I. PENOAHULUAN
1 -1. Latar Belakang
Oaerah hulu sungai merupakan upland, biasanya mempunyai ciri : topcgra- finya krbukii sampai bergunung, aliran aimya deras, aimya jernih dan krsih, dasar sungainya brpasir sampai b e M u , curah hujannya tinggi, beriklirn sejuk, dan merniliki estetika dan panorama yang indah. Daerah tersebut merupakan bagian dari suatu ekosistem daerah aliran sungai (DAS) yang didalamnya te rjadi interaksi antara unsur-unsur biotik (terutama vegetasi) dan unsur-unsur a b i i k (tenrtama
tanah
dan iklim). Interaksi ini dinyatakan dalam bentuk keseimbangan antara rnasukan dan keluaran benrpa air dan sedimen (Mustari, 1985).Pemanfaatan lahan di daerah hulu sungai awalnya didominasi oleh tanaman hu-tan, kemudian banyak terdesak atau dialihfungsikan oleh masyarakat untuk kegiatan pertanian (tanaman say uran), tempat rekreasi (istirahat), dan pemu- kiman (vila).
Hal
ini tejadi sebagai akibat dari tidak terkendalinya tata ruang (Adimihardja, 2002) dan semakin sernpitnya lahan pertanian di daemh pedatar- an karena dialihfungsikan untuk kegiatan lain seperti : industri, perurnahanlpe- mukiman baru, dan jalan (Kiamura dan Rustiadi, 1999; Sinukaban, 2002). Dengan adanya pemanfaatantahan
oleh manusia, maka akan tejadi interaksi antara subsistem biofisik dan subsistem sosial. Pada kedua subsistem tersebut banyak sekali unsur lingkungan yang berperanantara
lain :tanah, air,
vegetasi alam, suhu udara, tanaman,margasatwa,
temak dan manusia. Unsur-unsur tersebut perlu dikelola dengan baik agar dapat diperoleh manfaat yang optimumbagi pernbangunan.
cara rnenyeluruh sebagai suatu ekosistem, karena daerah h u h sungai mew- pakan suatu ekosistem yang sangat kompleks. Untuk mengetahui keadaan dan interaksi ber-bagai unsur lingkungan di &lam ekosistem tersebut dapat digun* kan pendekatan analisis sistem yang terdiri dari pernodelan dan sirnulasi.
Daerah hulu sungai terdapat dua proses alami yang sangat penting yaitu aliran permukaan dan e m i . Aliran permukaan yang terlalu k s a r akan meng- akibatkan tejadinya banjir di daerah hilir (lowland) yang dapat menyebabkan kerugian harta benda bahkan jiwa manusia. Selain itu, erosi yang terjadi dapat menyebabkan adanya kememtan produktivitas tanah atau bahkan tidak dapat digunakan untuk berprduksi, sehingga terbentuk lahan marginal karena
tanpa
rnasukan yang tinggi akan menghasilkan produksi yang rendah dan pendapatan yang rendah (Sitorus, 2002), sedangkan di lain pihak, erosi dapat pula menye babkan te jadinya pelumpuran dan pendangkalan : waduk, sungai, saluran dan badan air lainnya (Arsyad, 2000).Proses erosi, banjir, dan sedimentasi di suatu daerah sangat erat kaitannya dengan pola pemanfaatan lahan dan tindakan konservasi di bagian hulu, sehing- ga untuk mencegah tejadinya proses tersebut pedu diperbaiki pola tata guna lahan dan dilakukan usahwsaha konservasi.
Sampai sad ini belum banyak diketahui pda tata guna iahan yang sesuai untuk daerah hulu sungai, yang selain dapat mengurangi tejadinya banjir dan erosi juga tetap dapat rnendukung kehidupan s&l ekonomi yang layak bagi masyarakat di daerah huh sungai. Oleh sebab du, perlu dicari suatu model tata guna lahan yang ommum baik dihnjau dari segi hidrologi (aliran permukaan),
iahan dan mdakukan penelifian yang seksama yang biasanya akan menghabis- kan waktu dan biaya yang tidak sediki (Hamilton dan Kng, 1988). Oleh karena itu pendekatan yang dipakai
untuk
rnelakukan perbandingan-perbandingan tersebut adalah dengan pendekatan analisis ststem.Pendekatan analisis sistem dapat dilakukan dengan eksperimentasi atau simulasi untuk mengetahui apa yang akan te qadi bila diadakan perubahan pola
tata guna lahan di daerah hulu sungai, sehingga dengan demikian dapat diban- dingkan pola
tata
guna
lahan yang satu dengan pola tab guna lahan yang lainnya. Untuk dapat melakukan eksperimentasi atau simulasi, maka pedu dim- muskan model ekosistem daerah hulu sungai yang merupakan gambaran abstraks. Dengan model ini nantinya dapat dilakukan simulasi danbedasarkan
hasil ini dapat disusun rencana pengelolaan daerah hulu sungat.Berdasarkan pertim bangan tersebut di atas, maka peditian ini menitik berat-
kan
pada tingkal bahaya erosi dan aliran permukaan pada berbagai pota penggunaanlahan.
Daerah hulu sungai yang dipilih pada peneliian ini adalah sungai Cikapundung yangterletak
di Bandung Utara Provinsi Jawa Barat.rnemperhatikan pembangunan pertaniannya dan mdindungi petani dan perta- niannya sehingga mereka tidak pemah mengimpor pangan, bahkan justru mereka mengekspor pangan ke negara berkembang (Sinukaban, 2002; Ubur, 2003). Indonesia ke depan mungkin akan membangun perbnian menjadi indus- tri yang
lestari
sebagai paradigma haru dakm rnembangun perekonornian nasi-onal, sehingga ketahanan pangan menjadi mantap secara lestari. Program ter-
sebut akan berdampak pada masyarakat petani tenrtama di pedesaan yang
jurnlahnya lebih dari 60 %
akan
menggarap dan mengdah kembali lahan-lahan yang potensial untuk lahan pertanian.Wilayah Indonesia yang luasnya sekitar 190.944.000
helrtar,
terdapattahan
kering dengan kemiringan lebih dari 15 % di empat pulau &ma (Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, irian Jaya) s e k i r 88,3 juta hektar (Sitorus, 1989). Menu-
rut Adimihaja (2002), terdapat sekitar 98 juta helrtar lahan yang berpotensi untuk tanaman pangan dan dari luas tersebut sekitar 57 juta hektar untuk per- tanian lahan kering dengan kerniringan kbih dari 16 %, sedangkan berdasarkan perkembangan luas lahan pertanian (lahan kering) di Indonesia pada tahun 1986 sekitar 1 1,27 juta hektar dan pada tahun 1999 sekitar 12,23 juta hektar. Oleh karena itu masih ada sekir 4477 juta hektar lahan
kering
yang belum dimanfaaikan.tinggi, evapotramspirasi rendah, gradien hidroliknya tajam, alran air sungainya cepet,
tanah
selalu lernbab, dan jaranq ditemukan dataran banjir (Knapp, 1979).Daerah hulu sungai di Indonesia umumnya
termasuk
pada iklirn tropika basah yang mudah tererosi air (Arsyad, 2000). Menurut Rauschkolb (1971), di daerah tropika basah terrnasuk dalarn kerusakan kategori 1, yaitujenis
kerusakan yang rnernerlukan penanganan segera dengan menggunakan teknobgi yangtelah
dikuasai dan pengembangan teknologi baru untuk mencegah agar kerusakan tanah tidak berlanjut mencapai tingkat yang gawat.Pada saat perekonornian membaik, daerah hulu sungai
tenrtama
yang memi- liki aksesibilitas yang tinggi dengan daerah perkotaan, akan rnenjadisasaran
pembangunan vila atau tempat bedstirahat dan rekreasi, karena -lain
udaranya
sejuk juga memiliki pemandangan yang menarik, sehingga akan menggeser fungsi khan yang telah ditetapkan s&elumnya. Kejadian tersebut, haws diantii sipasi dalarn bentuk perencanaan pemanfaatan lahan, agar rnasyarakat dalam memanfaaikan lahan mendapatkan hasil yang optimum, dengan tingkat kenrsak- an lahan yang minimum, sehingga terbentuk kehidupan rnasyarakat yangsejah-
tera dan krtanggung jawab &lam membangun bangsa yang kbih baiksecara
krkesinam bu ngan (susfainabie development) , yaitu pem bangunan yang dalarn pelaksanaannya dapat melestarikan sumberdaya a h
dan
ekosistern dari Eng- kungannya, serta dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang dan yang akandatang berdasarkan potensinya dalam asp& fisbkimia, biologi, dan sosiai ekonomi (Gilpin, t 996).
