SKRIPSI
PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP HARGA SAHAM PADA
PERUSAHAAN MAKANAN & MINUMAN DI BURSA EFEK
INDONESIA
OLEH:
MEKLEN TB SIMBOLON
100522174
PROGRAM STUDI AKUNTANSI-S1
DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Lembar Pernyataan
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa
skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Modal Kerja terhadap Harga Saham pada Perusahaan
Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri
yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 12 Oktober 2013
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Current Ratio (CR), Working Capital Turnover (WCT), Current Assets to Total Assets (CATA), dan Current Liabilities to Total Assets (CLTA) terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian asosiatif kausal. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 15 perusahaan manufaktur industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada periode 2009-2012 dan yang menjadi sampel penelitian berjumlah 10 perusahaan. Metode purposive sampling digunakan dalam pemilihan sampel. Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari website BEI yaitu www.idx.co.id. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumentasi. Variabel dependen yang digunakan adalah harga saham, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah CR, WCT, CATA, dan CLTA. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda untuk analisis statistik dan model regresi telah diuji terlebih dahulu dalam uji asumsi klasik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, setiap variabel independen yang diteliti yaitu CR, WCT, CATA,dan CLTA tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Pengujian secara serempak menunjukkan bahwa CR, WCT, CATA, dan CLTA berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
ABSTRACT
This research aims to analyze the influence of Current Ratio (CR), Working Capital Turnover (WCT), Current Assets to Total Assets (CATA), dan Current Liabilities to Total Assets (CLTA) toward the stock price of food and beverages companies listed in Indonesia Stock Exchange.
The design used in this research in causal Assosiative. Population of this research are 15 food and beverages companies listed in Indonesia Stock Exchange during the period 2009-2012 and the sample consist of 10 companies. Purposive sampling method is used for the sample selection. Data used in the research is secondary data obtained from www.idx.co.id. The dependent variabel is stock price, while the dependent variabel are CR, WCT, CATA, and CLTA. This research used multilinear regression analysis for statistical analysis and the regression models have firstly been tested in the classical assumption test.
The partially test indicated that, each independent variabel (CR, WCT, CATA, and CLTA), does not significant influence to the stock price. The simultaneously test of CR, WCT, CATA, and CLTA give a significantly influence to the stock price.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkat kepada Tuhan YME atas berkat dan rahmatNya yang
melimpah sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Modal Kerja
pada Laporan Keuangan terhadap Harga Saham pada Perusahaan Makanan dan Minuman
di Bursa Efek Indonesia”.
Penulisan skripsi ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan
penulis khususnya mengenai masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Selain itu,
penelitian ini dilaksanakan dalam memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana
ekonomi pada Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan, bimbingan,
dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr Azhar Maksum, M.Ec.Aac,Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak, selaku ketua Departemen S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak,
selaku Sekretaris Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi dan Ibu
Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Drs Idhar Yahya MBA,Ak, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan
bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk menyelesaika n skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan
kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dalam penulisan kedepan. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi
pembaca.
Medan,September 2013 Penulis
Meklen TB simbolon Nim:100522174
ABSTRAK ...i
ABSTRACK ...ii
KATA PENGAN TAR ...iii
DAFTAR ISI ...v
DAFTAR TABEL ...vii
DAFTAR GAMBAR ...viii
DAFTAR LAMPIRAN ...ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1
1.2 Perumusan Masalah ...5
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian...5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja ...7
2.1.1 Pengertian Modal Kerja...7
2.1.2 Pentingnya Modal Kerja ...10
2.1.3 Kebutuhan Modal Kerja ...11
2.1.4 Manajemen Modal Kerja ...12
2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja ...13
2.1.6 Sumber Modal Kerja ...14
2.1.7 Penggunaan Modal Kerja ...17
2.2.2 Jenis Saham ...19
2.3 Harga Saham ...22
2.3.1 Pengertian Harga Saham ...22
2.3.2 Jenis Harga Saham ...23
2.4 Peneliti Terdahulu ...25
2.5 Kerangka Konseptual ...28
2.6 Hipotesis ...32
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ...32
3.2 Populasi dan Sampel...33
3.3 Jenis dan Sumber Data ...35
3.4 Metode Pengumpulan Data ...36
3.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel...35
3.6 Metode Analisis Data ...37
3.6.1 Uji Asumsi K lasik ...38
3.6.2 Pengujian Hipotesis ...40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskriptif obyek Penelitian ...42
4.2 Deskriptif hasil penelitian...43
4.2.1 Current Ratio Pada perusahaan Makanan dan Minuman di Periode Tahun 2009-2012 ...43
4.2.3 Current Asset to Total Asset Pada perusahaan Makanan dan
Minuman di Periode Tahun 2009-2012...47
4.2.4 Current Leabilities to Total Asset Pada perusahaan Makanan dan Minuman di Periode Tahun 2009-2012 ...48
4.2.5 Harga saham Pada perusahaan Makanan dan Minuman di Periode Tahun 2009-2012 ...50
4.3 Analisis dan Pengujian Hipotesis ...52
4.3.1 Statistik deskriptif...42
4.3.2 Analisis Uji Asumsi K lasik ...54
4.3.2.1 Uji Normalitas ...54
4.3.2.2 Uji Multikolinieritas ...61
4.3.2.3 Uji Heteroskedastisitas ...62
4.3.2.4 Uji Autokorelasi ...63
4.3.3 Pengujian Hipotesis ...64
4.3.3.1 Pengujian Menyeluruh atau Simultan (Uji F) ...64
4.3.3.2 Pengujian Individu atau Parsial (Uji t) ...66
4.3.3.3 Pengujian Koefisien Determinasi (� ) ...68
No.Tabel Judul
Halaman
2.1 Tabel Peneliti Terdahulu ... 26
3.1 Populasi Sampel Penelitian ... 33
3.2 Sampel Penelitian ... 35
4.1 Nama- nama Perusahaan Yang Menjadi Objek Penelitian... 42
4.2 Current Ratio... ... 44
4.3 Working Capital Turnover ... 46
4.4 Current asset to total asset ... 47
4.5 Current Leabilities to Total Asset... 49
4.6 Harga Saham ... 50
4.7 Descriptive statistic ... 53
4.8 Hasil uji Normalitas 1... 54
4.9 Hasil uji Normalitas (2)_LN ... 57
4.10 Hasil uji Multikolinieritas... 61
4.11 Hasil uji auto Korelasi ... 64
4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 65
