• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran Praktik Biola Melalui Tiga Buku Karya C. Paul Harfurth, Suzuki, Dan Abrsm Pada Tingkatan Pradasar Dan Dasar I Di Chandra Kusuma School: Kajian Terhadap Kelebihan, Kelemahan, Dan Solusi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pembelajaran Praktik Biola Melalui Tiga Buku Karya C. Paul Harfurth, Suzuki, Dan Abrsm Pada Tingkatan Pradasar Dan Dasar I Di Chandra Kusuma School: Kajian Terhadap Kelebihan, Kelemahan, Dan Solusi"

Copied!
243
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN PRAKTIK BIOLA MELALUI TIGA BUKU

KARYA C. PAUL HARFURTH, SUZUKI, DAN ABRSM

PADA TINGKATAN PRADASAR DAN DASAR I

DI CHANDRA KUSUMA SCHOOL:

KAJIAN TERHADAP KELEBIHAN,

KELEMAHAN, DAN SOLUSI

TESIS Oleh

SOPIAN LOREN SINAGA NIM. 117037004

PROGRAM STUDI

MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PEMBELAJARAN PRAKTIK BIOLA MELALUI TIGA BUKU

KARYA C. PAUL HARFURTH, SUZUKI, DAN ABRSM

PADA TINGKATAN PRADASAR DAN DASAR I

DI CHANDRA KUSUMA SCHOOL:

KAJIAN TERHADAP KELEBIHAN,

KELEMAHAN, DAN SOLUSI

T E S I S

Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn.)

dalam Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Oleh

SOPIAN LOREN SINAGA NIM 117037004

PROGRAM STUDI

MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : PEMBELAJARAN PRAKTIK BIOLA MELALUI TIGA BUKU KARYA C. PAUL HARFURTH, SUZUKI, DAN ABRSM PADA TINGKATAN

PRADASAR DAN DASAR I DI CHANDRA KUSUMA SCHOOL:KAJIAN TERHADAP KELEBIHAN,

KELEMAHAN, DAN SOLUSI Nama : Sopian Loren Sinaga

Nomor Pokok : 117037004

Program Studi : Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni

Menyetujui

Komisi Pembimbing,

(4)

Tanggal lulus: Telah diuji pada Tanggal

PANITIA PENGUJI UJIAN TESIS

Ketua : Drs. Irwansyah, M.A. (………..)

Sekretaris : Drs. Torang Naiborhu, M.Hum. (..…..………..)

Anggota I : Drs. M. Takari, M.Hum., Ph.D. (….… ………)

Anggota II : Dra. Heristina Dewi, M.Pd . (...………)

(5)

ABSTRACT

The development of Western music is very widespread in Indonesia and being so much interest in the study of musical instruments. It makes music school and other institutions to be a place of learning music for a child up to adults. Music school and other educational institutions that stand in Indonesia is more in practicing the music instruments. One of the instruments were studied in music school or other institutions are violin instrument. The process of learning the violin instrument in some music schools or other institutions often use the music curriculum and a method in the form of guide books such as the Suzuki Violin books 1-8, 1-2 Keyser, Majas, Wolhfath 1-2, Kreuzer, ATune A Day 1-2, David's Violin School, Marcel Pinkse, Mathieu Crickboom, William Henley, Hanssit, Douze Petit Duos M, Wohlfahrt, Scale Studies, and other formsvof learning guide books for a violin practice.

These guide books are what makes the interaction between teachers and students in teaching-learning process in violin instrument.However, the existing problems, the selection of instructional materials which the violin teacher chosen is not so good for learning this violin instrument, because of the lack of concept of education to the teachers and teaching methods. In addition, to learning the violin guide book, there is also an ABRSM curriculum in which some music schools or institutions of music use this curriculum to the international exams in Indonesia.

Through these problems, the authors wanted to examine the application of the A Tune A Day Book, Suzuki Violin, and the school books contained of ABRSM in Chandra Kusuma School Medan in the form of teaching-learning process in practicing violin instrument. Then, the authors examine the teachers when teaching these three books to the students through the technique of playing the violin on the right hand as friction techniques legato, staccato, and detache and on the left hand on the first fingering to the fourth fingering. In the other side, the position and the shape of the fingers and the other problems of fingering. These three guidebooks are became the object of the author's research and the materials to solve the problems in learning the violin instrument. The method used by the authors to practice the violin is the instrument of Western music method and theory as apolied to the students in Chandra Kusuma School Medan.

(6)

ABSTRAK

Perkembangan musik Barat saat ini telah berkembang di Indonesia, terlihat dari banyaknya peminat yang ingin mempelajari praktik instrumen musik. Hal ini menjadikan sekolah, instansi, maupun lembaga musik menjadi sebuah wadah untuk tempat pembelajaran musik, melalui praktik instrumen terhadap seorang berusia anak-anak sampai dewasa. Salah satu instrumen yang dipelajari pada sekolah dan instansi musik adalah biola. Proses mempelajari instrumen biola sebagian sekolah, instansi, atau lembaga musik sering sekali menggunakan kurikulum melalui sebuah metode dalam bentuk buku panduan seperti seperti

Suzuki Violin buku 1-8, A Tune A Day 1-2, dan banyak lagi bentuk buku panduan pembelajaran untuk sebuah kepentingan praktik biola. Buku panduan tersebut digunakan untuk sebuah pembelajaran yang menjadikan interaksi antara guru dan murid dalam proses belajar-mengajar pada instrumen biola.

Permasalahannya, adalah pemilihan bahan untuk pembelajaran instrumen biola yang dipilih seorang guru melalui buku panduan, memiliki kelebihan dan kekurangan terhadap pembelajaran biola bagi peserta didik. Selain buku panduan dalam pembelajaran biola, terdapat juga sebuah kurikulum ABRSM yang sebagian instansi menggunakannya untuk ujian yang dipelajari sebelum ujian berlangsung. Kurikulum tersebut direvisi selama 3 (tiga) tahun sekali. Dalam hal ini peserta didik dapat mempersiapkan bahan yang akan diujiankan untuk dilatih dan membahasnya dengan seorang guru sebelum ujian berlangsung.

Melalui hal tersebut penulis ingin meneliti penerapan buku A Tune A Day, Suzuki Violin, dan buku ABRSM di sekolah Candra Kusuma School dalam proses belajar-mengajar praktik instrumen biola. Kemudian meneliti guru mengajarkan ketiga buku panduan kepada peserta didik, melalui teknik permaianan biola pada tangan kanan seperti tehnik gesekan legato, staccato, dan detache,kemudian tangan kiri pada penjarian 1 (satu) sampai penjarian 4 (empat), posisi jari dan bentuk jari serta permasalahan penjarian lainnya. Ketiga buku panduan yang menjadi bahan penelitian penulis untuk melihat kepentingan dan mengatasi permasalahan-permasalahan serta memberikan sebuah solusi pada pembelajaran instrumen biola. Teori yang di pakai penulis untuk kepentingan praktik instrumen biola adalah teori musik barat, untuk kepentingan proses pembelajaran biola yang diterapkan pada peserta didik pada tingkatan pradasar dan dasar I di Sekolah Candra Kusuma School.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, rahmat dan karunia-Nya yang membimbing dan menyertai penulis dalam penyelesaian studi di Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Medan.

Tulisan dalam bentuk tesis ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn.) pada Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis, ayahku Jorgit Sinaga dan ibuku Murniati Br. Turnip nasehatmu ibu senantiasa mengiringi langkahku di manapun aku berada. Segala yang Bapak dan ibu berikan (doa dan nasehat) membawaku mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi, saya tidak mampu membalasnya dengan apapun.

Kepada Ayah angkat saya tercinta, Budhi Ngurah, yang tidak pernah lelah mendukung dan memotivasi saya dengan moril dalam perkuliahan saya hingga saat ini. Hanya tesis ini yang dapat saya persembahkan sebagai tanda terima kasih atas Pengetahuan, ilmu bermusik dan rasa kepedulianmu kepadaku.

(8)

Tidak lupa saya berterima kasih kepada abang dan kakak, Jontra Hotmadi Sinaga, Peri Sastra Sinaga, Darma Wandi Lingga (lae), Putri Dewi Sinaga, Uli ( kakak ipar). Atas dorongan, motivasi dan doa kalian mendukung terselesaikannya pembuatan tesis ini. Semoga kalian selalu diberkati Tuhan Yesus Kristus Juru Selamat kita.

Secara akademik penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu., DTM & H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K)., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, dan Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya, yang telah memberi fasilitas, sarana dan prasarana belajar bagi penulis sehingga dapat menuntut ilmu di Kampus Universitas Sumatera Utara ini dengan baik.

Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ketua Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Drs. Irwansyah, M.A., dan Sekretaris, Bapak Drs. Torang Naiborhu, M.Hum., atas bimbingan akademis dan arahan yang diberikan.

(9)

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua dosen Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni, antara lain: Drs. Kumalo Tarigan, M.A., Dra. Rithaony, M.A., Dra. Frida Deliana, M.Si., Drs. Bebas Sembiring, M.Si., Prof. Drs. Mauly Purba, M.A., Ph.D., atas ilmu yang telah diberikan selama ini. Begitu juga kepada Bapak Drs. Ponisan sebagai pegawai adminsitrasi, terima kasih atas segala bantuannya selama ini. Penulis berharap kiranya tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. Selain itu juga dapat menjadi sumbangan dalam ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang Penciptaan dan Pengkajian Seni, serta Etnomusikologi.

