• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sifat Antibakteri Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sifat Antibakteri Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

SIFAT ANTIBAKTERI HASIL HIDROLISIS

MINYAK KELAPA MURNI TERHADAP

Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli

SKRIPSI

OLEH:

HENNY PUJIATI

NIM 101524051

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

SIFAT ANTIBAKTERI HASIL HIDROLISIS

MINYAK KELAPA MURNI TERHADAP

Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

HENNY PUJIATI

NIM 101524051

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

SIFAT ANTIBAKTERI HASIL HIDROLISIS

MINYAK KELAPA MURNI TERHADAP

Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli

OLEH:

HENNY PUJIATI

NIM 101524051

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: Agustus 2012

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Pembimbing II, NIP 195001260183631002

Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt. Dra. Masfria, M.S., Apt. NIP 195006071979031001 NIP 195707231986012001

Drs. Maralaut Batubara, M.Phill., Apt. NIP 195101311976031003

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim,

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

penyusunan skripsi ini, serta Shalawat dan Salam kepada Nabi Allah: Rasulullah

Muhammad SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar

Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul:

“Sifat Antibakteri Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni Terhadap

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

Penulis mempersembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ibunda, Ayahanda, suamiku M.

Muliadi, S.T., putra kecilku tercinta M.F. Al Faatin Muliadi, serta abang, kakak,

adik dan seluruh keponakanku atas segala doa, kasih sayang, dorongan moril dan

materil kepada penulis selama ini.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis juga

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas

Farmasi, beserta seluruh staf yang telah memberikan fasilitas dan membantu

kelancaran pendidikan penulis selama perkuliahan hingga selesai.

2. Bapak Drs. Immanuel S. Meliala, M.Si., Apt., dan Prof. Dr. Jansen Silalahi,

M.App.Sc., Apt., selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu dan

kesabaran yang begitu besar dalam membimbing penulis selama penelitian

(5)

3. Bapak Hari Ronaldo Tanjung, S.Si, M.Sc., Apt., selaku penasihat akademik

yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan.

4. Bapak dan Ibu beserta seluruh staf Laboratorium Fitokimia dan Mikrobiologi

yang telah memberikan petunjuk dan saran serta fasilitas laboratorium selama

penulis melakukan penelitian.

5. Sahabat-sahabatku Nina, Dewi, Wati, Rapita, Vera, Uci, Adhe, teman

seperjuangan penelitian Dede dan seluruh teman-teman Ekstensi angkatan

2010 terima kasih untuk perhatian, semangat, doa, dan kebersamaannya

selama ini serta seluruh pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu

persatu yang telah banyak memberikan bantuan, motivasi dan inspirasi bagi

penulis selama masa perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis

menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat

bagi kita semua.

Medan, Agustus 2012

Penulis,

(6)

SIFAT ANTIBAKTERI HASIL HIDROLISIS MINYAK KELAPA MURNI TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli

ABSTRAK

Minyak kelapa murni banyak mengandung asam lemak berantai sedang terutama asam laurat. Di dalam tubuh, asam laurat yang merupakan komponen utama minyak kelapa murni akan diubah menjadi senyawa monogliserida yang disebut monolaurin. Hidrolisis menggunakan NaOH akan menghasilkan asam laurat, monolaurin, dan dilaurin. Asam laurat dan monolaurin aktif sebagai antibakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh hidrolisis dengan NaOH terhadap sifat antibakteri minyak kelapa murni dalam whipped cream.

Minyak kelapa murni yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak kelapa murni yang diproduksi oleh Noery Vico Lhokseumawe – NAD. Hidrolisis penyabunan dilakukan dengan penambahan 25%, 50%, 75%, dan 100% NaOH dihitung dari bilangan penyabunan total. Sampel yang digunakan adalah whipped cream yang dibuat sendiri yang ditambahkan dengan minyak kelapa murni yang telah dihidrolisis. Pengujian daya hambat bakteri dilakukan terhadap bakteri Staphylococcus aureus (gram positif) dan Escherichia coli (gram negatif) dengan metode angka lempeng total.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat hidrolisis minyak kelapa murni maka sifat antibakteri juga akan semakin meningkat. Pada pengujian terhadap bakteri Staphylococcus aureus, untuk blanko jumlah koloninya 51x105 cfu, dan untuk pengujian minyak kelapa murni dalam whipped cream diperoleh 31x105 cfu. Angka lempeng total pada whipped cream dengan penambahan hasil hidrolisis minyak kelapa murni pada bakteri Staphylococcus aureus dengan konsentrasi 25% dan 50% berturut-turut adalah 25x105 cfu dan 19x105 cfu sedangkan dengan konsentrasi 75% dan 100% koloni bakteri tidak tumbuh. Pada pengujian terhadap bakteri Escherichia coli, untuk blanko diperoleh jumlah koloni 58x105 cfu dan untuk pengujian minyak kelapa murni dalam whipped cream diperoleh 55x105 cfu sedangkan pada whipped cream dengan penambahan hasil hidrolisis minyak kelapa murni konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100% berturut-turut adalah 50x105 cfu, 39x105 cfu, 29x105 cfu dan 26x105 cfu. Hasil penelitian yang dilakukan

menunjukkan bahwa hasil hidrolisis minyak kelapa murni dalam whipped cream efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus (gram positif) tetapi kurang efektif terhadap bakteri Escherichia coli (gram negatif).

(7)

CHARECTERISTIC ANTIBACTERIAL OF HYDROLYSIS RESULT VIRGIN COCONUT OIL TO Staphylococcus aureus AND Escherichia coli

ABSTRACT

Virgin coconut oil contains the fatty acid chain is mainly lauric acid. In the body, lauric acid which is a major component of virgin coconut oil is converted into a compound called monoglyceride monolaurin. Hydrolysis using NaOH will produce lauric acid, monolaurin, and dilaurin. Lauric acid and monolaurin active as antibacterial. Purpose of this study was to see the effect of hydrolysis with NaOH to the antibacterial properties of virgin coconut oil in a whipped cream.

Virgin coconut oil used in this study were produced by Noery Vico Lhokseumawe - NAD. Hydrolysis carried out by the addition of saponification of 25%, 50%, 75%, and 100% NaOH saponification number was calculated from the total. The sample used is a self-made whipped cream is added with virgin coconut oil that has been hydrolyzed. Tests conducted on the inhibition of the bacteria Staphylococcus aureus bacteria (gram positive) and Escherichia coli (gram negative) to the total plate count method.

The results showed that the higher degree of hydrolysis of the virgin coconut oil antibacterial properties will also increase. On examination of the bacteria Staphylococcus aureus, for blank the number of colonies 51x105 cfu, and testing of virgin coconut oil in whipped cream is 31x105 cfu. Total plate count on whipe cream with the addition results of hydrolysis of virgin coconut oil for the bacteria Staphylococcus aureus with concentration of 25% and 50% respectively is 25x105 cfu and 19x105 cfu but the concentration of 75% and 100% of bacterial colonies did not grow. On examination of the bacteria Escherichia coli, the number of colonies for the blank is 58x105 cfu and examination of the virgin coconut oil in whipped cream is 55x105 cfu but on whipped cream with the addition results of hydrolysis of virgin coconut oil concentration of 25%, 50%, 75% and 100% respectively is 50x105 cfu, 39x105 cfu, 29x105 cfu and 26x105 cfu. The results have shown that the results of hydrolysis of virgin coconut oil in whipped cream is effective in inhibiting the growth of the bacteria Staphylococcus aureus (gram positive) but less effective against the bacteria Escherichia coli (gram negative).