4.13 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ...66
4.14 Hasil uji Hipotesis secara Simultan ... 67
DAFTAR GAMBAR
No.Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 28
4.1 Uji Normalitas dengan Histogram (1) ... 55
4.2 Grafik normal P Plot (1) ... 56
4.3 Histogram setelah Transformasi ... 59
4.4 Grafik normal P.plot setelah transformasi ... 60
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Data Variabel Penelitian ... 80
2 Data Variabel Current Ratio (CR ... 80
3 Data Variabel Working Working Capital Turnover (WCT) ... 80
4 Data Variabel Current Assets to Total Assets Ratio (CATA... 81
5 Data Variabel Current Liabilities to Total Assets (CLTA) ... . 81
6 Data Variabel Harga Saham ... 82
7 Data Variabel LN-Current Ratio (LN-CR) ... 82
8 Data Variabel LN-Working Working Capital Turnover (LN-WCT) 83 9 Data VariabelLN- Current Assets to Total Assets Ratio (LN-CATA 83 10 Data Variabel LN-Current Liabilities to Total Assets (LN-CLTA) .. 84
11 Data Variabel LN- Harga Saham ... 84
12 Statistik Deskriptif ... 85
13 Hasil uji regresi berganda ... 85
14 Hasil Uji Normalitas (1) ... 86
15 Hasil uji Normalitas (2)LN ... 86
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Current Ratio (CR), Working Capital Turnover (WCT), Current Assets to Total Assets (CATA), dan Current Liabilities to Total Assets (CLTA) terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian asosiatif kausal. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 15 perusahaan manufaktur industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada periode 2009-2012 dan yang menjadi sampel penelitian berjumlah 10 perusahaan. Metode purposive sampling digunakan dalam pemilihan sampel. Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari website BEI yaitu www.idx.co.id. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumentasi. Variabel dependen yang digunakan adalah harga saham, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah CR, WCT, CATA, dan CLTA. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda untuk analisis statistik dan model regresi telah diuji terlebih dahulu dalam uji asumsi klasik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, setiap variabel independen yang diteliti yaitu CR, WCT, CATA,dan CLTA tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Pengujian secara serempak menunjukkan bahwa CR, WCT, CATA, dan CLTA berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
ABSTRACT
This research aims to analyze the influence of Current Ratio (CR), Working Capital Turnover (WCT), Current Assets to Total Assets (CATA), dan Current Liabilities to Total Assets (CLTA) toward the stock price of food and beverages companies listed in Indonesia Stock Exchange.
The design used in this research in causal Assosiative. Population of this research are 15 food and beverages companies listed in Indonesia Stock Exchange during the period 2009-2012 and the sample consist of 10 companies. Purposive sampling method is used for the sample selection. Data used in the research is secondary data obtained from www.idx.co.id. The dependent variabel is stock price, while the dependent variabel are CR, WCT, CATA, and CLTA. This research used multilinear regression analysis for statistical analysis and the regression models have firstly been tested in the classical assumption test.
The partially test indicated that, each independent variabel (CR, WCT, CATA, and CLTA), does not significant influence to the stock price. The simultaneously test of CR, WCT, CATA, and CLTA give a significantly influence to the stock price.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Modal kerja merupakan masalah pokok dan topik penting yang sering kali dihadapi
oleh perusahaan, karena hampir semua perhatian untuk mengelola modal kerja dan aktiva
lancar yang merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva.
Kehadiran pasar modal memperbanyak alternatif pilihan perusahaan yang go publik
untuk mendapatkan sumber dana khususnya dana jangka panjang. Peran pasar modal dari
sisi perusahaan adalah tersedianya dana dari investor ke perusahaan sedangkan dari sisi
investor diharapkan akan mendapat pengembalian dari penyetoran dana tersebut.
Emiten yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia saat ini semakin
banyak mengakibatkan perdagangan saham. Semakin marak dan semakin banyak investor
yang tertarik untuk terjun dalam jual beli saham. Menurut Brigham & Houston (2006), harga
saham yang berlaku saat ini mencerminkan seluruh informasi yang tersedia bagi publik,
sehingga harga-harga saham akan menyesuaikan diri terhadap setiap berita baik maupun
buruk yang terdapat di dalam laporan keuangan perusahaan ketika beritanya tersebar.
Tingkat keuntungan investasi dalam saham di pasar modal sangat dipengaruhi oleh
saham yang bersangkutan. Maka untuk memperoleh keuntungan investasi yang diinginkan,
seorang investor harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan harga
saham di pasar modal serta mampu melakukan analisis terhadap saham-saham yang ada.
Analisis fundamental dan analisis teknikal adalah analisis yang sering digunakan untuk
mengukur nilai suatu harga saham. Analisis fundamental adalah analisis yang berhubungan
memusatkan perhatian pada indeks saham, harga atau statistik pasar lainnya atau faktor
psikologis investor dalam menemukan pola yang mungkin dapat memprediksikan dari
gambaran yang telah dibuat.
Harga saham yang berlaku setiap hari selalu berubah-ubah, naik ataupun turun. Data
harga saham yang diperoleh dalam penelitian inipun berfluktuasi. Peneliti berpendapat
tingkat keuntungan investasi dipasar modal sangat dipengaruhi harga saham yang
bersangkutan. Investor yang ingin berinvestasi, pertama kali akan melihat harga saham
perusahaan, apabila harga saham perusahaan tersebut tinggi, investor cenderung akan
membeli saham pada perusahaan tersebut.
Harga saham suatu perusahaan mencerminkan nilai perusahaan dimata masyarakat.
Apabila harga saham suatu perusahaan tinggi, maka nilai perusahaan dimata masyarakat
juga baik dan begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, harga saham merupakan hal yang
sangat penting bagi perusahaan.
Pasar modal memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi. Di banyak negara
terutama negara-negara yang menganut sistem ekonomi pasar, pasar modal telah menjadi
salah satu sumber kemajuan ekonomi karena pasar modal dapat menjadi sumber dan
alternatif bagi perusahaan selain bank. Keunggulan pasar modal dibandingkan bank adalah
untuk mendapatkan dana suatu perusahaan tidak perlu menyediakan agunan seperti yang
disyaratkan oleh bank, melainkan menunjukkan prospek yang baik maka surat berharga
akan laku terjual di pasar modal.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat pergerakan harga saham yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal disebut juga sebagai faktor fundamental
perusahaan. Faktor internal ini berkaitan dengan pendapatan yang akan diperoleh para
pemodal baik berupa dividen maupun capital gain.
