• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh locus of control terhadap perilaku auditor dalam situasi konflik audit dengan kesadaran etis sebagai variabel moderating

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh locus of control terhadap perilaku auditor dalam situasi konflik audit dengan kesadaran etis sebagai variabel moderating"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LOCUS OF CONTROL

TERHADAP PERILAKU AUDITOR DALAM SITUASI KONFLIK AUDIT DENGAN KESADARAN ETIS SEBAGAI VARIABEL MODERATING

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh : Nama : Andriansyah NIM : 105082002697

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

PENGARUH LOCUS OF CONTROL TERHADAP PERILAKU AUDITOR DALAM SITUASI KONFLIK AUDIT

DENGAN KESADARAN ETIS SEBAGAI VARIABEL MODERATING

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh: Andriansyah NIM: 1050 8200 2697

Di bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Wiwik Utami, Ak.,Msi Rini, SE.,Ak.,MSi

NIP:131.664.643 NIP:1976 0315 200501 2 002

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

Hari ini jumat, Tanggal Dua Sembilan Bulan Januari Tahun Dua Ribu sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Andriansyah NIM: 105082002697 dengan judul Skripsi: “PENGARUH LOCUS OF CONTROL TERHADAP PERILAKU AUDITOR DALAM SITUASI KONFLIK AUDIT DENGAN KESADARAN ETIS SEBAGAI VARIABEL MODERATING”. Memperhatikan penampilan dan kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 29 Januari 2010

Tim penguji Komprehensif

Afifi Sufa, SE, Ak., Msi Hepi Prayudiawan, SE, Ak., MM Ketua Sekretaris

Yessi Fitri, SE, Ak., Msi Penguji Ahli

(4)

LOCUS OF CONTROL TERHADAP PERILAKU AUDITOR DALAM SITUASI

KONFLIK AUDIT DENGAN KESADARAN ETIS SEBAGAI VARIABEL

MODERATING”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian skripsi berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 17 Maret 2010

Tim Penguji Ujian Skripsi

Dr. Wiwik Utami, Ak.,Msi Rini, SE.,Ak.,MSi

Ketua Sekretaris

Dr. Amilin, Ak.,MSi Afif Sulfa, SE.,Ak.,MSi

Penguji I Penguji II

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Andriansyah

Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Desember 1986

(5)

Telepon : 0838 94 354 854 (Mobile)/ (021) 787 5458 (Home) Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Pendidikan Formal

• TK Islam El-syifa lulus tahun 1993 • MI El-syifa lulus tahun 1999

• SLTP Negeri 131 Jakarta lulus tahun 2002 • SMA Negeri 49 Jakarta lulus tahun 2005

• S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2005-2010

Pengalaman Berorganisasi dan Kepanitiaan

• Ketua Dewan Pimpinan Fakultas Partai Intelektual Muslim Fakultas Ekonomi dan

Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2008-2009

Steering Committee UIN Book Fair 2008

• Ketua PROPESA FEIS 2007 (Program Pengenalan Studi dan Almamater Fakultas

Akonomi dan Ilmu Sosial 2007) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

• Anggota Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) komisariat UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2007-sekarang

• Kord. Div. Kemahasiswaan Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Akuntansi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2007-2008

• Staf Div. Litbang Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2006-2007

• Staf Div. Pemberdayaan Ekonomi LDK Syahid (Lembaga Dakwah Kampus)

Komisariat Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial periode 2006-2007

THE INFLUENCE OF LOCUS OF CONTROL ON THE BEHAVIOUR OF AUDITOR IN AN AUDIT CONFLICT SITUATION WITH ETHICAL AWARENESS AS A MODERATING

(6)

ABSTRACT

The purpose of this research was to determine the interaction effect of personality variables locus of control and ethical awareness on the behavior of auditor in an audit conflict situation, auditors ability to resist or to accept clients pressures. This reseach used primary data were collected by questionnaire technique includes 84 auditors from a sample of CPA firms. The data were analyzed using multiple regression technique.

Results of this research it is known that the locus of control is significantly partially influence toward behavior auditor in an audit conflict situation, and the interaction between locus of control and ethical awareness is significantly influence toward behavior auditor in an audit conflict situation.

(7)

PENGARUH LOCUS OF CONTROL

TERHADAP PERILAKU AUDITOR DALAM SITUASI KONFLIK AUDIT DENGAN KESADARAN ETIS SEBAGAI VARIABEL MODERATING

oleh: Andriansyah 105082002697

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan interaksi dari variabel kepribadian locus of control dan kesadaran etis terhadap perilaku auditor dalam situasi konflik audit yakni kemampuan auditor untuk bertahan atau membenarkan tekanan klien. Penelitian ini menggunakan data primer yaitu data yang diambil langsung dari responden dengan teknik kuesioner kepada 84 auditor dari beberapa Kantor Akuntan Publik. Data dianalisis menggunakan regresi linier berganda.

Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa secara parsial locus of control berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku auditor dalam situasi konflik audit, dan interaksi antara locus of control dengan kesadaran etis berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku auditor dalam situasi konflik audit.

(8)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT dengan asma-Nya yang selalu bersemayam di kalbu, dalam setiap hela nafasku, dalam setiap aktivitas yang penulis lakukan hanya untuk-Mu, duhai Engkau yang maha mengetahui segala sesuatu dan penguasa seluruh alam. Salam kepada engkau, wahai suri teladan yang berakhlak mulia, sang pembawa risalah kebenaran, Nabi Muhammad SAW, yang menyelamatkan manusia agar selalu tetap pada jalan-Nya, dan para sahabat-sahabat yang tetap mengikuti jalannya.

Alhamdulillah, berkat segala kemampuan serta doa, motivasi dan arahan dari berbagai pihak yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, oleh karena itu sudah selayaknya penulis menghaturkan rasa terimakasih kepada:

1. Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Keluarga, terutama Babeh dan Emak tercinta yang selalu memberikan dukungan moril maupun materil, kasih sayang dan do’a yang tulus ikhlas. Juga adik-adikku Indra, dan Irfan. Juga adikku yang baru berumur 4 bulan, lagi lucu-lucunyaAditya Yudha Kusuma yang hari senin 12 April kemarin telah kembali kepada-Nya. Kalian adalah yang terbaik yang Allah berikan kepadaku. Semoga Allah menjaga kalian dalam setiap langkah, dan semoga kita dikumpulkan kembali disurga-Nya kelak.

3. Dr. Wiwik Utami, Ak.,Msi selaku dosen pembimbing satu, yang begitu telaten dan sabar untuk memberikan arahan, masukan dan koreksi dalam proses penyelesaian skripsi ini. 4. Rini, SE, Ak.,M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang selalu bersedia meluangkan waktu

serta memberikan pengarahan dan masukan selama proses pengerjaan skripsi berlangsung. Semoga ilmu yang kau beri menjadi pemberat timbangan kebaikan dan tetap mengalir hingga akhir zaman.

5. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. 6. Afif Sulfa, SE, Ak.,M.Si, selaku Ketua Jurusan Akuntansi.

7. Yessi Fitri, SE, Ak.,M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi

8. Hepi Prayudiawan, SE, Ak.,MM, selaku Dosen Pembimbing Akademik. 9. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial.

(9)

11. Teman2 yang sudah berkontribusi secara langsung dan berhubungan dalam proses pengerjaan skripsi; Putri Senjani, Heri, Uni Fitri, k’ Putri Rum, Ryan Ardhi, Irfan Ariandi, bang Walad, Kang Yusar, k’ Lintang Aji, Nandar, Rikawati, ahmad n’cuy firdaus.

12. Sahabat-sahabat I LIKE FRIDAY Azharul Aphiek, Ryanmanson, irvan, afpandi, Somesoul, Lion king, Qothi, ridwan, k’ilham, k’ Sukronhadi, Sukses untuk kita semua!! semoga kebersamaan kita tetap terus terjaga hingga akhir usia.

13. Teman-teman seperjuangan akun.C.05 saad, malik, amunk, japhen, athenk, bram, komenk, ropik, fajar, bush, dan semua kaum hawa yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, banyak kenangan yang telah kita lewati, 3 tahun bersama ternyata terlalu panjang untuk dituliskan, terlalu indah untuk dilukiskan. Juga teman-teman audit walaupun Cuma 1 tahun tapi kebersamaannya sangat terasa.