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ………... i

LEMBAR PENGESAHAN …... iii

KATA PENGANTAR ……… iv

ABSTRAK ………... vi

ABSTRACT ………... vii

DAFTAR ISI ……….………... viii

DAFTAR TABEL ……….…………... viii

DAFTAR GAMBAR ……….…………... ix

DAFTAR LAMPIRAN ……….………... x

BAB I PENDAHULUAN ……….………... 1

1.1 Latar Belakang …... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ………... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..…………... 5

2.1 Minyak Kelapa Murni ... 5

2.2 Asam Lemak ...….………... ... 7

2.3 Trigliserida ….……… ……….. 9

2.4 Hidrolisis Lemak ……… 10

(9)

2.6 Penentuan Aktivitas Antibakteri ………. 13

2.7 Bilangan Asam …... .……….. ... 15

BAB III METODE PENELITIAN ……….………. 16

3.1 Alat-alat ……….. 16

3.2 Bahan ……….. 16

3.3 Penyiapan Bahan ……….... 17

3.3.1 Pembuatan Larutan Pereaksi ………. 17

3.3.1.1 Larutan HCl 0,5 N ……… 17

3.3.1.2 Larutan NaOH metanol 0,5 N ……….. 17

3.3.1.3 Larutan Merah Metil ………. 17

3.3.1.4 Larutan Fenolftalein ……….. 18

3.3.1.5 Larutan KOH 0,1 N ………... 18

3.3.1.6 Larutan Alkohol 95% Netral ……...………….. 18

3.3.2 Penyiapan Alat dan Bahan untuk Pengujian Sifat Antibakteri .…. ………. 18

3.3.2.1 Sterilisasi Alat ………... 18

3.3.2.2 Pembuatan Media Nutrient Agar ……….. 18

3.3.2.3 Pembuatan Media Plate Count Agar …………. 19

3.3.2.4 Pembuatan Larutan NaCl 0,9 % ... 19

3.3.2.5 Pembuatan Agar Miring ……… 19

3.4 Hidrolisis Minyak Kelapa Murni .………..……… 20

3.5 Penentuan Bilangan Asam Minyak Kelapa Murni dan Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni ……….. 21

3.6 Pembuatan Whipped Cream ……..………. 21

(10)

3.6.2 Pembuatan Campuran Whipped Cream dengan Hasil

Hidrolisis Minyak Kelapa Murni ………..………. 22

3.7 Pengujian Sifat Antibakteri Minyak Kelapa Murni dan Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni dalam Whipped Cream .... 22

3.7.1 Peremajaan Bakteri ……….. 22

3.7.2 Pembuatan Inokulum ……….……… 22

3.7.3 Pengenceran Inokulum ………..……. 23

3.7.4 Pengujian Pertumbuhan Bakteri dalam Whipped Cream (Blanko) ………..…... 23

3.7.5 Pengujian Sifat Antibakteri pada Campuran Whipped Cream dengan Minyak Kelapa Murni ……….… 23

3.7.6 Pengujian Sifat Antibakteri pada Campuran Whipped Cream dengan Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni ……….… 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………. .. 25

4.1 Bilangan Asam Minyak Kelapa Murni dan Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni ………. 25

4.2 Sifat Antibakteri Minyak Kelapa Murni dan Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni dalam Whipped Cream …..…………. 26

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

5.1 Kesimpulan ... 31

5.2 Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA... 32

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Standar Mutu Minyak Kelapa Murni Berdasarkan

SNI 7381:2008 ……….... 6

Tabel 2.2 Kandungan Asam Lemak per 100 g Minyak Kelapa …………. 9

Tabel 4.1 Bobot Minyak Kelapa Murni dan Bilangan Asam Sebelum

dan Setelah Hidrolisis ………..….…… 25

Tabel 4.2 Sifat Antibakteri Minyak Kelapa Murni dan Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni terhadap Bakteri Staphylococcus

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Angka Lempeng Total pada Bakteri Uji Staphylococcus

aureus dan Escherichia coli ………..………….. 27

Gambar 4.2 Grafik Sifat Antibakteri Minyak Kelapa Murni dan HasilHidrolisis Minyak Kelapa Murni dalam Whipped

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Minyak Kelapa Murni yang Digunakan dalam Penelitian .. 34

Lampiran 2 Perhitungan Bilangan Penyabunan Total Minyak Kelapa

Murni ………... 35

Lampiran 3 Perhitungan Jumlah NaOH-metanol yang Digunakan

dalam Hidrolisis Metode Penyabunan ………..…..…. 38

Lampiran 4 Perhitungan Bilangan Asam ………..….…. 47

Lampiran 5 Gambar Angka Lempeng Total Bakteri Uji ………. 49

Lampiran 6 Sifat Antibakteri Minyak Kelapa Murni dan Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni dalam Whipped

Cream ………..…………. 51

Lampiran 7 Grafik Sifat Antibakteri Minyak Kelapa Murni dan Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni dalam Whipped

(14)

SIFAT ANTIBAKTERI HASIL HIDROLISIS MINYAK KELAPA MURNI TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli

ABSTRAK

Minyak kelapa murni banyak mengandung asam lemak berantai sedang terutama asam laurat. Di dalam tubuh, asam laurat yang merupakan komponen utama minyak kelapa murni akan diubah menjadi senyawa monogliserida yang disebut monolaurin. Hidrolisis menggunakan NaOH akan menghasilkan asam laurat, monolaurin, dan dilaurin. Asam laurat dan monolaurin aktif sebagai antibakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh hidrolisis dengan NaOH terhadap sifat antibakteri minyak kelapa murni dalam whipped cream.

Minyak kelapa murni yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak kelapa murni yang diproduksi oleh Noery Vico Lhokseumawe – NAD. Hidrolisis penyabunan dilakukan dengan penambahan 25%, 50%, 75%, dan 100% NaOH dihitung dari bilangan penyabunan total. Sampel yang digunakan adalah whipped cream yang dibuat sendiri yang ditambahkan dengan minyak kelapa murni yang telah dihidrolisis. Pengujian daya hambat bakteri dilakukan terhadap bakteri Staphylococcus aureus (gram positif) dan Escherichia coli (gram negatif) dengan metode angka lempeng total.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat hidrolisis minyak kelapa murni maka sifat antibakteri juga akan semakin meningkat. Pada pengujian terhadap bakteri Staphylococcus aureus, untuk blanko jumlah koloninya 51x105 cfu, dan untuk pengujian minyak kelapa murni dalam whipped cream diperoleh 31x105 cfu. Angka lempeng total pada whipped cream dengan penambahan hasil hidrolisis minyak kelapa murni pada bakteri Staphylococcus aureus dengan konsentrasi 25% dan 50% berturut-turut adalah 25x105 cfu dan 19x105 cfu sedangkan dengan konsentrasi 75% dan 100% koloni bakteri tidak tumbuh. Pada pengujian terhadap bakteri Escherichia coli, untuk blanko diperoleh jumlah koloni 58x105 cfu dan untuk pengujian minyak kelapa murni dalam whipped cream diperoleh 55x105 cfu sedangkan pada whipped cream dengan penambahan hasil hidrolisis minyak kelapa murni konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100% berturut-turut adalah 50x105 cfu, 39x105 cfu, 29x105 cfu dan 26x105 cfu. Hasil penelitian yang dilakukan

menunjukkan bahwa hasil hidrolisis minyak kelapa murni dalam whipped cream efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus (gram positif) tetapi kurang efektif terhadap bakteri Escherichia coli (gram negatif).

(15)

CHARECTERISTIC ANTIBACTERIAL OF HYDROLYSIS RESULT VIRGIN COCONUT OIL TO Staphylococcus aureus AND Escherichia coli

ABSTRACT

Virgin coconut oil contains the fatty acid chain is mainly lauric acid. In the body, lauric acid which is a major component of virgin coconut oil is converted into a compound called monoglyceride monolaurin. Hydrolysis using NaOH will produce lauric acid, monolaurin, and dilaurin. Lauric acid and monolaurin active as antibacterial. Purpose of this study was to see the effect of hydrolysis with NaOH to the antibacterial properties of virgin coconut oil in a whipped cream.

Virgin coconut oil used in this study were produced by Noery Vico Lhokseumawe - NAD. Hydrolysis carried out by the addition of saponification of 25%, 50%, 75%, and 100% NaOH saponification number was calculated from the total. The sample used is a self-made whipped cream is added with virgin coconut oil that has been hydrolyzed. Tests conducted on the inhibition of the bacteria Staphylococcus aureus bacteria (gram positive) and Escherichia coli (gram negative) to the total plate count method.

The results showed that the higher degree of hydrolysis of the virgin coconut oil antibacterial properties will also increase. On examination of the bacteria Staphylococcus aureus, for blank the number of colonies 51x105 cfu, and testing of virgin coconut oil in whipped cream is 31x105 cfu. Total plate count on whipe cream with the addition results of hydrolysis of virgin coconut oil for the bacteria Staphylococcus aureus with concentration of 25% and 50% respectively is 25x105 cfu and 19x105 cfu but the concentration of 75% and 100% of bacterial colonies did not grow. On examination of the bacteria Escherichia coli, the number of colonies for the blank is 58x105 cfu and examination of the virgin coconut oil in whipped cream is 55x105 cfu but on whipped cream with the addition results of hydrolysis of virgin coconut oil concentration of 25%, 50%, 75% and 100% respectively is 50x105 cfu, 39x105 cfu, 29x105 cfu and 26x105 cfu. The results have shown that the results of hydrolysis of virgin coconut oil in whipped cream is effective in inhibiting the growth of the bacteria Staphylococcus aureus (gram positive) but less effective against the bacteria Escherichia coli (gram negative).

