Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (SH)
OLEH :
Riviantha Putra
NIM : 109048000068
K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A
ABSTRAK
RIVIANTHA PUTRA. NIM 109048000068 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA LAGU DAN MUSIK DI MEDIA INTERNET (Analisa Putusan Mahkamah Agung Nomor 385 K/Pdt/.Sus/2009). Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435 H/ 2014 M. xi + 77 halaman + hal lampiran.Penelitian ini menganalisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 385 K/Pdt/.Sus/2009 tentang perselisihan perkara niaga atas hak kekayaan intelektual. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara ilmiah yakni dalam studi ilmu hukum, dan secara praktis maupun akademis yakni sebagai masukan bagi penulis maupun pihak-pihak yang memiliki keinginan untuk menganalisis kasus perselisihan hak cipta di media internet. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kepustakaan (library research) yang bersifat yuridis normatif, yaitu penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang ada dalam peraturan perundang-udangan, literatur, pendapat ahli, makalah-makalah. Dalam studi kepustakaan, penulis menganalisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 385 K/Pdt/.Sus/2009 bahwa apabila terjadi perselisihan hak cipta atas lagu dan musik di media internet maka hak cipta akan diberikan kepada seorang pencipta yang dapat membuktikan bahwa karya tersebut merupakan karya ciptanya bukan melalui pendaftaran karya cipta ke Dirjen HKI. Dalam hal ini pendaftaran hak cipta atas lagu dan musik bukan merupakan suatu alat bukti apabila terjadi perselisihan hak cipta atas lagu dan musik di media internet, apabila ada publikasi terlebih dahulu yang dilakukan oleh salah satu pihak yang berselisih/bersengketa maka seseorang yang dapat membuktikan keaslian dari ciptaannya tersebut akan menjadi pemegang hak cipta atas lagu atau musik yang di sengketakan. Dalam Pasal 35 ayat (4) Undang-Undang Hak Cipta menjelaskan bahwa ketentuan tentang pendaftaran ciptaan tidak merupakan kewajiban untuk mendapatkan Hak Cipta, karena perlindungan Hak Cipta timbul secara otomatis, (Automatically Protection) sejak ciptaan tersebut diwujudkan dalam bentuk yang nyata, tanpa harus melalui prosedur pendaftaran.
Kata Kunci : Hak Kekayaan Intelektual, Hak Cipta, Lagu, Musik, Internet.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji dan Syukur hanya untuk Allah SWT, karena berkat rahmat, nikmat
serta anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA LAGU DAN MUSIK DI
MEDIA INTERNET (Analisa Putusan Mahkamah Agung Nomor 385
K/Pdt/.Sus/2009)”. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari zaman
jahiliyah ke zaman yang terang benderang ini.
Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini mungkin
tidak dapat diselesaikan oleh penulis tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak
selama penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada yang terhormat:
1. Dr. Phil. JM Muslimin, MA. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Djawahir Hejazziey, S.H., M.A., M.H., Ketua Program Studi Ilmu Hukum
dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum., Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum
3. Dr. Djawahir Hejazziey, S.H., M.A., M.H., Dosen Pembimbing yang telah
bersedia memberikan saran, kritik, bantuan, dan arahan selama penulis menyusun
dan menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas waktu dan pikiran yang telah
diberikan. Semoga ilmu yang diajarkan dapat bermanfaat dan mendapatkan
balasan dari Allah SWT.
4. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
khususnya dosen program studi Ilmu Hukum yang telah memberikan ilmu
pengetahuan selama penulis menjadi mahasiswa Ilmu Hukum. Semoga ilmu
yang diajarkan dapat bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT.
5. Kepada Staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Syari’ah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, staff Perpustakaan Universitas Indonesia, dan Staff
Komisi Pengawas Persaingan Usaha yang telah memberikan fasilitas untuk
mengadakan studi kepustakaan dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Hasanul Arifin dan Ibunda Lasti Putri
Zakaria, yang selalu mengirimkan doa dan mencurahkan kasih sayangnya, serta
Adikku Ifriansyah Putra dan Melati Thasya Putri yang memberikan semangat
dan kebersamaan ketika di rumah untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Apriyanti, terima kasih atas semangat, dukungan dan waktu kepada penulis yang
tiada hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Kawan-kawan cangkir ilmu hukum Ahmad Holil, Ahmad Wahyudi, Prayoza
UIN Syarif Hidayatullah yang tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih
atas bantuan, motivasi, dan kesan-kesannya selama penulis menimba ilmu.
9. Sahabat-sahabat SMU Islamic Village, Zam-Zam Corner, Beauty In Soul Band
dan lainnya terima kasih atas dukungannya selama ini kepada penulis.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu. Semoga Allah SWT
memberikan berkah dan karuni-Nya serta membalas kebaikan mereka (Amin).
Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih dan maaf yang sebesar-besarnya
apabila terdapat kata-kata di dalam penulisan skripsi ini yang kurang berkenan bagi
pihak-pihak tertentu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Sekian dan terimakasih.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Jakarta, 28 Agustus 2014
LEMBAR PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah 1 B. Identifikasi, Pembatasan Dan Perumusan Masalah 9
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 11
D. Tinjauan Pustaka 12
E. Metode Penelitian 14
F. Sistematika Penulisan 16
BAB II TEORI HAK CIPTA LAGU DAN MUSIK 18
A. Hak Cipta 18
1. Sejarah Hak Cipta Di Indonesia 18
2. Pengertian Hak Cipta 19
3. Hak-Hak Yang Terdapat Pada Hak Cipta 23
B. Lagu Dan Musik 31
BAB III PERLINDUNGAN HUKUM 40
A. Pengertian Perlindungan Hukum 40
B. Bentuk-Bentuk Perlindungan Hukum 44
C. Teori Perlindungan Hukum 44
D. Perlindungan Hukum Hak Cipta Atas Lagu dan Musik 46
1. Ciptaan Yang Di Lindungi Oleh Undang-Undang Hak Cipta 46
2. Perlindungan Hukum Hak Cipta Atas Lagu Dan Musik 48
BAB IV ANALISA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA ATAS
LAGU DAN MUSIK DI MEDIA INTERNET 51
A. Penerapan Hak Cipta Atas Lagu Dan Musik Di Media Internet 51
B. Sanksi Pelanggaran Hak Cipta Atas Lagu Dan Musik Di Media Internet 52
1. Sanksi Pelanggaran Hak Cipta Atas Lagu Dan Musik Di Media
Internet Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak
Cipta 52
2. Sanksi Pelanggaran Hak Cipta Atas Lagu Dan Musik Di Media Internet
Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
Transaksi Elektronik 56
C. Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Lagu Dan Musik Di Media…
Internet 58
D. Analisa Putusan Mahkamah Agung Nomor 385 K/Pdt.Sus/2009 62
BAB V PENUTUP 73
A. Kesimpulan 73
B. Saran 74
2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Transaksi Elektronik
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya, hukum adat yang ada di Indonesia tidak mengenal terminologi
hak kekayaan intelektual. Istilah intellectual property rights atau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi hak kekayaan intelektual berakar dan berkembang
dalam tradisi hukum Eropa Kontinental dan common law yang diperkenalkan di Indonesia oleh Belanda pada masa kolonialisme sebagai konsekuensi logis dari
prinsip konkordansi hukum.
Menurut Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual didalam buku panduan
HKI menjelaskan bahwa hak kekayaan intelektual, atau disingkat “HKI” atau akronim “HaKI”, adalah padanan kata yang biasa digunakan untuk Intellectual
Property Rights “(IPR')”, yakni hak yang timbul bagi hasil olah pikir otak yang
menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia. Yang pada
intinya HKI adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas
intelektual. Obyek yang diatur dalam HKI adalah karya-karya yang timbul atau lahir
karena kemampuan intelektual manusia.
Ada beberapa makna yang dapat kita petik tentang Hak Kekayaan Intelektual,
yaitu1:
1
Anonim, HAKI dan Implementasinya Terhadap Litbang, Investasi & Inovasi di Indonesia,
a. Definisi HKI adalah hak eksklusif yang diberikan Pemerintahan kepada penemu / pencipta / pendesain atas hasil karya cipta dan karsa yang dihasilkan;
b. Hak eksklusif adalah hak monopoli untuk memperbanyak karya cipta dalam jangka waktu tertentu, baik dilaksanakan sendiri atau dilisensikan.
