• Tidak ada hasil yang ditemukan

promosi kesehatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "promosi kesehatan"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Derajat kesehatan anak pada saat ini belum bisa dikatakan baik karena masih banyak terdapat masalah kesehatan khususnya pada anak sekolah. Menurut WHO (1948) kesehatan adalah suatu keadaan fisik, mental, dan kesejahteraan sosial dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Dalam UU No. 23 Tahun 1992 disebutkan bahwa kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan pemahaman, kemampuan, peserta didik akan arti hidup sehat. Apabila lingkungan hidup anak sehat dan kondusif, maka anak dapat belajar dengan baik, serta tumbuh dan berkembang secara harmonis. Kondisi seperti ini diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia terutama dibidang kesehatan yang lebih berkualitas (WHO, 1948).

Anak sekolah merupakan generasi penerus bangsa yang perlu dijaga kesehatannya, sehingga anak sekolah berpotensi sebagai agen perubahan untuk mempromosikan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun di masyarakat. Sekolah juga diharapkan dapat berperan aktif dalam upaya memberdayakan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Lingkungan sekolah yang sehat akan meningkatkan kualitas siswa-siswi yang akan menjadi contoh dan panutan belajar hidup sehat bagi masyarakat disekitarnya. Institusi pendidikan dianggap sebagai tempat yang strategis sebagai tempat untuk mempromosikan kesehatan sekolah karena munculnya berbagai penyakit yang menyerang anak usia sekolah umumnya berkaitan dengan rendahnya PHBS yang dapat menyebabkan angka kejadian penyakit semakin meningkat dari tahun ke tahun sehingga menjadi kejadian luar biasa (KLB)(Judarwanto, 2008).

(2)

Program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) adalah upaya memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi, dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap serta perilaku hidup bersih sehat, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment). (Depkes RI, 2008).

Menurut L.Green yang mempengaruhi PHBS di sekolah adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi (Notoatmodjo, 2007).Berdasarkan survei pendahuluan pada salah satu sekolah dasar oleh Luthifiatin dkk (2011)ditemukan bahwasebesar 86,67% siswa tidak melakukan mencuci tangan dengan air bersih yang mengalirdan dengan sabun. Sebesar 68,89% siswa masih jajan sembarangan atau tidakmengkonsumsi jajanan di warung atau kantin sekolah. Sebesar 11,11% siswa tidakmenggunakan jamban yang bersih dan sehat. Sebesar 6,66% siswa tidak melakukanolahraga teratur dan sebesar 15,55% siswa tidak melakukan pengukuran berat badan dantinggi badan secara teratur serta ditemukan sebesar 86,67% siswa membuang sampahsembarangan atau tidak pada tempat yang disediakan di sekolah.Berkaitan dengan hal tersebut di atas maka peneliti berkeinginan meneliti tentang PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) pada anak usia sekolah di SD Negeri 2 Sumampir.

B. Rumusan Masalah

Anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa dan merupakan masa keemasaan untuk menanamkan perilaku hidup bersih sehat, sehingga dalam hal ini sekolah sebagai tempat belajar mengajar juga merupakan ancaman penularan penyakit jika tidak dikelola dengan baik. Selain tidak terjadwalnya materi PHBS, peran sekolah dalam pengembangan kesehatan sekolah juga belum optimal. Tidak tersedianya sarana dan prasarana atau fasilitas untuk mendukung keberhasilan PHBS. Hal inilah yang menyebabkan tingginya angka penyakit pada anak sekolah terkait dengan rendahnya PHBS.

(3)

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehatpada siswa-siswi SD Negeri 2 Sumampir Kecamatan Purwokerto Utara Kabupaten Banyumas.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, kelas.

b. Mendeskripsikan pengetahuan siswa-siswi kelas 5 mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan sekolah di SD Negeri 2 Sumampir Kecamatan Purwokerto Utara Kabupaten Banyumas.

c. Mendeskripsikan sikap siswa-siswi kelas 5 berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan sekolah di SD Negeri 2 Sumampir Kecamatan Purwokerto Utara Kabupaten Banyumas.

d. Mendeskripsikan sarana prasarana pendukung siswa-siswi kelas 5 berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan sekolah di SD Negeri 2 Sumampir Kecamatan Purwokerto Utara Kabupaten Banyumas. e. Mendeskripsikan peran guru pada siswa-siswi kelas 5 berkaitan dengan

sarana-prasarana yang mendukung Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan sekolah yang tersedia di SD Negeri 2 Sumampir Kecamatan Purwokerto Utara Kabupaten Banyumas.

f. Mendeskripsikan perilaku siswa-siswi berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan sekolah di SD Negeri 2 Sumampir Kecamatan Purwokerto Utara Kabupaten Banyumas.

D. Manfaat

1. Bagi Siswa-Siswi SD Negeri 2 Sumampir

Meningkatkan pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di sekolah. 2. Bagi SD Negeri 2 Sumampir

Meningkatkan sarana prasarana yang dapat mendukung Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah.

3. Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat

(4)

4. Bagi Peneliti

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PHBS Tatanan Sekolah 1. Pengertian PHBS

PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif mewujudkan kesehatan masyarakat. PHBS adalah wujud pemberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Program PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. Masyarakat diharapkan dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing dan masyarakat agar dapat menerapkan cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Depkes RI, 2006).

2.Indikator PHBS Tatanan Sekolah

Indikator diperlukan untuk menilai apakah aktivitas pokok yang dijalankan telah sesuai dengan rencana dan menghasilkan dampak yang diharapkan. Dengan demikian indikator merupakan suatu alat ukur untuk menunjukkan suatu keadaan atau kecenderungan keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian (Depkes RI, 2006).

a. Mencuci Tangan dengan Air Mengalir dan Sabun

(6)

menempel inilah kuman penyakit hidup. Efek lainnya adalah tangan menjadi harum setelah dicuci dengan menggunakan sabun dan dalam beberapa kasus, tangan yang menjadi wangilah yang membuat mencuci tangan dengan sabun menjadi menarik untuk dilakukan (Depkes RI, 2006).

Pengertian akan pentingnya kebiasaan mencuci tangan oleh siapapunmenjadi hal dasar yang dibutuhkan untuk mengatasi kuman. Bukan hanya sekedar mencuci tangan saja melainkan juga menggunakan sabun dan dilakukan di bawah air yang mengalir karena sabun bisa mengurangi atau melemahkan kuman yang ada di tangan. Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. PBB telah mencanangkan tanggal 15 Oktober sebagai Hari Mencuci Tangan dengan Sabun Sedunia. Ada 20 negara di dunia yang akan berpartisipasi aktif dalam hal ini, salah satu diantaranya adalah Indonesia. Cuci tangan pakai sabun penting dilakukan, khususnya: 1) Sebelum menyiapkan makanan dan sebelum makan

2) Sebelum menyuapi anak

3) Sesudah buang air besar dan kecil 4) Setelah menceboki bayi

5) Setelah bersin, batuk, membuang ingus, setelah pulang dari bepergian 6) Sehabis bermain/memberi makan/memegang hewan peliharaan.

(Depkes RI, 2006).

b. Mengkonsumsi Jajanan Sehat di Kantin Sekolah

(7)

untuk mayat), rhodamin B (pewarna merah pada tekstil) dan methanol yellow (pewarna kuning pada tekstil) (Judarwanto, 2008).

Makanan jajanan dapat menyumbang asupan energi bagi anak sekolah sebanyak 36%, protein 29% dan zat besi 52%. Oleh karena itu, makanan jajanan memiliki peranan penting pada pertumbuhan dan prestasi belajar anak sekolah. Jadi, untuk mengurangi paparan anak sekolah terhadap makanan jajanan yang tidak sehat dan tidak aman, perlu dilakukan usaha promosi keamanan pangan baik kepada pihak sekolah, guru, orang tua, murid, serta pedagang (Judarwanto, 2008).

Anak-anak sekolah umumnya setiap hari menghabiskan ¼ waktunya di sekolah, demikian halnya berpengaruh pada pola makan anak. Sebagai orang tua mungkin perlu kita sadari bahwa makanan dari luar rumah (di sekolah) memberikan konstribusi terhadap pemenuhan kebutuhan energi sebesar 3l,l% dan protein sebesar 27,4%. Hasil survei juga menunjukkan bahwa sejumlah 78% anak sekolah jajan di lingkungan sekolah, baik di kantin maupun dari penjaja sekitar sekolah (Badan POM, 2008).