Tentu tesis ini masih jauh dari kesempurnaannya, karena itu kepada semua pihak penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun pada tesis ini.

Medan, Agustus 2013 Penulis

(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI

1. Nama : Sopian Loren Sinaga 2. Tempat/Tgl. Lahir : Siantar, 27 September 1988 3. Jenis Kelamin : laki-laki

4. Agama : Kristen katolik 5. Kewarganegaraan : Indonesia 6. Nomor Telepon : 081392786115

7. Alamat : Pancing, tangkul II no 114 -Medan 8. Pekerjaan : Belum bekerja

PENDIDIKAN

1. Sekolah Dasar Swasta Umi Fatimah Medan lulus tahun 2000

2. Sekolah Menengah Pertama Swasta Siloam Medan lulus tahun 2003 3. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Smk Negeri 11 Medan lulus tahun 2006

(11)

5. Mahasiswa Program Studi Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni di Fakultas Budaya Universitas Sumatera Utara

Pengalaman Bermusik

- Konser Gita Bahana Nusantara (GBN) Istana presiden Indonesia Tahun 2007. - Seameo meeting Bali 13 Maret Tahun 2007.

- Rakornas & HUT ke – 6 Partai Demokrat 2 Desember Tahun 2007. - Festival Kesenian Indonesia V Bali 21 November Tahun 2007.

- Penyerahan anugrah kebudayaan Prambanan 6 November Tahun 2007. - Penganugrahan PTK-PNF Semarang 10 Agustus Tahun 2008.

- Festival seni Internasional Yogyakarta 18 Juli Tahun 2008. - Festival kesenian Indonesia VII Jakarta 6 Oktober Tahun 2009. - Annual meeting Asian Development Bank, Bali 2-5 Mei Tahun 2009.

- Jakarta Internasional Java Jazz Festival (Dwiki Darmawan) 3-6 Maret Tahun 2009.

- Anggota F hole String Ansamble Tahun 2006 - sekarang.

- Anggota (orkes simpony ISI Yogyakarta) Tahun2006 - sekarang. - Pengajar Musik Private Tahun 2006 – sekarang.

- Anggota Orkes Mahasiswa ISI Jogja Tahun2006 sekarang.

(12)

Guru Pendidik Instrumen:

- Budi Ngurah ( Yogyakarta )

- Pipin Garibaldi ( Yogyakarta )

- Karl Edmund Prier Sj ( Yogyakarta )

- Hamdan ( Medan )

- Slamet ( Medan)

- Hari Martopo ( Yogyakarta )

(13)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2013

(14)

DAFTAR ISI

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 18

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 19

1.3.3 Fokus Penelitian ... 19

1.7.5 Kerja laboratorium ... 30

1.7.6 Tahap pengumpulan data ……… 30

(15)

BAB III ASAL-USUL, TEKNIK DAN PERKEMBANGAN BIOLA DI

3.4.4 Teknik tangan kiri penjarian …….………...…… 69

BAB IV PEMBAHASAN METODE PEMBELAJARAN BIOLA MUSIK PROGRAM SEKOLAH CHANDRA KUSUMA SCHOOL ………. 73

4.1 Metode Pembelajaran Biola A Tune A Day di Sekolah Chandra Kusuma School………..… 73

4.2 Metode Pembelajaran Biola Suzuki di Sekolah Chandra Kusuma School ………..……….….….… 75

4.2 Kurikulum ABRSM ……….…………..…... 89

4.5 Proses Pembelajaran Biola Sekolah Chandra Kusuma School... 89

4.5.1 Tangan kanan………....….………….. 90

4.6 Proses Pembelajaran Biola Dalam Satu Kali Pertemuan ……..…. 102

4.7 Proses Penggarapan Sebuah Lagu ……….………. 105

4.7.1 Nada/intonasi ……… 107

4.7.2 Penjarian ... 108

4.7.3 Permainan bow ... 108

4.7.4 Simbol dan tanda alterasi ... 109

4.8 Hambatan dalam proses pembelajran biola... 111

(16)

4.9 Hasil atau Wujud Pembelajaran Biola pada Sekolah Chandra

Kusuma School …….. ... 118

BAB V Materi Pembelajaran melalui buku panduan A tune A day, Suzuki Violin, serta kurikulum ABRSM Pada Instrumen Biola Di Sekolah Chandra Kusuma School ……….… 122

5.1 Materi Teknik Pada Instrumen Biola ... 122

5.2 Mataeri Lagu Pada Instrumen Biola ... 124

5.3 Langkah-Langkah Penerapan Buku Panduan A Tune A Day, Suzuki Violin, Kurikulum ABRSM Pada Instrumen Biola di Sekolah Chandra Kusuma school ………. 125

5.3.1 Pemanasan dalam memainkan tangga nada dan teknik bowing ……… 125

(17)

Daftar Gambar

Gambar 3.1 Biola dengan alat gesek biola ………...…. 50

Gambar 3.2 Pemain biola dunia, Yehudi Menuhin ……….… 53

Gambar 3.3 Anatomi instrumen biola ……….………… 53

Gambar 3.4 Penempatan tangan kiri dalam memegang biola (Lamb, 1990: 81 )… 64 Gambar 3.5 Anatomi dalam memegang biola posisi berdiri dan duduk (Rapoport, 2008: 44). ……….……….…. 64

Gambar 3.6 Posisi ibu jari mendekati frog dalam memegang bow (Galamian, 1962: 46) ……….... 65

Gambar 3.7 Posisi empat jari tangan kanan dalam memegang bow …………... 65

Gambar 3.8 Posisi jari tangan kanan memegang bow, dilihat dari samping…….... 66

Gambar 3.9 Posisi gaya tangan kanan Rusia dalam memegang bow dan anatomi posisi jari tangan kanan dalam memegang bow (Rosenblith, 2000: 174)……... 67

Gambar 3.10 memegang bow gaya German dan anatomi posisi jari tangan kanan dalam memegang bow (Rosenblith, 2000: 174) ………... 68

Gambar 3.11 Posisi gaya tangan kanan Perancis-Belgia dalam memegang bow dan anatomi posisi jari tangan kanan dalam memegang bow ………...….…...…. 68

Gambar 3.12 pola-pola penjarian posisi 1 ………..…. 69

Gambar 4.1 biola dan nama elemen biola ………... 81

Gambar 4.2 posisi kaki dan istirahat ……….………..……. 82

Gambar 4.3 melatih memegang biola ……….……...….. 82

Gambar 4.4 memegang biola dan bow ……...……….…… 83

Gambar 4.5 melatih memegang bow dengan kayu yang lebih pendek dan ringan... 83

Gambar 4.6 melatih memegang bow ………...……….…. 84

Gambar 4.7 posisi bow ………....… 85

Gambar 4.8 posisi bow pada senar biola ……….. .. 86

Gambar 4.9 contoh gambar melatih bow dengan alat bantu ………..……….…... 91

Gambar 4.10 contoh gambar melatih bow pada tumpuan jari ……… 91

Gambar 4.11 contoh gambar posisi bow dari pankal ke ujung bow ….……..….… 92

Gambar 4.12 contoh gambar bermain biola guru dan peserta didik ………..…...… 93

Gambar 4.13 Cara memegang biola jempol sejajar dengan telunjuk ………….….. 94

Gambar 4.14 Cara melatih kekuatan dagu ……….……..… 95

Gambar 4.15 jarak dalam penulisan pada notasi ……….………. .. 97

(18)

ABSTRACT

The development of Western music is very widespread in Indonesia and being so much interest in the study of musical instruments. It makes music school and other institutions to be a place of learning music for a child up to adults. Music school and other educational institutions that stand in Indonesia is more in practicing the music instruments. One of the instruments were studied in music school or other institutions are violin instrument. The process of learning the violin instrument in some music schools or other institutions often use the music curriculum and a method in the form of guide books such as the Suzuki Violin books 1-8, 1-2 Keyser, Majas, Wolhfath 1-2, Kreuzer, ATune A Day 1-2, David's Violin School, Marcel Pinkse, Mathieu Crickboom, William Henley, Hanssit, Douze Petit Duos M, Wohlfahrt, Scale Studies, and other formsvof learning guide books for a violin practice.

These guide books are what makes the interaction between teachers and students in teaching-learning process in violin instrument.However, the existing problems, the selection of instructional materials which the violin teacher chosen is not so good for learning this violin instrument, because of the lack of concept of education to the teachers and teaching methods. In addition, to learning the violin guide book, there is also an ABRSM curriculum in which some music schools or institutions of music use this curriculum to the international exams in Indonesia.

Through these problems, the authors wanted to examine the application of the A Tune A Day Book, Suzuki Violin, and the school books contained of ABRSM in Chandra Kusuma School Medan in the form of teaching-learning process in practicing violin instrument. Then, the authors examine the teachers when teaching these three books to the students through the technique of playing the violin on the right hand as friction techniques legato, staccato, and detache and on the left hand on the first fingering to the fourth fingering. In the other side, the position and the shape of the fingers and the other problems of fingering. These three guidebooks are became the object of the author's research and the materials to solve the problems in learning the violin instrument. The method used by the authors to practice the violin is the instrument of Western music method and theory as apolied to the students in Chandra Kusuma School Medan.

