• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PEMBESARAN PROSTAT JINAK DENGAN GAMBARAN ENDAPAN URIN DI KANDUNG KEMIH PADA PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PEMBESARAN PROSTAT JINAK DENGAN GAMBARAN ENDAPAN URIN DI KANDUNG KEMIH PADA PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

HUBUNGAN ANTARA PEMBESARAN PROSTAT JINAK DENGAN

GAMBARAN ENDAPAN URIN DI KANDUNG KEMIH PADA

PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

CHAIRUNNISA PUJI HAPSARI

G0007050

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul: Hubungan antara Pembesaran Prostat Jinak dengan Gambaran Endapan Urin di Kandung Kemih pada Pemeriksaan Ultrasonografi

Chairunnisa Puji Hapsari, NIM: G.0007050, Tahun : 2010

Telah diuji dan sudah disahkan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Pada hari Rabu, tanggal 24 November 2010

Pembimbing Utama

Nama : Prof. Dr. Suyono, dr., Sp. Rad

NIP : 19470611 197610 1 001 (………)

Pembimbing Pendamping

Nama : Dr. Pradipto Subiyantoro, drg., Sp.BM

NIP : 19570629 198403 1 003 (………)

Penguji Utama

Nama : Widiastuti, dr., Sp. Rad

NIP : 19561120 198311 2 001 (………....)

Anggota Penguji

Nama : Yoseph Indrayanto, dr., MS, Sp. And, SH

NIP : 19560815 198403 1 001 (………)

Surakarta,

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. H. A.A. Subijanto, dr., MS.

(3)

commit to user

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskan dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, November 2010

(4)

commit to user

PRAKATA

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala berkah, nikmat, serta hidayah-Nya, sehingga skripsi dengan judul “Hubungan antara Pembesaran Prostat Jinak dengan Gambaran Endapan Urin di Kandung Kemih pada Pemeriksaan Ultrasonografi” dapat diselesaikan.

Penulis menyadari skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Univeritas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. Suyono, dr., Sp. Rad selaku Pembimbing Utama yang telah bersedia membantu dan meluangkan waktunya hingga selesainya skripsi ini.

3. DR. Pradipto Subiyantoro, drg., Sp.BM. selaku Pembimbing Pendamping yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Widiastuti, dr., Sp. Rad selaku Penguji Utama atas masukan, kritik, dan saran yang telah diberikan.

5. Yoseph Indrayanto, dr., MS, Sp. And, SH sebagai Anggota Penguji atas masukan, kritik, dan saran yang telah diberikan.

6. Bimanggono H. M., dr., Sp.U yang juga memberikan tambahan masukan bagi penyusunan skripsi ini.

7. Orangtua, keluarga serta sahabat yang telah banyak memberi dukungan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini .

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan mudah-mudahan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

(5)
(6)

commit to user

ABSTRAK

Chairunnisa Puji Hapsari, G0007050. 2010. Hubungan antara Pembesaran Prostat Jinak dengan Gambaran Endapan Urin di Kandung Kemih pada Pemeriksaan Ultrasonografi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Tujuan: Akhir – akhir ini angka harapan hidup di Indonesia semakin meningkat. Pembesaran prostat dianggap sebagai bagian dari proses pertambahan usia. Oleh karena itulah dengan meningkatnya usia harapan hidup, meningkat pula prevalensi BPH. Pembesaran jaringan prostat yang berlebihan akan menekan uretra yang sewaktu-waktu dapat menutup lumen uretra. Hal ini dapat mengakibatkan retensi urin. Urin yang tertahan akan dapat menyebabkan endapan urin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Pembesaran Prostat Jinak dengan gambaran endapan urin di kandung kemih pada pemeriksaan ultrasonografi.

Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Juni – Juli 2010 di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Penelitian ini mendapatkan 30 orang sampel yang terdiri dari 15 orang sampel Pembesaran Prostat Jinak dan 15 orang sampel non Pembesaran Prostat Jinak. Instrumen penelitian yang digunakan adalah data pada status pasien dan hasil foto pemeriksaan ultrasonografi. Data yang diperoleh dianalisis dengan program Statistical Products and Service Solutions (SPSS) for Windows Release 18.0 dan menggunakan uji statistik Chi Square Test.

Hasil: Hasil uji statistik Chi Square didapatkan X2 = 19,286 dan p = 0,000 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Pembesaran Prostat Jinak dengan gambaran endapan urin di kandung kemih pada pemeriksaan ultrasonografi.

Simpulan: Data menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penyakit Pembesaran Prostat Jinak dengan gambaran sedimen urin di kandung kemih pada pemeriksaan ultrasonografi.

(7)

commit to user

ABSTRACT

Chairunnisa Puji Hapsari, G0007050, 2010. The Relationship between Benign Prostatic Hyperplasia and Sludge Appearance in Urinary Bladder on the Ultrasound Examination. Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta.

Objective: Lately, age life expectancy in Indonesia is increasing. Prostat hyperplasia is concerned as a part of being older. Because of that, with the increase of age life expectancy, prevalence of BPH is increasing too. Hyperplasia of prostat tissue that is more than usual can make the urethra is more narrow at any time and maybe can make it closed. This is can make urine retention. The urine that can not out of the body will cause a urine sediment. This research is to know whether there is a relationship between Benign Prostatic Hyperplasia and sludge appearance in the urinary bladder on ultrasound examination or no.

