• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biseksual Salah Satu Penyebab Perceraian (Analisis Putusan Nomor: 0456/Pdt.G/2012/Pa.Tng)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Biseksual Salah Satu Penyebab Perceraian (Analisis Putusan Nomor: 0456/Pdt.G/2012/Pa.Tng)"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan HukumUntuk Memenuhi

Salah Satu SyaratUntuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

M. Iqbal Warats

1110044200013

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

(2)

i

BISEKSUAL SALAH SATU PENYEBAB PERCERAIAN

(Analisis Putusan Nomor 0456/Pdt.G/2012/PA.Tng )

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk MemperolehGelarSarjanaSyariah (S.Sy)

Oleh:

M. Iqbal Warats 1110044200013

Pembimbing

Drs. H. A. Basiq Djalil, S.H., M.A 195003061976031001

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “BISEKSUAL SALAH SATU PENYEBAB PERCERAIAN

(Analisis Putusan Nomor 0456/Pdt.G/2012/PA.Tng )” telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Program Studi Hukum Keluarga Islam

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Jum’at, 9 Mei 2014

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Program Strata Satu (S-1) pada Program Studi Hukum Keluarga Islam.

Jakarta,

Mengesahkan

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Dr. Phil. JM. Muslimin, MA. NIP: 196808121999031014 PANITIA UJIAN

1. Ketua Prodi : Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA. (...) NIP: 195003061976031001

2. Sekretaris Prodi : Hj. Rosdiana, MA. (...) NIP: 19690610200312201

3. Pembimbing :Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA. (...) NIP: 195003061976031001

4. Penguji I : Dr. Moh. Ali Wafa, S.Ag. M.Ag. (...) NIP: 197304242002121007

(4)

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.Sy) di Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Sumber-sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 9 Mei 2014

(5)

iv

ABSTRAK

M. Iqbal Warats, NIM 1110044200013, “ Biseksual Salah Satu Penyebab Perceraian (Analisis Putusan Nomor: 0456/Pdt.G/2012/PA.Tng). Konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435 H/2014 M. ix + 79 halaman+halaman lampiran.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dasar hukum yang digunakan oleh majelis hakim dalam memutuskan perkara ini yang sesuai dengan Undang-undang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam (KHI), penyebab gugat cerai istri ini adalah karena suami selingkuh dengan perempuan lain dan berhubungan dengan sesama jenis kelamin. Yang di dalam Undang-undang tidak disebut secara jelas kata

“menyukai dua jenis kelamin (biseksual)”.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yang menekankan pada kualitas dengan pemahaman deskriptif pada putusan tersebut. Pendekatan yang penulis lakukan menggunakan pendekatan yuridis-normatif dengan melihat objek hukum berkaitan dengan undang-undang. Adapun bahan hukum yang dipakai adalah bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Adapun pengelolaan bahan hukum dilakukan dengan cara deduktif yaitu menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan yang konkret yang dihadapi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hakim dalam memutus perkara perceraian ketika alasan perceraian terutama terkait dengan biseksual tidak diatur dalam undang-undang maupun peraturan lainnya, maka hakim melandaskan putusan berdasarkan poin-poin lain yang berkaitan pada putusan tersebut.

Kata Kunci : Perceraian, Biseksual.

Pembimbing : Drs.H.A.Basiq Djalil, S.H, M.A

(6)

v KATA PENGANTAR











Segala puji, dan syukur diucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan taufik, hidayah-Nya serta memberikan berkah, kasih dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul BISEKSUAL SALAH SATU PENYEBAB PERCERAIAN (Analisis Putusan Nomor: 0456/Pdt.G/2012/PA.Tng).

Shalawat serta salam senantiasa tercurah untuk pemimpin umat manusia yang

revolusioner dimana oleh karenanyalah ilmu dan cahaya Islam bisa dirasakan sampai

akhir zaman.

Penulis bersyukur dengan tiada henti karena pada akhirnya tugas akhir dalam

jenjang pendidikan Strata Satu (s1) yang penulis hadapi telah selesai dikerjakan. Serta

tak lupa penulis minta maaf apabila ada penulisan dalam skripsi ini ada yang kurang

berkenan dihati pembaca.

Selanjutnya penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan karena

mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu sebagai ungkapan

rasa hormat yang dalam, penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, M.A. selaku rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Dr. Phil. JM. Muslimin, M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. H.A. Basiq Djalil, S.H, M.A, selaku ketua Jurusan Prodi SAS sekaligus Dosen pembimbing skripsi, dan Ibu Hj. Rosdiana, M.A selaku sekretaris

jurusan SAS yang telah memberikan arahan dan dorongan kepada penulis

(7)

vi

4. Dr. Moh. Ali Wafa, S.Ag, M.Ag, Selaku Dosen Pembimbing Akademik dan seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

tidak lupa juga kepada staf perpustakaan, karyawan.

5. Pengadilan Agama Jakarta Tangerang yang menjadi objek penelitian skripsi ini yang telah membantu dalam memberikan informasi yang dibutuhkan

penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Kepada kedua orang tua Ayahanda tercinta Abdul Rohim dan Ibunda tersayang Lianah, sujud abdiku kepada kalian atas doa, pengorbanan dan

memberikan motivasi terbesar kalian selama ini, “allahummagfirlii

waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani sogiro”. Adikku tersayang

Hikmah Aulia dan Muhammad Agil Agustiar, sertasaudara-saudarakuyang

selalu memberi support.

7. Seluruh sahabat AKI angkatan 2010 yang tersanjung Mirza, Adi Guna, Natasha Nicola, Dini Aulia, Sukron Naim, Rian Wahyu Utomo dan lainnya

yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Trima kasih atas segala canda tawa

dan keluh kesah selama di kelas, maaf kalau banyak kesalahan penulis baik

yang disengaja maupun tidak dan tentunya kalian adalah yang terindah selama

pembelajaran di kelas.

8. Untuk keluarga besar FKMB (Forum Komunikasi Mahasiswa Betawi) secara kolektif yang tidak mungkin disebutkan dalam kertas pendek ini. Penulis

merasa adanya transformasi baru untuk mengenal orientasi organisasi yang

lebih baik demi terwujudnya menusia madani yang tercerahkan. “Bangga Jadi Betawi”

9. Keluarga besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang telah berbagi ilmu yang tidak ternilai, hingga penulis dapat menyelesaikan studi di

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

(8)

vii

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan

sebagai rujukan penyusunan skripsi lainnya di masa mendatang. Penulis pun

sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini

selanjutnya.

Ciputat, 9 Mei 2014

(9)

viii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI. ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

BAB I: PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. Pembatasandan PerumusanMasalah... 5

C. TujuandanManfaatPenelitian ... 6

D. Review Studi Terdahulu ... 6

E. KerangkaTeori... 8

F. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan ... 11

G. SistematikaPenulisan ... 13

BAB II: BISEKSUAL DALAM HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF A. Pengertian Biseksual ... 15

B. Pengaruh Biseksual Terhadap Perkawinan ... 22

C. Biseksual Menurut Hukum Islam dan Hukum Positif ... 24

BAB III: POTRETPENGADILAN AGAMA TANGERANG A. Sekilas Tentang Pengadilan ... 29

B. Susunan Organisasi Pengadilan ... 35

C. Proses Penyelesaian Perceraian di Pengadilan ... 38

BAB IV: ANALISIS PUTUSAN A. DuduknyaPerkara ... 43

B. PertimbanganHakim ... 45

(10)

ix

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN: 1. Surat Bimbingan Skripsi ... 60

2. Surat Permohonan Data Ke Pengadilan Agama Tangerang ... 61

3. Surat Keterangan Permohonan Data ... 62

4. Hasil Wawancara ... 63

(11)

1

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia yang berada di atas permukaan bumi ini pada umumnya selalu

menginginkan bahagia, dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi miliknya.

