UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM REGULER MEDAN
SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN, PORSI SAHAM PUBLIK, DAN UMUR PERUSAHAAN TERHADAP KELENGKAPAN
PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN DAN
PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI
OLEH
NAMA : INDAH MAYA SARI
NIM : 070503178
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : “Analisis Pengaruh
Rasio Keuangan, Porsi Saham Publik, dan Umur Perusahaan Terhadap
Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Perkebunan
dan Pertambangan yang Terdaftar di BEI” adalah benar hasil karya saya sendiri
dan judul yang dimaksud belum pernah dibuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh
mahasiswa lain dalam konteks skripsi Program Reguler S-1 Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan
informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya.
Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima
sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, Juni 2011
Yang membuat pernyataan
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil’alamin, segala puji hanya untuk Allah SWT yang
telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam kepada Rasullullah SAW dan para
sahabat rasul.
Skripsi ini berjudul: “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan, Porsi Saham
Publik, dan Umur Perusahaan terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan
Keuangan pada Perusahaan Perkebunan dan Pertambangan yang Terdaftar di
BEI”. Disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana ekonomi pada Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
Berbekal masalah yang sederhana dan pengetahuan yang terbatas penulis
menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini baik dalam
tata bahasa maupun ruang lingkup pembahasannya. Untuk itu penulis menerima
saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak demi penyempurnaan
skripsi ini.
Selama proses penyusunan skripsi ini penulis banyak menerima
bimbingan, dukungan, nasehat dan bantuan baik secara moril maupun materil dari
semua pihak. Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
2. Bapak Drs, Firman Syarif, MSi, Ak, selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Sekretaris Program
Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, MSi, Ak, selaku dosen pembimbing. Terima
kasih atas semua waktu dan bimbingan yang telah diberikan kepada
penulis selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Drs. M. Utama Nasution, M.M, Ak. selaku dosen pembanding /
penguji I, Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si, Ak. selaku dosen
pembanding / penguji II. Terima kasih atas saran dan masukan yang telah
diberikan kepada penulis selama proses penyusunan dan penyelesaian
skripsi ini.
5. Secara khusus penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta,
Suroso Suparno dan hamidah, terimakasih atas segala doa, kepercayaan
dan dukungannya selama ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT senantisa melimpahkan
rahmat dan ridho-Nya kepada kita dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
khususnya bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas
Sumatera Utara.
Medan, juni 2010 Penulis,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan (leverage, likuiditas,profitabilitas), porsi saham publik, dan umur perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan perkebunan dan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009.
Metode pengambilan sampel adalah dengan purposive sampling dan diperoleh 14 perusahaan yang menjadi objek penelitian. Data yang digunakan adalah laporan keuangan yang dipublikasikan melalui website
Indonesia Capital Market Directory (ICMD) 2010. Metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan pengujian asumsi klasik serta analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial leverage tidak mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dengan nilai signifikansi 0.246>0.05 . Likuiditas tidak mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dengan nilai signifikansi 0.653>0.05. Profitabilitas tidak mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dengan nilai signifikansi 0.364> 0.05. Porsi saham publik tidak mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dengan nilai signifikan 0.131>0.005, dan umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dengan nilai signifikansi 0.045< 0.05. Secara simultan rasio keuangan (leverage, likuiditas, profitabilitas), porsi saham publik, dan umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dengan nilai signifikansi 0.005 < 0.05.
ABSTRACT
The objective of this research is to know the influence of financial ratio (leverage, likuidity, profitability), public shares, and firm age to the disclosure of financial report the corporates of plantation and mining which have been listed in Indonesian Stock Exchange on period 2007-2009.
Sampling method that used is purposive sampling and there are 14 companies that will be research objects. Data that used in this research is financial statement from each company that published on websit
Indonesia Capital Market Directory (ICMD) 2010. Analysis method that used in
this research is quantitative method with Multiple Regression Analysis.
The result of research by t-test shows that leverage has no influence disclosure of financial statement with signification 0.246 > 0.05. likuidity has no influence disclosure of financial statement with signification 0.653 > 0.05. Profitability has no influence disclosure of financial statement with signification 0.364> 0.05. Public share has no influence disclosure of financial statement with signification 0.131>0.05. Firm age has significant influence to disclosure of financial statement with signification 0.045 < 0.05. The result of research by F- test shows that financial ratio (leverage, likuidity, profitability), public shares, and firm age have significant influence to disclosure of financial statement with signification 0.005 < 0.05.
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTRA TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
2. Porsi Saham Publik ... 14
3. Umur Perusahaan ... 14
4. Pengungkapan Laporan Keuangan ... 15
5. Kelengkapan Pengungkapan Laporan keuangan ... 17
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 19
C. Kerangka konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual ... 20
2. Hipotesis Penelitian ... 23
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian ... 24
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24
C. Jenis dan Sumber Data ... 27
D. Metode Pengumpulan Data ... 28
E. Defenisi dan Pengukuran Variabel ... 28
F. Metode Analisis Data ... 31
G. Jadwal Penelitian ... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian ... 41
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas ... 45
b. Uji Multikolinearitas ... 49
c. Uji Autokorelasi ... 50
d. Uji Heteroskedastisitas ... 51
3. Analisis Regresi Berganda a. Persamaan Regresi Berganda ... 53
b. Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien determinasi ... 53
c. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 55
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 67
B. Keterbatasan Penelitian ... 68
C. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Nomor Judul halaman
Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 19
Tabel 3.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria ... 25
Tabel 3.2 Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian ... 27
Tabel 3.3 Identifikasi Variabel ... 31
Tabel 3.4 Jadwal Penelitian ... 40
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 43
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov test ... 46
Tabel 4.3 Coefficients untuk Index ... 50
Tabel 4.4 Hasil Uji Durbin-Watson ... 51
Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi ... 53
Tabel 4.6 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi ... 56
Tabel 4.7 Hasil Uji t (Uji Parsial) ... 58
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual... 21
Gambar 4.1 Histogram ... 47
Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot ... 48
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul halaman
Lampiran i Daftar item pengungkapan Laporan Keuangan Berdasarkan Surat
Edaran Ketua Bappepam No. SE-02/PM/2002 Tanggal 27
Desember 2002 ... 72
Lampiran ii Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Perkebunan dan Pertambangan 2007-2009 ... 83
Lampiran iii Data Variabel Penelitian 2007-2009 ... 101
Lampiran iv Statistik Deskriptif ... . 104
Lampiran v Hasil Uji Asumsi Klasik ... 105
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan (leverage, likuiditas,profitabilitas), porsi saham publik, dan umur perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan perkebunan dan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009.