Karena itu dapat difahami peran penting makanan jajanan pada pertumbuhan dan prestasi belajar anak sekolah. Makanan jajanan yang tidak sehat dan tidak bermutu mengakibatkan timbulnya risiko bagi kesehatan dan memiliki dampak negatif jangka panjang terhadap pembentukan generasi bangsa. Sungguh ironis, jika kita menganggap makanan jajanan anak sekolah hanya sebagai masalah kecil karena dampaknya yang begitu besar terhadap kelangsungan bangsa di masa depan. Peningkatan perhatian kesehatan anak usia sekolah melalui makanan jajanan yang sehat ini diharapkan dapat menciptakan peserta didik yang sehat, cerdas dan berprestasi yang merupakan aset bangsa di masa mendatang.

c. Menggunakan Jamban yang Bersih dan Sehat

(8)

Jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus dimiliki setiap masayarakat. Pentingnya buang air kecil dan besar di jamban yang bersih adalah untuk menghindari dari berbagai jenis penyakit yang timbul karena sanitasi yang buruk (Depkes RI, 2010).

Oleh karena itu jamban harus mengikuti standar pembuatan jamban yang sehat dimana harus terletak minimal 10 meter dari sumber air dan mempunyai saluran pembuangan udara agar tidak mencemari lingkungan sekitar. Syarat jamban sehat meliputi :

1) Tidak mencemari sumber air bersih, untuk ini letak lubang penampungan kotoran paling sedikit berjarak 10 m dari sumber air minum. Tetapi jika keadaan tanahnya berkapur atau tanah liat yang retak-retak pada musim kemarau, demikian juga bila letak jamban disebelah atas dari sumber air minum pada tanah yang miring, maka jarak tersebut hendaknya lebih dari 15m.

2) Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus, untuk ini tinja harus tertutup rapat, misalnya dengan menggunakan leher angsa/penutup yang rapat.

3) Mudah dibersihkan, aman digunakan, untuk ini maka harus dibuat dari bahan-bahan yang kuat dan tahan lama dan agar lebih irit hendaknya dibuat dari bahan-bahan yang ada di daerah setempat.

4) Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna terang.

5) Cukup penerangan. 6) Lantai kedap air.

7) Luas ruangan cukup, atap tidak terlalu rendah. 8) Ventilasi cukup baik.

9) Tersedia air dan alat pembersih. (Depkes RI, 2010).

d. Olahraga Yang Teratur dan Terukur

(9)

tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani (Depkes RI, 2002).

Kebugaran jasmani sangat penting dalam menunjang aktivitas kehidupan sehari-hari, akan tetapi nilai kebugaran jasmani setiap orang berbeda-beda sesuai dengan tugas dan profesi masing-masing. Kebugaran jasmani terdiri dari komponen - komponen yang dikelompokkan menjadi kelompok yang berhubungan dengan kesehatan (Health Related Physical Fitness) dan kelompok yang berhubungan dengan keterampilan (Skill Related Physical Fitness) (Depkes RI, 2002). Manfaat olahraga :

1) Meningkatkan kerja dan fungsi jantung, paru dan pembuluh darah yang ditandai dengan :

a) Denyut nadi istirahat menurun. b) Isi sekuncup bertambah. c) Kapasitas bertambah.

d) Penumpukan asam laktat berkurang. e) Meningkatkan pembuluh darah kolateral. f) Meningkatkan HDL Kolesterol.

g) Mengurangi aterosklerosis.

2) Meningkatkan kekuatan otot dan kepadatan tulang yang ditandai pada: a) Pada anak : mengoptimalkan pertumbuhan.

b) Pada orang dewasa : memperkuat masa tulang, menurunkan nyeri sendi kronis pada pinggang, punggung dan lutut.

3) Meningkatkan kelenturan (fleksibilitas) pada tubuh sehingga dapat mengurangi cedera.

4) Meningkatkan metabolisme tubuh untuk mencegah kegemukan dan mempertahankan berat badan ideal.

5) Mengurangi resiko terjadinya berbagai penyakit seperti :

a) Tekanan darah tinggi : mengurangi tekanan sistolik dan diastolik.

b) Penyakit jantung koroner : menambah HDL-kolesterol dan mengurangi lemak tubuh.

c) Kencing manis : menambah sensitifitas insulin. d) Infeksi : meningkatkan sistem imunitas.

(10)

7) Meningkatkan aktivitas sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit melalui peningkatan pengaturan kekebalan tubuh.

(Depkes RI, 2002). e. Tidak Merokok

Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen dan setidaknya 200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin dan karbon monoksida. Menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), bahwa pada tahun 2004 sekitar 3% anak-anak mulai merokok sejak kurang dari usia 10 tahun. Presentase merokok tertinggi sebesar 64% berada pada kelompok usia remaja (15-19 tahun). Hal ini berarti bahaya rokok pada masyarakat yang rentan yakni anak - anak dan akan berdampak pada masa remaja. Oleh karena itu kebiasaan merokok harus dihindarkan sejak dini mulai dari tingkat sekolah dasar (Depkes RI, 2010). f. Menimbang Berat Badan dan Mengukur Tinggi Badan

Mengukur berat dan tinggi badan merupakan salah satu upaya untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan diketahuinya tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak dapat memberikan masukan untuk peningkatan konsumsi makanan yang bergizi bagi pertumbuhan anak. Sedangkan untuk mengetahui pertumbuhan seorang anak normal atau tidak bisa diketahui melalui cara membandingkan ukuran tubuh anak yang bersangkutan dengan ukuran tubuh anak seusia pada umumnya. Apabila anak memiliki ukuran tubuh melebihi ukuran rata-rata anak yang seusia pada umumnya, maka pertumbuhannya bisa dikatakan maju. Sebaliknya bila ukurannya lebih kecil berarti pertumbuhannya lambat. Pertumbuhan dikatakan normal apabila ukuran tubuhnya sama dengan ukuran rata-rata anak-anak lain seusiannya (Depkes RI, 2010).

(11)

1) Siswa tampak kurus. 2) Tidak segar, tidak ceria.

3) Tidak bergairah/ malas melakukan aktivitas 4) Cenderung sering sakit.

Tanda-tanda siswa dengan gizi lebih : 1) Siswa tampak gemuk.

2) Bentuk tubuh terlihat tidak seimbang. 3) Tidak dapat bergerak bebas.

4) Nafas mudah tersengal-sengal jika melakukan kegiatan. 5) Mudah lelah.

6) Malas melakukan kegiatan. Tanda-tanda siswa dengan gizi baik : 1) Tumbuh normal.

2) Segar, kuat, giat dan ceria. 3) Mata bersih dan bersinar. 4) Nafsu makan baik.

(Asim, 1992).

g. Membuang Sampah pada Tempatnya

(12)

h. Memberantas Jentik Nyamuk

1) Alasan Memberantas Jentik Nyamuk di Sekolah

Agar sekolah bebas dari jentik nyamuk, peserta didik dan masyarakat lingkungan sekolah harus memberantas jentik nyamuk di sekolah. Selain itu, alasan kedua untuk memberantas jentik nyamuk di sekolah adalah agar peserta didik dan masyarakat lingkungan sekolah terhindar dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui nyamuk.

2) Pengertian Memberantas Jentik Nyamuk

Memberantas jentik nyamuk di sekolah adalah kegiatan memeriksa tempat -tempat penampungan air bersih yang ada di sekolah (bak mandi,kolam, dll), apakah bebas dari jentik nyamuk atau tidak.

3) Kegiatan memberantas jentik nyamuk

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M plus (Menguras, Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan nyamuk). PSN merupakan kegiatan memberantas telur, jentik dan kepompong nyamuk menular sebagai penyakit seperti Demam Berdarah, Demam Dengue, Chikungunya, Malaria, Filariasis (Kaki Gajah) di tempat-tempat perkembangbiakannya. 3M Plus adalah tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN seperti :

a) Menguras dan menyikat tempat-tempat penempungan air seperti bak mandi, kolam, tatakan pot kembang, dll.

b) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti lubang bak kontrol, lubang pohon, lekukan-lekukan yang dapat menampuang air hujan.

c) Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air seperti ban bekas, kaleng bekas, plastik-plastik yang dibuang sembarangan ( bekas botol/gelas air mineral,plastik , dll ). d) Plus Menghindari gigitan nyamuk seperti :

1) Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, misalnya memakai obat nyamuk oles / diusap ke kulit, dll.

2) Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai. 3) Memperbaiki saluran dan talang air yang rusak.

(13)

5) Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak penampung air, misalnya ikan cupang, ikan nila,dll.

6) Menanam tumbuhan pengusir nyamuk misalnya, zodia,lavender, rosemary, dll.

(Depkes RI, 2010).

3. Tujuan dan Manfaat PHBS di Sekolah

PHBS di sekolah bertujuan untuk memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan PHBS, dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat.

Manfaat PHBS di Sekolah :

a. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit.

b. Meningkatnya semangat proses belajar-mengajar yang berdampak pada prestasi belajar peserta didik.

c. Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu menarik minat orang tua (masyarakat).

d. Meningkatnya citra pemerintah daerah di bidang pendidikan. e. Menjadi percontohan sekolah sehat bagi sekolah atau daerah lain. (Depkes RI, 2010).