Hak kekayaan intelektual itu adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu benda
yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio.2 Yang dimaksud dengan hasil
kerja otak itu adalah sebuah karya intelektual atau berupa benda immaterial atau
benda tidak berwujud. Misalnya, sebuah karya cipta lagu. Untuk menciptakan alunan
nada (irama) diperlukan pekerjaan otak. Hasil kerja otak itu kemudian dirumuskan
sebagai intelektualitas. Ketika irama lagu tadi tercipta berdasarkan hasil kerja otak, ia
dirumuskan sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual berbeda misalnya dengan hasil
kerja fisik, petani mencangkul, menanam, menghasilkan buah-buahan. Buah-buahan
tadi adalah hak milik juga tapi hak milik materil atau hak milik atas benda berwujud.
Secara substantif, pengertian HKI dapat dideskripsikan sebagai hak atas
kekayaan yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia. HKI
dikategorikan sebagai hak atas kekayaan mengingat HKI pada akhirnya
menghasilkan karya-karya intelektual berupa; pengetahuan, seni, sastra, teknologi, di
mana dalam mewujudkannya membutuhkan pengorbanan tenaga, waktu, biaya dan
pikiran.3 Dengan perkataan lain HKI adalah hak atas harta kekayaan yang timbul dari
2
OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights),
(Jakarta :Rajawali Pers, 2010), h.9.
3
Budi Agus Riswandi dan M. Syamsuddin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum,
kemampuan intelektual manusia. Kekayaan semacam ini bersifat pribadi dan berbeda
dari kekayaan-kekayaan yang timbul bukan dari kemampuan intelektual manusia,
seperti hak atas :
1. Harta kekayaan yang diperoleh dari alam terdiri dari:
a. Tanah: hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak penambangan, hak sewa, dan lain-lain.
b. Air: hak mengelola sumber air, hak lintas damai di perairan pedalaman, hak perikanan, dan lain-lain.
c. Udara: hak lintas udara bagi pesawat-pesawat udara maskapai udara asing, hak siaran, dan sebagainya.
2. Harta kekayaan yang diperoleh dari benda-benda tidak bergerak dan bergerak seperti:
a. Hak milik atas tanah, gedung, bangunan, dan rumah susun. b. Hak milik atas mesin-mesin.
c. Hak milik atas mobil, pesawat udara, surat-surat berharga.4
Keberadaan Undang – Undang Hak Cipta (UUHC) memang diperuntukkan
khusus untuk melindungi hak bagi mereka yang telah menghasilkan karya-karya yang
berasal dari pengungkapan (ekspresi) intelaktualitas (intangible), dan bukannya yang
bersifat kebendaan (tangible), apabila yang belum berwujud apa-apa seperti ide-ide
informasi dan lain sebagainya tersebut dengan batasan waktu tertentu.
Jika ditelusuri lebih jauh, hak kekayaan intelektual sebenarnya merupakan
bagian dari benda, yaitu benda tidak berwujud (benda Immateril). Benda dalam
kerangka hukum perdata dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai kategori salah satu
di antara kategori itu, adalah pengelompokan benda ke dalam klasifikasi benda
berwujud dan benda tidak berwujud. Untuk hal ini dapatlah dilihat batasan benda
yang dikemukakan oleh pasal 499 KUH Perdata, yang berbunyi: menurut paham
4
undang-undang yang dimaksud dengan benda ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak
yang dapat dikuasai oleh hak milik.5
Hak milik intelektual ini merupakan hak yang berasal dari hasil kegiatan
kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia yang diekspresikan kepada khalayak
umum dalam berbagai bentuknya, yang memiliki manfaat serta berguna dalam
menunjang kehidupan manusia, maksudnya ialah bahwa kepemilikan itu wajar karena
sifat ekonomis manusia yang menjadikan hal itu satu keharusan untuk menunjang
kehidupannya di dalam masyarakat.6 Secara garis besar HKI dibagi dalam 2 (dua)
bagian, yaitu:
1. Hak cipta (copyright);
2. Hak kekayaan industri (industrial property rights), yang mencakup :
a. Paten (patent);
b. Desain industri (industrial design); c. Merek (trademark);
d. Penaggulangan praktik persaingan curang (repression of unfair competition);
e. Desain tata letak sirkuit terpadu (layout design of integrated circuit); f. Rahasia dagang (trade secret).
Hak Kekayaan Intelektual atau yang biasa disebut HKI merupakan terjemahan
dari Intellectual Property Rights. Secara sederhana HKI adalah suatu hak yang timbul
bagi hasil pemikiran yang menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi manusia.
HKI juga dapat diartikan sebagai hak bagi seseorang karena ia telah membuat sesuatu
5
R. Soebekti dan R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta : Pradya Paramita, 1996), h.155.
6
Budi Agus Riswandi dan M. Syamsuddin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum,
yang berguna bagi orang lain. Objek atau hal-hal yang diatur dalam HKI adalah
karya-karya yang lahir dari kemampuan intelektual (daya pikir) manusia.7
Adapun definisi yang dirumuskan oleh para ahli, HKI selalu dikaitkan dengan
tiga elemen penting berikut ini:8
1. Adanya sebuah hak eksklusif yang diberikan oleh hukum;
2. Hak terebut berkaitan dengan usaha manusia yang didasarkan pada
kemampuan intelektual;
3. Kemampuan intelektual tersebut memiliki nilai ekonomi.
Tumbuhnya konsepsi kekayaan atas karya-karya intelektual manusia pada
akhirnya menimbulkan kebutuhan untuk melindungi atau mempertahankan kekayaan
tersebut. Pada gilirannya, akan melahirkan konsepsi perlindungan hukum atas
kekayaan intelektual (Intellectual Property) tadi, termasuk di dalamnya adalah
pengakuan hak terhadapnya. Sesuai dengan hakikatnya pula, HKI dikelompokkan
sebagai hak milik perorangan yang sifatnya tidak berwujud (intangible).9
Meskipun terdapat teori universalitas tentang hak kekayaan intelektual,
hingga kini belum ada definisi tunggal yang disepakati di seluruh dunia tentang
apakah yang dimaksud dengan hak kekayaan intelektual. Hal ini disebabkan
pengertian dari hak kekayaan intelektual sulit untuk didefinisikan dalam satu kalimat
7
Haris Munandar dan Sally Sitanggang, HAKI-Hak Kekayaan Intelektual, (Jakarta : Erlangga, 2008), h.2.
8
Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual di Era Global, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010), h.2.
9
sederhana yang dengan tepat dapat menggambarkan tentang pengertian dari hak
kekayaan intelektual secara menyeluruh. Banyaknya pengertian tentang hak kekayaan
intelektual dan sulitnya untuk mendefinisikan tunggal tentang hak kekayaan
intelektual tidak menjadi suatu hambatan yang sangat penting untuk melindungi
setiap karya-karya hasil intelektual.
HKI memberikan suatu apresiasi dan penghargaan yang besar terhadap para
pencipta atau pemegang hak cipta, diantaranya diberikannya hak-hak yang hanya
dimiliki oleh para pencipta atau pemegang hak cipta. Hak-hak tersebut bertujuan agar
para pencipta mendapatkan keuntungan dari karya ciptaannya baik berupa uang
ataupun pengakuan dari masyarakat atas karya ciptaannya. Beberapa hak-hak yang
dimiliki oleh pencipta terdiri dari hak eksklusif, hak ekonomi dan hak moral. UUHC
telah mengatur penjelasan dari ketiga hak tersebut.
Menurut UUHC, pencipta adalah seseorang atau beberapa orang secara
bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan
kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang
dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. Bentuk yang khas dan
pribadi dapat diartikan sebagai perwujudan ide dan pemikiran pencipta yang
mewujudkan identitas dan kualitas dirinya.10
Di era global keberadaan dan perkembangan karya cipta musik dan lagu
sebagai salah satu bagian yang dilindungi hak cipta, tidak kalah pentingnya
10
dibandingkan dengan industri teknologi (paten, know-how, dan lain-lainnya). Industri
ini dibentuk dari industri cultural yang menempati posisi yang cukup diperhitungkan.