(19)

ABSTRAK

Perkembangan musik Barat saat ini telah berkembang di Indonesia, terlihat dari banyaknya peminat yang ingin mempelajari praktik instrumen musik. Hal ini menjadikan sekolah, instansi, maupun lembaga musik menjadi sebuah wadah untuk tempat pembelajaran musik, melalui praktik instrumen terhadap seorang berusia anak-anak sampai dewasa. Salah satu instrumen yang dipelajari pada sekolah dan instansi musik adalah biola. Proses mempelajari instrumen biola sebagian sekolah, instansi, atau lembaga musik sering sekali menggunakan kurikulum melalui sebuah metode dalam bentuk buku panduan seperti seperti

Suzuki Violin buku 1-8, A Tune A Day 1-2, dan banyak lagi bentuk buku panduan pembelajaran untuk sebuah kepentingan praktik biola. Buku panduan tersebut digunakan untuk sebuah pembelajaran yang menjadikan interaksi antara guru dan murid dalam proses belajar-mengajar pada instrumen biola.

Permasalahannya, adalah pemilihan bahan untuk pembelajaran instrumen biola yang dipilih seorang guru melalui buku panduan, memiliki kelebihan dan kekurangan terhadap pembelajaran biola bagi peserta didik. Selain buku panduan dalam pembelajaran biola, terdapat juga sebuah kurikulum ABRSM yang sebagian instansi menggunakannya untuk ujian yang dipelajari sebelum ujian berlangsung. Kurikulum tersebut direvisi selama 3 (tiga) tahun sekali. Dalam hal ini peserta didik dapat mempersiapkan bahan yang akan diujiankan untuk dilatih dan membahasnya dengan seorang guru sebelum ujian berlangsung.

Melalui hal tersebut penulis ingin meneliti penerapan buku A Tune A Day, Suzuki Violin, dan buku ABRSM di sekolah Candra Kusuma School dalam proses belajar-mengajar praktik instrumen biola. Kemudian meneliti guru mengajarkan ketiga buku panduan kepada peserta didik, melalui teknik permaianan biola pada tangan kanan seperti tehnik gesekan legato, staccato, dan detache,kemudian tangan kiri pada penjarian 1 (satu) sampai penjarian 4 (empat), posisi jari dan bentuk jari serta permasalahan penjarian lainnya. Ketiga buku panduan yang menjadi bahan penelitian penulis untuk melihat kepentingan dan mengatasi permasalahan-permasalahan serta memberikan sebuah solusi pada pembelajaran instrumen biola. Teori yang di pakai penulis untuk kepentingan praktik instrumen biola adalah teori musik barat, untuk kepentingan proses pembelajaran biola yang diterapkan pada peserta didik pada tingkatan pradasar dan dasar I di Sekolah Candra Kusuma School.

(20)

BAB I

PENDAHUUAN

1.1Latar Belakang

Pendidikan musik adalah salah satu bagian penting dari subsektor pendidikan kesenian di Indonesia, yang memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Namun dalam kenyataannya, masih memiliki beberapa kendala yang meliputi sistem pendidikan, kurikulum, tenaga pengajar, fasilitas, perpustakaan, pembiayaan, dan lain sebagainya. Menurut penulis, hal yang paling kurang mendapat perhatian adalah sebuah metode pembelajaran musik. Pembelajaran adalah titik sentral pendidikan musik yang seharusnya menggunakan metode sebagai alat untuk mencapai keberhasilannya.

Profil pendidikan musik kita tampak beraneka ragam. Berbagai bentuk penyelenggaraan pendidikan musik dari yang formal seperti sekolah menengah musik hingga perguruan tinggi atau kursus-kursus musik privat, tetapi terdapat fakta bahwa pembelajaran musik pada umumnya kurang memperhatikan metodenya. Pendidikan musik tanpa menggunakan metode pembelajaran tentu tidak menguntungkan (Martopo, 2005:3).

(21)

metode untuk pembelajaran musik. Pertunjukan musik dan sarana untuk mempelajari musik saat ini sangat berkembang pesat. Hal ini dapat dibuktikan melalui banyaknya alat-alat musik yang sudah berkembang, buku panduan instrumen musik, tempat untuk mempelajari musik, serta tumbuhnya kesadaran orang tua, yang memberikan kesempatan kepada anak-anaknya mempelajari musik walaupun tujuannya bukan untuk menjadikan anak mereka musisi yang profesional. Keadaan ini menjadikan perkembangan musik di Indonesia sangat berkembang pesat.

Namun demikian, di sisi lain permasalahannya adalah, tidak sedikit para orang tua yang berpendapat, ketika anaknya ingin mempelajari musik harus mempunyai bakat tersendiri, yang mana Bakat tersebut sudah terlihat oleh orang tua sejak seorang anak berusia 5 sampai 10 tahun. Pemikiran orang tua yang selalu beranggapan pada sebuah bakat terhadap sebuah pembelajaran, menjadi sebuah faktor penghambat untuk proses pembelajaran khususnya pada instrumen musik. Akibatnya anak tidak akan pernah dapat menjadi musisi yang profesional, dikarenakan tidak adanya pelatihan mempraktikkan instrumen musik serta dukungan yang lainnya, jika para orang tua menunggu anak tumbuh dengan bakat ketika mempelajari instrumen musik.

(22)

seorang musisi yang profesional atau seorang komposer. Kesuksesan anak mempelajari musik bukan hanya dari faktor bakat yang dimiliki anak. Tetapi, dukungan orang tua, guru, teman dalam bermain, kurikulum, metode, berlatih di rumah, pertunjukan dan ujian, yang dilakukan anak menjadi sebuah faktor yang perlu diketahui para orang tua. Pembelajaran instrumen musik tanpa bimbingan orang tua dan seorang guru, seorang anak akan kesulitan untuk mengeluarkan bakatnya dalam mempelajari musik. Faktor-faktor tersebut menjadi hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan orang tua dan guru untuk kemahiran seorang anak atau peserta didik.

Keinginan orang tua yang ingin anaknya cepat dalam mempelajari musik menjadikan peran penting seorang guru dibutuhkan dalam sebuah proses belajar-mengajar praktik instrumen. Apabila dalam pembelajarannya seorang guru memberikan materi dengan cara yang sangat monoton, akibatnya anak yang mempelajari musik, akan lambat untuk dapat memainkan sebuah lagu dari sebuah instrumen yang dipelajari seorang anak, dan tidak mau mempelajari musik dari instrumen musik khususnya pada instrumen biola.

(23)

instrumen dengan seorang guru di sebuah sekolah, instansi, maupun lembaga musik, serta kegiatan peserta didik ketika mengulang kembali praktik instrumen dirumah, yang telah diajarkan seorang guru dalam pembelajaran praktik instrumen terlebih pada instrumen biola.

Biola adalah salah satu instrumen musik yang sering sekali dipelajari seorang anak yang dibunyikan malalui gesekan, dan sumber bunyinya berasal dari dawai yang digesek atau dipetik sesuai dengan kebutuhan fungsi dan kegunaannya. Biola merupakan salah satu instrumen yang sempurna secara akustik dan kemampuan musikal yang serbaguna, bahkan penampilannya indah dan juga emosional. Register suara biola juga hampir mendekati suara sopran manusia. Selain itu, biola yang disajikan pemainnya juga memiliki kemampuan untuk dapat memainkan nada dengan cepat dan lincah serta figurasi yang cemerlang efeknya. Selain itu dapat menjangkau suasana lirik dan lembut hingga tercipta suasana yang gemilang dan dramatik, tergantung dari keinginan dan kepiawaian pemainnya. Kapasitas untuk menahan nada amat mengagumkan dan jarang sekali instrumen lain dapat menghasilkan begitu banyak nuansa dari ekspresi dan intensitas suaranya.1

Biola adalah alat musik yang memiliki 4 senar, terdiri dari senar yang paling rendah adalah G atau sol, kemudian D atau re, A atau la, serta E atau mi senar yang register nadanya paling tertinggi di instrumen biola. Biola sering sekali disebut dengan violin, biola juga memiliki kesamaaan dengan instrumen biola alto (viola), cello (violoncello), dan contrabass (contrabasso). Jarak stem

1

(24)

dari seluruh intrumen ini terdiri dari interval (kwint) atau jarak 3 1/2 laras dan teknik memainkannya melalui gesekan, perbedaannya adalah pada ukuran (size) dan register nada dari setiap instrumen.

Biola salah satu alat musik yang sangat berperan penting untuk sebuah orkestra, yang memainkan karya-karya musik maupun komposisi musik klasik. Banyaknya pemain biola yang dibutuhkan untuk sebuah orkestra dapat mencapai 16 sampai 28 musisi yang dapat memainkan instrumen biola untuk membentuk sebuah harmonisasi yang baik. Pemain biola di dalam sebuah orkestra dibagi menjadi dua sampai tiga bagian yang disebut dengan pemain biola 1, 2, dan 3. Pemain biola 1 memainkan melodi, sedangkan pemain biola 2 memainkan harmoni dengan nada 1 oktaf di bawah biola 1, biola 3 juga memainkan harmoni 1 oktaf di bawah biola 2, agar mendapatkan suara yang baik dan harmoni yang seimbang.