B. Perilaku Kesehatan 1. Definisi

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2003). 2. Jenis Perilaku Kesehatan

Jenis perilakudilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

a. Perilaku tertutup (convert behavior)

(14)

masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2003).

Menurut teori Lawrence Green dan kawan-kawan (1980) menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua factor pokok, yaitu factor perilaku (behavior causes) dan factor diluar perilaku (non behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu:

1) Factor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup pengetahuan, sikap, dan sebagainya.

2) Factor pemungkin (enabling factor), yaitu mencakup lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana keselamatan kerja, misalnya ketersediannya APD, pelatihan dan sebagainya.

3) Factor penguat (reinforcement factor), factor-faktor ini meliputi undang-unfang, pengawasan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003). 3. Domain Perilaku

Perilaku terbagi menjadi beberapa domain, yaitu : a. Pengetahuan

(15)

(Notoatmodjo, 2003). Selanjutnya pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

1) Baik : hasil presentasi 76%-100% 2) Cukup : hasil presentasi 56-75%

3) Hasil presentasi : hasil presentasi > 56% (Notoatmodjo, 2005)

Tingkat pengetahuaTingkat PengetahuanPengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untukterbentuknya tindakan seseorang, sebab dari pengalaman dan hasil penelitianternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dari pada tidakdidasari oleh pengetahuan .Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai enamtingkatan yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumya. Termasuk kedalam tingkatan ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, yang dapat menginterpretasiakan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Apllication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

4. Analisis. (Analysis)

Analisis atau kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis).

(16)

6. Sintesis (Synthesis).

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan austisfikasi atau penilaian terhadap suatu materi objek. Penilaian-penilaian itu beradasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau mengunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmojo, 2003).

b. Sikap

Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuain reaksi terhadapi stimulus tertentu yang sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2010).

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidaklangsung dan tidak langsung.Secara langsung dapat ditanyakanbagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu obyek.Misalnya, bagaimana pendapat responden tentang kegiatan posyandu,atau juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat denganmenggunakan setuju atau tidak setuju terhadap pernyataan-pernyataanobyek tertentu, dengan menggunakan Skala Likert (Notoatmodjo, 2005).

Skala Likert merupakan metode yang lebih sederhana bila dibandingkan dengan Skala Thurstone.Skala Thurstone yang terdiri dari 11 poindisederhanakan menjadi 2 kelompok yaitu favorabledan unfavorable sedangkan item yang netraltidak disertakan. Untuk mengatasi hilangnya netral tersebut, Likert menggunakan teknik konstruksi testyang lain. Masing-masing responden diminta melakukan agreementdandisagreement untuk masing-masing item dalam skalayang terdiri dari 5 poin (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju,sangat tidak setuju).Semua item yang favorable kemudian diubahnilainya dalam angka sangat setuju adalah 1 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya (Wawan dan Dewi, 2010). c. Tindakan / Perilaku

(17)

kondisi yang memungkinkan (Notoatmodjo, 2003). Tindakan terdiri dari empat tingkatan, yaitu:

1. Persepsi (perception)

Praktek tingkat pertama adalah mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

2. Respon Terpimpin (guided response)

Praktek tingkat kedua adalah dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.

3. Mekanisme (mecanism)

Praktek tingkat ketiga adalah apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adaptasi (adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2003).

Pengukuran atau cara mengamati perilaku/tindakan dapat dilakukan melalui dua cara, secara langsung, yakni dengan pengamatan (observasi), yaitu mengamati tindakan dari subjek dalam rangka memelihara kesehatannya. Sedangkan secara tidak langsung menggunakan metode mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan terhadap subjek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan objek tertentu (Notoatmodjo, 2005).

C. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi PHBS di Sekolah

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2007) perilaku tentang kesehatan di tentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari orang tersebut. Disamping itu, ketersediaan fasilitas atau sarana PHBS seperti ketersediaan air bersih dan tempatsampah juga akan mendukung danmemperkuat terbentuknya perilaku.

(18)

upaya pemeliharaan termasuk pencegahan, perlindungan diri dari penyakit/masalah kesehatan dan mencari penyembuhan, serta peningkatan kesehatan. Menurut L.Green, hal-hal yang mempengaruhi PHBS di sekolah adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi (Notoatmodjo, 2007).

Adiwiryono (2010), menyatakan bahwa PHBS pada tatanan pendidikan adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Sasaran pembinaan PHBS di sekolah adalah siswa, warga sekolah (kepala sekolah, guru, karyawan sekolah, komite sekolah, dan orang tua siswa), dan masyarakat lingkungan sekolah (penjaga kantin, satpam, dan lain-lain). Anak yang memasuki pendidikan pada tingkat Sekolah Dasar (SD) sangat tergantung kepada guru kelasnya di sekolah sehingga guru kelas merupakan faktor penting dalam pendidikan anak SD termasuk dalam pembentukan PHBS di sekolah. Sekolah selain sebagai tempat belajar bagi anak juga merupakan sarana bersosialisasi dengan tema sebaya dan lingkungan. Selain dengan guru di sekolah, seorang anak juga berinteraksi dengan temannya khususnya ketika istirahat di sekolah. Seorang anak secara psikologis cenderung meniru apa yang dilihat dalam kesehariannya termasuk juga perilaku kesehatan yang dilakukan dan ditanamkan oleh orang tuanya di rumah dan temannya di sekolah, sehingga faktor tersebut juga dapat berpengaruh terhadap PHBS anak di lingkungan sekolah.

Beberapa penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi PHBS di sekolah telah dilakukan, di antaranya oleh Adiwiryono (2010), tentang PHBS pada anak usia dini di Kecamatan Koja Jakarta Utara, hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna peran guru, orang tua, teman, orang tua teman, dan penjaga kantin sekolah dengan praktik PHBS, sementara jenis kelamin secara statistik tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna terhadap praktik PHBS. Suryadi (2012), melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan PHBS pada murid SD Negeri 1 Kota Subulussalam Tahun 2011. Hasil penelitian ditemukan bukti empiris bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan siswa dengan PHBS dengan, ada hubungan antara sikap dengan PHBS, ada hubungan antara fasilitas dan sarana dengan PHBS, dan ada hubungan antara peran guru dengan PHBS.

(19)

sehat pada anak sekolah dasar di 2 SD Kelurahan Kukusan Kecamatan Beji Depok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara faktor individu dan pola asuh keluarga dengan PHBS pada anak sekolah dasar di Kelurahan Kukusan Kecamatan Beji Depok.

BAB III

(20)

A. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 3.1.Kerangka Konsep.

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 DefinisiOperasional 1. Predisposisi

a. Karakteristikresponden 1) Umur

2) JenisKelamin 3) Tingkatan Kelas b. Pengetahuan

c. Sikap 2. Pendukung

a. SaranaPrasarana di sekolah 3. Penguat

a. Persepsiperan guru di sekolah

Perilaku hidup bersih dan sehat di

sekolahpadasiswa-siswi SD Negeri 2

SumampirKecamatanPur wokerto Utara

(21)

No Variabel

(22)
(23)
(24)

tempat cuci tangan, lapangan olahraga, poster PHBS, alat kebersihan kamar mandi C. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam praktikum ini adalah (descriptive research) dengan menggunakan pendekatan cros-sectional dengan variabel bebas (karakteristik responden, pengetahuan, sikap, perilaku, peran guru, dan sarana prasarana) kemudian variabel terikatnya yaitu perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di SD N 2 Sumampir.

D. Populasi Dan Sampel 1. Populasi

Populasi yang digunakan dalam praktikum ini adalah siswa-siswi kelas 5 SD N 2 Sumampir sebanyak 47 siswa.

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SD N 2 Sumampir kelas 5 yang berjumlah 47 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.

E. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian praktikum adalah di SD N 2 Sumampir, Purwokerto Utara.

F. Jenis dan Sumber Data 1.Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam praktikum ini adalah data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di wilayah SD N 2 Sumampir.

(25)

Data primer diperoleh dari siswa-siswi SD N 2 Sumampir, Purwokerto Utara sebagai responden. Data primer diperoleh dengan cara mendatangi dan wawancara responden secara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disiapkan sebelumnya, serta dengan menggunakan lembar observasi dalam perolehan data secara observasi. Data primer yang akan diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner adalah data atau informasi mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa – siswi SD N 2 Sumampir tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di sekolah, serta persepsi siswa – siswi SD N 2 Sumampir mengenai peran guru berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Data primer diperoleh dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui informasi mengenai sarana-prasarana penunjang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di SD N 2 Sumampir.

G. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam praktikum ini dilakukan melalui dua cara, yaitu : 1. Wawancara

Jenis wawancara pada praktikum ini adalah wawancara tertutup, yaitu wawancara berdasarkan pertanyaan mengenai karakteristik responden, pengetahuan, sikap, perilaku dan persepsi siswa mengenai peran guru oleh siswa – siswi SD N 2 Sumampir tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di sekolah. Wawancara dalam praktikum ini dilakukan dengan wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner. 2. Observasi

Selain menggunakan teknik wawancara tertutup, pengumpulan data pada praktikum ini juga menggunakan metode observasi. Observasi diambil langsung dari lapangan mengenai tersedia atau tidak tersedianya sarana-prasarana pendukung Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

(26)

Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Kuesioner

Kuesioner berisi pertanyaan mengenai karakteristik responden, pengetahuan, sikap, dan perilaku mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tatanan sekolah.

2. Lembar observasi

Lembar observasi dalam praktikum ini digunakan untuk pengamatan tersedia atau tidaknya sarana pra sarana pendukung Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di SD Negeri 2 Sumampir.

3. Alat perekam gambar

Dokumentasi dilakukan dengan alat perekam gambar ketika melakukan wawancara dengan bantuan kuesioner dan observasi dengan menggunakan lembar observasi di SD Negeri 2 Sumampir.

I. Analisis Data

Teknik statistik dengan menggunakan SPSS 16.0 untuk analisis univariat, berfungsi memberikan gambaran karakteristik populasi dan penyajian hasil deskriptif melalui frekuensi dan distribusi dari variabel bebas dan variabel terikat.

J. Jadwal Penelitian

1. Tahap Persiapan (30 Mei - 3 Juni 2014)

Tahap persiapan dimulai dengan melakukan kegiatan meliputi: a. Membuat kuesioner

b. Melakukan uji coba pedoman wawancara 2. Tahap Pengambilan Data (6 Juni 2014)

a. Menentukan jadwal pelaksanaan pengumpulan data dan menanyakan kesediaan responden yang akan dilakukan wawancara mendalam serta membuat janji temu.

b. Pelaksanaan pengumpulan data.

3. Tahap Input Data Software (11 Juni-16 Juni 2014) a. Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil kuesioner yang disebar dan wawancara mendalam. Hasil wawancara mendalam ditulis dalam bentuk catatan lapangan dan disalin dalam bentuk transkrip.

(27)

mendetail sehingga dapat memunculkan gambaran tentang topik yang sedang dipelajari.

c. Penyajian data

Penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk teks, naratif, tabel, gambar, atau bagan.

d. Pemilihan kesimpulan atau verifikasi

Sajian data dibahas dengan membandingkan hasil-hasil penelitian terdahulu. 4. Tahap Penyelesaian Laporan (17 Juni 2014)

Memperesentasikan hasil praktikum dan mengumpulkan laporan pada hari yang sama.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian PHBS

(28)

satu dari dua sekolah dasar negeri di Keluarahan Sumampir, Kecamatan Purwokerto Utara, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. SD negeri 2 Sumampir terletak di Jl.Riyanto Nomer 10, Sumampir, Purwokerto Utara. Sebagai suatu sekolah dasar negeri, SD negeri 2 Sumampir ini berada dibawah kendali Dinas Pendidikan, baik kabupaten maupun provinsi. Sekolah ini berdiri tepat didepan jalan besar bersebarangan dengan sebuah lapangan yang biasa digunakan oleh siswa-siswi SD Negeri 2 Sumampir untuk berolahraga. Sebagian besar siswa dan siswi SD tersebut berasal dari wilayah setempat. SD Negeri 2 Sumampir memiliki sebuah lapangan upacara dan taman dengan pohon yang rindang. SD Negeri 2 Sumampir ini juga memiliki Unit Kesehatan Sekolah, namun UKS ini digabung dengan kantin sekolah sehingga kondisinya kurang layak pakai bagi siswa-siswi yang sakit. Sekolah ini memiliki sarana kebersihan yang cukup secara kuantitas, seperti kamar mandi, tempat mencuci tangan dengan sabun, tempat sampah, dan alat-alat kebersihan.

2. Karakteristik Responden

Hasil analisis gambaran distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik variabel responden yang dapat dilihat sebagai berikut.

a. Umur

(29)

Umur Jumlah Presentase

10 11 23.4 %

11 30 63.8 %

12 3 6.4 %

13 2 4.3 %

14 1 2.1 %

Total 47 100.0 %

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa reponden terbanyak berasal dari kelompok umur 11 tahun dengan presentase 63,8%. Sedangkan jumlah responden yang paling sedikit berasal dari kelompok umur 14 tahun yaitu dengan presentase 2,1% .

b. Jenis kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat dari tabel : Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin

Jenis

Kelamin Jumlah Presentase

laki-laki 26 55.3%

perempuan 21 44.7%

Total 47 100.0%

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa responden berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 26 orang presentasenya 55,3% sedangkan untuk responden perempuan berjumlah 21 orang dengan presentase 44,7%.

3. Pengetahuan

Hasil analisis gambaran distribusi frekuensi responden berdasarkan variabel pengetahuan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat tatanan sekolah pada siswa-siswi SD Negeri 2 Sumampir dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pengetahuan Jumlah Presentase

Baik 26 55.3%

kurang baik 21 44.7%

(30)

Berdasarkan data yang didapat dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa siswa – siswi di SDN 02 Sumampir memiliki pengetahuan yang baik tentang PHBS yaitu sebanyak 26 siswa (53.3%), sedangkan sebanyak 21 siswa (44.7%) masih memiliki pengetahuan PHBS yang kurang baik.

Tabel 4.3.1 Pertanyaan Pengetahuan 1 Pengetahuan 1 Jumlah Percent

Benar 47 100.0

Tabel 4.3.2 Pertanyaan Pengetahuan 2 Pengetahuan 2 Jumlah Percent

Benar 47 100.0

Pengetahuan siswa-siswi SDN 02 Sumampir tentang PHBS tatanan di sekolah dengan indikator mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun tergolong baik dengan persentase responden tentang cara yang tepat untuk mencuci tangan dengan menggunakan air mengalir dan sabun sebesar 100% (47 siswa), serta tentang mencuci tangan sebelum dan sesudah makan sebesar 100% (47 siswa).

Tabel 4.3.3 Pertanyaan Pengetahuan 3 dan 4 Pengetahuan 3 Jumlah Percent

Benar 47 100.0

Pengetahuan 4 Jumlah Percent

Benar 47 100.0

Pengetahuan siswa-siswi SDN 02 Sumampir tentang PHBS tatanan di sekolah dengan indikator mengonsumsi jajanan sehat kantin sekolah tergolong baik dengan persentase responden tentang kantin yang bersih dan menjual jajanan bergizi merupakan kantin yang sehat dengan persentase responden sebesar 100% (47 siswa), serta tentang jajanan yang bersih dan tidak mengandung bahan pengawet dan pewarna merupakan jajanan sehat sebesar 100% (47 siswa).

Tabel 4.3.4 Pertanyaan Pengetahuan 5 Pengetahuan 5 Jumlah Percent

Benar 47 100.0

(31)

tidak berbau dan tidak terdapat serangga merupakan WC yang sehat sebesar 100% (47 siswa).

Tabel 4.3.5 Pertanyaan Pengetahuan 6 Pengetahuan 6 Jumlah Percent

Salah 1 2.1

Benar 46 97.9

Total 47 100.0

Pengetahuan siswa-siswi SDN 02 Sumampir tentang PHBS tatanan di sekolah dengan indikator olahraga yang teratur dan terukur tergolong baik. Persentase responden tentang pengetahuan berolahraga secara teratur dapat membuat badan sehat sebesar 97.9% (46 siswa) tergolong berpengetahuan baik, serta terdapat 2.1% (1 siswa) yang memiliki pengetahuan kurang baik. Tabel 4.3.6 Pertanyaan Pengetahuan 7

Pengetahuan 7 Jumlah Percent

Salah 9 19.1

Benar 38 80.9

Total 47 100.0

Berdasarkan data yang didapat dari tabel diatasdapat dilihat sebanyak 38 siswa (80,9%) menjawab benar, sedangkan sebanyak 9 siswa (19,1%) menjawab tidak, dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa – siswi di SDN 02 Sumampir memiliki pengetahuan yang baik tentang PHBS data ini mendukung indikator tidak merokok di sekolah.

Tabel 4.3.7 Pertanyaan Pengetahuan 8 Pengetahuan 8 Jumlah Percent

Benar 47 100.0

Berdasarkan data yang didapatdaritabeldiatasdapat dilihat sebanyak 47 siswa (100%) dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa – siswi di SDN 02 Sumampir memiliki pengetahuan yang baik tentang PHBS data ini mendukung indikator menimbang berat badan dan pengukuran tinggi badan.