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak kelapa murni (VCO) merupakan salah satu hasil olahan dari buah

kelapa (Cocos nucifera L). Tanaman kelapa banyak tumbuh didaerah tropis

sehingga minyaknya disebut juga minyak tropis (tropical oil). Sejak zaman

dahulu, minyak kelapa sudah sering digunakan. Namun, dalam dekade 90-an,

minyak kelapa hilang dari peredaran. Kini, VCO banyak diminati orang karena

diyakini berkhasiat obat (Sutarmi dan Rozaline, 2005).

Kandungan asam lemak jenuh dalam VCO didominasi oleh asam laurat

dan asam miristat, sedangkan kandungan asam lemak lainnya rendah. Tingginya

asam lemak jenuh yang dikandungnya menyebabkan VCO tahan terhadap proses

ketengikan akibat oksidasi (Syah, 2005).

Minyak kelapa sebenarnya memiliki banyak kelebihan, 50% asam lemak

pada minyak kelapa adalah asam laurat dan 7% asam kaprilat. Kedua asam

tersebut merupakan asam lemak jenuh rantai sedang yang mudah dimetabolisme

dan bersifat antimikroba (antivirus, antibakteri, dan antijamur) sehingga dapat

meningkatkan imun tubuh (kekebalan tubuh) dan mudah menjadi energi (Sutarmi

dan Rozaline, 2005).

Sifat antimikroba dari minyak kelapa terutama tergantung pada adanya

monogliserida, dan asam lemak bebas. Monogliserida aktif sebagai antimikroba

tetapi digliserida dan trigliserida tidak. Asam lemak yang paling aktif adalah asam

(17)

Di dalam tubuh, asam laurat akan diubah menjadi monogliserida yang

disebut monolaurin. Senyawa ini merupakan bahan dalam sistem kekebalan tubuh.

Sistem kekebalan tubuh kita dapat dengan mudah menghancurkan

mikroba-mikroba dengan bantuan monolaurin tersebut. Asam lemak bebas mampu

menghambat pertumbuhan bakteri gram positif, misalnya Staphylococcus aureus,

tetapi untuk bakteri gram negatif, misalnya Escherichia coli, asam lemak bebas

tidak mampu mengatasinya. Uji aktivitas antibakteri minyak kelapa murni

terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli pernah dilakukan di LIPI

dan hasilnya diketahui bahwa minyak kelapa murni mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus (garm positif) tetapi sama sekali

tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli (gram negatif)

(Darmoyuwono, 2006; Subroto, 2006).

Untuk memperoleh monogliserida dari trigliserida yang terkandung dalam

minyak kelapa murni adalah dengan melakukan hidrolisis. Penambahan NaOH

yang berlebih akan menghidrolisis semua trigliserida menjadi gliserol dan sabun

(Ketaren, 2005).

Untuk mendapatkan manfaat bagi kesehatan, minyak kelapa murni bisa

dikonsumsi langsung ataupun digunakan untuk menggoreng atau menumis

makanan. Saran lain dalam mengkonsumsi minyak kelapa murni adalah dengan

mengoleskannya pada roti, selayaknya menggunakan mentega. Butter cream atau

yang biasa dikenal dengan whipped cream merupakan salah satu produk makanan

yang terbuat dari mentega. Whipped cream sering digunakan untuk menghias roti

oleh masyarakat dan toko roti pada khususnya dan biasanya whipped cream ini

(18)

disebabkan oleh adanya mikroba. Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia

coli merupakan bakeri yang sering terdapat dalam makanan (Sutarmi, 2005;

Anonim, 2011).

Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti ingin membuat whipped cream

yang ditambahkan dengan hasil hidrolisis minyak kelapa murni dan melihat sifat

antibakteri dari hasil hidrolisis minyak kelapa murni terhadap pertumbuhan

bakteri Staphylococcus aureus (gram positif) dan Escherichia coli (gram negatif)

dengan mengetahui berapa banyak jumlah bakteri yang dapat dihambat oleh hasil

hirolisis minyak kelapa murni tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode Angka Lempeng Total (ALT), dimana metode ini

didasarkan pada jumlah kolini yang tumbuh pada media merupakan jumlah

mikroba yang hidup yang terkandung didalam sampel.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang penelitian di atas, dapat disusun

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah hasil hidrolisis minyak kelapa murni efektif dalam menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus tetapi tidak efektif terhadap

bakteri Escherichia coli.

2. Bagaimana pengaruh tingkat hidrolisis minyak kelapa murni dalam

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia

(19)

1.3Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil hidrolisis minyak kelapa murni efektif dalam menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus tetapi tidak efektif terhadap

bakteri Escherichia coli.

2. Semakin tinggi tingkat hidrolisis maka semakin tinggi pula sifat

antibakteri hasil hidrolisis minyak kelapa murni dalam menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sifat antibakteri hasil hidrolisis minyak kelapa murni

yang ditambahkan kedalam whipped cream dalam menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

2. Untuk mengetahui hubungan penambahan NaOH dalam hidrolisis minyak

kelapa murni terhadap peningkatan sifat antibakteri hasil hidrolisis minyak

kelapa murni dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus dan Escherichia coli.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang pengaruh

hidrolisis minyak kelapa murni terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Kelapa Murni

Buah kelapa memilki cukup banyak manfaat, yaitu sebagai minyak makan

atau santan dalam sayur-sayuran. Minyak kelapa murni mengandung asam laurat

yang tinggi. Asam laurat adalah asam lemak jenuh yang berantai medium atau

biasa disebut Medium Chain Fatty Acid (MCFA). Dalam minyak kelapa murni

terkandung energi sebanyak 6,8 kal/gr dan MCFA sebanyak 92% (Gani, 2005).

Saat ini minyak kelapa banyak digunakan sebagai obat. Minyak kelapa

yang dijadikan sebagai obat biasanya disebut minyak kelapa murni (virgin

coconut oil/ VCO). Berbagai penyakit yang berasal dari virus dapat ditangkal

dengan mengkonsumsi minyak kelapa murni, seperti flu burung, HIV/AIDS,

hepatitis, dan jenis virus lainnya. Selain itu, minyak kelapa murni dapat juga

mengatasi kegemukan, penyakit kulit, darah tinggi, dan diabetes (Sutarmi dan

Rozaline, 2005).

Menurut SNI 7381:2008 minyak kelapa murni adalah minyak yang

diperoleh dari daging buah kelapa (Cocos nucifera L.) tua yang segar dan diproses

dengan diperas dengan atau tanpa penambahan air, tanpa pemanasan atau

pemanasan tidak lebih dari 60OC dan aman untuk dikonsumsi. Minyak kelapa

murni tidak berwarna (bening), tidak berasa, serta mempunyai aroma yang harum

dan khas (Gani, 2005). Standar mutu minyak kelapa murni dapat dilihat pada

(21)

Tabel 2.1. Standar Mutu Minyak Kelapa Murni Berdasarkan SNI 7381:2008

No. Jenis Uji Satuan Persyaratan

1. 6.5 Asam miristat (C14:0) 6.6 Asam palmitat (C16:0)

Khas kelapa segar, tidak tengik Normal, khas minyak kelapa

(22)

Minyak kelapa murni mempunyai sifat tahan terhadap panas, cahaya,

oksigen, dan proses degradasi. Sifat itu membuat minyak kelapa murni dapat

disimpan dalam jangka waktu yang lama. Dalam pemanfaatannya, minyak kelapa

murni dapat dikonsumsi secara langsung ataupun dicampur dengan makanan

(Gani, 2005).

VCO mempunyai kandungan asam lemak jenuh yang tinggi. VCO

mengandung sekitar 92% asam lemak jenuh yang terdiri dari asam laurat, miristat,

dan palmitat. Kandungan asam lemak jenuh dalam VCO didominasi oleh asam

laurat dan asam miristat, sedangkan kandungan asam lemak lainnya rendah.

Tingginya asam lemak jenuh yang dikandungnya menyebabkan VCO tahan

terhadap proses ketengikan akibat oksidasi (Syah, 2005).