Daerah hulu sungai yang dipilih pada penelitian ini adalah Sungai Cikapun- dung yang terletak di Bandung Utara Provinsi Jawa Barai. Pemilihan daerah
a. Cikapundung merupakan sungai paling k s a r yang rndewati tengah-tengah kota Bandung, karena Kota Bandung berdasarkan pertumbuhannya merup- kan kota organik yang awalnya berkmbang di sekitar sungai dan kemudian meluas seperti sekarang ini.
b. Cikapundung merupakan sabh satu sungai yang digunakan untuk memasdr penyediaan air bersih yang diusahakan oleh pemerintah Kota Bandung (Effendy, 1997).
c. Daerah huh sungai Cikapundung yang secara geomorfologis merupakan da- erah vulkanik yaitu Tangkuban Prahu dan Bukit Tunggul telah dijadikan daerah konsenrasi yang seharusnya menjadi daerah htjau.
d. Cikapundung aliran aimya mengalir melewati Kota Bandung yang berupa
ce-
kungan (Cekungan Bandung), air tersebut akan terakumulasi brupa genang- an yang dapat menyebabkan banjir dan sedimentasi tenrtama didaerah
Bandung Selatan. Hal ini seiain merusak lahan pertanian juga menggenangiareal pemu kiman yang
ierjadi
hampir setiap tahun.1.2. Masalah
Pemanfaatan khan di daerah hulu sungai
terns
meningkat dan mendesak sarnpai pada lahanlahan yang seharusnya sebagai hutan lindung (konsemi), akibat semakin berkurangnya luas pernilikan lahan dan terbatasnya ahematif lahan yang dapat diolah, sehingga pengendaliantata
nrang di daerah hulu sungaisangat
sulit. Sementara kebutuhan akan pangan dan pemukiman bagi masyarakat yang ada di sekitamya terus mendesak. Akibatnya tejadi degradasi sumberdaya lahan berupa meningkatnya aliran permukaan dan tingginya tingkat erost permukaan.Masalahnya adalah bagaimanakah bentuk pernanfaatan lahan yang selain mempunyai manfaat dapat mempertahankan fungsi lahannya, juga dapat mem- berikan manfaat ekonomi yang optimum bagi masyarakat dalam menghla
lahan yang ada di sekitarnya semra berkelanjutan.
1.3. Kemngka Pemikiran Pemecahan Masalah
Pemanfaatan lahan ofeh masyarakat di daerah hulu sungai pada dasamya adalah akibat
desakan
kebutuhan akan pangan dan tempat tinggal, sementaraaltematif
keglatan di tempat lain atau di luar bidang pertanian memerlukan ke- mampuan dan keahlian tersendiri, sehingga terpaksa mengoiah lahanyang
ada walaupun tidakdirekomendasikan
untuk kegiatan pertanian.pemilikan khan yang diolah yang krdampak pada kehdupan sosial ekonomk nya yang masih memprihatinkan. Akibatnya deg radasi sum berdaya lahan tenrs berlanjut dengan intensitas yang semakin tinggi.
Daerah hulu sungai menrpakan suatu ekosistem dimana antara unsur b i i k
dan abiotik saling krintemksi mernbentuk suatu sistem yang saling pengaruh mempengaruhi, sehingga daerah ini sangat peka terhadap unsur masukan dan perubahan dalam sistern pemanfaatan lahan. Hal ini dapat diarnati dari erosi yang terjadi, aliran permuban, dan kondisi sosial ekonomi masyarakatnya, oleh karena itu dalam perencanaan pemanfaatan khan di daerah hulu sungai hams dapat mengintegrasikan kondisi biofisik lahan dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat agar keputusan yang tehh disepakati dapat dipatuhi bersama, sehingga fungsi daerah hulu sungai sekgai derah penyangga dapat diperta- hankan dengan ciri tingkat erosi yang rendah. aliran permuksan
yang
terkendali, serta kondisi sosiai ekonomi rnasyarakatnya yang lebih baik.Pemikiran tersebut lebih lengkapnya &pat dilihat pada Gambar 1.
t .4. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam peditian ini adalah :
a. Mengevaluasi kesesuaian penggunaan khan sekarang dengan kese suaian lahannya.
b. Menyusun model pemanfaatan lahan berkelanjutan di daerah hdu sungai. c. Meiakukan sirnulasi krdasarkan model pemanfaatan lahan yang tdah di-
Daerah Hulu Sungai
+
+
Masyarakat
-
Vegetasi-
Tanaman-
Tanahv
-
Lahan Non-hutan+
Petani-
Hutan lindung-
Pemukiman+
C
-
Hutan produksi -Tegalan-
Biaya Produksi Biaya Hidup-
SawahKesesuaian
-
t
T-
Tindakan Pendapatan-
Penrntukan A
1
4 Kondisi Sosial
Erosi yang Aliran Ekonomi
Erosi yang masih
-
terjadi I Permukaan Masyara kat
dapat dibiarkan
I
.. .-+
vRencana
Fungsi Pemanfaatan
[image:9.860.87.755.52.496.2]lahan Lahan
1.5. Manfaat
Manfaat
yang
diharapkan dari peneliian ini adalah :a. Dapat digunakan o k h para pengambii keputusan di daetah dakm rnerenm
nakan
usaha-usaha perbaikan pemanfaatan iahan dan pengembangan daerah hulusungai.
b. Model pemanfaatan lahan berkelanjutan yang dapat dimmuskan dari hasl penelitkn ini dapat dijadikan model pemanfaatan khan berkelanjutan di
daerah hulu sungai yang lainnya,
tenrtama
daerah yang memiliki kondisi lahan yang hampir sama.c. Sebagai k h a n pembanding dan sumber data bagi peneliti-peneliti selan-
jutnya terutama yang bekenam dengan Bandung Utam maupun daerah hulu
3.1. Lokasi Penelitian
Daerah hulu sungai yang dipilih pada penelitian ini adalah huh sungai Cika- pundung. Daerah tersebut termasuk wilayah Bandung Utara yang
terletak
pada ketinggian antara 5 800 sampai 2 2.000 meter di atas perrnukaanlad.
MenurutLegowo
(1 995), daerah ini meliputi daerah Kota Bandung bagian utara (Cidadap, Coblong) dan Kabupaten Bandung (Lembang, Cilengkrang, dan Cimenyan).Secara astronomis daerah penelhian terletak antara 1 0 7 45' 8,42" dan 107" 36' 22,2Iw Bujur Timur, dan antara 6" 52'
12,W
dan 6" 56'46,45" Lintang Selatan.Sungai Cikapundung pada bagian hilirnya mengalir ke Sungai Citarurn yang merupakan sungai terbesar di Jawa Barat. Sungai Cikapundung slain dibutu h- kan dan mernpengaruhi kehidupan Kota Bandung, juga krpenganrh pada ke- hidupan masyarakat Jakarta
{sebagai
bahan baku air minum) dan pada kegiatan pertanian (air irigasi) di Pantura Jawa Barat melalut Bendungan Jatiluhur.Huh sungai Cikapundung berada antara lereng Gunung Tang kuban Prahu sebelah Tenggara dan Gunung Bukii Tunggul sebdah Barat Daya (Jantop,
1984). Pada daerah ini, terdapat Gunung Putri dan Patahan Lernhng yang mernbentang dari timur ke barat, sehingga pada siang atau malam hari dari
ternpat tersebut dapat rnelihat Kota Bandung.
Tujuan Wisata, dengan beberapa obyek wisata seperti : Ciater, Tangkukn
Prahu, Jayagiri, Curug Cimahi, Maribaya, Guha Pakar, dan Curug Dago.