Metode pengambilan sampel adalah dengan purposive sampling dan diperoleh 14 perusahaan yang menjadi objek penelitian. Data yang digunakan adalah laporan keuangan yang dipublikasikan melalui website
Indonesia Capital Market Directory (ICMD) 2010. Metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan pengujian asumsi klasik serta analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial leverage tidak mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dengan nilai signifikansi 0.246>0.05 . Likuiditas tidak mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dengan nilai signifikansi 0.653>0.05. Profitabilitas tidak mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dengan nilai signifikansi 0.364> 0.05. Porsi saham publik tidak mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dengan nilai signifikan 0.131>0.005, dan umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dengan nilai signifikansi 0.045< 0.05. Secara simultan rasio keuangan (leverage, likuiditas, profitabilitas), porsi saham publik, dan umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dengan nilai signifikansi 0.005 < 0.05.
ABSTRACT
The objective of this research is to know the influence of financial ratio (leverage, likuidity, profitability), public shares, and firm age to the disclosure of financial report the corporates of plantation and mining which have been listed in Indonesian Stock Exchange on period 2007-2009.
Sampling method that used is purposive sampling and there are 14 companies that will be research objects. Data that used in this research is financial statement from each company that published on websit
Indonesia Capital Market Directory (ICMD) 2010. Analysis method that used in
this research is quantitative method with Multiple Regression Analysis.
The result of research by t-test shows that leverage has no influence disclosure of financial statement with signification 0.246 > 0.05. likuidity has no influence disclosure of financial statement with signification 0.653 > 0.05. Profitability has no influence disclosure of financial statement with signification 0.364> 0.05. Public share has no influence disclosure of financial statement with signification 0.131>0.05. Firm age has significant influence to disclosure of financial statement with signification 0.045 < 0.05. The result of research by F- test shows that financial ratio (leverage, likuidity, profitability), public shares, and firm age have significant influence to disclosure of financial statement with signification 0.005 < 0.05.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kondisi lingkungan ekonomi yang berubah-ubah memiliki banyak
pengaruh pada dunia usaha. Terutama pada perusahaan go-public yang
memanfaatkan pasar modal sebagai sumber alternative pendanaanya, sebab
tidak dapat dipungkuri untuk menjaga eksistensi suatu perusahaan agar tetap
terus tumbuh dan berkembang maka perusahaan memerlukan pihak luar yang
dapat memenuhi kebutuhan dananya seperti: investor, kreditur, dan pihak lain
terkait investasi. Disamping itu kelangsungan hidup suatu badan usaha juga
selalu dikaitkan dengan kinerja serta kemampuan manajemen dalam
mengolah sumberdaya yang dipercayakan kepadanya.
Kinerja perusahaan selama periode waktu tertentu akan dicerminkan
melalui laporan keuangan. Informasi dalam laporan keuangan inilah yang
nantinya akan menghubungkan antara manajer dengan para investor baik itu
investor lokal maupun investor asing. Menurut Harahap (2008:132)
“informasi yang terkandung dalam laporan keuangan berguna untuk
pengambilan keputusan ekonomis. Para pemakai laporan akan
menggunakannya untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai dampak
kualitas informasi akuntansi juga sangat berkaitan dengan tingkat kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan.
Pengungkapan dalam laporan keuangan dapat dikelompokkan menjadi dua
bagian yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan
sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan wajib merupakan
pengungkapan informasi yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku.
Pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas manajemen perusahaan
untuk memberikan informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang
relevan untuk keputusan oleh para pemakai laporan keuangan tersebut. Agar
dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam
batasan materialitas dan biaya disertai dengan pengungkapan yang cukup
(adequate disclosure) sehingga informasi yang disajikan di dalam laporan
keuangan dapat dipahami dan tidak menimbulkan salah interpretasi.
Selain perusahaan, pemerintah juga mempunyai peran yang penting dalam
menentukan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Pemerintah dapat
menyelenggarakan regulasi informasi untuk mengatur penggungkapan wajib
yang harus dipatuhi oleh perusahaan publik. Di Indonesia yang menjadi
otoritas pengungkapan wajib adalah Bapepam. Menurut Suta (2000: 115)
“Pemerintah (dalam hal ini Bapepam) tidak menjamin atas kebenaran isi
laporan tahunan (Prospektus) yang membuat berbagai aspek perusahaan.
Prospektus adalah menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari emiten dan
lembaga penunjang atau profesi terkait diantaranya penjamin emisi efek,
Bapepam berdasarkan pasal 69 ayat 2 undang-undang pasar modal yang
berkaitan dengan akuntansi adalah wewenang untuk menetapkan ketentuan
akuntansi di bidang pasar modal. Sehingga perlindungan yang dapat diberikan
oleh pemerintah dalam suatu kegiatan bisnis hanyalah menjamin investor
memperoleh informasi dan fakta-fakta yang relevan untuk membuat
keputusan bisnis.
Setiap perusahaan publik diwajibkan membuat laporan keuangan yang
diaudit oleh akuntan publik independen sebagai sarana pertanggung jawaban,
terutama kepada pemilik modal. Bapepam melalui surat keputusan ketua
bapepam No,SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002 tentang pedoman
penyajian dan pengungkapan laporan keuangan perusahaan publik
mensyaratkan total item pengungkapan wajib oleh perusahaan perkebunan
adalah 72 item dan untuk perusahaan pertambangan adalah 77 item. Pedoman
ini dimaksudkan untuk memberikan suatu panduan penyajian dan
pengungkapan yang terstandarisasi dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip
pengungkapan penuh (full disclosure) sehingga dapat memberikan kualitas
informasi keuangan bagi para pengguna.
Penelitian tentang kelengkapan pengungkapan dalam laporan keuangan
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan hal yang penting
dilakukan. Dimana akan memberikan gambaran tentang sifat perbedaan
kelengkapan pengungkapan antar perusahaan dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, serta dapat memberi petunjuk tentang kondisi suatu
sarana akuntabilitas publik, kelengkapan pengungkapan laporan keuangan
menjadi faktor yang signifikan.
Penelitian ini merupakan replikasi dari peneliti-peneliti sebelumnya.
Hertanti (2005) meneliti hubungan antara rasio leverage, likuiditas,
profitabilitas, porsi saham publik dan ukuran perusahaan terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI periode 2002-2003. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa secara parsial, hanya rasio leverage, porsi saham publik, dan ukuran
perusahaan yang berpenggaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan.
Irawan (2006) menguji apakah terdapat pengaruh leverge, likuiditas,
pofitabilitas, porsi saham publik, ukuran perusahaan, umur perusahaan, status
perusahaan, operating margin profit, net profit margin, dan return on equity
terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
parsial hanya variabel ukuran perusahaan, porsi saham publik, dan status
perusahaan yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan.
Ivanna (2008) meneliti hubungan antara jenis perusahaan, ukuran
perusahaan, profitabilitas dan debt to equity ratio terhadap tingkat
pengungkapan laporan tahunan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya
sedangkan variabel independen yang lain tidak berpengaruh. Sofiana (2010)
meneliti hubungan antara rasio likuiditas, rasio leverage, net profit margin,
ukuran perusahaan, dan status perusahaan terhadap kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan tahunan. Hasil penelitian menunjukkan
hanya leverage, net profit margin ,dan ukuran perusahaan yang memiliki
pengaruh signifikan.