Selain dalam orkestra, pemain biola juga sering tampil dalam sebuah kelompok-kelompok kecil seperti string kuartet yang dimainkan sebanyak 4 orang pemain instrumental yang terdiri dari biola 1, biola 2, alto, dan cello, dan dapat juga menghilangkan biola 2 dan menambahkan contrabass. Begitu juga dengan duet yang dimainkan 2 orang pemain instrumen seperti biola dengan biola atau biola dengan instrumen yang lain seperti flute, cello, biola alto, dan juga

contrabass.

(25)

dilakukan dalam bentuk solo dengan iringan orkestra, piano, maupun kelompok-kelompok kecil lainnya seperti ansambel dan string kuartet. Hal ini sering terdapat pada karya-karya musik klasik untuk sebuah aplikasi dalam pembelajaran instrumen biola.

Musik klasik adalah salah satu jenis musik diatonis di antara sekian banyak jenis atau bentuk musik yang sering sekali dimainkan oleh instrumen biola dalam bentuk Partita, Sonata, Concerto, Pieces, Musik Kamar, dan bentuk karya lainya. Di dalam karya-karya inilah terdapat karakter-karakter musik seperti riang, lirih, dan juga dramatik, yang sering dimunculkan dengan indah melalui suara biola yang sesuai dengan bentuk karya-karya tersebut ketika memainkan instrumen biola.

Selain interpretasi, pemain biola juga harus memiliki teknik yang baik serta pemilihan repertoar yang tepat. Sesuai dengan tingkat kemampuan pemain biola, agar dapat memainkan karya tersebut dengan indah dan sempurna. Namun, permasalahan yang sering terjadi ketika memainkan bentuk karya tersebut adalah teknik tangan kiri pada penjarian seperti posisi jari dan perpindahan posisi, tangan kanan pada gesekan seperti teknik legato, staccato, detache, spiccato, serta teknik lainnya pada instrumen biola.

(26)

sebuah reportoar atau karya musik klasik, yang akan dimainkan seorang pelajar untuk kepentingan ujian atau sebuah pertunjukan, selalu merubah teknik penjarian, gesekan, pada karya instrumental tersebut agar dapat mempermudah pelajar dalam memainkan karya atau reportoar musik. Perubahan yang dilakukan pelajar biola pada teknik tangan kanan seperti gesekan legato, staccato, detache, spiccato, dan tangan kiri seperti penjarian, posisi jari, perpindahan posisi serta artikulasi lainnya sering sekali lebih menyulitkan pelajar biola dalam memainkannya bukan mempermudah ketika memainkan karya tersebut.

Hal ini terjadi karena seorang pelajar biola tidak mengerti akan persoalan setelah merubah teknik-teknik yang ada pada karya tersebut. Kemudian permasalahan ketika seorang pelajar biola mengikuti tulisan atau simbol yang ada pada sebuah reportoar atau buku panduan, pelajar juga mendapatkan kesulitan dalam memainkannya, dikarenakan pemain yang telah merubah teknik dan artikulasi pada karya tersebut adalah pemain musik atau musisi yang sangat hebat, bukan mengacu pada proses pembelajaran. Maka penulisan teknik dan gesekan seperti legato, staccato, detache, spiccato, dan masalah penjarian, yang ada pada karya-karya tersebut atau buku panduan akan selalu menurut kemampuan dan kehebatan musisi yang telah merubahnya. Akibatnya perubahan-perubahan teknik tersebut sering sekali kurang sesuai untuk pemain biola pada tahap pembelajaran, bahkan cendrung lebih sulit secara teknik baik dari penjarian, gesekan dan artikulasi lainnya.

(27)

sering sekali lebih memfokuskan kepada sebuah pembelajaran praktik instrumen. Dimana proses pembelajaran bahan lagu dan teknik tersebut akan diujiankan, sudah dilatih oleh pelajar biola dan dibimbing oleh instruktur violin 6 (enam) bulan sebelum bahan tersebut diujiankan. Permasalahannya adalah siswa atau pelajar biola yang memainkan lagu, teknik dan tangga nada, selalu berpedoman pada buku panduan yang mana peserta didik akan mempelajari, mencari serta mempermudah semua yang akan dimainkan peserta didik, pada sebuah lagu maupun teknik yang akan diujiankan oleh pelajar atau pemain biola tersebut.

Buku panduan yang memfokuskan pada sebuah lagu, teknik serta tangga nada, banyak memiliki kesamaan dan perbedaan yang terdapat pada beberapa buku panduan, membuat pelajar maupun pemain biola akan memilih edisi mana yang akan dipakai pada buku panduan tersebut. Perbedaannya adalah pada teknik tangan kanan seperti gesekan legato, speccato, staccato dan tangan kiri seperti penjarian dan posisi. Permasalahan lain adalah bahwa setiap edisi yang ada pada buku panduan memiliki teknik yang berbeda-beda pada titik kesulitan dan kemudahannya. Hal ini membuat pelajar dan pemain biola sering sekali merubah teknik yang ada pada sebuah lagu menurut kepentingan pelajar maupun pemain biola.

(28)

instrumen biola. Akibatnya peserta didik akan dapat memainkan beberapa lagu saja yang mana proses memainkan lagu tersebut melalui hafalan dan tidak membaca buku panduan yang ada melalui sebuah notasi.

Hal ini dapat diatasi melalui awal pembelajaran (pradasar) seorang peserta didik ketika melakukan praktik dengan seorang guru. tanda baca yang diawali seorang guru dalam pembelajaran, kemudian menjelaskan teori musik barat dan cara mengaplikasikan pada pembelajaran insrumen biola pada penjarian dan teknik gesekan. Kesulitan yang terdapat pada buku panduan yang dirubah oleh seorang peserta didik biola, sebaiknya terlebih dahulu dikonsultasikan pada seorang guru praktik, agar peserta didik mendapat sebuah arahan, masukan, atau pelajaran teknik untuk dapat menguasai permasalahan yang terdapat pada buku panduan.

Buku panduan yang memiliki perbedaan pada setiap edisi, memiliki tingkat kesulitan yang berbeda, hal ini dapat dipilih oleh seorang guru praktik untuk bahan yang akan di pelajari peserta didik melalui teknik tangan kiri dan tangan kanan, dinamika, interpretasi ketika peserta didik memainkan sebuah lagu melalui teknik dan interpretasi pada instrumen biola.

(29)

Melalui permasalahan ini, maka guru harus mengerti serta mengetahui hal dasar apa yang harus diajarkan pada seorang peserta didik seperti, memberikan peserta didik kenyamanan bermain sebuah lagu, sesuai dengan tingkatan peserta didik, pemilihan bahan yang tidak terlalu sulit untuk dipelajari peserta didik, mengertikan peserta didik tujuan dari teknik yang diterapkanya pada sebuah lagu. Memainkan bahan tersebut secara bersamaan dengan murid ketika mengajarkan dan memainkan sebuah lagu pada peserta didik ketika mempraktikan instrumen biola.

Selain lagu, terdapat juga sebuah tangga nada (scale) pada buku panduan, hal ini dilakukan untuk mempermudah penjarian dalam memainkan sebuah tangga nada dengan metode seperti perpindahan posisi jari, penempatan sebuah jari, dan awal sebuah jari ketika memainkan sebuah tangga nada. Metode ini menjadi sebuah identitas, ketika pemain atau pelajar biola bermain tangga nada, pemain biola yang lain akan mengetahui buku panduan apa yang dipakai pemain biola dalam memainkan tangga nada tersebut.

(30)

Hal ini terlihat melalui banyaknya buku panduan pembelajaran instrumen biola yang cukup sulit, untuk tahap pembelajaran yang terdapat pada buku panduan. Walaupun peserta didik mendapatkan kesulitan melalui nada yang tidak harmonis untuk mempelajari proses praktik instrumen biola dirumah.

Pembelajaran awal praktik instrumen biola melalui sebuah gesekan menjadi hal yang harus dipertimbangkan dan dimengerti oleh seorang guru. Pembelajaran ini menjadi sebuah permasalahan bagi seorang peserta didik, ketika mempelajarinya di rumah secara mandiri, tanpa sebuah iringan dan bantuan oleh seorang guru. Peserta didik akan merasa jenuh ketika mempelajari gesekan pada instrumen biola, karena dalam pembelajaran awal instrumen biola, peserta didik tidak memainkan sebuah melodi, melainkan melatih sebuah gesekan dari salah satu senar kesenar yang lain untuk awal pembelajaran instrumen biola. Akibatnya keinginan dan semangat peserta didik akan berkurang ketika mempelajari instrumen tersebut, kemudian para orang tua akan menganggap anaknya tidak berbakat dalam mempelajari instrumen tersebut dan segera menghentikan proses pembelajaran biola. Pembelajaran pada teknik gesekan yang dilakukan awal pembelajaran, dapat berlangsung sebanyak 4 (empat) sampai 12 (dua belas) pertemuan.