Tabel 4.3.8 Pertanyaan Pengetahuan 9 Pengetahuan 9 Jumlah Percent

Benar 47 100.0

(32)

Pengetahuan 10 Jumlah Percent

Benar 11 23.4

Salah 36 76.6

Total 47 100.0

Berdasarkan data yang didapat dari tabel diatas dapat dilihat sebanyak 11 siswa (23,4%) menjawab benar, sedangkan sebanyak 36 siswa (76,6%) menjawab salah dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa – siswi di SDN 02 Sumampir memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang PHBS data ini kurang mendukung indikator membuang sampah pada tempatnya.

Tabel 4.3.10 Pertanyaan Pengetahuan 2 Pengetahuan 11 Jumlah Percent

Salah 3 6.4

Benar 44 93.6

Total 47 100.0

Berdasarkan data yang didapat dari tabel diatas dapat dilihat sebanyak 44 siswa (93,6%) menjawab benar, sedangkan sebanyak 3 siswa (6,4%) menjawab salah dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa – siswi di SDN 02 Sumampir memiliki pengetahuan yang baik tentang PHBS data ini mendukung indikator memberantas jentik nyamuk.

4. Sikap

Hasil analisis gambaran distribusi frekuensi responden berdasarkan variabel sikap mengenai perilaku hidup bersih dan sehat tatanan sekolah pada siswa-siswiw SD Negeri 2 Sumampir dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Sikap

Sikap Jumlah Presentase

Mendukung 20 42.6%

Kurang

mendukung 27 57.4%

Total 47 100.0%

Berdasarkan data yang didapat dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa siswa – siswi di SD Negeri 2 Sumampir memiliki sikap yang kurang mendukung tentang PHBS, yaitu sebanyak 27 siswa (57.4%). Sedangkan sebanyak 20 siswa (42.6%) memiliki sikap yang sudah cukup mendukung terhadap PHBS pada tatanan sekolah.

(33)

Sikap 1 Jumlah Percent

s 3 6.4

ss 44 93.6

Total 47 100.0

Sikap siswa-siswi SDN 02 Sumampir tentang PHBS dengan indicator mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun sudah sangat baik. Dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada siswa siswi kelas 5 SDN 02 Sumampir didapatkan 44 siswa atau 93.6% yang sangat setuju dengan sikap mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun dan 3 siswa atau 6.4% yang setuju dengan sikap mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun.

Tabel 4.4.2 Pertanyaan Sikap 2 Sikap 2 Jumlah Percent

ss 2 4.3

s 9 19.1

ts 31 66.0

sts 5 10.6

Total 47 100.0

Sikap siswa-siswi SDN 02 Sumampir dengan indicator mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun tentang mencuci tangan dengan air bersih sesudah Buang Air Bersih (BAB) masih kurang. Dari hasil kuesioner yang dibagikan, sebanyak 31 siswa atau 66.0% menjawab tidak setuju, 5 siswa menjawab sangat tidak setuju atau 10.6%, 9 siswa menjawab setuju atau 19.1%, dan 2 siswa menjawab sangat setuju atau 4.3% dengan sikap mencuci tangan dengan air bersih sesudah Buang Air Bersih (BAB).

Tabel 4.4.3 Pertanyaan Sikap 3 Sikap 3 Jumlah Percent

Ts 24 51.1

Sts 23 48.9

Total 47 100.0

Sikap siswa-siswi SDN 02 Sumampir dengan indicator mengkonsumsi jajanan sehat sudah sangat bagus. Dari hasil kuesioner yang dibagikan, sebanyak 24 siswa atau 51.1% menyatakan tidak setuju untuk membeli jajanan sembarangan dan sebanyak 23 siswa atau 48.9% menyatakan sangat tidak setuju untuk membeli jajanan sembarangan.

(34)

Sikap 4 Jumlah Percent

sts 12 25.5

ts 10 21.3

s 9 19.1

ss 16 34.0

Total 47 100.0

Sikap siswa-siswi SDN 02 Sumampir dengan indicator mengunakan jamban yang bersih dan sehat masih perlu ditingkatkan lagi. Dari hasil kuesioner yang dibagikan, sebanyak 16 siswa atau 34% menyatakan sangat setuju, 9 siswa atau 19.1% menyatakan setuju, 10 siswa atau 21.3% menyatakan tidak setuju, dan sebanyak12 siswa atau 25.5% menyatakan sangat tidak setuju dengan sikap merasa tidak nyaman ketika menggunakan jamban (WC) yang tidak bersih.

Tabel 4.4.5 Pertanyaan Sikap 5 Sikap 5 Jumlah Percent

Ts 23 48.9

sts 24 51.1

Total 47 100.0

Sikap siswa-siswi SDN 02 Sumampir dengan indicator olahraga yang teratur dan terukur sudang sangat baik. Dari hasil kuesioner yang dibagikan, sebanyak 24 siswa atau 51.5% menyatakan sangat tidak setuju dan sebanyak 23 siswa atau 48.9% tidak setuju dengan pernyataan berolahraga secara rutin membuat mudah terserang penyakit.

Tabel 4.4.6 Pertanyaan Sikap 6

Sikap siswa siswi SDN 02 Sumampir tentang PHBS dengan indikator tidak merokok sudah baik berdasarkan kuesioner didapatkan 1 siswa atau 2,1% yang sangat setuju dengan sikap tidak merokok,31 siswa atau 66% yang tidak setuju dengan sikap tidak merokok, dan 15 siswa atau 31,9% yang sangat tdak setuju dengan sikap tidak merokok.

Tabel 4.4.7 Pertanyaan Sikap 7 Sikap 6 Jumlah Percent

Ss 1 2.1

Ts 31 66.0

Sts 15 31.9

(35)

Sikap 7 Jumlah Percent

S 8 17.0

Ss 39 83.0

Total 47 100.0

Sikap siswa siswi SDN 02 Sumampir tentang PHBS dengan indikator menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan sudah sangat baik berdasarkan kuesioner didapatkan 8 siswa atau 17% yang setuju dengan sikap menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan dan 39 siswa atau 83% yang sangat setuju dengan sikap menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan.

Tabel 4.4.8 Pertanyaan Sikap 8 Sikap 8 Jumlah Percent

Ts 1 2.1

S 22 46.8

Ss 24 51.1

Total 47 100.0

Sikap siswa siswi SDN 02 Sumampir tentang PHBS dengan indikator menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan sudah sangat baik berdasarkan kuesioner didapatkan 1 siswa atau 2,1% yang tidak setuju,22 siswa atau 46,8% yang setuju,dan 24 siswa atau 51,1% yang sangat setuju dengan sikap menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan.

Tabel 4.4.9 Pertanyaan Sikap 9 Sikap 9 Jumlah Percent

Ss 2 4.3

S 1 2.1

Ts 18 38.3

Sts 26 55.3

Total 47 100.0

Sikap siswa siswi SDN 02 Sumampir tentang PHBS dengan indikator membuang sampah pada tempatnya badan sudah sangat baik berdasarkan kuesioner didapatkan 2 siswa atau 4,3% yang sangat setuju,1 siswa atau 2,1% yang setuju, 18 siswa atau 38,3% yang tidak setuju dan 26 siswa atau 55,3% yang sangat tidak setuju dengan sikap membuang sampah pada tempatnya.

(36)

Sikap 10 Jumlah Percent

Sts 1 2.1

Ts 3 6.4

s 19 40.4

ss 24 51.1

Total 47 100.0

Sikap siswa siswi SDN 02 Sumampir tentang PHBS dengan indikator memberantas jentik nyamuk sudah sangat baik berdasarkan kuesioner didapatkan 1 siswa atau 2,1% yang sanga tidak setuju,3 siswa atau 6,4% yang tidak setuju, 19 siswa atau 40,4% yang setuju dan 24 siswa atau 51,1% yang sangat setuju dengan sikap indikator memberantas jentik nyamuk.

5. Perilaku

Hasil analisis gambaran distribusi frekuensi responden berdasarkan variabel perilaku mengenai perilaku hidup bersih dan sehat tatanan sekolah pada siswa-siswi SD Negeri 2 Sumampir dapat dilihat pada tabel berikut.: Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Perilaku

Perilaku Jumlah Presentase

Baik 19 40.4%

kurang baik 28 59.6%

Total 47 100.0%

Berdasarkan data yang didapat dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa siswa – siswi di SD Negeri 2 Sumampir memiliki perilaku yang kurang baik tentang PHBS, yaitu sebanyak 28 siswa (59.6%). Sedangkan sebanyak 19 siswa (40.4%) memiliki sikap yang baik mengenai PHBS. Tabel 4.5.1 Pertanyaan Perilaku 1

Perilaku 1 Jumlah Percent kadang-kadang 13 27.7

Ya 34 72.3

Total 47 100.0

Perilaku siswa-siswi SDN 02 Sumampir tentang PHBS di sekolah terutama indikator mencuci tangan setelah melakukan beberapa tergolong baik. Sebanyak 72,3% yaitu 34 siswa menjawab ya mencuci tangan di sekolah. Sedangkan, 27,7% atau sebanyak 13 siswa-siswi SDN 02 Sumampir tidak mencuci tangan di sekolah.