Untuk lebih jelasnya mengenai lokasi penelitian, dapat dilihat pada Gambar lokasi daerah penelitian (Gambar 3).
3.2.
Data
Yang DikumpulkanData yang dikumpulkan meliputi data biofisik dan data sosial ekonomi
masya-
ra kat .3.2.1. Data bioiisik
a. Untu k menentukan tingkat emsi yang terjadi, data
yang
dikurnpulkan adalah : curah hujan bulanan, jumlah hari hujan bulanan,curah
hujan maksimum bu- lanan selarna 24 jam, tanah (struktur, tekstur, permeabilitas, dan kandungan bahan organik), lereng (panjang dan kemiringan), jenis tanaman, dan tindakan konservasi (Arsyad, 2000).b. Untuk menentukan emsi yang masih terbolehkan, data yang dikumpulkan adalah : kedalaman tanah, permeabilitas, berat volume tanah, dan kondisi substrata (Atsyad, 2000).
c. untuk menentukan kesesuaian lahan data yang dikumpulkan adalah : tem-
pratur, curah hujan, drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman tanah, KTK
liat , kejenuhan basa, pH,
C
organik, alkalinitas, kedalaman sumditc, lereng, bahaya erosi, genangan, M u a n di permuban,dan
singkapan batuan (Deptan, 1997).d. Untu k menentu kan koefisien dan debit aliran, data yang dikumpulkan adalah :
minimum bulanan:
substrata.
f. Untuk menghitung luas pemanfaatan lahan, diperoleh dengan menggunakan komputer pakef program Maplnfo Professional V e d n 7.0 yang diolah dari Peta Rupa Bumi Digital Indonesia skala 1 : 25.000 lembar j209-314 Lem- bang dan lembar 1209-31 3 Cimahi, Edisi I tahun 2001, dan Citra Landsat 2002.
g. Untuk membuat Peta Unit tahan sebagai satuan analisis, data yang dikumpulkan adalah
peta :
geomorfologi, lereng, geologi, tanah, curah hujan, dan penggunaan lahan. [image:14.612.82.507.342.704.2]Data tersebut dapat dikelompokkan seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Data biofisik yang dikumpulkan
. .
3.2.2. Data
sosial ekonornia. Untuk menghitung biaya yang dikeluarkan dalam mengolah lahan data yang dikumpulkan adalah : lamanya mengolah, jumlah
tenaga
yang terlibat, upah kerja, peralatan yang digunakan, jumtah pupuk dan obat4batan yang dipakai, dan biaya transportasi (pengangkutan).b. Untuk menghitung biaya hidup petani data yang dikumpulkan adalah : biaya makan dan rninum, kesehatan, pendidikan, transportasi, rekreasi, perurnah- an, sandang, dan kegiatan sosial.
(8)
4
4
.I
d
dd
(11 18 34
4
d
4
4
(2) Kedalaman sulfidik(4) ,
4
4
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41Bahan
kasar
Bahaya erosi GenanganBatuan diperrnukaan Singkapan batuan Kondisi substrata Kestabitan lsreng Panjang lereng
Kemiringan lerenglrelief Jenis tanamanlpenutup lahan Tindakan konservasi
Simpanan permukaan sungai dan timbunan permukaan
'
lnfiltrssi Debit rerata Debit maksimumDebit minimum
Luas lahan
Peta Geomorfologi Peta Lereng Peta Geologi
-
-?eta Tanah Peta Curah hujan Peta Penggunaan Lahan
( 5 )
4
4
d
4
\I4
d
I
( 6 )
4
4
4
\I
v'
4
(7)d
4
4 ' 4
c. Untuk menentukan kondisi sosial ekonomi rnasyarakat data yang dikumpuk kan adalah : jumlah anggota keluarga, pendidikan,
kesehatan,
pendapatan, pernilikan lahan,samna
perurnahan,sarana
transportasi, dan kegiatan sosial. Data tersebut dapat dikelornpokkan seperti pada Tabel 3.Tabei 3. Data sosiai ekonomi yang dikumpulkan
3.3. Sumber Data Yang Digunakan
a. Data tanah sebagian diamati di lapangan seperh : drainasel kedalaman, pH, kedalaman sulfidik, lereng (panjang dan kemiringan), genangan, h h a n ka-
sar, batuan di permukaan, sing kapan
batuan,
infiltrasi, struktur, ketebalan lapisan tanah, kondisi substrata, kestabilan breng , jenis tanaman (vegetasi),No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16- 17 18 19
Data yang diambil
Lamanya mengolah
Jumlsh tenaga keqa yang terl~bat Upah keqa
Peralatan yang digunakan
Pupuk yang digunakan Obat yang dipakai 8iaya transpoiUangkutan Makan dan mlnurn Pendidikan Kesehatan Perurnahan Sandang Rekreasi Kegiatan sosial
Jurnlah anggota keluarga Pendapatan
Pernilikan lahan Sarana perurnahan Sarana transportasi
Kondisi sos~al ekonom~ petani
dan tindakan konservasi, sedangkan yang dianalisis di hboratorium meliputi : tekstur, KTK liat, kejenuhan basa, C organik, alkalinitas, berat volume, dan permeabititas.
b. Data curah hujan (curah hujan bulanan, hari hujan bulanan;
wrah
hujanmaksimum
seiama 24 jam, temperafur, dan intensitas hujan) diperoleh daridata
stasiun
meteorologi dan g d s i k a .c. Data r e F i dibuat dari Peta Rupa Bumi
Digital
Indonesia skala 1 : 25.000 lembar 1209-314 Lembeng dan lemhr 120931 3 Cimahi, Edisi 1 tahun 2001.kemudian dicek di lapangan sesuai dengan sampel penelitin.
d. Data debit alimn (aliran rerata, maksimum dan minimum bulanan), diperdeh dari data DPMA Bandung.
e. Data kondisi
sosial
ekonomi diambil berdasarkan hasil sunrai dan wawanmra dengan pimpinan pemerintah setempat, toko masyamkat, dan petani sampel, serta data peneliian yang mendukung.Cara
pengumpulan data tersebut, dapat dirangkum seperti pada Tabel 4.Tabel 4. Cara pengumpulan data
[image:17.618.85.515.458.708.2]3.4. Bahan dan Mat
a. Bahan yang diperlukan : Peta (geomorfologi,
lereng,
geologi, tanah, curah hujan, penggunaan lahan, wiiayah penelhian, pala aliran sungai, dan rupa bumi digital Indonesia); dan Citralandsat.
b. Alat yang diperlukan : GPS, altimeter, infihrometer, rol meter, pH meter, bor tanah, kantong plaak, ring sampel, laboratorium tanah, kompas geologi, Hinometer, kamera, perangkat
komputer,
pedoman wawancara, dan pedoman observasi.Tabel 4. (Lanjutan)
3.5. feknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam penditian ini, terbagi menjadi dua yaitu sampel
M s i k
dan sampel sosial ekonomi, dengan cara seperti berikut ini.3.5.1. Cam pengambibn sampel biofisik.
a. Lokasi pengambikn sampel didasarkan pada peta unit iahan, yaitu peta yang dihasilkan dari tumpang susun antara peta tanah, peta curah hujan, peta kemiringan kreng, peta gedogi, peta geomorfologi, dan peta penggunaan la han (vegetasi)
.
(7)
d
4
4
4
4
4
- - - -4
1
4
]
(1)
53 54
55
56 57
( 2 )
Sandang R e h s i Kegiatan sosial
Jumlah anggota keluarga Pendapatan
(3)
-.