(31)

sebuah melodi, peserta didik harus dapat memainkan penjarian satu sampai pada penjarian tiga, untuk dapat memainkan biola. Pembelajaran awal ini dapat menghabiskan waktu selama 4 (empat) sampai 6 (enam) bulan untuk mendapatkan penjarian yang baik. Permasalahan penjarian yang ada, dikarenakan produksi nada, terdapat pada jari ketika memainkan biola, hal ini karena instrumen biola tidak memiliki tempat penjarian (fret) yang pasti, ketika memainkan sebuah nada melalui penjarian.

Teknik penjarian pada instrumen biola menjadi sebuah masalah yang sering terdapat ketika mempelajari instrumen tersebut. Hal ini menjadi cukup penting dimengerti seorang guru agar dapat menyampaikannya kepada peserta didik biola, untuk mengerti akan proses pembelajaran penjarian yang akan dicapai oleh seorang peserta didik. Kemudian mendengarkan nada yang dihasilkan melalui penjarian peserta didik. Guru juga harus memilih buku panduan yang tepat untuk peserta didik biola yang sedang menerapkan penjarian atau memainkan instrumen biola.

(32)

Mathieu Crickboom, William Henley, Hanssit, Douze Petits Duos F, WohlFahrt, Scales Studies, dan banyak lagi buku panduan pembelajaran untuk kepentingan praktik biola.

Banyaknya sebuah metode yang terdapat pada buku panduan untuk proses praktik instrumen biola, melalui teknik yang bermelodi seperti sebuah lagu yang diaransemen sesuai kebutuhan teknik yang ada pada tangan kanan dan tangan kiri. Hal ini dilakukan, agar proses pembelajaran biola menjadi lebih baik dengan bermain dengan nada-nada yang indah (konsonan). Lagu-lagu yang diciptakan untuk sebuah teknik biola kebanyakan diambil dari nada-nada lagu rakyat Eropa dan lagu yang telah populer di telinga untuk proses pembelajaran instrumen biola.

Hal ini sering sekali diterapkan para pemula yang sedang mempelajari instrumen biola pada sebuah sekolah, instansi, maupun lembaga musik. Sekolah musik, selalu memakai buku panduan atau bahan praktik, baik dari sebuah lagu maupun teknik, yang selalu memilih bahan yang acuannya pada sebuah universitas ataupun sebuah institut musik. Akibatnya lagu dan teknik yang dipraktikkan siswa selalu sulit dan terlalu tinggi, karena tidak memiliki standarisasi kurikulum, konsep edukasi, dan metode pelajaran dan pengajaran pada siswa yang terdapat pada sebuah sekolah dan tidak pernah memfokuskan bahan pembelajaran biola tersebut sampai selesai.

(33)

maupun lembaga musik untuk mempelajari sebuah instrumen tanpa memiliki pengetahuan tentang musik baik pada teori maupun instrumen musik. Permasalahan ini jelas memiliki perbedaan antara sebuah universitas, sekolah musik, maupun sebuah instansi tempat pembelajaran musik.

Proses pembelajaran instrumen tersebut pada sebuah institut atau universitas, adalah mahasiswa lebih mandiri untuk sebuah praktik yang dibimbing oleh dosen atau instruktur instrumen beberapa kali selama sebulan, dan tidak pada sebuah rutinitas proses memainkan bahan dari awal sebuah lagu sampai akhir sebuah lagu. Maka dalam hal ini mahasiswa yang mempelajari bahan tersebut, akan selalu mencari, melatih serta melihat video-video dan contoh-contoh musisi yang telah memainkan bahan atau karya yang sedang dipelajari mahasiswa tersebut melalui teknik dan interpretasi.

(34)

Terlebih lagi sebuah instansi atau lembaga musik yang melakukan proses pembelajarannya dilakukan sebanyak 4 (empat) pertemuan dalam satu bulan yang masing-masing pertemuan selama 30 menit dan proses belajar-mengajar yang dilakukan sebuah instansi berbentuk (privat) yang hanya dilakukan guru dan murid. Proses pembelajarannya dilakukan tanpa menuntut kemahiran dari seorang peserta didik yang sedang mempelajari musik. Hal ini menjadikan sebuah instansi musik tidak memiliki standarisasi pencapaian pelajar musik untuk menjadikan seorang pelajar menjadi musisi yang hebat.

Sebaliknya, terdapat juga disebuah instansi kurikulum pembelajaran praktik instrumen dengan tingkat kesulitan yang sangat tinggi, ketika mempelajari sebuah instrumen musik. Tanpa memikirkan seorang anak dengan mata pelajaran yang lainnya. Sebagian instansi dan lembaga musik memiliki standarisasi untuk diujiankan pada akhir semester dan dapat juga tidak diujiankan oleh peserta didik yang disebut dengan akademis dan non-akademis.

(35)

serta kebijakan sebuah instansi musik untuk tidak menutup jalur peminat musik di usia dewasa dalam bentuk proses pembelajaran instrumen pada sebuah instansi atau lembaga musik khususnya Pelajar musik pada usia dewasa.

Selain ujian pada sebuah instansi terdapat juga ujian internasional seperti ABRSM (Associated Board of the Royal School of Music) yang dilakukan perorangan terlepas dari sebuah instansi musik. Kurikulum yang dipakai untuk ujian ABRSM adalah kurikulum yang diciptakan dari kerjasama seluruh universitas yang ada di Eropa direvisi dan dikembangakan selama 3 tahun sekali pada pembelajaran praktik instrumen maupun teori musik yang bahan tersebut dipakai hanya untuk bahan ujian saja.

Instansi juga membuat sebuah pembelajaran biola yang berbentuk kelas yang terdiri dari 8 murid dan 1 pengajar biola. Pembelajaran ini dilakukan karena banyaknya anak yang lebih senang bermain bersama teman-temannya, proses pembelajaran ini selama 45-60 menit dan lebih kepada bentuk ansambel dengan memakai melodi yang sama dalam praktik pembelajarannya. Pembelajaran musik yang di lakukan sebuah instansi, lebih kepada target sebuah kurikulum pembelajaran yang akan diujiankan dua kali selama setahun yang diawali pada sebuah tingkatan (great) pradasar 1 dan 2, dasar 1 sampai 4, menengah 1 dan 2, lanjut 1 dan 2, hal ini dilakukan selama anak masih belajar pada sebuah instansi musik. waktu yang dihabiskan anak untuk mencapai tingkatan lanjut 2 selama 5 tahun.

(36)

didukung oleh sebuah pelajaran teori, solfegio, sejarah, analisis, chamber atau ensambel, praktik instrumen biola adalah salah satu instrumen yang dipelajari di sebuah universitas, sekolah maupun instansi.

Melalui permasalahan-permasalahan ini penulis ingin meneliti sebuah metode pembelajaran praktik instrumen biola melalui buku panduan pembelajaran instrumen biola yang dikhususkan penulis pada tiga buku panduan: (a) A Tune A Day, (2) Suzuki Violin, serta (3) Kurikulum ABRSM pada sebuah teknik dan lagu, yang terdapat pada buku-buku tersebut. Kemudian penulis memfokuskan pada buku panduan A Tune A Day 1 (Satu), yang mana terdiri dari buku 1 (satu) dan 2 (dua), Suzuki Violin 1 yang terdiri dari buku 1 (satu) sampai 8 (delapan) serta Kurikulum ABRSM pada buku 1 yang terdiri dari buku 1 (satu) sampai 8 (delapan). Hal ini akan diteliti oleh penulis pada musik program yang terdapat pada sekolah Chandra Kusuma School, Sekolah ini memiliki kelas biola untuk pembelajaran praktik instrumen yang termasuk dalam mata pelajaran seni budaya yang lebih di spesifikasikan.

(37)

dalam bidang musik pada siswa yang ingin belajar praktik instrumen musik secara lebih serius. Misalnya marching band, band, komposisi, ataupun mempelajari alat intrumen klasik seperti violin, viola, cello, flute, guitar, dan

piano.

Siswa-siswi Sekolah Chandra Kusuma School dapat memilih berbagai instrumen musik untuk musik program. Sekolah Chandra Kusuma School menggunakan mata pelajaran ekstrakurikuler untuk dapat mempelajari alat musik klasik dan tradisional. Adapun alat musik yang digunakan dalam pembelajaran yaitu mempelajari alat musik angklung, pianika, rekorder, violin, viola, cello, contrabass, flute, piano, paduan suara, dan komposisi. Prosesnya melibatkan guru-guru yang mempunyai kemampuan secara individu untuk mengajar dan memainkan alat musik tersebut. Proses pembelajaran musik di sekolah Chandra Kusuma School merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik dalam kegiatan belajar-mengajar dengan menggunakan fasilitas pendidikan yang telah disediakan. Pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan pekembangan otak, sains, dan musikalitas peserta didik. Hal ini dapat dilihat pada fungsi dan tujuan pembelajaran tersebut, dimana peserta didik tersebut dibentuk untuk dijadikan sebagai pemain orkes di dalam sebuah kelompok orkestra kecil.

(38)

privat di Sekolah Chandra Kusuma School. Oleh sebab itu dalam tesis ini akan diangkat dengan judul: “Penerapan Pembelajaran Praktik Biola Melalui Tiga Buku Karya Harfurth, Suzuki, dan ABRSM pada Tingkatan Pradasar dan Dasar I

di Sekolah Chandra Kusuma School.”