Posisi tersebut menurut Arnel Affandi dengan mencontohkan Amerika Serikat
sebagai Negara Adidaya yang mengandalkan industri musik dan lagu sebagai sumber
devisa dalam perdagangan internasionalnya. Industri ini juga merupakan salah satu
komoditi yang paling potensial bagi transaksi perdagangan internasional, karena
mempunyai segmen pasar yang sangat luas dan mampu melewati batas-batas negara.
Selain itu musik dan lagu juga dinikmati oleh seluruh kalangan masyarakat tanpa
mengenal batas usia. Dengan demikian musik dan lagu sebagai sebuah komoditas
yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.11
Internet menawarkan kemudahan bagi penggunanya untuk berbagi berbagai
file secara online, yang dapat diperoleh dari berbagai situs seperti situs website atau
pun blog yang menyediakan file software, dokumen/e-book, gambar, musik atau lagu,
video atau film, dan lain sebagainya. Seiring dengan semakin tingginya tingkat
kecepatan dan kemudahan akses internet dewasa ini, aktivitas download file pun menjadi salah satu aktivitas paling favorit bagi pengguna internet. Download adalah istilah yang sering kita sebut ketika mengakses di internet, baik di rumah kita sendiri
atau dari cyberaccess untuk mengambil sesuatu (gambar, dokumen, surat, dll.) ke dalam bentuk file dari Internet atau Internet.
11
Didalam Undang-Undang Hak Cipta telah di jelaskan bahwa lagu dan musik
merupakan suatu karya cipta yang dilindungi oleh Undang-Undang hak cipta.
Banyaknya situs-situs musik illegal di internet menjadi suatu tantangan yang sangat
besar dalam menegakkan perlawanan terhadap pelanggaran hak cipta. Dengan hanya
bermodalkan komputer ataupun perangkat sejenisnya dan akses internet kita sudah
bisa mendapatkan suatu karya cipta (lagu dan musik) tanpa mengeluarkan biaya
apapun. Secara tidak langsung tidak adanya suatu keuntungan yang akan dinikmati
oleh pencipta ataupun si pemegang cipta. Hal ini sudah menjadi hal yang sangat
lazim dan lumrah untuk pada saat ini.
Internet secara radikal telah merombak hubungan antara fenomena online dan
letak secara fisik. Hal ini bila dipandang dari aspek hukum merupakan perubahan
yang sangat penting. Munculnya jaringan komputer global mengakibatkan timbulnya
berbagai pertanyaan menyangkut hubungan antara letak geografis dan berbagai hal:12
1. Kekuasaan pemerintah lokal untuk memegang kontrol atau melakukan pengawasan terhadap perilaku online;
2. Hubungan perilaku online terhadap individu lainnya; dan
3. Legitimasi kedaulatan negara untuk menegakkan aturan yang diterapkan terhadap fenomena global.
Sejak ditemukannya teknologi digital, keberadaan hak cipta yang banyak
diatur di dalam UUHC anggota WTO mulai banyak digugat oleh para pihak yang
terlibat di dalam industri musik di era digital. Gugatan ini terutama disebabkan oleh
12
Johnson and post, Law and Borders: The Rise of Law in Cyberspace,
berkembangnya media pemuatan ciptaan, termasuk musik yang sudah banyak
mengalami kemajuan.
Berdasarkan latar belakang dari permasalahan yang telah diuraikan di atas,
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul:
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA LAGU DAN MUSIK DI MEDIA INTERNET (Analisa Putusan Mahkamah Agung Nomor 385 K/Pdt/.Sus/2009).
B. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan penelitian skripsi ini, penulis mengidentifikasi masalah yang
diantaranya :
a. Majunya perkembangan zaman ke era modern yang serba digital pada saat
ini secara tidak sadar telah mengubah budaya masyarakat yang cenderung
lebih konsumtif dan lebih menyukai hal-hal yang instant. Kesadaran hukum
masyarakat di era modern masih sangat lemah. Tidak adanya keseimbangan
antara sadar teknologi dengan sadar hukum. Hal ini bisa berakibat fatal
karena akan menguntungkan salah satu pihak yaitu konsumen dan akan
merugikan podusen (pencipta).
b. Tanpa disadari internet merupakan suatu fenomena dalam dunia intelektual
informasi atau file yang dicari, tidak hanya itu saja internet merupakan suatu
media atau wadah tempat terjadi pelanggaran atas hak cipta. Maraknya kasus
pelanggaran terhadap lagu dan musik di media internet pada zaman sangat
modern ini menjadikan suatu pelanggaran yang terjadi di media internet
sudah menjadi hal yang sangat umum dan wajar di kalangan masyarakat.
Banyak masyarakat yang tidak memikirkan hak-hak yang terdapat di dalam
ciptaan tersebut.
2. Pembatasan Masalah
Dalam hal-hal yang telah dipaparkan oleh peneliti di dalam latar belakang
masalah, maka penulis hanya membatasi pembahasan mengenai perlindungan
hukum terhadap pemegang hak cipta lagu dan musik di media internet.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang yang telah dijelaskan oleh penulis di atas,
maka dapat di ambil kesimpulan permasalahan yang sekarang telah menjadi hal
yang lazim di kalangan masyarakat yaitu maraknya pelanggaran cipta lagu dan
musik di media internet. Untuk menjawab permasalahan tersebut maka penulis
menyajikan pertanyaan penilitian sebagai berikut :
a. Bagaimana penerapan hak cipta atas lagu dan musik di media internet?
b. Bagaimana sanksi atas pelanggaran karya cipta lagu dan musik di media
c. Bagaimana perlindungan hukum terhadap pemegang hak cipta terhadap
pelanggaran atas karya cipta lagu dan musik di media internet?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya pelanggaran atas
hak cipta lagu dan musik di media internet.
b. Untuk mengetahui apa saja bentuk-bentuk pelanggaran atas karya cipta
lagu dan musik di media internet.
c. Serta untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap pemegang hak
cipta atas lagu dan musik di media internet.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi penulis, untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam
hal hak cipta.
b. Bagi akademisi, sebagai tambahan referensi guna mempermudah bagi
pihak yang berkepentingan yang ingin melakukan penelitian dengan
objek yang sama.
c. Bagi pembaca, agar para pembaca dapat mengerti arti perlindungan
hukum dan segala bentuk pelanggaran terhadap hak cipta atas lagu dan
D. Tinjauan Pustaka
Dalam menjaga keaslian judul penulis ajukan daalam proposal skripsi ini perlu kiranya penulis lampirkan juga beberapa rujukan yang menjadi bahan
pertimbangan. Antara lain :
1. Skripsi yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INDUSTRI PEREKAMAN SUARA DARI TINDAK PIDANA PEMBAJAKAN KASET (Studi Kasus : Putusan No.3683/Pid.B/2008/PN/ Medan)” karya Andri Tambun, fakultas hukum universitas sumatera utara tahun 2009. Skripsi
tersebut membahas tentang perlindungan hukum terhadap industri perekaman
suara dari tindak pidana pembajakan, di dalam skripsi tersebut membahas
sedikit tentang pengertian hak cipta. Tidak hanya itu didalam skripsi tersebut
menitik beratkan pada penelitian atas studi kasus putusan
No.3683/Pid.B/2008/PN/ Medan. Berbeda dengan skripsi yang akan di angkat
oleh penulis, bahwa penulis lebih cenderung membahas perlindungan hukum
terhadap hak cipta atas lagu dan musik di media internet. Perbedaan yang
sangat mendasar dengan penelitian yang penulis lakukan adalah objek yang
menjadi kajian penulis dengan skripsi tersebut sangat berbeda, penulis
membahas dengan objek perlindungan hak cipta atas lagu dan musik di media
internet sedangkan skripsi tersebut membahas tentang perlindungan hukum
2. Skripsi yang berjudul “SISTEM PEMBAYARAN ROYALTI PADA YAYASAN
KARYA CIPTA INDONESIA (YKCI)) DALAM PERSPEKTIF EKONOMI
ISLAM” karya Wilda Maulidia, jurusan perbankan syariah program studi
muamalat (ekonomi islam) fakultas syariah dan hukum universitas islam
negeri syarif hidayatullah jakarta tahun 2008. Dalam skripsi tersebut
dipaparkan sedikit tentang pengertian hak cipta dan pembayaran royalti yang
sedikit bersinggungan langsung dengan skripsi penulis. Akan tetapi dalam
skripsi tersebut tidak dibahas lebih lanjut tentang perlindungan hukum atas
hak cipta. Dapat disimpulkan bahwa objek dan kajian penelitian penulis
dengan judul skripsi diatas berbeda dimana skripsi tersebut tidak menjelaskan
perlindungan hukum terhadap hak cipta atas lagu dan musik di media internet
yang akan menjadi objek dan kajian penelitian penulis.