14. Saudara/i senasib di BEMF-BEMJ, DPF PIM, KAMMI, LDK, Saad, Iskandar Baha, Asbah, Fikri, Asep Amri, Herdi, Lutfi, Dila, Tabrizi.

Penulis menyadari bahwa dalam penyajian skripsi ini terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka akan masukan dan kritikan yang membangun dari segala pihak. Terima kasih dan mohon maaf atas segala kekurangan.

Jakarta, 13 April 2010

(10)

DAFTAR ISI

Halaman Judul...i

Lembar Pengesahan Skripsi...ii

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif... iii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi...iv

Daftar Riwayat Hidup...v

Abstract...vi

Abstrak... vii

Kata Pengantar... viii

Daftar Isi...x

Daftar Tabel... xiii

Daftar Gambar...xiv

Daftar Lampiran... xv

BAB I PENDAHULUAN A...Latar Belakang ...1

B. ...Perumusa n Masalah ...5

C...Tujuan Penelitian ...5

D...Manfaa t Penelitian ...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

(11)

Audit ...8

B...Jenis- jenis Auditor ...9

C...Jenis- jenis Audit ...10

D... Profesi Akuntan Publik...12

E...Aktivitas Kantor Akuntan Publik ...13

F...Locus Of Control...16

G... Kesadaran Etis ...18

H... Perilaku Auditor dalam Situasi Konflik Audit...22

I...Keterkaita n Antar Variabel ...25

J...Kerangk a Pemikiran...29

K... Perumus an Hipotesis ...30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A...Ruang Lingkup Penelitian ...31

B. Metode Penentuan Sampel...31

C. Metode Pengumpulan Data...31

(12)

1...Statistik

Deskriptif ...32

2...Uji Kualitas Data...33

3...Uji Asumsi Klasik...34

a. Uji Normalitas ...34

b. Uji Multikolonieritas ...34

c. Uji Heterokedastisitas ...35

4...Uji Hipotesis ...35

a. Koefisien Determinasi ...36

b. Uji Statistik t ...36

c. Uji Statistik Fisher (Uji F) ...36

E. Operasional Variabel Penelitian dan Pengukuran ...37

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Deskriptif dan Objek Penelitian ...40

B. Penemuan dan Pembahasan ...43

1. Statistik Deskriptif ...40

2. Uji Kualitas Data ...44

a. Uji Validitas ...44

b. Uji Reliabilitas ...46

3. Uji Asumsi Klasik...47

a. Uji Normalitas...47

b. Uji Multikolonieritas ...48

c. Uji Heterokedastisitas...49

(13)

a. Koefisien Determinasi ...50 b. Uji Statistik t ...51 c. Uji Statistik Fisher (Uji F) ...54 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN KETERBATASAN

A...Kesimpul an ...56

B...Implikasi ...57

C...Saran ...57

D...Keterbata san ...58

(14)

Daftar Tabel

Tabel 3.1 Variabel, Dimensi, Indikator dan Skala untuk Kuesioner ...39

Tabel 4.1 Gambaran Proses Penyebaran dan Penerimaan Kuesioner...40

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Penelitian...41

Tabel 4.3 Hasil Statistik Deskriptif ...43

Tabel 4.4 Deskriptif Locus Of Control...44

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas...45

Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas ...46

Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolonieritas ...48

Tabel 4.8 Nilai Tolerance dan Variance Inflaction Factor...49

Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi ...51

Tabel 4.10 Hasil Uji t ...52

Tabel 4.11 Hasil Uji F ...54

(15)

Gambar 2.1 Model Interaksi antara Locus Of Control dengan Kesadaran Etis...29

Gambar 4.1 Histogram Hasil Uji Normalitas ...47

[image:15.612.123.513.173.575.2]

Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas...48

(16)

Daftar Lampiran

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Dalam menjalankan profesinya, seorang akuntan diatur oleh suatu kode etik akuntan. Kode etik akuntan yaitu, norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan dengan para klien, antara akuntan dengan sejawatnya, dan antara profesi dengan masyarakat. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) sebagai Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang diakui oleh Pemerintah, mengamanatkan kepada para Auditor dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik tahun 2008 seksi 100.4, bahwa setiap praktisi wajib mematuhi prinsip dasar etika profesi diantaranya prinsip integritas, prinsip obyektivitas. Khomsiyah dan indriantoro (1998) mengungkapkan bahwa dengan mempertahankan integritas, seorang akuntan akan bertindak jujur, tegas dan tanpa memihak. Sedangkan dengan mempertahankan obyektivitas, ia akan bertindak adil, tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadinya (Sihwahjoeni dan Gudono, 2000).

(18)

dihubungkan dengan terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, akuntan seolah menjadi profesi yang memiliki tanggung jawab besar.

Kondisi ini membuat masyarakat mempertanyakan kredibilitas profesi akuntan publik. Kepercayaan masyarakat perlu dipulihkan dan hal itu sepenuhnya tergantung pada praktek profesional yang dijalankan para akuntan. Profesionalisme mensyaratkan tiga hal utama yang harus dimiliki oleh setiap anggota profesi yaitu : keahlian, pengetahuan dan karakter. Karakter menunjukkan personality (kepribadian) seorang profesional yang diantaranya diwujudkan dalam sikap dan tindakan etis (Chrismastuti dan Purnamasari, 2004). Purnamasari (2006) juga mengatakan sikap dan tindakan etis akuntan publik akan sangat menentukan posisinya di masyarakat.

(19)

Variabel personalitas mengacu pada sikap dan keyakinan individual, sedangkan cognitive styles mengacu pada cara atau metode dimana individu menerima, menyimpan, memproses dan mentransformasikan informasi ke dalam tindakannya. Variabel personalitas yang dimaksud disini adalah locus of control yang dimiliki oleh tiap-tiap individu. Individu dengan tipe personalitas yang sama bisa memiliki cognitive styles yang berbeda, sehingga perilakunya juga berbeda. Literatur psikologi memberikan pemahaman cara seorang individu memproses aturan-aturan tersebut dalam membuat judgement. Purnamasari (2006) menemukan bukti bahwa kepribadian individu mempengaruhi perilaku etis disamping faktor-faktor lain. Trevino (1986) dalam Muawanah dan Indriantoro (2001), menyatakan kesadaran akan benar dan salah saja tidak cukup untuk memprediksi perilaku pengambilan keputusan etis. Diperlukan variabel yang dapat berinteraksi dengan cognitive style untuk menentukan bagaimana individu berperilaku dalam kondisi dilema etis (Gul et.al, 2003).

Dalam literatur Behavioral accounting disebutkan bahwa variabel personalitas dapat berinteraksi dengan cognitive styles untuk mempengaruhi pengambilan keputusan (Siegel dan Marconi, 1989) dalam Muawanah dan Indriantoro (2001). Variabel personalitas mengacu pada sikap dan keyakinan individual, sedangkan cognitive style mengacu pada cara atau metode dimana individu menerima, menyimpan, memproses dan mentransformasikan informasi ke dalam tindakannya. Variabel personalitas yang dimaksud disini adalah locus of control yang dimiliki oleh tiap-tiap individu. Individu dengan tipe personalitas yang sama bisa memiliki cognitive style yang berbeda.

(20)

dibandingkan dengan skor respon awal kesadaran etis yang rendah. Hal ini menjelaskan bahwa hubungan antara locus of control dengan respon auditor dalam situasi konflik audit akan berubah arah, sehingga semakin tinggi tingkat kesadaran etis maka locus of controlnya semakin menurun atau internal karena memiliki nilai dibawah means score sehinga auditor cenderung untuk menolak tekanan klien sedangkan semakin rendah tingkat kesadaran etis maka locus of controlnya semakin meningkat atau eksternal karena memiliki nilai diatas means score sehingga auditor cenderung untuk menerima tekanan klien.

Oleh karena itu, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian ini karena cukup penting untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku auditor eksternal. Selain itu juga, peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul ”Pengaruh Locus of Control Terhadap Perilaku Auditor Dalam Situasi Konflik Audit dengan Kesadaran Etis Sebagai Variabel Moderating”.