Perbedaan dan ketidakkonsistenan hasil-hasil peneliti terdahulu mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan, mendorong peneliti untuk meneliti kembali setiap variabel dari
penelitian terdahulu yang telah disebutkan, dengan mengambil variabel yang
sama yang digunakan oleh masing-masing peneliti namun memiki hasil yang
berbeda satu sama lain, yaitu leverage, likuiditas, profitabilitas, porsi saham
publik, dan umur perusahaan.
Dalam penelitian ini peneliti mengganti perusahaan manufaktur menjadi
perusahaan Perkebunan dan Pertambangan yang terdaftar di BEI tahun
2007-2009. Terdapat berbagai alasan peneliti menggunakan perusahaan perkebunan
dan pertambangan diantaranya ada begitu banyak investor asing yang tertarik
menginvestasikan modalnya pada perusahaan perkebunan dan pertambangan
di Indonesia, sesuai dengan kutipan informasi dari Surat Kabar Kompas (8
Januari 2010), “dari sepuluh indeks sektoral di Bursa Efek Indonesia terdapat
empat sektor yang menguat, yaitu perkebunan, pertambangan, industri dasar,
dan konstruksi. Keempat sektor ini semakin diminati para investor, khususnya
penguatan tertinggi yaitu 4 % serta pemberian kredit yang begitu besar oleh
pihak perbankan kepada perusahaan-perusahaan perkebunan terutama
semenjak pemerintah menggelar program revitalisasi 2006-2010, dana publik
di bank pun mengucur deras ke sektor perkebunan, selain itu Indonesia
dikenal dengan negara yang kaya akan sumber daya alamnya sehingga
perkebunan dan pertambangan di Indonesia masih berpotensi besar untuk
dikembangkan dan diproyeksi akan terus meningkat. Berdasarkan uraian
tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis
Pengaruh Rasio keuangan, Porsi Saham Publik, dan Umur Perusahaan
Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan
Perkebunan dan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah apakah rasio leverage, likuiditas, profitabilitas,
porsi saham publik dan umur perusahaan berpengaruh terhadap kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan Perkebunan dan
Pertambangan yang terdaftar di BEI baik secara simultan maupun parsial?
C. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidak
pengaruh rasio keuangan, porsi saham publik, dan umur perusahaan terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan Perkebunan
D. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat yaitu :
1. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan masukan agar dalam pembuatan dan penerbitan laporan
tahunan dilengkapi dengan pengungkapan informasi laporan keuangan
yang memadai.
2. Bagi Investor
Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam kaitannya
dengan pengambilan keputusan investasi dan sebagai bahan evaluasi
dalam menilai kinerja emitennya.
3. Bagi Penulis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan, wawasan dan menjadi referensi bagi penulis.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Menjadi acuan bagi peneliti berikutnya guna menghasilkan penelitian
yang lebih baik yang berkaitan dengan pengungkapan laporan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Keuangan
Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan
dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai
hubungan yang relevan dan signifikan (Harahap, 2006:297). Rasio
keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan
hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan
ini dapat dilakukan penilaian secara cepat hubungan antara tiap pos dan
dapat membandingkan dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh
informasi dan memberikan penilaian.
Rasio dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a.Rasio Leverage
Rasio leverage merupakan perbandingan antara utang dengan aktiva.
Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur
modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak
tertagihnya suatu utang. Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan
dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih
banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur
modal yang seperti itu lebih tinggi. Menurut Schipper (1981) dalam
keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka
sebagai kreditur. Oleh karena itu perusahaan dengan rasio leverage yang
tinggi memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan informasi kreditur
jangka panjang, Sehingga perusahaan akan menyediakan informasi secara
lebih komprehensif. Ada beberapa pengukuran dengan menggunakan
rasio leverage yaitu: rasio utang terhadap aktiva, rasio utang terhadap
ekuitas, dan rasio kelipatan pembayaran bunga. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan rasio utang terhadap aktiva (Debt to Asset Ratio)
karena rasio ini mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai
oleh kreditor sehingga, akan mendapatkan perhatian lebih oleh kreditor
untuk mendapatkan perlindungan jika terjadi resiko.
b.Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada
kreditur jangka pendek. Semakin tinggi rasio likuiditas maka semakin
tinggi kemampuan perusahaan membayar hutang-hutang jangka
pendeknya.
Penelitian tentang hubungan antara rasio likuiditas dengan luas
pengungkapan telah dikemukakan oleh Cooke (1989) dalam Almilia
(2007). Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa rasio likuiditas
mempunyai hubungan positif dengan luas pengungkapan. Kondisi
likuiditas yang tinggi, berhubungan dengan pengungkapan yang lebih
luas.
Dua rasio likuiditas yang sering digunakan adalah:
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar adalah rasio yang paling sering digunakan. Menurut
Brigham dan Houston (2006: 115) rasio lancar mengukur kemampuan
aktiva lancar membayar utang lancar.
Rasio Lancar =
lancar Utang
lancar Aktiva
b. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio ini mengukur kemampuan yang sesungguhnya untuk
memenuhi hutang-hutangnya tepat pada saatnya (Munawir 2001;74).
Menurut Weston dan Brigham (1993:16) rasio cepat dihitung dengan
mengurangkan persediaan dari aktiva lancar dan membaginya dengan
kewajiban lancar.
Rasio Cepat =
Lancar Utang
Persediaan
-Lancar Aktiva
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rasio lancar. Kesehatan
suatu perusahaan dicerminkan dengan tingginya rasio likuiditas yang
diukur dengan rasio lancar akan berhubungan dengan kelengkapan
tingkat pengungkapan. Hal tersebut didasarkan pada ekspektasi bahwa
mengungkapkan lebih banyak informasi. Karena ingin menunjukkan
kepada pihak ekstern bahwa perusahaan tersebut kredibel.
c. Rasio Profitabilitas
Menurut Brigham dan Houston (2006:107) profitabilitas adalah
hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Sedangkan
Horne dan Wachowicz (2005:222) mengatakan rasio profitabilitas
menghubungkan laba dengan penjualan dan laba dengan investasi yang
secara bersama-sama keduanya menunjukkan efektifitas keseluruhan
operasi perusahaan.
Dapat dikatakan bahwa rasio profitabilitas menunjukkan
kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin
tinggi rasio profitabilitas, berarti semakin tinggi kemampuan
perusahaan memperoleh laba.
Ada tiga rasio yang sering dibicarakan, yaitu : net profit margin,
return on total asset (ROA), dan return on equity (ROE).
a. Laba bersih atas penjualan ( Net Profit Margin on sales)
Profit marjin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini
bisa diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan
2000:84). Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih dengan
penjualan.