Faktor eksternal merupakan faktor nonfundamental. Biasanya bersifat makro seperti
situasi politik dan keamanan, perubahan nilai tukar mata uang, naik turunnya suku bunga
bank dan serta rumor-rumor yang sengaja oleh spekulan atau orang-orang yang ingin
mengeruk keuntungan dari situasi tersebut. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi
permintaan dan penawaran masyarakat atas saham yang diperdagangkan di pasar modal.
Sehingga juga mempengaruhi harga saham dari perusahaan, apakah akan terjadi
peningkatan harga saham atau sebaliknya.
Penelitian ini hanya menganalisis faktor–faktor fundamental yang bersifat
controllable (dapat dikendalikan). Rasio keuangan yang digunakan dalam pendekatan
fundamental adalah Debt to Equity Ratio (DER) mewakili proporsi hutang terhadap modal
usaha. Faktor tersebut digunakan sebagai variabel bebas dikarenakan bahwa faktor tersebut
menggambarkan return dan risk yang akan diterima investor atas investasinya pada saham
perusahaan. Faktor fundamental akan menjadi pedoman pasar di dalam menentukan harga
saham perusahaan.
Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh pemimpin atau pemilik perusahaan
ialah menyediakan modal kerja yang diperlukan untuk menunjang kegiatan-kegiatan
operasional perusahaan yang selalu mengalami perubahan dari periode yang satu ke periode
berikutnya.
Kinerja keuangan menyangkut keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan
yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia
untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan sehari-hari.
Kegiatan-kegiatan yang dibiayai oleh modal kerja antara lain adalah pembelian
material atau bahan baku, upah dan gaji karyawan, serta berbagai macam biaya yang
diharapkan dapat kembali dalam waktu singkat melalui hasil penjualan. Uang yang masuk
dan bersumber dari hasil penjualan barang tersebut akan dikeluarkan kembali guna
membiayai operasi perusahaan selanjutnya. Dengan demikian dana tersebut akan berputar
secara terus menerus setiap periodenya sepanjang hidup perusahaan.
Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang berkaitan
dengan harga saham. Diantaranya adalah Ulupui (2006), dengan judul penelitiannya yaitu
“Analisis rasio likuiditas terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan minuman
yang terdaftar di BEI”. Nurhafni (2009), dengan judul penelitiannya yaitu “Pengaruh Modal
Kerja Dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Harga Saham Perusahaan Consumer Goods
Industry Di Bursa Efek Indonesia”. Fanny Lumban Tobing, (2012), dengan judul
penelitiannya yaitu “Pengaruh Modal Kerja Pada Laporan Keuangan Terhadap Harga
Saham Pada Perusahaan Makanan & Minuman Di Bursa Efek Indonesia”.
Dalam hal ini, peneliti menggambil judul penelitian yaitu “Pengaruh modal terhadap
harga saham pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia”. Peneliti memilih perusahaan makanan dan minuman karena peneliti ingin
membandingkan hasil penelitian terdahulu yang menggunakan perusahaan makanan dan
minuman. Selain itu, peneliti terdahulu juga tidak meneliti pengaruh modal kerja terhadap
harga saham. sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap perusahaan
harga saham pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, masalah yang di
identifikasi dalam penelitian ini terbatas pada :
1. Apakah Modal Kerja Current Ratio (CR), Working Capital Turnover (WCT),
Current Asset to Total Asset (CATA), dan Current Liabilities to Total Asset
(CLTA) berpengaruh secara simultan terhadap harga saham pada perusahaan
makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah Modal Kerja Current Ratio (CR), Working Capital Turnover (WCT),
Current Asset to Total Asset (CATA), dan Current Liabilities to Total Asset
(CLTA) berpengaruh secara parsial terhadap harga saham pada perusahaan
makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan menganalisis pengaruh modal kerja pada laporan keuangan
terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek
Indonesia.
Penelitian ini tidak hanya bermanfaat bagi penulis saja, tetapi juga diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi perusahaan dan juga bagi peneliti
selanjutnya.
1. Bagi penulis, yaitu sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan peneliti
tentang masalah yang diteliti.
2. Bagi perusahaan, yaitu sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan
untuk tetap berusaha mempertahankan modal kerja perusahaan yang baik
dan optimal.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya, sebagai bahan pertimbangan dan informasi
yang nantinya dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan
penelitian pada bidang yang sama dimasa yang akan datang dan sebagai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja
2.1.1 Pengertian Modal Kerja
Pemahaman modal kerja sangat erat hubungannya dalam rangka menghitung
kebutuhan modal kerja. Pengertian modal kerja yang berbeda-beda akan
menyebabkan perhitungan kebutuhan modal kerja yang juga berbeda. Modal kerja
menurut Sawir (2005), “keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dana
yang tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari”. Yang dibagi
dalam tiga konsep yaitu:
1) Konsep Kuantitatif
Berdasarkan pendekatan konsep kuantitatif, modal kerja merupakan jumlah
keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki suatu perusahaan pada suatu periode
tertentu. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross
working capital).
2) Konsep Kualitatif
Konsep ini menitikberatkan kualitas modal kerja suatu badan usaha atau
perusahaan. Modal kerja menurut konsep kualitatif merupakan selisih jumlah
aktiva lancar setelah dikurangi dengan hutang lancar pada suatu periode tertentu.
Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bersih (net working
capital).
Konsep fungsional menekankan pada aspek fungsi modal kerja yang dimiliki
perusahaan dalam menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan.
Modal kerja adalah aktiva jangka pendek yang digunakan untuk keperluan
sehari-hari oleh perusahaan. Kebijakan modal kerja adalah sebuah keputusan yang
diambil oleh manajer. Besar kecilnya modal kerja yang disediakan oleh perusahaan
terutama tergantung terhadap sikap manajemen terhadap laba dan resiko. Dalam
manajemen modal kerja ada dua prinsip mendasar dari pendanaan operasional yaitu:
1) Kemampuan memperoleh laba berbanding terbalik dengan likuiditas.
2) Kemampuan memperoleh laba sebanding dengan resiko.
Adapun rasio yang digunakan adalah:
1) Hubungan Rasio Lancar (Current Ratio) terhadap ROI
Current Ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar.