3. Buku berjudul “HAK CIPTA DAN TANTANGANNYA DI ERA CYBER
SPACE” karya Yusran Isnaini, S.H., M. Hum. Buku tersebut menjelaskan
mengenai hak cipta dan perlindungannya terhadap program komputer di
internet di era cyber dan modern. Secara tidak langsung buku ini berhubungan
dengan skripsi yang akan diangkat oleh penulis. Didalam buku ini
memberikan wawasan dan pengertian tentang internet akan tetapi di dalam
buku ini belum dijelaskan perlindungan hak cipta dalam bentuk lagu dan
E. Metode Penelitian
Metode merupakan strategi utama dalam mengumpulkan data-data yang
dipelrukan untuk menjawab persoalan yang dihadapi. Pada dasarnya sesuatu yang dicari dalam penelitian ini tidak lain adalah “pengetahuan” atau lebih tepatnya “pengetahuan yang benar”, dimana pengetahuan yang benar ini nantinya dapat
dipakai untuk menjawab pertanyaan atau ketidaktahuan tertentu.13 Jenis penelitian
hukum yang dilakukan adalah peneliatian yuridist normatif, penelitian hukum yuridis
normatif adalah penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan
sistem norma.14
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis yang
berbentuk studi deskriptif analisis, yakni dengan cara penulisan yang
menggambarkan permasalahan yang didasarkan pada data-data yang ada, lalu
dianalisa lebih lanjut untuk kemudian di ambil sebuah kesimpulan.
Sedangkan pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif yang berusaha mengkombinasikan pendekatan normatif dan empiris.15
Dengan penelitian yuridis normatif yang bersifat kualitatif, penelitian yang
mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam peraturan
13
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h.27-28.
14
Fahmi M. Ahmadi. Jaenal Arifin, Metode Penelitian Hukum (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010), h.31.
15
undangan, putusan pengadilan serta norma-norma yang hidup dan berkembang di
masyarakat.
2. Instrumen pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan metode kepustakaan
atau penelitian studi pustaka (library research). Dimana buku-buku yang berkaitan dan memberikan informasi yang sesuai dengan penelitian penulis
dijadikan rujukan.
3. Sumber Data
Untuk menunjang penelitian ini maka diperlukan sumber data yang
berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Sumber data dapat diperoleh
dari bahan yang tersedia, dengan pengelompokan sebagai berikut:
a. Data primer : Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta dan
Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi Transaksi
Elektronik;
b. Data sekunder : buku-buku yang membahas tentang hal-hal yang terkait
dengan pembahasan;
c. Data non-hukum : buku, kamus, ensiklopedia, artikel, koran, majalah, situs,
internet, jurnal, politik, dan pemerintahan serta makalah yang berkaitan.
4. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini
dalam perundang-undangan serta buku-buku yang berkaitan secara
komprehensip.
5. Teknik Penarikan Kesimpulan
Dalam penelitian ini menggunakan metode deduktif, yakni proses
penalaran yang berawal dari hal yang umum untuk menentukan hal yang khusus
sehingga mencapai suatu kesimpulan.
6. Tehnik Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, mengacu pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum” yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah
dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidyatullah Jakarta, Tahun
2012.16
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulis dalam mengkaji dan menelaah skripsi yang
[image:28.612.89.531.110.561.2]berjudul “perlindungan hukum terhadap hak cipta lagu dan musik di media internet” dirasa perlu untuk menguraikan terlebih dahulu sistematika penulisan sebagai
gambaran singkat skripsi, yaitu sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari (a) latar belakang masalah, (b) identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah, (c) tujuan dan manfaat penelitian,
(d) tinjauan pustaka, (e) metode penelitian, (f) sistematika penulisan.
16
Bab II : Dalam bab ini menjelaskan definisi hak cipta atas lagu dan musik (a) hak cipta, (b) lagu dan musik.
Bab III: Dalam bab ini memberikan bahasan umum tentang perlindungan hukum (a) pengertian perlindungan hukum, (b) bentuk-bentuk perlindungan hukum,
(c) teori perlindungan hukum, (d) perlindungan hukum atas hak cipta lagu
dan musik.
Bab IV : Pada bab ini penulis memberikan tema “perlindungan hukum terhadap pemegang hak cipta lagu dan musik di media internet” yang terdiri dari tiga pembahasan (a) penerapan hak cipta atas lagu dan musik di media
internet, (b) sanksi pelanggaran hak cipta atas lagu dan musik di media
internet, dan (c) perlindungan hukum terhadap hak cipta lagu dan musik di
media internet.
A. Hak Cipta
1. Sejarah Hak Cipta Di Indonesia
Awal mula hak cipta masuk ke Indonesia yaitu dengan diadopsinya Konvensi
Bern oleh Indonesia dalam pengaturan hak cipta di Indonesia. Konvensi Bern
semenjak ditanda tangani sampai dengan 1 Januari 1996 telah 117 negara yang
meratifikasinya. Belanda yang menjajah Indonesia pada 1 November 1912 juga
memberlakukan keikutsertaannya pada Konvensi Bern berdasarkan asas konkordansi
bagi lndonesia dengan kata lain, Indonesia semenjak tahun 1912 telah mempunyai
undang-undang hak cipta (Auteuresvlet 1912) berdasarkan Undang-Undang Belanda
tanggal 29 Juni 1911 (Staatblad Belanda Nomor 197) yang memberi wewenang pada
Ratu Belanda untuk memberlakukannya bagi Negara Belanda sendiri dan
negara-negara jajahannya Konvensi Bern 1886 berikut revisi yang dilakukan pada 13
november 1908 di Berlin.
Namun demikian, semenjak 15 Maret 1958 indonesia menyatakan berhenti
menjadi anggota Konvensi Bern berdasarakan surat NO.15.140 XII tanggal 15 Maret
1958. Menteri Luar Negeri Soebandrio waktu itu menyatakan pada Direktur Biro
Berne Convention rnenyatakan tidak menjadi anggota The Bern Convention. Dalam
kurun waktu hampir 100 (seratus) tahun keberadaan konvensi Bern, tercatat lima
(1887-1943), Montenegro (1893-1900), Liberia (1908-1930), lndonesia (1913-1960),
Syiria (1924-1962). Tiga puluh tujuh tahun kemudian, tepatnya 7 Mei 1997,
lndonesia rnenyatakan ikut serta kembali menjadi anggota Konvensi Bern dengan
rnelakukan ratifikasi dengan Keppres RI No.16 tahun 1997, hal ini sebagai
konsekwensi keikutsertaan Indonesia dalam forum WTO, yang diratifikasi dengan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994.
Sejak zaman Belanda hak cipta diatur pada Auteurswet 1912 Staatsblad
Nomor 600 Tahun 1912 aturan tentang hak cipta ini tampaknya sudah tidak sesuai
lagi dengan kebutuhan masyarakat serta cita-cita hukum nasional, sehingga pada
tahun 1982, Pemerintah Indonesia mencabut pengaturan tentang hak cipta
berdasarkan Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600 tahun 1912 dan menetapkan
Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, yang merupakan
Undang-Undang Hak Cipta yang pertama di Indonesia. Undang-Undang-undang tersebut kemudian
diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987, Undang-Undang Nomor 12
Tahun 1997, dan pada akhirnya dengan Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun
2002 yang kini berlaku.
2. Pengertian Hak Cipta
Istilah hak cipta diusulkan pertama kalinya oleh Prof. St. Moh. Syah, S.H.
pada Kongres Kebudayaan di Bandung tahun 1951 (yang kemudian diterima oleh
cakupan pengertiannya. Istilah hak pengarang itu sendiri merupakan terjemahan dari
istilah bahasa Belanda Auteurs Rechts.1
Dinyatakan „kurang luas’ karena istilah hak pengarang itu memberikan kesan „penyempitan’ arti, seolah-olah yang dicakup oleh hak pengarang itu hanyalah hak
dari para pengarang saja, yang ada sangkut pautnya dengan karang mengarang.