Tetapi kebahagiaan itu tidak dapat dicapai dengan mudah tanpa mematuhi

peraturan-peraturan yang telah digariskan agama, diantaranya mesti induvidu-induvidu dalam

masyarakat itu saling menunaikan hak dan kewajibannya masing-masing.1

Orang-orang yang memperoleh kebahagiaan adalah mereka yang sukses

meniti jalan berliku tanpa mematikan api harapannya yang selalu bisa mewujudkan

kebahagiaan, meskipun harus diiringi dengan penderitaan dan keresahan,

kebahagiaan yang dimaksud adalah sebuah kebahagiaan besar yang ada di dalam

kesusahan, bukan kesusahan semata. Tetapi kebahagiaan terbesar dapat juga

diperoleh di dalamnya.2 Salah satu jalan untuk mencapai bahagia ialah dengan jalan

perkawinan, dengan adanya perkawinan terbentuklah suatu rumah tangga. Apabila

baik rumah tangga dengan sendirinya masyarakat akan baik pula, karena rumah

tangga adalah merupakan masyarakat yang kecil, supaya tercapai rumah tangga yang

baik hendaklah induvidu-induvidu dalam rumah tangga yang pada pokoknya terdiri

1

Firdaweri, Hukum Islam tentang Fasakh Perkawinan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1989), cet. Ke-1, h. 01.

2

(12)

dari suami dan isteri harus pula saling menunaikan hak dan kewajiban

masing-masing.3

Hak ialah sesuatu yang harus diterima sedangkan kewajiban adalah sesuatu

yang harus dilaksanakan dengan baik. Begitulah kehidupan antara suami istri dalam

setiap rumah tangga, apabila dua hal tersebut tidak seimbang niscaya akan timbullah

percekcokan dan perselisihan dalam rumah tangga. Sebaliknya jika antara hak dan

kewajiban itu seimbang atau sejalan, terwujudlah keserasian dan keharmonisan dalam

rumah tangga, rasa kebahagiaan semakin terasa dan kasih sayang akan terjalin dengan

baik. Sang anak menghormati orang tuanya, orang tua sayang kepada anaknya, suami

menghargai istrinya dan istripun menghormati suaminya dan seterusnya. Oleh karena

itu antara suami istri harus tahu dan melaksanakan hak serta kewajibannya

masing-masing, demikian juga sang anak harus tahu diri dan menghormati orang tuanya.4Di

antara hak suami dan istri adalah:

1. Suami dan istri dihalalkan mengadakan hubungan seksual.

2. Haram melakukan pernikahan, artinya baik suami maupun istri tidak boleh

melakukan pernikahan dengan saudaranya masing-masing.

3. Dengan adanya ikatan pernikahan, kedua belah pihak saling mewarisi apabila

salah seorang di antara keduanya telah meninggal meskipun belum bersetubuh.

4. Anak mempunyai nasab yang jelas.

3

Firdaweri, Hukum Islam tentang Fasakh Perkawinan, h. 01.

4

(13)

5. Kedua pihak wajib bertingkah laku dengan baik sehingga dapat melahirkan

kemesraan dalam kedamaian hidup.5

Dalam Kompilasi Hukum Islam pada BAB XII Pasal 77 disebutkan mengenai

kewajiban suami istri secara rinci adalah sebagai berikut:

1. Suami-istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga

yangsakinah, mawaddah, dan rahmah yang menjadi sendi dasar dari susunan

masyarakat.

2. Suami-istri wajib saling mencintai, saling menghormati, setia dan memberi

bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain.

3. Suami-istri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara

anak-anakmereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani, maupun kecerdasan

dan pendidikan agamanya.

4. Suami-istri wajib memelihara kehormatannya.

5. Jika suami atau istri melalaikan kewajibannya, masing-masing

dapatmengajukan gugatan kepada Pengadilan Agama.6

Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang paling mulia di antara

makhluk-makhluk Allah lainnya. Dianugrahkan kepadanya insting untuk

mempertahankan keturunan sebagai konsekuensi kemuliaan itu. Ini berarti manusia

harus memperkembangkan keturunan dengan alat yang telah diperlengkapkan Tuhan

kepadanya. Di antara perlengkapan ini adalah alat kelamin dan nafsu syahwat untuk

5

M.A. Tihami, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 154.

6

(14)

saling bercinta. Dari percintaan inilah akan timbul nafsu sebagai naluri manusia sejak

lahir.

Berdasarkan tingkah laku manusia. Sigmund Freud seorang pendiri ilmu

psikhoanalisis dari Wina yang hidup dalam tahun 1956-1939, kesimpulan bahwa

manusia hidup didorong oleh dua naluri, yaitu:

1. Makan untuk mempertahankan hidup pribadi

2. Seks untuk mempertahankan keturunan.

Pendapat Sigmund Freud amatlah tepat. Karena pada dasarnya manusia

diciptakan Allah telah diberi bekal nafsu seks sebagai kaitan untuk mempertahankan

kelangsungan keturunan. Ditegaskan oleh Allah dalam Al-Quran surat Ali Imran : 14.

Pada surat Ali Imran ayat 14 dijelaskan bahwa manusia (laki-laki) sejak lahir

telah dibekali cinta syahwat (nafsu seks) terhadap wanita. Demikian pula wanita

sebagai lawan jenis laki-laki tak ubahnya seperti laki-laki juga. Dia dibekali oleh

Tuhan nafsu seks untuk melayani kehendak lawan jenisnya itu. Naluri seks pada

wanita ini digambarkan oleh Allah dalam Al-Quran pada surat Yusuf: 23, di dalam

kisah Zulaikha yang jatuh cinta kepada Nabi Yusuf.

Maka sekarang menjadi jelas bahwa seks adalah kebutuhan biologis manusia

yang tidak dapat dipisah-pisahkan dalam kehidupan. Dari kenyataan ini, maka seks

merupakan faktor yang amat penting untuk dipelajari agar kebutuhan seks berjalan

dengan wajar. Janganlah naluri seks manusia anugerah Tuhan ini diselewengkan

manurut hawa nafsu. Kalau ini terjadi, tentu insting manusia untuk mempertahankan

(15)

menghindari hal-hal seperti itu perlu sekali diterapkan moral agama dalam seks.

Moral berarti ajaran mengenai baik dan buruknya tingkah laku manusia. Kalau moral

agama diterapkan dalam seks, niscaya agama akan membimbing tingkah laku

hubungan seks yang baik. Seks yang berjalan sesuai dengan moral agama, pasti akan

berjalan dengan baik, wajar tanpa menodai harkat dan martabat manusia.7

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar pokok permasalahan dalam memahami skripsi ini tidak terlalu meluas

dan tetap pada jalurnya, penulis membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penulis

skripsi ini hanya berkisar pada gugat cerai dengan alasan perlakuan biseksual

berdasarkan Putusan Gugat Cerai di Pengadilan Agama Tangerang Nomor:

0456/Pdt.G/2012/PA.Tng.

2. Perumusan Masalah

Di dalam peraturan tidak ada dinyatakan Biseksual menjadi sebab perceraian

akan tetapi pada kenyataannya hakim Pengadilan Agama memutuskan perkara

perceraian yang disebabkan biseksual.

Rumusan masalah tersebut, penulis rinci dalam bentuk pertanyaan sebagai

berikut:

a. Apakah biseksual dapat dijadikan alasan faktor perceraian?

b. Bagaiamana pertimbangan majelis hakim dalam memutus perkara cerai gugat

akibat suami Biseksual?

7

(16)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan yang ingin dicapai, di antaranya

adalah:

a. Untuk mengetahui apakah biseksual dapat dijadikan alasan faktor perceraian.

b. Untuk mengetahui pertimbangan para hakim dalam mengabulkan

permohonan perkara perceraian dengan alasan biseksual.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan dicapai dalam penelitian adalah sebagai berikut:

a. Secara praksis atau terapan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi pemikiran bagi para hakim di lingkungan Pengadilan Agama

dalam menyelesaikan putusan yang disebabkan oleh biseksual.

b. Secara ilmiah, Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengembangan

pemikiran Hukum Islam dan Hukum Positif bagi setiap pribadi muslim dan

masyarakat luas terutama terkait perkara perceraian karena biseksual sebagai

alasan perceraian.