Ratio ini menunjukkan berapa besar hutang lancar yang dijamin oleh aktiva lancar.
� ��� �� � = Aktiva Lancar
Hutang Lancarx %
Semakin besar rasio ini maka semakin baik kemampuan perusahaan untuk
melunasi kewajiban jangka pendeknya. Salah satu unsur kebijakan modal kerja
berasal dari aktiva lancar berupa kas, piutang, dan persediaan.
2) Hubungan Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover Ratio)
terhadap ROI
Rasio perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan dengan
jumlah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki suatu perusahaan pada suatu
Tingkat Perputaran Modal Kerja =Tingkat PenjualanModal Kerja x %
Semakin besar rasio perputaran modal kerja maka semakin baik suatu perusahaan
dimana persentase modal kerja yang ada mampu menghasilkan jumlah penjualan
terentu. Selain itu, semakin besar rasio ini menunjukkan efektifnya pemanfaatan
modal kerja yang tersedia dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan.
3) Hubungan Rasio Jumlah Aktiva Lancar terhadap Total Aktiva (Current Assets to
Total Assets Ratio) terhadap ROI.
Rasio jumlah aktiva lancar terhadap total aktiva merupakan perbandingan jumlah
aktiva lancar terhadap total aktiva yang terdapat di perusahaan. Dapat dihitung
dengan rumus:
Rasio Aktiva Lancar terhadap Total Aktiva =Jumlah Aktiva Lancar
Total Aktiva x %
Semakin besar rasio semakin baik karena menunjukkan tersedianya kas, piutang,
dan persediaan yang merupakan harta lancar yang paling likuid dibandingkan
dengan keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan.
4) Hubungan Rasio Jumlah Hutang Lancar terhadap Total Aktiva (Current Liabilities
to Total Assets Ratio) terhadap ROI
Rasio jumlah hutang lancar terhadap total aktiva merupakan perbandingan jumlah
hutang lancar terhadap total aktiva yang terdapat di perusahaan yang dinyatakan
dalam persen. Dapat dihitung dengan rumus:
Rasio Hutang Lancar terhadap Total Aktiva =Jumlah Hutang Lancar
Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang bagi perusahaan dengan jalan
menunjukkan besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai dengan hutang jangka
pendek.
2.1.2 Pentingnya Modal Kerja
Menurut Munawir (2007), tersedianya modal kerja yang dipergunakan dalam
operasi tergantung pada tipe atau sifat dari aktiva lancar yang dimiliki seperti kas,
effek, piutang, dan persediaan. Tetapi modal kerja harus cukup jumlahnya dalam arti
harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan
sehari-hari, karena dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan,
disamping memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis atau
efisien dan perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan, juga akan memberikan
beberapa keuntungan lain, antara lain:
1) Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari
aktiva lancar
2) Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada
waktunya.
3) Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan
memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau
kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
4) Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk
5) Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih
menguntungkan kepada para langganannya.
6) Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien
karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang ataupun jasa yang
dibutuhkan.
2.1.3 Kebutuhan Modal Kerja
Modal kerja harus direncanakan sesuai kebutuhan, hal ini sesuai dengan
pernyataan Djarwanto (2001): “kebutuhan modal kerja harus direncanakan dengan
seksama oleh manajer keuangan karena kesalahan didalam manajemen modal kerja
akan menyebabkan kesalahan yang fatal bagi perusahaan. Untuk menentukan jumlah
modal kerja yang diperlukan oleh suatu perusahaan terdapat sejumlah faktor yang
perlu dianalisa. Besarnya modal kerja yang dibutuhkan perusahaan tergantung pada
beberapa hal yaitu:
1) Sifat umum atau tipe perusahaan
2) Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan ongkos
produksi per unit atau harga beli per unit barang tersebut.
3) Syarat pembelian dan penjualan
4) Tingkat perputaran persediaan
5) Tingkat perputaran piutang
6) Pengaruh konjungtur (business cycle)
7) Derajat resiko kemungkinan menurunnya harga jual aktiva jangka pendek
9) Credit rating dari perusahaan.
2.1.4 Manajemen Modal Kerja
Menurut Sawir (2005), manajemen modal kerja adalah kegiatan yang
mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek
perusahaan. Tujuan manajemen modal kerja adalah mengelola aktiva lancar sehingga
diperoleh modal kerja neto yang layak dan menjamin tingkat likuiditas perusahaan.
Sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja adalah:
1) Memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga
tingkat pengembalian investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari biaya
modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut.
2) Meminimalkan biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar.
3) Pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar dan ketersediaan dana dari
sumber hutang, sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban
keuangannya ketika jatuh tempo.
2.1.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja
Penetapan modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan
dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1) Sifat dan tipe perusahaan.
Modal kerja dari suatu perusahaan jasa relatif lebih kecil daripada kebutuhan
modal kerja perusahaan industri. Perusahaan jasa biasanya memiliki atau harus
digunakan untuk memberikan pelayanan atau jasanya kepada masyarakat.
Sebaliknya perusahaan industri harus mengadakan investasi yang cukup besar
dalam aktiva lancar agar perusahaannya tidak mengalami kesulitan dalam
operasinya sehari-hari. Perusahaan yang memproduksi barang membutuhkan
modal kerja relatif lebih besar daripada perusahaan dagang.
2) Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan
dijual serta harga per satuan dari barang tersebut. Makin panjang waktu yang
dibutuhkan untuk memproduksi barang atau untuk memperoleh barang tersebut,
maka akan semakin besar pula modal kerja yang dibutuhkan. Selain itu, harga
pokok per satuan barang yang semakin besar juga akan membutuhkan modal kerja
semakin besar pula.
3) Syarat pembelian bahan atau barang dagangan. Jika syarat kredit yang diterima
pada waktu pembelian menguntungkan, semakin sedikit uang kas yang disediakan
untuk diinvestasikan dalam persediaan ataupun barang dagangan.
4) Syarat Penjualan. Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada
pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang harus
diinvestasikan dalam piutang.
5) Tingkat perputaran persediaan. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan,
maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan semakin rendah.
2.1.6 Sumber Modal Kerja
Menurut Munawir (2007), pada umumnya sumber modal kerja suatu
1) Hasil Operasi Perusahaan
Hasil operasi perusahaan adalah jumlah net income yang nampak dalam laporan
perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi. Jumlah ini
menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan. Jadi
jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat dihitung
dengan menganalisa laporan perhitungan rugi laba perusahaan tersebut. Dengan
adanya keuntungan atau laba dari usaha perusahaan, dan apabila laba tersebut
tidak diambil oleh pemilik perusahaan maka laba tersebut akan menambah modal
perusahaan yang bersangkutan.