2.2Asam Lemak

Asam lemak terdiri dari elemen karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O)

yang tersusun berupa rantai karbon dengan gugus karboksil (-COOH) padasalah

satu ujungnya. Asam lemak diperoleh dari hasil hidrolisis lemak. Asam lemak

digolongkan menjadi tiga yaitu berdasarkan panjang rantai asam lemak, tingkat

kejenuhan, dan bentuk isomer geometrisnya (Darmoyuwono, 2005).

a. Asam lemak berdasarkan panjang rantai terbagi atas:

1. Asam lemak rantai pendek (Short Chain Fatty Acid, SCFA), mempunyai

atom karbon lebih rendah dari 8

2. Asam lemak rantai sedang (Medium Chain Fatty Acid, MCFA),

mempunyai atom karbon 8 sampai 12

3. Asam lemak rantai panjang (Long Chain Fatty Acid, LCFA), mempunyai

(23)

b. Asam lemak berdasarkan ada tidaknya ikatan rangkap terbagi atas:

1. Asam lemak jenuh (Saturated Fatty Acid), tidak mempunyai ikatan

rangkap

2. Asam lemak tak jenuh rantai tunggal (Mono Unsaturated Fatty Acid),

memiliki satu ikatan rangkap

3. Asam lemak tak jenuh rantai jamak (Poly Unsaturated Fatty Acid),

memiliki lebih dari satu ikatan rangkap.

c. Asam lemak berdasarkan bentuk isomer geometrisnya terbagi atas:

1. Asam lemak tak jenuh bentuk cis

2. Asam lemak tak jenuh bentuk trans

Perbedaan asam lemak yang dimiliki setiap minyak membuat proses

pencernaan dan metabolisme di dalam tubuh berbeda. Perlu diketahui bahwa

semua minyak sayur yang banyak dijual dipasaran tergolong asam lemak rantai

panjang. Jenis-jenis asam lemak yang terkandung dalam minyak sayur (kedelai,

jagung, biji bunga matahari) terdiri atas 18 atau lebih atom karbon dan sebagian

besar adalah golongan asam lemak tidak jenuh. Berbeda dengan minyak kelapa

yang 92% merupakan asam lemak golongan rantai karbon medium (MCFA) yang

terdiri atas 12 atom karbon yang diikat jenuh (tidak ada ikatan rangkap) (Gani,

2005).

Minyak kelapa mengandung asam laurat dengan kadar paling tinggi seperti

pada Air Susu Ibu (ASI, sekitar 50%). Asam laurat ini berkhasiat sebagai

antimikroba alami yang ampuh membunuh berbagai kuman, virus dan jamur.

Kandungan asam lemak yang terdapat didalam minyak kelapa dapat dilihat pada

(24)

Tabel 2.2. Kandungan Asam Lemak per 100 g Minyak Kelapa

Asam lemak tidak jenuh :

Asam palmitoleat

Trigliserida adalah komponen utama minyak sayur dan lemak hewan.

Trigliserida memiliki berat jenis lebih rendah dibanding air dan pada suhu kamar

normal dapat berada dalam keadaan padat atau cair. Apabila padat maka disebut

lemak, sedangkan apabila cair disebut minyak. Trigliserida disebut juga

triacilgliserol (TAG), yaitu senyawa kimia yang terbentuk dari satu molekul

gliserol dan tiga asam lemak (Darmoyuwono, 2005).

Gliserol adalah alkohol trihidrat (mengandung tiga gugus hidroksil, atau

–OH) yang dapat bergabung dengan sampai tiga asam lemak sehingga

membentuk monogliserida, digliserida, dan trigliserida. Monogliserida,

(25)

yang terbentuk dari reaksi antara asam dan alkohol yang melepaskan air (H2O)

sebagai hasil samping (Darmoyuwono, 2005).

2.4 Hidrolisis Lemak

Dalam reaksi hidrolisis, minyak akan diubah menjadi asam-asam lemak

bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis dapat mengakibatkan kerusakan minyak.

Reaksi hidrolisis ini dapat terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak.

Reaksi ini akan mengakibatkan bau tengik pada minyak. Proses hidrolisis yang

disengaja, biasanya dilakukan dengan penambahan sejumlah basa seperti KOH

atau NaOH. Proses ini dikenal sebagai reaksi penyabunan. Proses penyabunan ini

banyak dipergunakan dalam industri (Ketaren, 2005).

Pada proses penyabunan, pemberian KOH atau NaOH yang berlebih akan

menyebabkan terjadinya penyabunan yang sempurna atau hidrolisis total

(Fessenden dan Fessenden 1989, Ketaren 2005). Tetapi apabila jumlah KOH atau

NaOH yang digunakan lebih sedikit dari jumlah minyak yang akan dihidrolisis

maka tidak semua minyak akan tersabunkan atau disebut juga hidrolisis parsial

(Darmoyuwono, 2006).

Bilangan penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang dibutuhkan

untuk menyabunkan satu gram minyak atau lemak. Besarnya bilangan

penyabunan tergantung dari berat molekul. Minyak yang mempunyai berat

molekul rendah akan mempunyai bilangan penyabunan yang tinggi dan

sebaliknya minyak yang mempunyai berat molekul tinggi mempunyai bilangan

penyabunan yang rendah. Dalam penetapan bilangan penyabunan biasanya

dipergunakan adalah larutan KOH. Bilangan penyabunan untuk minyak kelapa

(26)

Reaksi penyabunan:

O O

CH2 – O – C – R1 R1 – C – O – Na

O CH2 OH O

CH – O – C – R2 + 3NaOH CH OH + R2 – C – O – Na

O CH2 OH O

CH2 – O – C – R3 R3 – C – O – Na

trigliserida basa gliserol sabun

Penetapan bilangan penyabunan dapat dilakukan dengan cara ditimbang

sebanyak 5 gram minyak di dalam labu erlenmeyer 250 ml. Ditambahkan

sebanyak 50 ml NaOH metanol 0,5 N. Labu erlenmeyer dihubungkan dengan

pendingin tegak kemudian dididihkan selama 3 jam. Larutan didinginkan dan

bagian dalam dari pendingin tegak dibilas dengan sedikit air. Larutan

ditambahkan 1 ml indikator fenolftalein kemudian dititrasi dengan HCl 0,5 N

sampai warna merah muda menghilang (Ketaren, 2005). Bilangan penyabunan

dihitung dengan rumus:

(ml NaOH x N NaOH) – (ml HCl x N HCl)

Bilangan Penyabunan = x BM NaOH

g minyak

Untuk hidrolisis parsial dari minyak dilakukan dengan memodifikasi

prosedur bilangan penyabunan diatas, yaitu dengan mengurangi volume NaOH

yang digunakan sesuai dengan tingkat hidrolisis. Misalnya untuk hidrolisis 50%,

maka volume NaOH yang ditambahkan adalah setengah dari volume NaOH yang

(27)

2.5 Sifat Antibakteri Minyak Kelapa Murni

Minyak kelapa murni memiliki beberapa keunggulan yaitu kandungan

asam laurat tinggi, komposisi asam lemak rantai mediumnya tinggi dan berat

molekulnya rendah. Asam laurat merupakan asam lemak rantai sedang karena

jumlah karbonnya 12. Banyak penelitian yang telah dilakukan dan diperoleh

bahwa asam laurat di dalam tubuh manusia akan diubah menjadi monolaurin.

Monolaurin ini bersifat sebagai antivirus, antibakteri, dan antijamur. Minyak

kelapa murni juga mengandung asam kaprat yang berantai sedang dengan jumlah

karbon 10. Asam kaprat ini pun bermanfaat bagi kesehatan dimana di dalam tubuh

asam kaprat akan diubah menjadi monokaprin. Monokaprin sangat bermanfaat

sebagai antivirus seperti virus HIV (Rindengan, 2004).

Asam laurat pertama kali ditemukan dalam minyak kelapa oleh prof. Dr.

John J Kabara, dari Departement of Chemistry and Pharmacology, Michigan State

University, Amerika, tahun 1960an. Manfaat asam laurat antara lain dapat

membunuh berbagai jenis mikroba. Sifat asam laurat dapat melarutkan membran

virus sehingga akan menggangu kekebalan virus. Hal ini akan membuat virus

tersebut inaktivasi. Sementara itu asam kaprilat yang terdapat pada minyak kelapa

murni sangat potensi untuk mematikan jamur (Sutarmi dan Rozaline, 2005).

Trigliserida terdiri dari tiga asam lemak yang diikat bersama oleh gliserol.

Bila kita mengkonsumsi VCO maka trigliseridanya di dalam tubuh akan dipecah

menjadi digliserida, monogliserida, dan asam lemak bebas. Asam lemak dalam

VCO yang paling aktif sebagai antibakteri adalah asam laurat dan asam kaprat

(28)

Sistem kekebalan tubuh kita dapat dengan mudah menghancurkan

mikroba-mikroba dengan bantuan monolaurin. Produksi monolaurin ini hanya

dimungkinkan apabila kita mengkonsumsi asam laurat, misalnya dari minyak

kelapa (Darmoyuwono, 2005).