(37)

Perilaku 2 Jumlah Percent kadang-kadang 9 19.1

ya 38 80.9

Total 47 100.0

Perilaku siswa-siswi SDN 02 Sumampir tentang PHBS di sekolah terutama indikator mencuci tangan setelah melakukan beberapa tergolong baik. Sebanyak 80,9% yaitu 38 siswa menjawab ya mencuci tangan di sekolah. Sedangkan, 19,1% atau sebanyak 9 siswa-siswi SDN 02 Sumampir tidak mencuci tangan di sekolah.

Tabel 4.5.3 Pertanyaan Perilaku 3 Perilaku 3 Jumlah Percent

Ya 3 6.4

kadang-kadang 30 63.8

Tidak 14 29.8

Total 47 100.0

Perilaku siswa-siswi SDN 02 Sumampir tentang PHBS di sekolah terutama indikator mencuci tangan setelah melakukan beberapa tergolong kurang. Sebanyak 29,8% yaitu 14 siswa menjawab tidak mencuci tangan di sekolah. Sedangkan, 63,8% atau sebanyak 30 menjawab kadang-kadang, sedangkan 6,4% atau sebanyak 3 siswa-siswi SDN 02 Sumampir mencuci tangan di sekolah setelah BAK.

Tabel 4.5.4 Pertanyaan Perilaku 4 Perilaku 4 Jumlah Percent

kadang-kadang 2 4.3

Ya 45 95.7

Total 47 100.0

Perilaku siswa-siswi SDN 02 Sumampir tentang PHBS di sekolah terutama indikator mencuci tangan tergolong baik. Sebanyak 95,7% yaitu 45 siswa menjawab ya mencuci tangan menggunakan sabun di sekolah. Sedangkan, 4,3% menjawab kadang-kadang sebanyak 2 siswa-siswi SDN 02 Sumampir kadang-kadang mencuci tangan di sekolah.

(38)

Perilaku 5 Jumlah Percent

Tidak 10 21.3

kadang-kadang 22 46.8

Ya 15 31.9

Total 47 100.0

Perilaku siswa-siswi SDN 02 Sumampir tentang PHBS di sekolah terutama indikator tidak merokok tergolong baik. Sebanyak 97,9% yaitu 46 siswa menjawab tidak merokok di sekolah. Sedangkan, 2,1% siswa-siswi SDN 02 Sumampir merokok di sekolah yaitu 1 siswa.

Tabel 4.5.6 Pertanyaan Perilaku 6 Perilaku 6 Jumlah Percent

Ya 1 2.1

Tidak 46 97.9

Total 47 100.0

Perilaku siswa-siswi SDN 02 Sumampir tentang PHBS di sekolah terutama indikator tidak merokok tergolong baik. Sebanyak 97,9% yaitu 46 siswa menjawab tidak merokok di sekolah. Sedangkan, 2,1% siswa-siswi SDN 02 Sumampir merokok di sekolah yaitu 1 siswa.

Tabel 4.5.7 Pertanyaan Perilaku 7 Perilaku 7 Jumlah Percent

Tidak 5 10.6

kadang-kadang 31 66.0

Ya 11 23.4

Total 47 100.0

Perilaku siswa-siswi SDN 02 Sumampir tentang PHBS di sekolah terutama indikator menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan secara teratur masih kurang baik. Sebanyak 66% atau 31 siswa menjawab kadang-kadang untuk memimbang dan mengukur tinggi badan di seolah, dan sebesar10,6% siswa-siswi SDN 02 Sumampir yaitu 5 siswa menjawab tidak untuk meminbang dan mengukur tinggi badan dan 23,4% yaitu 11 siswa menjawab ya untuk menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan di sekolah.

(39)

Perilaku 8 Jumlah Percent

Tidak 1 2.1

kadang-kadang 5 10.6

Ya 41 87.2

Total 47 100.0

Perilaku siswa-siswi SDN 02 Sumampir tentang PHBS di sekolah terutama indikator membuang sampah pada tempatnya tergolong baik. Sebanyak 87,2% atau 41 siswa menjawab ya untuk membuang sampah pada tempatnya, dan sebesar 10,6% atau 5 siwa siswa-siswi SDN 02 Sumampir menjawab kadang-kadang untuk membuang sampah pada tepatnya dan 2,1% yaitu 1 siswa menjawab tidak untuk mebuang sampah pada tempatnya. Tabel 4.5.9 Pertanyaan Perilaku 9

Perilaku 9 Jumlah Percent

Tidak 1 2.1

kadang-kadang 8 17.0

Ya 38 80.9

Total 47 100.0

Perilaku siswa-siswi SDN 02 Sumampir tentang PHBS di sekolah terutama indikator memberantas sarang nyamuk tergolong baik. Sebanyak 80,9% atau 38 siswa menjawab ya untuk memberantas sarang nyamuk, dan sebesar 17,0% atau 8siwa siswa-siswi SDN 02 Sumampir menjawabkadang-kadang untuk memberantas sarang nyamuk dan 2,1% yaitu 1 siswa menjawab tidak untuk memberantas sarang nyamuk.

6. Peran Guru

Hasil analisis gambaran distribusi frekuensi responden berdasarkan variable persepsi siswa-siswi mengenai peran guru berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat tatanan sekolah pada siswa-siswi SD Negeri 2

Sumampir dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Persepsi Peran Guru Peran Guru Jumlah Presentase

Mendukung 26 55.3%

Kurang

mendukung 21 44.7%

Total 47 100.0%

(40)

Sumampir mendukung terciptanya PHBS tatanan sekolah, sedangkan sebanyak 21 siswa (44.7%) berpendapat peran guru di SDN 02 Sumampir kurang mendukung terciptanya PHBS.

7. Observasi Sarana Prasarana

Hasil analisis lembar observasi berdasarkan variable sarana pra sarana pendukung perilaku hidup bersih dan sehat tatanan sekolah pada siswa-siswi SD Negeri 2 Sumampir dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Sarana Prasarana

No Sarana

Ketersediaan

Skore Tersedia Tidak

tersedia

1. Keberadaan jamban sehat √

2. Keberadaan air bersih √

3. Keberadaan tempat sampah √

4. Keberadaan SPAL √

5. Keberadaan ventilasi di setiap ruangan √ 6. Kepadatan ruang kelas sesuai criteria

(1 orang = 1.75 m2)

7. Keberadaan warung yang

menyediakan makanan sehat √

8. Keberadaan UKS √

9. Keberadaan peralatan P3K di ruang

UKS √

10

. Keberadaan taman sekolah √

11. Adanya pepohonan yang rindang di

taman sekolah √

12

. Keberadaan sabun √

13

. Keberadaan tempat cuci tangan √ 14

. Keberadaan lapangan olahraga √

15

(41)

16 .

Keberadaan alat kebersihan kamar

mandi √

Berdasarkan data yang didapat dari tabel observasi di atas, dapat disimpulkan bahwa dari 16 kriteria sarana pra sarana pendukung PHBS tatanan sekolah, hanya satu criteria yang belum tersedia, yakni belum adanya saluran pembuangan air limbah.

B. Pembahasan

1. Hubungan Karakteristik Responden dengan PHBS di SD

Hasil yang didapat dari penelitian yang dilakukan pada siswa-siswi di SDN 02 Sumampir pada umumnya mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat yang baik. Namun dari hasil wawancara masih ditemukan beberapa siswa yang merokok dan kurang menerapkan cuci tangan pakai sabun.

2. Pengetahuan

Pengetahuan responden terhadap PHBS dapat dinilai berdasarkan jawaban terhadap 15 pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Pertanyaan mencakup pengetahuan responden mengenai indikator PHBS di Sekolah serta komponen-komponen berkaitan dengan PHBS yang ada di lingkungan sekolah setiap harinya. Hasil penilaian ini dikategorikan menjadi pengetahuan baik dan pengetahuan kurang baik.

Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa siswa-siswi di SDN 02 Sumampir mempunyai pengetahuan yang baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis yang menunjukkan bahwa 26 siswa berpengetahuan baik dengan proporsi 55,3%, sedangkan untuk siswa yang mempunyai pengetahuan kurang baik sebanyak 21 siswa dengan proporsi 44,7%. Oleh karenanya pengetahuan siswa-siswi di SD N 02 ini perlu ditingkatkan, salah satunya dengan memberikan penyuluhan kesehatan dan promosi keseahatan.

