

(40)

merupakan pembatas antara keadaan miskin dan tidak miskin. Konsep kemiskinan seperti ini dikenal sebagai konsep kemiskinan absolut. Pada kondisi lain bila tingkat pendapatan sudah mencapai tingkat pemenuhan kebutuhan dasar minimum, tetapi masih lebih rendah bila dibandingkan dengan pendapatan masyarakat di sekitarnya, konsep kemiskinan seperti ini dikenal sebagai kemiskinan relatif (Esmara, 1986).

Sekurang-kurangnya ada dua pendekatan yang digunakan untuk pemahaman tentang kemiskinan, yaitu pendekatan absolut dan pendekatan relatif. Pendekatan pertama adalah perspektif yang melihat kemiskinan secara absolut, yaitu berdasarkan garis absolut yang biasanya disebut dengan garis kemiskinan Syahrir (dalam Arya Budi, 2013). Pendekatan yang kedua adalah pendekatan relatif, yaitu melihat kemiskinan itu berdasarkan lingkungan dan kondisi sosial masyarakat.

Pendekatan yang sering digunakan oleh para ahli ekonomi adalah pendekatan dari segi garis kemiskinan (poverty line). Garis kemiskinan diartikan sebagai batas kebutuhan minimum yang diperlukan seseorang atau rumahtangga untuk dapat hidup dengan layak. Akan tetapi, diantara para ekonom terdapat perbedaan dalam menetapkan tolak ukur yang digunakan untuk menetapkan garis kemiskinan tersebut.

Suparlan (dalam Halide,2013).mendefenisikan penduduk miskin antara lain : 1. Konsep kemiskinan terkait dengan kemampuan seseorang/ rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan dasar baik untuk makanan maupun non makanan.

(41)

28

3. Batas kebutuhan dasar minimal dinyatakan melalui ukuran garis kemiskinan yang disertakan dengan jumlah rupiah yang dibutuhkan.

Menurut Suparlan bahwa kemiskinan adalah suatu standar hidup yang rendah yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang yang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat bersangkutan. Standar hidup yang rendah ini secara langsung nampak mempengaruhi terhadap tingkat kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong miskin(dalam Halide,2013).

Selain itu oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) digunakan indikator untuk keluarga sejahtera yaitu:

1. Pada umumnya anggota keluarga makan 2 kali sehari.

2. Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda yakni untuk di rumah, tempat pekerjaan, tempat belajar (sekolah), dan bepergian.

3. Rumah yang ditempati mempunyai atap, lantai dan dinding yang baik. 4. Bila ada keluarga yang sakit di bawa ke sarana kesehatan.

5. Bila pasangan usia subur ingin berkeluarga berencana (KB) pergi ke sarana pelayanan kontrasepsi.

(42)

Sejalan dengan Emil salim (Sumrah, 2008) bahwa orang miskin memiliki 5 ciri-ciri yakni meliputi antara lain :

1. Mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah yang tidak cukup, modal ataupun keterampilan, faktor produksi yang dimiliki umumnya sedikit sehingga kemampuan untuk memperoleh pendapatan menjadi sangat terbatas.

2. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri, pendapatan yang diperolehnya tidak cukup untuk memperoleh tanah garapan ataupun modal usaha.

3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah. Tidak sampai tamat sekolah dasar waktu mereka umumnya habis tersisa untuk mencari nafkah sehingga tidak ada lagi waktu untuk belajar, demikian pun para anak-anak mereka tidak dapat menyelesaikan sekolahnya oleh karena mereka harus membantu orang tuanya mencari tambahan penghasilan.

4. Banyak diantara mereka tidak mempunyai tanah. Kalaupun ada hanya relatif kecil, pada umumnya mereka menjadi buruh tani atau pekerja kasar di luar pertanian, karena pertanian bekerja atas dasar musiman, maka kesinambungan kerja menjadi kurang terjamin.

(43)

30

Menurut Suparlan (1985), kemiskinan yang terjadi di Indonesia secara sosiologis memiliki beberapa pola, yaitu:

1. Kemiskinan Individu

Kemiskinan individu terjadi karena adanya kekurangan-kekurangan yang dipandang oleh seseorang mengenai syarat-syarat yang diperlukan untuk mengatasi dirinya dari lembah kemiskinan.

