IMPLEMENTASI PERDA KOTA MEDAN NO. 6 TAHUN 2003 TENTANG LARANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS
SERTA PRAKTEK TUNA SUSILA DI KOTA MEDAN
(Studi Kasus di Dinsosnaker Kota Medan)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH :
DEWI NURITA NIM. 3123311010
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
Dewi Nurita. 3123311010. “Implementasi Perda Kota Medan No. 6 Tahun 2003 tentang Larangan Gelandangan dan Pengemis serta Praktek Tuna Susila di Kota Medan (Studi Kasus di Dinsosnaker Kota Medan)”.
ABSTRACT
Dewi Nurita. 3123311010. "Implementation of Medan City Regulation on Prohibition Homeless and Beggars and prostitutes Practices in Medan (Study Case in Dinsosnaker Medan)".
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu. Shalawat beriring salam juga senantiasa dipersembahkan kepada seorang intan permata di dalam surga, Nabi Besar Muhammad SAW.
Skripsi ini berjudul, “Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan No. 6 Tahun 2003 tentang Larangan Gelandangan dan Pengemis serta Praktek Tuna Susila di Kota Medan.” Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Dalam penulisan skripsi ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada hingganya kepada:
1. Bapak Majda El Muhtaj, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dra. Yusna Melianti, MH selaku Dosen Pembimbing Akademik selama menjalankan perkuliahan di Jurusan PPKn.
3. Ibu Dr. Reh Bungana PA, SH, M.Hum dan Bapak Arief Wahyudi, MH selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
5. Dinsosnaker dan Balitbang Kota Medan yang telah berkenan memberikan izin untuk mengadakan penelitian terkait skripsi ini.
6. Secara khusus, terimakasih kepada seorang perempuan luar biasa yang belasan tahun telah berperan sebagai ibu sekaligus ayah yang hebat untukku, Ibunda Epi Novita, serta terimakasih pada satu-satunya Abangku, Firman Syah Piliang.
7. Orangtuaku selama di Kota Medan, Mak Uwo Mai Yusnita Chan dan Mak Etek Afrianto Piliang yang selalu memberikan dukung moril maupun materiil dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Sahabat-sahabat 4 Idiots yang selalu menjadi tempat curahan suka dan duka selama empat tahun ini, Dwi Prasasvita, Ryka Meliana Turnip, dan Sherlyna Sinaga. Terimakasih saling membantu penyelesaian skripsi ini,
9. Teman satu generasi satu perjuanganku, yang selama empat tahun menjadi tempat berbagi dalam suka duka perjuangan mencapai gelar sarjana, Kelas Eksata (Ekstensi A Tercinta) 2012.
11. Teman-teman satu bimbingan skripsi, Desi Polaria, Hernita Silalahi, Rosalika, Hafizhudin, dan Desi Yanti yang saling membantu dalam suka duka penyelesaian skripsi ini.
12. Teman-teman PPLT SMP Negeri 1 Pagar Merbau yang selama tiga bulan tinggal bersama dan bersama belajar menjadi seorang pendidik yang baik. 13. Dompet Dhuafa Waspada Medan dan Teman-teman Dompet Dhuafa
Volunteer Sumut yang beberapa bulan terakhir ini mengajarkanku arti berbakti untuk negeri dan memberikan semangat baru di tengah kejenuhan menyusun skripsi.
14. Semua pihak yang yang telah membantu penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Meskipun skripsi ini telah disusun dengan upaya maksimal, namun tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, sangat diaharapkan saran dan kritikan dari pembaca sekalian. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta bagi pihak-pihak terkait dalam membuat sebuah kebijakan.
Medan, Juni 2016
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang Masalah.………... 1
B. Identifikasi Masalah………... 5
1. Gepeng sebagai Patologi Sosial………...8
2. Gepeng dan Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan………....12
3. Fungsi Hukum dalam Masyarakat………...13
4. Peran Pemerintah dalam Mengatasi Gepeng………..17
B. Kerangka Berpikir……….21
C. Hipotesis……….……. 24
BAB III. METODE PENELITIAN……….. 25
A. Jenis Penelitian……….. 25
B. Lokasi Penelitian……….. 25
C. Bentuk Penelitian………. 26
E. Teknik Pengumpulan Data……….. 27
F. Teknik Pemilihan Informan……… 28
G. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……… 30
H. Teknik Analisis Data……….. 31
I. Instrumen Penelitian………... 33
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 34
A. Hasil Penelitian………. 34
1. Deskripsi Objek Penelitian………. 34
2. Deskripsi Hasil Penelitian………...41
B. Pembahasan Hasil Penelitian………. 57
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………... 73
DAFTAR KEPUSTAKAAN……….. 76
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Perkotaan & Perdesaan di
Sumatera Utara………43
Tabel 2 : Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara Tahun 2012- 2015………...44 Tabel 3 : Jumlah Gelandangan dan Pengemis Hasil Penertiban Dinsosnaker
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 : Struktur Organisasi Dinsosnaker Kota Medan………..19
DAFTAR LAMPIRAN
1. Peraturan Daerah Kota Medan No. 6 Tahun 2003 tentang Larangan Gelandangan dan Pengemis serta Praktek Tuna Susila di Kota Medan.