(42)

intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek mempengaruhi siswa SD N 02 Sumampir dalam penerapan PHBS di sekolah yang diterapkan. Dari hasil yang diperoleh dapat disebutkan bahwa SD N 02 Sumampir ini sebagian besar menunjukkan perhatian yang baik terhadap PHBS di sekolah sehari-harinya. Pengetahuan siswa-siswi SD N 02 Sumampir selaras dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang didapatkan hasil cukup baik juga. Hal ini seirama dengan hasil penelitian dari Luthviatin (2011) yang menyatakan bahwa responden dengan pengetahuan yang tinggi kebanyakan memiliki tindakan PHBS yang baik dan cukup, begitupun sebaliknya. Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan berpengaruh terhadap perilaku hidup bersih dan sehat tatanan sekolah.

3. Sikap

Sikap siswa-siswi SDN 02 Sumampir terhadap PHBS dinilai berdasarkan jawaban terhadap 15 pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner. Pertanyaan tersebut terdiri dari pertanyaan positif dan negatif, dengan 4 pilihan jawaban, yaitu: sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Hasil penilaian sikap siswa-siswi SDN 02 Sumampir dikategorikan menjadi mendukung dan kurang mendukung berkaitan dengan PHBS di lingkungan sekolah.

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa-siswi SDN 02 Sumampir masih kurang mendukung terhadap pelaksanaan PHBS di sekolahnya. Hasil analisis menunjukkan sebesar 42.6 % responden mendukung pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah sedangkan 57.4% siswa-siswi SDN 02 Sumampir kurang mendukung pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah.

(43)

4. Perilaku

Perilaku siswa-siswi SDN 02 Sumampir tentang PHBS di sekolah masih kurang baik. Sekitar 59.6% siswa-siswi SDN 02 Sumampir memiliki perilaku PHBS yang kurang baik sedangkan 40.4% siswa-siswi SDN 02 Sumampir telah memiliki perilaku yang baik mengenai PHBS. Perilaku PHBS siswa-siswi SDN 02 Sumampir dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pengetahuan, sikap, serta adanya fasilitas yang mendukung di sekolah.

Perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah meliputi mencuci tangan dengan baik dan benar, tidak jajan semabarangan, menjaga kebersihan kamar mandi, olahraga teratur, tidak merokok, membuang sampah pada tempatnya, mengukur tinggi badan dan berat badan, menjaga kebersihan diri, serta tidak mengkonsumsi narkotika.

Berdasarkan penelitian Sendy Wowor (2013) di SDN GMIM Lemoh, Minahasa, perilaku dikategorikan sangat baik 80%-100%, baik 60%-80%, cukup 41%-60%, kurang 21%-40%, dan sangatkurang 0%-20%. Dapat disimpulkan untuk variabel perilaku mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sekolah di SD N 02 Sumampir adalah cukup. Hal ini diperkuat dengan penelitian menurut Andriadi (2011) berdasarkan hasil distribuasi frekuensi perilaku hidup bersih dan sehat siswa/siswi kelas VII dan VIII di SMP Negeri 258 Kelurahan Cibubur Jakarta Timur tahun 2011, didapatkan data dari 158 responden menunjukan bahwa sebagian besar yang berperilaku hibup bersih dan sehat tinggi sebanyak 105 responden (66,5%) dan yang berperilaku hidup bersih dan sehat rendah sebanyak 53 responden (33,5%).

5. Persepsi Guru

Persepsi guru di SDN 02 Sumampir terkait perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga berdasarkan tabel menunjukkan bahwa 21 dari 47 siswa atau sebesar 44.7% mengangap bahwa peran guru kurang mendukung terhadap penerapan perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah. Sedangkan 26 dari 27 siswa atau sebesar 55.3% menganggap bahwa peran guru mendukung perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah

(44)

hasil penelitian menunjukkan seperti dalam tabulasi silang hubungan antara peran guru dengan tindakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada siswa didominasi oleh peran guru yang tinggi dan perilaku yang baik, serta peran guru tingkat sedang dan perilaku yang baik yaitu masing-masing sebanyak 19 responden (21,11%). Berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa jika peran guru terkait dengan PHBS semakin tinggi, maka dalam melakukan PHBS siswa juga akan semakin baik. Demikian sebaliknya jika peran guru mengenai PHBS kurang maka ada kecenderungan dalam melakukan PHBS juga akan semakin kurang.

6. Sarana dan Prasarana PHBS di SDN Negeri 02 Sumampir

Sarana Prasarana di sekolah terkait indikator PHBS di SD N 2 Sumampir sudah mendukung dalam perilaku siswa-siswinya. Namun memang dalam perawatannya masih kurang terkoordinir sehingga siswa-siswi kurang dapat memanfaatkannya secara maksimal. Berdasarkan Rakernas Usaha Kesehatan Sekolah (2002) di Mojokerto dan Solo memberikan rekomendasi yaitu diperlukannya syarat kesehatan pada sarana dan prasarana yang dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan status kesehatan lingkungan di Sekolah. Sarana dan prasarana itu meliputi adanya air bersih (baik dari segi kualitas maupun kuantitas), tersedianya jamban yang memadai, adanya tempat penampungan air bebas jentik, dan lain sebagainya.

(45)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Karakteristik responden yang berada di SDN 2 Sumampir berada pada range range umur 11-14 tahun karena mereka sedang duduk di kelas 5 dan yang menajdi responden mayoritas adalah berjenis kelamin laki-laki.

2. Pengetahuan para responden dapat disimpulkan bahwa siswa – siswi di SDN 02 Sumampir memiliki pengetahuan yang baik tentang PHBS yaitu sebanyak 26 siswa (53.3%), sedangkan sebanyak 21 siswa (44.7%) masih memiliki pengetahuan PHBS yang kurang baik

3. Sikap yang ada pada responden disimpulkan bahwa siswa – siswi di SD Negeri 2 Sumampir memiliki sikap yang kurang mendukung tentang PHBS, yaitu sebanyak 27 siswa (57.4%). Sedangkan sebanyak 20 siswa (42.6%) memiliki sikap yang sudah cukup mendukung terhadap PHBS pada tatanan sekolah.

4. Perilaku yang ditunjukkan oleh responden disimpulkan bahwa siswa – siswi di SD Negeri 2 Sumampir memiliki perilaku yang kurang baik tentang PHBS, yaitu sebanyak 28 siswa (59.6%). Sedangkan sebanyak 19 siswa (40.4%) memiliki sikap yang baik mengenai PHBS.

5. Peran guru dapat disimpulkan bahwa sebanyak 26 siswa (55.3%) berpendapat peran guru di SD Negeri 02 Sumampir mendukung terciptanya PHBS tatanan sekolah, sedangkan sebanyak 21 siswa (44.7%) berpendapat peran guru di SDN 02 Sumampir kurang mendukung terciptanya PHBS. 6. Sarana prasarana yang terdapat di sekolahini yaitu dari 16 kriteria sarana

(46)

B. Saran

1. Masyarakat sebaiknya lebih diperdayakan untuk mendukung terlaksanakannya PHBS di SD N 2 Sumampir ini pasalnya untuk petugas kebersihan dan penjual makanan sehat masih sangat minim.

2. Bagi Institusi Kesehatan

Kunjungan dan program intervensi yang dilakukan di SD N 2 Sumampir sudah sering dilakukan namun sebaiknya untuk lebih dipantau secara berkala tentang hasil dari intervensi tersebut.

3. Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat

Hasil penelitian dapat member gambaran tentang keadaan PHBS tatanan sekolah di wilayah sekitar kampus Universitas Jenderal Soedirman, data ini sebaiknya ditindak lanjuti dengan pengadaan sekolah binaan di sekitar kampus karena sedikit banyak perilaku mereka terpengaruh oleh kegiatan civitas mahasiswa yang ada di sekitarnya.

4. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa hendaknya lebih peduli dan sering melihat keadaan sekitar mereka dalam setiap melakukan tindakan, karena kebiasaan mahasiswa yang terlihat oleh anak kecil disekitarnya sering kali ditiru oleh mereka. 5. Bagi Peneliti

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Basuki. 2004. Modeling dan Simulasi. IPTAQ Mulia Media. Surabaya. Adiwiryono, RM. (2010). Pesan Kesehatan :Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Ahmadi, A.dan Uhbiyati, N. 2003. Ilmu Pendidikan. Rineka Cipta

Aksara. Jakarta.

Anak Usia Dini dalam Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof. Hamka. Jakarta

Andriadi, Wisnu. 2011. Faktir-faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Anak Remaja Kelas VII dan VIII di SMP 258 Kelurahan Cibubur Jakarta Timur Tahun 2011. Skripsi. Universitas Pembangunan Nasional Veteran. Jakarta

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka. Jakarta.