2. Kemiskinan Relatif

Kemiskinan relatif merupakan pengertian yang disebut dengan social economics status atau disingkat dengan SES (biasanya untuk keluarga atau rumahtangga). Dalam hal ini diadakan perbandingan antara kekayaan materil dari keluarga atau rukun tetangga di dalam suatu komunitas teritorial.

3. Kemiskinan Struktural

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh struktur sosial ekonomi yang sedemikian rupa sehingga masyarakat menjadi bagiannya. Kemiskinan struktural dipahami sebagai kemiskinan yang terjadi disebabkan oleh ketidakmerataan sumberdaya karena struktur dan peran seseorang dalam masyarakat.

4.Kemiskinan Budaya

(44)

G. Definisi Strategi

Manusia pada dasarnya memiliki sifat yang sama dengan makhluk ciptaan tuhan lainnya, memiliki insting untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan tetap mempertahankan hidupnya dalam berbagai kondisi. Hal ini merupakan konsep awal dari strategi, dimana setiap orang selalu menggunakan berbagai taktik untuk bertahan hidup. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), pengertian strategi adalah rencana untuk melakukan tindakan.

Menurut Crow (dalam Dharmawan, 2007) strategi adalah pilihan yang diambil dari banyak alternatif yang ada dan merupakan bagian dari teori pilihan rasional. Strategi merupakan bagian dari pilihan rasional, artinya setiap pilihan yang dibuat oleh individu, dibuat berdasarkan pertimbangan rasional dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian yang akan diperoleh.

Selanjutnya Crow (dalam Dharmawan, 2007) menyatakan ada beberapa aspek penting dalam strategi, yaitu :

1. Harus ada pilihan yang dapat seseorang pilih sebagai tindakan alternatif. 2. Kemampuan melatih “kekuatan”. Mengikuti suatu pilihan berarti

memberikan perhatian pada pilihan tersebut. Dengan demikian, memberikan perhatian pada suatu pilihan akan mengurangi perhatian pada pilihan yang lain. Dalam konteks komunitas, seseorang yang memiliki lebih banyak kontrol (aset) akan lebih memiliki kekuatan untuk

“memaksa” kehendak. Oleh karena itu, strategi nafkah dapat dipandang

(45)

32

3. Dengan merencanakan strategi yang mantap, ketidakpastian (posisi) yang dihadapi seseorang dapat dieliminir.

4. Strategi dibangun sebagai respon terhadap tekanan yang hebat yang menerpa seseorang.

5. Harus ada sumber daya dan pengetahuan sehingga seseorang bisa membentuk dan mengikuti berbagai strategi yang berbeda.

6. Strategi biasanya merupakan keluaran dari konflik dan proses yang terjadi dalan rumah tangga.

Strategi yang dikembangkan saat rumahtangga mengalami kondisi krisis, diperjelas kembali oleh Herbon (dalam Dharmawan, 2007) dengan membagi tahapan krisis menjadi tiga tahapan, yaitu:

1. Tahapan antisipasi krisis, strategi yang dilakukan adalah meliputi kegiatan untuk membangun jaringan sosial yang memberikan jaminan keamanan materil dan immateril, strategi produksi, dan strategi akumulasi surplus. Tahapan terjadinya krisis, dihadapi dengan strategi eksploitasi sumberdaya seoptimal mungkin, mengurangi konsumsi, dan melakukan strategi perlawanan (pemberontakan).

2. Tahapan pemulihan krisis, diisi dengan aktivitas memperbaiki kerusakan dan mengusahakan kembali akses terhadap sumberdaya.

(46)

Segala upaya dengan menggunakan cara, metode, dan pengalaman manusia merupakan salah satu usaha demi kelangsungan hidup.

Menurut Partini dkk (1988) strategi sering dilakukan untuk menyisati kekurangan dalam memenuhi kebutuhan hidup, terutama dalam keadaan mendesak atau mendadak. Strategi dengan melakukan pinjaman, menjual barang-barang simpanan seperti perhiasan, menggadaikan barang, dengan usaha lembur. Starategi ini sering dilakukan untuk kebutuhan mendadak seperti dalam keadaan sakit, membayar sewa rumah, kekurangan dalam kebutuhan hidup sehari-hari dan lain-lain(dalam Halide,2013).