2. Foto Dokumentasi Penelitian 3. Riwayat Hidup
4. Nota Tugas
5. Surat Pernyataan Keaslian Tulisan
6. Surat Keterangan Pengantar Penelitian dari Jurusan 7. Surat Keterangan Penelitian dari Fakultas
8. Surat Keterangan Penelitian dari Tempat Penelitian 9. Surat Keterangan Bebas Pustaka Jurusan
10. Surat Keterangan Bebas Pustaka Unimed 11. Kartu Kendali Bimbingan Skripsi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara kesejahteraan (welfare state). Itulah konsep negara yang dianut oleh bangsa Indonesia sebagaimana pernyataan Jimly Ashiddiqie (dalam Soendoro, 2009:35) bahwa, “Undang-Undang Dasar 1945 bukan hanya konstitusi politik, tetapi juga konstitusi ekonomi dan sosial budaya, dan karena itulah konsep negara yang dianut dalam Undang-Undang Dasar 1945 adalah negara kesejahteraan.” Namun jika berbagai masalah ekonomi, pendidikan, kesehatan, pendidikan, rasa aman dan kesejateraan umum belum terselesaikan dengan baik, maka konsep tersebut patut dipertanyakan.
2
Ataupun yang lebih ironis, banyak orang-orang yang masih berbadan sehat, tetapi memilih hidup bergelandangan di jalanan.
Setiap upaya penanggulangan masalah gelandangan dan pengemis secara tuntas, menuntut peninjauan sampai ke akar masalah. Tak ada jalan pintas untuk menanggulangi masalah gelandangan dan pengemis ini. Penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan tergesa-gesa dan tidak dapat disederhanakan. Eksistensi gelandangan dan pengemis (gepeng) dalam lingkungan masyarakat merupakan suatu patologi sosial yang harus diberantas. Jika tidak, maka jumlahnya semakin banyak dari waktu ke waktu.
Studi historis fenomena gepeng di berbagai kota, hampir disepakati bahwa fenomena gepeng muncul bersamaan gerakan developmentalisme, modernisasi, dan industrialisasi (Ahmad, Vol.7, No.2, 2010:2). Alhasil, banyak penduduk dari desa yang ingin mengadu nasib di perkotaan. Namun, banyak pula dari mereka yang tidak memiliki kompetensi, modal, ataupun keterampilan yang memadai untuk dapat bekerja selayaknya, hingga akhirnya menjadi gelandangan ataupun pengemis di perkotaan. Selain itu, penyebab betambahnya jumlah gepeng ini merupakan salah satu dampak dari kemiskinan, baik kemiskinan yang disebabkan oleh permasalahan struktural maupun permasalahan kultural (dalam OpiniHarian Analisa, 21/01/2014).
3
kian kompleks, manakala gelandangan dan pengemis sudah dianggap sebagai “profesi”, bahkan sudah mengarah pada tindak kriminal, seperti menggores kaca mobil pengendara yang tidak memberi uang pada mereka.
Secara hukum, larangan untuk mengemis atau bergelandangan sudah tercantum jelas dalam Pasal 504 dan Pasal 505 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Sebagai tindak lanjut, berbagai daerah di Indonesia juga telah memiliki regulasi tersendiri dalam menangani permasalahan gelandangan dan pengemis yang makin “menjadi”. Tak terkecuali Kota Medan sebagai salah satu kota besar di Indonesia, juga telah memiliki peraturan daerah mengenai larangan gelandangan dan pengemis yang ditegaskan dalam Perda Kota Medan No. 6 Tahun 2003 tentang Larangan Gelandangan dan Pengemis serta Praktek Tuna Susila di Kota Medan. Meskipun Perda ini juga menuai banyak pro kontra, sebab Pasal 34 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan tegas menjamin bahwa, “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.”
4
Hukum sebagai sesuatu yang akan bersinggungan langsung dengan masyarakat, jelas akan banyak bergelut dengan sekian banyak dimensi dan faktor yang hidup di dalam masyarakat. Tertib hukum akan terganggu akibat adanya kejahatan dan pelanggaran hukum. Perkembangan hukum itu sendiri makin lama akan ketinggalan, karena kemampuannya dalam merumuskan hukum maupun pelaksanaannya akibat kondisi kehidupan masyarakat yang majemuk dan semakin kompleks. Pada gilirannya, terjadi pertentangan kepentingan hidup dalam masyarakat dan akhirnya muncul perlawanan terhadap hukum itu, dapat menimbulkan masalah sosial (Hatta, 2010:12).