(5)
(4)
58 59
60
(6)
Pemilikan lahan .- - - - - ..- -- Sarana perurnahan
b. Data hujan didasarkan pada data yang diperdeh dari stasiun Meteorologi dan Geofisika yang ada di
sekitar
daerah penelhian.c. Data tanah (fisik dan kimia), diperoleh dengan cam
mengamati
dan mengam- bil conioh tanah s a r aacak
pada setiap satuan lahan yang berbeda dan dianaiisis di laboratonurn.d. Data lereng, diperoleh dengan cara mengukur kemiringan dan panjang (ereng pada
setiap
kelas kemiringan yang berbeda secara acak daiam stratifikasi. e.Penggunaan
lahan, diperoleh dari Peta Rupa Bumi Digital Indonesia skala I :25.000 kmhar 1209-314 ternbang dan lembar 1204313 Cimahi, Edisi I tahun 2001. kmudian dicek di lapangan untuk tiaptiap penggunaan
lahan
yang krbeda secara acak.f. Tindakan konservasi, diperoleh dengan cara rnengeek di lapangan untuk tiap penggunaan lahan
dan
kerniringanlereng
yang berbedasecara
acak.3.5.2. Cara pengambilan sampel soshl ekanomi
Lokasi pengambhn sampelnya adalah rnasyarakat petani yang mengelola lahan dan bertempat tinggal di daerah peneliian dengan ketenfuan petani res- ponden diterrtukan -pa acak menurut luas lahan yang diusahakan, dari
masing-masing strata ditentukan
sebanyak 10
YO.
Dengan demikian jumlahresponden
yang diwawancarai sebanyak 480 petani.3.6. Model Yang
Digunakan
Pa&
penelitian ini digunakan trga submodel, yangnantinya
akan diintegrasi- kan menjadi satu model pengelohan lahan di daerah hulu sungai yang clapat diunakan untuk menentukan atternatif penggunm khan optrmum.-
Sobmodel erosi.-
Submodel aliran permukaan.-
Submodel sosial ekonomi.3.6.1. Submodel emsi
Submodel erosi
digunakan
untuk melakukan pendugaan erosi yang terjadi pada berbagai ahematif penggunaan lahan sehingga dengan menggunakan submodel erosi, dapat diduga erosi yang tejadi pada keadaan penggunaan tertentu.
Submodel erosi yang digunakan adalah model erosi yang dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith {1978), yang juga dikenal dengan istilah USLE. Pada p nelitian ini model erosi
tersebut
dimcdifikasi agar dapat digunahn untuk mendu-ga emi
yang mungkin terjadipada
suatu wilayah tertentu pada berbagai alter- natif penggunaan lahan.Persamaan yang akan digunakan pada submodel erosi U S E adalah sebagai
a. Faktor erosivitas hujan, dihitung dengan menggunakan persarnaan yang dikembangkan oleh Bols (1 9781, sehagai berikut :
Keterangan :
Rn
=
erosivitas hujan bukn ke n. CH = jumlah curah hujan (cm).HH
=
jumlah hari hujan rerata bulanan.CHm
=
curah hujan maksimurn selama 24 jam rerata bulanan(cm).
b. FaMor erodibilitas tanah; datayang
diperlukan adalah: persentase kandunganlempung (< 0,002 mm); pemntase kandungan bahan organik; kelas
permea-
bilitas tanah (lihat Tabel 5); dan kelas stnrktur tanah (lihat Tabd 6). Data
ter-
sebut dihitung dengan menggunakan persatman yang dikmbangkan oleh Arsyad (2000), sebagai brikut :Keterangan :
Kc
=
faktor erodibilitas tanah padaunit
lahan tertentu.M
=
indeks
tekstur tanah.M
=
( O h pasirsangat
halus dan debu) (100-
% lempung). a=
kandungan bahan organik.b
=
kelas strukur tanah (lihat Tabel 5). c =kelaspemeabilitastanah(lihatTabel6).Tabel 5. Kelas struktur tanah
Sumber : Arsyad (2000).
Tabel 6. Kelas permeahlitas profil tanah Stnrktur tanah (ukuran diameter)
Granuler sangat halus (< 1 mm) Granuler halus ( 1 - 2 mm)
Granuler sedang sampai kassr ( 2 - 10 mm) Bentuk Mok, blocky, plat, masif
Uelas 1 2
3
4
Sumber : Arsyad (2000).
Permeabilitas tanah
Sangat lambat Lambat
Lambat sampai sedang Sedang
Sedang sarnpai cepat Cepat
Kecepatan (cmljam)
< 0,5
0,5 - 2,O 2,O - 6,3
6,3 - 12,7 12,7
-
25,4> 25,4
Kelas
6
5
4
3
Analisis selanjutnya
niiai
erodibilitas tanah yang diunakan adalah nilai erodi- bilitas tanah rerata tertimbang. Persamaan untuk menghitung nitai erodibilitas tanah tertimbang dengan cam sebagai berikutKeterangan :
K
=
nilai erodibilitas tanah rataan tertrrnbang. Kc1=
nilai K contoh tanah ke 1.Kc2
=
nilai K tanah contoh ke 2. Kcn=
nilai K tanah contoh ke n.Akl
=
luas wiiayah yang diwakili oleh contoh tanah ke 1. Ak2=
has
wilayah yang d i k i l i oleh mntoh tanahIre
2. Akn = luas wilayah yang diwakiii oieh contoh tanah ke n. As = luas wilayah keselumhan.c. Falrtor lereng; dihitung dengan menggunakan persarnaan Arsyad (2000), sebagai berikut :
S
=
(S1 * AmllAs)+
(S2 * Am2lAs) + ... (Sn *Amn/As)Keterangan :
LS
=
faktor lereng.S
=
faktor kemiringan lereng. L=
faktor panjang lereng.
S1
=
kemiringan lereng daerah 1 dalam %.52
=
kemiringan lereng daerah 2 dalam 94.Sn
=
kemiringan iereng dasrah ndaiam
%. Am1=
luas wilayah kemiringan lereng 1.Am2
=
luas wilayah kemiringan lereng 2. Amn=
luas
wilayah kemiringan lereng ken.
L1 = panjang lereng daerah 1 dalam meter. L2 = panjang lereng daerah 2 dalam meter. Ln
=
panjang lereng daerah ke n dalam mater. All = luas wilayah panjang lereng 1.A12
=
luas
wilayah panjang lereng 2. Aln=
luas wilayah panjang lerengke
n.d. F aktor tanaman; dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
C
=
( C I * AtllAs) + (C2 * At21As) + . . . (Cn * AtniAs) Keterangan :C
= f a htanaman.
C1 =faktortanarnanl (lihatTabel7). C2
=
faktor tanaman 2.Cn
=
faMor tanaman ke n.At1
=
luas
wilayahfanaman
1.At2
=
luas wilayah tanaman 2.Atn = luas wilayah tanaman ke n. As
=
luas wilayah keseluruhanTabel 7. Nilai faktor C pada bebrapa jenis tanaman di Indonesia Nilai faktar C
(3) 1
,o
0 , O l
0,7 0,8 0,7 0,399 0,4 0'2 0,565 0 2 0,6 0,4
. 0,287 A
0,002
No.
, 11) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
14-
Macam penggunaan (2)Tanah terbukaltanpa tanaman Sawah
Tegalan tidak dispesifikasi Ubikayu
Jagung Kedelai Kentang Kacang tanah Padi
Tebu
Pisang
Akar wangi (sere wangi)
Rumput bede (tahun pertama) . - . - - - -. - - - - . . .
[image:24.616.85.513.359.699.2]T a k l 7 . (Lanjutan)
Sumkr : Arsyad (2000).
Keterangan : *) pda tanam turnpang gilir : jagung + padi + ubkayu sefelah panen padi ditanam kacang tanah.
") pola tanam berurutan : padi - jagung - kawng tanah.
e. Faktor tindakan konsewasi; dihitung dengan persamaan sebagai berikut : (3) 0,2 0,85 0,3 0 2 0 s 0,4 0,001 0,005 0,s 0 2 0 3 0,181 0,195 0,345 0,417 0,495 0,571 0,049 0,096 0,128 0,136 0,259 0,377 0,387 0,079 0,357 0,001
1
(111
(2)P = (PI ApllAs) + (P2
"
Ap2iAs) + . ..(Pn * ApnlAs)15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Keterangan :
P
=
faktor tindakan konsewasi.P I =faktortindakankonservasil (lihatTabel8).