B.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang dijelaskan pada bagian sebelumnya, maka permasalahan yang akan diteliti adalah:

1. Apakah locus of control berpengaruh terhadap Perilaku auditor dalam situasi konflik audit? 2. Apakah interaksi antara locus of control dengan kesadaran etis mempengaruhi Perilaku

auditor dalam situasi konflik audit?

(21)

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian sebelumnya, maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh locus of control terhadap perilaku auditor dalam situasi konflik.

2. Untuk menganalisis interaksi antara locus of control dengan kesadaran etis mempengaruhi Perilaku auditor dalam situasi konflik audit.

D.Manfaat penelitian

Hasil dari penelitian ini baik secara langsung maupun tidak langsung diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Auditor, digunakan untuk memahami pentingnya sebuah kode etik profesionalisme auditor

terutama dalam menghadapi berbagai konflik baik dari luar ataupun dalam.

2. Kantor Akuntan Publik, sebagai informasi dasar untuk lebih meningkatkan level kesadaran terhadap etika profesi bagi para auditor sehingga dengan memiliki kemampuan untuk mengenali masalah-masalah etika dengan lebih baik akan mendorong auditor untuk lebih dapat meningkatkan independensi dan profesionalitasnya.

3. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), agar dapat berperan lebih aktif dalam melakukan pengawasan atas perilaku auditor eksternal dalam melaksanakan standar profesionalnya serta diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam rangka pengembangan dan peningkatan kualitas profesi akuntan di Indonesia.

4. Pengguna jasa audit, agar dapat memahami perilaku profesional dan etika berprofesi

auditor, terutama yang akan berkaitan dengan proses pengambilan keputusan etis.

(22)
(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Pengertian Audit dan Auditor

Arens, Elder dan Beasley (2009), mendefinisikan bahwa :

”Audit adalah pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.”

Menurut Report of. the Committee on Basic Auditing Concepts of the American Accounting Association" (Accounting Review, Vol. 47 dalam Boynton et al., 2003)

definisi audit ialah:

"Suatu proses sistemat is untuk memperoleh serta mengevaluasi bukt i secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak yang berkepentingan".

Dari pengertian tersebut dapat diambil beberapa unsur penting yakni proses

sist emat is, bukt i ya ng o bjekt if, perist iwa eko no mi, derajat kesesuaian, dan

penyampaian hasil dan memberikan pendapat kepada pihak yang berkepentingan.

(24)

Arens, Elder dan Beasley (2009) Auditor adalah seseorang yang memiliki keahlian dalam menghimpun dan menafsirkan bukti pemeriksaan-pemeriksaan.

Terdapat banyak tahap pekerjaan dala m audit ing yang harus d ila lui o leh

auditor untuk memperoleh hasil akhir yang maksimal. Untuk mensiasatinya maka

auditor harus me laksanakan pekerjaan audit dengan pro ses yang sist emat is.

Proses sistematis yang diterapkan dalam mengaudit tergantung terhadap jenis audit

atau bidang jasa yang dilakukan, karena hal ini dipengaruhi oleh jenis klien yang sedang

diaudit oleh auditor.

B.Jenis-jenis Auditor

Para professional yang ditugaskan untuk melakukan audit atas kegiatan dan peristiwa ekonomi suatu perusahaan, pada umumnya diklasifikasikan menjadi empat golongan, yaitu auditor independen, auditor pemerintah, auditor internal (Boynton, 2003). Uraian singkat setiap kelompok dan jenis audit yang dilakukan akan disajikan berikut ini.

1. Auditor Independen

Auditor independen merupakan auditor profesional yang bertindak sebagai praktisi perorangan ataupun anggota Kantor Akuntan Publik yang memberikan jasa auditing professional kepada klien. Audit tersebut ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti kreditor, investor, calon kreditor dan instansi pemerintah (terutama instansi pajak).

2. Auditor Pemerintah

(25)

ditujukan kepada pemerintah. Meskipun terdapat banyak auditor yang bekerja di instansi pemerintah, namun umumnya yang disebut auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan instansi pajak.

3. Auditor Intern

Auditor intern bekerja di suatu perusahaan untuk melakukan audit bagi kepentingan manajemen perusahaan, seperti auditor pemerintah bagi pemerintah. Tugas auditor intern bermacam-macam tergantung pada atasannya. Untuk menjalankan tugas dengan baik, auditor intern harus berada diluar fungsi lini suatu organisasi, tetapi tidak terlepas dari hubungan bawahan atasan seperti lainnya. Auditor intern wajib memberikan informasi yang berharga bagi manajemen untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan operasi perusahaan. Meskipun demikian, pekerjaan auditor internal dapat mendukung audit atas laporan keuangan yang dilakukan auditor independen.

C.Jenis- jenis Audit

Tiga jenis audit yang ada umumnya menunjukkan karakteristik kunci yang tercakup dalam definisi auditing yang telah di sampaikan diatas. Jenis-jenis audit tersebut adalah audit laporan keuangan, audit operasional, dan audit kepatuhan (Boynton et al., 2003). Sifat dasar dari setiap jenis audit akan diuraikan secara singkat berikut ini.

1. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)

(26)

laporan-laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP) (Boynton et al., 2003). 2. Audit Operasional (Operational Audit)

Audit ini bertujuan untuk melakukan review atas prosedur dan metode operasi suatu organisasi atau memperoleh dan menilai tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam pencapaian tujuan perusahaan. Umumnya pada saat selesainya audit operasional, auditor akan memberikan sejumlah saran kepada manajemen untuk memperbaiki jalannya operasi perusahaan.

3. Audit Ketaatan (Compliance Audit)

Mempertimbangkan apakah auditee telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan. kriteria aturan tersebut dapat aberasal dari berbagai sumber seperti manajemen, kreditor, maupun lembaga pemerintahan. Biasanya hasilnya dilaporkan pada pihak luar tetapi kepada pihak tertentu dalam orang. Pimpinan organisasi adalah pihak yang paling berkepentingan atas dipatuhinya prosedur dan aturan yang telah ditetapkan.

D.Profesi Akuntan Publik

(27)

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik Pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa, Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari Menteri untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan ini.

Menurut Harahap (1991:40) dalam Putri (2008) seorang akuntan publik didefinisikan sebagai berikut :

Akuntan adalah mereka yang bekerja dibawah atap KAP terdaftar dengan kegiatan utamanya adalah melakukan pemeriksaan terhadap daftar keuangan yang disajikan oleh manajemen dengan maksud untuk mengeluarkan pendapat atas kewajaran daftar keuangan tersebut.

Dewasa ini, profesi akuntan publik sudah cukup dikenal. Supaya profesi akuntan publik dapat dikatakan sebagai suatu profesi, auditor harus memiliki beberapa syarat sehingga masyarakat sebagai objek dan sebagai pihak yang memerlukan profesi mempercayai hasil kerjanya. Keraf (1998:39) dalam Martandi (2006) membedakan profesi dari pekerjaan biasa berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Adanya keahlian dan keterampilan khusus. 2. Adanya komitmen moral yang tinggi.

3. Biasanya orang yang profesional adalah orang yang hidup dari profesinya. 4. Pengabdian kepada masyarakat (mengutamakan kepentingan umum). 5. Diperlukan ijin khusus untuk menjalankan profesinya.

6. Kaum profesional biasanya menjadi anggota suatu organisasi profesi.

E.Aktivitas Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik

(28)

Nomor: 17/PMK.01/2008 pasal 2 ayat 1 meliputi, jasa audit umum atas laporan keuangan, jasa pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif, jasa pemeriksaan atas pelaporan informasi keuangan proforma, jasa reviu atas laporan keuangan, dan jasa atestasi lainnya sebagaimana tercantum dalam SPAP.