2) Keuntungan dari Penjualan Surat – Surat Berharga (Investasi Jangka Pendek)
Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek (marketable
securities) adalah salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan
akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat
berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unur modal kerja yaitu dari
bentuk surat berharga berubah menjadi uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari
penjualan surat berharga ini merupakan suatu sumber untuk bertambahnya modal
kerja, sebaliknya apabila dalam penjualan tersebut terjadi kerugian maka akan
menyebabkan berkurangnya modal kerja. Apabila investasi jangka pendek itu
dijual dengan harga jual yang sama dengan harga perolehannya (tanpa laba
maupun rugi), maka penjualan tersebut tidak akan mempengaruhi besarnya modal
kerja. Didalam menganalisa sumber-sumber modal kerja maka sumber yang
berasal dari keuntungan penjualan surat-surat berharga harus dipisahkan dengan
3) Penjualan Aktiva Tidak Lancar
Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva
tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak
diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau
piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar hasil penjualan
aktiva tersebut.
Apabila dari hasil penjualan aktiva tetap atau aktiva tidak lancar lainnya ini tidak
segera digunakan untuk mengganti aktiva yang bersangkutan, akan menyebabkan
keadaan aktiva lancar sedemikian besarnya sehingga melebihi jumlah modal kerja
yang dibutuhkan (adanya modal kerja yang berlebih-lebihan).
4) Penjualan Saham atau Obligasi.
Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan dapat pula
mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada pemilik perusahaan untuk
menambah modalnya, disamping itu, perusahaan dapat juga mengeluarkan
obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan
modal kerjanya. Penjualan obligasi ini mempunyai konsekuensi bahwa
perusahaan harus membayar bunga tetap, oleh karena itu dalam mengeluarkan
hutang dalam bentuk obligasi ini harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.
Penjualan obligasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan (terlalu besar) di samping
menimbulkan beban bunga yang besar, juga akan mengakibatkan keadaan aktiva
2.1.7 Penggunaan Modal Kerja
Menurut Munawir (2007), penggunaan-penggunaan aktiva lancar yang
mengakibatkan turunnya modal kerja adalah sebagai berikut:
1) Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan, meliputi pembayaran
upah, gaji, pembelian bahan, atau barang dagangan, perlengkapan kantor, dan
pembayaran biaya-biaya lainnya.
2) Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat
berharga atau effek, maupun kerugian yang insidentil lainnya.
3) Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-tujuan
tertentu dalam jangka panjang, misalnya dana pelunasan obligasi, dana pensiusn
pegawai, dana expansi ataupun dana-dana lainnya. Adanya pembentukan dana ini
berarti adanya perubahan bentuk aktiva dan aktiva lancar menjadi aktiva tetap.
4) Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau
aktiva tidak lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat berkurangnya
modal kerja.
5) Pembayaran hutang-hutang jangka panjang yang meliputi hutang hipotik, hutang
obligasi, maupun bentuk hutang jangka panjang lainnya, serta penarikan atau
pembelian kembali.
6) Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk
kepentingan pribadinya (prive) atau adanya pengambilan bagian keuntungan oleh
pemilik dalam perusahaan perseorangan dan persekutuan atau adanya pembayaran
modal yang diimbangi dengan berkurangnya aktiva lancar atau bertambahnya
hutang lancar dalam jumlah yang sama.
2.2 Saham
2.2.1 Pengertian Saham
Saham merupakan salah satu efek yang diperdagangkan di pasar modal. Saham
merupakan tanda penyertaan modal pada suatu perseroan terbatas (Anoraga, 2006).
Saham juga dapat didefenisikan sebagai penyertaan atau pemilikan seseorang dalam
suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan
surat berharga tersebut (Darmadji, 2006).
Saham yang diperjualbelikan di pasar modal adalah saham
perusahaan-perusahaan yang go public. Dengan memiliki saham suatu perusahaan akan
memberikan berbagai manfaat. Manfaat yang diperoleh antara lain:
1) Dividen, bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada para pemilik
saham.
2) Capital Gain, adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih harga jual dengan
harga belinya.
3) Manfaat non-finansial, yaitu timbulnya kebanggaan dan kekuasaan memperoleh
hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan (Anoraga, 2006).
Umumnya saham yang dikenal sehari-hari adalah saham biasa (common stock)
tetapi ada juga jenis saham yang lainnya. Menurut Riyanto (2008), ada beberapa sudut
pandang untuk membedakan saham diantaranya sebagai berikut:
1) Berdasarkan segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim
a. Saham biasa (common stock), yaitu saham yang menempatkan pemiliknya
berada diurutan paling akhir terhadap pembagian dividen dan hak atas hak
kekayaan perusahaan apabila perusahaan dilikuidasi.
b. Saham preferen (preferen stock), yaitu saham yang memiliki karakteristik
gabungan obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan
tetap (seperti bunga obligasi) tetapi bisa juga tidak mendatangkan hasil seperti
yang dikehendaki investor. Saham preferen serupa dengan saham biasa karena
dua hal, yaitu mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal
jatuh tempo yang tertulis diatas lembaran saham tersebut dan mendapat
dividen. Sedangkan persamaannya antara saham preferen dengan obligasi
terletak pada tiga hal yaitu ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya,
dividennya tetap selama masa berlaku dari saham, memiliki hak tebus dan
dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa. Oleh karena saham
preferen diperdagangkan berdasarkan hasil yang ditawarkan investor, maka
secara praktis saham preferen dipandang sebagai surat berharga dengan
pendapatan tetap dan karena itu akan bersaing dengan obligasi di pasar.
2) Berdasarkan cara pengalihannya, saham dapat dibedakan atas:
a. Saham Atas Unjuk (bearer stock), artinya saham tersebut tidak tertulis nama
lainnya. Secara hukum siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah
yang diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut dalam RUPS.
b. Saham Atas Nama (registered stock), yaitu saham yang ditulis dengan jelas
siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur
tertentu.