Penegakan hukum selalu melibatkan manusia serta tingkah lakunya. Hukum tidak dapat tegak dengan sendirinya, artinya hukum tidak mampu mewujudkan sendiri janji-janji serta kehendak-kehendak yang tercantum dalam (peraturan-peraturan) hukum. Janji dan kehendak tersebut, misalnya untuk memberikan hak kepada seseorang, mengenakan pidana terhadap seseorang yang memenuhi persyaratan tertentu dan sebagainya (Rahardjo, 2011:7). Terkadang peraturan yang telah dibuat malah kerap hanya dianggap angin lalu oleh sebagian masyarakat. Buktinya, gelandangan dan pengemis semakin menjamur di berbagai tempat di Kota Medan, meski peraturan akan larangan untuk melakukan perbuatan bergelandangan dan mengemis telah diatur dengan sanksi yang jelas pula di dalamnya.
5
dari kenyataannya, Perda ini serasa tidak menyentuh akar persoalan yang sebenarnya dari masalah gelandangan dan pengemis khususnya di Kota Medan. Gelandangan dan pengemis masih saja menjadi permasalahan yang ber-kepanjangan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Implementasi Perda Kota Medan No. 6 Tahun 2003 tentang Larangan Gelandangan dan Pengemis serta Praktek Tuna Susila di Kota Medan (Studi Kasus di Dinsosnaker Kota Medan).”
B. Identifikasi Masalah
Dalam suatu penelitian, perlu diidentifikasi masalah yang akan diteliti menjadi terarah dan jelas tujuannya, sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran di dalam membahas dan meneliti masalah yang ada. Jika identifikasi masalah sudah jelas, tentu dapat dilakukan penelitian lebih mendalam.
Berdasarkan latar belakang, penulis dapat mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut;
1. Faktor penyebab semakin banyaknya jumlah gelandangan dan pengemis di Kota Medan.
2. Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan No. 6 Tahun 2003 Larangan Gelandangan dan Pengemis serta Praktek Tuna Susila di Kota Medan, dalam penanganan gelandangan dan pengemis di Kota Medan.
6
4. Efektifitas sanksi hukum dalam menangani gelandangan dan pengemis pengemis di Kota Medan.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah mutlak dilakukan dalam setiap penelitian. Agar peneliti terarah dan juga tidak luas. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Sukmadinata (2005:301) bahwa “Pembatasan masalah ialah membatasi variabel atau aspek mana yang diteliti dan mana yang tidak.” Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas dan hasil yang mengambang, maka yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini ialah:
1. Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan No. 6 Tahun 2003 tentang Larangan Gelandangan dan Pengemis serta Praktek Tuna Susila di Kota Medan dalam penanganan gelandangan dan pengemis di Kota Medan.
2. Peran Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker) dalam menangani permasalahan gelandangan dan pengemis di Kota Medan.
D. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana implementasi Perda Kota Medan No.6 Tahun 2003 tentang Larangan Gelandangan dan Pengemis serta Praktek Tuna Susila di Kota Medan dalam penanganan gelandangan dan pengemis di Kota Medan?
7
E. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi Perda Kota Medan No.6 Tahun 2003 tentang Larangan Gelandangan dan Pengemis serta Praktek Tuna Susila di Kota Medan, dalam penanganan gepeng di Kota Medan.
2. Untuk memahami bagaimana peran Dinsosnaker dalam menangani permasalahan gelandangan dan pengemis di Kota Medan.
F. Manfaat Penelitian
Tidak ada penelitian yang tidak memiliki manfaat. Penelitian yang baik, harus dapat dimanfaatkan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
a) Secara Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pemerintah selaku pemegang kebijakan, dalam menangani permasalahan gelandangan pengemis sesuai implementasi Perda Kota Medan No. 6 Tahun 2003 tentang Larangan Gelandangan dan Pengemis serta Praktek Tuna Susila di Kota Medan.
b) Secara Praktis
73
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan penelitian ini, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa:
1. Peraturan Daerah Kota Medan No. 6 Tahun 2003 tentang Larangan Gelandangan dan Pengemis serta Tuna Susila di Kota Medan sudah terbilang usang dan tidak sesuai lagi untuk diberlakukan, mengingat beberapa konsideran yang digunakan dalam Perda ini pun juga telah mengalami beberapa kali perubahan. Dalam implementasinya, Peraturan Daerah Kota Medan No. 6 Tahun 2003 belum dapat membantu menjawab persoalan gepeng di Kota Medan. Adapun sanksi hukum/ketentuan pidana yang diberlakukan untuk menangani permasalahan gelandangan dan pengemis tersebut juga dinilai tidak efektif dan tidak mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan.