Penulis hanya memfokuskan pada buku panduan satu saja diharapkan dengan meneliti penerapan ketiga buku panduan tersebut dapat memberikan masukan dan solusi dalam proses pembelajaran instrumen biola, penelitian penulis melalui ketiga metode dilaksanakan dan diaplikasikan oleh tenaga pengajar untuk peserta didik pada tingkatan (great) pradasar dan dasar I melalui ketiga buku panduan tersebut.

1.2 Pokok Permasalahan

Adapun pokok permasalahan atau pertanyaan dalam penelitian ini adalah:

bagaimana pembelajaran biola melalui tiga buku karya Harfurth, Suzuki dan

Kurikulum ABRSM di Chandra Kusuma School?Apa saja kelebihan, kekurangan,

dan bagaimana solusinya?

(39)

Deskripsi lainnya adalah bagaimana penerapan pembelajaran yang memadukan ketiga buku panduan pada pradasar dan dasar I.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian penerapan metode pembelajaran instrumen biola melalui buku panduan ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan metode biola A Tune A Day, Suzuki Violin dan Kurikulum ABRSM di Candra Kusuma School. Kemudian dikaji apa-apa saja kelebihan, kelemahan, dan solusi dari penerapan kurikulum tersebut.

Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi guru dalam bentuk pengajaran, serta memudahkan murid mempelajari instrumen biola. Melalui ketiga buku panduan, baik pada sebuah gesekan maupun pada sebuah penjarian, serta melihat bagaimana penggabungkan ketiga buku panduan tersebut, yang diaplikasikan untuk pradasar dan dasar 1 (satu) pada pembelajaran biola.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat yang di ambil dari penelitian yang diwujudkan dalam bentuk tesis ini adalah sebagai berikut:

(40)

(2) Sebagai bahan masukan bagi pembaca khususnya mahasiswa, pelajar, dan penikmat musik, agar dapat mengetahui permasalahan pada instrumen biola dalam konteks permainan biola.

(3) Menambah pengetahuan bagi penulis, guru, pelajar biola serta penikmat musik lain, baik mencakup teori maupun praktik musik pada instrumen biola. (4) Penelitian ini akan bermanfaat untuk pengembangan kesenian dalam konteks

seni musik di Indonesia.

1.3.3 Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian dari ketiga metode pembelajaran adalah meneliti metode pembelajaran, baik pada sebuah lagu maupun teknik yang sesuai untuk pembelajaran instrumen biola di Sekolah Candra Kusuma School melalui ketiga buku panduan. Kemudian menggabungkan bahan-bahan yang ada pada ketiga buku panduan baik pada lagu-lagu dan teknik serta tangga nada yang terdapat pada buku panduan, untuk kepentingan dan permasalahan serta mempermudah mempelajari instrumen biola baik pada teknik tangan kanan seperti gesekan dan teknik tangan kiri pada penjarian.

(41)

Merevisi dan mengevaluasi sebuah metode pembelajaran yang terdapat pada ketiga buku panduan dan memberikan sebuah solusi, setelah mengaplikasikan ketiga metode pembelajaran tersebut kepada peserta didik melalui permasalahan ketika peserta didik memainkannya, serta permasalahan pengajaran yang terdapat pada guru atau instruktur biola ketika mengajarkannya pada peserta didik.

1.4 Studi Kepustakaan

Sebelum penulis mengadakan studi lapangan, terlebih dahulu penulis mengadakan studi kepustakaan antara lain:

Carl Flesh buku panduan tangga nada, yang membahas permasalahan tangga nada dengan penjarian dan posisi ketika memainkan tangga nada serta mempermudah penjarian dengan berbagai posisi.

Kurikulum ABRSM sebagai acuan penulis untuk materi bagi peserta didik serta menganalisis buku tersebut untuk kepentingan pembelajaran pada sebuah tingkatan, agar peserta didik sampai pada titik merasa terlalu sulit ketika mempelajari instrumen biola

(42)

Dieter Mack, dalam bukunya Ilmu melodi ditinjau dari segi budaya musik barat (1995), pusat musik liturgi Yogyakarta, buku ini mengetengahkan analisis melodi dari beberapa komponis musik barat disertai dengan contoh berupa cuplikan-cuplikan rekaman.

Buku Douglass M. Green Form in Tonal Music: An Introduction to Analysis (1979), berisikan tentang ilmu bentuk analisa musik dalam musik tonal, beserta dengan contoh table.

Buku Ilmu Bentuk Analisa (1996) yang dikarang Karl-Edmund Prier, SJ. Berisikan kumpulan bahan kuliah ilmu bentuk analisa musik. Kemudian disusun dan diterbitkan dalam bentuk buku, terdiri dri lima bagian, bentuk-bentuk ganda, bentuk sonata, bentuk polifoni, dan bentuk siklis.

Leon stein, dalam Structur & Style, The Study and analysis of Musikal Forms (1997), menguraikan tentang musik barat dari unsur bentuk yang paling kecil sampai pada bentuk yang besar dengan segala unsur perkembangannya.

Buku Arnold Schonberg, Struktural Fungtions of harmony (1969), berisi tentang fungsi-fungsi struktur harmoni didalam musik diatonik barat. Buku ini menjadi referensi bagi penulis dalam bentuk harmoni ketika penulis pada iringan untuk metode pembelajaran.

(43)

Karya Robert W. Ottoman, Advanced Harmony, Theory and Practice

(1963), berisi tentang teori-teori lanjut tentang penyusunan nada-nada secara vertical beserta penerapannya terhadap musik barat sampai pada abad XIX.

Buku Vincent Persichetti, Twentieth Century Harmony, Creative Aspects and Practice (1978), merupakan salah satu buku pedoman mengenai teori harmoni musik abad ke XX dan penerapannya dalam buku ini seluruh latihan serta penerapan teori harmoni dilakukan dengan membuat komposisi. Bukan pada sebuah harmoni saja melainkan juga mengandung unsur latihan membuat komposisi musik.

Nicholas Slonimsky, dalam bukunya Thesaurus of Scales and Melodic Patterns (1947), mengemukakan tentang pengolahan berbagai tangga nada, modus, dan pola-pola yang bersifat melodi.

Buku Oliver Messiaen, The Technique of My Musical Language (1966) berisi tentang teknik komposisi dan pembahasan dari karya-karya messiaen.

Karya Frank Howes, (1947), Full Orchestra, berisi mengenai evolusi dan peran orkestra dalam musik klasik barat.

Samuel Adler, dalam bukunya The Study of Orchestration (1989), menulis mengenai teknik orkestrasi secara menyeluruh beserta contoh dan latihannya.

(44)

perbandingan bagi penulis agar dapat mempercepat dan mempermudah pembelajar instrumen khususnya instrumen biola.

Buku Ensiklopedia Musik Klasik buku ini disusun oleh Muhamad Syafiq yang berisikan seperti kamus musik dan banyak menceritakan peradapan musik klasik sampai pada saat ini serta menceritakan riwayat hidup composer pada jaman klasik sampai pada masa modern saat ini.

Kamus Musik Pono Bonoe yang membantu untuk mengerti akan simbol dan tulisan-tulisan yang terdapat pada sebuah lagu. Buku ini membantu penulis dalam glosarium yang akan dibuat oleh penulis.

Cara Mudah dan Cepat Membaca Notasi buku ini ditulis oleh Yohanes Andhi Kurniawan yang mengajarkan teknik pembelajaran musik melalui membaca sebuah not, serta pengajaran yang sangat mempermudah ketika membaca sebuah notasi musik. Buku ini menjadi panduan bagi penulis ketika membuat sebuah notasi lebih mempermudah peserta didik dan dapat sekaligus mengajarkan peserta didik cara membaca dengan cepat baik pada not balok instrumen biola maupun instrumen lainnya.

1.5 Konsep dan Teori 1.5.1 Konsep

(45)

tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru (Hamilik, 2001:1).

Metode yang dimaksud dalam penelitian penulis berbentuk sebuah tulisan notasi, yang ditulis untuk sebuah pembelajaran praktik instrumen biola melalui tangan kanan dan tangan kiri. Kemudian diterapkan oleh seorang guru untuk pembelajaran peserta didik dari tingkatan pradasar sampai pada tingkatan dasar I.

Pembelajaran adalah proses interaksi sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemeroleha untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik (Wikipedia.org/wiki/ pembelajaran, 3 Februari 2013).

Dalam pembelajaran guru harus memahami materi pelajaran yang diajarkan sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru. Oleh sebab itu diperlukan adanya teori pembelajaran yang akan menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran yang efektif di kelas (Dewi, 2004:1).

(46)

panduan untuk sebuah proses dalam pembelajaranya. Kemudian diajarkan dalam bentuk privat maupun kelas dalam pembelajaran praktik instrumen.

Psikologi adalah pengetahuan mengenai pikiran dan perilaku kemudian menjadi suatu pengertian yang dibutuhkan untuk mengetahui bagaimana tepatnya lingkungan sensori (pendidikan musik langsung maupun tidak langsung) dapat menghasilkan peningkatan perkembangan otak serta memperkaya hidup manusia. Radocy dan Boyle pada tahun 1997 menjelaskan bahwa semua jaringan saraf termasuk sensori, motor, dan koneksi antar saraf dan sebagian besar saraf otak adalah saling berhubungan, serta merupakan bagian dari hubungan jaringan komputer raksasa. Belajar harus meliputi peningkatan pemahaman dan efisiensi komunikasi sejumlah unit fungsi saraf (Djohan, 2003:24).