Sedangkan istilah hak cipta itu lebih luas dan ia mencakup juga tentang karang
mengarang. Lebih jelas batasan pengertian ini dapat kita lihat dalam pasal 1 butir 1
UUHC Indonesia.
Hak cipta sendiri secara harfiah berasal dari dua kata yaitu hak dan cipta, kata
“Hak” yang sering dikaitkan dengan kewajiban adalah suatu kewenangan yang
diberikan kepada pihak tertentu yang sifatnya bebas untuk digunakan atau tidak.
Sedangkan kata “Cipta” atau ciptaan tertuju pada hasil karya manusia dengan
menggunakan akal pikiran, perasaan, pengetahuan, imajinasi dan pengalaman.
Sehingga dapat diartikan bahwa hak cipta berkaitan erat dengan intelektual manusia.2
Sedangkan pengertian hak cipta menurut Undang-Undang Hak Cipta Nomor
19 Tahun 2002 pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa pengertian hak cipta adalah hak
eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak
ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi
pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1
Ajip Rosidi, Undang-undang Hak Cipta 1982, Pandangan Seorang Awam, (Jakarta : Djambatan, 1984), h.3.
2
Dari pasal tersebut hak cipta didefenisikan sebagai hak khusus bagi pencipta
maupun penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun
memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jadi, unsur-unsur hak cipta dari defenisi
tersebut ada tiga, yaitu:
1. Hak memperbanyak (reproduction right);
2. Hak mengumumkan (publishing right);
3. Hak memberi izin untuk memperbanyak dan mengumumkan
(assignment right).
Dari defenisi tersebut kita juga dapat melihat bahwa hak cipta mempunyai
pembatasan-pembatasan tertentu, bahwa pembatasan itu mempunyai arti sebagai
berikut:3
1. Mengandung fungsi social: menjaga keseimbangan antara kepentingan individu (pencipta atau pemilik/pemegang hak) dan kepentingan umum;
2. Orang lain boleh mengumumkan dan memperbanyak ciptaan seseorang tanpa diklasifikasikan sebagai pelanggar hak cipta (pasal 13 sampai 25 UU no. 7 tahun 1987);
3. Sebagai pengecualian dari acuan pokok: mengumumkan dan memperbanyak ciptaan orang lain harus seizing si pencipta (pasal 13 sampai 25 UU no. 7 tahun 1987).
Penjelasan yang ada di dalam Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun
2002 pasal 1 ayat 1 yang mendefinisikan pengertian dari hak cipta seharusnya sudah
3
cukup jelas untuk menjelaskan apa yang menjadi arti dari hak cipta. Adanya pasal 1
ayat 1 yang menjelaskan pengertian hak cipta tidak menjadikan sebuah pedoman bagi
kalangan masyarakat apa yang menjadi arti hak cipta itu sendiri karena banyaknya
para pakar dan ahli yang mengartikan hak cipta berbeda dengan Undang-Undang Hak
Cipta Nomor 19 Tahun 2002 pasal 1 ayat 1.
Hak Cipta diberikan kepada pencipta suatu karya, meskipun dalam hal
tertentu hak cipta dapat diberikan kepada pihak pemberi karya yang timbul segera
setelah hasil karya tersebut dibuat, demikian pula perlindungan terhadap hak cipta
dimulai setelah hak cipta itu didapat.4
Dalam hal ini ada beberapa pendapat sarjana mengenai pengertian hak cipta,
antara lain:5
1. WIPO (World Intelektual Property Organization)
“Copy Right is legal from describing right given to creator for their literary and artistic works” yang artinya hak cipta adalah terminologi hukum yang menggambarkan hak-hak yang diberikan kepada pencipta untuk karya-karya mereka dalam bidang seni dan sastra.
2. J. S. T. Simorangkir
Berpendapat bahwa hak cipta adalah hak tunggal dari pencipta, atau hak dari pada yang mendapat hak tersebut atas hasil ciptaannya dalam lapangan kasusasteraan, pengetahuan, dan kesenian. Untuk mengumumkan dan memperbanyaknya, dengan mengingat pembatasan-pembatasan yang ditentukan oleh undang-undang.
3. Imam Trijono
Berpendapat bahwa hak cipta mempunyai arti tidak saja si pencipta dan hasil ciptaannya yang mendapat perlindungan hukum, akan tetapi
4
Eddy Damlan, Hukum Hak Cipta Menuntut Beberapa Konvensi Internasional, Undang-Undang Hak Cipta 1997 Dan Perlindungannya Terhadap Buku Serta Perjanjian Penerbitannya. (Bandung : Alumni, 1999), h.62.
5
juga perluasan ini memberikan perlindungan kepada yang diberi kepada yang diberi kuasa pun kepada pihak yang menerbitkan terjemah daripada karya yang dilindungi oleh perjanjian ini.
Sedangkan menurut David Bainbridge hak cipta adalah hak milik yang
melekat pada karya-karya cipta dibidang kesusasteraan, seni, dan ilmu pengetahuan
seperti karya tulis, karya musik, lukisan, patung, karya arsitektur, film, dan lain-lain.
Pada hakikatnya, hak cipta adalah hak yang dimiliki pencipta untuk mengeksploitasi
dengan berbagai cara karya cipta yang dihasilkannya.
3. Hak-Hak Yang Terdapat Pada Hak Cipta
Menurut Hutauruk ada dua unsur penting yang terkandung dari rumusan
pengertian hak cipta yang termuat dalam ketentuan UUHC Indonesia, yaitu;
1. Hak yang dapat dipindahkan, dialihkan kepada pihak lain.
2. Hak moral yang dalam keadaan bagaimanapun, dan dengan jalan apa pun tidak dapat ditinggalkan daripadanya (mengumumkan karyanya, menetapkan judulnya, mencantumkan nama sebenarnya atau nama samarannya dan mempertahankan keutuhan atau integritas ceritanya).6
Hak yang dapat dipindahkan atau dialihkan itu sekaligus merupakan bukti
nyata bahwa hak cipta itu merupakan hak kebendaan. Melalui definisi hak cipta
tersebut pula dapat diketahui bahwa hak cipta yang merupakan bagian dari Hak
Kekayaan Intelektual merupakan satu bagian dari benda tidak berwujud (benda
6
immaterial).7 Benda tidak berwujud ini (benda immaterial) disebut sebagai hak
karena dilandaskan pada ketentuan pasal 499 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Mengacu kepada pengertian hak cipta menurut pasal 1 ayat 1 undang-undang
hak cipta yang menyatakan “hak cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau
memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Di dalam pengertian tersebut terdapat kata “hak eksklusif” maka di dalam hak cipta terdapat hak ekslusif untuk
pencipta.
Dari definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa hak cipta adalah hak
kebendaan yang bersifat eksklusif bagi seorang pencipta atau penerima hak atas suatu
karya atau ciptaannya di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra.8 Di dalam pasal 1
ayat 9 juga menyebutkan hak terkait dengan pengertiannya hak terkait adalah hak
yang berkaitan dengan hak cipta, yaitu hak eksklusif bagi pelaku untuk
memperbanyak atau menyiarkan pertunjukannya; bagi produser rekaman suara untuk
memperbanyak atau menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyinya; dan
bagi lembaga penyiaran untuk membuat, memperbanyak, atau menyiarkan karya
siarannya.
7
Arif Lutfiansori, Hak Cipta dan Perlindungan Folklor di Indonesia, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010), h. 69.
8
Sedangkan di dalam Undang-Undang Hak Cipta pada bagian ketujuh pasal 24
sampai pasal 26 terdapat pembahasan hak moral yang merupakan bagian dari hak
cipta. Dari undang-undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 maka terdapat 3 (tiga)
hak yang terdapat dalam hak cipta. Akan tetapi apabila di tela’ah lebih lanjut mengenai pengertian hak terkait dapat disimpulkan hak terkait sama prinsipnya
dengan hak ekonomi.