D. Review Studi Terdahulu

Pembahasan berupa skripsi tentang perceraian memang sudah banyak dikaji,

oleh karena itu penulis berusaha untuk mengangkat persoalan biseksual sebagai

alasan perceraian dengan melakukan telaah terhadap putusan Pengadilan Agama.

Seperti yang sudah penulis jelaskan di atas, dalam menjalani kehidupan

(17)

dalam keluarga maupun dalammasyarakat. Demikian pula dalam melakukan

perbuatan hukum keduanya mempunyai hak dan kedudukan yang sama berkaitan

dengan permasalahan di atas, ada penelitian yang telah dikaji oleh penulis,

diantaranya:

1. Nasrudin Romli, Homoseksual: Kritik Terhadap Pemikiran Prof. Dr. Musdah

Mulia. (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2008).

Dalam penulisan ini penulis menemukan sub judul yang berkaitan dengan

skripsi yang penulis teliti yaitu biseksual.

Skripsi ini meneliti alasan-alasan yang digunakan Prof. Dr. Musdah

Mulia, baik yang bersifat normatif maupun rasional untuk membenarkan perilaku

homoseksual sebagai kajian kritis terhadap pemikiran yang dikemukakan olehnya.

Perbedaan dengan skripsi yang penulis tulis adalah prilaku kelainan seks tersebut,

penulis lebih mengkaji prilaku biseksual yaitu orang yang menyukai dua jenis

kelamin.

2. Epni Juliana, homoseksual sebagai pemicu perceraian, (Studi Putusan Perkara

Nomor 1564/Pdt.G/2008/PA.JT). (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010).

Dalam penulisan ini penulis menemukan sub judul yang berkaitan dengan

skripsi penulis teliti yaitu biseksual.

Skripsi ini membahas mengenai gugat cerai yang diajukan istri karena

(18)

perceraiannya, dalam skripsi ini yang menjadi alasan perceraian adalah karena

suami biseksual artinya suami tidak hanya berhubungan dengan perempuan tetapi

suami juga berhubungan dengan laki-laki.

3. Jamilah, kelainan seks pada suami sebagai pemicu terjadinya perceraian,

(Analisis Putusan PA Depok Nomor: 662/Pdt.G/2008/PA.Dpk.Jawa Barat),

(Skripsi s1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2010).

Dalam penulisan ini penulis menemukan sub judul yang berkaitan dengan

skripsi penulis teliti yaitu biseksual.

Dalam skripsi tersebut yang menjadi alasan perceraian adalah karena

suami kelainan seks, salah satu kelainan seksnya adalah suka mengintip wanita

yang sedang mandi. Yang menjadi perbedaan dengan skripsi ini adalah alasan

perceraiannya, pada skripsi ini penulis membahas tentang cerai gugat istri akibat

suami biseksual.

E. Kerangka Teori

Islam mengatur keluarga dengan segala perlindungan dan pertanggungan

syariatnya. Islam juga mengatur hubungan lain jenis yang didasarkan pada perasaan

yang tinggi, yakni pertemuan dua tubuh, dua jiwa, dua hati dan dua ruh. Dalam

bahasa yang umum, pertemuan dua insan yang diikat dengan kehidupan bersama

untuk menggapai keturunan yang tinggi dan menyongsong generasi baru. Tugas ini

(19)

Yang pokok dalam hubungan keluarga itu adalah ketenangan, dan

ketentraman. Islam mengatur hubungan ini dengan segala perlindungan yang

menjamin ketentraman tersebut sehingga mencapai tingkatan taat yang tinggi. Untuk

mencapai tujuan ini Islam membantu uang negara yang diberikan kepada fakir

miskin. Islam mewajibkan adab yang melarang pamer perhiasan dan fitnah, agar hati

menjadi tenang dan tidak tergoyahkan oleh fitnah dan perhiasan di pasar-pasar. Islam

juga mewajibkan hukuman bagi yang berzina dan penuduh zina. Islam menjadikan

rumah sebagai tempat kehormatan dengan meminta izin antara penghuninya.

Peraturan dan tata tertib rumah tangga inilah yang dapat memelihara dari segala

keguncangan didasarkan pada bimbingan kasih sayang dan takwa kepada Allah.

Akan tetapi, realita kehidupan menusia membuktikan banyak hal yang

menjadikan rumah tangga hancur (broken home) sekalipun banyak pengarahan dan

bimbingan, yakni kepada kondisi yang harus dihadapi secara praktis. Suatu kenyataan

yang harus diakui dan tidak dapat diingkari ketika rumah tangga dan

mempertahankannya pun suatu perbuatan yang sia-sia dan tidak berdasar. Islam tidak

segera mendamaikan hubungan rumah tangga dengan cara dipisahkan pada awal

bencana (pertikaian). Islam justru berusaha dengan seoptimal mungkin memperkuat

hubungan ini, tidak membiarkan begitu saja tanpa ada usaha.

Jikalau permasalahan cinta dan tidak cinta sudah dipindahkan kepada

pembangkangan dan lari menjauh, langkah awal yangditunjukkan Islam bukan talak.

(20)

dilakukan oleh orang baik-baik. Hal ini sebagaimana yang tertuang dalam firman

Allah SWT Qs. An-Nisa : 35.

Jika jalan penengah tidak didapatkan hasil, permasalahnnya menjadi kritis,

kehidupan rumah tangga sudah tidak normal, tidak ada ketenangan dan ketentraman,

dan mempertahankan rumah tangga seperti sia-sia. Pelajaran yang diterima adalah

mengakhiri kehidupan rumah tangga sekalipun dibenci Islam, yakni talaq.8

Hak talaq ini dapat digunakan untuk menjadi jalan keluar bagi kesulitan yang

dihadapi suami dalam melangsungkan situasi rukun damai dalam kehidupan rumah

tangga. Rumah tangga yang dibangun melalui aqad nikah harus dilandasi dengan rasa

cinta kasih di antara dua pihak, sehingga apabila rasa cinta menjadi tidak ada di

antara mereka dan sulit dipulihkan, tetapi yang ada kemudian hanya benci-membenci,

terbukalah pintu yang memberi hak talaq ini kepada suami.9 Menurut Hadits yang

diriwayatkan oleh Sahabat Ibnu „Umar, Muhammad SAW bersabda: “Barang halal yang paling tidak disukai oleh Allah ialah perceraian”.10

Pada skripsi ini yang

berjudul “Biseksual Salah Satu Penyebab Perceraian (Analisis Putusan Nomor: 0456/Pdt.G/2012/PA.Tng.)”. Penulis akan membahas tentang perceraian yang terjadi karena perbuatan suami melakukan hubungan intim dengan laki-laki dan perempuan,

perceraian yang diajukan kepada istri ke Pengadilan Agama Tangerang.

8

Abdul Aziz Muhammad Azzam., Fiqh Munakahat, Khitbah, Nikah dan Talak, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009) Cet. Ke-1, h. 251.

9

Achmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), cet. Ke-1, h. 119.

10

(21)

F. Metode Penelitian dan Tekhnik Penulisan 1. Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang

dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder yaitu

berupa Undang-undang yang ada kemudian membandingkannya dengan

pertimbangan hakim di Pengadilan Agama dalam putusan perkara perceraian

Nomor: 0456/Pdt.G/2012/PA.Tng.

b. Sumber dan Jenis Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam Penelitian ini adalah dokumen,

sumber data dalam penelitian ini adalah:

1) Data primer, yaitu:Putusan dan pertimbangan hakim Pengadilan Agama

Tangerang Nomor: 0456/Pdt.G/2012/PA.Tng mengenai putusan perkara

perceraian dengan alasan biseksual.