Badan POM RI.2008. Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Serta Upaya Penaggulangannya.INFOPOM . Indonesia.

Budiarto, Eko. 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran : Sebuah Pengantar. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Creswell, John W. 2010. Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Penerjemah: Achmad Fawaid. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Danim, Sudarwan. 2003. Riset Keperawatan : Sejarah dan Metodologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Depkes RI. 2002. Profil Kesehatan. Depkes RI. Jakarta.

Depkes RI. 2006. Pedoman Pelatihan Pembinaan PHBS di Sekolah. Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI. Jakarta.

(48)

Depkes RI. 2010. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah. Kementerian Republik Indonesia. Jakarta.

diakses 1 Juni 2014

Dianita. 2011. Pengaruh Edukasi Sebaya Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Agregat Anak Usia Sekolah yang Beresiko Kecacingan. FIK UI. Depok. Dinkes Jawa Tengah. 2009. Profil Dinas Kesehatan 2009. Dinkes Jawa Tengah. Jawa

Tengah.

Hidayat, A.Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Dan Tehnik Analisis Data. Salemba Medika. Jakarta.

Judarwanto, Widodo. 2008. Enterobacter sakazakii, Bakteri Pencemar Susu. RS Bunda Jakarta & Picky Eaters Clinic. Dari: http://medicastore.com. Diakses tanggal 27 Mei 2014.

Kartiadi. 2009. Giatkan Buang Sampah pada Tempatnya. http://bandarsampah.blogdetik.com.Diakses pada tanggal 25 Mei 2014 Purwokerto.Kukusan Kecamatan Beji Depok. lontar.ui.ac.id/file? file=digital/20283420S1045-sumaningrum%20.pdf

Luthifatin, N dkk.2011. Determinan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Siswa Sekolah Dasar.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember. Jember.http://fkm.unej.ac.id/files/Semnas2011/08.pdf. Diakses pada 30 Mei 2014.

Mulyana, Deddy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. PT Remaja Rosidakarya. Bandung.

Notoatmodjo, S.2005. Metodologi penelitian kesehatan. Rineka Cipta.Jakarta.http://www.promkes.depkes.go.id/bahan/PHBS %20di%20Sekolah.pdf. Diakses pada tanggal 26 Mei 2014.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta : Rineka Cipta dalam http://mediakesehatanmasyarakat.files.wordpress.com/2012/06/ artikel-keempat-seni.pdf . Diakses pada tanggal 27 Mei 2014.

Notoatmodjo, Soekijo. 2003.Ilmu Kesehatan Masyarakat. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Notoatmodjo, Soekijo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.

(49)

/www.skripsi-tesis.com/Faktor-Faktor-yangberhubungan- dengan Perilaku-Hidup-Bersih-dan-Sehat-pada-Murid-SDNegeri- 1-Kota Subulussalam-Tahun-2011 di akses 01 Juni 2014. Subana dkk. 2000. Statistik Pendidikan. Pustaka Setia. Bandung.

Sugiyono. 2005.Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung.

Sumananingrum. 2006. Hubungan factor individu dan pola asuh keluarga dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada anak sekolah dasar di 2 SD Kelurahan Suryadi (2012). Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Umar, Husein. 2003. Metode Riset Komunikasi Oraganisasi. PT Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta.

Undang-undang No. 23. 1992 Tentang Kesehatan.

Wawan, A dan Dewi, M. 2010.Teori dan Pengukuran Pengetahuan , Sikap dan Perilaku Manusi. Nuha Medika.Yogyakarta.

WHO. 1948. Definition of Health. World Health Organitazion Constitution.Genewa. Yulia,dkk.2004. Perbedaan Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di

(50)

Lampiran 1

KUESIONER PHBS di SDN 2 SUMAMPIR

PURWOKERTO KELOMPOK 3 (UNSOED)

Petunjuk pengisian : berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban yang adik pilih. A. KARAKTERISTIK RESPONDEN

Nama :

Umur :

Kelas :

Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan B. PENGETAHUAN

No Pertanyaan Jawaban

BENAR SALAH 1 Menggunakan air mengalir dan sabun adalah

cara yang tepat untuk mencuci tangan. 2 Sebelum dan sesudah makan adalah waktu

yang tepat untuk mencuci tangan.

3 Manfaat mencuci tangan adalah membunuh kuman dan mencegah penyakit.

4 Mencuci tangan dilakukan setelah BAB dan BAK saja.

(51)

6 Mencuci tangan dilakukan setelah bermain dan memegang hewan peliharaan.

7 Jajanan yang sehat adalah jajanan yang bersih dan tidak mengandung bahan pengawet maupun pewarna.

8

Membeli jajanan dipinggir jalan diperbolehkan. 9 Kantin yang sehat kantin yang bersih dan

menjual jajanan bergizi

10 Buang Air Besar dan Buang Air Kecil dilakukan di WC sekolah.

11 WC atau toilet yang sehat adalah toilet yang tidak berbau dan tidak terdapat serangga. 12 Berolah raga secara teratur dapat membuat

badan sehat.

13 Merokok dapat menyebabkan batuk-batuk.

14 UKS adalah tempat pelayanan kesehatan yang berada di sekolah.

15 Mengukur berat badan dan tinggi badan harus dilakukan secara teratur.

16 Mengukur berat badan dan tinggi badan berguna untuk mengetahui proses pertumbuhan.

17 Membuang sampah di laci meja merupakan hal yang boleh dilakukan

(52)

19 Nyamuk jenis Aedes aegepty adalah penyebab penyakit Demam Berdarah

20 Melaksanaan piket di sekolah merupakan salah satu cara untuk memberantas sarang nyamuk.

C. SIKAP

N

o Pertanyaaan

Jawaban

SS S TS STS

1 Menurut saya mencuci tangan sebelum makan hanya dilakukan jika diingatkan oleh guru.

2 Menurut saya buang air besar (BAB) di wc sekolah merupakan tindakan yang baik untuk dilakukan.

3 Saya mengukur tinggi badan dan berat badan dikarenakan ada pemeriksaan kesehatan di sekolah.

4 Sebaiknya sebelum memegang makanan saya mencuci tangan.

5 Menurut saya buang air besar (BAB) di tanah atau sungai lebih nyaman dilakukan daripada BAB di WC.

6 Menurut saya buang air besar (BAB) harus di WC atau jamban.

(53)

8 Saya mencuci tangan menggunakan air bersih dan sabun.

9 Menurut saya mncuci tangan sesudah BAB hendaknya menggunakan air dan sabun.

10 Sebaiknya merokok di sekolah tidak dilakukan karena adanya larangan dari sekolah.

11 Saya melakukan 3M (Menutup, Mengubur, dan Menguras) karena adanya ajakan dari sekolah

12 Saya berolahraga seminggu sekali karena adanya mata pelajaran olahraga di sekolah.

13 Saya membeli jajanan di luar sekolah karena gerbang sekolah tidak ditutup.

14 Saya membeli jajanan di luar sekolah karena rasa dan kemasannya lebih menarik.

15 Sebaiknya membuang sampah di tempat sampah karena adanya kesadaran dari diri sendiri.

Keterangan :

SS : Sangat Setuju S : Setuju

TS : Tidak Setuju

Gambar

Gambar 3.1.Kerangka Konsep.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Sikap
Tabel 4.4.7 Pertanyaan Sikap 7
+7

Referensi

Dokumen terkait

Internet of things (IoT) adalah sebuah sistem dimana benda- benda di dunia fisik dapat dihubungkan ke internet oleh sensor [8], ditunjukkan pada Gambar 2.. IoT mengacu pada

Penguatan Jaringan SIDa bertujuan untuk mensinergikan kemampuan yang dimiliki masing- masing lembaga/organisasi SIDa dalam satu rantai kegiatan. Adapun yang disebut

Peneliti menyimpulkan bahwa Bapak Ainus Syuhada dan Ibu Sulastri dalam memaknai pesan dalam tayangan drama kolosal Tutur Tinular versi 2011 adalah film yang menayangkan kembali

Dari segi jenis sanksi, sanksi yang digunakan dalam Undang-Undang22 Tahun 1997 tentang Narkotika berupa sanksi pidana dan sanksi tindakan ( maatregel ).. Sanksi pidana

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, semua Peraturan Bupati yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Peraturan Daerah Nomor ….Tahun

Karena masih dalam tahap awal perkembangan, dapat dimaklumi bahwa pada saat ini pemahaman sebagian besar masyarakat mengenai sistem dan prinsip perbankan syariah masih

Pengujian konfirmabilitas dalam penelitian kualitatif mirip dengan uji dependabilitas sehingga pengujiannya dapat dilakukan bersamaan. Menguji konfirmabilitas berarti menguji

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin mengidentifikasi kembali bagaimana analisis perbandingan kebangkrutan, kinerja keuangan, dan tata kelola yang di lakukan