Arens, Elder dan Beasley (2009) mengklarifikasi aktivitas Kantor Akuntan Publik menjadi beberapa bagian, yaitu :

1. Jasa Atestasi, merupakan jenis jasa yang disediakan oleh KAP, dimana akuntan publik akan menerima laporan tertulis yang isinya antara lain berupa suatu kesimpulan tentang keterpercayaan atas asersi (pernyataan yang menyebutkan sesuatu itu benar) yang dibuat oleh pihak lain. Terdapat tiga kategori jasa atestasi, yaitu :

a. Audit atas laporan keuangan historis, merupakan jenis jasa yang paling dominan dari

KAP. Dalam audit atas laporan keuangan historis, pihak lain yang bertanggung jawab adalah klien yang membuat berbagai asersi dalam bentuk lapora keuangan yang diterbitkan. Laporan auditor mengungkapkan pendapat (opini) mengenai sesuai tidaknya laporan keuangan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pemakai eksternal laporan keuangan menggunakan laporan auditor sebagai petunjuk keandalan laporan keuangan dalam rangka pengambilan keputusan.

(29)

keakuratan laporan keuangan, sementara dalam review hal tersebut berlangsung dalam skala yang lebih kecil.

c. Jasa Atestasi lainnya, sekarang ini, KAP yang lebih agresif telah mengembangkan jasa-jasa baru semacam ini secara besar-besaran. Beberapa contoh jasa yang dimaksud misalnya, atestasi atas data statistik atas hasil-hasil investasi untuk organisasi seperti reksa dana, serta karakteristik perangkat lunak komputer.

2. Jasa Perpajakan, KAP menyusun surat pemberitahuan pajak (SPT), pajak penghasilan dari perusahaan dan perseorangan, baik yang merupakan klien audit maupun bukan. Disamping itu, KAP juga memberikan jasa yang berhubungan dengan pajak penghasilan (PPH), pajak peetambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan barang mewah (PPn-BM), perencanaan perpajakan, dan jasa perpajakan lainnya.

3. Konsultasi Manajemen, sebagian besar KAP memberikan jasa tertentu yang memberikan kemungkinan pada kliennya untuk meningkatkan efektivitas operasinya. Jasa ini mencakup mulai dari pemberian rekomendasi sederhana mengenai pembenahan sistem akuntansi sampai keikutsertaan dalam menyusun strategi pemasaran, dan pemanfaatan instalasi komputer.

4. Jasa Akuntansi dan Pembukuan, banyak klien di kota kecil dengan staf akuntansi yang terbatas, menyerahkan pembuatan laporan keuangannya kepada KAP. Sebagian klien kecil bahkan tidak mempunyai cukup karyawan untu mengerjakan buku besar dan ayat jurnalnya. Banyak KAP kecil yang bersedia memberikan jasa akuntansi da pembukuan guna memenuhi kebutuhan klien.

(30)

Menurut Robbins (2003) locus of control adalah dimana seseorang memiliki keyakinan dan kekuasaan untuk menentukan persepsi atau cara pandangnya terhadap suatu peristiwa yang terjadi padanya. Atau dengan kata lain persepsi seseorang tentang sumber nasibnya diistilahkan sebagai lokus kendali (locus of control). Locus of control menurut Hjele dan Ziegler (1981), Baron dan Byrne (1994) dalam Cecilia Engko dan Gudono (2007) diartikan sebagai persepsi seseorang tentang sebab-sebab keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan pekerjaannya.

Setiap individu bervariasi dalam banyaknya kewajiban pribadi yang mereka tanggung untuk setiap perilaku mereka dan konsekuensinya. Rotter yang seorang peneliti kepribadian, mengidentifikasi suatu dimensi kepribadian yang ia beri nama locus of control untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan ini. Ia berpendapat bahwa orang cenderung menghubungkan penyebab dari perilaku terutama pada diri mereka sendiri atau pada faktor lingkungan. Ciri kepribadian ini menghasilkan pola perilaku yang berbeda (Robert, 2005).

(31)

memenuhi permintaan klien. Berdasarkan pada teori locus of control, bahwa perilaku auditor dalam situasi konflik akan dipengaruhi oleh karakteristik locus of controlnya. Individu dengan internal locus of control akan lebih mungkin berperilaku etis dalam situasi konflik audit dibandingkan dengan individu dengan eksternal locus of control.

Jones dan Kavanagh (1996) melakukan eksperimen untuk menguji pengaruh variabel locus of control terhadap keinginan berperilaku tidak etis yang ditunjukkan dengan memperbesar laporan jumlah biaya perjalanan. Pada eksperimen pertama hasilnya mendukung hipotesis yang diajukan yaitu individu dengan eksternal locus of control cenderung memperbesar biaya perjalanan. Namun pada eksperimen kedua, hasilnya tidak ada pengaruh yang signifikan atas locus of control terhadap kecenderungan perilaku tidak etis.

Trevino (1986) seperti yang dikutip oleh Muawanah dan Indriantoro (2001) menyatakan bahwa variabel perbedaan individual atau variabel personalitas seperti locus of control dapat berinteraksi dengan kesadaran etis untuk mempengaruhi perilaku dalam dilema etis. Jadi hubungan antara locus of control dengan perilaku auditor bisa tergantung pada kesadaran etis auditor.

G. Kesadaran etis

Etika (ethics) mengacu pada sistem atau kode perilaku berdasarkan tugas dan kewajiban moral yang mengindikasikan bagaimana seorang individu harus bertindak atau berperilaku dalam masyarakat (Messsier Williams et. al, (2005). Apabila seorang auditor melakukan tindakan-tindakan yang tidak etis, maka hal tersebut akan merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi auditor itu (Khomsiyah dan Indriantoro, 1998).

(32)

profesionalisme anggotanya. Dalam rerangka kode etik akuntan, salah satu prinsip etika yang mendasari etika seorang auditor adalah independensi. Independensi merupakan batu penjuru dalam struktur philosofi profesi akuntan. Nilai dari pengauditan tergantung besarnya persepsi publik terhadap independensi auditor, sehingga tidak mengherankan jika independensi merupakan hal utama dalam kode etik profesi akuntan. Independensi merupakan salah satu nilai etis yang dijabarkan secara tertulis bagi seorang auditor sebagai panduan agar dapat selalu berperilaku etis.

Etika berkaitan erat dengan independensi dan integritas moral diri seorang akuntan. Etika melibatkan suatu sistem prinsip-prinsip moral dan ketaatan terhadap peraturan-peraturan tentang profesi akuntan dengan para kliennya, rekan seprofesinya dan masyarakat.

Banyak penelitian yang telah mengulas tentang etika dari sudut pandang yang berbeda, Rest dalam Muawanah dan Indriantoro (2001), menyatakan bahwa pemahaman (kesadaran) moral merupakan bagian dari kapasitas keseluruhan individual untuk mererangka dan memecahkan masalah-masalah etika. Trevino dalam Muawanah dan Indriantoro (2001), menyatakan bahwa tahapan pengembangan kesadaran moral individual menentukan bagaimana seorang individu berpikir tentang dilema etis, proses memutuskan apa yang benar dan apa yang salah.

Pertimbangan moral berkembang dari waktu ke waktu dan merupakan suatu fungsi dari usia, pendidikan, dan kompleksitas pengalaman. Lawrence Kohlberg telah mengusulkan bahwa pengembangan moral memiliki enam tahapan yang dapat dibagi menjadi tiga tingkatan alasan moral yaitu sebagai berikut (Messsier Williams et. al, 2005):

a. Prekonvensional

(33)

Tahapannya terdiri dari:

1) Tindakan individu dipertimbangkan dalam hal konsekuensi fisiknya, seperti penghindaran hukuman.

2) Individu memerhatikan kebutuhan orang lain, tetapi pemenuhan kebutuhan individu

merupakan motivasi dasar untuk bertindak. b. Konvensional

Pada tingkat konvensional, individu mampu untuk melihat situasi dari sudut pandang orang lain (seperti keluarga, kelompok sejawat, atau bangsa). Tahapannya terdiri dari: 1) Individu berupaya untuk menyesuaikan diri dengan norma kelompok. Pandangan

orang lain terhadap situasi juga dipertimbangkan, dan konflik diselesaikan melalui penggunaan norma ini.

2) Individu dipersoalkan tentang perintah dalam masyarakat dan peraturan sebagai pedoman dalam situasi konflik.

c. Pascakonvensional

Pada tahap pascakonvensional, hukum dan peraturan masyarakat dipertanyakan dan ditentukan kembali dalam hal prinsip moral universal. Tahapannya terdiri dari:

1) Individu memandang kontrak sosial dan kewajiban mutual sebagai sesuatu yang penting. Perbedaan dalam situasi konflik diselesaikan dengan adil dan dengan pertimbangan kepentingan setiap orang.