Methods: This research is an observational analytic with cross sectional approach. The study was conducted in June- July 2010 at the Instalation of Radiology, Dr. Moewardi Hospital, Surakarta. Sampling was done by puposie sampling technique. This research is getting 30 people for samples. There are consists of 15 samples from Benign Prostatic Hyperplasia and 15 samples from non- Benign Prostatic Hyperplasia. Research instruments were used data on patient status and the result of ultrasonography images. The data were analyzed with Chi Square Test with the program Statistical Products and Service Solutions (SPSS) for Windows, release 18.0.

Results: The Results of Chi Square test statistics obtained X2 = 19.286 and p = 0.000, which means that there is a significant relationship between Benign Prostatic Hyperplasia and sludge appearance in the urinary bladder on ultrasound examination.

Conclusions: Data show that there is a significant relation between Benign Prostatic Hyperplasia and sludge appearance in the urinary bladder on ultrasound examination.

(8)

commit to user

DAFTAR ISI

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... . 1

B. Perumusan Masalah... . 3

C. Tujuan Penelitian... . 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II LANDASAN TEORI A.Tinjauan Pustaka ... 5

B.Kerangka Pemikiran ... 22

C.Hipotesis ... 22

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 23

B.Lokasi Penelitian ... 23

C.Subyek Penelitian ... 24

D.Teknik Sampling ... 24

E. Rancangan Penelitian ... 25

F. Identifikasi Variabel Penelitian ... 25

G.Alat dan Cara Kerja ... 26

H.Definisi Operasional Variabel ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN A.Hasil Penelitian ... 28

B.Analisis Data ... 29

BAB V PEMBAHASAN ... 31

(9)

commit to user

(10)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Hasil Pemeriksaan Volume Prostat pada Penderita Pembesaran

Prostat Jinak (PPJ) ...28 Tabel 2. Jumlah Pasien Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) Berdasarkan Kelompok

Umur.……… ………... ……..…29 Tabel 3. Hasil Uji Kelayakan Chi-square... 30

Tabel 4. Hasil Uji Chi-Square Pembesaran Prostat Jinak - Gambaran Endapan

(11)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Letak Anatomis Kelenjar Prostat ... 4 Gambar 2. Perubahan Testosteron menjadi Dihidrotesteron oleh Enzim 5 α – Reduktase ... 8 Gambar 3. Gambaran PPJ pada Pemeriksaan USG Trans Abdominal ... 15

Gambar 4. A. Hasil USG VU Normal B. USG VU Normal dengan Sedikit Endapan Urin ... 17 Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran ... 22 Gambar 6. Rancangan Penelitian ... 25

(12)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Sampel Pasien Non Pembesaran Prostat Jinak

Lampiran 2. Tabel Sampel Pasien dengan Pembesaran Prostat Jinak

Lampiran 3. Hasil Uji Chi Square tentang Hubungan antara Pembesaran Prostat

Jinak dengan Gambaran Endapan Urin di Kandung Kemih pada Pemeriksaan Ultrasonografi

Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian dan Pengambilan Sampel

Lampiran 5. Surat Pengantar Penelitian

(13)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Akhir – akhir ini angka harapan hidup di Indonesia semakin meningkat. Hal ini menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia semakin bertambah. Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia tersebut membawa implikasi pada berbagai aspek kehidupan dalam berkeluarga maupun bermasyarakat. Salah satunya adalah meningkatnya masalah kesehatan baik fisik maupun psikis pada usia lanjut. Oleh karena itu, alangkah lebih bijaksana jika lebih menambah perhatian terhadap masalah kesehatan yang sering terjadi pada usia lanjut, terutama penyakit pembesaran prostat jinak.

(14)

commit to user

mencapai hampir 15%. Angka ini meningkat dengan bertambahnya usia, sehingga pada usia 50-59 tahun prevalensinya mencapai hampir 25%, dan pada usia 60 yahun mencapai angka sekitar 43%7. Angka kejadian PPJ di Indonesia yang pasti belum pernah diteliti, tetapi sebagai gambaran hospital prevalence di dua rumah sakit besar di Jakarta yaitu RSCM dan Sumberwaras selama 3 tahun (1994-1997) terdapat 1040 kasus. (IAUI, 2003; Wein, 2001)

Pembesaran jaringan prostat yang berlebihan akan menekan uretra yang sewaktu-waktu dapat menutup lumen uretra. Hal ini dapat mengakibatkan buang air kecil tidak lancar, pancaran urine lemah, dan urine banyak tersisa dalam kandung kemih. Lebih lanjut, menurut Syamsudhidajat (2005) retensi urin pada kandung kemih dapat menyebabkan terjadinya batu endapan. Akan tetapi, PPJ mungkin tidak selalu berhubungan dengan endapan urin. Menurut As’ari (2009), pembesaran volume prostat yang menjadi diagnosis untuk PPJ tidak selalu berhubungan dengan besarnya volume residu urin, sedangkan endapan urin hanya dapat terjadi apabila ada cukup residu urin. Secara tidak langsung hal ini merujuk pada tidak selalu berhubungannya PPJ dengan endapan urin di residu urin pada penderita PPJ.

(15)

commit to user

B. Perumusan Masalah

Adakah hubungan antara Pembesaran Prostat Jinak dengan gambaran endapan urin di kandung kemih pada pemeriksaan ultrasonografi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Pembesaran Prostat Jinak dengan gambaran endapan urin di kandung kemih pada pemeriksaan ultrasonografi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai hubungan antara Pembesaran Prostat Jinak dengan gambaran endapan urin di kandung kemih pada pemeriksaan ultrasonografi sehingga dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya maupun menambah pengetahuan dalam bidang radiologi.