Laba bersih atas penjualan =
penjualan
pajak setelah bersih
laba
“Profit marjin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Rendahnya marjin ini tidak menunjukkan adanya masalah operasi, tetapi hanya perbedaan dalam strategi pembiayaan, dan perusahaan dengan marjin laba yang rendah akan memiliki tingkat pengembalian yang tinggi kepada pemegang saham jika menggunakan leverage keuangan”. (Brigham dan Houston 2006: 107).
b. Pengembalian atas total aktiva (Return On Asset /ROA)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu. ROA juga sering
disebut juga sebagai Return On Investment (ROI) (Hanafi dan Halim
2000:84). Rasio ini dikatakan juga rasio keuntungan yang
menghubungkan laba dengan investasi. Rasio pengembalian atas total
aktiva dihitung dengan membagi laba bersih sesudah pajak dengan
total aktiva.
ROA =
pajak sesudah bersih
laba
aktiva total
x 100 %
c. Pengembalian atas ekuitas saham biasa (Return On Equity/ROE)
Rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa mengukur
investasi pemegang saham (Brigham dan Houston 2006:109). Rasio ini
merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.
ROE =
ekuitas total
rata rata
bersih laba
− x 100%
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rasio return on equity.
Rasio ini menunjukkan tingkat pengembalian perusahaan atau
efektivitas dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan
ekuitas yang dimiliki perusahaan. Tingkat profitabilitas yang tinggi
akan mendorong kompensasi manajemen. Semakin tinggi return on
equity suatu perusahaan maka semakin luas pengungkapan yang
dilakukan oleh perusahaan.
d.Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif
perusahaan memanfaatkan aktiva yang digunakan. Rasio aktivitas
menentukan seberapa cepat aktiva-aktiva tertentu dapat diubah
menjadi kas. Jenis-jenis rasio aktivitas antara lain: rasio perputaran
aktiva, rasio perputaran piutang, perputaran persediaan, average
collection period, average day’s inventory, dan perputaran modal
kerja.
2. Porsi Saham Publik
Perusahaan yang telah go public, saham-sahamnya bebas dimiliki oleh
yang telah go public masih belum seimbang antara founder dengan
pemegang saham publik. Sekitar 70% saham masih dikuasai oleh founder
dan 30% sisanya dimiliki oleh publik. Perbedaan komposisi kepemilikan
tersebut (equity gap) menyebabkan pemegang saham publik memiliki
bargaining position yang lemah. Porsi saham publik diukur dengan rasio
jumlah saham yang dimiliki masyarakat (publik) dengan total saham.
Rasio ini menunjukkan seberapa besar saham perusahaan yang dimiliki
oleh publik (Simanjuntak dan Widiastuti, 2004:355). Perusahaan yang
sahamnya banyak dimiliki publik menunjukkan perusahaan tersebut
memiliki kredibilitas yang tinggi dimata masyarakat dalam memberikan
imbalan (deviden) yang layak dan dianggap mampu beroperasi terus
menerus (going concern).
3. Umur Perusahaan
Umur perusahaan merupakan rentang waktu sejak first issue di BEI
sampai dengan tahun penelitian. Perusahaan yang berumur lebih tua
memiliki lebih banyak pengalaman dan kemampuan dalam
mempublikasikan laporan keuangan karena sudah mengerti akan
kebutuhan informasi seperti apa yang dibutuhkan oleh pengguna
laporannya. Semakin banyak pengalaman suatu perusahaan maka akan
semakin paham akan kebutuhan konstituantenya akan informasi tentang
informasi perusahaan dan dengan demikian akan lebih luas dalam
secara eksplisit mempunyai tujuan jangka panjang yaitu dapat
menghasilkan keuntungan finansial dan menunjukkan kinerja perusahaan.
4. Pengungkapan Laporan keuangan
Pengungkapan atau Disclosure adalah mengkomunikasikan atau
menjelaskan tentang posisi dari keuangan. Apabila dikaitkan dengan
laporan keuangan, disclosure mengandung arti bahwa laporan keuangan
harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil
aktivitas suatu unit kondisi keuangan perusahaan kepada pihak-pihak
eksternal atau pengguna laporan usaha.
Dengan demikian, informasi tersebut harus lengkap, jelas dan dapat
menggambarkan secara tepat mengenai kejadian-kejadian ekonomi yang
berpengaruh terhadap hasil operasi unit usaha tersebut. Informasi yang
diungkapkan harus berguna dan tidak membingungkan pemakai laporan
keuangan dalam membantu pengambilan keputusan ekonomi. Berapa
banyak informasi yang harus diungkapkan tidak hanya tergantung pada
keahlian pembaca, tetapi juga pada standar yang dibutuhkan.
Darrough dalam Na’im dan Rakman (2000:73) mengemukakan
ada dua jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan
yang ditetapkan standar, yaitu :
1. Pengungkapan Wajib (mandatory disclosure)
secara sukarela, pengungkapan wajib akan memaksa perusahaan untuk mengungkapkannya. Luas pengungkapan wajib tidak sama antara negara yang satu dengan negara yang lain. Negara maju dengan regulasi yang lebih baik akan mensyaratkan pengungkap minimum atas lebih banyak butir dibandingkan dengan yang disyaratkan negara berkembang.
2. Pengungkapan Sukarela (voluntary disclosure)
Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan butir-butir yang dilakukan sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Healy dan Palepu dalam Na’im dan Rakhman (2000:73) mengemukakan meskipun semua perusahaan publik diwajibkan memenuhi pengungkapan minimum, mereka berbeda secara substansial dalam hal jumlah tambahan informasi yang diungkap ke pasar modal. Salah satu cara meningkatkan kredibilitas perusahaan adalah melalui pengungkapan sukarela secara lebih luas dan membantu investor dalam memahami strategi bisnis manajemen.
Berdasarkan penjelasan tersebut menunjukkan bahwa pengungkapan
sukarela dapat mengurangi asimetri informasi antara partisipan pasar.
Kredibilitas dan reabilitas merupakan hal utama yang menjadi perhatian
dalam pengungkapan informasi secara sukarela, akan tetapi tidak semua
perusahaan bersedia mengungkapkan laporan keuangannya secara penuh
karena dikhawatirkan dapat mengaburkan informasi serta menyesatkan
pengguna sehingga dapat berakibat pda kegagalan pasar. Oleh karena itu
hanya sebagian perusahaan yang bersedia melakukan pengungkapkan
secara sukarela.
Menurut Belkaouli (2000:219) tujuan pengungkapan antara lain:
b. untuk menyediakan informasi dan item-item yang potensial untuk diakui dan yang belum diakui bagi investor dan kreditor dalam menentukan risiko, dan returnnya .
c. untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar di masa mendatang.
Pengungkapan berkaitan dengan cara pembeberan atau penjelasan
hal-hal informatif yang dianggap penting dan bermanfaat bagi pemakai
khusunya dalam pengambilan keputusan.
5. Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan
Kelengkapan (comprehensiveness) adalah suatu bentuk kualitas.
Menurut Imhoff dalam Na’im dan Rakhman (2000:72), kualitas
tampak sebagai atribut-atribut yang penting dari suatu informasi akuntansi.
