• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan hukum terhadap hak cipta lagu dan musik di media internet: analisa putusan Mahkamah Agung Nomor 385 K/Pdt.Sus/2009.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan hukum terhadap hak cipta lagu dan musik di media internet: analisa putusan Mahkamah Agung Nomor 385 K/Pdt.Sus/2009."

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (SH)

OLEH :

Riviantha Putra

NIM : 109048000068

K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

RIVIANTHA PUTRA. NIM 109048000068 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA LAGU DAN MUSIK DI MEDIA INTERNET (Analisa Putusan Mahkamah Agung Nomor 385 K/Pdt/.Sus/2009). Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435 H/ 2014 M. xi + 77 halaman + hal lampiran.Penelitian ini menganalisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 385 K/Pdt/.Sus/2009 tentang perselisihan perkara niaga atas hak kekayaan intelektual. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara ilmiah yakni dalam studi ilmu hukum, dan secara praktis maupun akademis yakni sebagai masukan bagi penulis maupun pihak-pihak yang memiliki keinginan untuk menganalisis kasus perselisihan hak cipta di media internet. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kepustakaan (library research) yang bersifat yuridis normatif, yaitu penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang ada dalam peraturan perundang-udangan, literatur, pendapat ahli, makalah-makalah. Dalam studi kepustakaan, penulis menganalisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 385 K/Pdt/.Sus/2009 bahwa apabila terjadi perselisihan hak cipta atas lagu dan musik di media internet maka hak cipta akan diberikan kepada seorang pencipta yang dapat membuktikan bahwa karya tersebut merupakan karya ciptanya bukan melalui pendaftaran karya cipta ke Dirjen HKI. Dalam hal ini pendaftaran hak cipta atas lagu dan musik bukan merupakan suatu alat bukti apabila terjadi perselisihan hak cipta atas lagu dan musik di media internet, apabila ada publikasi terlebih dahulu yang dilakukan oleh salah satu pihak yang berselisih/bersengketa maka seseorang yang dapat membuktikan keaslian dari ciptaannya tersebut akan menjadi pemegang hak cipta atas lagu atau musik yang di sengketakan. Dalam Pasal 35 ayat (4) Undang-Undang Hak Cipta menjelaskan bahwa ketentuan tentang pendaftaran ciptaan tidak merupakan kewajiban untuk mendapatkan Hak Cipta, karena perlindungan Hak Cipta timbul secara otomatis, (Automatically Protection) sejak ciptaan tersebut diwujudkan dalam bentuk yang nyata, tanpa harus melalui prosedur pendaftaran.

Kata Kunci : Hak Kekayaan Intelektual, Hak Cipta, Lagu, Musik, Internet.

(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan Syukur hanya untuk Allah SWT, karena berkat rahmat, nikmat

serta anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA LAGU DAN MUSIK DI

MEDIA INTERNET (Analisa Putusan Mahkamah Agung Nomor 385

K/Pdt/.Sus/2009)”. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari zaman

jahiliyah ke zaman yang terang benderang ini.

Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini mungkin

tidak dapat diselesaikan oleh penulis tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak

selama penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Phil. JM Muslimin, MA. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Djawahir Hejazziey, S.H., M.A., M.H., Ketua Program Studi Ilmu Hukum

dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum., Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum

(7)

3. Dr. Djawahir Hejazziey, S.H., M.A., M.H., Dosen Pembimbing yang telah

bersedia memberikan saran, kritik, bantuan, dan arahan selama penulis menyusun

dan menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas waktu dan pikiran yang telah

diberikan. Semoga ilmu yang diajarkan dapat bermanfaat dan mendapatkan

balasan dari Allah SWT.

4. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

khususnya dosen program studi Ilmu Hukum yang telah memberikan ilmu

pengetahuan selama penulis menjadi mahasiswa Ilmu Hukum. Semoga ilmu

yang diajarkan dapat bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT.

5. Kepada Staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Syari’ah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, staff Perpustakaan Universitas Indonesia, dan Staff

Komisi Pengawas Persaingan Usaha yang telah memberikan fasilitas untuk

mengadakan studi kepustakaan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Hasanul Arifin dan Ibunda Lasti Putri

Zakaria, yang selalu mengirimkan doa dan mencurahkan kasih sayangnya, serta

Adikku Ifriansyah Putra dan Melati Thasya Putri yang memberikan semangat

dan kebersamaan ketika di rumah untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Apriyanti, terima kasih atas semangat, dukungan dan waktu kepada penulis yang

tiada hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Kawan-kawan cangkir ilmu hukum Ahmad Holil, Ahmad Wahyudi, Prayoza

(8)

UIN Syarif Hidayatullah yang tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih

atas bantuan, motivasi, dan kesan-kesannya selama penulis menimba ilmu.

9. Sahabat-sahabat SMU Islamic Village, Zam-Zam Corner, Beauty In Soul Band

dan lainnya terima kasih atas dukungannya selama ini kepada penulis.

10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,

yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu. Semoga Allah SWT

memberikan berkah dan karuni-Nya serta membalas kebaikan mereka (Amin).

Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih dan maaf yang sebesar-besarnya

apabila terdapat kata-kata di dalam penulisan skripsi ini yang kurang berkenan bagi

pihak-pihak tertentu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya

bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Sekian dan terimakasih.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Jakarta, 28 Agustus 2014

(9)

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah 1 B. Identifikasi, Pembatasan Dan Perumusan Masalah 9

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 11

D. Tinjauan Pustaka 12

E. Metode Penelitian 14

F. Sistematika Penulisan 16

BAB II TEORI HAK CIPTA LAGU DAN MUSIK 18

A. Hak Cipta 18

1. Sejarah Hak Cipta Di Indonesia 18

2. Pengertian Hak Cipta 19

3. Hak-Hak Yang Terdapat Pada Hak Cipta 23

B. Lagu Dan Musik 31

(10)

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM 40

A. Pengertian Perlindungan Hukum 40

B. Bentuk-Bentuk Perlindungan Hukum 44

C. Teori Perlindungan Hukum 44

D. Perlindungan Hukum Hak Cipta Atas Lagu dan Musik 46

1. Ciptaan Yang Di Lindungi Oleh Undang-Undang Hak Cipta 46

2. Perlindungan Hukum Hak Cipta Atas Lagu Dan Musik 48

BAB IV ANALISA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA ATAS

LAGU DAN MUSIK DI MEDIA INTERNET 51

A. Penerapan Hak Cipta Atas Lagu Dan Musik Di Media Internet 51

B. Sanksi Pelanggaran Hak Cipta Atas Lagu Dan Musik Di Media Internet 52

1. Sanksi Pelanggaran Hak Cipta Atas Lagu Dan Musik Di Media

Internet Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak

Cipta 52

2. Sanksi Pelanggaran Hak Cipta Atas Lagu Dan Musik Di Media Internet

Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi

Transaksi Elektronik 56

C. Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Dan Musik Di Media…

Internet 58

D. Analisa Putusan Mahkamah Agung Nomor 385 K/Pdt.Sus/2009 62

(11)

BAB V PENUTUP 73

A. Kesimpulan 73

B. Saran 74

(12)

2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Transaksi Elektronik

(13)

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya, hukum adat yang ada di Indonesia tidak mengenal terminologi

hak kekayaan intelektual. Istilah intellectual property rights atau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi hak kekayaan intelektual berakar dan berkembang

dalam tradisi hukum Eropa Kontinental dan common law yang diperkenalkan di Indonesia oleh Belanda pada masa kolonialisme sebagai konsekuensi logis dari

prinsip konkordansi hukum.

Menurut Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual didalam buku panduan

HKI menjelaskan bahwa hak kekayaan intelektual, atau disingkat “HKI” atau akronim “HaKI”, adalah padanan kata yang biasa digunakan untuk Intellectual

Property Rights “(IPR')”, yakni hak yang timbul bagi hasil olah pikir otak yang

menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia. Yang pada

intinya HKI adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas

intelektual. Obyek yang diatur dalam HKI adalah karya-karya yang timbul atau lahir

karena kemampuan intelektual manusia.

Ada beberapa makna yang dapat kita petik tentang Hak Kekayaan Intelektual,

yaitu1:

1

Anonim, HAKI dan Implementasinya Terhadap Litbang, Investasi & Inovasi di Indonesia,

(14)

a. Definisi HKI adalah hak eksklusif yang diberikan Pemerintahan kepada penemu / pencipta / pendesain atas hasil karya cipta dan karsa yang dihasilkan;

b. Hak eksklusif adalah hak monopoli untuk memperbanyak karya cipta dalam jangka waktu tertentu, baik dilaksanakan sendiri atau dilisensikan.