2) Data sekunder, yaitu:data yang diperoleh dengan jalan mengadakan studi

kepustakaan atas dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah

yang diajukan. Dokumen yang dimaksud adalah Al-Quran, Hadits,

buku-buku karangan ilmiah, Undang-undang, Kompilasi Hukum Islam (KHI),

Undang-undang Peradilan Agama, Hukum Perdata BW, Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, serta buku dan peraturan

(22)

2. Teknik Penulisan

a. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan cara

menganalisa terhadap putusan pengadilan Agama Tangerang Nomor:

0456/Pdt.G/2012/PA.Tng.

b. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Setelah proses pengumpulan data dikumpulkan melalui bebeapa

tekhnik, maka data yang telah dikumpulkan akan diolah, dianalisis dan

diinterpretasikan untuk dapat menggali dan menjawab permasalahan yang

telah dirumuskan. Teknik analisis data yang digunakan berupa:

1) Perbandingan hukum, yaitu dengan membandingkan hasil dokumen

hukum yag sah mengenai keputusan hakim dan dokumen hukum para

pakar dan peneliti hukum (Content Analysis).

2) Teori Penemuan Hukum (Rechtsvinding). Dalam teori ini dipaparkan, dan

dapat disajikan secara sistematis. Selanjutnya klafikasi data, yaitu

mengelompokan data berdasarkan masing-masing permasalahan yang

telah dirumuskan yang kemudian disajikan per bab pembahasan.

Setelah pengelolahan data, selanjutnya menganalisis dan

menginterpretasikan data. Analisis data dilakukan terutama pada bab IV dengan

cara mendeskripsikan data-data tersebut secara jelas dan menganalisa isinya,

kemudian menginterpretasikannya menggunakan bahasa penulis sendiri, dengan

demikian akan nampak jelas rincian jawaban atas pokok permasalahan yang

(23)

G. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika pembahasan ini dibagi dalam lima bab. Masing-masing

bab terdiri dari beberapa sub bab dengan tujuan agar pembahasan skripsi ini tersusun

dengan sistematis, maka perlu dikemukakan sistematisnya sebagai berikut:

Bab Pertama, merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang hal-hal yang

mengatur bentuk dan isi skripsi, meliputi: Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan

Permusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Review Studi Terdahulu, Review

Studi Terdahulu, Metode Penelitian dan Teknik Penulisan, serta Sistematika

Penulisan.

Bab kedua, membahas tentang biseksual dilihat dari hukum Islam dan hukum

positif yang berisi mengenai pengertian biseksual, pengertian seksualitas, seksualitas

abnormal, pengaruh biseksual terhadap perkawinan dan biseksual menurut hukum

positif dan hukum Islam.

Bab Ketiga, membahas gambaran umum tentang Pengadilan Agama yang

berisi mengenai demografi Pengadilan Agama Tangerang, yurisdiksi Pengadilan

Agama Tangerang, struktur organisasi Pengadilan Agama Tangerang, proses

penyelesaian perceraian di Pengadilan Agama.

Bab Keempat, membahas tentang Analisis Putusan yaitu mengenai duduknya

perkara, pertimbangan hakim dari putusan pengadilan agama Tangerang dalam

perkara biseksual kemudian analisa penulis.

(24)

14

A. Pengertian Biseksual

1. Pengertian Biseksual

Di ambil dari kata “bi” yang berarti dua dan “seksual” yang berarti

persetubuhan antara laki-laki dan perempuan.11 Jadi Biseksual adalah orang yang

tertarik kepada kedua jenis kelamin (baik laki-laki maupun perempuan).12

2. PengertianSeksualitas

Seksualitas berasal dari kata seks, yang berarti nafsu syahwat atau libido

seksual. Seksual merupakan dorongan kuat bagi laki-laki dan perempuan untuk saling

mendekati dan bercengkrama, baik untuk berhubungan biasa (berteman) maupun

berhubungan kelamin.13

Menurut, Johnson, dan Kolodny, seksualitas menyangkut berbagai dimensi

yang sangat luas, diantaranya adalah dimensi biologis, psikologis, sosial dan kultural.

Berikut ini penjelasannya:

a. Dimensi biologis, berdasarkan perspektif biologi (fisik), seksualitas berkaitan

dengan anatomi dan fungsional alat reproduksi atau alat kelamin manusia,

serta dampaknya bagi kehidupan fisik atau biologis manusia.14

11

Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Pers, 2002). Ed. Ketiga, h. 1355

12

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), cet. Ke-1, ed. Ke IV, h. 199.

13Jurnal Hukum Islam “Al

-„Adalah (1 Juni 2012), h. 28. 14

(25)

b. Dimensi psikologis, berdasarkan dimensi ini, seksualitas berhubungan erat

dengan bagaimana manusia menjalani fungsi seksual dengan identitas jenis

kelaminnya, dan bagaimana dinamika aspek-aspek psikologi (kognisi, emosi,

motivasi, prilaku) terhadap seksualitas itu sendiri, serta bagaimana dampak

psikologi dari keberfungsian seksualitas dalam kehidupan manusia.

c. Dimensi sosial, melihat bagaimana seksualitas muncul dalam relasi

antarmanusia, bagaimana seseorang beradaptasi atau menyusuaikan diri

dengan tuntutan peran dari lingkungan sosial, erta bagaimana sosialisasi peran

dan fungsi seksualitas dalam kehidupan manusia.

d. Dimensi Kultural dan Moral, dimensi ini menunjukan bagaimana nilai-nilai

budaya dan moral mempunyai penilaian terhadap seksualitas yang berbeda

dengan negara barat. Seksualitas di negara-negara barat pada umumnya

menjadi salah satu aspek kehidupan yang terbuka dan menjadi hak asasi

manusia. Beda halnya dengan moralitas agama, misalnya menganggap bahwa

seksualitas sepenuhnya adalah hak Tuhan sehingga penggunaan dan

pemanfaatannya harus dilandasi dengan norma-norma agama yang sudah

mengatur kehidupan seksualitas menusia secara lengkap.15

3. Seksualitas Abnormal

Di dalam kehidupan seks manusia selalu melakukan praktek-praktek seksual

yang normal, ternyata terdapat juga peraktek-peraktek seksual yang abnormal. Yang

15

(26)

normal adalah hubungan kelamin antara dua jenis kelamin yang berlawanan, yaitu

antara pria dan wanita. Sedang yang abnormal adalah pemuasan nafsu seks dengan

memakai obyek yang berjenis-jenis serta menyalahi dari adat kebiasaan yang berlaku.

Seorang lelaki yang bersenggama dengan istrinya maka kehidupan seksualnya adalah

normal. Tetapi kalau ia mengambil pasangan orang lelaki lain untuk memuaskan

nafsu seksnya, terang kehidupan seksualnya tidak normal.16

Kehidupan seksual yang abnormal sudah berlangsung sejak zaman dahulu

jauh sebelum agama Islam datang. Tetapi setelah kedatangan agama Islam

keabnormalan dalam seks itu mendapat perhatian khusus, sehingga kita dapat

ayat-ayat Al-Quran atau hadits Rasulullah SAW. Mengenai hal itu, menurut Islam

seseorang dikatakan normal kehidupan seksualnya jika ia dapat menjaga kemaluanya

dari hubungan kelamin kecuali dengan istrinya atau budak yang dimilikinya. Firman

Allah pada surat Al-Mukminin yang berbunyi:









.























.













“Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah

orang-orang yang melampui batas”. (QS. Al-Mukminun: 5-7).