Psikologi dalam penelitian ini sebagai pendukung lancarnya penyampaian sebuah metode, pembelajaran yang dilakukan seorang guru ketika mengajar peserta didik. Melatih peserta didik dalam membahas sebuah lagu, teknik tangan kanan dan tangan kiri dalam praktik instrumen biola.

1.5.2 Teori

(47)

dan pengaruh musik terhadap kinerja otak juga dapat mempengaruhi kognisi dan perilaku.

Dowling menjelaskan, bahwa hal mendasar dalam pembelajaran musik adalah menggunakan cara deklaratif dan prosedural. Ketika mendengar musik, salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah mengingat dan menyimpannya kedalam memori, misalnya ketika mendengarkan nada atau akor, akan menjadi lebih musikal apabila dihubungkan pada saat sebelum dan sesudah diberikan pelatihan. Saat belajar musik, kita sering sekali cenderung kurang menyadari dengan menggunakan kemampuan prosedural, misalnya dalam kegiatan mendengar dan memproduksi musik melalui bernyanyi otomatis akan melatih kemampuan prosedural tersebut.

Mempelajari musik melibatkan otak dan memori dapat dilakukan melalui pengalaman dan pengetahuan musik seseorang yang tersimpan dalam otak yang mempengaruhi kehidupan interpersonal dan intrapersonal. Misalnya yang berkaitan dengan perilaku dan kinerja otak bekerja seseorang. Suara musikal yang disimpan dalam korteks merupakan sejumlah respons kortikal dari setiap suara. Hal ini dilatar belakangi oleh faktor: (1) memori bukan sebuah proses monolithic, tetapi dibedakan menjadi deklaratif (mempelajari sesuatu) dan prosedural (melakukan sesuatu); (2) terdapat bukti bahwa musisi dan bukan musisi memiliki perbedaan dalam memperoses musik, menyusun sebuah kalimat melodi, dan pada yang bukan musisi melibatkan hemisfer kanan, sementara bagi musisi melibatkan

hemisfer kiri; (3) telinga mengirim informasi auditori secara langsung pada

(48)

1.6 Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif (puslit2.ac.id, 2010:26 April 2010). Langkah-langkah yang ditempuh di antaranya mengadakan studi pustaka untuk mendapatkan sumber-sumber atau data yang diperlukan serta melakukan pendekatan musikologis, adapun metode-metode tersebut sangat berperan dalam penulisan metode pembelajaran biola di Sekolah Candra Kusuma School untuk melengkapi proses penulisan tentang metode pembelajaran biola tersebut. Penulis akan meminta bantuan atau pendapat kepada beberapa pengajar dan pemain biola, yang berguna untuk menambah dan melengkapi data yang diperlukan. Setelah data terkumpul, data tersebut dipilah dan dianalisis secara khusus untuk mendukung dalam penulisan tesis nantinya. Kemudian penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap pengumpulan data, tahap wawancara, tahap analisis data, tahap praktikum, dan tahap penulisan.

1.7 Teknik Mengumpulkan Data

(49)

1.7.1 Observasi

Observasi yang dilakukan adalah observasi langsung: yaitu langsung kepada guru, melihat guru mengajar peserta didik untuk mempelajari biola. Untuk menjaring data-data yang diperlukan, pertimbangan, revisi, analisis dan menggabungkan ketiga metode yang terdapat pada buku panduan, penulis akan melakukan studi lapangan dengan cara observasi. Observasi dilakukan untuk memperoleh kesalahan-kesalahan yang dilakukan penulis dari analisis penggabungan metode tersebut. melalui observasi dapat peroleh gambaran yang lebih jelas tentang permainan biola pada great pradasar dan dasar satu dari ketiga buku panduan tersebut yang sukar diperoleh metode lain ketika mengaplikasikannya. Maka observasi yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan partisipasi pengamat sebagai partisipan (insider) yaitu sebagai pemain biola. Keuntungan cara ini adalah peneliti telah merupakan bagian yang integral dari situasi yang dipelajarinya, sehingga kehadirannya tidak mempengaruhi situasi itu dalam kewajarannya.

1.7.2 Wawancara

(50)

biola bagi para siswa setelah menggunakan beberapa metode, dan dilakukan juga wawancara kepada para siswa, guna mengetahui seberapa besar minat mereka dalam bermain biola.

1.7.3 Tahap analisis

Dari data yang diperoleh, data yang telah terkumpul kemudian diklasifikasikan sesuai dengan jenisnya dan selanjutnya dilakukan analisis.

1.7.4 Perekaman

Untuk mendokumentasikan data yang berkaitan dengan perubahan metode pembelajaran dan revisi merode tersebut, maka penulis melakukan perekaman. Perekaman musik dan wawancara dilakukan dengan menggunakan tape recorder

merk Sony TCM 70, yang diproduksi oleh PT. Sony Amc Graha Jakarta, dengan menggunakan kaset feroksida BASF dengan ukuran waktu 60 menit (C-60). Untuk dokumentasi audiovisual, dipergunakan Handycam Sony.

1.7.5 Kerja laboratorium

(51)

Guru dan pelajar biola yang telah mengaplikasikan metode tersebut dan yang telah direkam di atas pita kaset BASF dan CD handycam, selanjutnya ditranskripsikan dan dianalisis di laboratorium. Semua ini penulis lakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

1.7.6 Tahap pengumpulan data

Pada tahap pengumpulan data ini dikumpulkan data yang diperlukan yaitu buku-buku yang berisi tentang metode pembelajaran yang sangat membantu dalam pemaparannya.

1.7.7 Tahap praktikum

Pada tahap ini akan dilakukan praktikum, yaitu berupa rekaman dalam bentuk CD audio dari hasil pembelajaran biola yang dimainkan oleh Sekolah Candra Kusuma School.

1.7.8 Sistematika penulisan

(52)

BAB II

PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN

EKSTRAKURIKULER BIOLA

2.1 Pengertian Metode Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi. Dalam hal ini pembelajaran tidak terjadi seketika, melainkan sudah melalui tahapan rancangan. Proses pembelajaran aktifitasnya dalam bentuk interaksi belajar mengajar dalam suatu interaksi edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan, artinya interaksi yang telah dicanangkan untuk suatu tujuan tentunya setidaknya adalah pencapaian tujuan intruksional atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada satuan pelajaran. Kegiatan pembelajaran yang diprogamkan guru merupakan kegiatan integralistik antara pendidik dengan peserta didik. Kegiatan pembelajaran secara metodologis berakar dari pihak pendidik yaitu guru, dan kegiatan belajar secara pedagogis berakar dari pihak peserta didik (Dewi, 2004:1).

(53)

peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif); (d) ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan); (e) pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (alat dan metode); (f) cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode); (g) tempat dimana tempat bimbingan berlangsung yaitu lingkungan pendidikan (Hartoto, 2009:1).

Cepat lambatnya peserta didik dalam belajar biola sangat erat kaitannya dengan metode yang dipakai karena berpengaruh dengan cocok apa tidaknya metode itu diterapkan. Suatu metode mempunyai cara-cara yang berbeda dengan metode yang lain sehingga harus melihat lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat. Oleh karena itu salah satu yang bertanggung jawab dalam pendidikan adalah guru.

2.1.1 Psikologi pendidikan

(54)

Konsentrasi pada persoalan belajar yakni persoalan-persoalan yang senantiasa melekat pada subjek didik, maka konsumen utama psikologi pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut untuk menguasai bidang ilmu ini supaya mereka dalam menjalankan fungsinya, dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara efektif (Supriadi, 2006:1).

Samuel Smith telah mengadakan studi mengenai 18 buku tentang psikologi pendidikan yang dipandang baik. Smith menggolong-golongkan persoalan yang dikupas oleh para ahli yang diselidikinya itu menjadi 16 macam, yaitu: 1. The science of educational psychology (ilmu psikologi pendidikan); 2.

Heredity (turun-temurun), 3. Physical structure (struktur fisik), 4. Growth

(perkembangan), 5. Behavior processes (proses perilaku), 6. Nature and scope of learning (sifat dan ruang lingkup pembelajaran), 7. Factors that condition learning (faktor kondisi belajar), 8. Law and theories of learning (hukum dan teori pembelajaran), 9. Measurement: Basic principles and definitions (prinsip dasar pengukuran dan definisi), 10. Transfer of training: subyect matter

(mentransfer materi pelatihan), 11. Practical aspect of measurement (aspek praktis pengukuran), 12. Element of statistics (unsur statistik), 13. Mental hygiene

(kesehatan mental), 14. Character education (pendidikan karakter), 15.

(55)

Dari enam belas poin di atas yang dapat digunakan dalam pembelajaran biola yaitu: struktur fisik, ruang lingkup pembelajaran, faktor kondisi belajar, materi pelatihan atau pembelajaran, dan kesehatan mental. Dalam pembelajaran biola struktur fisik (anatomi) sangat penting kaitannya dengan metode apa yang cocok digunakan, sedangkan ruang lingkup pembelajaran dan faktor kondisi belajar sangat penting kaitannya dengan keinginan dan kepuasan saat seseorang berlatih dan bermain.