Hak kekayaan intelektual itu adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu benda

yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio.2 Yang dimaksud dengan hasil

kerja otak itu adalah sebuah karya intelektual atau berupa benda immaterial atau

benda tidak berwujud. Misalnya, sebuah karya cipta lagu. Untuk menciptakan alunan

nada (irama) diperlukan pekerjaan otak. Hasil kerja otak itu kemudian dirumuskan

sebagai intelektualitas. Ketika irama lagu tadi tercipta berdasarkan hasil kerja otak, ia

dirumuskan sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual berbeda misalnya dengan hasil

kerja fisik, petani mencangkul, menanam, menghasilkan buah-buahan. Buah-buahan

tadi adalah hak milik juga tapi hak milik materil atau hak milik atas benda berwujud.

Secara substantif, pengertian HKI dapat dideskripsikan sebagai hak atas

kekayaan yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia. HKI

dikategorikan sebagai hak atas kekayaan mengingat HKI pada akhirnya

menghasilkan karya-karya intelektual berupa; pengetahuan, seni, sastra, teknologi, di

mana dalam mewujudkannya membutuhkan pengorbanan tenaga, waktu, biaya dan

pikiran.3 Dengan perkataan lain HKI adalah hak atas harta kekayaan yang timbul dari

2

OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights),

(Jakarta :Rajawali Pers, 2010), h.9.

3

Budi Agus Riswandi dan M. Syamsuddin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum,

(15)

kemampuan intelektual manusia. Kekayaan semacam ini bersifat pribadi dan berbeda

dari kekayaan-kekayaan yang timbul bukan dari kemampuan intelektual manusia,

seperti hak atas :

1. Harta kekayaan yang diperoleh dari alam terdiri dari:

a. Tanah: hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak penambangan, hak sewa, dan lain-lain.

b. Air: hak mengelola sumber air, hak lintas damai di perairan pedalaman, hak perikanan, dan lain-lain.

c. Udara: hak lintas udara bagi pesawat-pesawat udara maskapai udara asing, hak siaran, dan sebagainya.

2. Harta kekayaan yang diperoleh dari benda-benda tidak bergerak dan bergerak seperti:

a. Hak milik atas tanah, gedung, bangunan, dan rumah susun. b. Hak milik atas mesin-mesin.

c. Hak milik atas mobil, pesawat udara, surat-surat berharga.4

Keberadaan Undang – Undang Hak Cipta (UUHC) memang diperuntukkan

khusus untuk melindungi hak bagi mereka yang telah menghasilkan karya-karya yang

berasal dari pengungkapan (ekspresi) intelaktualitas (intangible), dan bukannya yang

bersifat kebendaan (tangible), apabila yang belum berwujud apa-apa seperti ide-ide

informasi dan lain sebagainya tersebut dengan batasan waktu tertentu.

Jika ditelusuri lebih jauh, hak kekayaan intelektual sebenarnya merupakan

bagian dari benda, yaitu benda tidak berwujud (benda Immateril). Benda dalam

kerangka hukum perdata dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai kategori salah satu

di antara kategori itu, adalah pengelompokan benda ke dalam klasifikasi benda

berwujud dan benda tidak berwujud. Untuk hal ini dapatlah dilihat batasan benda

yang dikemukakan oleh pasal 499 KUH Perdata, yang berbunyi: menurut paham

4

(16)

undang-undang yang dimaksud dengan benda ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak

yang dapat dikuasai oleh hak milik.5

Hak milik intelektual ini merupakan hak yang berasal dari hasil kegiatan

kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia yang diekspresikan kepada khalayak

umum dalam berbagai bentuknya, yang memiliki manfaat serta berguna dalam

menunjang kehidupan manusia, maksudnya ialah bahwa kepemilikan itu wajar karena

sifat ekonomis manusia yang menjadikan hal itu satu keharusan untuk menunjang

kehidupannya di dalam masyarakat.6 Secara garis besar HKI dibagi dalam 2 (dua)

bagian, yaitu:

1. Hak cipta (copyright);

2. Hak kekayaan industri (industrial property rights), yang mencakup :

a. Paten (patent);

b. Desain industri (industrial design); c. Merek (trademark);

d. Penaggulangan praktik persaingan curang (repression of unfair competition);

e. Desain tata letak sirkuit terpadu (layout design of integrated circuit); f. Rahasia dagang (trade secret).

Hak Kekayaan Intelektual atau yang biasa disebut HKI merupakan terjemahan

dari Intellectual Property Rights. Secara sederhana HKI adalah suatu hak yang timbul

bagi hasil pemikiran yang menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi manusia.

HKI juga dapat diartikan sebagai hak bagi seseorang karena ia telah membuat sesuatu

5

R. Soebekti dan R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta : Pradya Paramita, 1996), h.155.

6

Budi Agus Riswandi dan M. Syamsuddin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum,

(17)

yang berguna bagi orang lain. Objek atau hal-hal yang diatur dalam HKI adalah

karya-karya yang lahir dari kemampuan intelektual (daya pikir) manusia.7

Adapun definisi yang dirumuskan oleh para ahli, HKI selalu dikaitkan dengan

tiga elemen penting berikut ini:8

1. Adanya sebuah hak eksklusif yang diberikan oleh hukum;

2. Hak terebut berkaitan dengan usaha manusia yang didasarkan pada

kemampuan intelektual;

3. Kemampuan intelektual tersebut memiliki nilai ekonomi.

Tumbuhnya konsepsi kekayaan atas karya-karya intelektual manusia pada

akhirnya menimbulkan kebutuhan untuk melindungi atau mempertahankan kekayaan

tersebut. Pada gilirannya, akan melahirkan konsepsi perlindungan hukum atas

kekayaan intelektual (Intellectual Property) tadi, termasuk di dalamnya adalah

pengakuan hak terhadapnya. Sesuai dengan hakikatnya pula, HKI dikelompokkan

sebagai hak milik perorangan yang sifatnya tidak berwujud (intangible).9

Meskipun terdapat teori universalitas tentang hak kekayaan intelektual,

hingga kini belum ada definisi tunggal yang disepakati di seluruh dunia tentang

apakah yang dimaksud dengan hak kekayaan intelektual. Hal ini disebabkan

pengertian dari hak kekayaan intelektual sulit untuk didefinisikan dalam satu kalimat

7

Haris Munandar dan Sally Sitanggang, HAKI-Hak Kekayaan Intelektual, (Jakarta : Erlangga, 2008), h.2.

8

Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual di Era Global, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010), h.2.

9

(18)

sederhana yang dengan tepat dapat menggambarkan tentang pengertian dari hak

kekayaan intelektual secara menyeluruh. Banyaknya pengertian tentang hak kekayaan

intelektual dan sulitnya untuk mendefinisikan tunggal tentang hak kekayaan

intelektual tidak menjadi suatu hambatan yang sangat penting untuk melindungi

setiap karya-karya hasil intelektual.

HKI memberikan suatu apresiasi dan penghargaan yang besar terhadap para

pencipta atau pemegang hak cipta, diantaranya diberikannya hak-hak yang hanya

dimiliki oleh para pencipta atau pemegang hak cipta. Hak-hak tersebut bertujuan agar

para pencipta mendapatkan keuntungan dari karya ciptaannya baik berupa uang

ataupun pengakuan dari masyarakat atas karya ciptaannya. Beberapa hak-hak yang

dimiliki oleh pencipta terdiri dari hak eksklusif, hak ekonomi dan hak moral. UUHC

telah mengatur penjelasan dari ketiga hak tersebut.

Menurut UUHC, pencipta adalah seseorang atau beberapa orang secara

bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan

kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang

dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. Bentuk yang khas dan

pribadi dapat diartikan sebagai perwujudan ide dan pemikiran pencipta yang

mewujudkan identitas dan kualitas dirinya.10

Di era global keberadaan dan perkembangan karya cipta musik dan lagu

sebagai salah satu bagian yang dilindungi hak cipta, tidak kalah pentingnya

10

(19)

dibandingkan dengan industri teknologi (paten, know-how, dan lain-lainnya). Industri

ini dibentuk dari industri cultural yang menempati posisi yang cukup diperhitungkan.

Posisi tersebut menurut Arnel Affandi dengan mencontohkan Amerika Serikat

sebagai Negara Adidaya yang mengandalkan industri musik dan lagu sebagai sumber

devisa dalam perdagangan internasionalnya. Industri ini juga merupakan salah satu

komoditi yang paling potensial bagi transaksi perdagangan internasional, karena

mempunyai segmen pasar yang sangat luas dan mampu melewati batas-batas negara.