Menurut keterangan dalam “Al-Quran dan Terjemahanya” terbitan

Departemen Agama, yang dimaksud “Barangsiapa mencari yang di balik itu” adalah

16

(27)

zina, homoseksual dan lain sebagainya. Orang yang berbuat demikian termasuk

golongan orang yang melampaui batas di mana dia telah menyeleweng dari

kewajaran hidup berkelamin dan diancam oleh hukuman yang berat.17

Di bawah ini adalah katagori-katagori penyimpangan seks yang

dikembangkan oleh James C. Coleman:

a. “Normal” sexual deviations. Included here are such patterns as maturbation

and premarital sex. Such behaviors are generally condemned in our society,

but are enggaged in so widely and so privately that relativaly few persens are

subjected to social anctions for engaging in them, and many paople-including

most mental helath personnel-think they should not be. Mastrubation, for

example, may actually represent a healthy sexual practice. (Penyimpangan

seks “Normal. Yang termasuk di sini adalah masturbasi dan seks sebelum

menikah. Prilaku-prilaku tersebut pada umumnya termasuk prilaku yang tidak

baik dalam masyarakat kita, namun dilakukan secara luas (dilakukan oleh

orang banyak) dan pribadi (tertutup) di mana hanya sedikit orang yang

dianggap melakukannya dan banyak orang termasuk mayoritas dari para ahli

kesehatan jiwa berpikir bahwa mereka sebaiknya tidak melakukan prilaku

tersebut (masturbasi) sebagai contoh, sebenarnya menunjukan perbuatan seks

yang sehat).18

17

M. Bukhori, Islam dan Adab seksual, h. 105.

18

(28)

b. “Abnormal” sexual deviations. Sexual behaviors placed in this catagory are

those viewed by most people, including mental helath personel, as clearly

harmful to the induvidual and/or other persons. Included here are such

patterns as incest, pedophilia, and rape. The incidence of such sexual behavior

is low relative to the general population, and legal and social sanctions

agaainst offenders are usually strong. (penyimpangan seks “Tidak Normal”

prilaku seksual yang termasuk dalam katagori ini dianggap bagi mayoritas

orang termasuk para ahli kesehatan jiwa, jelas-jelas berbahaya terhadap

prilaku sendiri maupun orang lain, yang termasuk dalam katagori ini

diantaranya berzinah dengan saudara sendiri, pedofilia (menyukai orang

yang masih kecil) dan pemerkosaan. Timbulnya prilaku seksual ini pada

umumnya tergolong rendah dan sanksi sosial bagi para pelanggat biasanya

tegas).

c. “Socially organized and related” sexual deviations. This category includes

patterns commonly associated with a supportive group structure-for axample,

homosexual and prostitution. (penyimpangan seks “Terorganisir dan Terkait”

yang termasuk di dalam katagori ini pada umumnya berhubungan dengan

struktur kelompok yang mendukung contohnya homoseksual dan prositusi).19

19

(29)

Berikut ini adalah contoh dari tiga katagori penyimpangan seks.

1. “normal” sexual deviations (penyimpangan seks normal)

a. Premarital Coitus (hubungan badan dengan saudara sendiri)

Definition: Sexual intercourse prior to marriage (yaitu hubungan badan

sebelum menikah).

b. Masturbation (masturbasi)

Definition: Self-stimulation of the genitals for sexual gratification

(perangsang kemaluan diri sendiri untuk kepuasan seks).

c. Extramarital Coitus (hubungan seks di luar perkawinan)

Definition: Sexual intercourse with partner other than spouse (hubungan seks

dengan pasangan yang bukan suami/istrinya).

d. Promiscuty (promiscuty)

Definition: Nonselective Sexual relations with variety of partners; referred to

as sexual delinguency in girl under 18 (hubungan seks dengan sembarang

orang; merujuk pada pelanggaran seks dengan perempuan di bawah umur

18 tahun).20

2. “Abnormal sexual deviations” (penyimpangan seks abnormal)

a. Impotence and frigidity (lemah syahwat dan tidak memiliki hasrat untuk

melakukan hubungan seksual)

Definition: Impairment in desire for or inability to achieve sexual

gratification (buruknya hasrat atau ketikmampuan untuk mendapatkan

kepuasan seks).

20

(30)

b. Exhibitionism (eksibionisme)

Definition: Public exposure of genitals for sexual gratification (memamrkan

kelamin untuk kepuasan seksual.

c. Voyeurism (voyeurisme)

Definition: Clandestine observation of others engaging in sexual activities or

in the nude (mengintip aktifitas seks orang lain yang sedang telanjang untuk

kepuasan seks)

d. Fetishism (fetisisme)

Definition: Achievement of sexual gratification through the use of objects,

such as clothing, or through devient activities, such as firesetting

(pencapaian kepuasaan seksual melalui objek tertentu,seperti dalam

memakai pakaian atau melakukan hal yang menyimpang)

e. Pedophilia (pedofilia)

Definition: Use of a child as a sex object by an adult (menjadikan anak-anak

sebagai objek seksual oleh orang dewasa)

f. Rape (Perkosaan)

Definition: Sexual relations with another person (adult) obtained through

force or threat (memperoleh hubungan seksual dengan orang lain (orang

dewasa) secara paksaan atau ancaman)

g. Incest (berzinah/hubungan seksual dengan hubungan terdekat)

Definition: Sexual relations between close relatives (melakukan hubungan

(31)

h. Sadisme (sadisme)

Definition: Achievement of sexual gratification by inflicting pain on others

(pencapaiankepuasan seksual dengan menyakiti orang lain).

i. Masochism (masokisme)

Definition: Achievement of sexual gratification by having pain inflicted on

self (pencapaian kepuasan seksual dengan menyakiti diri

sendiri/memberikan rasa sakit kepada diri sendiri).21

3. “Socially organized and related” (penyimpangan seks terorganisir dan terkait).

a. Prostitution (pelacuran)

Definition: The practice-usually repetitive-of engaging in sexual relations for

financial gain (perbuatan-biasanya berulang-ulang hubungan seksual untuk

mendapatkan uang)

b. Homosexuality (homoseksual)

Definition: Overt sexual active between members of the same sex (tindakan

seksual dengan sesama jenis).

c. Transvestism (transvestisme)

Definition: Achievement of sexual excitment by dressing in clothes of the

opposite sex(penyampaian kepuasan seksual dengan berpakaian lawan jenis,

contohnya perempuan berpakaian laki-laki atau laki-laki berpakaian

perempuan)

21

(32)

d. Transexualism (transeksualisme)

Definition: Inability to accept one‟s physical sex; gender identifiaction with

the opposite sex. (tidak mampu menerima jenis kelamin diri sendiri;

menanggap dirinya merupakan dari lawan jenisnya, contoh laki-laki

menganggap dirinya merupakan perempuan , begitu juga sebaliknya).22

Dari katagori-katagori penyimpangan seks di atas penulis mengambil

kesimpulan bahwa biseksual termasuk ke dalam katagori “Socially Organized and

Related” Sexual Deviations (penyimpangan seks “Terorganisir dan terkait secara

sosial). Biseksual bisa dikatakan homoseksual, disebut gay apabila yang melakukan

penyimpangan seks itu laki laki dan dikatakan lesbian apabila yang melakukan

perempuan, karena biseksual yaitu seseorang yang menyukai dua jenis kelamin.

B. Pengaruh Biseksual Terhadap Perkawinan

Kepuasan dalam pernikahan merupakan harapan bagi setiap pasangan suami

istri. Namun, terkadang masalah seksual dapat menjadi pemicu timbulnya konflik

dalam pernikahan. Ketidakpuasan dalam hubungan seksual menjadi salah satu

indikator yang dapat menyebabkan masalah dalam kehidupan pernikahan. Bagi

seorang laki-laki masalah seks merupakan masalah yang sangat penting. Hubungan

seksual terkadang menjadi kebutuhan pokok bagi laki-laki. Selain untuk kepuasan

secara biologis, melalui hubungan seksual, seorang laki-laki ingin membuktikan

kejantanan, kemampuan, dan kekuatannya. Oleh karena itu, mereka perlu

menyalurkan keinginan tersebut dengan melakukan hubungan seks yang normal.