Umumnya orang beranggapan bahwa pendidik adalah sosok yang memiliki sejumlah besar pengetahuan tertentu dan berkewajiban menyebarluaskannya kepada orang lain. Demikian juga subjek didik sering dipersepsikan sebagai sosok yang bertugas mengkonsumsi informasi-informasi dan pengetahuan yang disampaikan pendidik. Semakin banyak informasi pengetahuan yang mereka serap atau simpan semakin baik nilai yang mereka peroleh dan akan semakin besar pula pengakuan yang mereka dapatkan sebagai individu terdidik (Supriadi, 2006:1).

(56)

tidak untuk lima hingga sepuluh tahun ke depan. Karena itu, tidak banyak artinya memberikan informasi pengetahuan kepada subjek didik apalagi bila hal itu terlepas dari konteks pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Namun demikian bukan berarti fungsi tradisi pendidik untuk menyebarkan informasi pengetahuan harus dipupuskan sama sekali. Fungsi ini perlu dipertahankan, tetapi harus dikombinasikan dengan fungsi-fungsi sosial yang lebih luas, yaitu membantu subjek didik untuk memadukan informasi-informasi yang terpecah-pecah dan tersebar ke dalam satu falsafah yang utuh. Dengan kata lain dapat diungkapkan bahwa menjadi seorang pendidik dewasa ini berarti juga menjadi “penengah” di dalam perjumpaan antara subjek didik dengan himpunan informasi faktual yang setiap hari mengepung kehidupan mereka (Supriadi, 2006: 1).

Seorang pendidik harus mengetahui dimana letak sumber-sumber informasi pengetahuan tertentu dan mengatur mekanisme perolehannya apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh subjek didik. Dengan perolehan informasi pengetahuan tersebut, pendidik membantu subjek didik untuk mengembangkan kemampuannya mereaksi dunia sekitarnya. Pada momentum inilah tindakan belajar dalam pengertian yang sesungguhya terjadi, yakni ketika subjek didik belajar mengkaji kemampuannya secara realistis dan menerapkannya untuk mencapai kebutuhan-kebutuhannya (Supriadi, 2006:1).

(57)

menjadi dirinya sendiri. Faure pada tahun 1972 menyebutnya sebagai “learning to be” (Supriadi, 2006:1).

Tugas pendidik untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi berlangsungnya tindakan belajar secara efektif. Kondisi yang kondusif itu tentu lebih dari sekedar memberikan penjelasan tentang hal-hal yang termuat di dalam buku teks, melainkan mendorong, memberikan inspirasi, memberikan motif-motif dan membantu subjek didik dalam upaya mereka mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan (Supriadi, 2006:1).

Bagi beberapa pserta didik, belajar memainkan alat musik berarti mempelajari sebuah repertoar yang telah tertulis untuk sebuah alat musik. Kebanyakan pendidikan menggunakan orientasi visual untuk memperkenalkan lagu baru yang dimainkan dengan membaca dan berlatih beberapa sesi yang biasanya dalam rangka mempersiapkan sebuah konser atau menjelang ujian. Pada kasus seorang pemain musik yang sudah ahli dan mencapai tingkat tinggi, yang familiar dengan notasi sebagai hasil dari berbagai jenis latihan, sangat memungkinkan baginya untuk mendalami musik dan mempertunjukannya melalui memori tanpa bantuan notasi musik. Esensi dari pendekatan ini adalah orientasi visual dimana seorang musisi belajar memainkan musik dengan cara membaca dan belajar notasi musik (Djohan, 2003:177-178).

(58)

2.1.1.1 Faktor fisiologis

Faktor-faktor fisiologis ini mencakup faktor metode pembelajaran, faktor lingkungan, dan faktor kondisi individual peserta didik. metode pembelajaran menentukan bagaimana proses dan hasil belajar yang akan dicapai peserta didik. Karena itu, penting bagi pendidik untuk mempertimbangkan kesesuaian metode pembelajaran dengan tingkat kemampuan subjek didik, juga melakukan gradasi materi pembelajaran dari tingkat yang paling sederhana ke tingkat lebih kompleks.

Faktor lingkungan yang meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial juga perlu mendapat perhatian. Belajar dalam kondisi alam yang segar selalu lebih efektif dari pada sebaliknya. Demikian pula belajar pada pagi hari selalu memberikan hasil yang lebih baik dari pada sore hari. Sementara itu, lingkungan sosial yang hiruk pikuk, terlalu ramai, juga kurang kondusif bagi proses dan pencapaian hasil belajar yang optimal. Dalam bermain musik seseorang harus fokus dan konsentrasi dengan apa yang dia pelajarinya, karena tidak mungkin seseorang bermain musik dengan kondisi lingkungan yang tidak mendukung.

Faktor fisiologis lainnya yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi individual subjek didik sendiri. Subjek didik yang berada dalam kondisi jasmani yang kurang segar tidak akan memiliki kesiapan yang memadai untuk memulai tindakan belajar (Supriadi, 2006: 2).

(59)

penghayatan dan aktivitas yang lahir sebagai hasil akhir saling pengaruh antara berbagai gejala seperti perhatian, pengamatan, ingatan, pikiran dan motif.

2.1.1.2Perhatian

Peserta didik yang memberikan perhatian intensif dalam belajar akan memetik hasil yang lebih baik. Perhatian intensif ditandai oleh besarnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar. Perhatian intensif subjek didik ini dapat dieksploitasi2 sedemikian rupa melalui strategi pembelajaran tertentu (Supriadi, 2006:2). Seperti menyediakan materi pembelajaran yang sesuai dengan peserta didik (metode), seperti memberikan perhatian lebih ketika seorang peserta didik bosan atau kesulitan dalam suatu teknik atau lagu.

2.1.1.3 Pengamatan

Pengamatan adalah cara pengenalan dunia oleh subjek didik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, pembauan, dan pengecapan. Pengamatan merupakan gerbang baik masuknya pengaruh dari luar ke dalam individu subjek didik, karena itu pengamatan penting artinya bagi pembelajaran (Supriadi, 2006:2).

(60)

2.1.1.4 Ingatan

Secara teoretis, ada tiga aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yaitu: 1. menerima kesan, 2. menyimpan kesan, dan 3. mereproduksi kesan. Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah ingatan selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan, dan mereproduksi kesan. Kecakapan menerima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah subjek didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya. (Supriadi, 2006:2).

Pengembangan teknik pembelajaran juga lebih mengesankan bagi subjek didik, terutama untuk materi pembelajaran yang berupa rumus-rumus atau urutan-urutan lambang tertentu, contoh yang menarik adalah mengingat tanda mula dalam tangga nada 1# G (gudeg), 2# D (djogja), 3# A (amat), 4# E (enak) dan sebagainya (Supriadi, 2006: 2).

Hal lain dari ingatan adalah kemampuan menyimpan kesan atau mengingat. Kemampuan ini tidak sama kualitasnya pada setiap subjek didik. Namun demikian, ada hal yang umum terjadi pada siapapun juga, bahwa setelah seseorang selesai melakukan tindakan belajar, proses melupakan akan terjadi. Hal-hal yang dilupakan pada awalnya berakumulasi dengan cepat, lalu kemudian berlangsung semakin lamban, dan akhirnya sebagian hal akan tersisa dan tersimpan dalam ingatan untuk waktu yang relatif lama (Supriadi, 2006:2).

(61)

proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga memungkinkan bagi peserta didik untuk mengulang atau mengingat kembali material pembelajaran yang telah dipelajarinya. Hal ini, dapat dilakukan melalui pemberian tes setelah satu submaterial pembelajaran selesai (Supriadi, 2006:2).

2.1.1.5 Berpikir

Definisi yang paling umum dari berpikir adalah berkembangnya ide dan konsep di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-perngertian.

Gambar

Gambar 3.2 Pemain biola dunia, Yehudi Menuhin
Gambar 3.3 Anatomi instrumen Biola
Gambar 3.4 Penempatan tangan kiri dalam memegang biola (Lamb, 1990: 81)
Gambar 3.5 : Anatomi dalam memegang biola posisi berdiri dan duduk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bertitik tolak dari uraian di atas yang menerangkan pentingnya jamur merang, dilihat dari upaya pemanfaatan limbah pertanian, kesempatan berwirausaha, dan prospek ekonomisnya;

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk

Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan, bunyi nafas bronchial ( normal pada bronchus ) dapat juga terjadi pada area konsolidasi... ronchi dan

Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Citya dkk (2013) yang menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

Hasil: Hasil penelitian meliputi pengaturan makan (diit) pada lansia penderita hipertensi yaitu membatasi konsumsi garam, melakukan aktifitas sehari-hari dengan rentang ringan

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu pemberian pupuk kandang kuda lebih baik dibandingkan dengan kontrol pada pertambahan cabang dan daun, frekuensi pupuk daun 1

Pada tahap ini batubara yang berukuran bongkah dilakukan pemberaian dengan menggunakan bahan peledak.. Setelah proses peledakan dilakukan maka

Pengembangan Program Parent Support Group (PSG) untuk Meningkatkan Kualitas Cara Pengasuhan Orangtua terhadap Anak dengan Gangguan Autisme di SLB X Kota Bandung..