P2
= faktor tindakan konservasi 2.Kopi dengan penutup tanah buruk Taias
Kebun ampuran : - geerapatan tinggi - kerapatan sedang - kerapatan Rendah Perladangan
Hutan alam : - serasah banyak - serasah kurang
Hutan prduksi : - tebang habis - tebang pilih Semak belukarlpadang rumput Ubikayu + kedelai
Ubikayu + kacang tanah Padi
-
sorghum7--
-Padl
-
kedelaiKacang tanah + gude
Uacang tanah + kacang tunggak
Kacang tanah + mulsa jerami 4 tonha
Padi + mulsa jerarni 4 tonlha
Kaang tanah + rnulsa jagung 4 ton/ha Kacang tanah + mulsa crotalaria 3 tonlha
Kacang tanah + mufsa kacang tmggak
Kacang tanah
+
mulsa jerami 2 tonlha Padi + mulsa crotalaria 3 tonlhaTabel 8. Nilai faktor P pada bebempa teknik konservasi
tanah
Sumber : Hammer (1980) dan Arsyad (2000).
e. Fairtor tindakan konservasi; dihitung dengan persarnaan
sebagai
beflkut :Nilai faktor P
0,m 0,15 0,35 0,40 0,04 0,40 0,w 0,75 0,m 0,30 0,m 0,80 0,10 0-50
1 ,OO
No. I
2
3
i
4- 5
6
Keterangan :
P
=
faktor tindakan konservasi.P I
=
faktor
tindakan konsewasi 1 (fihatTabel8). P2=
faktor tindakan konservasi 2.A p l
=
luas
wilayah tindakan konservasi ke I. Ap2=
luas wilayah findakan konservasi ke 2. Pn=
faktor tindakan konservasi ke n. As = luas wilayah keseluruhan.Jenis teknik konsmsi tanah Teras bangku :
- Kontruksi baik - Konstruksi sedang
-
Konstruksi kurang baik- Teras tradisional Strip tanaman rumput bahia
-
Keadaan baik - Keadaan tidak baikPengolahan tanah dan penanaman menurut garis kontur - Kerniringan 0
-
8 %- Kemiringan 9
-
20 %- Kemiringan > 20 %
Penggunaan rnulsa : - ljerami 6 tonhabhun) - (jerami 3 tonlhdtahun) - (jerami 3 tonlhaltahun)
Penanaman tanaman penulup tanah rendah pada tanaman
perkebunan
-
Kerapatan tinggi- Kerapatan sedang Tanpa tindakan konservasi
[image:26.620.91.512.92.486.2]Keterangan :
A
=
total erosi tahunan yang terjadi. R1=
erosivrtas hujan bulan ke 1.R2 = erosivitas hujan bulan
ke
2. Rf 2 = erostvitas hujan bulan ke 12.K
=
nilai erodibiiitastanah
rataan
tertimbang. LS=
faktor lereng.C
=
faktor tanaman.P
=
faktor pengeloiaan.3.6.2. Submodel aliran permukaan
Submodel aliran permukaan dirumuskan berdasarkan besamya nilai k-sien aliran permukaan. Koefisien tersebut diduga dengan cara penentuan tabel
meto-
de Bransby dan William. Faktor-faktor yang dipertirnhanglran dalam pendugaan antara lain : inlensitas hujan, relief, cekungan permukaan, infiltrasi, dan penutup lahan.a. Untuk menghitung k&sien intensitas hujan dengan menggunakan
persarna-
Keterangan :
INH
=
koefisien intensitas hujan. Ail=
luas wilayah kelasintensitas
1.Ai2
=
luas wiiayah kelas intensitas 2. Ai3 = Luas wilayah kelas intensitas 3. Ai4 =luas
wilayahkelas
intensitas
4. As=
luas wilayah keselunrhan.b. Untuk menghaung k d s i e n relief dengan menggunakan persamaan : RLF
=
((Arl/As)*RLFl) + ((AWAs)* RLF2) + ((Ar3/As)*RLF3) + ((Ar4/As)'Keterangan :
RLF
=
koefisienrelief.
Ar1 =luaswilayahkelasrelief1. At2
=
luas wilayah
kelasrelief
2.Ar3
=
luas
wilayah kelas relief 3. Ar4=
has
wilayah kelasrelief
4. As=
luas wilayah keseiunrhan. RLFl=
koefisien kelasrelief
1 . RLF2=
koefisien kelas relief 2. RLF3 = k h s i s n kelas relief 3. RLF4=
koefisien kelas relief 4.c. Untuk menghitung koefisien cekungan permukaan dengan menggunakan per- samaan :
TMP
=
((Aa1lAS)TMPl)+
((Aa21AS)"TMP2)+
((Aa3fAS)TMP3) + ((Aa41As)TMP4)Keterangan :
TMP
=
koefisiencekungan perrnukaan. Aal = luas wilayah cekungan permukaan 1. Aa2=
luas wilayah cekungan pemukaan 2. Aa3=
luas wilayah cekungan permukaan 3. Aa4=
luas
witayah cekungan permukaan 4. As =luas
wilayah keseluruhan.TMP 1
=
koefisien kelas cekungan permuban 1. TMP2=
k&sien kdas cekungan perrnukaan 2. TMP3=
koefisien kelas cekungan permukaan 3.TMP4
=
koefisien kelas cekungan pemukaan 4.INF
=
({AfllAs)*INFl) + ((Af21As)*INF2) + (Af31As)"lNF3) + ((Af41As)*lNF4) Keterangan :INF
=
koefisien infiftrasi.Afl
=
luas wilayah kelas infittrasi 1.
Af2=
luas wilayah kelas infiltrasi 2. Af3=
has wilayahkelas
infiltrasi 3. Af4 = luas witayah kelas infiltrasi 4. As = luas wilayah keseluruhan. INFI=
koefisien kelas infihrasi 1.
INF2=
koefisien kelas inf Hrasi 2. INF3=
koefisien kdas infittrasi 3. INF4=
koefisien kelas infittrasi 4.e. Untuk menduga kcdsien
penutup
lahan dengan menggunakan pewmaan : PLH = ((Ah1 lAs)*PLHI ) + ((AhZAs)*PLH2) + ((Ah3IAs)*PLH3) + ((Ah41As)*PLH4) Keterangan :
PLH = koefisien penutup lahan.
Ah1
=
luas wilayah kelas penutup lahan 1. Ah2=
luas wilayah kelas penutup lahan 2.Ah3
=
iuas wilayah kelas penutuplahan
3.Ah4
=
luas wiiayah kelas penutup khan 4. As=
luas wilayah keseluruhan.PtHl
=
koefisien kelas penutup lahan 1.P
tH2 = k d s i e n ketas penutup lahan 2.PLH3
=
koeftsien kelas penutup lahan 3. PLH4=
koefisien kelas penutup lahan 4.Pehitungan dugaan besaran aiiran pemultaan dengan menggunakan p e w
LP
=
(CH As * (INH+
RLF + TMP+
INF + PLH)) 1 100LP CH As
INH RLF TMP 1NF
PLH
= atiran permukaan.
=
curah hujan.=
luas
wilayah keseluruhan.=
koefisien intensitas hujan.=
kmfisien relief.=
koefisien cekungan permukaan=
koeftsien infiltrasi.=
koefisien penutup lahan.3.6.3. Submodel sosial ekonomi
Submodel sosial ekonomi dimmuskan untuk meng hitung dugaan BC-ratio dan nilai tunai bersih (net pment value) dari setiap atternatif penggunaan khan yang layak dari segi erosi yang
masih
dapat dibiarkan dan koefisienaliran
per- mukaan yang krada pada batas minimum. Nilai BC-ratio dannilat
tunai bersih dihitung dengan menggunakan persarnaan seperti berikut ini :NPV
=
(SPG1 - CPGl)*PGI + (BPG2-
CPG2)*PGZ + ... (BPGn-
CPGn)*PGn
Keterangan :
BC =BC-ratiowitayah.
NPV = nilai tunai bersih wilayah.
BPGI
=
jumlahmanfaat
penggunaan lahan 1.BPG2
=
jumlah manfaat penggunaan lahan 2. BPGn=
jumlah manfaat penggunaan lahan ken.
CPG 1
=
jumlah biaya penggunaan lahan 1. CPG2=
jumlah biaya penggunaan lahan 2. CPGn=
jumlah biaya penggunaan lahan ke n. PG1=
luas
penggunaan lahan 1.Ketiga submodel tersebut (submodel
emi,
subrnodd aliran permukaan, dan submodel sosial ekonomi) kem udian diintqrasikan menjadi satu m d e l pman- faatan lahan berkdanjutan di daerah hulu sungai dengan menggunakan sistem dinamik.Caranya
adalah dengan rnenghubungkan (link) antara auxiliary jenis tanaman ( C ) dan levelketebalan
tanah pada submdel erosi dengan auxiliary penutup lahan (PLH) pada submodei aliran permukaan, dan auxiliary penyiapandan hasil pada submodel susiai
ekonorni.
