• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang bangun aplikasi penelaian hasil terapi anak autis menggunakan metode logika Fuzzy; studi: kasus badan pendidikan dan pelatihan sekolah khusus tandur childhoon center

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rancang bangun aplikasi penelaian hasil terapi anak autis menggunakan metode logika Fuzzy; studi: kasus badan pendidikan dan pelatihan sekolah khusus tandur childhoon center"

Copied!
205
0
0

Teks penuh

(1)

METODE LOGIKA

FUZZY

(Studi Kasus Badan Pendidikan dan Pelatihan Sekolah Khusus

Tandur Childhood Centre)

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Oleh:

Hana Fajriyah

107091002532

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

RANCANG BANGUN APLIKASI PENILAIAN HASIL TERAPI

ANAK AUTIS MENGGUNAKAN METODE LOGIKA FUZZY

(Studi Kasus : Badan Pendidikan & Pelatihan Sekolah Khusus Tandur Childhood Centre)

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Pada Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :

HANA FAJRIYAH

107091002532

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Fitri Mintarsih, M. Kom Hata Maulana, M.T.I

NIP. 19721223 200710 2 004 NIDN. 0323108402

Mengetahui

Ketua Program Studi Teknik Informatika,

(3)
(4)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIAJUKAN SEBAGI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN

TINGGI ATAUPUN LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Oktober 2011

Hana Fajriyah

(5)

ABSTRAK

Hana Fajriyah (107091002532), Rancang Bangun Aplikasi Penilaian Hasil Terapi Anak Autis Menggunakan Metode Logika Fuzzy ( Studi Kasus: Badan Pendidikan & Pelatihan Sekolah Khusus Tandur Childhood Centre ) dibawah bimbingan Fitri

Mintarsih, M.Kom dan Hata Maulana M.T.I.

Sekolah Khusus Tandur Childhood Centre merupakan salah satu sekolah luar biasa yang memberikan pendidikan dan pelatihan kepada anak-anak berkebutuhan khusus terutama anak autis. Dalam penilaian hasil terapi anak autis yang berlangsung selama ini dilakukan dengan cara konvensional, dimana pihak guru hanya memberikan laporan pada kepala sekolah dan pihak yayasan berdasarkan laporan siswa yang tersusun dalam buku besar. Selain itu, laporan-laporan tersebut hanya dibuat oleh pihak guru secara periode tertentu saja dan tidak terarsip dengan baik sehingga terjadi kehilangan. Hal ini menyebabkan tidak adanya tolak ukur perbedaan antara laporan saat ini dengan laporan sebelumnya. Artinya ,belum terdapat sistem yang dapat menyimpan data nilai secara terorganisir dan dapat melakukan pemantauan secara otomatis serta sistem yang dapat melakukan penilaian hasil terapi yang memiliki kemampuan untuk mengolah data / fakta yang bersifat kabur. Oleh karena itu, Sekolah Khusus Tandur Childhood Centre memerlukan pengolahan data agar setiap tahun ajarannya dapat menghasilkan peningkatan yang lebih baik.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dilakukan sebuah rancang bangun aplikasi penilaian hasil terapi anak autis, yang diharapkan memberikan informasi yang akurat, penilaian yang objektif, serta pengolahan data yang fleksibel dan konsisten. Tujuan dari pembuatan tugas akhir ini yaitu untuk memberikan kemudahan kepada user dalam membantu menyelesaikan tugasnya terutama di bidang penilaian hasil terapi, dengan pemanfaatan suatu program aplikasi java. Dalam pengembangan sistem ini, penulis menggunakan metodologi pengembangan sistem Rational Unified Process (RUP). Bahasa pemprogaman yang digunakan yaitu JAVA sebagai antar muka pengguna dan MySQL sebagai databasenya serta pemodelan visual menggunakan UML.

(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahiim………

Assalaamu’alaikum wr. wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga Allah

limpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa pertunjuk

dan pedoman hidup bagi manusia, juga kepada keluarga dan sahabat yang telah

mewariskan nilai Islam kepada kita semua.

Skripsi ini penulis buat sebagai syarat kelulusan dalam menempuh

pendidikan jenjang Strata-1 (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Selain itu juga penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat sehingga

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dapat lebih maju dan lulusannya dapat bekerja secara kooperatif dengan

semua elemen informatika dari seluruh dunia.

Mengingat jasa dan bantuan dari semua pihak maka dalam kesempatan ini

penulis menghaturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya :

1. Bapak Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains

dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Yusuf Durrachman, M.Sc, MIT, Ketua Program Studi Teknik

(7)

3. Ibu Fitri Mintarsih M.Kom, dosen pembimbing 1 yang telah banyak

meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan.

4. Pak Hata Maulana, S.Si, M.T.I selaku Pembimbing 2 yang telah

pengarahan dan petunjuk - petunjuk yang berharga kepada penulis

sehingga skripsi dapat diselesaikan.

5. Staf Sekolah Khusus Tandur Childhood Centre, yang telah bekerja sama

dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Ria H.G sebagai Dosen Penguji I dan Ibu Hanifa S. sebagai Dosen

Penguji II yang telah banyak memberikan kritik dan saran pada skripsi ini.

7. Dosen-Dosen Fakultas Sains dan Teknologi yang telah mengajarkan

kepada penulis berbagai macam ilmu yang dapat penulis terapkan dalam

penulisan skripsi ini.

8. Kedua orang tua ku terutama mama tercinta & saudara ku dirumah serta

keluarga besar penulis, yang telah mendidik, membimbing serta

memberikan motivasi dan dukungan baik moril dan materiil dalam

penyusunan skripsi ini.

9. M. Ali F, Dwi W. (Master Programmer  ), terimakasih atas pengarahan,

bimbingan, bantuan serta crazy coding-nya ya.

10.Sahabat-sahabatku di PoreperTogether Dede K, Miftahul J, Uyun F, Sarah

Agya E, R. Inge, Ifta A, Rizka Y, Ahmad Balhi, EkaJul, Thoyibah,

Syarifullah M. Nur, Hendra K, Triono dan sahabat-sahabat lainnya yang

terlalu banyak penulis bila disebutkan satu persatu. Penulis mengucapkan

(8)

11.Teman-Teman seperjuangan TI & SI UIN 2007, Grup Trobooz yang telah

membantu memberikan support dan motivasi kepada penulis, baik selama

perkuliahan terlebih selama menyelesaikan skripsi ini. Semoga segala

bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada penulis akan dibalas

oleh Allah SWT dengan pahala yang berlipat ganda.

12.Kakak Kelas, Ka Iche, Ka Fadli, Ka Haris yang selalu membantu,

mengajar dan membimbing saya serta memberi informasi seputar

perkuliahan serta penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari masih jauh dari sempurna dalam penelitian ini,

baik penulisan maupun aplikasinya sendiri. Oleh karena itu penulis

mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun skripsi ini lebih

baik lagi. Oleh karena itu kritik dan saran dapat disampaikan melalui e-mail ke hannaheitz@gmail.com. Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat.

Amin

Wassalaamu‟alaikum wr. wb

Jakarta, Oktober 2011

(9)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Persetujuan Pembimbing ... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Lembar Pernyataan... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi... ix

Daftar Gambar ... xiv

Daftar Tabel ... xvii

Daftar Simbol ... xix

Daftar Lampiran ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 4

1.3Batasan Masalah ... 4

1.4Tujuan Penelitian ... 6

1.4.1 Tujuan Penelitian Umum ... 6

1.4.2 Tujuan Penelitian Khusus ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

1.5.1 Bagi Penulis ... 6

1.5.2 Bagi Sekolah ... 7

1.5.3 Bagi Universitas... 7

1.6 Metodologi Penelitian ... 8

(10)

1.6.2 Metode Pengembangan Sistem ... 8

1.7 Sistematika Penulisan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

2.1 Rancang Bangun ... 10

2.2 Aplikasi ... 10

2.3 KonsepDasar Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) ... 11

2.4 Penilaian Hasil Terapi... 13

2.4.1 Hakikat Penilaian ... 13

2.4.2 Peristilahan Penilaian... 14

2.4.3 Pengertian Terapi ... 15

2.4.4 Tujuan dan Jenis Terapi ... 16

2.4.5 Aspek Penilaian Yang Diukur Dalam Penilaian Anak Autis 17 2.4.6 Penilaian Perkembangan Anak Autis Menggunakan Metode Applied Behavior Analysis (ABA) ... 19