Meskipun kualitas akuntansi masih memiliki makna ganda (ambiguous),
banyak penelitian yang menggunakan index of disclosure methodology
mengemukakan bahwa kualitas pengungkapan dapat diukur dan digunakan
untuk menilai manfaat potensial dari isi suatu laporan keuangan tahunan.
Dengan kata lain Imhoff menyatakan bahwa tingginya kualitas informasi
akuntansi sangat berkaitan dengan tingkat kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan.
Kelengkapan pengungkapan laporan keuangan suatu perusahaan tidak
bersifat statis, tetapi meningkat sejalan dengan perkembangan pasar modal
dan sosial di negara bersangkutan. Hendriksen (2002:425) mengatakan
tergantung pada tingkat kesejahteraan sosial yang dihasilkan oleh
pengungkapan. Jika tidak ada suatu teori etika yang memungkinkan
pengukuran kesejahteraan sosial, maka para regulator akuntansi
berkewajiban untuk mengandalkan kriteria seperti relevansi dan keandalan.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan adalah suatu bentuk kualitas untuk menilai manfaat dari
laporan keuangan tersebut.
Di Indonesia, pedoman penyajian dan pengungkapan laporan
keuangan oleh emiten atau perusahaan publik industri Perkebunan
ditetapkan oleh Bapepam dalam Surat Edaran No.SE-02/PM/2002 tanggal
27 Desember 2002. Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan suatu
panduan penyajian dan pengungkapan yang terstandarisasi dengan
mendasarkan pada prinsip-prinsip pengungkapan penuh (full disclosure)
sehingga dapat memberikan kualitas informasi keuangan bagi para
pengguna. Tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dapat
diukur dengan menggunakan index of disclosure methodology, seperti
indeks Wallace.
Rumus indeks Wallace : x100% k
n
Dimana, n : jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan
B. Tinjauan Peneliti Terdahulu
Penelitian tentang kelengkapan pengungkapan laporan keuangan telah
dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu dengan hasil yang berbeda-beda.
[image:33.595.63.562.273.726.2]Ringkasan hasil peneliti terdahulu dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti
Judul Penelitian Variabel Penelitian Periode Sampel Hasil Penelitian Hertanti (2005) Pengauh Faktor-Faktor Fundamental terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEJ
Variabel independen:
rasio likuiditas, leverage, profitabilitas,
porsi saham publik dan ukuran perusahaan. Variabel dependen: kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. 2002 s.d 2003
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh positif antara semua variabel terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan sedangkan Secara parsial hanya variabel leverage, porsi saham publik, dan ukuran
perusahaan yang berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Irawan (2006) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ
Variabel independen: Leverge, likuiditas, profitabilitas (ROA), porsi kepemilikan saham publik, umur perusahaan, ukuran perusahaan, status perusahaan, operating
profit margin, net profit margin, dan return on equity.
Variabel dependen: Kelengkapan pengungkapan laporan keuangan 2001 s.d 2004
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan, porsi kepemilikan saham publik, status perusahaan memiliki pengaruh terhadap pengungkapan, sedangkan umur perusahaan secara negatif berpengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan. Variabel lainnya seperti leverage,
likuiditas, profitabilitas,
operating profit margin, net profit margin, dan return on equity tidak berpengaruh terhadapkelengkapan
Sumber: diolah penulis, 2010
C. Kerangka Konseptual
Kerangka berpikir (konseptual) merupakan model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasikan sebagai masalah penting.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rasio keuangan (Leverage,
Likuiditas, Profitabilitas,), Porsi saham publik dan umur perusahaan sebagai
variabel independen sedangkan variabel dependennya adalah kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan. Berdasarkan latar belakang masalah dan Ivana (2008) Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di BEI
Variabel Independen dalam penelitian ini
adalah jenis perusahaan, ukuran
prusahaan,
profitabilitas dan debt
to equity ratio.
Variabel dependen adalah tingkat pengungkapan laporan
tahunan.
2007 Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya jenis perusahaan yang mempengaruhi tingkat pengungkapan laporan tahunan, sedangkan perbedaan ukuran perusahaan, profitabilitas dan
debt to equity ratio tidak
mempengaruhi tingkat pengungkapan laporan tahunan.
Sofiana (2010) Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kelengkapan Pengungkapan dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
Variabel independen: rasio likuiditas,
rasio leverage, rasio
net profit margin,
ukuran perusahaan dan status perusahaan. Variabel dependen: kelengkapan pengungkapan dalam laporan keuangan tahunan 2006 s.d 2008
Hasil penelitian menunjukkan bahwa likuiditas dan status perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan,
sedangkan leverage, net profit
margin dan ukuran perusahaan
tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dibuat kerangka
[image:35.595.120.556.197.592.2]konseptual sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Ha
Leverage menunjukkan proporsi pendanaan perusahaan yang dibiayai
dengan utang. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi lebih
dipercaya kreditur dan dianggap lebih memiliki kesempatan untuk
menghasilkan laba. Dengan demikian perusahaan dengan tingkat leverage
Leverage (X1)
Likuiditas (X2)
Profitabilitas(X3)
Porsi Saham Publik (X4)
Umur Perusahaan (X5)
Kelengkapan pengungkapan laporan keuangan
(Y) Laporan keuangan
Perusahaan Perkebunan & Pertambangan di BEI
SE Bapepam
yang tinggi maka akan tinggi pula tingkat kelengkapan pengungkapan
laporan keuangannya.
Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi menunjukkan
tingginya tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka
pendeknya, sehingga mencerminkan perusahaan dalam kondisi yang sehat.
Rasio likuiditas yang tinggi akan berhubungan dengan tingkat
pengungkapan yang tinggi, dengan alasan kuatnya finansial suatu
perusahaan akan cenderung memberikan pengungkapan yang lebih untuk
memberikan informasi yang lebih luas agar bermanfaat.
Para investor lebih menyukai perusahaan dengan profitabilitas yang
tinggi. Mereka beranggapan dengan profitabilitas yang tinggi perusahaan
mampu memberikan pengembalian investasi atau Return on Equity (ROE)
yang tinggi pula. ROE yang tinggi akan mendorong para manajer untuk
memberikan informasi yang lebih rinci, sebab mereka ingin meyakinkan
investor terhadap profitabilitas perusahaan dan mendorong kompensasi
manajemen.
Semakin besar proporsi saham yang dimiliki oleh publik
mengharuskan perusahaan memberikan informasi selengkap-lengkapnya
kepada publik. Karena hal ini menunjukkan kredibelitas perusahaan itu
sendiri dimata publik. Umur perusahaan diperkirakan memiliki hubungan
yang positif dengan kualitas pengungkapan. Perusahaan yang berumur
laporan keuangannya. Perusahaan yang memiliki pengalaman yang lebih
banyak akan lebih mengetahui kebutuhan konstituennya akan informasi
tentang perusahaan, sehingga akan mengungkapkan informasi yang lebih
lengkap.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai
berikut:
Ho : Rasio keuangan (leverage, likuiditas, profitabilitas), porsi saham
publik, dan umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan baik
secara parsial maupun simultan terhadap kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan pada perusahaan perkebunan dan pertambangan
yang terdaftar di BEI.