Menghubunghn (link) antara auxiliarybiaya konservasi dengan laju perbaikan kemiringan (S) pada submodel erosi dan auxiliary perbalkan relief (RLF) pada submdel aliran permukaan. Menghu-
bungkn level laju kenaikan k M s i e n limpasan pada submalel limpasan dengan
auxiliary pemeliharaan tanaman pada submdel sosial ekonorni.
Penghubung (link) yang digunakan dalam pembuatan model adalah dengan menggunakan fungsi I%
Perurnusan
submodel dan pengintegrasiannya dtsusun berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut :a. ldentfikasi dan batasan model
Pemanfaatan lahan di daerah hulu sungai rnerupakan suatu sistem, karena di dalamnya terdapat salu atau beberapa sistem kegiatan, dimana antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain saling terkait, berhubungan dan saling mem- pengarwhi. Seperti menanam jenis tanaman tertent u akan mempengaruhi proses erosi, aliran permu kaan, dan pendapatm petani, serta jenis tanaman yang diusahakan dan luas tanam pada setiap musim tanam selalu berubah sesuai
dengan
pembahan kebutuhan dan kondisi iklimlcuaca yang ada di sekiimya.6. Konseptualtsasi model
sun daiam
bentuk bagan
alir padaGambar
1 (hat halaman 9) terdahulu. Dan bagan alir tersebut kemudian dibuat diagram lingkar sebab akibat untuk memu- dahkan penyusunan model formulasi atau model simulasike
dalam bahasa komputer.c. Penyusunan model simulasi
Pada tahap ini, membuat diagram alir ketiga submodel (submodd erosi, sub m a i d aliran permukaan, dan submodel sosial ekonomi) kemudian diintegrasi- kan menjadi suatu diagram alir model pemanfaatan lahan berkelanjutan, yaitu sudu pemanfaatan khan yang &pat memenuhi kebutuhan manusia atau m* syarakat dalam aspek sosial, ekonomi, dan biofisik tan pa rnengurangi potensi untuk generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhannya (Suratmo, 1999).
Hasil pengintegrasian ketsga submodel tersebut sebagai bahan acuan dalam mempertimbangkan atau pemilihan bentuk pengelohan lahan. Sehingga dalam memanfaatkan lahan diharapkan dapat mernenuhi kebutuhan penduduk saat ini
tanper mengorbankan kebutuhan penduduk di masa yang akan datang, tidak melampaui daya dukung lingkungan (ekosistem), dan mengoptimalkan peman- faatan sumberdaya alam dengan menyelaraskan manusia dan pembangunan dengan sumberdaya dam (Sitorus, 2004).
Setela h ketiga submodel tersebut diintegrasikan kemudian
menyusun
dan membuat kode-Me yang dapat dimasukkan ke dalam perangirat lunak kom-puter,
dalam ha1 ini berupa bahasa programPowewm
V e M 2 . 5 ~ . Bebrapa simhl dan persarnaan dasar yang digunakan dalam pemcdelan dan simulasi(i) Persamaan aliran, level dan laju
Penggunaan persarnaan aliran,
level,
dan laju pada dinamika pemanfaatan lahan di daerah hulu sungai akan menguhahsecara
dinamis berbagai aspek produksi, biaya dan pendapatanM r a
keseluruhan.Di dunia nyata dengan sistem dinamik, tercakup di dalamnya suaiu aliran atau flow, misalnya adanya penambahan ketebalan tanah sebagai akibat aliran dari proses pemkntukan tanah. Dengan menggunaltan simbd-simbol bahasa program, dapat dibuat gambaran tejadinya suatu aliran dalam
suatu sistem.
Selain itu juga terdapatsuatu
ternpat penampungan.Dalam dunia
nyata
biasanya tejadi p a m a a n antara aliran masuk dengan aliran keluar, sehingga akan te Qadi perubahan daiam penampungan. Niiai dari suatu aliran disebut m k (laju), sedangkan tingkat atau jumlah bahan di dalam penampungan disebutlevel.
Aliran,level,
dan lajumerupakan
tiga ha1 pentingdalarn
sistem dinamik, Dalam bahasa program komputer aliran, level, dan laju dapat digambadcan sebagai berikut.Persamaan powersim untuk gambar aliran, level, dan laju tersebut adalah : LEV
=
kondisi awalFlow LEV
=
dt(RK)
+ dt(RM)
Keterang
an
: LEV = level (unit)R M
= rate (laju) masukan RK=
mte (laju) keluaranInit
=
initial=
nilaiawal
Flow
=
Flow (aliran) untuk variabel level Dengan menggunakan :I (t)
=
aliran masuk pada saat t0
(t)=
aliran keluar pada saat tL (t)
=
level pada saat tL (0)
=
lev4 pada sad mulamulaMaka level dapat dinyatakan secara sistematik sebagai berikut :
Persamaan tersebut menyatakan hahwa level pada saat t merupakan level saat mula-mula dan hasil integrasi dari perbedaan masukan dan lreluaran dari saai
0
sampai t
sehingga persamaan 1 dapat dinyatakan jugadalam
:Persamaan
2 merupakan persarnaan dasar untuk level, tetapi belum sesuai untuk perhitungan menggunakan komputer, sehingga untukmenyatakan
ink- grasi, perlu dilakukan perubahan dengan memasukkan persamaan berikut :F (z)
=
I (z)-
0
(z)...
(3) Karena dahmpenelitian
ini menggunakan metade Euier, maka bagian integrasi pada persamaan 3dam
diubah menjadi :Dan persamaan 4 dan 5 diperoleh
persamaan
: t t A tf
(I(z) - O(Z)=
A
t I(t)-
0
(t)...
t (6)
Dengan demikian persamaan 1 dapat dinyatakan sebagai hrikut :
L ( t + A t ) = L j t ) + A t ( I ( t ) - O ( t )
...
( 7 )Persamaan 7 menyatakan bahwa level pada saat (t + A t) dapat dihitung dengan menggunakan level pada saat t dan parbedaan antara masukan dan keluaran selama A t. Persamaan ini seknjutnya dapat digunakan untuk program komputer.
Laju aliran rnenentukan laju perubahan yang te jadi pada level, atau pew bah- an level tergantung dari nilai masukan dan keiuaran. Masukan dan keluaran adalah laju dan pubah kendali dari aliran sehingga t(t) dan O(t) pada persa- maan 7 adalah peubah
laju.
(ii)
Persamaan
auxiliary dan konstantaAuxiliary adala h variabel yang besamya tergantung pada link (peng hu bung)
yang mengarah langsung ke auxiliary tersebut, rnisatnya dari suatu konstanta atau auxiliary lain.
(iii) Persamaan tabel
Persamaaan tabd rnenrpakan auxiliary juga yang ntiainya ditentukan melaiui
suatu tabel atau grafik. Di daiam pernodelan sistem dmamik sering dihadapkan pada pernyataan suatu peubah yang mempunyai hubungan pengamh
yang
tidaktetap dengan peubah lain. Untuk itu diperiukan suatu fungsi tabel untuk mp
Dengan menggunakan simbd dan persamaan tersebut, maka model pengelolaan daerah hulu sungai dapat disusun.