Dalam hal ini penulis membagi hak-hak yang terdapat didalam
undang-undang hak cipta menjadi 3 (tiga) hak, karena 3 (tiga) hak ini sangat mendasar di
dalam hak cipta, yaitu:
a. Hak Eksklusif
Hak eksklusif adalah bahwa hanya pemegang hak ciptalah yang bebas
melaksanakan hak cipta tersebut, sementara orang atau pihak lain dilarang
melaksanakan hak cipta tersebut tanpa persetujuan pemegang hak cipta.9
Beberapa hak eksklusif yang umumnya diberikan kepada pemegang hak
cipta adalah hak untuk :
- Membuat salinan atau reproduksi ciptaan dan menjual hasil salinan tersebut (termasuk pada umumnya salinan elektronik).
- Mengimpor dan mengekspor ciptaan.
- Menciptakan karya turunan atau derivatif atas ciptaan (mengadaptasi ciptaan).
- Menampilkan atau memamerkan ciptaan didepan umum.
- Menjual atau mengalihkan hak eksklusif tersebut kepada orang atau pihak lain.
9
Dengan adanya hak eksklusif maka menurut Undang-Undang Hak Cipta
pasal 3 ayat 2 maka hak cipta dapat beralih atau dialihkan baik seluruhnya
maupun sebagian karena pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis, atau
sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.
John Locke, seorang filsuf Inggris terkemuka abad ke-18, dalam kaitan
antara hak cipta dengan hukum alam, mengemukakan bahwa: hukum hak cipta
memberikan hak milik eksklusif kepada karya cipta seseorang pencipta, hukum
alam meminta individu untuk mengawasi karya-karyanya dan secara adil
dikompensasikan untuk kontribusi kepada masyarakat.10
b. Hak Ekonomi
Hak ekonomi adalah hak yang berkaitan dengan pemanfaatan secara
komersial suatu ciptaan dan behubungan dengan perlindungan kebutuhan
ekonomi pencipta misalnya hak untuk mendapatkan pembayaran royalti atas
penggunaan (pengumuman dan perbanyakan) karya cipta yang dilindungi. Suatu
ciptaan merupakan hasil karya intelektual yang diperoleh melalui pengorbanan
waktu, tenaga, dan dana. Dilihat dari aspek ekonomi pengorbanan tersebut
merupakan suatu investasi yang perlu dikelola secara komersial untuk
10
mendapatkan pengembalian modal dan memperoleh keuntungan. Semakin
bermutu suatu ciptaan semakin tinggi pula potensi nilai komersialnya.11
Menurut penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa hak ekonomi secara
tidak langsung mempunyai arti hak keuntungan yang akan didapatkan si pencipta
atas karya ciptaanya. Ini merupakan suatu bentuk penghargaan dan keuntungan
atas karya ciptaan si pencipta agar si pencipta dapat termotivasi untuk membuat
suatu ciptaan baru yang bernilai tinggi dan bermutu.
Djumhana mengklasifikasikan hak ekonomi itu lebih terinci lagi meliputi
dibawah ini:12
- Hak reproduksi atau penggandaan (reproduction right) yaitu hak untuk menggandakan ciptaan
- Hak adaptasi (adaption right) hak untuk menggandakan adaptasi terhadap hak cipta yang sudah ada, misalnya penerjemahan dari satu bahasa kebahasa lain, isi novel diubah menjadi skenario film.
- Hak distribusi (distribution right) yaitu hak untuk menyebarkan kepada masyarakat setiap hasil ciptaan dalam bentuk penjualan atau penyewaan. - Hak pertunjukkan (public performance right) yaitu hak untuk
mengungkapkan karya seni dalam bentuk pertunjukkan atau penampilan oleh pemilik, dramawan, seniman, peragawati.
- Hak penyiaran (broadcasting right) yaitu hak untuk menyiarkan ciptaan melalui transmisi dan transmisi ulang.
- Hak program kabel (Cable casting right) yaitu hak untuk menyiarkan ciptaan melalui kabel misalnya siaran televisi pelanggan yang bersifat komersial. Hak ini hampir sama dengan hak penyiaran, tetapi tidak melalui transmisi melainkan kabel
- Droit de suitc yaitu hak tambahan pencipta yang bersifat kebendaan - Hak pinjaman masyarakat (public lending right) yaitu hak pencipta atas
pembayaran ciptaan yang tersimpan di perpustakaan umum yang dipinjam oleh masyarakat.
11
Sanusi Bintang, Hukum Hak Cipta, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1998) h.4-5.
12
c. Hak Moral
Hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta (termasuk pelaku)
yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apa pun. Antara pencipta
dan ciptaannya ada sifat kemanunggalan atau dengan kata lain ada hubungan
integral di antara keduanya.13
Sesuai dengan sifat manunggal hak cipta dengan penciptanya, dari segi
moral seseorang atau badan hukum tidak diperkenankan untuk melakukan
perubahan terhadap sesuatu hasil karya cipta, baik itu mengenai judul, isi, apalagi
penciptanya. Hal demikian dapat dilakukan apabila mendapat izin dari pencipta
atau ahli warisnya jika pencipta meninggal dunia. Dengan demikian, pencipta
atau ahli warisnya saja yang mempunyai hak untuk mengadakan perubahan pada
ciptaan-ciptaannya untuk disesuaikan dengan perkembangan. Meskipun
demikian, jika pencipta tidak dapat melaksanakan sendiri penyesuaian karya
ciptanya dengan perkembangan, hal itu dapat dialihkan kepada pihak lain dengan
izin penciptanya untuk melaksanakan pengerjaannya.14
Dua hak moral utama yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2002 tentang Hak Cipta adalah :
a. Hak untuk memperoleh pengakuan
13
Otto Hasibuan, Hak Cipta di Indonesia Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu, Neighbouring Rights, dan Collecting Society, (Bandung: PT. Alumni, 2008), h.69.
14
Hak pencipta untuk memperoleh pengakuan publik sebagai pencipta suatu karya guna mencegah pihak lain mengklaim karya tersebut sebagai hasil kerja mereka, atau untuk mencegah pihak lain memberikan pengakuan pengarang karya tersebut kepada pihak lain tanpa seizin pencipta.
b. Hak Integritas
Hak untuk mengajukan keberatan atas perubahan yang dilakukan terhadap suatu karya tanpa sepengetahuan si Pencipta.
Menurut desbois dalam bukunya Le Droit D Auteur (1966) berpendapat
bahwa sebagai suatu elektrin, hak moral seorang pencipta mengadung empat
makna, yaitu :
1. Droit Depublication (hak untuk melakukan atau tidak melakukan pengumuman ciptaanya);
2. Droit De Repentier (hak untuk melakukan perubahan-perubahan yang dianggap perlu atas ciptaannya dan hak untuk menarik dari peredaran atas ciptaan yang telah diumumkan);
3. Droit Au Respect (hak untuk tidak menyetujui dilakukannya perubahan-perubahan atas ciptaannya oleh pihak lain);
4. Droit A La Patemite (hak untuk mencantumkan nama pencipta, hak untuk tidak menyetujui perubahan atas nama pencipta yang akan dicantumkan dan hak untuk mengumumkan sebagai pencipta setiap waktu yang diinginkan)
Hak moral itu diberikan semata-mata untuk menjaga nama baik atau
reputasi pencipta sebagai wujud dan pengakuan terhadap hasil karya
intelektualitas seseorang.15 Seorang pelukis, misalnya yang melukiskan suatu
objek tertentu, belum tentu maksudnya untuk diperjualbelikan atau mendapat
keuntungan ekonomi bagi dirinya, tetapi mugkin untuk penyaluran minat, bakat
dan kemampuan dibidang seni atau untuk penyampaian isi hati atau pendapat.
15
Kepada pelukis yang bersangkutan hukum memberikan perlindungan hak cipta,
antara lain mengakui hak moralnya lazimnya penghargaan moral diberikan
masyarakat kepada seseorang karena orang tersebut telah menghasilkan suatu
ciptaan atau karya tertentu yang bermanfaat bagi masyarakat. Penghargaan moral
ini tidak dapat dinilai dengan uang, tetapi berwujud pemberian kekuasaan atau
wewenang tertentu kepadanya untuk melakukan sesuatu apabila ada orang yang
melanggarnya.16
Didalam Konvensi Berne ditentukan bahwa setiap negara peserta wajib memberikan pencipta :
1. Hak untuk menuntuk kepemilikan
2. Hak untuk melawan segala bentuk pemutarbalikkan, atau perubahan
lainnya atau tindakan penghinaan dalam hubungannya dengan ciptaan
yang dapat merugikan nama baik atau reputasi pencipta.