Pemenuhan kebutuhan hidup tidak akan lepas bagaimana stategi yang diterapakan dalam memenuhi kebutuhan hidup. George Corner mengemukakan bahwa trategi-strategi kelangsungan hidup berputar sekitar akses sumber daya dan pekerjaan. Dalam perebutan ini kelompok-kelompok miskin bersaing; bukan hanya dengan yang kaya, akan tetapi diantara mereka sendiri (Coner dalam Contes dan Sharir, 1980: 87)

Berdasarkan berbagai teori tersebut, strategi merupakan usaha untuk mempertahankan hidup dalam kondisi krisis dengan cara merencanakan tindakan dan memilih pilihan dari berbagai alternatif yang sudah ada.

H. Strategi Bertahan Hidup

(47)

34

efektif terhadap lingkungan mereka. Sedangkan Mosser (yang dikutip dalam

Siregar:2009) membuat kerangka analisis yang disebut “The Aset Vulnerability

Framework”. Kerangka ini meliputi berbagai pengelolaan aset yang dapat

digunakan untuk melakukan penyesuaian atau pengembangan strategi dalam mempertahankan kelangsungan hidup:

1. Aset tenaga kerja (labour assets)

misalnya meningkatkan keterlibatan wanita dan anak-anak dalam keluarga untuk bekerja membantu ekonomi dalam rumah tangga.

2. Aset modal manusia (human capital assets)

misalnya memanfaatkan status kesehatan yang dapat menentukan kapasitas orang untuk bekerja atau ketrampilan, dan pendidikan yang menentukan kembalian atau hasil kerja (return) terhadap tenaga yang dikeluarkannya.

3. Aset produktif (productive assets)

misalnya menggunakan rumah, sawah, ternak, tanaman untuk keperluan hidupnya.

4. Aset relasi rumahtangga atau keluarga besar

kelompok etnis, migrasi tenaga kerja dan mekanisme “uang kiriman”

(remittances).

5. Aset modal sosial (social capital assets)

(48)

Rochana (2011) dalam penelitiannya mengenai Strategi Bertahan Hidup Perempuan dalam Menghadapi Gelombang Pasang mengemukakan bahwa secara sosiologis, survival strategy dikembangkan dalam jaringan sosial, baik secara formal maupun informal. Pengembangan jaringan sosial memungkinkan keluarga memperoleh tambahan pendapatan (Income Generating) atau penghematan pengeluaran (Back Cutting). Keduanya merupakan strategi keluarga (Coping Strategy) dengan berbagai bentuk.

Strategi bertahan hidup bagi masyarakat miskin dapat diartikan dalam kemampuan menghadapi permasalahan (gunawan dan Sugianto, 2000). Kemampuan menghadapi permasalahan tersebut dapat dilihat bahwa upaya yang mereka lakukan untuk mempertahankan hidup dari himpitan ekonomi maupun non ekonomi.

Menurut Snel dan Staring (dalam Hidayati,2014) mengemukakan bahwa strategi bertahan hidup adalah rangkaian tindakan yang dipilih secara standar oleh individu dan rumahtangga yang miskin secara sosial ekonomi. Cara-cara individu menyusun strategi dipengaruhi oleh posisi individu atau kelompok dalam struktur masyarakat, sistem kepercayaan, dan jaringan sosial (Hidayati,2014).

Dalam penelitian Putra dkk (2011) Strategi bertahan hidup yang digunakan oleh keluarga petani miskin ialah dengan sebagai berikut :

a. Mencari peluang kerja yang tersedia di sektor informal lainnya, b. Optimalisasi sumber daya keluarga,

(49)

36

e. Penghematan pengeluaran, f. Pengerahan anggota keluarga,

g. Jaringan sosial (kerabat, tetanga, dsb)

Strategi bertahan hidup pemulung adalah dengan adanya suatu kepercayaan, jaringan sosial serta hubungan timbal balik yang diciptakan dalam kelompok mereka (Gunawan, 2012). Pentingnya hubungan sosial diantara sesama manusia merupakan syarat terjadinya kegiatan-kegiatan yang berlangsung di dalam masyarakat. Gillin dan Gillin mengemukakan bahwainteraksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan-hubungan antar kelompok atar orang per orang dengan kelompok (Gilin dan Gilin dalam Andriadi, 2002).