3) Berdasarkan kinerja perdagangan, maka saham dapat dibedakan atas:
a. Blue Chip Stocks, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki
reputasi tinggi sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang
stabil, dan konsisten dalam membayar dividen.
b. Income Stocks, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan
membayar dividen yang lebih tinggi dari rata-rata yang mampu dibayarkan
oleh perusahaan lain sejenis. Emiten seperti ini biasanya menciptakan
pendapatan yang lebih tinggi dari rata-rata yang mampu dibayarkan oleh
perusahaan lain sejenis. Emiten seperti ini biasanya menciptakan pendapatan
yang lebih tinggi dan secara teratur mampu membayarkan dividen tunai.
Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi
pertumbuhan harga saham.
c. Growth Stocks (well-known), yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki
pertumbuhan pendapatan yang tinggi sebagai leader di industri sejenis yang
memiliki reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga growth stock (lesser-known),
yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri namun
d. Speculative Stocks. Yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara
konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi
mempunyai kemungkinan penghasilan tinggi di masa mendatang.
e. Counter Cylical Stocks, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi
ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi,
harga saham ini tetap tinggi, dimana emitennya mampu memberikan dividen
yang tinggi sebagaimana akibat dari kemampuan emiten memperoleh
penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Emiten seperti ini biasanya bergerak
dalam produk yang sangat atau selalu dibutuhkan masyarakat seperti rokok ,
customer goods. Ada juga literature yang menyebutkan saham jenis ini dengan
nama defensive stocks.
f. Cylical Stocks, yaitu saham emiten yang mempunyai masa kemakmuran pada
masa-masa tertentu saja. Misalnya, perusahaan yang memproduksi
perlengkapan sekolah akan menghasilkan penjualan pesat menjelang tahun
ajaran baru dimulai perusahaan yang memproduksi perlengkapan sekolah akan
kebanjiran order. Begitu juga dengan perusahaan yang memproduksi seragam
sekolah.
g. Junk Stocks, yaitu saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang tidak
memiliki manajemen yang baik dan seringkali mengalami kerugian.
Perusahaan seperti ini memiliki uang yang banyak dan tidak memiliki produk
yang berprospek cerah. Kalaupun pernah membagikan dividen jumlahnya
2.3 Harga saham
2.3.1 Pengertian Harga Saham
Harga saham menurut Undang-undang No 8 tahun 1995 tentang pasar modal
adalah penerimaan besarnya pengorbanan yang dilakukan oleh setiap investor untuk
penyertaan dalam perusahaan. Pergerakan harga saham dapat ditentukan oleh
permintaan dan penawaran oleh para investor. Pada saat kondisi permintaan lebih
banyak daripada penawaran maka harga saham cenderung naik, demikian sebaliknya
pada saat penawaran lebih besar daripada permintaan maka harga saham cenderung
turun. Harga saham dapat dibedakan menjadi dua yaitu harga pasar dan harga teoritis
atau nilai instrinsik (Brigham dan Houston, 2006).
Harga saham adalah aktual saham di pasar modal, sedangkan nilai instrinsik
adalah present value arus kas (return) yang diharapkan dari sebuah saham pada
periode tertentu. Harga pasar suatu saham dibedakan menjadi harga pasar rata-rata
selama satu periode, harga pembukaan pada suatu periode (open price) dan harga
penutupan pada suatu periode (closing price).
2.3.2 Jenis Harga Saham
Harga saham ditentukan oleh harga yang terjadi pada saat harga saham tersebut
pertama kali diterbitkan perusahaan yang melakukan IPO (Initial Public offering)
yaitu dipasar perdana pada saat saham tersebut diperjualbelikan di pasar sekunder.
Menurut situs www.infovesta.com mengemukakan bahwa ada beberapa jenis saham
yaitu:
Harga saham yang tergabung dalam sektor-sektor tertentu yang ada di Bursa
Efek Indonesia.
b. Harga Saham Gabungan
Harga saham semua perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.
c. Harga Saham Individual
Harga saham dari masing- masing saham terhadap harga dasarnya.
d. Harga Saham LQ45
Harga saham dengan 45 saham unggulan yaitu terlikuiditasi tinggi dan
kapitalisasi pasar yang tinggi.
e. Harga Saham JII
Harga saham perusahaan menurut syariat islam
f. Harga Saham Kompas 100
Harga saham perusahaan yang tergabung dalam 100 besar perusahaan pilihan
menurut harian surat kabar kompas.
Menurut Sawidji Widoatmojo, (1996:46) harga saham dapat dibedakan menjadi 3 (tiga):
a.Harga Nominal
Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oieh emiten untuk
menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besaraya harga nominal membenkan arti
penting saham karena deviden minimal biasanya ditetapkan
Berdasarkan Nilai nominal.
b. Harga Perdana
Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter)
dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual
kepada masyarakat biasanya imtuk menentukan harga perdana.
c.Harga pasar
Kalau harga perdana merapakan harga jual dari perjanjian emisi kepada investor,
maka harga pasar adalah harga jual dari irwestor yang satu dengan investor yang lam.
Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa. Transaksi disini tidak lagi
melibatkan emiten daii penjamin emisi harga ini yang disebut sebagai harga di pasar
sekunder dan harga inilah yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya,
karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga investor
dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media
lain adalah harga pasar.
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat diambil kesimpulan yaitu harga saham
terjadi ketika pertama kali perusahaan melakukan Initial Public Offering (IPO)
dimana harga saham ditetapkan perusahaan. Dan yang kedua harga yang terjadi ketika
dipasar sekunder disebabkan karena kekuatan pasar yaitu permintaan dan penawaran
saham tersebut. Sedangkan pada saat harga saham tersebut diperjualbelikan di lantai
bursa maka harga saham tersebut dapat bermacam-macam sesuai dengan jenis saham
perusahaan tersebut.
2.4 Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang berkaitan
“Analisis rasio likuiditas terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan minuman
yang terdaftar di BEI”. Nurhafni (2009), dengan judul penelitiannya yaitu “Pengaruh Modal
Kerja Dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Harga Saham Perusahaan Consumer Goods
Industry Di Bursa Efek Indonesia”. Fanny Lumban Tobing (2012), dengan judul
penelitiannya yaitu “Pengaruh Modal Kerja Pada Laporan Keuangan Terhadap Harga
Saham Pada Perusahaan Makanan & Minuman Di Bursa Efek Indonesia”.
Penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini dapat dilihat pada table 2.1
2.5 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menjelaskan bagaimana hubungan
suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu.
Hal ini berarti kerangka konseptual menjelaskan pengaruh modal kerja terhadap harga
saham.