Aktifitas antimikroba dari asam lemak dipengaruhi oleh pH yang

merupakan faktor penentu bakteri dapat mati atau hanya terinaktivasi. pH dari

asam lemak rantai pendek (asam kaproat, asam kaprilat, dan asam kaprat) yang

berfungsi baik sebagai antimikroba adalah 6,5-7,5. Namun untuk asam lemak

rantai sedang (asam laurat dan asam miristat), pH minimum 6,5 sudah mampu

membunuh bakteri (Syah, 2005).

2.6Penentuan Aktivitas Antibakteri

Secara umum, ada dua metode yang dapat digunakan untuk penentuan

aktivitas antibakteri dari suatu zat. Yang pertama yaitu penentuan aktivitas

antibakteri dengan menggunakan lempeng silinder. Metode ini berdasarkan difusi

antibiotik dari silinder yang dipasang tegak lurus pada lapisan agar padat dalam

cawan petri sehingga bakteri yang ditambahkan akan dihambat pertumbuhannya

pada daerah berupa lingkaran atau zona bening disekeliling silinder yang berisi

larutan antibiotik. Metode kedua yaitu penentuan dengan cara menggunakan

tabung atau turbidimetri. Metode ini berdasarkan atas hambatan pertumbuhan

biakan mikroba dalam larutan serba sama antibiotik dalam media cair yang dapat

menumbuhkan mikroba dengan cepat bila tidak terdapat antibiotik (Ditjen POM,

1995).

Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui aktivitas

(29)

Sulistiyaningsih, dkk., (2007), melakukan pengujian aktivitas antibakteri minyak

kelapa murni dengan menggunakan metode difusi agar. Pada penelitian tersebut

menunjukkan bahwa minyak kelapa murni dengan konsentrasi 55% (550000 ppm)

aktivitas terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa

masing-masing sebanding dengan 16,788 ppm dan 152,405 ppm baku tetrasiklin. Untuk

pengujian aktivitas antibakteri monolaurin terhadap Staphylococcus aureus, telah

dilakukan oleh Widiyarti dkk (2009) dengan menggunakan metode perforasi.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri senyawa α

-monolaurin hasil sintesis sama dengan α-monolaurin standar sedangkan pengujian

terhadap VCO dan krem yang mengandung VCO telah dilakukan oleh Ginting

(2008) dengan menggunakan pencadang gelas. Pada penelitian tersebut juga

menunjukkan bahwa VCO mempunyai aktivitas antibakteri terhadap

Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.

Pada penelitian ini, pengujian sifat antibakteri hasil hidrolisis minyak

kelapa murni terhadap pertumbuhan bakteri Staphyllococcus aureus dan

Escherichia coli dilakukan dengan menggunakan metode Angka Lempeng Total

(ALT). Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup

akan berkembang menjadi suatu koloni. Jumlah koloni yang muncul pada cawan

merupakan jumlah mikroba yang hidup yang terkandung dalam sampel.

Prinsip dari metode Angka Lempeng Total adalah bila sel mikroba yang

masih hidup ditumbuhkan pada medium, maka mikroba tersebut akan

berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan

kemudian dihitung tanpa menggunakan mikroskop. Pada metode ini dilakukan

(30)

dalam cawan petri. Setelah inkubasi, akan terbentuk koloni pada cawan tersebut

dalam jumlah yang dapat dihitung, dimana jumlah yang terbaik adalah antara

30-300 koloni. Jumlah mikroba dalam sampel ditentukan dengan mengalikan jumlah

koloni dengan faktor pengenceran pada cawan yang bersangkutan. Metode ini

dibedakan atas dua cara, yaitu metode tuang dan metode sebar (Waluyo, 2008).

2.7 Bilangan Asam

Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH yang

dibutuhkan untuk menetralkan asam-asam lemak bebas yang terdapat dalam 1

gram minyak atau lemak. Bilangan asam dipergunakan untuk mengukur jumlah

asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak atau lemak. Untuk penetapan

bilangan asam dapat dilakukan dengan cara ditimbang 10 gram minyak atau

lemak ke dalam erlenmeyer 200 ml. Selanjutnya ditambahkan 50 ml alkohol 95%

netral, kemudian dipanaskan selama 10 menit dalam penangas air. Larutan ini

kemudian dititrasi dengan KOH 0,1 N dengan menggunakan indikator fenolftalein

sampai tepat terlihat warna merah muda (Ketaren, 2005).

Bilangan asam dihitung dengan rumus:

A x N x BM KOH Bilangan Asam =

G

Keterangan:

A = jumlah ml KOH untuk titrasi

N = normalitas larutan KOH

G = bobot minyak (gram)

(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Mikrobiologi

Fakultas Farmasi USU Medan. Penelitian dilakukan berdasarkan metode

eksperimental dengan meneliti pengaruh variabel bebas yaitu tingkat hidrolisis

25%, 50%, 75% dan 100% minyak kelapa murni terhadap variabel terikat yaitu

daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan

Escherichia coli di dalam whipped cream yang dilakukan dengan metode Angka

Lempeng Total.

3.1 Alat-alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca listrik maximum

(Sartorius, Jepang), Hotplate (Heidolp, Jerman), Pendingin Tegak, Buret, Statif,

Penangas air, klem, bola karet, autoklaf (Fisons), inkubator (Fiber Scientific),

jarum ose, Laminar Air Flow Cabinet (Astec HLF 1200L), lemari pendingin

(Toshiba), Hand Mixer (Tiger), cawan petri, pipet tetes, mikroskop (Olympus

CX31), oven (Memmert), kamera (Sony), indikator universal (Merck), dan

alat-alat gelas sesuai kebutuhan.

3.2Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah natrium

hidroksida, kalium hidroksida, metanol, asam klorida, n-heksan, natrium sulfat,

indikator fenolftalein, akuades. Bahan untuk pembuatan whipped cream yaitu

mentega putih dan susu kental manis produksi PT. Frisian Flag Indonesia. Bahan

(32)

Agar (Oxoid), natrium klorida. Bakteri yang digunakan adalah bakteri

Staphylococcus aureus ATCC 29737 dan Escherichia coli ATCC 87064, serta

minyak kelapa murni produksi Noery Vico Lhokseumawe – NAD. Gambar

minyak kelapa murni yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.3Penyiapan Bahan

3.3.1 Pembuatan Larutan Pereaksi

3.3.1.1Larutan HCl 0,5 N

Sebanyak 41,39 ml asam klorida pekat diencerkan dalam air suling hingga

1000 ml. Kemudian dilakukan pembakuan HCl 0,5 N dengan cara ditimbang

sebanyak 0,25 gram natrium karbonat yang sebelumnya telah dipanaskan pada

suhu 270OC selama 1 jam, kemudian dilarutkan dalam 100 ml air. Dititrasi dengan

larutan asam klorida menggunakan indikator merah metil sampai berwarna merah

muda. Larutan dipanaskan hingga mendidih, kemudian didinginkan dan dititrasi

kembali. Dipanaskan lagi hingga mendidih, dan dititasi lagi hingga warna merah

muda tidak hilang dengan pendidihan lebih lanjut (Ditjen POM, 1995).

3.3.1.2Larutan NaOH metanol 0,5 N

Ditimbang sebanyak 20 gram pelet natrium hidroksida, kemudian

dilarutkan dalam metanol hingga 1000 ml. Kemudian dilakukan pembakuan

NaOH metanol 0,5 N dengan cara dipipet sebanyak 10 ml NaOH metanol 0,5 N

kemudian dititrasi dengan HCl 0,5 N dengan menggunakan indikator fenolftalein

sampai warna merah muda.

3.3.1.3Larutan Merah Metil

(33)

3.3.1.4Larutan Fenolftalein

Dilarutkan 1 gram fenolftalein dalam 100 ml etanol.

3.3.1.5Larutan KOH 0,1 N

Ditimbang sebanyak 5,61 gram pelet kalium hidroksida, kemudian

dilarutkan dalam air hingga 1000 ml. Kemudian dilakukan pembakuan KOH 0,1

N dengan cara ditimbang sebanyak 0,3 gram kalium biftalat yang sebelumnya

telah dihaluskan dan dikeringkan pada suhu 120OC selama 2 jam, dan dilarutkan

dalam 75 ml air bebas karbon dioksida. Ditambahkan 2 tetes fenolftalein dan

dititrasi dengan larutan kalium hidroksida hingga terjadi warna merah muda

mantap.

3.3.1.6Larutan Alkohol 95% Netral

Sebanyak 480 ml alkohol 99% dilarutkan dalam air suling sampai 500 ml.