Keterlekatan dalam hubungan sosial merupakan salah satu hal yang tidak bisa terpisahkan. Menurut Granoveter menjelaskan bahwa konsep keterlekatan merupakan tindakan ekonomi yang isituasikan secara sosial dan melekat dalam jaringan sosial personal yag sedang berlangsung diantara para aktorjadi hubungan sosial sebagai suatau rangkaian hubungan yang teratur atau hubungan sosial yang sama diantara invidu-individu atau kelompok-kelompok (Granoveter dalam Damsar, 2002).

Menurut Kusnadi dalam penelitiannya mengenai strategi nelayan dalam menghadapi kemiskinan dapat dilakukan melalui:

(50)

b. Disversifikasi pekerjaan atau bisa disebut dengan kombinasi pekerjaan. c. Jaringan Sosial

d. Migrasi

Hubungan timbal balik yang terjadi melalui jaringan yang diciptakan antara sesama pemulung dan orang lain yang bukan pemulung merupakan salah satu bentuk strategi bertahan hidup. Dari hubungan yang sudah terjalin menghasilkan suatu hubungan timbal balik yang saling menguntungkan satu dengan yang lainnya. Hubungan timbal balik yang sudah mereka ciptakan tidak hanya dalam bentuk ekonomi (saling berhutang) saja akan tetapi dalam bentuk tenaga dengan cara saling menjaga barang rongsokan mereka (Gunawan,2012)

I. Tinjauan Teori

1. Teori Struktural Fungsional

(51)

38

2. Teori Kebudayaan (Nurture Theory)

Teori kebudayaan merupakan teori yang bertolakbelakang dengan teori alamiah (Nature Theory). Teori ini menganggap bahwa pembagian peran antara laki-laki dan perempuan merupakan bentukan dari lingkungan sosial serta akibat dari keadaan yang dialami oleh laki-laki dan perempuan selama hidupnya bukan hanya karena disebabkan oleh faktor biologis belaka. Jadi peran pemulung perempuan sebagai kepala keluarga itu terbentuk akibat dari tuntutan keadaan saat menjadi orang tua tunggal yang harus mencari nafkah dan merawat anak sekaligus.

J. Kerangka Berpikir

(52)
(53)

40

Bagan Kerangka Berpikir

STRATEGI EKONOMI STRATEGI SOSIAL

STRATEGI

BERTAHAN HIDUP

KEMISKINAN

PEMULUNG

(54)

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan mengkaji kasus-kasus tertentu secara mendalam dan menyeluruh. Penelitian ini diharapkan mampu menggambarkan dan menjelaskan secara terperinci mengenai keadaan perempuan pemulung sebagai kepala keluarga dengan segala kesulitan yang di hadapi serta strategi yang digunakan para pemulung perempuan untuk tetap bertahan hidup.

B. Fokus Penelitian

(55)

C. Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dalam sebuah penelitian memerlukan beberapa pertimbangan yang harus dipertimbangkan oleh peneliti agar mempermudah peneliti dalam melakukan penelitiannya. Alasan peneliti memilih penelitian di TPA Bakung, Kelurahan Bakung, Telukbetung Barat, Bandar Lampung ialah sebagai berikut :

a. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bakung adalah TPA satu-satunya yang ada di Kota Bandar Lampung yang di dalamnya terdapat kurang lebih 100 pemulung dan sebagian besar ialah pemulung perempuan.

b. Terdapat beberapa pemukiman pemulung yang tidak begitu jauh dari TPA Bakung, Kelurahan Bakung.

c. Lokasi tersebut juga berada di sekitar tempat tinggal peneliti, sehingga dalam proses penelitian tersebut bisa menghemat waktu, biaya, dan tenaga dalam melakukan penelitian tersebut.