Berikut ini merupakan gambar kerangka konseptual penelitian ini.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
H1 Modal kerja (X)
H2
H3
H4
H5 Current Ratio (X1)
Working Capital Turnover (X2)
Current Assets to Total Assets (X3)
Current Liabilities to Total Assets (X4)
Pada penelitian ini, variabel dependen dalam penelitian ini adalah modal kerja, yaitu
keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai
dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Modal kerja dapat
diukur dengan menggunakan current ratio, working capital turnover, current assets to total
assets, current liabilities to total
assets . Modal kerja dapat membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan
sehari-hari, memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis atau efisien dan
perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan.
1) Hubungan Rasio Lancar (Current Ratio) terhadap Harga Saham
Current Ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar.
Ratio ini menunjukkan berapa besar hutang lancar yang dijamin oleh aktiva lancar.
Semakin besar rasio ini maka semakin baik kemampuan perusahaan untuk
melunasi kewajiban jangka pendeknya. Salah satu unsur kebijakan modal kerja
berasal dari aktiva lancar berupa kas, piutang, dan persediaan. Dari pembahasan
sebelumnya dapat disimpulkan bahwa current Ratio berpengaruh terhadap Harga
saham
2) Hubungan Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover Ratio)
terhadap Harga Saham
Rasio perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan dengan
jumlah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki suatu perusahaan pada suatu
periode tertentu. Semakin besar rasio perputaran modal kerja maka semakin
baik suatu perusahaan dimana persentase modal kerja yang ada mampu
menunjukkan efektifnya pemanfaatan modal kerja yang tersedia dalam
meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Dari pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Rasio perputaran modal
kerja mempunyai pengaruh terhadap harga saham.
3.) Hubungan Rasio Jumlah Aktiva Lancar terhadap Total Aktiva (Current Assets to
Total Assets Ratio) terhadap Harga Saham
Rasio jumlah aktiva lancar terhadap total aktiva merupakan perbandingan jumlah
aktiva lancar terhadap total aktiva yang terdapat di perusahaan.
Semakin besar rasio semakin baik karena menunjukkan tersedianya kas, piutang,
dan persediaan yang merupakan harta lancar yang paling likuid dibandingkan
dengan keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan.
Dari pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Rasio Jumlah Aktiva
Lancar terhadap Total Aktiva mempunyai pengaruh terhadap harga saham.
4.) Hubungan Rasio Jumlah Hutang Lancar terhadap Total Aktiva (Current Liabilities
to Total Assets Ratio) terhadap Harga Saham
Rasio jumlah hutang lancar terhadap total aktiva merupakan perbandingan jumlah
hutang lancar terhadap total aktiva yang terdapat di perusahaan yang dinyatakan
dalam persen
Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang bagi perusahaan dengan jalan
menunjukkan besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai dengan hutang jangka
pendek.
Dari pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Rasio Jumlah Hutang
2.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara atas rumusan masalah yang
kebenarannya akan diuji dalam pengujian hipotesis (Sugiyono, 2010). Berdasarkan
perumusan masalah, maka hipotesis penelitian ini adalah:
H1: Current Ratio, Working Capital Turnover, Current Asset to Total Asset, dan Current
Liabilities to Total Asset secara simultan berpengaruh terhadap harga saham.
H2: Current Ratio secara parsial berpengaruh terhadap harga saham.
H3: Working Capital Turnover secara parsial berpengaruh terhadap harga saham.
H4: Current Assets to Total Asset secara parsial berpengaruh terhadap harga saham.
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal. Penelitan
asosiatif manual adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi
variabel lain. Desain asosiatif kausal ini bertujuan untuk mengukur
hubungan-hubungan antar variabel riset atau berguna untuk menganalisis bagaimana suatu
variabel mempengaruhi variabel yang lain.
Pembuktian terhadap hipotesis pada penelitian ini menggunakan model regresi
berganda dengan empat variabel bebas sebagai berikut:
= � + � + � + � + � + �
Dimana: Y = Variabel Harga Saham
a = Konstanta
� ,� ,� , � = Koefisian Regresi
= Variabel CR
= Variabel WCT
= Variabel CATA
= Variabel CLTA
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di bursa efek Indonesia
tahun 2009-2012, yaitu sebanyak 15 perusahaan.
Tabel 3.1
Populasi sampel
Seluruh perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di bursa efek Indonesia
tahun 2009-2012
No Kode Nama Perusahaan
1 ADES PT Akasha Wira International Tbk
2 AQUA PT Aqua Golden Missippi Tbk
3 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk
4 DLTA PT Delta Djakarta Tbk.
5 FAST PT Fastfood Indonesia Tbk
6 DAVO PT Davomas Abad Tbk
7 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk
8 PSDN PT Prashida Aneka Niagara Tbk
9 SKLT PT Sekar Laut Tbk
10 SMAR PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk
12 ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk
13 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk
14 MYOR PT Mayora Indah Tbk
15 STTP PT Siantar Top Tbk
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Penelitian ini menggunakan sampel yang ditentukan dengan
menggunakan teknik pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling), yaitu
teknik pengambilan sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Berikut
ini merupakan tiga kriteria pengambilan sampel yang ditetapkan peneliti:
1. Sampel merupakan perusahaan makanan dan minuman yang masih terdaftar di
bursa efek Indonesia tahun 2009-2012.
2. Perusahaan tersebut melaporkan laporan keuangan selama periode tahun
2009-2012
3. Perusahaan tersebut menghasilkan laba selama periode tahun 2009-2012.
Berdasarkan tiga kriteria tersebut, maka sampel yang dapat digunakan dalam
Tabel 3.2 Sampel Penelitian
No Kode Nama Perusahaan
1 ADES PT Akasha Wira International Tbk
2 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk
3 DLTA PT Delta Djakarta Tbk.
4 FAST PT Fastfood Indonesia Tbk
5 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk
6 PSDN PT Prashida Aneka Niagara Tbk
7 SKLT PT Sekar Laut Tbk
8 SMAR PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk
9 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
10 ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk
3.3. Jenis dan Sumber Data
Menurut jenisnya, data yang digunakan pada penelitian ini adalah data
sekunder. Data sekunder merupakan data primer yang sudah diolah lebih lanjut,
misalnya dalam bentuk simbol, grafik, diagram, gambar, dan sebagainya sehingga
lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain. Data sekunder pada penelitian ini
diperoleh dari website bursa efek Indonesia, yaitu www.idx.co.id dan dari ICMD
(Indonesian Capital Market Directory).