Kemudian larutan dipindahkan ke dalam erlenmeyer, ditambahkan beberapa tetes

indikator fenolftalein dan dititrasi dengan larutan KOH 0,1 N sampai terbentuk

warna merah muda.

3.3.2Penyiapan Alat dan Bahan untuk Pengujian Sifat Antibakteri

3.3.2.1Sterilisasi Alat

Alat-alat dan bahan untuk pemeriksaan mikrobiologi harus disterilkan

terlebih dahulu sebelum dipakai. Alat-alat gelas disterikan di oven pada suhu

170OC selama 2 jam dan media yang digunakan disterilkan di autoklaf pada suhu

121OC selama 15 menit, jarum ose dibakar dengan lampu bunsen.

3.3.2.2Pembuatan Media Nutrient Agar

Komposisi: Beef Extract 3 gram

(34)

Agar 15 gram

Air suling sampai 1 liter

Sebanyak 28 gram serbuk Nutrient Agar (NA) dilarutkan dalam air suling

hingga 1 liter dengan bantuan pemanasan sampai semua bahan larut sempurna.

Kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121OC selama 15 menit (Oxoid,

2006).

3.3.2.3Pembuatan Media Plate Count Agar

Komposisi: Trypton 5,0 gram

Ekstrak yeast 2,5 gram

Glukosa 1,0 gram

Agar 9,0 gram

Air suling sampai 1 liter

Sebanyak 17,5 gram serbuk Plate Count Agar (PCA) dilarutkan dalam air

suling sebanyak 1 liter, dipanaskan sampai mendidih sampai semua serbuk PCA

larut, disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121OC selama 15 menit (Oxoid, 2006).

3.3.2.4Pembuatan Larutan NaCl 0,9%

Natrium klorida ditimbang sebanyak 9 gram lalu dilarutkan dalam air

suling sedikit demi sedikit dalam labu ukur 1000 ml sampai larut sempurna. Lalu

ditambahkan air suling sampai garis tanda. Larutan kemudian dipindahkan ke

dalam wadah kaca dan disterilkan di autoklaf pada suhu 121OC selama 15 menit.

3.3.2.5Pembuatan Agar Miring

Kedalam tabung reaksi dimasukkan 3 ml media nutrien agar, didiamkan

pada suhu kamar sampai sediaan membeku pada posisi miring 45O kemudian

(35)

3.4 Hidrolisis Minyak Kelapa Murni

Untuk penentuan bilangan penyabunan dilakukan prosedur sebagai berikut

yaitu sejumlah 10 gram minyak ditimbang dalam labu alas 250 ml. Ditambahkan

100 ml NaOH metanol 0,5 N. Labu alas dihubungkan dengan pendingin tegak dan

dipanaskan sampai tersabunkan sempurna (3 jam). Selanjutnya larutan

didinginkan dan ditambahkan 1 ml larutan indikator fenolftalein, kemudian

dititrasi dengan HCl 0,5 N sampai warna merah jambu menghilang. Bilangan

Penyabunan dihitung dengan rumus:

(ml NaOH x N NaOH) – (ml HCl x N HCl)

Bilangan Penyabunan = x BM NaOH

gram minyak

Untuk hidrolisis parsial dari minyak dilakukan dengan memodifikasi

prosedur bilangan penyabunan diatas, yaitu dengan mengurangi volume NaOH

yang digunakan sesuai dengan tingkat hidrolisis. Volume NaOH yang digunakan

dapat dilihat pada Lampiran 3.

Sejumlah 50 gram minyak ditimbang kemudian ditambahkan NaOH

metanol 0,5 N sesuai tingkat hidrolisis 25%, 50%, 75% dan 100% kemudian labu

alas dihubungkan dengan pendingin tegak dan dipanaskan selama 3 jam. Setelah

penyabunan selesai maka campuran ditambahkan HCl 0,5 N untuk membebaskan

asam lemak yang tersabunkan, selanjutnya diekstraksi 2 kali masing-masing

dengan 50 ml heksan sehingga terbentuk dua lapisan. Lapisan atas (fraksi

n-heksan) dikumpulkan kemudian ditambahkan 50 mg Na2SO4 anhidrat dan

didiamkan selama 15 menit. Selanjutnya diuapkan di atas penangas air dalam

(36)

ditambahkan dalam pembuatan whipped cream dan diuji sifat antibakterinya

(Permata, 2012).

3.5 Penentuan Bilangan Asam Minyak Kelapa Murni dan Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni

Penentuan bilangan asam dilakukan dengan cara ditimbang minyak kelapa

murni sebanyak 5 gram di dalam erlenmeyer 200 ml. Ditambahkan 25 ml alkohol

netral 95%, kemudian dipanaskan selama 10 menit dalam penangas air sambil

diaduk. Larutan ini kemudian dititrasi dengan KOH 0,1 N dengan menggunakan

indikator fenolftalein sampai tepat terlihat warna merah jambu. Dihitung bilangan

asam dari minyak (Ketaren, 2005).

A x N x BM KOH Bilangan Asam =

G

Keterangan:

A = jumlah ml KOH untuk titrasi

N = normalitas larutan KOH

G = bobot minyak (gram)

BM KOH = 56,1

3.6 Pembuatan Whipped Cream

Untuk pembuatan whipped cream dilakukan prosedur sebagai berikut yaitu

sebanyak 400 gram mentega putih dan 50 ml susu kental manis dicampur dalam

suatu wadah kemudian dikocok menggunakan mixer hingga mengembang dan

(37)

3.6.1 Pembuatan Campuran Whipped Cream dengan Minyak Kelapa Murni

Minyak kelapa murni yang ditambahkan ke dalam whipped cream adalah

2% (Ginting, 2008). Ditimbang sebanyak 4,9 gram whipped cream kemudian

ditambahkan 0,1 gram minyak kelapa murni dan selanjutnya campuran tersebut

dilarutkan dengan n-heksan dengan perbandingan 1 : 1 kemudian diaduk hingga

homogen.

3.6.2 Pembuatan Campuran Whipped Cream dengan Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni

Ditimbang sebanyak 4,9 gram whipped cream kemudian ditambahkan 0,1

gram hasil hidolisis minyak kelapa murni 25%, selanjutnya campuran tersebut

dilarutkan dengan n-heksan dengan perbandingan 1 : 1 kemudian diaduk hingga

homogen. Dilakukan hal yang sama untuk hasil hidrolisis minyak kelapa murni

50%, 75% dan 100%.

3.7 Pengujian Sifat Antibakteri Minyak Kelapa Murni dan Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni dalam Whipped Cream

3.7.1 Peremajaan Bakteri

Satu koloni bakteri diambil dari stok kultur dengan menggunakan jarum

ose steril, lalu ditanam pada media NA miring dengan cara menggores. Kemudian

diinkubasi dalam inkubator pada suhu 36-37OC selama 24 jam (Ditjen POM,

1995).

3.7.2 Pembuatan Inokulum

Koloni bakteri diambil dari peremajaan bakteri dengan jarum ose steril

lalu disuspensikan dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml larutan NaCl 0,9%.

Kemudian diukur kekeruhan larutan pada panjang gelombang 580 nm sampai

(38)

3.7.3 Pengenceran Inokulum

Dari suspensi bakteri (konsentrasi bakteri 1x106 cfu/ml) diambil 1 ml lalu

dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi 9 ml NaCl 0,9% sehingga

diperoleh pengenceran 10-1. Dari pengenceran 10-1 dipipet 1 ml dan dimasukkan

kedalam tabung reaksi yang berisis 9 ml NaCl 0,9% sehingga diperoleh

pengenceran 10-2. Dilakukan hal yang sama sampai diperoleh pengenceran 10-5.

3.7.4 Pengujian Pertumbuhan Bakteri pada Whipped Cream (Blanko)

Dari pengenceran suspensi bakteri 10-5 dipipet sebanyak 0,1 ml dan

dimasukkan kedalam cawan petri. Kemudian dituang media PCA sebanyak 20 ml

kedalam cawan petri, cawan petri segera digoyang dan diputar sedemikian rupa

hingga suspensi tersebar merata. Setelah media memadat, dimasukkan 0,1 ml

whipped cream dengan metode sebar dan selanjutnya diinkubasi pada suhu 35–37OC

selama 24 jam dengan posisi dibalik. Setelah itu diamati dan dihitung jumlah koloni

yang tumbuh dengan menggunakan colony counter, dilakukan percobaan triplo.