2. Manfaat aplikatif

(16)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Prostat

a. Anatomi Prostat

Gambar 1. Letak Anatomis Kelenjar Prostat. (Furqan, 2003)

(17)

commit to user

terdapat vesikula seminalis, vas deferen, fasia denonvilliers dan rectum. Fasia denonvilliers berasal dari fusi tonjolan dua lapisan peritoneum, fasia ini cukup keras dan biasanya dapat menahan invasi karsinoma prostat ke rectum sampai suatu stadium lanjut. Pada bagian posterior ini, prostat dimasuki oleh ductus ejakulatorius yang berjalan secara oblique dan bermuara pada veromentanum didasar uretra prostatika persis dibagian proksimal spingter eksterna. Pada permukaan superior, prostat melekat pada bladder outlet dan spingter interna sedangkan dibagian inferiornya terdapat diafragama urogenitalis yang dibentuk oleh lapisan kuat fasia pelvis, dan perineal membungkus otot levator ani yang tebal. Diafragma urogenital ini pada wanita lebih lemah oleh karena ototnya lebih sedikit dan fasia lebih sedikit. (Furqan, 2003)

b. Histologi Prostat

(18)

commit to user

kelenjar-kelenjar ini dilapisi oleh selapis epitel torak dan bagian basal terdapat sel-sel kuboid. (Furqan, 2003; Purnomo, 2008)

c. Fisiologi Prostat

Fungsi kelenjar prostat antara lain:

1. Mengeluarkan cairan alkalis yang menetralkan sekresi vagina yang asam, suatu fungsi penting karena sperma lebih dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang sedikit basa. Kelenjar prostat dikelilingi oleh otot polos yang berkontraksi selama ejakulasi, mengeluarkan lebih kurang 0,5 ml cairan prostat. (Sherwood, 2001; Furqan, 2003)

2. Menghasilkan enzim-enzim pembekuan dan fibrinolisin. Enzim-enzim pembekuan prostat bekerja pada fibrinogen dari vesikula seminalis untuk menghasilkan fibrin, yang ”membekukan” semen sehingga sperma yang diejakulasikan tetap tertahan di saluran reprodksi wanita saat penis ditarik keluar. Segera setelah itu, bekuan seminal diuraikan oleh fibrinolisin, suatu enzim pengurai fibrin dari prostat, sehingga sperma motil yang dikeluarkan dapat bebas bergerak dalam saluran reproduksi wanita. (Sherwood, 2001)

(19)

commit to user

prostat ini akibat adanya hyperplasia stroma dan sel epitelial mulai dari zona periurethra. Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada zona transisional, sedangkan pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari zona perifer. (Purnomo, 2008; Birowo, 2000; Leveillee, 2006; Kim, 2006)

a. Etiologi

Faktor risiko untuk PPJ antara lain, umur, riwayat keluarga, konsumsi makanan kurang serat, dan merokok. Akan tetapi, hingga sekarang, penyebab PPJ masih belum dapat diketahui secara pasti, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa PPJ erat kaitannya dengan peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan. Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat: (Purnomo, 2008; Amalia, 2007)

1) Teori dihidrotestosteron

Pertumbuhan kelenjar prostat sangat tergantung pada hormone testosteron. Pada kelenjar prostat, hormon ini akan dirubah menjadi metabolit aktif dihidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim 5 α – reduktase. DHT inilah yang secara langsung memicu m-RNA di dalam sel-sel kelenjar prostat untuk mensintesis protein

growth factor yang memacu pertumbuhan kelenjar prostat.

(20)

commit to user

NADPH NADP

Testosterone Dihidrotestosteron 5 α - Reduktase

Gambar 2. Perubahan Testosteron menjadi Dihidrotesteron oleh Enzim 5 α – Reduktase (Purnomo, 2008)

Pada berbagai penelitian, aktivitas enzim 5 α – reduktase dan jumlah reseptor androgen lebih banyak pada PPJ. Hal ini menyebabkan sel-sel prostat menjadi lebih sensitif terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih banyak terjadi dibandingkan dengan prostat normal.(Purnomo, 2008)

2) Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron

(21)

commit to user

lebih panjang sehingga massa prostat menjadi lebih besar. (Purnomo, 2008)

3) Interaksi stroma-epitel

Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel - sel epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu mediator (growth factor). Setelah sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol, sel-sel stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya mempengaruhi sel stroma itu sendiri, yang menyebabkan terjadinya proliferasi sel-sel epitel maupun stroma.(Purnomo, 2008)

4) Berkurangnya kematian sel prostat

Apoptosis sel pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik homeostatis kelenjar prostat. Pada jaringan nomal, terdapat keseimbangan antara laju proliferasi sel dengan kematian sel. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang apoptosis menyebabkan jumlah sel-sel prostat secara keseluruhan makin meningkat sehingga mengakibatkan pertambahan massa prostat. Diduga hormon androgen berperan dalam menghambat proses kematian sel karena setelah dilakukan kastrasi, terjadi peningkatan aktivitas kematian sel kelenjar prostat.(Purnomo, 2008)

5) Teori sel stem

(22)

commit to user

stem, yaitu sel yang mempunyai kemampuan berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini bergantung pada hormon androgen, di mana jika kadarnya menurun (misalnya pada kastrasi), menyebabkan terjadinya apoptosis. Sehingga terjadinya proliferasi sel-sel pada PPJ diduga sebagai ketidaktepatan aktivitas sel stem sehingga terjadi produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel. (Purnomo, 2008)

b. Patofisiologi Pembesaran Prostat Jinak

Pembesaran prostat menyebabkan terjadinya penyempitan lumen uretra pars prostatika dan menghambat aliran urin sehingga menyebabkan tingginya tekanan intravesika. Untuk dapat mengeluarkan urin, kandung kemih harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan, menyebabkan terjadinya perubahan anatomik kandung kemih, yakni: hipertropi otot destrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel kandung kemih. Perubahan struktur pada kandung kemih tersebut dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS). Keluhan yang ada dibagi menjadi gejala dan tanda obstruksi dan iritasi. (Purnomo, 2008; Syamsuhidajat, 2005)