D. Teknik Penentuan Informan

(56)

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan merupakan hasil dari wawancara dan observasi yang langsung dilakukan oleh peneliti. Sehingga data yang didapatkan adalah data primer. Penelitian ini mencari data berupa strategi yang dilakukan pemulung perempuan kepala keluarga untuk tetap bertahan hidup. Contohnya seperti strategi sosial dan strategi ekonomi yang mereka lakukan di tengah keterbatasan dan kesulitan mereka. Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, antara lain :

a. Wawancara mendalam

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam. Wawancara dilakukan secara mendalamdengan menggunakan pedoman wawancara yang ditujukan kepada perempuan pemulung sebagai kepala keluarga untuk mendapatkan keterangan mengenai bagaimana kehidupannya, keadaan ekonominya, dan bagaimana strategi yang digunakan perempuan pemulung sebagai kepala keluarga dalam menghadapi segala permasalahan demi untuk tetap bertahan.

b. Observasi

Teknik observasi yaitu teknik dengan metode pengamatan langsung mengenai perilaku perempuan pemulung sebagai kepala keluaga dan usaha-usaha yang dilakukan sebagai strategi bertahan hidup.

F. Teknik Analisis Data

(57)

☎☎

bertahan hidup perempuan pemulung sebagai kepala keluarga yang ada di TPA Bakung. Analisis data kualitatif akan melalui beberapa proses sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses dimana peneliti melakukan pemilahan dan penyederhanaan data hasil penelitian. Proses ini juga dinamakan proses transformasi data, yaitu perubahan dari data yang bersifat kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan menjadi data yang bersifat halus dan siap pakai setelah dilakukan penyeleksian dengan membuang data yang tidak diperlukan.

b. Penyajian Data(display)

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun sehingga memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dimaksudkan untuk mempermudah penelitian dalam melihat hasil penelitian.

c. Penarikan Kesimpulan(verifikasi)

(58)

A. Gambaran Lokasi Kelurahan Bakung

(59)

46

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Negeri Olok Gading b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Keteguhan

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Perwata/Kuripan d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sukarame II

B. Luas Areal Kelurahan

Dari Tabel 2 diketahui bahwa luas areal tanah di Kelurahan Bakung adalah 118 Ha. Luas tanah yang paling besar adalah tanah perkebunan yaitu 35 Ha, sedangkan luas tanah yang paling kecil adalah tanah prasarana yaitu 1 Ha. Sisanya adalah tanah untuk pemukiman, tanah kosong dan perkantoran.

Tabel 2. Luas Areal Kelurahan Bakung

PERUNTUKAN TANAH LUAS TANAH

Luas Pemukiman 5 Ha

LuasPersawahan 2 Ha

Luas Perkebunan 35 Ha

Tanah Pemakaman 6 Ha

Tanah Perkantoran 5 Ha

Luas Pekarangan 5 Ha

Luas Prasarana 1 Ha

Luas TPA 14 Ha

Jumlah 73 Ha

(60)

C. Potensi Sumber Daya Air

Sumber air minum yang ada di Kelurahan Bakung terdiri dari mata air, sumur gali, sumur pompa, hidran umum, PAM, dan sungai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3. Sumber Air Minum

Sumber Jumlah (Unit) Pengguna

Mata Air -

-Sumur Gali 425 629 KK

Sumur Pompa 12 312 KK

Hidran Umum 9 415 KK

PAM 3 321 321 KK

Pipa -

-Depot Isi Ulang 1 46 KK

(Sumber : Monografi Kelurahan tahun 2012)

Dari tabel 3 diketahui bahwa sumber air minum yang banyak digunakan ole warga Kelurahan Bakung adalah sumur gali yang berjumlah 629 KK. Sedangkan jumlah pengguna sumber air minum yang paling sedikit adalah hidran umum sebanyak 45 KK. Dari tabel diatas diketahui bahwa sumur gali merupakan sumber air minum utama bagi warga Kelurahan Bakung.

D. Potensi Sumber Daya Manusia

1. Umur

(61)

48

Tabel 4. Jumlah Penduduk Usia<1 Tahun sampai >60 Tahun

Umur Jumlah (Orang)

<1 Tahun 157

1-10 tahun 1302

11-20 tahun 1164

21-30 tahun 1022

31-40 tahun 859

41-50 tahun 698

51-58 tahun 546

Lebih dari 59 tahun 742

Total 6490

(Sumber : Monografi Kelurahan tahun 2012)

Dari tabel 4 diatas terlihat bahwa yang paling banyak jumlahnya adalah warga yang berusia antara 1-10 tahun, sedangkan usia yang paling sedikit adalah warga yang berusia kurang dari 1 tahun.