Selain itu musik dan lagu juga dinikmati oleh seluruh kalangan masyarakat tanpa

mengenal batas usia. Dengan demikian musik dan lagu sebagai sebuah komoditas

yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.11

Internet menawarkan kemudahan bagi penggunanya untuk berbagi berbagai

file secara online, yang dapat diperoleh dari berbagai situs seperti situs website atau

pun blog yang menyediakan file software, dokumen/e-book, gambar, musik atau lagu,

video atau film, dan lain sebagainya. Seiring dengan semakin tingginya tingkat

kecepatan dan kemudahan akses internet dewasa ini, aktivitas download file pun menjadi salah satu aktivitas paling favorit bagi pengguna internet. Download adalah istilah yang sering kita sebut ketika mengakses di internet, baik di rumah kita sendiri

atau dari cyberaccess untuk mengambil sesuatu (gambar, dokumen, surat, dll.) ke dalam bentuk file dari Internet atau Internet.

11

(20)

Didalam Undang-Undang Hak Cipta telah di jelaskan bahwa lagu dan musik

merupakan suatu karya cipta yang dilindungi oleh Undang-Undang hak cipta.

Banyaknya situs-situs musik illegal di internet menjadi suatu tantangan yang sangat

besar dalam menegakkan perlawanan terhadap pelanggaran hak cipta. Dengan hanya

bermodalkan komputer ataupun perangkat sejenisnya dan akses internet kita sudah

bisa mendapatkan suatu karya cipta (lagu dan musik) tanpa mengeluarkan biaya

apapun. Secara tidak langsung tidak adanya suatu keuntungan yang akan dinikmati

oleh pencipta ataupun si pemegang cipta. Hal ini sudah menjadi hal yang sangat

lazim dan lumrah untuk pada saat ini.

Internet secara radikal telah merombak hubungan antara fenomena online dan

letak secara fisik. Hal ini bila dipandang dari aspek hukum merupakan perubahan

yang sangat penting. Munculnya jaringan komputer global mengakibatkan timbulnya

berbagai pertanyaan menyangkut hubungan antara letak geografis dan berbagai hal:12

1. Kekuasaan pemerintah lokal untuk memegang kontrol atau melakukan pengawasan terhadap perilaku online;

2. Hubungan perilaku online terhadap individu lainnya; dan

3. Legitimasi kedaulatan negara untuk menegakkan aturan yang diterapkan terhadap fenomena global.

Sejak ditemukannya teknologi digital, keberadaan hak cipta yang banyak

diatur di dalam UUHC anggota WTO mulai banyak digugat oleh para pihak yang

terlibat di dalam industri musik di era digital. Gugatan ini terutama disebabkan oleh

12

Johnson and post, Law and Borders: The Rise of Law in Cyberspace,

(21)

berkembangnya media pemuatan ciptaan, termasuk musik yang sudah banyak

mengalami kemajuan.

Berdasarkan latar belakang dari permasalahan yang telah diuraikan di atas,

maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul:

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA LAGU DAN MUSIK DI MEDIA INTERNET (Analisa Putusan Mahkamah Agung Nomor 385 K/Pdt/.Sus/2009).

B. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penelitian skripsi ini, penulis mengidentifikasi masalah yang

diantaranya :

a. Majunya perkembangan zaman ke era modern yang serba digital pada saat

ini secara tidak sadar telah mengubah budaya masyarakat yang cenderung

lebih konsumtif dan lebih menyukai hal-hal yang instant. Kesadaran hukum

masyarakat di era modern masih sangat lemah. Tidak adanya keseimbangan

antara sadar teknologi dengan sadar hukum. Hal ini bisa berakibat fatal

karena akan menguntungkan salah satu pihak yaitu konsumen dan akan

merugikan podusen (pencipta).

b. Tanpa disadari internet merupakan suatu fenomena dalam dunia intelektual

(22)

informasi atau file yang dicari, tidak hanya itu saja internet merupakan suatu

media atau wadah tempat terjadi pelanggaran atas hak cipta. Maraknya kasus

pelanggaran terhadap lagu dan musik di media internet pada zaman sangat

modern ini menjadikan suatu pelanggaran yang terjadi di media internet

sudah menjadi hal yang sangat umum dan wajar di kalangan masyarakat.

Banyak masyarakat yang tidak memikirkan hak-hak yang terdapat di dalam

ciptaan tersebut.

2. Pembatasan Masalah

Dalam hal-hal yang telah dipaparkan oleh peneliti di dalam latar belakang

masalah, maka penulis hanya membatasi pembahasan mengenai perlindungan

hukum terhadap pemegang hak cipta lagu dan musik di media internet.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang yang telah dijelaskan oleh penulis di atas,

maka dapat di ambil kesimpulan permasalahan yang sekarang telah menjadi hal

yang lazim di kalangan masyarakat yaitu maraknya pelanggaran cipta lagu dan

musik di media internet. Untuk menjawab permasalahan tersebut maka penulis

menyajikan pertanyaan penilitian sebagai berikut :

a. Bagaimana penerapan hak cipta atas lagu dan musik di media internet?

b. Bagaimana sanksi atas pelanggaran karya cipta lagu dan musik di media

(23)

c. Bagaimana perlindungan hukum terhadap pemegang hak cipta terhadap

pelanggaran atas karya cipta lagu dan musik di media internet?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya pelanggaran atas

hak cipta lagu dan musik di media internet.

b. Untuk mengetahui apa saja bentuk-bentuk pelanggaran atas karya cipta

lagu dan musik di media internet.

c. Serta untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap pemegang hak

cipta atas lagu dan musik di media internet.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi penulis, untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam

hal hak cipta.

b. Bagi akademisi, sebagai tambahan referensi guna mempermudah bagi

pihak yang berkepentingan yang ingin melakukan penelitian dengan

objek yang sama.

c. Bagi pembaca, agar para pembaca dapat mengerti arti perlindungan

hukum dan segala bentuk pelanggaran terhadap hak cipta atas lagu dan

(24)

D. Tinjauan Pustaka

Dalam menjaga keaslian judul penulis ajukan daalam proposal skripsi ini perlu kiranya penulis lampirkan juga beberapa rujukan yang menjadi bahan

pertimbangan. Antara lain :

1. Skripsi yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INDUSTRI PEREKAMAN SUARA DARI TINDAK PIDANA PEMBAJAKAN KASET (Studi Kasus : Putusan No.3683/Pid.B/2008/PN/ Medan)” karya Andri Tambun, fakultas hukum universitas sumatera utara tahun 2009. Skripsi

tersebut membahas tentang perlindungan hukum terhadap industri perekaman

suara dari tindak pidana pembajakan, di dalam skripsi tersebut membahas

sedikit tentang pengertian hak cipta. Tidak hanya itu didalam skripsi tersebut

menitik beratkan pada penelitian atas studi kasus putusan

No.3683/Pid.B/2008/PN/ Medan. Berbeda dengan skripsi yang akan di angkat

oleh penulis, bahwa penulis lebih cenderung membahas perlindungan hukum

terhadap hak cipta atas lagu dan musik di media internet. Perbedaan yang

sangat mendasar dengan penelitian yang penulis lakukan adalah objek yang

menjadi kajian penulis dengan skripsi tersebut sangat berbeda, penulis

membahas dengan objek perlindungan hak cipta atas lagu dan musik di media

internet sedangkan skripsi tersebut membahas tentang perlindungan hukum

(25)

2. Skripsi yang berjudul “SISTEM PEMBAYARAN ROYALTI PADA YAYASAN

KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI)) DALAM PERSPEKTIF EKONOMI

ISLAM” karya Wilda Maulidia, jurusan perbankan syariah program studi

muamalat (ekonomi islam) fakultas syariah dan hukum universitas islam

negeri syarif hidayatullah jakarta tahun 2008. Dalam skripsi tersebut

dipaparkan sedikit tentang pengertian hak cipta dan pembayaran royalti yang

sedikit bersinggungan langsung dengan skripsi penulis. Akan tetapi dalam

skripsi tersebut tidak dibahas lebih lanjut tentang perlindungan hukum atas

hak cipta. Dapat disimpulkan bahwa objek dan kajian penelitian penulis

dengan judul skripsi diatas berbeda dimana skripsi tersebut tidak menjelaskan

perlindungan hukum terhadap hak cipta atas lagu dan musik di media internet

yang akan menjadi objek dan kajian penelitian penulis.