3.7. Asumsi Yang Digunakan
Untuk rnenggunakn
m d e l
yang akan dimmuskan dipakai beberapa asumsi yang akan membatasi keberhasihn model. Asurnsi-asumsi tersebut adalah : a. Penggunaan lahan di daerah penetitian dianggaptetap
selama proses pen*litian krlangsung
.
b. Pembahan penggunaan lahan dapat diubah menjadi penggunaan yang lain tanpa mempenganrhi macam penggunaan lahan yang lain.
c. Perubahan macam penggunaan lahan tidak memperhitungkan biaya Peru- bahan.
d. Proses aliran permukaan pada erosi yang te jadi di suatu tempat tidak ber- irrteraksi dengan proses aliran permukaan dan emsi di tempat lain.
e. Jenis tanaman yang dianalisis adalah jenis tanaman yang paling
banyak
ditanam pada setiap macam penggunaan lahan.f. Harga yang digunakan pada submodel sosial ekonomi diasumsikan tidak dipenganrhi
oleh jumlah
keluaran dan pemintaan pasar.g. Analisis yang digunakan dalam submodel
sosial
ekonmi adalah analisis finansial dengan asumsi bahwa Airan permukaan dan erosi tidak menjadibiaya eksternaliis.
fi. Data tanah, hidrologi, iklim, dan harga dianggap konstan dan sahih pada petiade analisis.
3.8.
Program Komputer VangOigunakan
Untuk mengolah data biofisik dan sosial ekonomi yang dikumpulkan kemu- d i n dibuat menjadi b k r a p a submodel, lalu dihtegrasikan menjadi satu modd yaitu model pemanfaatan lahan berkelanjutan di daerah hutu sungai dengan mengg unakan pemng kat k m puter. Alaf yang digunakan untuk rnemhng un
model
dan
beberapa submodelnya dengan menggunakan pemmaan seperti yang telah dijelaskan sebdumnya. Persamaan-pesamaan tersebut ada padapaket program
"Powenim
version Z.Sc"(Byrknes dan Cover, 1996).Mdel yang telah disusun kemudin dilakukan uji
kepekaan
dan anaiisis postopt~malisasi terhadap hasil-hasil anatisis dengan cara rnencocokkannya de- ngan keadaan dan data nyata (Nasendi dan Anwar, 1985; Toha, 1996). Setelah dicocokkan dengan data dan keadaan nyata tersebut, dantemyata
model ini cocok karena mendekati kenyataan, maka mcdel yang bersangkutan dianggapII.
TINJAUANPUSTAKA
2.1. Daerah Hulu Sungai
2.1 .l. Karakteristik daerah hulu sungai
Daerah aliran sungai yang biasa disingkat DAS
dalam
beberapa literaturmenggunakan istilah yang berbeda dengan arti yang sama, diantamnya meng- gunakan istilah : watershed1 river basin, catchment atau
dminage
baslh. lstiiah watershed digunakan karena hubungannya dengan batas aliran, sedangkan is- tilahriver
basin, catchment atau drainage basin digunakan karma h ubungannya dengan daerah aliran (Wijayaratna, 2000).DAS dapal diartikan sebagai kawasan yang dibatasi d e h pemisah topografi yang menarnpung, meyimpan dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya ke sungai yang akhirnya bennuara ke danau atau hut (Manan, 1979; Gilpin, 19961, sedangkan Sarwoko (I 999) menggunakan istilah Daerah Pengaliran Su- ngai (DPS) yaitu suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah, dimana air meresap dan atau
rnengalir
melalui sungai dan anak-anak sungai yang bemngkutan.Berdasarkan karakteristik motfologi dan aliran sungainya, DAS dapat dibagi
daerah yang curah hujannya agak kurang maka banjir jarang te jadi
dan
secara umum pemukirnan dan pengolahan lahan lebih intensif, pepohonan jarang, gradien sungaidan
energi emsi rendah(Knapp,
1979).Daerah hulu sungai merupakan bagian dari suatu ekosistem DAS yang di
dalamnya
tejadi interaksi antara unsur-unsur biotik (terutama vegetasi) danunsur-unsur abiotik (tenrtama tanah dan iklim). lnteraksi ini dinyatakan dalam bentuk keseimbangan
antara
masukan dan keluaran benrpa air dan sedimenb- si (Mustari, 1985; Suripin, 2002).2.1.2. Komponen yang mernpengaruhi daemh hulu sungai
Komponen yang mempengaruhi daerah hulu sungai diantaranya : arrah hu- jan, suhu udara, luas daerah hulu sungai, vegebi, tanah, relief (topografi), dan batuan. Uraian untuk tiap kornponen
adalah
sebagai berikut.a. Curah hujan, berkakn dengan jumlah
atau
banyaknya air hujan yang jatuh di daerah hulu sungai. Hal ini krkenaandengan
debit airatau
air yang tersedia yang dapat dimanfaatkan di daerah tersebut. Intensitas hujan behitan dengan kekuatan tenaga tetes hujan pada daerah aliran sungai, sebab serna- kin tinggi intensitas hujan maka tenaga penrsaknya akan semakn tinggi.b.
Suhu udara, behitan dengan jumlah air yang dievapotranspirasikan, yang sifatnya dapat mengurangi jumlah air yang teFsedia untuk dimanfaatkan di daerah tersebut.c. Luas daerah hulu sungai, berkain dengan jumlah air
yang
dapat ditampung di daerah tersebut, karsna semakin luas daerahnya maka akan sernakin ba- nyak air yang dapat drtampung.tanaman yang tumbuh di daerah tersebut. Fungsi utama dari vegetasi adalah mengatur tata air dan melindungi tanah. Perlindungan ini berlangsung dengan cam : rndindungi tanah tedmdap daya perusak butir-butir hujan yang
jatuh; melindungi tanah terhadap daya perusak aliran air di atas permukaan fanah; dan memperbaiki kapasitas infiitrasi tanah dan daya
absohsi
air yang secara langsung dapat mempengaruhi cadangan air tanah (Mustari, 1985; Asdak, 2002).e. Tanah, adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen- komponen padat, cair, dan gas, dan mempunyai sifal serta perilaku yang dinamik. Benda alarni ini tehentuk oleh hasil kerja inieraksi antara iklirn (i) dan jasad hdup ( 0 ) terbadap suatu bahan induk (b)
yang
dipengaruhi olehrelief tempatnya terbentuk (r) dan waku (w), yang dapat digambarkan dakm
hubungan
fungsi : T=
f
(i, o, b,r,
w), dimana T adalahtanah
dan masing- masing peubah adalah faktor pemkn-tu k tanah tersebut. Sebagai produk alamiyang
heterogen dan dinamik, maka ciri dan periiaku tanah berbeda dari satu ternpat ke tempat lain, dan berubah dari waktu ke waktu (Arsyad, 2000). f. Relief (topografi), addah bentuk pemukaan bumi yang krupa tinggi, rendah,miring, dan datar. Unsur-unsur tersebut mdiputi morfometri (kaitannya de- ngan ukuran) dan morfografi (kaitannya dengan deskripsi bntuk khan). kit-
annya dengan daerah hulu sungai, hal yang penting adalah kerniringan le-
reng karena ada hu-bungannya dengan keepatan aliran air permukaan, dan bentuk
lereng
karena ada hu bungannya dengan sebaran bentuk material. g. Batuan, merupakan material dasar maupun material hasilproses
pelapukanmeng-albedo energi matahari dalam proses pelapukan), kekompakan batuan (hubungannya dengan kemampuan batuan untuk rneloloskan air dalam kntuk infiltrasi), dan struktur M u a n (hubungannya
dengan
gerakan massa batuan dan rawan longsor).2.2. Pengeldan Daerah Huh Sungai
S a r a umum dapat dikatakan bahwa pengelohan daerah huh
sungai
adaiah pengeiolaan surnberdaya alam yang dapat pulih seperti air, tanah, dan vegetasi yang tujuannya untuk memperbeiki, memelihara dan meiindungi keada- an daerah hulu sungai agar dapat menghasilkan air untuk kepentingan pettani- an, kehutanan, perkebunan, petemakan, perikanan dan masyarakat yaitu air mi-num, industri, irigasi, tenaga listrik,
rekreasi
dan sebagainya (Manan, 1 979). Ada tiga unsur pokok dalam pengeidaan daerah aliran sungai yaitu air, la- hanhnah, dan manajemen. Unsur M a n (tanah)d i p u t i
semua kmnponen darisatu unit geografi dan atmosfer tertentu, air dan batuan, vegetasi dan kehidupan hewan, manusia dan perkembangannya. Oleh karena itu pengelohan daerah aliran sungai dapat didefinisikan sebegai pengeioban lahan untuk produksi air dengan kualis yang optimum dan pengaturannya yang maksimum, sehingga dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya secara lestari
bagi
manusia di dalam memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan serta kesejahteraannya (Sarwoko, 1999). Menurut Kuhmann (2000), pengeldaan tersebut hams dapat meningkatkan kualitas hidup s e e rnempertahankan keseimbangan lingkungan dan ekosistem.a. Aspek f ~ i k teknis, yaitu penetapan
tata
guna lahan sebagai prakondisi dalam mengusahakan dan menerapkan teknik-teknik perlakuan atassumberdaya
slam daerah aliran sungai sehingga di satu pihak dapat rnemberikan hasil dan manfaat yang maksimum dan dilain pihak sumberdaya alam yang ada di dalamnya
dapat
diperbhankan.b. Aspek manusia, yaitu mengusahakan adanya pengertian, kesadaran, sikap dan kemampuan agar tindskan dan pengaruh terhadap sumberdaya alam di daerah aliran sungai dapai memenuhi kepentingannya dan dapat mendukung usaha dan tujuan pengelohan.