2. Pendidikan

Tingkat pendidikan di Kelurahan Bakung terdiri dari warga yang belum sekolah, taman SD, tamat SLTP, tamat SLTA, sampai tamat di Perguruan Tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5. Tingkat Pendidikan Penduduk

Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang)

Belum Sekolah 718 Orang

(62)

Tamat SD/Sederajat 1589 Orang

Tamat SLTP/Sederajat 1559 Orang

Tamat SLTA/Sederajat 1207 Orang

Tamat DI/DII/DIII 43

Tamat S-1 50 Orang

(Sumber : Monografi Kelurahan tahun 2012)

Dari tabel 5 diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan warga di Kelurahan Bakung sebagian besar hanya tamat tingkat SD/sederajat yaitu sebanyak 1598 orang. Sedangkan tingkat pendidikan yang paling sedikit yaitu tamat D-1 dan D-2 masing – masing sebanyak 15 dan 28 orang. Terlihat bahwa tingkat pendidikan warga di Kelurahan Bakung masih sangat rendah karena masih banyak juga warga yang tidak pernah sekolah sama sekali sebanyak 702 orang.

3. Mata Pencaharian Pokok

Mata pencaharian pokok warga Kelurahan Bakung terdiri dari banya macam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6. Mata Pencaharian Pokok

Mata Pencaharian Jumlah

Tukang Batu 60 Orang

Pemulung 316 Orang

Nelayan 40 Orang

Petani 1887 Orang

Dokter 1 Orang

(63)

50

PNS 170 Orang

TNI/POLRI 25 Orang

Pengusaha 8 Orang

Pengangguran 1840 Orang

Lain-lain 132 Orang

Total 4504 Orang

(Sumber : Monografi Kelurahan tahun 2012)

Dari tabel 6 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar warga bermat pecaharian sebaga petani yaitu 1887 orang, sedangkan mata pencaharian pokok yang paling rendah yaitu dokter dan pengusaha masing-masing 1 orang dan 8 orang.

4. Agama

Agama yang dianut oleh warga di Kelurahan Bakung terdiri dari agama Islam, Kristen, Khatolik, Hindu, dan Budha.

Tabel 7. Jumlah Penduduk menurut Agama

Agama Jumlah

Islam 6.318 orang

Kristen 56 orang

Khatolik 18 orang

Hindu 11 orang

Budha 87 orang

Jumlah 6490 orang

(64)

Dari tabel 7 menunjukkan bahwa mayoritas warga Kelurahan Bakung memeluk agama Islam sebanyak 6.318 orang, sedangkan agama yang paling sedikit dianut adalah Hindu yaitu 11 orang.

5. Etnis

Etnis yang menetap di Kelurahan Bakung ini terdiri dari berbagai macam etnis dan dan WNI dari etnis Cina dan Arab. Untuk lebih jelasnya dapa dilihat pada tabel berikut :

Tabel 8. Jumlah Penduduk menurut Etnis

Etnis Jumlah

Batak 136 orang

Minang 57 orang

Sunda 1405 orang

Jawa 120 orang

Bugis 15 orang

Lampung 1636 orang

Serang Banten 973 orang

WNI Cina 21 orang

WNI Arab 27 orang

(Sumber : Monografi Kelurahan tahun 2012)

(65)

52

tinggal di Kelurahan Bakung ini tidak hanya etnis asli Indonesia tetapi juga etnis pendatang.