3. Buku berjudul “HAK CIPTA DAN TANTANGANNYA DI ERA CYBER

SPACE” karya Yusran Isnaini, S.H., M. Hum. Buku tersebut menjelaskan

mengenai hak cipta dan perlindungannya terhadap program komputer di

internet di era cyber dan modern. Secara tidak langsung buku ini berhubungan

dengan skripsi yang akan diangkat oleh penulis. Didalam buku ini

memberikan wawasan dan pengertian tentang internet akan tetapi di dalam

buku ini belum dijelaskan perlindungan hak cipta dalam bentuk lagu dan

(26)

E. Metode Penelitian

Metode merupakan strategi utama dalam mengumpulkan data-data yang

dipelrukan untuk menjawab persoalan yang dihadapi. Pada dasarnya sesuatu yang dicari dalam penelitian ini tidak lain adalah “pengetahuan” atau lebih tepatnya “pengetahuan yang benar”, dimana pengetahuan yang benar ini nantinya dapat

dipakai untuk menjawab pertanyaan atau ketidaktahuan tertentu.13 Jenis penelitian

hukum yang dilakukan adalah peneliatian yuridist normatif, penelitian hukum yuridis

normatif adalah penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan

sistem norma.14

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis yang

berbentuk studi deskriptif analisis, yakni dengan cara penulisan yang

menggambarkan permasalahan yang didasarkan pada data-data yang ada, lalu

dianalisa lebih lanjut untuk kemudian di ambil sebuah kesimpulan.

Sedangkan pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif yang berusaha mengkombinasikan pendekatan normatif dan empiris.15

Dengan penelitian yuridis normatif yang bersifat kualitatif, penelitian yang

mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam peraturan

13

Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h.27-28.

14

Fahmi M. Ahmadi. Jaenal Arifin, Metode Penelitian Hukum (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010), h.31.

15

(27)

undangan, putusan pengadilan serta norma-norma yang hidup dan berkembang di

masyarakat.

2. Instrumen pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan metode kepustakaan

atau penelitian studi pustaka (library research). Dimana buku-buku yang berkaitan dan memberikan informasi yang sesuai dengan penelitian penulis

dijadikan rujukan.

3. Sumber Data

Untuk menunjang penelitian ini maka diperlukan sumber data yang

berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Sumber data dapat diperoleh

dari bahan yang tersedia, dengan pengelompokan sebagai berikut:

a. Data primer : Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta dan

Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi Transaksi

Elektronik;

b. Data sekunder : buku-buku yang membahas tentang hal-hal yang terkait

dengan pembahasan;

c. Data non-hukum : buku, kamus, ensiklopedia, artikel, koran, majalah, situs,

internet, jurnal, politik, dan pemerintahan serta makalah yang berkaitan.

4. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini

(28)

dalam perundang-undangan serta buku-buku yang berkaitan secara

komprehensip.

5. Teknik Penarikan Kesimpulan

Dalam penelitian ini menggunakan metode deduktif, yakni proses

penalaran yang berawal dari hal yang umum untuk menentukan hal yang khusus

sehingga mencapai suatu kesimpulan.

6. Tehnik Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, mengacu pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum” yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah

dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidyatullah Jakarta, Tahun

2012.16

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulis dalam mengkaji dan menelaah skripsi yang

[image:28.612.89.531.110.561.2]

berjudul “perlindungan hukum terhadap hak cipta lagu dan musik di media internet” dirasa perlu untuk menguraikan terlebih dahulu sistematika penulisan sebagai

gambaran singkat skripsi, yaitu sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari (a) latar belakang masalah, (b) identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah, (c) tujuan dan manfaat penelitian,

(d) tinjauan pustaka, (e) metode penelitian, (f) sistematika penulisan.

16

(29)

Bab II : Dalam bab ini menjelaskan definisi hak cipta atas lagu dan musik (a) hak cipta, (b) lagu dan musik.

Bab III: Dalam bab ini memberikan bahasan umum tentang perlindungan hukum (a) pengertian perlindungan hukum, (b) bentuk-bentuk perlindungan hukum,

(c) teori perlindungan hukum, (d) perlindungan hukum atas hak cipta lagu

dan musik.

Bab IV : Pada bab ini penulis memberikan tema “perlindungan hukum terhadap pemegang hak cipta lagu dan musik di media internet” yang terdiri dari tiga pembahasan (a) penerapan hak cipta atas lagu dan musik di media

internet, (b) sanksi pelanggaran hak cipta atas lagu dan musik di media

internet, dan (c) perlindungan hukum terhadap hak cipta lagu dan musik di

media internet.

(30)

A. Hak Cipta

1. Sejarah Hak Cipta Di Indonesia

Awal mula hak cipta masuk ke Indonesia yaitu dengan diadopsinya Konvensi

Bern oleh Indonesia dalam pengaturan hak cipta di Indonesia. Konvensi Bern

semenjak ditanda tangani sampai dengan 1 Januari 1996 telah 117 negara yang

meratifikasinya. Belanda yang menjajah Indonesia pada 1 November 1912 juga

memberlakukan keikutsertaannya pada Konvensi Bern berdasarkan asas konkordansi

bagi lndonesia dengan kata lain, Indonesia semenjak tahun 1912 telah mempunyai

undang-undang hak cipta (Auteuresvlet 1912) berdasarkan Undang-Undang Belanda

tanggal 29 Juni 1911 (Staatblad Belanda Nomor 197) yang memberi wewenang pada

Ratu Belanda untuk memberlakukannya bagi Negara Belanda sendiri dan

negara-negara jajahannya Konvensi Bern 1886 berikut revisi yang dilakukan pada 13

november 1908 di Berlin.

Namun demikian, semenjak 15 Maret 1958 indonesia menyatakan berhenti

menjadi anggota Konvensi Bern berdasarakan surat NO.15.140 XII tanggal 15 Maret

1958. Menteri Luar Negeri Soebandrio waktu itu menyatakan pada Direktur Biro

Berne Convention rnenyatakan tidak menjadi anggota The Bern Convention. Dalam

kurun waktu hampir 100 (seratus) tahun keberadaan konvensi Bern, tercatat lima

(31)

(1887-1943), Montenegro (1893-1900), Liberia (1908-1930), lndonesia (1913-1960),

Syiria (1924-1962). Tiga puluh tujuh tahun kemudian, tepatnya 7 Mei 1997,

lndonesia rnenyatakan ikut serta kembali menjadi anggota Konvensi Bern dengan

rnelakukan ratifikasi dengan Keppres RI No.16 tahun 1997, hal ini sebagai

konsekwensi keikutsertaan Indonesia dalam forum WTO, yang diratifikasi dengan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994.

Sejak zaman Belanda hak cipta diatur pada Auteurswet 1912 Staatsblad

Nomor 600 Tahun 1912 aturan tentang hak cipta ini tampaknya sudah tidak sesuai

lagi dengan kebutuhan masyarakat serta cita-cita hukum nasional, sehingga pada

tahun 1982, Pemerintah Indonesia mencabut pengaturan tentang hak cipta

berdasarkan Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600 tahun 1912 dan menetapkan

Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, yang merupakan

Undang-Undang Hak Cipta yang pertama di Indonesia. Undang-Undang-undang tersebut kemudian

diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987, Undang-Undang Nomor 12

Tahun 1997, dan pada akhirnya dengan Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun

2002 yang kini berlaku.

2. Pengertian Hak Cipta

Istilah hak cipta diusulkan pertama kalinya oleh Prof. St. Moh. Syah, S.H.

pada Kongres Kebudayaan di Bandung tahun 1951 (yang kemudian diterima oleh

(32)

cakupan pengertiannya. Istilah hak pengarang itu sendiri merupakan terjemahan dari

istilah bahasa Belanda Auteurs Rechts.1

Dinyatakan „kurang luas’ karena istilah hak pengarang itu memberikan kesan „penyempitan’ arti, seolah-olah yang dicakup oleh hak pengarang itu hanyalah hak

dari para pengarang saja, yang ada sangkut pautnya dengan karang mengarang.

Sedangkan istilah hak cipta itu lebih luas dan ia mencakup juga tentang karang

mengarang. Lebih jelas batasan pengertian ini dapat kita lihat dalam pasal 1 butir 1

UUHC Indonesia.

Hak cipta sendiri secara harfiah berasal dari dua kata yaitu hak dan cipta, kata

“Hak” yang sering dikaitkan dengan kewajiban adalah suatu kewenangan yang

diberikan kepada pihak tertentu yang sifatnya bebas untuk digunakan atau tidak.