(23)

commit to user

menghasilkan tekanan intra-vesika yang cukup tinggi karena otot detrusor lambat berkontraksi dengan cukup kuat untuk melawan tahanan akibat pembesaran prostat. Selain itu, pancaran miksi menjadi lemah oleh karena lumen urethra mengecil dan tahanan di dalam urethra meningkat. Waktu miksi juga bertambah panjang akibat aliran urin yang terhambat. Otot detrusor yang terus menerus berusaha untuk menghasilkan tekanan yang lebih tinggi utnuk mengeluarkan urin akibat obstruksi jalan kemih akhirnya pun akan melemah akibat ‘kelelahan’. Pada PPJ, otot detrusor gagal berkontraksi cukup lama untuk menghasilkan tekanan intra vesica yang cukup sehingga kontraksi terputus-putus dan akibatnya miksi pun terputus. Terputusnya aliran urin menyebabkan adanya sisa urin di dalam vesica urianaria sehingga pasien biasanya merasa belum puas sehabis miksi. Jika keadaan ini berlanjut pada suatu saat akan terjadi kemacatan total, sehingga penderita tidak mampu lagi miksi. Karena produksi urin terus terjadi maka pada suatu saat vesika tidak mampu lagi menampung urin sehingga tekanan intra vesika terus meningkat. Apabila tekanan vesika menjadi lebih tinggi dari pada tekanan spingter dan obstruksi, akan terjadi inkontinensia paradoks. (Syamsuhidajat, 2005; Furqan, 2003)

(24)

commit to user

tersebut antara lain bertambahnya frekwensi miksi, nokturia, miksi sulit ditahan, dan disuria. Gejala dan tanda ini diberi skor untuk menentukan berat keluhan klinik. (Syamsuhidajat, 2005)

Tekanan intravesika yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian kandung kemih tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini menimbulkan aliran balik dari kandung kemih ke ureter atau terjadinya refluks vesikoureter. Jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis bahkan jatuh ke dalam gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi. (Purnomo, 2008; Syamsuhidajat, 2005)

Pada waktu miksi penderita harus selalu mengedan sehingga lama kelamaan menyebabkan hernia atau hemorroid. Infeksi yang menyertai residual urine akan memperberat gejala, karena akan menambah obstruksi akibat inflamasi sekunder dan oedem. (Purnomo, 2008; Syamsuhidajat ,2005; Furqan, 2003)

c. Diagnosis Pembesaran Prostat Jinak

(25)

commit to user

0,52 ×æ1 ×æ2 ×æ3ð2

d1 = diameter transversal d2 = diameter longitudinal d3 = diameter sagital

(26)

commit to user

Untuk menentukan derajat obstruksi pada pasien dengan Lower Urinary Track Symptom (LUTS) sebaiknya menggunakan

pemeriksaan pressure flow. Hal ini dikarenakan, besarnya volume prostat dan volume residu urin tidak selalu berhubungan dengan ada tidaknya obstruksi maupun dengan beratnya LUTS. Menurut Soetojo, kecepatan aliran urin puncak yang normal apabila > 15 ml/dtk. Apabila kecepatannya antara 10-15 ml/dtk, maka telah terjadi obstruksi ringan. Pasien dapat dinilai telah mengalami obstruksi apabila kecepatan aliran urin puncak < 10 ml/dtk. (Prasetyawan, 2003; As’ari, 2009; Soetojo, 2008)

(27)

commit to user

adanya karsinoma prostat. (AUA, 2003; Rosette, 2001; Arisandi, 2008)

Gambar 3. Gambaran PPJ pada Pemeriksaan USG Trans Abdominal (Sutton, 2003)

(28)

commit to user

Tingkat keparahan penderita PPJ dapat diukur dengan skor IPSS (Internasional Prostate Symptom Score) diklasifikasi dengan skore 0-7 penderita ringan, 8-19 penderita sedang dan 20-35 penderita berat (Furqan, 2003). Ada juga yang membagi berdasarkan derajat penderita hiperplasi prostat berdasarkan gambaran klinis: (Syamsuhidajat, 2005; Arisandi, 2008)

1) Derajat I : Colok dubur : penonjolan prostat ± 1 – 2 cm, batas atas mudah diraba, sisa volume urin <50 ml, berat + 20 gram, pancaran lemah, dan necturia.

2) Derajat II : Colok dubur: penonjolan prostat jelas, batas atas dapat dicapai, sisa volume urin 50-100 ml, beratnya + 20 – 40 gram, keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nucturia bertambah berat, panas badan tinggi (menggigil), nyeri daerah pinggang. 3) Derajat III: Colok dubur; batas atas prostat tidak dapat diraba, sisa

volume urin>100 ml, penonjolan prostat ± 3 – 4 cm, dan beratnya 40 gram.

(29)

commit to user

3. Endapan urin

Menurut Dorland, endapan urin adalah suspensi partikel padat atau semi padat dalam cairan yang dapat atau tidak dapat menjadi cairan kental sejati. Endapan urin adalah hasil pengendapan pada residu urin. Konsistensi seperti kapur atau pasir halus dan berwarna abu-abu putih. Endapan urin dapat terbentuk di dalam ginjal atau ureter, tetapi sebagian besar endapan terlihat dalam kandung kemih. Pada pemeriksaan USG, endapan ini terlihat hiperechoic bila dibandingkan dengan urin sendiri yang terlihat gelap.