Inilah yang menjadi pembeda antara hak moral dengan hak ekonomi, dari
berbagai penjelasan tentang hak moral dan hak ekonomi, dapat disimpulkan
bahwa perbedaan yang sangat mendasar antara hak moral dan hak ekonomi
adalah bahwa di dalam hak moral tidak ada keuntungan yang bersifat materi
(uang) .
Selain dari ketiga hak yang telah dipaparkan diatas terdapat beberapa hak-hak
yang berkaitan dengan hak cipta yang juga dikenal maksudnya dengan penggunaan
16
hasil ciptaan oleh pihak lain, yang harus dilakukan dengan persetujuan pemilik hak
cipta, diantara hak-hak tersebut adalah:
1. Hak untuk membawa salinan atau membuat reproduksi hasil karya, 2. Untuk mendistribusikan hasil karya hak untuk menyewa salinan hasil
karya,
3. Hak untuk membuat rekaman suara atau gambar, 4. Hak untuk mempertunjukkan kepada publik, 5. Hak untuk menerjemahkan hasil karya, 6. Hak untuk menyadur,
7. Hak untuk membuat copy kedalam karya audio visual.
B. Lagu Dan Musik
1. Sejarah Lagu Dan Musik
Musik diyakini sudah muncul bersamaan dengan dimulainya peradaban
manusia. Unsur-unsur musik sudah dipergunakan manusia sejak dahulu. Dahulu,
manusia berkomunikasi melalui aspek bunyi-bunyian dan bahasa isyarat gerak.
Teriakan dan auman manusia pada masa itu memiliki makna tersendiri.
Salah satu ciptaan yang dilindungi oleh hak cipta berdasarkan Pasal 12 UUHC
adalah ciptaan lagu atau musik (huruf d). Karya lagu atau musik adalah ciptaan utuh
yang terdiri dari unsur lagu atau melodi, syair atau lirik dan aransemen, termasuk
notasinya, dalam arti bahwa lagu atau musik tersebut merupakan suatu kesatuan
karya cipta. Pencipta musik atau lagu adalah seseorang atau beberapa orang secara
bersama-sama yang atas inspirasinya lahir suatu ciptaan musik atau lagu berdasarkan
dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi, yang dalam istilah lain
dikenal sebagai komposer.17
Manusia mengekspresikan perasaan ritual dalam menghormati roh-roh pada
saat itu dengan upacara-upacara khusus yang di dalamnya disertakan ekspresi
nyanyian-nyaian. Atas dasar peristiwa inilah musik hadir sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan manusia.18
Penemuan alat-alat musik membawa perubahan estetika atau keindahan
bermusik dari masa ke masa, mulai dari jenis musik untuk ritual agama, musik istana,
musik folkflor, musik sebagai seni yang otonom, musik hiburan, maupun jenis musik
yang sangat serius.
Jika di urutkan berdasarkan perkembangan sejarah musik dari berbagai
literatur dan bahan-bahan yang ada, maka penulis menmbagi terdapat 7 (tujuh) masa
perkembangan musik, yaitu:
a. Musik Era Yunani
Seperti sejarah Yunani yang penuh dengan kejayaan dibidang penemuan
dan juga peradaban rakyatnya, musik juga berkembang dengan baik. Di Yunani
pada masa lampau, musik digunakan untuk hiburan, perayaan rakyat, dan juga
kegiatan kegamaan. Musik sangatlah penting untuk peradaban masyarakat
Yunani. Di musik era Yunani kuno, alat musik yang dimainkan oleh masyarakat
17
Hendra Tanu Atmadja, Hak Cipta Musik atau Lagu, (Jakarta: Penerbit Pasca Sarjana Universitas Indonesia, 2003), h.55.
18
Yunani sangatlah menarik untuk ukuran jaman tersebut. Salah satu alat musik
yang sangat terkenal adalah aulos yang terbuat dari dua buah alang-alang. Lalu
juga ada alat musik petik yang dinamakan lyre. Namun juga ada jenis khusus dan
special dari lyre yang dinamakan kithara. Alat-alat musik dari era Yunani kuno,
kedepannya menjadi cikal bakal dari alat musik modern. Salah satu contohnya,
Lyre kedepannya menjadi cikal bakal dari kecapi.
b. Musik Abad Pertengahan
Musik abad pertengahan dimulai dari jatuhnya kerajaan Romawi dan
berakhir di sekitar pertengahan abad ke 15. Akhir dari musik diperkirakan sekitar
tahun 1400, bersamaan dengan dimulainya musik era renaissance. Namun, pada
era pertengahan, mahalnya harga kertas kulit dan juga banyaknya waktu yang
diperlukan untuk menulis hal tersebut, pembuatan manuskrip musik menjadi
sangat mahal. Karena mahalnya biaya yang diperlukan, hanya beberapa pihak
tertentu saja yang bisa menulis manuskrip, apalagi hanya untuk sebuah musik.
Hanya gereja dan institusi gereja seperti monastery. Musik-musik sekuler dan
musik pengorbanan juga diciptakan oleh gereja. Notasi pada awal era pertengahan
tidak mempunyai rhythm yang khusus. Musik yang ada di era tersebut adalah
musik-musik yang monophonic dan homorhythmic.
c. Pada Masa Renaissance (1450-1600)
Pada masa ini, keterikatan pengaruh gereja semakin longgar, manusia sudah
dalam musik, pengaruh ini muncul pada cara berkarya para seniman. Mereka
lebih individual dan mampu mengembangkan cara-cara baru. Musik yang
diciptakan bukan lagi sebagai musik pesanan, tetapi lebih merupakan gaya
ekspresi individual.19
d. Musik Era Baroque (1600-1750)
Ini adalah era dimana musik klasik eropa sangat berjaya. Arti dari baroque
sendiri adalah mutiara yang tidak berbentuk. Arti ini juga menggambarkan
arsitektur musik pada era ini yang sangat abstrak. Dominasi dari musik klasik
dalam era ini menyebabkan era baroque juga disebut sebagai era musik klasik
eropa. Para composer terbaik dari dunia musik klasik eropa sangat berjaya di era
ini. Diantaranya Claudio Monteverdi, Antonio Vivaldi, George Frideric Handel,
Arcangelo Corelli, dan sang maestro musik klasik, Johann Sebastian Bach.
e. Periode Musik Klasik (1730-1830)
Era musik klasik terletak diantara era baroque dan era romantik. Banyak
sekali composer-composer terhebat yang pernah ada di dunia musik hidup di era
klasik. Sebut saja Joseph Haydn, Wolfgang Amadeus Mozart, dan Ludwig van
Beethoven. Lalu masih ada Luigi Boccherini, Muzio Clementi, Carl Phillipp
Emanuel Bach, Johann Ladislaus Dussek, dan Cristoph Willibald Gluck.
f. Musik Zaman Romantik (1830-1910)20
19
Yuliawan Kasmahidayat, Learning More Art & Culture 3, (Bandung : Grafindo, 2011), h.190.
20
Dinamakan era musik romantik, bukan berarti musik di era ini hanya berisi
tentang cinta ataupun cinta yang romantik. Sebenarnya era musik tersebut
dinamakan romantik karena dapat menggambarkan komposisi musik pada jangka
waktu tersebut.
g. Zaman Impresionisme (Era Modern)
Musik era ini dimulai pada tahun 1900 hingga tahun 2000. Sedangkan
musik kontemporer dimulai pada tahun 1975 hingga sekarang. Dari tahun 1975
hingga 2000 adalah masa dimana musi era abad 20 dan kontemporer berjalan
berdampingan. Musik abad 20 diawali oleh Claude Debussy yang mengusung
gaya impresionis. Para komposer benua Amerika memulai karirnya dibidang
musik dan berjaya.
2. Pengertian Lagu Dan Musik
Musik dapat difenisikan sebagai sebuah cetusan ekspresi perasaan atau
pikiran yang dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bunyi. Musik berawal dari
bahasa Yunani, yaitu mousike yang diambil dari nama dewa mitologi Yunani kuno
Mousa, yang mempin seni dan ilmu.21 Musik menurut Aristoteles mempunyai
kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan
menumbuhkan jiwa patriotisme.