Sedangkan kata “Cipta” atau ciptaan tertuju pada hasil karya manusia dengan

menggunakan akal pikiran, perasaan, pengetahuan, imajinasi dan pengalaman.

Sehingga dapat diartikan bahwa hak cipta berkaitan erat dengan intelektual manusia.2

Sedangkan pengertian hak cipta menurut Undang-Undang Hak Cipta Nomor

19 Tahun 2002 pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa pengertian hak cipta adalah hak

eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak

ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi

pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1

Ajip Rosidi, Undang-undang Hak Cipta 1982, Pandangan Seorang Awam, (Jakarta : Djambatan, 1984), h.3.

2

(33)

Dari pasal tersebut hak cipta didefenisikan sebagai hak khusus bagi pencipta

maupun penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun

memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jadi, unsur-unsur hak cipta dari defenisi

tersebut ada tiga, yaitu:

1. Hak memperbanyak (reproduction right);

2. Hak mengumumkan (publishing right);

3. Hak memberi izin untuk memperbanyak dan mengumumkan

(assignment right).

Dari defenisi tersebut kita juga dapat melihat bahwa hak cipta mempunyai

pembatasan-pembatasan tertentu, bahwa pembatasan itu mempunyai arti sebagai

berikut:3

1. Mengandung fungsi social: menjaga keseimbangan antara kepentingan individu (pencipta atau pemilik/pemegang hak) dan kepentingan umum;

2. Orang lain boleh mengumumkan dan memperbanyak ciptaan seseorang tanpa diklasifikasikan sebagai pelanggar hak cipta (pasal 13 sampai 25 UU no. 7 tahun 1987);

3. Sebagai pengecualian dari acuan pokok: mengumumkan dan memperbanyak ciptaan orang lain harus seizing si pencipta (pasal 13 sampai 25 UU no. 7 tahun 1987).

Penjelasan yang ada di dalam Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun

2002 pasal 1 ayat 1 yang mendefinisikan pengertian dari hak cipta seharusnya sudah

3

(34)

cukup jelas untuk menjelaskan apa yang menjadi arti dari hak cipta. Adanya pasal 1

ayat 1 yang menjelaskan pengertian hak cipta tidak menjadikan sebuah pedoman bagi

kalangan masyarakat apa yang menjadi arti hak cipta itu sendiri karena banyaknya

para pakar dan ahli yang mengartikan hak cipta berbeda dengan Undang-Undang Hak

Cipta Nomor 19 Tahun 2002 pasal 1 ayat 1.

Hak Cipta diberikan kepada pencipta suatu karya, meskipun dalam hal

tertentu hak cipta dapat diberikan kepada pihak pemberi karya yang timbul segera

setelah hasil karya tersebut dibuat, demikian pula perlindungan terhadap hak cipta

dimulai setelah hak cipta itu didapat.4

Dalam hal ini ada beberapa pendapat sarjana mengenai pengertian hak cipta,

antara lain:5

1. WIPO (World Intelektual Property Organization)

Copy Right is legal from describing right given to creator for their literary and artistic works” yang artinya hak cipta adalah terminologi hukum yang menggambarkan hak-hak yang diberikan kepada pencipta untuk karya-karya mereka dalam bidang seni dan sastra.

2. J. S. T. Simorangkir

Berpendapat bahwa hak cipta adalah hak tunggal dari pencipta, atau hak dari pada yang mendapat hak tersebut atas hasil ciptaannya dalam lapangan kasusasteraan, pengetahuan, dan kesenian. Untuk mengumumkan dan memperbanyaknya, dengan mengingat pembatasan-pembatasan yang ditentukan oleh undang-undang.

3. Imam Trijono

Berpendapat bahwa hak cipta mempunyai arti tidak saja si pencipta dan hasil ciptaannya yang mendapat perlindungan hukum, akan tetapi

4

Eddy Damlan, Hukum Hak Cipta Menuntut Beberapa Konvensi Internasional, Undang-Undang Hak Cipta 1997 Dan Perlindungannya Terhadap Buku Serta Perjanjian Penerbitannya. (Bandung : Alumni, 1999), h.62.

5

(35)

juga perluasan ini memberikan perlindungan kepada yang diberi kepada yang diberi kuasa pun kepada pihak yang menerbitkan terjemah daripada karya yang dilindungi oleh perjanjian ini.

Sedangkan menurut David Bainbridge hak cipta adalah hak milik yang

melekat pada karya-karya cipta dibidang kesusasteraan, seni, dan ilmu pengetahuan

seperti karya tulis, karya musik, lukisan, patung, karya arsitektur, film, dan lain-lain.

Pada hakikatnya, hak cipta adalah hak yang dimiliki pencipta untuk mengeksploitasi

dengan berbagai cara karya cipta yang dihasilkannya.

3. Hak-Hak Yang Terdapat Pada Hak Cipta

Menurut Hutauruk ada dua unsur penting yang terkandung dari rumusan

pengertian hak cipta yang termuat dalam ketentuan UUHC Indonesia, yaitu;

1. Hak yang dapat dipindahkan, dialihkan kepada pihak lain.

2. Hak moral yang dalam keadaan bagaimanapun, dan dengan jalan apa pun tidak dapat ditinggalkan daripadanya (mengumumkan karyanya, menetapkan judulnya, mencantumkan nama sebenarnya atau nama samarannya dan mempertahankan keutuhan atau integritas ceritanya).6

Hak yang dapat dipindahkan atau dialihkan itu sekaligus merupakan bukti

nyata bahwa hak cipta itu merupakan hak kebendaan. Melalui definisi hak cipta

tersebut pula dapat diketahui bahwa hak cipta yang merupakan bagian dari Hak

Kekayaan Intelektual merupakan satu bagian dari benda tidak berwujud (benda

6

(36)

immaterial).7 Benda tidak berwujud ini (benda immaterial) disebut sebagai hak

karena dilandaskan pada ketentuan pasal 499 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Mengacu kepada pengertian hak cipta menurut pasal 1 ayat 1 undang-undang

hak cipta yang menyatakan “hak cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau

memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan

menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Di dalam pengertian tersebut terdapat kata “hak eksklusif” maka di dalam hak cipta terdapat hak ekslusif untuk

pencipta.

Dari definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa hak cipta adalah hak

kebendaan yang bersifat eksklusif bagi seorang pencipta atau penerima hak atas suatu

karya atau ciptaannya di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra.8 Di dalam pasal 1

ayat 9 juga menyebutkan hak terkait dengan pengertiannya hak terkait adalah hak

yang berkaitan dengan hak cipta, yaitu hak eksklusif bagi pelaku untuk

memperbanyak atau menyiarkan pertunjukannya; bagi produser rekaman suara untuk

memperbanyak atau menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyinya; dan

bagi lembaga penyiaran untuk membuat, memperbanyak, atau menyiarkan karya

siarannya.

7

Arif Lutfiansori, Hak Cipta dan Perlindungan Folklor di Indonesia, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010), h. 69.

8

(37)

Sedangkan di dalam Undang-Undang Hak Cipta pada bagian ketujuh pasal 24

sampai pasal 26 terdapat pembahasan hak moral yang merupakan bagian dari hak

cipta. Dari undang-undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 maka terdapat 3 (tiga)

hak yang terdapat dalam hak cipta. Akan tetapi apabila di tela’ah lebih lanjut mengenai pengertian hak terkait dapat disimpulkan hak terkait sama prinsipnya

dengan hak ekonomi.

Dalam hal ini penulis membagi hak-hak yang terdapat didalam

undang-undang hak cipta menjadi 3 (tiga) hak, karena 3 (tiga) hak ini sangat mendasar di

dalam hak cipta, yaitu:

a. Hak Eksklusif

Hak eksklusif adalah bahwa hanya pemegang hak ciptalah yang bebas

melaksanakan hak cipta tersebut, sementara orang atau pihak lain dilarang

melaksanakan hak cipta tersebut tanpa persetujuan pemegang hak cipta.9

Beberapa hak eksklusif yang umumnya diberikan kepada pemegang hak

cipta adalah hak untuk :

- Membuat salinan atau reproduksi ciptaan dan menjual hasil salinan tersebut (termasuk pada umumnya salinan elektronik).

- Mengimpor dan mengekspor ciptaan.

- Menciptakan karya turunan atau derivatif atas ciptaan (mengadaptasi ciptaan).

- Menampilkan atau memamerkan ciptaan didepan umum.

- Menjual atau mengalihkan hak eksklusif tersebut kepada orang atau pihak lain.