Ha : Rasio keuangan (leverage, likuiditas, profitabilitas), porsi saham
publik, dan umur perusahaan berpengaruh signifikan baik secara
parsial maupun simultan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan pada perusahaan perkebunan dan pertambangan yang
Berikut adalah daftar sampel perusahaan Perkebunan dan
Pertambangan yang digunakan dalam penelitian ini setelah melalui tahap
[image:38.595.155.482.232.474.2]penyeleksian kritria sampel:
Tabel 3.2
Daftar Sampel Penelitian
No. Kode dan Nama Peusahaan
1 AALI (Astra Agro Lestari Tbk) 2 LSIP (PP London Sumatera Tbk) 3 UNSP (Bakrie Sumatra Plantation Tbk) 4 SGRO (Sampoerna Agro Tbk)
5 SMAR (Sinar Mas Agro Resource Tbk) 6 BUMI (Bumi Resource Tbk)
7 PTBA (Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk) 8 MEDC (Medco Energi Internasional Tbk) 9 ANTM (Aneka Tambang Tbk)
10 CITA (Cita Mineral Investindo Tbk) 11 INCO (International Nickel Indonesia Tbk) 12 TINS (Timah Tbk)
13 CNKO (Central Korporindo International Tbk) 14 CTTH (Citatah Industri Marmer Tbk)
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
yaitu data yang berbentuk angka. Data ini merupakan data yang
informasinya diperoleh secara tidak langsung dari perusahaan. Data
sekunder dalam penelitian ini berasal dari Bursa Efek Indonesia
berupa laporan keuangan tahunan perusahaan Perkebunan dan
Pertambangan yang terdaftar di BEI selama tahun 2007 sampai tahun
Menurut waktu pengumpulannya, data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pooling data. Menurut Jogiyanto (2004:54) “ Pooling
data adalah gabungan dari data yang melibatkan satu waktu tertentu (cross
section) dan data yang melibatkan urutan waktu (time series)”.
D. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan dengan teknik
dokumentasi. Teknik dokumentasi yaitu teknik yang dilakukan dengan
mengumpulkan data-data perusahaan yang menjadi sampel penelitian
melalui fasilitas internet, dengan mengakses situs-situs resmi perusahaan
serta informasi dari media massa lainnya. Data peneltian ini diperoleh
melalui media internet dengan cara men-download laporan keuangan
perusahaan-perusahaan Perkebunan dan Pertambangan melalui situs
2010.
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel-variabel yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini
adalah variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat).
1. Variabel Independen
Menurut Sugiyono (2007 : 59) “ variabel independen atau varibel
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat )” .
Variabel-variabel independen yang termasuk dalam penelitian ini adalah :
a. Leverage
Merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi jumlah kewajibannya. Leverage diukur dengan rasio total
hutang dibagi dengan total aktiva (Debt to Asset Ratio).
Rasio Utang =
aktiva total
utang total
% 100
x
b. Likuiditas
Menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang akan segera jatuh
tempo dengan sumber jangka pendeknya.
Rasio Lancar =
lancar utang
lancar aktiva
x 100%
c. Profitabilitas
Dalam penelitian ini, tingkat profitabilitas perusahaan dapat diukur
dengan menggunakan Return on Equity (ROE) perusahaan.
ROE =
ty total equi
net income
x 100%
d. Porsi Saham Publik
Merupakan perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki
Porsi Saham Publik =
saham total
publik saham jumlah
x 100%
e. Umur Perusahaan
Diukur dengan menghitung selisih antara tahun 2005-2009 dengan
first issue perusahaan Perkebunan yang terdaftar di BEI.
2.Variabel Dependen
Menurut Sugiyono (2007 : 59) “ variabel independen (terikat)
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas” .Variabel dependen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
Variabel ini mengukur berapa banyak item laporan keuangan yang
material diungkapkan oleh perusahaan perkebunan. Variabel ini diukur
dengan menggunakan index of disclosure methodology, yaitu indeks
Wallace.
Indeks wallace = k n
x 100%
Dimana n: jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan
k: jumlah item yang seharusnya diungkapkan oleh perusahaan
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peraturan yang
dikeluarkan oleh BAPEPAM melalui Surat Edaran Ketua Bapepam
pedoman penyajian dan pengungkapan laporan keuangan perusahaan
[image:42.595.111.517.191.557.2]Perkebunan dan Pertambangan.
Tabel 3.3 Identifikasi Variabel
Jenis Variabel
Nama Variabel Pengukuran Skala
Pengukuran
independen
Leverage (X1)
Rasio Utang =
aktiva total utang total % 100 x Rasio Likuiditas (X2) RasioLancar= lancar utang lancar aktiva x100% Rasio Profitabilitas
(X3) ROE =total equity net income
x 100% Rasio
Porsi saham publik (X4)
Porsi Saham Publik =
saham total publik saham jumlah x 100% Rasio Umur perusahaan (X5)
Selisih tahun 2005 s.d 2009 dengan tahun terbit
Nominal
Dependen Kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan (Y)
Indeks wallace = k n
x 100% Rasio
F. Metode Analisis Data
Pada penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah metode
analisis statistik dengan menggunakan software SPSS 18. Analisis data
pengujian hipotesis. Hasil pengujian asumsi klasik akan mendukung hasil
pengujian hipotesis.
1. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian Asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah
hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya
gejala heteroskedastisitas, multikolinieritas, dan gejala autokorelasi.
Model regresi akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika
telah memenuhi persyaratan BLUE (Best Linear Unbiasedestimator)
yakni tidak terdapat heteroskedastisitas, tidak terdapat
multikolinieritas, dan tidak terdapat autokorelasi. Jika terdapat
heteroskedastisitas, maka varian tidak konstan sehingga dapat
menyebabkan biasnya estándar error. Jika terdapat multikolinieritas,
maka akan sulit untuk mengisolasi pengaruh-pengaruh individual dari
variabel, sehingga tingkat signifikansi koefisien regresi menjadi
rendah. Dengan adanya autokorelasi mengakibatkan penaksir masih
tetap bias dan masih tetap konsisten hanya saja menjadi tidak efisien.
Oleh karena itu uji asumsi klasik perlu dilakukan. Uji asumsi klasik
yang dilakukan peneliti meliputi uji normalitas, uji multikolinieritas,
uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisits.
a.Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam
independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Proses uji
normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov
Smirnov. Distribusi data dapat dilihat dengan membandingkan Z
hitung dengan Ztabel dengan kriteria sebagai berikut :
- Jika Z
hitung (Kolmogorov Smirnov) < Ztabel (1,96), atau
angka signifikan > taraf signifikansi (α) 0,05 maka distribusi data
dikatakan normal
- Jika
hitung
Z (Kolmogorov Smirnov) > tabel
Z (1,96), atau angka
signifikan < taraf signifikansi (α) 0,05 maka distribusi data
dikatakan tidak normal
Uji normalitas data juga dapat dilihat dengan memperlihatkan
penyebaran data (titik) pada normal P plot of regression standizzed
residual variabel independen, dimana :
- Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas
- Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi
asumsi normalitas. Model regresi yang baik adalah yang
mempunyai distribusi data normal atau mendekati normal.
Uji multikolineritas bertujuan untuk mengidentifikasikan ada
tidaknya hubungan antar variabel independen dalam model regresi.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel bebasnya (Ghozali, 2006: 91). Untuk menguji ada
tidaknya multikolineritas, dapat dilakukan dengan cara :
1. nilai R2 pada estimasi model regresi,
2. menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen,
3. menggunakan variance inflation factor (VIF) dan nilai
tolerance. Multiolinieritas terjadi jika VIF lebih besar dari 10 dan
nilai tolerance lebih kecil dari 0,10.
Pengujian multikolineritas data dalam penelitian ini
menggunakan variance inflation factor( VIF) dan nilai tolerance.
Model regresi linear berganda harus terbebas dari gejala
multikolineritas agar dapat digunakan dalam penelitian.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode saat ini dengan kesalahan pengganggu pada periode
sebelumnya. Ghozali (2006: 95) menyatakan bahwa “ uji
autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
Autokorelasi sering terjadi pada sampel dengan data times series.
Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji
Durbin-Watson (Dw), dengan kriteria jika nilai Durbin-Watson
(Dw) ≤ 2 maka tidak terdapat gejala autokorelasi (Supramono dan
utami, 2004:82)
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedasitas dilakukan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi telah terjadi ketidaksamaan varian dari
residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali,
2006: 105). Model regresi yang baik adalah model regresi yang
memiliki persamaan variance residual untuk homokedastisitas,
untuk melihat ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan uji Glejser, dimana data terbebas dari heteroskedastisitas
bila tingkat signifikansinya lebih besar dari 0.05. Selain itu dapat
juga dilakukan dengan melihat grafik Scatterplot. Cara
memprediksi pola gambar Scatterplot dalah dengan :
1. titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau disekitar
angka 0,
2. titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah
saja,
3. penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pada
4. penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
2. Pengujian Hipotesis
a. Model Regresi Linear Berganda
Model penelitian ini menggunakan model regresi linear berganda.
model regresi linear berganda adalah model regresi yang memiliki
lebih dari satu variabel independen. Model regresi linear berganda
dikatakan model regresi yang baik jika model tersebut memenuhi
asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik
baik multikolinieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas.
Persamaan regresi linear berganda yaitu :
Y= α + β1χ1 + β2χ2 + β3χ3 + β4χ4 + β5χ5+ε
Keterangan :
Y = Indeks Pengungkapan
X1 = leverage
X2 = likuiditas
X3 = profitabilitas
X4 = porsi saham publik
α = konstanta
δ = error
β 1,β2,β3, =koefisien regresi yang menunjukkan perubahan
variabel dependen berdasarkan pada variabel
independen.
b. Koefisien Determinasi (R2
)
Koefisien Determinasi (R2) mengukur seberapa jauh
kemampuan model menerangkan variasi variabel independen
(Ghozali, 2006:83). Nilai koefisien adalah antara nol dan satu.
Karena variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
lebih dari dua, maka nilai koefisien determinasi dapat dilihat pada
adjusted R Squer. Nilai adjusted R Squer yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam rmenjelaskan
variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai adjusted R Squer
yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang diperlukan untuk
memprediksi variasi variabel dependen.
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah
bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke
dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R
2
pasti akan meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut
5 , 4β
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh
karena itu, banyak peneliti menganjurkab untuk menggunakan nilai
adjusted R square pada saat mengevaluasi mana model regresi
terbaik. Tidak seperti R2, nilai adjusted R square dapat naik atau
turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam
model.
c. Uji Parsial (t-test)
Uji parsial digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh
satu variabel penjelas / independen secara individual dalam
menerangkan variasi dependen (Ghozali, 2006: 84).
Hipotesis statistik yang diajukan adalah :
Ha : bi ≠ 0: ada pengaruh
Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak
hipótesis (dua arah) adalah :
a. Haditolak atau H0 diterima apabila −ttabel <thitung < +ttabel
pada α = 2.5% dan nilai probabilitas > level of significant
sebesar 0,05
b. Haditerima atau H0 ditolak apabila −t tabel > thitung > +ttabel
pada α = 2.5% dan nilai probabilitas < level of significant
d. Uji Simultan ( F- Test)
Uji F dilakukan untuk menunjukkan apakah semua
variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model
regresi berganda mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen ( Ghozali, 2006: 84). Kriteria yang
digunakan dalam menerima atau tidak menerima hipotesis
adalah :
a. Ha diterima atau Ho ditolak apabila Fhitung > Ftabel,
pada α = 5% dan p- value < level of significant
sebesar 0,05
b. Ha ditolak atau Ho diterima apabila Fhitung < Ftabel,
pada α = 5% dan p- value > level of significant
G. Jadwal Penelitian Tabel 3.4 Jadwal Penelitian Tahapa n Penelitia n Okt 2010 Nov
2010 Des 2010 Jan 2010
Feb 2011 Mar 2011 Apr 2011 Mei 2011 Jun 2011 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Penelitian
Populasi perusahaan ini adalah perusahaan perkebunan dan
pertambangan yang terdaftar di BEI. Industri perkebunan memiliki
karakteristik khusus yang membedakannya dengan sektor industri lain,
yang ditunjukkan oleh adanya aktivitas pengelolaan dan transformasi
biologis atas tanaman untuk menghasilkan produk yang akan dikonsumsi
atau diproses lebih lanjut sedangkan perusahaan pertambangan dalam
industri pertambangan umum terdapat empat kegiatan usaha pokok, yaitu:
Eksplorasi (Exploration), Pengembangan dan Konstruksi (Development
and Construction), Produksi (Production), dan Pengolahan (refinery).
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisis statistik yang menggunakan persamaan regrsi berganda.
analisis data dimulai dengan mengolah data melalui Microsoft excel,
selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian
menggunakan regresi berganda. Pengujian aumsi klasik dan regresi
berganda digunakan dengan menggunakan software SPSS versi 18.
Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel penelitiaan ke
program SPSS tersebut dan menghasilkan output-output sesuai metode
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive
sampling. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan, diperoleh 5 perusahaan
perkebunan dan 9 perusahaan pertambangan dengan periode pengamatan
selama periode 2007-2009, sehingga sampel pengamatan menjadi 14 x 3
tahun = 42 sampel. Proses pengambilan sampel telah dijelaskan pada bab
sebelumnya.
B. Analisis Hasil Penelitian
1. Analisis Statistik Deskriptif
Pengujian statistik deskriptif penting dilakukan sebelum melakukan
pengujian asumsi klasik dan pengujian hipótesis. Statistik diskriptif adalah
statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpulkan
(Sugiyono, 2007 : 142). Informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini
merupakan data sekunder yang diperoleh dari
berupa data keuangan sampel perusahaan perkebunan dan pertambangan
dari tahun 2007-2009.
Variabel dari penelitian ini terdiri dari rasio keuangan (leverage,
likuiditas, profitabilitas), porsi saham publik, dan umur perusahaan
sebagai variabel independen dan kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan sebagai variabel dependen. Statistik deskriptif dari variabel
tersebut dari sampel perusahaan perkebunan dan pertambangan selama
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Sumber : output SPSS, diolah penulis, 2011
Dari tabel diatas. dapat dilihat bahwa ada 42 unit analisis dari 14
perusahaan sampel yang diteliti dalam waktu 3 tahun (2007-2009) dengan
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan yang minimum
adalah 49.35% yang diperoleh PT Central Korporindo International
Tbk.sedangkan tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan
perusahaan yang maksimum diperoleh PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk
sebesar 81.94%. Rata-rata tingkat kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan perusahaan yang menjadi target populasi adalah 64.346%
Variabel leverage perusahaan diukur dengan membagi total utang
dengan total equitynya. Hasil yang diperoleh menunjukkan leverage yang
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
Leverage (X1) 42 .14 .78 .4231 .20068
Likuiditas (X2) 42 .78 8.10 2.4700 1.83795
Profitabilitas (X3) 42 -29.32 84.60 23.6702 21.73850
Porsi Saham Publik (X4) 42 4.79 82.13 35.4521 20.01012
Umur Perusahaan (X5) 42 5.00 19.00 12.1429 4.30298
KPLK (Y) 42 49.35 81.94 64.3460 8.46384
paling rendah (minimum) selama periode 2007-2009 adalah sebesar 0.14
diperoleh PT Central Korporindo international Tbk sedangkan nilai
maksimum sebesar 0.78 diperoleh PT Citatah Industri Marmer Tbk. Nilai
rata-rata leverage perusahaan yang diteliti adalah 0.4231.
Pada variabel likuiditas, hasil yang didapat menunjukkan bahwa
perusahaan yang memiliki rasio likuiditas paling rendah (minimum)
periode tahun 2007-2009 adalah PT Bumi Resources Tbk dengan nilai
sebesar 0.78. Likuiditas yang paling tinggi (maksimum) adalah 8.10 kali
diperoleh PT International Nickel Indo Tbk. Nilai rata-rata rasio likuiditas
adalah sebesar 2.47.
Pada variabel profitabilitas, hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa rata-rata kemampuan perusahaan memperoleh laba periode tahun
2007-2009 adalah sebesar 23.6702%. Nilai profitabilitas maksimum
sebesar 84.60% dimiliki oleh PT International Nickel Indo Tbk, sedangkan
nilai minimum profitabilitas dimiliki PT Citatah Industri Marmer Tbk
sebesar -29.32%.
Pada variabel porsi saham publik, hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa nilai rata-rata persentase porsi saham perusahaan
yang dimiliki publik periode tahun 2002-2003 adalah sebesar 35.4521%.
Nilai porsi saham publik maksimum sebesar 82.13% dimiliki oleh PT
Bumi Resources Tbk, sedangkan nilai minimum porsi saham publik
Variabel umur perusahaan yang diukur dengan mengurangi waktu
sejak first issue di BEI sampai dengan tahun penelitian menunjukkan
bahwa umur perusahaan yang paling tua periode tahun 2007-2009 adalah
19 tahun diperoleh oleh PT Bumi Resources Tbk dan umur perusahaan
yang paling muda adalah 5 tahun diperoleh oleh PT Tambang Batu Bara
Bukit Alam Tbk. Rata-rata umur perusahaan yang diteliti adalah 12.1429
tahun.
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas data penelitian adalah untuk menguji apakah
dalam model statistik variabel-variabel penelitian berdistribusi normal atau
tidak normal. Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan
uji statistik parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S) .Distribusi data dapat
dilihat dengan membandingkan Z
hitung dengan Ztabel dengan kriteria
sebagai berikut :
- Jika Z
hitung (Kolmogorov Smirnov) < Ztabel (1,96), atau
angka signifikan > taraf signifikansi (α) 0,05 maka distribusi data
dikatakan normal.
- Jika
hitung
Z (Kolmogorov Smirnov) > tabel
Z (1,96), atau
angka signifikan < taraf signifikansi (α) 0,05 maka distribusi data
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas
Hasil pengolahan data menunjukkan besar nilai Kolmogorov-Smirnov
adalah 0.735 dan Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0.652 atau di atas
nilai signifikan (0.05) yang artinya variabel residual berdistribusi normal.
Selain dengan analisi statistik, uji normalitas data jugadapat
dilkukan dengan melihat grafik histrogram yang membandingkan data
yang diobservasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Pada
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual
N 42
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 6.77153052
Most Extreme Differences Absolute .113
Positive .103
Negative -.113
Kolmogorov-Smirnov Z .735
Asymp. Sig. (2-tailed) .652
a. Test distribution is Normal.
gambar 4.1 grafik histrogram terlihat bahwa variabel berdistribusi normal.
Hal ini ditunjukkan oleh distribusi data tersebut tidak melenceng ke kiri
[image:58.595.160.513.219.461.2]atau ke kanan.
Gambar 4.1 Histogram
Sumber : output SPSS, diolah penulis. 2011
Metode lain adalah dengan melihat penyebaran data (titik) pada normal P
Plot of regression standizzed residual variabel independen, dimana:
- Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
- Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi
asumsi normalitas.
Pada grafik Normal P-Plot gambar 4.2 terlihat titik yang mengikuti
data di sepanjang garis diagonal. Hal ini berarti data tersebut berdistribusi
normal meskipun ujung-ujung plot agak menyimpang dari garis lurus,
[image:59.595.195.492.340.650.2]tetapi pola-pola titik masih berbentuk linear.
Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot
b. Uji Multikolineritas
Uji multikolinearitas digunakan untuk menunjukkan ada tidaknya
hubungan linier di antara variabel-variabel independen dalam model
regresi. Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya
multikolinearitas pada suatu model regresi adalah dengan melihat nilai
tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Jika nilai tolerance >
0,10 dan VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa tidak terdapat
multikolinearitas pada penelitian tersebut. Dan sebaliknya, jika nilai
tolerance < 0,10 dan VIF > 10 maka terjadi multikolinearitas.
Berdasarkan hasil pengujian yang disajikan dalam tabel 4.3
menunjukkan hasil perhitungan nilai tolerance lebih dari 0.10 yaitu
0.537, 0.606, 0.841, 0.701, 0.758 yang berarti tidak terjadi
multikolineritas. Hasil perhitungan VIF juga menunjukkan nilai VIF
kurang dari 10 sehingga tidak terjadi multikolineritas dalam model