Istilah lagu dan musik dalam kehidupan sehari-hari cenderung digunakan
untuk maksud yang sama. Secara etimologi lagu merupakan satu kesatuan musik
21
yang terdiri atas susunan berbagai nada yang berurutan. Setiap lagu ditentukan oleh
panjang-pendek dan tinggi-rendahnya nada-nada tersebut, di samping itu, irama juga
memberi corak tertentu pada suatu lagu. Sebuah lagu terdiri dari beberapa unsur,
yaitu:22
a. Melodi
Melodi adalah suatu deretan nada yang karena kekhususan dalam penyusunan menurut jarak dan tinggi nada, memperoleh suatu watak tersendiri dan menurut kaidah musik yang berlaku membulat jadi suatu kesatuan organik.
b. Lirik
Lirik adalah syair atau kata-kata yang disuarakan mengiringi melodi. c. Aransemen
Aransemen adalah penataan terhadap melodi. d. Notasi
Notasi adalah penulisan melodi dalam bentuk not balok atau not angka.
Menurut Hartaris Andijaning Tyas, bahwa yang dimaksud dengan lagu adalah
melodi yang dapat dinyanyikan dengan syair atau lirik.23 Lagu merupakan hasil dari
suatu karya di bidang seni musik. Seni musik merupakan salah satu media yang
banyak digunakan sebagai ungkapan perasaan (berekspresi) melalui media suara.
Media suara manusia disebut musik vokal, sedangkan melalui media alat musik
(instrument) disebut musik instrumental. Beberapa macam warna suara yang diatur
dan disusun akan mewujudkan sebuah komposisi suara yang dapat menghanyutkan
rasa perasaan dan menggetarkan batin hati manusia.24
22
Van Hoeve, Ensiklopedia Indonesia Buku 4, (Jakarta: Ichtiar Baru), h.1940. 23
Hataris Andijaning Tyas, Seni Musik, (Jakarta : Erlangga, 2007), h.100.
24
Definisi musik dan lagu apabila dilihat dari penjelasan pasal 12 ayat 1
undang-undang hak cipta “Lagu atau musik dalam undang-undang ini diartikan sebagai karya yang bersifat utuh sekalipun terdiri atas unsur lagu atau melodi, syair
atau lirik, dan aransemennya termasuk notasi. Yang dimaksud dengan utuh adalah
bahwa lagu atau musik tersebut merupakan satu kesatuan karya cipta”.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa:
1. Lagu atau musik dianggap sama pengertiannya;
2. Lagu atau musik bisa dengan teks, bisa juga tanpa teks;
3. Lagu atau musik merupakan suatu karya cipta yang utuh, jadi unsur
melodi, lirik, aransemen, notasi dan bukan merupakan ciptaan yang berdiri
sendiri.25
Musik adalah seni yang paling abstrak sekaligus juga merupakan realitas
fisika bunyi yang memiliki banyak keunggulan untuk membantu pendidikan watak
halus seseorang. Menurut Lorenzo Lippi, adalah bunyi yang diterima oleh individu
dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang.26
Musik dan lagu memiliki pengertian yang berbeda, namun di dalam Konvensi
bern menyebutkan istilah yang digunakan untuk menyebutkan lagu atau musik adalah
musical work. Salah satu work (karya) yang dilindungi adalah komposisi musik atau
lagu (music compositions) dengan atau tanpa kata-kata (with or without words).
Konvensi Bern tidak menjelaskan uraian yang tegas mengenai musical work, namun
25
Van Hoeve, Ensiklopedia Indonesia Buku 4, (Jakarta: Ichtiar Baru), h.141. 26
dari ketentuan yang dapat disimpulkan bahwa ada dua jenis ciptaan lagu atau musik
yang dilindungi hak cipta, yaitu lagu atau music dengan kata-kata dan lagu atau
musik tanpa kata-kata. Musik dengan kata-kata adalah lagu yang unsurnya terdiri dari
melodi, lirik, aransemen dan notasi, sedangkan musik tanpa kata-kata adalah musik
yang hanya terdiri dari unsur melodi, aransemen dan notasi.27
C. Internet
Secara harfiah, internet kependekan dari “interconnected-networking” ialah rangkaian komputer yang terhubung satu sama lain. Hubungan melalui suatu sistem
antar perangkat komputer untuk lalu lintas data itulah yang dinamakan network.
Mungkin kita mengenal istilah LAN (Local Area Network), yang menghubungkan
komputer-komputer dalam area tertentu, seperti kantor, sekolah, atau warnet. Internet
kurang lebih seperti itu, hanya dalam area yang sangat luas, yaitu seluruh dunia.
Internet memiliki banyak pengertian jika dilihat dari beberapa segi, misalnya
jika dilihat secara teknis, internet merupakan dua komputer atau lebih yang saling
berhubungan membentuk jaringan komputer hingga meliputi jutaan komputer di
dunia (internasional) yang saling berinteraksi dan bertukar informasi. Dari segi ilmu
pengetahuan, internet merupakan sebuah perpustakaan digital yang di dalamnya
terdapat jutaan bahkan milyaran informasi atau data yang dapat berupa teks, grafik,
audio maupun video dalam bentuk media elektronik. Setiap orang bisa berkunjung ke
perpustakaan digital tersebut kapan saja dari dari mana saja. Dari segi komunikasi,
27
internet adalah sarana yang sangat efektif dan efisien untuk melakukan pertukaran
informasi jarak jauh.
Menurut Fairus N. H., internet (Interconnected Network), yaitu jaringan
komputer yang saling mentransfer data menggunakan Internet Protocol (IP). Dengan
menggunakan internet, informasi dapat disampaikan keseluruh dunia melalui jaringan
komputer. Internet terdiri atas milyaran jaringan milik akademisi, perusahaan,
pemerintah, ataupun pribadi. Informasi yang dapat disampaikan sangat beragam,
misalnya gambar, suara, dokumen, dan tulisan.28
28
A. Pengertian Perlindungan Hukum
Sebelum mendefinisikan perlindungan hukum sebagai suatu satu kesatuan
kalimat, disini penulis mencoba mendefinisikan perlindungan hukum sebagai kata yang dipisahkan yang terdiri dari “perlindungan” dan “hukum”. Perlindungan berarti
tempat berlindung atau bersembunyi.1 Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kata
perlindungan berarti tempat berlindung atau merupakan perbuatan (hal) melindungi,
misalnya memberikan perlindungan kepada orang yang lemah.2
Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 menjelaskan bahwa
perlindungan adalah segala upaya yang ditujukan untuk memberikan rasa aman
kepada korban yang dilakukan oleh pihak keluarga, advokat, lembaga sosial,
kepolisian, kejaksaan, pengadilan, atau pihak lainnya baik sementara maupun
berdasarkan penetapan pengadilan. Sedangkan perlindungan yang tertuang dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2002 adalah suatu bentuk pelayanan yang
wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk
memberikan rasa aman, baik fisik maupun mental, kepada korban dan sanksi dari
1
Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kotemporer, (Jakarta : Modern English Press Edisi II, 1995), h.876.
2
ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak manapun yang diberikan pada
tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan atas pemeriksaan di sidang
pengadilan.
Bagi seseorang yang mempelajari ilmu hukum dirasakan betapa sulit
menemukan definisi hukum yang tunggal. Banyak para ilmuwan yang mempunyai
pengertian sendiri tentang hukum, Menurut Hans Wehr, kata hukum berasal dari
bahasa Arab, asal kata “hukum”, kata jamaknya “Ahkam” yang berarti putusan
(judgement, verdice, decision), ketetapan (provision), perintah (commanand),
pemerintahan (government), dan kekuasaan (authorithy, power).3 Sedangkan
Vinogradoff mendefinisikan hukum sebagai seperangkat aturan yang diadakan dan
dilaksanakan oleh suatu masyarakat dengan menghormati kebijakan dan pelaksanaan
kekuasaan atas setiap manusia dan barang.4
Hukum menjadi pedoman tingkah laku anggota masyarakat terdiri dari
sekumpulan kaidah-kaidah yang merupakan satu kesatuan sehingga merupakan suatu
sistem kaidah atau sis