9

(38)

Dengan adanya hak eksklusif maka menurut Undang-Undang Hak Cipta

pasal 3 ayat 2 maka hak cipta dapat beralih atau dialihkan baik seluruhnya

maupun sebagian karena pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis, atau

sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.

John Locke, seorang filsuf Inggris terkemuka abad ke-18, dalam kaitan

antara hak cipta dengan hukum alam, mengemukakan bahwa: hukum hak cipta

memberikan hak milik eksklusif kepada karya cipta seseorang pencipta, hukum

alam meminta individu untuk mengawasi karya-karyanya dan secara adil

dikompensasikan untuk kontribusi kepada masyarakat.10

b. Hak Ekonomi

Hak ekonomi adalah hak yang berkaitan dengan pemanfaatan secara

komersial suatu ciptaan dan behubungan dengan perlindungan kebutuhan

ekonomi pencipta misalnya hak untuk mendapatkan pembayaran royalti atas

penggunaan (pengumuman dan perbanyakan) karya cipta yang dilindungi. Suatu

ciptaan merupakan hasil karya intelektual yang diperoleh melalui pengorbanan

waktu, tenaga, dan dana. Dilihat dari aspek ekonomi pengorbanan tersebut

merupakan suatu investasi yang perlu dikelola secara komersial untuk

10

(39)

mendapatkan pengembalian modal dan memperoleh keuntungan. Semakin

bermutu suatu ciptaan semakin tinggi pula potensi nilai komersialnya.11

Menurut penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa hak ekonomi secara

tidak langsung mempunyai arti hak keuntungan yang akan didapatkan si pencipta

atas karya ciptaanya. Ini merupakan suatu bentuk penghargaan dan keuntungan

atas karya ciptaan si pencipta agar si pencipta dapat termotivasi untuk membuat

suatu ciptaan baru yang bernilai tinggi dan bermutu.

Djumhana mengklasifikasikan hak ekonomi itu lebih terinci lagi meliputi

dibawah ini:12

- Hak reproduksi atau penggandaan (reproduction right) yaitu hak untuk menggandakan ciptaan

- Hak adaptasi (adaption right) hak untuk menggandakan adaptasi terhadap hak cipta yang sudah ada, misalnya penerjemahan dari satu bahasa kebahasa lain, isi novel diubah menjadi skenario film.

- Hak distribusi (distribution right) yaitu hak untuk menyebarkan kepada masyarakat setiap hasil ciptaan dalam bentuk penjualan atau penyewaan. - Hak pertunjukkan (public performance right) yaitu hak untuk

mengungkapkan karya seni dalam bentuk pertunjukkan atau penampilan oleh pemilik, dramawan, seniman, peragawati.

- Hak penyiaran (broadcasting right) yaitu hak untuk menyiarkan ciptaan melalui transmisi dan transmisi ulang.

- Hak program kabel (Cable casting right) yaitu hak untuk menyiarkan ciptaan melalui kabel misalnya siaran televisi pelanggan yang bersifat komersial. Hak ini hampir sama dengan hak penyiaran, tetapi tidak melalui transmisi melainkan kabel

- Droit de suitc yaitu hak tambahan pencipta yang bersifat kebendaan - Hak pinjaman masyarakat (public lending right) yaitu hak pencipta atas

pembayaran ciptaan yang tersimpan di perpustakaan umum yang dipinjam oleh masyarakat.

11

Sanusi Bintang, Hukum Hak Cipta, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1998) h.4-5.

12

(40)

c. Hak Moral

Hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta (termasuk pelaku)

yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apa pun. Antara pencipta

dan ciptaannya ada sifat kemanunggalan atau dengan kata lain ada hubungan

integral di antara keduanya.13

Sesuai dengan sifat manunggal hak cipta dengan penciptanya, dari segi

moral seseorang atau badan hukum tidak diperkenankan untuk melakukan

perubahan terhadap sesuatu hasil karya cipta, baik itu mengenai judul, isi, apalagi

penciptanya. Hal demikian dapat dilakukan apabila mendapat izin dari pencipta

atau ahli warisnya jika pencipta meninggal dunia. Dengan demikian, pencipta

atau ahli warisnya saja yang mempunyai hak untuk mengadakan perubahan pada

ciptaan-ciptaannya untuk disesuaikan dengan perkembangan. Meskipun

demikian, jika pencipta tidak dapat melaksanakan sendiri penyesuaian karya

ciptanya dengan perkembangan, hal itu dapat dialihkan kepada pihak lain dengan

izin penciptanya untuk melaksanakan pengerjaannya.14

Dua hak moral utama yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2002 tentang Hak Cipta adalah :

a. Hak untuk memperoleh pengakuan

13

Otto Hasibuan, Hak Cipta di Indonesia Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu, Neighbouring Rights, dan Collecting Society, (Bandung: PT. Alumni, 2008), h.69.

14

(41)

Hak pencipta untuk memperoleh pengakuan publik sebagai pencipta suatu karya guna mencegah pihak lain mengklaim karya tersebut sebagai hasil kerja mereka, atau untuk mencegah pihak lain memberikan pengakuan pengarang karya tersebut kepada pihak lain tanpa seizin pencipta.

b. Hak Integritas

Hak untuk mengajukan keberatan atas perubahan yang dilakukan terhadap suatu karya tanpa sepengetahuan si Pencipta.

Menurut desbois dalam bukunya Le Droit D Auteur (1966) berpendapat

bahwa sebagai suatu elektrin, hak moral seorang pencipta mengadung empat

makna, yaitu :

1. Droit Depublication (hak untuk melakukan atau tidak melakukan pengumuman ciptaanya);

2. Droit De Repentier (hak untuk melakukan perubahan-perubahan yang dianggap perlu atas ciptaannya dan hak untuk menarik dari peredaran atas ciptaan yang telah diumumkan);

3. Droit Au Respect (hak untuk tidak menyetujui dilakukannya perubahan-perubahan atas ciptaannya oleh pihak lain);

4. Droit A La Patemite (hak untuk mencantumkan nama pencipta, hak untuk tidak menyetujui perubahan atas nama pencipta yang akan dicantumkan dan hak untuk mengumumkan sebagai pencipta setiap waktu yang diinginkan)

Hak moral itu diberikan semata-mata untuk menjaga nama baik atau

reputasi pencipta sebagai wujud dan pengakuan terhadap hasil karya

intelektualitas seseorang.15 Seorang pelukis, misalnya yang melukiskan suatu

objek tertentu, belum tentu maksudnya untuk diperjualbelikan atau mendapat

keuntungan ekonomi bagi dirinya, tetapi mugkin untuk penyaluran minat, bakat

dan kemampuan dibidang seni atau untuk penyampaian isi hati atau pendapat.

15

(42)

Kepada pelukis yang bersangkutan hukum memberikan perlindungan hak cipta,

antara lain mengakui hak moralnya lazimnya penghargaan moral diberikan

masyarakat kepada seseorang karena orang tersebut telah menghasilkan suatu

ciptaan atau karya tertentu yang bermanfaat bagi masyarakat. Penghargaan moral

ini tidak dapat dinilai dengan uang, tetapi berwujud pemberian kekuasaan atau

wewenang tertentu kepadanya untuk melakukan sesuatu apabila ada orang yang

melanggarnya.16

Didalam Konvensi Berne ditentukan bahwa setiap negara peserta wajib memberikan pencipta :

1. Hak untuk menuntuk kepemilikan

2. Hak untuk melawan segala bentuk pemutarbalikkan, atau perubahan

lainnya atau tindakan penghinaan dalam hubungannya dengan ciptaan

yang dapat merugikan nama baik atau reputasi pencipta.

Inilah yang menjadi pembeda antara hak moral dengan hak ekonomi, dari

berbagai penjelasan tentang hak moral dan hak ekonomi, dapat disimpulkan

bahwa perbedaan yang sangat mendasar antara hak moral dan hak ekonomi

adalah bahwa di dalam hak moral tidak ada keuntungan yang bersifat materi

(uang) .