(Brown, 2006; Dorland, 2002)

A. B.

Gambar 4. A. Hasil USG VU Normal B. USG VU dengan Endapan Urin (Sutton, 2003)

(30)

commit to user

untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit. (Wirawan, 2003)

(31)

commit to user

karena kristal-kristal itu merupakan hasil metabolisme yang normal. Terdapatnya unsur tersebut tergantung dari jenis makanan, banyak makanan, kecepatan metabolisme dan kepekatan urin. Epitel merupakan unsur sedimen organik yang dalam keadaan normal didapatkan dalam sedimen urin. (Wirawan, 2003)

Pada PPJ sendiri, unsur sedimen yang paling banyak terdapat antara lain adalah eritrosit, leukosit, dan bakteri. Keberadaan dari endapan urin ini mengiritasi dan dapat menyebabkan luka pada dinding Kandung kemih sehingga menyebabkan terjadinya perdarahan mukosa. Hal ini lebih lanjut terlihat pada terjadinya hematuria makros (darah pada urin). Terkumpulnya endapan urin yang lebih banyak dapat menyebabkan obstruksi aliran kemih sehingga lama kelaman menjadi tidak dapat mengeluarkan urin sama sekali. (Praag, 2003; Dwi, 2010)

4. USG

Ultrasonografi merupakan penggunaan gelombang suara frekuensi sangat tinggi/ultrasonik (3,5 – 5 MHz) yang dihasilkan oleh kristal piezo-elektrik pada transducer untuk membantu diagnosis. Yang digunakan dalam bidang kedokteran antara 1-10 MHz. (Malueka, 2007)

(32)

commit to user

kemudian diproses menjadi gambar skala abu-abu. Citra yang bergerak didapatkan saat transducer digerakkan pada tubuh. Potongan-potongan dapat diperoleh pada setiap bidang dan kemudian ditampilkan pada monitor. Tulang dan udara merupakan konduktor suara yang buruk, sehingga tidak dapat divisualisasikan dengan baik, sedangkan cairan memiliki kemampuan menghantarkan suara dengan sangat baik. (Malueka, 2007)

Kandung kemih pada USG memperlihatkan bentuk teardrop anechoic pada penampakan longitudinal. Sedangkan pada penampakan transversal, kandung kemih terlihat rektangular. Ketebalan dinding kandung kemih tergantung pada pengisian kandung kemih. Akibat pembesaran prostat, pada kandung kemih biasanya terjadi divertikulum. Divertikulum pada gambaran USG diperlihatkan dengan pelebaran dinding tipis anechoic dari lumen kandung kemih. Bentuk divertikulum dapat bervariasi dari teardrop sampai semisirkuler, tergantung lebar leher divertikulum. Urin pada kandung kemih terlihat anechoic pada pemeriksaan USG. Sedangkan endapan urin terlihat hyperechoic. (Peterson, 2008)

Pada pemeriksaan USG kelenjar prostat, zona sentral dan perifer prostat terlihat abu-abu muda sampai gelap homogen. Sedangkan zona transisional yang terletak lebih anterior terlihat hipoekogenik heterogen. Keheterogenan dan kehipoekogenikan tergantung dari variasi jumlah sel stromal dan epitelial kelenjar. (Peterson, 2008)

(33)

commit to user

(34)

commit to user

[image:34.595.166.435.143.597.2]

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis

Ada hubungan antara Pembesaran Prostat Jinak dengan gambaran endapan urin di kandung kemih pada pemeriksaan ultrasonografi.

Uretra menyempit

Aliran urin terhambat

Pembesaran Prostat Jinak (PPJ)

Menekan uretra pars prostatika

Pembesaran kelenjar prostat

Retensi urin

Residu urin

(35)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik non-eksperimental dengan pendekatan cross sectional prospektif dan retrospektif (Januari – Desember 2009).

.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

C. Subjek penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang dimintakan gambar USG.

2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah subjek dalam populasi penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

a) Kriteria inklusi:

(36)

commit to user

b) Kriteria eksklusi:

1) Pasien laki-laki dengan pembesaran massa pada sistem urinaria kecuali PPJ.

2) Pasien PPJ dengan kelainan-kelainan pada ginjal. 3) Pasien PPJ dengan urolithiasis.

4) Pasien PPJ dengan kateter. 3. Besar Sampel

Sampel berjumlah 30 orang baik dari pasien yang diteliti langsung maupun sejumlah pasien pada data rekam medis pada Januari – Desember 2008 dan 2009. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:

a. 15 pasien dengan PPJ, dan b. 15 pasien non-PPJ.

D. Teknik Sampling

Sampel yang diambil sebagai probandus adalah yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di atas, dalam hal ini sampel dipilih dengan cara non-probability sampling yakni, purposive sampling, di mana teknik pemilihan

(37)

commit to user

[image:37.595.171.532.147.494.2]

E. Rancangan Penelitian

Gambar 6. Skema Rancangan Penelitian

F. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas : Pembesaran Prostat Jinak 2. Variabel terikat : Endapan urin

3. Variabel luar a. Terkendali:

1) Cara pemeriksaan USG, yaitu dengan menggunakan pemeriksaan USG transabdominal.