Data dalam penelitian ini adalah kombinasi antara data time series dengan data
tertentu yang didapat dalam beberapa interval waktu tertentu. Data cross section
merupakan sekumpulan data dari fenomena tertentu dalam satu kurun waktu tertentu.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data sekunder, teknik yang digunakan peneliti adalah studi
dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan data sekunder berupa catatan-catatan,
laporan keuangan, maupun informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
Data penelitian ini diperoleh melalui media internet dengan cara mengunduh laporan
keuangan perusahaan-perusahaan makanan dan minuman yang diperlukan dalam
penelitian ini melalui situs www.idx.co.id dan dari ICMD (Indonesia Capital Martket
Directory).
3.5. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Defenisi operasional menjelaskan karakteristik dari objek ke dalam
elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan
dioperasionalisasikan dalam riset. Berikut ini adalah dua variabel yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu variabel dependen dan variabel independen.
1. Variabel Dependen atau Variabel Terikat
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010). Di dalam
penelitian ini, variabel dependen yang digunakan adalah harga saham pada
perusahaan makanan dam minuman di bursa efek Indonesia. Saham merupakan
terbatas yang memberi hak atas dividen dan lain-lain menurut besar kecil modal
yang disetor.
2. Variabel Independen atau Variabel Bebas
Variabel Independen atau Variabel Bebas adalah variabel yang menjadi sebab
timbulya atau berubahnya variabel dependen atau variabel terikat (Sugiyono,
2010). Di dala penelitian ini, variabel independen yang digunakan adalah modal
kerja yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan makanan dan minuman di
bursa efek Indonesia. Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki
perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk
membiayai kegiatan operasional perusahaan.
3.6. Metode Analisis Data
Keseluruhan data yang terkumpul kemudian dianalisis untuk dapat memberikan
jawaban dari masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Dalam menganalisi data,
peneliti menggunakan program SPSS versi 17. Metode analisis data yang dilakukan
pada penelitian ini adalah metode analisis statistik.
3.6.1. Uji Asumsi Klasik
Peneliti terlebih dahulu menggunakan uji asumsi klasik yang meliputi uji
normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi
2006). Untuk melihat normalitas data dapat dilakukan dengan melihat
histogram atau pola distribusi data normal. Normalitas dapat dideteksi
dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau
dengan melihat histogram dari nilai residualnya. Jika data menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik
histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinearitas
Tujuan uji multikolinearitas adalah untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali,
2006). Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance
inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel
independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat dilihat untuk mendeteksi
multikolinearitas pada suatu model.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah didalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variabel pengganggu dari suatu pengamatan
dengan pengamatan yang lain (Ghozali, 2006). Suatu model regresi yang
baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Deteksi ada tidaknya gejala
heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu. Jika
Menurut (Ghozali, 2006), dasar analisis untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas, yaitu:
a) Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta tidak menyebar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode saat ini dengan
kesalahan pengganggu periode sebelumnya. Pengujian autokorekasi
dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson. Untuk mempercepat
proses ada tidaknya autokorelasi dalam suatu model, dapat digunakan
patokan nilai Durbin Watson hitung mendeteksi angka 2. Jika nilai Durbin
Watson hitung mendekati atau disekitar angka 2, maka model tersebut
terbebas dari asumsi klasik autokorelasi karena angka 2 pada uji Durbin
Watson terletak di daerah Noautocorrelation.
3.6.2. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda. Regresi berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependennya.
Uji f digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen. Uji dikatakan dengan membandingkan F hitung dengan F
tabel. Berikut ini adalah ketentuan yang digunakan:
Ho diterima dan H1 ditolak jika F hitung < F tabel untuk α = 5%
Ho ditolak dan H1 diterima jika F hitung > F tabel untuk α = 5 %.
b. Uji Signifikansi Parsial (t-test)
Pengujian t-test digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan
membandingkan t hitung dengan t tabel. Berikut ini adalah ketentuan yang
digunakan:
Ho diterima dan H1 ditolak jika t hitung < t tabel untuk α = 5%
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan
makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode
2009-2012 (4 tahun). Berikut nama-nama perusahaan yang menjadi objek dalam penelitian ini:
Tabel 4.1
Nama-nama Perusahaan Yang Menjadi Objek Penelitian
Sumber: Data diolah penulis
Adapun perusahaan-perusahaan yang dipilih berdasarkan kriteria yang ditetapkan
peneliti dengan menggunakan metode purposive sampling. Kriteria yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Sampel merupakan perusahaan makanan dan minuman yang masih terdaftar di
2. Perusahaan tersebut melaporkan laporan keuangan selama periode tahun
2009-2012.
3. Perusahaan makanan dan minuman tersebut memperoleh laba selama periode
pengamatan.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
Data penelitian ini didasarkan pada laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan
laporan laba rugi setiap perusahaan. Dalam penelitian ini harga saham merupakan variabel
dependen, sedangkan rasio-rasio modal kerja yang digunakan sebagai variabel independen
adalah Current Ratio (CR), Working Capital Turnover (WCT), Current Asset to Total Asset
(CATA), Current Liabilities to Total Asset (CLTA).
4.2.1. Current Ratio Pada Perusahaan Makanan Minuman di BEI periode tahun 2009-2012
Current Ratio dalam penelitian ini adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang
segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dalam hal ini, current ratio
diukur dengan membandingkan aktiva lancar dengan utang lancar.
Besarnya current ratio pada 10 sampel perusahaan makanan dan minuman adalah
sebagai berikut:
No. Emiten
perusahaan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan maupun penurunan. Peningkatan
dapat disebabkan karena adanya penambahan kas yang dapat diperoleh karena
bertambahnya penjualan secara tunai ataupun karena pelunasan piutang, peningkatan
piutang karena belum tertagih, dan peningkatan persediaan karena masih terdapat
persediaan yang tersimpan di gudang.Selain itu bisa dikarenakan adanya penurunan dari
utang lancarnya yang disebabkan karena perusahaan telah melunasi kewajiban lancarnya.
Sedangkan penurunan rasio ini dapat disebabkan karena adanya penurunan aktiva
lancar dan peningkatan utang lancar. Penurunan aktiva lancar bisa disebabkan karena
adanya pengurangan kas yang digunakan untuk membayar utang maupun membeli bahan