c. Aspek institusi,
yaitu
menggerakkan aparaiur sehingga stmktur dan prosdur- nya dapat mewadahi penyelenggaraan pengelohan daerah atiran sungai s-ra efektii dan efisien, tennasuk khrnpok-kebmpok organisasi masyara-kat setempat, l e m m a swadaya masyarakat (LSM), wanita dan generasi mudanya.
d. Aspek hukum, yaitu adanya peraturan perundang-undangan yang mengatur segala sesuatu bagi kernantapan hukum dalam menplenggarakan pengeb laan daerah alilrtn sungai (Barrow,
t
991; Kartodihardjoef
al., 2000;
Sheng,2000).
2.3.
Pemanfaaian
Lahan di herah Hulu Sungaibangan selanjutnya akibat pertumbuhan penduduk
yang semakin
padat dan kebutuhan hidup yang semakin rneningkat maka larangan dan mitos-mitos ten- tang daerah huh sungai muiai diting-gaikan, sehingga dirarnbah dan dimanfaat- kan seaira langsung, bahlran pada beberapa tempat daerah huiu sungai sudah mengalami kerusakan yang lehh parah bahkan te jadi penggundulan sehingga tanpa tanaman sedikit pun.Di Indonesia kerusakan tanah dan air terus meningkat, terutarna di daerah
hulu sungai yang dijadikan daerah pertanian (Nugroho, 1999; Kumia, 2000). Hal ini akibat masih rendahnya peran serta masyarakat ptani untuk ikut memelihara dan mencegah terjadinya kenrsakan bnah, karma para petani umumnya miskin dengan luas lahan yang diolahnya sangat sempit, sehingga tingkat pendapatan- nya rendah. Petani miskin
yang
kemampuan modalnyasangat
rendah mengel* la lahan pertanian yang pmduktivitasnya sudah sangat rendah akan tenrssalng
2.4. Proses Erosi di Daerah Hulu Sungai
Erosi adalah peristiwa pindahnya atau temngkutnya tanah atau bagian- bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami (Suhara, 1991).
Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat terkikis dan terangkut yang kemudian diendapkan pada tempat lain. Pengangkutan atau
pemindahan tanah tersebut te jadi
a4eh
media alami yaitu air atau angin (Arsyad, 2000). Di daerah tropika basah erosi yang tejadi lebih banyak disebabkan oleh air daripada yang disebabkandeh
angin. Jadi pengertian erosi dalam uraian s e lanjutnya adalah erosi oleh air hujan dan alirannya di atas permukaan tanah.Bedasarkan kejadiannya ada dua macam erosi yaitu : erosi normal dan erosi diprcepat. Erosi normal juga disetxrt erosi geologi atau erosi alami, erosi
t e m
but merupakan proses pengangkutan tanah yang terjadi di bawah keadaan vegetasi alami. Biasanya terjadi dengan
laju
yang lambat yang memungkinkan terbentuknya tanah yang tebal yang mampu mendukung perturnbuhan vegetasi secara normal.Proses
erosi geologi menyebalkan iejadinya sebagian bentuk pemukaan bumi yang terdapat di alam. Erosi dipercepat adalah pengangkutan tanah yang menimbulkankenrsakan
tanah sehagai akihat perbuatan manusia yang mengganggu keseimbangan antara proses pem bentukan dan pengangkut- an tanah (Arsyad, 2000).Pada dasamya proses erosi yang terjadi akibat dari interaksi antam faktor- faktor iklim, topografi, vegetasl, tanah, dan aktivitas manusia (Morgan, 1979).
Faktor-fairtor tersebut dapat ditulis dalam k n t u k persamaan sebagai berikut :
E
=
f
(c, t, v, s, h)Keterangan : E
=
erosi yang terjadi. c=
iklim.v
=
vegetaw. s=
tanah.h
=
aMivhs manusia.Persamaan tersebut mengandung dua jenis faktor yaitu : (1) faktor yang da- pat dimanipulasi oleh
manusia
seperti vegetasi, semian sifat tanah (kesuburan dan kapsitas infiltmsi), serta satu unsur topogmf~ (panjang lereng); dan (2) faktor yang tidak dapat dimanipulasi oleh manusia yaitu kondisi ikiim, tipe tanah dan kecuraman lereng.Untuk menduga erosi tenrtama
emi
yang tejadi di lahan olah dapat digu- nakan rumus pendugaanerosi
Universal Soil Loss Equafion (USLE) yang dikemukakan okh Wischmeier dan Smith (1978) yang berlaku untuk tanah- tanah di Amerika Serikat. Wahupun demikin rumus ini juga banyak digunakandi negara lain diantaranya di Indonesia (Hardjawigeno, 1995).
Rumus
pendug*an
emsi rnenunrt USLE adalah sebagai berikut :A
=
R.K.L.S.C.P.Keterangan : A = jumlah tanah yang hilang rerata setimp tahun (ton per hektar per tahun).
R
=
indeks daya erosi curah hujan (erosivitas hujan).K
=
indeks kepekaan tanah terhadap emsi (erodibilitas tanah). LS= faktor panjang (L) dan curamnya (S)lereng.
C
=
faktortanaman
(vegetasi).P
=
faktor usaha-usaha pencegahan erosi.Pada
dasamya USLE menghendaki topgrafi dan jenis tanaman yang tumbuh di suatu lahan yang relatif homogen. karena keadaanlahan
yang demikian akan memudahkan untuk menentukannilai
faktor-faktor penduga USLE (Noeralam,1990).
Persamaan USLE jika diterapkan secara langsung di lndonesia banyak kelb
mahannya, karma persamaan tersebut berlaku untu k tanah-tanah di Amen'ka Sefikat. Agus et a/., (1992), rnengernukakan bahwa kecocokan model untuk suatu lokasi di-tentukan juga oleh lingkungan di mana model tersebut diciptakan. USLE misalnya dikembangkan deh Soil Conservation Society di Amerika
Se-
rikat. Waiaupun menggunakan data dari bertwgai penjuru dunia. namun dukung- an data terbanyak untuk menciptakan model tersebut berasal dari Amerika Serikat. Okh hrena itu untuk rnengatasi
kelemahan
tersebut rnaka faktor-faktor yang diperhitungkan dalamerd
pedu dimodifikasi dan disesuaikan dengan kondisi di daerah penelitian.Metode pengukuran
emi
yang lain adalah metode pengukuranerosi
mehluiringan yang sama.
Selanjutnya kelas-kelas erosi dibagi bedasarkan banyaknya honson permu- kaan yang hilang secara relatif, yaitu persen dari horison A yang ash, atau pet-
sen dari 20 sentimeter lapisan tanah teratas biia tebal hodson A kurang dari 20
sentimeter. Kelas emsi tidak didasarkan pada jumlah absolut tanah yang ter- erosi, karena horison A mempunyai ketebalan yang beragam. Kelas erosi berikut ini berlaku baik untuk emsi air alaupun erosi angin, te&pi tidak berlaku untuk
membedakan erosi karena longsor (landslide) yaitu : (1)
kdas
1, ringan, kehi- langan tanah sedikit,rerata
kurang
dari 25 % dari horison A; (2) kdas 2, sedang, kehilangan tanah rerata 25 sarnpai 75 %