E. Potensi Kelembagaan

Lembaga Kemasyarakatan

Lembaga Kemasyarakatan di Kelurahan Bakung terdiri dari PKK, organisas pemuda, karan taruna,mejelis ta’lim, dan LPM. Untuk lebih jelasnya dapa dilihat pada tabe berikut:

Tabel 9. Jumlah Lembaga Kemasyarakatan

Lembaga Kemasyarakatan Jumlah Jumlah Anggota

PKK 1 22

Organisasi Pemuda 1 30

Organisasi Karang Taruna 1 25

Majelis Ta’lim 1 30

LPM atau sebutan lain 1 20

Total 5 127

(Sumber : Monografi Kelurahan tahun 2012)

Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa warga di Kelurahan Bakung lebih banyak mengikut Organisasi Pemuda dan Majelis Ta’lim yaitu sebanyak 30 orang

sedangkan paling sedikit diikiuti adalah PKK sebanyak 22 orang.

F Kelembagaan Ekonomi

(66)

Tabel 10. Jumlah Kelembagaan Ekonomi

Kelembagaan Ekonomi Jumlah Jumlah Tenaga Kerja

Industri Makanan 15 25 orang

Industri meubel 1 3 orang

Usaha perdagangan 23 33 orang

Warung makan 8 20 orang

Kios kelontong 6 18 orang

Bengkel 8 24 orang

Toko swalayan 1 4 orang

Percetakan/sablon 1 3 orang

Tukang kayu 23 23 orang

Tukang gali sumur 6 6 orang

(Sumber : Monografi Kelurahan tahun 2012)

G Sarana dan Prasarana

1. Prasarana Kesehatan

Prasarana kesehatan yang ada di Kelurahan Bakung tediri dari posyandu, toko obat, dan praktek dokter. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 11. Jumlah Sarana Kesehatan

Prasarana Kesehatan Jumlah

Rumah sakit umum --- unit

Puskesmas 1 unit

Puskesmas pembantu --- unit

(67)

54

Apotik --- unit

Posyandu 5 unit

Toko obat 1 unit

Tempat praktek dokter 1 unit Sumber : Monografi Kelurahan, tahun 2012

Dari tabel 11 menunjukkan bahnwa prassarana kesehatan yang paling banyak di Kelurahan Bakung adalah posyandu sebanyak 5 unit,sedangkan yang paling sedikit jumlahnya adalah puskesmas, toko obat dan tempat praktek dokter yaitu serbanyak 1 unit. Terlihat bahwa kesadaran masyarakat tentang kesehatan masih rendah karena minimnya prasarana kesehatan di Kelurahan tersebut.

2. Lembaga Pendidikan

Berikut adalah tabel lembaga pendidikan yang ada di Kelurahan Bakung: Tabel 12. Jumlah Lembaga Pendidikan

Lembaga Pendidikan Lembaga Pendidikan Jumlah

Jumlah TK 3

Jumlah SD/sederajat 3

Jumlah SLTP/sederajat 1

Jumlah murid 2757

Jumlah guru 37

Jumlah SLTA/sederajat

---Jumlah perguruan tinggi

---Jumlah lembaga pendidikan agama

---Jumlah tempat kursus

(68)

Dari tabel 12 tersebut diketahui bahwa lembaga pendidikan yang ada di Kelurahan Bakung adalah TK sebanyak 3 unit, SD/sederajat sebanyak 3 unit, SLTP/sederajat sebanyak 1 unit dengan murid berjumalah 2757 orang dan tenaga pengajar sebanyak 37 orang. Telihat bahwa kesadaran warga terhadap pentingnya pendidikan masih sangat rendah apalagi dengan minimnya jumlah lembaga pendidikan di Kelurahan tersebut.

H.Gambaran Lokasi TPA Bakung

TPA Bakung memiliki lahan seluas ± 14,1 Ha, dan sudah mulai beroperasi sejak tahun 1993. Topografi wilayah TPA Bakung dan sekitarnya termasuk bergelombang sampai berbukit dengan ketinggian berkisar antara 50-100 mdpl. Lokasi TPA kurang lebih 30% datar dan sisanya (70%) berupa lembah yang diapit dua bukit dan miring ke arah selatan (kearahKelurahan Keteguhan). Di bagian Timur tempat penimbunan sampah ini terdapat empat bak yang digunakan sebagai IPAL untuk pengolahan air lindi yang berasal dari timbunan sampah.

(69)

pemulung-56

(70)

Pembahasan pada bab ini didasarkan pada seluruh data yang berhasil dihimpun pada saat penulis melakukan penelitian lapangan di TPA Bakung dengan teknik interview. Data yang dimaksud dalam hal ini ialah data primer yang bersumber dari jawaban para informan dengan menggunakan pedoman wawancara atau wawancara secara langsung sebagai media pengumpulan data yang dipakai untuk keperluan penelitian. Dengan mendeskripsikan mengenai strategi bertahan hidup, diharapkan akan memberikan pemahaman tentang startegi perempuan pemulung yang menjadi kepala keluarga dalam mempertahankan kelangsungan hidup keluarga. Serta dapat menjelaskan tentang cara-cara perempuan pemulung dalam menghadapi segala persoalan kehidupan yang dihadapinya seperti,mengatasi masalah dalam pemenuhan kebutuhan hidup keluarga.

A.Identitas Informan

(71)

58

Dalam kehidupan sehari-hari faktor usia merupakan indikator untuk mengenali kehidupan seseorang baik kondiisi mental, maupun kemampuannya dalam menghadapi kehidupan yang nyata. Dengan informasi usia dapat dibayangkan kehidupan yang nyata dan kemampuan dalam berusaha untuk memenuhi kebutuhan sehingga pemulung perempuan tetap bertahan hidup. Dalam penelitian ini menunjukkan adanya variasi usia informan.

(72)

2.Lama Bekerja

Lama bekerja dapat mengatur kematangan dan kemampuan seseorang dalam pekerjaan yang ditekuni. Semua informan memiliki pengalaman bekerja sebagai pemulung lebih dari 4 tahun, bahkan ada yang mencapai 15 tahun menjadi pemulung.

Pekerjaan merupakan suatu faktor yang sangat menentukan bagi seseorang untuk kelangsungan hidupnya beserta kelangsungan hidup keluarga yang mereka nafkahi. Tentunya setiap orang mendambakan pekerjaan yang baik, dalam artian bahwa pekrjaan tersebut tidak terlalu berat dan mempuunyai penghasilan yang sesuai keinginan. Hal seperti itu dapat dicapai apabila latar belakang individu sesuai dengan kualifikasi pekerjaan yang didambakan tersebut. Jika individu mempunyai pendapatan yang rendah, maka orang tersebut cenderung untuk mencari cara agar kebutuhan dasar pokok tetap dapat terpenuhi demi berlangsungnya hidup keluarga.

3.Pendidikan

(73)

60

B.Profil Informan

Berikut merupakan data hasil wawancara penulis dengan para informan yang telah disusun oleh penulis ialah sebagai berikut :

Informan RS

Informan RS ialah seorang ibu dengan tiga orang anak. RS lahir di Komering, Sumatera Selatan 35 tahun yang lalu. Informan RS merupakan seorang Muslim. Terakhir informan RS menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Informan RS tinggal di Tanjung Jati, Telukbetung Barat bersama ketiga orang anaknya. Informan RS masih memiliki suami, tapi suaminya tidak sedang tinggal bersama ia dan anak-anaknya. Kini suaminya tersebut sedang merantau untuk bekerja di luar kota. Namun, karena uang hasil bekerja di perantauan hanya cukup untuk membiayai kebutuhan suaminya sendiri, jadi suaminya jarang sekali bisa mengirim uang untuknya dan anak-anaknya.

Gambar

Tabel 1:Jumlah Penduduk Miskin pada tahun 2011 s/d 2013 di Kota BandarLampung
Tabel 2. Luas Areal Kelurahan Bakung
Tabel 3. Sumber Air Minum
Tabel 4. Jumlah Penduduk Usia<1 Tahun sampai >60 Tahun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penerbangan Indonesia terus berkembang bukan hanya bidang lalu lintas dan angkutan udara saja namun sudah mulai dengan perkembangan industri pembuatan pesawat terbang

[r]

Tahap pelaksanaan, meliputi: (1) Mengambil sampel penelitian dan menentukan jadwal penelitian disesuaikan dengan jadwal belajar IPS di sekolah tempat penelitian;

[r]

general linier model and geographic information system models, used this study aim at obtaining temporal and spatial pattern of the relationships between environmental variables

[r]

(1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Penghubung Simpul Jaringan dibantu oleh Sekretariat Jaringan IGN yang secara fungsional dilakukan oleh salah satu

[r]