Sampel

USG

PPJ (-)

UJi statistik

Data

Endapan urin (-)

Data Data

Endapan urin (+)

Data PPJ (+)

Endapan urin (+)

(38)

commit to user

b. Tidak terkendali:

1) Subjektivitas penilaian ahli radiologi 2) Kebiasaan diet dan minum

G. Alat dan Cara Kerja

1. Alat: Ultrasonografi

2. Instrumen yang digunakan : lembar pencatatan

3. Waktu penelitian: dimulai dari minggu ke-4 bulan Mei sampai minggu pertama bulan Agustus 2010.

4. Cara kerja :

a. Mencatat nama, umur pasien dan nomor rekam medis pasien-pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

b. Saat pemeriksaan USG, dinilai apakah pasien tersebut mengalami pembesaran prostat (suspect PPJ) atau tidak, serta dinilai juga apakah ada endapan urin atau tidak dan volume prostat pasien. Untuk pasien yang suspect PPJ, kemudian dilihat juga pada data rekam medis pemeriksaan patologi anatominya apakah memang PPJ atau tidak.

c. Untuk data pasien yang diambil dari rekam medis, dicatat nama pasien, umur, PPJ atau tidak, volume prostat, serta ada gambaran endapan urin atau tidak.

(39)

commit to user

H. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel bebas

Pembesaran Prostat Jinak

Skala yang digunakan adalah skala nominal. 2. Variabel terikat

Endapan urin di Kandung kemih

Skala yang digunakan adalah skala nominal. 3. Variabel luar

a) Variabel terkendali, adalah hal-hal yang dapat mengganggu hasil perhitungan variabel terikat namun dapat dikendalikan (Murti, 2006), yaitu:

1) Cara pemeriksaan USG.

2) Penyakit penyerta yang dapat mengakibatkan endapan urin

b) Variabel tidak terkendali, adalah hal-hal yang dapat mengganggu hasil perhitungan variabel terikat namun tidak dapat dikendalikan (Murti, 2006) yaitu:

1) Subjektivitas penilaian ahli radiologi 2) Kebiasaan diet dan minum

4. Teknik Analisis Data

(40)

commit to user

BAB V

HASIL PENELITIAN

[image:40.595.114.526.234.623.2]

A. Hasil Penelitian

Tabel 1. Data Hasil Pemeriksaan Volume Prostat pada Penderita

Pembesaran Prostat Jinak (PPJ)

No RM No Photo No RM PA Umur Volume Prostat Endapan urin

907108 17235 RS 0900594 66 th 83.72 cc (+)

887616 6705 RS 08000502 66 th 38.13 cc (+)

964320 21205 RS 09002149 69 th 30.41 cc (+)

959623 18966 RS 0900603 65 th 35.54 cc (-)

977927 29562 RS 09002178 59 th 36.07 cc (+) 919527 25048 RS 09002173 75 th 52.91 cc (+)

975437 27754 RS 09002101 55 th 54.0 cc (+)

911948 12234 RS 09001094 78 th 30.01 cc (+) 849452 19209 RS 08001266 74 th 48.71 cc (+) 909555 19139 RS 0900631 75 th 175.36 cc (+)

873556 740 RS 08001173 73 th 54.17 cc (+)

749656 9069 RS 0800176 63 th 41.93 cc (+)

944759 8801 RS 0900533 58 th 43.79 cc (+)

962578 29869 RS 09001694 54 th 54.16 cc (+) 962604 26778 RS 09001001 77 thn 48.76 cc (+)

(41)
[image:41.595.108.512.163.497.2]

commit to user

Tabel 2. Jumlah Pasien Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) Berdasarkan Kelompok

Umur.

No. Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Persentase ( % )

1. 50 – 60 4 26,67 %

2. 60 – 70 5 33,33 %

3. 70 – 80 6 40 %

Jumlah 15 100

Berdasarkan data pada Tabel. 2, dapat dilihat bahwa jumlah pasien PPJ paling banyak terdapat pada rentang umur 70 – 80 tahun dengan jumlah 6 pasien (40 %), sedangkan yang paling sedikit terdapat pada rentang umur 50 - 60 tahun yaitu dengan jumlah 4 pasien ( 26,67 % ).

B. Analisis Data

(42)

commit to user

Tabel 3. Hasil Uji Kelayakan Chi Square

Data

Expected Count

Keterangan Gambaran Endapan Urin (USG)

Positif Negatif

PPJ positif 8,0 7,0 Layak

PPJ negatif 8,0 7,0 Layak

[image:42.595.131.507.249.491.2]

Berdasarkan Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa data hasil penelitian ini memenuhi syarat untuk dilakukan uji statistik Chi Square, karena tidak ada nilai expected yang kurang dari 5.

Tabel 4. Hasil Uji Chi Square Pembesaran Prostat Jinak - Gambaran

Endapan Urin di Kandung Kemih

Data Chi Square Keterangan

X2 P

Pembesaran Prostat Jinak

19,286; df:1

0,000 Signifikan

(43)

commit to user

BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan Tabel 1. Data Hasil Pemeriksaan Volume Prostat Pada Penderita Pembesaran Prostat Jinak (PPJ), dapat dilihat bahwa seluruh pasien memiliki volume prostat lebih dari 20 cc. Hal ini sesuai dengan teori sebelumnya bahwa volume prostat yang normal sekitar 20 cc (Beckman, 2005). Ukuran ini akan semakin besar seiring dengan bertambahnya usia. Menurut Beckman 2005, kelenjar prostat akan membesar sekitar 1,6 % setiap tahunnya secara progresif. Karena Pembesaran Prostat Jinak merupakan istilah histologis, setiap pasien juga diteliti pemeriksaan Patologi Anatomi kelenjar prostatnya sebagai penunjang diagnosis PPJ dari pemeriksaan USG. Pada kelenjar prostat pasien PPJ, terdapat peningkatan jumlah baik pada sel epitelial maupun sel stromal, akan tetapi yang lebih utama dalam menyebabkan pembesaran prostat adalah sel stromal. Pada PPJ, perbandingan sel epitelial dengan sel stromal 1:4 sampai 1:5 (Prabhav, 2009).