Selain dari ketiga hak yang telah dipaparkan diatas terdapat beberapa hak-hak

yang berkaitan dengan hak cipta yang juga dikenal maksudnya dengan penggunaan

16

(43)

hasil ciptaan oleh pihak lain, yang harus dilakukan dengan persetujuan pemilik hak

cipta, diantara hak-hak tersebut adalah:

1. Hak untuk membawa salinan atau membuat reproduksi hasil karya, 2. Untuk mendistribusikan hasil karya hak untuk menyewa salinan hasil

karya,

3. Hak untuk membuat rekaman suara atau gambar, 4. Hak untuk mempertunjukkan kepada publik, 5. Hak untuk menerjemahkan hasil karya, 6. Hak untuk menyadur,

7. Hak untuk membuat copy kedalam karya audio visual.

B. Lagu Dan Musik

1. Sejarah Lagu Dan Musik

Musik diyakini sudah muncul bersamaan dengan dimulainya peradaban

manusia. Unsur-unsur musik sudah dipergunakan manusia sejak dahulu. Dahulu,

manusia berkomunikasi melalui aspek bunyi-bunyian dan bahasa isyarat gerak.

Teriakan dan auman manusia pada masa itu memiliki makna tersendiri.

Salah satu ciptaan yang dilindungi oleh hak cipta berdasarkan Pasal 12 UUHC

adalah ciptaan lagu atau musik (huruf d). Karya lagu atau musik adalah ciptaan utuh

yang terdiri dari unsur lagu atau melodi, syair atau lirik dan aransemen, termasuk

notasinya, dalam arti bahwa lagu atau musik tersebut merupakan suatu kesatuan

karya cipta. Pencipta musik atau lagu adalah seseorang atau beberapa orang secara

bersama-sama yang atas inspirasinya lahir suatu ciptaan musik atau lagu berdasarkan

(44)

dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi, yang dalam istilah lain

dikenal sebagai komposer.17

Manusia mengekspresikan perasaan ritual dalam menghormati roh-roh pada

saat itu dengan upacara-upacara khusus yang di dalamnya disertakan ekspresi

nyanyian-nyaian. Atas dasar peristiwa inilah musik hadir sebagai bagian yang tidak

terpisahkan dari kehidupan manusia.18

Penemuan alat-alat musik membawa perubahan estetika atau keindahan

bermusik dari masa ke masa, mulai dari jenis musik untuk ritual agama, musik istana,

musik folkflor, musik sebagai seni yang otonom, musik hiburan, maupun jenis musik

yang sangat serius.

Jika di urutkan berdasarkan perkembangan sejarah musik dari berbagai

literatur dan bahan-bahan yang ada, maka penulis menmbagi terdapat 7 (tujuh) masa

perkembangan musik, yaitu:

a. Musik Era Yunani

Seperti sejarah Yunani yang penuh dengan kejayaan dibidang penemuan

dan juga peradaban rakyatnya, musik juga berkembang dengan baik. Di Yunani

pada masa lampau, musik digunakan untuk hiburan, perayaan rakyat, dan juga

kegiatan kegamaan. Musik sangatlah penting untuk peradaban masyarakat

Yunani. Di musik era Yunani kuno, alat musik yang dimainkan oleh masyarakat

17

Hendra Tanu Atmadja, Hak Cipta Musik atau Lagu, (Jakarta: Penerbit Pasca Sarjana Universitas Indonesia, 2003), h.55.

18

(45)

Yunani sangatlah menarik untuk ukuran jaman tersebut. Salah satu alat musik

yang sangat terkenal adalah aulos yang terbuat dari dua buah alang-alang. Lalu

juga ada alat musik petik yang dinamakan lyre. Namun juga ada jenis khusus dan

special dari lyre yang dinamakan kithara. Alat-alat musik dari era Yunani kuno,

kedepannya menjadi cikal bakal dari alat musik modern. Salah satu contohnya,

Lyre kedepannya menjadi cikal bakal dari kecapi.

b. Musik Abad Pertengahan

Musik abad pertengahan dimulai dari jatuhnya kerajaan Romawi dan

berakhir di sekitar pertengahan abad ke 15. Akhir dari musik diperkirakan sekitar

tahun 1400, bersamaan dengan dimulainya musik era renaissance. Namun, pada

era pertengahan, mahalnya harga kertas kulit dan juga banyaknya waktu yang

diperlukan untuk menulis hal tersebut, pembuatan manuskrip musik menjadi

sangat mahal. Karena mahalnya biaya yang diperlukan, hanya beberapa pihak

tertentu saja yang bisa menulis manuskrip, apalagi hanya untuk sebuah musik.

Hanya gereja dan institusi gereja seperti monastery. Musik-musik sekuler dan

musik pengorbanan juga diciptakan oleh gereja. Notasi pada awal era pertengahan

tidak mempunyai rhythm yang khusus. Musik yang ada di era tersebut adalah

musik-musik yang monophonic dan homorhythmic.

c. Pada Masa Renaissance (1450-1600)

Pada masa ini, keterikatan pengaruh gereja semakin longgar, manusia sudah

(46)

dalam musik, pengaruh ini muncul pada cara berkarya para seniman. Mereka

lebih individual dan mampu mengembangkan cara-cara baru. Musik yang

diciptakan bukan lagi sebagai musik pesanan, tetapi lebih merupakan gaya

ekspresi individual.19

d. Musik Era Baroque (1600-1750)

Ini adalah era dimana musik klasik eropa sangat berjaya. Arti dari baroque

sendiri adalah mutiara yang tidak berbentuk. Arti ini juga menggambarkan

arsitektur musik pada era ini yang sangat abstrak. Dominasi dari musik klasik

dalam era ini menyebabkan era baroque juga disebut sebagai era musik klasik

eropa. Para composer terbaik dari dunia musik klasik eropa sangat berjaya di era

ini. Diantaranya Claudio Monteverdi, Antonio Vivaldi, George Frideric Handel,

Arcangelo Corelli, dan sang maestro musik klasik, Johann Sebastian Bach.

e. Periode Musik Klasik (1730-1830)

Era musik klasik terletak diantara era baroque dan era romantik. Banyak

sekali composer-composer terhebat yang pernah ada di dunia musik hidup di era

klasik. Sebut saja Joseph Haydn, Wolfgang Amadeus Mozart, dan Ludwig van

Beethoven. Lalu masih ada Luigi Boccherini, Muzio Clementi, Carl Phillipp

Emanuel Bach, Johann Ladislaus Dussek, dan Cristoph Willibald Gluck.

f. Musik Zaman Romantik (1830-1910)20

19

Yuliawan Kasmahidayat, Learning More Art & Culture 3, (Bandung : Grafindo, 2011), h.190.

20

(47)

Dinamakan era musik romantik, bukan berarti musik di era ini hanya berisi

tentang cinta ataupun cinta yang romantik. Sebenarnya era musik tersebut

dinamakan romantik karena dapat menggambarkan komposisi musik pada jangka

waktu tersebut.

g. Zaman Impresionisme (Era Modern)

Musik era ini dimulai pada tahun 1900 hingga tahun 2000. Sedangkan

musik kontemporer dimulai pada tahun 1975 hingga sekarang. Dari tahun 1975

hingga 2000 adalah masa dimana musi era abad 20 dan kontemporer berjalan

berdampingan. Musik abad 20 diawali oleh Claude Debussy yang mengusung

gaya impresionis. Para komposer benua Amerika memulai karirnya dibidang

musik dan berjaya.

2. Pengertian Lagu Dan Musik

Musik dapat difenisikan sebagai sebuah cetusan ekspresi perasaan atau

pikiran yang dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bunyi. Musik berawal dari

bahasa Yunani, yaitu mousike yang diambil dari nama dewa mitologi Yunani kuno

Mousa, yang mempin seni dan ilmu.21 Musik menurut Aristoteles mempunyai

kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan

menumbuhkan jiwa patriotisme.

Istilah lagu dan musik dalam kehidupan sehari-hari cenderung digunakan

untuk maksud yang sama. Secara etimologi lagu merupakan satu kesatuan musik

21

(48)

yang terdiri atas susunan berbagai nada yang berurutan. Setiap lagu ditentukan oleh

panjang-pendek dan tinggi-rendahnya nada-nada tersebut, di samping itu, irama juga

memberi corak tertentu pada suatu lagu. Sebuah lagu terdiri dari beberapa unsur,

yaitu:22

a. Melodi

Melodi adalah suatu deretan nada yang karena kekhususan dalam penyusunan menurut jarak dan tinggi nada, memperoleh suatu watak tersendiri dan menurut kaidah musik yang berlaku membulat jadi suatu kesatuan organik.

b. Lirik

Lirik adalah syair atau kata-kata yang disuarakan mengiringi melodi. c. Aransemen

Aransemen adalah penataan terhadap melodi. d. Notasi

Notasi adalah penulisan melodi dalam bentuk not balok atau not angka.