3.7.5 Pengujian Sifat Antibakteri pada Campuran Whipped Cream dengan Minyak Kelapa Murni

Dari pengenceran suspensi bakteri 10-5 dipipet sebanyak 0,1 ml dan

dimasukkan kedalam cawan petri. Kemudian dituang media PCA sebanyak 20 ml

kedalam cawan petri, cawan petri segera digoyang dan diputar sedemikian rupa

hingga suspensi tersebar merata. Setelah media memadat, dimasukkan 0,1 ml

campuran whipped cream dengan minyak kelapa murni dengan metode sebar.

Cawan diinkubasi pada suhu 35–37OC selama 24 jam dengan posisi dibalik. Setelah

itu diamati dan dihitung jumlah koloni yang tumbuh dengan menggunakan colony

(39)

3.7.6 Pengujian Sifat Antibakteri pada Campuran Whipped Cream dengan Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni

Dari pengenceran suspensi bakteri 10-5 dipipet sebanyak 0,1 ml dan

dimasukkan kedalam cawan petri. Kemudian dituang media PCA sebanyak 20 ml

kedalam cawan petri, cawan petri segera digoyang dan diputar sedemikian rupa

hingga suspensi tersebar merata. Setelah media memadat, dimasukkan 0,1 ml

campuran whipped cream dengan hasil hidolisis minyak kelapa murni 25% dengan

metode sebar. Cawan diinkubasi pada suhu 35–37OC selama 24 jam dengan posisi

dibalik. Setelah itu diamati dan dihitung jumlah koloni yang tumbuh dengan

menggunakan colony counter, dilakukan percobaan triplo. Dilakukan hal yang sama

(40)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Bilangan Asam Minyak Kelapa Murni dan Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni

Hidrolisis minyak kelapa murni akan menghasilkan gliserol yang larut

dalam air, sedangkan asam lemak bebas, monogliserida dan digliserida tidak larut

dalam air tetapi larut dalam pelarut non polar seperti n-heksan. Pada saat

hidrolisat diekstraksi dengan n-heksan, maka gliserol tidak akan terekstraksi

sehingga bobot minyak kelapa murni yang dihasilkan menurun. Semakin banyak

NaOH yang ditambahkan maka semakin sedikit minyak yang dihasilkan

(Ketaren,2005; Widiyarti dan Hanafi,2008). Bobot hasil hidrolisis minyak kelapa

murni dan bilangan asam dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Bobot Minyak Kelapa Murni dan Bilangan Asam Sebelum dan Setelah Hidrolisis

NO. Tingkat Hidrolisis Relatif Terhadap Bilangan

Keterangan: *) hasil rata-rata tiga kali pengulangan

Minyak kelapa murni yang dihidrolisis akan menghasilkan minyak kelapa

murni dengan kandungan asam lemak bebas yang tinggi. Bilangan asam

merupakan salah satu ukuran dari jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam

(41)

KOH yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam

1 gram minyak atau lemak (Ketaren,2005).

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa setelah minyak kelapa murni

dihidrolisis maka akan terjadi peningkatan bilangan asam. Peningkatan bilangan

asam hasil hidrolisis minyak kelapa murni sebanding dengan peningkatan jumlah

NaOH yang ditambahkan dalam hidrolisis. Bilangan asam yang paling tinggi

ditunjukkan pada hidrolisis penyabunan 100%.

Hidrolisis minyak merupakan suatu proses penyabunan, dimana asam

lemak akan terlepas dari molekul trigliserida dengan adanya bantuan logam alkali

sebagai sabun dan melepaskan gliserol. Pemberian alkali yang berlebih mungkin

akan menyebabkan terjadinya penyabunan yang sempurna, atau dengan kata lain

hidrolisis total (Fessenden dan Fessenden 1989, Ketaren 2005). Tetapi apabila

jumlah alkali yang ditambahkan tidak sebanding dengan jumlah minyak yang

dihidrolisis maka tidak semua trigliserida akan tersabunkan (Darmoyuwono,

2006).

4.2 Sifat Antibakteri Minyak Kelapa Murni dan Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni dalam Whipped Cream

Pengujian sifat antibakteri minyak kelapa murni dan hasil hidrolisisnya

dilakukan dengan menggunakan metode angka lempeng total. Pada metode ini

pengenceran dilakukan sampai 10-5 sehingga setelah inkubasi terbentuk koloni

dalam jumlah yang dapat dihitung dimana jumlah yang terbaik adalah antara

30-300 koloni. Jumlah bakteri yang terdapat dalam whipped cream ditentukan dengan

mengalikan jumlah koloni dengan faktor pengenceran pada cawan yang

bersangkutan. Hasil pengujian sifat antibakteri minyak kelapa murni dan hasil

(42)

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Gambar hasil pengujian sifat

antibakteri minyak kelapa murni dan hasil hidrolisisnya dapat dilihat pada

Lampiran 5, Lampiran 6 dan Gambar 4.1 dibawah ini.

Gambar 4.1 Angka lempeng total pada bakteri uji Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

Keterangan:

A: Blanko pada pengujian terhadap bakteri Staphylococcus aureus

B: Hidrolisis 100% pada pengujian terhadap bakteri Staphylococcus aureus

C: Blanko pada pengujian terhadap bakteri Escherichia coli

D: Hidrolisis 100% pada pengujian terhadap bakteri Escherichia coli

Data hasil pengamatan sifat antibakteri minyak kelapa murni dan hasil

A B

(43)

aureus (gram positif) dan Escherichia coli (gram negatif) dapat dilihat pada

Lampiran 7, Tabel 4.2 dan Gambar 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.2 Sifat antibakteri minyak kelapa murni dan hasil hidrolisis minyak kelapa murni terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

No Perlakuan Tingkat Hidrolisis

Jumlah Koloni Bakteri yang Tumbuh* (cfu)

4. Minyak kelapa murni hidrolisis 50%

19x105 39x105

5. Minyak kelapa murni hidrolisis 75%

- 29x105

6. Minyak kelapa murni hidrolisis 100%

- 26x105

Keterangan: *): Hasil adalah rata-rata tiga kali pengulangan

minyak kelapa murni dalam whipped cream

(44)

pertumbuhan bakteri. Dari hasil pengujian tersebut diketahui bahwa minyak

kelapa murni dan hasil hidrolisis minyak kelapa murni dapat menghambat

pertumbuhan bakteri yang ada didalam whipped cream. Pada pengujian terhadap

bakteri Staphylococcus aureus, jumlah koloni bakteri pada blanko adalah 51x105

cfu sedangkan pada campuran whipped cream dengan minyak kelapa murni

jumlah koloninya 31x105 cfu. Pada pengujian terhadap bakteri Escherichia coli,

jumlah koloni pada blanko adalah 58x105 cfu sedangkan pada campuran whipped

cream dengan minyak kelapa murni jumlah koloninya 55x105 cfu.

Dari hasil pengujian diatas juga dapat diketahui bahwa semakin tinggi

tingkat hidrolisis maka sifat antibakteri juga akan semakin meningkat. Pada pengujian

terhadap campuran whipped cream dengan minyak kelapa murni hasil hidrolisis 25%,

50%, 75% dan 100% untuk bakteri Escherichia coli secara berturut-turut adalah

50x105 cfu, 39x105 cfu, 29x105 cfu dan 26x105cfu. Sedangkan pada bakteri

Staphylococcus aureus jumlah koloninya 25x105 cfu dan 19x105 cfu tetapi pada

hasil hidrolisis 75% dan 100% tidak ada koloni bakteri yang tumbuh. Dari data

tersebut juga diketahui bahwa sifat antibakteri minyak kelapa murni dan hasil

hidrolisisnya efektif terhadap bakteri Staphylococcus aureus (gram positif) tetapi

kurang efektif terhadap bakteri Escherichia coli (gram negatif).

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang telah dilakukan

oleh Ginting (2009), dimana pada penelitian tersebut minyak kelapa murni sangat

efektif sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus didalam sedian krim.

Sama halnya dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Widiyarti (2009),

(45)

Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Nuraida (2008), juga

menunjukkan bahwa monogliserida memiliki aktivitas antibakteri terhadap

Staphylococcus aureus dan aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus

(gram positif) lebih tinggi dibandingkan terhadap Escherichia coli (gram negatif)

tetapi aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli dapat meningkat dengan

penurunan pH.