74
Medan antara lain yaitu; Kurangnya sarana dan prasarana, minimnya anggaran, dan kondisi sosial masyarakat itu sendiri.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, menunjukkan adanya kecenderungan program-program yang dilakukan oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja belum menyentuh pada persoalan penanganan gelandangan dan pengemis di Kota Medan. Untuk itu, ada beberapa saran yang dianggap penting dalam menangani permasalahan geladangan dan pengemis di Kota Medan, yakni;
1. Kepada para pembuat kebijakan, diharapkan perlu adanya revisi terhadap Peraturan Daerah Kota Medan No. 6 Tahun 2003 tentang Larangan Gelandangan dan Pengemis serta Tuna Susila di Kota Medan kepada peraturan yang lebih efektif dan rasional untuk menjawab permasalahan gelandangan dan pengemis di Kota Medan. Peraturan yang bukan sekedar menghapus gepeng bukan dari jalanan, melainkan harus memperhatikan jaminan dan perlindungan sosial gelandangan dan pengemis sebagaimana yang dijamin dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
75
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Buku
Ali, Zainudin. 2008.Sosiologi Hukum. Jakarta: Penerbit Sinar Grafika.
Arikunto, Suharsimi. 2008.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Barber, Benjamin. 2013. If Major Ruled the World, Dysfuncional Nations, Rising
Cities.New York: Yale University Press.
Dewata, Mukti Fajar Nur dan Yulianto Achmad, 2010. Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hatta, Moh. 2010. Kebijakan Politik Kriminal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hoelman, Michael.B, dkk. 2015. Panduan SDGs: Untuk Pemerintah Daerah dan
Pemangku Kepentingan Daerah. Jakarta: International NGO Forum on
Indonesia Development.
Irawan, Dimas Dwi. 2013.Pengemis Undercover.Jakarta: Titik Media Publisher.
Kartono, Kartini. 2003.Patologi Sosial 2: Kenakalan Remaja.Jakarta: Rajawali Pers. Mardalis. 2009. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi
Aksara.
Mujahidin, Ahmad. 2007. Peradilan Satu Atap di Indonesia. Bandung: Refika Aditama.
Nasution, Faisal Akbar. 2009. Pemerintah Daerah dan Sumber-Sumber Pendapatan Asli Daerah. Jakarta: Sofmedia.
Rahardjo, Satjipto. 2011. Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis. Yogyakarta: Genta Publishing.
Setiawan, Deny. 2014.Metodologi Penelitian.Medan: Unimed Press.
Soekanto, Soerjono. 2012.Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. Jakarta:Rajawali Press. Sugiyono. 2012.Memahami Penelitian Kualitatif.Bandung : ALFABETA.
Sukmadinata. 2008.Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: PT. Rosdakarya.
UNDP. 2015. Konvergensi Agenda Pembangunan: Nawa Cita, RPJMN, and SDGs. Jakarta: UNDP Indonesia Country Office.
Utsman, Sabian. 2008. Menuju Penegakan Hukum Responsif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wreksosuhardjo, Sunarjo. 2005. Ilmu Pancasila Yuridis Kenegaraan dan Ilmu Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Andi Offset.
Artikel/Jurnal
Ahmad Mujahidin, 2014, Penegakan Hukum Jangan Tersandera Pemberitaan Media, Varia Peradilan: Tahun XXIX No. 344, Jakarta, h. 105
Maghfur, Ahmad. “Strategi kelangsungan hidup gelandangan-pengemis (Gepeng)”, dalam Jurnal Penelitian, No.2 Vol. 7, November 2010.
Lynch, P. 2004. Begging for Change: Homelessness and the Law. Melbourne
University Law Review.Vol.26.Melbourne.
Piliang, Dewi Nurita. “Miskin Bukan Budaya”, dalam Opini Harian Analisa Medan, 21 Januari 2014.
Somantri, Gumilar R. 2005. Memahami Metode Kualitatif. Jurnal Makara Sosial Humaniora. 9 (2) 57-65.
Wahyudi, Agus. Moralitas, Keadilan dan Peran Negara: Masalah Pengalihan
Subsidi, Majalah Flamma, Institute For Research And Empowerment (ire),
Yogyakarta, Edisi 23, Volume 10, April 2005.
Peraturan Perundang-undangan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
UU No.11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.
UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.
PP No. 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.
Perda Kota Medan No. 6 Tahun 2003 tentang Larangan Gelandangan dan Pengemis serta Praktek Tuna Susila di Kota Medan.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Situs Internet