Menurut Hartaris Andijaning Tyas, bahwa yang dimaksud dengan lagu adalah

melodi yang dapat dinyanyikan dengan syair atau lirik.23 Lagu merupakan hasil dari

suatu karya di bidang seni musik. Seni musik merupakan salah satu media yang

banyak digunakan sebagai ungkapan perasaan (berekspresi) melalui media suara.

Media suara manusia disebut musik vokal, sedangkan melalui media alat musik

(instrument) disebut musik instrumental. Beberapa macam warna suara yang diatur

dan disusun akan mewujudkan sebuah komposisi suara yang dapat menghanyutkan

rasa perasaan dan menggetarkan batin hati manusia.24

22

Van Hoeve, Ensiklopedia Indonesia Buku 4, (Jakarta: Ichtiar Baru), h.1940. 23

Hataris Andijaning Tyas, Seni Musik, (Jakarta : Erlangga, 2007), h.100.

24

(49)

Definisi musik dan lagu apabila dilihat dari penjelasan pasal 12 ayat 1

undang-undang hak cipta “Lagu atau musik dalam undang-undang ini diartikan sebagai karya yang bersifat utuh sekalipun terdiri atas unsur lagu atau melodi, syair

atau lirik, dan aransemennya termasuk notasi. Yang dimaksud dengan utuh adalah

bahwa lagu atau musik tersebut merupakan satu kesatuan karya cipta”.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa:

1. Lagu atau musik dianggap sama pengertiannya;

2. Lagu atau musik bisa dengan teks, bisa juga tanpa teks;

3. Lagu atau musik merupakan suatu karya cipta yang utuh, jadi unsur

melodi, lirik, aransemen, notasi dan bukan merupakan ciptaan yang berdiri

sendiri.25

Musik adalah seni yang paling abstrak sekaligus juga merupakan realitas

fisika bunyi yang memiliki banyak keunggulan untuk membantu pendidikan watak

halus seseorang. Menurut Lorenzo Lippi, adalah bunyi yang diterima oleh individu

dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang.26

Musik dan lagu memiliki pengertian yang berbeda, namun di dalam Konvensi

bern menyebutkan istilah yang digunakan untuk menyebutkan lagu atau musik adalah

musical work. Salah satu work (karya) yang dilindungi adalah komposisi musik atau

lagu (music compositions) dengan atau tanpa kata-kata (with or without words).

Konvensi Bern tidak menjelaskan uraian yang tegas mengenai musical work, namun

25

Van Hoeve, Ensiklopedia Indonesia Buku 4, (Jakarta: Ichtiar Baru), h.141. 26

(50)

dari ketentuan yang dapat disimpulkan bahwa ada dua jenis ciptaan lagu atau musik

yang dilindungi hak cipta, yaitu lagu atau music dengan kata-kata dan lagu atau

musik tanpa kata-kata. Musik dengan kata-kata adalah lagu yang unsurnya terdiri dari

melodi, lirik, aransemen dan notasi, sedangkan musik tanpa kata-kata adalah musik

yang hanya terdiri dari unsur melodi, aransemen dan notasi.27

C. Internet

Secara harfiah, internet kependekan dari “interconnected-networking” ialah rangkaian komputer yang terhubung satu sama lain. Hubungan melalui suatu sistem

antar perangkat komputer untuk lalu lintas data itulah yang dinamakan network.

Mungkin kita mengenal istilah LAN (Local Area Network), yang menghubungkan

komputer-komputer dalam area tertentu, seperti kantor, sekolah, atau warnet. Internet

kurang lebih seperti itu, hanya dalam area yang sangat luas, yaitu seluruh dunia.

Internet memiliki banyak pengertian jika dilihat dari beberapa segi, misalnya

jika dilihat secara teknis, internet merupakan dua komputer atau lebih yang saling

berhubungan membentuk jaringan komputer hingga meliputi jutaan komputer di

dunia (internasional) yang saling berinteraksi dan bertukar informasi. Dari segi ilmu

pengetahuan, internet merupakan sebuah perpustakaan digital yang di dalamnya

terdapat jutaan bahkan milyaran informasi atau data yang dapat berupa teks, grafik,

audio maupun video dalam bentuk media elektronik. Setiap orang bisa berkunjung ke

perpustakaan digital tersebut kapan saja dari dari mana saja. Dari segi komunikasi,

27

(51)

internet adalah sarana yang sangat efektif dan efisien untuk melakukan pertukaran

informasi jarak jauh.

Menurut Fairus N. H., internet (Interconnected Network), yaitu jaringan

komputer yang saling mentransfer data menggunakan Internet Protocol (IP). Dengan

menggunakan internet, informasi dapat disampaikan keseluruh dunia melalui jaringan

komputer. Internet terdiri atas milyaran jaringan milik akademisi, perusahaan,

pemerintah, ataupun pribadi. Informasi yang dapat disampaikan sangat beragam,

misalnya gambar, suara, dokumen, dan tulisan.28

28

(52)

A. Pengertian Perlindungan Hukum

Sebelum mendefinisikan perlindungan hukum sebagai suatu satu kesatuan

kalimat, disini penulis mencoba mendefinisikan perlindungan hukum sebagai kata yang dipisahkan yang terdiri dari “perlindungan” dan “hukum”. Perlindungan berarti

tempat berlindung atau bersembunyi.1 Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kata

perlindungan berarti tempat berlindung atau merupakan perbuatan (hal) melindungi,

misalnya memberikan perlindungan kepada orang yang lemah.2

Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 menjelaskan bahwa

perlindungan adalah segala upaya yang ditujukan untuk memberikan rasa aman

kepada korban yang dilakukan oleh pihak keluarga, advokat, lembaga sosial,

kepolisian, kejaksaan, pengadilan, atau pihak lainnya baik sementara maupun

berdasarkan penetapan pengadilan. Sedangkan perlindungan yang tertuang dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2002 adalah suatu bentuk pelayanan yang

wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk

memberikan rasa aman, baik fisik maupun mental, kepada korban dan sanksi dari

1

Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kotemporer, (Jakarta : Modern English Press Edisi II, 1995), h.876.

2

(53)

ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak manapun yang diberikan pada

tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan atas pemeriksaan di sidang

pengadilan.

Bagi seseorang yang mempelajari ilmu hukum dirasakan betapa sulit

menemukan definisi hukum yang tunggal. Banyak para ilmuwan yang mempunyai

pengertian sendiri tentang hukum, Menurut Hans Wehr, kata hukum berasal dari

bahasa Arab, asal kata “hukum”, kata jamaknya “Ahkam” yang berarti putusan

(judgement, verdice, decision), ketetapan (provision), perintah (commanand),

pemerintahan (government), dan kekuasaan (authorithy, power).3 Sedangkan

Vinogradoff mendefinisikan hukum sebagai seperangkat aturan yang diadakan dan

dilaksanakan oleh suatu masyarakat dengan menghormati kebijakan dan pelaksanaan

kekuasaan atas setiap manusia dan barang.4

Hukum menjadi pedoman tingkah laku anggota masyarakat terdiri dari

sekumpulan kaidah-kaidah yang merupakan satu kesatuan sehingga merupakan suatu

sistem kaidah atau sis

Gambar

gambaran singkat skripsi, yaitu sebagai berikut :
gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses,
gambar pertunjukannya.
gambar maupun komposisi warnanya. Disamakan dengan pengertian seni batik adalah karya tradisional lainnya yang merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang terdapat di berbagai daerah, seperti seni songket, ikat, dan lain-lain yang dewasa ini terus dikembangka

Referensi

Dokumen terkait

This study analyses the underestimation of tree and shrub heights for different airborne laser scanner systems and point cloud distribution within the

Kolom 4: Diisi dengan sumber biaya yang diperoleh dari Pemerintah untuk. mendukung

Hasil dari wawancara dalam studi pendahulu- an yang dilakukan peneliti pada salah satu perawat IGD menjelaskan kurang terlibat dalam pengambilan keputusan terkait

Diagram alir data adalah teknik pengambaran alir data dengan menggunakan simbol tertentu yang telah disepakati. Diagram alir data digunakan untuk mempermudah

Untuk meningkatkan kualitas produksi suara, pelatih paduan suara dapat menerapkan teknik pengolahan register menggunakan model latihan dari Peckham dan

a) Sirkulasi udara, ruangan yang lembap perlu ditambahkan ventilasi udara ataupun AC untuk memenuhi kebutuhan udara segar di dalam ruangan. b) Kondisi bangunan yang

Berdasarkan hasil tinjauan pada penelitian sebelumnya terdapat kesamaan yaitu untuk meningkatkan pelayanan guna untuk memenuhi kepuasan pelanggan, namun yang menjadi

[r]