Apabila minyak kelapa murni dihidrolisis, maka trigliseridanya akan

dipecah menjadi digliserida, monogliserida, dan asam lemak bebas. Asam lemak

dan monogliserida menginaktivasi bakteri dengan cara merusak membran plasma

dari bakteri tersebut. Aktivitas antimikroba dari asam lemak juga dipengaruhi oleh

pH yang merupakan faktor penentu bagi bakteri dapat mati atau hanya

(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Hasil hidrolisis minyak kelapa murni mempunyai sifat antibakteri dimana

sifat antibakteri hasil hidrolisis minyak kelapa murni efektif terhadap

bakteri Staphylococcus aureus (gram positif) tetapi kurang efektif terhadap

bakteri Escherichia coli (gram negatif).

2. Hidrolisis menggunakan NaOH meningkatkan kandungan asam lemak

bebas sebanding dengan peningkatan NaOH yang digunakan dalam proses

hidrolisis sehingga semakin tinggi tingkatan hidrolisis maka semakin

tinggi pula sifat antibakteri hasil hidrolisis minyak kelapa murni.

5.2Saran

Dari hasil penelitian ini disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat

melakukan penelitian lebih lanjut terhadap minyak kelapa murni sebagai bahan

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2011). Cara Membuat Butter Cream. En.petitchef.com/recipes/cara-membuat-butter-cream/html. Tanggal Akses 5 Maret 2012.

Darmoyuwono, W. (2006), Gaya Hidup Sehat Dengan Virgin Coconut Oil. Jakarta: Penerbit PT Indeks Kelompok Gramedia. Hal. 62-63.

Oxoid. (2006). The Oxoid Manual. Edisi 9. England: Limited Oxoid. Hal. 269-339.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 891-897.

Fessenden, R.J., dan Fessenden, J.S. (1989). Kimia Organik. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 408-412.

Ginting, D.P. (2008). Pembuatan dan Uji Aktivitas Antibakteri Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/Virgin Coconut Oil) Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 29737 dan Pseudomonas aureginosa ATCC 25629. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Ketaren, S. (2005). Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 49-65.

Lieberman, S., Enig, M.G., dan Preuss, H.G. (2006). A Review of Monolaurin and Lauric Acid. Natural Virucidal and Bactericial Agent. Alternative & Complementary Therapies. Desember. Hal. 310.

Nuraida, L., Dhenok, A., Indriana, S.M., dan Tri, H. (2008). Kajian Aktivitas Antibakteri Monoasilgliserol (MAG) dan Mono-Diasilgliserol (MDAG) dari Minyak Kelapa dan Minyak Inti Sawit. Penelitian dan Pengembangan untuk Mendukung Agribisnis Kelapa Sawit Nasional. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Hal. 124-213.

Permata, M.Y. (2012). Pengaruh Hidrolisis Parsial Terhadap Aktivitas Antibakteri Minyak Kelapa Murni. Tesis. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Rindengan, B., dan Novarianto. (2005). Pembuatan dan Pemanfaatan Minyak Kelapa Murni. Seri Agretekno. Cetakan Keempat. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 22-23.

(48)

Sulistiyahningsih, Dewi, R. dan Sheli, O.Y. (2007). Aktivitas Antimikroba Minyak Kelapa Murni dengan Beberapa Metode Pembuatan Terhadap Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, dan Candida albicans dengan Metode Difusi Agar. Farmaka. 5(1): 1-5.

Sutarmi, dan Hartin, R. (2005). Taklukkan Penyakit dengan VCO. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 6-9.

Syah, A.N.A. (2005). Virgin Coconut Oil. Cetakan Kedua. Jakarta: Agromedia Pustaka. Hal. 8.

Widiyarti, G., dan Hanafi, M. (2008). Study on the Synthesis of Monolaurin As Antibacterial Agent Againts Staphylococcus aureus. Indo. J. Chem. 9(1): 99-106.

(49)
(50)

Lampiran 2. Perhitungan bilangan penyabunan total minyak kelapa murni

1. Pembakuan HCl untuk penentuan bilangan penyabunan total

Perhitungan Pembakuan

No. Berat Na2CO3 (mg) Volume titrasi (ml)

1. 254 9,2

(51)

2. Pembakuan NaOH metanol untuk penyabunan total

Normalitas rata-rata NaOH metanol

No. Normalitas

Jadi normalitas NaOH metanol adalah 0,4985 N

(52)

3. Perhitungan Bilangan Penyabunan

Berat sampel (minyak kelapa murni) = 5,011 gram

Volume HCl 0,5247 N = 3,3 ml

Volume NaOH metanol 0,4985 N = 50 ml

mili ekivalen NaOH awal = V x N NaOH

= 50 ml x 0,4985 N

= 24,925 mmol

mili ekivalen NaOH yang bereaksi dengan HCl = V x N HCl

= 3,3 ml x 0,5247 N

= 1,7315 mmol

mili ekivalen NaOH yang bereaksi dengan minyak kelapa murni

= 24,925 mmol – 1,7315 mmol

= 23,1935 mmol

mg NaOH yang bereaksi = mili ekivalen x Mr

= 23,1935 mmol x 40 gram/mol

= 23,1935 mmol x 40 mg/mol

= 927,74 mg

1

Bilangan Penyabunan = x mg NaOH gram minyak

1

= x 927,74 5,001

(53)

Lampiran 3. Perhitungan jumlah NaOH metanol yang digunakan dalam hidrolisis metode penyabunan

1. Penyabunan 25%

Pembakuan NaOH metanol untuk penyabunan

Perhitungan pembakuan:

Data normalitas rata-rata NaOH metanol untuk penyabunan 25%

No. Normalitas

Jadi Normalitas NaOH metanol adalah 0,5063 N

(54)

Volume NaOH metanol yang ditambahkan untuk hidrolisis 25%

Minyak kelapa murni yang disabunkan = 100,169 gram

NaOH = 185,14 mg/gram minyak

Jumlah NaOH metanol yang ditambahkan

= 25% x 185,14 mg/gram minyak x 100,169 gram minyak

25

= x 185,14 mg/gram minyak x 100,69 gram minyak 100

= 4636,32 mg NaOH

mol NaOH = 4636,32 mg/ (40 gram/mol)

= 4636,32 mg / (40 mg/mmol)

= 115,908 mmol

Volume NaOH = mol / N

= 115,908 mmol / 0,5063 N

= 228,93 ml ~ 229 ml

HCl yang ditambahkan setelah penyabunan untuk melepaskan alkali dari asam

lemak bebas

= V NaOH x N NaOH / N HCl

= 229 ml x 0,5063 N / 0,5247 N

(55)

2. Penyabunan 50%

Pembakuan HCl untuk pembakuan NaOH metanol

Perhitungan Pembakuan

miligrek Na2CO3 = miligrek HCl

mg / BE N =

ml

Data Pembakuan HCl 0,5 N

No. Berat Na2CO3 (mg) Volume titrasi

(56)

Pembakuan NaOH metanol untuk penyabunan 50%

Data Pembakuan NaOH metanol untuk penyabunan 50%

Normalitas rata-rata:

Data normalitas rata-rata NaOH metanol untuk penyabunan 50%

No. Normalitas

Jadi Normalitas NaOH metanol adalah 0,4913 N

Gambar

Gambar Angka Lempeng Total Bakteri Uji ……………….
Tabel 2.1. Standar Mutu Minyak Kelapa Murni Berdasarkan SNI 7381:2008
Tabel 2.2. Kandungan Asam Lemak per 100 g Minyak Kelapa
Tabel 4.1 Bobot Minyak Kelapa Murni dan Bilangan Asam Sebelum dan Setelah Hidrolisis
+3

Referensi

Dokumen terkait

The author opens the theme by explaining why gender issues still matter; the fact that, in spite of their favorable position compared to women in Middle Eastern countries, “women in

untuk menekan biaya suatu input produksi agar biaya produksi usaha pertanian tidak terlalu mahal, misal dengan menetapkan harga eceran tertinggi dari pupuk atau input produksi

Peranan asal pegawai perhubungan awam kerajaan adalah mewujudkan proses pertukaran maklumat dua hala antara kerajaan dengan rakyat yang melibatkan teknik-teknik

Harga adalah sejumlah uang yang ditagihkan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukarkan para pelanggan untuk memperoleh manfaat dari memiliki atau

Jumlah ini bahkan lebih banyak dari mengganti mobil Anda dengan Toyota Prius yang hanya menghemat 1 ton emisi karbon setiap tahunnya. Beberapa media massa luar

The boss may say, as part of a charged-up motivational speech, “Do you hear me?” and the sales team is expected to call back “Yes Sir!” The boss, as a public speaker, recognizes

Untuk mendapatkan kadar ethanol yang terbaik pada jerami Padi dengan. menggunakan proses Hidrolisis

When we feel that we are being treated fairly by a company, have a good relationship with our manager, have a manager who is supportive and rewards high performance, and we trust