(34)

temuan-temuan yang mungkin tidak menguntungkan dalam penilaian kinerja manajemen atau obyek audit yang dilakukannya. Akuntan berhadapan dengan konflik etika yang harus secara terus menerus melakukan trade off antara kerugian dan manfaat pada dirinya sendiri, pada pihak lain dan pada masyarakat secara keseluruhan. Tidak jarang dalam setiap terjadi konflik kepentingan, etika sering tergolong elemen non value added dimata klien, bahkan sering juga berbenturan dengan kepentingan klien, sehingga etika dapat menjadi luntur pada saat harus mengambil keputusan. Karena pertimbangan profesional berlandaskan pada nilai dan keyakinan individu, kesadaran moral memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan akhir (Muawanah dan Indriantoro, 2001).

Untuk kalangan profesional, di mana pengaturan etika dibuat untuk menghasilkan kinerja etis yang memadai maka kemudian asosiasi profesi merumuskan suatu kode etik. Kode etik profesi merupakan kaidah-kaidah yang menjadi landasan bagi eksistensi profesi dan sebagai dasar terbentuknya kepercayaan masyarakat karena dengan mematuhi kode etik, akuntan diharapkan dapat menghasilkan kualitas kinerja yang paling baik bagi masyarakat Ludigdo (2006). Sedangkan Rand dalam Ludigdo (2006) berpendapat keberadaan etika profesi dapat dijadikan panduan bagi kalangan profesi dalam menghadapi suatu dilema. Apabila para akuntan tersebut melanggar kode etik profesi tersebut maka dapat diberikan sanksi psikologik yaitu diasingkan dari pergaulan lingkungan profesi yang bersangkutan.

Semua profesi mempunyai suatu standar kode etik masing-masing sesuai dengan ciri-ciri dari profesi yang telah disebutkan. Sedangkan akuntan sebagai suatu profesi, terikat pada ketentuan organisasi Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).

(35)

Sedangkan kepercayaan masyarakat akan profesionalisme seorang akuntan publik sangat bergantung pada kualitas jasa yang mereka berikan kepada masyarakat.

Para akuntan dapat dijatuhi sanksi apabila melakukan pelanggaran terhadap kode etik berupa : (1) Peringatan Tertulis, (2) Teguran tertulis, (3) Skorsing sementara dan (4) Pemecatan.

H. Perilaku Auditor dalam Situasi Konflik Audit

Perilaku Auditor dalam situasi konflik adalah sejauh mana Auditor mau menerima tekanan klien dalam situasi konflik, yaitu situasi yang terjadi ketika auditor dan klien tidak sepakat dalam satu fungsi atestasi yang merupakan indikan perilaku auditor dalam pengambilan keputusan etik (Muawanah dan Indriantoro, 2001).

Menurut Robin dalam Hariri dan Maslichah (2006) konflik adalah perilaku organisasi yang dicurahkan untuk beroposisi terhadap anggota lain. Prosesnya dimulai jika salah satu pihak merasa bahwa pihak lain telah menghalangi atau akan menghalangi sesuatu yang ada kaitannya dengan dirinya. Konflik dan pertentangan dapat terjadi antara seseorang dengan seseorang, seseorang dengan kelompok bahkan kelompok dengan kelompok. Selain itu, Konflik dapat terjadi antara pihak yang mempunyai tujuan yang sama, dimana salah satu pihak merasa telah dirugikan.

(36)

sehingga laba menjadi lebih besar. Sedangkan dipihak lain, antar para pemakai laporan keuangan sendiri pun, mempunyai berbagai kepentingan yang berbeda terhadap laporan keuangan perusahaan.

Etika profesi akuntan di indonesia diatur dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik. Kode etik ini mengikat para akuntan lainnya yang bukan atau belum menjadi anggota IAPI. Auditor harus selalu mempertahankan sikap mental independen dalam memberikan jasa professional. Sikap mental independen tersebut harus meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun independen dalam penampilan (in appearance).

Ada dua sasaran pokok dari kode etik ini, yaitu pertama, kode etik ini bermaksud untuk melindungi masyarakat dari kemungkinan dirugikan oleh kelalaian, baik secara sengaja maupun tidak disengaja dari kaum profesional. Kedua, kode etik ini bertujuan untuk melindungi keluhuran profesi tersebut dari perilaku-perilaku buruk orang-orang tertentu yang mengaku dirinya profesional (Keraf, 1998 dalam Martandi dan Suranta, 2006).

Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP juga harus mempertahankan integritas dan objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan pertimbangannya kepada pihak lain.

(37)

ia harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan tidak mempunyai suatu kepentingan apapun dengan kliennya.

Auditor harus bersifat independen dan obyektif. Menurut Standar Profesi Akuntan Publik No. 4, Independen berarti tidak mudah dipengaruhi karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Dengan demikian ia tidak dibenarkan memihak pada kepentingan siapapun. Independensi lebih banyak dipengaruhi oleh faktor luar. Objektivitas adalah sikap tidak memihak dalam mempertimbangkan fakta, terlepas dari kepentingan pribadi yang melekat pada fakta yang dihadapinya. Obyektif lebih dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri auditor.

Pada saat auditor dan klien tidak mencapai kesepakatan maka akan memicu lahirnya suatu situasi konflik dimana situasi konflik tersebut terjadi karena adanya ketidakberesan yang harus dilaporkan oleh auditor seperti salah saji/hilangnya jumlah/pengungkapan dalam laporan keuangan yang disengaja. Ketidakberesan mencakup kecurangan dalam pelaporan keuangan yang dilakukan untuk penyajian laporan keuangan yang menyesatkan biasanya disebut dengan kecurangan manajemen (management fraud) dan penyalahgunaan aktiva (unsur penggelapan).

Hal yang paling ditekankan dalam SPAP adalah betapa esensialnya kepentingan publik yang harus dilindungi serta sifat independensi dan kejujuran seorang auditor dalam berprofesi. Namun, sulit untuk menentukan fungsi dan etika pengauditan yang secara teknik dapat mendeteksi jika ada penyelewengan pada sistem pemerintahan baik untuk penyusunan anggaran maupun aktivitas keuangan lainnya.

I. Keterkaitan Antara Variabel

(38)

Jones dan Kavanagh (1996) melakukan eksperimen untuk menguji pengaruh variabel locus of control terhadap keinginan berperilaku tidak etis yang ditunjukkan dengan memperbesar laporan jumlah biaya perjalanan. Pada eksperimen pertama hasilnya mendukung hipotesis yang diajukan yaitu individu dengan eksternal locus of control cenderung memperbesar biaya perjalanan. Namun pada eksperimen kedua, hasilnya tidak ada pengaruh yang signifikan atas locus of control terhadap kecenderungan perilaku tidak etis.

Reiss dan Mitra (1998) mengadakan penelitian tentang efek dari perbedaan faktor individual dalam kemampuan menerima perilaku etis atau tidak etis. Hasil menunjukkan bahwa individu dengan internal locus of control cenderung lebih tidak menerima tindakan tertentu yang kurang etis, sedangkan individu dengan external locus of control cenderung lebih menerima tindakan tertentu yang kurang etis. Wanita ditunjukkan lebih etis dibandingkan pria. Perbedaan disiplin akademis yaitu bisnis dan non bisnis ditemukan tidak berpengaruh terhadap penilaian terhadap perilaku etis. Individu yang memiliki pengalaman kerja ditunjukkan cenderung lebih menerima tindakan yang kurang etis, dibandingkan individu yang tidak memiliki pengalaman kerja.

(39)

bahwa terdapat efek nonmonotonic dan simetris atas hubungan antara locus of control dengan respon auditor dalam situasi konflik, sehingga dapat dilihat bahwa interaksi antara kesadaran etik dan locus of control mempunyai pengaruh yang besar terhadap respon auditor dalam situasi konflik. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Umi Muawanah dan Indriantoro (2001). Putri Nugrahaningsih (2005) melakukan penelitian tentang perbedaan perilaku etis auditor di KAP dalam etika profesi, hasilnya menunjukkan bahwa auditor dengan internal locus of control cenderung berperilaku lebih etis daripada auditor external locus of control.