22

(33)

Begitu juga wanita, kebutuhan seksual juga penting dalam kehidupan pernikahan.

Agar kehidupan pernikahan dapat berjalan dengan baik, maka pasangan suami istri

hendaknya saling memahami akan kebutuhan seksual.23

Hubungan seksual menjadi sangat berarti dalam kelangsungan kehidupan

pernikahan. Namun, sering kali kita mendapatkan informasi bahwa ada orang-orang

tertentu yang memiliki kelainan ketika melakukan hubungan seksual. Kelainan

seksual tersebut merupakan prilaku yang menyimpang yang dilakukan oleh

orang-orang yang tidak normal, secara psikologis. Kelainan seksual salah satunya adalah

bisexual yaitu seseorang yang menyukai dua jenis kelamin.

Penyimpangan hubungan seksual yang terjadi dalam pernikahan dapat

menimbulkan konflik antara pasangan suami dan istri, menimbulkan

perasaan-perasaan yang dapat mengganggu hubungan suami istri. Berbagai perasaan-perasaan akan

timbul pada pasangan yang melakukan penyimpangan seksual, diantaranya perasaan

berdosa, gelisah, cemas, dan takut. Semua perasaan tersebut dapat mengganggu

ketengangan jiwanya. Gangguan jiwa yang tidak dapat diatasi akan berdampak pada

penurunan gairah seks dan tidak berfungsi kehidupan seksual, seperti ejakulasi

prematur (orgasme sebelum waktunya), impotensi (tidak berfungsinya alat kelamin

pria), dan frigitas (tidak bergairah melakukan hubungan seksual karena ganguan

psikologi pada wanita).24

23

Fatchiah E. Kertamuda, Konseling Pernikahan Untuk Keluarga Indonesia, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), h. 109.

24

(34)

Masalah dan dampak dari prilaku penyimpangan hubungan seksual tersebut

memengaruhi hubungan suami dan istri. Oleh karena itu, setiap pasangan suami istri

perlu untuk melaksanakan hubungan seksual yang bertanggung jawab. Hubungan

seksual yang didasari ikatan pernikahan mengandung unsur-unsur etika dan susila.

Untuk membantu mengatasi masalah tersebut, diperlukan keterbukaan dari setiap

anggota dalam keluarga (suami, istri, dan anak). Komunikasi yang baik diharapkan

dapat membantu persoalan yang melanda keluarga tersebut. Selain itu, baik suami

maupun istri harus saling menghargai dan setia pada pasangannya. Hal ini

membentuk keluarga yang sehat baik fisik maupun psikis.25

C. Biseksual Menurut Hukum Islam dan Hukum Positif

a) Biseksual Menurut Hukum Islam

Hukum Islam, fiqh atau syariat Islam merupakan sebuah jalan atau ketentuan

yang mengatur hubungan antara manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan

manusia, dan hubungan manusia dengan alam lingkungannya. Abu Ishaq al-Shatibi

dalam al-Muwafat fi Ushul al-Ahkam, menegaskan tujuan dari hukum tersebut

terwujudnya keamanan dan ketentraman dalam kehidupan bermasyarakat. Hukum

tersebut pada hakikatnya mewujudkan kemalahatan dan kebaikan hidup manusia,

baik induvidual maupun sosial.26

Hukum Islam [fiqh] adalah hukum yang dibangun berdasarkan pemahaman

manusia atas nash al-Quran maupun al-Sunnah untuk mengatur kehidupan manusia

25

Fatchiah E. Kertamuda, Konseling Pernikahan Untuk Keluarga Indonesia, h. 113.

26

(35)

yang berlaku secara universal, sejalan pada setiap waktu dan ruang manusia.

Keuniversalan hukum Islam ini sebagai kelanjutan langsung dari hakikat Islam

sebagai agama universal [Said Aqil Husein al-Munawwar: 2004].27

Dalam ajaran Islam, hubungan seksual hanya bisa dilakukan oleh pasangan yang

diikat dalam perkawinan yang sah, baik secara agama maupun negara. Hal ini sesuai

dengan sabda Rasulullah: “Dari „Uqbah bin „Amir ra., telah bersabda Rasulullah,

sesungguhnya syarat-syarat yang harus dipenuhi ialah syarat untuk menjadikan

kamu halal dengan kemaluan-kemaluan perempuan”. (HR. Al-Bukhori). Hadits ini

menjelaskan bahwa hubungan seksual itu dibolehkan, manakala ia dilakukan setelah

melangsungkan perkawinan dengan memenuhi syarat dan rukun dalam perkawinan.28

Hubungan badan atau hubungan seksual (sexual intercourse) merupakan anugrah

dari Allah sepanjang dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah, dan dengan cara

yang normal, sehat, dan bermartabat (beretika). Ungkapan Al-Quran pada Surah

al-Baqarah/2: 222 yang berbunyi:



































































27

Yayan Sopyan, Islam-Negara, Transformasi Hukum perkawinan Islam dalam Hukum Nasional, h. 14.

28Asmu‟i.

(36)

Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. apabila mereka telah Suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (Al-Baqarah:222)

Ayat ini mengandung makna bahwa hubungan badan harus dilakukan sesuai dengan

apa yang telah diperintahkan oleh Allah. Dalam hal ini, hubungan badan hanya

dilakukan dengan pasangan suami istri yang sah, dengan cara yang sehat (tidak

sedang dalam keadaan haid atau nifas), dan normal atau di tempat yang telah

ditentukan (saluran vagina yang terhubung dengan rahim atau uterus). Di luar yang

diperintahkan Allah tersebut merupakan perbuatan melampaui batas

(al-Mu‟minun/23: 5-7).29

Biseksual artinya orang yang memiliki respons seksual terhadap dua jenis

kelamin. Banyak ahli yakin bahwa sebagian besar biseksualitas pada orang dewasa

adalah heteroseksual atau homoseksual. Walaupun sebagain kecil mempertahankan

hubungan seks dengan pria dan wanita secara serentak dalam cara yang sama,

sebagian besar dari pelaku biseksual menghabiskan lebih banyak waktu dengan salah

satu jenis kelamin dibandingkan jenis kelamin lain.30 Homoseksualitas merupakan

rasa tertarik dan mencintai sesama jenis.31 Di sebagian negara Barat perkawinan

antara sesama jenis ini dilegalkan (memperoleh pengakuan dari negara) akan tetapi di

29Marzuki Umar Sa‟abah,

Seks dan Kita, (Jakarta: Gema Insani press, 1997), cet. Ke-1, h. 146

30

Nina Surtiretna, Seks dari A sampai Z, (Bandung: PT Dunia Pustaka Jaya, 2001), cet. Ke-1, h. 29.

31Marzuki Umar Sa‟abah,

(37)

negara islam dan negara-negara lain pada umumnya hal ini di anggap penyimpangan

sehingga tidak dapat diakui sebagai pasangan suami istri. Homoseksual dan lesbian

mengacu pada orang dewasa (sudah balig) yang mengikuti atau memilih orientasi

seksualnya terhadap sesama jenis kelaminnya.

Dapat dipahami dengan mudah bahwa apabila homoseksualitas dan lesbianisme

dibolehkan maka dapat dipastikan generasi manusia lambat laun akan punah.

Al-Quran melarang keras prilaku homoseks dan lesbi karena tidak sesuai dengan apa

yang diperintahkan oleh Allah, yaitu dengan pasangan suami istri (laki-laki dan

perempuan) yang sah. Terdapat beberapa ayat yang berbicara tentang perilaku

homoseks di zaman Nabi Lut seperti pada Surah al-A‟raf/7: 80-22, an-Naml/27: 55,

al-Ankabut/29: 28-29. Surah al-A‟raf/7: 80-82 menjelaskan:

























.

























.



