2.5 Autis ... 22

2.5.1 Pengertian ... 22

2.5.2 Ciri-ciri dan Karakteristik Anak Autis ... 24

2.6 Logika Fuzzy ... 26

2.6.1 Fungsi Keanggotaan ... 28

2.6.2 Operator Dasar Zadeh Untuk Operasi Himpunan Fuzzy. ... 35

2.6.3 Fungsi Impilkasi ... 36

(11)

2.6.5 Variabel Linguistik ... 37

2.6.6 Fuzzyfikasi ... 37

2.6.7 Inferensi ... 38

2.6.8 Defuzzyfikasi ... 41

2.7Metodologi Rational Unified Process (RUP) ... 43

2.7.1 Fase RUP ... 43

2.7.2 Struktur Dinamis RUP ... 45

2.8Unified Modeling Language (UML) ... 47

2.9Basis Data ... 46

2.9.1 Database Management System (DBMS) ... 48

2.9.2 Relational Database Management System (RDBMS) ... 49

2.10 JAVA ... 49

2.11 MySQL ... 50

2.12 Netbeans IDE 6.9. ... 51

2.13 Literatur Sejenis ... 54

2.14 Pengujian Perangkat Lunak ... 56

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 58

3.1 Metodologi Pengumpulan Data ... 58

3.1.1 Metode Wawancara ... 58

3.1.2 Metode Observasi ... 59

3.1.3 Studi Pustaka ... 60

(12)

3.2 Metodologi Pengembangan Sistem ... 61

3.2.1 Fase Permulaan (Inception Phase) ... 61

3.2.2 Fase Pembangunan (Elaboration Phase) ... 63

3.2.3 Fase Konstruksi (Construction Phase) ... 64

3.2.4 Fase Transisi (Transition Phase) ... 65

3.3 Kerangka Berpikir Penelitian ... 66

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 68

4.1 Inception Phase (Fase Permulaan) ... 68

4.1.1 Project Management Workflow ... 68

4.1.1.1 Identifikasi Sistem Berjalan ... 68

4.1.1.2 Identifikasi Sistem Usulan ... 77

4.1.1.3 Estimasi Risk (Resiko) ... 80

4.1.1.4 Membuat Software Development Plan ... 82

4.1.2 Bussines Modelling Workflow ... 84

4.1.2.1Meninjau Usecase Model dari sistem ... 84

4.1.3 Requirement Workflow ... 97

4.1.4 Configuration and Change Management Workflow ... 98

4.1.5 Environment Workflow ... 98

4.2 Elaboration Phase (Fase Pembangunan) ... 100

4.2.1 Project Management Workflow ... 100

4.2.2 Analysis and Design Workflow ... 100

4.2.2.1 Metode Metode Logika Fuzzy Model Sugeno Orde 1 ... 100

(13)

Hasil Terapi Menerapkan Logika Fuzzy ... 103

4.2.2.3 Membuat Rancangan Antarmuka (Interface) Sistem ... 115

4.2.2.4Membuat Design Model dengan Pemodelan Object Oriented……….. 120

4.2.3 Implementation Workflow... 141

4.2.4 Test Workflow ... 141

4.3 Construction Phase (Fase Konstruksi) ... 143

4.3.1 Project Management Workflow ... 143

4.3.2 Implementation Workflow... 143

4.3.3 Test Workflow ... 143

4.3.4 Deployment Workflow ... 144

4.4 Transition Phase (Fase Transisi) ... 145

4.4.1 Project Management Workflow ... 145

4.4.2 Implementation Workflow... 145

4.4.21Instalasi Perangkat Lunak ... 145

4.4.3 Deployment Workflow ... 137

4.4.4 Test Workflow ... 147

BAB V PENUTUP ... 148

5.1 Kesimpulan ... 148

5.2 Saran ... 149

DAFTAR PUSTAKA ... 150

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 HimpunanFuzzy pada variabel temperatur ... 26

Gambar 2.2 Representasi Linier Naik ... 30

Gambar 2.3 Representasi Linier Turun ... 30

Gambar 2.4 Kurva Segitiga ... 30

Gambar 2.5 Kurva Trapesium ... 31

Gambar 2.6 Daerah „Bahu‟ pada variabel TEMPERATUR ... 32

Gambar 2.7 Himpunan fuzzy dengan kurva-S; PERTUMBUHAN ... 32

Gambar 2.8 Himpunan fuzzy dengan kurva-S; PENYUSUTAN ... 33

Gambar 2.9 Karakteristik fungsional kurva π ... 34

Gambar 2.10Arsitektur Rational Unified Process ... 44

Gambar 3.1 Kerangka Berpikir Penelitian ... 64

Gambar 4.1 Logo Tandur ... 67

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Sekolah Khusus Tandur ... 68

Gambar 4.3 Sistem yang Sedang Berjalan ... 72

Gambar 4.4 Fungsi Keanggotaan input, Variabel Perilaku ... 85

Gambar 4.5 Fungsi Keanggotaan input, Variabel Perilaku ... 87

Gambar 4.6 Fungsi Keanggotaan input, Variabel Kemandirian ... 86

Gambar 4.7 Fungsi Keanggotaan input, Variabel Kemampuan Motorik ... 87

Gambar 4.8 Fungsi Keanggotaan input, Variabel Kognitif & Persepsi ... 88

Gambar 4.9 Fungsi Keanggotaan input, Variabel Komunikasi & Interaksi .... 89

Gambar 4.10 Use case Diagram ... 98

Gambar 4.11 Rancangan Antarmuka Halaman Utama ... 107

Gambar 4.12 Interface Halaman Login Admin & User ... 108

Gambar 4.13 Interface Halaman Utama Admin ... 108

Gambar 4.14 Interface Halaman Admin untuk Input Data Siswa ... 109

Gambar 4.15 Interface Halaman Admin untuk Lihat Data Siswa ... 109

Gambar 4.16 Interface Halaman Admin untuk Input Data Guru ... 110

Gambar 4.17 Interface Halaman Admin untuk Lihat Data Guru ... 111

Gambar 4.18 Interface Halaman User untuk Perhitungan Penilaian ... 111

Gambar 4.19 Interface Halaman User untuk Lihat Hasil Penilaian Semua Siswa ... 112

Gambar 4.20 Interface Halaman User untuk Lihat Hasil Penilaian ... 112

Gambar 4.21 Activity Diagram Use Case Login ... 113

Gambar 4.22 Activity Diagram Use Case Data Siswa ... 114

Gambar 4.23 Activity Diagram Use Case Data Guru ... 116

Gambar 4.24 Activity Diagram Use Case Penilaian ... 118

Gambar 4.25 Activity Diagram Use Case Hasil Penilaian ... 119

Gambar 4.26 Activity Diagram Use Case Bantuan ... 120

(15)

Gambar 4.28 Class Diagram ... 122

Gambar 4.29 Sequence Diagram Login ... 123

Gambar 4.30 Sequence Diagram Data Siswa ... 124

Gambar 4.31 Sequence Diagram Data Guru ... 125

Gambar 4.32 Sequence Diagram Penilaian ... 126

Gambar 4.33 Sequence Diagram HasilPenilaian ... 127

Gambar 4.34 Sequence Diagram Bantuan ... 128

Gambar 4.35 Sequence Diagram Logout ... 129

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Literatur Sejenis ... 55

Tabel 4.1 Estimasi Resiko Sistem ... 93

Tabel 4.2 Daftar Tools Pengembangan sistem ... 77

Tabel 4.3 Perbandingan Sistem Keseluruhan ... 80

Tabel 4.4 Variabel Input Penilaian Terapi Beserta Range ... 81

Tabel 4.5 Identifikasi Actor dan Use Case ... 96

Tabel 4.6 Daftar Diagram Use Case ... 97

Tabel 4.7 Skenario Use Case Login ... . 100

Tabel 4.8 Skenario Use Case Data Siswa ... 101

Tabel 4.9 Skenario Use Case Data Guru ... 102

Tabel 4.10 Skenario Use Case Penilaian ... 103

Tabel 4.11 Skenario Use Case Hasil Penilaian ... 104

Tabel 4.12 Skenario Use Case Bantuan ... 105

Tabel 4.13 Skenario Use Case Logout ... 106

Tabel 4.14 Tabel User ... 130

Tabel 4.15 Tabel Data Siswa ... 130

Tabel 4.16 Tabel Data Guru ... 131

Tabel 4.17 Tabel Nilai Fuzzy ... 131

Tabel 4.18 Tabel Tahun Pelajaran ... 132

Tabel 4.19 Tabel Laporan ... 132

(17)

DAFTAR SIMBOL

Diagram UML (Unified Modelling Language)

No Nama Diagram Simbol Nama

1 Use Case Diagram

Actor

Use Case Participant

2 Class Diagram

Class

Datatype

Interface Generalization

3 Sequence Diagram

Participant

Simpel Message Synchronous Asynchronous

4 Activity Diagram Titik Awal

(18)

Activity

Pilihan untuk mengambil

keputusan

Fork

<no send action> Tanda Pengiriman

<no receive action> Tanda Penerimaan

Interface

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan pendidikan di beberapa sekolah khususnya sekolah luar biasa

belum dipertimbangkan sesuai dengan kebutuhan anak, masalah, dan kemampuan

anak. Guru cenderung hanya mengejar keterlaksanaan apa yang ditargetkan dalam

kurikulum semata. Padahal, ciri khas dalam penyelenggaraan pendidikan anak

berkebutuhan khusus adalah selalu berorientasi pada kebutuhan anak. Layanan

pendidikan lebih ditekankan kepada layanan individual. Hal ini dikarenakan

kebutuhan dan kemampuan setiap anak berbeda-beda. Layanan pendidikan yang

diberikan harus sesuai dengan kebutuhan, masalah, dan kemampuan anak.

Dalam upaya memahami masalah dan kebutuhan anak berkebutuhan

khusus, seorang guru membutuhkan data yang akurat berkenaan dengan

kebutuhan dan masalah yang dihadapi setiap anak didiknya. Untuk dapat

menggali data dan informasi tentang kebutuhan dari masalah yang dihadapi anak,

guru dapat melakukannya melalui kegiatan yang disebut penilaian (asesmen).

Asesmen dapat dipandang sebagai suatu upaya pengumpulan informasi yang akan

digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang berhubungan

dengan anak. Untuk itu, asesmen sangat penting untuk dipergunakan sebagai

(20)

Sebuah sekolah luar biasa sebagai salah satu lembaga pendidikan formal juga

berperan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Oleh karena itu

diperlukan evaluasi atau pemantauan perkembangan penilaian hasil terapi anak

agar berkembang lebih baik.

Sekolah Khusus Tandur Childhood Centre merupakan salah satu sekolah

luar biasa tingkat sekolah dasar berwawasan di Tangerang. Selain berusaha untuk

menghasilkan anak didik yang berestetika, sekolah ini juga menghasilkan lulusan

yang cerdas, mandiri dan berkarakter. Oleh karena itu, Sekolah Khusus Tandur

Childhood Centre memerlukan pengevaluasian dalam kegiatan belajar mengajar

agar setiap tahunnya dapat menghasilkan peningkatan. Namun sayangnya saat ini

pengevaluasian belum berjalan optimal, dimana pihak guru hanya memberikan

laporan pada kepala sekolah dan pihak yayasan berdasarkan nilai raport siswa

yang tersusun dalam legger atau buku besar. Selain itu, laporan-laporan tersebut

hanya dibuat oleh pihak guru secara periode tertentu saja dan tidak terarsip

dengan baik sehingga terjadi kehilangan data. Hal ini menyebabkan tidak adanya

tolak ukur perbedaan antara laporan saat ini dengan laporan sebelumnya.

Oleh karena itu, Sekolah Khusus Tandur Childhood Centre memerlukan

pengevaluasian penilaian hasil terapi anak baik dalam kegiatan belajar mengajar

dan terapi. Hal itu bertujuan agar setiap tahun ajarannya dapat menghasilkan

peningkatan yang lebih baik. Dalam penilaian hasil terapi anak autis yang

berlangsung selama ini dilakukan dengan cara konvensional.

Melihat masalah yang ada, penulis merasa perlu membangun aplikasi

(21)

pengolahan data serta penilaian hasil terapi anak autis pada Sekolah Khusus

Tandur Childhood Centre dalam menilai kemampuan peserta didiknya dari

berbagai aspek penilaian. Sehingga mendapatkan hasil yang maksimal dalam

pengolahan dan penyimpanan data, yang selama ini membutuhkan waktu yang

cukup lama serta manual agar menjadi aplikasi yang terkomputerisasi, sehingga

pengolahan data dapat berjalan dengan tertib, cepat, tepat dan akurat.

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi penelitian mengenai

sistem pendukung keputusan telah banyak digunakan dalam berbagai bidang

diantaranya dalam dunia pendidikan. Dalam dunia pendidikan, Khoirudin,

melakukan penelitian dengan judul Sistem Penunjang Keputusan Kelayakan

Pembiayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) dengan Menggunakan Logika

Fuzzy” Studi Kasus : Bank BPRS Mulya Artha (Siti Nurjannah, β007), Sistem Pendukung Keputusan Kelayakan Calon Rintisan Sekolah Bertaraf International

Dengan Metode Fuzzy Associative Memory (Khoirudin,2008). Adanya penelitian tentang fuzzy dengan judul Sistem Pendukung Keputusan Untuk Menentukan Penerima Beasiswa Bank BRI Menggunakan FMADM (Wibowo et, al 2009).. Perancangan Sistem Penempatan & Peminatan Siswa Menggunakan Algoritma

Logika Fuzzy (Edwin Kurnianto,2008). Sistem Penilaian Kinerja Pegawai

Menggunakan Metode Fuzzy (Sanita,2008). Penentuan Bidang Peminatan

Mahasiswa Program Studi TI menggunakan Fuzzy Logic (Tri Hadiyanto

Wobowo,2009).

Metode fuzzy merupakan bagian dari salah satu bidang ilmu komputer yaitu

(22)

rangka mencari nilai tengah antara bilangan 0 dan 1. Hal ini seiring dengan usaha

untuk membuat komputer yang bekerja seperti cara manusia berpikir, sebab

komputer pada dasarnya adalah sebuah mesin hitung yang tidak berpikir

(Kusumadewi,2004).

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka saya selaku penulis tertarik

melakukan studi analisis tentang “Rancang Bangun Aplikasi Penilaian Hasil

Terapi Anak Autis Menggunakan Metode Logika Fuzzy pada Badan

Pendidikan dan Pelatihan Sekolah Khusus Tandur Childhood Centre. Dengan

adanya penelitian ini diharapkan mampu membantu guru/terapis dalam

memproses penilaian hasil terapi anak autis

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan masalah yang diangkat pada latar belakang penulisan, maka

masalah yang akan dibahas adalah :

1. Bagaimana penerapan logika fuzzy dalam penilaian hasil terapi anak autis dapat dikelola dengan menggunakan aplikasi ini sehingga penanganannya

bisa dilakukan dengan optimal pada Sekolah Khusus Tandur Childhood

Centre?

2. Bagaimana membantu guru/terapis dalam memberikan penilaian hasil

(23)

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka batasan masalah yang akan

dibahas adalah sebagai berikut :

1. Penulis membatasi tulisan hanya pada ruang lingkup bagaimana membuat

aplikasi penilaian yang berguna untuk memberi nilai serta menganalisa

tingkat hasil terapi anak autis pada Badan Pendidikan & Pelatihan Sekolah

Khusus Tandur Childhood Centre.

2. Parameter yang digunakan dalam penilaian hasil terapi anak autis yaitu

perilaku, kemandirian, kemampuan motorik, kognitif & persepsi dan

komunikasi & interaksi, dimana parameter tersebut merupakan parameter

baku.

3. Pembuatan fungsi keanggotaan fuzzy pada tahap fuzzyfikasi dengan model representasi kurva bahu dan segitiga.

4. Penerapan logika fuzzy pada tahap inferensi menggunakan metode Sugeno. 5. Pada tahap defuzzyfikasi menggunakan metode Weight Average (rata-rata

terbobot).

6. Penilaian yang dilakukan hanya untuk menentukan hasil terapi anak autis

yang diajukan oleh Badan Pendidikan & Pelatihan Sekolah Khusus Tandur

Childhood Centre.

7. Sistem dibuat menggunakan perangkat lunak NetBeans IDE 6.9.1 dan

MySQL versi 5.1.4 sebagai perangkat lunak sistem basis data.

(24)

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Bagaimana terwujudnya sebuah “Aplikasi Penilaian Hasil Terapi Anak Autis Menggunakan Metode Logika Fuzzy” pada Badan Pendidikan & Pelatihan Sekolah Khusus Tandur Childhood Centre.

Dimana kehadiran suatu aplikasi penilaian disekolah ini sangatlah

tepat untuk mengatasi penilaian, memonitor serta menganalisa

perkembangan hasil terapi anak berkebutuhan khusus terutama anak autis.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Merancang suatu sistem yang dapat menganalisis dan

mengidentifikasi kriteria-kriteria yang menjadi aspek penilaian dalam

mengevaluasi penilaian hasil terapi anak autis.

2. Merancang suatu aplikasi penilaian hasil terapi anak autis yang

menarik dan mudah dalam penggunaannya.