2. Locus Of Control dan Kesadaran Etis dengan Perilaku Auditor Dalam Situasi Konflik Audit

Larkin (2000) menyatakan bahwa kemampuan untuk dapat mengidentifikasi perilaku etis dan tidak etis sangat berguna dalam semua profesi termasuk auditor. Apabila seorang auditor melakukan tindakan-tindakan yang tidak etis, maka hal tersebut akan merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi auditor itu (Khomsiyah dan Nur Indriantoro, 1998).

(40)

Rest (1986) dalam Muawanah dan Indriantoro (2001) menyatakan bahwa pemahaman (kesadaran) moral merupakan bagian dari kapasitas keseluruhan individual untuk merangka dan memecahkan masalah-masalah etika. Trevino (1986) dalam Muawanah dan Indriantoro (2001) menyatakan bahwa pengembangan kesadaran moral individual menentukan bagaimana seorang individu berfikir tentang dilematis, proses untuk menentukan apa yang benar dan salah dalam suatu situasi.

Penelitian mengenai aspek perilaku dari para auditor di tengah situasi konflik audit dan hubungannya dengan peran locus of control, komitmen profesi dan kesadaran etis sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Saiful Anwar (2005) dan Umi Muawanah dan Nur Indriantoro (2001) yang juga merupakan konfirmasi atas penelitian Tsui dan Gul (1996) yang menyimpulkan bahwa interaksi antara variable personalitas dan variable kognitif seperti yang disebutkan diatas mempengaruhi perilaku auditor dalam situasi konflik audit. Muawanah dan Indriantoro (2001), menemukan bahwa pada level kesadaran etik yang lebih rendah terdapat kecenderungan auditor untuk menerima permintaan klien dalam situasi konflik audit. Sebaliknya, pada level kesadaran etik yang tinggi ada kecenderungan auditor untuk menolak tekanan manajer. Dan kecenderungan ini berbeda untuk karakteristik internal dan external locus of control.

J. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini difokuskan pada variabel personalitas locus of control dengan kesadaran etis yang dihubungkan dengan perilaku auditor dalam situasi konflik audit.

Interaksi antara level kesadaran etis dengan locus of control telah diuji oleh Tsui dan Gul (1996) dalam Muawanah dan Indriantoro (2001) dengan menunjukkan model interaksi berikut :

(41)

Gambar 2.1

Model Interaksi antara kesadaran etis dengan locus of control

Dengan menguji model tersebut, Tsui dan Gul (1996) dalam Muawanah dan Indriantoro (2001) menunjukkan bahwa kesadaran etis memoderat (memperkuat) hubungan antara locus of control dengan kemampuan auditor untuk menolak tekanan klien. Dengan kata lain locus of control dan kesadaran etis merupakan faktor determinan yang signifikan pada perilaku auditor dalam situasi dilema etis.

K.Perumusan Hipotesis

Berdasarkan pemikiran diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Terdapat pengaruh antara locus of control terhadap perilaku auditor dalam situasi konflik audit

H2: Interaksi antara locus of control dengan kesadaran etis mempengaruhi Perilaku auditor dalam situasi konflik audit.

[image:41.612.82.545.182.574.2]
(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah auditor dari kantor akuntan besar, sedang dan kecil yang terdaftar di directory Kantor Akuntan Publik yang berada di Jakarta, hal ini dilakukan untuk mengontrol efek ukuran KAP terhadap perilaku auditor maupun ciri pembawaan personalnya. Sampel untuk responden diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada KAP yang ada di Jakarta.

B. Metode Penentuan Sampel

Penelitian ini menggunakan convenience sampling, responden dipilih berdasarkan kesediaannya untuk berpartisipasi. Responden dalam penelitian ini adalah auditor eksternal, yang mencakup junior auditor, senior auditor, supervisor, manajer dan partner pada Kantor Akuntan Publik yang berada di Jakarta.

C. Metode Pengumpulan Data

Bagian ini akan membahas tentang data-data yang diperlukan dalam penelitian ini dan bagaimana cara memperoleh data-data tersebut. Data yang diperlukan untuk analisis ini terdiri dari data primer dan sekunder. Dalam penulisan ini digunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu :

1. Study Lapangan (field research)

(43)

yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”.

Kuesioner ini termasuk dalam data primer yang diperoleh dengan mengedarkan kuesioner kepada auditor eksternal pada KAP yang berada di Jakarta.

2. Studi Kepustakaan

Dilakukan dengan cara mempelajari literatur, seperti dari buku-buku, jurnal, dan internet yang berkaitan dengan permasalahan.

D. Metode Analisis Data

Pada penelitian ini ada beberapa tahap dalam analisis data, dimana pada masing-masing tahapan dalam pengujiannya dilakukan dengan menggunakan bantuan software statistik SPSS 15.0.

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian dan demografi responden. Statistik deskriptif menjelaskan skala jawaban responden pada setiap variable yang diukur dari minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi. Disamping itu juga untuk mengetahui demografi responden yang terdiri dari kategori, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan sebagainya.

2. Uji Kualitas Data a. Uji Validitas

(44)

masing-masing butir pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat signifikansi dibawah <0,05 maka butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid, dan jika korelasi skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat signifikansi diatas >0,05 maka butir pertanyaan tersebut tidak valid (Santoso, 2001).

b. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas digunakan untuk mengukur bahwa variable yang digunakan benar-benar bebas dari kesalahan sehingga menghasilkan hasil yang konsisten meskipun diuji berkali-kali. Hasil uji reliabilitas dengan bantuan SPSS akan menghasilkan Cornbach Alpha. Jika dari Cornbach Alpha diatas >0,6 maka dikatakan bahwa instrument tersebut mempunyai keandalan (reliabel).

3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal, kalau asumsi ini dilanggar, maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Distribusi normal pada grafik histogram akan membentuk pola distribusi yang normal (tidak terjadi kemencengan) dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

b. Uji multikolonieritas

(45)

problem Multikolonieritas atau multiko. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independennya. Ada tidaknya Multikolonieritas di dalam model regresi, dapat dilihat dengan menganalisi matrik korelasi variabel-variabel independen, jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya Multikolonieritas (Ghazali, 2005:91). Dan bisa juga dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance. Regresi yang terbebas dari problem Multikolonieritas apabila nilai VIF <10 dan nilai tolerance >0,10, maka data tersebut tidak ada M tolerance.

c. Uji heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada pola scatterplot antar SPRESID dan ZPRED di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu x adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dasar pengambilan keputusannya jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan bahwa telah terjadi Heteroskedastisitas. jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas (Ghazali, 2005:105).

4. Pengujian Hipotesis (Uji Interaksi)

(46)

antara dua variable bebas (X1 dan X2) dengan variable terikat (Y) dipergunakan analisis regresi linier dengan persamaan matematik sebagai berikut:

Untuk menguji hipotesis, digunakan model analisa sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X1X2 + e

Dimana :

Y = Perilaku auditor dalam situasi konflik audit X1 = Locus of control

X2 = Kesadaran etis

X1X2 = Interaksi antara Locus of control dan Kesadaran Etis

Nilai koefisien regresi atau b diperoleh dengan menggunakan proram statistik komputer SPSS versi 15.0.

a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variable dependen. Nilai R2 yang mendekati 1 berarti variable-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variable dependen.

b. Uji Statistik t

Uji t-statistik digunakan untuk mengetahui apakah variable independen secara individual berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Jika nilai t hitung lebih kecil dari t table pada taraf signifikan 0,05 maka Ha ditolak. Sedangkan jika nilai t hitung lebih besar dari t table maka Ha diterima (Ghozali, 2005: 84-85). c. Uji Statistik Fisher (F)

(47)

dari 0,05 atau dapat dilihat dari nilai F hitung lebih besar daripada nilai F table pada tingkat signifikansi 5% (Ghozali, 2005: 84).

E. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran

Berdasarkan rumusan masalah yang akan dikaji dan model yang disusun dala m tinjauan pustaka, maka operasional variabel penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Variabel independen dengan sub variabel terdiri dari: a. Locus of control (X1)

Locus of Control adalah cara pandang individu terhadap suatu peristiwa yang sedang terjadi pada dirinya, dimana peristiwa tersebut dapat atau tidak dikendalikan olehnya Variabel ini dioperasionalisasikan sebagai konstruk internal-ekstemal yang mengukur keyakinan seseorang atas kejadian yang menimpa kehidupannya. Variabel ini menggunakan instrumen The Work Locus of Control (WLCS) yang dikembangkan oleh Paul. E. Spector (1988). Variabel ini diukur dengan skala 6 poin mulai dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), sedikit tidak setuju (3), sedikit setuju (4), setuju (5), sangat setuju(6). Tujuh pernyataan dinilai terbalik untuk menghindari adanya order effect yaitu pertanyaan nomor 1, 2, 3, 4, 7, 10, 13 dengan kriteria penilaian sangat setuju (1), sampai sangat tidak setuju (6). Instrument diukur dengan menggunakan skala nominal dengan melihat rata-rata dari jumlah keseluruhan pernyataan. Internal LOC ditunjukkan oleh nilai jawaban responden yang le bih kecil dari mean score maka diberi nila i 0 dan sebaliknya untuk external LOC diindikasikan oleh nilai jawaban responden lebih besar dari mean score maka diberi nilai 1.

(48)

Kesadaran etis adalah kemampuan individu untuk mempertimbangkan suatu peristiwa yang tidak semestinya, sehingga diperlukan standar etika dan moral agar auditor dapat bertindak secara etis. Variabel ini diukur dengan mengadopsi instrumen yang mengukur kesadaran etis dengan 3 skema auditing yang diambil dari instrumen yang digunakan oleh Cohen, et al. (1995). Instrument tersebut juga diadopsi oleh Claypool et al. (1990) dan Amstrong (1985) yang juga digunakan oleh Muawanah dan Indriantoro (2001). Variabel ini diukur dengan menggunakan skala interval 7 poin, dengan skala 1 (etis) hingga 7 (tidak etis).

2. Variabel dependen (Y) yaitu perilaku auditor dalam situasi konflik audit. Variabel ini

[image:48.612.44.539.291.710.2]

mengukur sejauh mana auditor mau memenuhi tekanan klien dalam situasi konflik yaitu situasi yang terjadi ketika auditor dan klien tidak sepakat dalam satu aspek fungsi atestasi. Variabel ini diukur dengan dengan menggunakan 2 buah kasus pendek. Kasus pertama merupakan instrument yang dikembangkan oleh knapp (1985) dan diadopsi oleh Tsui dan Gul (1996), sedangkan kasus kedua adalah hasil modifikasi penulis dari berbagai sumber dan literatur yang sudah di uji cobakan sebelumnya. Dalam instrument ini responden diminta berperan sebagai auditor perusahaan dengan skala interval dari 0 (Skala rendah) s.d 100 (Skala tinggi).

Tabel 3.1

Variabel, Dimensi, Indikator, dan Skala untuk Kuesioner

Variabel Dimensi Indikator Skala

X1

Locus of Control

(Sumber: The Work Locus of Control Spector (1988))

1. Internal Locus of Control

2. Eksternal Locus of Control

1. Kemampuan melaksanakan

pekerjaan

2. Kesempatan

3. Keberuntungan

Skala

(49)

4. Nasib

X2

Kesadaran etis

(Sumber: Cohen (1995), Claypool (1990) dan Amstrong (1985))

Aspek Kognitif 1. Tanggung Jawab Moral

2. Sikap ketaatan terhadap Kode

Etik

3. Pertimbangan dalam

pelaksanaan tugas audit

Skala

Interval

Y

Perilaku Auditor

dalam Situasi Konflik Audit

(Sumber: Knapp (1985), Tsui dan Gul (1996))

1. Independensi

2. Obyektifitas

3. Integritas

1. Kepatuhan Terhadap Peraturan

2. Kepatuhan Terhadap Standar

Profesional

3. Fasilitas yang Diberikan

Skala

(50)

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Deskriptif dan Objek Penelitian

1. Penyebaran Kuisioner dan Deskriptif responden

Populasi dalam penelitian ini adalah semua auditor independent dari kantor akuntan public dijakarta, yang terdaftar di directory Kantor Akuntan Publik di Jakarta. Model sampel yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode convenience sampling (berdasarkan kesediaan responden).

Pada penelitian ini, jumlah kuesioner yang disebar adalah sebanyak 120 buah kuesioner, yang diberikan kepada auditor-auditor yang bekerja di 20 Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jakarta. Pengiriman kuesioner dilakukan dengan diantar langsung oleh peneliti dan ada pula yang dititipkan melalui kenalan. Lama penyebaran selama 4 minggu terhitung sejak pertengahan Oktober sampai dengan pertengahan November 2009.

[image:50.612.99.547.126.625.2]

Berikut adalah tabel yang menggambarkan proses penyebaran dan penerimaan kuesioner, dan penyebab responden tidak mengembalikan kuesioner.

Tabel 4.1

Gambaran Proses Penyebaran dan Penerimaan Kuesioner

No. Keterangan kuesioner persentase

1 Jumlah pengiriman 120 100%

2 Kuesioner tidak kembali 21 17.5%

3 Kuesioner yang kembali (tidak dapat diolah) 15 12.5% 4 Kuesioner yang kembali (dapat diolah) 84 70%

(51)
[image:51.612.65.540.52.693.2]

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Penelitian

Unsur Demografi Demografi Responden Jumlah Presentase

Pria 48 57,14 %

Jenis Kelamin

Wanita 36 42,86 %

20 – 30 tahun 72 85,71 %

31 – 40 tahun 10 11,90 %

Usia

> 41 tahun 2 2,39 %

1 – 3 tahun 67 79,76 %

4 – 10 tahun 14 16,67 %

Lama Bekerja

> 10 tahun 3 3,57 %

S1 79 94,05 %

S2 3 3,57 %

S3 0 0 %

Pendidikan terakhir

D3 2 2,38 %

Junior Auditor 49 58,33 %

Senior Auditor 28 33,33 %

Supervisor 6 7,14 %

Manajer 1 1,20 %

Jabatan di KAP

Partner 0 0 %

Kawin 18 21,43 %

Status

Belum Kawin 66 78,57 %

Sumber; Kuisioner Penelitian

(52)

Berdasarkan tabel diatas dari 84 responden, dapat dilihat bahwa responden pria berjumlah 48 orang (57,14 %) dan responden wanita berjumlah 36 orang (42,86 %). Responden yang bekerja antara 1 sampai dengan 3 tahun sebanyak 67 orang (79,76 %), responden yang bekerja antara 4 - 10 tahun sebanyak 14 orang (16,67 %), sedangkan yang bekerja diatas 10 tahun berjumlah 3 orang (3,57 %). Responden yang berpendidikan S1 sebanyak 79 orang (94,05 %), sedangkan yang berpendidikan S2 sebanyak 3 orang (3,57 %), dan yang berpendidikan D3 sebanyak 2 orang (2,38 %). Responden dengan status kawin sebanyak 18 orang (21,43 %) sedangkan responden dengan status belum kawin sebanyak 66 orang (78,57 %).

Mengenai jabatan di Kantor Akuntan Publik, responden yang menjabat sebagai junior auditor sebanyak 49 orang (58,33 %), responden yang menjabat sebagai senior auditor sebanyak 28 orang (33,33 %), responden yang menjabat sebagai supervisor sebanyak 6 orang (7,14 %), sedangkan responden yang menjabat sebagai manajer sebanyak 1 orang (1,20 %). Usia responden yang berada di kisaran 20 -30 tahun sebanyak 72 orang (85,71 %), 31-40 tahun sebanyak 10 orang (11,90 %) sedangkan yang berada diatas usia 41 tahun sebanyak 2 orang (2,39 %).

B. Penemuan dan pembahasan 1. Statistik Deskriptif

(53)
[image:53.612.86.516.136.535.2]

Hasil perhitungan untuk statistik deskriptif untuk variabel X (variabel personalitas dan kognitif) dan variabel Y (Perilaku auditor dalam situasi konflik audit) dapat dilihat dalam tabel 4.3, yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.3

Hasil Statistik Deskriptif

N Mean

Std.