Dan (Kami juga telah mengutus) Lut, ketika dia berkata kepada kaumnya,

“mengapa kamu melakukan perbuatan keji, yang belum pernah dlakukan oleh

seorang pun sebelum kamu (di dunia ini). Sungguh, kamu telah melampiaskan syahwatmu kepada sesama lelaki bukan kepada perempuan. Kamu benar-benar kaum

yang melampaui batas.” Dan jawaban kaumnya tidak lain hanya berkata, “Ussirlah

mereka (Lut dan pengikutnya) dari negerimnu ini, mereka adalah orang yang

menganggap dirinya suci.” (al-A’raf/7: 80-82).32

32

(38)

b) Biseksual Menurut Hukum Positif

Di Indonesia biseksual sudah tidak bisa didiamkan lagi, jika didiamkan terus

penyimpangan ini akan menjadi momok yang menakutkan dan menjadi hal yang

biasa dan lumrah dalam masyarakat, bila sudah terjadi seperti ini akan memberikan

dampak yang sangat negatif untuk kehidupan warga negara Indonesia kedepan,

karena tidak lagi mengindahkan nilai-nilai agama dan moral.

Oleh karena itu, pemerintah selaku pihak yang diberi kepercayaan oleh rakyat

untuk mengurusi rakyat harus jeli melihat permasalahan ini dan memecahkannya,

karena dalam peraturan di Indonesia tidak diatur secara tegas hal yang mengenai

biseksual, yang ada hanya aturan yang berkenan dengan penyimpangan seksual,

aturan tersebut terdapat di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana pada pasal

292, yang berbunyi: “orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang

lain sesama kelamin, yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya belum

dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun”.

Dan pasal 293 ayat (1) yang berbunyi, “barang siapa yang dengan memberi atau

menjanjikan uang atau barang, menyalah gunakan wibawa yang timbul dari hubungan

keadaan atau dengan penyesatan sengaja menggerakan seorang belum dewasa dan

baik tingkah lakunya untuk melakukan atau membiarkan perbuatan cabul dengan

seseorang, padahal tentang belum kedewasaannya, diketahui atau selayaknya harus

diduganya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.33

33

(39)

29

A. Sekilas Tentang Pengadilan Agama

Menerima, memeriksa dan memutus perkara adalah kewenangan bagi

Pengadilan Agama dalam lingkungan Peradilan Agama, telah secara khusus diatur

sedemikian baiknya oleh Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan

Agama yang sudah diamandemen menjadi Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006

tentang Peradilan Agama, maka dari penjelasan undang-undang ini kita dapat

menganalisa bahwa perkara perkawinan, hak asuh terhadap anak (hadhanah), wakaf,

wasiat, warisan dan ekonomi syari‟ah adalah kewenangan absolut bagi Peradilan

Agama.

Begitu juga Pengadilan Agama Tangerang yang memiliki kewenangan di

dalam memeriksa suatu perkara bagi masyarakatnya untuk dapat memberikan suatu

keadilan kepada masyarakat sesuai perundang-undangan .

1. Demografi Pengadilan Agama Tangerang

Pengadilan Agama tangerang bertempat di Jalan Perintis Kemerdekaan II,

Komplek Perkantoran Cikokol Kota Tangerang adalah merupakan Pengadilan Agama

kelas IB yang berada di wilayah hukum pengadilan Tinggi Agama banten.34

Pengadilan Agama Tangerang dibangun di atas tanah seluas ± 2.020 m2

dengan status tanah hak pakai berdasarkan sertifikat yang diterbitkan Badan

34

(40)

Pertahanan Nasional Tangerang Nomor 28 dan 29 tanggal 21 Spetember 1984 dan

telah dibalik atas nama Pemerintah Republik Indonesia Cq Mahkamah Agung RI.

Adapun bangunan gedung Pengadilan Agama Tangerang seluas ± 1858 m2

dua lantai yang telah dibangun pada tahun 2009.

Letak geografis kota Tangerang terletak antara 6 6‟ Lintang Selatan sampai

dengan 6 13‟ Lintang Utara dan 106 36‟ Bujur Timur sampai dengan 106 42‟ Bujur

Timur. Batas wilayah:

1. Sebelah utara, berbatasan dengan kecamatan Teluk Naga dan Kecamatan

Sepatan kabupaten Tangerang.

2. Sebelah selatan, berbatasan dengan kecamatan Curug kecamatan Serpong dan

Kecamatan pondok Aren kabupaten Tangerang.

3. Sebelah timur berbatasan dengan DKI Jakarta.

4. Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Cikupa kabupaten Tangerang.35

2. Yurisdiksi Pengadilan Agama Tangerang

Tiap Pengadilan Agama mempunyai wilayah hukum tertentu, dalam hal ini

meliputi satu kotamadya atau satu kabupaten, atau dalam keadaan tertentu sebagai

pengecualian, mungkin lebih atau mungkin kurang.

Yurisdiksi adalah kekuasaan, hak atau wewenang untuk menetapkan hukum,

atau dapat disebut sebagai wilayah/daerah tempat berlakunya sebuah undang-undang

yang berdasarkan hukum.36

35

(41)

Wilayah hukum atau yurisdiksi pengadilan Kota Tangerang meliputi seluruh

wilayah Daerah Tingkat II Kota Tangerang yang terdiri dari 12 (dua belas)

Kecamatan dan 104 (seratus empat) kelurahan.

Berikut ini adalah yurisdiksi pengadilan Agama Tangerang:

Kecamatan Kelurahan Kecamatan Kelurahan

Batuceper Poris Gaga

Batu Jaya

Batu Sari

Batuceper

Poris Gaga Baru

Kebon Besar

Poris Jaya

Cibodas Cibodasari

Cibodas

Cibodas Baru

Panunggang Baru

Uwung Jaya

Jatiuwung

Ciledug Penginggilan

Sudimara Barat Sudimara Timur Parung Serab Sudimara Jaya Peninggilan utara Tajur Sudimara Selatan

Larangan Gaga

Larangan Utara Larangan Selatan Larangan Indah Cipadu Kreo Kreo Selatan Cipadu Jaya

Cipondoh Gondrong

Cipondoh Indah

Petir

Poris Pelawad

Tangerang Tanah Tinggi

Suka Asih

Buaran Indah

Sukarasa

36

(42)

indah Cipondoh Poris Pelawad Cipondoh Makmur Kenanga Ketapang Poris Pelawang Utara Babakan Cikokol Sukasari Kelapa Indah

Jatiuwung Keroncong

Jatake

Pasir Jaya

Gandasari

Alam Jaya

Manis Jaya

Periuik Gembor

Gebang jaya

Sangiang jaya

Priuk

Priuk Jaya

Karang Tengah Pondok Pucung

Parung Jaya Karang Tengah Karang Timur Pondok Bahar Padurenan Karang mulia

Neglasari Kedaung Wetan

Karang Anyar

Selapajang Jaya

Kedang Baru

Mekarsari

Karawaci Karawaci Baru

Bojong Jaya

Nusa Jaya

Cimone

Cimone jaya

Pabuaran

Pinang Kedaung Utara

Sudimara Pinang

Pinang

Nerogtog

Penunggangan

(43)

Sumur Pacing

Marga Sari

Sukajadi

Gerendeng

Pasar baru

Koang Jaya

Pabuaran Tumpeng

Karawaci

Nambo Jaya

Kunciran

Kunciran Indah

Kunciran Jaya

Cipete

Pakojan

panunggangan37

3. Tugas Pokok dan Fungsi Pengadilan Agama Tangerang

Pengadilan Agama merupakan lembaga Peradilan pada tingkat pertama yang

tugas pokoknya adalah memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara-perkara

tertentu diantara orang-orang islam dibidang: Perkawinan, Waris, Wasiat, Hibah,

Wakaf, Zakat, Infaq,Shadaqah, danEkonomi Syariah.38

Selain dari tugas pokok di atas, Peradilan Agama mempunyai tugas tambahan

baik yang diatur dalam undang-undang maupun dalam peraturan-peraturan lainnya,

yaitu:

37

Profil Pengadilan Agama Tangerang, Artikel diakses pada hari Kamis, 20 Maret 2014 dari http://pa-tangerangkota.go.id/index.php/profil/profil/wilayah

38

(44)

1. Memberikan pertimbangan dan nasehat tentang hukum Islam kepada instansi

pemerintah apabila diminta. (Pasal 52 (1) Undang-undang No. 7/1989).