(44)

commit to user

keluarga, kurang mengkonsumsi makanan berserat, obesitas, diabetes, tingginya kadar glukosa puasa, serta kebiasaan merokok (Amalia, 2008; Parsons, 2006). Pada dasarnya PPJ timbul pada pria menginjak usia lanjut dan memiliki fungsi produksi testosteron (Webber, 2005). Sesuai dengan teori etiologi PPJ yang ada, semakin bertambah umur seorang pria, semakin besar kadar hormon DHT dan estrogen dalam darah. Hal ini menyebabkan terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat yang berlebihan dan penurunan kadar apoptosis sel sehingga semakin tua umur seorang pria, akan semakin mungkin menderita PPJ.

Lalu, setelah dilakukan pengkajian lebih lanjut hasil penelitian dengan menggunakan uji Chi Square, maka didapatkan hasil X2 hitung sebesar 19, 286 dengan p = 0,000 (p< 0,05). Jadi, terdapat hubungan yang bermakna antara Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) dengan adanya endapan urin di kandung kemih pada pemeriksaan USG. Hal ini berarti pada keadaan PPJ sering timbul endapan urin.

(45)

commit to user

menimbulkan komplikasi-komplikasi seperti infeksi saluran kemih, batu vesika, maupun hematuria makroskopis (Prasetyawan, 2003).

Dalam penelitian ini terdapat beberapa hambatan dan kekurangan, antara lain:

1. Tidak semua pasien yang melakukan pemeriksaan USG dengan diagnosis PPJ memiliki rekam medis pemeriksaan Patologi Anatomi sehingga menambah waktu yang diperlukan untuk penelitian.

(46)

commit to user

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Pasien PPJ terbanyak terdapat pada kisaran umur 70 – 80 tahun.

2. Ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara Pembesaran Prostat Jinak dengan gambaran sedimen urin di kandung kemih pada pemeriksaan ultrasonografi.

B. Saran

1. Dapat dilakukan penelitian lanjutan tentang perbandingan antara setiap derajat LUTS pada PPJ dengan adanya gambaran endapan urin.

(47)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Rizki, dkk. 2007. Faktor-Faktor Resiko Terjadinya Pembesaran Prostat Jinak. http://eprints.undip.ac.id/5282/1/Rizki_Amalia.pdf (diakses pada tanggal 20 Maret 2010)

Anggraeni, Renny, dkk. 2007. Disfungsi Ereksi Pada Pasien PPJ yang Menjalani

Tindakan Prostatektomi Terbuka dan TUR-P.

http://www.urologi.or.id/pdf/revisi%2026%20maret_4.pdf (diakses pada tanggal 20 Maret 2010)

Arisandi, Defa. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Benigne Prostat Hyperplasia. http://www.fadlie.web.id/askep/askep-PPJ7j.pdf (diakses

pada tanggal 20 Maret 2010)

As’ari, Musa, dkk. 2009. Hubungan Antara Derajat Intravesical Prostatic Protrussion Dengan Q max, Volume Prostat, Dan International Prostate

Symptom Score Pada Pasien PPJ Dengan Luts Tanpa Komplikasi.

http://urologi.or.id/pdf/musa.pdf (diakses pada tanggal 20 Maret 2010) AUA practice guidelines committee. 2003. AUA guideline on management of

benign prostatic hyperplasia. Chapter 1: diagnosis and treatment

recommendations. J Urol 170. p. 530- 547

(48)

commit to user

Brown, Susan. 2006. Bladder stones and Bladder endapan urin in rabbit. http://www.rabbit.org/health/urolith.html (diakses pada tanggal 20 Maret 2010)

Crow, P, dkk. 2002. The influence of histological diagnosis on the postoperative complication rate following trans-urethral resection of prostate (TURP ).

www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/.../pdf/annrcse01640-0056.pdf (diakses tanggal 10 Agustus 2010)

Dorland .2002. Kamus Kedokteran Dorland. . 29th ed.. Philadelphia : W. B. Saunders Company Inc Jakarta : EGC.

Dwi, Agustina dkk. 2010. Penataalaksanaan Medik Pada Benigna Prostate

Hiperplasia (BP H).

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:3u-

ed8GF3xwJ:www.scribd.com/doc/37973331/Penatalaksanaan-BPH+urinalisis+BPH&cd=5&hl=id&ct=clnk&gl=id (diakses tanggal 10 Agustus 2010)

Furqan. 2003. Evaluasi Biakan Urin Pada Penderita PPJ Setelah Pemasangan

Kateter Menetap: Pertama Kali Dan Berulang.

http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-furqan.pdf (diakses pada tanggal 20 Maret 2010)

(49)

commit to user

Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI). 2003. Panduan penatalaksanaan (Guidelines) Benign Prostatic Hyperplasia (PP J) di Indonesia. Surabaya; p. 1–15.

Kim & Belldegrun (eds). 2006. Urology Dalam Schwartz’s Manual Of Surgery, 8th Edition. USA: Mc Graw-Hill Medical Publishing Division. p. 1036-1060

Leveillee. 2006. Benign Prostate Hyperplasia. http://www.emedicine.com (diakses pada tanggal 20 Maret 2010)

Lina, Nur, dkk. 2008. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Batu Saluran Kemih pada Laki-Laki (Studi Kasus di RS. Dr. Kariadi, RS Roemani dan RSI Sultan

Agung Semarang). http://eprints.undip.ac.id/5280/1/Nurlina.pdf (diakses

pada tanggal 20 Maret 2010)

Malueka, Rusdy Ghazali, dkk. 2007. Radiologi Diagnostik. Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press.

Marks, Leonard S, dkk. 2006.

www.usrf.org/.../PPJ_Prevention/Prevention%20of%20PPJ%20Disease.pd f (diakses tanggal 10 Agustus 2010)

Michel, Martin C, dkk. 2007. Conservative Treatment of Benign Prostatic

Hyperplasi.

(50)

commit to user

Murti, B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, p:136.

National Clinical Guidelines Centre for Acute and Chronic Conditions. 2009. www.nice.org.uk/nicemedia/live/11662/45296/45296.pdf (diakses tanggal 10 Agustus 2010)

Peterson, Andrew C, at al. 2008. Urologic Imaging Without X-rays -

Ultrasonography, MRI, and Nuclear Medicine.

http://emedicine.medscape.com/article/455553-overview. (diakses tanggal 10 Agustus 2010)

Praag, Ester Van. 2003. Nephroliths and uroliths in Rabbit. http://www.medirabbit.com/EN/Uro_gen_diseases/Mech_diseases/Urolithi asis.pdf (diakses pada tanggal 20 Maret 2010)

Prasetyawan, Widiyanto, Rochani Sumardi. 2003. Korelasi Antara Volume Residu Urin Dan Adanya Obstruksi Pada Penderita Dengan Simtom PPJ Dengan

Menggunakan Pressure Flow Study.

Http://urologi.or.id/pdf/juri12003_9.pdf (diakses pada tanggal 20 Maret 2010)

Purnomo. 2008. Dasar-Dasar Urologi, Edisi Kedua. Jakarta: CV.Sagung Seto. p. 69- 85

Roehrborn CG, McConnell JD. 2002. Etiology, pathophysiology, epidemiology

(51)

commit to user

AB, Vaughan ED Jr, Wein AJ, eds. Campbell’s Urology, 8th ed.

Philadelphia, PA: WB Saunders Co. p. 1297-1336.

Rosette, de la, et al. 2001. Guidelines on benign prostatic Hyperplasia (P PJ). Eur Urol 40. p. 256-263,

Sastroasmoro, Sudigdo. 2002. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: CV. Sagung Seto

Seputra, Kurnia Penta, dkk. 2008. Perbedaan IPSS, Q Max, Dan Volume Prostat

Pada Pemberian Kombinasi Inhibitor 5α-Reduktase (Dutasteride) Dan

Anti Estrogen (Tamoxifen) Pada Pasien PPJ Yang Mengalami LUTS

Tanpa Komplikasi. http://urologi.or.id/pdf/penta0708.pdf (diakses pada

tanggal 20 Maret 2010)

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sutapa, Hendra, dkk. 2007. Pengukuran Volume Prostat Pasien PPJ Menggunakan Colok Dubur Dan USG Transrektal Dengan Operator Yang

Sama Dibandingkan dengan Pengukuran Volume Prostat Menggunakan

TAUS Dengan Operator Berbeda. http://urologi.or.id/pdf/4.pdf (diakses

pada tanggal 20 Maret 2010)

Sutton, David, et al. 2003. Textbook of Radiology and Imaging Volume 2, Seventh

Edition. Edinburgh: Elseiver Science ltd.

(52)

commit to user

Tanagho EA. 2000. Urodynamic studies. In: Tanagho EA, McAninch JW. Smith’s General Urology. 15th ed. New York; McGraw-Hill Co. p. 348 - 355.

Taufiqurohman, M A. 2004. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan. The Community Of Self Help Group Forum.

Tjahjodjati, Djoko Rahardjo. 2003. Hubungan antara residu urin pasca miksi dengan protrusi Prostat pada pembesaran prostat jinak tanpa retensi.

www.urologi.or.id/pdf/JURI12003_8.pdf (diakses tanggal 10 Agustus 2010

Wein AJ, Rovner ES. 2001. Benign Prostatic hyperplasia. In: Hanno PM editors.

Clinical manual of urology 3 th edition. Boston Burr Ridge: Mc Graw Hill.

p. 437-470.

Gambar

Tabel 3. Hasil Uji Kelayakan Chi-square..........................................................
Gambar 1. Letak Anatomis Kelenjar Prostat ...............................................
Gambar 1. Letak Anatomis Kelenjar Prostat. (Furqan, 2003)
Gambar 2. Perubahan Testosteron menjadi Dihidrotesteron oleh Enzim 5 α –
+7

Referensi

Dokumen terkait

Teman-teman dari Universitas Mercu Buana yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah mendukung dan membantu penulis dalam penyusunan laporan ini sehingga penulis

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) UNTUK MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU.. SISWA DALAM

Setelah mengamati gambar dan membaca teks, siswa mampu mengomunikasikan karakteristik ruang dan pemanfaatan sumber daya alam untuk kesejahteraan masyarakat dari

THE CORRELATION ANALYSIS OF SUBSIDENCE MONITORING BY D-INSAR AND THE CHANGE OF URBAN CONSTRUCTION LAND.. KaiJun Yang a , Xing Xiang Jiang a , Li Cao a , Fan Lei a , Haibo Zeng a

Ilmu Kesehatan 'Aisyiyah Yograkarta di Yograkarta yang diselenggarakan oleh Persyarikatan Muhammadiyah di Yograkarta dan telah disahkan dengan Keputusan Menteri Hukum dan

Hence, aerial images’ orientation parameters can be employed to correct any overlapping data set as long as the registration with the target data set is accurate and reliable

The present study complements previous studies of impacts of various invasive species; however, the attempt to model Mikania micrantha invasion potential at CNP

3 that on average, the set of variables recommended by the forward selection method of logistic regression results in a slightly worse classification accuracy by means of random