3. Merancang suatu aplikasi desktop yang efektif dan efisien sehingga bermanfaat untuk semua pihak.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Penulis

1. Menerapkan dan mengembangkan ilmu-ilmu yang diperoleh selama

mengikuti kuliah serta memenuhi tugas akhir untuk menyelesaikan

(25)

2. Menambah pengalaman, memperluas wawasan pemikiran dan

mengembangkan potensi diri.

3. Membandingkan teori yang di dapat diperkuliahan dengan masalah

sebenarnya.

1.5.2 Bagi Sekolah

2. Lembaga pendidikan mendapat masukan bagaimana meningkatkan

hasil terapi anak didiknya melalui sistem yang telah dibuat dalam

mengelola data-data siswa.

3. Meningkatkan kinerja penilaian hasil terapi anak autis.

4. Upaya peningkatan mutu pendidikan dan memberikan sumbangsih

teoritis pada dunia pendidikan khususnya yang berkaitan dengan

anak yang berkebutuhan khusus terutama anak autis.

1.5.3 Bagi Universitas

2. Diharapkan sebagai sumbangan karya ilmiah dalam disiplin ilmu

khususnya dalam bidang teknologi informasi.

3. Berguna sebagai penambah hasil-hasil penelitian yang dapat

dijadikan bahan bacaan bagi peneliti lain dalam mengkaji

(26)

1.6 Metodologi Penelitian

1.6.1 Metode Pengumpulan Data

1. Metode Wawancara (Interview)

Metode pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan menyangkut penilaian hasil terapi kepada anak autis

kepada pakar psikologi anak berkebutuhan khusus, para pengajar

yang berada di Badan Pendidikan & Pelatihan Sekolah Khusus

Tandur Childhood Centre.

2. Metode Pengamatan

Metode pengumpulan data dan informasi dengan cara meninjau dan

mengamati secara langsung kegiatan yang terjadi di Badan

Pendidikan & Pelatihan Sekolah Khusus Tandur Childhood Centre.

3. Metode Studi Pustaka & Studi Literatur

Metode pengumpulan data dan informasi dengan membaca

buku-buku referensi serta mempelajari hasil penelitian sejenis sebelumnya

yang pernah dilakukan oleh orang lain.

1.6.2 Metode Pengembangan Sistem

Di samping metode pengumpulan data, metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode pengembangan sistem

menggunakan Rational Unified Process (RUP). Terdapat 4 fase utama dalam metode ini yaitu inception, elaboration, construction

(27)

1.7 Sistematika Penulisan

Untuk memperjelas dan mempermudah pembaca dalam pemahaman yang

dibahas maka konsep sistem yang telah disusun ini dibagi menjadi lima bab.

Adapun sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang, rumusan

masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini menjelaskan mengenai teori-teori yang digunakan

sebagai landasan atau dasar dari penulisan skripsi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan mengenai metode yang penulis

gunakan dalam pengumpulan data maupun metode untuk

merancang sistem yang dilakukan dalam penelitian ini.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menguraikan hasil dan pembahasan dari rancang

bangun aplikasi penilaian hasil terapi anak autis menggunakan

metode logika fuzzy pada Sekolah Khusus Tandur Childhood Centre.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini menguraikan kesimpulan dan saran dari penelitian

(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Rancang Bangun

Rancang atau merancang dapat diartikan sebagai mengatur atau

merencanakan segala sesuatu (sebelum bertindak, mengerjakan atau melakukan

sesuatu), yang akan menghasilkan sebuah rancangan dalam bentuk apilkasi.

Sedangkan bangun dapat diartikan sebagai cara dalam menyusun atau susunan

yang merupakan suatu wujud, struktur dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa

Indonesia). Jadi, rancang bangun merupakan pengaturan dan perencanaan segala

sesuatu untuk membangun atau menyusun suatu struktur yang ada untuk

menghasilkan rancangan yang baru.

2.2 Aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan atau penerapan suatu konsep yang menjadi

pokok pembahasan. Aplikasi dapat diartikan juga sebagai program komputer yang

dibuat untuk menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi

software yang dirancang untuk penggunaan praktisi khusus, klasifikasi luas ini dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:

1. Aplikasi software spesialis, program dengan dokumentasi tergabung yang dirancang untuk menjalankan tugas tertentu.

2. Aplikasi paket, suatu program dengan dokumentasi tergabung yang

(29)

2.3 Konsep Dasar Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence)

Istilah kecerdasan buatan sebenarnya berasal dari bahasa Inggris:

Artificial Intelligence”. Jika diartikan tiap kata, artificial artinya buatan, sedangkan intelligence adalah kata sifat yang berarti cerdas. Jadi artificial intelligence maksudnya adalah sesuatu buatan atau suatu tiruan yang cerdas. Cerdas di sini kemungkinan maksudnya adalah kepandaian atau ketajaman dalam

berpikir, seperti halnya otak manusia dalam menyelesaikan suatu masalah.

Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) didefinisikan sebagai kecerdasan yang ditunjukkan oleh suatu entitas buatan. Sistem seperti ini umumnya dianggap

sebagai komputer. Kecerdasan diciptakan dan dimasukkan kedalam suatu mesin

(komputer) agar dapat melakukan pekerjaan seperti yang dapat dilakukan

manusia. Kecerdasan buatan ini bukan hanya ingin mengerti apa itu sistem

kecerdasan, tapi juga mengkonstruksinya.

Stuart Russel dan Peter Norvig (Suyanto, 2007:2) mengelompokkan

kecerdasan buatan menjadi empat kategori. Empat kategori ini mereka dapatkan

setelah mengutip dari beberapa buku yang terkait dengan bidang ini, yaitu :

1. Sistem yang berpikir seperti manusia (Thinking Humanly) Pendekatan ini dilakukan dengan dua cara sebagai berikt :

a. Melalui introspeksi : Mencoba Menangkap pemikiran-pemikiran kita

sendiri pada saat kita berpikir.

(30)

2. Sistem yang berpikir secara rasional (Thinking Rationally) Ada dua masalah dalam pendekatan ini, yaitu :

a. Tidak dapat membuat pengetahuan informal dan menyatakan

pengetahuan tersebut kedalam formal term yang diperlukan oleh notasi logika, khususnya ketika pengetahuan tersebut memiliki kepastian

kurang dari 100%.

b. Terdapat perbedaan prinsip antara dapat memecahkan masalah “dalam

prinsip” dan memecahkannya “dalam dunia nyata”.

3. Sistem yang bertindak seperti manusia (Acting Humanly)

Pada tahun 1950, Alan Turing merancang suatu ujian bagi komputer

berintelenjesia untuk menguji apakah komputer tersebut mampu mengelabui

seorang manusia yang menginterogasinya melalui teletype (komunikasi berbasis teks jarak jauh). Komputer tersebut memiliki kemampuan :Natural Language Processing, Knowledge Representation, Automated Reasoning, Machine Learning, Computer Vision, Robotics

4. Sistem bertindak secara rasional ( Acting Rationally)

Membuat inferensi yang logis merupakan bagian dari suatu rational agent.

Hal ini disebabkan satu-satunya cara untuk melakukan aksi secara rasional

adalah dengan menalar secara logis. Dengan menalar secara logis, maka bisa

didapatkan kesimpulan bahwa aksi yang diberikan mencapai tujuan atau

(31)

Dalam keempat kategori Artificial Intellijen diatas logika fuzzy masuk dalam kategori keempat, yaitu Acting Rationally, karena logika fuzzy memiliki kemampuan untuk menalar secara logis. Didalam bukunya, Russel dan Norvig

memasukan logika fuzzy ke dalam teknik penalaran dengan pendekatan nilai samar. Penjelasan mengenai logika fuzzy akan dijelaskan pada sub bab selanjutnya.

2.4 Penilaian Hasil Terapi

2.4.1 Hakikat Penilaian

Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh,

menganalisis, menafsirkan data tentang proses dan hasil terapi peserta

didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga

menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

Penilaian merupakan bagian yang penting dalam pembelajaran. Dengan

melakukan penilaian, pendidik sebagai pengelola kegiatan pembelajaran

dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik, ketepatan

metode mengajar yang digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam

meraih kompetensi yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penilaian,

pendidik dapat mengambil keputusan secara tepat untuk menentukan

langkah yang harus dilakukan selanjutnya. Hasil penilaian juga dapat

(32)

2.4.2 Peristilahan Penilaian

Dalam penilaian terdapat beberapa istilah yaitu, evaluasi,

pengukuran, tes dan asesmen. Untuk menyamakan persepsi,

masing-masing istilah akan ditinjau secara lebih rinci.

a. Istilah

1) Pengukuran

Pengukuran adalah proses penetapan ukuran terhadap suatu gejala

menurut aturan tertentu (Guilford, 1982). Pengukuran pendidikan

berbasis kompetensi berdasar pada klasifikasi observasi unjuk kerja

atau kemampuan peserta didik dengan menggunakan suatu standar.

Pengukuran dapat menggunakan tes atau non-tes. Pengukuran

pendidikan bisa bersifat kuantitatif atau kualitatif. Kuantitatif hasilnya

berupa angka, sedangkan kualitatif hasilnya bukan angka (berupa

predikat atau pernyataan kualitatif, misalnya sangat baik, baik, cukup,

kurang, sangat kurang), disertai deskripsi penjelasan peserta didik.

Pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan

dengan kegiatan penilaian.

2) Pengujian

Pengujian dapat diartikan sebagai suatu pernyataan atau tugas atau

seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi

tentang atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan atau tugas

tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar

(33)

3) Penilaian

Penilaian adalah kegiatan mengevaluasi pendidikan dengan cara

mengumpulkan informasi mengenai siswa untuk menentukan strategi

pengajaran yang tepat (Wallace & Larsen, 1979). Proses penilaian

mencakup pengumpulan bukti yang menunjukan pencapaian belajar

peserta didik.

4) Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian yang sistematik tentang manfaat atau

kegunaan suatu objek (Mehrens & Lehmann, 1991). Evaluasi lebih

diarahkan pada seberapa jauh sesuatu proses atau suatu hasil

seseorang atau program telah dicapai/ diperoleh (Zainul, 1993:6).

2.4.3 Pengertian Terapi

Terapi berarti berusaha untuk memulihkan kesehatan orang yang

sedang sakit atau pengobatan penyakit atau juga diartikan sebagai

perawatan penyakit (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008) Sedangkan,

pengertian istilah terapi dalam Autisme menurut Kamus Istilah Psikologi

(Dali, 1982), yaitu penanganan atau intervensi terhadap penyandang autis

yang diberikan secara intensif dan terpadu dan memerlukan kerjasama tim

yang berasal dari berbagai disiplin ilmu antara lain psikiater, psikolog,

(34)

2.4.4 Tujuan dan Jenis Terapi

A. Tujuan Terapi

1. Sebagai salah satu usaha untuk memulihkan kesehatan orang

yang sakit

2. Sebagai metode pengobatan penyakit

3. Untuk mengurangi dan menghilangkan penyandang / kelainan

wicara dan bahasa.

B. Jenis terapi

a. Terapi Perilaku

Berbagai jenis terapi perilaku telah dikembangkan untuk

mendidik anak-anak dengan berkebutuhan khusus, termasuk

penyandang autism, mengurangi perilaku yang tidak lazim dan

menggantinya dengan perilaku yang bisa diterima dalam

masyarakat.

1. Terapi Okupasi

Terapi okupasi seringkali dilakukan menggunakan Sensory Integration (SI) untuk mentrapi kelainan sensoris pada anak autisma.

2. Terapi Wicara

Bagi anak dengan Speech Delay, maka terapi wicara merupakan pilihan utama. Untuk memperoleh hasil yang

(35)

3. Sosialisasi Dengan Menghilangkan Perilaku yang Tidak

Wajar

Untuk menghilangkan perilaku yang tidak dapat diterima

oleh umum, perlu dimulai dari kepatuhan dan kontak mata.

Kemudian diberikan pengenalan konsep atau kognitif

melalui bahasa reseptif dan ekspresif.

b. Terapi Biomedik (obat, vitamin, mineral, suplemen makanan)

c. Sosialisasi Ke Sekolah Regular

d. Sekolah (Pendidikan) Khusus

2.4.5 Aspek Penilaian Yang Diukur Dalam Penilaian Anak Autis

Berikut ini uraian penilaian untuk anak autis dalam

memperoleh peningkatan pengetahuan, keterampilan serta

sikapnya yang dinilai dari beberapa aspek, yaitu Perilaku,

Kemandirian, Kemampuan Motorik, Kognitif & Persepsi serta

Komunikasi & Interaksi.

1. Perilaku

Penilaian yang dilakukan dengan melihat perkembangan

perilaku yang dilakukan anak dalam bersikap dengan lawan

bicaranya. Seperti anak sering mengalami tantrum, tidak ada

(36)

2. Kemandirian

Kemandirian ialah mengarahkan dan mengendalikan diri

sendiri dalam berfikir dan bertindak serta tidak bergantung

kepada orang lain secara emosional. Penilaian ini dengan

melihat sejauh mana kemampuan anak untuk mampu mandiri,

tidak bergantung pada orang lain, untuk dirinya sendiri dalam

bersikap dan mengambil keputusan dan mempunyai rasa

tanggung jawab. Seperti anak yang masih perlu dibantu atau

tidak untuk membersihkan diri.

3. Kemampuan Motorik

Penilaian seberapa mampu si anak melakukan koordinasi

gerakan motorik kasar dalam satu aktifitas seperti dalam hal

melompat, berjalan, yang mana mampu dilakukan tapi tidak

terkoordinasi dengan baik.

4. Kognitif & Persepsi

Penilaian kemampuan berpikir si anak seperti kemampuan

pemahaman materi, pengetahuan, analisa dan evaluasi.

5. Komunikasi & Interaksi

Penilaian yang terhadap gerak adaptif dan keterampilan

komunikasi berkesinambungan yang mencakup gerak

(37)

2.4.6 Menggunakan Metode Applied BehaviPenilaian Perkembangan

Anak Autis or Analysis (ABA)

Metode ABA (Applied Behavior Analysis) yaitu suatu ilmu perilaku terapan untuk mengajarkan dan melatih seseorang agar menguasai

berbagai kemampuan yang sesuai dengan standar yang ada di masyarakat.

Penggunaan ABA tidak hanya terbatas pada autisme saja, tetapi sangat

luas diterapkan dalam berbagai bidang, yaitu misalnya olahraga,

manajemen, pendidikan, vocational-skill

Salah satu kelebihan dari penggunaan metode ABA sebagai

metode terapi untuk anak autis adalah karena metode ABA ini sistematik,

terstruktur dan terukur.

1. Sistematik yaitu terapi dimulai dari tingkat kemampuan anak saat

assessment (penilaian/pemeriksaan) dibuat, dan apakah prasyarat untuk mengajarkan/melatih aktivitas/program/kurikulum bersangkutan

sudah dikuasai oleh anak, bila belum maka diajarkan/dilatih terlebih

dahulu prasyaratnya. Kemudian, setelah suatu aktivitas dikuasai,

dilanjutkan dengan aktivitas berikutnya yang sudah jelas

urutan-urutan/tahapannya sampai program/kurikulum berakhir/selesai yaitu

anak masuk ke dalam mainstreaming (yaitu anak masuk sekolah reguler, berkembang seperti anak lain sepantarannya, dan kemudian

bisa hidup mandiri di masyarakat).

2. Terstruktur, artinya dalam penyusunan program untuk anak dengan

(38)

perkembangan yang sedang terjadi pada anak, sehingga pembuatan

programnya harus terstruktur dimulai dari yang mudah sampai ke

yang paling sulit tidak boleh meloncat-loncat, sebagai contoh : Kita

tidak boleh mengajarkan perintah sederhana tangan keatas kepada

anak jika anak belum dapat melakukan imitasi gerakan motorik kasar

berupa tangan keatas. Kita tidak boleh mengajarkan kontak mata

selama detik kalau anak belum dapat kontak mata selama 1 detik.

Jelasnya bahwa proses terapi harus dilakukan secara terstruktur

dimulai dari aktivitas yang paling mudah, ditingkatkan sedikit demi

sedikit ke aktivitas yang lebih kompleks.

3. Terukur, artinya dalam proses terapi selalu dilakukan penilaian tiap

harinya terhadap perkembangan anak. Untuk penilaian ini ada dua

form yang dapat digunakan.

Form 1 dengan bentuk vertikal, ini digunakan untuk melakukan

penilaian terhadap anak yang baru memulai program terapi (masih

suka menolak instruksi), ada tiga penilaian yang digunakan yaitu : (-)

jika anak tidak melakukan respon terhadap instruksi yang kita berikan,

sebagai contoh : Anak hanya diam saja saat kita instruksikan pegang

kepala. (x) jika anak memberikan respon yang salah terhadap instruksi

yang kita berikan, sebagai contoh : Anak melakukan tepuk tangan saat

kita instruksikan untuk tepuk kepala. (+) jika anak merespon dengan

(39)

penilaian yang kita berikan jika anak telah melakukan dua kali

kesalahan.

Form 2 dengan bentuk horizontal digunakan untuk anak-anak yang

sudah cukup baik (tidak banyak menolak instruksi yang diberikan),

ada tiga penilaian yang digunakan yaitu : (A) jika anak dapat memberi

respon secara benar atau cuma salah satu kali dari 15 intruksi yang

diberikan (maksimal instruksi yang harus diberikan pada setiap

aktivitas hanya 15 kali). (C) jika anak melakukan kesalahan dua kali

atau lebih dari 15 instruksi yang diberikan. (P) jika bantuan dari

terapis lebih banyak daripada respon benar dari anak.

2.4.6 Prosedur Pemberian Prompter

Prompter atau bantuan akan kita berikan jika anak telah

melakukan dua kali kesalahan dalam merespon instruksi yang kita berikan,

baik dengan skor (-) atau dengan skor (x). yang harus diperhatikan

prompter harus kita berikan dengan disertai penghargaan atau hadiah,

sebagai contoh:

Instruksi 1 : Terapis : Simon pegang A

Simon : Memegang B

Terapis : Tidak

Nilai : (x)

Instruksi 2 : Terapis : Simon pegang A

(40)

terapis : Tidak

Nilai : (-)

Instruksi 3 : Terapis : Simon pegang A

Simon : Baru mau pegang…

Terapis : Segera menarik tangan Simon dan membantunya memegang

huruf A, sebelum Simon memegang salah satu dari huruf A dan B dan

berkata bagus simon ini A

Nilai : P

Di Tandur, Pencacatan harian hasil terapi disebut juga

penilaian A-P. Huruf A dipakai sebagai tanda bahwa anak mampu

melakukan instruksi secara mandiri tanpa promt. Huruf P dipakai untuk

tanda bahwa seorang anak masih perlu diprompt untuk melakukan

instruksi. Apabila secara berturu-turut 3 kali pada instruksi pertama

seorang anak mampu melakukan apa yang diinstruksikan terapis dan pada

waktu yang berlainan juga dilakukan oleh 2 terapis yang lain, dan pada

waktu yang berlainan juga, jadi hasilnya adalah 3 (terapis) X 3 A, maka

untuk aktivitas tersebut anak dianggap sudah mastered.

2.5 Autis

2.5.1 Pengertian

(41)

mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat

dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang

normal. Istilah autism baru diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo

Kanner, sekalipun kelainan ini sudah ada sejak berabad-abad yang lampau.

Perilaku autistik digolongkan dalam 2 jenis, yaitu perilaku yang

eksesif (berlebihan) dan perilaku yang defisit (berkekurangan). Yang

termasuk perilaku eksesif adalah hiperaktif dan tantrum (mengamuk)

berupa menjerit, menyepak, mengigit, mencakar, memukul dan

sebagainya. Perilaku defisit ditandai dengan gangguan bicara, perilaku

social kurang sesuai, defisit sensoris sehingga dikira tuli, bermain tidak

benar, serta emosi yang tidak tepat

Autisme dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder R-IV merupakan salah satu dari lima jenis gangguan dibawah payung PDD (Perpasive Development Disorder) di luar ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan ADD (Attention Deficit Disorder). Dibawah ini adalah beberapa pengertian autis menurut para ahli :

a. Kartono (2000) berpendapat bahwa Autisma/Autisme adalah gejala

menutup diri sendiri secara total, dan tidak mau berhubungan lagi

dengan dunia luar keasyikan ekstrim dengan fikiran dan fantasi sendiri.

b. Kartono (1989) berpendapat bahwa Autisma/Autisme adalah cara

berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri sendiri,

menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri dan

(42)

penyandang akan berbuat semaunya sendiri, baik cara berpikir maupun

berperilaku.

c. Yuniar (2002) menambahkan bahwa Autisma/Autisme adalah

gangguan perkembangan yang komplek, mempengaruhi perilaku,

dengan akibat kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan sosial

dan emosional dengan orang lain, sehingga sulit untuk mempunyai

ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan sebagai anggota

masyarakat.

Dari keterangan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

Autisma/Autisme adalah gejala menutup diri sendiri secara total, dan tidak

mau berhubungan lagi dengan dunia luar, merupakan gangguan

perkembangan yang komplek, mempengaruhi perilaku, dengan akibat

kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan emosional

dengan orang lain dan tidak tergantung dari ras, suku, strata-ekonomi,

strata sosial, tingkat pendidikan, geografis tempat tinggal, maupun jenis

makanan.

2.5.2 Ciri-ciri dan Karakteristik Anak Autis

Ciri-ciri umum yang ditemui pada anak penderita autis adalah

sebagai berikut:

a. Kesendirian yang ekstrim dan ketidakresponsifan terhadap orang lain

(43)

b. Ketidakmampuan mendalam dalam menggunakan bahasa dengan cara

normal.

c. Tekanan, keharusan dan obsesi yang benar-benar ikut campur dengan

proses belajar dan hidup mandiri (Kanner, 245).

Kombinasi dari beberapa atau semua perilaku ini memberikan

karakteristik bagi individu yang menderita autisme. Perilaku-perilaku ini

bervariasi dalam sindrom dan sikapnya dari penderita satu dengan lainnya.

Sedangkan menurut Asosiasi Psikiater Amerika dalam Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorder (2000), merinci kembali kriteria anak-anak berkebutuhan khusus menurut Kanner tersebut menjadi beberpa

kategori karakteristik yang terdapat pada anak penyandang autis, yaitu :

1. Mengalami penurunan kualitatif dalamm interaksi sosial

2. Mengalami penurunan berbagai perilaku non-verbal, seperti kontak

mata, ekspresi wajah, perawakan badan dan isyarat dalam interaksi

sosial

3. Memiliki sorot mata yang tidak jernih, tidak fokus dan tidak bersinar

4. Kegagalan untuk mengembangkan hubungan kerja sama sesuai dengan

tingkatan perkembangannya

5. Tidak adanya timbale balik emosional

6. Penurunan seara kualitatif dalam komunikasi

7. Ketertarikan pada satu hal dengan intensitas yang berlebihan

(44)

Namun sejauh ini, belum ditemukan tes klinis yang dapat mendiagnosa

secara langsung autism. Diagnosa yang paling tepat adalah dengan

cara seksama mengamati perilaku anak dalam berkomunikasi,

bertingkah laku dan tingkat perkembanganya (Puterakembara, 2003).

2.6 Logika Fuzzy

Logika fuzzy (Kusumadewi, 2004 : 1) adalah suatu cara yang tepat untuk memetakan suatu ruang input ke dalam suatu ruang output. Antara input dan

output terdapat suatu kotak hitam yang harus memetakan input ke output yang sesuai. Ada beberapa alasan mengapa orang menggunakan logika fuzzy, antara lain:

1. Konsep logika fuzzy mudah dimengerti. Konsep matematis yang mendasari penalaran fuzzy sangat sederhana dan mudah dimengerti.

2. Logika fuzzy sangat fleksibel.

3. Logika fuzzy memiliki toleransi terhadap data-data yang tidak tepat.

4. Logika fuzzy mampu memodelkan fungsi-fungsi non linier yang sangat kompleks.

5. Logika fuzzy dapat membangun dan mengaplikasikan

pengalaman-pengalaman para pakar secara langsung tanpa harus melalui proses

pelatihan.

6. Logika fuzzy dapat bekerjasama dengan teknik-teknik kendali secara konvensional.

(45)

Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam memahami sistem fuzzy, yaitu: a. Variabel fuzzy dapat berupa bilangan positif maupun negatif.

Variabel fuzzy merupakan variabel yang hendak dibahas dalam suatu sistem

fuzzy.

b. Himpunan fuzzy

Himpunan fuzzy merupakan suatu grup yang mewakili suatu kondisi atau keadaan tertentu dalam suatu variabel fuzzy.

Contoh:

1.Variabel umur, terbagi menjadi 3 himpunan fuzzy, yaitu: MUDA, PAROBAYA, dan TUA

2.Variabel temperatur, terbagi menjadi 5 himpunan fuzzy, yaitu: DINGIN, SEJUK, NORMAL, HANGAT, dan PANAS

Gambar 2.1 Himpunan Fuzzy pada variabel temperatur

c. Semesta Pembicaraan

Semesta pembicaraan adalah keseluruhan nilai yang diperbolehkan

(46)

secara menonton dari kiri ke kanan. Nilai semesta pembicaraan dapat

berupa bilangan positif maupun negatif. Adakalanya nilai semesta

pembicaraan ini tidak dibatasi batas atasnya.

d. Domain

Domain himpunan fuzzy adalah keseluruhan nilai yang diijinkan dalam semesta pembicaraan dan boleh dioperasikan dalam suatu himpunan

fuzzy. Seperti halnya semesta pembicaraan, domain merupakan himpunan bilangan real yang senantiasa naik (bertambah) secara

monoton dari kiri ke kanan. Nilai domain dapat berupa bilangan positif

maupun negatif.

Contoh domain himpunan fuzzy:

a. MUDA = [0, 45]

b. PAROBAYA = [35, 55]

c. TUA = [45, +∞] d. DINGIN = [0, 20]

e. SEJUK = [15, 25]

f. NORMAL = [20, 30]

g. HANGAT = [25, 35]

h. PANAS = [30, 40]

2.6.1 Fungsi Keanggotaan

(47)

keangggotaannya (sering juga disebut dengan derajat keanggotaan) yang

memiliki interval antara 0 sampai 1. Salah satu cara yang dapat digunakan

untuk mendapatkan nilai keanggotaan adalah dengan melalui pendekatan

fungsi. Ada beberapa fungsi yang bisa digunakan :

a. Representasi Linier

Pada representasi liner, pemetaan input ke derajat keanggotaannya digambarkan sebagai suatu garis lurus. Bentuk ini paling sederhana

dan menjadi pilihan yang baik untuk mendekati suatu konsep yang

kurang jelas.

Ada 2 keadaan himpunan fuzzy yang linier. Pertama, kenaikan himpunan dimulai pada nilai domain yang memiliki derajat

keanggotaan nol [0] bergerak ke kanan menuju ke nilai domain yang

memiliki derajat keanggotaan lebih tinggi

Gambar 2.2 Representasi Linier Naik

Fungsi Keanggotaan:

Representasi linear turun merupakan kebalikan dari linear naik.

(48)

tertinggi pada sisi kiri, kemudian bergerak menurun ke nilai

domain yang memiliki derajat keanggotaan lebih rendah.

Gambar 2.3 Representasi Linier Turun

Fungsi Keanggotaan :

b. Representasi Kurva Segitiga

Kurva segitiga pada dasarnya merupakan gabungan antara 2 garis

linear seperti terlihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Kurva Segitiga

Fungsi Keanggotaan :

c. Representasi Kurva Trapesium

Kurva trapesium pada dasarnya seperti bentuk segitiga, hanya saja ada

(49)

Gambar 2.5 Kurva Trapesium

Fungsi Keanggotaan :

d. Representasi Kurva Bentuk Bahu

Daerah yang terletak di tengah-tengah suatu variabel yang

direpresentasikan dalam bentuk segitiga, pada sisi kanan dan kirinya

akan naik dan turun (misalkan: DINGIN bergerak ke SEJUK bergerak

ke HANGAT dan bergerak ke PANAS). Tetapi terkadang salah satu

sisi dari variabel tersebut tidak mengalami perubahan. Sebagai contoh,

apabila telah mencapai kondisi PANAS, kenaikan temperatur akan

tetap berada pada kondisi PANAS. Himpunan fuzzy ‟bahu‟, bukan

segitiga, digunakan untuk mengakhiri variabel suatu daerah fuzzy. Bahu kiri bergerak dari benar ke salah, sebaliknya bahu kanan

bergerak dari salah ke benar. Gambar 2.6 menunjukkan variabel

(50)

Gambar 2.6 Daerah ‘Bahu’ pada variabel TEMPERATUR

e. Representasi Kurva-S

Kurva PERTUMBUHAN dan PENYUSUTAN merupakan kurva-S

atau sigmoid yang berhubungan dengan kenaikan dan penurunan permukaan secara tak linier.

1. Representasi Kurva-S PERTUMBUHAN

Kurva-S PERTUMBUHAN akan bergerak dari sisi paling kiri

dengan nilai keanggotaan nol (0) ke sisi paling kanan dengan nilai

keanggotaan satu (1). Fungsi keanggotaannya akan bertumpu pada

50% nilai keanggotaannya yang sering disebut titik infleksi

(Gambar 2.7).

Gambar 2.7 Himpunan fuzzy dengan kurva-S; PERTUMBUHAN

(51)

2. Representasi Kurva-S PENYUSUTAN

Kurva-S PENYUSUTAN merupakan kebalikan dari Kurva-S

PERTUMBUHAN. Nilai keanggotaannya akan bergerak dari sisi

kiri dengan nilai keanggotaan satu (1) ke sisi kanan dengan nilai

keanggotaan nol (0). Seperti Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Himpunan fuzzy dengan kurva-S; PENYUSUTAN

Sedangkan fungsi keanggotaan pada kurva PENYUSUTAN adalah

f. Representasi Kurva Bentuk lonceng (Bell Curve) Untuk

merepresentasikan himpunan fuzzy, biasanya digunakan kurva bentuk lonceng. Kurva bentuk lonceng ini terbagi atas 3 kelas, yaitu: Kurva π, BETA, dan GAUSS. Perbedaan ketiga kurva ini terletak pada

gradiennya.

1. Kurva π

Kurva π berbentuk lonceng dengan derajat keangotaan 1

terletak pada pusat dengan domain ( ), dan lebar kurva ( ). Seperti

(52)

Gambar 2.9 Karakteristik fungsional kurva π

Fungsi Keanggotaan:

2. Kurva BETA

Seperti halnya kurva PI, kurva beta juga berbentuk lonceng namun

lebih rapat. Kurva ini juga didefinisikan dengan 2 parameter, yaitu

nilai pada domain yang menunjukan pusat kurva ( ), dan setengah

lebar kurva ( ).

Fungsi Keanggotaan:

B (x; , ) = 3. Kurva Gauss

jika kurva PI dan kurva BETA menggunakan 2 parameter yaitu ( )

dan ( ), kurva GAUSS juga menggunakan ( ) untuk menunjukan

nilai domain pada pusat kurva dan (k) yang menunjukan lebar

kurva.

Fungsi Keanggotaan :

(53)

2.6.2 Operator Dasar Zadeh Untuk Operasi Himpunan Fuzzy

Seperti halnya himpunan konvensional, ada bebrapa operasi yang

didefinisikan secaara khusus untuk mengkombinasikan dan memodifikasi

himpunan fuzzy. Nilai keanggotaan sebagai hasil dari operasi 2 himpunan sering dikenal dengan nama fire strength atau α-predikat. Ada 3 operator dasar yang diciptakan oleh Zadeh, yaitu:

1. Operator AND

Operator ini berhubungan dengan operasi interseksi pada himpunan.α -predikat sebagai hasil operasi dengan operator AND diperoleh dengan

mengambil nilai keanggotaan terkecil antar elemen pada

himpunan-himpunan yang bersangkutan.

μA∩B = min(μA[x], μB[y])

2. Operator OR

Operator ini berhubungan dengan operasi union pada himpunan.α- predikat sebagai hasil operasi dengan operator OR diperoleh dengan

mengambil nilai keanggotaan terbesar anatr elemen pada

himpunanhimpunan yang bersangkutan.

μA B = max (μA[x], μB[y])

3. Operator NOT

Operator ini berhubungan dengan operasi komplemen pada

himpunan.α-predikat sebagai hasil operasi dengan operator NOT diperoleh dengan mengurangkan nilai keanggotaan elemen pada himpunan yang

(54)

2.6.3 Fungsi Impilkasi

Tiap-tiap aturan (proposisi) pada basis pengetahuan fuzzy akan berhubungan dengan suatu relasi fuzzy. Bentuk umum dari aturan yang berhubungan dalam fungsi impikasi adalah:

IF X IS A THEN Y IS B

Dengan x dan y adalah scalar, dan A dan B adalah himpunan fuzzy.

Proposisi yang mengikuti IF disebut anteseden, sedangkan proposisi yang mengikuti THEN disebut konsekuen. Proposisi ini dapat diperluas dengan menggunakan operator fuzzy, seperti:

IF (X1 IS A1) o (X2 IS A2) o...o(XN IS AN) THEN Y IS B

Dengan O adalah operator (missal: OR atau AND).

Secara umum ada 2 fungsi impilkasi yang dapat digunakan, yaitu:

a. Min (minimum). Fungsi ini akan memotong output himpunan fuzzy. b. Dot (production). Fungsi ini akan menskala output himpunan fuzzy.

2.6.4 Penalaran Monoton

Metode penalaran secara monoton digunakan sebagai dasar untuk

teknik implikasi fuzzy. Meskipun penalaran ini sudah jarang sekali digunakan namun terkadang masih digunakan untuk penskalaaan fuzzy. Jika 2 daerah fuzzy direlasikan dengan implikasi sederhana sebagai berikut:

IF X IS A THEN Y IS B

Transfer fungsi:

(55)

Maka sistem fuzzy dapat berjalan tanpa harus melalui komposisi dan dekomposisi fuzzy. Nilai output dapat diestimasi secara langsung dari nilai keanggotaan yang berhubungan dengan antesedennya.

2.6.5 Variabel Linguistik

Variabel linguistik adalah suatu internal numerik dan mempunyai

nila-nilai linguistik, yang semantiknya didefinisikan oleh fungsi

keanggotaannya (Suyanto, 2008 : 27).

Misalnya, nilai pelajaran adalah suatu variabel linguistik yang bisa

didefinisikan pada interval [50-100]. Variabel tersebut bisa memiliki

nilai-nilai linguistik seperti, „Buruk‟.„Sedang‟, „Baik‟ yang didefinisikan oleh

fungsi-fungsi keanggotaan tertentu. Suatu sistem berbasis aturan fuzzy

terdiri dari tiga komponen utama, yaitu fuzzyfikasi, inferensi, dan

defuzzyfikasi.

2.6.6 Fuzzyfikasi

Fuzzyfikasi merupakan proses pemetaan nilai-nilai input (crisp input) yang berasal yang berasal dari sistem yang dikontrol (besaran non

fuzzy) ke dalam himpunan fuzzy menurut fungsi keanggotaannya. Himpunan

fuzzy tersebut merupakan fuzzy input yang akan diolah secara fuzzy pada proses berikutnya. Untuk mengubah crisp input menjadi fuzzyinput, terlebih dahulu harus menentukan membership function untuk tiap crisp input,

(56)

membandingkan dengan membership function yang telah ada untuk menghasilkan harga fuzzyinput.

2.6.7 Inferensi

Setelah fungsi keanggotaan untuk variabel masukan dan

keluarannya ditentukan, basis aturan pengendalian dapat dikembangkan

untuk menghubungkan aksi keluaran pengendali terhadap kondisi

masukannya. Tahap ini disebut sebagai tahap inferensi, yakni bagian

penentuan aturan dari sistem logika fuzzy. Sejumlah aturan dapat dibuat untuk menentukan aksi pengendali fuzzy. Pada basis aturan, aturan If-Then tersebut dapat menghubungkan banyak variabel masukan dan keluaran.

Masukan x dipetakan menjadi keluaran y. Aturan if-then diinterpretasikan sebagai implikasi fuzzy. Terdapat banyak sekali model interpretasi implikasi yang telah dikembangkan.

Sistem inferensi fuzzy merupakan suatu kerangka komputasi yang didasarkan pada teori himpunan fuzzy, aturan fuzzy berbentuk IF-THEN dan penalaran fuzzy. Sistem inferensi fuzzy melakukan penalaran menggunakan fuzzy input dan fuzzy rules yang telah ditentukan sehingga menghasilkan fuzzyoutput. Ada 3 metode dalam inferensi yaitu :

1. Metode Tsukamoto

Menurut Kusumadewi dan Purnomo (2004 : 33), pada metode

Tsukamoto, setiap konsekuen pada aturan yang berbentuk If-Then

(57)

keanggotaan yang monoton. Sebagai hasilnya, Output hasil inferensi dari tiap-tiap aturan diberikan secara tegas (Crisp) berdasarkan α -predikat (fire strength). Hasil akhirnya diperoleh dengan menggunakan rata-rata terbobot.

Misalkan ada 2 variabel input, Var-1 (x) dan Var-2 (y), serta 1 variabel output, Var-3 (z), dimana Var-1 terbagi atas 2 himpunan yaitu A1 dan A2 terbagi atas 2 himpunan B1 dan B2, Var-3 juga terbagi

atas 2 himpunan yaitu C1 dan C2 (C1 dan C2 harus monoton). Ada

aturan yang digunakan, yaitu:

[R1] IF (x is A1) and (y is B2) THEN (z is C1)

[R1] IF (x is A2) and (y is B1) THEN (z is C2)

2. Metode Mamdani

Menurut Kusumadewi dan Purnomo (2004 : 39), Metode ini sering

disebut metode Max-Min. Metode ini diperkenalkan oleh Ebrahim Mamdani pada tahun 1975. Dalam metode mamdani, untuk

mendapatkan output diperlukan empat tahapan yaitu : 1. Pembentukan himpunan fuzzy

Pada metode ini, baik variabel input maupun variabel output

dibagi menjadi satu atau lebih himpunan fuzzy. 2. Aplikasi fungsi implikasi (aturan)

Fungsi aplikasi turunan yang dipergunakan adalah Min.

(58)

Ada 3 metode yang digunakan dalam melakukan inferensi sistem

fuzzy, yaitu Max, Additive dan probabilistic OR (probor). 4. Penegasan (defuzzy)

Input dari proses defuzzy adalah suatu himpunan fuzzy yang diperoleh dari komposisi aturan-aturan fuzzy, sedangkan output yang dihasilkan merupakan suatu bilangan pada domain himpunan

fuzzy tersebut. Sehingga jika diberikan himpunan fuzzy dalam range tertentu, maka harus dapat diambil suatu nilai crips tertentu sebagai output.

3. Metode Sugeno

Menurut Kusumadewi dan Purnomo (2004:49), penalaran dengan

metode sugeno hampir sama dengan mamdani, hanya saja output

(konsekuen) sistem tidak berupa himpunan fuzzy, melainkan berupa konstanta atau persamaan linier. Metode ini diperkenalkan oleh

Takagi-Sugeno Kang pada tahun 1985.

Ada 2 Model Fuzzy Sugeno : 1. Model Fuzzy Orde-Nol

Bentuk umum Metode Sugeno Orde 0 adalah :

IF (X1 is A1)o(X2 is A2)o(X3 is A3)o…o(XN is AN) THEN z=k

(59)

2. Model Fuzzy Orde-Satu

Secara umum bentuk model fuzzy sugeno Orde-Satu adalah : IF (X1 is A1)o…o(XN is AN) THEN z= p1*x1 + … + pN*xN + q dengan Ai adalah himpunan fuzzy ke-i sebagai anteseden, dan pi adalah suatu konstanta (tegas) ke-i dan q juga merupakan konstanta

dalam konsekuen. Apabila komposisi aturan menggunakan metode

Sugeno, maka defuzzy dilakukan dengan cara mencari nilai

rata-ratanya.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode sugeno.

Menurut Kusumadewi (2002 : 99) metode Sugeno lebih cocok untuk

analisis secara matematis serta komputasinya pun lebih efisien dibanding

metode Mamdani dan Tsukamoto.

2.6.8 Defuzzyfikasi

Defuzzyfikasi atau penegasan berfungsi untuk mengubah fuzzy output menjadi nilai crips value berdasarkan fungsi keanggotaan yang telah ditentukan. Terdapat beberapa metode defuzzyikasi yang telah berhasil

diaplikasikan untuk berbagai macam masalah.

Disini penulis hanya menampilkan empat metode dalam

defuzzifikasi, yaitu :

1. Height Method

Metode ini dikenal juga sebagai prinsip keanggotaan maksimum karena

(60)

keanggotaan maksimum. Oleh karena itu, metode ini hanya bisa dipakai

untuk fungsi keanggotaan yang memiliki keanggotaan 1 pada suatu

nilai crips tunggal dan 0 pada semua nilai crips yang lain. Fungsi seperti ini disebut juga sebagai singleton.

2. First (or Last) of Maxima

Metode ini juga menggunakan generalisasi dari Height Method untuk kasus dimana fungsi keanggotaan output memiliki lebih dari satu nilai maksimum. Sehingga, nilai crips yang digunakan adalah salah satu dari nilai yang dihasilkan dari maksimum pertama atau maksimum terakhir

(tergantung aplikasi yang dibangun).

3. Center Of Area

metode ini menghitung nilai crips menggunakan rumus : y * =

Dimana y * adalah suatu nilai crips, y adalah crips input dan μR adalah

derajat keanggotaan dari y.

4. Weight Average

Metode ini mengambil nilai rata-rata dengan menggunakan pembobotan

berupa derajat keanggotaan. Metode ini menghitung nilai crips

menggunakan rumus :

Z =

Dimana m adalah nilai minimum dari derajat keanggotaan pada aturan

Gambar

Gambar 2.1 Himpunan Fuzzy pada variabel temperatur
Gambar 2.2 Representasi Linier Naik
Gambar 2.3 Representasi Linier Turun
Gambar 2.5 Kurva Trapesium
+7

Referensi

Dokumen terkait