2. Menyelesaikan permohonan pertolongan pembagian harta peninggalan di luar

sengketa antara orang-orang Islam. (Pasal 107 ayat (2) Undang-undang No.

7/1989). Hal ini sudah jarang dilakukan karena Undang-undang Nomor 3

Tahun 2006 mengatur dibolehkannya penetapan ahli waris dalam perkara

volunteer.

3. Memberikan isbat kesaksian rukyat hilal dalam penentuan awal bulan tahun

hijriyah (Pasal 52 A UU No. 3 Tahun 2006).

4. Melaksanakan tugas lainnya seperti pelayanan riset/penelitian dan tugas-tugas

lainnya.39

39

(45)

B. Struktur Organisasi Pengadilan

Struktur Organisasi Pengadilan Agama Kota Tangerang

Adapun susunan personalia yang ada dilingkungan Pengadilan Agama

Tangerang berdasarkan data pegawai pengadilan Agama Tangerang adalah sebagai

berikut:

a. Ketua : Drs. Nasirudin, M.H

b. Wakil Ketua : Drs. Sahlan, S.H, M.H

c. Dewan Hakim

Hakim Anggota I : Drs. Ubin Mubin Surdiman

Hakim Anggota II : Dra. Aam Hamidah

Hakim Anggota III : Drs. Haryadi Hasan, M.H Ketua

Dewan Hakim

Wakil Ketua

Panitera Sekretaris

Kasub

Kepegawaian Kasub

Umum Panmud

Permohonan

Panmud

Hukum Panmud

Gugatan

Wak. Sekretaris Wak. Panitera

Kasub

Keuangan

Panitera Pengganti

(46)

Hakim Anggota IV : Drs. Mansyur, S.H

Hakim Anggota V : Drs. Aftabudin Shofari

Hakim Anggota VI : Drs. Soleman, M.H

Hakim Anggota VII : Dra Hj. Absari

Hakim Anggota VIII : Dra. Ulyati R.

Hakim Anggota IX : Dra. Hj. Sahriyah, S.H, M.Si

Hakim Anggota X : Drs. Arwendi

Hakim Anggota XI : Drs. Dudih Mulyadi

Hakim Anggota XII : Drs. H. E Mujdadi Amin, S.H, M.H

d. Panitera Sekertaris : Drs. H. E. Ali Mansur

e. Wakil Panitera : Drs. Mukhtar, M.H

f. Wakil Sekretaris : Ratna Sari Fitriyani, S.H, M.H40

g. Panitera Muda Gugatan

Panmud. Gugatan I : H. Karso, Bc.Kn, S.Ag

Panmud. Gugatan II : Nurwinda Findiani, S.E

Panmud Gugatan III : Eka Kurniati Khadam, S.H

h. Panitera Muda Permohonan

Panmud. Permohonan I : Dra. Hj. Aliyah

Panmud. Permohonan II : Hafifi, Lc

Panmud. Permohonan III : Endang Dwi Purwanti, A.Md

Panmud. Permohonan IV : Uus Usnadi

40

(47)

i. Panitera Muda Hukum

Panmud. Hukum I : Nadlroh Hasun, S.Ag

Panmud. Hukum II : Eka Novianti

Panmud. Hukum III : Mardianah

j. Kasub Umum

Kasub Umum I : Arif Rachmanto, S.T

Kasub Umum II : Pradnya Paramita, A.Md

k. Kasub Kepegawaian

Kasub Kepagawaian I : Susmakadaranipa, S.Ag

Kasub Kepagawaian II : Amelia Fitry, A.Md

Kasub Kepagawaian III : Faj Amilky, S.H

l. Kasub Keuangan

Kasub Keuangan I : Hana Nuraeni, S.E

Kasub Keuangan II : Rizka Mizalfi, S.Kom

m. Jurusita

Jurusita I : Babay Suhaedi Hanafie

Jurusita II : Amin Hidayat Sanie

n. Jurusita Pengganti

Jurusita Pengganti I : Dra. Hj. Lathifah, H.M

Jurusita Pengganti II : Windy Indrawati, S.E

Jurusita Pengganti III : Irvan Yunan, S.H

(48)

Jurusita Pengganti V : Hanafie

o. Panitera Pengganti

Panitera Pengganti I : Nur‟aeni, S.Ag

Panitera Pengganti II : Kumalasari, S.H

Panitera Pengganti III : Tb. Mahdi Fafiuddin, S.H

Panitera Pengganti IV : S ulaimi Amin, S.H

Panitera Pengganti V : Hj. Nurhayati, S.H

Panitera Pengganti VI : Ahmad Muhtadin.41

C. Proses Penyelesaian Perceraian di Pengadilan Agama

Pemeriksaan sengketa perkawinan dan perceraian hanya dapat dilakukan di

depan sidang Pengadilan Agama, setelah Pengadilan Agama berusaha dan tidak

berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Perceraian terbagi dua, yaitu cerai talak

dan cerai gugat, yang dimaksud cerai talak adalah perceraian yang terjadi karena talak

suami kepada istrinya, sedangkan yang dimaksud gugat cerai adalah permohonan

perceraian yang diajukan oleh pihak istri melalui gugatan. Asas kewajiban hakim

untuk mendamaikan pihak-pihak yang berperkara sangat sejalan dengan tuntutan dan

ajaran moral Islam. Islam selalu menyuruh menyelesaikan setiap perselisihan dan

persengketaan dengan pendekatan “islah”(faaslihu baina akhwaikum). Karena itu

layak sekali para hakim Peradilan Agama menyadari dan mengemban fungsi

“mendamaikan”, Sebab bagaimanapun adilnya putusan, namun akan lebih baik dan

41

(49)

lebih adil hasil perdamaian. Dalam suatu putusan yang bagaimanapun adilnya, pasti

harus ada pihak yang “dikalahkan” dan “dimenangkan” tidak mungkin kedua pihak

sama-sama dimenangkan atau sama-sama dikalahkan.42

Di dalam Pasal 55 Undang-undang Peradilan Agama menjelaskan setiap

pemeriksaan perkara di Pengadilan Agama dimulai sesudah diajukannya suatu

permohonan atau gugatan dan pihak-pihak yang berperkaralah dipanggil menurut

ketentuan yang berlaku

Berikut ini adal

Gambar

Grafika, 2005), h. 47.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas, tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk: (1) mendeskripsikan bentuk pemakaian kata sapaan berdasarkan keturunan matrilinial

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap RS Islam purwokerto, Sehingga dapat

Berdasarkan data penelitian yang dijadikan sampel, baik karya- karya yang diterbitkan oleh penerbit Balai Pustaka maupun non- Balai Pustaka, dapat diketahui bahwa tokoh nonpribumi

Menyatakan bahwa karya ilmiah pada Projek Akhir Arsitektur periode Semester Gasal, 2015/2016 Program Studi Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan Desain,

Pada Sipavar proses yang terjadi dari mulai memasukkan pilihan atau menjawab pertanyaan dari sistem pakar sampai mendapatkan rekomendasi varietas padi yang dibutuhkan

Sedharmayanti (2003:147) menyatakan kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan

Fenomena ini didukung oleh hasil pra-survei kepada 30 jumlah responden pelanggan Telkom speedy yang berada di daerah kota ambon. Dari jumlah responden 30 orang konsumen

Tingkat pendidikan masyarakat desa Bangsa yang paling banyak adalah lulusan SLTA sebayak 3898 jiwa atau sebesar 37,31%, yang tidak lulus Sekolah Dasar atau buta aksara sebayak