Deviation Minimum Maximum

LOC 84 36.8333 7.69107 15.00 51.00

Kesadaran Etis 84 47.6786 8.51952 21.00 63.00

Interaksi

Loc&Kes 84

1743.75

00 455.55820 840.00 2961.00 Sumber : Kuisioner penelitian diolah dengan SPSS

Tabel 4.4

Statistik Deskriptif Locus Of Control

Variabel Sub Variabel N Mean

Internal

(total skor<mean) 41 Locus of Control

Eksternal

(total skor>mean) 43

Jumlah 84

36.8333

(54)

Pengujian data disini mencakup uji validitas (uji kesahihan) dan uji reabilitas (uji keandalan) atas item-item pertanyaan untuk masing-masing variabel, yaitu untuk Locus of control (Variabel X1) dan Kesadaran Etis (Variabel X2) dan Perilaku Auditor dalam Situasi Konflik Audit (Variabel Y). Pengujian validitas dan reabilitas ini akan dilakukan dengan menggunakan bantuan software statistik SPSS 15.0.

a. Uji Validitas

Pengujian validitas dengan menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor. Kriteria yang digunakan valid atau tidak valid adalah :

• Jika probabilitasnya (Sig) < 0,05 butir pertanyan dikatakan valid.

• Jika probabilitasnya (Sig) > 0,05 butir pertanyaan dikatakan tidak valid.

[image:54.612.96.529.208.713.2]

Dari uji validitas yang telah dilakukan, maka didapat hasil yang akan disajikan secara lengkap dalam tabel 4.5 untuk variabel Kesadaran Etis (Variabel X2) dan Perilaku Auditor dalam Situasi Konflik Audit (Variabel Y), yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas

Variabel Signifikansi Keterangan

Kesadaran Etis - -

KE1-1 0,000** Valid

KE1-2 0,000** Valid

KE1-3 0,000** Valid

KE2-1 0,000** Valid

KE2-2 0,000** Valid

KE2-3 0,000** Valid

KE3-1 0,000** Valid

(55)

Ke3-3 0,000** Valid

Perilaku Auditor - -

PA1 0,000** Valid

PA2 0,000** Valid

**Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel 4.5 diatas, menunjukkan bahwa butir pertanyaan untuk variabel kesadaran etis (X2) mempunyai nilai signifikan kurang dari 0,05. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa butir-butir pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel kesadaran etis (X2) adalah valid. Hal yang sama ditunjukkan oleh variabel perilaku auditor (Y), dengan signifikansi kurang dari 0,05, maka butir-butir pertanyaan yang digunakan adalah valid, dan dapat digunakan dalam pengujian.

b. Uji Reliabilitas

Dasar pengambilan keputusan dengan menggunakan teknik korelasi Cronbach’s Alpha adalah :

• Jika Cronbach’s Alpha > 0,6, berarti konstruk reliabel.

• Jika Cronbach’s Alpha < 0,6 berarti konstruk tidak reliabel.

[image:55.612.101.459.44.191.2]

Dari uji reabilitas yang telah dilakukan, maka didapat hasil Cronbach’s Alpha yang akan disajikan secara lengkap dalam tabel 4.6 untuk variabel Locus of control (Variabel X1), dan Kesadaran Etis (Variabel X2) dan Perilaku Auditor dalam Situasi Konflik Audit (Variabel Y), yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.6

Hasil Uji Reabilitas

No. Variabel Items Cronbach’s

Alpha

Kesimpulan

(56)

Regression Standardized Residual 4 3 2 1 0 -1 -2 F re q u e n cy 20 15 10 5 0 Histogram

Dependent Variable: PRLKAUD

Mean =-5.55E-17 Std. Dev. =0.988

N =84

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: PRLKAUD

2. Kesadaran Etis (X2) 9 0,788 Reliabel

3. Perilaku Auditor (Y) 2 0,855 Reliabel

Sumber : Kuisioner penelitian diolah dengan SPSS

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat konsistensi dari pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan locus of control (variabel X1) dan kesadaran etis (variabel X2) dan perilaku auditor dalam situasi konflik (variabel Y) yang diperoleh nilai Cronbach’s Alpha diatas 0,6. Maka dapat dikatakan bahwa hasil pengujian terhadap variabel-variabel tersebut adalah reliabel.

3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

[image:56.612.80.543.163.709.2]

Dengan melihat tampilan grafik histogram maupun grafik normal plot di bawah ini dapat disimpulkan dengan grafik histogram memberikan pola distribusi yang normal (tidak terjadi kemencengan). Sedangkan pada grafik normal plot terlihat titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Kedua grafik menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi klasik.

(57)
[image:57.612.92.527.148.589.2]

Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas

b. Uji Multikolonieritas

Hasil uji multikolonieritas terhadap data untuk pengujian hipotesis ditunjukkan pada tabel 4.7.

Tabel 4.7

Hasil Uji Multikolonieritas Coefficient Correlations(a)

Model

LOC Kesadaran Etis

1 Correlation s

LOC

1.000 .192

Kesadaran Etis .192 1.000

Covariance s

LOC

.004 .001

Kesadaran Etis .001 .003

Variable dependen: Perilaku Auditor

Melihat besaran korelasi antar variable independen tampak bahwa antara variable locus of control dan kesadaran etis mempunyai korelasi sebesar 0,192 atau sekitar 19,2%. Oleh karena korelasi ini masih jauh dibawah 0,90. Maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolonieritas yang serius.

(58)

Regression Standardized Predicted Value 2 1 0 -1 -2 -3 R e g re s s io n St u d e n ti z e d R e s id u a l 4 3 2 1 0 -1 -2 Scatterplot

Dependent Variable: PRLKAUD

Nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor Collinearity Statistics Mode l Toleran

ce VIF

1 (Constant)

LOC .963 1.038

Kesadaran Etis .963 1.038

Hasil perhitungan nilai tolerance juga menunjukkan tidak ada variable independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 dan besaran nilai VIF tidak lebih dari 10. Maka dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi.

c. Uji Heteroskedastisitas

[image:58.612.162.410.73.175.2]

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Gambar 4.3

Grafik Hasil Uji Heteroskedastisitas

[image:58.612.88.533.197.656.2]
(59)

acak dan tidak membentuk suatu pola, baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi ini tidak mengalami problem heteroskedastisitas.

4. Pengujian Hipotesis (Uji Interaksi) a. Uji Koefisien determinasi (Adjusted R2)

[image:59.612.96.540.317.551.2]

Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variable independen yang dimasukkan ke dalam model (Ghozal

Gambar

Gambar 4.3 Hasil Uji Heterokedastisitas................................................................................50
 Gambar 2.1 Model Interaksi antara kesadaran etis dengan locus of control
Tabel 3.1 Variabel, Dimensi, Indikator, dan Skala untuk Kuesioner
Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

konsep elektronika yang digunakan dalam proses kontrol di industry, komponen-komponen yang digunakan dalam elektronika industri (Sensor dan transduser, Aktuator, Motor listrik,

Novel-novel yang dihasilkan Nh. Dini dan Ayu Utami memiliki kekuatan memunculkan tokoh-tokoh bereksistensi di dalam ruang dan latar yang dibangun melalui narasi serta

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian Terkait Pemberian Rekomendasi Organisasi Profesi

Suhu dan waktu pervaporasi berpengaruh signifi kan terhadap nilai fl uks dan selektivitas membran Dalam penelitian ini kadar patchouli alkohol dalam minyak nilam dapat

Faktor lain yang mempengaruhi subjek mempunyai minat untuk menikah dengan pria warga negara asing karena subjek terobsesi memiliki pacar seperti bapaknya. Faktor ini terjadi

Terkait analisis jalur injeksi komoditi ekspor terhadap kesejahteraan masyarakat (pendapatan rumah tangga), berdasarkan hasil analisis jalur struktural terhadap

TOLERANSI AGAMA ISLAM DAN KRISTEN DALAM TRADISI BELASUNGKAWA DI DESA SIPOGU KECAMATAN ARSE.. KABUPATEN

Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul